HUBUNGAN ANTARA STATUS MEROKOK TERHADAP OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA STATUS MEROKOK TERHADAP OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA STATUS MEROKOK TERHADAP OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Monica Tri Irianti NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 INTISARI Obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas sentral yaitu adanya perubahan gaya hidup, seperti tingginya makanan berlemak, rendahnya konsumsi sayuran buah, rendahnya aktivitas fisik, tingginya konsumsi minuman beralkohol dan kebiasaan merokok. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara status merokok terhadap obesitas sentral pada orang dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling pada bulan Mei-Juni 2015 di Desa Kepuharjo. Responden penelitian berumur tahun. Pengukuran yang dilakukan meliputi lingkar pinggang dan indeks massa tubuh serta dilakukan pendataan dengan menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui status merokok. Data dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji statistik Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara status merokok terhadap obesitas sentral. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok terhadap obesitas sentral (p=0,002) dan pada responden dengan status merokok mantan perokok dan perokok memiliki kemungkinan 3,937 kali untuk mengalami obesitas sentral dibandingkan responden dengan status merokok bukan perokok. Kata kunci: status merokok, obesitas sentral. vi

7 ABSTRACT Central obesity is a condition of excess abdominal fat. Factors that may lead to central obesity is lifestyle changes, such as high fat foods, low consumption of fruit vegetables, low physical activity, high consumption of alcohol and smoking habits. The purpose of this study to determine the association between smoking status with central obesity in adults. Type of research is observational analytic cross sectional study design. Age of respondents is years old, based on purposive sampling taken Mei-June 2015 in Kepuharjo village. Measurements including waist circumference and body mass index, and also had been interview the smoking status. Data were analyzed using the Kolmogorov-Smirnov normality test and Chi Square statistical test to determine relationship between smoking status with central obesity. The results of this study showed that have significant association between smoking status with central obesity (p=0,002) and respondents with smoking status of former smoker and smokers have a probability a times had central obesity compared to respondents that smoking status nonsmokers. Keyword : smoking status, central obesity. vii

8 HALAMAN PERSEMBAHAN SEKALIPUN AKU BERJALAN DALAM LEMBAH KEKELAMAN, AKU TIDAK TAKUT BAHAYA, SEBAB ENGKAU BESERTAKU ; GADAMU DAN TONGKATMU, ITULAH YANG MENGHIBURKU Mazmur 23:4 Bagiku Kuliah adalah pelayanan dan kesaksian, sedangkan kelulusanku adalah pengutusan - Teguh Triguna I can do all things trough Christ who strenghens me Philippians 4:13 Sitou Timou Tumou Tou - we are blessed to be a blessing to other people - Dr. Sam Ratulangi Never stop trying. Never stop believing. Never give up. Your day will come Karya kecil ini kupersembahkan untuk: Bapa, Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, semua orang Kudus, Semua keluarga yang telah mendahului Bapak, Mama, Mas Irwan dan adek Iin Almamaterku Sanata Dharma Yogyakarta vii

9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI viii

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, bimbingan, perlindungan, dan cinta kasih-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Status Merokok dan Obesitas Terhadap Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sehat di Desa Kepuhardjo Kecamatan Cangkringan Yogyakarta, sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ungkapan terimakasih yang sedalam-dalamnya, kepada semua pihak yang telah membantu penulis lewat dukungan tenaga, pikiran, waktu, dan curahan cinta agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Ungkapan terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat-nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tuaku dan inspiratorku Bapak Johanes Kuwat dan Mama Karsinem yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan bimbingan kepadaku selama ini. 3. Dekan Farmasi Universitas Sanata Dharma yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 4. dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK selaku dosen pembimbing utama, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi. 5. Ibu Aris Widayati, M. Si., Ph.D., Apt, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi serta mengarahkan penulis dalam penyususnan skripsi. 6. Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm,M.Sc.,Apt dan Ibu Putu Dyana Christasani M.Sc.,Apt sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun. 7. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini dengan memberikan ethical clearance. 8. Pemerintah Kabupaten Sleman, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Camat Kecamatan Cangkringan Yogyakarta, Kepala Desa dan Padukuhan setempat yang telah memberikan izin sehingga dapat dilakukannya penelitian ini. 9. Segenap Masyarakat Desa Kepuharjo yang bersedia menjadi responden penelitian ini. ix

11 10. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan di Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. 11. Kakakku Irwan dan adikku Iin yang selalu memberikan semangat, doa dan motivasi selama ini. 12. My Beee Andreas Fitrianto Tikalaka yang bersedia menemaniku selama 4,5 tahun dan memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, doa, serta motivasi yang begitu berharga selama ini. 13. Keluargaku SupayaJokoTambaKuat Indah Rahayu, Rita Indah, Stefani yuyun, Stela Tamba, Hendra Tamba, Rischo dan Nugroho yang bersedia menemani dan memberikan masukan serta doa selama ini. 14. Teman teman FSM A 2012, FKK A 2012 dan semua angkatan 2012 yang telah bersama-sama berbagi suka dan duka di Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. 15. Teman-teman seperjuanganku skripsi payung 15 Angela, Lita, Dea, Lisa, Ida, Nuri, Christin, Itin, Vena, Mitha, Siti, Noven dan Vanny. 16. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis x

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii HALAMAN PERSAMBAHAN... viii PRAKATA... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I. PENGANTAR... 1 A. Latar Belakang Rumusan masalah Keaslian penelitian Manfaat penelitian... 5 a. Manfaat Teoritis... 5 b. Manfaat praktis... 5 B. Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan khusus... 5 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6 A. Status Merokok... 6 B. Obesitas Sentral... 9 xi

13 a. Umur... 9 b. Jenis kelamin c. Tipe wilayah d. Gaya Hidup Kebiasaan Merokok Aktivitas Fisik C. Lingkar Pinggang D. Landasan Teori E. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan penelitian B. Variable Penelitian Variabel bebas Variabel tergantung C. Definisi Operasional D. Responden Penelitian E. Instrumen Penelitian F. Lokasi dan Waktu Penelitian G. Tata Cara Penelitian Observasi awal Permohonan izin dan kerjasama Pembuatan informed consent dan leaflet Pencarian responden Validitas dan realibilitas instrumen penelitian H. Pengumpulan Data I. Analisis Data Pengolahan Data Analisis Data J. Keterbatasan Penelitian BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usia xii

14 2. Status merokok Obesitas sentral B. Hubungan Antara Status Merokok terhadap Obesitas Sentral BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS xiii

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Klasifikasi Perokok... 8 Tabel II. Ukuran Lingkar Pinggang Orang Asia Tabel III. Definisi Operasional Tabel IV. Karakteristik Responden Tabel V. Hubungan Status Sosial Merokok dengan Obesitas Sentral Tabel VI. Hubungan Status Merokok dengan obesitas Sentral (Pria) Tabel VII. Hubungan Derajat Merokok dengan Obesitas Sentral xiv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema Pencarian Responden Penelitian Gambar 2. Langkah-langkah dalam Pengukuran Lingkar Pinggang \ xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Izin Penelitian (BAPPEDA) Lampiran 2. Surat Izin Penelitian (Kecamatan Cangkringan) Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Uji Validitas Lampiran 4. Surat Izin penelitian Uji Validitas (BAPPEDA) Lampiran 5. Ethichal Clearence Lampiran 6 Inform Consent Lampiran 7. Validasi Timbangan Berat Badan (Halaman 1) Lampiran 8. Validasi Timbangan Berat Badan (Halaman 2) Lampiran 9. Validasi Pengukur Tinggi Badan (Halaman 1) Lampiran 10. Validasi Pengukur Tinggi Badan (Halaman 2) Lampiran 11. Validasi Pita Pengukur Lingkar Pinggang (Halaman 1) Lampiran 12. Validasi Pita Pengukur Lingkar Pinggang (Halaman 2) Lampiran 13 Form Pengukuran Antropometri Lampiran 14 Leaflet Lampiran 15.Pedoman Wawancara Menggunakan Skoring Bistok Saing (Sebelum Dilakukan Uji Pemahaman Bahasa) Lampiran 16. Pedoman Wawancara Menggunakan Skoring Bistok Saing (Sesudah Dilakukan Uji Pemahaman Bahasa) Lampiran 17. Pengujian Reliabilitas Pita Pengukur Lampiran 18. Pengujian Reliabilitas Timbangan Berat Badan dan Alat Ukur Tinggi Badan Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Status Merokok Responden Lampiran 21 Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden xvi

18 Lampiran 22. Distribusi Usia Lampiran 23. Distribusi Status Merokok Lampiran 24. Distribusi Obesitas Sentral Lampiran 25. Uji Chi-Square Status Merokok Lampiran 26 Uji Fisher Merokok terhadap Obesitas Sentral Lampiran 27 Uji Fisher Derajat Merokok terhadap Obesitas Sentral (Berat dan Sedang) Lampiran 28 Uji Fisher Derajat Merokok terhadap Obesitas Sentral (Berat dan Ringan) Lampiran 29 Uji Fisher Derajat Merokok terhadap Obesitas Sentral (Sedang dan Ringan) Lampiran 30. Foto-Foto Persiapan dan Pengambilan Data xvii

19 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat di dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penelitian yang dilakukan oleh Low, Chin and Deurenberg (2009) prevalensi obesitas di negara maju berkisar 2,4% untuk wilayah Korea Selatan hingga 32,2% untuk Amerika Serikat. Prevalensi obesitas sentral di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 18,8%, mengalami peningkatan di tahun 2013 menjadi sebesar 26,6%(Kementrian Kesehatan RI, 2013) 7,2% pada laki-laki dan 46,3% pada perempuan (Farida,2010), sedangkan untuk wilayah kota Yogyakarta sebesar 24,0% (Depkes RI, 2009). Pada tahun 2014, lebih dari 1,4 miliar orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan. Jumlah tersebut lebih dari 200 juta laki-laki dan hampir 300 juta wanita yang mengalami obesitas (World Health Organization, 2015). Obesitas merupakan akumulasi lemak abnormal atau penimbunan lemak berlebih pada tubuh yang dapat menimbulkan risiko kesehatan (Dugdale, Vorvick, and Zieve 2012). Obesitas sentral menggambarkan adanya penimbunan lemak yang berada pada intra abdomen yang terdiri atas jaringan lemak viseral atau intraperitoneal dan massa lemak retoperitoneal (Sudoyo,2009). Seseorang dikatakan obesitas sentral apabila lingkar perut 90cm pada pria dan 80cm pada wanita (IDF, 2006). Obesitas sentral dapat terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, sepertitingginya konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok (Xu, Yin and 1

20 2 Wang, 2007), tingginya makanan berlemak, rendahnya konsumsi sayuran dan buah, dan rendahnya aktivitas fisik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas). Perokok adalah orang yang suka menghisap rokok. Gaya hidup merokok berpengaruh terhadap meningkatnya penyakit kronis salah satunya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Lipid Research Program Prevalence Study menunjukkan bahwa mereka yang merokok 20 batang atau lebih per hari mengalami penurunan HDL sekitar 11% untuk lakilaki dan 14% untuk perempuan, dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok (Soeharto, 2004). Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Riskesdas tahun 2013 berdasarkan tingkat usia, proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari di Indonesia terjadi pada kelompok umur tahun, sebesar 33,4%, umur tahun, sebesar 32,2%. Berdasarkan kelompok jenis kelamin perokok aktif setiap hari pada laki-laki sebesar 47,5% dan perempuan 1,1%. Survey yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco Survey (2011) menyebutkan bahwa prevalensi tertinggi perokok di Indonesia sebesar 72,4% pada usia tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DIY (2013), jumlah perokok di DIY telah mencapai >30%. Pada tahun 2006 dan 2008 memperlihatkan bahwa 56% rumah tangga di DIY tidak bebas asap rokok. Penelitian yang dilakukan oleh Akbartabartoori, Lean and Hankey (2005), menunjukkan indeks massa tubuh pada perokok lebih rendah dan lebih tinggi

21 3 pada mantan perokok di bandingkan dengan orang yang bukan merokok. Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan Jee, Sull, Park, Lee, Ohrr, Guallar et al. (2006) yang mendapatkan hasil bahwa Indeks massa tubuh perokok sebesar 24,9kg/m2 lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok 23kg/m2. Penelitian ini dilakukan di Desa Kepuharjo karena sebagai model dari tempat penelitian peneliti. Desa Kepuharjo terletak di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Masyarakat desa Kepuharjo mengandalkan hidup dari sektor pertanian, peternakan, dan sebagian kecil sebagai wiraswasta dan PNS. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian tentang status merokok terhadap terjadinya obesitas sentral. Hal ini dilakukan karena belum pernah ada penelitian tentang hubungan status merokok terhadap obesitas sentral pada masyarakat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan Yogyakarta. 1. Perumusan Masalah a. Bagaimana distribusi frekuensi usia, status merokok, dan obesitas sentral pada masyarakat Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan Yogyakarta? b. Apakah ada hubungan antara status merokok terhadap kejadian obesitas sentral pada orang dewasa sehat di desa Kepuharjo kecamatan Cangkringan Yogyakarta? 2. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai hubungan status merokok terhadap obesitas sentral pernah dilakukan sebelumnya,

22 4 ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitianpenelitian tersebut adalah sebagai berikut: a. Tobacco smoking in relation to body fat mass and distribution in a general population sample (Bamia, Trichopoulou, Lenas, and Trichopoulos, 2004). Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian prospective cohort yang melibatkan pria dan wanita sehat, umur tahun, tidak pernah merokok (14.751) atau yang perokok saat ini (7.308). Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok dan obesitas dengan nilai (p=0,005). Perbedaan dengan penilitian sekarang yaitu penelitian yang dilakukan menggunakan cross-sectional, responden yang digunakan sebanyak 150 dengan usia tahun melalui wawancara terstruktur menggunakan kuisioner. b. Hubungan antara obesitas sentral, hipertensi, merokok, konsumsi buah dan sayur dan kejadian Penyakit Diabetes Melitus tipe 2 Usia tahun di Pulau Jawa (Analisis Data Riskesdas tahun 2007) (Masitoh, 2013). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan cross-sectional dan desain survei analitik. Sampel yang didapat adalah dengan rentang usia tahun. Pengujian menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasilnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p<0,05) antara obesitas sentral, hipertensi, merokok, konsumsi buah dan sayur. c. Dose-dependent positive association between cigarette smoking, abdominal obesity and body fat: cross-sectional data from a population-based survey (Clair et al. 2011). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan

23 5 pendekatan cross-sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak dengan rentang umur Dilakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar pinggang dan BFP serta dilakukan pengisian kuisioner untuk mengetahui status merokok dan jumlah rokok yang dihisap per harinya. Hasil yang di peroleh, terdapat hubungan yang positif antara rokok yang dihisap per hari dengan obesitas sentral terutama pada wanita. 3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara status merokok terhadap obesitas sentral pada orang dewasa sehat di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan Yogyakarta. b. Manfaat Praktis. Hasil yang diperoleh dapat menjadi dasar edukasi bagi masyarakat mengenai dampak merokok dan memperoleh tubuh yang lebih sehat sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya obesitas sentral. B. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum : Mengetahui adanya hubungan antara status merokok terhadap obesitas sentral pada orang dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta. b. Tujuan Khusus : Mengetahui perbedaan perokok, bukan perokok dan mantan perokok responden yang obesitas sentral dan tidak obesitas sentral pada orang dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta.

24 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Status Merokok Menurut Dare, Mackay and Pell (2015) merokok merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas dalam industri masyarakat. Selama beberapa tahun terakhir, prevalensi status merokok telah menurun dikalangan laki-laki dan meningkat dikalangan perempuan. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Griesemer (2008) penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru dan stroke. Menurut laporan dari WHO pada tahun 2008 menyatakan lebih dari orang meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh rokok. Penelitian yang dilakukan oleh Akbartabartoori, Lean and Hankey (2005), mengklasifikasikan status merokok yaitu perokok adalah orang yang saat ini merokok, bukan perokok adalah orang yang tidak merokok, dan mantan perokok adalah mereka yang aktif merokok di masa lalu. Mekanisme rokok dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok, cara merokok, dan lamanya merokok. Dari banyaknya rokok yang dihisap dapat mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi tekanan darah yang meningkat (Noor, Paula, John and Azra, 2007). Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25mmHg dan dapat menambah detak jantung 5-20 kali per menit. Menurut Mukamal (2006) rokok mengandung nikotin yang dapat merangsang peningkatan 6

25 7 tekanan darah dan mengaktifkan trombosit menimbulkan pengumpalan ke dinding pembuluh darah. Nikotin, karbon monoksida dan bahan lainnya yang terkandung dalam asap rokok dapat merusak dinding pembuluh darah, mempermudah pengumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer dan dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah yang meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Clair et al. (2011), menyatakan kandungan nikotin dalam rokok, dapat menyebabkan resistensi insulin, akumulasi lemak dan dapat meningkatkan tingkat hormon stres seperti kortisol. Gambar I. Model Sederhana Hubungan antara status merokok dan obesitas (Rupprecht, Donny and Sved, 2015) 1. Kategori Perokok Association Between Smoking and Blood Pressure di Inggris, mengklasifikasikan tingkat perokok menurut batang rokok yang dihisap per hari (Primatesta et al. 2001)

26 8 Tabel I. Klasifikasi perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap/hari Klasifikasi Jumlah Rokok/hari Perokok ringan Perokok sedang Perokok berat 1-9 batang batang batang 2. Jenis Perokok Jenis perokok terbagi menjadi 2 golongan yaitu perokok aktif dan perokok pasif, mereka yang digolongkan sebagai perokok pasif yaitu mereka yang menghisap asap rokok secara tidak langsung dari batang rokok melainkan dari kepulan asap yang berada di sekitarnya sedangkan perokok aktif adalah golongan perokok yang menghisap asap rokok secara langsung dari batang rokok (Tapan,2005). 3. Kandungan Rokok Rokok mengandung nikotin, yang menyebabkan penyebab rasa ketagihan dan merangsang pelepasan adrenalin sehingga kerja jantung menjadi lebih cepat dan kuat, yang dapat menaikkan tekanan darah. nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang kemudian masuk ke aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses arterosklerosis, vasokonstriksi pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan penggumpalan trombosit, sehingga menyebabkan peningkatan koagulasi, peningkatan viskositas darah dan akan meningkatkan tekanan darah (Soeharto, 2004).

27 9 B. Obesitas Sentral Menurut Oktavia (2007) Obesitas merupakan suatu akumulasi lemak dalam jaringan adiposa yang abnormal atau berlebihan hingga mencapai suatu taraf yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu asupan makanan, genetik, faktor sosial dan gaya hidup. Penelitian yang dilakukan Eric, Tarani and Michael (2007) berdasarkan distribusi lemak obesitas dibedakan menjadi dua jenis yaitu obesitas sentral dan obesitas umum. Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak yang terpusat pada daerah perut. Obesitas sentral terjadi ketika energi yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk melakukan aktivitas, kemudian akan disimpan dalam bentuk lemak. Obesitas sentral dapat diketahui melalui indikator rasio lingkar pinggang dan panggul (Djausal,2015). Penyebab utama masalah obesitas adalah lingkungan dan perubahan perilaku. Peningkatan proporsi lemak dan peningkatan densitas energi dalam diet, penurunan level aktivitas fisik dan peningkatan perilaku sedentary, merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan berat badan pada populasi. Faktor genetik, biologi dan faktor individu lain seperti penghentian merokok, jenis kelamin dan umur saling berinteraksi mempengaruhi peningkatan berat badan (Mustamin, 2010). 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat diubah. Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan (Martins & Marinho, 2003). Peningkatan umur akan

28 10 meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat (Demerath et al. 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Sardinha, et al. (2012), prevalensi obesitas sentral di negara Portugis dengan rentang umur tahun sebesar 47,8% dialami oleh wanita dan 26,5% pada pria. Prevalensi obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada sampel dengan umur lebih tua (Janghorbani et al. 2007) karena terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak perut. Hal tersebut dikarenakan lambatnya metabolisme, aktivitas fisik yang kurang, dan frekuensi makan yang lebih sering. 2. Jenis kelamin Prevalensi obesitas umum dan obesitas sentral lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki ( Martins & Marinho, 2003; Yoon, Oh, Park, 2006). Obesitas sentral lebih umum dijumpai pada perempuan (Sonmez et al. 2003). Tingginya prevalensi obesitas pada perempuan menunjukkan bahwa kelebihan lemak pusat lebih banyak terdapat pada perempuan karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan (Janghorbani et al. 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. (2012) mengatakan bahwa prevalensi obesitas sentral di China 43,9% lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pada pria 31,1%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ticoalu (2015) yang mengatakan bahwa obesitas sentral tinggi pada wanita sebesar 66,7%.

29 11 Penelitian yang dilakukan Demerath et al.(2006) menemukan bahwa lemak perut lebih tinggi pada perempuan yang lebih tua daripada laki-laki muda. Jaringan adiposa meningkat dengan bertambahnya umur, perempuan cenderung lebih berisiko obesitas sentral, terutama setelah menopause. Perempuan postmenopause memiliki persentase lemak perut, kolesterol total, dan trigliserida yang tinggi. Seiring dengan bertambahnya umur dan efek menopause, pada perempuan akan terjadi peningkatan kandungan lemak tubuh, terutama distribusi lemak tubuh pusat (Chang et al. 2000). 3. Tipe Wilayah Wilayah perkotaan berhubungan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi diet, aktivitas fisik, dan komposisi tubuh. Hal ini melibatkan perubahan transportasi, kemudahan akses dan penggunaan fasilitas kesehatan dan pendidikan modern, komunikasi, pemasaran dan ketersediaan pangan, dan perbedaan profil pekerjaan dengan yang lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Reynolds, Gu, Whelton, Wu, Duan, and Mo (2007) menemukan bahwa prevalensi obesitas sentral lebih tinggi yang tinggal di perkotaan. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya urbanisasi yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup dan perubahan perilaku seperti rendahnya aktivitas fisik dan tingginya konsumsi makanan berlemak. Seseorang yang tinggal di perkotaan lebih cenderung mengikuti makanan gaya barat yang rendah serat dan aktivitas fisik yang kurang (Janghorbani et al. 2007)

30 12 4. Gaya Hidup a. Kebiasaan Merokok Penelitian yang dilakukan Chiolero et al. (2008) menyatakan bahwa merokok dapat meningkatkan resistensi insulin dan berhubungan dengan akumulasi lemak pusat. Merokok berhubungan negatif dengan peningkatan berat badan (IMT) tetapi positif berhubungan dengan lingkar perut pada laki-laki ( Xu, Yin, Wang, 2007). Mantan perokok berpeluang mengalami obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan perokok dan bukan perokok. Hal ini disebabkan oleh efek ganda merokok yaitu merokok meningkatkan pengeluaran energi dan menurunkan nafsu makan, dan kedua efek akan hilang pada mantan perokok (Chiolero et al. 2007). Pada perokok di temukan rasio lingkar pinggang yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan ini disebabkan oleh nikotin yang terdapat dalam rokok melalui efek anti estrogenik dan peningkatan hormon kortisol. b. Aktivitas Fisik Penelitian yang dilakukan oleh Jakicic & Otto (2005) aktivitas fisik dapat mencegah peningkatan berat badan dan secara signifikan dapat menurunkan berat badan dalam jangka panjang dan dapat mengurangi risiko kesehatan yang berhubungan dengan penyakit kronis. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al. 2008; Erem et al. 2004) menemukan bahwa penurunan aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan lingkar perut. Rendahnya aktivitas fisik berhubungan positif dengan obesitas pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki.

31 13 Aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap perubahan jaringan lemak pusat (Janghorbani et al. 2007). C. Lingkar Pinggang Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi atau menghitung adanya timbunan lemak yang berada pada daerah intra abdomen, atau sering disebut sebagai obesitas sentral. Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Seidell, Perusse, Despres, and Bouchard (2001), yang menemukan bahwa lingkar pinggang memiliki hubungan positif dengan timbunan lemak yang berada pada bagian abdomen. Cara pengukuran lingkar pinggang yang tepat, dapat dilakukan pada titik tengah antara tulang rusuk terakhir dengan iliac crest. Pita pengukur harus menempel pada kulit, namun tidak sampai menekan. Pengukuran lingkar pinggang sebaiknya dilakukan di akhir respirasi (World Health Organization,2008). Menurut International Diabetes Federation (2006), pada orang Asia memiliki perbedaan ukuran lingkar pinggang pada pria dan wanita untuk memprediksi adanya obesitas sentral. Kriteria lingkar pinggang tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel II. Ukuran Lingkar Pinggang Orang Asia Jenis Kelamin (International Lingkar Diabetes Pinggang Federation,2006) Kategori Pria Wanita Obesitas sentral Obesitas sentral

32 14 D. Landasan Teori Obesitas sentral adalah salah satu jenis obesitas yang banyak dialami orang dewasa, baik di negara maju maupun negara berkembang. Obesitas sentral terjadi akibat kelebihan akumulasi lemak pada daerah perut. Peningkatan kejadian obesitas sentral berimplikasi pada peningkatan berbagai macam penyakit degeneratif, seperti penyakit kardovaskular, hipertensi, dislipidemia, DM tipe 2, batu empedu dan beberapa jenis kanker. Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi seberapa besar timbunan lemak pada abdomen. Timbunan lemak pada abdomen merupakan salah satu penanda terjadinya obesitas sentral (Sudoyo,2009). Penelitian yang dilakukan oleh Bamia, Trichopoulou, and Trichopoulos (2004) Indeks massa tubuh pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan jumlah rokok yang dihisap positif terkait dengan indeks massa tubuh khususnya di kalangan laki-laki. Rasio lingkar pinggang berhubungan positif dengan jumlah rokok yang dihisap per hari. E. Hipotesis Ada hubungan yang bermakna antara status merokok terhadap obesitas sentral pada orang dewasa di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta.

33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observational analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Rancangan penelitian cross sectional adalah rancangan penelitian yang mempelajari mengenai adanya hubungan antara faktor risiko dan faktor efek. Faktor risiko adalah fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek, sedangkan faktor efek adalah akibat dari faktor risiko. Pada rancangan penelitian cross sectional, pengambilan sampel atau data hanya dilakukan sekali pada satu waktu tertentu. Artinya subjek penelitian hanya diteliti satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Notoatmojo,2010). B. Variabel penelitian dan Definisi operasional 1. Variabel Bebas Variabel bebas yang digunakan yaitu status merokok. 2. Variabel Terikat Variabel terikat yang digunakan yaitu obesitas sentral. 15

34 16 Tabel III. Definisi Operasional Penelitian di Desa Kepuharjo Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Penilaian Responden penelitian adalah penduduk dewasa Usia berusia tahun di Nominal 1 = tahun Desa Kepuharjo yang 2 = tahun memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian Jenis Responden Penelitian adalah penduduk dewasa Nominal 1 = pria Kelamin 2 = wanita pria dan wanita Status Merokok Derajat Perokok Obesitas Sental Didefenisikan sebagai orang yang saat ini merokok, tidak merokok, dan orang yang tidak lagi aktif merokok. Didefenisikan sebagai orang yang saat ini merokok yang terbagi menjadi perokok berat, perokok sedang, dan perokok ringan yang dinilai dari hisapan batang rokok per harinya. Obesitas sentral merupakan penimbunan lemak yang berlebihan pada daerah abdomen. Pengukuran dapat dilakukan dengan lingkar pinggang C. Definisi Operasional Ordinal Ordinal Ordinal D. Responden Penelitian 0 = tidak merokok 1 = perokok 2 = mantan perokok (>6bln berhenti) (Marston et al. 2014) 1 : Perokok berat, jika merokok 20 batang perhari. 2 : Perokok Sedang, jika merokok batang perhari 3 : Perokok ringan, jika merokok <10 batang perhari (Primatesta et al.2001) 1 = Obesitas bila LP yaitu 90 cm (pria) dan 80cm (wanita) 2 = Tidak Obesitas bila LP yaitu <90cm(pria) dan <80cm(wanita) (IDF,2006) Responden penelitian yaitu penduduk Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi subjek penelitian adalah pria dan wanita dewasa yang berusia tahun yang bersedia

35 17 ikut bekerja sama dalam penelitian dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yang ditentukan adalah sedang mengkonsumsi obat- obatan. Subjek penelitian akan dipilih menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo,2010). Besar sampel ditentukan oleh rumus sebagai berikut menurut Murti (2010) : n = besar sampel N = besar populasi Z= nilai sebaran normal baku (tingkat kepercayaan 95%=1,96) P= proporsi kejadian (50%=0,5) d= besar penyimpangan 0,1 n= Jumlah sampel minimal yang didapatkan dari perhitungan rumus besar sampel yaitu 94 orang, dan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 100 orang, sehingga jumlah responden penelitian memenuhi kriteria dari jumlah sampel minimal yang didapatkan.

36 18 E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuisioner secara terstruktur untuk mencatat identitas responden, gaya hidup, serta status merokok (panduan wawancara terlampir), dan pita pengukur merk Butterfly untuk mengukur lingkar pinggang responden. Instrumen penelitian dikatakan valid dan reliabel apabila dapat menunjukkan ketepatan alat ukur sesuai dengan yang diukur dan menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Sumantri,2011). Pengujian validitas instrumen timbangan berat badan, pita pengukur dan pengukur tinggi badan dilakukan di Balai Metrologi Yogyakarta. Hasil pengujian validitas instrumen menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan valid ditunjukkan dengan ukuran skala pada instrumen yang sudah tepat sesuai dengan skala yang ditunjukkan. Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, sehingga peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu wawancara terpimpin. Wawancara ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya sehingga peneliti tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada responden (Notoatmojo,2010). Sebelum kuisioner digunakan, pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner harus di uji cobakan terlebih dahulu pada sekelompok orang. Syarat responden

37 19 untuk pengujian kuisioner adalah masyarakat yang bukan akan dijadikan responden penelitian, memiliki karakteristik yang mendekati atau yang sama dengan responden penelitian, dan jumlah responden yang akan dijadikan sebagai uji coba kuisioner minimal 30 orang (Wibowo,2014). Tujuan dilakukan uji coba kuisioner adalah untuk mengetahui permasalahan yang muncul dari pewawancara dalam menyampaikan pertanyaan kepada responden dan sebaliknya, serta kendala yang dihadapi responden dalam menjawab pertanyaan (Effendi dan Tukiran, 2012). Uji coba kuisioner untuk panduan wawancara dilakukan dengan pemahaman bahasa. F. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Kepuhardjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan perincian waktu sebagai berikut: Mei 2015 di Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta, pada pukul WIB Juni 2015 di Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta, pada pukul WIB Juni 2015 di Gedung Serba Guna Hunian Tetap (Huntap) Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan,Yogyakarta, pada pukul WIB. G. Tata Cara Penelitian 1. Observasi Awal Pada observasi awal, dilakukan pencarian informasi mengenai adanya kelompok responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kelompok responden yang dibutuhkan adalah penduduk Kecamatan Cangkringan sebanyak 100 orang

38 20 dan berusia tahun. Pencarian ini dilakukan dengan meminta data di Kantor Kecamatan Cangkringan. Data jumlah padukuhan yang berasal dari Kantor Balai Desa sebanyak 8 padukuhan, yaitu Padukuhan Kaliadem, Padukuhan Jambu, Padukuhan Petung, Padukuhan Kopeng, Padukuhan Batur, Padukuhan Pagerjurang, Padukuhan Kepuh, Padukuhan Manggong, dan jumlah masyarakat Desa Kepuharjo sebanyak orang. Padukuhan yang tidak digunakan dalam penelitian ini yaitu Padukuhan Jambu dan Manggong karena jarak antara padukuhan Jambu dengan Balai Desa sangat jauh dan warga di padukuhan Manggong (yang bertempat di HUNTAP Pagerjurang) sudah dijadikan sebagai responden uji coba kuesioner. Uji coba kuesioner sebagai panduan wawancara dilakukan di Padukuhan Manggong menggunakan 30 orang responden yang berusia tahun. 2. Permohonan izin dan kerjasama Permohonan izin untuk melakukan penelitian ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk memperoleh ethical clearance. Surat ethical clearance dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada tanggal 18 Mei 2015 dengan nomor surat KE/FK/502/EC. Hal ini bertujuan untuk memenuhi etika penelitian penggunaan sampel darah dan hasil penelitian dapat dipublikasikan. Permohonan izin kedua ditujukan kepada Kepala Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Sleman untuk memperoleh izin melakukan penelitian di Kecamatan Cangkringan. Surat izin yang dikeluarkan oleh Bappeda pada tanggal 28 April

39 dengan nomor surat 070/Bappeda/1799/2015. Permohonan izin yang ketiga ditujukan kepada Kepala Bappeda Sleman untuk memperoleh izin melakukan uji coba kuesioner. Surat izin yang dikeluarkan oleh Bappeda pada tanggal 11 Mei 2015 dengan nomor surat 070/Bappeda/1962/ Pembuatan Informed Consent Informed consent digunakan sebagai bukti kesediaan calon responden untuk dapat mengikuti penelitian ini. Pembuatan informed consent ini sesuai dengan standar yang dikeluarkan Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 4. Pencarian Responden Waktu pencarian responden dilakukan setelah mendapat izin dari Bapeda Kabupaten Sleman dan selanjutnya mendapatkan izin dari kepala padukuhan Kecamatan Cangkringan Yogyakarta. Selain perizinan, pencarian responden dilakukan setelah penentuan padukuhan yang akan digunakan dalam penelitian. Padukuhan yang akan digunakan dalam penelitian adalah Padukuhan Kaliadem, Padukuhan Kepuh, Padukuhan Pagerjurang, Padukuhan Petung, dan Padukuhan Batur. Padukuhan yang dipilih mempunyai jumlah penduduk berusia tahun lebih banyak dibandingkan padukuhan lainnya. Terdapat cukup banyak jumlah penduduk yang memenuhi kriteria penelitian yaitu berusia tahun akan tetapi hanya 100 responden yang resmi menjadi responden penelitian. Hal ini dikarenakan terdapat calon responden yang tidak bersedia ikut dalam penelitian karena alasan tertentu. Calon responden yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini kemudian

40 22 mengisi informed consent sebagai bukti kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian. Responden yang telah mengisi informed consent kemudiam diberi informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian. Jumlah penduduk yaitu 3551 orang. Dipilih menurut umur (40-60 tahun) Diperoleh besar sampel minimal 94 orang dan ditentukan responden sebanyak orang tidak hadir saat pengambilan data 3 orang menderita hipertensi 1 orang menggunakan pil KB 9 orang menopause 1 orang takut jarum suntik 100 responden dipilih (kriteria inklusi dan eksklusi) dan menandatangi inform consent. 50 Pria 50 Wanita Gambar 1. Skema Pencarian Responden 5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), alat kesehatan dianggap baik bila memenuhi nilai CV (Coefficient of Variation). dengan melakukan pengukuran instrumen sebanyak 5kali. Instrumen kesehatan yang divalidasi pada penelitian ini adalah pita pengukur merk Butterfly. Pengukuran validitas dilakukan pada dua alat ukur yang berbeda.

41 23 Validitas adalah ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu alat pengukuran atau suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010). H. Pengumpulan Data Pengumpulan data berupa identitas responden dan status merokok responden melalui wawancara secara terpimpin menggunakan kuisioner dan Pengukuran Lingkar Pinggang (LP). Pengukuran LP dapat dilakukan pada titik tengah antara tulang rusuk terakhir dengan iliac crest. Pita pengukur harus menempel pada kulit, namun tidak sampai menekan. Pengukuran LP sebaiknya dilakukan ketika akhir respirasi (Coulston, Boushey, and Ferruzzi, 2013; World Health Organisation, 2008). Gambar II. Langkah-langkah dalam Pengukuran Lingkar Pinggang (International Chair on Cardiometabolic Risk, 2011)

42 24 Pada saat inspirasi terjadi, otot diafragma berkontraksi, sehingga letaknya sedikit mendatar. Keadaan ini mengakibatkan rongga perut turun ke bawah, rongga dada membesar, paru-paru mengembang dan tekanan udara di dalam paru-paru mengecil. Ekspirasi terjadi jika otot diafragma berelaksasi sehingga letaknya kembali pada kedudukan semula. Kondisi ini mengakibatkan rongga perut kembali pada posisi semula, rongga dada akan mengecil, volume paru-paru akan berkurang, dan tekanan udara di dalam paru-paru membesar. Akibatnya udara yang kaya karbon dioksida terdorong keluar tubuh. Pengukuran LP apabila dilakukan dalam keadaan inspirasi, maka hasilnya bisa saja bias dikarenakan pada saat inspirasi, rongga perut akan turun kebawah dan dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Ferdinand dan Ariwibowo,2007). Pengumpulan data dilakukan melalui panduan wawancara dengan menanyakan langsung kepada responden dengan daftar pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti. 1. Pengolahan data I. Analisis Data Peneliti mengelompokkan kategori status merokok dengan skala ordinal. Diberikan kode 0 jika responden bukan perokok, kode 1 jika responden perokok, kode 2 jika responden mantan perokok. Peneliti mengelompokkan kategori obesitas sentral dengan skala nominal. Diberikan kode 1 jika responden obesitas sentral, LP pria dan LP wanita dan kode 2 jika responden tidak mengalami obesitas sentral.

43 25 2. Analisis Data Proses pengolahan data dilakukan dengan uji distribusi kenormalan data menggunakan Kolmogorov-Smirnov, karena jumlah responden peneliti sebanyak 100 orang responden. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, status merokok sebagai variabel bebas, dan obesitas sentral sebagai variabel terikat. Analisis univariat dilakukan bertujuaan untuk menjelaskan karakteristik dari setiap variabel penelitian. Dilakukan juga analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel tergantung melalui uji Chi-Square. Digunakan uji chi-square karena jenis hipotesis yang digunakan yaitu hipotesis komparatif, dan skala variabel yang digunakan yaitu kategorik dengan batasan signifikansi jika nilai p<0,05 maka hasil hitungan statistik bermakna, sebaliknya jika nilai p>0,05 berarti hasil hitungan statistik tidak bermakna. Syarat uji Chi-square yaitu sel harus memiliki nilai expected <5, dan maksimal 20% dari jumlah sel. Jika tidak memenuhi syarat tersebut maka digunakan uji Fisher. Mengetahui besarnya kekuatan hubungan pada penelitian digunakan ukuran Odds Ratio (OR) (Dahlan,2011). J. Keterbatasan Penelitian Kesulitan dalam penelitian ini adalah pengambilan data yang dilakukan pada pagi hari dan siang hari, yang menyebabkan saat dilakukan wawancara responden merasa tidak nyaman karena terburu-buru untuk melakukan aktivitas yang lain sehingga perolehan data yang dihasilkan bisa saja bukan keadaan yang sebenarnya dari responden dan jumlah sampel yang sedikit.

44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penelitian dilakukan di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Yogyakarta, menggunakan 5 padukuhan yaitu Padukuhan Pagerjurang, Padukuhan Batur, Padukuhan Kaliadem, Padukuhan Petung, dan Padukuhan Kepuh yang berada di desa Kepuharjo. Responden penelitian adalah orang dewasa dengan rentang usia tahun sebanyak 100 orang. Tabel di bawah ini menunjukkan karakteristik responden berupa umur, status merokok, obesitas sentral dan obesitas umum pada 100 responden (50 responden pria dan 50 responden wanita). Tabel IV. Distribusi Frekuensi Umur, Status Merokok, Obesitas Sentral dan Umur tahun tahun Obesitas Umum di Desa Kepuharjo Wanita (n=50) n (%) Variabel Status Merokok Bukan Perokok Perokok 49 (49) 1 (1) Pria (n=50) n (%) 29 (29) 21 (21) Total (n=100) n (%) 78 (78) 22 (22) 50 (50) 0 (0) 0 (0) 41 (41) 50 (50) 41 (41) Perokok Berat Perokok Sedang Perokok Ringan 0 (0) 0 (0) 0 (0) 5 (5) 16 (16) 20 (20) 5 (5) 16 (16) 20 (20) Mantan Perokok 0 (0) 9 (9) 9 (9) Obesitas Sentral LP 80cm LP 90cm Ya Tidak 28 (28) 22 (22) 12 (12) 38 (38) 40 (40) 60 (60) 26

45 27 1. Umur Berdasarkan Tabel III, responden yang berusia tahun sebanyak 78% dan responden yang berusia tahun sebanyak 22%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Janghorbani et al. (2007) prevalensi obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada responden yang lebih tua. Pada umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang dapat memicu penumpukan pada lemak perut. Penelitian yang dilakukan oleh Kantachuvessiri, Sirivichayakul, Kaewkungwal, Tungtrongchitr, Lotrakul (2005) menyatakan bahwa pada umur tahun seseorang cenderung mengalami obesitas dibandingkan umur yang lebih muda. Hal ini dikarenakan metabolisme, kurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi makan yang lebih sering. Orang dewasa dengan rasio lingkar perut dan lingkar panggul yang tinggi memiliki faktor terhadap penyakit kardiovaskular. Faktor tersebut dapat berupa tekanan darah, kadar lipid darah dan kadar gula darah yang meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. (2006), menemukan jika obesitas sentral lebih berhubungan dengan kejadian penyakit degeneratif dibandingkan dengan obesitas umum. Obesitas memiliki hubungan dengan usia, hal ini dibuktikan juga pada laporan khusus di Amerika yang mengatakan kelebihan berat badan dan obesitas memiliki potensi yang besar pada usia tahun di bandingkan dengan usia tahun dan usia >60 tahun (Olshansky et al. 2005) 2. Status merokok Berdasarkan data pada Tabel III, menunjukkan bahwa 50% status merokok responden di Desa Kepuharjo, Cangkringan yang bukan perokok, 41%

46 28 responden yang merokok, dan 9% responden adalah mantan perokok. Penelitian yang dilakukan oleh Xu, Yin, and Wang (2007), menemukan prevalensi kelebihan berat badan lebih rendah di kalangan perokok sebesar 33% dibandingkan dengan yang tidak merokok sebanyak 39,9% dan mantan perokok 39,2% dengan nilai p<0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Lv, Chen, Sun, Li, Smith, Guo et al. (2015), mengatakan bahwa merokok biasa dikaitkan dengan adanya penurunan pada indeks massa tubuh dan menaikkan ukuran lingkar pinggang. Gasperin, Neuberger, Tichy, and Moshammer (2014), menemukan pada derajat status merokok memiliki pengaruh terhadap kenaikan berat badan. Pada perokok berat yang menghisap rokok >20 batang per hari memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap kenaikan berat badan, dibandingkan pada perokok sedang (11-20 batang per hari) dan perokok ringan (1-10 batang per hari). 3. Obesitas Sentral Hasil penelitian pada Tabel III menunjukkan 40% responden mengalami obesitas sentral, sedangkan 60% responden yang tidak mengalami obesitas sentral. Obesitas sentral terjadi pada responden wanita sebanyak 28% dan 12% juga terjadi pada responden pria. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugianti, Hardinsyah, dan Afriansyah (2009), mengatakan bahwa responden wanita sebanyak 36,9% menderita obesitas sentral. Lee et al. (2007) juga mengatakan prevalensi obesitas sentral pada responden wanita Korea 24,5% dan 19,8% pada pria Korea. Tingginya obesitas sentral pada responden wanita

47 29 dibandingkan pada pria juga ditemukan oleh Tilaki dan Heidari (2005) sebanyak 28,3%. Pischon et al. (2008), menemukan tingginya dampak obesitas sentral terhadap risiko kesehatan seperti risiko hipetensi, dislipidemia, diabetes, dan sindrom metabolik pada laki-laki dan perempuan. Gotera, Aryana, Suastika, Santoso dan Kuwardhani (2006) juga mengatakan, dampak obesitas sentral terhadap adanya penyakit jantung koroner yang berkaitan dengan dua mekanisme, yaitu mekanisme langsung melalui efek metabolik protein yang disekresikan oleh jaringan lemakseperti interleukin (IL) 1, IL 6, TNF-a adipoektin dan masih banyak protein lainnya terhadap endotel pembuluh darah, dan efek tidak langsung akibat faktor-faktor lain yang muncul sebagai risiko penyakit kardiovaskular akibat dari obesitas sentral. B. Hubungan Antara Status Merokok Terhadap Obesitas Sentral Analisis yang dilakukan untuk menganalisa hubungan variabel bebas (status merokok) terhadap variabel tergantung (obesitas sentral) mnggunakan uji statistikchi-square. Tabel V. Hubungan Status Merokok Terhadap Obesitas Sentral pada Masyarakat di Desa Kepuharjo Obesitas Sentral Variabel Ya Tidak Total (%) OR 95% CI p n(%) n(%) Bukan perokok dan 31 (31) 28 (28) 59 (59) mantan 3,937 1,602-9,671 0,002 perokok Perokok Total 9 (9) 40 (40) 32 (32) 60 (60) 41 (41) 100 (100)

48 30 *terdapat hubungan yang bermakna p<0,05 ^Chi-square Berdasarkan Tabel IV diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok kelompok perokok dan kelompok bukan perokok dan mantan perokok terhadap obesitas sentral dengan nilai p=0,002. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013), sebanyak 41,1% responden yang tidak merokok menderita obesitas sentral, sedangkan 52,2% responden yang termasuk dalam kategori perokok tidak menderita obesitas sentral, dan sebanyak 66,7% responden yang merupakan mantan perokok menderita obesitas sentral. Dengan demikian tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status merokok terhadap obesitas sentral dengan nilai p=0,396. Penelitian juga dilakukan oleh Xu, Yin, and Wang (2007) bahwa pada penelitiannya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok terhadap obesitas sentral. Penelitian ini didukung oleh Erem et al. (2004), yang menemukan hubungan negatif antara merokok dengan obesitas sentral akan tetapi mantan perokok memiliki hubungan yang positif dengan obesitas sentral. Menurut Chiolero et al. (2008) mantan perokok berpeluang mengalami obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan perokok dan bukan perokok. Hal ini disebabkan oleh efek ganda merokok yaitu merokok meningkatkan pengeluaran energi dan menurunkan nafsu makan, dan kedua efek akan hilang pada mantan perokok. Rata-rata kenaikan berat badan setelah berhenti merokok mencapai 3kg pada pria dan 4kg pada wanita selama 10 tahun dengan aktifitas sedang. Dalam beberapa kasus, peningkatan berat badan tidak terlalu signifikan, tetapi

49 31 peningkatan tajam biasanya terjadi pada perokok berat (Hilary,2005). Pria dan wanita yang pernah merokok berisiko lebih besar untuk mengalami berat badan lebih dibandingkan dengan pria dan wanita yang tidak merokok (Koski, 2002). Menurut Chiolero et al. (2008), sebagian besar efek merokok pada penurunan berat badan di mediasi oleh nikotin yang dihirup dari asap rokok. Nikotin akan meningkatkan level neurotransmitter, seperti pelepasan sistemik katekolamin, dopamin dan serotonin yang ada di otak, menekan nafsu makan sehingga mengurangi asupan makanan. Merokok sering dianggap sebagai cara untuk mengendalikan nafsu makan dan berat badan (Williamson, Madans, Anda, Kleinman, Giovino, Byers, 1991). Disamping itu, dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa 31% responden yang berstatus mantan perokok menderita obesitas sentral. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Koh-Banerjee et al. (2003), bahwa mantan perokok berhubungan dengan peningkatan 1,98cm lingkar perut. Hal ini juga didukung oleh Kim, Shim, Yoon, Lee, Kim, and Oh (2012), menunjukkan bahwa seseorang yang menghentikan kebiasaan merokoknya akan meningkat berat badannya karena dipicu oleh peningkatan asupan energi dan penurunan pengeluaran energi, penurunan aktivitas fisik, perubahan oksidasi lemak, dan metabolisme jaringan adiposa (seperti aktivitas lipoprotein). Penumpukan lemak visceral merupakan pemicu obesitas sentral yang di pengaruhi oleh konsentrasi kortisol. Pada orang yang merokok, konsentrasi kortisol plasma menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada orang yang tidak

50 32 merokok. Tingginya konsentrasi kortisol adalah konsekuensi dari aktivitas saraf sympathetic yang diinduksi oleh merokok. Pada perempuan massa lemak visceral meningkat ketika konsentrasi estrogen menurun dan konsentrasi testosteron meningkat. Rendahnya estrogen, kelebihan androgen, dan peningkatan testosteron pada perempuan berhubungan dengan akumulasi lemak visceral, sedangkan pada laki-laki lemak viseral meningkat dengan penurunan testosteron. Sementara testosteron pada laki-laki menurun dengan aktivitas merokok (Sugianti,2009). Dari hasil analisa di peroleh nilai OR=3,937 dengan CI 95%= 1,602-9,671 artinya responden yang bukan perokok dan mantan perokok memiliki kemungkinan 3,937 kali untuk mengalami obesitas sentral dibandingkan dengan responden yang perokok. Tabel VI. Hubungan Status Merokok Terhadap Obesitas Sentral pada Masyarakat di Desa Kepuharjo (Khusus Pria) Obesitas Sentral Variabel Ya Tidak Total (%) OR 95% CI p n(%) n(%) Perokok 9 (9) 32 (32) 41 (41) Mantan 3 (3) 6 (6) 9 (9) perokok 0,563 0,117-2,706 0,668 Total 12 (12) 38 (38) 50 (50) *tidak terdapat hubungan yang bermakna p<0,05 #Fisher Pada tabel VI dapat diketahui bahwa pada responden pria perokok yang mengalami obesitas sentral sebanyak 9%, pada mantan perokok mengalami obesitas sentral sebanyak 3%. Pada pria dengan status merokok perokok yang tidak mengalami obesitas sentral sebanyak 32% dan pada mantan perokok

51 33 sebanyak 9%. Presentase paling tinggi yang mengalami obesitas sentral terjadi pada perokok. Hasil data yang di peroleh menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok (khusus pria) terhadap obesitas sentral dengan nilai signifikansi <0,05 (p=0,668). pada tabel VI juga menunjukkan nilai OR sebesar 0,563 menyatakan bahwa secara praktis responden perokok menurunkan risiko terjadinya obesitas sentral sebanyak 0,563 kali dibandingkan dengan mantan perokok. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clair et al.(2011), yang menyatakan pada kelompok status merokok mantan perokok lebih berisiko untuk terjadinya obesitas sentral sebanyak 2,15kali dibandingkan dengan kelompok perokok (OR= 2,15), karena didalam tubuh orang yang perokok cenderung akan mengalami aktivitas kolon yang lebih tinggi. Makanan yang di konsumsi melewati saluran pencernaan akan bekerja lebih cepat pada orang yang perokok, maka kalori yang diasup oleh perokok akan lebih banyak terbuang, dan hal ini yang menyebabkan lebih tingginya asupan energi dan makanan pada mantan perokok karena efek tersebut akan hilang pada orang yang telah berhenti merokok (Wack and Judith, 1982). Pengosongan lambung pada mantan perokok lebih cepat hal ini dikarenakan efek pada saat merokok. Rokok memiliki dampak akut pada mortilitas lambung, hal ini hanya berlaku pada beberapa orang, sehingga pada mantan perokok akan mengalami rasa lapar yang lebih sering dan frekuensi makan yang lebih sering sehingga dapat berdampak pada obesitas sentral (Perkins, 1992).

52 34 Tabel VII. Hubungan Derajat Status Merokok Terhadap Obesitas Sentral pada Masyarakat di Desa Kepuharjo (Khusus Pria) 1. Hubungan Perokok Berat dan Perokok Sedang Terhadap Obesitas Sentral Perokok Obesitas Sentral Total Ya Tidak (%) n(%) n(%) OR 95% CI p Berat 3 (3) 5 (5) 2 (2) Sedang Total 2 (2) 5 (5) 14 (14) 16 (16) 16 (16) 21 (21) 10,5 1, ,166 0,063 *tidak terdapat hubungan yang bermakna p<0,05 #Fisher Pada tabel VII (1) dapat diketahui bahwa responden pria dengan derajat status perokok berat yang mengalami obesitas sentral sebanyak 3% dan pria dengan derajat status perokok sedang yang mengalami obesitas sentral sebanyak 2%. Hasil data yang di peroleh menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat status perokok berat dan perokok sedang terhadap obesitas sentral dengan nilai signifiikansi <0,05 (p=0,063). Pada tabel VII (1) menunjukkan nilai OR sebesar 10,5 menyatakan bahwa responden perokok berat memiliki risiko untuk mengalami obesitas sentral sebanyak 10 kali dibandingkan responden perokok sedang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Canoy et al. (2005) yang mendapatkan p<0,001 yaitu ada perbedaan lingkar pinggang antara derajat perokok (perokok berat, perokok sedang, dan perokok ringan). Dalam penelitiannya derajat merokok ditentukan

53 35 dari jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari. Perokok berat akan mengalami peningkatan lingkar pinggang sebesar 0,007 per tahunnya dibandingkan dengan derajat perokok lainnya yang hanya mengalami peningkatan sebesar 0,015. Hal ini membuktikan adanya pengaruh konsumsi rokok per harinya dengan lingkar pinggang. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu pola hidup yang tidak sehat, misalnya aktivitas yang rendah, diet yang tidak sehat, dan asupan alkohol yang tinggi. 2. Hubungan Perokok Berat dan Perokok Ringan Terhadap Obesitas Sentral Perokok Obesitas Sentral Total Ya n(%) Tidak (%) n(%) OR 95% CI p Berat 3 (3) 5 (5) 2 (2) Ringan 4 (4) 16 (16) 20 (20) 6,00 0,736-48,9 0,113 Total 7 (7) 18 (18) 25 (25) *tidak terdapat hubungan yang bermakna p<0,05 #Fisher Pada tabel VII (2) diketahui pada responden pria dengan derajat status perokok berat yang mengalami obesitas sentral sebanyak 3% dan pria dengan derajat status perokok ringan yang mengalami obesitas sentral sebanyak 4%. Hasil data yang di peroleh menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat status perokok berat dan perokok ringan terhadap obesitas sentral dengan nilai signifiikansi <0,05 (p=0,113). Pada tabel VII (2) juga menunjukkan nilai OR sebesar 6,00 menyatakan bahwa responden perokok berat memiliki risiko mengalami obesitas sentral sebanyak 6 kali dibandingkan responden perokok ringan.

54 36 3. Hubungan Perokok Sedang dan Perokok Ringan Terhadap Obesitas Sentral Perokok Obesitas Sentral Total Ya n(%) Tidak (%) n(%) OR 95% CI p Sedang 2 (2) 15 (15) 13 (13) Ringan 4 (4) 16 (16) 20 (20) 0,615 0,097-3,908 0,680 Total 6 (6) 29 (29) 35 (35) *tidak terdapat hubungan yang bermakna p<0,05 #Fisher Pada tabel VII (3) menunjukkan responden pria dengan derajat status perokok sedang yang mengalami obesitas sentral sebanyak 2% dan pria dengan derajat status perokok ringan yang mengalami obesitas sentral sebanyak 4%. Hasil data yang di peroleh menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat status perokok sedang dan perokok ringan terhadap obesitas sentral dengan nilai signifiikansi <0,05 (p=0,113). Pada tabel VII (3) juga menunjukkan nilai OR sebesar 0,615 menyatakan bahwa responden perokok ringan menurunkan risiko obesitas sentral dibandingkan dengan perokok sedang. Hubungan antara derajat perokok dan obesitas dapat dikaitkan dengan adanya nikotin yang terdapat dalam rokok dan pengkonsumsian rokok. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat konsumsi rokok, rendahnya tingkat aktivitas fisik, rendahnya konsumsi buah dan sayuran, dan tingginya konsumsi alkohol. Merokok dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan akumulasi lemak, obesitas sentral, dan resistensi insulin (Rupprecht, Donny and Sved, 2015).

55 37 Penelitian yang dilakukan oleh Chiolero et al. (2008), berat badan yang lebih rendah pada perokok ringan dan perokok berat, dijelaskan karena adanya perubahan jalur metabolisme yang menghasilkan penyimpanan kalori dalam tubuh yang menjadi lebih sedikit. Penyimpanan kalori dalam tubuh perokok dilakukan sebagai penyimpanan energi dalam bentuk protein daripada lemak. Penyimpanan kalori dalam bentuk protein jauh lebih membutuhkan energi yang sangat besar dibandingkan dengan lemak dengan kalori yang sama. Metabolisme protein dilakukan untuk memperbaiki sel-sel atau jaringan yang rusak. Meissner et al. (2005) pada penelitiannya mengatakan bahwa plasma leptin lebih rendah pada perokok. Leptin diproduksi oleh lemak, jika cadangan lemak cukup maka leptin diproduksi sehingga nafsu makan menurun, kemudian cadangan lemak berkurang maka leptin juga akan berkurang sehingga nafsu makan akan meningkat. Leptin berfungsi untuk perlemakan tubuh dan sekresi leptin berfungsi untuk menurunkan nafsu makan. Produksi leptin yang lebih rendah pada perokok, dapat mengakibatkan nafsu makan pada perokok meningkat sehingga salah satu faktor produksi leptin dapat menjadi pemicu munculnya obesitas sentral.

56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi frekuensi umur tahun sebanyak 78% dan kelompok usia tahun sebanyak 22%, status merokok bukan perokok, perokok, mantan perokok sebanyak, 50%, 41%, dan 9%, dan responden yang mengalami obesitas sentral sebanyak 40% dan yang tidak obesitas sentral sebanyak 60%. Hasil hubungan antara status merokok terhadap obesitas sentral menunjukkan bahwa pada status merokok pada pria tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap obesitas sentral p=0,668, OR=0,563 dengan CI 95%= 0,117-2,706 B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran pada penelitian selanjutnya, yaitu 1. Dapat mengambil responden khusus pria agar lebih spesifik mengetahui status merokok terhadap obesitas sentral 2. Dapat ditambahkan status merokok untuk kategori perokok pasif dan perokok aktif untuk melihat kejadian obesitas sentral 3. Diharapkan pada saat pengambilan data dilakukan pada sore hari setelah responden bekerja sehingga pada saat dilakukan pengambilan data melalui wawancara, responden tidak terburu-buru dalam menjawab pertanyaan. 38

57 39 DAFTAR PUSTAKA Akbartabartoori, Lean, and Hankey, 2005, Relationships between cigarettv smoking, body size and body shape, International Journal Obesity, 29; Bamia.C., Trichopoulou, A., Lenas D., Trichopoulos D., 2004, Tobacco smoking in relation to body fat mass and distribution in a general population sample, Int J Obes Relat Metab Disord, 28: Bustan M.N., 2007, Epidemiologi:Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta. Canoy D., Wareham N., Luben R., Welch A., Bingham S., Day N., et al.,2005, Cigarette Smoking and Fat Distribution in 21,828 British men and women: a population based study, Obesity, p Chang CJ, Wu CH, Yao WJ, Yang YC, Wu JS, Lu FH., 2000., Relationships of age, menopause and central obesity on cardiovascular disease risk factors in Chinese woman, Int J Obes Relat Metab Disord. 24: Chiolero A, Faeh D, Paccaud F, Cornuz J., 2008, Consequences of smoking for body weight, body fat distribution, and insulin resistance, Am J Clin Nutr, 87: Dare Shadrach, Mackay Daniel F., Pell Jill P.., 2015., Relationship between Smoking and Obesity : A Cross-Sectional study of 499,504 Middle-Aged Adults in the UK general Population, Plos one, DOI: /journal.pone Demerath, Ellen W., Sun SS, Rogers N, Lee M, Reed D, Choh AC, Couch W, Czerwinski SA, Chunlea WC, Siervogel RM, Towne B., 2006., Do Changes in Body Mass Index Percentile Reflect Changes in Body Composition in Children? Data From the Fels Longitudinal Study Pediatrics Vol.117 No.3 March 2006, pp. E487-e495. Dinas Kesehatan DIY, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013, Dinas Kesehatan Yogyakarta, hal Djausal, A.N., 2015, EffVct of Central Obesity As Risk Factor of Metabolic Syndrome, J Majority, 4(3), hal. 20,21. Dugdale, D.C., Vorvick, L.J., and Zieve, D., 2012, Obesity, Medline Plus, diakses pada tanggal 11 april Dyer AR, Eliott P, Stamler J, Chan Q, Ueshima H, and Zhou BF., 2003, Dietary intake in male and female smokers, ex-smokers, and never smokers : the INTERMAP study, Journal of Human Hypertension, 17; Effendi, S. Dan Tukiran., 2012, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, hal Erem C, Arslan C, Hacihasanoqlu A, Deqer O, Topbas M, Ukinc K, Ersoz HO, Telatar M., 2004, Prevalence of Obesity and associated risk factors in a Turkish population (trabzon city, Turkey)., Obes Res, 12(7):

58 40 Eric B., Tarani., and Michael., 2007., Prospective Effect of Job Strain on General and Central Obesity in the Whitehall II Study., American Journal of Epidemiology., 7(165) Farida., 2010, Hubungan Diabetes Melitus dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang, Buletin Penelitian Kesehatan, 38(1):32-42 Gasperin Lizia, Neuberger Manfred, Tichy.A., Moshammer, 2014, Crosssectional association between cigarette smoking and abdominal obesity among Austrian Bank employees, BMJ Open., pp 1-6. Global Adult Tobacco Survey : Fact Sheet Indonesia 2011., 2016, diakses pada tanggal 17 April 2016 pukul WIB. Gotera.W, Aryana S., Suastika K., Santoso A., Kurwardhani T., 2006., Hubungan antara obesitas sentral dengan adipoektin pada pasien geriatri dengan penyakit jantung koroner, J.Penyakit Dalam., 7: Griesemer R.,2008., Index of central obesity as a parameter to evaluate metabolic syndrome for white, black, and hispanic adults in the United States., georgia, Atlanta : georgia State University. Harding, Anne Helen et al,2003, Dietary Fat and The Risk od Clinic Type 2 Diabetes, American Journal of Epidemiology, 159(1). Hilary J.Power., 2005, Human Nutrition, 11th edition, New York, Elsevier, Churchill Livingstone. International Chair on Cardiometabolic Risk, 2011, Measurement. diakses pada tanggal 29 Maret International Diabetes Federation, 2006, The IDF Consensus Worldwide Definition of The Metabolic Syndroma, http;// di akses pada tanggal 10 Februari Jakicic JM, Otto AD., Physical activity considerations for the treatment and prevention of obesity, Am J Clin Nutr. 82(suppl):226S-9S. Janghorbani, M., Amini, M., Willett, C., Gouya, M. M., Delavari, A., Alikhani. S., and Mahdavi, A., 2007, First Nationwide Survey of Prevalence of Overweight, Underweight, and Abdominal Obesity in Iranian Adults, Obesity, 15(11), Jitnarin, N, 2009, Relationship Between Cigaret Smoking, Body Mass Index, Body Weight and Dietary Intake among Thai Adult, Faculty of the University of Missouri, Kansas City, UMI Number: Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015, diakses pada tanggal 9 April 2015 pukul WIB. Kantachuvessiri A, Sirivichayakul C, KaewKungwal J, Tungtrongchitr R, Lotrakul M., 2005, Factors associated with obesity among workers in a

59 41 metropolitan waterworks authority, Southeast Asian J Trop Med Public Health, 36: Koh-Banerjee, P., Chu Nain-Feng., Spiegelman Donna., Rosner Bernard., Colditz Graham., Willet Walter and Rimm Eric., 2003, Prospective study of the association of changes in dietary intake, physical activiy, alcohol consumption, and smoking with 9-y gain in waist circumference among US men, The American Journal of Clinical Nutrition, 78: Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia, 2007, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2008.h Lee Sang Yeoup, Park Hye Soon, Kim Dae Jung, Han Jee Hye, Kim Seon Mee, Cho Guem Joo, et al., 2007, Appropriate waist circumference cut off points for central obesity in Korean adults., Diabetes Research and Clinical Practice, 75(1): Low Serena, Chin Mien Chew, Deurenberg-Yap Mabel., 2009, Review on Epidemic of Obesity, Ann Acad Med Singapore, 38:57-65 Lv Jun, Chen.W., Sun, Li Shengxu, Milwood, Smith, Guo, et al., 2015, Gender Specific Association Between Tobacco Smoking and Central Obesity among 0,5 Million Chinese People: The china Kadoorie BioBank Study., Plos One, 137:10. Marston, Carpenter, Walters, Morris, Nazareth, White and Petersen., 2014, Smoker, ex-smoker or non-smoker? The validity of routinely recorded smoking status in UK primary care: a cross-sectional study., BMJ open, ;1-8. Martins, I.S., & Marinho, S. P., 2003., The Potential of central obesity anthropometric indicators as diagnostic tools, Rev Saude Publica, 37(6). Meissner Udo, et al., 2005, Differential Regulation of Leptin Synthesis in Rats during Short-Term Hypoxia and Short-Term Carbon Monoxide Inhalation, Endocrinology, pp Mukamal, 2006, The Effects of Smoking on Cardiovascular Disease, Departement of Harvard Medical School Boston, 29(23)199. Murti, 2010, Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Edisi Kedua, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta, hal 53. Noor A. Jatoi, Paula Jerrard-Dunne, John Feely, Azra Mahmud., 2007, Impact of Smoking and Smoking Cessation on Arterial Stiffness and Aortic Wave Reflection in Hypertension, Hypertension AHA, Notoadmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal.37 Oktavia Lilyasari, 2007, Hipertensi dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1?, Jurnal Kardiologi Indonesia, 28:

60 42 Olshansky, S.J., Douglas J.P., Ronald C.H., Jennifer L., Bruce A.C., Jacob B., et al., A potential decline in life expectancy in the united states in the 21st century, N Engl J Med, 352;11 Pamela M.Ling,MD,MPH., Rebecca E.Schane,MD., and Stanton A.Glantz,PhD., 2010, Health Effects of Light and Intermittent Smoking : A Review, Circulation, 121(13): Pischon, Boeing. Hoffmann, Bergmann, Schulza,.Overvad,et al., 2008., General and Abdominal Adiposity and Risk of Death in Europe., N Engl J Med., 359:20. Primatesta,P.,Emanula F., Sunjai G., Michael G.M., Neil R. Poulter, 2001, Association Between Smoking and Blood Pressure, Hypertension AHA, 37: Reynolds K, Gu D, Whelton PK, Wu X, Duan X, Mo J, He J., 2007., Prevalence and risk Factors of overweight and obesity in China, Obesity, 15(1);10-8. Riset Kesehatan dasar Kementrian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, hal Rita Purnamasari., 2013, Hubungan Pengetahuan, status merokok dan Gejala stres dengan kejadian obesitas sentral pada pegawai pemerintahan di Kantor bupati kabupaten Jeneponto, Skripsi, 41-60, Universitas Hasannudin Makassar. Rupprecht Laura, Donny Eric and Sved Alan.,2015, Obese Smokers as a Potential Subpopulation of Risk in Tobacco Reduction Policy., Yale Journal of Biology and Medicine, 88(3): Sardinha, L., Santos, D.A., Silva, A.M., Silva, M. J., Raimundo, A.M., Moreira, H., et al., 2012, Prevalence of Overweight Obesity, and Abdominal Obesity in a Representative Sample of Portuguese Adults, Plos One, 7(10), hal Seidell, J.C., Perusse, L., Despres, J., and Bouchard, C., 2001, Waist and hip circumferences have independent and opposite effects on cardiovascular disease risk factors:the Quebec Family Study, Am J Clin Nutr, 74, Shen W, Punyanitya M, Chen J, Gallagher D, Albu J, Pi-Sunyer X, Lewis CE, Grunfeld C, Heshka S, Heymsfield SB., 2006., Waist Circumference correlates with metabolic syndrome indicators better than percentage fat., Obesity., 14(4): Sneve M and R. Jorde., 2008, Cross sectional study on th relationship between body mass index and smoking, and longitudinal changes in body mass index in relation to change in smoking status, The Tromso Study: Scandinavian Journal of Public Health, 36(4): Soeharto, I., Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 114.

61 43 Sonmez K, Akcakoyun M, Akcay A, Demir D, Duran NE, Gencbay M, Deqertekin M, Turan F., 2003., Which method should be used to determine the obesity, in patients with coronary artery disease? (body mass index, waist circumference or waist-hip ratio)., Int J Obes Relat Metab Disord, 27(3): Sudoyo,A, W., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi IV, FKUI, Jakarta, hal Sugianti, E., 2009, Faktor Risisko Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa Di Sulawesi Utara, Gorontalo dan DKI Jakarta, Skripsi, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumantri Arif, 2011, Metode Penelitian Kesehatan, Jakara Kencana, Edisi pertama hal 114. Tapan, E., 2005, Penyakit Degeneratif, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta, p.25. Ticoalu, M.A., Wongkar, D., dan Pasiak, T.F., 2015, Angka Kejadian Obesitas Sentral Pada Wanita di Desa Tumaluntung, Jurnal e-biomedik, 3I(1), Tilaki, K.O Hajian dan Heidari., 2006., Prevalence of obesity, central obesity and the associated factors in urban population aged years, in the north of Iran : a population-based study and regression approach, National Prevalence of Obesity, 8:3-10. Wack, JT and Judith R., 1982, Smoking and Its Effect on Body Weight and The system of Caloric Regulation, The American Journal of Clinic Nutrition, pp Wibowo, A., 2014, Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan, Rajawali, Jakarta, hal World Health Organization, 2008, Waist Circumference and Waist-Hip Ratio : Report of a WHO Expert Consultation, hhtp://whqlibdoc.who.int/publications/2011/ _eng.pdf, diakses pada tanggal 1 Mei World Health Organization, 2015, Obesity and overweight, diakses pada tanggal 1 april Xu F, Yin XM, Wang Y, 2007, The Association between amount of cigarettes smoked and overweight, central obesity among Chinese adults in Nanjing, China, Asia Pac J Clin Nutr. 16(2): Yoon YS, Oh SW, Park HS., 2006, Socioeconomic status in relation to obesity and abdominal obesity in Korean adults: a focus on sex differences, Obesity, 14: Zhang X, Shu XO, Yang G, Li H, Cai H, Gao YT, Zheng W., 2007., Abdominal adiposity and mortality in Chinese Woman., Arch Intern Med., 167(9):

62 LAMPIRAN

63 44 Lampiran 1. Surat izin penelitian (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

64 45 Lampiran 2. Surat izin penelitian (Kecamatan Cangkringan)

65 46 Lampiran 3. Surat izin penelitian Uji Validitas

66 47 Lampiran 4. Surat izin penelitian Uji Validitas (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

67 48

68 49 Lampiran 5. Ethical Clearence

69 50 Lampiran 6. Informed Consent PERNYATAAN PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Yang bertandatangan dibawah ini : Nama Jenis Kelamin Usia/Tanggal lahir No.Telp/HP : : : : Menyatakan bahwa: 1. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang berjudul: Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap HBA1c, hs_crp dan Lipoprotein A pada pria dan wanita dewasa sehat di Kecamatan Cangkringan Yogyakarta. 2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapa pun, saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian dengan kondisi: a. Secara sukarela bersedia untuk berpuasa jam, diambil darahnya, dan melakukan pengukuran antropometri serta digunakan data mediknya untuk kepentingan penelitian. b. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. 3. Apabila saya tidak menginginkan, saya boleh memutuskan keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa menyatakan alasan apapun. Dengan pernyataan ini saya buat sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada saya sebagai suatu tindakan deteksi dini untuk kesehatan pribadi saya. Saksi Yogyakarta,... Yang membuat pernyataan, (...) (...)

70 51 Lampiran 7. Validasi Timbangan Berat Badan (Halaman 1)

71 52 Lampiran 8. Validasi Timbangan Berat Badan (Halaman 2)

72 53 Lampiran 9. Uji Validasi Pengukur Tinggi Badan (Halaman 1)

73 54 Lampiran 10. Uji Validasi Pengukur Tinggi Badan (Halaman 2)

74 55 Lampiran 11. Uji Validitas Pita Pengukur Lingkar Pinggang (Halaman 1)

75 56 Lampiran 12. Uji Validitas Pita Pengukur Lingkar Pinggang (Halaman 2)

76 57 Lampiran 13. Form Pengukuran Antropometri

77 58 Lampiran 14. Leaflet

78 59 Lampiran 15. Pedoman Wawancara Status Merokok (Sebelum dilakukan Uji Pemahaman Bahasa) PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA STATUS MEROKOK DENGAN OBESITAS SENTRAL PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN CANGKRINGAN YOGYAKARTA Salam sejahtera. Saya Monica Tri Irianti dari Fakultas Farmasi Sanata Dharma. Saya sedang melakukan penelitian tentang status merokok terhadap obesitas pada masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun tugas akhir. Tidak ada jawaban yang benar/salah. Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan. Dengan ini saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Nama Responden : Jenis Kelamin Alamat Umur : 1. Laki-laki : : 1. Kapan pendidikan terakhir Anda? a. SD b. SMP c. SMA d. Sarjana 2. Apa pekerjaan Anda saat ini? a. Petani b. PNS c. Tukang d. Supir 3. Apakah Anda seorang perokok? a. Aktif (sedang merokok) b. Pasif (tidak merokok) c. Pasif dan dahulu merokok d. Tidak merokok. 4. Sudah berapa lama Anda merokok? a. <1 tahun b tahun c. >20 tahun 2. Wanita

79 60 d. Tidak merokok 5. Seberapa seringkah Anda merokok? a. Tidak tentu b. Setiap hari c. Seminggu tidak tentu d. Tidak merokok 6. Berapa batang rokok yang Anda hisap dalam sehari? a. <10 batang rokok b batang rokok c. >20 batang rokok d. Tidak merokok 7. Apakah Anda suka makanan yang asin? a. Ya b. Tidak 8. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi makanan yang asin? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering 9. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering 10. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi makanan yang mengandung bumbu-bumbu penyedap seperti kecap, vetsin, dan terasi? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering

80 61 Lampiran 16. Pedoman Wawancara Status Merokok (Setelah dilakukan Uji Pemahaman Bahasa) PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA FAKTOR ANTROPOMETRI DAN SOSIODEMOGRAFI DENGAN OBESITAS PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN Salam Sejahtera. Kami mahasiswi dari Fakultas Farmasi Sanatha Dharma sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara faktor antropometri dan sosiodemografi terhadap obesitas pada masyarakat usia dewasa. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun skripsi. Tidak ada jwaban yang benar/salah. Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan. Dengan ini kami mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Nama Responden : Jenis Kelamin Berat Badan Umur Tanggal Lahir Alamat : Laki-laki : : tahun : : 1. Kapan pendidikan terakhir Anda? a. SD b. SMP c. SMA d. Sarjana 2. Apa pekerjaan Anda saat ini? a. Petani b. PNS c. Tukang d. Supir 3. Apakah Anda seorang perokok? a. Aktif (sedang merokok) b. Pasif (tidak merokok) c. Pasif dan dahulu merokok d. Tidak merokok. Perempuan

81 62 4. Sudah berapa lama Anda merokok? a. <1 tahun b tahun c. >20 tahun d. Tidak merokok 5. Seberapa seringkah Anda merokok? a. Tidak tentu b. Setiap hari c. Seminggu tidak tentu d. Tidak merokok 6. Berapa batang rokok yang Anda hisap dalam sehari? a. <10 batang rokok b batang rokok c. >20 batang rokok d. Tidak merokok 7. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi makanan yang asin? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering 8. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering 9. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi makanan yang mengandung bumbu-bumbu penyedap seperti kecap, vetsin, dan terasi? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering

82 63 Lampiran 17. Pengujian Reliabilitas Pita Pengukur (Ibu Suwarti 43 tahun) No. Pita Pengukur (cm) Mean SD CV (%) Lampiran 18. Pengujian Reliabilitas Timbangan Berat Badan dan Alat Ukur Tinggi Badan (Ibu Suprihatin 49 tahun). No. Timbangan Berat Badan (kg) Mean SD CV(%) No. Alat Ukur Tinggi Badan (cm) Mean SD CV (%)

83 64 Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden

84 65 Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Status Merokok Responden

85 66 Lampiran 21. Deskriptif dan Uji Normalitas Lingkar Pinggang Responden

86 67 Lampiran 22. Distribusi Usia

87 68 Lampiran 23. Distribusi Status Merokok

88 69 Lampiran 24. Distribusi Obesitas Sentral

89 70 Lampiran 25. Uji Chi-Square Status Merokok terhadap Obesitas Sentral

90 71 Lampiran 26. Uji Fisher Status Merokok terhadap Obesitas Sentral (Khusus Pria)

91 72 Lampiran 27. Uji Fisher Derajat Status Merokok terhadap Obesitas Sentral (Berat dan Sedang).

92 73 Lampiran 28. Uji Fisher Derajat Status Merokok terhadap Obesitas Sentral (Berat dan Ringan).

93 74 Lampiran 29. Uji Fisher Derajat Status Merokok terhadap Obesitas Sentral (Sedang dan Ringan).

94 75 Lampiran 30. Foto Persiapan dan Pengambilan Data Persiapan Pengambilan Data Penandatanganan Inform Consent

95 76 Pengukuran Berat Badan Pengukuran Tinggi Badan

96 77 Pengukuran Lingkar Pinggang Wawancara

97 78 Wawancara Saat Uji Pemahaman Bahasa

98 79 BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama Monica Tri Irianti, lahir di Merauke pada tanggal 06 Agustus Putri ke 3 dari 4 bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Yohanes Kuwat dan Ibu Cecilia Karsinem. Penulis menempuh pendidikan formal di TK St. Maria Goreti Merauke ( ), SD YPPK Santo Agustinus ( ), SMP N 1 Merauke ( ), SMA N 1 Merauke ( ), dan pada tahun 2012 meneruskan pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis mengikuti beberapa kegiatan seperti menjadi Divisi dekorasi Tri Hari Suci Tahun 2013, Divisi dekorasi KPU BEMU Pada tahun 2015, penulis mengikuti kegiatan PKM-M dengan judul Berdiam di Pelataran Dusun Sembir dengan Metode SASING (Sehat, Asik, dan Menyenangkan) yang didanai oleh KEMENRISTEK DIKTI.

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD; Dra Eti Yerizel, MS; dr Zulkarnain Edward,MS, PhD dan Intan Widuri, Sked Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK TERHADAP OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO KECAMATAN CANGKRINGAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah gizi ganda diantaranya prevalensi gizi kurang dan meningkatnya prevalensi obesitas. Obesitas tidak lagi di anggap sebagai masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO, KECAMATAN CANGKRINGAN, YOGYAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO, KECAMATAN CANGKRINGAN, YOGYAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP OBESITAS SENTRAL PADA ORANG DEWASA SEHAT DI DESA KEPUHARJO, KECAMATAN CANGKRINGAN, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan cadangan lemak menimbulkan perbedaan besar dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan derajat berat merokok dengan kejadian infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari 2015. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik dan Ruang Rawat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh : KESHVINDER SINGH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA Rilla Saeliputri, 2012. Pembimbing: Meilinah Hidayat, dr., MKes., Dr., Felix Kasim, dr., MKes.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bersifat analitik, karena penelitian ini akan mengaitkan aspek

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross sectional, yaitu mencari hubungan tingkat konsumsi rokok dengan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat terjadi seiring dengan meningkatnya arus globalisasi, perkembangan teknologi dan industri. Hal ini juga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2 GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 17-27 kg/m 2 Agung Setiyawan MahasiswaPeminatanEpidemiologidanPenyakitTropik FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah

Lebih terperinci

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK Shella Monica Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian kesehatan umum pada populasi dunia, jauh dari target yang diharapkan di tahun 2020 (Balaban, 2011). Sekitar

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI Oleh : CHANDRA EKA PRATIWI K 100 0 027 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut WHO tahun 2005 terdapat 1,6 milyar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci