BAB V KESIMPULAN 5.1 ANALISA ASPEK MANUSIA & RUMAH SUSUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN 5.1 ANALISA ASPEK MANUSIA & RUMAH SUSUN"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN 5.1 ANALISA ASPEK MANUSIA & RUMAH SUSUN Analisa Pelaku Kegiatan 1. Penghuni Rumah Susun : Lajang, pekerja yang belum menikah (sendiri); Dwiwarga, pekerja yang sudah menikah namun belum memiliki anak (2 orang); Triwarga, pekerja yang sudah menikah dan sudah memiliki 1 anak (3 orang); Caturwargga, pekerja yang sudah menikah dan sedah memiliki 2 anak (4 orang). 2. Pengelola Rumah Susun (tidak menetap) : Kepala Pengelola Petugas Kebersihan Petugas Keamanan Analisa Jumlah Pekerja di Kota Bontang Jumlah pekerja yang ada di kota Bontang berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bontang & Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS) yang dihimpun pada tahun 2012 adalah sebagai berikut : Penduduk usia kerja (di atas 15 tahun) : Total angkatan kerja (sudah bekerja) : Pekerja lajang : Pekerja menikah 1 anak : Pekerja menikah 2 anak : Pekerja menikah lebih dari 2 anak : Berdasarkan data di atas maka jumlah pekerja yang termasuk dalam klasifikasi penghuni rumah susun berjumlah jiwa karena pekerja yang dapat menghuni rumah susun adalah pekerja yang maksimal memiliki 2 orang anak saja. Sehingga jika dipersentase maka jumlah pekerja yang masih lajang sejumlah 19,5%, pekerja yang menikah dengan/tanpa 1 anak sejumlah 48,7%, dan pekerja yang menikah dengan 2 anak sejumlah 31,8%. 59

2 5.1.3 Analisa Jenis Kegiatan Tabel 5.1 Jenis Kegiatan pada Rumah Susun tidur mandi buang air masak makan bekerja bermain olah raga mencuci Pekerja v v v v v v Istri v v v v v v v v Anak v v v v v v Pengelola v v v v Sumber : Analisa Penulis Analisa Kebutuhan Ruang Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang Rumah Susun Pengguna Ruang Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang Sifat Ruang Penghuni Rusun Tidur Mandi Buang air Memasak Makan Bermain Mencuci Berusaha Kmr tidur Kmr mandi Toilet Dapur R. Makan R. Bermain R. Cuci Jemur Niaga/Warung Privat Privat Privat Service Service SemiPublik Service Publik Pengelola Rusun Bekerja Buang air R. Kerja Toilet Privat SemiPublik Semua Datang Bersantai Olahraga Acara Bercocoktanam Beribadah Parkir Hall/Lobby R. Komunal Lapangan R. Serbaguna R. Cocoktanam Mushola Parkiran Publik SemiPublik Publik Publik SemiPublik Publik Publik 60

3 Service Mengatur listrik R. Panel Mengawasi M&E R. Teknisi Mengurus sampah Penampung sampah Sumber : Analisa Penulis Service Service Service Analisa Tipe Unit Tipe unit hanya dibagi ke dalam 3 tipe berdasarkan jumlah anggota keluarga pekerja : Tipe 18 : Untuk pekerja yang belum menikah (lajang) Tipe 27 : Untuk pekerja yang sudah menikah dan maksimal memiliki 1 anak Tipe 36 : Untuk pekerja yang sudah menikah dan maksimal memiliki 2 anak Analisa Skema Hubungan Ruang Makro Gambar 5.1 Skema Hubungan Ruang Makro Sumber : Analisa Penulis Analisa Skema Hubungan Ruang Mikro Lobby/Hall menghubungkan entrance dan tempat parkir dengan ruang-ruang yang ada di lokasi rumah susun. Ruang penunjang adalah ruang-ruang yang berfungsi menunjang kegiatan ekstra baik pengelola maupun penghuni rumah susun, diantaranya adalah ruang bermain untuk tempat bermain anak anak, ruang bercocoktanam untuk mewadahi pengelola atau penghuni yang ingin bercocoktanam, dan warung atau toko untuk mewadahi penghuni yang ingin berjualan atau berusaha. 61

4 Gambar 5.2 Skema Hubungan Ruang Mikro Sumber : Analisa Penulis Analisa Program Ruang 1. Kebutuhan Luas Ruang Dalam Rumah Susun (Bukan Hunian) Tabel 5.3 Kebutuhan Luas Ruang Dalam Rumah Susun Program Ruang Jumlah Ukuran Akumulasi Luas (m 2 ) Sumber* R. Serbaguna 1 300m 2 300x1 300 SNI Kantor Pengelola - R. Manajer 1 18m 2 18x1 18 NAD - R. Pemasaran 1 6-9m 2 9x1 9 NAD - R. Administrasi 1 6-9m 2 9x1 9 NAD - Toilet 2 1,5m 2 1,5x2 3 TSS Pos Keamanan 1 18m 2 18x1 18 SNI R. Panel 6 18m 2 18x6 108 Asumsi TPS 1 18m 2 18x1 18 Asumsi Toilet Umum 36 1,5m 2 1,5x36 54 TSS R. Bermain m 2 180x1 180 SNI R. Komunal 12 18m 2 18x Asumsi R. Urban Farming 24 9m 2 9x Asumsi R. Cuci Jemur 6 18m 2 18x6 108 Asumsi R. Niaga 12 18m 2 18x Asumsi R. Klinik 1 min. 30m 2 30x1 30 SNI Mushola 6 36m 2 36x6 216 SNI Gudang 24 9m 2 9x Asumsi Subtotal 1635 Sirkulasi (30% x Subtotal) 490 TOTAL 2125 *Keterangan : SNI = Standar Nasional Indonesia NAD = Neufert Architect Data TSS = Time Saver Standard Sumber : Analisa Penulis 62

5 Berdasarkan tabel di atas, maka total lahan yang akan terbangun sebesar 2.125m 2 atau sekitar 33% dari total luasan site yang sebesar 6.428m 2. Luasan tersebut jika seluruhnya dibangun pada lantai dasar maka masih di bawah batas KDB site yang sebesar 40% sehingga memungkinkan untuk dibangun. Tabel 5.4 Kebutuhan Luas Unit Tipe 18 Ruangan Sifat Luas (m 2 ) R. Tidur Privat 12 R. Tamu SemiPrivat 6 Total 18 Sumber : Asumsi Penulis Tabel 5.5 Kebutuhan Luas Unit Tipe 27 Ruangan Sifat Luas (m 2 ) R. Tidur Privat 15 R. Tamu SemiPrivat 9 Toilet Privat 3 Total 27 Sumber : Asumsi Penulis Tabel 5.6 Kebutuhan Luas Unit Tipe 36 Ruangan Sifat Luas (m 2 ) R. Tidur Privat 19,5 R. Tamu SemiPrivat 9 Toilet Privat 3 Teras Privat 4,5 Total 36 Sumber : Asumsi Penulis 2. Kebutuhan Jumlah Unit Tiap Tipe Jika diasumsikan dari total luas ruang dalam rumah susun yang sebesar 2.125m 2 sebagai lantai dasar, atas dasar pertimbangan efektifitas bangunan dan batas maksimal ketinggian bangunan yang dapat dibangun dengan sirkulasi tangga adalah 4 lantai sehingga luas untuk hunian adalah 3 kali dari luas lantai dasar 63

6 (Lantai dasar tidak ada hunian). Dari data tersebut maka dapat ditentukan jumlah unit tiap tipe sebagai berikut (total luasan untuk unit : 3 x = 6.375m 2) : Tipe 18 : 19,5% x 6.375m 2 / 18m 2 = maksimal 69 unit Tipe 27 : 48,7% x 6.375m 2 / 27m 2 = maksimal 115 unit Tipe 36 : 31,8% x 6.375m 2 / 36m 2 = maksimal 56 unit 3. Kebutuhan Luas Tempat Parkir Karena rumah susun ini ditargetkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga kapasitas untuk parkir mobil penulis asumsikan tiap 6 orang atau unit adalah 1 mobil. Jadi total maksimal mobil yang dapat ditampung adalah ( )/6 = 40 mobil. Sedangkan untuk sepeda motor berdasarkan SNI tiap 3 pekerja memiliki 1 sepeda motor, jadi total ada 80 motor. Jadi total luasan untuk tempat parkir adalah : Tabel 5.7 Kebutuhan Luasan Tempat Parkir Jenis Kendaraan Jumlah Kebutuhan Parkir (m 2 ) Subtotal (m 2 ) Motor 80 2/motor 160 Mobil 40 12,5/mobil 500 TOTAL 660 (maksimal) Sumber : Analisa dan Asumsi Penulis 5.2 ANALISA ASPEK LOKASI (SITE) Gambar 5.3 Dimensi Site Terpilih Sumber : wikimapia.org 64

7 1. Luasan Site memiliki panjang sisi - sisinya dimulai dari sisi yang bersinggungan dengan jalan Kapal Layar yaitu 108m, 60m, 86m, dan 75m. Sehingga total luas site adalah m Batas Batas Sebelah Utara : Pepohonan Sebelah Barat : Jalan Pupuk Raya Sebelah Selatan : Jalan Kapal Layar Sebelah Timur : Perumahan Harmony Green Village 3. Aksesibilitas Gambar 5.4 Peta Fasilitas Penting di Sekitar Site Terpilih Sumber : wikimapia.org Peta di atas menunjukkan fasilitas fasilitas atau lokasi penting yang berada di sekitar site terpilih, berikut penjabaran dan jaraknya : 1) SMAN 3 Bontang : 620 meter 2) SMPN 5 Bontang : 770 meter 3) Pusat Kelurahan Loktuan : meter 4) Pelabuhan Kota Bontang : meter 5) Rumah Sakit Pupuk Kaltim : meter 6) Kawasan Industri KIE : meter 65

8 4. Kondisi Tapak dan Lingkungan Tapak berbentuk trapesium (segiempat tak beraturan) Tapak tidak berkontur (datar) Terdapat banyak pepohonan di sekitar tapak 5. SWOT A. Strength Kekuatan (strength) dari lokasi ini adalah letaknya yang berada di kelurahan Loktuan yang sudah umum menjadi kawasan tempat tinggal para pekerja/buruh yang bekerja di kawasan industri KIE karena kelurahan tersebut yang letaknya paling dekat dengan kawasan industri KIE sehingga kelurahan ini yang paling memungkinkan untuk didirikan rumah susun bagi pekerja. Selain itu lokasi untuk rumah susun pekerja tersebut terletak di persimpangan jalan yang akan memberi lebih dari satu akses untuk ke perusahaan perusahaan tempat para buruh bekerja. Jalan Pupuk Raya juga merupakan jalur yang umum dilalui oleh bis bis fasilitas dari perusahaan perusahaan industri yang difungsikan untuk menjemput para pekerjanya. B. Weakness Jika dibandingkan dengan pemukiman yang sudah ada di kelurahan Loktuan, lokasi ini memang lebih jauh untuk mencapai kawasan industri KIE tempat para pekerja/buruh banyak bekerja. C. Opportunity Karena makin terbatasnya lahan yang dapat didirikan di kelurahan Loktuan, maka lokasi ini dapat menjadi alternatif lain bagi para pekerja/buruh sebagai tempat tinggal mengingat makin kumuhnya kawasan pemukiman di kelurahan Loktuan. D. Threat Wilayah kelurahan Loktuan masih sering terjadi pemadaman listrik bergilir serta kekurangan pasokan air bersih. 6. Analisa Arah Matahari dan Angin Jika dilihat dari letak geografis kota Bontang berdasarkan posisi garis lintang utara dan selatan ( Lintang Utara) maka posisi kota Bontang bisa 66

9 dikatakan tepat berada di bawah garis khatulistiwa (0 ) yang menyebabkan kota ini dapat terpapar matahari sepanjang tahunnya. Sedangkan berdasarkan kondisi demografi kota Bontang yang merupakan dataran yang datar (minim bukit dan tidak ada gunung) maka angin akan bergerak sesuai dengan pergerakan angin muson yang bergerak dengan orientasi utara selatan atau sebaliknya. Gambar 5.5 Arah Matahari dan Angin Pada Site Sumber : Analisa Penulis 7. Analisa View Tak ada view yang cukup baik ke luar site karena site hanya dikelilingi oleh jalan raya dan pepohonan sehingga perlu dibuat view yang lebih ke dalam site. Gambar 5.6 Analisa View Site Sumber : Analisa Penulis 67

10 8. Analisa Kebisingan Kebisingan yang ada pada site ini hanya berasal dari jalan raya yang ada di sekitar site yaitu pada sisi selatan (Jln. Kapal Layar) dan sisi barat (Jln. Pupuk Raya). Namun sisi sebelah barat lebih menimbulkan kebisingan karena merupakan jalan 2 arah yang lebih besar dari Jln. Kapal Layar yang umum dilewati kendaraan serta bisa dan truk. Gambar 5.7 Kebisingan Sekitar Site Sumber : Analisa Penulis Gambar 5.8 View Dalam dan Luar Site (a) View ke Dalam Site (b) View Arah Utara, Pepohonan (c) View Arah Timur, Perumahan, (d) View Arah Barat, Hutan Sumber : Dokumentasi Pribadi 5.3 KONSEP RUMAH SUSUN 68

11 5.3.1 Konsep Zoning Horizontal Gambar 5.9 Konsep Zoning Horizontal Sumber : Desain Penulis Zona Vegetasi diletakkan di sisi luar site selain sebagai sempadan jalan, namun juga berfungsi meredam polusi udara dan suara yang dihasilkan oleh jalan raya di sekitar site. Sedangkan untuk area drop off bis pekerja diletakkan pada sisi jalan Pupuk Raya karena pada jalan tersebut lah yang dilalui oleh bis bis antarjemput pekerja/buruh. Zona Retail dan area Parkir diletakkan setelah zona terbuka hijau karena kedua zona ini sifatnya zona publik dan zona semi-publik sehingga harus dapat diakses dengan mudah dan lansung dari luar. Zona rumah susun yang merupakan inti dari desain ini diletakkan menjauhi kedua sisi jalanan untuk mengurangi dampak dari polusi udara dan suara dari kedua jalan tersebut. Selain itu pada zonasi ini terdapat fasilitas fasilitas umum pendukung kegiatan penghuni rumah susun dan vegetasi buatan seperti taman, urban farming, serta innercourt untuk menambah nilai estetika, view ke dalam site, dan nilai ekologis Konsep Orientasi Massa Rumah Susun Berdasarkan analisa analisa yang dibahas sebelumnya, menghasilkan beberapa alternatif untuk orientasi masa bangunan : Tabel 5.8 Alternatif Orientasi Massa Bangunan 69

12 Alternatif 1 Orientasi Utara-Selatan Keuntungan Kelemahan - tidak ada bagian yang terkena paparan sinar matahari lansung pada bagian barat - timur Alternatif 2 Orientasi ke dalam - dapat membuat view sendiri - bentuk lebih bervariasi - ada bagian yang terkena paparan matahari lansung di bagian barat - timur Sumber : Analisa Penulis Penulis memilih alternatif 1 sebagai tanggap terhadap ilmu ekologi agar beban energi bangunan tidak terlalu besar. Selain itu dengan bentuk sederhana dapat meminimalisir biaya pembangunan, bentuk yang monoton dapat diatasi dengan membuat bentuk massa bangunan dan fasad lebih atraktif Konsep Bentuk Bangunan Berikut ini merupakan bentuk bentuk dasar bangunan menurut Francis D.K. Ching dalam buku Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Susunannya : Tabel 5.9 Macam macam Bentuk Dasar Bangunan Bentuk Kelebihan Kekurangan Persegi - Mudah dikembangkan - Orientasi ruang jelas - Bentuk statis - Orientasi statis - Layout ruang mudah - Efisiensi ruang tinggi Segitiga - Bentuk stabil dan karakter kuat - Kurang efisien - Fleksibilitas kurang 70

13 - Orientasi ruang pada tiap sudut - Layour ruang sulit pada sudutnya - Mudah digabungkan menjadi bentuk baru Lingkaran - Bentuk dinamis - Orientasi ruang memusat - Memiliki nilai estetika lebih - Fleksibilitas tinggi - Sulit dikembangkan - Sulit digabungkan dengan bentuk lain - Layout ruang sulit Sumber : Buku Arsitektur, Bentuk, Ruang, dan Susunannya Penulis memilih bentuk persegi berdasarkan pertimbangan efektifitas bentuk agar dalam pembangunan rumah susun nanti tidak memakan banyak biaya karena pengerjaan yang mudah. Selain ini dengan bentuk persegi dapat mendukung nilai ekologis yang diinginkan oleh penulis Konsep Sirkulasi Horizontal Sirkulasi horizontal yang dipilih adalah jenis sirkulasi linier yang memiliki kelebihan jelas dan terarah, mudah disesuaikan dengan tapak, mudah dalam pencapaian bangunan. Sedangkan kelemahan dari sirkulasi linier adalah banyak membutuhkan ruang Konsep Sirkulasi Vertikal Sirkulasi vertikal rumah susun hanya menggunakan tangga karena nilai ekonomis dan aturan ketinggian bangunan yang hanya berjumlah 3 lantai. Kelemahan jenis sirkulasi ini adalah kurang ramah kepada penyandang disable Konsep Gubah dan Tata Massa Bangunan Bentuk persegi memiliki sifat kemotonan dalam pengaplikasiannya, maka dari itu penulis sedikit memodifikasi bentuk tersebut agar lebih memiliki nilai estetika dan atraktif tanpa mengurangi nilai ekologis dari yang dapat dihasilkan oleh bentuk tersebut dan tetap memperhatikan kefisienan dalam pembangunan. 71

14 Gambar 5.10 Transformasi Massa Bangunan Sumber : Desain Penulis Gambar 5.11 Konsep Tata Massa Bangunan Sumber : Desain Penulis Konsep Koridor Bangunan Koridor yang akan digunakan adalah sistem Koridor Satu Sisi (Single Corridor Type). Koridor ini bersifat linier dan terdapat bukaan sehingga dapat direncanakan untuk mendapatkan kenyamanan thermal, audio, serta visual. Gambar 5.12 Ilustrasi Koridor Satu Sisi Sumber : Desain Penulis Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kelebihan dari jenis koridor tipe ini dapat banyak memberikan nilai ekologis pada bangunan seperti penanaman vegetasi yang memungkinkan pada koridor karena terkenan paparan sinar matahari 72

15 dan yang utama dapat mendukung sistem cross ventilation sebagai penghawaan alami hunian rumah susun. Sedangkan kekurangan dari jenis koridor tipe ini diantaranya fleksibilitas pemanfaatan ruang yang kurang, ini dapat diselesaikan dengan memanfaatkan ruang tersebut sebagai ruang bercocok tanam (vertical farming). Selain itu kurangnya fleksibilitas koridor sebagai ruang komunal dapat diselesaikan dengan membuat ruang tambahan sebagai ruang komunal atau ruang produktif Konsep Zoning Vertikal Gambar 5.13 Konsep Zoning Vertikal Sumber : Desain Penulis Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bangunan rumah susun yang penulis desain memiliki ketinggian 4 lantai. Pada lantai dasar adalah ruang ruang penunjang yang sifatnya ruang semipublik seperti ruang bermain dan ruang serbaguna. Lalu 3 lantai di atasnya secara garis besar adalah lantai tipikal yang berisi unit hunian, ruang urban farming, dan ruang komunal yang dilengkapi oleh sirkulasi vertikal berupa tangga dan ruang service Konsep Vegetasi Kondisi existing site yang telah memiliki banyak pepohonan di dalamnya dapat dimanfaatkan dengan membiarkan vegetasi tersebut tumbuh pada zona yang dikhususkan untuk ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau juga bisa ditambahkan dengan membuat vegetasi buatan pada zona rumah susun seperti membuat taman, innercourt, dll. Adapun vegetasi vegetasi tersebut dapat berfungsi sebagai : Estetika, menambah nilai keindahan view ke dalam site; 73

16 Pembatas antara zona satu dengan lainnya; Pengarah, sirkulasi hidup; Pengurang polutan baik udara maupun suara. Gambar 5.14 Rencana Vegetasi Sumber : Analisa Penulis Konsep Sistem Struktur 1. Sub-struktur Sistem sub-struktur yang akan digunakan adalah sistem bored pile. Sistem ini dipilih karena sistem ini dalam pemasangannya tidak berdampak bagi lingkungan, memiliki kekuatan yang cukup untuk bangunan tinggi, cocok untuk segala jenis tanah. Kelemahan sistem ini adalah waktu pengerjaan yang lama dan membutuhkan biaya yang besar; 2. Upper-struktur Sistem upper-struktur yang akan digunakan adalah bahan beton bertulang. Sistem tersebut memiliki kelebihan kuat, kokoh, dan dapat dibentuk menjadi bentuk apapun. Kelemahan dari sistem ini adalah waktu pengerjaan yang lama dan proses konstruksi yang rumit; 3. Struktur Atap Sistem struktur atap yang akan digunakan adalah atap dak beton dimana sistem ini memiliki kelebihan pengerjaan yang mudah, kuat, bentuk fleksibel, serta pada bagian atas dapat digunakan seperti pemanfaatan utilitas, green roof, urban farming, dll. Kelemahan dari sistem ini adalah tidak cocok untuk bentang lebar karena sering terjadi kebocoran. 74

17 Konsep Penggunaan Material 1. Dinding Menggunakan beton ringan yang memiliki kelebihan lebih ringan dari bata serta memiliki ukuran yang cocok dengan modul struktur yang diinginkan; 2. Lantai Material untuk lantai adalah material yang umum digunakan yaitu menggunakan semen dengan finshing lalu dilapisi dengan keramik; 3. Plafon Plafon yang digunakan menggunakan material Gypsum Board yang tahan api, mudah dibentuk, pemasangan mudah, dan tahan rayap Konsep Utilitas 1. Sistem Air Bersih Gambar 5.15 Konsep Down Feed System Sumber : Materi Mata Kuliah Utilitas Sumber air bersih utama untuk rumah susun ini berasal dari PDAM dengan tambahan dari pemanenan air hujan. Dengan down feed system untuk distribusi air bersih lebih efisien karena tidak membutuhkan energi listrik yang besar untuk tenaga pemompaan karena penyebaran air memanfaatkan gravitasi bumi. Dalam setiap satu massa rusun terdapat satu sistem air bersih. 2. Sistem Air Kotor Single stack system dipilih dengan pertimbangan kemudahan pemisahan saluran untuk air tinja dan air sabun dalam mengontrol pembuangannya. 75

18 Gambar 5.16 Konsep Single Stack System Sumber : Materi Mata Kuliah Utilitas 3. Sistem Jaringan Listrik Gambar 5.17 Konsep Jaringan Listrik Sumber : Materi Mata Kuliah Utilitas Sumber listrik utama berasal dari daya PLN ditambah dengan listrik yang akan dihasilkan oleh panel surya dengan pembagian waktu pemakaian. Ruang kontrol untuk listrik dari PLN akan dibedakan dengan ruang kontrol untuk listrik dari panel surya. 4. Sistem Pencahayaan Dengan bentuk bangunan yang memungkinkan bangunan mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup maka hunian dapat mengandalkan pencahayaan alami untuk menerangi pada waktu pagi hingga sore hari. Namun pada malam hari akan mengunakan pencahayaan buatan seperti lampu hemat energi. 76

19 5. Sistem Pengudaraan Konsep pengudaraan yang akan digunakan hanya menggunakan pengudaraan alami yaitu bukaan bukaan seperti jendela, lubang angin, pintu, dll dengan sistem cross ventilation. Alasan penggunaaan sistem ini karena tidak boros dalam penggunaan listrik dan tidak perlu perawatan khusus. Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah kenyamanan thermal tergantung cuaca dan terkadang ikut membawa debu dan kotoran. 6. Sistem Transportasi Untuk transportasi secara horizontal yang dipilih adalah jenis sirkulasi linier yang memiliki kelebihan jelas dan terarah, mudah disesuaikan dengan tapak, mudah dalam pencapaian bangunan. Sedangkan kelemahan dari sirkulasi linier adalah banyak membutuhkan ruang. Sedangkan untuk sistem sirkulasi vertikal rumah susun menggunakan tangga atas pertimbangan ekonomis dan aturan ketinggian bangunan dengan ketinggian 4 lantai. Kelemahan jenis sirkulasi ini adalah kurang ramah kepada penyandang disable. Persyaratan tangga antara lain agar memenuhi standar adalah : Lebar tangga minimal 120cm; Lebar bordes minimal 120cm; Lebar injakan anak tangga minimal 22,5cm; Pagar pengaman dengan ketinggian minimal 110cm; Pembuatan railing yang berbentuk lubang memanjang jarak antara sisi - sisinya maksimal 10 cm. Selain itu terdapat tangga darurat pada tiap ujung bangunan sebagai tanggap terhadap kemungkinan bencana kebakaran. 7. Sistem Fire Protection Sebagai tanggap terhadap antisipasi kemungkinan bahaya kebakaran bangunan ini juga akan dilengkapi oleh smoke detector, heat detector, dan hydrant yang disediakan pada tiap massa dan lantai bangunan. 8. Sistem Pembuangan Sampah Sampah sampah terlebih dahulu dipilah berdasarkan sampah organik dan sampah non-organik pada tempat - tempat sampah yang telah disediakan. Sampah sampah tersebut lalu akan dibawa ke tempat pembuangan sampah 77

