PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI. Nomor :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI. Nomor :"

Transkripsi

1 PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI Nomor : TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN SERTA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI DIREKTUR RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang berada di rumah sakit perlu dijaga kelestariannya sehinggga tetap mampu menunjang pelaksanaan kegiatan di dalam serta disekitar rumah sakit; b. bahwa setiap kegiatan yang dilakukan di dalam rumah sakit ada yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun serta menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun; c. d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir b,perlu ditetapkan suatu Panduan tentang pengelolaan bahan dan limbah bahan berbahaya dan beracun; bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada konsideran butir b dan c, perlu ditetapkan Peraturan Direktur Tentang Pemberlakukan Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

2 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087 /Menkes/SK/I/III/2010 tentang Standart Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit; 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit; 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Kesehatan Kerja; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 7. Undang Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 8 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 9. Peraturan Pemerintah No. 85 Junto No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun M E M U T U S K A N Menetapkan : PERTAMA : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI KEDUA : Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu, tercantum dalam lampiran Peraturan ini KETIGA : Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun di Rumah Sakit ini harus dibahas sekurang-kurangnya 3 ( tahun ) sekali dan apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan

3 yang ada KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaiman mestinya Ditetapkan di : Kediri Pada tanggal : Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri, Tembusan Disampaikan kepada yth : dr. Erika Widayanti Lestari, M.M.R NIK

4 Lampiran : Nomor : Tanggal : Tentang : PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN SERTA LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI BAB I DEFINISI 1. Lingkungan Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri adalah semua area didalam dan diluar gedung yang merupakan tempat kegiatan dan aktifitas Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri sesuai batas wilayah dan area Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri. 2. Masyarakat Rumah Sakit adalah : semua orang yang berada di dalam area Rumah Sakit tanpa terkecuali. 3. Tempat pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan Pemerintah dan masyarakat, seperti rumah sakit, Puskesmas, praktik dokter, praktik bidan, toko obat atau apotek, pedagang farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, dan tempat kesehatan lainnya, antara lain pusat dan/atau balai pengobatan, rumah bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). 4. Pegawai adalah peneliti, teknisi, atau petugas yang secara langsung atau tidak langsung menggunakan bahan berbahaya beracun 5. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya; 6. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3; 7. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya; 8. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya; 9. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3; 10. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3; 11. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan; 12. Kimia toksik adalah bahan kimia beracun, yang bahayanya terhadap kesehatan sangat bergantung pada jumlah zat tersebut yang masuk ke dalam tubuh.

5 13. Bahan kimia korosif/iritan adalah bahan kimia yang mampu merusak berbagai peralatan dari logam dan apabila bahan kimia ini mengenai kulit akan menimbulkan kerusakan berupa iritasi dan peradangan kulit. 14. Bahan kimia eksplosif adalah bahan kimia mudah meledak. 15. Bahan kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat menghasikan oksigen dalam penguraian atau reaksinya dengan senyawa lain, bersifat reaktif dan eksplosif serta sering menimbulkan kebakaran. 16. Limbah bahan kimia adalah bahan kimia baik padat, cair, dan gas bekas pakai yang karena sifatnya tidak dapat digunakan lagi. 17. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah konsentrasi dari zat, uap atau gas dalam udara yang dapat dihirup selama 8 jam/hari selama 5 hari/minggu, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti. 18. Tempat dan sarana laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang menggunakan bahan kimia serta dilengkapi sarana sebagai kelengkapan laboratorium, misal ruang asam, glove box, fumehood, meja kerja, exhaust fan, dan sebagainya.

6 BAB II RUANG LINGKUP 1. Ruang Lingkup manajemen ini adalah panduan menyangkut Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbahnya bagi pegawai Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri. 2. Ruang lingkup sarana kerja, sebagai tempat pengelolaan bahan berbahaya d a n b e r a c u n peralatan,dan pekerja yang merupakan unsur dalam melaksanakan kegiatan dengan menggunakan bahan kimia 1) Ruang lingkup pengelolaan bahan berbahaya dan beracun mencakup panduan tentang : 1 Identifikasi B3 2 Pengadaan B3 3 Penyimpanan B3 4 Penanganan tumpahan B3 5 Penanganan terpapar B3 pada kulit 6 Penanganan terpapar B3 pada mata 7 Pemasangan simbol dan label B3 8 Pembuangan limbah B3 2) Ruang lingkup tempat Pelaksanaan Pnnduan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Ruangan-ruangan antara lain : 1. Instalasi Farmasi 2. Instalasi Rawat Inap 2. Instalasi Rawat Darurat 3. Instalasi Bedah Sentral 4. Instalasi Rawat Jalan 5. Radiologi 6. Instalasi Pemeliharaan Sarana 7. Instalasi Sanitasi Lingkungan 8. Gudang

7 A. Tatalaksana BAB III TATA LAKSANA Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun adalah panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) meliputi : Tatalaksana bahan berbahaya dan beracun mencakup : Standart operasional prosedur identifikasi B3, pengadaan B3, penyimpanan B3, pemasangan simbol dan label B3 penggunaan B3, penanganan B3, dan Standart operasional prosedur penanganan tumpahan dan terpapar B3, hingga proses pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan pihak ke III yang telah memperoleh izin dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. B. Tata laksana kelola B3 adalah system manajemen pengelolaan B3 kegiatan meliputi fungsi - fungsi sbb : 1. Identifikasi B3 2. Pengadaan B3, 3. Penyimpanan dan Penyaluran B3, 4. Penggunaan B3 5. Penanganan tumpahan B3 dan penanggulangan terpapar B3 6. Pemasangan simbol dan label B3 7. Pembuangan limbah B3 8. Pemantauan, 9. Evaluasi dan pelaporan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Lihat SPO masing masing kegiatan ) 1. Panduan identifikasi B3 a. Tata laksana megidentifikasi atau inventarisasi bahan berbahaya dan beracun dengan melakukan telusur tiap bahan kimia tersebut apakah termasuk dalam daftar atau golongan B3 sebagai lampiran Peraturan Pemerintah No.:74 / Tahun 2001, sbb : 1) Mudah meledak (explosive); 2) Pengoksidasi (oxidizing); 3) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable); 4) Sangat mudah menyala (highly flammable); 5) Mudah menyala (flammable); 6) Amat sangat beracun (extremely toxic); 7) Sangat beracun (highly toxic); 8) Beracun (moderately toxic); 9) Berbahaya (harmful); 10) Korosif (corrosive); 11) Bersifat iritasi (irritant); 12) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment); 13) Karsinogenik (carcinogenic); 14) Teratogenik (teratogenic); 15) Mutagenik (mutagenic).

8 b. Bila bahan kimia tidak termasuk atau belum masuk dalam daftar seperti dalam lampiran PP. No. : 74/Tahun 2001, tentang Pengelolaan B3, maka cara Identifikasi dilakukan melalui Uji karakteristik B3 meliputi : 1) mudah meledak; 2) mudah terbakar; 3) bersifat reaktif; 4) beracun; 5) menyebabkan infeksi; dan 6) bersifat korosif. 2. Panduan pengadaan B3 Uraian tentang pengadaan dan barang / jasa sbb : a. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APB Barang termasuk didalamnya adalah Perbekalan Farmasi) b. Perbekalan farmasi adalah pengadaan sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan bat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis dari penyedia barang c. Pengadaan Perbekalan Farmasi termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Pengadaan langsung dilakukan terhadap pengadaan perbekalan farmasi sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengadaan Barang/Jasa Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri 3. Panduan penyimpanan dan pengemasan B3 a. Panduan Umum Tempat Penyimpanan Hal hal umum tempat penyimpanan, persyaratan mengenai lokasi penyimpanan bahan berbahaya dan beracun 1) Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan di luar kawasan lindung serta sesuai dengan rencana tata ruang 2) Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter; 3) Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus: a) Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya; b) Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m; c) Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m; d) Jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m. 4) Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik limbah B3 dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan.

9 5) Persyaratan Fasilitas Pengelolaan B3 menerapkan sistem hal2 sbb : a) Keamanan Fasilitas b) Pencegahan Terhadap Kebakaran c) Pencegahan tumpahan d) Penanggulangan Keadaan Darurat e) Pengujian peralatan; dan f) Pelatihan karyawan. b. Penyimpanan Umum B3 1) Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar Aman dari pengaruh alam & lingkungan : a) Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik b) Suhu ruangan terjaga konstan dan aman c) Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap dll) 2) Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan sbb : a) Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas b) Penyusunan tidak melebihi batas maksimum (anjuran industri) agar tidak roboh dan rapi c) Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat lewat d) Khusus bahan dalam wadah silinder / tabung gas bertekanan ditempatkan yg aman, idak lembab, dan aman dari sumber panas (listrik, api terbuka dll) 3) Program House keeping secara periodik (Kebersihan, Kerapihan dan Keselamatan) 4) Sarana K3 disiapkan dan digunakan 5) Selain petugas gudang dilarang masuk, dan harus menggunakan APD 6) Inpeksi secara periodik, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan, peralatan dan sistem, segera lapor bila ada kondisi tidak aman kpd atasan. 7) Penyimpanan B3 dilengkapi dengan Simbo dan /label B3 (Label isi, safety, resiko bahaya) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama

10 c. Penyimpanan B3 golongan gas Medis Memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Pewadahan dan penandaan Mengikuti pola pewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar dan akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya 2) Kondisi ruangan a) Bahan konstruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal petir b) Pengaturan suhu/panas/ cahaya (1) Suhu sejuk dan kering (2) Hindari cahaya langsung matahari (3) Hindarkan instalasi listrik, sumber panas (4) Hindarkan kenaikan suhu c) Pengaturan udara Fentilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu ruangan tetap optimal 3) Tata penyimpanan a) Wadah disimpan pada posisi tegak b) Jarak antara wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah c) Cukup jarak antara 1 dengan lainnya d) Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi e) Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari ada isinya 4) Kesiapan penanggulangan a) Dilakukan oleh petugas yang ahli dalam penanggulangan bahaya gas Medik b) Tersedia alat pemadam kebakaran c) Tersedia P3K dan antidotum d) Tersedia alat komunikasi 5) Lokasi a) Lebih kurang 3x radius yang dapat dijangkau gas tersebut tanpa tiupan angin kuat b) Jauh dari pemukiman penduduk, jalan raya yang padat 6) Penanganan tekhnis pada bongkar muat Mengikuti pola penanganan tehnis B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya 7) Penanggulangan kasus bahan berbahaya 8) Bila terjadi tumpah, bocor hingga mencemari lingkungan, korban langsung dsb maka harus mengikuti pola penanganan yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya d. Penyimpanan B3 Explosif 1) Pewadahan dan penandaan

11 Mengikuti Pola pewadaan dan penandaan B3 dengan benar dan teliti sesuai dengan macam dan tingkat bahaya 2) Kondisi ruangan a) Bahan & kondisi bangunan memiliki kontruksi yang kuat, tahan ledakan, tahan api, tahan gempa b) Lantai tidak lembab, bersih, bebas karat, bebas debu c) Kedap air d) Pintu dari bahan yg baik dan kuat disertai kunci e) Terhindar dan terlindung dari getaran, dilengkapi dengan penangkal petir f) Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 gol Eksplosif dan pemberitahuan dilarang merokok e. Penyimpanan B3 Gas Mampat 1) Pewadahan dan penandaan Mengikuti polapewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar & akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya 2) Kondisi ruangan a) Bahan kontruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal petir (1) Pengaturan suhu / panas / cahaya (a) suhu sejuk dan kering (b) hindari cahaya langsung matahari (c) hindarkan instalasi litrik, sumber panas (d) Hindarkan kenaikan suhu (2) Pengaturan udara Fentilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu ruangan tetap optimal f. Penyimpanan B3 Cairan Mudah Menyala 1) Pewadahan dan penandaan a) Wadah/pembukus/kemasan harus dapat melindungi isinya terhadap saluran dari luar b) Wadah/pembungkus/kemasan harus dapat bertahan terhadap daya kemas isinya c) Wadah harus tertutup dengan kedap / disegel 2) Kondisi ruangan a) Bahan & konstruksi bangunan : b) Tahan terhadap B3 yang disimpan (tidak interaksi) c) Mempunyai ventilasi secukupnya d) Udaranya harus terisolir dari udara zat atau cairan mudah menyala 3) Beban dari sumber penyebab terjadinya bahaya a) Wadah, tutup, kran, kemasan harus berfungsi baik b) Mencegah terjadinya gangguan mekanik c) Mencegah kotak langsung dengan B3

12 d) Mencegah kenaikan suhu dan cahaya yang berlebihan g. Penyimpanan B3 Beracun 1) Pewadahan dan penandaan Menggunakan kemasan anti bocor / mengikuti pola pewadaan dan penandaan B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya 2) Kondisi ruangan a) Bahan dan konstruksi bangunan b) Tahan terhadapb3 yang disimpan c) Kedap air d) Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar e) Tertutup rapat dan dapat dikunci 4. Panduan penggunaan B3 a. Perencanaan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam penggunaan B3 harus memperhatikan sbb : 1) Alat Pelindung Diri (APD) yg sesuai dg faktor resiko bahaynya, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan P3K harus siap dan cukup 2) Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang berwenang 3) Peralatan kerja harus layak pakai 4) Metode kerja/cara pelaksanaan kerja /protap sudah aman dan efektif 5) Kelengkapan adinistrasi sudah siap kan (perintah kerja, daftar B3 dll) b. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman. dan sesuai dengan SOP c. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan tanggung jawab dilakukan sebaik baiknya, laporkan situasi kondisi kerja terlebih hal yang tidak aman d. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat2 kerja, lingkungan kerja, wadah sisa B3 hingga aman. e. Lakukan P3K bila ada kecelekaan dan penanganan lebih lanjut 5. Panduan penanganan B3 a. Penanganan Kecelakaan kerja dan darurat B3 Panduan ini sebagai petunjuk bagi pegawai untuk penyelamatan apabila terjadi kecelakaan ditempat kerja dengan tujuan agar korban menjadi atau merasa aman dan tenang serta mencegah kondisi yang lebih buruk sambil menunggu pertolongan dokter. b. Ruang lingkup Ruang lingkup panduan ini meliputi petunjuk umum :pertolongan pertama yang berhubungan dengan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dampak dan Resiko akibat pengelolaan B3 berupa ledakan gas dan kebakaran bahan kimia, bahan kimia tumpah, terpapar bahan kimia kepada petugas, sarana dan lingkungan rumah sakit c. Pengertian yang dimaksud dalam panduan ini adalah sebagai berikut : 1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda yang disebabkan oleh suatu kejadian atau kondisi yang tidak terduga 2) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan semenjakia meninggalkan rumah kediaman sampai menuju ketempat

13 pekerjaannya, selama jam kerja, maupun sekembalinya dari tempat kerja menuju rumah kediamannya melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian rupa sehingga karyawan tersebut dalam waktu 2 x 24 jam setelah kejadian kecelakaan itu tidak dapat melakukan pekerjaan. 3) Perlemahan (impairment) adalah setiap gangguan atau ketidaknormalan psikologik dan atau fisiologik dan atau struktur anatomi dan atau fungsi. 4) Ketidakmampuan (disability) adalah setiap keterbatasan atau berkurangnya kemampuan (sebagai akibat dari perlemahan) untuk melakukan aktivitas dengan cara atau dalam batas batas yang dianggap normal untuk manusia. 5) Cacat (handicap) adalah kerugian yang diderita oleh seseorang sebagai akibat dari perlemahan atau ketidakmampuan yang membatasi atau mencegah orang itu untuk melakukan perannya yang normal untuk ukuran orang itu d. Hal Umum Penanggulangan Kecelakaan dan Keadaan Darurat 1) Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menanggulangi terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3. 2) Melakukan kegiatan pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud 4.a. wajib mengambil langkah-langkah : a) Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan; b) menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan kecelakaan; c) melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat Pemerintah Kabupaten/Kota setempat; dan d) Aparat Pemerintah Kabupaten/Kota setempat, setelah menerima laporan tentang terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3 sebagaimana dimaksud wajib segera mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan. 3) Kewajiban sebagaimana dimaksud, tidak menghilangkan kewajiban setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 untuk : a) Mengganti kerugian akibat kecelakaan dan atau keadaan darurat; dan atau b) Memulihkan kondisi lingkungan hidup yang rusak atau tercemar; yang diakibatkan oleh B3. 6. Panduan penanganan tumpahan B3 a. Ketentuan Umum mengatasi Tumpah Harus dipahami bahwa tumpahan pada area kerja harus dibersihkan karena dapat menyebabkan kecelakaan akibat kontak dengan bahan tum pahan. Kecelakaan yang ditimbulkan antara lain : keracunan akibat menghirup uap bahan tersebut, korosif dan dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan jika bereaksi dengan bahan-bahan mudah terbakar, serta menyebabkan kontaminasi oleh mikroba (untuk bahanbahan mikrobiologi). b. Penanganan B3 tumpah secara umum adalah :

14 1) Identifikasi / Kenali lokasi terjadinya tumpah, jumlah bahan yang tumpah, sifat kimia dan fisika tumpahan, sifat bahaya dan risiko tumpahan dan mengetahui teknik aman penanganannya. 2) Pastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan, pelindung mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu). 3) Cegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal tersebut aman dilakukan. 4) Tangani (di tempat) dengan cara yang tepat. (Lihat MSDS) 5) Secara umum proses yang dilakukan adalah netralisasi. 6) Netralisasi dapat menggunakan basa (soda ash/lime) untuk tumpahan yang bersifat asam dan 7) Larutan asam asetat untuk tumpahan yang bersifat basa. 8) Bahan yang paling umum digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi tumpahan adalah pasir, tanah, natrium karbonat dan kapur 9) Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan dengan air, sabun detergen, atau pembersih lain yang sesuai dengan bahan pengotornya. 10) Tetapi untuk penanganan yang lebih tepat dapat dilihat di dalam Material Safety Data Sheet (MSDS). c. Langkah Selanjutnya Setelah Pembersihan tumpahan B3 1) Simpan semua limbah pada tempatnya yang sesuai kemudian tutup untuk penanganan lebih lanjut 2) Bersihkan pastikan kembali area tersebut telah bersih dan aman. 3) Bersihkan area / meja kerja segera setelah terjadi tumpahan zat/ bahan kimia. 4) Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut cukup/sangat berbahaya, selain dibersihkan dengan lap, tangan harus dilindungi dengan sarung tangan dan Alat Pelindung Diri (APD) lainnya : masker dan sepatu pelindung) d. Panduan penanganan terpapar B3 pada kulit 1) Penanganan bila terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya pada Pekerja, Bila Terkena Kulit dan Rambut 2) Membawa segera pekerja yang terkontaminasi menuju sumber air terdekat dan lepaskan seluruh pakaian yang menutup bagian yang terkontaminasi 3) Membasahi atau menyiram pekerja yang terkontaminasi dengan air (bila mungkin air mengali ratau air pancuran atau shower), lihat petunjuk gambar 4) Membersihkan kontaminasi dengan sabun jika ada 5) Mempergunakan sarung tangan/baju pelindung untuk melindungi diri dari kontaminan bahan kimia yang dibersihkan (beberapabahan kimia yang melepas uap berbahaya bagi pernafasan, pastikan tidak menghirupnya) 6) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke poli pegawai atau Instalasi Rawat Darurat bila memerlukan pertolongan medis lebih jauh 7) Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Panitia K3 Rumah Sakit melalui Poli Pegawai 8) Petunjuk Gambar membersihkan B3 terpapar pada kulit atau kepala e. Panduan penanganan terpapar B3 pada mata

15 1) Penanggulangan Bila Terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya pada Pekerja, bila Terkena Mata : a) Membaringkan dan memposisikan pekerja yang terkontaminasi dengan posisi kepala menengadah dan miring ke arah mata yang terkontaminasi b) Membersihkan segera bahan kimia yang mengenai mata dengan sejumlah air yang dingin dan bersih selama menit c) Memastikan air yang di siram menjauhi muka dan tidak mengenai mata sebelahnya d) Memastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal ketika menyiram di sekitar kulit, alis dan kelopak mata e) Memastiakn pekerja yang terkontaminasi tidak menggosok matanya f) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke Poli Pegawai dan Instalasi Rawat Darurat bila memerlukan pertolongan medis lebih jauh Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Panitia K3 Rumah Sakit melalui Poli Pegawai g) Petunjuk Gambar Membersihkan Mata dengan air Shower 7. Panduan pemasangan simbol dan label B3 Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. pegawai yang bekerja pada pengelolaan B3 biasanya belum mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para pengguna di ruaangan dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting. Peringatan tentang bahaya dengan simbol dan label merupakan syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. a. Pengertiaan yang berkaitan dengan simbol B3 : 1) Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. 2) Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3. 3) Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3. 4) Kemasan adalah wadah atau tempat yang bagian dalamnya terdapat B3 dan dilengkapi penutup.

16 5) Tempat penyimpanan kemasan B3 adalah bangunan atau dalam bentuk lain yang digunakan untuk menyimpan kemasan B3. b. Panduan Umum pemasangan Simbol 1) Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol sesuai dengan klasifikasinya dan label sesuai dengan jenis dan klasifikasinya. 2) Setiap tempat penyimpanan kemasan dan alat pengangkutan B3 wajib diberi simbol B3. 3) Bentuk dasar, ukuran dan bahan a) Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk belah ketupat berwarna dasar putih dan garis tepi belah ketupat tebal berwarna merah (lihat gambar A). Simbol yang dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan. Sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut dan tempat penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25 cm. Gambar A: bentuk dasar simbol b) Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan bahan kimia yang akan mengenainya. Warna simbol untuk dipasang di kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus dengan cat yang dapat berpendar (fluorenscence). Jenis simbol B3 c) Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang terdiri dari 10 (sepuluh) jenis simbol yang dipergunakan, yaitu : (1) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak(explosive), sebagaimana gambar (1). Gambar (1) : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive).

17 Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar bom meledak (explosive/exploded bomb) berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatubahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 oc, 760mmHg) dapat meledak dan menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya. (2) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing), sebagaimana gambar Simbol simbol lain dapat di lihat pada lampiran : Gambar (2) : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing) Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama bahanbahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara. (3) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable), sebagaimana gambar Gambar (3) : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable)

18 Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa gambar nyala api berwarna putih dan hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan udara pada temperature ambien; (b) Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api; (c) Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal; (d) Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab; (e) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0oC dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC; (f) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC 21oC; (g) Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60oC (140oF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmhg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode Closed-Up Test ; (h) Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25oC dan 760 mmhg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uaair atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujian Seta Closed Cup Flash Point Test -nya menunjukkan titik nyala kurang dari 40oC; (i) Aerosol yang mudah menyala; (j) Padatan atau cairan piroforik; dan/atau (k) Peroksida organik. (4) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic), sebagaimana gambar (4). Gambar (4). : Simbol B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic)

19 Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar tengkorak dan tulang bersilang Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan tingkat sifat racun ini didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun, sangat beracun dan beracun); dan/atau (b) Sifat bahaya toksisitas akut. (5) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful), sebagaimana gambar (5). Gambar (5). : Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful) Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar silang berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalu inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu. (6) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant), sebagaimana gambar (6). Gambar (6). : Simbol B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)

20 Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah Simbol berupa gambar tanda seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan; (b) Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat menyebabkan iritasi pernafasan,mengantuk atau pusing; (c) Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit; dan/atau (d) Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada mata (7) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive), sebagaimana gambar (7). Gambar (7) : Simbol B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive) Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit; (b) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55oC; dan/atau (c) Mempunyai ph sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa. (8) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment), sebagaimana gambar (8).

21 Gambar (8) : Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi lingkungan (dangerous for the environment) Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan berwarna putih. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated Biphenyls). (9) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic, tetragenic, mutagenic), sebagaimana Gambar (9) : Simbol B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic, tetragenic,mutagenic). Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan gambar menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada dada. Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut: (a) karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;

22 (b) teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio; (c) mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genética; (d) toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik; (e) toksisitas terhadap sistem reproduksi; dan/atau (f) gangguan saluran pernafasan. (10) Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas), sebagaimana gambar (10). Gambar (10) : Simbol B3 klasifikasi bersifat gas bertekanan Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.simbol berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran c. Ketentuan pemasangan simbol Simbol pada kemasan B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada kemasan, mudah penggunaannya, tahan lama, tahan terhadap air dan tahan terhadap tumpahan isi kemasan B3; a) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik bahan yang dikemasnya atau diwadahinya; b) Simbol dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah dilihat; c) Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan berbahaya dan beracun; dan d) Kemasan yang telah dibersihkan dari B3 dan akan dipergunakan kembali untuk mengemas B3 harus diberilabel KOSONG 2) Simbol pada kendaraan pengangkut B3. Simbol yang dipasang pada kendaraan pengangkut B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

23 a) Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada alat angkut/kendaraan, mudah penggunaannya, dan tahan lama; b) Simbol yang dipasang harus satu macam simbol yang sesuai dengan klasifikasi B3 yang diangkutnya; c) Ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar, sebanding dengan ukuran alat angkut yang digunakan; d) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air, hujan, dan/atau bahan kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas, atau plat logam) serta menggunakan bahan warna simbolyang dapat berpendar (flourenscence); e) Dipasang disetiap sisi dan di bagian muka alat angkut serta harus dapat terlihat dengan jelas dari jarak lebih kurang 30 meter; dan f) Simbol tidak boleh dilepas dan diganti dengan symbol lain sebelum muatan B3 dikeluarkan dan alat angkut yang digunakan dibersihkan dari sisa B3 yang tertinggal. 3) Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3. Tempat penyimpanan kemasan B3 harus ditandai dengan simbol dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut: a) Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada tempat penyimpanan b) kemasan B3, mudah penggunaannya dan tahan lama. Simbol juga terbuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan bahan kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas, atau plat logam); c) Simbol dipasang pada bagian luar tempat penyimpana kemasan B3 yang tidak terhalang d) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai klasifikasi B3 d. Ketentuan pemasangan Label Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3. Penggunaan Label B3 tersebut dilakukan informasi tentang produsen B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, jelas terlihat, tidak mudah rusak, dan tidak mudah terlepas dari kemasannya. 1) Bentuk, warna dan ukuran. a) Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran disesuaikan dengan kemasan yang digunakan, ukuran perbandingannya adalah panjang : lebar = 3:1, dengan warna dasar putih dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, sebagaimana gambar b) Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib dicantumkan informasi Nama B3/Nama Dagang Nama B3

24 Informasi Tindakan Penanganan Keterangan Tamabahan Komposisi No CAS/No UN) Produsen Kata peringatan Identitas Pemasok Pernyataan Bahaya : Klasifikasi B3 Fisik, Kesehatan dan Lingkungan 2) Pengisian Label Gambar 6 a. Label B3 Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib dicantumkan informasi minimal sebagai berikut : No Jenis Farmasi Penjelasan Pengisian 1 Nama B3; Nama dagang B3/Nama bahan Komposisi, No.CAS/No UN; Produsen kimia. Komposisi atau formulasi bahan kimia. Informasi lengkap mengenai penghasil. 2 Simbol Disesuaikan dengan klasifikasi B3 3 Kata peringatan Pilih salah satu bahaya atau 4 Pernyataan bahaya: - klasifikasi B3. - fisik, kesehatan, lingkungan. awas sesuai dengan tingkat resiko Menjelaskan simbol secara lebih detil sesuai dengan klasifikasi B3. Misal: sangat mudah menyala, sangat beracun, karsinogenik, dan lain-lain. 5 Informasi Penanganan Prosedur penanganan kecelakaan dan darurat 6 Keterangan tambahan Tanggal kadaluarsa. Tujuan penggunaan. Jumlah dan isi kemasan atau kontainer. 7 Identitas pemasok Informasi lengkap mengenai pemasok 3) Pemasangan label B3.

25 Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol dan harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada wadah yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar. Contoh pemasangan simbol dan label pada kemasan/wadah, sebagaimana gambar 6.b. Simbol Label Gambar 6.b. : Kemasan B3 dengan symbol dan label 8. Panduan pembuangan limbah B3 Limbah B3 yang terdapat didalam TPS LB3 RSM dikirim ke pihak ketiga yang telah mendapat ijin untuk melakukan pengolahan limbah B3 dari KLH. Dalam penanganan residu abu pasca pembakaran residu abu dimasukkan kedalam drum kemudian dilakukan solidifikasi dimana dilakukan pengecoran dengan spesi semen dan pasir. Panduan tentang pembuangan limbah B3 : a. Tiap limbah baik karena rusak, pecah,kadaluarsa maupun sisa hasil proses yg tidak digunakan harus dibuang pada saluran khusus yg disiapkan atau tempat sampah khusus B3 b. Jika limbah asam dan Basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang. Untuk zat2 logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman tidak lebih ambang c. Limbah sisa gas yg mudah terbakar harus diamankan d. Semua wadah/kemasan B3 harus dibakar dg benar e. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yg sesuai. Hatihati hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram, dsb 9. Panduan penanganan pembuangan limbah B3 a Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. b Bila limbah B3 yang yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari sembilan puluh hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan Kepala instansi yang bertanggung jawab. c Dalam pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun disertai dengan bukti dokumen pembuangan limbah B3 berupa manifest limbah B3

26 BAB VI DOKUMENTASI Setiap petugas dalam melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun wajib melakukan administrasi yang sudah disediakan mulai dari penerimaan B3, penyimpanan, penggunaan ataupun jika terjadi tumpahan B3.. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dengan baik.

27 BAB V PENUTUP Buku panduan pengelolaan B3 ini dibuat dengan tujuan Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri melakukan penanganan B3 yang diperlukan dalam pelayanan medis dan limbah B3 yang dikeluarkan akibat dari proses pelayanan medis di Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.: 74/Tahun 2001, tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan atau peraturan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) agar tidak menjadi sumber polusi dan penularan penyakit sehingga dapat memberikan perlindungan bagi kesehatan, keselamatan manusia serta perlindungan kelestarian lingkungan hidup sekitarnya. Dengan melakukan kegiatan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun ini sekaligus bisa mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bagi petugas yang ada dilingkungan Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri.

28 Lampiran 1. Lampiran 1 RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI FORM PELAPORAN KECELAKAAN KARENA B3 1. Unit terjadinya kecelakaan : 2. Yang terlibat dalam kecelakaan : 3. B3 yang menyebabkan kecelakaan : 4. Kecelakaan yang terjadi : 5. Kronologi terjadi kecelakaan :

29 Lampiran 2 LOKASI B3 DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI No Lokasi B3 B3 Kandungan Simbol Keterangan 1 Instalasi Farmasi, Kamar Operasi, klinik Gigi Alkohol 70% Sangat mudah menyala 2 Instalasi Farmasi, Kamar Operasi, IGD Atropin Mengiritasi mata, kulit, pencernaan dan pernapasan 3 Instalasi Farmasi, Kamar Operasi Hydrogen peroxide 3% Mengiritasi mata, kulit, pencernaan dan pernapasan 4 Gudang Farmasi, Kamar Operasi, Ruangan Perawatan, IGD, IRJ Oksigen Mengoksidasi, jika kontak dengan bahan yang dapat menimbulkan api.

30 5 Kamar Operasi, Kamar Sterilisasi Formalin (Formaldehyde solution 37%) Mengiritasi mata, pencernaan, kulit. Korosif bagi mata, kulit, dan karsinogenik 6 Kamar Sterilisasi Paraformaldeh yde Mengiritasi dan korosif pada kulit dan mata 7 Kamar Operasi Hibiscrub Chlorhexidine gluconate 4% b/v setara dengan Chlorhexidine gluconate 2% b/v 8 Instalasi Farmasi Microshield Chlorhexidine gluconate 2% b/v Mengiritasi kulit, mata dan pernapasan Mengiritasi kulit, mata dan pernapasan

31 9 Kamar Operasi Hillon Methyl methacrylate Monomer Sangat mudah menyala 10 Kamar Operasi, Ethylchloride Mudah Menyala Instalasi Farmasi 11 Kamar Operasi, Presept Troclosene Sodium Mengoksidasi jika kontak dengan Instalasi Farmasi, House Keeping (NaDCC) \ bahan yang menghasilkan api. Jika kontak dengan asam liberat menyebabkan gas yang beracun. Mengiritasi mata dan saluran pernapasan. Sangat berbahaya bagi oraganisme air. 12 Kamar Sterilisasi, Kamar Operasi Cydex Opa ortho-phthalaldehyde (1,2 benzenedicarboxaldehy de Mengiritasi mata, kulit dan pernapasan. Kontak langsung dengan kulit menyebabkan perubahan warna sementara.

32 13 Kamar Sterilisasi, Stabimed Laurylpropylene Korosif, mudah menyala, berbahaya Klinik Gigi, Kamar diamine jika tertelan, menyebabkan luka Operasi terbakar saat kontak dengan mata. 14 Laundry Detergent alkali ( 9L) 15 Laundry Bleach Klorin ( 10 L ) Menyebabkan iritasi kulit, iritasi serius pada mata, dapat pula mengiritasi pernapasan. Beracun bagi kehidupan dalam air untuk efek yang lama. Korosif dan beracun bagi kehidupan dalam air untuk efek yang lama. 16 Laundry Softener Dimethyl ammonium chloride Berbahaya jika tertelan, dan menyebabkan iritasi pada mata

33 17 Laboratorium Xylol Sangat mudah sekali menyala 18 Laboratorium Alkohol 90% Sangat mudah menyala 19 Laboratorium Wright s stain Mengiritasi kulit, mata, pencernaan dan pernapasan. 20 Laboratorium Methanol Mengiritasi kulit, mata, pencernaan dan pernapasan. Teratogenik mungkin pada manusia.

34 21 Laboratorium Immersion Oil Benzyl Benzoate Berbahaya jika ditelan, beracun bagi organisme air mungkin karena efek yang lama. 22 Laboratorium Kalium Iodida Mengoksidasi, jika kontak dengan bahan yang dapat menimbulkan api. Berbahya jika ditelan. Resiko serius jika terjadi kerusakan mata. Mengiritasi pernapasan dan kulit. 23 Laboratorium Sulfa Lyzer Sodium Lauryl Sulfat Mengiritasi kulit, mata, pencernaan dan pernapasan 24 Laboratorium Stromatolyser- Ethylene Glycol 4DS Dye Methanol Irritant 25 Radiologi, Klinik Gigi Fixer Ammonium Thiosulphate Air Mengiritasi mata

35 26 Radiologi, Klinik Gigi Developer Diethylenetriamine Pentaacetic Acid Na5 Hydroquinone Dapat mengiritasi saluran pernapasan. Berbahaya jika tertelan karena menyebabkan rasa tidak nyaman. Pottasium Carbonate Air Menyebabkan iritasi kulit dan paparan yang lama menyebabkan iritasi yang parah. 27 Radiologi Barium Sulfat Mengiritasi kulit, mata, pencernaan dan pernapasan. Toksik terhadap organ target, paparan yang lama menyebabkan kerusakan organ. 28 Instalasi Farmasi, Baygon Mudah menyala Radiologi, laboratorium 29 Kamar operasi, Softaman Ethanol Mudah terbakar, Beresiko Instalasi Farmasi, Laboratorium, Klinik Propanolol menyebabkan kerusakan serius pada mata. Gigi, Laundry, IGD 30 Klinik Gigi Arsen Berbahaya dalam kasus pencernaan dan pernapasan. Mengiritasi jika kontak dengan kulit, mata dan pernapasan

36 31 Klinik Gigi Eugenol Dapat mengiritasi jika kontak langsung dengan kulit, mata, pencernaan dan pernapasan. 32 Klinik Gigi Formocresol Sangat mudah sekali korosif dengan kulit jika terjadi kontak. Toksik, dapat berakibat fatal jika diserap oleh tubuh. Bebahaya jika dihirup. Menyebabkan efek yang tidak dapat kembali, berakibat karsinogenik. 33 Klinik Gigi Spritus Methyl Alkohol Mudah menyala 34 House Keeping Karbol Sangat mudah menyala dan korosif

37 LAMPIRAN 3 LAPORAN DAFTAR B3 DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN KOTA KEDIRI DAN PENYIMPANANNYA NO UNIT KERJA NAMA B3 SIMBOL B3 TEMPAT PENYIMPANAN DI UNIT KERJA STANDAR PENYIMPANAN SESUAI STANDAR 1 Instalasi Hydrogen Rak obat bagian bawah, untuk Farmasi peroxide 3% pemakaian obat luar, tersedia Alkohol 70% wastafel Penyimpanan pada rak depan, Harus disimpan di tempat terpisah dari OTC, tidak dipisahkan dengan tempat penyimpanan perbekalan farmasi Sangat mudah menyala sediaan farmasi yang lain, jauh dari Apar lain, mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi Atropin Rak obat bagian injeksi, tersedia dengan pemadam api. wastafel Microshield Dipisahkan dari rak obat, untuk pemakaian luar, tersedia wastafel Ethylchloride Belum dipisahkan dari rak obat Harus disimpan di tempat terpisah dari farmasi. tempat penyimpanan perbekalan farmasi Mudah Menyala lain, mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi dengan pemadam api.

38 Presept Disimpan pada bagian terpisah Harus disimpan ditempat yang sejuk dan dengan obat oral, suhu ruangan mendapat petukaran udara yang baik. normal, ada pertukaran udara yang Tersedia tempat untuk mencuci. baik, tersedia wastafel. Baygon Terpisah dari rak obat. Harus disimpan di tempat terpisah dari tempat penyimpanan perbekalan farmasi Mudah Menyala lain, mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi Softaman Dipisahkan dari rak obat, untuk dengan pemadam api. pemakaian luar. Tersedia wastafel 2 Gudang Oksigen pada ruangan. Disimpan dekat dengan infuse, Harus disimpan ditempat yang sejuk dan Logistik suhu ruangan normal, tidak ada mendapat petukaran udara yang baik 2 Kamar Alkohol 70% pertukaran udara yang baik Penyimpanan rak Depo farmasi di Harus disimpan di tempat terpisah dari Operasi KO, terpisah dari obat dan alkes tempat penyimpanan perbekalan farmasi Sangat mudah menyala yang lain. Sudah tersedia Apar di lain, mudah dilokalisir bila terjadi KO kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi Atropin Rak obat bagian injeksi, tersedia dengan pemadam api. wastafel Hydrogen Rak obat Depo Farmasi di KO, peroxide 3% tersedia wastafel

39 Oksigen Formalin (Formaldehyde solution 37%) Hibiscrub Hillon Ethylchloride Presept Cydex Opa Sangat mudah menyala Mudah Menyala Disimpan dekat dengan infuse, suhu ruangan normal, ada pertukaran udara yang baik Disimpan pad rak yang dipisahkan, pada tempat sejuk, mendapat pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas. Tersedia wastafel pada ruangan. Disimpan pada rak, tersedia wastafel pada ruangan. Penyimpanan rak Depo farmasi di KO, terpisah dari obat dan alkes yang lain. Sudah tersedia Apar di KO Penyimpanan rak Depo farmasi di KO, terpisah dari obat dan alkes yang lain. Sudah tersedia Apar di KO Disimpan pada ruangan dengan suhu normal, ada pertukaran udara yang baik Disimpan pada rak, tersedia wastafel pada ruangan. Harus disimpan ditempat yang sejuk dan mendapat petukaran udara yang baik Harus disimpan di tempat yang sejuk, mendapat pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas Harus disimpan di tempat terpisah dari tempat penyimpanan perbekalan farmasi lain, mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi dengan pemadam api. Harus disimpan di tempat terpisah dari tempat penyimpanan perbekalan farmasi lain, mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi dengan pemadam api. Harus disimpan ditempat yang sejuk dan mendapat petukaran udara yang baik

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2008 Tanggal : 5 Maret 2008 TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN I. PENDAHULUAN Pengelolaan B3 yang mencakup

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 45 BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 A. Pengertian Limbah Di dalam pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME 1/7 1. Tujuan a. Agar tercapai keadaan yang aman dan nyaman bagi karyawan/mahasiswa, serta tidak berbahaya bagi lingkungan. b. Karyawan / mahasiswa dapat memahami tentang tindakan pencegahan & penanggulangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di

Lebih terperinci

Nama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn

Nama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn Seperti yang telah kita ketahui, bahan-bahan kimia yang biasa terdapat di laboratorium kimia banyak yang bersifat berbahaya bagi manusia maupun bagi lingkungan sekitar. Ada yang bersifat mudah terbakar,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Menimbang Mengingat BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : c. d. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-IND/PER/4/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 87/M-IND/PER/9/2009 TENTANG SISTEM HARMONISASI GLOBAL

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya Pengertian 1. Bahan Beracun dan Berbahaya Adalah semua bahan kimia yang mempunyai efek mengakibatkan kerugian terhadap orang dan lingkungan sekitarnya seperti: korosif, oksidasi, bersifat racun, meledak

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja di Laboratorium

Keselamatan Kerja di Laboratorium Keselamatan Kerja di Laboratorium Perhatikan PetunjuKeselamatan kerja Berkaitan dengan keamanan, kenyamanan kerja, dan kepentingan kesehatan, Keselamatan kerja sangat penting di perhatikan dalam bekerja

Lebih terperinci

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Penanganan Bahan Kimia di TFME

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Penanganan Bahan Kimia di TFME 1/8 1. Tujuan Untuk memberi petunjuk tatacara penyimpanan, pemakaian dan penyediaan bahan kimia. 2. Ruang Lingkup Bahan kimia yang ada di TFME Politeknik Negeri Batam. 3. Istilah/Singkatan/Definisi TFME

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang :

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1057, 2016 KEMHAN. Dampak Bahaya Bahan Kimia. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN DAMPAK BAHAYA

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN [Home] KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DALAM PENGELOLAAN B3

PERATURAN DALAM PENGELOLAAN B3 PERATURAN DALAM PENGELOLAAN B3 Pada dasarnya pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di Indonesia mengacu pada prinsip-prinsip dan pedoman pembangunan berkelanjutan yang telah dituangkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam percobaan ini mengunakan metoda spektrometri yang pengukuran secara kuantitatif. Namun percobaan ini tidak jauh berbeda dengan percobaan sebelumnya karena percobaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Glyphosate Isopropylammonium 490 g/l : Kenfosat 490 SL : N-(fosfonometil)

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) Definisi Limbah B3 (PP no.18/1999) Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya da/atau beracun yang karena

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Fipronil 50 g/l : Ken-Pronil 50 SC : 5-amino-1-(2, 6-dichloro-4-(trifluoromethyl)phenyl)-4-

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Glufosinate ammonium 150 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kenbast 150 SL Nama Kimia : ammonium 4-(hydroxyl(methyl)

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012

Material Safety Data Sheet MAXFORCE Forte Gel0,05 20X(4X30GR) BOX 4 Nopember 2012 1. Identifikasi produk dan perusahaan Nama Produk: Maxforce Forte Gel0,05 Alamat Perusahaan: Environmental Science Division Mid Plaza I lt. 14 Jl. Jend. Sudirman Kav.10-11, Jakarta 10220 P.O. Box 2507

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Imidacloprid 10% Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Kimida 10 WP Nama Kimia : (E)-1-(6-chloro-3-pyridylmethyl)-N-nitroimidazolidin-2-

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Material Safety Data Sheet Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

Lenkote Alkali Resisting Primer

Lenkote Alkali Resisting Primer Lembar Data Keselamatan Lenkote Alkali Resisting Primer 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : Nama Produk Identifikasi Lainnya Deskripsi Produk Tipe Produk Lenkote Alkali Resisting Primer Tidak Tersedia

Lebih terperinci

PENGENALAN BAHAN-BAHAN Kimia

PENGENALAN BAHAN-BAHAN Kimia 2012 PENGENALAN BAHAN-BAHAN Kimia NUR RATNA SARI DIII ANALIS KIMIA 9/29/2012 I. Tujuan : PENGENALAN BAHAN KIMIA Untuk dapat menjelaskan tentang jenis, sifat serta simbol-simbol bahaya bahan kimia. II.

Lebih terperinci

Lem Vip. Lembar Data Keselamatan. 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : 2. Identifikasi Bahaya : 3. Komposisi / Informasi dari zat zat yang digunakan :

Lem Vip. Lembar Data Keselamatan. 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : 2. Identifikasi Bahaya : 3. Komposisi / Informasi dari zat zat yang digunakan : Lembar Data Keselamatan Lem Vip 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : Nama Produk Identifikasi Lainnya Deskripsi Produk Tipe Produk Jenis Penggunaan Pembuat / Pemasok Nomor telepon darurat Lem Vip Tidak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

SIMBOL/LABEL/MSDS. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

SIMBOL/LABEL/MSDS. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) SIMBOL/LABEL/MSDS Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Laboratory of Solid and Hazardous Waste Faculty of Civil and Environmental Engineering ITB Labtek IXC 4 th Floor, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Ph/Fax:

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Alpha-Cypermethrin 100 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Ken-Fas 100 EC Nama Kimia : (S)-α-cyano-3-phenoxy

Lebih terperinci

SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC)

SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC) SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC) KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN OLEH : Kelompok 2 (I KC) 1. Julian Irawan (NIM 061430401226)

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 06 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 19-1994::PP 12-1995 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 31, 1999 LINGKUNGAN HIDUP. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. Dampak Lingkungan.

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl

Lebih terperinci

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Laboratorium Terpadu. Pedoman ini juga disediakan untuk menjaga

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama untuk menunjang dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai denganisi pasal 34 ayat (3) UUD 1945 bahwa Negara bertanggung

Lebih terperinci

Pengenalan Bahan Kimia

Pengenalan Bahan Kimia Pengenalan Bahan Kimia RANKING DAN SIMBOL BAHAYA BAHAN KIMIA MENURUT NEPA-USA NO BAHAYA KESEHATAN (HEALTH) BAHAYA KEBAKARAN (FIRE) BAHAYA REAKTIVITAS (REACTIVITY) 4 Penyebab kematian, cedera fatal, meskipun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA

PEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA PEMBELAJARAN VI BAHAN BERACUN BERBAHAYA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai jenis bahan beracun dan berbahaya dan cara pengendaliannya 2. Menguasai jenis-jenis limbah dan cara pengolahannya

Lebih terperinci

Wood-Eco Woodstain. Lembar Data Keselamatan. 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : 2. Identifikasi Bahaya :

Wood-Eco Woodstain. Lembar Data Keselamatan. 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : 2. Identifikasi Bahaya : Lembar Data Keselamatan Wood-Eco Woodstain 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : Nama Produk Identifikasi Lainnya Deskripsi Produk Tipe Produk Jenis Penggunaan Pembuat / Pemasok Nomor telepon darurat Wood-Eco

Lebih terperinci

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet

Material Safety Data Sheet 0 1 0 Health 1 Fire 0 Reactivity 0 Nama: Calcium sulfate Rumus Kimia: BaSO4 Material Safety Data Sheet Calcium Sulfate MSDS Bagian 1: Identifikasi Produk Personal Protection E Bagian 2: Identifikasi Bahaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Created on: 30.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon

Lebih terperinci

MATERIAL SAFETY DATA SHEET ANILINE 99%

MATERIAL SAFETY DATA SHEET ANILINE 99% MATERIAL SAFETY DATA SHEET ANILINE 99% Bagian 1: Identifikasi Zat Nama Produk : aniline Sinonim : aminobenzena; Benzenamine; Aminophen Nama Kimia : aniline Formula kimia : C 6 H 5 NH 2 Bagian 2: Identifikasi

Lebih terperinci

Jenis Penggunaan Untuk Campuran Cat Kedap Air ( Waterproofing ) PT. Avia Avian

Jenis Penggunaan Untuk Campuran Cat Kedap Air ( Waterproofing ) PT. Avia Avian MSDS05004/16 Lembar Data Keselamatan No Drop 107 - Powder 1. Deskripsi Produk dan Perusahaan : Nama Produk Identifikasi Lainnya Deskripsi Produk Tipe Produk No Drop 107 - Powder Tidak Tersedia Campuran

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/6 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Paliogen* Blue L 6385 Penggunaan: Colorants for the Paints, lacquers and varnishes industry Perusahaan: PT BASF Indonesia

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Halaman : 2 dari 6 1. TUJUAN 1.1 Memberikan panduan dalam hal penanganan Limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta Kridatama. 1.2 Memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : 2,4-D Dimethyl ammonium 865 g/l : Ken-Amine 865 SL : 2, 4-dichlorophenoxy

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN

LEMBARAN DATA KESELAMATAN LEMBARAN DATA KESELAMATAN 1. Produk kimia dan identifikasi perusahaan Nama produk Identifikasi lain Code Produksi SWC-2 Pemasok Olympus Alamat 48 Woerd Ave. Waltham, MA 02453, Amerika Serikat Telepon +1

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN-BAHAN KIMIA

PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN-BAHAN KIMIA PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN-BAHAN KIMIA I. PENDAHULUAN Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang kehidupan secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/8 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Synative ES 2964 Penggunaan: Bahan untuk synlubs dan cairan pengerjaan metal Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/8 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Synative ES 2902 Penggunaan: Bahan untuk synlubs dan cairan pengerjaan metal Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Created on: 19.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis DERUSTER 250 N 05 Januari 2015 1. Pengantar DERUSTER 250 N adalah pembersih metal dan penghilang karat bersifat asam yang mengandung phosphoric acid-solvent-detergent

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN, PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN, DAN DUMPING LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN Tanggal Revisi 02.07.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Bahan baku kosmetik Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Tanggal Revisi 02.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Bahan baku kosmetik Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/9 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Eupolen PE Blue 69-2005 Penggunaan: pewarna untuk industri plastik Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Harmonisasi. Klasifikasi. Label.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Harmonisasi. Klasifikasi. Label. No.309, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Harmonisasi. Klasifikasi. Label. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/MIND/PER/9/2009 TENTANG SISTEM HARMONISASI

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/7 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan ULTRAMID 8202HS BK102-A POLYAMIDE Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th Floor, Ciputra World 1 Jakarta,

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/7 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Tinosorb S Aqua Penggunaan: bahan kosmetik Perusahaan: PT BASF Indonesia Plaza GRI, 10th & 11th Floor Jl. H.R. Rasuna

Lebih terperinci