BAB II DESKRIPSI ANAK HASIL IN-VITRO FERTILIZATION MELALUI RAHIM ORANG LAIN DAN KEMAHRAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DESKRIPSI ANAK HASIL IN-VITRO FERTILIZATION MELALUI RAHIM ORANG LAIN DAN KEMAHRAMAN"

Transkripsi

1 BAB II DESKRIPSI ANAK HASIL IN-VITRO FERTILIZATION MELALUI RAHIM ORANG LAIN DAN KEMAHRAMAN A. Deskripsi Anak Hasil In-Vitro FertilizationMelalui Rahim Orang Lain 1. Pengertian In-Vitro FertilizationMelalui Rahim Orang Lain Secara bahasa, in-vitro merupakan bahasa latin yang berarti gelas atau tabung gelas, sedangkan fertilization, merupakan bahasa inggris yang berarti pembuahan. 1 Sedangkan menurut istilah, in-vitro fertilization merupakan proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa pria yang terjadi di luar tubuh, 2 yang dilakukan didalam sebuah tabung gelas, sedangkan cara alami pembuahan (fertilitasi) terjadi di dalam tubuh wanita (in vivo). In-Vitro Fertilization merupakan istilah yang terdiri dari dua unsur kata, yaitu bayi dan tabung. Kata bayi menurut susunan 1 Pengertian Bayi Tabunghttp://bayi-tabung.com/definisi-bayi-tabung/ 2 Wiryawan Permadi; Tono Djuwantono;dkk, Hanya Tujuh Hari Memahami Fertilisasi In-Vitro, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), h

2 kata-kata bahasa Indonesia adalah anak, atau anak kecil yang baru lahir. Serta kata tabung artinya setuas bamboo, atau tempat menaruh sesuatu. 3 Bayi tabung merupakan terjemahan dari tube baby, yaitu tabung yang dibuat sebagai tempat pembuahan sperma dan ovum.tabung yang digunakan untuk melakukan pembuahan dibuat sedemikian rupa dengan teknologi dan pertimbangan medis yang begitu cermat, agar serupa dengan keadaan saluran telur dan rahim wanita tempat sperma dan ovum biasanya diproses. In-Vitro Fertilization merupakan metode dalam reproduksi yang dilakukan dengan cara by pas pada tuba falopi wanita. Langkah ini dilakukan dengan cara memberikan hiperstimulasi ovarium untuk mendapatkan beberapa sel telur atau folikil yang siap dibuahi. Sel-sel telur ini kemudian diambil dalam proses pembedahan. Proses pembuahan dilakukan dengan cara menaruh sel telur dalam tabung dan mencampurnya dengan sperma dari pasangan suami istri. Sel telur yang telah dibuahi akan mengalami serangkaian proses pembelahan sel sampai menjadi embrio dan kemudian embrio ditanam dalam uterus wanita dengan tujuan agar terjadi kehamilan. 4 Proses in-vitro fertilization yang melalui rahim orang lain, merupakan salah satu bentuk proses bayi tabung, yang mana spermadan ovum yang digunakan berasal dari pasangan suami istri, akan tetapi hasil pembuahan yang berupa zygot yang berkembang jadi embrio kemudian ditanam pada rahim orang lain. 3 Ahsin w. al- hafidz, Fiqih Kesehatan, (Jakarta: amzah, 2007), h Alexandra Indrayanti, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2008), h

3 Bentuk bayi tabung yang demikian ini, dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah surrogate mother, yaitu menggunakan rahim wanita lain untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah disewakan dengan benih lelaki (sperma) dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sehingga dilahirkan. Proses ini juga merupakan bayi tabungyakni pembuahan yang dilakukan di luar rahim, akan tetapi dalam proses in-vitro fertilization ini, embrio ditanam dalam rahim wanita lain yang dikenal dengan sebutan surrogate mother. Secara harfiah, surrogate motherdisamakan dengan ibu pengganti, yaitu seorang wanita yang mengikatkan dirinya melalui suatu ikatan dengan pasangan suami istri untuk mengandung dan melahirkan anak dari pasangan suami istri tersebut, hasil pembuahan yang ditanam dalam tubuhnya serta menyerahkan bayi tersebut kepada pasangan suami istri setelah bayi tersebut lahir Sejarah In-Vitro Fertilization Melalui Rahim Orang Lain Kasus in-vitro fertilization melalui rahim orang lain (surrogate morher) mulai marak sejak ditemukannya cara fertilisasi di luar rahim yang dikenal dengan nama In-Vitro Ferltization, yang mana merupakan suatu cara atau metode terjadinya pembuahan sel telur dan sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh tenaga medis. 6 Metode seperti ini, disebut juga sebagai pembuahan di luar rahim yang pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970 (awal mulanya dikenal dengan proses bayi tabung), setelah ditemukannya 5 Desriza Ratman, Bolehkah Sewa Rahim Di Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia,2012), h Desriza Ratman, Bolehkah Sewa Rahim Di Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia,2012), h

4 cara untuk mengawetkan sperma. Pada mulanya, proses ini bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang tidak bisa memiliki keturunan, dikarenakan adanya kelainan pada sang istri yakni kelaian yang terdapat pada kedua tuba falopii, tidak terdapatnya rongga sama sekali, baik akibat cacat bawaan maupun akibat perlengketan karena infeksi (sementara indung telur/ovarium sang istri masih normal dan rutin menghasilkan sel telur tiap bulannya) sehingga sel telur tidak bisa sampai ke rahim. Perkembangan terhadap kemampuan penyimpanan sperma dan zygote (hasil pembuahan), dapat dimanfaatkan dan dipakai setiap saat sesuai dengan kemampuannya, yang salah satunya adalah surrogate mother. Pada awalnya surrogate mother banyak terdapat pada negaranegara yang sistem hukumnya memperbolehkan terjadinya donasi sel gamet, yaitu sel sperma dan sel ovum. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu hal ini sudah dilakukan di beberapa negara. Awalnya, surrogate mother terjadi karena sang istri tidak dapat mengandung karena beberapa faktor, sehingga peran istri dialihkan kepada rahim orang lain untuk mengandung dan melahirkan, baik dengan imbalan materi maupun sukarela. Akan tetapi, tujuan ini mengalami pergeseran makna dan substansi dari substansi awal sebagai alternatif kelainan medis (karena cacat bawaan atau karena penyakit) yang ada ke arah sosial dan eksploitas nilai sebuah rahim, yang mana pada pihak penyewa bukan lagi karena medis, tetapi beralih ke alasan kosmetika dan estetika (yang tidak mau tubuhnya cacat dan 23

5 jelek akibat melahirkan serta malas untuk mengandung dan melahirkan). Akan tetapi, bagi orang yang dipergunakan rahimnya, menjadikannya sebagai alat untuk mencari nafkah (terutama bagi masyarakat yang status ekonominya rendah, seperti negara-negara India, Bangladesh dan Cina), dalam hal ini, Pemerintah juga berpartisipasi dengan menyiapkan sebuah pusat untuk model sewa rahim termasuk juga dengan pengurusan visa khusus dan visa medis. 7 Adanya perkembangan teknologi tentang in-vitro fertilization melalui rahim orang lain yang awalnya dipraktekkan di negara Cina, India dan Bangladesh, namun sekarang praktek in-vitro fertilization melalui rahim orang lain tersebut telah dipraktekkan di beberapa negara termasuk Indonesia. Adanya praktek in-vitro fertilization melalui rahim orang lain di Indonesia memang belum tersebar luas, akan tetapi sudah ada pasangan suami istri yang menggunakan rahim orang lain untuk mengandung dan melahirkan anak mereka. 3. Tujuan In-Vitro Fertilization Melalui Rahim Orang Lain Awal ditemukannya proses pengawetan sperma dan sejak ditemukannya solusi untuk memiliki keturunan bagi pasangan suami istri yang kesulitan untuk memiliki keturunan, yakni dengan bayi tabung. Sejak adanya bayi tabung, maka muncullah penemuan baru yakni bayi tabung yang ditanam dalam rahim orang lain atau yang dikenal dengan surrogate mother. Tujuan awal dari sewa rahim 7 Desriza Ratman, Bolehkah Sewa Rahim Di Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia,2012), h

6 sebenarnya adalah untuk membantu pasangan suami istri yang tidak dapat memiliki keturunan karena adanya beberapa faktor, misalnya yakni kecacatan, lemah kandungan dan tidak adanya rahim karena suatu penyakit tertentu. 8 Akan tetapi, semakin berkembangnya masalah ekonomi masyarakat, tujuan dari in-vitrofertilization melalui rahim orang lain yang mulanya untuk membantu pasangan suami istri yang tidak memiliki keturunan, sekarang beralih sebagai sarana untuk mencari nafkah sertauntuk masalah kecantikan seorang wanita yang tidak mau mengandung dan melahirkan dengan alasan kawatir akan menimbulkan dampak yang negatif setelah melahirkan, yang akhirnya menggunakan rahim wanita lain untuk mengandung dan melahirkan anaknya. 4. Macam-Macam In-Vitro FertilizationMelalui Rahim Orang Lain 9 a. Benih isteri (ovum) disenyawakan dengan benih suami(sperma), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam keadaan isteri memiliki benih yang baik, tetapi rahimnya dibuang kerena pembedahan, kecacatan akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain. b. Benih isteri (ovum) disenyawakan dengan benih suami(sperma), akan tetapi benih yang telah disenyawakan dibekukan dan dimasukkan ke dalam rahim ibu pasca kematian pasangan suami istri. 8 Desriza Ratman, Bolehkah Sewa Rahim Di Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia,2012), h Desriza Ratman, Bolehkah Sewa Rahim Di Indonesia,. h

7 c. Ovum istri disenyawakan dengan sperma laki-laki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan isteri ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih isteri dalam keadaan baik. d. Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku apabila isteri ditimpa penyakit pada ovari dan rahimnyatidak mampu memikul tugas kehamilan, atau isteri telah mencapai tahap monopause. 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi In-Vitro Fertilization Melalui Rahim Orang Lain 1. Faktor Istri a) Istri dari pasangan suami istri tersebut menderita penyakit yang mebahayakan jiwa dan anaknya jika ia mengandung, misalnya seorang wanita tersebut menderita penyakit kardiovaskuler (tekanan darah tinggi, jantung). b) Wanita tersebut rahimnya telah diangkat karena ada tumor atau kelainan lainnya, meskipun kandung telur masih memproduksi sel telur secara normal, akan tetapi tidak mungkin untuk hamil. 10 c) Adanya zat antibodi yang dihasilkan oleh vagina, yang mematikan sperma. Dalam hal ini, sperma tidak akan membuahi sel telur, karena sperma tersebut mati sebelum memasuki rahim untuk membuahi sel telur. 10 Kartono Muhammad, Teknologi Kedokteran Dan Tantangannya Terhadap Bioetika, (Jakarta : PT Gramedia Utama, 1990), h

8 d) Adanya peradangan selaput lendir rahim yang menyebabkan tidak bertemunya sperma dan sel telur daalm rahim e) Istri yang lebih mementingkan karier serta karena faktor kosmestika, sehingga tidak mau mengandung dan melahirkan, akan tetapi menginginkan anak dari ovumnya. f) Istri yang tidak dapat memproduksi sel telur sendiri atau kegagalan ovulasi dimana indung telur tidak menghasilkan sel telur yang disebabkan oleh adanya gangguan mekanisme hormone reproduksi atau kalenjer teroid, stress atau olahraga yang terlalu berat. 11 g) Kegagalan implantasi embrio rahim, adanya suatu penyakit yang menghalangi terjadinya implantasi sel telur yang telah dibuahi di dinding rahim. 2. Faktor Suami a. Kegagalan menghasilkan sperma yang berkualitas, penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadinya penurunan kurang lebih 50 % pada kualitas sperma pria pada tahun Adapun penyebab terjadinya sperma yang buruk yaitu: cacat bawaan sejak lahir, kegagalan testis untuk turun ke kantung buah pelir sebelum pubertas, kondisi panas di sekitar testis, faktor vitalitas umum yang tidak baik dan stres emosional Vita Health, Infertil, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h Vita Health, Infertil, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h

9 b. Sumbatan pada saluran vas deferens yaitu bahwa sperma terhalang pengirimannya dari testis ke seminal vesikel untuk diolah lebih lanjut menjadi cairan semen, sehingga semen yang dihasilkan tidak mengandung sperma sama sekali atau dalam jumlah yang tidak cukup. c. Disfungsi ereksi, merupakan keadaan dimana penis tidak bisa mencapai ereksi yang cukup keras ketika melakukan hubungan seksual, baik sendiri maupun bersama pasangan dalam jangka waktu 1 bulan berturut-turut. d. Kelainan hiphotalamus 13 e. Kelainan kromosom, merupakan salah satu penyebab f. Ejakulasi pada pria. Kelainan kromosom misalnya xxy (kelainan jenis kelamin), sedangkan normalnya kromosom pada laki-laki xy. g. Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel telur Dampak In-Vitro FertilizationMelalui Rahim Orang Lain Setiap progam yang dikembangkan di era globalisasi, selalu memiliki dampak yang negatif maupun positif, seperti halnya dengan kecanggihan teknologi dalam bidang reproduksi yang membantu pasangan suami istri untuk memiliki anak yaitu progam in-vitro fertilization melalui rahim orang lain. Ada beberapa dampak negatif 13 M. Sjarief Darmasetiawan, Indra N. C. Anwar, Tono Djuwantono,dkk, Fertilisasi In-Vitro Dalam Praktek Klinik, (Jakarta : Puspa Swara, 2006), h Wiryawan Permadi, Tono Djuwantono,dkk, Hanya Tujuh Hari Memahami Fertilisasi In-Vitro,.h

10 dan positif dalam in-vitro fertilization melalui rahim orang lain diantaranya adalah: a. Dampak negatif 1. Kurang mendapatkan kasih sayang (secara emosional) dari ibu yang mengandung dan melahirkan karena merasa bukan anaknya. 2. Kurang mendapatkan perawatan / perhatian kesehatan, pada saat orang tua biologis tidak/terlambat memberikan jaminan yang dijanjikan. 3. Kehilangan rasa kasih sayang dari orang tua yang mengandungnya secara emosional, mental dan fisik. 4. Kehilangan haknya untuk mendapatkan ASI. 5. In-vitro fertilization melalui rahim orang lain lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, karena lewat ibu titipan. b. Dampak positif 1) Mewujudkan keinginan pasangan suami istri yang tidak dapat memiliki anak dengan normal agar dapat memiliki anak. 2) Menolong suami istri yang tidak bisa memiliki keturunan. 3) Mengurangi kegelisahan pasangan suami istri yang tidak bisa memiliki anak. 4) Solusi bagi orang yang tidak memiliki buah hati. 6. Proses In-Vitro FertilizationMelalui Rahim Orang Lain 29

11 Sebelum diadakannya proses in-vitro fertilization, maka tahap awal yang dilakukan yakni seleksi pasien dan persiapan yang mencangkup tentang : 15 1) Amamnesa lengkap, sebelum masuk dalam progam invitrofertilization, perlu diadakannya pemeriksaan oleh ahli ginekologi mengenai keadaan kesehatan pasien secara keseluruhan. 2) Pemeriksaan ginekologi, yakni pemeriksaan terhadap keadaan vagina, serviks, uterus, arah uterus, keadaan adneksa dan kelainankelainan lain yang pada genetalia interna. 3) USG, pemeriksaan ini dilakukan pada hari ke 3-5 dari siklus haid sebelum progam untuk menilai besar, bentuk dan arah atau posisi uterus dan kelainan pada uterus. 4) Pemeriksaan hormonal, pemeriksaan ini dilakukan pada hari 3-5 dari siklus haid dengan tujuan untuk mengetahui fungsi ovarium. 5) Analisa sperma 6) Pemeriksaan serogolis terhadap pasien yang mengikuti progam invitro fertilization. 7) Pemeriksaan laparoskopi 8) Konseling Adapun proses selanjutnya yakni sebagai berikut : 1) Tahap stimulasi atau perangsangan produksi sel telur matang, 16 yaitu dengan memberikan obat pemicu ovulasi yang diberikan 15 M. Sjarief Darmasetiawan, Indra N. C. Anwar, Tono Djuwantono,dkk, Fertilisasi In-Vitro Dalam Praktek Klinik, (Jakarta : Puspa Swara, 2006), h

12 kepada si istri yang berfungsi untuk merangsang indung telur untuk mengeluarkan sel telur. Obat ini dapat berupa obat makan atau obat suntik yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru diberhentikan setelah sel-sel telurnya matang. 17 Pematangan sel-sel telur yaitu dengan cara pemeriksaan darah istri dan pemeriksaan ultrasonografi setiap hari. 2) Setelah sel-sel telur matang, maka langkah selanjutnya yaitu pengambilan sel-sel telur dengan cara penusukan jarum melalui vagina dengan menggunakan alat yang disebut transvaginal transculer ultra sound dengan tuntunan ultrasonografi. Pengambilan sel telur dilakukan pada saat wanita tersebut akan mengeluarkan sel telur, yaitu pada saat masa subur. Sel-sel telur yang telah diambil dari vagina istri, kemudian di taruh dalam sebuah tabung kimia untuk diawetkan yang mana sel telur tersebut disimpan dalam laboratorium yang diberi suhu menyamai panas badan seorang wanita. 18 3) Pengambilan sperma suami melalui masturbasi. Sperma yang telah diambil kemudian diproses sehingga akan didapat sperma yang baik yang akan digunakan untuk membuahi sel-sel telur dalam tabung petri. Sel-sel telur dan sperma yang sudah ditemukan kemudian dibiakkan dalam lemari pengeram. Pemantauan 16 Wiryawan Permadi; Tono Djuwantono;dkk, Hanya Tujuh Hari Memahami Fertilisasi In-Vitro, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), h Muhammad daruddin, Reproduksi Bayi Tabung Ditinjau dari Hukum Kedokteran Hukum Perdata, Hukum Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1997), h

13 dilakukan selama jam kemudian pada keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembelahan sel. 19 4) Jika sudah terjadi fertilasi sebuah sel telur dan sel sperma, maka terciptalah hasil pembuahan yang akan membelah menjadi beberapa sel, yang disebut embrio. Dalam kurun waktu 2-3 hari, embrio yang memiliki kualitas baik akan dipindahkan atau ditransplantasikan ke dalam rongga rahim wanita yang yang akan ditanami embrio (wanita yang akan mengandung dan melahirkan). Sebelum embrio tersebut ditandur dalam rahim perempuan lain, rahim perempuan tersebut dikasih hormon agar permukaan rahimnya siap menerima sel pembuahan tanpa ada gangguan. 20 Dalam ilmu kedokteran fertilitas, terdapat beberapa patokan usia ibu yang patokan berapakah jumlah embrio yang akan ditanam, dengan berpatokan usia ibu sebagai berikut : a. Usia ibu kurang dari 30 tahun, maka jumlah embrio yang ditanamkan 2. b.usia ibu tahun, maka jumlah embrio yang ditanamkan 3. c. Usia ibu 40 tahun, maka jumlah embrio yang ditanamkan 4. Andaikan jumlah embrio yang berhasil dihasilkan, lebih dari jumlah embrio yang ditanamkan, maka sisa embrio akan 19 Kartono Muhammad, Teknologi Kedokteran dan Tantangannya Terhadap Bioetika, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), h Salim HS, Bayi Tabung Tinjauan Aspek Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993), h

14 disimpan untuk menjaga kemungkinan ditanamkan di kemudian hari. 21 5) Setelah transplantasi embrio, maka hanya menunggu terjadinya kehamilan. Jika 14 hari setelah transplantasi embrio tidak terjadi menstruasi, maka dilakukan pemeriksaan air seni untuk menentukan adanya kehamilan. Setelah satu minggu kemudian, perlu dilakukan ultrasonografi untuk mengetahui adanya kehamilan. Apabila semua tahapan sudah dilakukan oleh wanita yang akan mengandung dan melahirkan dan terjadi kehamilan, maka hanya menuggu waktu 9 bulan 10 hari. Dan pada saat kehamilan tersebut, seorang ibu pengganti dilarang untuk bekerja keras, makan dan minum yang mengandung alkohol serta tidak boleh melakukan hubungan senggama dengan suami selama 15 hari sejak embrio ditanam dalam rahim wanita tersebut. Masa kehamilan ibu pengganti tersebut, dipantau oleh dokter dan bidan untuk melihat perkembangan janin dengan menggunakan alat yang dinamakan ultra sound, sehingga letak dan gerak janin tersebut dapat dipantau dengan jelas melalui layar alat canggih sampai janin tersebut lahir. Seorang ibu pengganti yang baru melahirkan anak yang dikandungnya, harus segera menyerahkan bayi tersebut kepada pasangan suami istri yang memiliki sperma dan ovum. 21 Wiryawan Permadi; Tono Djuwantono;dkk, Hanya Tujuh Hari Memahami Fertilisasi In-Vitro, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), h

15 Adapun perkembangan janin dalam rahim ibu pengganti yakni sama seperti pembuahan anak dalam rahim ibu kandungnya. Perkembangan anak yang ada dalam rahim ibu pengganti, juga akan memperoleh makanan dari ibu yang mengandungnya melalui placenta.adapun plasenta merupakan alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya.baik tidaknya janin tergantung pada faal placenta. 22 Placenta merupakan alat yang sangat penting bagi pertumbuhan janin, karena placenta bekerja sebagai usus mengambil makanan, sebagai paru-paru mengelurakan CO2 dan mengambil O2, sebagai ginjal zat-zat racun yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal seperti ureum dikeluarkan oleh placenta yang akhirnya bekerja seebagai kelenjar buntu yang mengeluarkan hormon-hormon penting untuk kelanjutan kehamilan. Adapun beberapa fungsi lain placenta yaitu sebagai tempat pertukaran zat. Makanan bagi janin diambil dengan penghancuran dan absorpi dari deciduas yang kemudian dari darah ibu.zat-zat yang dibutuhkan oleh janin seperti zat hydrat arang, zat lemak, zat protein, vitamin dan mineral diambil dari darah ibu yang kemudian masuk daalm darah anak. Sebaliknya zat sampah seperti CO2 dan uerum dibuang ke dalam darah ibu. Proses penanaman hasil pembuahan ovum dan sperma ke dalam rahim perempuan lain, tidak ada lagi percampuran zat 22 Bagian Obsteri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung,Obsteri dan Fisiologi, (Bandung, 1983 ), h

16 perempuan yang mengandung dan melahirkan tersebut, hal ini karena adanya pewarisan gen antara pemilik ovum dan sperma. Pada saat pembuahan, bayi menerima 46 kromosom yang terdapat sebagai 23 pasangan. Masing-masing pasangan mengandung satu salinan gen pemilik ovum dan salinan yang bersesuaian dari pemilik sperma. Kombinasi dari gen inilah yang mempengaruhi penampilan bayi. Gen mempengaruhi warna rambut dan mata, bentuk dan ukuran hidung serta ciri-ciri lainnya. Jadi, meskipun pembuhan ovum dan sperma dilakukan diluar tubuh kemudian ditanam dalam rahim perempuan lain, hal ini tidak mempengaruhi DNA anak tersebut., karena yang mempengaruhi DNA anak tersebut adalah gen pemilik ovum dan sperma Status Anak Hasil In-Vitro Fertilization Melalui Rahim Orang lain In-Vitro Fertilization melalui rahim orang lain merupakan salah satu kecanggihan teknologi reproduksi yang memberikan solusi bagi pasangan suami istri yang tidak mampu untuk memiliki keturunan. In-vitro fertilization melalui rahim orang lain merupakan pembuahan sperma dan ovum yang terjadi di luar rahim, yang kemudian ditanam dalam rahim orang lain. Dalam dunia kedokteran, status anak hasil in-vitro fertilization melalui rahim orang lain tidak memiliki hubungan apa-apa dengan ibu yang mengndung dan melahirkan, dan hanya memiliki hubungan dengan pemilik sperm adan ovum. 23 Campbell Stuart, Kehamilan Hari Demi Hari, (Jakarta : Esensi Erlangga Group, 2005), h

17 Putusnya hubungan anak hasil in-vitro fertilization melalui rahim orang lain dengan ibu yang mengandung dan melahirkan yakni bahwa dalam proses In-Vitro Fertilization melalui rahim orang lain tidak ada percampuran zat dari perempuan lain terhadap hasil pembuahan yang ditanam dalam rahimnya. Dalam proses in-vitro fertilization melalui rahim orang lain, seorang ibu yang mengandung dan melahirkan hanya berfungsi sebagai tempat tumbuh kembangnya embrio supaya dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan fungsi ibu pengganti hanyalah memberi asupan makanan kepada janin yang ada dalam kandungannya melalui plasenta serta member aliran darah. Anak hasil in-vitro fertilization melalui rahim orang lain, jika diuji melalui tes DNA maka hasil tes DNA tersebut akan positif terhadap pemilik ovum dan sperma, dan tidak memiliki hubungan dengan ibu pengganti, hal ini disebabkan karena dalam proses pembuahan adanya pewarisan gen pemilik ovum dan sperma. Gen mempengaruhi warna rambut dan mata, bentuk dan ukuran hidung serta ciri-ciri lainnya. Jadi, meskipun pembuahan ovum dan sperma dilakukan diluar tubuh kemudian ditanam dalam rahim perempuan lain, hal ini tidak mempengaruhi DNA anak tersebut, karena yang mempengaruhi DNA anak tersebut adalah Gen pemilik ovum dan sperma. Jadi, dalam proses in-vitro fertilization melalui rahim orang lain menunjukkan bahwa status anak hasil in-vitro fertilization melalui rahim orang lain yaitu bahwa anak tersebut memiliki hubungan dengan 36

18 pemilik ovum dan sperma dan yang menjadi ibu dari anak tersebut yaitu pemilik ovum, bukan orang yang mengandung dan melahirkan, karena dalam dunia yang serba canggih sekarang, tes DNA merupakan salah satu tes yang akurat. B. Kemahraman 1) Kemahraman Al-Quran telah menyebutkan adanya wanita-wanita yang haram dinikahi, sebagaimana termaktub dalam surat An-Nisa ayat 22-24: 37

19 24 Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh) diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan, saudarasaudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 24. dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteriisteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana QS. An-Nisa (4) : 22, 23, Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an, (Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h

20 2) Pembagian Mahrâm Menurut ayat-ayat di atas, bahwa wanita-wanita yang haram dinikahi dapat dibagi menjadi dua yaitu: a) Kemahraman Muabbad, bahwa seorang laki-laki tidak boleh menikahinya selamanya. 1. Wanita haram dinikahi sebab nashâb Menurut para fuqaha, wanita-wanita yang haram dinikahi sebab nashab ada tujuh, yang mana ketujuh wanita tersebut telah disebutkan dalam al-quran, yakni ibu, anak perempuan, saudara perempuan, saudara perempuan ayah, saudara perempuan ibu, anak perempuan saudara perempuan dan perempuan saudara perempuan. 26 Ibu yang diharamkan untuk dinikahi yaitu semua perempuan yang memiliki hubungan darah melalui laki-laki dengannya, yakni antara seorang laki-laki dengannya, baik dari pihak ibu maupun pihak ayah. 27 Anak-anak perempuan yang haram juga untuk dinikahi yakni anak-anak perempuan ke bawah, haram bagi seorang ayah menikahi putrinya sendiri, putri dari anak putrinya dan putri dari anak laki-lakinya serta semua orang yang memiliki nashab dengannya. 28 Adapun hikmah kemaharaman dari segi nashab yakni mengangungkan kerabat serta memelihara dari 26 Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Semarang : CV Asy-Syifa, 2007 ), h Abu Malik Kamal ibn Asy-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 3, (Jakarta : Pustaka Azzami, 2007), h Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Keluarga, (Jakarta : Amzah,2009), h

21 kebodohan. Jika pernikahan yang memiliki hubungan nashab diperbolehkan, maka akan menimbulkan pemutusan rahim karena akan menimbulkan gesekan-gesekan yang kasar antara keduanya. 2. Kemahraman Sebab Ikatan Perkawinan Kemahraman menikahi seorang wanita yang ditinjau dari segi adanya ikatan pernikahan ada 4yakni : Pertama, istri ayah (wanita yang dinikahi ayah atau ibu tiri), para ulama telah sepakat bahwa wanita yang telah melakukan akad nikah dengan ayahnya, maka wanita tersebut haram untuk dinikahi, baik sudah dicampuri ataupun belum. Kedua, orang tua istri (mertua), menurut jumhur ulama, bahwa menikahi orang tua istri hukumnya haram, baik istri sudah dicampuri ataupun belum. Ketiga, anak perempuan istri, pengharaman menikahi anak perempuan istri atau anak bawaan isri, berdasarkan pada firman Allah surat an-nisa ayat 23, bahwa seorang laki-laki diharamkan menikahi anak perempuan istri, dengan syarat istri tersebut sudah dicampuri, dan jika istri tersebut belim dicampuri, maka diperbolehkan. Adapun yang termasuk dalam hal ini yaitu anak-anak perempuan dari anak-anak perempuan dari istrinya dan anakanak perempuan dari anak laki-laki istri Abu Malik Kamal ibn Asy-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 3, (Jakarta : Pustaka Azzami, 2007), h

22 Keempat, istri-istri anak kandung, seorang ayah diharamkan menikahi wanita-wanita yang sudah dinikahi anak kandungnya.kemahraman istri anak terhadap bapak tidak disyaratkan anak sudah harus mencampuri istri, tetapi karena adanya akad nikah, maka seorang bapak diharamkan menikahi istri anaknya. Hikmah diharamkannya seorang ayah menikahi istri anaknya yaitu memelihara hubungan antara individu keluarga serta mencegah segala sesuatu yang terjadi yang mengakibatkan pemutusan rahim. 3. Kemahraman Sebab Sepersusuan (ar-radhâ ) Kemahraman sebab sepersusuan merupakan kemahraman yang abadi dan para perempuan yang diharamkan sebab sepersusuan sama dengan para perempuan yang diharamkan sebab hubungan nashâb. 30 Sebelum pembahasan yang lebih lanjut tentang kemahraman sebab sepersusuan, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan secara singkat tentang sepersusuan. Secara etimologi, ar-radhâ adalah nama isapan susu dari payudara secara mutlaq, baik pada manusia maupun pada hewan. Sedangkan secara terminologi syara, persusuan merupakan suatu nama untuk mendapatkan susu dari seorang wanita yang sampai dalam perut anak kecil atau kepalanya. 30 Wahbah az-zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 9, (Jakarta ; Gema Insani, 2011),., h

23 Adapun pembatasan susu yang dimaksud masuk dalam sepersusuan yakni mengeluarkan sesuatu yang diisap dari payudara berupa darah dan nanah. Kemahraman sebab sepersusuan didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat an-nisa ayat 23: 31 Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara perempuan sepersusuan. 32 Faktor diharamkannya sebab sepersusuan sama seperti yang diharamkan sebab nashab. Berpijak dari ini, wanitawanita yang diharamkan sebab sepersusuan yaitu ibu yang menyusui dan nenek; anak-anak perempuan dari ibu yang menyusui, baik yang lahir sebelum maupun sesudah dia menyusu, karena mereka adalah saudara perempuan sepersusuan; saudara perempuan dari ibu yang menyusuinya;anak perempuan dari anak perempuan yang menyusuinya, anak perempuan dari anak perempuan ibu yang menyusuinya, ibu suami dari ibu yang menyusuinya, saudara perempuan suami dari ibu yang menyusuinya, anak perempuan dari anak laki-laki ibu yang menyusuinya; anak perempuan dari suami ibu yang menyusuinya; istri lain dari suami ibu yang 31 QS. An-Nisa (4) : Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an, (Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h

24 meenyusuinya; istri dari anak yang menyusui haram bagi suami ibu yang menyusui, karena dia adalah istri dari anaknya. 33 Adapun syarat-syarat pengharaman sebab sepersusuan yakni sebagai berikut : 1. Kadar Jumlah Susuan yang Menjadikan Mahram Jumlah susuan yang menjadikan kemahraman, para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah susuan yang menjadi acuan berlakunya hukum kemahraman. Pendapat para ulama ini dibagi menjadi empat pendapat, yakni sebagai berikut : Pendapat pertama, menurut pendapat mayoritas ulama madzhab Abu Hanifah, Malik dan Ahmad, bahwa diharamkan satu susuan atau lebih. Pendapat ini mengacu bahwa tidak ada nash al-quran maupun hadits yang menjelaskan batas minimal susuan, oleh sebab itu dalam hal ini mayoritas ulama menetapkan bahwa untuk batas minimal kemahraman sebab sepersusuan yakni satu kali susuan. Pendapat kedua ini menurut pendapat Ahmad, pendapat Zhâhiriyyah kecuali Ibnu Hazm, Ishaq, abu Ubaid,Abu Tsaur dan Ibnu Mundzir bahwa minimal sepersusuan yakni satu kali susuan yakni 3 kali. Pendapat ketiga, merupakan pendapat madzhab Syafi i, pendapat yang paling popular dari Ahmad, dan Ibnu 33 Abu Malik Kamal ibn As-Sayyid, Shahih Fiqh Sunnah Jilid 3, (Jakarta : Pustaka Azzami, 2007), h

25 Hazm, menyatakan bahwa yang menyebabkan kemahraman adalah lima kali susuan atau lebih. 34 Pendapat keempat menyatakan bahwa yang menyebabkan kemahraman adalah sepuluh kali susuan. Adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama, disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan al-qur an dan hadits-hadits yang mencantumkan adanya pembatasan kadar yang menyebabkan kemahraman. Adapun firman Allah yakni surat an-nisa ayat 23 : 35 Dan ibu-ibumu yang menyusukan kamu. 36 Arti dan makna ayat di atas, tidak menyebutkan adanya batasan kadar susuan kemahraman. Akan tetapi, dalam hadits-hadits tentang sepersusuan, terdapat perbedaan makna dan pertentangan mengenai pembatasan kadar kmahraman, ada hadist yang menyatakan bahwa adanya batasan kadar kemharaman akan tetapi ada juga hadits yang tidak menjelaskan adanya batasan kadar kemahraman. 34 Abu Malik Kamal ibn Asy-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 3, (Jakarta : Pustaka Azzami, 2007), h QS. An-Nisa (4) : Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an, (Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h

26 Bagi para fuqaha yang lebih mengacu kepada ayat al- Quran dari pada hadits, berpendapat bahwa satu atau dua kali sedotan sudah diharamkan. Sedangkan bagi fuqaha yang mendudukkan hadist sebagai tafsiran bagi ayat al- Qur an, berpendapat bahwa kadar susuan yang menyebabkan kemahraman yaitu minimal tiga kali sedotan sudah diharamkan. 2. Usia Menyusu Pendapat para ulama mengenai batas umur anak yang menyusu sehingga menimbulkan kemahraman. Ada tiga pendapat mengenai permasalahan ini, yaitu sebagai berikut : Pendapat Pertama : Para fuqaha telah sepakat bahwa menyusu pada usia dua tahun mengharamkan. Pendapat ini dikemukakan oleh jumhur ulama, diantara Imam Malik, Imam Syafi i, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Abu Yusuf. Muhammad dan Al- Auza i. Pendapat ini berlandaskan pada firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 233: 37 Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh QS. Al-Baqarah(2) :

27 Pendapat Kedua : Pendapat kedua dikemukakan oleh Abu Hanifah, yang menyatakan bahwa batas umur anak yang menyusu yang masuk dalam kriteria kemahraman yakni terjadi dalam tiga puluh bulan pertama dari usia anak yang menyusu. 39 Abu Hanifah beragumentasi dalam firman Allah surat Al- Ahqaaf ayat 15 : 40 Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi 38 Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an, (Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h Abu Malik Kamal ibn Asy-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 3, (Jakarta : Pustaka Azzami, 2007), h QS. Al-Ahqaaf (46) : 15 46

28 kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orangorang yang berserah diri". 41 Pendapat Ketiga : Persusuan orang dewasa diharamkan sebagaimana halnya persusuan anak kecil.pendapat ini dikemukakan oleh kalangan madzhab Azh-Zhahiri.Pendapat ini juga dikemukakan oleh Atha, Al-Laits dan Aisyah. Beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ulama, menurut Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim bahwa pendapat yang paling shâhih yakni pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa persusuan yang dianggap sah adalah yang terjadi dalam dua tahun dari usia anak yang menyusui. 3. Memasukkan Air Susu Tanpa Melalui penyusuan Menurut jumhur ulama bahwa memasukkan air susu tanpa melalui penyusuan juga menyebabkan kemahraman, karena bagi fuqaha yang lebih memperhatikan tentang masuknya air susu dengan cara yang bagaimana pun juga, maka masuknya air susu yang tidak melalui penyusuan tetap menyebabkan kemahraman. Sedangkan Ibnu Hazm, Atha dan Daud berpendapat bahwa hal tersebut tidak menyebabkan kemahraman. Tidak dinamakan penyusuan, kecuali mulut si 41 Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an, (Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h

29 anak yang menyusui menetek dan menghisap susu secara langsung dari putting ibu yang menyusuinya. 42 Bagi para fuqaha yang lebih memperhatikan cara masuknya air susu melalui penyusuan, maka masuknya air susu yang tidak melalui penyusuan tidak menyebabkan kemahraman. 4. Air Susu Campuran Mengenai syarat air susu yang menyebabkan kemahraman itu bercampur atau tidak, disini para fuqaha juga berbeda pendapat, Ibnu Qasi, Abu Hanifah dan para pengikutnya berpendapat bahwa air susu yang dicampur dengan barang lain maka hal ini tidak menyebabkan kemahraman. Sedangkan pendapat Imam Syafi i, Ibnu habib, Ibnu Mutharrif dan Ibnu Majasyun dari kalangan Imam Maliki berpendapat bahwa air susu yang dicampur dengan yang lainnya menyebabkan kemahraman. Adapun perkara yang membedakan hukum susuan dengan hukum nashab, dalam hal ini Madzhab Hanafi mengecualikan dua kondisi pengharaman akibat nashab, yang mana kondisi ini tidak diharamkan dari segi hubungan susuan. Kondisi tersebut yakni : Abu Malik Kamal ibn Asy-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 3, (Jakarta : Pustaka Azzami, 2007), h Wahbah az-zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 9,., h

30 1. Ibu saudara laki-laki atau saudara perempuan sesusuan boleh dinikahi, tidak boleh menikahi ibu saudara laki-laki atau saudara perempuan sebapak berdasarkan hubungan nashab. Misalnya yaitu, seorang perempuan menyusui seorang anak, dan perempuan tersebut memiliki anak laki-laki, maka anak laki-laki ini boleh menikahi ibu anak yang disusui oleh ibunya ini atau bapak anak ini yang merupakan saudara sesusuan. 2. Saudara perempuan anak laki-laki atau atau anak perempaun sesusuan, maka seorang bapak boleh menikahinya. Dalam hubungan nashab, tidak boleh baginya menikahi saudara perempuan anak laki-lakinya atau anak perempuannya. Misalnya yaitu, seorang perempuan menyusui seorang anak, maka suami perempuan ini boleh menikahi saudara perempuan anak yang disusui oleh istrinya. b) Kemahraman Muaqqat, sebagai berikut : 1. Saudara perempuan istri Para ulama telah sepakat bahwa seorang laki-laki tidak boleh menggabung dua perempuan bersaudara dalam sebuah ikatan perkawinan dalam waktu yang sama, akan tetapi jika istrinya sudah meninggal atau 49

31 telah menceraikannya, maka dia boleh mengawini saudara perempuan istrinya Bibi istri dari pihak ayah dan ibu Para ulama bersepakat bahwa seorang laki-laki tidak boleh menghimpun dalam satu perkawinan antara seorang wanita dengan bibinya dari pihak ayah atau bibinya dari pihak ibu. Hal ini berlandaskan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh seorang seorang wanita digabung (dalam perkawinan) dengan bibinya dari pihak ayah dan antara seorang wanita dengan bibinya dari pihak ibu (HR. Bukhori dan Muslim). 3. Wanita bersuami dan Wanita dalam masa iddah Para ulama telah sepakat bahwa menikahi perempuan yang masih bersuami dan yang masih dalam masa iddah tidak diperbolehkan, baik iddah haid, iddah hamil ataupun iddah talak.baik talak raj i ataupun talak bain sugra maupun kubra. 45 Larangan menikahi perempuan yang masih bersuami dikarenakan hal ini akan menyakiti orang muslim lain, sedangkan dilarangnya menikahi wanita 44 Abu Malik Kamal ibn Asy-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah Jilid 3, (Jakarta : Pustaka Azzami, 2007), h Ibn Rusyd, Bid ayatul Mujtahid,., h

32 yang amsih daalm masa iddah karena untuk membebaskan rahim wanita yang baru ditalak suaminya ataupun ditinggal mati suaminya. 46 Akan tetapi, larangan ini hanyalah bersifat sementara. 4. Wanita pezina sampai dia bertobat Wanita pezina diharamkan untuk dinikahi sampai dia bertobat dan membersihkan rahimnya dengan sekali haid. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-nuur ayat 3 : Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oranorang yang mukmin Wanita yang ditalak tiga Wanita yang ditalak tiga,tidak boleh dinikahi kembali suaminya kecuali telah dinikahi oleh laki-laki lain yang sah menurut syara dan telah bercampur, kemudian pisah karena meninggal dunia atau ditalak dan telah habis masa iddahnya. Sebagaiman firman Allah surat al-baqarah ayat 230: 46 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,., h QS. An-Nuur (24): 3 51

33 48 Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. 49 Adapun hikmah keharamannya yaitu untuk mendorong suami agar tidak tergesa-gesa untuk menjatuhkan talak, dan diharamkannya wanita ini untuk dinikahi dalam kurun waktu yang sementara waktu yaitu supaya wanita tersebut lebih berhat hati dalam berumah tangga serta mampu memperbaharui kehidupan rumah tangga yang lebih baik. 6. Wanita musrik hinggga masuk Islam Firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 221 : 48 QS. Al-Baqarah (2) : Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an, (Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h

34 50 Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-nya (perintahperintah-nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. 51 Kedua ayat tersebut, telah menjelaskan bahwa adanya larangan mengawini wanita musrik sampai ia beriman. 50 QS. Al-Baqarah (2) : Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur an, (Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan)

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan) Febriani Rinta (I1110026) Surrogate mother (Ibu titipan) Peminjaman rahim atau yang disebut dengan surrogate mother (Ibu pengganti), yaitu seorang wanita yang mengadakan perjanjian dengan pasangan suami

Lebih terperinci

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi BAB III FERTILISASI IN VITRO A. Pengertian Fertilisasi In Vitro Fertilisasi in Vitro merupakan salah satu dari teknik inseminasi buatan 1 yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi berasal

Lebih terperinci

BAB IV PROSES ISTINBAT HUKUM QIYAS TERHADAP STATUS KEMAHRAMAN ANAK HASIL IN-VITRO FERTILIZATION MELALUI RAHIM ORANG LAIN DAN HASILNYA

BAB IV PROSES ISTINBAT HUKUM QIYAS TERHADAP STATUS KEMAHRAMAN ANAK HASIL IN-VITRO FERTILIZATION MELALUI RAHIM ORANG LAIN DAN HASILNYA BAB IV PROSES ISTINBAT HUKUM QIYAS TERHADAP STATUS KEMAHRAMAN ANAK HASIL IN-VITRO FERTILIZATION MELALUI RAHIM ORANG LAIN DAN HASILNYA A. Istinbat Hukum Dalam Penetapan Status Kemahraman Anak HasilInVitro

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah

Lebih terperinci

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: APAKAH ITU MAHRAM Beberapa waktu yang lalu di berita salah satu televisi swasta nasional menayangkan kontak pemirsa. Di sana ada penelpon yang menyebutkan tentang kegeli-annya terhadap tingkah pejabat-pejabat

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah

BAB I PENDAHULUAN. tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak memiliki arti yang sangat penting dalam sebuah kehidupan rumah tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah tangga yang

Lebih terperinci

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1) SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1) Adapun ketentuan siapa yang mahram dan yang bukan mahram

Lebih terperinci

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan PENGERTIAN BAYI TABUNG PENGERTIAN BAYI TABUNG In vitro vertilization (IVF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung adalah proses

Lebih terperinci

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR A. Analisis Hukum Islam Terhadap Alasan Larangan Nikah

Lebih terperinci

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital Check Up) sebagai Upaya Pemeliharan Keturunan (Hifz} al-nasl) Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

1. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang masalah etik yang terjadi serta pemecahan masalah tersebut

1. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang masalah etik yang terjadi serta pemecahan masalah tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang memiliki naluri untuk melangsungkan hidupnya di dunia ini, salah satu dari sifat insaniahnya itu ialah melanjutkan keturunannya sebagai

Lebih terperinci

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? "kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kehadiran seorang anak dalam suatu perkawinan merupakan anugerah yang sangat istimewa, bahkan tidak ternilai harganya. Setiap pasangan suami istri selalu

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING. A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning

BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING. A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning Penerapan kloning pada manusia mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER. A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER. A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia 38 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia Pada dasarnya proses pembuahan yang alami terjadi dalam rahim manusia melalui cara yang alami pula (hubungan

Lebih terperinci

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 SIAPAKAH MAHRAM KITA SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. 2 Adapun ketentuan siapa yang mahram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 ) SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 ) Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar : Pernikahan dalam Islam ( Hukum, hikmah dan ketentuan Nikah) Kelas : XII (duabelas ) Program : IPA IPS I. Pilihlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH A. Analisis Status Perwalian Anak Akibat Pembatalan Nikah dalam Putusan Pengadilan Agama Probolinggo No. 154/Pdt.G/2015 PA.Prob Menurut

Lebih terperinci

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH. I. PENDAHULUAN Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk waktu selamanya sampai matinya salah seorang suami-istri. Inlah yang sebenarnya dikehendaki oleh agama Islam. Namun dalam keadaan tertentu terdapat

Lebih terperinci

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya - 26 Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya Penjelasan : Nazilah adalah kejadian baru yang butuh kepada hukum syar I. istilah ini menjadi populer pada

Lebih terperinci

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Tradisi Larangan Nikah Anak Podo Mbarep Masyarakat desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,

Lebih terperinci

MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI. Oleh : Andang Muryanta

MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI. Oleh : Andang Muryanta MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI Oleh : Andang Muryanta Sebuah keluarga dimanapun mereka berada dipastikan ada keinginan untuk mendapatkan buah hati dari hasil pernikahannya, itu wajar dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Hukum Islam terhadap Latar Belakang Pelarangan

Lebih terperinci

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04 Artikel Buletin An-Nur : Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04 Hukum Poligami Para ulama telah sepakat bahwa poligami diperbolehkan di dalam Islam hingga empat istri. Hal ini berlandaskan

Lebih terperinci

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

Apakah Kawin Kontrak Itu?

Apakah Kawin Kontrak Itu? KOPI- Nafsu seksual (syahwat) seorang pria kepada perempuan adalah hal yang fitrah, yaitu hal yang alamiah yang telah ditetapkan adanya oleh Allah kepada manusia (Lihat QS Ali Imran [3] : 14). Hanya saja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDDAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDDAH BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDDAH A. Pengertian Iddah Iddah adalah berasal dari kata al-add dan al-ihsha yang berarti bilangan. Artinya jumlah bulan yang harus dilewati seorang perempuan yang telah diceraikan

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN A. Analisis Latar Belakang Terjadinya Pernikahan Sirri Seorang Istri yang Masih dalam Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan Undang-Undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut sejak proses pendahuluannya

Lebih terperinci

oleh: Dr. Lismadiana, M.Pd Lismadiana/lismadiana.uny.ac.id

oleh: Dr. Lismadiana, M.Pd Lismadiana/lismadiana.uny.ac.id oleh: Dr. Lismadiana, M.Pd lismadiana@uny.ac.id Alkohol: menyebabkan berkurangnya unsur Seng (Zn) yang penting dalam perkembangan seksual (mengurangi jumlah sperma, kadar hormon testosteron) dan zat lain:

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Menjelaskan Persepsi Ulama Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1. Deskripsi Satu a. Identitas Responden 1) Nama : KH.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN PERSUSUAN (Studi Kasus Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2011/PA.Ska)

TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN PERSUSUAN (Studi Kasus Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2011/PA.Ska) TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN PERSUSUAN (Studi Kasus Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2011/PA.Ska) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H Status Perkawinan Orang Murtad (Studi Komparatif Mazhab Syafi'i dan KHI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Fakultas Syari'ah/Jurusan Ahwal Asy-Syakhsiyah

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar 29 BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR A. Pengertian Ijbar Ijbar berarti paksaan, 1 yaitu memaksakan sesuatu dan mewajibkan melakukan sesuatu. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN

ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN Secara medis, memilih jenis kelamin bayi sudah sangat dimungkinkan. Bahkan dengan mengenali sifat sperma, upaya yang lebih praktis dapat dilakukan sendiri oleh suami-istri. "Sssst,

Lebih terperinci

ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK

ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK Keluarga kecil (Small Family) adalah kumpulan individu yang terdiri dari orang tua (Bapak Ibu) dan anak-anak. Dalam Islam, hubungan

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

BAB III AYAT-AYAT AL-QUR AN TENTANG MAHRAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN. A. Ayat-ayat tentang Mahram 1. Firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 22:

BAB III AYAT-AYAT AL-QUR AN TENTANG MAHRAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN. A. Ayat-ayat tentang Mahram 1. Firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 22: BAB III AYAT-AYAT AL-QUR AN TENTANG MAHRAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN A. Ayat-ayat tentang Mahram 1. Firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 22: Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita yang telah dikawini

Lebih terperinci

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan Rukun adalah unsur-unsur yang harus ada untuk dapat terjadinya suatu perkawinan. Rukun perkawinan terdiri dari calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI TANPA ADANYA SYARAT ALTERNATIF PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG NO. 913/Pdt.P/2003/PA.Mlg A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana

Lebih terperinci

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini adalah fenomena bayi tabung. Teknologi ini telah dirintis oleh PC Steptoe dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA JASA HAIR EXTENSION DI BE YOUNG SALON

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA JASA HAIR EXTENSION DI BE YOUNG SALON BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA JASA HAIR EXTENSION DI BE YOUNG SALON A. Analisis Sewa Jasa Hair Extension di Be Young Salon Semua wanita selalu ingin tampil cantik dan menarik, karena wanita

Lebih terperinci

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman: Mahram Bagi Wanita Masalah mahram bagi wanita banyak diantara kaum muslimin yang kurang memahaminya. Padahal banyak sekali hukum tentang pergaulan wanita yang berkaitan erat dengan masalah mahram ini.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI RAHIM DAN STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI RAHIM DAN STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN 58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI RAHIM DAN STATUS ANAK YANG DILAHIRKAN A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Rahim Rahim merupakan bagian dari organ reproduksi yang memiliki

Lebih terperinci

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan yang diciptakan berpasang-pasangan. Maka dengan berpasangan itulah manusia mengembangbiakan banyak laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara

BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara 1. Letak Geografis Ditinjau dari segi geografis wilayah Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani dkk, Jilid IX, Gema Insani, Jakarta, 2011, hlm.39

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani dkk, Jilid IX, Gema Insani, Jakarta, 2011, hlm.39 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Demi memudahkan pemahaman tentang skripsi ini agar tidak menimbulkan kekeliruan dan kesalahpahaman dalam memahami skripsi ini, maka terlebih dahulu akan di uraikan

Lebih terperinci

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. Lihat Ahkam An-Nazhar Ila

Lebih terperinci

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap pandangan mazhab Maliki dan mazhab Syafi i tentang menikahkan wanita hamil karena zina, maka penyusun dapat menarik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN A. Analisis Status Anak Dari Pembatalan Perkawinan No: 1433/Pdt.G/2008/PA.Jombang Menurut Undang-Undang Perkawinan Dan Menurut

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH A. Analisis terhadap Peran USG terhadap Iddah Tidak sedikit ulama yang mencoba mendefinisikan atau mencari alasan pemberlakuan

Lebih terperinci

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya. Aqiqah Kelahiran seorang anak bagi sebuah keluarga akan menambah kebahagiaan dan kerukunan rumah tangga. Mengikut sunnah Rasulullah SAW mengadakan aqiqah dan memberikan dagingnya sebagai sedekah kepada

Lebih terperinci

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI NAFKAH MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA A. Tinjuan Hukum Islam Terhadap Penarikan Kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan dan kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya saling kenal-mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan menimbulkan kewajiban nafkah atas suami untuk istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi BAB III KERANGKA TEORITIS Menurut Soekandar Wiriaatmaja, tradisi pernikahan merupakan suatu yang dibiasakan sehingga dapat dijadikan peraturan yang mengatur tata pergaulan hidup didalam masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP AL-QUR AN TENTANG PROSES MANUSIA BERKETURUNAN (FERTILISASI)

BAB III KONSEP AL-QUR AN TENTANG PROSES MANUSIA BERKETURUNAN (FERTILISASI) BAB III KONSEP AL-QUR AN TENTANG PROSES MANUSIA BERKETURUNAN (FERTILISASI) A. Penyajian Data Ayat-Ayat tentang Fertilisasi Allah menciptakan semua yang ada di bumu ini berpasang-pasang, ada langit ada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

AKHLAQ. Materi Akhlaq Studi Islam Intensif (SII) YISC Al Azhar

AKHLAQ. Materi Akhlaq Studi Islam Intensif (SII) YISC Al Azhar AKHLAQ I. Definisi Imam Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Mukhtashor Minhajul Qoshidiin bahwa akhlaq merupakan ungkapan tentang kondisi jiwa, yang begitu mudah menghasilkan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran

Lebih terperinci

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu :

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Kembar Identik Kembar identik disebut juga sebagai kembar monozigotik, yaitu kembar yang berasal dari satu telur. Proses terjadinya kembar identik yaitu pada masa pembuahan sebuah sel telur matang dibuahi

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD A. Analisis Persamaan antara Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Status Perkawinan Karena Murtad Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Alloh memperkembang biakkan laki-laki

Lebih terperinci

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban: MAHRAM Pertanyaan Dari: Mirman Lasyahouza Dafinsyu, syahboy93@gmail.com, SMA Muhammadiyah Bangkinang (disidangkan pada hari Jum at, 9 Jumadilakhir 1432 H / 13 Mei 2011 M) Pertanyaan: Assalamu alaikum w.w.

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN (MUI) setelah: Menimbang : 1. bahwa seiring dengan dinamika yang terjadi di masyarakat, beberapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia 77 BAB V PENUTUP 3.4. KESIMPULAN 1. Ketentuan mengenai perbuatan penitipan janin pada rahim ibu pengganti menurut hukum Islam diatur berdasarkan hasil ijtihad para ulama, karena di dalam al-quran dan hadits

Lebih terperinci

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan LAMPIRAN TERJEMAH No Bab Surah/Hadis Terjemah 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya kub. (Ibrahim berkata): Hai anakanakku! Sesungguhnya

Lebih terperinci

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG A. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Agama Malang dalam Penolakan Izin Poligami

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP SEWA JASA PENGEBORAN SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Sewa Jasa Pengeboran Sumur

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah

Lebih terperinci