20 yang terpisah dari bangunan hunian rumah susun untuk selanjutnya akan diangkut oleh truk pengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir. 9. Sistem Penangkal Petir Untuk sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem faraday karena walaupun kurang memiliki nilai secara estetika, namun sistem ini memiliki jangkauan yang luas dan cocok untuk bangunan tinggi. 5.4 KONSEP PENERAPAN TEKNOLOGI PENDUKUNG EKO-ARSITEKTUR Solar Fotovoltaik (PV) Solar PV pada rumah susun ini digunakan sebagai sumber listrik sekunder karena sumber utama tetap berasal dari Perushaaan Listrik Negara (PLN). Pada aplikasinya listrik yang dihasilkan oleh Solar PV ini dapat dijadikan cadangan saat PLN mengalami gangguan atau mengatur waktu penggunaan listrik dari Solar PV dan PLN (contoh : Solar PV digunakan saat siang hari). Untuk pemasangannya Solar PV ini akan dipasang pada atap bangunan rumah susun yang berupa dak beton dengan menghadap ke barat dan timur sehingga dapat memaksimalkan penangkapan cahaya matahari. Listrik yang dihasilkan akan diteruskan dan diatur pada ruang kontrol di lantai dasar bangunan yang berbeda dengan ruang kontrol untuk listrik PLN Rainwater Harvest Air yang didapat dari pemanenan air hujan ini digunakan untuk penggunaan yang berbeda dari penggunaan air bersih pada umumnya. Contohnya untuk irigasi, mencuci, mandi, dsb. Pemanenan air hujan ini hanya bersifat pendukung kebutuhan air, sumber utama air untuk rumah susun ini tetap berasal dari sumur mengingat curah hujan yang tak menentu di lokasi rumah susun. Jenis Panen Air Hujan yang digunakan adalah panen air hujan dengan sistem penampungan di kolam buatan (di atas tanah). Dari kolam ini air dapat disebar dengan pompa seperti sistem upper tank Urban Farming Urban Farming yang penulis maksud disini adalah kegiatan bercocok tanam yang dapat diaplikasikan tidak hanya di atap bangunan namun juga dapat dilakukan di tiap lantai bangunan (verticultur). Kegunaan urban farming ini selain untuk memberi fasilitas bagi penghuni rumah susun untuk ruang aktif bercocok tanam berbagai tanaman sayur-sayuran 78

21 atau obat-obatan, juga untuk memanfaatkan adanya sudut sudut ruang yang tak terpakai sehingga rumah susun ini memiliki nilai lebih dalam hal produktif. Gambar 5.18 Konsep Penerapan Teknologi Eko-Arsitektur Sumber : Desain Penulis 79

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Dasar dari perencanaan dan perancangan Kostel (kos-kosan hotel) dengan penerapan arsitektur berkelanjutan hemat energi: Rancangan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5.1. Program Dasar Kebutuhan Ruang Program dasar kebutuhan ruang pada rumah susun sederhana milik di RW 01 Johar Baru dapat diuraikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Konsep Educopolis menjadi dasar perancangan International Student Housing sesuai degan Visi Universitas Gadjah Mada. Educopolis adalah ketersediaan lingkungan yang

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Hemat Energi pada IklimTropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM PERANCANGAN

BAB III PROGRAM PERANCANGAN 29 BAB III PROGRAM PERANCANGAN A. Tata Ruang Makro 1. Penentuan Lokasi Site Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bone Bolango (Sumber: Dokumen Faksi Bone Bolango) Pemilihan lokasi site harus memperhatikan beberapa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN DAN LAYAK HUNI Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 FARID BAKNUR, S.T. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E N D U K U N G P E N G E M B A N G A N S I S T E M P E N Y E D I

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Wisma Atlet Jatidiri Semarang bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan sarana beristirahat atlet yang mewadahi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabe5.1 Rekapitulasi Program Ruang SMA Negeri 54 Jakarta Kelompok Kegiatan Utama 1. Hall 75,00

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi i ii iii iv v x xiii xiv xv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Dasar Aspek Fungsional Program dasar aspek fungsional rumah susun pada Rumah Susun Milik di Jakarta

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa bagi pekerja ini terdiri dari analisis tapak, analisis fungsi, analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis ruang, analisis utilitas

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5.1. Rekapitulasi program ruang GOR Kudus Wisma Atlet untuk 30 orang 1 Hall 60 2 R.Tidur Atlet

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730 Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit Jumlah Kios = 90 bh (rata-rata memiliki karyawan 2 orang) Jumlah Los (grosir) = 230 bh (rata-rata memiliki karyawan 1 orang) Total = (90x3) + (230x2) = 730 orang Prosentase

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar BAB IV KONSEP 4.1 Ide awal perancangan Ide awal perancangan rumah susun ini adalah rumah susun sebagai miniatur kota dengan fungsi-fungsi yang sederhana dan mandiri. Kota sebagai produk peradaban modern

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dibagi menjadi 2 bagian yaitu program ruang dan tapak terpilih.

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan... DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci