PROFIL KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO"

Transkripsi

1 PROFIL KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO Murhima A. Kau Dwi Wahyu Indah Musodig Rena Madina Universitas Negeri Gorontalo . murhimakau@ymail.com Abstrak Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk menganalisis kecerdasan sosial siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 135 orang siswa. Teknik untuk pengumpulan data yang di gunakan adalah instrumen angket. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan analisis data persentase bahwa kecerdasan sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dengan indikator memiliki kemampuan berempati hasil persentase 90,27%. Indikator ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain memperoleh data persentase 80,78%. Indikator pandai menjalin persahabatan memperoleh data persentase 82,02%. Indikator kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya memperoleh data persentase 80,55%. Sedangkan indikator kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, maksudnya anak mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik memperoleh data presentase 89,75%. Hal ini menenjukan bahwa kecerdasan sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo didominasi oleh kemampuan berempati. Penelitian ini disarankan untuk lebih memperhatikan kecerdasan sosial pada siswa dan diberikan pemahaman tentang kecerdasan sosial agar siswa mampu mengelolah kecerdasan sosial, sehingga penelitian ini menjadi pedoman atau acuan untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang kecerdasan sosial. Kata kunci : Kecerdasan Sosial, Siswa PENDAHULUAN Individu adalah sebagai genaeasi yang akan tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Seiring pertumbuhannya individu akan selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan dimana individu tinggal. Melalui interaksi dan sosialisasi yang dilakukannya individu akan mendapatkan banyak pengaruh baik Volume 03 Nomor 04 November

2 secara positif maupun negative yang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter individu, maka pendidikan adalah sebuah media sosial tempat dimana individu melakukan kegiatan interaksi sesama teman sebaya dan merupakan salah satu media pembelajaran serta pengembangan sikap. Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggung jawab pendidkan secara luas. Jika kecerdasan sosial individu dapat berkembang secara baik, maka individu mampu membudayakan dan mengembangkan kecerdasan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Agar individu dapat mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan terhadap kecerdasan sosial tersebut. Pendidikan merupakan lembanga atau institusi yang dihadirkan untuk mencerdaskan dan mencerahkan akal budi individu. Pendidikan menjadi media dan strategi kebudayaan untuk pencerahan, mula-mula pencerahan pada individu, kemudian masyrakat, dan pada akhirnya melahirkan peradaban yang mulia. Pendidikan hanya melahirkan individu-individu yang cerdas otak dan keahliannya, kecerdasan otak dan keahlian bahkan salah digunakan untuk melakukan sesuatu yang menyimpang, yang berlawanan dengan nilai moral, budaya, dan agama, maka guru dan orang tua sangat berperan penting untuk mengembangkan sikap kecerdasan sosial pada diri individu. Thorndike (Suyono, 2007:103) menyatakan bahwa Dengan memiliki kecerdasan sosial seseorang akan mampu memahami, mengelola, dan beradaptasi saat berinteraksi dengan orang lain. Dari penjelasan Thorndike (Suyono, 2007: 103) peneliti mengasumsikan bahwa individu yang memiliki kecerdasan sosial mampu memahami orang lain dan bertindak bijaksanaan dalam berhubungan. Moss dan Hunt (Suyono 2007: 103) mengatakan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan dalam menjalin hubungan orang lain secara terus menerus dan bertindak bijaksana dalam menghadapi perbedaan latar belakang di dunia sosial. Peneliti mengemukakan bahwa kecerdasan sosial merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam hal mengelola, memahami dan beradaptasi dengan lingkungan. Tujuannya untuk mengetahui sejauhmana kemampuan individu dapat beradaptasi dengan lingkungan serta dapat memperhatikan, mengamati tempramen, dan suasana hati. Namun kenyataan yang terjadi, berdasarkan hasil observasi selama PPL 2, didapatkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo memiliki masalah kecerdasan sosial antara lain, tidak mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain contohnya seperti 436 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

3 siswa yang merasa kesulitan untuk memulai berbicara, terutama dengan orang orang yang baru dikenalnya mereka merasa canggung dan tidak dapat terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan bahkan tidak dapat mengemukakan pendapatnya kepada orang lain, tidak bisa meminimalisir atau mencegah konflik contohnya siswa yang memiliki masalah dengan temannya atau berkelahi, dan tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik sehingga tidak mau mengalah atau minta maaf, siswa tidak memiliki sikap empati, contohnya ketika ada temanya yang lagi jatuh didepanya atau lagi sakit dia tidak menolong temanya yang lagi sakit maka siswa tersebut tidak memiliki sikap empati terhadap temanya yang lagi jatuh sakit, kurangnya kerja sama contohnya ketika mereka belajar kelompok salah satu siswa tidak bekerja sama dalam menyelasaikan tugas yang diberikan oleh guru. Jika melihat masalah yang terjadi pada siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, bisa disimpulkan bahwa siswa memiliki masalah tentang kecerdasan sosial (sosialintelligence). KAJIAN TEORETIS Pengertian Kecerdasan Sosial Setiap individu memiliki kecerdasan sosial dalam rentang kehidupannya sejak masih anakanak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Sudah tentu, individu yang tidak memiliki kecerdasan sosial yang baik akan menjadi diri yang amat mengganggu bagi dirinya misalnya dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain apalagi ketika berhadapan orang baru. Sebelum peneliti menjelaskan tentang kecerdasan sosial maka terlebih dahulu kita mengetahu apa itu kecerdasan dan sosial, menurut Gardner (2013:48) kecerdasan adalah kapasitas komputasi. Misalnya, seorang individu dengan kecerdasan musikal yang tinggi merasakan bahwa mudah untuk mengingat suatu melodi, mencipta ulang ridme, melacak perubahan yang terjasi dalam tema dalam suatu komposisi. Individu bisa secara bermanfaat dibandingkan satu sama lain menurut tingkat pelabelan sifat atau perpaduan sifat sifat. Sedangkan sosial menurut Azzet (2016:82) sosial lebih kepada bagaimana seseorang bisa memahami tentang dunia sosial. Pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial individu dapat menyesuaikan dirinya dengan kolompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakatnya. Kecerdasan sosial merupakan kesadaran atau suasana hati digunakan untuk memahami dinamika sosial, sebagai pengetahuan yang berisi gaya dalam berinteraksi dengan orang lain, strategi dalam membantu dan mendorong orang lain untuk berprestasi, menilai dengan obyektif saat berhubungan dengan orang lain, dan suatu kombinasi ketrampilan yang ditunjukan oleh Volume 03 Nomor 04 November

4 kesiapan dalam mempelajari perilaku dan menafsirkan akibatakibat dari perilaku saat berhubungan dengan orang lain (dalam Suyono 2007:103). Buzan (Sahara 2014: 2) mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan sosial baik akan mampu berkomunikasi dengan orang lain menggunakan otak dan juga tubuhnya. Mereka memiliki kemampuan membaca bahasa tubuh orang lain dan mendengarkan untuk dapat sukses secara luas. Kecerdasan sosial akan membuat seseorang nyaman berada dimanapun dengan orang lain yang berbeda latar belakang, umur, budaya, serta latar belakang sosial. Mereka mudah memahami temperamen, sifat, dan kepribadian orang lain, serta mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain. Manurung, (2013:52) berpendapat bahwa kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya, sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menangmenang atau menguntungkan. Menurut Thorndike (dalam Suyono 2007:103) menyatakan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola, dan beradaptasi saat berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan sosial adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam hal mengelolah, memahami dan beradaptasi dengan lingkungan. Tujuannya untuk mengetahui sejauhmana kemampuan individu dapat beradaptasi dengan lingkungan serta dapat memperhatikan, mengamati tempramen, dan suasana hati. Jika individu dapat mengelolah kemampuan yang dimiliki tentang social intelligence, maka individu mampu memecahkan segala permasalahan yang dihadapi. Karakteristik Kecerdasan Sosial Menurut Lawrence E Sapiro (Islamika 2010:33) menjelaskan bahwa individu yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi memiliki karakteristik yaitu: a. Memiliki kemampuan berempati artinya anak memiliki kemampuan menempatkan diri dalam posisi orang lain. b. Ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain. c. Pandai menjalin persahabatan. d. Kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya. e. Kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, maksudnya anak mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik. 438 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

5 Menurut Adi M Gunawan (dalam Handini 2013: 28) ciri ciri individu yang memiliki inteligensi kecerdasan sosial yang baik adalah sebagai berikut : a. Membentuk dan mempertahankan suatu hubungan sosial b. Mampu berinteraksi dengan orang lain c. Mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk berhubungan d. Mampu mempengaruhi pendapat dan tindakan orang lain e. Turut serta dalam upaya bersama dan mengambil berbagai peran yang sesuai, mulai menjadi pengikut hingga menjadi pemimpin f. Mengamati perasaan, pikiran, motivasi, perilaku dan gaya hidup orang lain g. Mengerti dan berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maupun non verbal h. Mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latar belakang yang beragam i. Tertarik menekuni bidang yang berorientasi interpersonal, menajemen atau politik j. Peka terhadap perasaan, motivasi, dan keadaan mental seseorang. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik kecerdasan sosial adalah suatu kemampuan seseorang yang dapat memahami, mengelola, serta dapat berinterkasi dengan orang lain. Selain itu individu dapat mengembangkan hubungannya dengan orang lain demi membangun silaturahmi antar sesama, agar dapat menjalin hubungan yang harmonis. Dengan begitu individu tidak mudah dijauhkan oleh teman atau kerabatkerabatnya. Hal inilah sangat penting dikembangkan oleh individu demi melihat tingkat perkembangan karakternya dengan orang lain. Faktot-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial Perkembangan sosial berarti seseorang memiliki kemampuan untuk memahami dan bergaul dengan orang lain. Perkembangan sosial siswa juga berarti proses perkembangan sosial siswa dalam berhubungan dengan orang lain dimasyarakat. Perkembangan sosial ini menurut Gerungan dan Septiyarsih (dalam Delwis, 2013:14-16) dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan lingkungan yaitu sebagai berikut: a. Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dalam belajar untuk Volume 03 Nomor 04 November

6 kehidupan sosial. Dari keluarga seseorang belajar bagaimana norma-norma lingkungan, internalisasi norma-norma, perilaku dan lain-lain. Pengalaman berinteraksi dalam keluarga menjadi awal dan pedoman untuk berinteraksi dengan masyarakat luas. Pola asuh, status sosioekonomi, keutuhan keluarga, sikap orang tua dapat mempengaruhi perkembangan sosial seorang individu. Faktor sosioekonomi bukan suatu faktor mutlak yang mempengaruhi perkembangan sosial individu, hal itu semua tergantung kepada sikap orang tua dan interaksinya di dalam keluarga. Namun, kesempatan bagi individu yang memiliki latar belakang keluarga sosio-ekonominya tinggi, akan lebih memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensipotensi di dalam dirinya. Keutuhan keluarga baik dari struktur keluarga seperti perceraian maupun hubungan orang tua yang tidak harmonis, itu sangat penting perannya dalam perkembangan sosial seorang individu. Siswa yang memiliki keluarga yang tidak utuh seperti salah satu orang tua tidak ada, atau bercerai maupun orang tua yang sering bertengkar itu akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial individu. b. Sekolah Pendidikan selain untuk memiliki ilmu pengetahuan, juga efektif untuk keterampilan negosiasi, konseling, pidato, atau berbicara di muka umum, mengajar, mewawancarai, dan keterampilanketerampilan lain yang termasuk dalam kategori inteligensi interpersonal atau inteligensi sosial. Sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu pengetahuan saja tetapi juga perkembangan sosial individu. Individu yang berinteraksi dengan teman sebaya, guru, staf yang lebih tua dari dirinya akan dapat mengajarkan sesuatu yang tidak hanya sekedar pengembangan intelektualitas saja. Di sekolah individu dapat bekerja sama dalam kelompok, aturan-aturan yang harus dipatuhi, yang semuanya termasuk dalam meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial individu. Selain itu, empati sebagai aspek dari kecerdasan sosial juga dipengaruhi oleh teman sebaya seorang individu. c. Lingkungan Banyak faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang individu, mulai dari proses kehamilan hingga proses melahirkan. Namun setelah kelahiran, pengaruh faktor ligkungan individu semankin penting dan besar. Seperti proses yang paling berpengaruh adalah belajar (learning) yang menyebabkan perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Melalui proeses belajar, pengaruh budaya secara tidak langsung juga 440 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

7 mempengaruhi individu. Standar norma sosial yang berlaku pada suatu kelompok budaya tempat individu berada akan menentukan apa yang benar dan apa yang salah, dan apa yang dianggap baik dan juga yang dianggab buruk. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial diartikan sama dengan faktor yang mempengaruhi kecerdasan secara umum termasuk dalam hal ini kecerdasan kinestetis, kecerdasan verbal, dan kecerdasan logis matematis dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor bawaan (genetically determined) dan faktor lingkungan (learned) terus berlangsung. Menurut Septiyarsih (2012:20-22) yaitu sebagai berikut : 1) Faktor bawaan (genetically determined) Secara biologis individu berkembang dari sel telur (ovum) dan sperma. Sel telur dan sperma masingmasing berisi kromosom. Didalam kromosom tersebut berisi gen yang menjadi penentu sifat-sifat yang akan diturunkan. Individu akan menerima rangkaian gen yang berbeda karena mereka menerima kombinasi kromosom yang tidak sama. Suatu gen disebut dominan jika individu memiliki kekuatan untuk menekan efek gen yang lain. Dan disebut resesif bila pengaruhnya dikalahkan oleh gen yang lain. Gen kedua orang tua akan berkolaborasi pada diri individu, dan memberi kontribusi besar terhadap pembentukan kepribadian individu. Kemampuan sosialisasi dan interaksi orangtua dengan lingkungannya adalah satu dari sekian sifat yang dibawa oleh gen tersebut. 2) Faktor lingkungan Banyak faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang individu. Mulai dari proses kehamilan hingga proses melahirkan. Namun setelah kelahiran, pengaruh faktor lingkungan terhadap individu semakin penting dan besar. Proses yang paling berpengaruh adalah proses belajar (learning) yang menyebabkan perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Melalui proses belajar, pengaruh budaya secara tidak langsung juga mempengaruhi individu. Standar dan norma sosial yang berlaku pada suatu kelompok budaya tempat individu berada akan menentukan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang dianggap salah dan apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Berdasar pada pengertian kecerdasan sosial yang menitik beratkan pada kemampuan berhubungan atau berinteraksi Volume 03 Nomor 04 November

8 dengan sesama dapat disimpulkan bahwa faktor keluarga dan sekolah dapat memberikan pengaruh terhadap kecerdasan sosial anak.kedua faktor di atas jika dapat diolah dengan baik akan melahirkan individu yang berkecerdasan sosial dan intelektual yang bagus dan seimbang. Komponen komponen Kecerdasan Sosial Goleman (Erlina 2016: 27) mengemukakan bahwa kecerdasan sosial merupakan sekumpulan keterampilan yang membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih baik. Kecerdasan sosial disusun oleh dua komponen yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu bagaimana berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian Goleman, (Erlina 2016: 27). Komponen kecerdasan sosial yaitu: 1. Kesadaran sosial a) Empati dasar yaitu kemampuan membaca isyarat non verbal yang diberikan orang lain. Walaupun seseorang dapat berhenti berbicara, namun dia tidak akan dapat menghentikan sinyal-sinyal mengenai apa yang dia rasakan melalui nada suara, ekspresi wajah dan sinyal-sinyal emosi lainnya. b) Penyelarasan yaitu kemampuan mendengarkan dan memperhatikan secara penuh apa yang disampaikan oleh orang lain dan hanya fokus pada lawan bicara sehingga kita dapat berbicara satu sama lain dan memberikan respon yang sesuai bukan hanya pembicaraan sepihak saja. c) Ketepatan empatik yaitu kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain melalui bahasa non verbal yang diberikannya. Dengan memiliki kemampuan membaca bahasa non verbal seseorang, maka akan membuat kita semakin akurat dalam merasakan dan memahami pikiran serta perasaan orang lain. d) Kognisi sosial yaitu kemampuan individu memahami dan memilih hal apa yang tepat untuk dilakukan dalam situasi yang berbeda-beda 442 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

9 walaupun tidak ada aturan yang tertulis mengenai hal itu (unspoken rules). Kognisi sosial akan membantu individu dalam memecahkan dilema sosial seperti bagaimana mendapatkan teman baru dalam lingkungan baru. 2. Fasilitas sosial a) Sinkronisasi yaitu kemampuan individu berinteraksi menggunakan bahasa non-verbal. Individu mampu dalam menggunakan bahasa non-verbal akan dapat berinteraksi dengan orang lain dengan lancar. b) Presentasi diri yaitu bagaimana individu menampilkan diri dengan efektif saat berinteraksi dengan orang lain. Salah satu aspek dari presentasi diri ini adalah karisma. c) Pengaruh yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain untuk berbuat sesuatu menggunakan perkataan dengan hati-hati dan mampu mengendalikan diri. d) Kepedulian yaitu kepedulian kita terhadap orang lain. Semakin kita peduli terhadap orang lain, maka semakin besar pula keinginan kita untuk mengorbankan waktu dan tenaga kita untuk membantu orang tersebut. Hatch dan Gardner (Septiyarsih 2012: 16-17) mengidentifikasi empat kemampuan sosial sebagai komponenkomponen kecerdasan sosial : a. Mengorganisir kelompok, ketrampilan esensial seorang pemimpin, ini menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi upaya menggerakkan orang. Di tempat bermain, bakat ini dimiliki anak yang mengambil keputusan apa yang akan dimainkan oleh setiap orang, atau yang menjadi ketua regu. b. Merundingkan pemecahan, bakat seorang mediator, yang mencegah konflik atau menyelesaikan konflik-konflik yang meletup. Mereka ini adalah anak-anak yang mendamaikan perbantahan di tempat bermain. c. Hubungan pribadi, bakat ini memudahkan untuk masuk ke dalam lingkup pergaulan atau untuk mengenali dan merespon dengan tepat akan perasaan dan keprihatinan orang lain. Anak-anak ini cenderung paling pintar membaca emosi dari ungkapan wajah dan paling Volume 03 Nomor 04 November

10 disukai oleh teman-teman sekelasnya. d. Analisis sosial, mampu mendeteksi dan mempunyai pemahaman tentang perasaan, motif dan keprihatinan orang lain. Pemahaman akan bagaimana perasaan orang lain ini dapat membawa ke suatu keintiman yang menyenangkan atau perasaan kebersamaan. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa untuk membangun kecerdasan sosial yang baik beberapa komponen diatas sangat diperlukan dan saling berhubungan. Komponenkomponen diatas merujuk pada sejauh mana individu bisa berempati pada orang lain, dan sejauh mana individu memiliki keterampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami maksud orang lain. Dengan demikian individu akan bisa menjalin relasi yang baik. Upaya-upaya Mengembangkan Kecerdasan Sosial Mengembangkan kecerdasan sosial bagi individu sangat penting, berikut beberapa upaya yang mesti dikembangkan kecerdasan sosial individu menurut Goleman (Azzet, 2016: 48-56) yaitu sebagai berikut: a. Mengorganisasi kelompok, seperti melatih individu dalam keterampilan mengorganisasi kelompok bisa dilakukan dalam bentuk permainan dengan teman-temanya. Keterampilan ini bisa diterapkan pada anak agar bisa membagi tugas dengan teman-temannya. b. Merundingkan pemecahan masalah, seperti individu belajar dari permainannya bersama teman-temannya, dalam permainan pasti akan timbul permasalahan. Disini individu akan melatih untuk merundingkan cara penyelesaian masalah mereka agar tidak akan timbul rasa benci antar pertemanan individu. c. Menjalin hubungan, individu yang memiliki kecerdasan sosial yang baik dapat menjalin hubungan dengan orang lain, tanpa memperlihatkan wajah yang cuek terhadap orang lain ketika akan berjumpa. Dengan demikian individu bisa belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan sosial. d. Mengenali sosial, dalam hal ini individu belajar bagaimana bisa memahami masalah, suasana hati, dan ekspresi orang lain. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain, inilah yang disebut sebagai kemampuan menganalisis sosial. Pemahaman akan bagaimana perasaan orang 444 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

11 lain bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan akrab dan menyenangkan. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwaa Apabila upaya ini diterapkan, tentu individu mampu mengembangkan kecredasan sosial, dan kecerdasan sosial menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan sosial yang dihadapi. Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan Sosial Setiap individu sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan sosial, menurut Azzet (2016: 44-45) mengatakan bahwa kecerdasan sosial itu sangat penting agar seseorang bisa sukses dalam meniti karir, baik itu usaha secara mandiri maupun bekerja disebuah lembaga atau perusahaan. Kesadaran ini berangkat dari sebuah kenyataan bahwa banyak orang yang sukses dalam karirnya kenyataan diamati seseorang itu memiliki kecerdasan sosial yang bagus. Misalnya mampu menjalin kerja sama, mempunyai rasa empati atau piawai dalam menjalin komunikasih. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial dapat membuat individu mampu untuk menjalin kerja sama antar setiap individu lain baik itu orang yang lebih dewasa dari dirinya, selain itu individu akan memiliki sikap empati antar sesama, maka dari itu individu sangat dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasan sosialnya dengan baik. Dalam mengembangkan kecerdasan sosial individu sangat dibutuhkan dorongan dari orang tua, keluarga, guru dan teman sebaya baik disekolah maupun diluar sekolah. Manfaat Kecerdasan Sosial Bagi kehidupan Banyak sekali manfaatmanfaat yang dapat diambil dari upaya mengembangkan kecerdasan sosial individu dalam kehidupan atau berinteraksi dengan orang lain, menurut Azzet (2016:91-98) mengemukakan bahwa manfaat kecerdasan sosial bagi individu adalah sebagai berikut: a) Menyehatkan jiwa dan raga Pola hubungan sosial seseorang dipercaya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kesehatannya. Hal ini bisa kita ketahui dari banyak kenyataan orang-orang yang mempunyai jalinan hubungan yang baik dengan orang lain bisa mampu menjalin hari hari dengan baik, menyenagkan, ketika mempunyai masalah akan ada orang lain yang akan mencari jalan keluarnya. Menurut Goleman (Azzet 2016:92) mengatakan bahwa hubungan antar pribadi dan interaksi sosial kita sangat terkait dengan rancangan sosiabilitas. Manusia sesungguhnya sudah dirancang dalam sosiabilitas, yakni terus menerus terlibat dalam suatu tarian saraf yang menghubungkan Volume 03 Nomor 04 November

12 otak manusia yang lain di sekitarnya. b) Membuat suasana nyaman individu yang mempunyai kecerdasan sosial yang baik akan bisa membuat suasana menjadi nyaman. Suasana yang nyaman akan menjadiakan hubungan seseorang dengan yang lain terjalin dengan baik. c) Meredakan perkelahian Disetiap hubungan seseorang pasti akan terjadi suatu kesalah pahaman yang akan menimbulkan perkelahian antar satu sama lain, ketika individu yang tidak memiliki kecerdasan sosial yang baik akan susah untuk mencari penyelesaian masalah atau meredakan perkelahian yang terjadi, tetapi sebaliknya individu yang memiliki kecerdasan sosialnya yang baik akan mudah untuk meredakan perkelahian. d) Membangkitkan semangat Dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, tidak jarang kita menemukan individu yang gagal dalam melakukan sesuatu. Hal ini wajar karena kehiduapan adalah sebuah proses yang terus berjalan, yang kadang gagal dan kadang pula berhasil. individu yang mempunyai kecerdasan sosial yang baik, sudah tentu akan merespon secara positif kegagalan yang dialami sehingga tetap bersemangat dalam meraih keberhasilan. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat kecerdasan sosial sangatlah penting untuk dikembangkan, karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakasanakan di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, yakni pada kelas VIII. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan November Pada penelitian ini, yang menjadi anggota populasi adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari lima kelas yaitu VIII a, VIIIb, VIIIc, VIIId, dan VIIIe SMP Negeri 7 Kota Gorontalo berjumlah 135 orang siswa. Kemudian peneliti mengambil 27% dari total populasi kelas VIII tersebut yang dijabarkan menjadi: (135 x 27% = 36,4 dan hasilnya tidak berubah tetap menjadi 36 siswa). Anggota sampel dalam penelitian ini dapat ditetapkan sebanyak 36 orang atau 27% dari emapat keleas yang diambil secara random sampling (sampel acak) maka jumlah yang diampil adalah 36 siswa. Teknik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket sedangkan observasi sebagai pelengkap. Data yang diperoleh dari responden kemudian dianalisis 446 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

13 Kecerdasan Sosial dengan menggunakan teknik analisis presentase, analisis ini dilakukan dengan mengetahui seberan angket. Angket yang telah disebarkan kemudian di presentase hasilnya menggunakan table frekuensi (presentase) dengan formulasi sebagai berikut: P = f n x 100% Keterangan : P : Presentase n : Jumlah Responden f : Frekuensi masing-masing jawaban 100% : Bilangan tetap HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi Profil Kecerdasan Sosial Pada Siswa Kelas VIII Pengolahan data profil kecerdasan sosial pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo pada profil kecerdasaan sosial yang terdiri dari 5 indikator yang tertera dalam grafik yaitu: Profil Kecerdasan Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo 90,27 80,78 82,02 80,55 89,75 Kecerdasan Sosial Grafik Rekapitulasi Profil Kecerdasan Sosial Berdasarkan data yang diperoleh pada grafik dapat digambarkan kecerdasan sosial pada siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Adapun indikator yang diukur adalah memiliki kemampuan berempati, kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, maksudnya anak mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik dan pandai menjalin persahabatan. Dengan masing-masing nilai persentase yang berbeda-beda yakni untuk indikator memiliki kemampuan berempati dengan persentase 90.27%, kemampuan dalam bergaul dengan orang Volume 03 Nomor 04 November

14 dewasa, maksudnya anak mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik 89.75% dan pandai menjalin persahabatan 82.02%. Pembahasan Dari hasil analisis data yang diperoleh menggambarkan mengenai profil kecerdasan sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dengan indikator sebagai berikut: a. Data dari hasil penelitian pada indikator memiliki kemampuan berempati merupakan persentase tertinggi dengan jumlah persentase 90,27% yang terdiri dari 18 item pernyataan. Hal ini menjelaskan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berempati dalam kehidupan sangat penting, karena empati merupakan rasa kepedulian terhadap orang lain, rasa ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain, baik suka dan duka, senang maupun susah. Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan terlepas dari orang lain, manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain, tak peduli betapa kaya maupun betapa hebatnya orang tersebut. Ketika individu telah mampu berempati kepada orang lain, maka individu akan merasakan manfaat empati tersebut. Hal ini menunjukan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo memiliki sikap empati terhadap orang lain sehingga siswa mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. b. Data dari hasil penelitian pada indikator kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa (mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain dan berbicara dengan baik) merupakan persentase tertinggi kedua dengan jumlah persentase 89,75% yang terdiri dari 16 item pernyataan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo mampu bergaul dengan baik terhadap orang lain atau dengan orang dewasa. Kemampuan atau keterampilan individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik melalui tutur kata atau komunikasi timbal balik, maupun sikap perilaku sehari-hari yang paling menyenangkan. Tujuannya agar anak-anak remaja dapat menyesuaikan diri dalam kelompok. c. Data dari hasil penelitian pada indikator pandai menjalin persahabatan merupakan persentase tertinggi ketiga dengan memiliki persentase 82,02% yang terdiri dari 16 item pernyataan. Hal ini menjelaskan bahwa menjalin 448 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

15 persahabatan itu sangat penting karena persahabatan merupakan suatu kebutuhan yang berharga. Oleh karena itu individu harus berusaha untuk membina suatu hubungan yang baik dengan orang lain, sehingga kebutuhan individu untuk mengasihi dan dikasihi dalam persahabatan akan dapat terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo sebagian besar pandai dalam menjalin hubungan persahabatan yang baik dengan temanteman dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Didalam menjalin hubungan persahabatan, Sahabat adalah seseorang yang selalu mendukung kita apapun kondisinya baik itu suka atau duka, miskin atau kaya, sehat atau sakit serta selalu ada disaat kita membutuhkannya. Mungkin kelihatan mudah untuk menjalin sebuah persahabatan tapi tak semudah yang dibayangkan. d. Data dari hasil penelitian pada indikator keterampilan berkomunikasi dengan orang lain merupakan persentase tertinggi keempaat dengan jumlah persentase 80,78% yang terdiri dari 12 item. Hal ini menjelaskan bahwa memiliki keterampilan berkomunikasi sangat penting bagi kehidupan kita, selain untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, keterampilan berkomunikasi dapat berguna untuk mengetahui kehidupan yang lebih luas. Hal ini menunjukan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau dengan lingkungan sekitar yang cukup baik. e. Data dari hasil penelitian pada indikator kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya merupakan persentase terendah denagn jumlah persentase 80,55% yang terdiri dari 12 item. Hal ini menjelaskan bahwa hubungan yang baik dengan teman sebaya perlu agar perkembangan sosialnya berjalan normal. Hubungan dengan teman sebaya dapat bersifat negatif atau positif. Hal ini menunjukan bahwa siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo perlu lebih lanjut diberikan informasi atau bimbingan mengenai kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dengan teman sebaya agar tidak hanya sekedar berkumpul dan membahas hal yang sia-sia tetapi lebih membahas tentang tugas Volume 03 Nomor 04 November

16 kelompok atau ha positif lainnya. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa diantara lima indikator kecerdasan sosial yaitu memiliki kemampuan berempati, keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, pandai menjalin persahabatan, kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya, dan kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, indikator kemampuan berempati memperoleh persentase tertinggi yakni 90,27%. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan sosial siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dipengaruhi oleh kemampuan berempati yang dimana siswa mampu memahami perasaan orang lain. Indikator kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa memperoleh persentase dengan jumlah 89,75%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau keterampilan individu dalam menjalin hubungan dengan orang dewasa, baik melalui tutur kata atau komunikasi timbal balik, maupun sikap perilaku seharihari menujukan sikap yang baik dan sopan. Indikator pandai menjalin persahabatan memperoleh persentase dengan jumlah 82,02%. Hal ini menunjukkan bahwa inividu pandai dalam menjalin hubungan persahabatan yang baik dengan teman-teman dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. indikator keterampilan berkomunikasi dengan orang lain memperoleh persentase dengan jumlah 80,78%. Hal ini menunjukkan bahwa individu memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan orang lain atau dengan lingkungan sekitar yang cukup baik. Sedangkan indikator kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya memiliki persentase denagn jumlah 80,55%. Hal ini menunjukkan bahwa individu perlu lebih lanjut diberikan informasi atau bimbingan mengenai kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dengan teman sebaya, agar tidak hanya sekedar berkumpul dan membahas hal yang sia-sia. Tetapi lebih membahas tentang tugas kelompok atau hal positif lainnya. Dari hasil penelitian yang sudah dijabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa dari keliama indikator antara memiliki kemampuan berempati, ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain, pandai menjalin persahabatan, kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya, kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa. Dan yang memperoleh data persentase tertinggi adalah memiliki kemampuan berempati, kedua kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa, ketiga Pandai menjalin persahabatan, keempat Ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain, dan yang terakhir adalah 450 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

17 kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok sebaya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Azzet, Akhmad Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Jogjakarta:Kata Hati. Erlina Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kecerdasan Sosial Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SDS Amaliah Ciawi Bogor. (Jurnal). Volume 7 Nomor 10 Januari Gardner, Howard Multiple Intelligences Memaksimalkan Potensi dan Kecerdasan Individu dari Masa Kanak-Kanak Hingga Dewasa. Jakarta: Daras Books. Islamika, Dina Pengaruh Full Day School Terhadap Kecerdasan Sosial Anak Kelas IV Di SDIT Anak Soleh Yogyakarta. (Skripsi). Fakultas Tarabiyah dan Keguruan. Universitas Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta. Handini, Risa Kecerdasan Interpersonal pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kembaran Kulon.(Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Komalasari, Gantina dkk Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: PT. Indeks. Manurung, Nurhasanah Pemanfaatan Multiple Intellegence Proses Pembelajaran. Jurnal ISSN: Volume 1 No. 1. Januari Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015 Rahmat, Abdul Perkembangan Peserta Didik. Gorontalo: Ideas Publishing. Sahara, Masyitah Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntasi. (Jurnal). Volume 3 No. 1 Maret Santoso, Slamet Penerapan Psikologi Sosial.Bandung: PT. Refika Aditama Septiyarsih Studi Komparasi Tingkat Kecerdasan Sosial Antara Kelas Kinetetik, Kelas, Verbal Linguistic, dan pada Volume 03 Nomor 04 November

18 Siswa Kelas III di Sdit nidaul hikma salatiga tahun ajaran 2011/2012. (Skripsi). Program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah Jurusan Tabiah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Soewadji, Jusuf Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sutadipura, Balnadi Kopetensi Guru dan Kesehatan Mental. Bandung: Angkasa. Suyono, Hadi Social Intelligence. Jogjakarta: PT. AR- Ruzz Media Group Sugiono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wahidin, Muhammad Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Artikel. Jakarta. Yusuf dan Nani Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada. 452 IDEAS Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan sosial 2.1.1 Definisi kecerdasan sosial Kecerdasan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

PESONA DASAR JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN HUMANIORA

PESONA DASAR JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN HUMANIORA PESONA DASAR JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN HUMANIORA VOLUME 3, NOMOR 3, APRIL 2015 Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia 1-14 Nurhaidah, M.Insya Musa Pelaksanaan Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang semakin pesat saat ini mempengaruhi perilaku individu termasuk siswa. Perilaku yang sering muncul pada siswa di sekolah paling banyak pada hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI OLEH : DIAN PURNAMA SARI ERA 1D009093 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Mahmudi (2009) menyatakan bahwa, komunikasi matematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan. Komunikasi tertulis dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal pikiran dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu BAB V PEMBAHASAN Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistimatis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berkembang dan akan selalu mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab hakikat manusia sejak terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA 95 PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA Nur Asri Fitriani 1 Dra. Dharma Setiawaty 2 Drs. Djunaedi, M. Pd 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penyesuaian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI Dwi Wulan Sari, Drs. Suparjo Herlambang, M.Pd, Drs. Asradi, MM Program Studi Bimbingan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL 0 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL LAURA SUKMAWATI NPM: 11060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia yang bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain. Mereka membutuhkan orang lain untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Santoso (2010: 156)

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan dari waktu ke waktu dirasa semakin kompleks. Baik persoalan antar guru, guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Kompleksitas masalah-masalah berujung

Lebih terperinci

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA ARTIKEL ILMIAH TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI OLEH : IIN ERA 1D010090 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014 0 TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa penting dalam proses perkembangan individu. Lima tahun pertama dari kehidupan seorang anak akan menjadi landasan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Lulut Kusumaningtyas) 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN FACTORS INFLUENCING STUDENT S MUSIC LEARNING CONDITION

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI Mahdiyatul Nasihah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi E-mail : nasihamahdiyatul@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap perkembangan yang merupakan suatu pross alamiah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa 62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas. seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas. seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam rentang kehidupan, setiap manusia mengalami beberapa tahap perkembangan. Salah satu tahapan yang dijalani individu yaitu masa remaja. Djaali (2014)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang harus ditempuh oleh setiap warga negara. Pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan bahwa setiap warga negara Indonesia

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak dari sebuah kemajuan suatu bangsa, disebut demikian karena tanpa pendidikan maka tidak akan terjadi dinamika sosiokultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku psikologi untuk keluarga, Gunarsa (2003) menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONSEP DIRI SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI

IDENTIFIKASI KONSEP DIRI SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI IDENTIFIKASI KONSEP DIRI SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI Rabiatun Nurhasanah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi E-mail : rabiatunnurhasanah@gmail.com

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang menandakan rendahnya sikap sosial siswa selama pembelajaran IPS saat pra penelitian berlangsung. Rendahnya sikap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PERSEPSI GURU TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN PERILAKU DALAM KEGIATAN SEKOLAH Oleh: Yuda Pramita Amelia Abstract This research background of differences in perception or perspective teachers of children

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan anak usia dini, secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematang emosi, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat umum mengenal intelligence sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat (1) mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FERA ARDANTI. Z NPM. 10060140 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK? BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK? MIF Baihaqi Acara: Super Amazing Seminar untuk Orangtua dan Guru Plaza Seno Medika, Jl. Ahmad Yani, Bandung Sabtu, 21 November 2009 Kontak: 0852 2003 5242

Lebih terperinci

NAMA :... KELAS :... Angket ini mohon di isi secepatnya dan dikumpulkan secepatnya kepada Guru Kelas/Kepala Sekolah.

NAMA :... KELAS :... Angket ini mohon di isi secepatnya dan dikumpulkan secepatnya kepada Guru Kelas/Kepala Sekolah. Lampiran 1 ANGKET PENELITIAN NAMA :... KELAS :... Angket ini mohon di isi secepatnya dan dikumpulkan secepatnya kepada Guru Kelas/Kepala Sekolah. A. Petunjuk umum Angket di susun dan diedarkan dengan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

berkomunikasi dahulu, bagaimana mungkin seorang guru dapat

berkomunikasi dahulu, bagaimana mungkin seorang guru dapat Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial mempunyai dalam berkomunikasi sehingga bisa menjalin hubungan dengan orang lain. Namun, ternyata tidak semua orang mempunyai dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial dalam arti manusia senantiasa tergantung dan berinteraksi dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di eranya masing-masing ditopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-HAMID Oleh: Ardiles Delta Asmara 1) Dra. Indira Chanum, M.Psi. 2) Sjenny A. Indrawati, Ed.D. 3) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat esensial dalam kehidupan manusia untuk membentuk insane yang dapat memecahkan permaslahan dalam kehidupannya. Tiga tempat pendidikan

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya dapat berkembang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang, juga dalam hal ini termasuk bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan - Mencapai kematangan dalam

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK 1 PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK *) Oleh Edi Purwanta **) Pengantar Berbagai pandangan muncul tentang pendidikan, utamanya pendidikan bagi anak.. Masing-masing sangat bergantung pada sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak

Lebih terperinci