BAB II LANDASAN TEORI. Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014 memiliki dua penelitian yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014 memiliki dua penelitian yang"

Transkripsi

1 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014 memiliki dua penelitian yang relevan. Penelitian yang telah ditulis sebelumnya yaitu Analisis Ekstenal Wacana pada Iklan Kosmetik di Televisi dan Analisis Unsur Eksternal Wacana pada Iklan Produk Home Shopping Di Lejel TV. Skripsi ini memiliki perbedaan dengan skripsi sebelumnya. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Kosmetik di Televisi oleh Elis Kristiyanti Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan unsur eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi. Data dalam penelitian tersebut berupa tuturan pada iklan kosmetik di televisi. Sumber data dalam penelitian tersebut adalah iklan kosmetik di televisi. Kajian dan hasil dalam penelitian tersebut adalah unsur ekternal wacana meliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks wacana. Penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian yang berjudul Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014 berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Elis Kristiyanti dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada 10

2 11 data dan sumber data. Penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti menggunakan data berupa tuturan pada iklan kosmetik di televisi dan sumber data berupa iklan kosmetik di televisi, sedangkan pada penelitian kali ini menggunakan data berupa wacana spanduk suporter sepak bola Liga Super Indonesia 2014 dan sumber data berupa spanduk suporter sepak bola Liga Super Indonesia Kajian dan hasil penelitian yang dilakukan penulis pun dibatasi yakni unsur eksternal wacana meliputi referensi dan inferensi. 2. Analisis Unsur Eksternal Wacana pada Iklan Produk Home Shopping di Lejel TV oleh Shinta Ana Pudjiman Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Ana Pudjiman termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan unsur eksternal wacana pada iklan produk home shopping di Lejel TV. Data yang digunakan dalam penelitian adalah tuturan iklan produk home shopping di Lejel TV. Sumber data dalam penelitian tersebut adalah iklan produk home shopping di Lejel TV. Kajian dan hasil penelitian adalah unsur eksternal wacana meliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks wacana. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian yang berjudul Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014 berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Shinta Ana Pudjiman dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada data dan sumber data. Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Ana Pudjiman menggunakan data berupa tuturan iklan produk home shopping di Lejel TV dan sumber data berupa iklan produk home shopping di Lejel TV, sedangkan pada

3 12 penelitian kali ini menggunakan data berupa wacana spanduk suporter sepak bola Liga Super Indonesia 2014 dan sumber data berupa spanduk suporter sepak bola Liga Super Indonesia Kajian dan hasil penelitian yang dilakukan penulis pun dibatasi yakni unsur eksternal wacana meliputi referensi dan inferensi. Berdasarkan dua kajian pustaka tersebut, maka penelitian dengan judul Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014, memang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dilihat kembali perbedaan yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya. B. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan atau ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan). Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, maka wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi jika dalam wacana tersebut sudah terbina yang disebut kekohesian. Kekohesian yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut (Chaer, 2007: 267). Sebuah tulisan merupakan sebuah wacana. Akan tetapi tidak hanya tulisan saja. Seperti halnya yang dinyatakan dalam kamus webster, sebuah pidato pun adalah wacana. Jadi kita akan mengenal wacana lisan maupun wacana tulis. Hal ini sejalan

4 13 dengan pendapat Tarigan (dalam Sobur, 2009: 10) yaitu istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Menurut Alwi (2007: 1265) wacana merupakan komunikasi verbal, percakapan, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, satuan bahasa terlengkap. Realisasinya tampak pada bentuk karangan atau laporan utuh, seperti spanduk, novel, buku, artikel, pidato atau khotbah. Semua dapat dikatakan wacana karena selalu berhubungan dengan sebuah perkataan dan tuturan. Wacana merupakan kesatuan bahasa paling lengkap yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain. Menurut Rani (2013: 30) wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial yang dinyatakan dalam bentuk karangan utuh. Karangan yang utuh tersebut diantaranya spanduk, novel, buku, artikel, dan sebagainya. Wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa atau penulis. Akan tetapi yang dinamakan wacana tidak hanya

5 14 tulisan saja, sebuah pidato pun adalah wacana. Jadi, semuanya dapat dikatakan wacana karena selalu berhubungan dengan sebuah perkataan dan tuturan. 2. Jenis Wacana Menurut Mulyana (2005: 47-63) wacana dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu: (a) berdasarkan bentuk, (b) berdasarkan media penyampaian, (c) berdasarkan jumlah penutur, (d) berdasarkan sifat, (e) berdasarkan isi, dan (f) berdasarkan gaya dan tujuan. Pada dasarnya, klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai, dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan, perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan, dan teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru. Dalam penelitian ini klasifikasi wacana dibatasi menjadi dua jenis menurut dasar pengklasifikasiannya, yaitu media penyampaian dan tujuannya. a. Berdasarkan Media Penyampaian Dalam media penyampaiannya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis yaitu jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Wacana lisan yaitu jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai wacana tulis dan wacana lisan. 1) Wacana Tulis Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan karena tulisan merupakan media yang sangat efektif dan efisiensi untuk

6 15 menyampaikan gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. 2) Wacana Lisan Wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran. Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa pertama kali lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Wacana lisan memiliki beberapa kelebihan yaitu, bersifat alami dan langsung. b. Berdasarkan Tujuannya Wacana dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi, 2013: 20-33). Wacana narasi mengisahkan suatu kejadian bedasarkan urutan waktu. Wacan deskripsi menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman. Wacana eksposisi menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Wacana persuasi membujuk pembaca agar mau berbuat sesuai dengan keinginan penulisnya. Wacana argumentasi meyakinkan pembaca agar mau mengubah pandangan kemudian mengikuti pandangan penulis. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai kelima wacana berdasarkan tujuannya tersebut. 1) Wacana Narasi Wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Wacana narasi terdiri atas narasi

7 16 kejadian dan narasi runtut cerita. Wacana narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan wacana narasi runtut cerita adalah pola pengembangan yang menceritakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan dalam menciptakan sesuatu. Berdasarkan jenis cerita, naratif dibagi menjadi dua macam yaitu narasi yang mengisahkan peristiwa yang benar-benar terjadi atau cerita non fiksi. Serta narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. 2) Wacana Deskripsi Wacana deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman semua pancaindra dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Objek yang dikembangkan dalam wacana deskripsi berhubungan dengan ruang dan waktu. Wacana deskripsi dapat dikembangkan dengan pola pengembangan pengamatan, pola pengembangan fokus, pola tidak bergerak/statis, dan pola bergerak. 3) Wacana Eksposisi Eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Wacana eksposisi ini bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber karangan ini dapat diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, atau pengalaman. Paragraf eksposisi lebih mengarah pada tingkat kecerdasan atau akal. Untuk memperjelas paparan, karangan atau paragraf eksposisi disertai data serperti grafik, gambar, data statistik, contoh, denah, diagram, dan peta.

8 17 4) Wacana Persuasi Persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuan dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta. Langkah-langkah yang dapat ditempuh ketika akan menulis paragraf persuasi adalah menentukan topik dan tujuan yaitu tujuan penulis dapat dikemukakan secara langsung. Membuat kerangka karangan yaitu kerangka tulisan perlu mendapat perhatian dalam rumusannya. Selanjutnya yaitu mengumpulkan bahan, menarik kesimpulan, dan penutup. 5) Wacana Argumentasi Wacana argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar pembaca mau mengubah pandangan dan keyakinannya kemudian mengikuti pandangan dan keyakinan penulis. Keberhasilan sebuah wacana argumentasi ditentukan oleh adanya pernyataan/pendapat penulis, keseluruhan data, fakta, atau alasan-alasan yang secara langsung dapat mendukung pendapat penulis. Keberadaan data, fakta, dan alasan sangat mutlak dalam karangan argumentasi. 3. Unsur-Unsur Wacana Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaannya, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Kedua unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang

9 18 utuh dan lengkap. Unsur-unsur eksternal wacana terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks wacana. Analisis dan pemahaman terhadap unsurunsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana (Mulyana, 2005:11). Unsur eksternal wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana. Namun, tidak nampak secara eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Sesuai judul penelitian, penulis membatasi unsur-unsur wacana tersebut hanya unsur eksternal wacana. Sebab yang akan penulis analisis yaitu mengenai unsur eksternal wacananya. Namun, dalam penelitian ini tidak menggunakan semua unsur eksternal. Dikarenakan hanya ada dua unsur eksternal yang dapat digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh peneliti. Unsur eksternal yang digunakan dalam penelitian ini meliputi unsur referensi dan inferensi. a. Implikatur Menurut Lubis (1993:67) implikatur merupakan arti atau aspek arti pragmatik. Dengan demikian hanya sebagian saja dari arti literal (harfiah) itu yang turut mendukung arti sebenarnya dari sebuah kalimat, selebihnya berasal dari fakta-fakta disekeliling kita (atau dunia ini) situasinya, kondisinya. Sedangkan implikatur menurut Grice (dalam Mulyana, 2005:11) merupakan ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang berbeda tersebut adalah maksud pembicara yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi. Dalam lingkup analisis wacana, implikatur berarti sesuatu yang terlibat atau menjadi bahan pembicaraan. Secara struktural, implikatur berfungsi sebagai jembatan/rantai yang menghubungkan antara yang diucapkan dengan yang diimplikasikan.

10 19 Implikatur dapat dibedakan menjadi dua yaitu implikatur konvensional dan implikatur percakapan Grice (dalam Mulyana, 2005:12). Implikatur konvensional adalah pengertian yang bersifat umum dan konvensional. Implikatur percakapan yaitu memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi. Pemahaman terhadap hal yang dimaksud sangat bergantung kepada konteks terjadinya percakapan. 1) Implikatur Konvensional Implikatur konvensional yaitu pengertian yang bersifat umum dan konvensional. Semua orang umunya sudah mengetahui tentang maksud dan pengertian sesuatu hal tertentu. Implikatur konvensional ini bersifat non temporer. Artinya, makna atau pengertian tentang sesuatu bersifat lebih tahan lama. Suatu leksem, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya yang tahan lama dan sudah diketahui secara umum. 2) Implikatur Percakapan Implikatur percakapn memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi, karena pemahaman terhadap hal yang dimaksudkan sangat bergantung pada konteks terjadinya percakapan. Oleh karena itu implikatur tersebut bersifat temporer (terjadi saat berlangsungnya tindak percakapan). Non konvensioanl atau sesuatu yang diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan. Dalam suatu dialog sering terjadi seorang penutur tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang hendak diucapkan justru disembunyikan, diucapkan secara tidak langsung, atau yang diucapkan sama sekali berbeda dengan maksud ucapannya (Levinson, dalam Mulyana, 2005: 13).

11 20 b. Presuposisi Menurut Nababan dalam (Mulyana, 2005: 14) istilah presuposisi adalah tuturan dari bahasa Inggris presupposition yang berarti perkiraan, prasangkaan. Praanggapan merupakan anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks menjadi bermakna bagi pendengar atau pembaca. Praanggapan membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa (kalimat) untuk mengungkapkan makna atau pesan yang ingin dimaksudkan. Jadi, semua pernyataan atau ungkapan kalimat, baik yang bersifat positif maupun negatif, tetap mengandung ungkapan dasar. Anggapan dasar tersebut sebagai isi dan substansi dari kalimat tersebut. c. Referensi Secara tradisional referensi berarti hubungan antara kata dengan benda (orang, tumbuhan, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Referensi merupakan perilaku penulis/pembicara. Jadi, yang menentukan referensi suatu tuturan adalah pihak penulis sendiri, sebab hanya pihak penulis yang paling mengetahui hal yang diujarkan dengan hal yang dirujuk oleh pengujarnya. Pendengar atau pembaca hanya dapat menerka hal yang dimaksud oleh pembicara dalam ujarannya itu. Terkaan itu bersifat relatif, bisa benar, bisa pula salah (Lubis, 1993: 29). Lubis (dalam Mulyana, 2005:18) membagi referensi menjadi dua yaitu referensi menurut jenisnya dan referensi menurut bentuknya. Referensi menurut jenisnya dapat dipilah menjadi tiga jenis, yaitu: (1) referensi personal, (2) referensi demonstratif, dan (3) referensi komparatif. Sedangkan berdasarkan bentuknya dapat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu: (1) referensi dengan nama, (2) referensi dengan kata ganti, dan (3) referensi dengan pelesapan.

12 21 Menurut Halliday (dalam Mulyana, 2005:16-17) referensi dilihat dari acuannya dapat dibagi menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut yaitu referensi eksofora dan referensi endofora. Referensi eksofora adalah interpretasi terhadap kata yang terletak di luar teks. Referensi endofora adalah interpretasi terletak di dalam teks itu sendiri. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai referensi eksofora dan referensi endofora. 1) Referensi Eksofora Referensi eksofora adalah interpretasi terhadap kata yang terletak di luar teks yaitu pada konteks situasi. Referensi ini membawa kita ke luar teks, misalnya, tampak pada kalimat di bawah ini. (4) Kami ada untuk Barito Putra. Pada wacana (4), terlihat bahwa pembaca atau pendengar tidak akan tahu yang dimaksud kami dalam wacana tersebut. Kata kami menunjukkan sesuatu yaitu kelompok suporter Barito Putra. Pembaca atau pendengar akan tahu maksudnya jika kita mengetahui konteks saat penutur mengucapkannya atau menunjukkannya. Jadi, referensi eksofora itu mengaitkan langsung antara teks dengan sesuatu yang ditunjuk di luar teks. Referensi eksofora merupakan penunjukan atau interpretasi terhadap kata yang relasinya terletak dan tergantung pada konteks situasional. Bila interpretasi itu terletak di dalam teks itu sendiri, maka relasi penunjuk itu dinamakan referensi endofora. 2) Referensi Endofora Referensi endofora adalah interpretasi terletak di dalam teks itu sendiri. Referensi ini merupakan referensi intratekstual yang mengacu kepada sesuatu yang

13 22 teridentifikasi di dalam teks di sekelilingnya. Referensi endoforik termasuk kategori umum untuk menamakan pengacuan ke dalam teks, entah secara anaforik ataupun kataforik (Budiman, 1999: 32). Hubungan endofora ini dibagi atas dua bagian, yaitu referensi endofora anafora dan referensi endofora katafora. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat paparan berikut ini. a) Referensi endofora anafora yaitu hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya dalam teks. Hubungan ini menunjuk pada sesuatu yang telah disebut sebelumnya. Sebagai contoh referensi endafora anafora sebagai berikut: (5) Muhamad Ridwan adalah pemain sepak bola. Dia bermain di Persib Bandung Pada wacana (5), kata dia pada kalimat kedua mengacu pada Muhamad Ridwan, yaitu nama yang disebutkan sebelumnya pada kalimat pertama. Pada pengacuan masih merujuk pada sesuatu atau seseorang yang berada dalam teks, jadi tidak perlu dicari nama Muhamad Ridwan yang mana. b) Referensi endofora katafora yaitu bagian yang ditunjuk mengacu pada sesuatu yang akan disebut sesudahnya. Contoh kalimat referensi endofora katafora sebagai berikut: (6) Turunkan CEO Persegres. Bang Anton Pada wacana (6), kata CEO pada kalimat pertama mengacu pada kata yang disebut sesudahnya, yaitu Bang Anton. Penunjuk ini sekaligus menjadi jawabannya. Pada pengacuan masih merujuk pada sesuatu atau seseorang yang berada dalam teks, jadi tidak perlu dicari siapa yang menjadi CEO tim Persegres. Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa referensi merupakan penjelasan kata yang terdapat pada wacana dengan benda (orang,

14 23 kelompok suporter, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis referensi menurut Halliday yaitu referensi eksofora dan referensi endofora. Peneliti membatasi penelitian ini dengan menggunakan referensi eksofora dan referensi endofora, karena peneliti hanya menganalisis tentang interpretasi di luar wacana dan interpretasi di dalam wacana. d. Inferensi Menurut Hasan (dalam Mulyana, 2005: 19) inferensi atau inference secara leksikal berarti kesimpulan. Inferensi adalah proses yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis (Alwi, 2003: 441). Dalam bidang wacana, istilah inferensi sebagai proses yang harus dilakukan. Pembaca dapat mengambil pengertian, pemahaman atau penafsiran suatu makna tertentu. Dengan kata lain, pembaca harus bisa membuat kesimpulan sendiri meskipun makna tidak terungkap secara eksplisit. Contoh inferensi yaitu sebagai berikut. Ada seorang anak yang hendak meminta uang untuk membeli tiket pertandingan Persib kepada ibunya. Dalam usahanya itu, mungkin sekali si anak akan menyatakan wacana berikut: (7) Bu, besok Persib main di Jalak Harupat. Pertandingan dimulai sore hari. Tapi harga tiket masuk lumayan mahal. Pada wacana (7), terlihat bahwa pernyataan seorang anak pada wacana di atas jelas tidak menyangkut masalah permintaannya untuk diperbolehkan menonton pertandingan atau untuk meminta uang membeli tiket menonton pertandingan Persib. Dari pernyataan tersebut, si ibu harus mengambil inferensi apa yang dimaksud anak itu. Pengambilan inferensi pada umumnya memakan waktu yang lebih lama dari pada

15 24 penafsiran secara langsung, tanpa memerlukan inferensi. Hal itu merupakan bukti bahwa ada sesuatu yang tidak disampaikan kepada pembaca atau pendengar. Bukti tersebut dapat dilihat dari wacana pada contoh inferensi tersebut. Menurut Mulyana (2005:20-21) untuk memahami atau menafsirkan wacana yang mengandung inferensi dapat diterapkan dua prinsip, yaitu prinsip analogi dan prinsip penafsiran lokal. Prinsip analogi merupakan penafsiran tentang makna yang terkandung didalam wacana yang didasarkan pada akal atau pengetahuan dan pengalaman. Contoh prinsip analogi: (8) Awas tegangan tinggi! Pada wacana (8), jelas merupakan suatu peringatan penting kepada siapa pun agar tidak menyentuh gardu listrik terebut. Jika dilakukan resikonya dapat mati karena tersengat aliran listrik bertegangan tinggi. Pengetahuan bahwa gardu itu bertegangan tinggi diperoleh dari pengalaman dunia. Tulisan tersebut tentunya tidak ditulis di sembarang tempat. Prinsip penafsiran lokal merupakan anjuran kepada pembaca untuk memahami wacana berdasarkan konteks lokal yang melingkupi wacana. Pembaca tidak perlu mencari konteks yang lebih luas dari yang diperlukan. Konteks yang dimaksud adalah wilayah, area atau lokal (setting). Contoh prinip penafsiran lokal: (9) Jangan nyalakan kembang api saat pertandingan! Pada wacana (9), jelas merupakan peringatan bagi penonton yang berada di stadion. Wacana tersebut khusus bagi penonton sepak bola dan di tulis di lapangan. Wacana itu ditulis dengan tujuan penonton tidak menyalakan kembang api di sekitar stadion karena menggangu penglihatan penonton lain dalam menikmati pertandingan sepak bola.

16 25 Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa inferensi merupakan hasil menyimpulkan wacana yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna ungkapan pada wacana yang dilakukan oleh penulis berdasarkan konteks yang melingkupi wacana. Jadi, inferensi merupakan kesimpulan berdasarkan ungkapan dan konteks. 1) Ungkapan Ungkapan adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan (Poerwadarminta, 2007:1341). Ungkapan dapat berupa perkataan, perbuatan, tulisan dan ekspresi wajah. Ungkapan dalam bidang wacana berarti mengemukakan, menyatakan dan memaparkan sesuatu yang tadinya menjadi rahasia atau tidak banyak diketahui oleh umum sehingga semua orang dapat mengetahui apa maksud dari ungkapan tersebut. Dari penjelasan di atas, ungkapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menceritakan atau memaparkan sesuatu yang dituangkan dalam bentuk wacana spanduk yang dilakukan oleh suporter. Ungkapan dalam spanduk suporter merupakan wacana yang maksud dari wacananya hanya diketahui oleh suporter atau pembuatnya dan tidak banyak diketahui oleh umum. Contoh ungkapan: (10) Kami datang karena panggilan jiwa Arema. Pada wacana (10), jelas merupakan suatu ungkapan seluruh suporter yang menyatakan bahwa datang ke stadion untuk mendukung tim kebanggaan karena panggilan jiwa. Suporter datang mendukung tim kebanggaan bukan karena paksaan, tetapi karena ikhlas mendukung demi penyemangat.

17 26 2) Konteks Menurut Mulyana (2005:21-22) konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu komunikasi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan langsung/tidak langsung, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatar belakangi peristiwa tuturan itu. Salah satu unsur konteks yang cukup penting yaitu waktu dan tempat. Imam Syafi ie (dalam Mulyana, 2005:24) konteks terjadinya percakapan langsung/tidak langsung dapat dipilah menjadi empat macam, yaitu; (a) konteks linguistik (linguistic context), yaitu kalimat-kalimat dalam percakapan, (b) konteks epistemis (epistemic context), adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh partisipan, (c) konteks fisik (physical context), meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan, (d) konteks sosial (social context), yaitu relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam percakapan. Halliday & Hasan (1994:62-63) membagi konteks menjadi konteks situasi dan konteks budaya. a) Konteks Situasi Konteks situasi adalah lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar berfungsi. Atau dengan kata lain, kontek situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Dell Hymes (dalam Mulyana, 2005:23-24) merumuskan dengan baik sekali ihwal faktor-faktor penentu dalam konteks situasi, melalui akronim SPEAKING. Tiap-tiap fonem mewakili faktor penentu yang dimaksudkan.

18 27 S : Setting and scene, yaitu latar dan suasana. Latar (setting) lebih bersifat fisik, yang meliputi tempat dan waktu terjadinya tuturan. Sementara scene adalah latar psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa tuturan. P : Participants, peserta tuturan, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, baik langsung maupun tidak langsung. Hal-hal yang berkaitan dengan partisipan, seperti usia, pendidikan, latar sosial, dsb, juga menjadi perhatian. E : Ends, hasil, yaitu hasil atau tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur (ends as outcomes), dan tujuan akhir pembicaraan itu sendiri (ends in view goals). A : Act sequence, pesan/amanat, terdiri dari bentuk pesan (message form) dan isi pesan (message content). K : Key, meliputi cara, nada, sikap, atau semangat dalam percakapan. Semangat percakapan, misalnya: serius, santai, akrab, dan sebagainya. I : Instrumentalities atau sarana, yaitu sarana percakapan. Maksudnya dengan media apa percakapan tersebut disampaikan. Misalnya: dengan cara lisan, tertulis, surat, radio, dan sebagainya. N : Norms, atau norma, menunjuk pada norma atau aturan yang membatasi percakapan. Misalnya, apa yang boleh dibicarakan dan tidak, bagaimana cara membicarakannya: halus, kasar, terbuka, jorok, dan sebagainya. G : Genres atau jenis, yaitu jenis atau bentuk wacana. Hal ini langsung menunjuk pada jenis wacana yang disampaikan. Misalnya: wacana telepon, wacana koran, wacana puisi, wacana ceramah, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konteks situasi merupakan lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar berfungsi yang dijelaskan dalam akronim speaking. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan langsung/tidak langsung, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatar belakangi peristiwa tuturan itu. b) Konteks Budaya Konteks kultural merupakan keseluruhan latar belakang sistem kultural (budaya, sosial, dan artefak) sebagai pengetahuan bersama, pra-anggapan bersama, atau pengetahuan ensiklopedi partisipan suatu teks/wacana. Contoh kalimat yang mengandung konteks budaya sebagai berikut: (11) Yang menggunakan tiket hallo bukan jiwa aremania. Alias bonek

19 28 Pada wacana (11), kata bonek merupakan nama suporter Persebaya Surabaya. Bonek yang dimaksud dalam kalimat tersebut memiliki arti bondho nekat. Secara pemikiran dan pengetahuan masyarakat, bonek merupakan suporter yang memiliki kenekatan dalam mendukung tim kebanggannya. Walaupun biaya pas-pasan mereka berani mendukung hingga keluar daerah Surabaya. Tindakan bondho nekat tersebut, merupakan kebudayaan suporter bonek yang selalu diingat oleh masyarakat. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konteks merupakan situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi baik langsung maupun tidak langsung yang didasarkan pada konteks situasi dan konteks budaya. Seperti yang telah disebutkan oleh Halliday & Hasan, peneliti menggunakan pendapat tersebut sebagai kajian dalam penelitian ini. Halliday & Hasan membagi konteks menjadi konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi merupakan lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar berfungsi yang dijelaskan dalam akronim speaking, sedangkan konteks budaya merupakan seluruh latar belakang sistem kultural (budaya, sosial dan artefak) sebagai pengetahuan bersama atau pra-anggapan bersama. C. Spanduk Suporter Sepak Bola Spanduk adalah suatu kain yang direntangkan berisi semboyan misalnya pernyataan sikap, propaganda, slogan, atau berita (Poerwadarminta, 2007:1142). Spanduk biasanya dibentangkan di tempat umum yang banyak keramaian misalnya di tepi jalan, di gedung, di lapangan atau yang dibawa pada saat demonstasi, pawai dan lain sebagainya. Spanduk suporter merupakan kain rentang yang berisi tentang dukungan, penyemangat, protes, kekecewaan, kerinduan, harapan, himbauan, ucapan terima kasih, dan menciptakan persaudaraan. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati,

20 29 gembira, sedih, takut, prihatin marah, dan benci terhadap sepak bola dapat disampaikan lewat tulisan. Sekarang ini banyak suporter mengungkapkan dukungan maupun kekecewaan kepada tim sepak bola yang didukung, pengelola tim sepak bola maupun pemerintah. Suporter melakukan aksinya menggunakan spanduk yang berisi tulisan-tulisan tentang apa yang sedang terjadi dalam dunia sepak bola. Aksi suporter yang membentangkan spanduk di dalam stadion dengan harapan aspirasinya dilihat dan ditanggapi dengan baik. D. Liga Super Indonesia 2014 Sepak bola Indonesia dibagi menjadi 3 kasta yaitu Indonesia Super League, Divisi Utama dan Liga Nusantara. Indonesia Super League atau yang biasa dikenal dengan singkatan ISL merupakan kasta sepak bola tertinggi di Indonesia. Indonesia Super League (yang biasa dikenal dalam istilah bahasa inggris) merupakan Liga Super Indonesia (yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia). Liga Super Indonesia merupakan pertarungan klub profesional level tertinggi di Indonesia yang dimulai sejak tahun 2008 sampai Pemain-pemain yang bertarung di liga tertinggi merupakan pemain nomor wahid yang ada di Indonesia dan tidak banyak juga yang berani mengontrak pemain mahal dari luar negara. Liga Super Indonesia 2014 dimulai pada bulan Februari dan berakhir bulan November. Di tahun 2014 Liga Super Indonesia dihuni oleh 22 tim yaitu (1) Arema Malang, (2) Barito Putra, (3) Gresik United, (4) Mitra Kukar, (5) Pelita Bandung Raya, (6) Persebaya Surabaya, (7) Persela Lamongan, (8) Persepam Madura United, (9) Perseru Serui, (10) Persib Bandung, (11) Persiba Balikpapan, (12) Persiba Bantul, (13) Persija Jakarta, (14) Persijap Jepara, (15) Persik Kediri, (16) Persipura Jaya Pura, (17) Persiram Raja Ampat, (18) Persisam

21 30 Samarinda, (19) Persita Tangerang, (20) PSM Makasar, (21) Semen Padang dan (22) Sriwijaya FC. Dari seluruh tim peserta Liga Super Indonesia memiliki kelompok suporter fanatik yang berbeda-beda. Kelompok suporter fanatik yang ada di Liga Super Indonesia diantaranya Bobotoh Viking (Persib Bandung), The Jak (Persija Jakarta), Bonek (Persebaya Surabaya) dan lain sebagainya. Setiap kelompok suporter juga memiliki cara yang berbeda dalam mendukung timnya masing-masing. Perbedaan supoter tersebut terlihat jelas dari pakaian yang digunakan meliputi warna, tulisan dan gambar logo tim kesebelasan. Selain dari pakaian bentuk dukungan juga terlihat dari yel-yel atau nyanyian yang dinyanyikan di dalam stadion ketika tim kesebelasan sedang bertanding. Bentuk penyemangat yang terlihat juga bisa berupa tulisan-tulisan pada sanduk yang terbentang di dalam stadion.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Semester :Genap/ VI Jumlah Peserta : Nama Dosen Penguji : 1. Dr. Suhardi 2. Yayuk Eny. R., M. Hum Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2006 Waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kebutuhan Bayi dan Anak di Televisi Periode Maret 2016 memiliki relevansi dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Kebutuhan Bayi dan Anak di Televisi Periode Maret 2016 memiliki relevansi dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Referensi dan Inferensi pada Wacana Slogan Iklan Kebutuhan Bayi dan Anak di Televisi Periode Maret 2016 memiliki relevansi dengan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana oleh Untung Yuwono (Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia; e-mail: untung.yuwono@ui.edu) Disampaikan dalam Pelatihan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari kalimat yang disebut wacana. Wacana merupakan satuan bahasa

Lebih terperinci

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia tidak dapat lepas dari bahasa, tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan yang lainnya. Hal itu di sebabkan manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa merupakan dasar pengetahuan bagi manusia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Tarigan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi dan komunikasi. Alat komunikasi manusia yakni bahasa bersifat manusiawi, dalam arti hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

3. KOMPETENSI DASAR Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi unsur-unsur internal dan eksternal pembentuk wacana.

3. KOMPETENSI DASAR Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi unsur-unsur internal dan eksternal pembentuk wacana. BAB II UNSUR-UNSUR PEMBENTUK WACANA A. PENDAHULUAN 1. DESKRIPSI Pada bab ini akan dibahasa tentang unsur-unsur pembentuk wacana. Sebagai satuan bahasa terlengkap, wacana tersusun dari untaian kalimat-kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan pedagang. Pasar juga tempat untuk bertransaksi, sedangkan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan

Lebih terperinci

AMIN MUHTADI A

AMIN MUHTADI A REFERENSI DAN IMPLIKATUR DALAM KOLOM SMS PEMBACA LIPUTAN KHUSUS THOMAS UBER PADA HARIAN TEMPO BULAN MEI 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan penuturnya. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi manusia. Manusia selalu menggunakan bahasa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Implikatur dalam Wacana Komik pada Majalah Donal Bebek karya Tri Astuti (2012), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bahasa yaitu sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bahasa yaitu sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa yaitu sebagai sarana komunikasi. Sarana komunikasi secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi lisan maupun tulisan, wacana mengacu kepada sebuah teks yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang logis. Wacana

Lebih terperinci

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer di seluruh dunia dimana hampir setiap daerah terdapat lapangan sepak bola dan tidak hanya orang dewasa saja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK 0 KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF BERBAGAI JENIS WACANA DALAM NASKAH SOAL UJIAN NASIONAL OLEH SISWA KELAS IX SMP SWASTA BANDUNG SUMATERA UTARA TAHUN PEMBELAJARAN2017/2018 Bunga Lestari (bungalestariyy@gmail.com)

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan digunakan untuk menarik perhatian masyarakat. Iklan merupakan suatu kegiatan komunikasi.

Lebih terperinci