ASUPAN SERAT DAN CAIRAN, AKTIVITAS FISIK, SERTA GEJALA KONSTIPASI PADA LANJUT USIA TALITHA RAISSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASUPAN SERAT DAN CAIRAN, AKTIVITAS FISIK, SERTA GEJALA KONSTIPASI PADA LANJUT USIA TALITHA RAISSA"

Transkripsi

1 ASUPAN SERAT DAN CAIRAN, AKTIVITAS FISIK, SERTA GEJALA KONSTIPASI PADA LANJUT USIA TALITHA RAISSA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 i

2 ABSTRACT TALITHA RAISSA. Fiber and Liquid Intake, Physical Activity, and Symptom of Constipation among Elderly. Under Direction of CESILIA METI DWIRIANI. The objective of this study was to analyze differences in fiber and liquid intake, physical activity, and symptom of constipation among elderly people lived in government (Sukma Raharja) and non-government (Salam Sejahtera) Elderly Social Institution. This study using crossecsional study design conducted in August until September The subjects were 61 elderly consist of 30 people from Sukma Raharja and 30 people from Salam Sejahtera. Almost all of elderly (90%) in Sukma Raharja are years old, while in Salam Sejahtera 71% are years old. All of elderly in Sukma Raharja are women, while in Salam Sejahtera, 51,6% are women. Education background in Salam Sejahtera is higher than in Sukma Raharja and in both groups most of elderly have normal nutritional status. There was significantly (p=0,001) differences in BMI of elderly in Sukma Raharja and Salam Sejahtera. Level of energy (p=0,000), protein (p=0,000), and carbohydrate (p=0,000) adequacy of elderly in Sukma Raharja are significantly higher than elderly in Salam Sejahtera. There was no difference level of fat adequacy (p=0,503), fiber (p=0,925) and liquid intake (p=0,228), and physical activity (p=0,280) in the elderly in two places. There was no significant correlation between fiber intake (p=0,538), liquid intake (p=0,147), and physical activity (p=0,342) with symptom of constipation of elderly. Keyword : fiber intake, liquid intake, physical activity, constipation ii

3 RINGKASAN TALITHA RAISSA. Asupan Serat dan Cairan, Aktivitas Fisik, serta Gejala Konstipasi pada Lanjut Usia. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI. Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan hidup. Hal tersebut memicu perkembangan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah konstipasi, yang umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan serat dan cairan, serta aktivitas fisik rendah. Secara umum penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan asupan serat dan cairan, aktivitas fisik, serta hubungannya dengan kejadian konstipasi pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW) Sukma Raharja yang dikelola Pemda Bogor dan Panti Wreda (PW) Salam Sejahtera yang dikelola pihak swasta. Secara khusus bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi karakteristik sosial dan status gizi lansia, (2) Menganalisis perbedaan asupan energi dan zat gizi (protein, karbohidrat, dan lemak) pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera, (3) Menganalisis perbedaan asupan serat, cairan, aktivitas fisik, dan gejala konstipasi pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera, (4) Menganalisis hubungan antara asupan serat dan cairan dengan gejala konstipasi pada lansia contoh, (5) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan gejala konstipasi pada lansia contoh. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossecsional study, dilakukan di dua panti wreda di Bogor yaitu RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera. Pengumpulan data dilakukan pada Agustus sampai September Jumlah contoh ditentukan secara Proporsional Stratified Random Sampling dengan kriteria: tidak pikun, masih bisa berkomunikasi dengan baik, serta bersedia diwawancarai dan dijadikan contoh penelitian. Jumlah contoh dari masing-masing panti yaitu 30 dan 31 orang. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, dan pendidikan), antropometri (berat badan, tinggi badan dan tinggi lutut); konsumsi makanan dan minuman; aktivitas fisik selama dua hari; serta gejala-gejala konstipasi pada lansia contoh. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel, Nutrisurvey dan statistic software. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial, serta dilakukan uji-t Independent sample dan uji korelasi Rank Spearman. Sebagian besar lansia di Sukma Raharja (90%) berusia antara tahun atau usia lanjut, sedangkan lansia Salam Sejahtera (71%) berusia antara tahun (usia tua). Seluruh lansia Sukma Raharja berjenis kelamin wanita, sedangkan lansia perempuan di Salam Sejahtera hanya 51,6%. Pendidikan terakhir lansia Salam sejahtera lebih tinggi dibandingkan lansia Sukma Raharja. Pendidikan terakhir lansia di Sukma Raharja, memiliki persentase terbesar pada tingkat tidak tamat Sekolah Dasar (TTSD) (36,7%) dan lansia Salam Sejahtera pada tingkat SMA (35,5%). Sekitar separuh lansia (50,8%) pada kedua Panti termasuk dalam kategori status gizi normal. Rata-rata asupan energi lansia Sukma Raharja sebesar 1717±245 kkal dan lansia Salam Sejahtera sebesar 1585±231 kkal. Tingkat kecukupan untuk energi masing-masing sebesar 104,3% (normal) dan 87,5% (defisit tingkat ringan) serta terdapat perbedaan yang signifikan, baik pada asupan, angka kecukupan dan tingkat kecukupan energi antara lansia Sukma Raharja dan iii

4 Salam Sejahtera (p<0,05). Rata-rata asupan protein lansia Sukma Raharja sebesar 49,9±7,5 gr dan lansia dari Salam Sejahtera sebesar 47,7±5,6 gr. Tingkat kecukupan untuk protein masing-masing sebesar 118,4% (normal) dan 103,7% (normal). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk asupan protein (p>0,05), namun angka kecukupan dan tingkat kecukupan protein lansia Sukma Raharja dan Salam Sejahtera berbeda signifikan (p<0,05). Rata-rata asupan karbohidrat lansia Sukma Raharja sebesar 253,7±39,2 gr dan lansia Salam Sejahtera sebesar 298,4±55,4 gr. Tingkat kecukupan untuk karbohidrat masingmasing sebesar 95,3% (normal) dan 76,8% (defisit tingkat berat) serta terdapat perbedaan yang signifikan, baik asupan, angka kecukupan dan tingkat kecukupan karbohidrat lansia Sukma Raharja dan Salam Sejahtera (p<0,05). Rata-rata asupan lemak lansia Sukma Raharja sebesar 58,8±12,0 gr dan lansia Salam Sejahtera sebesar 63,9±7,4 gr. Tingkat kecukupan untuk lemak masingmasing sebesar 129,0% (lebih) dan 127,5% (lebih). Tidak terdapat perbedaan signifikan asupan lemak (p>0,05), sedangkan angka kecukupan dan tingkat kecukupan lemak lansia Sukma Raharja dan Salam Sejahtera berbeda signifikan (p<0,05). Asupan serat contoh 100% di kedua panti termasuk dalam kategori kurang. Rata-rata asupan serat di Sukma Raharja dan Salam Sejahtera masingmasing adalah 13,9±1,4 gr dan 9,1±2,6 gr. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) konsumsi serat lansia contoh di kedua panti. Rata-rata konsumsi cairan contoh Sukma Raharja sebesar 1835±273 ml, sedangkan di Salam Sejahtera sebesar 1847±340 ml. Sekitar separuh (56,7%) lansia contoh di Sukma Raharja mempunyai konsumsi cairan kategori tingkat pemenuhan lebih, sedangkan di Salam Sejahtera konsumsi cairan hampir sama, yaitu antara kategori normal dan lebih, masing-masing 35,5% dan 38,7%. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) asupan cairan contoh di kedua panti. Aktivitas fisik lansia contoh baik di Sukma Raharja dan Salam Sejahtera tergolong ringan yaitu masing-masing 86,7% dan 85,2%. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) aktivitas fisik lansia di kedua panti. Terdapat 40% lansia contoh di Sukma Raharja yang mengalami gejala konstipasi, sedangkan di Salam Sejahtera hanya sebanyak 25,8%, dimana secara keseluruhan sampel yang mengalami gejala konstipasi 32,8%. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan jumlah contoh yang mengalami gejala konstipasi di Sukma Raharja dan Salam Sejahtera. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara asupan serat, asupan cairan, dan aktivitas fisik dengan gejala konstipasi pada lansia. Hasil tersebut diduga disebabkan ada banyak faktor lain yang berhubungan dengan konstipasi pada lansia, salah satunya konsumsi obat-obatan, yang tidak diteliti pada penelitian ini. Penelitian ini menyarankan pihak pengelola panti dibantu petugas gizi puskesmas dalam upaya mengatasi atau memperbaiki status gizi lansia yang kurang dan lebih. Asupan serat lansia contoh dikedua lokasi masih sangat kurang, sehingga sebaiknya ditingkatkan asupan konsumsi lansia contoh terutama pangan sumber serat seperti sayuran dan buah. Peralatan makan sebaiknya disediakan khusus dari pihak panti, terutama Sukma Raharja agar pembagian makanan kepada penghuni panti lebih teratur/merata. Aktivitas lansia sebaiknya diisi dengan kegiatan-kegiatan positif seperti membuat keterampilan tangan atau menjahit, karena alokasi penggunaan waktu lansia contoh belum optimal (hanya duduk diam atau berbaring), sedangkan sebagian dari lansia contoh dengan aktivitas ringan memiliki kemampuan fisik yang masih bisa beraktivitas normal. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian konstipasi pada lansia menggunakan jumlah contoh yang lebih besar. iv

5 ASUPAN SERAT DAN CAIRAN, AKTIVITAS FISIK, SERTA GEJALA KONSTIPASI PADA LANJUT USIA TALITHA RAISSA Skripsi Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUASIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 v

6 Judul Nama NIM : Asupan Serat dan Cairan, Aktivitas Fisik, serta Gejala Konstipasi pada Lanjut Usia : Talitha Raissa : I Menyetujui : Dosen Pembimbing Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal Lulus : vi

7 PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga skripsi dengan judul Asupan Serat dan Cairan, Aktivitas Fisik, serta Gejala Konstipasi pada Lanjut Usia dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik dan skripsi yang telah senantiasa sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. 2. Leily Amalia, S.TP, M.Si selaku pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam perbaikan skripsi. 3. Ketua dan staf pegawai Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda Sukma Raharja dan Panti Wreda Salam Sejahtera yang telah memberikan izin dan bimbingan kepada peneliti dalam melakukan penelitian di lokasi. 4. Ayah, Ibu, kakak, adik, dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi, dan semangat dengan penuh kasih saying. 5. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menyemangati dan memotivasi dari proses penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Teman-teman alih jenis Gizi Masyarakat (GM) angkatan ke Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai taraf sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Bogor, Maret 2012 Penulis vii

8 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Talitha Raissa lahir di Muntok, Bangka, 09 Januari Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Firdaus dan Ibu Eniyati. Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN 1 Kenten Palembang, kemudian melanjutkan ke SLTPN 41 Palembang dan lulus di tahun Tahun 2003 penulis meneruskan sekolah di SMAN 14 Palembang hingga tahun Setelah itu penulis kuliah Diploma III di Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Gizi. Penulis melakukan praktek kerja lapang (PKL) di beberapa tempat yaitu PKL Manajemen Intervensi Gizi di Desa Penyandingan Kecamatan Indralaya selama 1,5 bulan (Desember 2008 dan Juni 2009), PKL Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Manajeman Asuhan Gizi Klinik di Rumah Sakit M.Yunus Bengkulu selama 2 bulan (April-Juni 2009). Penulis mendapatkan gelar Ahli Madya Gizi (AMG) pada tahun 2009 setelah dinyatakan lulus dengan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi dan Pola Makan dengan Asupan Zat Gizi pada Siswa SDN 181 Palembang. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Program Penyelenggaraan Khusus Alih Jenis S1 Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor sejak tahun viii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis... 3 Kegunaan Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA Lanjut Usia... 5 Konstipasi... 5 Faktor-faktor yang mempengaruhi konstipasi... 6 Konsumsi Pangan... 6 Serat... 7 Cairan... 8 Penilaian Konsumsi Pangan... 9 Aktivitas Fisik Status Gizi Lansia KERANGKA PEMIKIRAN METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Contoh Status Gizi Asupan Energi dan Zat Gizi Asupan Serat Asupan Cairan Aktivitas Fisik Gejala-gejala Konstipasi Hubungan Antar Variabel KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kategori indeks massa tubuh menurut Depkes (1990) Perhitungan ukuran contoh Jenis dan cara pengumpulan data Air Metabolik Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan EMB Kategori status gizi berdasarkan IMT Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh Sebaran contoh berdasarkan status gizi berdasarkan IMT Konsumsi pangan dan asupan energi serta zat gizi lansia contoh Rata-rata asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan energi lansia Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi Rata-rata asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan protein lansia Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein Rata-rata asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan karbohidrat lansia Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat Rata-rata asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan lemak lansia Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak Rata-rata asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak lansia contoh berdasarkan status gizi Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan serat Rata-rata asupan cairan lansia contoh berdasarkan sumbernya Rata-rata kebutuhan, asupan, dan tingkat pemenuhan cairan lansia Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan asupan cairan Jenis Aktivitas fisik yang yang dilakukan contoh Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik Rata-rata asupan energi, pengeluaran energi dan keseimbangan energi lansia Sebaran lansia berdasarkan keseimbangan energi Sebaran contoh berdasarkan gejala-gejala konstipasi yang dialami Sebaran contoh berdasarkan gejala konstipasi x

11 29. Hubungan karakteristik sosial dan status gizi dengan asupan serat, asupan cairan, aktivitas fisik, dan gejala konstipasi pada lansia Hubungan asupan serat, cairan, dan aktivitas fisik dengan gejala konstipasi contoh Sebaran lansia berdasarkan konsumsi obat xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian hubungan antara asupan serat, cairan, dan aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada lanjut usia Struktur organisasi Panti Wreda Salam Sejahtera Bogor xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Nilai PAR aktivitas fisik xiii

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan hidup. Hal tersebut juga memicu perkembangan jumlah penduduk Lanjut usia (lansia) yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006 meningkat menjadi 70,2 tahun. Jumlah ini terus meningkat menjadi 70,4 tahun pada tahun 2007 dan di perkirakan pada tahun 2025 angka harapan hidup penduduk indonesia akan menjadi 73 tahun (BPS 2007). Jumlah penduduk lansia Indonesia mencapai 19,32 juta orang atau 8,37% dari total seluruh penduduk Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia dimana pada tahun 2005 jumlah penduduk lansia sebesar 16,80 juta orang. Angka ini naik menjadi 18,96 juta orang pada tahun 2007, dan menjadi 19,32 juta orang pada tahun 2009 (Komnas Lansia 2010). Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia orang (5,45%), sedangkan pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat menjadi 66,2 tahun. Tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Depsos 2007). Semakin meningkatnya usia harapan hidup, maka semakin meningkat pula upaya untuk mempertahankan atau menjaga status kesehatan pada lansia. Kondisi kesehatan pada lansia sangat ditentukan oleh asupan makanannya, baik kualitas maupun kuantitas. Seiring dengan bertambahnya usia dan proses penuaan, timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah fisik, biologik, psikologik, sosial, maupun penyakit degeneratif (Safithri 2005). Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus (Depkes 2003). Sekitar 30 40% orang diatas usia 65 tahun di Inggris mengeluh konstipasi, 30% penduduk diatas usia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar. Sekitar 20% populasi diatas 65 tahun di Australia, mengeluh menderita konstipasi (Siswono 2003). 1

