ANALISIS YURIDIS MENGENAI SENGKETA KEDUDUKAN PENYEWA TANAH (STUDI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN NO.562/PDT.G/1995/PN-MDN) AUDI YULIAN MAHDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS YURIDIS MENGENAI SENGKETA KEDUDUKAN PENYEWA TANAH (STUDI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN NO.562/PDT.G/1995/PN-MDN) AUDI YULIAN MAHDI"

Transkripsi

1 1 ANALISIS YURIDIS MENGENAI SENGKETA KEDUDUKAN PENYEWA TANAH (STUDI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN NO.562/PDT.G/1995/PN-MDN) AUDI YULIAN MAHDI ABSTRACT The right to lease a building is the right of a person or a legal entity to construct and to have a building on a piece of land owned by other person by paying for the rent for a certain period of time which is agreed by both parties. In the case of the right to lease, the owner hands over his empty land to a tenant so that the latter can build a building on it. The leasing relation between the land owner and the tenant will not be broken off when the leasing object is sold by the owner. The leasing contract made orally by the land owner and the tenant did not cause the tenant s rights vanished. The land right transfer which became the leasing object should not break off the leasing. The tenant could file compensation if the land he was renting would be sold without his knowledge, and had the right to pull down the house he had built and take it away with him. He had the right to own his own home which he had built on the leasing land. Keywords: Right to Lease, Leasing, Contract I. Pendahuluan Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap manusia yang ada di bumi. Manusia sendiri membutuhkan tanah dari lahir hingga meninggal dunia, baik sebagai tempat tinggal, tempat bekerja dan hidup, tempat dari mana mereka berasal dan akan kemana pula mereka akan pergi. 1 Pentingnya tanah tersebut menimbulkan banyak persoalan sendiri di kalangan masyarakat sehingga banyak menimbulkan konflik. Konflik adalah sebuah keniscayaan dalam interaksi dan dinamika kehidupan masyarakat dimana pun. Yang bisa dilakukan manusia adalah mencegah dan mengurangi dampak kerusakan atau kehancuran fisik dan non fisik dari setiap konflik yang terjadi. Konflik pertanahan pun akan terus 1 Benhard Limbong, Reforma Agraria, (Jakarta : PT. Dharma karsa Utama, 2012), hal. 233 (selanjutnya disebut sebagai Benhard Limbong I).

2 2 berlangsung bahkan cenderung meningkat, karena tanah memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi simbol status sosial. 2 Sengketa dan konflik pertanahan yang terjadi di Indonesia sangat kompleks, baik konflik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Konflik vertikal terjadi antara masyarakat dengan pemerintah/pihak yang berwenang. Selain konflik vertikal, ada juga konflik horisontal. Konflik horisontal adalah konflik yang paling sering terjadi antara lain kasus sertipikat tanah ganda atau kepemilikan beberapa sertipikat pada sebuah bidang tanah, tanah warisan, masalah sewa menyewa, dan lain sebagainya. 3 Salah satu konflik horizontal yang terjadi adalah masalah sewa menyewa. Suatu perjanjian sewa menyewa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan sesuatu benda untuk dipakai selama suatu waktu tertentu sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu pada waktu yang ditentukan. Pihak penyewa memikul dua kewajiban pokok yaitu membayar uang sewa pada waktunya, memelihara barang yang disewakan itu sebaik-baiknya seolah-olah itu barang miliknya sendiri. 4 Sengketa sewa menyewa adalah suatu sengketa yang terjadi antara pemilik rumah dan penyewa rumah yang biasanya berakibat pemutusan atau peninjauan kembali hubungan sewa menyewa. Sebetulnya sengketa ini merupakan suatu sengketa perdata biasa dan penyelesaiannya pun mudah dan sederhana karena segala sesuatunya bisa dikembalikan kepada isi kontrak/perjanjian sewa menyewa yang menjadikan dasar sewa menyewa tersebut. Namun lain halnya dalam sengketa sewa menyewa yang tidak didasarkan pada kontrak/perjanjian sewa menyewa. Penyelesaian sengketa tidak bisa sederhana karena harus ditempuh melalui suatu prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5 2 Benhard Limbong, Opini kebijakan Agraria, (Jakarta : Margaretha Pustaka, 2014), hal. 2. (selanjutnya disebut sebagai Benhard Limbong II). 3 Ibid, hal. 3 4 Ibid, hal Harun Al Rasyid, Upaya Penyelesaian Sengketa Sewa Menyewa Perumahan Menurut Ketentuan Perundang-undangan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985) hal. 12.

3 3 Adapun permasalahan-permasalahan yang hendak diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kedudukan hukum penggugat dalam putusan Pengadilan Negeri Medan No. 562/PDT.G/1995/PN-MDN? 2. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara gugatan dalam putusan Pengadilan Negeri Medan No. 562/PDT.G/1995/PN-MDN? 3. Bagaimana akibat hukum dari putusan Pengadilan Negeri Medan No. 562/PDT.G/1995/PN-MDN terhadap penyewa tanah? Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum penggugat dalam putusan Pengadilan Negeri Medan No. 562/PDT.G/1995/PN-MDN. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara gugatan dalam putusan Pengadilan Negeri Medan No. 562/PDT.G/1995/PN-MDN. 3. Untuk mengetahui akibat hukum dari putusan Pengadilan Negeri Medan No. 562/PDT.G/1995/PN-MDN terhadap penyewa tanah. II. Metode Penelitian Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (yuridis normatif). Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder melalui studi dokumen yang terdiri dari : a. Bahan hukum primer berupa Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentnag Perumahan dna Permukiman, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

4 tanah. 6 Hak Sewa Untuk Bangunan yang oleh Pasal 16 UUPA disebut dengan 4 b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memebrikan penjelasan mengenai bahan bhukum primer, seperti hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah yang terkait dengan masalah penelitian. c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Untuk lebih mengembangkan data penelitian ini, dilakukan analisis secara langsung kepada informan dengan menggunakan pedoman analisis yang yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hak sewa adalah hak untuk mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa. Hak Sewa Atas Bangunan yaitu penyewa menyewa bangunan di atas tanah hak orang lain dengan membayar sejumlah uang sewa dan dalam jangka waktu yang tertentu yang disepakati oleh pemilik bangunan dengan penyewa bangunan. Jadi objek perbuatan hukumnya adalah bangunan bukan Hak Sewa saja. Berbeda dengan apa yang disebut dalam angka 10, maka hak ini akan berlaku terus sebagaimana pokok-pokoknya diatur dalam Pasal 44 dan Pasal 45 UUPA. Kemudian dalam Pasal 50 Ayat (2) UUPA Hak Sewa Untuk Bangunan akan diatur dengan peraturan perundang-undangan. Sewa menyewa (rumah atau tanah) adalah penghunian (rumah atau tanah) oleh bukan pemilik rumah untuk jangka waktu tertentu dan pembayaran sejumlah uang sebagai uang sewa oleh pihak penyewa kepada pihak yang menyewakan berdasarkan perjanjian sewa 6 Urip Santoso I, op.cit, hal. 126

5 5 menyewa. Setiap kesepakatan yang didapat sebaiknya direalisasikan dalam kontrak atau perjanjian, agar setiap pihak paham akan hak dan kewajibannya guna menghindari sengketa di kemudian hari ataupun dapat dijadikan dasar acuan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi. 7 Pengertian sewa menyewa disebutkan dalam Pasal 1548 KUHPer, yaitu suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Dari rumusan Pasal 1548 KUHPer tersebut menunjukkan bahwa dalam sewa menyewa terdapat dua pihak, yaitu satu pihak sebagai pihak yang menyewakan dan pihak lainnya sebagai penyewa barang. Pihak yang menyewakan memberikan kenikmatan dalam jangka waktu tertentu atas sesuatu barang kepada penyewa, dan pihak penyewa barang menyerahkan sejumlah uang sebagai uang sewa kepada pihak yang menyewakan barang. Perjanjian sewa menyewa merupakan perjanjian konsensual, artinya ia sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya yaitu barang dan harga. 8 Perjanjian sewa menyewa terjadi sejak adanya kesepakatan antara pihak yang menyewakan dan pihak penyewa mengenai objek yang akan disewakan dan harga sebagai uang sewa. Perjanjian sewa menyewa secara lisan diatur dalam Pasal 1571 KUHPer. Dijelaskan dalam Pasal 1571 KUHPer bahwa jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak lain bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan tenggang-tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat. Perjanjian sewa menyewa yang tidak dibuat dengan tulisan (lisan), maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa bahwa ia hendak menghentikan 7 Santia Dewi dan R.M.Fauwas Diradja, Panduan Teori & Praktik Notaris, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2011), hal Subekti, op.cit, hal. 40

6 6 sewanya, pemberitahuan mana harus dilakukan dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu, maka dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama. Pasal 1570 KUHPer mengatur tentang perjanjian sewa menyewa yang dibuat secara tertulis. Dijelaskan dalam Pasal tersebut bahwa jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa itu berakhir demi hukum, apabila waktu yang ditentukan telah lampau, tanpa diperlukannya sesuatu pemberhentian untuk itu. Perjanjian sewa menyewa yang dibuat secara tertulis, tidak menentukan harus dengan akta notariil atau akta di bawah tangan. Dalam hal terjadi jual beli hak atas tanah yang di atasnya terdapat bangunan yang bukan milik si pemilik tanah, maka terlebih dahulu harus jelas siapa pemiliknya dan siapa penghuninya serta bagaimana hubungan hukum pemilik tanah dengan pemilik bangunan. Mesti jelas pula hubungan hukum antara penghuni bangunan dengan pemilik bangunan. Kalau tidak jelas, berarti membeli tanahnya, tetapi bangunannya milik orang lain, itulah bisa menimbulkan konflik. 9 Dalam hal pemilik bangunan ternyata bukan pemilik tanah, maka dalam kejadian seperti itu harus jelas masalah bangunannya. Apakah tanah dan bangunan sekaligus dijual ataukah hanya tanah saja. Kalau hanya tanahnya saja yang akan dijual, lalu bagaimana tentang bangunannya. Pemilik bangunan harus diikutsertakan dalam jual beli. Setidak-tidaknya harus diatur masalah bangunan. 10 Kedudukan Penggugat Dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 562/Pdt.G/1995/PN-Mdn. Dalam dalil gugatannya, penggugat menyatakan bahwa dia adalah sebagai penyewa tanah seluas 30 x 70 m2, sebagian dari tanah ex. Grant Sultan atas nama Adja Hulina Nomor 50 tertanggal 10 Maret 1905, terletak di Jalan Pekan Sunggal Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal, Kotamadya Medan. 11 Selain menyewa tanah, penggugat juga menyatakan bahwa dia adalah pemilik dari rumah yang ada di atas tanah tersebut. Pengugat 9 Effendi Perangin, 401 Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria, (Jakarta : Rajawali, 1986), hal Ibid, hal Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 562/Pdt.G/1995/PN-Mdn, hal 2.

7 7 mendirikan rumah setelah mendapat persetujuan/izin dari pemilik tanah yaitu Adja Hulina dan mendapat izin bangunan dari Walikotamadya Medan KDH Tingkat II. Di dalam proses persidangan, penggugat melalui bukti-bukti yang diajukannya tidak ada sama sekali yang menunjukkan bahwa telah terjadi hubungan hukum sewa menyewa antara penggugat dengan pemilik tanah. Hakim berpendapat bahwa hak sewa atas sebidang tanah merupakan suatu hak yang timbul dari adanya perjanjian sewa menyewa berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Perjanjian sewa menyewa yang dilakukan hanya sebatas perjanjian yang dilakukan secara lisan, sehingga sulit untuk dibuktikan bahwa telah terjadi hubungan hukum sewa menyewa. Awalnya Penggugat ada menyewa sebidang tanah seluas 30x70 M2 (tiga puluh kali tujuh puluh meter persegi) yang terletak di Jalan Pekan Sunggal No. 395, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, dari Adja Hulina (Almarhum) pada tahun Setelah mendapat persetujuan dari pemilik tanah yaitu Adja Hulina dan juga mendapat izin bangunan dari Walikota Medan, maka Penggugatpun mendirikan rumah tempat tinggal di atas tanah kepunyaan Adja Hulina tersebut. Sebagai penyewa yang baik, Penggugat selalu membayar uang sewa tanah tersebut kepada Adja Hulina dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari tahun ke tahun tanpa pernah lalai. Pada tahun 1991, pemilik tanah tersebut yaitu Adja Hulina meninggal dunia, sehingga Penggugat tidak tahu harus kemana dan kepada siapa membayarkan uang sewa tanah tersebut. Hingga pada akhirnya Penggugat mengetahui bahwa tanah yang disewanya telah diserahkan kepada Tergugat I berdasarkan Berita Acara Eksekusi Penyerahan dari Pengadilan Negeri Medan Nomor 6/Eks/94/406/Pdt./92/PN.Medan tertanggal 1 Agustus Setelah mengetahui bahwa Tergugat I adalah orang yang berhak atas tanah yang disewa oleh Penggugat, maka Penggugat bermaksud membeli atau mengganti rugikan tanah yang disewanya itu. Akan tetapi, sebelum maksud Penggugat tersebut tercapai, Penggugat mengetahui bahwa atas tanah tersebut telah terjadi transaksi jual beli antara Tergugat I dengan Tergugat II dan Tergugat III sebagaimana telah

8 8 dinyatakan dalam Akta Perjanjian Akan Jual Beli No. 40 tanggal 9 Desember 1993 yang diperbuat di hadapan Tergugat IV. Penggugat beranggapan bahwa menurut hukum dan adat/kebiasaan ketimuran, Tergugat I semestinya memberikan prioritas utama dan menawarkan kepada Penggugat terlebih dahulu tanah yang disewa Penggugat tersebut, bukan malah langsung melakukan transaksi jual beli dengan phak lain tanpa adanya kompromi dengan Penggugat selaku penyewa yang baik dan telah cukup lama menyewa tanah tersebut. Penggugat juga beranggapan karena telah mendirikan bangunan rumah tempat tinggal di atas tanah tersebut dan menjadi satu-satunya tempat bernaung Penggugat dan keluarga, maka oleh karena itu keberadaan rumah Penggugat tidaklah dapat diabaikan sedemikian rupa. Pertimbangan hakim tentang hukumnya, di dalam eksepsi Tergugat I mengenai gugatan tidak sempurna, majelis hakim berpendapat tidaklah tepat dan tidak beralasan. Dalam eksepsi Tergugat II dan III tentang gugatan kabur, hakim berpendapat bahwa eksepsi inipun tidak tepat dan tidak beralasan karena untuk menentukan benar tidaknya ada hubungan sewa menyewa antara Penggugat dengan Adja Hulina serta berapa besar harga sewa dimaksud sudah menyangkut pembuktian yang akan dibahas dalam pokok perkara. 12 Tentang pihak tidak lengkap, majelis hakim berpendapat bahwa dengan tanpa diikut sertakannya dinas Bangunan-Bangunan sebagai pihak dalam perkara ini bukanlah mengakibatkan pihak dalam perkara ini menjadi tidak lengkap/tidak sempurna sebab Dinas Bangunan bukanlah pihak yang menyebabkan/menimbulkan sengketa dalam perkara ini. Tentang Error In Persona, majelis hakim berpendapat bahwa eksepsi ini tidak dapat dibenarkan oleh karenanya menurut hemat Pengadilan patut ditolak karena setelah Pengadilan meneliti surat gugatan ternyata Penggugat telah mendalilkan hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat II dan Tergugat III, sehingga dengan demikian pengajuan gugatan penggugat terhadap Tergugat II dan III formil dapat diterima Putusan Pengadilan Negeri Medan No.562/Pdt.G/1995/Pn-Mdn, hal Ibid.

9 9 Di dalam pokok perkara, majelis hakim berpendapat bahwa seandainya benar tanah yang disewa Penggugat dari almarhum Adja Hulina termasuk/merupakan bahagian dari tanah ex Grant Sultan No. 50 tanggal 16 Maret 1905, Tergugat I selaku pemilik yang menerima penyerahan dari Pengadilan Negeri Medan berdasarkan Berita Acara Eksekusi Penyerahan No.6/Eks/94/406/Pdt.G/1992 dikehendakinya dan demikian pula penertiban akta Perjanjian Akan Jual Beli No. 40 tertanggal 9 Desember 1993 tersebut adalah telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 14 Meskipun benar Penggugat sebagai penghuni bangunan di atas tanah sebahagian dari ex Grant Sultan no. 50 dimaksud, namun Penggugat berdasarkan surat-surat bukti yang diajukan Penggugat ke persidangan, tidak ada satupun yang mendukung dalil gugatan Penggugat yang mencerminkan adanya hubungan sewa menyewa antara Penggugat dengan almarhun Adja Hulina. 15 Sewa menyewa antara Penggugat dengan almarhum Adja Hulina (Pewaris Tergugat I) tidak ada dituangkan dalam Perjanjian Tertulis dan tidak ditetapkan jangka waktu masa sewa menyewa, serta penggugat juga membenarkan bahwa sejak tahun 1991 Penggugat tidak ada membayar uang sewa tanah terperkara, maka ahli waris dari almarhumah Adja Hulina berhak memutuskan hubungan sewa menyewa tanah terperkara, dan dengan demikian Penggugat harus dinyatakan tidak mempunyai dasar hukum menempati tanah terperkara. Hak sewa atas sebidang tanah merupakan suatu hak yang timbul dari adanya perjanjian sewa menyewa berdasarkan atas kesepakatan kedua belaj pihak, dimana perjanjian sewa menyewa dan kesepakatan kedua belah piak dimaksud tidak ternyata terbukti dalam perkara, maka dengan demikian penggugat harus dinyatakan tidak berhasil membuktikan akan kebenaran dalil gugatannya. 16 Di dalam putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 562/Pdt.G/1995/PN- Mdn, dalam eksepsi, majelis hakim menyatakan bahwa eksepsi tidak tepat dan 14 Ibid, hal Ibid, hal Ibid, hal 46.

10 10 tidak beralasan sehingga tidak dapat diterima. Di dalam pokok perkara, majelis hakim menolak gugatan penggugat seluruhnya dan menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara. Putusan tersebut juga telah berkekuatan hukum tetap. Hal tersebut ditandai dengan tidak adanya upaya hukum yang dilakukan selanjutnya oleh pihak yang kalah. Majelis hakim menolak gugatan penggugat seluruhnya, hal ini berarti semua pernyataan penggugat di dalam dalil-dalil gugatannya tidak berdasar, dengan kata lain penggugat tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya. Putusan tersebut dinilai telah tepat mengingat penggugat tidak bisa membuktikan dalil gugatannya. Hanya saja hubungan sewa menyewa tidak bisa begitu saja putus dengan adanya peralihan hak atas objek yang disewanya. Mengingat Pasal 1576 KUHPer yang menyatakan bahwa sewa menyewa tidak putus dengan dijualnya barang yang sewa. Dengan demikian, Tergugat I sebagai pemilik tanah yang sah dari warisan orang tuanya, berhak melakukan jual beli atas tanahnya dengan siapa saja asalkan syarat-syarat untuk melakukan perjanjian telah dipenuhi. Majelis hakim juga menolak gugatan penggugat yang menyatakan bahwa perbuatan Tergugat I yang melakukan transaksi tersebut kepada Tergugat II dan Tergugat III tanpa memberikan prioritas utama dan penawaran terlebih dahulu kepada Penggugat adalah merupakan perbuatan melawan hukum. Memberikan prioritas utama dan penawaran terlebihi dahulu kepada penyewa hanyalah merupakan suatu kebiasaan dalam masyarakat, tidak ada hukum positif yang mengaturnya. Akan tetapi, jika terjadi jual beli tanah yang disewa tanpa sepengetahuan si penyewa, maka penyewa dapat menuntut ganti rugi, hal tersebut diatur dalam Pasal 1246 KUHPerdata, kerugian yang nyata-nyata diderita, dalam hal ini kerugian adalah sebesar sisa biaya sewa sebagaimana yang telah diperjanjikan. Mengenai hubungan sewa menyewa yang terjadi antara penggugat dengan pemilik tanah sebelumnya, seharusnya hubungan sewa menyewa tidak putus walaupun telah terjadi jual beli (peralihan hak). Hal tersebut telah diatur dalam Pasal 1576 KUHPerdata. Dengan ketentuan ini, Undang-Undang

11 11 bermaksud untuk melindungi si penyewa terhadap si pemilik baru apabila barang yang sedang disewa itu dipindahkan ke lain tangan. Putusan hakim yang menolak seluruh gugatan penggugat, hal ini dikarenakan kurangnya dan lemahnya pembuktian yang dilakukan dari pihak penggugat. Pembuktian menjadi hal yang penting dalam suatu proses peradilan, dan di dalam hukum acara perdata, alat bukti tulisan menjadi alat bukti yang kedudukannya lebih tinggi disbanding alat bukti lainnya. Setiap perbuatan ataupun peristiwa hukum, membutuhkan pencatatan sebagai buktinya. Walaupun di dalam KUHPer diperkenankan perjanjian sewa menyewa untuk dibuat secara lisan ataupun tertulis, ada baiknya perjanjian sewa menyewa tersebut dibuat secara tertulis. Perjanjian tertulis akan memperjelas mengenai objeknya, harga sewa, jangka waktu, hak dan kewajiban serta larangan bagi pihak penyewa maupun yang menyewakan. Hal tersebut akan sangat berguna jika belakangan hari timbul sengketa dari hubungan hukum tersebut. Dengan dijualnya barang yang disewa, suatu persewaan yang dibuat sebelumnya tidaklah hapus, kecuali apabila telah diperjanjikan pada waktu menyewakan barang. Hal ini dijelaskan dalam Pasal 1576 KUHPer. Hal ini berarti dengan adanya jual beli atas tanah tersebut, tidak memutuskan hak sewa yang telah terjadi antara penyewa dengan pemilik tanah sebelumnya. Akan tetapi, dalam hubungan sewa menyewa yang terjadi antara penyewa dengan pemilik tanah, tidak ada dilakukan secara tertulis, sehingga sulit untuk menentukan apakah penyewa masih memilik hak sewa tersebut. Dalam hal jika terjadi jual beli atas tanah yang disewa tanpa sepengetahuan si penyewa, maka dalam hal ini penewa dapat menuntut ganti rugi, seperti yang diatur dalam Pasal 1246 KUHPer. Kerugian yang nyata-nyata diderita, dalam hal ini kerugian adalah sebesar sisa biaya sewa sebagaimana yang telah diperjanjikan. Keuntungan yang seharusnya diperoleh, yaitu penyewa dapat menggugat ganti rugi atas keuntungan yang seharusnya penyewa terima apabila tetap mempergunakan objek sewa tersebut. Penggugat berdalil bahwa penggugat adalah pemilik bangunan di atas tanah yang disewanya, sehingga sesuai Pasal 1567 KUHPer, diatur bahwa pada

12 12 saat mengosongkan barang yang disewanya, seorang penyewa berhak untuk membongkar dan membawa segala barang apa yang telah dibuatnya pada barang sewaan atas biayanya sendiri. Dengan demikian, penggugat mempunyai hak untuk membongkar bangunannya dan mengosongkan barang yang disewanya. IV. Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan 1. Dalam gugatannya, penggugat menyatakan bahwa dia adalah sebagai penyewa tanah dan pemilik bangunan yang ada di atas tanah yang disewanya. Dengan kata lain bahwa kedudukannya adalah sebagai penyewa dan pemilik bangunan yang ada di atas tanah yang disewanya. Dalam putusan Pengadilan Negeri Medan No.562/Pdt.G/1995/PN-Mdn, majelis hakim menolak gugatan penggugat untuk seluruhnya. Hal ini berarti kedudukan hukum penggugat tidak didukung oleh pengadilan karena tidak ada bukti yang mendukung pernyataan penggugat sebagai penyewa dan pemilik bangunan yang ada di atas tanah yang disewanya. 2. Dalam putusan Pengadilan Negeri Medan No.562/Pdt.G/1995/PN-Mdn, majelis hakim menolak seluruh gugatan penggugat. Adapun yang menjadi pertimbangan hakim yaitu di dalam pembuktian, penggugat tidak bisa membuktikan kebenaran dalil gugatannya, terutama mengenai adanya hubungan hukum antara penggugat dengan pemilik tanah (Almarhum Adja Hulina). 3. Dengan adanya Putusan No.562/Pdt.G/1995/PN-Mdn yang menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya. Maka akibat hukum yang timbul dari Putusan Pengadilan Negeri No.562/Pdt.G/1995/PN-Mdn terutama untuk penyewa dalam hal ini adalah tidak adanya hubungan sewa menyewa tanah antara Penggugat dengan pemilik tanah, dan Tergugat I selaku pemilik tanah berhak untuk memutuskan hubungan sewa menyewa tanah tersebut. B. Saran 1. Sebaiknya dalam hubungan sewa menyewa agar dibuat perjanjian secara tertulis, walaupun perjanjian sewa menyewa bisa dilakukan secara lisan

13 13 ataupun tulisan. Hal ini untuk mempertegas kedudukan dari penggugat. Jika hanya dilakukan perjanjian secara lisan, maka akan sulit untuk mengetahui kedudukannya. 2. Sebaiknya majelis hakim juga mempertimbangkan tentang itikad baik penggugat sebagai penyewa yang baik mengingat penggugat juga sebagai pemilik bangunan yang ada di atas tanah tersebut, sehingga penggugat juga mendapatkan perlindungan hukum. 3. Agar akibat yang ditimbulkan dari putusan tersebut yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan sewa menyewa antara penggugat dengan pemilik tanah sebaiknya dapat menjadi acuan dan pegangan jika pemilik tanah hendak mengalihkan kepemilikan tanah tersebut. DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU Al Rasyid, Harun, 1985, Upaya Penyelesaian Sengketa Sewa Menyewa Perumahan Menurut Ketentuan Perundang-undangan, Jakarta : Ghalia Indonesia. Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika. Limbong, Benhard, 2012, Reforma Agraria, Jakarta : PT. Dharma Karsa Utama., 2014, Opini Kebijakan Agraria, Jakarta : Margaretha Pustaka. Dewi, Santia dan Fauwas Diradja, 2011, Panduan Teori & Praktik Notaris, Yogyakarta : Pustaka Yustisia. Harsono, Budi, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Jakarta : Djambatan. Perangin, Effendi, 1986, 401 Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria, Jakarta : Rajawali. Santoso, Urip, 2010, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

14 14, 2014, Hukum Perumahan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Subekti, 1985, Aneka Perjanjian, Bandung : Alumni., 1989, Hukum Acara Perdata, cet.3. Bandung : Binacipta., 1987, Hukum Pembuktian, Jakarta : Pradnya Paramita. Supriadi, 2007, Hukum Agraria, Jakarta : Sinar Grafika. B. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1994 tentang Penghunian Rumah Oleh Bukan Pemilik. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran Tanah. C. Internet ga-jaminan-bangunan-diatas-tanah-milik-orang-lain/

15 15

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individu mempunyai berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya dimana kebutuhan tersebut kadangkala bertentangan dengan kebutuhan dimana

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH ANTARA PIHAK MENYEWAKAN DAN PIHAK PENYEWA DI KOTA DENPASAR

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH ANTARA PIHAK MENYEWAKAN DAN PIHAK PENYEWA DI KOTA DENPASAR PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH ANTARA PIHAK MENYEWAKAN DAN PIHAK PENYEWA DI KOTA DENPASAR Oleh: A.A. Indah Kusuma Dewi Made Suksma Prijandhini Devi Salain Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud berlangsung terus menerus, melainkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017 EKSISTENSI SURAT KUASA TERHADAP PERALIHAN HAK ATAS TANAH DITINJAU DARI KUHPERDATA 1 Oleh : Steviyanti Veronica Mongdong 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan manusia akan semakin kompleks jika dibandingkan dengan kebutuhan manusia pada zaman dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang sedang dialami negara Indonesia sekarang ini, tidak semua orang mampu memiliki sebuah rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017 ASPEK YURIDIS PERALIHAN HAK ATAS TANAH MELALUI TUKAR-MENUKAR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK AGRARIA DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1996 1 Oleh: Natalia Maria Liju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia BAB III PENUTUP Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dan juga saran sebagai alternatif pemecahan terhadap permasalahan kasus yang lainnya yang

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 176 /PDT/ 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ;

P U T U S A N. Nomor : 176 /PDT/ 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ; P U T U S A N Nomor : 176 /PDT/ 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara-perkara Perdata dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting. Dimana tanah dalam kehidupan manusia sama sekali tidak bisa dipisahkan atau dilepas. Dan tanah

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL Oleh AHMAD JUARA PUTRA 137011045/MKn FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Gde Yogi Yustyawan Marwanto Program Kekhususan Hukum Keperdataan Fakultas

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 58 /PDT/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Tinggi, yang selanjutnya disebut TERGUGAT I / PEMBANDING

P U T U S A N Nomor : 58 /PDT/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Tinggi, yang selanjutnya disebut TERGUGAT I / PEMBANDING - 1 - P U T U S A N Nomor : 58 /PDT/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam suatu perjanjian sewa beli tidak tertutup kemungkinan bahwa pihak

Lebih terperinci

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN Oleh Ida Ayu Putu Larashati Anak Agung Ngurah Gde Dirksen Program Kekhususan/Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain untuk melaksanakan sesuatu hal. Peristiwa ini menimbulkan hubungan hukum antara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Semakin meningkatnya kebutuhan atau kepentingan setiap orang, ada kalanya seseorang yang memiliki hak dan kekuasaan penuh atas harta miliknya tidak

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau 26 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wakaf dan Tujuannya Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia, karena manusia pasti membutuhkan tanah.tanah yang dapat memberikan kehidupan bagi manusia, baik untuk tempat

Lebih terperinci

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. Judul : KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. 13/Pdt.G/2009/PN. Skh Disusun oleh : Rani Permata Sari NPM : 13101115 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH Oleh Anissa Aulia I Made Udiana Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This writing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52. BAB I PENDAHULUAN Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia yang bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan, maka penggunaan hak dengan tiada suatu kepentingan

Lebih terperinci

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana AKIBAT HUKUM JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH KEPADA ORANG ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 219/PDT/2012/PT-MDN

P U T U S A N NOMOR : 219/PDT/2012/PT-MDN P U T U S A N NOMOR : 219/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ---- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili Perkara-perkara Perdata dalam Tingkat Banding telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Adanya perbenturan kepentingan antara pihak-pihak yang melakukan interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat maka diperlukan suatu norma hukum yang tegas dan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 203/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA "

P U T U S A N. Nomor : 203/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 203/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA " PENGADILAN TINGGI MEDAN di Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG Oleh: Vita Natalia Tambing I Gusti Ayu Putri Kartika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Permukan bumi sebagai dari bumi disebut tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR : 156/PDT/2011/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR : 156/PDT/2011/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N. NOMOR : 156/PDT/2011/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara Perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk mencapai suatu masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT

TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT Sukardi 1 ABSTRAK Seiring berjalannya waktu, perjanjian sewa menyewa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok-pokok pikiran yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 41/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 41/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 41/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani proses kehidupan senantiasa berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam berusaha dan bekerja tersebut saseorang pasti mendapatkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 362/PDT/2013/PT-MDN.

P U T U S A N Nomor : 362/PDT/2013/PT-MDN. P U T U S A N Nomor : 362/PDT/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara Perdata dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 367/PDT/2012/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor : 367/PDT/2012/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor : 367/PDT/2012/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. ------Pengadilan Tinggi Sumatera Utara di Medan yang memeriksa dan mengadili perkara - perkara perdata pada

Lebih terperinci

PEMBATALAN HIBAH DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP SERTIPIKAT HASIL PERALIHAN HAK AHMAD BUDINTA RANGKUTI ABSTRACT

PEMBATALAN HIBAH DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP SERTIPIKAT HASIL PERALIHAN HAK AHMAD BUDINTA RANGKUTI ABSTRACT Ahmad Budinta Rangkuti - 1 PEMBATALAN HIBAH DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP SERTIPIKAT HASIL PERALIHAN HAK AHMAD BUDINTA RANGKUTI ABSTRACT On the cancellation of the transfer of right in the form of a grant

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 0099/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 0099/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN PUTUSAN Nomor 0099/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konsep hukum tanah nasional, tanah di wilayah Republik Indonesia adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga, dipelihara, dan dimanfaatkan dengan

Lebih terperinci

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL Urip Santoso (Dosen Tetap Pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Jln. Darmawangsa Dalam selatan Surabaya) Abstract: Government is a side or party

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR

Lebih terperinci

E-JOURNAL KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK ATAS TANAH DI HADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

E-JOURNAL KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK ATAS TANAH DI HADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH E-JOURNAL KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK ATAS TANAH DI HADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH Kadek Yudhi Aditya Putra Pembimbing I Ibrahim. R. Pembimbing II Kadek Sarna. Bagian Hukum Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMBATALAN ATAS SENGKETA SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo No.55/Pdt.G/2014/PN.SKH)

PEMBATALAN ATAS SENGKETA SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo No.55/Pdt.G/2014/PN.SKH) PEMBATALAN ATAS SENGKETA SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo No.55/Pdt.G/2014/PN.SKH) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia yang lahir di dunia ini, memiliki hak dan kewajiban yang diberikan hukum kepadanya maupun kepada manusia-manusia lain disekitarnya dimulai kepadanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang penduduknya 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang penduduknya sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian baik sebagai petani pemilik tanah, petani penggarap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum. ABSTRAK Dita Kartika Putri, Nim 0810015183, Akibat Hukum Terhadap Perjanjian Tidak Tertulis Sewa-Menyewa Alat Berat di CV. Marissa Tenggarong, Dosen Pembimbing I Bapak Deny Slamet Pribadi, S.H., M.H dan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS Bambang Eko Mulyono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan. ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N NOMOR :79/PDT/2016/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA -----, yang memeriksa dan mengadili perkara Perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan memegang peranan sangat penting dalam bidang perekonomian seiring dengan fungsinya sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada

Lebih terperinci

- 1 - P U T U S A N Nomor : 152 / PDT / 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

- 1 - P U T U S A N Nomor : 152 / PDT / 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. - 1 - P U T U S A N Nomor : 152 / PDT / 2014 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN PUTUSAN Nomor 260/PDT/2017/ PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat banding, telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada umumnya bertujuan untuk mencari, menemukan, menggali kebenaran yang sesungguh-sungguhnya guna mencapai keadilan dalam masyarakat. Dimana hukum mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.'

dan dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat.' BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dibelahan bumi manapun pasti memiliki tiga kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan. Dan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI oleh : Putu Ayu Dias Pramiari Putu Tuni Cakabawa L Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat kepentingan terdiri dari kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penyelenggaraan peralihan hak milik atas tanah secara hibah di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Berdasarkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 99/PDT/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N. Nomor : 99/PDT/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor : 99/PDT/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, berdasarkan Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional membagi hak-hak atas tanah dalam dua bentuk, yaitu : 1. Hak-hak atas tanah yang bersifat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR Oleh : I Gusti Ngurah Hadi Indrawan Wijaya I Wayan Wiryawan I Ketut Westra (Program Kekhususan IV : Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 116 / PDT / 2012 / PT-MDN.

P U T U S A N NOMOR : 116 / PDT / 2012 / PT-MDN. P U T U S A N NOMOR : 116 / PDT / 2012 / PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA -----PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara Perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah hal yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, karena sebagai sebuah Negara agraris (Negara pertanian), keberadaan tanah adalah suatu keharusan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH Oleh : A.A. Dalem Jagat Krisno Ni Ketut Supasti Dharmawan A.A. Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA

DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA DALUWARSA PENGHAPUS HAK MILIK DALAM SENGKETA PERDATA ( Studi Putusan Pengadilan Negeri Wates Nomor : 06/PDT.G/2007.PN.WT ) STUDI KASUS HUKUM Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI

BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI Awal permasalahan ini muncul ketika pembayaran dana senilai US$ 16.185.264 kepada Tergugat IX (Adi Karya Visi),

Lebih terperinci