BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pengertian PKn Berdasarkan Permendiknas No. 14 Tahun 2007, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD Menurut Dikti (dalam Subagyo, 2008: 4) substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup : (1) pengantar; (2) hak asasi manusia; (3) hak dan kewajiban warga negara; (4) bela negara; (5) demokrasi; (6) wawasan nusantara; (7) ketahanan nasional; (8) politik strategi nasional. Menurut Aryani dan Susantim (2010: 18) kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Proses pembelajaran PKn menurut Aryani dan Susantim (2010: 132) dimaknai sebagai wahana untuk pembentukan jati diri dan cinta terhadap tanah air melalui internalisasi/personalisasi nilai agama dan budaya, yang melandasi nilainilai sebagai berikut, yaitu : nilai kemanusiaan (human relationship), nilai politik, nilai ilmu pendidikan dan teknologi, nilai seni, nilai ekonomi, dan nilai kesehatan, yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam rangka membangun wawasan warga negara menjadi lebih baik (good cityzenship), menjadi manusia seutuhnya atau berakhlaqul karimah, sehingga perspektif yang digunakan adalah aspek internal bangsa, atau perspektif ke-indonesiaan. Menurut Subagyo (2008: 5) melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik akan menjadi manusia warga negara Indonesia terlebih dahulu sebelum menguasai, memiliki iptek dan seni yang dipelajarinya. Didambakan bahwa warga 10

2 11 negara Indonesia unggul dalam menguasai iptek dan seni, namun tidak kehilangan jati dirinya dan apalagi tercabut dari akar budaya bangsa dan keimanannya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan jati diri warga negara, memahami hak dan kewajibannya, cinta tanah air, cerdas dan terampil Tujuan Mata Pelajaran PKn Setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang berbeda-beda, begitu juga mata pelajaran PKn. Di dalam Permendiknas (2008: 97) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) berfikir secara kritis; (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Kaelan dan Zubaidi (2007: 3) menyebutkan bahwa tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, menumbuhkan sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila serta membentuk karakter bangsa sesuai dengan Pancasila Ruang Lingkup PKn Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelalaan negara, sikap positif terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan; (2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturanperaturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem

3 12 hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional; (3) Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM; (4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara; (5) Konstitusi negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan kosntitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi; (6) kekuasaan politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi; (7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka; (8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi Kurikulum PKn Tabel 2.1: SK KD PKn SD Kelas 5 Semster I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami pentingnya 1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Republik Indonesia (NKRI) 1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3. Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 2. Memahami peraturan 2.1. Menjelaskan pengertian dan

4 13 perundang-undangan tingkat pentingnya peraturan perundangundangan tingkat pusat dan daerah pusat dan daerah 2.2. Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, larangan merokok Sumber: Standar isi KTSP 2006 Mata pelajaran PKn Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan SK 1 Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada KD 1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan 1.3 Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) tersebut termasuk dalam ruang lingkup PKn yang pertama yaitu tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelalaan negara, sikap positif terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan Materi Memahami Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Mengenal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) a. Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Negara Indonesia resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu sejak proklamasi kemerdekaan negara Republik Indonesia. Pembacaan teks proklamasi tersebut bertempat di halaman rumah Ir. Soekarno. Teks proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dan didampingi oleh Drs. Moh. Hatta. Setelah pembacaan teks proklamasi tersebut, bendera merah putih dikibarkan dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sejak saat itu, bangsa Indonesia hidup merdeka dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia telah bebas dari penjajahan. Indonesia telah merdeka. Indonesia menjadi negara

5 14 yang berdiri sendiri tanpa tergantung oleh penjajah. Sebagai negara merdeka Indonesia membutuhkan landasan untuk menjalankan pemerintahan. Apakah landasan negara kita? Landasan negara kita adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pancasila diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perilaku seluruh rakyat Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Susunan UUD 1945 terdiri dari beberapa bagian, yaitu pembukaan, pasal-pasal, dan penjelasan. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Alinea kedua UUD 1945 menegaskan bahwa bangsa Indonesia telah bebas dari penjajahan. Berikut ini bunyi alinea kedua UUD b. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Wilayah negara Indonesia dapat dilihat secara astronomis dan secara geografis. Secara astronomis wilayah Indonesia terletak pada 6o Lintang Utara (LU) 11o Lintang Selatan (LS) serta 95o Bujur Timur (BT) 141o Bujur Timur (BT). Secara geografis wilayah Indonesia terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Wilayah Indonesia terdiri atas daratan dan lautan yang sangat luas. Luas wilayah daratan Indonesia kurang lebih km2. Luas wilayah lautan kurang lebih km2. Wilayah Indonesia yang sangat luas tersebut dihuni oleh penduduk yang jumlahnya sangat banyak pula. Jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 200 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan yang keempat terbesar di dunia. Penduduk Indonesia tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia bermukim di lima pulau utama, yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Dari kelima pulau tersebut, yang paling padat penduduknya adalah Pulau Jawa. Untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk yang belum merata, pemerintah perlu mengadakan program transmigrasi. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang berpenduduk padat ke daerah yang penduduknya masih jarang. Pulau-pulau di Indonesia terbagi menjadi beberapa provinsi. Saat ini provinsi di Indonesia berjumlah 33 provinsi. Namun, pada awal kemerdekaan jumlah provinsi di Indonesia tidak sebanyak saat ini.

6 15 Pada awal kemerdekaan jumlah provinsi di Indonesia hanya delapan provinsi. Kedelapan provinsi tersebut adalah: (a)provinsi Sumatra; (b) Provinsi Jawa Barat; (c) Provinsi Jawa Tengah; (d) Provinsi Jawa Timur; (e) Provinsi Borneo (Kalimantan); (f) Provinsi Sulawesi; (g) Provinsi Sunda Kecil (Nusa Tenggara); (h) Provinsi Maluku. Seiring perkembangan zaman terjadi pertambahan jumlah provinsi di Indonesia. Jumlah provinsi yang bertambah ini terjadi dimaksudkan untuk mempercepat pelayanan pemerintah kepada seluruh rakyat Indonesia. Pelayanan pemerintah yang cepat dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Berikut ini tabel perkembangan provinsi di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang. Wilayah yang terlalu luas dapat menyebabkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat menjadi terhambat. Pulau Sumatra termasuk pulau yang besar. Oleh karena itu, harus dibagi menjadi beberapa provinsi. Apabila hanya terdiri atas satu provinsi maka akan menghambat pelayanan kepada masyarakat di Pulau Sumatra. Misalnya dalam hal pendidikan dan kesehatan. Sedikitnya sarana kesehatan dan pendidikan di Pulau Sumatra dapat menyebabkan kesejahteraan masyarakatnya menjadi rendah. Namun, sekarang jumlah provinsi di Pulau Sumatra ada sembilan. Kesembilan provinsi itu adalah Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Lampung. Dengan adanya pembagian tersebut, sekarang di Pulau Sumatra telah banyak berdiri sarana pendidikan dan kesehatan. Pelayanan masyarakat dilakukan oleh pemerintah masing-masing provinsi. Indonesia mempunyai batas-batas wilayah tertentu. Berikut ini batasbatas wilayah Indonesia secara umum: (a) Batas sebelah utara : Laut Cina Selatan, Samudra Pasifik, Malaysia, Filipina, dan Singapura; (b) Batas sebelah selatan : Samudra Hindia dan Australia; (c) Batas sebelah timur : Papua Nugini; (d) Batas sebelah barat : Samudra Hindia Pentingnya Keutuhan NKRI a. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sebuah Pilihan Terakhir Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah berdiri dengan sendirinya. Kesatuan NKRI dicapai melalui perjuangan panjang yang dilakukan oleh para

7 16 pahlawan dan seluruh rakyat Indonesia. Mereka rela mengorbankan harta dan nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Setelah merdeka, bukan berarti bangsa Indonesia bebas dari masalah. Bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Contoh ancaman dari luar negeri, di antaranya pada awal kemerdekaan Belanda belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, Belanda masih melakukan perlawanan. Belanda mau mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun Masalah yang datang dari dalam negeri adalah adanya pemberontakan yang terjadi di daerahdaerah. Di bawah ini contoh pem-berontakan yang pernah terjadi di Indonesia. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) Pemberontakan RMS merupakan gerakan yang bertujuan mendirikan negara Republik Maluku Selatan. Negara baru yang terpisah dari NKRI. Gerakan yang ingin memisahkan diri dari negara disebut gerakan separatis. Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) DI/TII adalah salah satu contoh pemberontakan yang terjadi di Indonesia. Gerakan ini dibentuk oleh Sekarmadji Marijan (S.M.) Kartosoewirjo. Pemberontakan DI/TII merupakan gerakan yang bertujuan untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Namun, pemberontakan itu dapat diakhiri dengan operasi militer. Pemberontakan G30S/PKI G30S/PKI merupakan gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka ingin merebut kekuasaan pemerintah Indonesia dengan jalan apa pun. Mereka ingin menguasai negara Indonesia. Mereka juga ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Pemberontakan-pemberontakan di atas adalah contoh gerakan yang berusaha memecah dan menghancurkan NKRI. Namun, akhirnya pemberontakan-pemberontakan itu berhasil digagalkan. Bangsa Indonesia dapat menggagalkan pemberontakan karena adanya tekad untuk tetap mempertahankan keutuhan wilayah NKRI.

8 17 b. Negara Indonesia adalah Negara yang Ber Bhineka Tunggal Ika Semboyan bangsa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Tiap-tiap suku bangsa mempunyai adat istiadat, bahasa, dan kebudayaan sendiri-sendiri yang disebut kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah yang ada akan memperkaya kebudayaan nasional. Meskipun penduduk Indonesia tinggal di berbagai pulau, tetapi tetap dapat berkomunikasi dan berhubungan melalui transportasi darat, laut, dan udara. Rakyat Indonesia tetap harus bersatu walaupun berbeda suku, agama, keadaan geografis, serta budaya yang beraneka ragam. Hal ini sesuai dengan cita-cita Sumpah Pemuda yaitu berbangsa satu bangsa Indonesia. Dengan persatuan, kita akan semakin mudah mengatasi ancaman dan gangguan yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Tentu kalian pernah membaca atau mendengar berita tentang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) atau tentang Gerakan Papua Merdeka? Berita itu sering muncul di televisi. Itu adalah beberapa contoh ancaman dan gangguan yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Kita harus tetap waspada apabila sewaktu-waktu terdapat gerakan yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus memupuk rasa persatuan dan kesatuan. Sehingga semua perbedaan baik suku, agama, maupun budaya yang ada di Indonesia tidak akan menjadikan perpecahan. Dengan adanya persatuan dan kesatuan, maka kehidupan di negara kita akan aman, tenteram, dan damai Keadaan negara yang aman, tenteram, dan damai memungkinkan kegiatan pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pembangunan di daerah-daerah juga dapat berjalan lancar. Rakyat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Di sekolah, siswa juga dapat belajar dengan tenang. Namun sebaliknya, jika negara tidak aman dan banyak terjadi kerusuhan. Kegiatan pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik dan warga negara tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan tenang. Akibatnya keutuhan NKRI tidak akan terwujud. Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa keutuhan NKRI penting untuk kita jaga. Tujuannya agar negara kita menjadi aman,

9 18 tenteram, dan damai. Sehingga kehidupan rakyatnya menjadi makmur dan sejahtera Usaha Menjaga Keutuhan NKRI a. Mengamalkan Nilai Nilai Pancasila Pancasila merupakan ideologi bangsa. Sebagai ideologi bangsa, Pancasila dapat digunakan sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Bahkan, Pancasila telah teruji ketangguhannya sebagai alat pemersatu bangsa. Apa buktinya? Buktinya bahwa dengan berpedoman pada Pancasila, bangsa Indonesia dapat menggagalkan pemberontakan seperti pemberontakan G30S/PKI. Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila merupakan ciri khas yang membedakan dengan negara lain. Pancasila juga merupakan hasil kesepakatan seluruh rakyat Indonesia. Jadi, Pancasila dapat menjadi pegangan bertingkah laku dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah nilai yang luhur dan telah disepakati bersama. Dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, keutuhan NKRI akan terjaga. Oleh karena itu kita harus selalu hidup rukun. Sesama anggota masyarakat harus saling menghormati walaupun terdapat berbagai perbedaan suku, budaya, dan agama. Perbedaan suku dan budaya yang ada di Indonesia adalah sebuah kekayaan. Kekayaan yang harus kita banggakan sehingga dapat menyatukan seluruh bangsa kita. Apa yang dapat kalian lakukan untuk menunjukkan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia? Kebanggaan kita terhadap bangsa Indonesia dapat kita wujudkan dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan di mana saja. Kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan keluarga, kita harus saling menghormati dan menghargai antaranggota keluarga. Kita harus mencintai ayah, ibu, dan saudara serta menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik keluarga. Dalam lingkungan sekolah, kita wajib menghormati guru. Kita juga harus menghargai teman. Salah satu kegiatan sekolah yang mengajarkan pengamalan nilai-nilai Pancasila antara lain kegiatan pramuka. Pramuka didirikan untuk

10 19 mengembangkan kepribadian yang baik. Salah satu kegiatan pramuka adalah berkemah di alam bebas. Kegiatan berkemah bertujuan agar anggota pramuka dapat mengenal lingkungan alam sekaligus menciptakan suasana kekeluargaan di antara para anggota pramuka. Ada beberapa manfaat kegiatan pramuka, antara lain: (a) kita bisa belajar mandiri; (b) belajar disiplin menggunakan waktu; (c) melaksanakan ibadah sesuai agama masing-masing; (d) belajar untuk selalu menolong orang lain; (e) belajar untuk jujur; (f) berteman dengan siswa dari daerah lain dengan rukun. Selain di sekolah, mengamalkan nilai-nilai Pancasila juga dapat dilakukan di lingkungan masyarakat. Misalnya dengan mengadakan musyawarah bersama untuk memecahkan persoalan. Contoh lainnya adalah bergotong royong untuk membangun dan memelihara sarana dan prasarana umum, seperti membangun pos ronda dan memperbaiki jalan yang rusak. Selain itu, dapat juga dengan memberikan bantuan kepada korban bencana alam dengan tidak membeda-bedakan agama, memberikan bantuan kepada orang miskin, dan memberikan santunan kepada anak yatim. Kegiatan-kegiatan sosial tersebut dalam dilakukan warga masyarakat secara bersama-sama. Tujuannya agar tercipta suasana kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat. b. Memiliki Wawasan Nusantara Wawasan nusantara adalah cara, sikap, atau pandangan bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya. Sebuah sikap yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hakikat dari wawasan nusantara adalah kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia. Berikut ini perwujudan sikap untuk menjaga kesatuan bangsa: (a) Bangsa Indonesia harus merasa sebangsa dan setanah air walaupun terdiri dari suku, budaya, dan agama yang berbeda; (b) Kekayaan alam yang ada di Indonesia harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia; (c) Mempersatukan corak ragam budaya yang ada sebagai kekayaan nasional budaya bangsa. Kesatuan wilayah NKRI dapat terwujud apabila warga negara Indonesia ikut berperan serta dalam mewujudkan ketahanan nasional. Ketahanan nasional

11 20 adalah kemampuan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara serta mampu mengatasi hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan pembelaan negara. Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer. Seolaholah kewajiban dan tanggung jawab membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia (TNI). Padahal berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945, masalah bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Berikut ini bunyi pasal 27 ayat (3) UUD Sikap mau membela negara harus ditanamkan pada seluruh rakyat Indonesia. Bila ada ada wilayah Indonesia yang akan direbut oleh negara lain, maka seluruh rakyat Indonesia memiliki kewajiban untuk mempertahankannya Contoh Perilaku Menjaga Keutuhan NKRI Kita sebagai warga negara Indonesia harus selalu menunjukkan perilaku yang baik. Perilaku yang baik berarti perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Ada norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Seluruh rakyat Indonesia harus melaksanakan normanorma tersebut. Dengan begitu, maka keutuhan NKRI dapat terwujud. Meskipun kalian masih pelajar, kalian juga dapat berpartisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI. Sebagai pelajar kita juga dapat berpartisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain: (1) menjaga kerukunan dalam berteman; (2) mengutamakan kepentingan bersama; (3) belajar dengan tekun; (4) mau menghargai sesama teman; (5) menaati tata tertib sekolah; (6) menghormati guru. Di lingkungan masyarakat terdapat banyak kegiatan yang dapat mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut misalnya: (1) bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar; (2) kerja bakti membangun tempat ibadah; (3) membantu tetangga yang sedang hajatan. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan seperti di atas dapat memupuk rasa persaudaraan. Antarwarga masyarakat dapat saling mengenal satu

12 21 sama lain, sehingga tercipta suasana dalam masyarakat yang tenteram dan akhirnya terwujudlah persatuan dan kesatuan yang kita inginkan. Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dipertahankan jika seluruh rakyat Indonesia menerapkan sikap saling menghargai. Kita juga harus menerapkan sikap toleransi dan bekerja sama tanpa membeda-bedakan suku dan agama. Begitu juga dengan kalian, kalian tidak boleh membedabedakan dalam berteman. Kalian juga harus saling menghargai Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang ditetapkan oleh seorang guru. Iru (2012: 6 ) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara otomatis. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2011: 5). Sejalan dengan hal itu, Amri (2013: 4) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian atau penciptaan sitausi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan mencapai tujuan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Pengertian Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Value Clarification Technique (VCT) adalah suatu model pembelajaran pendidikan nilai dengan teknik klarifikasi nilai yang dilakukan untuk membina

13 22 dan melatih sejumlah keterampilan pada siswa tentang bagaimana keterampilan atau kemampuan siswa dalam mengklarifikasi nilai/moral/sikap, mengklarifikasi diri dan menilai (valueing) serta mengambil kesimpulan/sikap. Bagi pengguna model klarifikasi nilai, guru bukan sebagai pengajar nilai, melainkan sebagai role model atau pendorong. Peranan guru adalah mendorong siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan suatu proses menilai (Elias dalam Elmubarok, 2009: 7). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sanjaya (dalam Iru, 2012: 81) yang mendefinisikan VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melaui proses menganalisi nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Dalam hal ini guru harus memperhatikan proses penanaman nilai-nilai yang dianggapnya baik dengan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Hal itu dilakukan untuk menghindari terjadinya benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru. Dalam proses pembelajaran model VCT seorang guru dapat menerapkan metode dialog, menulis, diskusi dalam kelompok besar atau kecil dan lain-lain untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) adalah suatu model pembelajaran dengan teknik klarifikasi nilai dimana peserta didik dilatih untuk mengembangkan keterampilannya dalam melakukan proses penilaian yang bertujuan agar siswa mendapat nilai-nilainya sendiri Tujuan Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Komalasari (2010: 96) mengemukakan bahwa tujuan model teknik klarifikasi nilai ada tiga. Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua,

14 23 membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri. Ketiga, membantu siswa supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Dari pendapat di atas VCT memiliki tujuan untuk : 1. Membantu siswa untuk mengukur kesadaran tentaang suatu nilai. 2. Membantu kesadaran siswa tentang niai-nilai yang dimiliki baik itu nilai positif maupun negatif. 3. Menanamkan nilai pada siswa secara rasional sehingga mampu diterima siswa ke dalam pribadinya Manfaat Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Simon (dalam Adisusilo, 2014: 155) menyebutkan beberapa manfaat dengan diterapkannya model pembelajaran VCT maka kita dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk. (1) Memilih, memutuskan, mengomunikasikan, mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan perasaannya; (2) berempati (memahami perasaan orang lain, memilih dari sudut pandang orang lain); (3) Memecahkan masalah; (4) Menyatakan sikap setuju, tidak setuju, menolak dan menerima pendapat orang lain; (5) Mengambil keputusan; (6) mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan diyakini. Manfaat model klarifikasi nilai yaitu memberikan penghargaan yang tinggi kepada siswa sebagai individu yang mempunyai hak untuk memilih, menghargai, dan bertindak berdasarkan dengan nilainya sendiri (Komalasati, 2010: 97). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran VCT memiliki manfaat untuk meningkatkan kemampuan serta keberanian dalam mengungkapkan gagasan, berempati dan memecahkan masalah, menyatakan sikap dan mengambil keputusan serta bertingkah laku sesuai dengan nilai yang dipilih, dengan demikian maka akan tercipta proses pembelajaran yang interaktif sehingga pembelajaran lebih bermakna.

15 Kriteria Penggunaan Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Adisusilo (2014: 147) menjelaskan kriteria penggunaan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) sebagai berikut: 1. Tipe materi, pada setiap materi pembelajaran tidak semua dapat dijelaskan dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT), misalnya materi yang berupa menunjukkan hasil-hasil amandemen UUD 1945, materi ini akan lebih baik diserap siswa apabila lebih menekankan pada hafalan. 2. Durasi waktu, model Value Clarification Technique (VCT) berbeda dengan model lainnya yang berdurasi cukup lama, Value Clarification Technique (VCT) pada dasarnya memahami sebuah kasus, yang ditampilkan baik berupa video maupun cerita berdilema. Setelah itu pemanfaatan waktu yang ada digunakan untuk memahami dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut. 3. Tipe sajian Value Clarification Technique (VCT), model VCT mengutamakan pada pemahaman suatu nilai dan serta kejelasan materi yang sesuai dengan kurikulum. Adapun tipe VCT yang cocok untuk pembelajaran adalah tipe reportase/liputan, analisis secara akurat, analisis tulisan, cerita tidak selesai. 4. Penyampaian materi, guru dalam menyampaikan model Value Clarification Technique (VCT) peserta didik tidak disuruh menghafal dan disuapi dengan nilai-nilai yang sudah dipilih guru melainkan dibantu untuk menemukan, menganalisis, mempertanggungjawabkan, mengembangkan, memilih, mengambil sikap dan mengamalkan nilainilai hidupnya sendiri. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria dalam penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terletak pada tipe materi, durasi waktu, tipe sajian VCT serta penyampaian materi oleh guru sehingga dapat diketahui sejauh mana berhasil tidaknya penanaman nilai dalam diri siswa Upaya Dalam Pelaksanaan Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Djahiri (1985: 42-44) merumuskan sejumlah hal yang penting dan patut selalu diupayakan dalam pelaksanaan pengajaran afektif (VCT), yaitu: 1. Bahwa dalam pengajaran afekktif (VCT) sejumlah keterampilan belajar (keterampilan akademik) perlu dibina dan dilatih serta dibakukan pada siswa. Yang paling utama ialah kemampuan/keterampilan: mengidentifikasi nilai/sikap/moral,

16 25 mengklarifikasi diri dan menilai (valueing) serta mengambil kesimpulan/keputusan. 2. Bahwa VCT hanya akan berhasil baik apabila ada keterbukaan dan kesediaan/kesiapan (setting) para siswa dan juga guru. 3. Bahwa dalam VCT, hati, emosi, fikiran dan kemauan serta keseluruhan diri (individuality) dan minat anak harus terpanggil/terundang serta terlibat dalam apa yang sedang berlangsung di kelas. 4. Bahwa VCT menuntut sang guru memiliki, menyadari dan selalu patuh akan target-target nilai (means/spirit/values dari TIK) dari pokok belajarnya. Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) kita harus mengupayakan melatih sejumlah keterampilan belajar siswa, adanya keterbukaan para siswa dan guru, siswa terlibat dalam pembelajaran yang berlangsung, dan menuntut guru untuk memiliki serta patuh akan target nilai pada pokok belajar yang akan menuntun proses atau kegiatan belajar mengajar Proses Pelaksanaan Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Model klarifikasi nilai menekankan pada proses pemilihan dan penentuan nilai (the proses of valueing) serta sikap terhadapnya. Model klarifikasi nilai juga tidak melatih siswa untuk menilai salah benarnya suatu nilai, tetapi melatih siswa untuk berproses menghargai dan melaksanakan nilai-nilai yang dipilih secara bebas. Berdasarkan uraian ini dapat diketahui bahwa fokus dalam proses pelaksanaan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) adalah bagaimana orang sampai pada pemilikan nilai-nilai tertentu dan menginternalisasikannya dalam tingkah laku serta sikap. Hall menggolongkan tiga kategori proses penentuan nilai dan sikap yang mencakup tujuh sub proses atau aspek dalam Adisusilo, (2014: 147). Ketujuh sub proses atau aspek penentuan nilai akan dipaparkan pada tabel 2.1 di bawah ini.

17 26 Tabel 2.2: Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) 1. Memilih 1) Memilih dengan bebas 2) Memilih dari berbagai alternatif 3) Memilih dari berbagai alternatif setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibat 2. Menghargai/menjunjung tinggi 4) Menghargai dan merasa bahagia dengan pilihannya 5) Bersedia mengakui/menegaskan pilihannya itu di depan umum 3. Bertindak 6) Berbuat/berperilaku sesuatu sesuai dengan pilihannya 7) Berulang-ulang bertindak sesuai dengan pilihannya itu hingga akhirnya merupakan pola hidupnya Sumber: Adisusilo (2014: 147) Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Kelebihan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) menurut Djahiri (dalam Taniredja, 2011: 91) keunggulan VCT adalah: 1. Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal side. 2. Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai/moral. 3. Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata. 4. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap. 5. Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan. 6. Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan memadukan berbagai nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang. 7. Memberi gambaran bilai koral yang patut diterima dan menuntun serta memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

18 27 Kelemahan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) menurut Djahiri (dalam Tanitedja, 2011: 92) adalah : 1. Apabila guru/dosen tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan memunculkan sikap semu atau imitasi/palsu. Siswa akan bersikap sangat baik, ideal, patuh dan penurut namun hanya bertujuan untuk menyenangkan guru agar memperoleh nilai yang baik. 2. Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru/dosen, peserta didik dan masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai baku yang ingin dicapai/nilai etik. 3. Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru/dosen dalam mengajar terutama memerlukan kemampuan/keterampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan menggali nilai yang ada dalam diri peserta didik. 4. Memerlukan kreativitas guru/dosen dalam menggunakan media yang tersedia di lingkungan terutama yang menggunakan media yang tersedia di lingkungan terutama yang aktual dan faktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yaitu VCT memberikan cara yang lebih mudah dalam menanamkan nilai pada peserta didik, sedangkan kelemahan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yaitu VCT lebih sulit melakukan evaluasi sebagai hasil dari penanaman nilai Komponen Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Joyce, Weil dan Calhoun (2009: ) menyebutkan bahwa sebuah model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model, komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yaitu sebagai berikut.

19 28 a. Sintakmatik / Langkah-Langkah Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Model pembelajaran VCT mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Adisusilo (2012:160) menyatakan langkah-langkah pembelajaran VCT yaitu tahap pertama, penyajian dilemma, tahapan ini meliputi: pemahaman suatu topik, penjelasan istilah, mengelompokkan fakta, menyampaikan pertanyaan yang memberikan rangsangan. Tahap kedua memberikan tugas mandiri, tahapan ini meliputi: mendalami dilemma, menjawab pertanyaan, memilih nilai dan alasan, menyusun nilai-nilai, memilih prioritas nilai. Tahap ketiga membentuk kelompok diskusi kecil, tahapan ini meliputi: memikirkan dan menentukan dilemma, menentukan tindakan dan alasan, mengurutkan alasan-alasan, menyusun dan mengurutkan nilai-nilai dan mengambil sikap, menyusun laporan kelompok. Tahap keempat diskusi pleno kelas, terdapat dua tahap yaitu ; Tahap pertama terdiri dari laporan kelompok, tanggapan pleno, laporan kelompok berikutnya, tanggapan pleno berikutnya. Tahap kedua terdiri dari menentukan nilai dan norma, menyusun hierarki norma, menyusun hierarki nilai dan alasannya serta mengambil sikap, menentukan pelaksanaan nilai (internalisasi nilai). Tahap kelima penutup diskusi kelas, terdiri dari dua tahap yaitu : Tahap pertama di dalam kelas: Memberi tanggapan, merangkum alasan, merangkum nilai moral, menyimpulkan nilai utama, memberi penguatan. Tahap kedua di luar kelas: memperdalam jawaban atas pertanyaan, mencari/menentukan dilemma dalam topik, menulis dilemma moral sesuai topik dan penyelesaiannya, presentasi dilemma moral, bentuk aplikasi nilai pilihan. b. Prinsip reaksi Prinsip reaksi berkaitan dengan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Prinsip reaksi dalam model pembelajaran VCT adalah guru sebagai pembimbing dalam pembelajaran dan guru memberi fasilitas agar proses pembelajaran berlangsung optimal.

20 29 Model pembelajaran VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada gilirannya nilainilai tersebut akan mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dalam praktik pembelajaran, model pembelajaran VCT dikembangkan melalui proses dialog antara guru dan siswa. Proses tersebut hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan terbuka, sehingga setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebas perasaannya. c. Sistem Sosial Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran. Sistem sosial pada model pembelajaran VCT adalah kegiatan kelas berorientasi pada pemecahan masalah, guru dan siswa mengenal dan menganalisis masalah secara rinci serta peranan guru dan siswa sederajat, walaupun dalam hal ini berbeda peran. d. Daya Dukung Daya dukung adalah penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sistem pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran VCT yaitu tersedianya perpustakaan yang dapat mendukung proses pembelajaran, adanya sumber belajar yang lain dan narasumber yang dapat dimanfaatkan oleh siswa misalnya laptop, proyektor, video pembelajaran dan lainlain yang menunjang proses pembelajaran. e. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran PKn dengan materi Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara melalui model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) adalah meningkatkan kesadaran nilai menghargai jasa Pahlawan dengan mampu mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara, menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara, meneladani nilai-nilai juang

21 30 para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari. Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi dampak pengiring melalui model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) diharapkan dapat terbentuk sikap. Toleransi SIKAP MENJAGA KEUTUHAN NKRI Tenggang rasa Kekompakan Menahan emosi Cinta tanah air Keterangan: Dampak Instruksional : Dampak Pengiring : MODEL PEMBELAJA RAN VCT Nasionalisme - Mengikuti upacara dengan khidmat - Mematuhi peraturan yang berlaku - Menghargai pendapat orang lain - Membina persatuan dan kesatuan - Tolong menolong sesama teman - Menghargai teman yang berbeda suku bangsa, agama dan adat istiadat Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Model Pembelajaran VCT

22 Implementasi Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Tabel 2.3. Implementasi Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) KEGIATAN GURU SINTAK KEGIATAN SISWA 1. Guru melontarkan / Pengajian Dilema 1. Siswa menyimak menyampaikan media dengan baik video stimulus video tentang yang ditayangkan guru suatu konflik yang ada di 2. Siswa menjawab daerah atau masyarakat. pertanyaan guru 2. Guru menanyakan apakah semua siswa sudah dapat memahami video yang ditayangkan, seandainya belum guru akan mengulangi menayangkan video tersebut 1. Guru memberikan kesempatan ± 3 menit kepada siswa untuk berdialog dengan diri sendiri maupun sesama teman sebangku, muka, belakang, samping kiri atau kanan sehubungan dengan video keributan sidang DPR. 2. Disaat ini guru bertugas mengamati raut wajah dan komentar siswa sebagai masukan sikap dari siswa bagi guru sebelum guru membina siswa untuk dapat mengenal pentingnya hidup saling berbagi dan melaksanakan hidip saling berbagi di sekolah, di rumah, dan sikap menghargai keputusan bersama. 3. Kemudian guru mencatat masukan siswa diantaranya tentu ada yang amat baik, baik, cukup, kurang. Memberikan Tugas Mandiri 1. Siswa melaksanakan dialog dengan diri sendiri dan sesama teman sebangku, muka, belakang, samping kiri atau kanan sehubungan dengan video yang ditayangkan guru. 2. Siswa menyampaikan hasil dialognya yang dilakukan dengan teman-temannya.

23 32 KEGIATAN GURU SINTAK KEGIATAN SISWA 1. Guru membagi siswa Membentuk 1. Siswa duduk bersama menjadi 5 kelompok Kelompok Kecil kelompok yang telah diskusi. Masing masing Diskusi dibagi orang guru. kelompok beranggotakan 4-5 siswa. 1. Guru melakukan dialog Diskusi Pleno 1. Siswa menjawab terpimpin dengan siswa Kelas pertanyaan pertanyaan melalui pertanyaan yang sesuai yang telah skenarionya telah disiapkan diberikan oleh guru sesuai dengan video yang 2. Siswa secara telah ditayangkan telah individual menyatakan dipersiapkan argumen/ pendapat 2. Guru meminta siswa untuk dan klarifikasi menentukan argumen/ pendirian sehubungan pendapat dan klarifikasi dengan pertanyaan pendirian melalui guru pertanyaan guru yang 3. Selanjutnya siswa bersifat individual, secara kelompok kelompok dan kelasikal menyatakan argumen/ pendapat dan klarifikasi pendirian sehubungan dengan 1. Guru mulai menanamkan jarum target nilai dan konsep pelajaran sesuai meteri pembelajaran 2. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran Penutup Diskusi Kelas 2.2. Kajian hasil Penelitian yang Relevan pertanyaan guru 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang hasil diskusi yang telah dilakukan bersama. 2. Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran. Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain ynag dijadikan titik tolak penelitian dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang diambil peneliti yaitu, penelitian Umi Purwanti (2015) telah melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Value Cralification Technique (VCT) Dengan Media Video Dalam Peningkatan Pembelajaran PKn Tentang Menghargai Keputusan Bersama Pada Siswa Kelas V SDN I Karanggadung Tahun Ajaran 2014/2015. Dari hasil penelitian didapat informasi bahwa pada siklus I

24 33 persentase ketuntasan hasil tes tertulis siswa mencapai 66,66%, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai 80,95% dan sudah mencapai target pada indikator kinerja penelitian yaitu 80% tetapi hasil tersebut belum memuaskan, sehingga perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya. Pada siklus III persentase ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai 92,86% sehingga dapat mencapai target pada indikator kinerja penelitian. Sutaryanto (2013) dengan judul Penerapan Model Value Clarification Technique (VCT) Berbantuan Film Dokumenter Dalam Menanamkan Nilai Nasionalisme Dan Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitian didapat skor rata-rata post test kelas kontrol di SDN Jetak 2 diperoleh skor rata rata 79 dan skor rata-rata post test kelas eksperimen 1 SDN Duyungan 1 diperoleh skor rata-rata 88 sedangkan skor rata-rata post test kelas eksperimen 2 SDN Sidoharjo 2 diperoleh skor rata-rata 89. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor rata-rata dari nilai post test antara kelompok yang menggunakan model Value Clarification technique (VCT) berbantuan film dokumenter dengan kelompok kontrol. Kelompok yang menggunakan model Value Clarification technique (VCT) berbantuan film dokumenter mendapatkan skor rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian Putra Wahyu Perdana (2012) dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Value Clarification Technique (Vct) Pada Siswa Kelas Va Sd Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian tersebut diketahui pada pelaksanaan siklus I pertemuan 1, siswa yang mengalami ketuntasan belajar adalah 16 siswa dari 28 siswa yang hadir (57,14%). Pada pelaksanaan siklus I pertemuan 2, siswa yang mengalami ketuntasan belajar adalah 17 siswa dari 28 siswa yang hadir (60,71%), dan pada pelaksanaan siklus II, siswa yang mengalami ketuntasan belajar adalah 23 siswa dari 28 siswa yang hadir (82,14%). Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar PKn melalui model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada siswa kelas Va SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

25 34 Penelitian Andriyani (2015) dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Sikap Nasionalisme Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa kelas V MI. Jamiyyatul Khair Ciputat. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) berpengaruh terhadap sikap nasionalisme siswa. Hal ini tampak dari hasil angket mengenai sikap nasionalisme yang diberikan guru kepada siswa menunjukkan bahwa pada indikator mampu menghormati orang lain, kelompok eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 86% sedangkan kelas kelompok kontrol memperoleh rata-rata persentase sebesar 81%, selanjutnya pada indikator disiplin kelas eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 90% sedangkan kelas kontrol memperoleh rata-rata persentase sebesar 81%, selanjutnya pada indikator senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia kelas eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 92% sedangkan kelas kontrol memeproleh rata-rata persentase sebesar 82%, lalu pada indikator giat belajar kelas eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 85% sedangkan kelas kontrol meeperoleh rata-rata persentase sebesar 82%. Penelitian Herniawati (2011) dengan judul Menanamkan Nilai nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PTK Pada Siswa Kelas VI SDN 88 Perumnas Unib Bentiring. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan mutu dan ketuntasan pembelajaran PKn. Penananman nilai nasionalisme siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan metode VCT semakin baik, yaitu ketuntasan belajar dari 23 siswa pada siklus I, ada 17 orang atau 74,7% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas. Pada siklus II ada 19 orang siswa atau 82,6% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas. Pada siklus III, ada 21 orang siswa atau 91,3% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas. Penelitian Fairizah Haris (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan Pada Siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas guru, siswa, kesadaran nilai menghargai, dan respon siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan yang

26 35 signifikan selama tiga siklus dengan masing-masing prosentase ketuntasan. Skor yang dicapai siswa pada siklus I adalah sebesar 64,5%. Pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan dengan dicapainya skor sebesar 85% dikategorikan sangat baik dan sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Aktivitas siswa pada siklus III kembali mengalami peningkatan mencapai skor 89,5% dan dikategorikan sangat baik. Penelitian Gustin Indra Setiana (2012) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification Technique Permainan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa Kelas Ii Sd Negeri Kemandungan 3 Kota Tegal. Hasil penelitiannya adalah Model pembelajaran VCT Permainan yang diterapkan di kelas II pada mata pelajaran PKn materi Mengenal Nilai Kejujuran, Kedisiplinan, dan Senang Bekerja dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai materi tersebut. Terbukti dari hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Kemandungan 3 Kota Tegal yang mengalami peningkatan pada siklus II jika dibandingkan dengan perolehan hasil belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 75,33 dengan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 73,33%. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh yaitu sebesar 84,50 dan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 93,55%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 9,17 dan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 20,22%. Penelitian Vety Fitriani (2015) dengan judul Penerapan Model VCT (Value Clarification Technique) Dengan Menggunakan Media Cerita Daerah Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Karakter Peserta Didik terlihat hasilnya bahwa Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan dengan instrumen wawancara maupun pengamatan langsung bahwa pembentukan karakter peserta didik melalui model VCT pada SMPN 1 Kersamanah berdampak positif terhadap efektifitas pembelajaran PKn yakni guru dapat mengidentifikasi perilaku peserta didik, serta peserta didik bisa menganalisis dan mengungkapkan pendapatnya mengenai media cerita daerah. Selain itu model VCT juga sangat mempengaruhi interaksi antara guru dan peserta

27 36 didik, peserta didik memahami materi yang disampaikan oleh guru di kelas. Model VCT yang berdampak terhadap munculnya sikap religiusitas, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokrasi. Peserta didik juga merespon dengan baik model tersebut karena menyenangkan bagi peserta didik, peserta didik serius dalam menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Persamaan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT), sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikatnya. Penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan variabel terikat Sikap menjaga keutuhan NKRI yang selama ini belum pernah dilakukan oleh peneliti yang lain. Berdasarkan persamaan dan perbedaan penelitian di atas, maka penulis akan menerapkan, mengembangkan dan melakukan inovasi terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) untuk mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas V SD 3 Golantepus Kerangka Pikir Sikap menjaga keutuhan NKRI dalam pembelajaran PKn masih rendah. Dengan menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) diperkiran dapat mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI. Kerangka pikir ini dapat digambarkan pada gambar berikut.

28 37 PEMBELAJARAN DI KELAS Nilai tes meningkat Sumber materi: sesuai dengan materi menjaga keutuhan NKRI Guru memberikan pengantar dan memotivasi siswa Model Pembelajaran Value Clarification Technique Siswa dalam diskusi kelompok 3 tingkatan pembelajaran: 1. Kebebasan memilih 2. Menghargai 3. Berbuat Hasil belajar siswa berupa sikap: - Mengikuti upacara dengan khidmat - Mematuhi peraturan yang berlaku - Menghargai pendapat orang lain - Membina persatuan dan kesatuan - Tolong menolong sesama teman - Menghargai teman yang berbeda suku bangsa, agama dan adat istiadat Gambar 2.2. Kerangka Berfikir Dari skema kerangka pikir di atas menggambarkan bahwa peneliti melaksanakan penelitian pada siswa kelas 5 SD 3 Golantepus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Peneliti menemukan masalah yaitu sikap siswa kurang dalan menjaga keutuhan NKRI dan tujuan pembelajaran hanya dari aspek kognitif, aspek afektif kurang diperhatikan, akibatnya kesadaran sikap menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas 5 masih rendah. Kemudian peneliti melakukan penelitian melalui dua siklus. Siklus I peneliti menerapkan model pembelajaran VCT dalam pembelajaran PKn materi mengenal Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI dan pentingnya keutuhan NKRI. Setelah itu, peneliti mengumpulkan dan mengamati perubahan sikap siswa dan hasil belajar dengan diterapkannya model pembelajaran VCT. Tindakan selanjutnya yaitu peneliti mengadakan refleksi. Setelah melaksanakan siklus I, peneliti akan melakukan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada materi usaha menjaga keutuhan NKRI dan contoh perilaku menjaga keutuhan NKRI.

BAB 1 KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA BAB 1 KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia. Bhinneka Tungga Ika mempunyai makna berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan ini diambil dari

Lebih terperinci

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) mampu mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI di SD 3 Golantepus. Berkembangnya

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn SMP @ Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* PENDAHULUAN Standar Isi maupun SKL ( Lulusan) merupakan sebagian unsur yang ada dalam SNP (Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

B. Tujuan C. Ruang Lingkup 27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat!

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat! SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 BERBAH ULANGAN HARIAN 1 KELAS VIII SEMESTER GASAL TAHUN 2016 Waktu: 50 menit Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat! 1. Sikap positif

Lebih terperinci

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku) PENANAMAN DAN PENGEMBANGAN ASPEK PRESTASI DIRI DAN NILAI OPTIMISME DALAM FILM GARUDA DI DADAKU (Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

Sutedjo Alex Muryadi Supriyati. Teram Pendidik. untuk SD/MI Kelas V

Sutedjo Alex Muryadi Supriyati. Teram Pendidik. untuk SD/MI Kelas V Sutedjo Alex Muryadi Supriyati Teram erampil dan Cerdas Belajar Pendidik endidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas V Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang Teram erampil

Lebih terperinci

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma Mata Pelajaran : PPKn Kelas : VII Semester : 1 dan 2 Ruang lingkup mata pelajaran PPKn di SMP/MTs meliputi: PEMETAAN SK 1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA NASRUL Kepala SD Negeri 004 Domo anasrull814@gmail.com ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Round Table Dalam Upaya

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

Pendalaman Materi 4. Pendidikan Kewarganegaraan SD kelas 5

Pendalaman Materi 4. Pendidikan Kewarganegaraan SD kelas 5 Pendalaman Materi 4 terletak di Asia Tenggara. Indonesia saat ini memiliki 33 provinsi (termasuk dua Daerah Istimewa dan satu Daerah Khusus Ibukota). tidak berpenghuni. Secara astronomis, Indonesia terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemampuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas pendidikan yang baik akan melahirkan generasi muda yang dapat diandalkan untuk memajukan

Lebih terperinci

FORMATIF 1 I. Isilah tiitk-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

FORMATIF 1 I. Isilah tiitk-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! FORMATIF 1 Mata Pelajaran : PKn Kelas/Semester : V/I Kompetensi Dasar : 1.1 Mendiskusikan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Waktu

Lebih terperinci

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Sekolah : MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Kur : VII / K13 Semester : Genap Kompetensi Inti : 1.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Syawal Gultom NIP

KATA PENGANTAR. Syawal Gultom NIP 1 KATA PENGANTAR Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Dengan demikian profesionalisme

Lebih terperinci

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa

Lebih terperinci

MENANAMKAN NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PTK PADA SISWA KELAS VI SDN 88 PERUMNAS UNIB BENTIRING

MENANAMKAN NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PTK PADA SISWA KELAS VI SDN 88 PERUMNAS UNIB BENTIRING MENANAMKAN NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PTK PADA SISWA KELAS VI SDN 88 PERUMNAS UNIB BENTIRING Herniwati Guru PKN SMP Negeri 7 Kota Bengkulu Abstrak:Penelitian

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Tabel 2.3 Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 No Unsur Manfaat Akibat apabila tidak ada UUD 1 Warga Negara 2 Bangsa dan Negara Kesimpulan : C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh WILUDJENG HERAWATI NIM.

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh WILUDJENG HERAWATI NIM. SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI KEUTUHAN NKRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW SISWA KELAS VII SMPN 2 KAUMAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi MANAJEMENT MODUL 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan memunculkan pertanyaan bagaimana sistem pendidikan yang sangat kompetitif ternyata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mata pelajaran PKn merupakan

Lebih terperinci

II. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

II. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN II. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI. 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI. 2 Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6 KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Madrasah: MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : IX Kurikulum : KTSP/2006 No Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau sseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah

Lebih terperinci

Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikapsikap:

Untuk turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan sikapsikap: Cara Menjaga Keutuhan Indonesia. Pada masa penjajahan, para pahlawan membela dan menjaga keutuhan Indonesia dengan berjuang. Cara berjuangnya bemacammacam. Ada yang maju berlaga di medan pertempuran. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia dalam membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PEMETAAN, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ASPEK KELAS VII SEMESTER 1 1. Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 1.1

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn No 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual 1.1. Memahami karakteristik

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016 SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016 Mata Pelajaran Kelas Nama Guru : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan : SMK X : Nur Shollah, SH.I Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI (SK) DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran PKn 2.1.1.1 Hakekat PKn Menurut Azra dalam (Mawardi dan Sulasmono, 2011: 10), Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan

Lebih terperinci

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Satuan Pendidikan : SMK/MAK Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme

Lebih terperinci

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan Hakikat Bangsa Dan Unsur-unsur Terbentuknya

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA Di susun oleh : Nama : Adam Putra Bakti NIM : 11.02.8089 Kelompok : A P. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, MM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kepentingan politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur

PENDAHULUAN. kepentingan politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan salah satu alas untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum

Lebih terperinci

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, 2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Kelas : 7 Waktu : 12.45-14.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai :

Lebih terperinci

RPP PKn Kelas 5 Semester I Tahun 2009/2010 SDN 1 Pagerpelah 1

RPP PKn Kelas 5 Semester I Tahun 2009/2010 SDN 1 Pagerpelah 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : V/1 Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Pengetahuan. ditujukan oleh para pendiri negara. dasar negara. Ketrampilan

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Pengetahuan. ditujukan oleh para pendiri negara. dasar negara. Ketrampilan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 Materi Pokok : Nilai Semangat dan komitmen para pendiri bangsa Alokasi Waktu :

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. Akuntansi www.mercubuana.ac.id 1. PENGERTIAN. 2. PARAMETER. 3. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK. 4. SEBAGAI

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII /1

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII /1 PERANGKAT PEMBELAJARAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( ) Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Satuan Pendidikan : S/MTs. Kelas/Semester : VII /1 Nama Guru :... Sekolah :... KURIKULUM TINGKAT

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS; MENGETAHUI SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA MENJELASKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman, seperti era globalisasi

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

REKAPITULASI PROGRAM SEMESTER September' No Uraian Kegiatan Jml. Minggu

REKAPITULASI PROGRAM SEMESTER September' No Uraian Kegiatan Jml. Minggu Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Purworejo : VII (Tujuh) : I (Satu) Tahun Pelajaran : 01 / 013 1 Juli'11 Waktu Agustus'11 5 1 Menunjukan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku 1 3 September'11

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan

Lebih terperinci

NO URUT. 16. Sumber : = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

NO URUT. 16. Sumber :  = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = NO URUT. 16 Visi Partai adalah bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur Proklamasi 17 Agustus 1945, diperlukan kualitas manusia Indonesia yang patriotik, yaitu warga bangsa yang cerdas, sehat,cakap,tangguh,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Penulis

Kata Pengantar. Penulis Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaai kan buku Pendalaman Materi Pendidikan Kewarga Negaran un tuk kelas 5 SD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 Materi Pokok : Perumusan Dasar Negara Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 3 x 40 menit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu

Lebih terperinci

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN STANDAR KOMPETANSI / 2.2 Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi yang pertama 2 4

PROGRAM TAHUNAN STANDAR KOMPETANSI / 2.2 Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi yang pertama 2 4 PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMP NEGERI 21 PURWOREJO Alamat : Desa Brunorejo, Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo Kode Pos 54261 PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Pendidikan

Lebih terperinci

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) Kompetensi Utama Standar. Kompetensi Guru Standar Isi Kognitif Bloom Indikator Esensial Kompetensi Inti Komp. Guru Mapel Standar Kompetensi

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER

PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 1 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : PKn KELAS / SEMESTER : V (Lima) / 1 (satu) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara I. Hakikat Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan

Lebih terperinci

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi. Guru Mapel

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi. Guru Mapel KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JENJANG PENDIDIKAN : SMA/SMK Standar Guru Standar Isi Standar Utama Inti Guru Mapel Dasar Indikator Esensial (1) (2) (3)

Lebih terperinci

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KELAS IV SEMESTER 1 SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan ( PKN ) Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) NAMA : HARRY FITRI USMANTO NPM : 38412209 KELAS : 1ID08 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke: Pertemuan ke: Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Salah satu upaya negara membangun nasionalisme rakyatnya yakni melalui sarana pendidikan, dalam hal ini dengan memprogramkan Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR Disusun oleh : Sani Hizbul Haq 11.11.5585 Kelompok F Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. JURUSAN S1 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi : 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga yang membantu pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa bertanggung jawab dalam menangani masalah pendidikan melalui

Lebih terperinci

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional semangat persatuan dan kesatuan. Buatlah kesimpulan berkaitan dengan arti penting persatuan dan kesatuan, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika. d. Tulislah hasil pengamatan dan diskusi dalam tabel berikut

Lebih terperinci