15 2 Konstipasi merupakan kesulitan dalam pengeluaran sisa pencernaan, karena volume feses terlalu kecil sehingga penderita jarang buang air besar. Kondisi ini akan memperlama waktu transit atau perjalanan makanan dari mulut sampai dubur (Soelistijani 2002). Semakin lama tinja tertahan dalam usus, konsistensinya semakin keras, dan akhirnya membatu sehingga susah dikeluarkan. Hal tersebut berpangkal pada kelemahan tonus otot dinding usus akibat penuaan yaitu kegiatan fisik yang mulai berkurang, serta kurangnya asupan serat dan cairan (Arisman 2007). Saat ini masyarakat Indonesia terutama yang di perkotaan mengalami pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat, maka terjadi pula perubahan kebiasaan makan yang cenderung kebarat-baratan (western style diet). Makanan jadi dan makanan siap saji telah menjadi kegemaran dan tren di masyarakat. Masyarakat umumnya belum tahu atau kurang menyadari bahwa makanan jadi telah kehilangan banyak komponen-komponen essensial makanan, khususnya serat. Asupan serat yang terlampau rendah dalam kurun waktu lama akan mempengaruhi kesehatan (seperti konstipasi), kegemukan, dan serangan penyakit degeneratif (Soelistijani 2002). Para ahli klinis, ahli gizi dan ahli teknologi pangan dalam dasawarsa terakhir ini sepakat bahwa serat merupakan komponen yang sangat dianjurkan dalam pola diet, ini disebabkan oleh banyaknya penyakit yang muncul akibat rendahnya konsumsi serat, terutama di negara-negara maju. Meskipun masih memerlukan penelitian lebih lanjut, cukup bukti bahwa berbagai serat dapat membantu mencegah atau mengatasi penyakit seperti sembelit, gangguan usus, obesitas dan penyakit jantung (Bangun 2005). Menurut Kusharto (2006), serat mampu mengatasi konstipasi karena serat dimetabolisme oleh bakteri yang berada dan melalui saluran pencernaan. Pengaruh nyata yang telah dibuktikan adalah bertambahnya volume feses, melunakkan konsistensi feses, memperpendek waktu transit di usus, dan memproduksi flatus. Selain konsumsi serat yang rendah, konstipasi juga disebabkan oleh kurangnya asupan cairan. Menurut Muhammad (2010), salah satu masalah cairan yang lebih sering dialami lansia adalah kekurangan cairan tubuh. Hal ini terjadi karena adanya berbagai perubahan perubahan yang dialami lansia, diantaranya adalah peningkatan jumlah lemak pada lansia, penurunan fungsi

16 3 ginjal untuk memekatkan urin, dan penurunan rasa haus. Penurunan rasa haus pada lansia otomatis akan menurunkan asupan cairan, padahal dalam fungsinya cairan memegang peranan penting terutama untuk mengolah makanan dalam usus, tanpa cairan yang cukup usus tidak dapat bekerja secara maksimal sehingga timbullah sembelit. Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan mengenai pentingnya peranan aktivitas fisik, asupan serat dan cairan sebagai penyebab konstipasi yang terjadi pada lansia, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan asupan serat, cairan, dan aktivitas fisik serta hubungannya dengan gejala konstipasi pada lansia di Panti Wreda Sukma Raharja yang dikelola pihak Pemda dan Panti Wreda Salam Sejahtera yang dikelola pihak swasta. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan asupan serat dan cairan, aktivitas fisik, serta hubungannya dengan gejala konstipasi pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda (RPSTW) Sukma Raharja yang dikelola pihak Pemda dan Panti Wreda (PW) Salam Sejahtera yang dikelola pihak swasta. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan status gizi contoh. b. Menganalisis perbedaan asupan energi dan zat gizi (protein, karbohidrat, dan lemak) pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera. c. Menganalisis perbedaan asupan serat, cairan, aktivitas fisik, dan kejadian konstipasi pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera. d. Menganalisis hubungan antara asupan serat dan cairan dengan kejadian konstipasi pada lansia contoh. e. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan gejala konstipasi pada lansia contoh. Hipotesis 1. Ada perbedaan asupan serat, cairan, dan aktivitas fisik pada lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera. 2. Ada hubungan antara asupan serat, cairan, dan aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada lansia contoh.

17 4 Kegunaan Penelitian Kegunaan bagi Pihak Panti Sebagai informasi dan masukan bagi pengelola panti mengenai konsumsi pangan yang meliputi asupan serat dan cairan, serta aktivitas fisik penghuni panti. Kegunaan bagi Pihak Pemda Sebagai informasi dan masukan bagi pihak pemda mengenai pelaksanaan dan pengelolaan panti, konsumsi pangan yang meliputi asupan serat dan cairan, serta aktivitas fisik penghuni panti, terutama Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda Sukma Raharja yang merupakan pelaksana dari UPTD Balai Perlindungan Sosial Tresna Wreda Ciparay Bandung dan Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan.

18 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanjut Usia Manusia usia lanjut merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial yang nantinya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Depkes (2000) dalam Notoatmodjo (2007) mendefinisikan bahwa usia lanjut merupakan orang yang sudah memasuki tahap dewasa akhir dengan usia sekitar 60 tahun ke atas. Menurut Notoatmodjo (2007), usia lanjut adalah kelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, pasal 1 ayat 2, menyatakan bahwa yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Usia lanjut menurut WHO (1997) dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu lanjut usia (elderly): tahun, usia tua (old): tahun, dan sangat tua (very old): >90 tahun (Notoatmodjo 2007). Pada seorang usia lanjut mengalami perubahan-perubahan komposisi tubuh, sistem pencernaan, sistem jantung, sistem pernapasan, otak dan sistem saraf, sistem metabolisme dan hormon, sistem ekskresi, massa tulang dan mengalami perubahan mental (Wirakusumah 2002). Konstipasi Kebiasaan buang air besar normal mempunyai variasi yang luas pada setiap orang. Perubahan kebiasaan BAB merupakan manifestasi klinis yang umum dari penyakit saluran cerna. Konstipasi didefinisikan sebagai evakuasi feses yang jarang atau sulit dan dapat akut atau kronis. Konstipasi absolut didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses maupun flatus (Grace & Neil 2006). Menurut Bangun (2005), konstipasi merupakan keadaan atau gejala hambatan gerak sisa makanan di saluran pencernaan sehingga buang air besar tidak bisa lancar dan teratur. Pada keadaan normal, setiap 24 jam usus besar (kolon) akan dikosongkan secara periodik. Seseorang dianggap konstipasi apabila tidak dapat buang air besar selama dua hari atau lebih. Penyebab konstipasi menurut The National Digestive Disease Information Clearinghouse (NDDIC) dalam Muhammad (2010), yaitu kurangnya asupan serat 5

19 6 dalam konsumsi sehari-hari, kurangnya aktifitas terutama di usia lanjut, obatobatan tertentu (obat golongan narkotika, antasid yang mengandung alumunium dan kalsium, antihipertensi golongan penghambat kalsium, obat anti Parkinson, antispasmodik, antidepresan, suplemen Fe, diuretik, antikonvulsan), intoleransi susu, penyakit dan gangguan pada usus besar, kehamilan, usia lanjut, pemakaian pencahar berlebihan, kebiasaan menahan buang air besar, kurang asupan cairan, gangguan fungsional pada usus. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam hubungannya dengan konstipasi, yaitu dimana konstipasi akut sering mengindikasikan obstruksi usus, dengan gejala utamanya berupa nyeri kolik abdomen, muntah, konstipasi, dan distensi. Apabila yang terjadi adalah konstipasi kronis maka akan beresiko untuk berkembang secara perlahan menjadi obstruksi usus (Bangun 2005). Konstipasi kronis biasa terjadi akibat diet rendah serat. Selain itu, bisa juga karena makan tidak teratur, kurang pergerakan dan olah raga, dan mengabaikan saat terjadi rangsangan untuk buang air besar. Konstipasi yang terjadi pada usia lanjut dengan atau tanpa gambaran sistemik harus diobati secara sungguh-sungguh dengan tidak mengabaikan berat badan yang menurun (Daldiyono et al 1990). Muhammad (2010) mengemukakan gejala-gejala konstipasi pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pola makan, hormon, gaya hidup dan bentuk usus besar masing-masing orang. Akan tetapi, gejala umum yang sering ditemui diantaranya adalah perut terasa penuh, nyeri dan mulas; tinja atau feses lebih keras dari biasanya; pada saat BAB feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja; serta menurunnya frekuensi BAB, dan meningkatnya waktu BAB (BAB menjadi 3 hari sekali atau lebih). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pangan Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau rumahtangga) pada waktu tertentu. Konsumsi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan

20 7 zat gizi. Kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2003). Manusia memerlukan sejumlah zat gizi agar dapat hidup sehat dan mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan untuk melakukan kegiatan (internal dan eksternal), aktivitas dan mempertahankan daya tahan tubuh. Kebutuhan gizi merupakan sejumlah zat gizi minimal yang harus dipenuhi dari konsumsi makanan. Kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi dari kebutuhan normal jika berlangsung dalam jangka waktu lama dapat membahayakan kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992). Serat Serat adalah zat non-gizi yang termasuk sebagai salah satu jenis kelompok polisakarida atau karbohidrat kompleks. Serat terbentuk dari beberapa gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu dan membentuk rantai kimia panjang, sehingga sukar dicerna oleh enzim pencernaan (Soelistijani 2002). Menurut Lubis (2009), serat makanan adalah komponen karbohidrat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan, tetapi dapat dicerna oleh mikro bakteri pencernaan. Serat makanan merupakan bahan baku yang baik untuk pertumbuhan mikroflora usus. Serat makanan tidak dicerna di usus halus, akan tetapi dimetabolisme oleh bakteri yang berada dan melalui usus besar. Hal ini dapat menambah volume feses, meningkatkan pengaruh laksatif, melunakkan konsistensi feses, memperpendek transit time di usus, memproduksi flatus, hasil produksi metabolisme bakteri dan keluaran anion organiknya akan mengubah garam empedu dan asam lemak berantai pendek. Serat makanan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua, yaitu serat larut dan serat tak larut air. Serat larut berfungsi dalam memperlama waktu pengosongan lambung sehingga seseorang dapat merasa kenyang lebih lama, sedangkan serat tidak larut air dapat menurunkan waktu transit dalam kolon, menghasilkan feses lebih lembek dan lebih banyak (Kusharto 2006). Selanjutnya menurut Almatsier (2003), serat larut air mudah di fermentasi, sehingga pertumbuhan dan perkembangan bakteri kolon menyebabkan bertambahnya berat feses. Serat tidak larut air, terutama lignin yang terdapat

21 8 dalam dedak gandum tidak mengalami fermentasi. Serat tidak larut air mampu menyerap air, sehingga mengalami peningkatan berat dan mempunyai pengaruh laksatif paling besar. Serat membantu pengeluaran feses dengan cara mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam serat makanan mengatur peristaltik usus, sedangkan hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar, sehingga memberi bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan. Konsumsi serat yang kurang akan mengakibatkan seseorang mengalami sembelit atau konstipasi, sehingga sangat dianjurkan seseorang mengkonsumsi serat sebesar g per hari untuk orang dewasa. Perbandingan konsumsi serat larut dan serat tak larut sebaiknya 1:3 (Muchtadi 2009). Sumber serat larut yang baik adalah jenis kacang-kacangan, rumput laut, agar-agar, apel, pisang, jeruk, wortel, bekatul, dan buncis, sedangkan sumber serat tak larut seperti polong-polongan, buah berbiji, serta sayuran (Kusharto 2006). Cairan Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Pada pria dewasa, 55%-60% berat tubuh adalah air dan pada wanita dewasa 50%-60% berat tubuhnya adalah air. Air sebagai salah satu zat gizi mikro yang mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh manusia, seperti metabolisme, pengangkutan dan sirkulasi zat gizi dan non gizi, pengendalian suhu tubuh, kontraksi otot, transmisi impuls saraf, pengaturan keseimbangan elektrolit, dan proses pembuangan zat tak berguna bagi tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang air berdampak buruk terhadap kesehatan atau meningkatkan risiko kejadian berbagai penyakit, seperti sembelit, kram, batu ginjal, infeksi saluran kemih dan lain-lain (Hardinsyah et al 2011). Menurut Driskell (2009), dehidrasi (kurang cairan) kronis akan dapat berakibat terjadinya konstipasi. Almatsier (2003) menyatakan bahwa konsumsi cairan terdiri atas air yang diminum, yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme (air metabolik). Menurut Sawka, Cheuvront, dan Carter (2005), total konsumsi cairan adalah berasal dari air minum (drinking water), air pada minuman (water in beverages), dan air pada makanan. Kebutuhan air tiap orang berbeda dan berfluktuasi tiap waktu. Hal tersbut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, tingkat aktivitas, serta faktor lingkungan. Sebagian besar lansia mengurangi minum air putih atau

22 9 minuman lain karena berbagai alasan, misalnya karena timbulnya rasa mual setelah minum susu, keasaman sari buah yang dapat mengganggu lambungnya, serta tidak suka air. Penyebab utama hal tersebut adalah keengganan untuk terlalu sering buang air kecil, karena telah menurunnya kontrol terhadap kandung kemih (Muchtadi 2009). Menurut Hardinsyah et al (2011), asupan air pada usia lanjut yang optimal adalah 1-1,5 liter per hari. Pada keadaan usia lanjut, kepekaan pusat rasa haus berkurang sehingga diperlukan perhatian lebih dari pengasuh usia lanjut untuk mengawasi konsumsi minuman pada kelompok ini. Kebutuhan cairan lansia dihitung dengan rumus 30ml/kg BB (untuk lansia dengan status gizi kurang/kurus 100ml/10 kg pertama, 30 ml/10 kg kedua, dan 15 ml/kg sisanya) (WHO 2002). Penilaian Konsumsi Pangan Penilaian komsumsi pangan adalah kegiatan mempelajari seluk beluk tentang makanan, menelaah jumlah makanan yang dikonsumsi, dan membandingkan dengan baku kecukupan gizi yang dapat dipenuhi. Konsumsi makanan dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Penilaian konsumsi makanan secara kualitatif biasanya digunakan untuk menggali informasi mengenai kebiasaan makan dan frekuensi konsumsi menurut jenis pangan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi dan dari informasi ini dapat diketahui dan dihitung konsumsi zat gizi dari makanan tersebut (Suhardjo 1989). Pengukuran makanan secara kuantitatif dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain metode recall 24 jam, metode perkiraan makanan (estimted food records), penimbangan makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris (inventary method), pencatatan (household food record) (Supariasa 2002). Besarnya porsi makanan dan estimasi jumlah makanan yang dimakan dan diminum oleh responden, dapat diketahui dengan metode recall 24 jam (Khomsan dkk 2007). Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Metode recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian individu (Sanjur 1997 dalam Supariasa 2002).

23 10 Meskipun metode recall 24 jam sudah dapat menggambarkan besar porsi dan estimasi jumlah makanan yang dikonsumsi, namun metode ini memiliki kelemahan berupa ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa. Oleh karena itu, metode penilaian konsumsi makanan pada lansia dilengkapi dengan metode food weighing. Supariasa (2002) mengemukakan penimbangan makanan atau food weighing merupakan salah satu metode pengukuran konsumsi makanan secara kuantitatif pada tingkat perorangan yang digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung asupan zat gizinya. Adapun kelebihan dari metode ini ialah data yang diperoleh lebih akurat/teliti. Kekurangannya yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, mahal karena membutuhkan peralatan, ada kemungkinan responden merubah kebiasaan makan mereka jika penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil, serta memerlukan kerjasama yang baik dengan responden. Pada metode penimbangan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan biasanya dilakukan beberapa hari tergantung tujuan, dana, dan tenaga yang tersedia. Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan adalah petugas atau responden menimbang dan mencatat bahan makanan yang dikonsumsi dalam gram. Apabila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga dilakukan penimbangan sisa makanan tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Kemudian dari jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari dapat dianalisis menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau Daftar Komposisi Gizi Jajanan (DKGJ). Selanjutnya hasil analisis zat gizi dibandingkan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) (Supariasa 2002). Perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan disebut sebagai tingkat kecukupan zat gizi. Klasifikasi tingkat kecukupan menurut Depkes (1996) dalam Supariasa (2002) adalah: defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan kelebihan (>120%). Penilaian untuk mengetahui

24 11 tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegitan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan kerja otot (FKM-UI 2007). Menurut Hoeger dan Hoeger (2005), aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot skeletal dan membutuhkan pengeluaran energi. Almatsier (2003), menjelaskan bahwa aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Menurut Rosmalina dan Permaesih (2008), aktivitas fisik merupakan faktor utama yang membedakan kebutuhan energi, selain itu juga berat badan dan umur. Aktivitas fisik sehari mencakup lama dan jenis aktivitas yang biasa dilakukan akan mempengaruhi jumlah energi yang dikeluarkan. Fisik lansia yang melemah sebagai akibat dari proses penuaan yang terjadi pada seseorang menyebabkan keterbatasan lansia dalam beraktivitas. Penurunan aktivitas fisik ini akan mengakibatkan terjadinya kelemahan tonus otot dinding saluran cerna sehingga akan terjadi konstipasi (Arisman 2007). Status Gizi Lansia Menurut Briawan dan Madanijah (2008), status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan (asupan) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) untuk berbagai fungsi biologis. Penilaian status gizi menurut Riyadi (2004) dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya menggunakan pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh), terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intik energi dan protein.

25 12 Indikator dari status gizi adalah berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Status gizi diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada lansia seiring pertambahan usia adalah terjadinya penurunan massa tulang yang dapat merubah struktur tulang. Perubahan struktur tulang akan terjadi pada tulang-tulang punggung (vertebrae), struktur jaringan pengikat dan tulang rawan (invertebrae) yang akan merubah kurvatura tulang punggung menjadi lebih melengkung (kifosis torakalis) dan posisi akan menjadi bungkuk (Darmojo 1999). Tinggi badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang diperlukan untuk pengkajian status gizi. Namun, dalam prakteknya seringkali menemukan kesulitan untuk mendapatkan data TB pada lansia terutama yang sudah tidak dapat berdiri dan mengalami kelainan tulang. Alternatif lain untuk memprediksi TB lansia yaitu pengukuran tinggi lutut (TL). Tinggi lutut dapat digunakan untuk melakukan estimasi TB lansia. Hasil pengukuran TL dikonversikan menjadi TB menggunakan rumus Chumlea (1984) dalam Fatmah (2008): TB pria = 64,19 - (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut daiam cm) TB wanita = 84,88 - (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm) Menurut Riyadi (2004) indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) ini sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas dan juga direkomendasikan untuk orang dewasa serta data referensi yang bermutu tinggi juga telah tersedia. Indeks Massa Tubuh merupakan perbandingan BB dalam satuan kilogram dengan TB kuadrat dalam satuan meter. Kategori IMT dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori indeks massa tubuh Kategori IMT Kekurangan berat badan tingkat berat : < 17,0 kg/m 2 Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0 18,49 kg/m 2 Normal : 18,5 24,9 kg/m 2 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan : 25,0 27,0 kg/m 2 Kelebihan berat badan tingkat berat : >27,0 kg/m 2 Sumber : Depkes (1994) dalam Supariasa et al (2002)

26 13 KERANGKA PEMIKIRAN Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia mengalami beberapa proses perubahan jangka panjang, berupa perubahanperubahan komposisi tubuh, sistem pencernaan, sistem jantung, sistem pernapasan, otak dan sistem saraf, sistem metabolisme dan hormon, sistem ekskresi, massa tulang, dan mengalami perubahan mental penurunan. Perubahan tersebut memicu berbagai masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia, salah satunya masalah pencernaan yaitu konstipasi. Konstipasi merupakan kesulitan dalam pengeluaran sisa pencernaan, karena volume feses terlalu kecil sehingga penderita jarang buang air besar. Kondisi ini akan memperlama waktu transit atau perjalanan makanan dari mulut sampai anus. Konstipasi dapat diketahui dari beberapa gejala yang umum terjadi pada penderitanya, meliputi perut terasa penuh, konsistensi feses lebih keras dari biasanya, feses susah dikeluarkan pada saat BAB atau mengejan secara berlebihan saat BAB, dan tidak BAB selama 2 hari atau lebih. Konstipasi umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan serat dan cairan, serta aktivitas fisik rendah. Penurunan fungsi gigi-geligi pada lansia berakibat keengganan untuk mengkonsumsi makanan bertekstur keras seperti buah dan sayur yang merupakan sumber serat makanan. Penurunan rasa haus pada lansia juga otomatis akan menurunkan asupan cairan harian. Fisik lansia yang melemah sebagai akibat dari proses penuaan yang terjadi pada seseorang menyebabkan keterbatasan lansia dalam beraktivitas. Penurunan aktivitas ini akan mengakibatkan terjadinya konstipasi. Selain itu, konstipasi pada lansia juga sering disebabkan karena adanya penyakit atau gangguan pada usus besar dan konsumsi obat-obatan. Lansia yang memiliki riwayat penyakit hipertensi terbiasa untuk mengkonsumsi obatobatan anti hipertensi, dimana beberapa jenis obat anti hipertensi dapat menyebabkan konstipasi. Kerangka pemikiran penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. 13

27 14 Lansia Karakteristik Contoh Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Status Gizi Penyakit dan gangguan pada usus besar Gangguan fungsional pada usus Konsumsi obat-obatan Penurunan fungsi fisik Asupan Energi, Protein, Karbohidrat, dan Lemak - Asupan serat - Asupan cairan Kurangnya aktifitas fisik Konstipasi Keterangan : = Variabel yang tidak diteliti = Variabel yang diteliti Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara asupan serat dan cairan, serta aktivitas fisik dengan gejala konstipasi pada lanjut usia.

28 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006). Penelitian dilakukan di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Wreda (RPSTW) Sukma Raharja dan Panti Wreda (PW) Salam Sejahtera. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling berdasarkan pertimbangan bahwa RPSTW Sukma Raharja merupakan satu-satunya panti yang dikelola Pemda Kota Bogor, sedangkan PW Salam Sejahtera yang dikelola pihak swasta dipilih dengan pertimbangan jumlah lansia yang dirawat relatif lebih banyak dibandingkan dengan panti-panti swasta lainnya. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Keseluruhan lansia di RPSTW Sukma Raharja dan PW Salam Sejahtera masing-masing berjumlah 60 dan 62 orang. Penentuan jumlah contoh dilakukan dengan cara proporsional stratified random sampling. Jumlah contoh diperoleh dengan menentukan jumlah contoh minimal terlebih dahulu, yaitu 30 untuk masing-masing panti. Perhitungan jumlah contoh dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perhitungan jumlah contoh Jumlah lansia Panti Total Ukuran Contoh P L RPSTW Sukma Raharja /122 x 60 = 30 PW Salam Sejahtera /122 x 60 = 31 Total Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah contoh 61 orang dengan masing-masing 30 lansia dari RPSTW Sukma Raharja dan 31 lansia PW Salam Sejahtera. Penentuan lansia yang menjadi contoh penelitian ialah dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Tidak pikun 2. Masih bisa berkomunikasi dengan baik 3. Bersedia diwawancarai dan dilakukan penimbangan terhadap makanan yang dikonsumsi. Jenis dan Cara Pengambilan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik 15

29 16 lansia (nama, umur, jenis kelamin, dan pendidikan), konsumsi pangan dan cairan, aktivitas fisik, status gizi, dan data kejadian konstipasi contoh. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi jumlah lansia yang berada di Panti, menu yang diberikan dari pihak panti, dan gambaran umum panti. Jenis dan cara pengumpulan data primer dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data No Variabel Data Cara Pengumpulan Data 1 Karakteristik Contoh Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan Wawancara menggunakan kuesioner. 2 Data asupan Konsumsi makanan dan minuman 3 Aktivitas Fisik Jenis dan alokasi waktu untuk aktivitas fisik dan olah raga 4 Status Gizi Berat badan dan tinggi badan 5 Kejadian Gejala-gejala konstipasi Konstipasi 6 Lokasi penelitian Gambaran umum Panti Data profil panti Penimbangan makanan (food weighing) yang disediakan panti dan recall makanan jajanan selama 2 hari berturut-turut, dengan mencatat jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi mulai dari bangun tidur sampai mau tidur malam. Wawancara menggunakan kuesioner dan recall 2x 24 jam. Pengukuran langsung menggunakan timbangan bath room merk Camry dengan ketelitian 0,1 kg dan kapasitas 120 kg. Pengukuran tinggi badan menggunakan Microtoise merk Design dengan ketelitian 0,1 cm dan kapasitas 200 cm. Wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data konsumsi makanan dari kedua panti diperoleh dengan cara yang berbeda. Pada RPSTW Sukma Raharja, konsumsi nasi dan sayuran lansia per kali makan diperoleh dengan menanyakan dan mengamati langsung banyaknya nasi yang diambil dan dihabiskan lansia. Berat atau jumlah pangan yang diambil diketahui dengan terlebih dahulu menimbang berat pangan yang diambil setiap per satuan alat (sendok sayur) yang dipakai oleh pihak panti saat memberikan makanan kepada penghuni panti. Hal tersebut karena petugas dapur RPSTW Sukma Raharja membagikan makanan secara prasmanan dan tidak disediakan tempat/wadah khusus. Lansia membawa piring/mangkuk milik sendiri sebagai tempat/wadah makanan mereka, sehingga porsi yang diterima penghuni panti cenderung berbeda, sedangkan makanan yang berupa potongan seperti pangan hewani dan nabati dilakukan penimbangan dengan cara mengambil 3 potong dari

30 17 jenis pangan yang sama dan dianggap dapat mewakili porsi yang diberikan terhadap semua penghuni panti. Pada PW Salam Sejahtera, total konsumsi nasi lansia per kali makan diperoleh dengan menanyakan dan mengamati langsung banyaknya nasi yang diambil dan dihabiskan lansia. Penimbangan dilakukan untuk lauk pauk dan sayuran, yaitu dengan cara mengambil 3 potong dari jenis pangan yang sama dan dianggap dapat mewakili porsi yang diberikan terhadap semua penghuni panti. Recall 2x24 jam dilakukan pada kedua panti untuk makanan yang dikonsumsi lansia contoh diluar dari yang diberikan oleh pengelola panti, serta makanan yang dikonsumsi penghuni panti pada saat malam hari, karena peneliti hanya melakukan penelitian dari pagi hingga sore. Data konsumsi dan aktivitas fisik juga diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap masing-masing lansia contoh. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi bias dari lansia contoh yang telah mengalami penurunan daya ingat. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, tabulasi dan analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan Software Statistik. Data karakteristik. Data karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, data asupan /asupan makanan dan minuman, data aktivitas fisik, dan data status gizi. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Data umur contoh yang diperoleh dikelompokkan menjadi tiga kelompok menurut WHO (1997) yaitu lanjut usia (elderly): tahun, usia tua (old): tahun, dan sangat tua (very old): >90 tahun. Data tingkat pendidikan contoh diolah dengan mengelompokkannya menjadi enam kategori yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, tamat Perguruan Tinggi/D3. Data konsumsi. Data konsumsi yang diperoleh dikonversi dalam satuan gram kemudian dihitung kandungan energi, protein, karbohidrat, lemak, dan serat dengan menggunakan program nutrisurvey kemudian hasil akhirnya diperoleh rata-rata untuk 2 hari. Asupan energi dan protein. Angka kecukupan gizi contoh dihitung berdasarkan status gizi contoh. Apabila status gizi normal maka menggunakan Angka Kecukupan Gizi (2004) yang telah dikoreksi dengan berat badan aktual

TINJAUAN PUSTAKA Lanjut Usia Konstipasi

TINJAUAN PUSTAKA Lanjut Usia Konstipasi 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanjut Usia Manusia usia lanjut merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial yang nantinya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi merupakan unsur penting untuk membentuk dan mengganti sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan sebagai sumber tenaga. Oleh karena

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetarian telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada saat berdiri tahun 1998, jumlah vegetarian yang terdaftar

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 ) METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu yang tidak berkelanjutan. Penelitian

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masyarakat Indonesia terutama yang di perkotaan mengalami pergeseran pola konsumsi pangan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat,

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Di Indonesia sayur cukup mudah diperoleh, petani pada umumnya menanam guna mencukupi kebutuhan keluarga. Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, protein,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia, terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi, penurunan fertilitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, lansia yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup (UHH) merupakan salah satu dampak dari perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat dan tercermin dari semakin meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dan kesejahteraan rakyat adalah meningkatnya usia harapan hidup, hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci