Maya Jannah ISSN Nomor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Maya Jannah ISSN Nomor"

Transkripsi

1 ANALISIS ASPEK PEMBIAYAAN SISTEM BAGI HASIL DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Kantor Cabang Tanjung Balai) Oleh : Maya Jannah, SH, M.H Dosen tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada Pasal 1 ayat (25) bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Implementasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil pada Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai. Adapun pembiayaan sistim bagi hasil Mudharabah di Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai adalah Mudharabah Muthalaqah dan Muqayyadah, pada jenis pembiayaan ini, Bank Muamalat Tanjung Balai melakukan pembiayaan dengan menyalurkan dana 100 % kepada mudharib/ nasabah. Untuk Mudharabah Muthalaqah, diberikan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Sedangkan untuk Mudharabah Muqayyadah, diberikan pada Koperasi Instansi Pemerintah, BUMN seperti perkebunan dan Koperasi swasta dan melalui BMT Syariah. Sedangkan pembiayaan sistem bagi hasil Musyarakah di Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai adalah dengan melakukan kerjasama dengan Developer perumahan melalui KPR Syariah. Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah yang telah dijalankan Bank Muamalat Tanjung Balai berjumlah 22 (dua puluh dua) pembiayaan. Hambatan-hambatan pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang dihadapi oleh Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi hambatanhambatan tersebut yaitu sebagai berikut: Pertama, hambatan internal : a) jaringan kantor bank muamalat masih terbatas; b) SDM yang memilki keahlian untuk melakukan investasi pola bagi hasil di bank muamalat masih rendah. Kedua, hambatan eksternal : a) kurangnya transparansi dari pihak nasabah, b) pemahaman nasabah dalam hal pembiayaan dengan sistem bagi hasil masih rendah. Sedangkan Upaya-upaya yang dilakukan antara lain: Pertama,upaya Internal antara lain adalah membuka kantor cabang dan kantor cabang pembantu di setiap daerah untuk menambah perluasan jaringan yang ada dan diupayakan sampai kepada tingkat kecamatan; Melakukan program peningkatan keterampilan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Kedua, upaya eksternal antara lain adalah menciptakan sistem monitoring dan pengawasan yang efektif untuk menjamin tercapainya sistem perbankan syariah secara konsisten dan melakukan audit atas laporan keuangan secara periodik; mengadakan seminar-seminar umum yang banyak membahas tentang pembiayaan bagi hasil. Kata Kunci : Analisis, Sistem Bagi Hasil, Perbankan Syariah. I. PENDAHULUAN Prinsip bagi hasil sebagai salah satu ciri khas dari perbankan syariah, merupakan daya tarik tersendiri yang membedakan bank syariah dengan bank Konvensional. Prinsip bagi hasil lahir sebagai penolakan terhadap perbankan yang memberlakukan sistem bunga sebagai keuntungan. Adapun jenis bagi hasil 59

2 pada perbankan syariah yaitu dalam bentuk perbankan syariah? Jika bank syariah lebih Mudharabah dan Musyarakah. mengedepankan pembiayaan-pembiayaan lain Pembiayaan mudharabah dan yang lebih bebas resiko, lalu apa bedanya musyarakah secara nasional pada tahun 2003 bank syariah dengan bank konvensional hanya sebesar 20,3 % (persen) bila di lainnya? 2 bandingkan dengan pembiayaan murabahah Perbankan syariah memiliki (jual beli) yang sebesar 71, 2 % (persen), dari kekhususan dibandingkan dengan perbankan total pembiayaan sebesar 5, 47 Trilyun. Dari konvensional. Bahwa pengaturan mengenai segi asset, jika pada tahun 2000 asset perbankan syariah di dalam Undang-Undang perbankan syariah baru mencapai 1,2 triliun, Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan namun pada November 2004 meningkat sebagaimana telah diubah dengan Undangmenjadi 14 triliun. Demikian juga dengan Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum dana pihak ketiga (DPK) dari 669 miliar pada spesifik, sehingga perlu diatur secara khusus tahun 2000, kemudian meningkat menjadi dalam suatu undang-undang tersendiri. 10,4 triliun pada November 2004, atau 1,1 % Pada tanggal 17 Juni 2008, Perbankan dari total aset perbankan nasional yang syariah memasuki babak baru dalam industri mencapai triliun rupiah. 1 perbankan di Indonesia. Pada tanggal tersebut Menurut Chopra saat ini praktek DPR secara resmi mengesahkan RUU pembiayaan berbasis PLS melalui perbankan syariah menjadi Undang-Undang. Mudharabah dan Musyarakah hanya berkisar Pengesahan Undang-Undang No. 21 tahun seperempat dari portofolio asset perbankan 2008 tentang perbankan Syariah ini syariah. Di Indonesia sendiri saat ini dari total merupakan salah satu jawaban atas makin pembiayaan syariah senilai Rp. 34,09 triliun, pesatnya pertumbuhan industri perbankan jumlah pembiayaan yang diberikan adalah Syariah di tanah air. Rp. 6,12 triliun atau 17,94% dari seluruh total Bank Muamalat Cabang Tanjung pembiayaan. Sedangkan pembiayaan Balai telah menjalankan pembiayaan dengan mudharabah sebesar 6,5 triliun atau 19,11% sistem bagi hasil. Berikut pembiayaan dengan dari seluruh total pembiayaan. Makin sistem bagi hasil di Bank Muamalat Cabang kecilnya porsi pembiayaan dengan sistem Tanjung Balai : bagi hasil sebagai prinsip utama dalam perbankan syariah ini justru akan menimbulkan pertanyaan ada apa dengan 1 Kumpulan Artikel BNI Syariah, 2006, Peluang dan Tantangan Bank Syariah di Indonesia, Al-Kautsar Prima. Hal Thariqullah Khan dan Umar Chopra, 2008, Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah, Bumi Aksara, Jakarta. Hal

3 Tabel 1 Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil 2008 s/d 2010 No Jenis Pembiayaan Jumlah 2008 s/d Mudharabah 7 2 Musyarakah 15 Jumlah 22 Melihat hal tersebut, perlu kiranya dikaji dan dianalisis mengenai aspek pembiayaan dengan sistem bagi hasil dalam perspektif Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, sehingga nantinya melalui penelitian ini diharapkan dapat menganalisis bagaimana pengaturan tentang sistem bagi hasil menurut Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dan juga bagaimana implementasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil pada Bank Muamalat. Serta hambatanhambatan apa saja yang dihadapi dan bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan mendapatkan jawaban sebagai upaya peningkatan kualitas pembiayaan dengan sistem bagi hasil pada perbankan syariah, khususnya Bank Muamalat Kantor Cabang Tanjung Balai. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diambil suatu perumusan masalah sebagai pembatasan dalam pembahasannya yakni sebagai berikut : 1. Bagaimanakah implementasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil pada Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai? 2. Bagaimanakah hambatan-hambatan pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang dihadapi oleh Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai, dan bagaimana upaya untuk menghadapi hambatan tersebut? II. URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil Pengertian Pembiayaan terdapat pada Pasal 1 Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada ayat ( 25 ) yaitu: Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 52

4 c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna ; d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi di artikan sebagai laba. Secara definitif profit sharing di artikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Pada mekanisme lembaga keuangan syariah pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk produk penghimpunan dan penyertaan modal, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama). Keuntungan yang dibagi hasilkan harus di bagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib sesuai 53 dengan proporsi yang disepakati sebelumnya. 3 Sistem bagi hasil pembiayaan syariah ada 2 (dua), yaitu Mudharabah dan Musyarakah. Adapun pengertian dari Mudarabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode untung rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Pengertian Musyarakah adalah kerjasama yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan keuntungan Pengaturan Hukum Pembiayaan Dengan Sistem Bagi Hasil Akomodasi peraturan perundangundangan Indonesia terhadap ruang gerak perbankan syariah terdapat pada beberapa peraturan perundang-undangan berikut ini: a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal 25 Maret LN Tahun 1992 Nomor 31, TLN Nomor 3472; 3 Muhammad, 2009, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta. Hal Ibid, Hal. 169

5 b. Undang-undang No.10 Tahun 1998 yang sesuai dengan prinsip tentang Perubahan atas Undang-undan syariah;peraturan Bank Indonesia No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal 10 Nopember 1998, LN Tahun Nomor 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana 1998 Nomor 182; Bagi Bank yang Melaksanakan c. Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral. Undang-undang ini memberi peluang bagi BI untuk Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Tanggal 14 Nopember 2005, LN Nomor 124; menerapkan kebijakan moneter h. Surat keputusan Direksi Bank berdasarkan prinsip-prinsip syariah; d. Undang-undang Republik Indonesia Indonesia No. 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum dan Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Surat Keputusan DIreksi Bank Perubahan atas Undang-undang Indonesia No.32/34/KEP/DIR tanggal Nomor 7 Tahun 1989 Tentang 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Peradilan Agama tanggal 20 Maret bedasarkan Prinsip Syariah. Kedua 2006, LN Tahun 2006 Nomor 22; peraturan perundang-undangan ini e. Undang-undang Nomor 21 Tahun mengatur kelembagaan bank syariah 2008 Tentang Perbankan Syariah yang meliputi pengaturan tata cara tanggal 17 Juli 2008 LN Tahun 2008 Nomor 94; pendirian, kepemilikan, kepengurusan, dan kegiatan usaha bank; f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 i. Surat Edaran Mahkamah Agung RI, Tahun 1992 tentang Bank Nomor 08 Tahun 2008 Tentang Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, Eksekusi Putusan Badan Arbitrase tanggal 30 Oktober 1992, LN Tahun 1992 Nomor 119, TLN Nomor 3505; Syariah tanggal 10 Oktober 2008; j. Peraturan lainnya yang diterbitkan g. Peraturan Bank Indonesia oleh Bank Indonesia dan lembaga lain No.2/8/PBI/2000 tanggal 23 Februari sebagai pendukung operasi bank 2000 tentang Pasar Uang Antarbank syariah yang meliputi ketentuan berdasarkan Prinsip Syariah, dan berkaitan dengan pelaksanaan tugas Peraturan Bank Indonesia bank sentral, ketentuan standar No.2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari akuntansi dan audit, ketentuan 2000 tentang Sertifikat Wadi ah Bank pengaturan perselisihan perdata antara Indonesia peraturan perundangundangan bank dengan nasabah (arbitrase tersebut mengatur tentang likuiditas dan instrument moneter muamalah), standardisasi fatwa 54

6 produk bank syariah, dan peraturan pendukung lainnya. Selain peraturan diatas bahwa perbankan syariah dalam menjalankan produk bagi hasil harus berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional sebagaimana diamanatkan dalam undangundang perbankan syariah. Adapun fatwa dewan syariah nasional terkait dengan pembiayaan Mudharabah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional No:07/DSN- MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Mudharabah (qiradh) Menimbang, mengingat, memperhatikan: memutuskan, menetapkan: fatwa tentang pembiayaan Mudharabah (qiradh). Pembiayaan musyarakah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN- MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah. 2.3 Jenis-jenis Pembiayaan dengan Sistem Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah a. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, almudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. 5 Muhammad Syafi I Antonio, 1999, Bank Syariah: Bagi Bankir & Praktisi Keuangan, Bank Indonesia dan Tazkia Institute, Jakarta, Hal Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu kecurangan atau kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. 5 Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. 1. Mudharabah Mutlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah /speciefied mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah mutlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini

7 seringkali mencerminkan margin dalam bentuk menanggung kecenderungan umum si shihibul risiko. 6 maal dalam memasuki jenis dunia Musyarakah dibagi menjadi dua usaha. dilihat dari segi kontrak yaitu : Jadi mudharabah muqayyadah 1. Syarikah muawwadah adalah akad kerja sama dimana Yaitu pemilik modal secara shahibul maal menetapkan syarat bersama-sama berkontribusi dalam tertentu yang harus dipatuhi mudharib, modal dan manajemen, sehingga baik mengenai tempat usaha, tujuan semua kontributor terlibat dalam maupun jenis usahanya. manajemen. b. Pembiayaan Musyarakah 2. Syarikah al-inan Pembiayaan Musyarakah adalah Yaitu tidak semestinya semua pembiayaan yang dilakukan oleh kontributor modal mesti melibatkan pihak bank syariah dan / atau bank diri dalam manajemen, mereka muamalah untuk membiayai suatu dapat menyerahkan saja urusan proyek bersama antara nasabah manajemen kepada orang yang dengan bank. Nasabah dapat pandai lagi amanah diantara mengajukan proposal kepada Bank mereka. Syariah dan/atau bank muamalah untuk mendanai suatu proyek atau III. PEMBAHASAN usaha modal dari nasabah serta akan 3.1 Implementasi pembiayaan dengan ditentukan bagi hasilnya bagi masingmasing pihak berdasarkan persentase sistem bagi hasil pada Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai pendapatan atau keuntungan bersih Bank Muamalat Cabang Tanjung dari proyek atau usaha tersebut sesuai Balai dalam melakukan kerjasama dengan kesepakatan. Musyarakah kepada pihak-pihak tertentu lebih selektif adalah perjanjian ( aqad ) antara dua memilih instansi, seperti instansi pihak atau lebih dalam suatu usaha Koperasi pemerintah dan koperasi tertentu, yaitu masing-masing pihak BUMN yaitu dengan cara menjadikan akan memberikan kontribusi dengan bendaraha keuangan sebagai penanggung kesepakatan bila terdapat keuntungan. jawab sehingga proses pembayaran Namun bila terjadi kerugian maka menjadi lancar, mengikutsertakan kepada masing-masing pihak mendapat 6 Zainuddin Ali, 2008, Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta. Hal

8 semua pengurus koperasi untuk lewat penerapan prinsip kehati-hatian menandatangani akad pembiayaan, melalui pengelolaan dan penyebaran sehingga semua anggota Koperasi dapat risiko dengan cara menghindari jenis dimintai pertanggungjawabannya apabila yang terkonsentrasi, sektor ekonomi suatu saat terjadi permasalahan. tertentu, dan jangka waktu yang terlalu Sebelum melakukan pembiayaan lama. Serta prinsip dalam mengenal biasanya Bank Muamalat Cabang nasabah termasuk prinsip yang di anut Tanjung Balai lebih dahulu menilai dari 3 oleh bank muamalat dalam kegiatan (tiga) aspek kepada pihak mudharibnya, operasionalnya. Hal ini dimaksudkan yaitu: untuk menghindari terjadinya kecurangan a. Character atau wanprestasi dari pihak nasabah atau b. Capacity mitranya dalam pengelolaan dana. c. Condisy Untuk memperoleh pembiayaan Ketiga hal tersebut dijadikan yang diajukan pada Bank Muamalat ada analisa Sebagaimana layaknya lembaga hal-hal yang harus dipenuhi antara lain keuangan, Bank Muamalat senantiasa sebagai berikut: berusaha menjaga amanah masyarakat Persyaratan Umum (Pembiayaan Rupiah dan US Dollar) Pembiayaan Perorangan dengan pengajuan minimal Rp, 50 juta (plafond) Pembiayaan Koperasi Usia tahun (tidak melebihi usia pensiun) Masa kerja minimal dua tahun Foto kopi KTP suami istri sebanyak dua buah Foto kopi Kartu Keluarga Foto kopi Surat Nikah Surat persetujuan suami/istri Slip gaji asli selama 3 bulan terakhir Surat keterangan/rekomendasi dari perusahaan Foto kopi NPWP (bagi pengajuan diatas Rp. 100 juta) Rekening bank selama 3 bulan terakhir Foto kopi jaminan (tanah, bangunan atau kendaraan yang dibeli) Angsuran tidak melebihi 40% dari gaji pokok Surat Permohonan Foto kopi NPWP Foto kopi SIUP 57

9 Foto kopi TDP AD/ART Koperasi dan perubahannya Surat pengesahan dari Departemen Koperasi Susunan pengurus koperasi yang disahkan oleh Departemen Koperasi Laporan Keuangan 2 tahun terakhir Laporan Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2 tahun terakhir Cash flow projection selama masa pembiayaan Data jaminan Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat Pembiayaan Korporasi (PT/CV) Surat Permohonan Foto kopi NPWP Foto kopi SIUP Foto kopi TDP dan kelengkapan izin usaha lainnya Foto kopi KTP Direksi Company Profile Akta pendirian dan perubahannya Surat pengesahan dari Departemen Kehakiman Foto kopi rekening koran 3 bulan terakhir Laporan Keuangan 2 tahun terakhir Cash flow projection selama masa pembiayaan Data jaminan Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada pembiayaan bagi hasil khususnya terhadap Pembiayaan Mudaharabah. Maka Implementasi Pembiayaan Mudharabah pada Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai yaitu sebagai berikut: Adapun pembiayaan sistem bagi hasil Mudharabah di Bank Muammalat Cabang Tanjung Balai jenisnya yaitu Mudharabah Muthalaqah dan Mudharabah Muqayyadah. Yang dimaksud dengan transaksi Mudharabah Muthalaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis 7. Sedangkan transaksi Mudharabah Muqayyadah adalah akad Mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal) 7 Muhammad Syafi I Antonio, opcit. Hal

10 memberikan batasan kepada pengelola Mudharabah Muqayyadah, diberikan dana (mudharib) mengenai tempat, cara, pada Koperasi Instansi Pemerintah, dan objek investasi. Bank bertindak BUMN seperti perkebunan dan Koperasi sebagai agen penyalur dana investor swasta dan melalui BMT Syariah (channeling agent) kepada nasabah yang Berikut ini adalah pembiayaan Mudharabah bertindak sebagai pengelola dana. di Bank Muamalat Tanjung Balai. Koperasi Pada Mudharabah Muthalaqah ini, Pegawai Negeri X mengajukan pembiayaan Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai sebesar Rp ,- untuk membeli melakukan pembiayaan dengan barang-barang kebutuhan anggota dengan menyalurkan dana 100 % kepada jangka waktu pengembalian selama 36 Bulan. mudharib/ nasabah, seperti Usaha Kecil Maka rincian Fasilitas Mudharabah Sebagai Menengah (UKM). Sedangkan untuk berikut: Rincian Fasilitas Mudharabah pada Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai Plafond Rp ,- Kegunaan Pembelian Barang Kebutuhan Anggota Jangka Waktu 36 bulan Kelonggaran Tarik Nisbah Bagi Hasil 3 Bulan (berdasarkan Laba Bersih) : 80% untuk Bank Muamalat dan 20% untuk nasabah (Koperasi). Obyek Bagi Hasil Keuntungan Jual Beli Koperasi dengan anggota atas penggunaan fasilitas pembiayaan Bank. Biaya Administrasi Rp ,- Angsuran Media Penarikan Pengikatan Sesuai dengan jadwal angsuran. SPRP dan TTUN Notariel. 3.2 Hambatan-hambatan pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang dihadapi oleh Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai, dan upaya untuk menghadapi hambatan tersebut. a. Hambatan-hambatan Pembiayaan dengan Sistem Bagi Hasil 1) Hambatan Internal Dalam pembiayaan dengan sistem bagi hasil, Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai berusaha untuk lebih selektif dalam memberikan dana Mudharabah dan Musyarakah 59

11 agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Salah satu contohnya adalah dalam pembiayaan Mudharabah, mereka memberikan kepada koperasi, yang nantinya sistem pembayarannya dengan pemotongan gaji. Biasanya dalam pengajuan permohonan tidak begitu banyak permasalahan yang timbul. Akan tetapi permasalahan mulai timbul biasanya setelah pencairan dana pembiayaan dari pihak Bank ke nasabah. Adapun hambatanhambatan yang dihadapi Bank Muamalat terkait dengan pembiayaan dengan sistem bagi hasil adalah sebagai berikut: a) Jaringan kantor bank muamalat masih terbatas Hal seperti ini yang membuat masyarakat belum begitu tertarik untuk memilih bank muamalat dalam melakukan investasi. Maka ke depannya diharapkan jaringan kantor Muamalat akan bertambah dengan distribusi yang semakin luas,. Bahkan sampai ke tingkat kecamatan. Bank Muamalat mengakui bahwasannya pusat layanan mereka kurang banyak, tidak seperti Bank BRI yang kantor layanannya sampai tingkat Kecamatan. b) SDM yang memiliki keahlian untuk melakukan investasi pola bagi hasil di bank muamalat masih rendah. Perbankan syariah khususnya Bank Muamalat merupakan industri baru dan masih belum lama dikenal di Indonesia, dimana dalam perbankan syariah sangat membutuhkan suatu keahlian dan pengetahuan yang khusus. Kurangnya dukungan keahlian yang memadai pada akhirnya akan membahayakan keseimbangan operasi perbankan dalam jangka panjang. Selain itu, lembaga akademis dan pelatihan juga masih terbatas, sehingga tenaga terdidik dan berpengalaman dibidang perbankan syariah khususnya dalam hal investasi pola bagi hasil masih kurang. Pengembangan SDM di bidang perbankan syariah 60

12 sangat dibutuhkan. Sebab, bagi hasil yang ditawarkan, keberhasilan pengembangan ternyata mereka belum bank syariah pada level memahami benar apa yang mikro sangat ditentukan dimaksud dengan oleh kualitas manajemen pembiayaan bagi hasil dan tingkat pengetahuan tersebut. serta keterampilan pengelola 2) Hambatan Eksternal bank. SDM dalam a) Kurangnya tranparansi dari perbankan syariah pihak nasabah memerlukan persyaratan Pada prinsipnya system bagi pengetahuan yang cukup hasil kedua belah pihak luas di bidang perbankan, mendapatkan keuntungan memahami implementasi yang sesuai (proporsional) prinsip-prinsip syariah dengan modal yang dalam praktik perbankan disetorkan, dan di lain serta mempunyai komitmen pihak, juga menanggung yang kuat untuk kerugian (lose) yang sama menerapkannya secara besarnya. Namun, dalam konsisten. praktiknya hal itu sangat c) Sosialisasi kepada sulit dijalankan. Karena masyarakat belum maksimal prinsip kejujuran dan Sosialisasi yang dilakukan keterbukaan dari pihak dalam rangka memberikan nasabah belum dapat informasi yang lengkap dan berjalan secara maksimal, benar mengenai kegiatan bank selaku investor usaha perbankan syariah mengalami kesulitan untuk maupun dalam hal mengontrol pembukuan pembiayaan dengan sistem nasabah secara detail. bagi hasil kepada Akibatnya, bank yang masyarakat luas belum mengalami kendala dilakukan secara maksimal. mengontrol lalu lintas bisnis Hal ini dibuktikan dari dan keuangan nasabah sulit beberapa nasabah dan untuk membuktikan bahwa masyarakat yang ditanya nasabah tersebut benarbenar tentang produk pembiayaan memiliki keuntungan 61

13 yang cukup besar untuk dibagi ataukah sebaliknya, mengalami kerugian yang sangat besar sehingga bank harus ikut menanggungnya. b) Pemahaman nasabah dalam hal pembiayaan dengan sistem bagi hasil masih rendah. Hal ini terjadi karena sosialisasi yang dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang lengkap dan benar mengenai pembiayaan dengan sistem bagi hasil belum maksimal. Ditambah lagi tingkat pendidikan yang rendah membuat masyarakat jadi tidak mengerti apa itu bagi hasil. Jadi yang mereka mengerti adalah modal yang diberikan oleh bank sebagai pinjaman uang kepada mereka adalah kredit seperti halnya yang terjadi di bank konvensional pada umumnya. Masyarakat sudah terbiasa dengan transaksi yang sering dilakukan pada bank Konvensional. Dari ketidakpahaman inilah alasan yang membuat masyarakat kurang berminat untuk melakukan pembiayaan bagi hasil baik Mudharabah maupun Musyarakah pada Bank Muamalat dan menjadi faktor lambatnya perkembangan bank Muamalat itu sendiri. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi bank Muamalat untuk melakukan pembiayaan dan terkadang menimbulkan kesalahpahaman pada nasabah. b. Upaya-upaya Yang Dilakukan 1) Upaya Internal Adapun Upaya yang dilakukan Bank Muamalat dalam mengatasi segala hambatanhambatan pada pembiayaan dengan sistem bagi hasil adalah sebagai berikut: a) Untuk mengatasi hambatan pada Jaringan kantor Muamalat yang masih terbatas, Upaya yang dilakukan adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) berusaha dan berupaya untuk membuka kantor cabang baru maupun kantor cabang pembantu lainnya di setiap daerah untuk menambah perluasan jaringan yang ada dan diupayakan sampai kepada tingkat kecamatan, 62

14 sehingga dapat memenuhi 7) Pengelolaan Aset kebutuhan pasar dan dan Liabilitas meningkatkan pelayanan (ALMA) seperti yang diharapkan 8) Kesadaran akan masyarakat atau nasabah Audit yang menggunakan jasa bank Muamalat. 9) Kemampuan Berkomunikasi b) Untuk mengatasi masalah Efektif masih rendahnya SDM yang memiliki keahlian investasi pola bagi hasil di Bank (ii) Melakukan evaluasi dan mengganti 10% kru yang berkinerja rendah. Muamalat, upaya yang (iii) Melakukan pelatihan dilakukan adalah sebagai Celestial Management berikut: Training secara regular (i) Melakukan program kepada seluruh Kru peningkatan Muamalat dan secara keterampilan dalam khusus bagi setiap calon menjalankan tugas pemimpin Muamalat. sehari-hari. Program (iv) Melakukan pelatihan tersebut terdiri dari Sembilan program pengembangan manajerial dan utama yaitu : meningkatkan 1) Program Orientasi keterampilan MODP Kru Muamalat (Pro (Muamalat Officer Umat) 2) Perbankan Syariah Development Program). (v) Menambah SDM yang 3) Pelayanan Prima berkompeten dan 4) Operasi Domestik profesional untuk 5) Kemampuan Membaca Informasi Keuangan melakukan investasi pola bagi hasil. c) Untuk mengatasi hambatan 6) Dasar-Dasar yang berhubungan dengan Penanaman Dana Sosialisasi kepada masyarakat yang belum maksimal, upaya yang 63

15 dilakukan adalah sebagai transparansi dari pihak berikut: mudharib, upaya yang (i) Melakukan sosialisasi dilakukan adalah sebagai kepada masyarakat berikut: secara langsung dan (i) Menciptakan sistem bertahap melalui sales monitoring dan dan marketing bank pengawasan yang efektif Muamalat yang turun ke untuk menjamin lapangan serta tercapainya sistem menjelaskan kepada perbankan secara masyarakat seputar konsisten. produk perbankan Dengan cara ini syariah, khususnya mudharib didorong untuk menyangkut pembiayaan selalu jujur dan amanah bagi hasil. terhadap bisnis yang (ii) Menyebarkan brosurbrosur dibiayai sehingga kecil seputar produk- kemungkinan bagi produk yang ada di bank mudharib untuk Muamalat, khususnya melakukan dalam hal produk penyimpanganpenyimpangan. pembiayaan dengan sistem bagi hasil, serta (ii) Melakukan audit atas (iii) Melakukan kerjasama laporan keuangan secara kepada perusahaanperusahaan periodik. besar Mudharib dituntut untuk maupun kecil, instansi, selalu memberikan koperasi dan lain-lain. 2) Upaya Eksternal laporan keuangan dari usaha yang dibiayai, baik Sehubungan dengan itu keuntungan maupun adanya hambatan-hambatan kerugian yang di alami eksternal, maka Bank Muamalat atas usaha yang di biayai. melakukan upaya antara lain b) Untuk pemahaman nasabah sebagai berikut: dalam hal pembiayaan a) Untuk menanggulangi dengan sistem bagi hasil kurangnya masalah masih rendah, Upaya yang 64

16 dilakukan adalah dengan Syariah. Sedangkan pembiayaan meningkatkan pemahaman sistim bagi hasil Musyarakah di Bank masyarakat terhadap Muamalat Cabang Tanjung Balai perbankan syariah secara adalah dengan melakukan kerjasama maksimal khususnya dalam dengan Developer perumahan melalui hal pembiayaan dengan KPR Syariah. sistem bagi hasil dengan cara 4.2 Hambatan-hambatan pembiayaan melakukan pendekatanpendekatan, dengan sistem bagi hasil yang seminar-seminar dihadapi oleh Bank Muamalat umum yang banyak Cabang Tanjung Balai, meliputi : membahas tentang hambatan internal dan eksternal, pembiayaan bagi hasil. Serta melakukan sosialisasi kepada diantaranya : jaringan kantor bank muamalat masih terbatas; SDM yang masyarakat dengan cara memilki keahlian untuk melakukan menawarkan produk investasi pola bagi hasil di bank pembiayaan khususnya bagi muamalat masih rendah; Sosialisasi hasil yang ada di bank kepada masyarakat belum maksimal; Muamalat Tanjung Balai. kurangnya transparansi dari pihak nasabah; pemahaman nasabah dalam IV. KESIMPULAN 4.1 Implementasi pembiayaan dengan hal pembiayaan dengan sistim bagi hasil masih rendah. Upaya internal sistem bagi hasil pada Bank yang dilakukan antara lain: membuka Muamalat Cabang Tanjung Balai terdiri dari 2 macam pembiayaan yaitu Mudharabah dan Musyarakah. Pembiayaan yang pernah terjadi dari kantor cabang dan kantor cabang pembantu di setiap daerah untuk menambah perluasan jaringan yang ada dan diupayakan sampai kepada tahun berjumlah 22 (dua tingkat kecamatan; Melakukan puluh dua) pembiayaan. Untuk program peningkatan keterampilan Mudharabah Muthalaqah, diberikan dalam menjalankan tugas sehari-hari; kepada Usaha Kecil Menengah mengadakan seminar-seminar umum (UKM). Sedangkan untuk yang banyak membahas tentang Mudharabah Muqayyadah, diberikan pada Koperasi Instansi Pemerintah, pembiayaan bagi hasil; menciptakan sistem monitoring dan pengawasan BUMN seperti perkebunan dan yang efektif untuk menjamin Koperasi swasta serta melalui BMT 65

17 tercapainya sistem perbankan syariah secara konsisten. DAFTAR PUSTAKA Ali, Zainuddin, 2008, Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta Antonio, Muhammad Syafi I, 1999, Bank Syariah: Bagi Bankir & Praktisi Keuangan, Bank Indonesia dan Tazkia Institute, Jakarta. Arifin, Zainul, 1999, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek, Alvabet, Jakarta. Zainul, Arifin, 2000, Mekanisme Kerja Perbankan Islam dan Permasalahannya, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.1, halaman 44. Kumpulan Artikel BNI Syariah, 2006, Peluang dan Tantangan Bank Syariah di Indonesia, Al-Kautsar Prima. C. Perundang-Undangan Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Fatwa Dewan Syariah Nasional No:07/DSNMUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). Fatwa Dewan Syariah Nasional No:08/DSNMUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah. Khan Thariqullah dan Chopra Umar, 2008, Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah, Bumi Aksara, Jakarta. Laporan Tahunan Bank Muamalat Tahun Lubis, K. Suhrawardi, 2004, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta. Tentang Peradilan Agama. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. Muhammad, 2009, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta. B. Makalah Arifin, Muhammad, 2010, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Melalui Alternative Dispute Resolution (ADR), Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah di Indonesia di Kampus UMSU. 66

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS STANDAR BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan bagian dari pelaksanaan ekonomi Islam. Bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi syariah. Perkembangan bank syariah di Indonesia secara umum cukup menggembirakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permodalan merupakan salah satu faktor utama terhambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kurangnya modal membuat suatu usaha menjadi sulit untuk berkembang karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI KENDAL Dikeluarkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Lebih terperinci

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di No.148, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Perkreditan. Pembiayaan. Kebijakan. Penyusunan dan Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, 20120730138 I. Flow-chart Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk mendapatkan tambahan modal.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo BAB V PEMBAHASAN A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo Musyarakah mutanaqisah (decreasing participation) adalah nasabah dan bank berkongsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan yang bebas dari bunga merupakan konsep yang masih relatif baru. Gagasan untuk mendirikan Bank Islam lahir dari keadaan belum adanya kesatuan pendapat dikalangan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/46/PBI/2005 TENTANG AKAD PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BAGI BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank Syariah Mega Indonesia, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. PT Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI. MUDHARABAH dan MUSYARAKAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI. Oleh Fiqri Yunanda Pratama 20120730132 Swasti Saraswati 20120730137

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO. BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000 A. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah kemitraan/kerja sama dengan prinsip bagi hasil, hal ini merupakan sesuatu yang menarik untuk

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan berlandaskan syariah Agama Islam. Seperti halnya bank konvensional bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya perkembangan bentuk usaha kecil dan menengah, menyebabkan semakin tingginya taraf kemakmuran perekonomian masyarakat. Namun, perkembangan

Lebih terperinci

REGULASI ENTITAS SYARIAH

REGULASI ENTITAS SYARIAH REGULASI ENTITAS SYARIAH KURNIAWAN STRUKTUR REGULASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH HUKUM SYARIAH HUKUM POSITIF FATWA DSN UU ATAU ATURAN DARI LEMBAGA TERKAIT 2 1 LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an. perkembangan syariah merupakan cita-cita para praktis ekonomi islam pada saat itu, sehingga pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis bagi pendorong

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis bagi pendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis bagi pendorong kemajuan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Bagi Hasil 2.1.1.1. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil atau profit sharing ini dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kerjasama antara

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH (Sulhan PA Bengkulu) 1. Perbankan Syari ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syari ah dan Unit Usaha

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah IV.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah

Lebih terperinci

Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah

Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah Ringkasan Penelitian Bank Syariah dikenal sebagai bank dengan ciri khas bagi hasil. Ciri ini tergambar kuat pada aspek

Lebih terperinci

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia 2008 DAFTAR ISI A. Penghimpunan Dana I. Giro Syariah... A-1 II. Tabungan Syariah... A-3 III. Deposito Syariah... A-5 B. Penyaluran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2017 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI DAERAH TERTENTU DI INDONESIA YANG TERKENA BENCANA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, Produk Bank Syariah dan Unit Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran perbankan berfungsi melayani masyarakat di daerah pedesaan atau pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di ndonesia, rural banking diakomodasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari munculnya perbankan syari ah di Indonesia pada era 1990-an, pertumbuhan bank syari ah di indonesia saat ini begitu pesat. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, telah dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil Koperasi syariah yang lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel Islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS STANDAR BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang.

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN Deposito ib Hasanah Dollar adalah simpanan dari pihak ketiga kepada pihak bank yang penarikannya hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.151, 2017 KEUANGAN OJK. Bank. Bencana Alam. Daerah Tertentu. Kredit. Pembiayaan. Perlakuan Khusus. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran

Lebih terperinci

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, Produk Bank Syariah dan Unit Usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimaksud dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimaksud dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah telah berkembang pesat pada dekade terakhir serta telah menjadi tren yang sangat penting dalam dunia keuangan. Menurut ketentuan yang tercantum di

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis perbankan syariah di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang disampaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH CILEGON MANDIRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal perbankan syariah. Semakin banyak yang menyadari bahwa perlunya lembaga keuangan yang beroperasional

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.03/2017 TENTANG PEMBATASAN PEMBERIAN KREDIT ATAU PEMBIAYAAN OLEH BANK UMUM UNTUK PENGADAAN TANAH DAN/ATAU PENGOLAHAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Pengertian Lembaga Keuangan Dalam sistem keuangan suatu Negara, lembaga keuangan berperan dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA 83 BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA A. Mekanisme Produk Simpanan Berjangka (deposito) di

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Harta Insan Karimah 4.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah di Bank

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan bersepakatan tujuan antara

Lebih terperinci

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga 2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga dan bagi hasil sangatlah berbeda. 3) Untuk mengetahui tingkat kejujuran para anggota mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan

Lebih terperinci

PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI

PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ± 85% dari 220 juta penduduk Indonesia, memberikan kesempatan bagi berkembang pesatnya sektor Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang cukup besar dalam usaha untuk meningkatkan perhimpunan dana dari masyarakat dan dapat mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang sering dipermasalahkan dan merupakan kendala utama adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan rumah. Memiliki sebuah rumah impian adalah keinginan semua manusia. Namun terkadang keinginan tersebut tidak dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/PERMEN/M/2007 TENTANG PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN DUKUNGAN FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN

Lebih terperinci

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS Ir. Andreas Eddy Susetyo, M.M. Anggota Komisi XI DPR-RI Dalam Seminar Perbarindo Pontianak, 26 Oktober 2016 1 Agenda Fungsi dan Peran BPR/BPRS Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Akad Mudharabah Muthlaqah dalam Simpanan Zamani Berdasarkan Fatwa DSN-MUI menetapkan fatwa No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito, menyatakan bahwa

Lebih terperinci

DOKUMENTASI WAWANCARA

DOKUMENTASI WAWANCARA LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA BROSUR KPR ib Tampak bagian depan dan belakang brosur Tampak bagian dalam brosur Yang ada di Cabang STRUKTUR ORGANISASI Tabel Angsuran Pembiayaan Rumah (KPR ib Muamalat)

Lebih terperinci

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, manusia secara naluri adalah makhluk yang senantiasa bergantung dan terikat serta saling membutuhkan kepada yang lain.

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci