ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID"

Transkripsi

1 ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID SKRIPSI Oleh WINDA SYAFITRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

2

3 SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Yang bertandatangan di bawah ini Nama : Winda Syafitri NIM : Jurusan : Pendidikan IPA Angkatan Tahun : 2005 Alamat : Jl. legal Parang Utara IV No.21 RT.008/04 Kec. Mampang Prapatan. Jakarta Selatan MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Sistem Koloid adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: 1. Nama : Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP Dosen : Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia 2. Nama : Tonih Feronika, M.Pd NIP Dosen : Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 9 Maret 2011 Yang Menyatakan Winda Syafitri i

4 LEMBAR PENGESAHAN ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID SKRIPSI Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Winda Syafitri Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd NIP Tonih Feronika, M.Pd NIP ii

5 ABSTRAK Winda Syafitri, Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Sistem Koloid, skripsi jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam program studi kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa dapat berkembang melalui pendekatan pembelajaran inkuiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan proses sains apa saja yang muncul melalui pembelajaran inkuiri dan mengetahui seberapa besar keterampilan proses sains siswa dapat berkembang. Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 3 Jakarta pada kelas XI jurusan IPA. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA PGRI 3 Jakarta kelas XI jurusan IPA yang berjumlah 21 orang. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan, dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelapan aspek keterampilan proses sains siswa muncul pada pembelajaran inkuiri dengan persentase yang bervariasi dengan kategori muncul sesuai dan muncul tidak sesuai. Aspek yang muncul sesuai yaitu aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi, aspek prediksi, dan aspek komunikasi, sedangkan aspek bertanya, aspek hipotesis, dan aspek interpretasi muncul tidak sesuai. Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Inkuiri. iii

6 KATA PENGANTAR Al-hamdulillahirabbil alamin, ucapan syukur hanya pantas diberikan kapada Allah, Rabb semesta alam, penggengam alam dan seisinya. Yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan keikhlasan kepada kita semua sehingga pada kesempatan kali ini dari sekian banyak kesempatan yang sudah diberikan-nya. Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada al-qudwah kita Rasululah SAW. Keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap istiqamah dalam memperjuangkan agama-nya dan menghidupkan Sunnah-sunnahnya. Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan dialami, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data) maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan maksimal Insya Allah. Tanpa mengurangi penghargaan dan terimakasih, secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini, yaitu : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. iv

7 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dedi Irwandi M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia sekaligus Penasehat Akademis atas pengarahan dan bimbingan yang telah diberikan. 5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang dengan keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis hingga akhir penulisan. 6. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, memberi motivasi dan pengarahan serta dengan keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis hingga akhir penulisan. 7. Bapak Drs. H. Achmad Sjamsuri, MM, selaku Kepala Sekolah Sekolah Menengah Atas PGRI 3 Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Ayahanda (Rachmat Alwi) dan Ibunda (Netty Herawaty), serta kakakkakak tercinta (Firmansyah dan Firdaus) atas tetesan-tetesan keringat, airmata dalam mendidik, merawat, memberikan doa, dukungan baik moril maupun materil serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Sahabat- Sahabat tercinta, seperjuangan di atmosfer penuh Cinta Ilahi, Nilma Purnama, Nur Subechan, Khusnul Khotimah, Agustiana, Agustiani, Rizki Fauziah, Fatimah Azzahra, dan Gita Nurhasanah. Jazakumullah khairan katsir atas support dan do anya. Serta kesabaran dan keikhlasannya dalam berjuang bersama. Semoga Allah kekalkan ukhuwah ini dan pertemukan kita di Jannah-Nya nanti. 10. Teman-teman seperjuangan di KARIMA, adik-adik Rohis SMAN 55 dan komda FITK, LDK Syahid, teman-teman SOLID 2005, teman-teman jurusan IPA program studi kimia, dan semua pihak yang tak bisa disebutkan satu per satu, tak bersua bukan berarti tidak ada motivasi dan kalian membuktikan itu. Jazakumullah bi akhsanul Jaza. v

8 Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis berserah atas segala sesuatu. Semoga semua kebaikan yang sudah dilakukan menjadi ladang dan tabungan di yaumil akhir nanti, dan dibalas oleh Allah dengan balasan sebaikbaiknya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin yaa Rabbal alamin. Jakarta, 17 Februari 2011 Penulis vi

9 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 6 D. Perumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 7 BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Hakikat Pendekatan Inkuiri... 8 B. Kemampuan Psikomotor C. Hakikat Keterampilan Proses Sains D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri E. Hakikat Ilmu Kimia BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Subjek Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Pemeriksaan dan Keterpercayaan Studi vii

10 G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa Tabel 3.2 Format Wawancara Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aspek Keterampilan Proses Sains Tabel 4.2 Respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri ix

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Diagram Batang Kemunculan Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa Secara Keseluruhan x

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data a. Format Lembar Observasi b. Kisi-kisi Pengamatan Lembar Observasi c. Format Wawancara Lampiran 3. Pengolahan Data a. Hasil Perhitungan Lembar Observasi Secara Keseluruhan b. Data Hasil Wawancara Tiap Kelompok Lampiran 4. Lembar Uji Referensi 112 Lampiran 5. a. Surat Permohonan Izin Penelitian 118 b. Surat Bimbingan Skripsi 119 c. Surat Keterangan Penelitian 120 xi

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap ilmu pengetahuan memiliki karakteristik spesifik yang membedakan ilmu tersebut dengan ilmu lainnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang pokok ilmu pengetahuan yang didalamnya terdapat berbagai cabang keilmuan, antara lain ilmu fisika, ilmu biologi, dan ilmu kimia. Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa di SMA/MA adalah kimia, Michael Purba menjelaskan bahwa Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rakayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. 1 Bidang studi kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan, karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini dapat terjadi salah satunya adalah dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru lebih banyak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihafal siswa, sehingga tidak membentuk konsepsi yang benar. Pembelajaran seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton, dan membosankan. Dengan demikian perlu adanya peran guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan siswa. 1 Michael Purba. Kimia SMU Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 3. 1

15 2 Proses belajar merupakan hasil yang kompleks. Belajar terkait dengan apa yang harus dikerjakan oleh siswa tersebut. Guru hanya berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah, sedangkan yang menggerakkan proses tersebut harus datang dari siswa. Dengan demikian, seorang pendidik perlu menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam mengamati, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, menggunakan alat/bahan, dan mengajukan pertanyaan. Kenyataan yang terjadi di lapangan, pembelajaran cenderung hanya mengembangkan beberapa keterampilan saja, misalnya keterampilan berkomunikasi dan observasi. Keterampilan komunikasi kegiatan yang dilakukan misalnya dengan diskusi kelompok, siswa melakukan kegiatan diskusi dan tanya jawab. Sedangkan keterampilan observasi kegiatan yang biasa dilakukan misalnya melalui kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum siswa melakukan kegiatan diantaranya merancang dan menggunakan alat, serta mencatat hasil pengamatan. Dari aspek keterampilan komunikasi dan observasi tersebut sebenarnya tidak hanya sebatas itu, tetapi masih banyak keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya keterampilan menyampaikan ide atau gagasan, keterampilan mengamati, menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan, menganalisis data, menyajikan pemahaman baru, dan masih banyak lagi keterampilan-keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Menurut Zulfiani dkk, pendekatan proses adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampian proses. 2 Pendekatan proses dikenal juga dengan keterampilan 2 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet. I, h. 93

16 3 proses, dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian keterampilan proses menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Jadi keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Pada dasarnya siswa memiliki keterampilan dalam belajar, misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, investigasi (merencanakan percobaan), observasi (pengamatan), klasifikasi (mengelompokkan), prediksi (meramalkan), interpretasi (menafsirkan pengamatan), dan komunikasi. Namun keterampilan-keterampilan tersebut terkadang tidak muncul, maka diperlukan adanya pendekatan dalam pembelajaran yang mampu memunculkan keterampilan proses sains siswa tersebut. Pendekatan pembelajaran yang mengarahkan pada terciptanya suasana kegiatan di atas salah satunya adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk menjadi kritis, analisisargumentatif dalam mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan yang ada dalam alam, melalui pengalaman-pengalaman dan sumber lainnya. Tidak hanya meteri yang disampaikan guru di kelas. Kemampuan inkuiri selalu dikaitkan dengan kegiatan penyelidikan atau eksperimen. Dalam proses belajar tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah dan membaca buku. Siswa seharusnya mampu mengkonstruksi pemahamannya serta terlibat aktif dalam pembelajaran mulai dari merumuskan masalah, berhipotesis, merancang atau menganalisis eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, hingga membuat kesimpulan. Siswa membutuhkan kesempatan untuk dapat berfikir dari ide yang bersifat konkret menuju ide yang bersifat abstrak. Siswa perlu memikirkan kembali hipotesisnya, mengadaptasi dan menguji coba pemahaman dan maupun menyelesaikan masalah.

17 4 Salah satu prinsip utama inkuri, yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri ini digunakan sebagai pendekatan pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam investigasi yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa. 3 Melalui pendekatan inkuiri inilah siswa akan terdorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sesuai, ditambah lagi dengan dorongan yang diberikan guru, agar setiap siswa memiliki pengalaman dalam melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Dengan begitu, keinginan siswa untuk mengetahui, akan menambah motivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawaban atau solusi dari masalahnya. Pendekatan inkuiri juga mengajarkan kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah secara mandiri, sehingga dalam diri mereka akan muncul kemampuan berpikir yang kritis, karena selama proses pembelajaran berlangsung, guru terus menerus mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada siswa yang dapat membangkitkan pemikiran siswa secara ilmiah, dengan demikian pikiran siswa akan termotivasi untuk selalu berpikir. Dalam pendekatan inkuiri setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru menuntut siswa untuk aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan dari masalah yang dihadapinya, dan dari masalah tersebut mereka dituntut untuk mencari sumber sendiri belajar mengemukakan pendapat sendiri, serta merumuskan kesimpulan sendiri, yang nantinya dengan kesimpulan mereka tersebut, mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah, serta mempertahankan pendapatnya masing-masing. Jika hal tersebut sudah benarbenar dapat dijalankan oleh seorang siswa, maka tentunya pengalamanpengalaman yang sudah didapat oleh siswa akan mudah untuk diingat dalam kehidupannya, dan akan selalu tersimpan dalam memori pikirannya, dengan demikian keterampilan-keterampilan proses sains siswa akan muncul dengan baik. 3 Ibid., h. 121

18 5 Pada penelitian ini penulis memilih pelajaran kimia pada pokok bahasan sistem koloid, dimana pokok bahasan ini dianggap sesuai bila diajarkan melalui pendekatan inkuiri, karena pada pokok bahasan ini aktivitas pembelajarannya dapat dilakukan dengan praktikum dan diskusi. Karena dalam pembelajaran inkuiri ada aktifitas merancang dan menganalisis eksperimen. Dalam kegiatan praktikum, siswa melakukan aktifitas seperti merancang percobaan, merangkai dan menggunakan alat, menganalisis data, dan prediksi. Sedangkan dalam kegiatan diskusi siswa melakukan aktifitas bertanya, menyampaikan ide atau gagasan, menjawab atau menanggapi pertanyaan, yang secara keseluruhan aktifitas yang dilakukan siswa tersebut merupakan keterampilan proses yang muncul melalui pendekatan inkuiri. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri pada Konsep Sistem Koloid. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pembelajaran kimia tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman sendiri. 2. Pembelajaran kimia belum melatih siswa mengembangkan keterampilan proses. 3. Pembelajaran kimia lebih banyak menggunakan konsep-konsep materi sebatas transfer informasi dan pemberian contoh-contoh. C. Pembatasan Masalah Agar masalah ini dapat dibahas dan tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan skripsi ini sebagai berikut:

19 6 1. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan inkuiri menurut Erna Suwangsih dengan tahapan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan menganalisis eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan. 2. Keterampilan proses yang dikembangkan adalah keterampilan mengamati (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian (eksperimen), menggunakan alat/bahan, mengajukan pertanyaan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Diantara aspek-aspek keterampilan proses sains yang muncul, aspek apa yang paling dominan dijumpai dalam penerapan pembelajaran melalui pendekatan inkuiri? 2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan inkuiri? E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa muncul melalui pendekatan pembelajaran inkuiri. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru: a. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk membelajarkan peserta didiknya dengan pendekatan pembelajaran yang membangun kreatifitas juga pola pikir siswa yang kreatif. b. Dari aspek keterampilan proses sains yang paling banyak muncul dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menentukan pendekatan pembelajaran

20 7 yang tepat karena pelajaran akan mudah diserap oleh siswa dengan banyak melibatkan siswa pada aktivitas pembelajaran dari pada siswa hanya membaca dan mendengar saja. 2. Bagi peneliti: a. Dapat dijadikan literatur untuk penelitian lebih lanjut b. Peneliti lebih memahami pendekatan pembelajaran inkuiri.

21 BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Hakikat Pendekatan Inkuiri 1. Pengertian inkuiri Menurut Agus Sugianto Inkuiri adalah seni mengajukan pertanyaan tentang alam sekitar dan penemuan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. di dalam inkuiri terdapat proses pengamatan yang cermat, pengukuran, perumusan hipotesis, interpretasi, dan pembentukan teori. 1 Dengan mengembangkan pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif, mengembangkan kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa memproleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir mereka berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Mark T. Jones dan Carles J. Eick menjelaskan bahwa Pembelajaran inkuiri adalah sebuah proses aktif dan menggambarkan inkuiri yang ilmiah dan terjadi dalam konteks pendidikan formal. 2 Yang terpenting pada pembelajaran inkuiri adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru atau orang lain, mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Inkuiri adalah istilah yang berasal dari bahasa inggris (inquiry), yang artinya penyelidikan. Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. 3 Dengan mengembangkan pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif, 1 Agus Sugianto, dkk. Pembelajaran IPA MI, (Surabaya: AprintA, 2009), h Mark T. Jones dan Charles J. Eick, Implementing Inquiry Kit Curriculum: Obstacles, Adaptation, and Practical Knowledge Development in Two Middle School Science Teachers, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, 22 Januari 2007, h Roestiyah, NK. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. IV, h

22 9 mengembangkan kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir mereka berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Dalam pelaksanaannya guru memberikan tugas berupa permasalahan di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. 4 Dalam pembelajaran inkuiri ada interaksi antar siswa dalam kelompok, mereka dapat mengembangkan keterampilan dalam komunikasi. Selain itu siswa mampu berhipotesis terhadap masalah yang disajikan serta menemukan jawaban melalui diskusi kelompok. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa, inkuiri juga mamapu mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Karena ada interaksi yang terjadi dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. 5 Dengan pembelajaran inkuiri inilah mereka akan dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan, serta memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap perkemabangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan 4 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. I, h Syaiful Segala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alvabeta, CV., 2008), cet. VI, h. 196.

23 10 bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Pendekatan inkuiri adalah cara seorang ilmuan menyelidiki dunia alam dan menghasilkan fakta-fakta, penjelasan mendasar (teori), gambaran (hukum) dan produk (teknologi). 6 Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika melakukan eksplorasi, peserta didik akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan ilmu lainnya. NRC dalam Arthur A. Charin menjelaskan bahwa: Inkuiri adalah kumpulan produk yang saling terkait dimana ilmuan dan siswa bertanya tentang dunia alam dan menyelidiki suatu gejala, siswa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan pemahaman konsep, asas, model dan teori. Inkuiri adalah komponen penting sebuah program sains pada seluruh tingkatan kelas dan pada setiap bidang ilmu pengetahuan. 7 Inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta didik harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka juga harus melaporkan hasil temuanya, baik itu secara lisan maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka akan belajar dan mengajar satu sama lain. Menurut Carin dan Sund dalam Erna Suwangsih, mengemukakan bahwa: Inkuiri adalah the proses of investigating a problem, yaitu proses dari menemukan masalah. Adapun Piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan suatu metode yang mempersiapkan peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaanpertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang 6 Jack Hassard dan Michael Dias, The Art of Teaching Science, (New York: Oxford University Press, 2005), h Arthur A. Charin dkk., Activities for Teaching Science as Inquiry, (New Jersey: Pearson Merill Prentice Hall, 2005), h. 3.

24 11 lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan penemuan peserta didik lain. 8 Melalui kegiatan eksperimen, siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk menemukan dan mencari jawaban sendiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan demikian siswa dapat menguasai beberapa keterampilan, diantaranya keterampilan merencanakan dan keterampilan melaksanakan penelitian ilmiah. Menurut Hamalik, pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. 9 Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, selain itu adanya kelompok memberikan keterampilan bagi siswa untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam menjawab pertanyaan. Selain itu siswa mampu berhipotesis terhadap masalah yang disajikan serta menemukan jawaban melalui diskusi kelompok. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa, inkuiri juga mampu mengembangkan keterampilan siswa dalam komunikasi. Karena ada interaksi yang terjadi dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Dari beberapa definisi inkuiri, maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data dan informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, dan membuat kesimpulan. 8 Erna Suwangsih dkk, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), cet. Pertama, h Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), cet. I, h. 220.

25 12 2. Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan inkuiri Agar model pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilalui beberapa tahapan sebagai berikut: 10 a. Penyajian masalah, pada tahap ini kepada siswa disajikan masalah yang ditemukan. Penyajian masalah dirancang begitu rupa sehingga siswa dihadapkan kepada situasi teka-teki yang menuntut jawaban dan keterangan. Melalui masalah yang disajikan, siswa mampu berhipotesis. b. Tahapan berikutnya adalah pengumpulan dan verifikasi data. Situasi teka-teki tadi diharapkan dapat mendorong keinginan siswa untuk mencari dan mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan diverifikasi untuk mencari kesahihannya. Data yang kurang sahih dibuang dan data yang sahih dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan guna tindak lanjut berikutnya. c. Tahap eksperimen. Pada tahap ini, berdasarkan data yang diperoleh dan yang sudah diuji kesahihannya sebelumnya dilakukan eksperimen. Tujuannya adalah untuk menguji dan mengeksplorasi secara langsung. d. Tahap selanjutnya adalah mengorganisir data dan merumuskan penjelasan. Data yang diperoleh diorganisir secara sistematis dan diberikan penjelasan. Siswa mencari data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan. e. Tahap berikutnya adalah mengadakan analisis. Di sini siswa diminta membuat analisa untuk melihat pola-pola yang terdapat dalam eksperimen yang telah dilakukan. Diharapkan dengan menganalisa pola-pola tertentu yang muncul ditemukanlah sesuatu yang baru. inilah yang menjadi sasaran dari seluruh proses inkuiri yang telah dilakukan. 10 Yusri Panggabean, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2007), cet. I. h

26 13 Inkuiri merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan berbagai kegiatan, kendatipun pendekatan inkuiri ini paling banyak mendapat dukungan dan paling banyak pula digunakan oleh para pendidik, namun hal tersebut tidak berarti bahwa pendekatan lainnya itu diabaikan atau tidak digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan inkuiri. Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan pendekatan inkuiri sebagai berikut: 11 a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam. b. Merumuskan masalah yang ditemukan. c. Merumuskan hipotesis. d. Merancang dan melakukan eksperimen. e. Mengumpulkan dan menganalisis data. f. Menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni: efektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab. Pendekatan inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut: 12 a. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri dengan jumlah kelompok maksimal 6 (enam) kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri atas lima atau enam orang. b. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok dan setiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya. c. Membentuk proposisi tentang kebijakan yang berhubungan dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok. d. Merumuskan semua istilah dalam proposisi kebijakan. 11 op.cit., h op.cit., h. 224.

27 14 e. Menyelidiki validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya. f. Mengumpulkan bukti untuk unsur atau posisi proposisi. g. Menganalisis solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok. h. Menilai proses kelompok. Selama berlangsungnya proses ini, kelompok-kelompok menyelenggarakan diskusi kelompok untuk membahas materi-materi yang berkenaan dengan topik kelompok, masing-masing individu berupaya menghimpun bukti-bukti yang dapat menunjang pemecahan masalah kelompok. Proses tersebut diorganisasikan dan dipantau oleh kelompok sendiri. Tiap individu bertanggung jawab memajukan kelompoknya. 3. Keunggulan pendekatan inkuiri Adapun teknik inquiry menurut Roestiyah NK dalam Rochmah Yudhawati Dhewi, memiliki keunggulan sebagai berikut: 13 a. Dapat membentuk dan mengembangkan self-consept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, terbuka dan bekerjasama. d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri. e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. f. Situasi proses belajar menjadi lebih menarik bagi siswa. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar mandiri. 13 Rochmah Yudhawati Dhewi, Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Menggunakan Pendekatan Discovery dan Inquiry dalam Fisika, (Jakarta: Project Implementation Commitee, 2007), h. 146.

28 15 i. Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. Kegiatan belajar menjadi lebih hidup, karena siswa harus berperan aktif. j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Keunggulan pendekatan inkuiri antara lain: 14 a. Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. b. Mengembangkan konsep diri siswa. c. Siswa memiliki tingkat pengharapan yang tinggi, yaitu memiliki ide tertentu tentang bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri. d. Mengembangkan bakat kemampuan individu siswa. e. Pembelajaran inkuiri menghindarkan siswa dari cara-cara belajar menghafal. f. Pembelajaran inkuiri memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 4. Manfaat pendekatan inkuiri Metode inkuri memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif kepada peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mengambil inisiatif yang positif dalam proses belajarnya. Dengan metode ini mereka akan dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan, serta memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalahmasalah yang dihadapi. Selain untuk mengembangkan kemampuan intelektual, model pembelajaran inkuiri sangat baik untuk menjadikan siswa lebih menghayati proses penyelidikan yang dilaksanakan dan belajar 14 Kinkin Suartini, Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode Discovery-Inquiry (Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar), (Jakarta: Project Implementation Commitee, 2007), h. 105.

29 16 tentang prosedur ilmiah secara langsung. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh pengetahuan baru dengan cara mencari sendiri. 15 Pembelajaran sains berbasis inquiry perlu dilakukan mengingat hal-hal berikut: 16 a. Dalam sains terkandung dimensi produk (pengetahuan) dan dimensi proses (kerja ilmiah). Dengan inquiry kedua dimensi dapat dicapai. b. Dengan melibatkan rasa ingin tahu siswa-siswi yang diungkapkan dengan pertanyaan, pengetahuan yang diperoleh siswa-siswi menjadi lebih bermakna. c. Metode pembelajaran mewadahi perbedaan tahap perkembangan siswa-siswi. d. Pembelajaran sains berbasis inquiry dapat membangun keterampilan berkomunikasi melalui pertukaran gagasan sains sehingga siswa-siswi saling belajar satu sama lain. e. Inquiry membangun kemampuan berpikir kritis dan masyarakat yang tidak mudah mempercayai isu. f. Inquiry membangun kesadaran tentang perlunya perlindungan alam. Inkuiri memungkinkan terwujudnya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika melakukan eksplorasi, mereka akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan ilmu lainnya. Tidak hanya itu, inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta didik harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka juga harus melaporkan hasil-hasil temuannya, baik itu secara lisan maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka akan belajar dan mengajar satu sama lain. 15 op.cit., h op.cit., h. 20.

30 17 B. Kemampuan Psikomotor Ranah perilaku psikomotorik menunjukkan pada segi keterampilan atau kemahiran untuk meragakan suatu kegiatan atau memperlihatkan suatu tindakan. Perilaku ini lebih merupakan keterampilan secara fisik. Aspek-aspek perilaku ini mencakup tahapan: menirukan, memanipulasi, artikulasi dan naturalisasi. 17 Hasil belajar pada psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut Martinis Yamin, Kawasan Psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. 18 Dengan demikian kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat fisik tertentu. Anas Sudiyono mengatakan bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. 19 Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungankecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. 17 Uyu Wahyudin, dkk. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2006), Cet. 1, h Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), Cet.II, h Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. IV, h

31 18 Menurut Trowbridge dan Bybe dalam Ahmad Sofyan dkk. menekankan bahwa domain psikomotor mencakup aspek-aspek perkembangan motorik, koordinasi otot, dan keterampilan-keterampilan fisik. Selanjutnya Trowbridge dan Bybe mengklasifikasikan domain psikomotor ke dalam empat kategori, yaitu: moving (bergerak), manipulating (memanipulasi), communicating (berkomunikasi), dan creating (menciptakan)". 20 Ahmad Sofyan dkk. mengutip Trowbridge et.al (1981:127) yang mencakup bergerak (moving), memanipulasi (manipulating), berkomunikasi (communicating), dan menciptakan (creating). Berikut ini akan dijelaskan satu persatu: 21 Moving (bergerak), kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Dalam kelas kimia, tujuan pembelajaran yang termasuk kategori ini adalah, misalnya: siswa dapat membersihkan alat-alat praktikum atau siswa dapat membawa mikroskop dengan benar, siswa dapat menempatkan atau menyimpan alatalat praktikum sesuai pada tempatnya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: membawa, membersihkan, mengikuti, menempatkan atau menyimpan. Manipulating (memanipulasi), kategori ini merujuk pada aktivitas yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara lain: mengkalibrasi, merangkai, meramu, mengubah, membersihkan, menghubungkan, memanaskan, mencampurkan, mengaduk, menimbang, mengoperasikan, dan memperbaiki. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam kategori 20 op.cit., h op.cit., h

32 19 ini, misalnya siswa dapat menuangkan larutan dari botol reagen ke dalam gelas kimia dengan benar. Communicating (berkomunikasi), kategori ini merujuk pada pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain: mengajukan pertanyaan, mengarang, menggambar, menjelaskan, membuat grafik membuat tabel, mencatat, menulis, dan membuat rancangan. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam aspek ini, misalnya: siswa dapat mengajukan pertanyaan mengenai maslah-masalah yang sedang didiskusikan atau siswa dapat melaporkan data percobaan secara akurat. Creating (menciptakan), merujuk pada proses dan kinerja yang dihasilkan dari gagasan-gagasan baru. Kreasi dalam mata pelajaran kimia biasanya memerlukan sejumlah kombinasi dari gerakan, manipulasi, dan komunikasi dalam membangkitkan hasil baru yang sifatnya unik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain: membuat kreasi, merancang, mensintesis, menganalisis, dan membangun. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut: siswa dapat menggabungkan potongan-potongan alat untuk membentuk instrumen atau peralatan baru dalam suatu percobaan. Sedangkan menurut Sax dalam Mardapi, dikatakan bahwa keterampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursip. Gerakan refleks adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan kompleks yang khusus. Dari sini akan meuncul keterampilan proses siswa. Kemampuan perceptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar,

33 20 seperti keterampilan olah raga. Komunikasi nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan. 22 Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan ranah psikomotor mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan tangan ini menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu. C. Hakikat Keterampilan Proses Sains 1. Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS) Menurut Agus Sugianto pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 23 Jadi, keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Zulfani dkk. mengungkapkan bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan. 24 Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Menurut E. Mulyasa pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 25 Jadi, keterampilan proses adalah suau 22 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. I, h op.cit., h op.cit., h E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. I, h. 99.

34 21 pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dalam objek konkret sampai pada penemuan konsep. Dari beberapa definisi keterampilan proses, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berproses ilmiah dengan tujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengemukakan sendiri fakta, konsep, nilai serta sikap dalam diri siswa sendiri. Hal yang perlu ditekankan pada penelitian ini pendekatan keterampilan proses yang digunakan adalah pendekatan keteampilan proses pada proses IPA atau keterampilan proses sains (KPS), yaitu pengembangan dari pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sains. 2. Manfaat keterampilan proses Sains Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah: 26 a. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. b. Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana mempelajari sesuatu. c. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri. d. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan berpikir konkret. e. Mengembangkan kreativitas siswa. 3. Aspek-aspek keterampilan proses Ada 7 jenis kemampuan yang hendak dikembangkan melalui proses pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses, yakni: op.cit., h Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. I, h.

35 22 a. Mengamati; siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya: melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan data/informasi yang relevan dengan kepentingan belajarnya. b. Menggolongkan/mengklasifikasikan; siswa harus terampil mengenal perbedaan dan persamaan atas hasil pengamatannya terhadap suatu objek, serta mengadakan klasifikasi berdasarkan ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Pembuatan klasifikasi memerlukan kecermatan dalam melakukan pengamatan. c. Menafsirkan (menginterpretasikan); siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan percobaan atau penelitian sederhana. d. Meramalkan; siswa harus memiliki keterampilan menghubungkan data, fakta, dan informasi. Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan meramalkan kegiatan atau peristiwa yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. e. Menerapkan; siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai ke dalam situasi atau pengalaman baru. keterampilan itu digunakan untuk menjelaskan tentang apa yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses belajarnya. f. Merencanakan penelitian; siswa harus mampu menentukan masalah dan variabel-variabel yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan langkahlangkah kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan penelitian. g. Mengkomunikasikan; siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan menyampaikan

36 23 perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada siswa lain dan peminat lainnya. Menurut Sri Sulistyorini dalam Agus Sugianto, kemampuan-kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut. 28 a. Kemampuan bertanya/menemukan masalah b. Kemampuan melakukan pengamatan c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan. d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi. e. Kemampuan mengukur. f. Kemampuan merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan penelitian. g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam suatu situasi baru. h. Kemampuan menyajikan atau mengkomunikasikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian. Sesungguhnya dalam jenis-jenis keterampian proses itu tidak ada batas yang jelas, satu sama lain saling terikat dan berhubungan. Misalnya untuk dapat mengelompokan seseorang memerlukan keterampilan pengamatan. Pengkatagorian jenisjenis keterampilan proses ini dimaksudkan untuk meninjau dengan penekanan pada keterampilan tertentu. D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa sains merupakan satu kesatuan sistem yang mempunyai pola (keteraturan) tertentu dan diperoleh melalui studi komprehensif, teliti dan sistematis. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran, sains atau IPA tidaklah hanya mengedepankan produk atau 28 op.cit., h. 8

37 24 hasil saja melainkan proses pencapaian pembelajarannya. Jika pembelajaran menekankan pada aspek proses maka pengalaman belajar siswa lebih bersifat langsung, karena dalam hal ini belajar sains bagi siswa bukanlah lagi menghafal teori atau konsep semata, melainkan mengimplementasikan atau mengkonstruksi pengetahuan secara langsung dan menerapkannya pada kehidupan nyata. Dalam proses pembelajaran seperti halnya inkuiri, keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan atau ditawar lagi keberadaannya, karena keterampilan proses dalam pembelajaran merupakan keterampilanketerampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam memproses pelajaran sains, karena dengan keterampilan proses sains ini siswa dapat menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajar. Peran dan fungsi keterampilan proses juga tidak berhenti sampai disini saja, melainkan akan berlanjut kepada pengembangan kemampuan siswa berikutnya melalui proses interaksi antara kemampuan (keterampilan memproses informasi sebelumnya) dengan konsep melalui proses belajar mengajar hingga mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa. Keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran selalu disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan. Hal ini didasarkan atas perbedaan tingkat perkembangan dan pengetahuan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan usianya. Keterampilan proses yang merupakan standar kelulusan bagi siswa SMA dan MA meliputi: keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran yang berorientasikan keterampilan proses, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Conny Semiawan dkk.

38 25 dalam penelitiannya, dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan skap dan nilai. 29 Sikap ilmiah dalam pelaksanaannya ini hanya akan muncul atau bahkan berkembang jika siswa diperlakukan dan dianggap sebagai seorang saintis muda di kelas. Dalam hal ini anak memerlukan lebih banyak doing science daripada listening to scientific knowledge. Dengan kata lain, peningkatan scientific attitude dapat berlangsung jika penagajaran IPA guru dengan mengurangi peran pengkhutbah dan meningkatkan peran fasilitator melalui kegiatan praktis IPA (scientific activities) yang mendorong anak doing science seperti pengamatan, pengujian, dan penelitian dan jenis keterampilan lainnya. Pembahasan ini juga diperkuat dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa keterampilan proses memiliki keterikatan dengan sikap ilmiah siswa. Hal ini terbukti dari berbagai jenis keterampilan proses ternyata melibatkan sikap ilmiah yang ada, seperti pada kegiatan mengidentifikasikan masalah, siswa dilatih untuk memupuk rasa ingin tahu, bersifat jujur, objektif, dan teliti. Dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa dilatih jujur, kerja sama dan kreatif. Dalam kegiatan menyimpulkan hasil pengamatan, siswa dilatih memupuk rasa ingin tahu, objektif, jujur, terbuka, kritis, kerja sama, dan berinisiatif. Hal senada juga telah diungkapkan oleh Semiawan, dkk dalam bukunya bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan suatu sistem pengajaran yang lebih banyak mengaktifkan siswa, serta memberi kesempatan yang luas cet. I, h Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Grasindo, 1992),

39 26 dalam mengembangkan inetelektual, keterampilan proses sains, minat, dan sikap ilmiahnya. Pengembangan keterampilan proses diatas hanya terbatas dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Namun kini, beranjak dari konsep pendekatan ini yaitu pengajaran yang mengaktifkan siswa, maka bisa ditemukan atau digunakan model pembelajaran baru didalamnya yang serupa, seperti discovery dan inkuiri. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan atau keterkaitan antara keterampilan proses sains dengan sikap ilmiah siswa, yang mana dalam hal ini tentunya melibatkan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kedua aspek tersebut, salah satunya seperti telah disebutkan sebelumnya yaitu dengan menggunakan pendekatan inkuiri. No. Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains 30 Keterampilan Proses Sains 1 Bertanya/mengajukan pertanyaan Aspek yang diamati Bertanya untuk meminta penjelasan Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis 2 Hipotesis Membuat hipotesis/dugaan 3 Investigasi/merencanakan percobaan sederhana dengan bahasa sendiri Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu di uji kebenarannya dengan memperoleh bukti Menyiapkan alat dan bahan Membuat campuran Merangkai alat praktikum Menggunakan alat dengan teknik 30 Op.cit., h. 56

40 27 yang benar Membuat tabel hasil pengamatan 4 Observasi Mengamati perbedaan larutan, suspensi, dan koloid. Mengamati sifat-sifat koloid effek tyndall dan koagulasi. Menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan 5 Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel Mencari perbedaan dan persamaan. Mengontraskan sifat-sifat 6 Prediksi Memperkirakan bentuk campuran (homogen atau heterogen) Memperikirakan terjadinya gumpalan pada susu setelah penambahan perasan jeruk nipis 7 Interpretasi Menggambarkan /menterjemahkan data Menganalisis data Menyajikan pemahaman baru Membuat keismpulan sesuai dengan hasil pengamatan 8 Komunikasi Mempresentasikan hasil pengamatan Mendiskusikan hasil percobaan Menampaikan ide/gagasn/data Menyimak pendapat/gambaran yang disampikan tiap kelompok Menjawab/menanggapi pertanyaan.

41 28 E. Hakikat Ilmu Kimia 1. Pengertian Ilmu kimia Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari berbagai fenomena dan hukum alam. Adapun ilmu pengetahuan alam itu mencakup: sub bidang studi fisika, biologi, geologi, astronomi, dan salah satunya adalah kimia. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rakayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. 31 Dalam pengertian yang lain dikatakan bahwa kimia merupakan experimental science, yaitu ilmu yang berbasiskan percobaan. Semua teori dan hukum-hukum kimia didasarkan pada data percobaan dan pengamatan. 32 Pendek kata, dewasa ini kehidupan kita sehari-hari semakin dibanjiri oleh bahan kimia, yang sering kali pula menghasilkan reaksireaksi kimia. Jadi, sekarang ini bukan hanya orang yang bekerja di laboratorium kimia saja yang setiap saat selalu dihadapkan pada bahan kimia, contohnya adalah garam dapur, yang kandungannya tidak seratus persen murni dari air laut, melainkan ada zat kimia yang terkandung dalam garam tersebut. 2. Manfaat mempelajari Ilmu kimia Mungkin ada yang bertanya tentang apa manfaat mempelajari ilmu kimia. Manfaat yang segera kita dapat ketika mempelajari ilmu kimia adalah pemahaman yang lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai cet. II, h Michael Purba. Kimia SMU Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h Nana Sutresna, Kimia untuk SMA kelas X, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2006),

42 29 proses yang berlangsung di dalamnya, sehingga kita dapat mengontrol perubahan ini demi keuntungan bagi kehidupan manusia dan lingkungan. 33 Manfaat lain dari belajar kimia adalah masalah pembentukan sikap. Dengan mempelajari ilmu kimia atau ilmu pengetahuan pada umumnya, kita senantiasa berhadapan dengan masalah dan berusaha memecahkannya secara sistematis. Seringkali masalah dalam ilmu kimia terlihat rumit dan kompleks, sehingga ada kesan bahwa ilmu kimia adalah ilmu yang sukar. 34 Sebenarnya kerumitan itu akan menjadi suatu keuntungan jika disikapi dengan benar apablia kita menjadi terbiasa menghadapi masalah, kemudian memecahkannya secara logis dan terencana, maka kebiasaan itu akan membantu kita dalam menghadapi persoalan hidup sehari-hari. Diatas segalanya itu, ilmu kimia akan menunjukkan kepada anda betapa teraturnya alam ini, baik alam makro maupun mikro. Kiranya semua itu akan menambah kekaguman kita kepada Sang pencipta Adapun berikut ini akan diuraikan manfaat ilmu kimia secara garis besarnya, yaitu: a. Dengan belajar ilmu kimia, pola pikir ilmiah dapat terbentuk. Artinya, jika kita terbiasa memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam ilmu kimia, diharapkan pola pikir ilmiah ini terkristalisasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat diterapkan dalam banyak hal. b. Dengan belajar ilmu kimia, kita dapat mengerti bahan-bahan kimia yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya susu, vitamin, shampo, detergen, sabun, racun, anti nyamuk, kabel listrik, dan lainlain. c. Lebih memudahkan siswa yang ingin melanjutkan studinya ke perguruan tinggi jurusan kedokteran, biologi, pertanian, teknik lingkungan, teknik kimia, dan lain-lain. 33 op.cit., h op.cit., h. 6.

43 30 3. Konsep sistem koloid a. Pengertian sistem koloid Koloid berasal dari kata kolia yang dalam bahasa yunani berarti lem. Istiah koloid perama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kistal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal mudah mengalami difusi. 35 Oleh karena itu, zat semacam gelatin ini kemudian disebut dengan koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil daripada suspensi. Sistem koloid adalah campuran homogen antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi. Campuran ini homogen, artinya campuran dua zat menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja fasa terdispersinya bukan dalam bentuk molekuler (bukan setiap molekul tersebar), tetapi gabungan dari beberapa molekul. Jika kita ambil contoh yang umum, zat terdispersi padatan dalam fasa pendispersi air maka sistem koloid merupakan dispersi padatan (gabungan dari banyak molekul) yang tersebar dalam medium pendispersi. Akan tetapi, partikel padatan yang terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa dibedakan mana fasa terdispersi dan mana fasa pendispersi. 36 b. Macam-macam koloid 37 1) Sol: sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa cairan. Contoh: agar-agar, pektin, gelatin, cairan kanji. 35 Unggul Sudarmo, kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h Nana Sutresna dkk, Panduan Menguasai Kimia 2, (Bandung: penerbit Ganeca, 2000), cet. I, h Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Gravindo Media Pratama, 2006), cet. I, h

44 31 2) Sol padat: sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat. Contoh: logam campuran (aloi), misalnya stainless steel. 3) Aerosol padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan fase pendispersi berupa gas. Contoh: asap dari pembakaran sampah atau dari kendaraan bermotor. 4) Aerosol: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa gas. Contoh: hairspray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot. 5) Emulsi: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi yang juga berupa cairan. Contoh: krim (emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk cairan kental atau krim yang encer). 6) Emulsi padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: keju, mentega, dan mutiara. 7) Busa: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh: sabun, deterjen, protein, dan tanin. 8) Busa padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: karet busa, batu apung. c. Sifat-sifat koloid 1) Gerak Brown Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid. 2) Effek Tyndall Effek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

45 32 3) Adsorbsi Partikel koloid mempu menyerap molekul netral atau ionion pada permukaannya. Jika partikel koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada permukaannya, partikel koloid tersebut menjadi bermuatan. Contoh: a) Koloid Fe(OH) 3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H +. b) Koloid As 2 S 3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S 2-. 4) Koagulasi Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena elektroforesis. 5) Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan. a) Koloid liofil: sistem koloid yang afinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya. Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat b) Koloid liofob: System koloid yang afinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya. Contoh: sol belerang, sol emas.

46 33 6) Koloid Pelindung Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan pada sistem koloid lainnya agar diperoleh koloid yang stabil. Contoh koloid pelindung adalah gelatin yang merupakan koloid padatan dalam medium air. 7) Dialisis Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ionion yang teradsorpsi sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan ibid., h

47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA PGRI 3 Jakarta. 2. Waktu Penelitian Sesuai dengan masalah yang diambil yaitu materi sistem koloid yang dipelajari di semester genap, maka penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-18 Mei B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif, dalam Subana dijelaskan bahwa Penelitian Deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya. 1 Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yakni menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat, dalam penelitian ini aspek yang akan di teliti adalah keterampilan proses sains siswa. C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA di SMA PGRI 3 Jakarta yang terdistribusi ke dalam satu kelas dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa kelas XI jurusan IPA dianggap sesuai dijadikan sampel dalam penelitian ini karena kelas XI jurusan IPA pada semester genap mempelajari mata pelajaran kimia pokok bahasan sistem koloid dimana pokok bahasan tersebut dijadikan oleh peneliti sebagai materi penunjang penelitian. Siswa dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok, dimana tiap-tiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan perempuan, siswa dari kategori tinggi, II, h M. Subana, dkk, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. 34

48 35 sedang, dan rendah. Penempatan kategori tinggi, sedang, dan rendah ditentukan berdasarkan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran kimia. Pengelompokkan ini dilakukan agar tiap kelompok memiliki kemampuan yang relatif homogen dalam hal praktikum dan diskusi. D. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. 2 Observasi yang dilakukan di sini adalah observasi langsung, yang mengumpulkan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian melalui observasi dapat terlihat kemunculan keterampilan proses sains yang diamati dengan menggunakan panca indera secara langsung. Instrumen yang digunakan untuk menyaring data aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah lembar observasi. Untuk mengetahui urutan kemunculan keterampilan proses dan frekuensi, dalam Subana yang mengutip Ruseffendi bahwa khusus untuk observasi terhadap interaksi belajarmengajar di kelas dikembangkan beberapa instrument yang disebut VICS, Bias, dan Flanders. 3 Format observasi yang dikembangkan menggunakan format yang dikembangkan oleh Flinders, namun dalam penelitian ini dimodifikasi sesuai dengan keperluan penelitian. Format dalam penelitian ini menggunakan 3 kategori yaitu muncul sesuai, muncul tidak sesuai, dan tidak muncul. Lembar observasi digunakan untuk menjaring aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria-kriteria yang ada. Aspek keterampilan proses yang diamati pada penelitian ini tiap pertemuan berbeda, hal tersebut dilakukan karena disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan di lakukan. Observasi mulai dilakukan pada pertemuan pertama, pada pertemuan pertama persiapan untuk melakukan kegiatan praktikum, 2 Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. V, h op.cit., h.143.

49 36 dimana siswa mulai melakukan pembelajaran berbasis inkuiri yaitu siswa diberi LKS yang berisi tujuan, alat dan bahan saja, sedangkan prosedur penelitiannya siswa sendiri yang menentukannya. Oleh sebab itu pada bagian ini siswa melakukan diskusi kelompok untuk menentukan prosedur penelitian, aspek keterampilan proses sains yang di amati observer pada bagian ini adalah aspek bertanya dan aspek hipotesis. Pada pertemuan ke dua siswa melanjutkan kegiatan diskusi kelompok membuat rancangan langkah kerja praktikum koloid pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pada pertemuan ke dua tidak ada pengamatan observasi. Pada pertemuan ke tiga pelaksanaan praktikum, aspek keterampilan proses sains yang diamati yaitu, aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi dan aspek prediksi. Pada bagian ini siswa ditugaskan untuk melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan alat, bahan, dan tujuan yang telah disediakan dalam LKS dengan pedoman prosedur yang telah dibuat dan didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing. Pada pertemuan ke empat membahas hasil praktikum. Aspek keterampilan proses yang diamati adalah aspek interpretasi dan komunikasi, karena pada kegiatan ini pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi kelompok yang membahas tentang hasil yang di dapat dalam praktikum. Dalam penelitian ini keterampilan proses, pencuplikan data melalui lembar observasi melibatkan empat orang observer yang mengobservasi terhadap lima kelompok. Setiap kelompok diobservasi oleh satu orang observer yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang pelaksanaan ebservasi dari peneliti. Satu orang observer mengobservasi dua kelompok. Penjelasan yang diberikan berupa penjelasan penggunaan lembar observasi pada saat mengamati kegiatan praktikum serta pemberian kisi-kisi tiap poin pengamatan pada lembar observasi. Dengan langkah tersebut diharapkan persepsi setiap observer terhadap fenomena yang muncul pada saat pembelajaran menjadi sama.

50 37 2. Wawancara Menurut Suharismi Arikunto wawancara atau interviu (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. 4 Dengan demikian wawancara merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan, yang diaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Tanya jawab langsung kepada perwakilan siswa di tiap-tiap kelompok. Wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran berbasis inkuiri. E. Teknik Pengumpulan Data Agar semua dapat diperoleh dengan baik dan lengkap, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut: a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada standar isi mata pelajaran Kimia SMA kelas XI sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pedidikan (KTSP) yang digunakan sekarang, serta menganalsis materi pada buku teks atau paket untuk menentukan pokok bahasan yang pembelajarannya dapat menggunakan metode diskusi dan praktikum dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah sistem koloid. b. Membuat silabus, dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). c. Membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data. 4 op.cit., h. 30.

51 38 d. Menguji Validasi instrument penelitian oleh para ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan sasaran para ahli. Apabila instrument tersebut telah disetujui oleh para ahli, maka instrument tersebut akan langsung digunakan untuk penelitian. e. Memperbanyak instrument untuk digunakan dalam penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian berlangsung selama 5 pertemuan. Adapun uraian kegiatan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut: a. Pertemuan pertama Pembagian kelompok, siswa dibagi ke dalam lima kelompok, setiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa dari kategori tinggi, sedang dan rendah. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok siswa untuk kemudian dipelajari dan didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Siswa ditugaskan untuk merumuskan prosedur/langkah kerja praktikum serta dasar teori sistem koloid sebagaimana belum tersedia pada LKS, LKS yang telah dilengkapi akan dijadikan pedoman siswa untuk melakukan kegiatan praktikum pada pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan pertama mulai dilakukan observasi terhadap keterampilan proses proses sains siswa selama melakukan kegiatan diskusi, setiap kelompok didampingi satu observer, yang bertugas untuk mencatat kemunculan keterampilan proses sains siswa pada saat diskusi. Sebelum pertemuan pertama dimulai, para observer sudah memiliki lembar observasi dan sudah mengetahui siswa yang akan diobservasi. Para observer diberikan pengarahan tentang cara penilaian pada lembar observasi sebelum pertemuan pertama. b. Pertemuan kedua Pada pertemuan kedua siswa melanjutkan kegiatan diskusi kelompok membuat rancangan langkah kerja praktikum koloid pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pada pertemuan ke dua tidak ada pengamatan observasi.

52 39 c. Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga dilakukan kegiatan praktikum mengenai mengklasifikasikan suspensi kasar larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (effek tyndall, kogulasi, homogen/heterogen, dan penyaringan). Pada pertemuan kedua ini dilakukan pula observasi terhadap keterampilan proses sains siswa selama melakukan praktikum, setiap kelompok didampingi satu observer. d. Pertemuan keempat Pada pertemuan keempat siswa melakukan kegiatan diskusi dan presentasi mengenai hasil praktikum yang telah mereka lakukan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini dilakukan pula observasi terhadap keterampilan proses sains siswa selama melakukan diskusi, setiap kelompok didampingi satu observer. e. Pertemuan kelima Pada pertemuan kelima dilakukan wawancara terhadap perwakilan kelompok siswa pada masing-masing kelompok. 3. Tahap Pengolahan Data Langkah-langkah dalam tahap pengolahan data adalah: a. Pengolahan data lembar observasi b. Pengolahan data hasil wawancara F. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, instrumen lembar observasi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui validitasnya dan proses pembelajaran direkam untuk menjaga reliabilitasnya. 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. 5 Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk mengetahui ketepatan instrumen lembar observasi untuk mengukur keterampilan proses sains 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 168.

53 40 dilakukan validasi isi oleh dosen pembimbing. Validasi ini dilakukan dengan cara menentukan tujuan mengadakan pengamatan, mengadakan pembatasan terhadap bagian yang akan diamati, merumuskan indikator dari tiap bagian yang akan diamati, dan menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang juga memuat aspek tingkah laku yang terkandung dalam indikator. 2. Reliabilitas Reliabilitas bermakna keterpercayaan, keterandalan, keajegan, atau konsistensi dan dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten. 6 Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. 7 Untuk menjaga reliabilitas dari instrumen lembar observasi, maka sebelum melakukan pengamatan yang sesungguhnya, observer perlu dilatih terlebih dahulu untuk menyingkirkan atau menekan sampai sesedikit mungkin unsur objektivitas observer. Alternatif lain yang digunakan dalam mencari reliabilitas instrumen observasi yaitu dengan dokumentasi video. 6 op.cit., h op.cit., h. 178.

54 41 ALUR PENELITIAN Analisis Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA Analisis Materi Pelajaran P E R S I A P A N Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Membuat Instrumen Penelitian Validitas Instrumen YA P E L A K S A N A A N Memperbanyak Instrumen Diskusi Praktikum Diskusi Observasi Penentuan Siswa yang Akan Diwawancarai P E N G O L A H A N D A T A wawancara Temuan Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan saran

55 42 F. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, analisis yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif, dalam Suharismi Arikunto dijelaskan bahwa Analisis deskriptif kualitatif adalah memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Predikat yang diberikan tersebut dalam bentuk peringkat yang sebanding dengan atau atas dasar kondisi yang diinginkan agar pemberian predikat dapat tepat maka sebelum dilakukan pemberian predikat, dilakukan kondisi tersebut diukur dengan persentase, baru kemudian ditransfer ke predikat Lembar Observasi Data yang diperoleh dari format lembar observasi kemudian dianalisis lebih lanjut dengan cara: a. Memberi di bagian mana tanda ceklis ( ) di bubuhkan, dalam Slameto dijelaskan bahwa Chek-list atau daftar cek adalah salah satu alat/pedoman observasi yang berupa daftar kemungkinankemungkinan aspek tingah laku seseorang yang sengaja dibuat untuk memudahkan mengenai ada tidaknya aspek-aspek tingkah laku tertentu pada seseorang yang akan dinilai. 9 Tanda ceklis tersebut dimasukkan kedalam lembar observasi sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul selama berlangsungnya rangkaian kegiatan pembelajaran inkuiri. b. Perhitungan Skala Pengukuran 10 Skala Keterangan 3 Muncul sesuai 2 Muncul tidak sesuai 1 Tidak muncul Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 3 x 1 x 21 = 63. Untuk ini skor tertinggi tiap butir 3, jumlah butir 1, dan jumlah 8 Suharismi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet. Ke- 7, h Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet.i, h op.cit., h

56 43 responden 21. Sedangkan bila setiap butir mendapat skor terendah = 1 x 1 x 21 = 21. Sehingga secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut: Tidak muncul 35 muncul tidak sesuai 49 muncul sesuai Jika dibuat persentasenya menjadi: 77,9% c. Menginterpretasi secara deskriptif data persentase tiap-tiap aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul selama berlangsungnya rangkaian kegiatan pembelajaran inkuiri. 2. Format Wawancara Data yang diperoleh dari hasil wawancara dibuat dalam bentuk tabel untuk kemudian diterjemahkan secara deskriptif. Variabel Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan inkuiri Tabel 3.2 Format Wawancara Kisi-kisi Pertanyaan Apakah kamu senang belajar kimia disertai dengan kegiatan praktikum? Jelaskan pendapatmu! Bagaimana kesanmu setelah mengikuti proses pembelajaran kimia dengan pendekatan seperti ini (inkuiri)? Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu! Kegiatan apa saja kamu lakukan selama kegiatan praktikum berlangsung? Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum

57 44 Keterampilan proses sains yang muncul berlangsung? Jika ya kesulitan apa yang kamu hadapi, jika tidak apa alasanmu! Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu! Apakah melalui pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu berhipotesis? Apakah kalian berantusias untuk menguji hipotesis kalian? Apakah kamu terlatih bekerja ilmiah melalui praktikum yang telah dilakukan. Berikan alasanmu! Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui pembelajaran seperti ini? Jelaskan pendapatmu! Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat pertanyaan dan meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu!

58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan temuan yang diperoleh dari penelitian beserta pembahasannya. A. Hasil Penelitian Temuan yang diperoleh selama lima kali pertemuan berupa data hasil observasi masing-masing aspek keterampilan proses sains siswa yang dilakukan selama 4 kali pertemuan, dan wawancara 1 kali pertemuan, maka diperoleh hasil sebagaimana yang peneliti jabarkan dalam bentuk tabel-tabel frekuensi dan presentase sebagai berikut: 1. Data Hasil Obeservasi Keterampilan Proses Sains Aspek-aspek keterampilan proses sains yang dinilai selama 4 kali pertemuan ini diantaranya aspek bertanya, hipotesis, investigasi, observasi, klasifkasi, prediksi, interpretasi, dan komunikasi. Hasil temuan keterampilan proses sains siswa disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aspek Keterampilan Proses Sains Aspek Persentas Persentas keterampil Sub aspek yang e (%) No e (%) sub an proses diamati rata-rata aspek sains aspek a. Bertanya untuk 79,36 meminta penjelasan. b. Mengajukan 1 Bertanya 77,4 pertanyaan yang 75,4 berlatar belakang hipotesis a. Membuat 2 Hipotesis 85,7 72,5 hipotesis/dugaan Kategor i Muncul tidak sesuai Muncul tidak 45

59 46 sederhana dengan sesuai bahasa sendiri b. Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan 74,6 penjelasan dari 1 kejadian c. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu di uji kebenarannya 57,1 dengan memperoleh bukti a. Menyiapkan alat dan bahan 95,2 b.membuat campuran 95,2 3 Investigasi c. Merangkai alat praktikum d.menggunakan alat 90,5 89,8 Muncul sesuai dengan teknik yang 95,2 benar e. Membuat tabel hasil pengamatan 73 a. Mengamati perbedaan larutan, 95,2 4 Observasi suspensi, dan koloid. b.mengamati sifat-sifat koloid effek tyndall 87,3 86,2 Muncul sesuai dan koagulasi. c. Menggunakan/meng 76,2

60 47 umpulkan fakta yang relevan a. Mencatat setiap pengamatan ke 76,2 5 Klasifikasi dalam tabel b.mencari perbedaan dan persamaan. 87,3 79,9 Muncul sesuai c. Mengontraskan sifatsifat 76,2 a. Memperkirakan bentuk campuran (homogen atau 90,5 6 Prediksi heterogen) b.memperikirakan terjadinya gumpalan 88,1 Muncul sesuai pada susu setelah 85,7 penambahan perasan jeruk nipis a. Menggambar/menterj emahkan data 93,7 b.menganalisis data 98,4 7 Interpretasi c. Menyajikan pemahaman baru d.membuat 47,6 82,6 Muncul sesuai kesimpulan sesuai dengan hasil 90,5 pengamatan 8 Komunikasi a. Mendiskusikan hasil percobaan 88,9 b. Mempresentasikan ,2 Muncul sesuai

61 48 hasil pengamatan c. Menyimak pendapat/gambaran 85,7 yang disampikan tiap kelompok d. Menjawab/menang 92 gapi pertanyaan e. Mempresentasikan 74,6 hasil pengamatan Persentase (%) rata-rata keterampilan proses sains 83,1 Muncul sesuai Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa aspek bertanya muncul tidak sesuai dengan persentase sebesar 77,4%, aspek hipotesis muncul tidak sesuai dengan persentase sebesar 72,5%, aspek investigasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 89,8,3%, aspek observasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 86,2%, aspek klasifikasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 79,9%, aspek prediksi muncul sesuai dengan persentase sebesar 88,1%, aspek interpretasi muncul tidak sesuai dengan persentase sebesar 82,6%, dan aspek komunikasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 88,2%, rata-rata aspek keterampilan proses sebesar 83,1%. Nilai rata-rata yang ditunjukkan dapat menunjukkan bahwa seluruh aspek keterampilan proses yang muncul melalui pembelajaran berbasis inkuiri muncul sesuai. 2. Hasil Wawancara Dalam penelitian ini selain menggunakan data observasi keterampilan proses sains siswa, data yang dapat memperkuat hasil penelitian adalah data wawancara. Adapun hasil temuan wawancara disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:

62 49 Tabel 4.2 Respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri No Pertanyaan Kesimpulan jawaban siswa 1 Apakah kamu senang belajar kimia disertai dengan kegiatan praktikum? Jelaskan pendapatmu! Senang, karena belajar kimia dengan kegiatan praktikum tidak membosankan dan kami bisa mendapatkan pengalaman baru, serta dapat membuktikan suatu materi melalui percobaan. 2 Bagaimana kesanmu setelah mengikuti proses pembelajaran kimia dengan pendekatan seperti ini (inkuiri)? Mengasyikkan, karena pembelajaran seperti ini membuat kita lebih berani dalam mengungkapkan pendapat, dapat belajar mandiri, sehingga pelajaran lebih mudah kita fahami. Tapi karena kami belum terbiasa jadi masih sering mengandalkan guru, dan kadang sulit dimengerti. 3 Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu! Menarik, karena pembelajarannya lebih menekankan kepada penerapan, sehingga kita dapat memecahkan masalah secara langsung, selain itu bisa berdiskusi dengan teman kelompok. Dengan diskusi kelompok membuat kami berani mengungkapkan pendapat, dan bertanya. 4 Kegiatan apa saja kamu lakukan selama kegiatan praktikum berlangsung? Kami masing-masing membagi tugas, ada yang mengamati, mencatat, membuat campuran, dan lain sebagainya. 5 Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum Ya, karena pembelajaran seperti ini baru buat kami. Kami terbiasa

63 50 berlangsung? Jika ya kesulitan apa yang kamu hadapi, jika tidak apa alasanmu! 6 Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu! 7 Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui pembelajaran seperti ini? Jelaskan pendapatmu! 8 Apakah melalui pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu berhipotesis? Apakah kalian berantusias untuk menguji hipotesis kalian? dibimbing sepenuhnya oleh guru. Tapi kami senang, karena dalam kelompok satu sama lain saling membantu. Ya, karena dengan adanya kelompok belajar dan praktik kita dapat menguasai dengan cepat dari apa yang sudah kita pelajari dan mendapat masukan-masukan dari kelompok lain untuk mengoreksi kekurangan kelompok kami, selain itu kami dapat mengembangkan pemikiran kami sendiri dan masalah yang kami hadapi. Keterampilan dalam bertanya, berfikir, berpendapat, menggunakan alat, serta keterampilan memecahkan masalah. Karena dalam pembelajaran ini kita dituntut untuk belajar mandiri. Sulit, karena kami belum terbiasa belajar dengan pembelajaran inkuiri. Kami biasa mengandalkan guru, belum terbiasa untuk belajar mandiri. Selain itu kami tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang koloid, hanya sebagian teman-teman yang sudah mempelajari sebelumnya. Kami merasa teori yang diberikan sudah benar dan sesuai dengan apa yang ada di dalam buku, jadi kami merasa tidak perlu membuktikannya dalam percobaan

64 51 9 Apakah kamu terlatih bekerja ilmiah melalui praktikum yang telah dilakukan. Berikan alasanmu! 10 Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat pertanyaan dan meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu! Ya terlatih, karena kita dapat mengatahui hal-hal menarik yang baru kita ketahui dari praktikum dari pengalaman pembelajaran ini. Selain itu dalam praktikum sudah ada pedomannya dalam LKS, jadi kami tinggal mengikuti saja apa yang terdapat dalam LKS. Ya, karena pembelajaran seperti ini memberi rasa ingin tahu, terpacu dan menimbulkan banyak pertanyaan. Sehingga kita semakin termotivasi dalam meningkatkan kreativitas kami. Tetapi kami kurang bisa menanggapi pertanyaan, buat kami cukup kelompok yang presentasi yang menjawab atau menanggapi pertanyaan. B. Pembahasan 1.Katerampilan Proses Sains Telah kita ketahui bahwa keterampilan proses memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Penelitian yang dilakukan selama empat kali pertemuan ini aspek keterampilan proses yang diamati tiap pertemuan berbeda-beda sesuai dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Tingkat persentase munculnya aspek keterampilan proses sains siswa selama pembelajaran melalui pendekatan inkuiri berlangsung menunjukkan banyak variasi, ada yang muncul sesuai, dan ada yang muncul tidak sesuai, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. Secara keseluruhan persentase kemunculan aspek keterampilan proses sains yang diamati disajikan dalam bentuk diagram berikut:

65 52 Gambar 4.1 Diagram Batang Kemunculan Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa Secara Keseluruhan. Aspek yang pertama yaitu aspek bertanya. Pada aspek bertanya sub aspek bertanya untuk meminta penjelasan memiliki nilai persentase yang cukup tinggi dibandingkan dengan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Bertanya untuk meminta penjelasan merupakan hal yang paling mudah dilakukan oleh siswa, karena siswa dapat bertanya apa yang mereka belum mengerti tanpa ragu, namun tidak sedikit pula siswa yang malu bertanya. Sedangkan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis muncul dengan persentase yang lebih rendah, sub aspek ini muncul tidak sesuai karena untuk bertanya yang berlatar belakang hipotesis membutuhkan pengetahuan yang dasar tentang hal yang sedang dikaji, sehingga siswa belum mampu untuk membayangkan hal yang belum pernah dilakukan kemudian dipertanyakan. Pada aspek hipotesis, sub aspek membuat hipotesis/dugaan sederhana dengan bahasa sendiri merupakan sub aspek yang muncul dengan nilai persentase paling tinggi, artinya sub aspek ini muncul sesuai dan paling dominan dibandingkan sub aspek lainnya pada aspek hipotesis, sedangkan

66 53 sub aspek menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti muncul tidak sesuai dengan persentase paling rendah, karena berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa cukup memperoleh bukti dari teori yang mereka dapatkan pada buku, sehingga mereka tak perlu mengujinya kembali. Maka secara keseluruhan aspek hipotesis muncul sesuai, hal ini berdasarkan hasil wawancara, siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, siswa terbiasa menerima atau menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Aspek berikutnya yaitu aspek investigasi, sub aspek yang memiliki persentase paling tinggi adalah membuat campuran, menyiapkan alat dan bahan, serta menggunakan alat dengan teknik yang benar. Aktivitas membuat campuran banyak dilakukan oleh siswa karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk membuat campuran sebelum melakukan percobaan. Sedangkan menyiapkan alat dan bahan merupakan bagian dari kegiatan praktikum, dimana sebelum praktikum siswa harus menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan pedoman pada LKS. Begitupun menggunakan alat dengan teknik yang benar, siswa mampu menggunakan alat praktikum dengan teknik yang benar karena sebelumnya siswa telah ditugaskan membuat langkah kerja lengkap dengan gambar. Alat-alat yang digunakan cukup sederhana dan siswa mampu menggunakannnya dengan baik. Aktivitas merangkai alat praktikum memiliki persentase dibawah aktivitas membuat campuran, menyiapkan alat dan bahan, serta menggunakan alat dengan teknik yang benar. Karena pada aktivitas merangkai alat praktikum, tiap kelompok mengandalkan salah satu teman saja untuk merangkai alat praktikum, mereka telah membagi tugas kerja. Aktivitas membuat tabel hasil pengamatan memiliki nilai persentase paling rendah pada aspek ini, hanya sebagian siswa yang membuat tabel yang lainnya tidak, hal tersebut menurut siswa cukup salah satu siswa dalam kelompok yang bertugas membuat tabel hasil pengamatan. Maka aspek investigasi/merencanakan percobaan secara keseluruhan muncul sesuai.

67 54 Aspek observasi. Sub aspek yang memiliki persentase paling tinggi adalah mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid. Sub aspek ini muncul sesuai. Sedangkan sub aspek menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan muncul tidak sesuai dengan persentase yang lebih rendah. Ativitas mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid banyak dilakukan oleh siswa karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk mencatat perbedaan larutan, suspensi dan koloid. Dari hasil lapangan siswa mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid dengan cara disaring, homogen atau heterogen dan pengamatan effek tyndall, aktivitas ini dilakukan dengan seksama dan teliti. Aktivitas menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan memiliki persentase yang lebih rendah karena siswa mengumpulkan fakta sebelum pelaksanaan praktikum akan tetapi sedikit yang menggunakannya, siswa hanya menggunakan LKS yang diberikan. Maka aspek observasi muncul dengan baik, karena pada pelaksanannya siswa melakukan penelitian atau praktikum sesuai dengan prosedur/langkah kerja yang telah mereka buat. Selain itu siswa sangat antusias melakukan praktikum, karena kegiatan ini jarang mereka lakukan sebelumnya. Aspek prediksi, terdiri atas dua sub aspek yang muncul sesuai dengan persentase yang hampir sama yaitu memperkirakan bentuk campuran (homogen atau heterogen) dan memperkirakan terjadinya gumpalan pada susu setelah diberi perasan jeruk nipis. Aktivitas ini banyak dilakukan siswa, karena dari hasil lapangan untuk membedakan larutan, suspensi, dan koloid, siswa sebelumnya memperkirakan apakah dari ketiga campuran tersebut homogen atau heterogen, selain itu pada percobaan koagulasi siswapun harus memperkirakan terjadinya gumpalan pada susu. Aspek klasifikasi, sub aspek mencari perbedaan dan persamaan muncul sesuai dengan persentase paling tinggi, karena aktivitas mencari perbedaan dan persamaan merupakan bagian untuk mengerjakan LKS, yaitu pada saat menulis kesimpulan dan mengerjakan evaluasi serta terdapat pada langkah kerja yang mereka buat. Sedangkan mengontraskan sifat-sifat dan

68 55 mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel memiliki persentase yang sama dan lebih rendah dari sub aspek mencari persamaan dan perbedaan, misalnya pada praktikum effek tyndall, siswa hanya mengamati bagaimana cahaya lampu saat disorotkan ketiga campuran tanpa mengamati bagaimana sifatsifat effek tyndall, mengapa cahayanya dihamburkan dan sebagainya. Selain itu siswa yang mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel hanya sebagian siswa saja, karena berdasarkan hasil wawancara siswa lebih mengandalkan teman kelompoknya, karena praktikum ini dilaksanakan berkelompok, mereka telah membagi tugas, ada yang mencatat dan sebagainya. Maka aspek klasifikasi secara keseluruhan muncul sesuai. Pada aspek komunikasi, sub aspek menyampaikan ide/gagasan/data, menyimak pendapat/gambaran yang disampaikan tiap kelompok, memprentasikan hasil pengamatan, dan mendiskusikan rancangan langkah kerja muncul sesuai. Keempat sub aspek ini mudah dilakukan siswa, siswa bebas menyampaikan ide/gagasan mereka dalam kerja kelompok maupun saat diskusi kelas, selain itu adanya aktivitas mempresentasikan hasil pengamatan, seluruh siswa menyimak dengan baik, karena dapat menjadi bahan masukan bagi mereka. Sedangkan sub aspek menjawab/menanggapi pertanyaan muncul tidak sesuai, dengan persentase dibawah keempat sub aspek lainnya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara bahwa siswa cenderung menerima pendapat dari siswa lainnya, dan ketika tanya jawab, lebih banyak siswa yang presentasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan. Siswa lainnya lebih banyak aktivitas menyimak. Dan sebagian siswa tidak memperhatikan ketika temannya presentasi. Maka secara keseluruhan aspek komunikasi muncul sesuai, hal ini karena ada interaksi antar siswa dalam kegiatan belajar, pada pelaksanaannya siswa melakukan diskusi kelompok sebelum maupun sesudah melakukan praktikum, diskusi dalam kelompok maupun diskusi kelas. Dalam kegiatannya siswa menyampikan ide/gagasan/data, mempresentasikan hasil pengamatan, serta menjawab/menanggapi pertanyaan, sehingga siswa telah melakukan komunikasi dengan baik.

69 56 Aspek interpretasi memiliki persentase terendah dari aspek komunikasi. Sub aspek menggambar/menterjemahkan data, membuat kesimpulan sesuai dengan hasil pengamatan dan menganalisis data muncul dengan baik, karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk mengisi hasil pengamatan dan membuat kesimpulan. Untuk membuat kesimpulan tentunya siswa melakukan aktivitas sebelumnya yaitu menganalisis data dan menterjemahkan data. Aktivitas menyajikan pemahaman baru muncul tidak sesuai dengan persentase jauh di bawah ketiga aspek lainnya. Kegiatan menyajikan pemahaman baru hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, dimana pemahaman baru disini siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan praktikum akan tetapi diluar LKS. Dari data hasil wawancara, siswa cenderung mengikuti saja apa yang sudah terdapat dalam LKS. Berdasarkan pembahasan di atas, menunjukkan bahwa selama kegiatan pembelajaran inkuiri, setiap pertemuan menggunakan aspek yang berbeda karena tujuan pembelajaran pada tiap pertemuan berbeda-beda sehingga setiap aspek memiliki nilai persentase yang bervariasi. Dengan demikian, aspek keterampilan proses sains siswa yang diamati ada beberapa aspek yang muncul sesuai dan ada pula aspek yang muncul tidak sesuai. Aspek keterampilan proses yang muncul sesuai adalah aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi, aspek prediksi, interpretasi, dan aspek komunikasi. Sedangkan aspek yang muncul tidak sesuai adalah aspek bertanya dan hipotesis. Dari delapan aspek keterampilan proses sains tersebut, aspek yang memiliki persentase tertinggi dan paling dominan adalah aspek investigasi. Aspek investigasi muncul dengan baik dan paling dominan karena pada kegiatan ini siswa telah diberikan pedoman LKS yang sebelumnya mereka ditugaskan untuk membuat rancangan langkah kerja pada LKS tersebut, sehingga siswa dengan mudah merencanakan percobaan. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa senang belajar dengan kegiatan praktikum, menurut mereka belajar dengan kegiatan praktikum tidak

70 57 membosankan, mereka mendapat pengalaman baru, serta dapat membuktikan suatu materi melalui suatu percobaan. Dengan demikian siswa sangat berantusias untuk melakukan penelitian sehingga mereka sungguhsungguh untuk melakukan penelitian. Sedangkan aspek yang muncul dengan persentase paling rendah adalah aspek hipotesis. Aspek ini memiliki persentase paling rendah dengan kategori muncul tidak sesuai, hal tersebut terjadi karena berdasarkan hasil wawancara siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri, siswa terbiasa menerima atau menyimak materi yang disampaikan oleh guru, tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Pada diagram 4.1 jelas terlihat bahwa keterampilan proses sains yang muncul sesuai dengan persentase tertinggi adalah aspek investigasi, sedangkan aspek yang muncul tidak sesuai dengan persentase terendah adalah aspek hipotesis. Pada dasarnya setiap siswa memiliki keterampilan dasar, oleh sebab itu untuk mencapai kriteria keterampilan proses sains yang maksimal baik yang dasar maupun yang terpadu harus terlatih kepada siswa, hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa Pendekatan keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar menunjukkan jati dirinya.. 1 Secara keseluruhan persentase keterampilan proses sains siswa sebesar 83,1% dengan muncul sesuai. Maka hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri mampu mengungkap dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa. 1 op.cit., h. 149.

71 58 2.Respon siswa terhadap Pembelajaran Berbasis inkuiri Hasil penelitian menunjukkan adanya respon yang positif terhadap pembelajaran berbasis inkuiri. Dimana sebagian siswa merasa senang belajar kimia dengan pendekatan inkuiri tersebut, dalam pembelajaran inkuiri ini siswa dilibatkan secara aktif mulai dari merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang dan menganalisis percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan. Sehingga kegiatan belajar yang mereka lakukan jadi lebih bermakna dan mereka jadi lebih memahami materi pelajaran. Sebagaimana paham konstrutivisme bahwa dalam proses pembelajaran Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan dibenak mereka sendiri. 2 Dalam pembelajaran inkuiri siswa diminta untuk melakukan hipotesis, menurut siswa ini sulit dilakukan karena mereka belum terbiasa untuk belajar mandiri. Mereka terbiasa mengandalkan guru. Selain itu banyak siswa yang belum membaca materi koloid sebelumnya, ini terlihat ketika mereka diminta untuk berhipotesis, munculnya hipotesis diluar yang diharapkan. Misalnya ketika guru menampilkan gambar tiga buah campuran diantaranya campuran air dan gula, campuran air dan susu, campuran air dan kopi. Siswa kurang mampu menafsirkan ketiga gambar tersebut, karena menurut mereka guru yang akan menjelaskan gambar tersebut. Namun, siswa merasa senang dengan adanya praktikum, mereka diminta untuk merancang percobaan. Menurut mereka dengan adanya praktikum kegiatan belajar jadi tidak membosankan, mereka dapat menguji langsung teori yang mereka pelajari sebelumnya. Karena praktikum dilakukan berkelompok, maka diantara mereka saling membantu, bekerjasama, yang kurang faham dapat diajari oleh siswa yang lebih faham, menurut mereka hal ini dapat mengembangkan pemikiran mereka. Selain itu adanya kegiatan diskusi pada saat sebelum maupun sesudah praktikum 2 op.cit., h. 123

72 59 dalam pembelajaran inkuiri menurut siswa dapat menarik minat belajar siswa, karena siswa merasa kegiatan pembelajaran tidak monoton. Adanya kegiatan diskusi dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa, karena siswa merasa ditantang untuk selalu belajar dan berfikir lebih keras selama merumuskan langkah kerja praktikum bersama kelompoknya. Selain itu kegiatan diskusi juga dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, melalui kegiatan ini siswa menjadi lebih berani untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan ide/gagasan/pendapat, dan lainnya. Namun demikian, pembelajaran seperti ini juga mempunyai kekurangan, diantaranya pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran yang baru bagi siswa sehingga di dalam proses pelaksanaannya siswa merasa sedikit kaku karena belum terbiasa. Selanjutnya, dikarenakan dalam pembelajaran ini lebih banyak berdiskusi dibandingkan dengan kegiatan praktikum, siswa menjadi bosan dengan kegiatan diskusi, sehingga pada saat diskusi ini dapat memberikan peluang kepada siswa yang kurang aktif pada kegiatan diskusi untuk membicarakan topik lain di luar materi pembelajaran.

73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dibahas sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan mengenai keterampilan proses sains siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan sistem koloid, sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri berpengaruh baik terhadap keterampilan proses sains siswa, hal ini terlihat dari persentase kemunculan keterampilan proses sains secara keseluruhan sebesar 83,1%. Dari kedelapan aspek keterampilan proses sains semua muncul dengan nilai yang bervariasi. Pada aspek bertanya muncul tidak sesuai dengan persentase sebesar 77,4%, aspek hipotesis muncul tidak sesuai dengan persentase sebesar 72,5%, aspek investigasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 89,8%, aspek observasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 86,2%, aspek klasifikasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 79,9%, aspek prediksi muncul sesuai dengan persentase sebesar 88,1%, aspek interpretasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 82,6%, aspek komunikasi muncul sesuai dengan persentase sebesar 88,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari kedelapan aspek keterampilan proses sains yang diamati aspek investigasi muncul paling dominan diantara aspek lainnya. 2. Sebagian siswa senang belajar dengan pendekatan inkuiri karena dalam pembelajaran ini banyak melibatkan siswa dalam proses belajar. Kegiatan praktikum dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan yang ada di laboratorium. Sedangkan diskusi kelompok dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan hubungan sosial antar siswapun semakin meningkat. Adapun kekurangan dari pembelajaran ini adalah seringnya berdiskusi membuat siswa merasa bosan. 60

74 61 B. Saran 1. Dalam mengambangkan pembelajaran inkuiri hendaknya guru lebih kreatif menemukan hal-hal baru dan dapat mengemasnya dengan lebih menarik dan tidak membosankan terutama pada saat diskusi. 2. Sebaiknya guru memberikan pengalaman yang bervariasi pada siswa, dengan demikian siswa dapat mengembangkan kreativitas dan menambah wawasan baru pada siswa.

75 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharismi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Arikunto, Suharismi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Charin, Arthur A, dkk., Activities for Teaching Science as Inquiry, New Jersey: Pearson Merill Prentice Hall, Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Hassard, Jack dan Michael Dias, The Art of Teaching Science, (New York: Oxford University Press, Jones, Mark T dan Charles J. Eick, Implementing Inquiry Kit Curriculum: Obstacles, Adaptation, and Practical Knowledge Development in Two Middle School Science Teachers, jurnal dari Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: 2005 Panggabean, Yusri, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung: Bina Media Informasi, Purba, Michael. Kimia SMU Kelas X, Jakarta: Erlangga, Roestiyah, NK., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, Segala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: CV. Alvabeta. Semiawan, Conny, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: PT. Grasindo, Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Sofyan, Ahmad, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Press,

76 63 Suartini, Kinkin, Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode Discovery-inquiry, (Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar), Jakarta: Project Implementation Committee, Subana, M., dkk, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, Sudarmo, Unggul, kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), (Jakarta: Penerbit Erlangga, Sudiyono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Sugianto, Agus, Pembelajaran IPA MI, Surabaya: AprintA, Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta Sutresna, Nana, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, Bandung: Gravindo Media Pratama, Sutresna, Nana, Kimia untuk SMA kelas X, Bandung: Grafindo Media Pratama, cet. Kedua, Sutresna, Nana, dkk, Panduan Menguasai Kimia 2, Bandung: penerbit Ganeca, Suwangsih, Erna, dkk, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI Press, cet. Pertama Unggul Sudarmo, Kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), Jakarta: Penerbit Erlangga, Wahyudin, Uyu, dkk. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Bandung: UPI PRESS, Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

77 LAMPIRAN-LAMPIRAN

78

79

80

81

82

83

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Lingkungan sebagai salah satu sains merupakan sebuah proses dan produk. Proses yang dimaksud disini adalah proses melalui kerja ilmiah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006:443)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pengertian Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju dengan pesat mengikuti perkembangan jaman. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran penting

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Inkuiri Terbimbing Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk mengajar dimana pelaksanaanya yaitu guru membagi tugas meneliti suatu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry Ratna Arifin Djana, Amran Rede, dan Marungkil Pasaribu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model pembelajaran inkuiri a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran menurut Trianto (2007;14) adalah suatu perencanaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis pada abad ini merupakan fakta dalam kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Solving Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi yang demikian pesat pada era informasi kini, menjadikan pendidikan IPA sangat penting bagi semua individu. Kemampuan siswa

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia

Lebih terperinci

INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA

INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA A. INVESTIGASI Sains terbentuk dari proses penyelidikan yang terus-menerus. Hal yang menentukan sesuatu dinamakan sebagai sains adalah adanya pengamatan empiris. PPK Jatim (2008:

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan hasil dari aktivitas para ilmuan. Produk sains dapat dicapai dengan pembelajaran yang fokus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan proses keberhasilan siswa. efektif untuk proses pembelajaran berlangsung. Bahan ajar mutlak

BAB I PENDAHULUAN. menentukan proses keberhasilan siswa. efektif untuk proses pembelajaran berlangsung. Bahan ajar mutlak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa agar siswa mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan mengamati, melakukan

Lebih terperinci

... BAB I PENDAHULUAN

... BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang sangat pesat serta perubahan masyarakat yang dinamis, maka perlu dipersiapkan anak didik yang mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pengelolaan sumber daya alam dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA di Indonesia saat ini bertumpu pada standar proses pendidikan dasar dan menengah yang mengatur mengenai kriteria pelaksanaan pembelajaran pada satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar, pendidikan adalah upaya membentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO 1 Barokah Widuroyekti 2 Pramonoadi Penanggung Jawab Wilayah PW Bojonegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kimia (Peminatan Bidang MIPA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Kimia (Peminatan Bidang MIPA) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan : Kimia (Peminatan Bidang MIPA) : XI/I : 1) Hukum Kekekalan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI I GOMBANG

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH Suid AB 1), M.Nasir Yusuf 2), Nurhayati 3) 1) (Dosen Program Studi Pendidikan Guru

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Belajar dan Mengajar Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Siti Hairunnisa dan Fitri Hilmiyati 135 Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Oleh: Siti Hairunnisa 1 dan Fitri Hilmiyati 2 Abstrak Studi ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci