BAB I PENDAHULUAN. bekerja yang saling menguntungkan (Hadhikusuma, 2011). Koperasi sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. bekerja yang saling menguntungkan (Hadhikusuma, 2011). Koperasi sebagai"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan organisasi yang berbentuk badan usaha yang berlandaskan asas kekeluargaan, yang di dalamnya tidak hanya bertujuan untuk mencari laba melainkan kegiatan koperasi diharapkan untuk meningkatkan aktivitas dan kesejahteraan ekonomi anggotanya, dengan jalan menjalankan usaha bersama, untuk kepentingan bersama, diurus secara kekeluargaan sehingga memberikan dasar bekerja yang saling menguntungkan (Hadhikusuma, 2011). Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang dibentuk dari, oleh dan untuk anggota diharapkan dapat memberikan peluang pengembangan usaha para anggota pada khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya didalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial (Djarot Siwidjatmo, 2009). Koperasi dalam hal ini berperan dalam membantu permasalahan yang dihadapi usaha kecil dan menengah melalui penyaluran kredit atau membantu permodalan ke sektor usaha kecil dan menengah. Dalam penyaluran kredit ini koperasi menanggung resiko tinggi yaitu bisa timbul adanya kredit yang bermasalah yakni kredit macet (Sinungan, 2010). Maka untuk mencegah hal tersebut koperasi perlu menerapkan suatu prosedur pemberian kredit yang baik disertai dengan sistem pengendalian internal yang efektif. Selain itu juga koperasi dapat melakukan analisis permohonan kredit calon peminjam terlebih dahulu apakah sudah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan (Firdaus dan Ariyanti, 2009). Selain kelengkapan data-data yang dibutuhkan sebagai permohonan pengajuan kredit, koperasi juga

2 2 melakukan penilaian kelengkapan dan kebenaran informasi dari calon peminjam. Tujuannya adalah mengurangi resiko kredit macet bahkan kegagalan kredit (Budi Untung, 2009). Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan (Siti dan Ely, 2010). Pengendalian internal dalam proses pemberian kredit dikatakan efektif apabila prosedur dan peraturan dalam proses pemberian kredit yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi dengan semestinya (Kanaka Puradiredja, 2007). Untuk itu perlu diketahui apakah pelaksanaan proses pemberian kredit di koperasi tersebut sudah sesuai dengan sistem pengendalian internal yang ada, ini mengacu pada komponen-komponen dalam Committee Of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) (Tampubolon, 2005). COSO menekankan bahwa keandalan sebuah organisasi ditentukan oleh penerapan sistem pengendalian internnya. Internal control menurut COSO adalah suatu proses, di pengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lain dalam suatu entitas, di desain untuk memberikan assurance yang rasional sesuai dengan pencapaian tujuan perusahaan (Tampubolon, 2005). Menurut UU Republik Indonesia tentang Perkoperasian No.17 Tahun 2012 Pasal 1 tentang Perkoperasian: Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan

3 3 kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dari uraian diatas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian pada Koperasi Serba Usaha Artha Karya untuk mengetahui prosedur pemberian kredit yang ada pada koperasi tersebut. Apakah sudah sesuai dengan prosedur yang ada didalam teori, ataukah masih terdapat kekurangan pada prosedur pemberian kredit tersebut. Selain itu peneliti juga ingin meneliti tentang sistem pengendalian internal yang ada di dalam koperasi tersebut. Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan (Agoes, 2012). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Peranan Pengendalian Internal dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pemberian Kredit Guna Menimalisir Risiko Kredit Macet Studi Kasus Pada Koperasi Serba Usaha Artha Karya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengendalian internal yang terdapat pada Koperasi Serba Usaha Artha Jaya? 2. Apakah prosedur pemberian kredit yang diterapkan pada Koperasi Serba Usaha Artha Jaya sudah cukup efektif?

4 4 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan pengendalian internal yang terdapat pada Koperasi Serba Usaha Artha Jaya. 2. Untuk mengetahui keefektifan prosedur pemberian kredit yang digunakan pada Koperasi Serba Usaha Artha Jaya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Bagi peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang koperasi khususnya unit usaha dibidang pemberian kredit kepada anggota koperasi atau calon peminjam serta untuk mengetahui dan menjadi tolak ukur sejauh mana tingkat kemampuan penulis dalam meneliti sebuah masalah. 2. Bagi Koperasi Serba Usaha Artha Karya Membangun pemikiran bagi pihak Koperasi Serba Usaha Artha Karya agar lebih hati-hati dalam pengalokasian dana kredit. 3. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama.

5 5 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar acuan penelitian yang berasal dari berbagai literatur. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi objek penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, metode penelitian dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian ini.

6 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori Koperasi dan Ruang Lingkupnya Pengertian koperasi Masalah ekonomi sangat erat hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan terutama dengan kehidupan kita sehari-hari maupun dunia usaha, sehingga hal ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun dari pihak swasta. Untuk mengatasi masalah teresbut perlu adanya peran koperasi yang mememiliki tempat tersendiri didalam struktur perekenomian. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkoperasian No. 17/2012 Pasal 1: Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi Asas koperasi Koperasi Indonesia memiliki asas kekeluargaan dan kegotongroyongan. Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran dan budi hati nurani manusia untuk bekerjasama dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar kebenaran dan keadilan serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama. Asas kegotongroyongan menunjukkan bahwa pada koperasi terdapat keinsyafan dan semangat bekerjasama, rasa

7 7 bertanggungjawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama (Anoraga dan Widiyanti,2009) Prinsip Koperasi Prinsip Koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi (Sitio dan Tamba,2007). Pada dasarnya, prinsip-prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas koperasi tersebut. Adanya prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai badan usaha berbeda dengan badan usaha lain. Prinsip koperasi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah yang termuat pada pasal 6 UU Republik Indonesia No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. Adapun prinsip koperasi menurut UU Republik Indonesia tentang Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 adalah sebagai berikut : 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal 5. Kemandirian 6. Pendidikan perkoperasian 7. Kerjasama antar koperasi

8 Fungsi dan tujuan koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkoperasian No.17 Tahun 2012 Pasal 4, fungsi dan peran koperasi adalah : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masayarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya. 4. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkoperasian No.17 Tahun 2012 Pasal 4, koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan Jenis-jenis koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkoperasian No.17 Tahun 2012, jenis-jenis koperasi antara lain sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenis usahanya, terdiri dari : a. Koperasi Produksi Koperasi ini bergerak dalam bidang memproduksi bisa berupa barang atau jasa. Dan di sini anggota berperan sebagai pemilik usaha.

9 9 b. Koperasi Konsumsi Koperasi ini menyediakan semua kebutuhan para anggota dalam bentuk barang antara lain berupa bahan makanan, pakaian, alat tulis atau peralatan rumah tangga. c. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Jenis koperasi ini yaitu memberikan pinjaman kepada anggota atau calon peminjam dengan bunga yang rendah. d. Koperasi Serba Usaha (KSU) Koperasi Serba Usaha (KSU) terdiri atas berbagai jenis usaha. Seperti menjual kebutuhan pokok dan barang-barang hasil produksi anggota, melayani simpan pinjam dan pelayanan jasa. 2. Berdasarkan keanggotaannya, terdiri dari : a. Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Koperasi yang beranggotakan pegawai negeri dari institusi pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri. b. Koperasi Pasar (Koppas) Koperasi ini beranggotakan para pedagang pasar. Pada umumnya pedaang disetiap pasar mendirikan Koperasi untuk melayani kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan para pedagang.koperasi ini beranggotakan para pedagang pasar. c. Koperasi Unit Desa (KUD) Koperasi ini biasanya beranggotakan masyarakat pedesaan dan kegiatan usahanya dibidang ekonomi seperti pertanian dan perikanan (nelayan).

10 10 d. Koperasi Sekolah Koperasi sekolah beranggotakan warga sekolah yaitu guru, karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah biasanya menyediakan kebutuhan warga untuk sarana pendidikan. 3. Berdasarkan Tingkatannya, terdiri dari : a. Koperasi primer Koperasi primer merupakan koperasi yang beranggotakan orangorang. Anggota koperasi primer paling sedikit 20 orang. b. Pusat Koperasi Pusat koperasi adalah koperasi yang beranggotakan minimal 5 buah koperasi primer yang berbadan hukum. Daerah kerjanya adalah daerah tingkat II (tingkat kabupaten). c. Gabungan Koperasi Gabungan koperasi adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 3 buah pusat koperasi yang berbadan hukum. Daerah kerjanya adalah daerah tingkat II (tingkat provinsi). d. Induk Koperasi Induk koperasi adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 3 buah gabungan koperasi yang berbadan hukum. Daerah kerjanya adalah ibukota negara RI (tingkat nasional) Permodalan Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkoperasian No. 17 Pasal 66 Tahun 2012, sumber modal koperasi terdiri dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi sebagai modal awal. Selain modal tersebut, juga bisa berasal dari:

11 11 a. Hibah b. Modal penyertaan; c. Modal pinjaman yang berasal dari: 1. Anggota 2. Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya 4. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya 5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah. d. Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar atau ketentuan peraturan perundang-undangan Selisih Hasil Usaha Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkoperasian Nomor 17 Pasal 1 Tahun 2012, mendefinisikan sisa hasil usaha sebagai berikut: Selisih Hasil Usaha (SHU) merupakan Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha yang diperoleh dari hasil usaha atau pendapatan Koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan pengeluaran kas atas berbagai beban usaha. Berkaitan dengan metode pembagian SHU, seharusnya setiap koperasi sejak awal tahun telah mencatat dan memisahkan aktivitas ekonominya, antara transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota. Tetapi, jika koperasi tidak melakukan pemisahan antara transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota maka dalam proses pembagian SHU harus diabaikan antara kedua jenis transaksi tersebut (Rusdianto,2006).

12 Laporan Keuangan Koperasi Perbedaan koperasi dengan perusahaan lainnya bukan hanya dapat dilihat melalui orientasi bisnisnya saja, namun dapat juga terlihat melalui laporan keuangan yang disajikannya. Berdasarkan PSAK 27 Tahun 2007, laporan keuangan koperasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu Kredit dan Ruang Lingkupnya Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari Yunani Credere yang berarti kepercayaan akan kebenaran dalam praktek sehari-hari. Pengertian kredit yaitu Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh keuntungan, kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam (Firdaus,2010). Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang (Suyatno,2008). Pengertian kredit lainnya adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang yang disertai dengan kontraprestasi (balas jasa) yang berupa uang (Anwar, 2007).

13 13 Dari beberapa pengertian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka bisa disimpulkan bahwa pengertian kredit adalah penyediaan uang atau pinjaman kepada calon peminjam dengan pihak bank dalam hal ini khususnya koperasi, yang pelunanasannya sesuai dengan jangka waktu yang disepakati beserta dengan bunga yang telah ditetapkan oleh pihak bank maupun koperasi Unsur-unsur Kredit Berdasakan definisi kredit, bahwa terdapat unsur-unsur kredit yang diuraikan sebagai berikut (Kashmir, 2007): 1. Kepercayaan Kepercayaan ini yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa akan menerima kenbali dana yang dipinjamkan (beserta bunga) kepada debitur sesuai jangka waktu yang dijanjikan. 2. Kesepakatan Dalam unsur-unsur kredit terdapat unsur kesepakatan dimana masing-masing pihak menandatangani perjanjian yang berisi tentang hak dan kewajiban masingmasing. 3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu ini bisa berbentuk jangka pendek (sekitar 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun), jangka panjang (diatas 3 tahun).

14 14 4. Risiko Karena adanya masa tenggang atau jangka waktu maka hal ini salah satu faktor terjadinya kredit macet, atau terlambatnya pelunasan kewajiban debitur. Semakin panjang jangka waktunya biasanya resiko kredit macetnya semakin tinggi. 5. Balas Jasa Balas jasa ini menguntungkan bagi pemberi kredit atau kreditur (bank maupun koperasi) karena akan menghasilkan keuntungan atau pengahasilan bagi kreditur atas pemberian kredit. Balas jasa disini di kenal sebagai bunga. Selain bunga, debitur juga di bebankan adanya biaya administrasi kredit yang bisa menambah keuntungan bagi pemberi kredit Tujuan Kredit Karena pemberian kredit di maksudkan untuk memperoleh keuntungan, suatu lembaga kredit akan memberikan kredit kepada nasabah jika ia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit mampu dan mau mengembalikan kredit yang diterimanya. Dari faktor kemampuan tersebut, menyatakan bahwa (Suyatno, 2008): 1. Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima. 2. Keamanan atau safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin pengembaliannya, sehingga tujuan profitabilty benarbenar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang berarti.

15 15 Dengan demikian tujuan kredit yang diberikan oleh koperasi yang akan mengembangkan agent of development adalah untuk (Suyatno, 2008): 1. Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Tujuan pemberian kredit adalah untuk mencari keuntungan, membantu usaha nasabah dan membantu pemerintah, namun tujuan utama pemberian kredit di negara kita adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat (Kashmir, 2005) Fungsi Kredit Dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan, fungsi kredit adalah (Tohar, 2006): 1. Meningkatkan daya guna uang Memberikan pinjaman uang kepada pengusaha yang memerlukan dana untuk kelangsungan usahanya berarti mendayagunakan uang itu secara benar. 2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Pemberian kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan adanya alat pembayaran yang baru seperti bilyet giro, cek, wesel, dan sebagainya. Ini berarti ada peningkatan uang giral dan pemberian kredit uang dalam bentuk tunai juga meningkatkan daya guna peredaran uang kartal.

16 16 3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang Dengan modal dari kredit, para pengusaha di bidang industri dapat menjalankan usaha membeli bahan baku yang kemudian memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang itu meningkat. 4. Sebagai salah satu stabilitas ekonomi Untuk meningkatkan keadaan ekonomi dari keadaan kurang sehat ke keadaan lebih sehat, biasanya kebijaksanaan diarahkan kepada usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, mengendalikan inflasi, dan mendorong kegiatan ekspor. 5. Meningkatkan kegairahan berusaha Kemampuan para pengusaha untuk mengadakan modal sendiri bagi usahanya sangat terbatas bila dibandingkan dengan keinginan dan peluang yang ada untuk memperluas usahanya. 6. Meningkatkan pemerataan pendapatkan Para pengusaha dapat memperluas usahanya dengan bantuan modal kredit. Biasanya perluasan usaha ini memerlukan tenaga kerja tambahan. Hal ini sama saja dengan membuka kesempatan kerja, juga membuka peluang adanya pemerataan pendapatan. 7. Meningkatkan hubungan internasional Bantuan kredit dapat diselengggarakan dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan dalam negeri mempunyai kemungkinan untuk menerima bantuan kredit dari bank atau lembaga keuangan luar negeri, demikian pula sebaliknya.

17 Perjanjian Kredit Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara Debitur dengan Kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan hubungan hutang piutang, dimana Debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati oleh para pihak (Badrulzaman, 2008). Pada umumnya isi klausula yang tercantum dalam perjanjian kredit tidak selalu sama, disesuaikan dengan jenis fasilitas yang diberikan. namun demikian dalam suatu perjanjian kredit pada umumnya berisi klausula-klausula sebagai berikut (Badrulzaman, 2008) : 1. Jenis, jumlah, dan jangka waktu fasilitas. 2. Perubahan mata uang pinjaman (klausula ini digunakan terutama untuk pinjaman non-rupiah). 3. Penarikan fasilitas kredit, jangka waktu penarikan, cara penarikan, bukti penarikan.. 4. Cara Pembayaran kembali (installment atau langsung) 5. Pembayaran kembali lebih cepat/awal (Voluntary or Mandatory) 6. Bunga. 7. Komisi dan Fee. 8. Bunga denda (apabila terjadi keterlambatan pembayaran). 9. Pembukuan (lokasi dimana pihak kreditur akan membukukan pinjaman tersebut).

18 18 Sedangkan Komposisi perjanjian kredit secara umum terdiri dari 4 bagian, yaitu (Subekti, 2005): 1. Judul 2. Komparisi, yaitu bagian dari suatu akta yang memuat keterangan tentang orang/pihak yang bertindak mengadakan perbuatan hukum. 3. Isi, yaitu bagian dari perjanjian kredit yang memuat hal-hal yang diperjanjikan para pihak termasuk pula jaminan oleh nasabah 4. Penutup. Perjanjian kredit ini perlu mendapatkan perhatian yang khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaannya maupun penatalaksanaan kredit itu sendiri. Adapun fungsi dari perjanjian kredit adalah sebagai berikut (Badrulzaman, 2008): 1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan 2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur 3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit

19 Penggolongan Kredit Kredit dapat digolongkan berbagai macam, yaitu (Siamat, 2005): a. Kredit Lancar Kredit lancar yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya tepat waktu. Kredit lancar mempunyai kriteria sebagai berikut : 1) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu. 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif. 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan uang tunai. b. Kredit Kurang Lancar Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman atau pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai 180 hari dari waktu yang telah disepakati. Kredit kurang lancar mempunyai kriteria sebagai berikut : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 90 hari. 2) Frekuensi mutasi rendah. 3) Terjadi pelnggaran terhadap kontrak yang telah dijanjikan lebih dari 90 hari. 4) Terjadi mutasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. c. Kredit Diragukan Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya terdapat tunggakan yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari dari waktu yang disepakati. Kredit diragukan memiliki kriteria sebagai berikut :

20 20 1) Terdapat tunggakan angusran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 hari. 2) Terjadinya wanprestasi lebih dari 180 hari. 3) Terjadi cerukan yang bersifat permanen. 4) Terjadi kapitalisasi bunga. 5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian maupun pengikat pinjaman. d. Kredit Macet Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 270 hari. Kredit macet mempunyai kriteria sebagai berikut : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 270 hari. 2) Kerugian operasional dituntut dengan pinjaman baru. 3) Jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar, baik dari segi hukum maupun dari segi kondisi pasar Faktor Penyebab Kredit Macet Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana (Sutojo, 2006): a) Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar, dan kredit diragukan. b) Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit.

21 21 c) Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Usaha Piutang Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaann ganti rugi kepada perusahaan asuransi. d) Terlalu mudah memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permohonan kredit yang diajukan. e) Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi f) Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman. g) Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf dibagian kredit. Faktor-faktor kredit macet adalah hal-hal yang ikut menyebabkan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan (Siamat, 2005) Prinsip Permohonan Kredit Beberapa prinsip dalam melakukan penilaian atas permohonan kredit, seperti (Kashmir, 2008) : 1. Prinsip 5 C 2. Prinsip 5 P, dan 3. Prinsip 3 R 1). Prinsip 5C a. Character (Watak/kepribadian) dari calon debitur merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan, sebagai yang paling penting, sebelum

22 22 memutuskan/menetapkan untuk memberikan kredit kepada calon debitur. Dalam hal ini, kreditur harus memperhatikan apakah reputasi calon debitur ini baik atau tidak dalam hubungannya dengan pelunasan pinjaman sesuai waktu yang ditetapkan. b. Capacity (kemampuan) calon debitur dalam menjalankan usahanya harus diketahui pasti oleh pihak calon kreditur. c. Capital (modal) calon debitur perlu di ketahui dan di teliti oleh kreditur, selain dari jumlah perlu di ketahui pula dari strukturnya. Hal ini diperlukan untuk mengukur seberapa besar tingkat ratio likuiditas dan solvabiitasnya. d. Condition of economy (kondisi ekonomi), yaitu bagaimana keadaan ekonomi negara pada saat itu, apakah keadaan eknomi negara dalam keadaan sehat dan terarah karena berkaitan langsung dengan usaha calon debitur dan bagaimana prospek di masa depan. e. Collateral (jaminan atau agunan) adalah jaminan yang berupa harta benda milik debitur sebagai anggunan/tanggungan. 2) Prinsip 5P a. Party (Golongan) Menggolongkan calon-calon peminjam atau debitur menjadi beberapa golongan menurut character, capacity, dan capital.

23 23 b. Purpose (Tujuan) Pihak kreditur atau pemberi pinjaman harus mengetahui apakah kredit yang diminta calon debitur (peminjam) mempunyai aspek ekonomis dan aspek sosial yang positif atau tidak. c. Payment (Sumber Pembayaran) Bila rencana penggunaan kreditnya telah diketahui, analisis berikutnya adalah kreditur harus memperkirakan apakah calon debitur akan mampu memperoleh pendapatan yang cukup untuk dipergunakan dalam pengembalian kredit dengan bunganya. d. Profitability (Kemampuan memperoleh laba) Profitability adalah kemampuan bagi calon debitur untuk memperoleh keuntungan apabila kreditnya direlaisasikan. e. Protection (Perlindungan) Protection dimaksudkan untuk berjaga-jaga pada hal yang tidak diinginkan, karena itu kreditur perlu melindungi kredit yang diberikan melalu jamininan yang diminta oleh kreditur kepada debitur. 3) Prinsip 3R a. Returns/Returning (hasil yang dicapai) Penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan pihak debitur setelah mendapat kredit, apakah cukup memadai untuk mengembalikan kredit beserta bunganya.

24 24 b. Repayment (pembayaran kembali) Repayment ini adalah penilaian lanjutan setelah return, kemudian di prediksi tentang schedule pengembalian kreditnya. c. Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung resiko) Risk Bearing Abilty adalah kemampuan untuk menanggung resiko apabila terjadi kegagalan yang tidak diinginkan. Analisis kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (Lukman Dendawijaya, 2005). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa analisis kredit adalah suatu proses analisis kredit dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan rasio-rasio keuangan untuk menentukan kebutuhan kredit yang wajar. Tujuan analisis kredit untuk melihat atau menilai suatu usaha atas dasar kelayakan usaha, menilai risiko usaha dan bagaimana mengelolanya, dan memberikan kredit atas dasar kelayakan usaha. Dan analisis kredit ini penting karena untuk menganalisis apakah permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur itu layak untuk diterima atau ditolak (Kasmir, 2007) Prosedur Dalam Pemberian Kredit Prosedur pemberian kredit adalah tahapan-tahapan yang dirancang oleh pihak perusahaan dengan maksud mempermudah calon peminjam untuk melaksanakan kredit, dimana tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan oleh kedua belah pihak baik

25 25 oleh pihak perusahaan maupun calon peminjam dengan ketentuan yang berlaku (Rachmat Firdaus dan Maya Aryanti, 2009). Menurut Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 91/Kep./M. KUKM/IX/2004 tentang SOP dalam pemberian kredit adalah sebagai berikut: 1) Anggota 1. Mengajukan permohonan secara tertulis, permohonan ini disampaikan melalui format/formulir standar berupa Surat Permohonan Pinjaman 2. Mengajukan identitas diri (KTP/SIM) 2) Staf Pinjaman 1. Menerima Surat Permohonan dan me-register permohonan tersebut ke dalam buku Register Permohonan antara lain memberi nomor urut, tanggal penerimaan dan penjelasan lainnya 2. Staf Pinjaman melakukan pra-analisis terhadap permohonan tersebut, jika dari hasil pra analisis tersebut tidak dapat dipenuhi/diproses, segera informasikan dan bila diperlukan buat surat penolakan, jika dapat diproses maka dilakukan langkah sebagai berikut: a. Peroleh dan kumpulkan seluruh data dan berkas seluruh data dan berkas yang diperlukan sesuai dengan informasi yang ada pada Surat Permohonan Pinjaman, yakni data ekonomi, yuridis dan jaminan. b. Serahkan data yang berkaitan dengan data yuridis dan jaminan kepada Staf Hukum dan Staf Taksasi Jaminan untuk diproses tindak lanjut.

26 26 c. Buat Analisa Pinjaman yang berkaitan dengan data ekonomis anggota dan mungkin hasil analisis tersebut ke dalam form memorandum pinjaman. d. Peroleh hasil analisis yuridis dan jaminan dari staf hukum dan Taksasi, gabungan hasil analisis tersebut ke dalam form memo pinjaman. Memo proposal pinjaman ini merupakan proposal lengkap analisis pinjaman karena merangkum seluruh aspek penilaian pinjaman dari aspek ekonomi, yuridis dan jaminan. 3. Serahkan memo proposal pinjaman dan berkas pendukungnya pada Staf Hukum dan Dokumentasi untuk mengatur jadwal komite pinjaman. 3) Staf Hukum dan Dokumentasi 1. Menerima data yuridis dan Staf Pinjaman, dan lakukan analisis yuridis atas permohonan tersebut. Analisis ini dituangkan dalam form memo analisa yuridis. 2. Serahkan hasil analisis tersebut kepada Staf Pinjaman untuk diproses tindak lanjut ke dalam proposal pinjaman. 3. Pada saat proposal selesai dibuat oleh staf pinjaman, terima berkas-berkas proposal tersebut dan rencanakan tanggal proses komitenya, catat proposal tersebut ke dalam buku agenda rapat Komite Pinjaman. 4. Siapkan form berita acara rapat Komite Pinjaman. 5. Sampaikan tanggal realisasi komite kepada para anggota Komite Pinjaman pada waktunya.

27 27 4) Staf Taksasi Pinjaman 1. Terima data jaminan dari Staf Pinjaman, dan lakukan taksasi (penilaian) jaminan, tuangkan hasil taksasi jaminan tersebut ke dalam form memo penilaian jaminan. 2. Serahkan memo pinjaman tersebut kepada Staf Pinjaman untuk diproses ke dalam proposal pinjaman. 5) Komite Pinjaman 1. Pada saat yang ditentukan anggota Komite Pinjaman akan mengadakan rapat pembahasan dan evaluasi atas proposal pinjaman yang diajukan. 2. Rapat dibuka oleh Staf Hukum selaku Sekretariat Komite Pinjaman, dan memberikan kesempatan pertama kepada Staf Pinjaman sponsor (staf yang melakukan dan membuat proposal) untuk mempresentasikan hasil analisisnya. 3. Anggota Komite Pinjaman membahas dan mengevaluasi hasil paparan/presentasi Staf Pinjaman Sponsor. 4. Komite Pinjaman memberikan keputusan, yakni: a. Jika hasil keputusan menolak/tidak setuju, maka Staf Pinjaman mempersiapkan surat penolakan pinjaman. Staf Hukum dan Dokumentasi me-register surat tersebut dan segera mengirimkan kepada anggota. b. Jika hasil keputusan dengan catatan, maka Staf Pinjaman harus melengkapi dan memproses data yang diperlukan sesuai permintaan anggota Komite Pinjaman. Staf Hukum dan Dokumentasi mengatur kembali jadwal pertemuan berikutnya, dan selanjutnya jika telah memenuhi syarat, kembali ke proses dan prosedur pada 5) 1 diatas.

28 28 c. Jika hasil keputusan setuju diberikan pinjaman dengan catatan/persyaratan, maka Anggota Komite Pinjaman menandatangani memorandum Komite Pinjaman (MKP) pada kolom persetujuan dan juga memaraf catatancatatan diatas MKP yang meminta persyaratan tersebut. Staf Hukum dan Dokumentasi, Staf Hukum mempersiapkan proses tindak lanjut sesuai prosedur. d. Jika hasil keputusan setuju, maka Anggota Komite Pinjaman menandatangani memorandum Komite Pinjaman (MKP) pada kolom persetujuan, Staf Pinjaman mempersiapkan Surat Pemberitahuan Persetujuan Pinjaman (SPPP). Staf Hukum dan Dokumentasi meregister surat tersebut dan segera mengirimkan kepada anggota dalam 2 (dua) rangkap, yakni asli untuk anggota dan copy untuk arsip yang harus ditandatangani oleh anggota (diatas materai) sebagai tanda persetujuan diatas syarat-syarat yang tertera di dalam SPPP. 5. Staf Hukum dan Dokumentasi mendokumentasikan seluruh berkas untuk proses dan prosedur lainnya. 6) Staf Hukum dan Dokumentasi 1. Mempersiapkan data untuk pengikatan pinjaman. 2. Setelah seluruh data dan pihak yang berkaitan dengan proses pengikatan telah siap, lakukan pengikatan pinjaman. 3. Persiapkan pelepasan (dropping) pinjaman. 4. Pelepasan dilakukan setelah seluruh persyaratan dipenuhi dengan memberikan tanda/cap (flat) dropping atau pelepasan pada MKP dan melampirkan data pendukungnya.

29 29 7) Staf Pinjaman 1. Terima MKP yang telah dibubuhi tanda flat dropping dari staf Hukum dan Dokumentasi (MKP berisikan data persetujuan pemberian fasilitas pinjaman atas anggota yang namanya tercantum di dalam formulir tersebut. 2. Periksa data kelengkapan pendukung dan kelengkapan pengisian dokumen yang diterima, pastikan semua persyaratan yang disyaratkan dalam MKP telah dipenuhi. 3. Apabila data tidak/belum lengkap kembalikan berkas tersebut kepada Staf Hukum dan Dokumentasi untuk dilengkapi. 4. Apabila sudah lengkap dan benar daftarkan pembukuan pinjaman tersebut ke dalam Kartu Pinjaman (untuk file KSP/USP/KSU) dan buku angsuran pinjaman (untuk file anggota)sesuai data yang ada di MKP antara lain; nama dan alamat anggota, nomor rekening anggota, jenis fasilitas, plafond pinjaman, mar-up/marjin, jatuh tempo pinjaman, data jaminandan selanjutnya hutang besarnya biaya-biaya yang menjadi beban anggota. 5. Siapkan slip transaksi (nota) pembukuannya jika pelepasan langsung dibukukan ke rekening simpanan anggota, slip penarikan (sebagai kuitansi) jika akan ditarik tunai. 6. Mintakan persetujuan manajer atas transaksi pelepasan tersebut. 7. Setelah mendapat persetujuan, bukukan transaksi dropping pinjaman ke dalam buku angsuran dan kartu pinjaman. 8. Sertakan slip transaksi (nota) kepada staf pembukuan, atau slip penarikan ke kasir untuk pembayaran (apabila akan ditarik tunai). 9. Serahkan buku angsuran kepada anggota.

30 File kartu pinjaman urut nomor rekening. 8) Manajer 1. Menerima berkas-berkas pelepasan pinjaman dari staf pinjaman antara lain buku angsuran, kartu pinjaman, slip transaksi/slip Penarikan (kuitansi), MKP dan data pendukungnya. 2. Periksa kebenaran dan kelengkapan datanya, jika telah cocok berikan persetujuan pada slip transaksi/penarikan sebagai tandan setuju bayar. 3. Kirimkan kembali seluruh berkas ke Staf Pinjaman. 9) Kasir 1. Menerima Slip Penarikan dari Staf Pinjaman yang telah disetujui oleh manajer. 2. Mintakan tanda tangan anggota pada balik Slip Penarikan/kuitansi sebagai bukti penerimaan. 3. Cocokkan dengan bukti identitas anggota. 4. Siapkan jumlah uang dan lakukan pembayaran. 5. Bukukan pengeluaran tersebut ke dalam Buku Mutasi Harian Kas. 6. Cocokkan Buku Mutasi harian Kas dengan bukti-bukti transaksinya. 7. Jika cocok buat daftar Rekapitulasi Kas Harian (RKH). 8. Kirimkan RKH beserta bukti-buktinya kepada staf pembukuan. 10) Staf Pembukuan 1. Terima slip transaksi (nota) pelepasan pinjaman dari staf administrasi. 2. Bukukan ke dalam Buku Jurnal Memorial. 3. Terima RKH beserta bukti-bukti penunjang (Slip Penarikan/kuitansi pelepasan pinjaman).

31 31 4. Bukukan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas. 5. File slip transaksi/slip penarikan (kuitansi urut tanggal). Menurut SOP diatas, apabila diurutkan berdasarkan aktifitas prosedur pemberian kredit dapat di gambarkan sebagai berikut: 1) Anggota mengajukan permohonan dan persayaratan berupa identitas diri ke bagian Staf Pinjaman. Dalam hal ini pemohon pinjaman mengajukan permohonan secara tertulis, permohonan ini disampaikan melalui format/formulir standar berupa Surat Permohonan Pinjaman dan menyerahkan identitas diri (KTP/SIM). 2) Staf Pinjaman menerima surat permohonan pinjaman dan persyaratan kemudian meregister permohonan tersebut ke dalam buku register permohonan dengan memberi nomor urut, tanggal penerimaan dan penjelasan lainnya, setelah itu Staf Pinjaman melakukan pra-analisis terhadap permohonan tersebut, jika dari hasil pra-analisis tersebut tidak dapat dipenuhi/diproses, Staf Pinjaman segera menginformasikan dan membuat surat penolakan kepada pinjaman. Jika dapat diproses maka Staf Pinjaman mengumpulkan seluruh data dan bekas yang diperlukan sesuai dengan infromasi yang ada pada surat permohonan pinjaman, yakni data ekonomi, yuridis, dan jaminan untuk diserahkan kepada Staf Hukum dan Staf Taksasi untuk ditindaklanjuti. Setelah itu Staf Pinjaman membuat analisis pinjaman yang berkaitan dengan data ekonomis anggota, dan tuangkan hasil analisis tersebut ke dalam form memorandum pinjaman. a. Staf Hukum dan Dokumentasi mnerima data yuridis dan Staf Pinjaman, da lakukan analisis yuridis atas permohonan tersebut. Analisis ini dituangkan

32 32 dalam form memo analisa yuridis dan menyerahkan hasil analisis tersebut kepada Staf Pinjaman untuk diproses ke dalam proposal pinjaman. b. Staf Taksasi Jaminan menerima data jaminan dari Staf Pinjaman, dan melakukan Taksasi (penilaian) jaminan, setelah itu menuangkan hasil taksasi jaminan tersebut ke dalam form Memo Penilaian jaminan dan menyerahkan memo pinjaman tersebut ke Staf Pinjaman untuk diproses ke dalam proposal pinjaman. 3) Staf Pinjaman memperoleh hasil analisis yuridis dan jaminan dari Staf Hukum dan Staf Taksasi kemudian menggabungkan hasil analisis tersebut ke dalam form memo proposal pinjaman. Setelah itu menyerahkan memo proposal pinjaman dan berkas pendukungnya pada Staf Hukum dan Dokumentasi untuk pengaturan jadwal Komite Pinjaman. 4) Staf Hukum dan Dokumentasi menerima berkas-berkas proposal tersebut dan mencatat proposal tersebut ke dalam buku agenda rapat Komite Pinjaman. Kemudian menyiapkan form berita acara rapat Komite Pinjaman dan menyampaikan tanggal realisasi komite kepada para anggota Komite Pinjaman. 5) Pada saat yang ditentukan anggota Komite Pinjaman mengadakan rapat pembahasan dan evaluasi atas proposal pinjaman yang diajukan. Kemudian Komite Pinjaman membahas dan mengevaluasi proposal tersebut serta memberikan keputusan: a. Jika hasil tidak disetujui, maka: 1) Proposal pinjaman diberikan pada Staf Pinjaman untuk mempersiapkan surat penolakan pinjaman.

33 33 2) Staf Pinjaman menerima proposal pinjaman, membuat surat penolakan dan diteruskan pada staf Hukum dan Dokumentasi. 3) Staf Hukum dan Dokumentasi menerima surat penolakan dari Staf Pinjaman, me-register surat tersebut dan segera mengirimkan kepad anggota. b. Jika hasil keputusan dengan catatan, maka: 1) Proposal pinjaman diberikan Pada Staf pinjaman untuk melengkapi dan memproses data yang diperlukan sesuai permintaan anggota Komite Pinjaman. 2) Staf Pinjaman menerima proposal pinjaman dari Komite Pinjaman, melengkapi dan memproses data sesuai permintaan Komite Pinjaman kemudian diteruskan pada Staf Hukum dan Dokumentasi. 3) Staf Hukum dan Dokumentasi menerima proposal yang telah diproses oleh Staf Pinjaman dan mengatur kembali jadwal pertemuan berikutnya. c. Jika hasil keputusan disetujui, maka: 1) Komite Pinjaman menandatangani memorandum komite pinjaman (MKP) pada kolom persetujuan dan diteruskan pada staf Pinjaman untuk mempersiapkan Surat Pemberitahuan Persetujuan Pinjaman (SPPP). 2) Staf Pinjaman menerima MKP dari Komite Pinjaman dan mempersiapkan SPPP. 3) Staf Hukum dan Dokumentasi menerima SPPP dari Staf Pinjaman kemudian m-register dan mengkopi surat tersebut menjadi 2 (dua) rangkap. Dimana yang asli untuk peminjam dan copy digunakan untuk

34 34 arsip yang harus ditandatangani oleh peminjam (diatas materai) sebagai tanda persetujuan diatas syarat-syarat yang tertera didalam SPPP. 6) Setelah melalui persetujuan pemberian kredit, Staf Hukum dan Dokumentasi menyipakan data untuk pengikatan pinjaman. Setelah seluruh data dan pihak yang berkaitan dengan proses pengikatan pinjaman telah siap, maka dilakukan pengikatan pinjaman dengan memberikan tanda/cap (flat) dropping atau pelepasan pada MKP dan melampirkan data pendukungnya dan diteruskan ke bagian Staf Pinjaman. 7) Staf Pinjaman menerima dan memeriksa MKP yang telah dibubui cap (flat) dropping atau pelepasan dari Staf Hukum dan Dokumentasi. Jika data tidak/belum lengkap maka berkas tersebut dikembalikan kepada Staf Hukum dan Dokumentasi untuk dilengkapi. Apabila sudah lengkap dan benar MKP didaftarkan ke dalam kartu Pinjaman (untuk file KSU/KSP) dan buku angsuran pinjaman (untuk file angota). 8) Manajer menerima dan memeriksa kebenaran dan kelengkapan berkas-berkas pelepasan pinjaman dari Staf Pinjaman, anatara lain buku angsuran, kartu pinjaman, slip transaksi/slip penarikan (kuitansi), MKP dan data pendukungnya. Jika telah cocok, maka Manajer memberikan persetujuan pada slip transaksi/ penarikan sebagai tanda setuju bayar, dan mengembalikan seluruh berkas ke Staf Pinjaman. 9) Setelah mendapat persetujuan, Staf Pinjaman membukukan transaksi dropping pinjaman ke dalam buku angsuran dan kartu pinjaman, membukukan file kartu pinjaman sesuai urut nomor rekening. Setelah itu menyerahkan slip transaksi

35 35 (nota) kepada Staf Pembukuan atau slip penarikan ke kasir untuk pembayaran (apabila akan ditarik tunai) dan menyerahkan buku angsuran kepada anggota. 10) Setelah memnerima slip penarikan dari Staf Pinjaman, Kasir meminta tanda tangan anggota pada balik Slip Penarikan/kuitansi sebagai bukti penerimaan, mencocokkan dengan bukti identitas anggota, menyiapkan jumlah uang dan melakukan pembayaran. Setelah itu Kasir membukukan pengeluaran tersebut ke dalam Buku Mutasi Harian Kas, mencocokkan Buku Mutasi Harian Kas dengan bukti-bukti transaksinya, membuat dan menyerahkan daftar Rekapitulasi Kas Harian (RKH) ke Staf Pembukuan. 11) Staf Pembukuan menerima dan membukukan slip transaksi pelepasan pinjaman beserta RKH, kemudian masing-masing dibukukan ke dalam Buku Jurnal Memorial dan Jurnal Kas serta menyimpan file slip transaksi/slip penarikan (kuitansi urut tanggal) Pengendalian Internal Dalam Sistem Pemberian Kredit Pengertian Pengendalian Intern Pengertian pengendalian intern adalah meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen (Mulyadi, 2008) Tujuan Pengendalian Internal Tujuan pengendalian intern adalah (Mulyadi, 2008): 1. Menjaga kekayaan organisasi 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

36 36 3. Mendorong efisiensi 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Prinsip-prinsip Pengendalian Intern Prinsip-prinsip dibawah ini perlu diperhatikan agar dapat terlaksananya pengendalian intern yang baik, yaitu (Tuti Trisnawati, 2009): 1. Pegawai atau karyawan yang kapabel dan dapat dipercaya. Masing-masing karyawan harus diberi tanggung jawab yang sesuai dengan kecakapan, pengalaman, dan kejujuran. 2. Pemisahan wewenang Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga disatu pihak tenaga para karyawan dapat dipergunakan sebaik-baiknya sekaligus terdapat pemisahan wewenang untuk maksud-maksud pengawasan intern. 3. Pengawasan Hasil pekerjaan masing-masing karyawan harus diawasi dan dinilai oleh atasannya yang bertanggung jawab atas hasil pekerjaan karyawan tersebut agar mereka tetap jujur dan teguh imannya. 4. Penetapan tanggung jawab perorangan Setiap orang akan bekerja lebih baik jika tahu bahwa akan dimintai pertanggungjawaban apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 5. Pemeriksaan otomatis berdasarkan prosedur-prosedur yang rutin Dengan ditetapkannya prosedur-prosedur yang rutin, maka dalam organisasi memungkinkan dapat diadakan spesialisasi, pembagian tugas, dan pemeriksaan otomatis atas kejadian rutin.

37 37 6. Pencatatan yang seksama dan segera Pencatatan transaksi, baik transaksi eksternal maupun kejadian internal yang mempunyai akibat ekonomis, harus segera dicatat dalam dokumen dasar (formulir-formulir) yang sudah disediakan. 7. Penjagaan fisik Jelaslah kiranya bahwa kerugian-kerugian karena kecurangan akan banyak berkurang jika diadakan alat-alat pencegahan secara fisik seperti misalnya cash register, lemari besi, gudang yang terkunci dan sebagainya. 8. Pemeriksaan oleh petugas Pemeriksaan dalam hal ini adalah tanggung jawab bagian pemeriksaan intern atau pengawas koperasi Faktor Penyebab Pentingnya Pengendalian Internal Faktor-faktor mengenai pentingnya audit internal sebagai berikut (Amin Widjaja Tunggal,2006): 1) Perusahaan semakin besar sehingga diperlukan pengawasan akuntansi dan statistik yang luas. 2) Operasi perusahaan lebih dari satu tempat. 3) Sistem pengenalian internal tidak berjalan sebagaimana mestinya atau tidak berjalan efektif. 4) Mengurangi biaya pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik. 5) Merupakan alat bagi manajemen untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan tertentu.

38 Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern Pengendalian intern dapat diuraikan sebagai berikut (Mulyadi, 2008) : 1. Kesalahan dalam pertimbangan Sering manajemen dan personil lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya tugas informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain. 2. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah ayau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan. 3. Kolusi Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidak beresan atau tidak terdeteksinya kecurangan atau penegndalian intern yang dirancang. 4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

39 39 5. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan penegndalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun mafaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dengan pertimbangan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern Peranan Pengendalian Internal dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pemberian Kredit Tujuan utama dalam pengendalian internal pada kredit adalah untuk memberikan arahan kegiatan pemberian kredit agar dapat mengurangi kegagalan perkreditan dan terjadinya kredit macet. Pengendalian internal yang baik dirancang dengan memperhasilkan kepentingan manajemen perusahaan atau koperasi dan dengan memperhatikan aspek biaya manfaat yang diharapkan. Kemacetan kredit dapat dikurangi dengan menjalankan pengendalian intern yang efektif. Sedangkan efektivitas pengendalian internal pemberian kredit adalah tercapainya tujuan pengendalian internal yang meliputi (Mulyadi, 2008): a. Keandalan laporan keuangan b. Efektivitas dan efesiensi operasi c. Kepatuhan atas hukum peraturan dan peraturan yang berlaku Peranan pengendalian internal pemberian kredit akan efektif apabila terdapat unsur-unsur pengendalian internal sebagai berikut (Mulyadi, 2008): 1. Lingkungan pengendalian (control environment)

40 40 Lingkungan pengendalian merupakan landasan dari semua internal control. Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan terhadap aktivitas secara umum dan konsep pengendalian secara khusus, yaitu: a. Integritas dan nilai etika (demonstrasi berkelanjutan dari manajemen melalui kata-kata dan praktek untuk menerapkan standar etika yang tinggi). b. Komitmen untuk pengembangan SDM dan kompetensinya (tingkat kompetensi terhadap pekerjaan tertentu dan senior manajemen sepenuhnya mengerti mengenai tanggung jawab dan memiliki pengalaman serta tingkat pengetahuan yang sesuai dengan posisinya). c. Struktur organisasi (struktur organisasi yang kompleks dapat membuat manajemen kurang memonitor aktivitas dan informasi dalam perusahaan). d. Filosofi manajemen dan gaya operasional (filosofi dan gaya manajemen yang pervasive dan memiliki efek positif ke seluruh perusahaan). e. Pelimpahan tanggung jawab dan wewenang (ada pelimpahan tanggung jawab, wewenang, dan kebijakan yang sesuai dengan akuntabilitas dan kontrol dalam perusahaan). a. Kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM) dan prosedurnya (kebijakan SDM yang memperoleh dan mempertahankan karyawan yang kompeten sehingga dapat mencapai rencana dan tujuan perusahaan). g. Partisipasi dari semua elemen yang terkait dengan governance baik board of directors maupun komite audit (kebijakan manajemen bahwa nilai etika tidak dapat ditawar, dan keyakinan seluruh karyawan telah menerima dan mengerti informasi ini).

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Dengan adanya perkembangan di bidang ekonomi saat ini, penyedia modal sangat dibutuhkan. Adanya penyedia modal mendukung jalannya

PENDAHULUAN Dengan adanya perkembangan di bidang ekonomi saat ini, penyedia modal sangat dibutuhkan. Adanya penyedia modal mendukung jalannya PENDAHULUAN Dengan adanya perkembangan di bidang ekonomi saat ini, penyedia modal sangat dibutuhkan. Adanya penyedia modal mendukung jalannya kegiatan perekomian. Dalam hal ini, salah satu bentuk usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengendalian internal dalam perusahaan besar sangat sulit, dikarenakan banyaknya anggota dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu di perlukan pengendalian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Agoes (2004) menjelaskan tiga tujuan pengendalian intern, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja keuangan perusahaan memberikan pengaruh pada posisi perusahaan dalam persaingan bisnis. Kinerja yang tercermin dari laporan keuangan juga dijadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BUMN ( Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang berisikan dua elemen esensial yakni unsur Pemerintah (public) dan unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Dalam dunia modern ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu Negara sangatlah besar.begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berikut adalah penelitian yang sejenis dengan apa yang akan diteliti: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti / tahun 1. Kriswanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto)

PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto) PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto) Oktavia Rahajeng Lestari, Siti Ragil, Fransisca Yaningwati Fakultas Ilmu Administrasi,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Koperasi 3.1.1 Sejarah Singkat Koperasi Koperasi Buana Indonesia adalah Koperasi yang berikrar pada tanggal 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Efektivitas Efektif berkaitan dengan banyaknya hasil yang dicapai. Menurut Yamit (1998:14) efektivitas adalah suatu ukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IAPI (2011:319.2) pengertian pengendalian intern adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IAPI (2011:319.2) pengertian pengendalian intern adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Intern Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu perusahaan agar aktivitas perusahaan bisa berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih.

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Pemerintah telah bertekad untuk melakukan langkah dan kebijaksanaan strategis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

PERANAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MENUNJANG STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN ATAS KREDIT PRODUKTIF (STUDI KASUS PADA PD

PERANAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MENUNJANG STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN ATAS KREDIT PRODUKTIF (STUDI KASUS PADA PD Program Studi Akuntansi S1 dan D3 Fakultas Ekonomi, Universitas Garut EISSN: 2527-6948 PERANAN SISTEM AKUNTANSI DALAM MENUNJANG STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN ATAS KREDIT PRODUKTIF (STUDI KASUS PADA PD.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat dipengaruhi dengan adanya pertumbuhan ekonomi global yang sangat cepat. Dampak globalisasi terutama di sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran atau pertukaran yang siap dan bebas digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kredit 1. Pengertian kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi sistem terlebih dahulu. Penjelasan mengenai sistem ini telah

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi sistem terlebih dahulu. Penjelasan mengenai sistem ini telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem dan Prosedur 2.1.1 Pengertian Sistem Pembahasan mengenai definisi sistem ini sangat perlu untuk dilakukan, sehingga sebelum membahas tentang judul di atas, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sejarah dan Definisi Koperasi 2.1.1 Sejarah Koperasi Menurut Amidipradja Talman (1985:22) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah : Badan usaha yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan menurut Kasmir (2012:7), laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sebagaimana penulis ketahui pihak manajemen di dalam suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang optimal di dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengendalian Internal II.1.1. Pengertian Pengendalian Internal Perusahaan menyusun sistem pengendalian internal dalam rangka untuk membantu dalam pencapaian tujuannya. Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Menurut Hasibuan (87: 2008) kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah

Lebih terperinci

By : Angga Hapsila, SE.MM

By : Angga Hapsila, SE.MM By : Angga Hapsila, SE.MM BAB VI MANAJEMEN KREDIT 1. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT 2. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT 3. KUALITAS KREDIT 4. TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT MACET PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perkoperasian Koperasi di Indonesia suatu wadah perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas tata kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Suatu organisasi merupakan satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Suatu organisasi merupakan satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Struktur Organisasi Suatu organisasi merupakan satu wadah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu harus mempunyai struktur organisasi yang menyatakan berbagai fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian I. Implementasi Sistem Informasi atas Pembelian dan Penjualan pada CV. Barezky Total CV. Barezky Total adalah termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cabang semarang. Tujauan peneliti adalah sebagai bahan pertimbangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Pulasari (2010) meneliti tentang evaluasi system pengendalian internal penjualan jasa perawatan lift pada PT.Industri Lift Indonesia Nusantara kantor cabang

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan membahas mengenai evaluasi pengendalian intern atas

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan membahas mengenai evaluasi pengendalian intern atas BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini akan membahas mengenai evaluasi pengendalian intern atas penjualan, piutang dan penerimaan kas pada PT.Smartdata Securindo. Pengendalian intern dilakukan untuk mengamankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, di mulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PEMBERIAN KREDIT

PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PEMBERIAN KREDIT JURNAL PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus Koperasi Jaya Abadi Tulungagung) ROLE OF ACCOUNTING INFORMATION SYSTEMS IN SUPPORTING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Krismiaji (2010:218), Pengendalian internal (internal control) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa, maupun manufaktur mempunyai tujuan yang sama untuk menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis dengan berbagai macam bidang usaha. Dalam menjalankan usahanya setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahasa Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahasa Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Koperasi Kata koperasi berasal dari bahasa latin yaitu coopere yang dalam bahasa Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari kata co dan operation

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini Indonesia mengalami krisis ekonomi, untuk keluar dari krisis ini maka Indonesia meningkatkan pembangunan di segala sektor, baik sektor ekonomi,

Lebih terperinci

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK BRI AGRO KANTOR CABANG PEMBANTU DEPARTEMEN KEHUTANAN, JAKARTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengendalian Internal 2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Peranan pengendalian internal dalam perusahaan sangat penting, hal ini berguna untuk menilai aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adanya penelitian terdahulu yang telah dibahas sebelum penelitian ini dilakukan, penelitian-penelitian yang pembahasannya menguraikan satu topik dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, peranan sistem dalam kegiatan perusahaan sangatlah penting dalam membangun kepentingan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA 22 BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Kas Pengertian Kas Dalam bahasa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan atau berasal dari bahasa Latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Jadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem O Brien, James A.(2010:32) mendefinisikan Sistem adalah sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk kesatuan Gelinas, U. J.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri studi kasus Regional Credit Recovery Jakarta Sudirman. Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Evaluasi sistem penyaluran modal kredit Pada lembaga keuangan pasar Dinas perindagkop dan UKM kabupaten Sragen

Evaluasi sistem penyaluran modal kredit Pada lembaga keuangan pasar Dinas perindagkop dan UKM kabupaten Sragen 1 Evaluasi sistem penyaluran modal kredit Pada lembaga keuangan pasar Dinas perindagkop dan UKM kabupaten Sragen Oleh: Widya Anastalia NIM F3304193 BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR WAWANCARA Jawab

DAFTAR WAWANCARA Jawab 89 DAFTAR WAWANCARA 1. Bagaimana Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan pada Bank Prekreditan Rakyat Jawab a. Bagi pihak pemberi kredit/kreditur (bank) Pemberian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir:2010). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir:2010). Menurut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1. Pengertian Bank Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu perusahaan, sistem akuntansi memegang peranan penting dalam mengatur arus pengelolaan data akuntansi untuk menghasilkan

Lebih terperinci