PERANCANGAN LABORATORIUM BROADCASTING STUDI KASUS STASIUN TELEVISI POLITEKNIK NEGERI BATAM TUGAS AKHIR RIKA RIKADA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN LABORATORIUM BROADCASTING STUDI KASUS STASIUN TELEVISI POLITEKNIK NEGERI BATAM TUGAS AKHIR RIKA RIKADA"

Transkripsi

1 PERANCANGAN LABORATORIUM BROADCASTING STUDI KASUS STASIUN TELEVISI POLITEKNIK NEGERI BATAM TUGAS AKHIR Oleh : RIKA RIKADA Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma IV JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA JARINGAN POLITEKNIK NEGERI BATAM 2015

2 PERANCANGAN LABORATORIUM BROADCASTING STUDI KASUS STASIUN TELEVISI POLITEKNIK NEGERI BATAM TUGAS AKHIR Oleh : RIKA RIKADA Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma IV JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA JARINGAN POLITEKNIK NEGERI BATAM 2015

3 HALAMAN PENGESAHAN PERANCANGAN LABORATORIUM BROADCASTING STUDI KASUS STASIUN TELEVISI POLITEKNIK NEGERI BATAM Oleh : RIKA RIKADA Tugas akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN POLITEKNIK NEGERI BATAM Batam, Mei 2015 Disetujui oleh, Pembimbing I, Pembimbing II, Meyti Eka Apriyani, M.T NIK NIP Sandi Prasetyaningsih, S,ST

4 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini, saya: NIM : Nama : Rika Rikada Adalah mahasiswa Teknik Multimedia Jaringan Politeknik Negeri Batam yang menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul: PERANCANGAN LABORATORIUM BROADCASTING STUDI KASUS STASIUN TELEVISI POLITEKNIK NEGERI BATAM Disusun dengan: 1. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 2. Tidak melakukan pamalsuan data 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa ijin pemilik Jika kemudian terbukti terjadi pelanggaran terhadap pernyataan di atas, maka saya bersedia menerima sanksi apapun termasuk pencabutan gelar akademik. Lembar penyataan ini juga memberikan hak kepada Politeknik Negeri Batam untuk mempergunakan, mendistribusikan ataupun memproduksi ulang seluruh hasil Tugas Akhir ini. Batam, Mei 2015 II Rika Rikada NIM

5 KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul PERANCANGAN LABORATORIUM BROADCASTING STUDI KASUS STASIUN TELEVISI POLITEKNIK NEGERI BATAM dengan baik dan lancar. Penulis sadar bahwa selesainya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa, karena-nya saya telah diberikan kehidupan dan dapat menyelesaikan Tugas akhir ini. 2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat setiap hari. 3. Ari Wibowo, M.T selaku Koordinator Tugas Akhir D4 Teknik Multimedia dan Jaringan Politeknik Negeri Batam. 4. Meyti Eka Apriyani, M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran, serta bimbinganya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.. 5. Sandi Prasetyaningsih, S.ST selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan serta bimbinganya kepada penulis. 6. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tak lepas dari kesalahan dan kekurangan dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan karya tulis ini. Batam, Mei 2015 III Penulis

6 ABSTRAK Bergulirnya reformasi pada tahun 1998 di Indonesia, menyebabkan terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan yang salah satunya adalah undangundang tentang dunia penyiaran. Dengan diterbitkannya UU RI No. 32 Th. 2002, keberadaan undang-undang ini akhirnya menjadi dasar hukum yang menjadikan televisi sebagai paradigma baru untuk menunjang proses demokratisasi penyiaran di Indonesia. Isi dalam undang-undang ini salah satunya mengatur dan mewajibkan setiap daerah di Indonesia agar mengangkat dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing melalui media televisi. Politeknik Negeri Batam sudah memiliki laboratorium broadcasting yang digunakan untuk menunjang salah satu matakuliah dari prodi Multimedia & Jaringan. Namun belum mampu menunjang proses belajar dengan baik. Mulai dari alat-alat yang digunakan, desain interior ruangan dan penataannya. Maka dalam tugas akhir ini akan dilakukan riset bagaimana merancang sebuah laboratorium stasiun televisi yang mampu menunjang proses belajar dengan baik. Perancangan ini dibuat berdasarkan hasil tinjauan langsung kelapangan berupa survei dan pengumpulan dari instansi-instansi terkait. Sehingga perancangan ini menghasilkan usulan langkah pokok pikiran (dasar) yang menjadi landasan konseptual perencanaan dan perancangan laboratorium stasiun televisi di Politeknik Negeri Batam. Kata Kunci: Penyiaran, Perancangan, Politeknik Negeri Batam. iv

7 ABSTRACT The reformation in 1998 in Indonesia, led to changes in legislation, one of which is the law on broadcasting. With the publication of UU RI No.32 Yr. 2002, the existence of this legislation finally become legal basis which makes the television as the new paradigm in order to support the process of democratization in Indonesia broadcasting. The content of this legislation in one set and require every region in Indonesia to raise and develop the potential of each area through the medium of television. Politeknik Negeri Batam already has lab broadcasting used to bolster one of the courses of Multimedia Networking prodi. But haven't been able to support the learning process as well. Starting from the tools used, the interior design of the room and the settings are. It is in this final assignment will be carried out laboratory research how to design a television station that is capable of supporting the learning process as well. The design is based on the results of the review directly contributes in the form of surveys and the collection of instances-related institutions. So this design resulted in a proposal for a basic step in mind (Basic), which became the cornerstone of conceptual planning and design of the laboratory of television stations in Batam State Polytechnic. Keywords: Broadcasting, Designing, Politeknik Negeri Batam. v

8 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii iv v vi x xiii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah... 1 I.2 Rumusan Masalah... 2 I.3 Tujuan Masalah... 2 I.4 Batasan Masalah... 2 I.5 Sistematika Penulisan... 3 BAB II TINJAUAN UMUM II.1 Pengertian Televisi... 4 II.2 Pengertian Stasiun Televisi... 4 II.3 Stasiun Televisi di Kota Batam... 5 II.3.1 Batam Tv. 5 II.3.2 Urban TV (UTV)... 7 II Visi dan Misi UTV Batam... 7 II.4 Pengertian Penyiaran... 8 II.5 Sejarah Penyiaran Televisi... 9 II.5.1 Pertelevisian di Indonesia 9 II.5.2 Pada Era Orde Baru II.6 Frekuensi Penyiaran Televisi II.6.1 Frekuensi TV Analog II.6.2 Frekuensi TV Digital vi

9 II.7 Prinsip Dasar Penyiaran Televisi II.8 Kebutuhan Dasar Produksi Penyiaran Televisi II.8.1 Aspek Produksi II.8.2 Aspek Penyiaran II.8.3 Aspek Pendukung II.9 Sistem Siaran TV Digital II.9.1 Definisi dan Perkembangan Televisi Digital.. 14 II.9.2 Transisi Ke TV Digital II.9.3 Standarisasi pada TV Digital II.9.4 Frekuensi TV Digital II.9.5 Sistem Pemancar TV Digital II.9.6 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Penyiaran Digital.. 20 II.9.7 Pengelolaan Frekuensi Radio untuk Keperluan Siaran TV II.9.8 Assignment Kanal TV Digital. 25 BAB III ANALISA DATA III.1 Deskripsi Umum III.2 Tinjauan Khusus Stasiun Televisi BATAM TV III.2.1 Studio Pemancar Batam TV III Ruang Studio Siaran Batam TV III Peralatan Studio Siaran Batam TV dan Fungsinya III Ruang Master control Batam TV III Peralatan Master Control Batam TV dan Fungsinya III Ruang Editing Batam TV III Peralatan Ruang Editing Batam TV dan Fungsinya III.2.2 Pengolahan Program Acara pada Batam TV.. 43 III Teknik Siaran Langsung (On Air) Batam TV III Teknik Siaran Tidak Langsung (Off Air) Batam TV III Prosedur Pengoperasian III.2.3 Program Acara pada Batam TV.. 47 III.2.4 Teknis Penyiaran dan Frekuensi pada Batam TV III.3 Tinjauan Khusus Stasiun Televisi Politeknik Negeri Batam VII

10 III.3.1 Lokasi Stasiun Televisi Politeknik Negeri Batam III.3.2 Ruang Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam III.3.3 Peralatan Ruang Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam.. 55 III.3.4 Denah Luas Ruang Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam.. 58 III.3.5 Layout Ruangan Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam.. 59 III.4 Tinjauan Khusus Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kepri III.4.1 Daftar Perusahaan Pemancar TV di Daerah Kepulauan Riau III.4.2 Model Bisnis Sistem Siaran TV Digital Teresterial BAB IV PERANCANGAN SISTEM IV.1 Rancangan sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam IV.1.1 Perancangan Sistem Pengolahan konten Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam IV.1.2 Perancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam pada Sistem Analog IV.1.3 Perancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam pada Sistem Digital IV.2 Rancangan Layout Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam IV.2.1 Denah Ukuran Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam. 77 IV.2.2 Perancangan Antarmuka Layout Studio dalam Bentuk 2 dimensi. 79 IV.2.3 Perancangan Antarmuka Layout Ruang Editing dan Ruang Kontrol dalam Bentuk 2 Dimensi.. 81 IV.2.4 Perancangan Antarmuka Layout Studio dalam Bentuk 3 dimensi. 83 IV.2.5 Perancangan Antarmuka Layout Area Perekaman dalam Bentuk 3 dimensi 84 IV.2.6 Perancangan Antarmuka Layout Ruang Kontrol dalam Bentuk 3 dimensi.. 85 IV.2.7 Perancangan Antarmuka Layout Ruang Editing dalam Bentuk 3 dimensi.. 88 VIII

11 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan V.2 Saran DAFTAR PUSTAKA.. 92 LAMPIRAN Lampiran Lampiran IX

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Ruangan Studio Siaran Batam TV.. 31 Gambar 3.2 Ruangan Studio Siaran Batam TV.. 32 Gambar 3.3 Ruangan Studio Siaran Batam TV.. 32 Gambar 3.4 Kamera HDV Gambar 3.5 Lighting atau Lampu Studio Gambar 3.6 Komputer Telepromter Gambar 3.7 Clip On Wireless Gambar 3.8 Ruang Master Control Batam TV Gambar 3.9 Ruang Master Control Batam TV Gambar 3.10 TV Monitor Batam TV Gambar 3.11 Audio Mixer Batam TV Gambar 3.12 Video Mixer Batam TV Gambar 3.13 Komputer Character Generator Batam TV Gambar 3.14 Komputer Program Penyiaran Batam TV Gambar 3.15 Stabilizer pada Batam TV Gambar 3.16 Equalizer pada Batam TV Gambar 3.17 Micro wave Batam TV Gambar 3.18 Ruang Editing Batam TV Gambar 3.19 Ruang Editing Batam TV Gambar 3.20 Komputer Editing Batam TV Gambar 3.21 Komputer Dubbing Batam TV Gambar 3.22 Komputer Server Batam TV Gambar 3.23 Diagram Pengolahan Program Acara Indoor Batam TV Gambar 3.24 Diagram Pengolahan Program Acara Outdoor Batam TV.. 45 Gambar 3.25 Diagram Pengolahan Program Acara Off Air Batam TV Gambar 3.26 Antenna Receiver pada tower utama Batam TV Gambar 3.27 Micro wave pada tower utama Batam TV Gambar 3.28 Exciter pada tower utama Batam TV Gambar 3.29 Modulator pada tower utama Batam TV Gambar 3.30 Driver pada tower utama Batam TV Gambar 3.31 Power Amplifier pada tower utama Batam TV X

13 Gambar 3.32 Filter pada tower utama Batam TV Gambar 3.33 Tower utama Batam TV Gambar 3.34 Diagram Teknis Penyiaran pada tower utama Batam TV.. 53 Gambar 3.35 Ruangan Studio siaran Politeknik Negeri Batam Gambar 3.36 Ruangan Studio siaran Politeknik Negeri Batam Gambar 3.37 Denah Luas Ruangan Studio (m) Tampak Atas.. 58 Gambar 3.38 Layout Ruangan Studio Tampak Atas Gambar 3.39 Layout Ruangan Studio Tampak Samping.. 60 Gambar 3.40 Model Bisnis Sistem Siaran TV Digital Teresterial di Indonesia 62 Gambar 4.1 Rancangan Sistem Pengolahan Konten di Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Gambar 4.2 Rancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Sistem Analog Gambar 4.3 Rancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Sistem Digital Gambar 4.4 Antik Technology - Juice Encoder EN Gambar 4.5 Sistem Tranmisi dari Studio ke Multiplexer 72 Gambar 4.6 Ukuran Ruangan Studio (m) - Tampak Atas Gambar 4.7 Rancangan Layout Ruangan Studio - Tampak Atas 79 Gambar 4.8 Rancangan Layout Ruangan Studio - Tampak Samping. 80 Gambar 4.9 Rancangan Layout Ruangan Editing - Tampak Atas Gambar 4.10 Rancangan Layout Ruangan Kontrol - Tampak Atas 81 Gambar 4.11 Rancangan Layout Ruangan Editing & Ruang Kontrol Tampak Samping. 82 Gambar 4.12 Rancangan Layout Studio (3D) - Tampak Atas. 83 Gambar 4.13 Rancangan Layout Area Perekaman (3D) - Perspektif Gambar 4.14 Rancangan Layout Area Perekaman (3D) - Perspektif Gambar 4.15 Rancangan Layout Ruangan Kontrol (3D)- Tampak Atas.. 86 Gambar 4.16 Rancangan Layout Ruangan Kontrol (3D)- Perspektif Gambar 4.17 Rancangan Layout Ruangan Kontrol (3D)- Tampak Atas.. 87 Gambar 4.18 Rancangan Layout Ruangan Editing (3D) - Tampak Atas.. 88 XI

14 Gambar 4.19 Rancangan Layout Ruangan Editing (3D) Perspektif Gambar 4.20 Rancangan Layout Ruangan Editing (3D) Perspektif XII

15 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Zona-4, Jakarta & Banten Tabel 2.2 Zona-5, Jawa Barat. 26 Tabel 2.3 Zona-6, Jawa Tengah & Yogyakarta.. 26 Tabel 2.4 Zona-7, Jawa Timur Tabel 2.5 Zona-15, Kepulauan Riau Tabel 2.6 Pengkanalan Frekuensi Radio untuk TV Siaran Digital Kepulauan Riau.. 28 Tabel 3.1 Daftar Alat-alat Studio Siaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam. 55 Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Pemancar Televisi di Daerah Kepulauan Riau 61 Tabel 4.1 Rekomendasi Encoder yang telah Tersertifikasi Kemenkominfo Tabel 4.2 Spesifikasi Antik Technology - Juice Encoder EN Tabel 4.3 Keunggulan dan Kelemahan Alternatif Transmisi Tabel 4.4 Frekuensi Sistem Digital untuk Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Tabel 4.5 Kebutuhan Tambahan Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam XIII

16 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara republik yang memiliki bentuk Negara sebuah negara kepulauan. Memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia yang tersebar di belasan ribu pulau, Indonesia kaya akan suku bangsa dan budaya. Yang menjadi perhatian adalah, tiap-tiap suku bangsa tersebut tentu tidak dapat berdiri sendiri. Berprinsip pada Bhineka Tunggal Ika, tiap individu atau kelompok tetap akan berusaha bersatu dengan individu atau kelompok lain. Untuk tercapainya hal tersebut, dibutuhkan komunikasi. Informasi dan hiburan merupakan kebutuhan yang penting dalam era modern seperti masa kini. Di samping itu juga merupakan kebutuhan semua golongan yang ada dalam masyarakat. [10] Banyak cara dan alat yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Masyarakat memiliki banyak pilihan cara dan alat untuk berkomunikasi atau bertukar informasi. Baik itu secara satu arah atau dua arah. Namun yang banyak digunakan untuk mencari informasi sekarang ini adalah komunikasi satu arah. Baik itu televisi, radio, dan sebagainya. [10] Yang paling disukai tentu adalah televisi. Karena televisi memiliki gambar dan suara yang dapat memanjakan penontonnya. Hal tersebut membuat masyarakat yang ingin mencari informasi, dapat mendapatkan secara lebih rinci dan jelas. Banyak sekali faktor penunjang hingga sebuah acara dapat tayang di televisi yang diinginkan penontonnya. [2] Proses penyiaran akan dilakukan di gedung stasiun televisi. Mulai dari proses shooting, editing, recording, proses kreatif, dan sebagainya. Hampir seluruh pekerja dan karyawan yang terlibat, berkantor di gedung stasiun tersebut. Jadi gedung tersebut tentu saja harus dapat menunjang semua aktivitas yang diperlukan, supaya dapat terwujud tayangan berkualitas yang diinginkan masyarakat. [2] 1

17 Di Indonesia sudah banyak instansi pendidikan formal maupun non formal yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang Penyiaran Radio dan Televisi. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan terhadap tenaga teknis penyiaran akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman menuju era digital. Politeknik Negeri Batam sudah memiliki laboratorium broadcasting yang digunakan untuk menunjang salah satu matakuliah dari prodi Multimedia & Jaringan. Namun belum mampu menunjang proses belajar dengan baik. Mulai dari alat-alat yang digunakan, desain interior ruangan dan penataannya. Maka dalam tugas akhir ini akan dilakukan riset bagaimana merancang sebuah desain laboratorium stasiun televisi yang mampu menunjang proses belajar dengan memanfaatkan kantor Batam TV sebagai obyek riset. Dalam mendesain, tentu banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satu hal yang paling penting adalah tema. Mulai dari negara, budaya, dan sebagainya. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. I.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam tugas akhir adalah bagaimana merancang laboratorium stasiun televisi yang mampu menunjang proses belajar di Politeknik Negeri Batam dengan baik. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah tersusunnya usulan langkah pokok pikiran (dasar) sebagai suatu landasan konseptual perencanaan dan perancangan desain laboratorium stasiun televisi di Politeknik Negeri Batam. I.4 Batasan Masalah Dalam penyusunan tugas akhir ini terdapat batasan-batasan masalah sebagai berikut : 2

18 1. Penelitian ini hanya merancang sistem dan peralatan broadcasting dan bagaimana sebuah konten dapat sampai dipancarkan ke televisi tanpa membahas isi konten. 2. Penelitian ini tidak membahas tentang harga peralatan broadcasting. I.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bab 1 berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, serta sistematika pembahasan yang digunakan untuk menyusun laporan tugas akhir. 2. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi landasan dasar teori yang akan digunakan dalam melakukan analisis, perancangan, dan implementasi tugas akhir yang dilakukan pada babbab selanjutnya. 3. Bab III Analisa Data Bab 3 berisi analisis data terhadap rancangan laboratorium stasiun televisi yang sudah ada sehingga dapat membantu dalam melakukan perancangan. Dan pada bab ini, dibahas perancangan desain laboratorium stasiun televisi lebih lanjut. Perancangan yang dilakukan pada bab ini akan digunakan dalam melakukan implementasi pada bab selanjutnya. 4. Bab IV Perancangan dan Implementasi Bab ini berisi laporan hasil implementasi yang meliputi laporan pengembangan dari desain laboratorium stasiun televisi. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil perancangan desain laboratorium stasiun televisi yang telah dikerjakan. 3

19 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Televisi Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Dalam Baksin (2006: 16) mendefinisikan bahwa: Televisi meru pakan hasil produk teknologi tinggi (hi -tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu. [9] Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih luas lagi dinyatakan bahwa: Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima. [9] Berdasarkan kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif. [9] II.2 Pengertian Stasiun Televisi Stasiun televisi adalah tempat dimana gambar dan suara hasil rekaman diolah dan kemudian dipancarkan melalui pemancar untuk dapat diterima oleh televisi-televisi di berbagai tempat dalam jarak tertentu. Stasiun televisi juga merupakan tempat untuk menerima gelombang yang mengirimkan gambar dan suara untuk kemudian dipancarkan kembali agar dapat diterima oleh televisi-televisi di tempat lain dalam jarak tertentu. [1] 4

20 Stasiun Televisi merupakan tempat kerja yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Juru kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis, dan staf operasional lainnya harus saling berintraksi dan berkomunikasi dalam upaya untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin. [9] Yang dihasilkan dari stasiun televisi adalah siaran terlevisi. Siaran televisi adalah merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologial, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan kata-kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual lebih banyak menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat. Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara, kualitas suara dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-rumah. Dramatikal berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan. [9] Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa siaran televisi adalah suatu pemancar yang diproyeksikan melalui pendekatan sistem lensa, suara, dan menghasilkan gambar yang bergerak dan berisikan suatu informasi yang beranekaragam yang dapat diterima oleh setiap kalangan masyarakat. II.3 Stasiun Televisi di Kota Batam Perkembangan Telekomunikasi di Batam terbilang cukup pesat. Mengenai populasi stasiun televisi, Kota Batam memiliki beberapa stasiun televisi, terdiri dari 28 stasiun televisi (12 siaran nasional, 2 siaran lokal, dan 14 siaran internasional). II.3.1 Batam TV Di Kota Batam sendiri sudah ada stasiun televisi lokal. Salah satunya adalah Batam TV. Sebagai kota yang terus berkembang, Kota Batam dijadikan sebagai pusat perkembangan daerah industri, maka kehadiran stasiun televisi lokal Batam TV dapat digunakan sebagai media promosi dan layanan masyarakat yang 5

21 efektif. Batam TV juga merupakan anak perusahaan dari Jawa Pos dan Batam Pos Group yang merupakan Koran terbesar di Batam maupun Kepualauan Riau. Saat ini jangkauan siar Batam TV sudah mencakup seluruh area Kepri, Singapura hingga Johor Bahru Malaysia. Kekuatan daya pancar saat ini adalah 5 KW dipancarkan di Channel 51 UHF dan terus melakukan pengembangan untuk semakin memperluas jangkauan siarnya. Sebagai kota yang terus berkembang, Kota Batam dijadikan sebagai pusat perkembangan daerah industri, maka kehadiran stasiun televisi lokal Batam TV dapat digunakan sebagai media promosi dan layanan masyarakat yang efektif. Sadar dengan perkembangan tersebut Batam TV yang saat ini berkantor di Kompleks Gedung Graha Pena Batam dengan kekuatan pemancar 2 kilo mampu menjangkau pemirsa di Kota Batam dengan penduduknya kurang lebih jiwa, Kota Tanjung Pinang jiwa, Tanjung Uban/Lobam jiwa, Kab. Karimun jiwa, bahkan Batam Tv juga dapat diterima dinegara tetangga Singapura dengan penduduk jiwa dan Johor Baru Malaysia yang berpenduduk jurang lebih jiwa. Jumlah penduduk ini akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya sejumlah perusahaan dan industri besaryang beroperasi di Propinsi Kepualauan Riau. Saat ini sejumlah perusahaan yang sudah lama beroperasi dan industri-industri itu akan terus meningkat kapasitas produksinya. Tak mengherankan bila Batam menjadi kota tujuan pencari kerja dari seluruh penjuru tanah air. Perkembangan itu makin pesat setelah Kepulauan Riau resmi menjadi Propinsi lepas dari Propinsi Riau tahun Indikator lain yang menunjukkan kota ini akan terus berkembang adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 % yang melebihi pertumbuhan ekonomi nasional dan juga faktor keamanan yang merupakan sarat mutlak untuk investasi terus terjaga. Dengan perkembangan tersebut Batam TV memiliki sejumlah program yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kepulauan Riau sudah disiapkan, Batam TV yang mengudara sejak Januari 2002 saat ini mengudara mulai hingga Sesuai dengan tuntunan broadcast, Batam TV juga memiliki tenaga-tenaga profesional, 12 orang diantaranya juga adalah wartawan yang sudah berkecimpumg di dunia cetak hingga 5 tahun. Selain itu 6

22 semua tenaga sudah mengikuti pendidikan broadcast dari TV Nasional selama 1 bulan dan Pelatihan dari PJTV UI Jakarta. Batam TV juga merupakan anak perusahaan dari Jawa Pos dan Batam Pos Group yang merupakan Koran terbesar di Batam maupun Kepualauan Riau. II.3.2 Urban TV (UTV) UTV atau Urban TV Batam adalah salah satu televisi lokal berjaringan SINDO TV & MNC Group. Stasiun televisi ini berdiri sejak tahun 2011 di kota Batam. Urban TV mengudara dan dapat disaksikan lewat channel 61 UHF yang menjangkau daerah di provinsi Kepulauan Riau yakni Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun. UTV lahir sebagai jawaban atas kebutuhan akan konten lokal masyarakat Kota Batam. Sebagai televisi yang berada di propinsi perbatasan Indonesia dengan Singapura, UTV menghadirkan program-program yang ikut meningkatkan kesadaran dan kecintaan terhadap NKRI. UTV menghadirkan program news, hiburan dan musik. UTV dapat bersaing tidak hanya dengan televisi lokal di Batam, tetapi juga televisi nasional disana. URBAN TV mengudara selama 18 jam dari pukul 06:00 hingga pukul 00:00 pagi, dengan konten lokal selama 4 jam. Tayangan konten lokal URBAN TV mencangkup 60% news lokal kepulauan Riau dan 40 persen Non News ( Musik daerah, Budaya Lokal dan Religi ). Dengan hadirnya UTV di tengah masyarakat Batam dan sekitarnya diharapkan mampu menjadi media komunikasi yang efektif dalam mendukung pembangunan di Batam. II Visi dan Misi UTV Batam Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh UTV adalah : 1. VISI Menjadi information center yang menghibur, bertradisi, bersama dalam etnis bagi pembangunan Batam. 7

23 2. MISI 1. Mengelola program TV yang informatif, menghibur, berpendidikan, dan mampu mencitrakan kemampuan daerah dengan baik dem pembangunan. 2. Menjalankan produksi dengan dukungan sarana dan prasarana yang layak dengan memanfaatkan kemajuan teknologi serta senantiasa sesuai dengan perkembangan jaman. 3. Mengelola pendapatan perusahaan dengan motivasi untuk kemajuan perusahaan. 4. Menjalankan usaha dengan management sebaik-baiknya untuk kemajuan perusahaan. 5. Memberikan manfaat dan kesempatan meningkatkan kesejahteraan kepada stakeholder. Urban TV Batam hadir dengan motto: "Media Pemersatu Multi Ethnis untuk Pembangunan Batam" II.4 Pengertian Penyiaran Penyiaran atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai broadcasting adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di suatu tempat. [1] Dari definisi umum ini, tampak bahwa arti penyiaran berbeda dengan pemancaran. Pemancaran sendiri berarti proses transmisi siaran, baik melalui media udara maupun media kabel koaksial atau saluran fisik yang lain. Sebagaimana bahasa aslinya, broadcasting, penyiaran bersifat tersebar ke semua arah (broad) yang dikenal sebagai omnidirectional. Dari definisi sifat penyiaran ini dapat diketahui bahwa semua sistem penyiaran yang alat penerima siarannya harus dilengkapi dengan satu unit decoder, adalah kurang sejalan dengan defini broadcasting. [1] Penyiaran ( broadcasting) memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya pengkomunikasian suatu karya cipta dan informasi kepada masyarakat luas yang dikemas dalam bentuk siaran. Penyiaran baik lokal, nasional, maupun 8

24 internasional berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial dan juga menjalankan fungsi ekonomi dan seni dan budaya. Broadcasting dibedakan menjadi 2 jenis, yakni : 1) Broadcasting Radio atau Kepenyiaran Radio di frekuensi AM, FM, sistem Digital, sistem satelite, maupun online di internet. 2) Broadcasting Televisi atau Kepenyiaran Televisi di frekuensi VHF, UHF, sistem Digital, sistem satelite, maupun online di internet. [1] II.5 Sejarah Penyiaran Televisi Pada tahun-tahun yang bersamaan dengan pemunculan konsep penyiaran radio FM, sistem penyiaran televisi juga berkembang dan tercatat pada 1939 di satu World s Fair di Amerika, Zworykin yang dibantu oleh Philo Farnsworth berhasil memperkenalkan pesawat televisi pertama. Kemajuan teknologi di bidang penyiaran televisi ini didahului oleh penemuan Vladimir Kozmich Zworykin, yaiutu berupa satu system tabung-pengambil-gambar ( pickup tube) Iconoscope yang merupakan bagian dari kamera elektronik pada Iconoscope merupakan bagian dari kamera yang merubah gambar optis dari lensa menjadi sinyal elektris yang selanjutnya diperkuat hingga menjadi sinyal gambar (dengan monitor) atau untuk dipancarkan ke udara sebagai siaran. [4] II.5.1 Pertelevisian di Indonesia Kembali pada suasana 17 agustus Setelah siaran berlangsung beberapa jam, dengan sendirinya berakhirlah semuanya untuk hari itu. Pawai serta pernurunan bendera sore harinya tidak disiarkan. [7] Sekalipun dengan perasaan belum puas, para petugas meninggalkan halaman istana dan mengadakan suatu pertemuan khusus di studio RRI, Merdeka Barat. Pada kesempatan ini dikemukakan hal-hal yang baru saja berlalu. [7] Dari segi teknik studio, siaran pertama ini ternyata tidaklah mengecewakan. Jika gambar yang dipancarkan tidak memuaskan penonton tidak lain disebabkan karena persoalan antenna besar pemancar 10 kilowatt yang belum 9

25 ter-instal sepenuhnya. Untuk penyiaran upacara Hari Proklamasi digunakan pemancar 100 watt yang lebih dikenal dengan nama Saluran-5. Beberapa hari kemudian, pemancar 10 kw dengan menara antena setinggi 80 m akhirnya selesai dikerjakan hanya beberapa saat sebelum Asian Games IV resmi dibuka. Dengan demikian, TVRI telah siap sedia untuk turut menyukseskan Pekan Olahraga Asia itu. Medium televisi (siaran TVRI) menggunakan standar televisi CCIR dengan 625 garis serta frekuensi frame gambar sebesar 50 Hertz. [7] II.5.2 Pada Era Orde Baru Berhasilnya pembangunan bangsa dan negara mendorong perkembangan penyiaran televisi di Indonesia. Untuk menampung hal tersebut, diterbitkan Kepmenpen No. 190A/Kep/Menpen/1987 tentang Siaran Saluran Terbatas/SSTTVRI, yang memberi peluang kepada pihak swasta nasional untuk menyelenggarakan siaran televisi swasta di Indonesia. [7] Selanjutnya diterbitkan Kepmenpen RI No. III/Kep./Menpen/1990 tanggal 24 Juli 1990 tentang Penyiaran Televisi di Indonesia, yang mengelompokkan televisi swasta menjadi dua kategori, yaitu Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Umum (SPTSU) yang diizinkan menyelenggarakan siaran local tanpa decoder dan Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Pendidikan (SPTSP) yang diizinkan menyelenggarakan siaran nasional. [7] Sesuai dengan Kepmenpen No. 04A/Kep/Menpen/1993 tanggal 18 Januari 1993 mengenai perubahan pasal 7, 14, 16, dan 20 Kepmenpen No. III/Kep./Menpen/1990 tanggal 24 Juli 1990 tentang Penyiaran Televisi di Indonesia, sebagai mana telah diubah dengan Kepmenpen No. 84A/kep./Menpen/1992 bahwa Stasiun Penyiaran Televisi Swasta (SPTS) di bagi menjadi dua kategori, yaitu SPTS yang berkedudukan di Ibu Kota Negara, Jakarta, dengan ketentuan diizinkan menyelenggarakan siaran nasional dengan hanya satu acara siaran (program), baik melalui sistem penyiaran di darat (terrestrial) maupun melalui sistem penyiaran satelit SKSD PALAPA atau fasilitas satelit penyiaran langsung (DBS) milik Indonesia. [7] 10

26 Jumlah stasiun yang boleh didirikan tidak lebih dari lima. SPTS yang berkdudukan di ibukota daerah tingkat I/provinsi, dengan ketentuan hanya diizinkan menyelenggarakan siaran local dengan hanya satu acara siaran (program). Jumlah yang didirikan masing-masing satu. [7] II.6 Frekuensi Penyiaran Televisi Frekuensi TV Analog Jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi. [8] Penyiaran TV disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara megahertz. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog. Sistem televisi yang dipakai di teknologi analog ini adalah PAL, NTSC, SECAM. [8] II.6.2 Frekuensi TV Digital Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan teknologi analog dengan teknologi digital adalah 1 : 6. Jadi, bila teknologi analog memerlukan lebar pita 8 MHz untuk satu kanal transmisi, teknologi digital dengan lebar pita yang sama (menggunakan teknik multipleks) dapat memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus untuk program yang berbeda. [8] TV digital ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan lingkungannya. Sinyal digital dapat ditangkap dari sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat digital seperti yang digunakan kamera video. [8] 11

27 Terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia, yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, pen yiaran video digital terestrial (DVB -T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi (ISDB -T) di Jepang. Semua standar sistem pemancar sistem digital berbasiskan sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk ISDB-T dan DTV serta MPEG-1 untuk DVB-T. Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-T sangat fleksibel dan memiliki kelebihan terutama pada penerima dengan sistem seluler. ISDB-T terdiri dari ISDB-S untuk transmisi melalui kabel dan ISDB-S untuk tranmisi melalui satelit. ISDB-T dapat diaplikasikan pada sistem dengan lebar pita 6,7MHz dan 8MHz. Fleksibilitas ISDB-T dapat dilihat dari mode yang dipakainya, dimana mode pertama digunakan untuk aplikasi seluler televisi berdefinisi standar (SDTV), mode kedua sebagai aplikasi penerima seluler dan SDTV atau televisi berdefinisi tinggi (HDTV) beraplikasi tetap, serta mode ketiga yang khusus untuk HDTV atau SDTV bersistem penerima tetap. Semua data modulasi sistem pemancar ISDB-T dapat diatur untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Perubahan mode ini dapat diatur melalui apa yang disebut kontrol konfigurasi transmisi dan multipleks (TMCC). [8] Frekuensi sistem penyiaran televisi digital dapat diterima menggunakan antena yang disebut televisi terestrial digital (DTT), kabel (TV kabel digital), dan piringan satelit. Alat serupa telepon seluler digunakan terutama untuk menerima frekuensi televisi digital berformat DMB dan DVB-H. Siaran televisi digital juga dapat diterima menggunakan internet berkecepatan tinggi yang dikenal sebagai televisi protokol internet (IPTV). [8] II.7 Prinsip Dasar Penyiaran Televisi Untuk menyelenggarakan siaran televisi, pada perangkat keras (hardware) diperlukan tiga unsur utama, yaitu : 1. Studio (Prasarana dana Sarana Penunjang) 2. Pemancar (Transmisi) 3. Pesawat Televisi (Penerima) 12

28 Ketiga unsur ini disebut dengan Trilogi Televisi. Artinya paduan penggunaan ketiga unsur tersebut akan menghasilkan siaran televisi. Dalam operasional penyiaran televisi, ada beberapa hal dasar yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Memiliki studio siaran dengan segala kelengkapannya; 2. Memiliki ruang pengendali siaran ( master control) dengan segala kelengkapannya; 3. Memiliki peralatan-peralatan transmisi, pengiriman gambar melalui satelit, serat optik dan atau microwave, maupun jenis-jenis peralatan lainnya yang berfungsi untuk menyebarluaskan tayangan program televisi; 4. Peralatan-peralatan post produksi yang memenuhi standar-standar penyiaran peralatan-peralatan kamera beserta kelengkapannya gedung kantor dan peralatan kantor yang menjadi pusat operasional. [11] II.8 Kebutuhan Dasar Produksi Penyiaran televisi II.8.1 Aspek Produksi Aspek Produksi dengan pertimbanganya antara lain: a. Jenis dan ukuran program, misalnya : news, talk show, music (besar, sedang, kecil) atau drama (besar, sedang, kecil) dan lain-lain, b. Ukuran (luas lantai) studio misalnya : ukuran kecil (50m2-300m2), menengah (350m2-500m2), dan besar (600m2-1000m2), c. Tipe produksi, misalnya: rekaman saja (taping) atau termasuk siaran langsung (live), d. Hasil produksi apakah full kompetitif (target komersia l) atau tidak, ini merupakan kaitanya dengan mutu dan pengadaan peralatan yang menghasilkan efek, daya tarik, audio/visual dan peningkatan mutu seperti vision mixer, sound mixer, lighting system dan peralatan pasca produksi (editing, dubbing, mixing dan lain-lain), e. Perkiraan volume produksi dan lokasi produksi (di studio saja atau termasuk luar studio), bagaimanakah tingkat mobilitas yang diinginkan (tinggi, sedang, 13

29 rendah) dan anggaran ( budget) yang akan dialokasikan untuk pengadaan peralatan. [6] II.8.2 Aspek Penyiaran Aspek penyiaran dengan pertimbanganya antara lain : a. Apakah kegiatanya menyiarkan saja atau dengan kegiatan produksi terbatas. b. Menyiarakan saja artinya menerima bahan siap siar dari luar ( program provider,production house). c. Apakah ada kemungkinan pengolahan kembali (readiting atau pasca produksi) bahan siaran yang diterima dari pihak luar (production house). d. Berapa besar kegiatan atau volume pasca produksi yang akan dilakukan. e. Produksi terbatas dapat berarti bahwa hanya memproduksi program tertentu dengan volume kecil, misalnya : berita atau talk show. f. Tipe siaran (hasil rekaman atau live). g. Siaran dari studio saja atau termasuk dari luar. h. Perkiraan waktu siaran dan durasi jam siaran. [6] II.8.3 Aspek Pendukung Dalam melaksanakan kegiatan produksi dan penyiaran dibutuhkan peralatan teknik lainya sebagai pendukung, biasanya disebut teknik umum antara lain : pembangkit daya listrik dan diesel, alatdekorasi dan konstruksi, alat transportasi, dan lain-lain. Pertimbangan utama dalam pengadaan peralatan teknik umum terutama adalah harus mampu mendukung kegiatan produksi dan penyiaran secara efektif dan efesien. [6] II.9 Sistem Siaran TV Digital II.9.1 Definisi dan Perkembangan Televisi Digital Televisi Digital (bahasa Inggris: Digital Television) adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk menangkap siaran TV Digital yang merupakan 14

30 perkembangan dari sistem siaran analog ke siaran digital yang mengubah informasi ke dalam sinyal digital berbentuk bit data seperti pada komputer. Alasan pengembangan televisi digital antara lain: Perubahan Lingkungan Eksternal 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel Perkembangan Teknologi 1. Teknologi pemrosesan sinyal digital 2. Teknologi transmisi digital 3. Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi. TV digital ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan lingkungannya. Sinyal digital dapat ditangkap oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat digital seperti yang digunakan kamera video.[15] II.9.2 Transisi Ke TV Digital Migrasi dari teknologi analog ke teknologi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar TV dan penerima siaran TV. Karena pesawat TV analog tidak dapat menerima sinyal digital, maka diperlukan alat tambahan yang dikenal dengan Set-Top Box yang berfungsi menerima dan merubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Set-Top Box atau dekoder adalah alat yang berisikan perangkat dekoder yang berguna untuk mengatur saluran televisi yang akan diterima, kemudian dipilih sesuai kebutuhan, dan juga dekoder akan memeriksa hak akses pengguna atas saluran tersebut, kemudian akan menghasilkan keluaran berupa gambar, suara, dan layanan lainnya. Dilihat dari bagaimana cara kerja Set top box ini yang bekerja satu arah dan juga dapat bekerja tanpa campur tangan manusia, Set top box dapat dikatakan sebagai salah satu perangkat teknologi informasi.[15] 15

31 II.9.3 Standarisasi pada TV Digital 1. ATSC (Advanced Television Systems Committee) ATSC (Advanced Television Systems Committee) adalah kelompok yang dibentuk pada tahun 1982 yang mengembangkan Standar ATSC untuk televisi digital di Amerika Serikat dan di banyak negara lain seperti Kanada, Korea Selatan, Meksiko, dan Honduras. Singkatan juga diketahui mengacu pada Standar ATSC sendiri. Standar ATSC adalah format televisi digital yang akan dalam jangka panjang menggantikan sistem NTSC televisi saat ini, seperti yang terjadi di Amerika Serikat dengan 17 Februari 2009 dan di Kanada pada 31 Agustus Standar-standar definisi tinggi yang baru menghasilkan resolusi tampilan yang lebih baik dari sekitar enam kali pendahulunya - ini menunjukkan dari 16:9 gambar menguntungkan layar lebar hingga 1920x1080 piksel dalam ukuran. Tak ketinggalan, lain ukuran gambar yang berbeda masih didukung sehingga maksimal enam saluran definisi standar masih dapat disiarkan. Untuk audionya, ATSC mengadopsi Dolby Digital AC-3 format, yang juga menghasilkan 5.1 channel surround sound. Karakteristik : Pemrosesan Berkas : HD. Negara pengadopsi: Amerika Serikat, Meksiko, Korea Selatan. Kelebihan : Kompatibel dengan sistem penyiaran NTSC, Transmisi sinyal yang cepat, Sedikit interferensi dengan sistem penyiaran analog konvensional. Kelemahan : Sulit menerima siyal dalam keadaan bergerak, Resolusi: 1920 x 1080i, Lain-lain: metode VSB, Dolby AC DVB (Digital Video Broadcasting) Digital Video Broadcasting disingkat DVB merupakan konsorsium dengan anggota lebih dari 270 yang terdiri dari stasiun televisi, pabrikan, operator telekomunikasi, pengembang perangkat lunak, badan penyiaran, dari sekitar 35 negara yang berkomitmen untuk menyusun standar penyiaran 16

32 televisi digital. Kini standar penyiaran televisi digital DVB diadopsi oleh negara-negara Eropa (Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Spanyol dan Swedia), Cina, Singapura, Taiwan dan Austraila. Salah satu keputusan mendasar yang diambil dalam menetapkan standard DVB adalah pemilihan MPEG-2 sebagai "data containers". Dengan konsepsi tersebut maka transmisi informasi digital dapat dilakukan secara fleksibel tanpa perlu memberikan batasan jenis informasi apa yang akan disimpan dalam "data container" tersebut. Pemilihan MPEG-2 untuk sistem koding dan kompresi dilakukan karena terbukti bahwa MPEG-2 mampu memberikan kualitas yang baik sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Karakteristik Digital Video Broadcasting : Pemrosesan Berkas: SD. Negara pengadopsi: Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Spanyol, Swedia, Cina, Singapura, Taiwan dan Austraila. Kelebihan : Satu pita broadband menungkinkan beberapa saluran (7-8 MHz), Mudah untuk menerima sinyal meskipun dalam kondisi bergerak. Kelemahan : Sulit memperoleh high definition yang diakibatkan transmisi tinggi. Resolusi: 1024 x 576i. Lain-lain: metode COFBM, MPEG ISDB (Integrated Services Digital Broadcasting) SDB merupakan standar televisi Jepang untuk televisi digital dan radio digital yang digunakan oleh Negara dan jaringan televisi. ISDB menggantikan sistem yang dulu digunakan yaitu MUSE (Sistem Hi-vision HDTV analog). Jenis ISDB yaitu internasional ISDB-T, telah dikembangkan oleh pemerintah Brazil dan secara luas di adopsi di Amerika Latin. Karakteristik Integrated Services Digital Broadcasting: Layanan 1 HDTV atau sampai 3 SDTV hanya dengan 1 channel. Mendukung data broadcasting. 17

33 Servis unggulan diantaranya permainan atau shopping, via telephone, atau internet broadband. Dilengkapi dengan panduan prigram elektronik. Kemampuan untuk mengirim bagian firmware untuk TV/tuner dari udara. II.9.4 Frekuensi TV Digital Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan TV analog dan TV digital adalah 1 : 6. Artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex, dapat memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda.[15] II.9.5 Sistem Pemancar TV Digital Terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia, yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video digital terestrial (DVB -T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi (ISDB -T) di Jepang. Semua standar sistem pemancar sistem digital berbasiskan sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk ISDB-T dan DTV serta MPEG-1 untuk DVB-T. Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-T sangat fleksibel dan memiliki kelebihan terutama pada penerima dengan sistem seluler. ISDB-T terdiri dari ISDB-S untuk transmisi melalui kabel dan ISDB-S untuk tranmisi melalui satelit. ISDB-T dapat diaplikasikan pada sistem dengan lebar pita 6,7MHz dan 8MHz. Fleksibilitas ISDB-T dapat dilihat dari mode yang dipakainya, dimana mode pertama digunakan untuk aplikasi seluler televisi berdefinisi standar (SDTV), mode kedua sebagai aplikasi penerima seluler dan SDTV atau televisi berdefinisi tinggi (HDTV) beraplikasi tetap, serta mode ketiga yang khusus untuk HDTV atau SDTV bersistem penerima tetap. Semua data modulasi sistem pemancar ISDB-Tdapat diatur untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Perubahan 18

34 mode ini dapat diaturmelalui apa yang disebut control konfigurasi transmisi dan multipleks (TMCC).[15] Frekuensi sistem penyiaran televisi digital dapat diterima menggunakan antena yang disebut televisi terestrial digital (DTT), kabel (TV kabel digital), dan piringan satelit. Alat serupa telepon seluler digunakan terutama untuk menerima frekuensi televisi digital berformat DMB dan DVB-H. Siaran televisi digital juga dapat diterima menggunakan internet berkecepatan tinggi yang dikenal sebagai televisi protokol internet (IPTV).[15] Dalam siaran televisi digital ini, satu slot yang dipakai oleh televisi analog kini dapat digunakan oleh 6 hingga 8 saluran televisi sekaligus. Saat ini terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia, yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video digital terestrial ( DVB-T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi (ISDB-T) di Jepang. Semua standar sistem pemancar sistem digital berbasiskan sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk ISDB-T dan DTV serta MPEG-1 untuk DVB-T.[15] Di Negara Indonesia sendiri, standard penyiaran Digital yang diterapkan pemerintah mulai tahun 2012 tersebut mengadopsi standard penyiaran digital terestrial DVB-T2. Penyiaran digital terrestrial tersebut sama dengan penyiaran TV analog yang masih ada hingga sekarang ini, yaitu menggunakan frekuensi radio VHF/UHF, namun bedanya hanya pada format kontent yang dikemas secara digital. Jika dalam sistem penyiaran TV analog, semakin jauh posisi penerimaan maka signal yang diterima akan semakin menurun. Menurunnya kualitas / penurunan penerimaan ditandai oleh gambar yang dipenuhi bintik bintik. Namun hal ini berbeda dengan penerimaan siaran secara digital, gambar akan tetap baik bebas dari bintik dan bayangan walaupun keberadaan signal semakin melemah. Hal tersebut terjadi karena dalam teknologi penyiaran TV digital hanya mengenal dua status penerimaan, yaitu ada signal atau tidak ada signal. Jika Ada signal maka siaran akan ditangkap, jika tidak ada signal maka TV tidak menerima siaran. Jadi tidak ada istilah kualitas gambar buruk karena jauh dari antena stasiun pemancarnya. Selain itu, TV digital tidak hanya dapat menyajikan penerimaan gambar dan suara saja. Dengan sistem Penyiaran TV digital, penyelenggara siaran 19

35 juga dapat menyajikan layanan yang interaktif dan kemampuan menyediakan fitur multimedia. Misalnya Anda dapat mengikuti program siaran yang dijadwalkan saat itu juga, sekaligus menonton acara yang sedang berlangsung.[12] II.9.6 Kelebihan Dan Kelemahan Sistem Penyiaran Digital Penerapan teknologi penyiaran digital diharapkan memberikan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi yang lebih baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan penyediaan program siaran yang berlipat kali lebih banyak dibandingkan penyiaran analog. Dengan demikian, teknologi digital untuk penyiaran televisi dan radio memberikan peluang yang besar terhadap ketersediaan ruang bagi penyelenggaraan penyiaran, baik pengembangan dari yang ada sekarang maupun permintaan penyelenggaraan penyiaran baru yang tidak dapat ditampung pada masterplan penyiaran analog.[12] Seperti diketahui, teknologi analog tidak dapat mengimbangi permintaan industri penyiaran dalam hal penyaluran program siaran yang terus bertambah karena terbatasnya jumlah kanal frekuensi yang tersedia. Selain itu, secara ekonomi, penyelenggaraan infrastruktur penyiaran analog pun tidak efisien karena belum bersinergi dengan konvergensi teknologi yang mengusung prasayarat utama, yakni digitalisasi.[12] Kondisi penyiaran analog di Indonesia saat ini masing-masing lembaga penyiaran memiliki infrastruktur penyiarannya sendiri sendiri seperti menara pemancar, antena, dan sebagainya. Akibatnya, biaya pemeliharaan yang relatif mahal, pemakaian daya listrik yang besar, serta pemanfaatan lahan yang lebih boros. Di sisi penerimaan siaran pun akan terjadi masalah karena masyarakat mendapat kualitas penerimaan siaran yang tidak merata meski berada dalam wilayah layanan yang sama. Tidak kalah pentingnya, teknologi penyiaran digital memungkinkan penggunaan menara pemancar bersama untuk menyalurkan semua program siaran pada suatu wilayah layanan. Sehingga akan tercapai suatu efisiensi infrastruktur yang sangat baik dan penerimaan siaran yang sampai di masyarakat pun akan 20

36 lebih merata. Dalam Buku Putih Kominfo, sistem penyiaran digital menjanjikan solusi dan banyak kelebihan dibanding sistem penyiaran analog. Kelebihan itu antara lain : 1. Pemanfaatan spektrum menjadi lebih optimal. Hal ini karena pada sistem digital Penggunaan adjacent channel menjadi dimungkinkan, memiliki kemampuan SFN (Single Frequency Network) yang membuat penggunaan frekuensi jadi efisien dan dapat diisinya satu kanal dengan banyak program dan data secara multiplex. 2. Gambar dan suara dengan kualitas jauh lebih baik dan prima. 3. Tahan terhadap gangguan interferensi, (misal suara terganggu oleh signal suara radio yang lain) 4. Memberikan peluang bagi munculnya industri/bisnis baru baik dibidang telekomunikasi, media elektronik maupun di industri peralatan dan software.[12] Secara teknis penyiaran dengan sistem digital saat ini dikembangkan karena memiliki banyak kelebihan, yakni (1) sangat sederhana dalam hal instalasi. Sebab untuk audio maupun video sudah dalam satu kabel atau embedded. Jika dibandingkan dengan sistem analog, sistem audio-video yang terpisah memerlukan banyak kabel dalam instalasinya. Sebagai contoh, pada sistem audionya saja, dikenal 3 channel suara yaitu Audio 1 dan Audio 2 untuk sistem stereo dan Audio 3 untuk sistem mononya. Ditambah sistem video yang memerlukan banyak penguatan (video gain) akibat dari penurunan kualias gambar sebagai efek panjangnya jalur instalasi. Sedangkan pada sistem penyiaran yang menggunakan teknologi digital, penurunan kualitas gambar hampir tidak ditemui; (2) sangat kompatibel atau dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada, karena berbasis digital komputerisasi atau data; (3) mempersempit kesalahan operasional (human e rror), karena lebih sederhana dalam operasinya; (4) lebih menghemat dalam segi maintenance karena sudah komputerisasi dalam database, 21

37 dengan minimal penggunaan hardware seperti mekanik roboting yang menggunakan pegaspegas dengan elastisitas terbatas; (5) c ukup menggunakan converter sederhana dalam sistemnya, yaitu Analog to Digital Converter (ADC) atau Digital to Analog Converter pada instalasinya, serta Encoder maupun Decoder pada tampilan audio-videonya; (6) sistem software yang terintegrasi dalam satu bahasa (satu operating system) misalnya under Windows, Linux, MAC OSX, dan sebagainya, sehingga memungkinkan updating versi setiap saat.[12] Di sisi lain, digitalisasi penyiaran ini dalam praktinya juga tidak sepenuhnya menguntungkan sebagaimana teori di atas kertas. Ada beberapa hal yang menjadi kekurangan dalam praktik digitalisasi penyiaran. Pertama, secara teknis terkadang masih muncul gangguan siaran berupa cliff effect dan blank spot dalam proses siaran digital. Cliff effect dan blank spot adalah ketidakstabilan penerimaan sinyal digital yang lemah sehingga menyebabkan siaran terputusputus/patah-patah atau bahkan tidak ada gambar jika pesawat televisi dan receiver tidak memperoleh sinyal sama sekali. Cliff effect juga diakibatkan oleh gangguan penerimaan karena kualitas kabel yang buruk atau salah satu komponen perangkat yang tidak sesuai standar. Kedua, kendala operasional dalam proses migrasi total dari teknologi analog menuju digital sangat terkait dengan kesiapan mayoritas penonton televisi di Indonesia yang masih menggunakan televisi analog (receiver konvensional). Kondisi ini akan memperlama proses total digital karena mau tak mau kebijakan simulcast (siaran berbarengan antara analog dan digital) harus memperhatikan kecukupan waktu. Lama jangka waktu simulcast harus dibedakan antara daerah ekonomi maju dan daerah ekonomi kurang maju sehingga dapat ditinjau kembali sesuai kesiapan masyarakat dan penyelenggara, sehingga jika pada akhirnya TV analog dapat dihentikan secara total, tidak menimbulkan kesenjangan baru. Bahkan jika masyarakat belum sepenuhnya siap, perlu dibuka kemungkinan lain, yakni tidak harus dilakukan total switch off pada televisi analog. Dengan demikian perlu dikaji alternatif yang dapat dikembangkan selain semata-mata arah menuju total switch off, tentunya dengan melihat kondisi masyarakat di lapangan yang tersebar di seluruh wilayah dengan potensi literasi 22

38 teknologi yang tidak seragam. Apabila pilihannya hanya dilakukan penghentian secara total siaran analog pada tahun tertentu, sebagaimana roadmap Kominfo yang mengharuskan total switch off tahun 2018, dikhawatirkan setelah analog switch off dan ternyata masih ada kelompok masyarakat di pedalaman yang tidak terjangkau digitalisasi, akibatknya komunitas tersebut sama sekali tidak dapat menerima siaran televisi. Padahal penyiaran adalah hak seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.[12] Ketiga, teknologi penyiaran digital juga menuntut keahlian khusus penggunanya dalam mengoperasikan alat, termasuk memperbaiki jika ada kerusakan. Keahlian dalam kaitan ini sangat terkait dengan sumber daya manusia yang harus mengikuti dan mampu bersinergi dengan digitalisasi. Media penyiaran yang kelak seluruhnya menggunakan platform digital juga harus dipahami oleh operator-operator yang notabene secara teknis saat ini masih banyak mengoperasikan teknologi analog.[12] II.9.7 Pengelolaan Frekuensi Radio untuk Keperluan Siaran TV Secara umum, tujuan pengelolaan spektrum frekuensi radio adalah untuk memudahkan penggunaan spektrum agar sesuai dengan peraturan internasional yang tercantum di dalam Radio Regulation International Telecommunication Union (ITU) dan sesuai juga dengan kepentingan nasional. Sistem pengelolaan spektrum harus menjamin bahwa spektrum frekuensi radio tersedia dalam jumlah yang memadai baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi kepentingan masyarakat, baik untuk komunikasi bisnis sektor swasta, dan untuk penyebaran informasi melalui penyiaran. Beberapa negara juga memberikan prioritas yang cukup tinggi untuk penggunaan spektrum frekuensi radio untuk kepentingan penelitian dan amatir.[14] Kebijakan dan perencanaan penggunaan spektrum frekuensi radio harus memperhatikan faktor-faktor perkembangan teknologi, sosial, ekonomi, dan politik. Hasil dari kegiatan pembuatan kebijakan dan perencanaan tersebut adalah berupa alokasi pita frekuensi untuk bermacam dinas/ layanan radio. Penunjukan 23

39 pita frekuensi untuk penggunaan tertentu menjadi langkah pertama untuk mempromosikan penggunaan spektrum. Dari keputusan alokasi spektrum, kemudian dilakukan penyusunan peraturan teknis yang lain seperti standar, criteria penggunaan bersama (sharing), perencanaan kanal (channeling plan), dan lain-lain.[14] Spektrum frekuensi radio adalah sumber daya alam yang terbatas dan tersedia berupa kelompok frekuensi yang disediakan untuk keperluan komunikasi dan penyiaran. Frekuensi itu sendiri adalah gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh suatu pembangkit frekuensi dari sebuah sistem peralatan pemancar, yang berfungsi untuk membawa informasi suara, gambar, dan data. Pada awalnya penggunaan spektrum frekuensi radio untuk penyiaran harus bersaing dengan pengguna lainnya yang juga memerlukan dan kemudian disetujui sebagian dari spektrum tersebut dapat digunakan untuk siaran TV, yang pembagian dan pengaturannya telah ditetapkan oleh ITU. Untuk siaran TV, spektrum frekuensi radio yang digunakan adalah pada pita VHF (band I dan II) dan UHF (band IV dan V). Setiap negara dapat mengatur penggunaan spektrum frekuensi radio sesuai dengan kebutuhan masing-masing dengan tetap mengacu kepada aturan dan petunjuk yang ada dalam regulasi internasional tentang frekuensi radio.[14] Frekuensi radio untuk keperluan siaran TV dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. Very High Frequency (VHF) a. Pita frekuensi yang digunakan: i. 54 ~ 68 MHz ii. 174 ~ 230 MHz b. Standar siaran TV analog eksisting: PAL-B 24

40 c. Untuk sistem siaran TV di lokasi yang sama tidak dapat menggunakan frekuensi adjacent channel dan selisih 5 kanal. 2. Ultra High Frequency (UHF) a. Pita frekuensi yang digunakan: 470 ~ 806 MHz (kanal 22-62) b. Standar siaran TV analog eksisting: PAL-B c. Untuk sistem siaran TV di lokasi yang sama tidak dapat menggunakan frekuensi adjacent channel, selisih 5 dan 9 kanal.[14] Sebagai panduan awal dalam penggunaan frekuensi radio penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk televisi siaran analog, dapat diakses langsung di website Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). [18] II.9.8 Assignment Kanal TV Digital Setelah secara resmi diberlakukan era penyiaran digital oleh Menteri Komunikasi dan Informatika dengan Peraturan Menteri Kominfo No. 27/P/M.KOMINFO/8/2008, maka beberapa kebijakan teknis dikeluarkan diantaranya, alokasi kanal yang tepatnya disebut sebagai assignment kanal TV digital. Assignment dilakukan dengan membagi wilayah Indonesia menjadi beberapa zona layanan. Di anatara zona tersebut lengkap dengan pemetaan kanalnya ditunjukkan pada beberapa tabel sebagai berikut. [1] Tabel 2.1 Zona-4, Jakarta & Banten BSTV SCTV MetroTV TVOne TransTV Jakarta (45) 32 (30) 34 (33) 40 (39) Cilegon Malimping (34) 40 Pandeglang

41 Tabel 2.2 Zona-5, Jawa Barat ANTV MetroTV Indosiar RCTI TransTV Bandung Cimahi (32) Cianjur Purwakarta Cikampek Sukabumi (38) Pelabuhan Ratu Cianjur Selatan Cirebon Garut Tasikmlaya (28) Sumedang (33) Kuningan Majalengka Ciamis Tabel 2.3 Zona-6, Jawa Tengah & Yogyakarta Indosiar TVOne MetroTV GlobalTV TransTV Semarang 32 (31) Pati Brebes Purwokerto (45) Purworejo Magelang Blora & Cepu Yogyakarta

42 Tabel 2.4 Zona-7, Jawa Timur SCTV ANTV MetroTV GlobalTV TransTV Surabaya Malang (40) Kediri (45) Madiun (44) Jember Tuban Banyuwangi Pacitan Pamekasan Situbondo Tabel 2.5 Zona-15, Kepulauan Riau SCTV RCTI TransTV Batam Tanjung Pinang Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pada penyiaran TV digital dapat dipancarkan dalam satu frekuensi pancaran, lebih dari satu programa yang dapat berjumlah sampai 6 kanal programa. Enam programa tersebut dapat berasal dari stasiun penyiaran berbeda, baik dari LPP maupun LPS. Dijelaskan dalam Permen Kominfo bersangkutan bahwa pemegang hak penggunaan satu kanal frekuensi seperti disebutkan pada Tabel 1 sampai 5 tersebut adalah pemenang tender dalam satu lelang frekuensi oleh Ditjen Postel-Kemenkominfo. Sementara beberapa stasiun penyiaran lain di dalam satu wilayah dengan pemegang hak frekuensi tersebut, dapat menyewa slot waktu dalam teknologi DVB-T-nya. Sehingga stasiun penyiaran lain itu hanya sebagai content provider. Pemenang tender Penyelenggara Penyiaran Multiplexing TV Digital Tahap I itu diumumkan secara resmi tanggal 30 Juli [1] 27

43 Dalam tabel 1 sampai 5, kanal disebutkan dalam bentuk nomor kanal daripada dalam frekuensi kerjanya. Nomor kanal ini sesuai dengan pengaturan pita IV dan V yang diperuntukkan bagi penyiaran televisi. Pita frekuensi tersebut dalam kategori pita UHF (ultra high frequency) seperti ditunjukkan pada Tabel 1 sampai 5. Selengkapnya pembagian kanal frekuensi UHF untuk penyiaran televisi serta nomor kanalnya ditunjukkan pada tabel selanjutnya. Dan dalam Tabel 1 sampai 5 itu, terdapat beberapa nomor kanal yang diikuti nomor kanal dalam kurung. Ini berarti bahwa nomor kanal dalam kurung adalah nomor kanal yang fix pada 2017 nanti, yaitu pada saat seluruh sistem siaran analog dihentikan ( analog switch off, ASO). [1] Tabel 2.6 Pengkanalan Frekuensi Radio untuk TV Siaran Digital Teresterial Band IV Nomor Kanal Batas Frekuensi (MHz) Frekuensi Tengah (MHz)

44 Band V Nomor Kanal Batas Frekuensi (MHz) Frekuensi Tengah (MHz) Sumber: Permen Kominfo No.23/PER/M.KOMINFO/11/

45 BAB III ANALISIS III.1 Deskripsi Umum Di Politeknik Negeri Batam sendiri sudah ada laboratorium broadcasting yang digunakan untuk menunjang salah satu matakuliah dari prodi Multimedia & Jaringan. Namun belum mampu menunjang proses belajar dengan baik. Mulai dari alat-alat yang digunakan, desain interior ruangan dan penataannya. Maka dalam tugas akhir ini akan dilakukan riset bagaimana merancang sebuah desain laboratorium stasiun televisi yang mampu menunjang proses belajar dengan baik dengan memanfaatkan kantor BATAM TV sebagai obyek riset. Dalam pengumpulan data, yang dilakukan adalah mencari tahu apa saja yang terdapat dalam studio siaran, bagaimana proses siaran, dan alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam proses siaran. Adapun metode pengumpulan data analisa yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Dengan melakukan observasi langsung ke Batam TV, hasil data yang didapat berupa kondisi studio siaran, proses siaran, dan juga alat-alat yang dibutuhkan dalam proses siaran tersebut. 2. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara yang dilakukan focus kepada orang-orang yang memiliki tanggung jawab pada studio siaran di Batam TV, hasil dari wawancara dirangkum dalam tulisan dan dituangkan pada analisa data Tugas Akhir ini. 30

46 3. Dokumentasi Pengambilan data melalui dokumen tertulis mamupun elektronik dari lembaga/institusi. Dokumen kelengkapan yang data lain. diperlukan Adapun untuk data-data mendukung yang dapat dikumpulkan adalah berupa data alat-alat yang ada pada studio siaran Batam TV dalam bentuk tulisan serta dalam bentuk foto. III.2 Tinjauan Khusus Stasiun Televisi BATAM TV III.2.1 Studio Pemancar Batam TV Sebuah stasiun pemancar harus mempunyai kelengkapan alat dan tempat/ruang sebagai pendukung program acara yang sudah dibuat. III Ruang Studio Siaran Batam TV Ruangan ini dilengkapi meja dan kursi siar serta dekorasi ruang yang mendukung estetika, sistem penerangan studio, mic jepit (Clip On) dan beberapa kamera TV studio. Ruangan ini didesain kedap suara dan berdampingan dengan ruang pengendali dan dibatasi dengan kaca yang hanya dapat dilihat atau tembus pandang dari ruang pengendali sehingga sutradara/ produser dapat mengamati secara langsung jalannya rekaman /siaran. Gambar 3.1 Ruangan Studio Siaran Batam TV 31

47 Gambar 3.2 Ruangan Studio Siaran Batam TV Gambar 3.3 Ruangan Studio Siaran Batam TV 32

48 III Peralatan Studio Siaran Batam TV dan Fungsinya Batam TV memiliki peralatan-peralatan yang digunakan untuk siaran pada studio, yaitu : 1. Kamera Studio Kamera yang dipakai adalah jenis Kamera HDV. Dilengkapi tripot dan dolly / craine. Kamera berfungsi untuk menangkap gambar/visual dari obyek. Biasanya telah dilengkapi microphone untuk menangkap suara didepan kamera. Kamera juga dilengkapi dengan VCR untuk merekam gambar dan suara dari obyek. Batam TV menggunakan kamera merk Panasonic 3CCD MD Gambar 3.4 Kamera HDV Batam TV 2. Lighting atau Lampu Studio Lampu Studio yang dipasang tetap dan lampu portabel yang dilengkapi dengan stand lampu. Lampu berfungsi untuk penerangan agar cahaya yang mengenai obyek mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kamera, sehingga dapat diperoleh gambar yang berkualitas/jelas. Batam TV menggunakan lighting merk Varibeam 800. Gambar 3.5 Lighting atau Lampu Studio Sumber: 33

49 3. Komputer Telepromter Komputer telepromter merupakan alat bantu bagi anchor atau pembawa acara untuk menyampaikan informasi tertentu. Satu set alat ini terdiri dari monitor yang diintegrasikan pada kamera serta satu unit komputer. Aplikasi teleprompter yang digunakan Batam TV adalah Inteliprompter v 2.0. Gambar 3.6 Komputer Telepromter 4. Audio Input Alat yang digunakan Batam TV untuk merekam suara adalah Mic Wireless dan Clip On Wireless. Namun saat siaran berlangsung yang sering digunakan adalah Clip On. Batam TV menggunakan Clip On merk ECM 112 6B dan tect ECM-88. Gambar 3.7 Clip On Wireless III Ruang Master Control Batam TV Ruangan ini berfungsi sebagai ruang pengendali rekaman yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan studio seperti mixer video, TV monitor setiap sumber audio visual satu monitor dan sebuah master monitor TV, Switcher 34

50 Video, Switcher lampu, komputer dan sound system untuk keperluan talk back dengan ruang siaran maupun sebagai sumber audio/musik. Gambar 3.8 Ruang Master Control Batam TV Gambar 3.9 Ruang Master Control Batam TV III Peralatan Master Control Batam TV dan Fungsinya Batam TV memiliki peralatan-peralatan yang digunakan untuk siaran pada ruang master control, yaitu : 1. TV Monitor Berfungsi untuk melihat tampilan visual yang dihasilkan dari kamera. Banyaknya monitor yang digunakan tentu saja tergantung 35

51 dari berapa kamera yang digunakan. Ada monitor dari berbagai source kamera, monitor preview, serta monitor hasil akhir. Gambar 3.10 TV Monitor Batam TV 2. Audio Mixer Pengaturan suara dilakukan menggunakan audio mixer, yang tidak hanya mengatur volume tinggi rendahnya suara yang dihasilkan tapi meliputi berbagai kepentingan audio secara keseluruhan. Batam TV menggunakan audio mixer merk Eurodesk MX 2442 A. Gambar 3.11 Audio Mixer Batam TV 3. Video Mixer (Switcher) Satu alat untuk mengatur pemilihan gambar lengkap dengan berbagai jenis transisi. Banyak jenis vision mixer, dari yang paling sederhana yang hanya memiliki tiga source input dengan satu source ouput sampai yang paling lengkap dengan source input dan output 36

52 puluhan. Alat ini berbentuk keyboard dengan banyak tombol dengan masing-masing fungsi. Batam TV menggunakan video mixer merk Panasonic AG-MX70. Gambar 3.12 Video Mixer (Switcher) Batam TV 4. Character Generator Biasa juga disebut dengan CG atau Chargen, berfungsi untuk membuat serta menampilkan title, sub title. Serta grafik yang dibutuhkan dalam tayangan produksi acara televisi. Ada yang berbentuk keyboard yang dihugungkan langsung ke vision mixer, ada juga berbentuk satu unit komputer yang berdiri sendiri yang dapat dihubungkan ke vision mixer. Yang dipakai oleh Batam TV berupa satu set komputer yang terhubung ke switcher. Gambar 3.13 Komputer Character Generator Batam TV 37

53 Berikut ini merupakan spesifikasi komputer CG milik Batam TV: Processor : Intel Core i3 Memory : 2048MB RAM Operating System : Windows XP Pro Display : Intel HD Graphics 1024MB Application : Edius v Komputer Program Penyiaran Komputer ini berfungsi untuk mengatur siaran-siaran yang akan ditayangkan baik live ataupun yang non-live. Program yang digunakan adalah Edius. Gambar 3.14 Komputer Program Penyiaran Batam TV Berikut ini merupakan spesifikasi komputer program penyiaran milik Batam TV: Processor : Intel Core i3 Memory : 4096MB RAM Operating System : Windows 7 Home Premium Display : Intel HD Graphics 2048MB Application : Edius v

54 6. Stabilizer Manfaat stabilizer adalah untuk menjaga agar tegangan arus listrik pada instalasi listrik tetap normal atau tetap stabil, tegangan arus listrik yang stabil sangat dibutuhkan untuk perangkat atau alatalat elektrik dan elektronik masa kini yang telah menggunakan teknologi terbaru yang sangat membutuhkan tegangan arus listrik yang stabil. Batam TV menggunakan stabilizer merk Eurodesk 150 watt. Gambar 3.15 Stabilizer pada Batam TV 7. Equalizer Equalizer adalah alat yang dapat digunakan untuk menyamakan suara speaker mendekati sumber aslinya atau mengembalikan suara speaker seperti suara aslinya. Atau dapat dibilang digunakan untuk memperbaiki kualitas suara keluaran di speaker dengan cara mengatur frekuensi tertentu. Batam TV menggunakan equalizer merk DOD 23I Series II Graphic Equalizer. Gambar 3.16 Equalizer pada Batam TV 8. Microwave (Alat Transmisi) Microwave merupakan alat pengirim gelombang radio yang beroperasi pada frekuensi tinggi (dalam satuan gigahertz), yang 39

55 meliputi kawasan UHF, SHF dan EHF. Keuntungan menggunakan microwave adalah akuisisi antar menara tidak begitu dibutuhkan, dapat membawa jumlah data yang besar, biaya murah karena setiap tower antena tidak memerlukan lahan yang luas, frekuensi tinggi atau gelombang pendek karena hanya membutuhkan antena yang kecil. Batam TV menggunakan microwave merk Screen Service Italy SCB 32 Microwave Links. Gambar 3.17 Micro wave Batam TV III Ruang Editing Batam TV Peralatan produksi program digital terdiri dari beberapa unit komputer yang sudah dihubungkan dalam satu jaringan (LAN). Satu unit komputer digunakan untuk editing, yang lain untuk disain animasi grafis dan yang lain lagi untuk keperluan capturing serta untuk menyimpan file-file program pendukung seperti musik, sound efek dan program yang sudah jadi. 40

56 Gambar 3.18 Ruang Editing Batam TV Gambar 3.19 Ruang Editing Batam TV III Peralatan Ruang Editing Batam TV dan Fungsinya Batam TV memiliki peralatan-peralatan yang digunakan pada ruang editing, yaitu : 1. Komputer Editing Video Komputer ini merupakan komputer yang digunakan untuk mengedit konten video dari program acara non live. Bahan video dapat diambil pada komputer server yang saling terhubung satu sama lain. Tidak hanya video, title dan suara yang telah selesai di dubbing akan digabungkan pada komputer ini. Setelah didapatkan hasil yang diinginkan, barulah konten video tersebut akan ditayangkan. Berikut ini adalah aplikasi yang dipakai dalam editing : a) Video : Adobe Premiere Pro 2.0 b) Sound : Sonny sound Forge Pro 10.0 c) Image: Adobe Photoshop CS3 dan Corel Draw X4 41

57 Gambar 3.20 Komputer Editing Batam TV Berikut ini merupakan spesifikasi komputer editing penyiaran milik Batam TV: Processor : Intel Core i3 Memory : 4096MB RAM Operating System : Windows 7 Ultimate 32bit Display : Nvidia GeForce GTX MB 2. Komputer Dubbing Komputer ini merupakan komputer yang digunakan untuk merekam suara yang nantinya akan digunakan pada editing akhir untuk konten video yang ditayangkan. Komputer ini dilengkapi dengan microphone dan mixer agar dapat mendapatkan suara yang baik. Gambar 3.21 Komputer Dubbing Batam TV 42

58 Berikut ini merupakan spesifikasi komputer editing penyiaran milik Batam TV: Processor : Intel Core i3 Memory : 4096MB RAM Operating System : Windows 7 Ultimate 32bit Display : Nvidia GeForce GTX MB 3. Komputer Server Komputer ini merupakan komputer tempat menyimpan file video yang sudah siap ditayangkan ataupun video yang baru akan di edit. Semua video dari wartawan ataupun dari acara off air akan di simpan pada komputer server. Komputer ini saling terhubung dengan komputer lainnya melalui jaringan LAN yang dapat memudahkan tim editing untuk mengambil bahan untuk di edit. Gambar 3.22 Komputer Server Batam TV III.2.2 Pengolahan Program Acara pada Batam TV Batam TV memiliki 2 teknik pengolahan program acara, yaitu On Air dan Off Air. On Air merupakan siaran langsung yang dilakukan di studio dan akan disiarkan saat itu juga tanpa melalui proses editing. Merupakan tugas mixer audio dan switcher untuk mengatur gambar dan suara yang ditayangkan saat siaran berlangsung. Teknik On Air sendiri terbagi atas 2, yaitu Indoor yang dilakukan di studio dan Outdoor yang dilakukan diluar studio. Sedangkan Off Air merupakan siaran yang sudah melalui proses editing sebelumnya, video-video yang diedit dari laporan wartawan, rekaman acara talkshow off air, dan lain-lain. 43

59 III Teknik Siaran Langsung (On Air) Batam TV Batam TV membagi siaran langsung (On Air) kedalam 2 jenis, yaitu : 1. Indoor atau Di dalam studio Siaran yang dilakukan di dalam studio misalnya siaran acara/program talk show, dialog dan sebagainya. Gambar 3.22 merupakan proses pengolahan program acara pada Batam TV: Gambar 3.23 Diagram Pengolahan Program Acara Indoor Batam TV Proses pengolahan Program Acara Indoor pada Batam TV yang dilangsungkan di studio siaran dimulai dari Kamera yang berfungsi sebagai pengambil gambar yang diteruskan langsung ke monitor kamera dan switcher atau mixer audio. Sedangkan input audio akan diteruskan langsung ke mixer audio. Kedua input tersebut akan di olah oleh komputer yang memiliki program pengatur siaran. Setelah video siap disiarkan, maka akan diteruskan ke microwave pengirim untuk ditransmisikan dan akan dikirim melalui antenna yang akan mengirim signal ke microwave penerima. Setelah itu baru disiarkan melalui antenna pemancar utama. 2. Outdoor atau di Luar Studio Siaran di luar studio misalnya liputan acara yang sifatnya resmi misalnya acara kenegaraan seperti upacara 17 Agustus, sidang DPR, pertandingan olah 44

60 raga dan sebagainya. Dalam prosesnya, alat yang digunakan merupakan alat portable yang dapat di bawa kemana mana. Gambar 3.23 merupakan proses pengolahan program acaranya : Gambar 3.24 Diagram Pengolahan Program Acara Outdoor Batam TV Proses pengolahan Program Acara Outdoor pada Batam TV yang dilangsungkan diluar studio siaran dimulai dari Kamera yang berfungsi sebagai pengambil gambar yang diteruskan langsung ke switcher atau mixer audio. Sedangkan input audio akan diteruskan langsung ke mixer audio. Kedua input tersebut akan langsung disiarkan, maka akan diteruskan ke microwave portable untuk ditransmisikan ke microwave penerima. Setelah itu baru disiarkan melalui antenna pemancar utama. III Teknik Siaran Tidak Langsung (Off Air) Batam TV Siaran tidak langsung terjadi antara pengambilan gambar/liputan dengan penyiarannya ada tenggang waktu, sehingga ada kesempatan menyiapkan program lebih baik melalui proses editing. Dengan demikian liputan yang dilakukan adalah pengambilan materi siaran yang selanjutnya dikirim ke editor untuk dilakukan editing program. Setelah rekaman program diedit dan sudah disimpan dalam komputer server, maka pada waktu akan disiarkan komputer program penyiaran hanya perlu mengambil file dari komputer server. Keluaran audio dan videonya disalurkan ke pesawat pemancar untuk dipancarkan melalui antena. Sebagai contoh rekaman program sinetron, talkshow off air, drama, sepak bola yang siarannya ditunda, 45

61 berita, kuis, filler dan sebagainya. Gambar 3.24 merupakan proses pengolahan program acaranya : Gambar 3.25 Diagram Pengolahan Program Acara Off Air Batam TV Pada acara off air, hasil input video dan audio akan terleih dahulu disimpan dikomputer server. Setelah naskah produksi keluar, baru dapat dilangsungkan proses editing. Hasil editing akan disimpan kembali di komputer server yang dapat diakses oleh komputer program siaran. oleh komputer yang memiliki program pengatur siaran. Setelah video siap disiarkan, maka akan diteruskan ke microwave pengirim untuk ditransmisikan dan akan dikirim melalui antenna yang akan mengirim signal ke microwave penerima. Setelah itu baru disiarkan melalui antenna pemancar utama. III Prosedur Pengoperasian Yang paling utama dari prosedur pengoperasian adalah kesinambungan dari program siaran. Oleh karena itu program siaran harus sudah siap sebelum waktu siaran dimulai. Untuk tayangan langsung mungkin lebih mudah karena sifatnya hanya menayangkan acara yang sedang berlangsung, sehingga tinggal membuat variasi gambar yang ditayangkan. Hal ini diperlukan kecermatan bagi sutradara untuk memilih gambar mana yang sesuai dari karya kameraman yang 46

62 satu dengan yang lain atas instruksi sang sutradara atau improvisasi kameraman itu sendiri. Semua gambar yang ditayangkan akan disimpan dalam komputer server sebagai arsip tayangan program yang sewaktu-waktu dapat ditayangkan kembali atau menjadi bahan untuk program pengembangan menjadi program sajian baru yang lebih menarik. Setelah siap program tayangan sutradara tinggal memberi perintah kepada operator pemancar maupun switcher untuk on air. Setelah itu siaran harus berlangsung tidak terputus dari program yang satu ke program yang lain sampai pada akhir program ditutup oleh presenter atau penyiar dan muncul gambar cue penutup dan musik tune sebagai tanda pemancar segera off air. III.2.3 Program Acara pada Batam TV Batam TV mempunyai beraneka ragam program acara yang dapat ditayangkan saat ini, mulai dari berita, acara hiburan, talkshow, dan lain-lain. Khusus program berita didapatkan dari beberapa daerah di Kepulauan Riau seperti: Batam, Karimun, Tanjungpinang, Lingga, Bintan dan Natuna. Beritaberita yang ditayangkan lebih menitikberatkan berita-berita lokal. Berikut ini adalah program-program acara yang ada di Batam TV : 1) Detak Pagi, Detak Siang, dan Detak Malam Program acara ini merupakan program yang menayangkan berita mulai dari berita nasional, berita sekitar daerah Batam, dan berita dari daerah-daerah di Kepulauan Riau. Berita yang ditayangkan jenisnya bermacam-macam, berita politik, kriminal, kejadian-kejadian yang sedang terjadi, dan lain-lain. Program ini berlangsung dari hari Senin sampai dengan hari minggu. 2) Sweeping Program acara ini merupakan program yang menayangkan berita tentang kriminalitas yang terjadi disekitar daerah Batam, dan juga daerah-daerah di Kepulauan Riau. Mulai dari pembunuhan, pencurian, penyelendupan, dan kriminalitas lalinnya. Program ini berlangsung dari hari Senin sampai dengan hari minggu. 47

63 3) Rampai Program acara ini merupakan program yang menayangkan informasiinformasi seputar teknologi, perkembangan UKM di Kota Batam, dan juga program yang menayangkan promosi dari suatu perusahaan atau instansi yang ada di Kota Batam. Contohnya, Bolu Kampung Oleh Oleh Khas Batam. Program ini berlangsung dari hari Senin sampai dengan hari minggu. 4) Batam Auto Blitz Program acara ini merupakan program yang menayangkan informasi tentang dunia otomotif yang ada di Kota Batam. Mulai dari perkembangannya sampai promosi dari perusahaan otomotif yang ada di kota Batam. 5) Kemilau Batam Televisi Program acara ini merupakan program yang menayangkan informasiinformasi umum yang ada di kota batam, event-event yang sedang berlangsung di Kota Batam. Contohnya, tayangan tentang Batam Jobfair yang diadakan di Politeknik Negeri Batam beberapa waktu lalu. Biasanya siaran dilakukan diluar studio (outdoor). 6) ABC (Anak Batam Ceria) Program acara ini merupakan program yang menayangkan acara-acara anak yang sedang berlangsung di kota Batam. Seperti acara ulang tahun, khitanan, dan acara anak lainnya. Dan juga apabila ada anak yang ingin ditayangkan langsung di Studio Batam TV. 7) Warna Warni Program acara ini merupakan program yang menayangkan tentang dunia anak muda yang up to date. Mulai dari music, perkembangan dunia anak muda atau remaja, teknologi yang sedang berkembang pada dunia anak muda. 8) Filler Filler merupakan program acara yang ditayangkan saat commercial break. Konten yang ditayangkan bermacam-macam, profil pemerintahan kota batam, sambutan walikota, profil perusahaan, promosi iklan dari instansi yang ada di Kota Batam yang sebelumnya sudah disiapkan oleh tim editing. 48

64 III.2.4 Teknis Penyiaran dan Frekuensi pada Batam TV Batam TV sendiri mempunyai tower utama yang digunakan untuk menyiarkan siaran televisi. Disana tidak hanya terdapat tower saja, namun ada beberapa alat lainnya yang digunakan untuk mengatur frekuensi dan untuk menyiarkan konten. Antara lain antenna receiver, micro wave, exciter, power amplifier, dan lain-lain. Berikut ini adalah penjelasan fungsi dari alat-alat yang digunakan dalam teknis penyiaran pada tower utama Batam TV : 1. Antenna Receiver Antena ini merupakan alat yang pertama kali akan menerima gelombang siar yang dikirimkan dari antenna yang ada di studio yang kemudian gelombang tersebut akan diteruskan ke microwave yang ada pada tower utama. Dalam ukuran, antenna receiver mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Semakin besar antenna yang digunakan, maka daya (watt) yang dibutuhkan juga semakin besar. Batam TV sendiri menggunakan antenna yang membutuhkan daya sebesar 20 watt dengan merk APO 8N/716/78 UHF PA. Gambar 3.26 Antenna Receiver pada tower utama Batam TV 2. Microwave Receiver Microwave ini berfungsi menerima gelombang siar yang ditangkap oleh antenna receiver yang kemudian akan diteruskan ke exciter yang akan mengolah data suara dan gambar. Batam TV menggunakan microwave merk Screen Service Italy SCB 32 Microwave Links. 49

65 Gambar 3.27 Micro wave pada tower utama Batam TV 3. Exciter Exciter berfungsi mengolah data suara dan gambar dan kemudian disalurkan ke power amplifier sebelum langsung dikirimkan ke tower utama. Pada exciter sendiri terdapat 2 alat, yaitu modulator dan driver. Modulator merupakan alat yang memproses data suara dan gambar yang masuk dan driver berfungsi untuk menggabungkan data suara dan gambar tersebut dan kemudian menyalurkannya ke power amplifier. Batam TV menggunakan exciter merk DB Broadcast 5W/10W/20W Exciter, modulator merk DB Bbroadcast VAM 01/DV, dan driver merk DB Broadcast KSU 25. Gambar 3.28 Exciter pada tower utama Batam TV Gambar 3.29 Modulator pada tower utama Batam TV 50

66 Gambar 3.30 Driver pada tower utama Batam TV 4. Power Amplifier Power Amplifier merupakan penambah daya kirim signal yang memungkinkan pancaran dari tower utama lebih luas.batam TV mempunyai 3 power amplifier yang masing-masing memberikan daya 1500W, sehingga pemancar mampu menyiarkan sampai jarak 5KW. Batam TV menggunakan power amplifier merk DB Broadcast KD Gambar 3.31 Power Amplifier pada tower utama Batam TV 5. Filter Filter berfungsi untuk menyaring data suara dan gambar yang sebelumnya sudah di proses oleh exciter dan power amplifier sebelum dipancarkan oleh tower utama. 51 Selain itu filter berfungsi

67 mempertahankan frekuensi yang sudah diatur untuk Batam TV, yaitu 51 UHF. Agar tidak bertabrakan dengan frekuensi signal TV lainnya. Batam TV menggunakan filter produk DB Electronica. Gambar 3.32 Filter pada tower utama Batam TV 6. Tower Pemancar Utama Tower ini adalah pemancar yang akan mengirim signal siaran ke antenna penerima milik masyarakat yang ingin menikmati siaran Batam TV. Gambar 3.33 Tower utama Batam TV 52

68 Gambar 3.34 merupakan proses pengolahan data suara dan gambar yang dikirimkan antenna yang ada di studio Batam TV sampai dengan disiarkan melalui tower utama : Gambar 3.34 Diagram Teknis Penyiaran pada tower utama Batam TV Teknis penyiaran Batam TV dimulai dari hasil video dan audio yang ditransmisikan oleh microwave ke antenna pengirim yang mengirimkan signal yang kemudian diterima oleh antenna receiver yang langsung meneruskan signal kepada microwave receiver. Input video dan audio itu akan di proses oleh exciter, dimana didalamnya terdapat modulator dan driver pengolah data audio dan video. Sebelum dipancarkan data tersebut akan melalui power amplifier untuk didorong ke antenna pemancar, dan juga akan melalui filter yang berfungsi mengatur frekuensi agar sesuai pada frekuensi yang diinginkan. Antena pemancar utama akan memancarkan semua data video dan audio tersebut. III.3 Tinjauan Khusus Stasiun Televisi Politeknik Negeri Batam III.3.1 Lokasi Stasiun Televisi Politeknik Negeri Batam Politeknik Negeri Batam terletak di Kelurahan Teluk Tering, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam, Propinsi Kepulauan Riau, Indonesia, dengan alamat Parkway Street. Batam Center, Batam. Stasiun televisi Politeknik Negeri Batam 53

69 itu sendiri terletak di lantai 4 Gedung Teaching Factory yang bersebelahan dengan gedung utama Politeknik Negeri Batam. III.3.2 Ruang Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Ruangan ini sudah dilengkapi meja dan kursi serta beberapa alat penyiaran seperti mixer audio, switcher atau mixer video, beberapa kamera, dan lighting. Namun belum semua alat yang dibutuhkan dalam penyiaran ada dalam ruangan studio ini. Ruangan ini di desain kedap suara namun belum tertata rapi, mulai dari pembagian ruang, penyusunan layout alat-alat siaran yang berpengaruh pada proses penyiaran. Gambar 3.35 Ruangan Studio Siaran Politeknik Negeri Batam 54

70 Gambar 3.36 Ruangan Studio Siaran Politeknik Negeri Batam III.3.3 Peralatan Ruang Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Stasiun TV Politeknik Negeri Batam memiliki peralatan-peralatan yang digunakan untuk proses pembelajaran siaran pada studio. Tabel 3.1 adalah daftar alat-alat yang ada pada studio : Tabel 3.1. Daftar Alat-alat Studio Siaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam No Jenis Tipe Merk Qty 1 Kamera AK-HG 3800 Panasonic 1 2 Kamera MD Panasonic 3 3 Sound Kit Mic Condenser Rode 2 55 Gambar

71 4 Sound Kit Yamaha CL1 Yamaha 1 5 Sound Kit AVID C24, AVID HDX,WFM 7200, Komputer MAC AVID 1 6 Editing Kit Textronix MTX 100B Textronik 1 7 Editing Kit Remote Operation Panel AKHRP200 Panasonic 1 8 Editing Kit Panasonic Live Switcher AV-HS410 Panasonic 1 56

72 9 Editing Kit Textronix WFM 5200 Textronix 1 10 Editing Kit HD/SD Recorder (HDR-60) Datavideo 1 11 Lighting Lighting Tronic (Lead Eco) Tronic (Orange) 3 12 Lighting S800 (White) Prolite 6 13 Lighting E600 (Black) Prolite 4 57

73 Support Tools Dedolight + Softbox Dedolight 2 15 Support Tools Adtec Router + media HUB & Panasonic Camera Control Unit Adtec, Panasonic 3 16 Kamera Canon 7D Canon 2 14 Sumber : Politeknik Negeri Batam III.3.4 Denah Luas Ruangan Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Gambar 3.37 Denah Luas Ruangan Studio (m) - Tampak Atas 58

74 III.3.5 Layout Ruangan Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Gambar 3.38 adalah Layout Ruangan Studio TV Politeknik Negeri Batam: Gambar 3.38 Layout Ruangan Studio - Tampak Atas 59

75 Gambar 3.39 Layout Ruangan Studio - Tampak Samping Ruangan studio stasiun TV Politeknik Negeri Batam masih memiliki beberapa kelemahan, yaitu : 1. Panggung dan background yang kecil 2. Lighting yang minim, masih memerlukan lighting tambahan 3. Tidak terdapat panggung pada bagian alat control, sehingga mengganggu penglihatan ketika syuting berlangsung (tertutup kameramen) 4. Area alat -alat control kecil, menyulitkan mahasiswa dengan kuantitas ramai untuk mengaksesnya. III.4 Tinjauan Khusus Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kepri III.4.1 Daftar Perusahaan Pemancar TV di Daerah Kepulauan Riau Tabel 3.2 adalah data daftar-daftar stasiun televisi yang ada di daerah Kepulauan Riau: 60

76 Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Pemancar Televisi di Daerah Kepulauan Riau Lokasi Pemancar No Nama Stasiun TV Nomor Alamat Lengkap Keterangan Kanal Jalan/ Desa/ Kel. Kec. Kota / Kab. 1 TVRI 6 UHF JL.Palapa VIII. Bukit Dangas Sekupang Batam ISR 2 TVRI BINTAN 9 UHF Jl. Lumba-lumba Kijang Kijang ISR 3 METRO TV 25 UHF B Girang. Tj. Sengkuang Batu Ampar Batam RK KPID Non ISR 4 TV ONE 27 UHF B Girang. Tj. Sengkuang Batu Ampar Batam ISR 5 TV TPI 33 UHF Hotel Furia Tj. Pinang RK KPID Non ISR 6 SEMENANJUNG TV 39 UHF Taman Sade Tiban II Sekupang Batam ISR 7 TV DIGITAL 40 UHF JL.Palapa VIII. Bukit Dangas Sekupang Batam ISR 8 MNC TV 41 UHF Jl. Ir. Sutami. B. Dangas Sekupang Batam ISR 9 RCTI 43 UHF B Girang. Tj. Sengkuang Batu Ampar Batam ISR 10 TRANS TV 45 UHF JL.Palapa VIII. Bukit Dangas Sekupang Batam ISR 11 SCTV 47 UHF B Girang. Tj. Sengkuang Batu Ampar Batam ISR 12 INDOSIAR 49 UHF JL.Palapa VIII. Bukit Dangas Sekupang Batam ISR 13 BATAM TV 51 UHF B Girang. Tj. Sengkuang Batu Ampar Batam ISR 14 ANTV 53 UHF B Girang. Tj. Sengkuang Batu Ampar Batam RK KPID Non ISR 15 BARELANG TV 55 UHF Batu Ampar Batam RK KPID Non ISR 16 GLOBAL TV 57 UHF Jl. Ir. Sutami. B. Dangas Sekupang Batam RK KPID Non ISR 17 TRANS 7 59 UHF JL.Palapa VIII. Bukit Dangas Sekupang Batam RK KPID Non ISR 18 URBAN TV 61 UHF Jl. Ir. Sutami. B. Dangas Sekupang Batam RK KPID Non ISR Ruko Lakota Blok B No.12 Bukit Senyum Tj. Pinang Kota Sumber : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Kepulauan Riau Dan untuk beberapa daerah di Indonesia, khususnya Kepulauan Riau sudah mulai beralih ke sistem penyiaran digital. Dikarenakan pada sistem digital, sistematis proses siarannya akan lebih mudah. III.4.2 Model Bisnis Sistem Siaran TV Digital Teresterial Berdasarkan hasil survei dan wawancara di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kepulauan Riau serta referensi dari beberapa jurnal, dapat saya simpulkan model bisnis sistem siaran televisi digital terseterial di Indonesia kan jadi seperti pada Gambar 3.40 : 61

77 Gambar 3.40 Model Bisnis Sistem Siaran TV Digital Teresterial di Indonesia Dari diagram blok pada Gambar 4.13 di atas, dapat dijelaskan tentang siapa penyelenggara penyiaran televisi digital terestrial dan apa fungsinya di dalam rantai nilai (value chain) penyelenggaraan penyiaran televisi digital terestrial di Indonesia sebagai berikut: 1. Penyedia Konten, berfungsi sebagai content provider atau content creator yang memproduksi konten-konten siaran. 2. Penyelenggara Program Siaran, berfungsi sebagai content aggregator yang menggabungkan konten-konten siaran dari Penyedia Konten dan menyusunnya dengan jadwal tertentu dan berkesinambungan sehingga menjadi suatu program siaran untuk dipancarluaskankan melalui Penyelenggara Multipleksing menggunakan infrastruktur yang disediakan oleh Penyedia Jaringan/ Transmisi. 3. Penyelenggara Multipleksing berfungsi untuk menggabungkan beberapa program siaran dari beberapa Penyelenggara Program Siaran untuk kemudian dipancarluaskan kepada masyarakat melalui inftastruktur jaringan dan perangkat transmisi yang disediakan oleh Penyedia Jaringan/ Transmisi. 4. Penyedia Jaringan/ Transmisi/ Fasilitas berfungsi untuk menyediakan infrastruktur jaringan, perangkat transmisi, dan/ atau menara. Status stasiun TV analog yang saat ini ada adalah sebagai Penyelenggara Program Siaran. Sehingga stasiun televisi yang saat ini memiliki infrastruktur sendiri dan Izin Stasiun Radio (ISR) tidak perlu memiliki keduanya pada saat penerapan sistem penyiaran televisi digital. [14] Dengan model bisnis tersebut di atas perlu diatur hubungan kerja antar entitas badan usaha yang menjalankan masing-masing fungsinya untuk menjamin 62

78 pemancarluasan konten atau program siaran yang bebas masalah dan menjamin kompetisi yang sehat antar penyelenggara. Hubungan Kerja yang perlu diatur antara lain: 1. Penyedia Jaringan/ Transmisi harus menyediakan jangkauan wilayah siaran (coverage area) yang diminta oleh Penyelenggara Program Siaran atau Penyelenggara Multipleksing. 2. Penyedia Jaringan/ Transmisi/ Fasilitas diharuskan menyediakan kualitas penghantaran aplikasi penyiaran sesuai kesepakatan yang tertuang di dalam kontrak antara Penyelenggara Jaringan/ Transmisi dan Penyelenggara Multipleksing. 3. Penyedia Jaringan/ Transmisi dan Penyelenggara Multipleksing harus berlaku adil dengan mengenakan biaya sewa jaringan yang sama kepada para Penyelenggara Program Siaran dalam penghantaran aplikasi penyiaran kepada masyarakat. Pemerintah perlu mengatur penerapan harga tertinggi (ceiling price) untuk sewa kapasitas saluran, jaringan, dan perangkat transmisi.[14] 63

79 BAB IV PERANCANGAN SISTEM Setelah dilakukan tahap analisa data maka tahap selanjutnya adalah perancangan pada studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam. Perancangan akan menampilkan layout dari studio serta diagram sistem penyiaran stasiun televisi Politeknik Negeri Batam. IV.1 Rancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam IV.1.1 Perancangan Sistem Pengolahan Konten di Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Gambar 4.1 merupakan rancangan sistem pengolahan konten di studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam : Gambar 4.1 Rancangan Sistem Pengolahan Konten di Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Dan berikut ini merupakan cara kerja dari perancangan sistem pengolahan konten di stasiu televisi Politeknik Negeri Batam : 1. Alur Kerja Video Di dalam studio terdapat tiga komponen utama, yaitu: Kamera, Monitor dan Video Switcher. Kamera berfungsi untuk mengambil gambar, lalu 64

80 hasilnya bisa dilihat di layar monitor, sedangkan Switcher berfungsi untuk men-switch (mengganti-ganti) gambar yang berasal dari Kamera 1, Kamera 2, Kamera 3 dan seterusnya. Outputnya lalu dikirim ke Pemancar atau bisa juga direkam ke sebuah alat perekam video atau video server. Dalam sebuah program, gambar yang bersumber dari Kamera saja dirasa tidak cukup, karena informasi yang ditayangkan tidak akan lengkap tanpa tambahan data pendukung yang memadai. Data pendukung ini bisa berupa tulisan atau gambar-gambar grafis. Itulah sebabnya dibutuhkan komputer graphic dan CG ( Character Generator) untuk memperkaya sebuah program agar menjadi lebih informatif dan menarik. Selain itu dibutuhkan pula potongan-potongan program (video clip) untuk di-insert ke dalam program utama, dimana video-video clip ini telah sengaja dibuat sedemikian rupa memang untuk melengkapi program utama. Untuk itu dibutuhkan mesin pemutar video clip (playout system) misalnya adalah Video Server. Umumnya Video Server ini berjumlah 2 buah agar bisa digunakan secara bergantian (A-B Roll), atau Video Server yang satu menjadi back up dari Video Server yang lain. Video Server umumnya juga dilengkapi dengan port input dan software perekamanan sehingga bisa difungsikan sebagai alat perekam. Dulu alat perekam video yang paling populer adalah VTR ( Video Tape Recorder), dimana sinyal video disimpan di dalam pita magnetik. Tapi sekarang alat penyimpan video yang lebih populer adalah hardisk, solid state disk (SSD) atau memory card, sehingga komputer atau server menjadi alat perekam atau pemutar video yang dominan saat ini. 2. Alur Kerja Audio Di dalam Studio pengambilan sinyal audio sama sekali terpisah dari sinyal video. Sinyal video diambil menggunakan kamera sedangkan sinyal audio diambil menggunakan microphone. Microphone adalah transducer yang mengubah tekanan udara yang menimpa membran di dalamnya menjadi sinyal audio. Sinyal audio yang dihasilkan selanjutnya diperkuat, diatur dan dikendalikan melalui Audio Mixer. Output utama dari Mixer 65

81 selanjutnya di-distribusi-kan ke beberapa tujuan. Salah satu outputnya dikirim bersama-sama dengan sinyal video ke Pemancar untuk dipancarkan, sedangkan output lainnya dihubungkan ke Video Server A dan B untuk direkam bersama-sama dengan sinyal video pada saat taping, atau direkam untuk diputar ulang sesaat sesudah direkam. Ada dua jenis hubungan dari Microphone ke Audio Mixer, yaitu wired dan wireless. Wired (pakai kabel) umumnya digunakan untuk menghubungkan Microphone yang posisinya relatif diam atau jarang berpindah-pindah, sedangkan wireless (tanpa kabel) sangat cocok untuk Microphone yang posisinya sering berpindah-pindah. Ada dua tipe Wireless Microphone, yaitu tipe yang dipegang ( handheld) dan tipe Clip-On (dijepit di dekat kerah baju). Wireless Clip-On harus dihubungkan ke pemancar, baru kemudian pancaran sinyalnya itu ditangkap oleh Receiver (Rx) untuk kemudian dihubungkan ke input Audio Mixer. 3. Perangkat Lunak (Software) Siaran Perangkat Lunak ( Software) ini berfungsi untuk mengatur lalu lintas materi siaran. Maksudnya, kapan materi-materi siaran yang berisi : program, iklan dan promo itu harus ditayangkan. Termasuk juga secondary event. Yang dimaksud Promo adalah materi siaran yang berisi promosi tentang program-program stasiun TV itu sendiri, sedangkan secondary event adalah iklan (atau promo) dalam bentuk: running text, graphic atau animasi yang muncul pada saat program sedang ditayangkan. Salah satu software yang bisa digunakan adalan EDIUS V3.5. Rancangan diatas dibuat berdasarkan hasil tinjauan khusus di Politeknik Negeri Batam. Alat-alat yang ada pada diagram diatas merupakan alat-alat yang sudah ada di studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam. Dan selanjutnya akan dijelaskan tentang perancangan sistem penyiaran ( Transmitt System) untuk stasiun televisi Politeknik Negeri Batam. 66

82 IV.1.2 Perancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam pada Sistem Analog Gambar 4.2 merupakan rancangan sistem penyiaran stasiun televisi Politeknik Negeri Batam pada sistem analog : Gambar 4.2 Rancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Sistem Analog Berikut ini adalah penjelasan cara kerja dalam rancangan sistem penyiaran analog pada stasiun televisi Politeknik Negeri Batam : 1. Proses siaran akan dimulai dari studio. Semua materi siaran yang telah siap akan disusun dalam program siaran. Maka setelah itu, secara otomatis semua data suara dan gambar yang sudah di convert menjadi gelombang siar yang akan dikirim oleh Microwave. Lalu diteruskan oleh antenna pemancar yang kemudian dikirim ke antenna penerima. 2. Proses selanjutnya akan berlanjut ke Microwave Receiver. Microwave ini berfungsi menerima gelombang siar yang ditangkap oleh antenna penerima yang kemudian akan diteruskan ke exciter yang akan mengolah data suara dan gambar. 67

83 3. Sebelum dipancarkan, semua data suara dan gambar akan di proses dan digabungkan terlebih dahulu oleh modulator dan driver (up-converter). Kemudian akan disalurkan ke power amplifier yang merupakan penambah daya kirim signal yang memungkinkan pancaran dari tower utama lebih luas. 4. Proses terakhir sebelum data suara dan gambar dipancarkan akan terjadi pada channel filter yang berfungsi untuk mempertahankan frekuensi yang sudah diatur agar tidak bertabrakan dengan frekuensi signal TV lainnya. Baru kemudian akan disebarluaskan melalui tower pemancar utama yang akan mengirim signal siaran ke antenna penerima milik masyarakat yang ingin menikmati siaran. Rancangan sistem penyiaran diatas dibuat berdasarkan hasil survei ke stasiun televisi lokal di Kota Batam. Dalam sistem analog, pada dasarnya semua stasiun televisi lokal akan menggunakan sistem seperti gambar diatas. Dikarenakan tidak membutuhkan jangkauan yang terlalu luas untuk mendistribusikan siaran ke penduduk lokal. Berbeda halnya dengan stasiun televisi nasional yang menggunakan teknologi satellite untuk mendistribusikan siarannya ke seluruh pelosok negeri. Dan juga, dalam sistem analog terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem analog dapat dilihat dari segi penerima siaran. Semua penerima siaran yang menggunakan antenna penangkap sinyal UHF/VHF yang menjadi standar dalam sistem analog dapat menerima siaran. Namun masih banyak juga kekurangan dalam sistem penyiaran analog, antara lain adalah gangguan terhadap sinyal siaran yang dapat mempengaruhi kualitas gambar atau suara yang diterima oleh penerima siaran. Selain itu untuk slot frekuensi dalam sistem analog di Daerah Kota Batam sudah penuh. 68

84 IV.1.3 Perancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam pada Sistem Digital Gambar 4.3 merupakan rancangan sistem penyiaran stasiun televisi Politeknik Negeri Batam pada sistem digital : Gambar 4.3 Rancangan Sistem Penyiaran Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Sistem Digital Berikut ini adalah penjelasan cara kerja dalam rancangan sistem penyiaran digital pada stasiun televisi Politeknik Negeri Batam : 1. Proses siaran akan dimulai dari studio. Semua materi siaran yang telah siap akan disusun dalam program siaran. Maka setelah itu, semua data suara dan gambar akan di convert oleh encoder. Encoder merupakan sistem kompresi pada teknologi penyiaran televisi digital terestrial. Kompresi adalah suatu konversi data ke suatu format yang membutuhkan bit yang lebih sedikit. Kompresi dilakukan supaya data dapat disimpan atau ditransmisikan secara lebih efesien. Standarisasi encoder di Indonesia adalah menggunakan MPEG-2. Tabel 4.1 merupakan rekomendasi Encoder yang telah tersertifikasi oleh Kemenkominfo : 69

85 Tabel 4.1 Rekomendasi Encoder yang telah Tersertifikasi Kemenkominfo Nomor PLG ID Customer Perangkat Merk & Model Expired 30075/SDPPI/ DATACOMM DIANGRAHA, PT. Encoder Antik Technology - Juice Encoder EN Sumber: Kemenkominfo Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi Gambar 4.4 Antik Technology - Juice Encoder EN 4900 Dan berikut ini merupakan fitur dan spesifikasi dari Antik Technology - Juice Encoder EN 4900 : Fitur Utama Dukungan 8AV,1 ASI Input Mendukung format MPEG2 encoding Mendukung format PAL, NTSC Dukungan maksimal 108Mbps ASI input 0.8Mbps~20Mbps setiap saluran Dukungan resolusi D1, HD1, 2/3D1, 3/4D1 Mendukung fungsi multiplexer Dukungan ASI and IP output Dukungan Keyboard and LCD operation Memperbaharui perangkat melalui port NMS 70

86 Spesifikasi Tabel 4.2 Spesifikasi Antik Technology - Juice Encoder EN 4900 Resolution PAL: _50i, _50i, _50i, _50i, _50i, _50i Resolution NTSC: _60i, _60i, _60i, 320x240_60i, 176x240_60i, 176x120_60i Video Encoding: MPEG-2 MP@ML Bit-rate: 0.125Mbps~19Mbps each channel Rate Control: CBR/VBR GOP Structure: IPPPP, IBPBP, IBBPB, IBBBP. Advanced Pretreatment: De-interlacing, noise reduction, sharpening LCD/keyboard operating, NMS supporting System Function English control interface Ethernet software upgrade 8 CVBS inputs, BNC interface Input 8 pairs unbalanced stereo audio input, BNC interface 1 ASI input, BNC interface 2*ASI output, BNC interface MPTS over UDP, 10/100Base-T Ethernet Stream Output interface (UDP uni-cast /multicast), 8 SPTS (optional) Encoding: MPEG1 Audio Layer 2 LC- AAC,HE-AAC Audio Sampling rate: 32 KHz, 44.1 KHz, 48KHz Bit-rate: 32Kb/s 384Kb/s each channel 71

87 Multiplexing 1 ASI input multiplexed with local 8 channels of TS Dimension (W L H): 482mm 455mm 44mm Interfaces on rear panel Approx weight: 4kg Power: AC 100V-220V±10%, 50/60Hz Consumption: 17.6W Sumber: 2. Setelah di convert, maka encoder akan mentransmisikan data tersebut ke multiplexer atau penyelenggara multipleksing. Penyelenggara Multipleksing berfungsi untuk menggabungkan beberapa program siaran dari beberapa Penyelenggara Program Siaran untuk kemudian dipancarluaskan kepada masyarakat melalui inftastruktur jaringan dan perangkat transmisi yang disediakan oleh Penyedia Jaringan/ Transmisi. Gambar 4.5 merupakan sistem transmisi dari studio ke multiplexer: Gambar 4.5 Sistem Tranmisi dari Studio ke Multiplexer Masing-masing alternatif transmisi memiliki keunggulan dan kelemahan. Secara singkat dapat dilihat perbandingannya pada Tabel

88 Tabel 4.3 Keunggulan dan Kelemahan Alternatif Transmisi No ALTERNATIF TRANSMISI KEUNGGULAN KELEMAHAN 1 Studio Memudahkan Ketersediaan kanal frekuensi Transmission pemilihan lokasi terbatas. Link (STL) studio sepanjang Perizinan memakan waktu tidak ada hambatan dan relative kompleks. (obstacle). Selalu terbuka kemungkinan Dapat melayani terjadinya distorsi kualitas lokasi manapun audio dan video yang sepanjang tersedia dipancarkan akibat berbagai kanal frekuensi. gangguan seperti cuaca, obstacle dan lain sebagainya. Biaya perizinan dan pengoperasian relative mahal. 2 Fiber Optic (FO) Kualitas audio dan video yang dikirim stabil dan bagus. Tidak semua lokasi stasiun yang dipilih telah memiliki jaringan FO. Biaya lebih efisien. Lokasi studio harus berada Jaringan di kota-kota besar sudah tersedia. di wilayah yang memiliki jaringan FO agar dapat transmisi ke multiplexer. Sumber: Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Batam 3. Pada sistem digital, setiap stasiun televisi hanya akan berfungsi sebagai penyedia konten siaran. Sistem transmisi akan dipegang oleh penyelenggara jaringan/transmisi. Atau multiplexer bisa bertindak sebagai 73

89 penyedia jaringan/transmisi. Pada sistem digital, exciter atau alat transmisi yang digunakan adalah model Digital Exciter. Digital Exciter berfungsi mengolah data suara dan gambar dan kemudian disalurkan ke power amplifier sebelum langsung dikirimkan ke tower utama. Pada exciter sendiri terdapat 2 alat, yaitu modulator dan driver (up-converter). Modulator merupakan alat yang memproses data suara dan gambar yang masuk. Di Negara Indonesia, standard penyiaran Digital yang diterapkan pemerintah mulai tahun 2012 tersebut mengadopsi standard penyiaran digital terestrial DVB-T2. Penyiaran digital terrestrial tersebut sama dengan penyiaran TV analog yang masih ada hingga sekarang ini, yaitu menggunakan frekuensi radio VHF/UHF, namun bedanya hanya pada format kontent yang dikemas secara digital. Driver (up-converter) berfungsi untuk menggabungkan data suara dan gambar tersebut dan kemudian menyalurkannya ke power amplifier. Untuk exciter, salah satu merk yang sudah tersertifikasi oleh Kemenkominfo adalah merk DB Electronica Telecomunicazioni SpA Italy.[19] Dan produk DB yang sudah mendukung DVB-T2 adalah DM/04 - Analog & Digital, Dual Mode Multistandard TV Modulator. [20] Selain itu, rekomendasi exciter lainnya dapat menggunakan NEC DM-4200 Series Analog/DVB-T/T2 Exciter. Dan untuk pemancar, salah satu merk yang banyak digunakan tv nasional adalah merk Rohde & Schwarz. Produk dari Rohde & Schwarz sudah ada yang mendukung format digital DVB-T. contohnya adalah R&S NH/NV/8600 Series. Spesifikasi dari produk tersebut akan dipaparkan dalam Lampiran 2. Berdasarkan roadmap Kominfo mengenai digitalisasi penyiaran, siaran televisi di Indonesia direncanakan seluruhnya beroperasi dengan sistem digital pada tahun Dalam praktiknya, digitalisasi menjadi alternatif solusi untuk mengatasi keterbatasan dan inefisiensi pada penyiaran analog, baik radio maupun televisi. Efisiensi dan optimalisasi yang paling nyata dalam penyiaran di antaranya adalah kanal siaran dengan jumlah yang lebih banyak dan infrastruktur penyiaran, 74

90 seperti menara pemancar, antena, dan saluran transmisi yang masing-masing cukup menggunakan satu alat untuk banyak siaran. Di sisi lain, karena format digital kaya akan transformasi data dalam waktu bersamaan, maka digitalisasi televisi dapat meningkatkan resolusi gambar dan suara yang lebih stabil, sehingga kualitas penerimaan oleh penonton akan lebih baik. Tabel 4.4 merupakan daftar frekuensi yang bisa digunakan oleh stasiun televisi Politeknik Negeri Batam pada sistem penyiaran digital. Tabel 4.4 Frekuensi Sistem Digital untuk Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Frekuensi Frekuensi Carrier Frekuensi Carrier No Multiplexer Nomor Kanal (MHz) Video (MHz) Audio (MHz) 1 TVRI SCTV RCTI Trans TV Sumber: Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Batam Kebutuhan tambahan untuk melengkapi studio siaran Politeknik Negeri Batam, baik dari sisi produksi konten maupun sisi sistem penyiarannya disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Kebutuhan Tambahan Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Jenis Barang Spesifikasi Gambar Handy Talky Clip Mic/ Clip On (Wireless) Uniden GMR3040-2CKHS, Weather-resist, up to 48Km KREZT K 2380 L - Wireless Clip-on Microphone 75

91 Cable Hardware Hardware Video Brilliance Belden 1505A HDTV precision video cable 4.5ghz Shibasoku DS303C Digital TV Signal Generator Teleview TLV400s Digital TV Receiver Hardware Tektronix DTV Monitor RFM300 ATSC/8-VSB Hardware Tektronix RSA3303B Real-Time Spectrum Analyzer Hardware Hardware Hardware DM/04 - Analog & Digital, Dual Mode Multistandard TV Modulator NEC DM-4200 Series Analog/DVB- T/T2 Exciter Rohde and Schwarz, Transmitter Control, R&S NetCCU

92 Hardware Rohde and Schwarz, Digital Exciter R&S SX800 Hardware Rohde and Schwarz, VH8600A1 UHF Amplifier Harware Pemancar DVB-T Rohde and Schwarz, NH/NV 8600 Series Hardware Antik Technology - Juice Encoder EN 4900 IV.2 Rancangan Layout Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam IV.2.1 Denah Ukuran Studio Stasiun TV Politeknik Negeri Batam Denah ukuran studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam ini dibuat dengan melakukan pengukuran langsung di studio. Gambar 4.6 adalah tampilan denah studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam: 77

93 Gambar 4.6 Ukuran Ruangan Studio (m) - Tampak Atas 78

94 IV.2.2 Perancangan Antarmuka Layout Studio dalam Bentuk 2 Dimensi AREA PEREKAMAN RUANG KONTROL RUANG EDITING Gambar 4.7 Rancangan Layout Ruangan Studio - Tampak Atas 79

95 AREA PEREKAMAN RUANG KONTROL Gambar 4.8 Rancangan Layout Ruangan Studio - Tampak Samping Rancangan ruangan studio stasiun TV Politeknik Negeri Batam ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu : 1. Terdapat dinding pembatas antara ruang kontrol dengan area perekaman yang kedap suara, sehingga suara noise/berisik di ruang kontrol tidak terdengar di area perekaman. 2. Pada ruang kontrol terdapat panggung sehingga memudahkan dalam mengontrol. Tidak tertutup oleh kameraman ataupun creative team dan dibatasi oleh kaca agar tetap dapat melihat ke area perekaman dari ruang kontrol. 3. Tambahan lighting dari langit-langit studio menambah pencahayaan yang sebelumnya hanya berasal dari lighting/softbox. Dan rancangan ruangan studio stasiun TV Politeknik Negeri Batam masih memiliki beberapa kelemahan, yaitu : 1. Area alat-alat kontrol kecil, menyulitkan mahasiswa dengan kuantitas ramai untuk mengaksesnya. 2. Ruanganan studio belum terlalu kedap suara. Dengan rancangan studio seperti dijelaskan diatas, maka stusio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam akan mampu menunjang proses belajar ataupun 80

96 proses produksi nantinya. Selain itu, semua hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan mahasiswa di studio bisa digunakan sebagai bahan siaran. Atau sebaliknya, mahasiswa bisa dilatih untuk membuat atau memproduksi bahanbahan siaran untuk stasiun televisi Politeknik Negeri Batam. IV.2.3 Perancangan Antarmuka Layout Ruang Editing dan Ruang Kontrol dalam Bentuk 2 Dimensi Gambar 4.9 Rancangan Layout Ruangan Editing - Tampak Atas Gambar 4.10 Rancangan Layout Ruangan Kontrol - Tampak Atas 81

97 RUANG KONTROL RUANG EDITING Gambar 4.11 Rancangan Layout Ruangan Editing & Ruang Kontrol Tampak Samping Rancangan ruangan editing stasiun TV Politeknik Negeri Batam ini memanfaatkan salah satu ruangan yang ada dalam studio. Ruang ini akan digunakan sebagai ruang tempat editing video, dubbing, serta membuat kebutuhan pendukung siaran berlangsung. Salah satu kelebihan rancangan layout ruang editing ini adalah terdapat dinding pembatas antara ruang kontrol dengan area perekaman yang kedap suara, sehingga proses yang terjadi dalam ruangan ini tidak mengganggu proses perekaman. Dan dibatasi oleh kaca agar tetap dapat melihat ke area perekaman dan ruang kontrol dari ruang editing. 82

98 IV.2.4 Perancangan Antarmuka Layout Studio dalam Bentuk 3 Dimensi Gambar 4.12 Rancangan Layout Studio (3D) - Tampak Atas Rancangan layout studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam ini dibuat menggunakan aplikasi Autodesk 3D Max Tidak jauh berbeda dengan bentuk 2 dimensi, hanya dikemas kembali dalam bentuk 3 dimensi, Terdapat beberapa perbedaan dengan bentuk 2 dimensi, namun rancangan dalam bentuk 3 dimensi sudah diimplementasikan dengan sebaik mungkin. 83

99 IV.2.5 Perancangan Antarmuka Layout Area Perekaman dalam Bentuk 3 Dimensi Berdasarkan hasil survei pada beberapa studio televisi di Kota Batam, maka dapat diusulkan rancangan area perekaman untuk stasiun televisi Politeknik Negeri Batam, seperti yang ditampilkan pada gambar 4.7 dan gambar 4.8. Area perekaman harus terpisah dengan ruang kontrol dan ruang editing agar aktifitas di kedua ruangan tersebut tidak mengganggu proses produksi yang berlangsung di area perekaman. Gambar 4.13 dan Gambar 4.14 merupakan perancangan antarmuka layout area perekaman dalam bentuk 3 dimensi: Gambar 4.13 Rancangan Layout Area Perekaman (3D) Perspektif 84

100 Gambar 4.14 Rancangan Layout Area Perekaman (3D) Perspektif IV.2.6 Perancangan Antarmuka Layout Ruang Kontrol dalam Bentuk 3 Dimensi Berdasarkan hasil survei pada beberapa studio televisi di Kota Batam, maka dapat diusulkan rancangan area ruang kontrol untuk stasiun televisi Politeknik Negeri Batam, seperti yang ditampilkan dari gambar 4.8 sampai dengan gambar Ruang kontrol harus terpisah dengan area perekaman agar 85

101 aktifitas yang ada di ruang kontrol tidak mengganggu proses produksi yang berlangsung di area perekaman. Apabila ingin berinteraksi dengan area perekaman, ruang kontrol bisa menggunakan handy talky sebagai medianya. Gambar 4.15 sampai dengan Gambar 4.17 merupakan perancangan antarmuka layout ruang kontrol dalam bentuk 3 dimensi: Gambar 4.15 Rancangan Layout Ruang Kontrol (3D) - Tampak Atas Gambar 4.16 Rancangan Layout Ruang Kontrol (3D) - Perspektif 86

102 Gambar 4.17 Rancangan Layout Ruang Kontrol (3D) Perspektif 87

103 IV.2.7 Perancangan Antarmuka Layout Ruang Editing dalam Bentuk 3 Dimensi Berdasarkan hasil survei pada beberapa studio televisi di Kota Batam, maka dapat diusulkan rancangan area ruang kontrol untuk stasiun televisi Politeknik Negeri Batam, seperti yang ditampilkan dari gambar 4.18 sampai dengan gambar Ruang editing ini memanfaatkan salah satu ruang kosong yang ada di studio. Ruangan ini akan diisi beberapa unit komputer yang berfungsi sebagai ruang tempat editing video, dubbing, serta membuat kebutuhan pendukung siaran. Gambar 4.18 sampai dengan Gambar 4.20 merupakan perancangan antarmuka layout ruang kontrol dalam bentuk 3 dimensi: Gambar 4.18 Rancangan Layout Ruang Editing (3D) Tampak Atas 88

104 Gambar 4.19 Rancangan Layout Ruang Editing(3D) Perspektif 89

105 Gambar 4.20 Rancangan Layout Ruang Editing (3D) Perspektif 90

106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 KESIMPULAN Dari proses perancangan laboratorium stasiun televisi Politeknik Negeri Batam ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Rancangan ini dibuat sebagai usulan pokok pikiran (dasar) perencanaan perancangan laboratorium stasiun televisi di Politeknik Negeri Batam. 2. Rancangan ini dikembangkan berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di instansi terkait, maka diharapkan dengan rancangan ini lebih bisa menunjang proses belajar di studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam dengan baik. 3. Rancangan ini menghasilkan beberapa perkembangan dan kelebihan dari segi layout studio dan segi sistem penyiaran untuk studio stasiun televisi Politeknik Negeri Batam saat ini. V.2 SARAN Rancangan laboratorium stasiun televisi Politeknik Negeri Batam ini masih dapat dikembangkan agar dapat menjadi rancangan yang dapat melengkapi dan menunjang proses belajar yang ada di Politeknik Negeri Batam, baik dari segi layout studio maupun dari segi sistem penyiaran. Dari segi studio, studio masih bisa diperluas agar rancangan yang dibuat dapat dikembangkan lagi, dan dari segi sistem penyiaran dapat dikembangkan juga berdasarkan perkembangan teknologi. 91

107 Daftar Pustaka [1] Djamal, Hidajanto. Fachrudin, Andi DASAR-DASAR PENYIARAN Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Prenadamedia Group, Jakarta. [2] Setyobudi, Ciptono Teknologi Broadcasting TV. Graha Ilmu. [3] Suprapto, Tommy Berkarier di bidang Broadcasting. CAPS (Centre of Academic Publishing Service). [4] Wibisono, Bayu Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Stasiun Televisi Swasta Lokal di Yogyakarta. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. [5] Nurhasanah Analisis Produksi Siaran Berita Televisi. Universitas Islam Negeri Jakarta. [6] Widia, Vicka Yulianti Medan Local TV Station (Arsitektur high tech). Universitas Sumatera Utara. [7] Lia, Monda Puspita Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Stasiun Televisi Pro di Semarang Dengan Penekanan Desain Arsitektur Modern. Universitas Diponegoro Semarang. [8] Fatmawati, Dessy Perlengkapan dan Jalur Kerja Studio Televisi dan Radio. Akademi Komunikasi Bina Sarana Indonesia. [9] Pengelolaan Arsip Media Audiovisual pada Stasiun Televisi. Universitas Sumatera Utara. [10] Desain Modern Kontemporer untuk Interior Kantor stasiun TV MHTV. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [11] Suartini, Tuti Teknik Broadcasting. Universitas Pendidikan Indonesia. [12] Yusuf, Iwan Awaludddin Problematika Infrastruktur dan Teknologi dalam Transisi dari Sistem Penyiaran Analog Menuju Digital. IPTEK-KOM. Universitas Islam Indonesia. [13] Rustini S.K., H. Kana, Fredrika Sistem Demodulasi dan Modulasi pada Penerima dan Pemancar Siaran Televisi Digital. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. [14] Sistem Siaran TV Digital Teresterial. Universitas Indonesia. 92

108 [15] Nuryanto, Lilik Eko Mengenal Teknologi Televisi Digital. Politeknik Negeri Semarang. [16] Setiawan, Denny Prinsip Perencanaan Frekuensi TV Siaran di Indonesia. Direktorat Kelembagaan Internasional. Ditjen Postel-Dephub. [17] Undang-Undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Presiden Republik Indonesia. [18] Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 76 Tahun 2003 Tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio. Penyelengaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan Televisi Siaran Aanalog pada Pita Ultra High Frequency (UHF). Menteri Perhubungan Republik Indonesia. [19] Kemenkominfo, Sertifikasi alat dan Perangkat Telekomunikasi Online, diakses pada 31 Maret 2015, [20] DB Broadcast, Multistandard TV Modulator, diakses pada 2 April 2015, 93

109 LAMPIRAN 1 HASIL SURVEI DI KPID KEPULAUAN RIAU KOTA BATAM KAMIS, 26 MARET 2015 Wawancara dengan Pimpinan KPID Kepri, Pak Azwardi Pertanyaan 1. Tentang daftar frekuensi televise di daerah kepri, sekarang masih menggunakan frekuensi atau system analog. Bagaimana kondisinya saat ini di Kota Batam khususnya? apabila Politeknik Negeri Batam ingin membangun stasiun televisi, apa masih ada slot signal analog yang tersedia? Karena yang saya tahu, untuk di Kota Batam sudah penuh. Bagaimana untuk mengkondisikannya? (Dengan catatan menggunakan frekuensi milik daerah kepri lainnya). 2. Sebentar lagi di Indonesia system penyiaran akan beralih ke system digital. Bagaimana penjelasan tentang hal tersebut? 3. Menurut Bapak, untuk kedepannya apa yang baik digunakan oleh Politeknik Negeri Batam dalam hal frekuensi televisi? Jawaban 1. Memang benar untuk di Kota Batam sudah penuh. Tapi masih ada kemungkinan lain, yaitu membuat TV Komunitas. Untuk TV Komunitas, akan menggunakan kanal sekunder, dikarenakan untuk kanal utama di daerah Kota Batam dan beberapa daerah kepri lainnya sudah penuh terisi. Hanya tinggal di Kabupaten Natuna yang masih kosong. Namun apabila ingin menggunakan frekuensi milik Kabupaten Natuna, proses kerja siaran akan lebih rumit, dengan kata lain prosesnya menjadi dua kali kerja. 2. Sesuai keputusan Kementerian Kominfo, pada tahun 2018 semua system penyiaran televisi akan beralih ke sistem digital. Namun semua sudah dimulai dari sekarang. Kepri merupakan daerah pertama diluar Jawa yang mulai beralih ke sistem digital. Pada sistem digital, aka nada penyedia 94

110 multiplexing (multiplexer) yang berfungsi sebagai pusat utama penyiaran. Penyedia konten hanya perlu menyetor konten siaran kepada penyedia multiplexing untuk disiarkan. Di Kepri akan terdapat 4 penyedia multiplexing, yaitu 2 di Kota Batam, 1 di Tg.Pinang, dan 1 di Tg.Uban. Di sistem digital 1 frekuensi memungkinkan dapat menyiarkan sampai dengan 12 channel. 3. Menurut saya, sangat baik apabila stasiun televise Politeknik Negeri Batam menjadi TV Komunitas, dikarenakan belum ada TV Komunitas di Kota Batam. Selain itu, stasiun televisi Politeknik Negeri Batam tidak dapat menjadi tv komersil dikarenakan masih di bawah naungan pihak pemerintah. Dan apabila sudah menjadi TV Komunitas, stasiun televisi Politeknik Negeri Batam dapat bergabung dengan TVRI (Televisi Republik Indonesia) yan menjadi salah satu penyedia multiplexing pada system digital di Kota Batam. TVRI merupakan stasiun televisi milik Negara. 95

111 Tata Cara Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran Sumber : Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kepulauan Riau BIDANG HUKUM DAN PERIZINAN Proses Perizinan (Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Persyaratan Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran 1. Pengajuan Proposal a. Lembaga Penyiaran mengajukan Proposal Permohonan ke KPID b. KPID (Bidang Perizinan) melakukan pengecekan kelangkapan data administrasi selama 7 hari kerja. - KPID menyurati Lembaga Penyiaran untuk melengkapi kalau ada kekurangan berkas permohonan selama 7 hari kerja. c. KPID (Bidang Isi Siaran) melakukan pengecekan kelengkapan persyaratan program siaran, berdasarkan pada Pedoman Prilaku Penyiaran Program Siaran (P3SPS) selama 7 hari kerja. d. Menteri yang dibantu oleh Pemerintah Daerah yang dalam hal ini diwakili oleh Kominfo Daerah melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi dan data teknik penyiaran. 2. Evaluasi Dengar Pendapat a. Setelah berkas permohonan Lembaga Penyiaran dinyatakan lengkap oleh KPID bidang perizinan maka KPID melakukan Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) dengan pemohon Izin Penyelenggaraan Penyiaran. b. Sebelum melaksanakan EDP, KPID akan melakukan Verifikasi Faktual terhadap Lembaga Penyiaran dengan pengecekan langsung ke lokasi dengan tujuan memeriksa keabsahan data yang diajukan melalui proposal. c. EDP dihadiri dan diikuti oleh: - KPID - Lembaga Penyiaran yang mengajukan permohonan - Balmon - Komisi I DPRD - Akademisi - Kominfo Daerah - Pakar Ekonomi - Tokoh Masyarakat - Badan Eksekutif Mahasiswa 96

112 d. EDP menghasilkan Rekomendasi Kelayakan (RK) atau sebaliknya yang dikeluarkan oleh KPID dalam waktu 14 hari kerja. e. Setelah keluar RK maka KPID mengajukan secara tertulis kepada Menteri tentang Pemohon yang dinyatakan layak f. Sebelum KPI menyampaikan RK Penyelenggaraan Penyiaran kepada Menteri terlebih dahulu KPI melaksanakan koordinasi dengan Menteri dalam rangka persyaratan administrasi dan data teknik. g. Dalam proses perizinan penyelenggaraan penyiaran, Menteri dalam waktu 15 hari kerja setelah diterimanya RK dari KPI maka Menteri Kominfo RI mengundang KPI dan instansi terkait untuk mengadakan FRB (Forum Rapat Bersama). 3. FRB (Forum Rapat Bersama) a. Peserta FRB terdiri dari: - Kementerian Kominfo - KPI Pusat - KPI Daerah - Balmon b. FRB dilaksanakan secara tertutup. c. FRB dipimpin oleh Menteri Kominfo atau yang mewakili serta didampingi KPI d. FRB memberikan persetujuan atau penolakan permohonan IPP e. Hasil FRB dituangkan dalam Berita Acara yang dibuat rangkap 2(dua) dan diparaf oleh unsur-unsur peserta FRB f. Menteri menerbitkan Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran bagi permohonan yang disetujui. 4. Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran a. Menteri menerbitkan Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran bagi pemohon yang permohonannya disetujui dalam FRB paling lama 30 hari kerja setelah keputusan FRB. b. Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran disampaikan kepada pemohon melalui KPI setelah ada bukti pembayaran biaya Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran. c. Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran berlaku selama 1 tahun dan dapat diperpanjang selama 6 bulan dengan mengajukan perpanjangan kepada Menteri. 5. Izin Stasiun Radio (ISR) a. Pengajuan langsung ke Menteri melalui Balmon 97

113 b. ISR diterbitkan setelah pemohon membayar Biaya Hak Penggunaan Frekuensi (BHP) c. Setelah keluar ISR maka Lembaga Penyiaran bisa mengajukan Evaluasi Uji Coba Siaran (EUCS) 6. Evaluasi Uji Coba Siaran (EUCS) a. Lembaga Penyiaran wajib melakukan masa uji coba siaran paling lama 6 bulan untuk jasa penyiaran radio dan 1 tahun untuk jasa penyiaran televisi. b. Lembaga penyiaran mengajukan permohonan tertulis kepada menteri untuk dilakukan evaluasi uji coba siaran selambat-lambatnya selama 2 bulan sebelum masa uji coba berakhir. c. EUCS dilakukan oleh tim EUCS yang dibentuk oleh menteri yang terdiri dari: - KPI - KPID - Dirjen Kominfo - Dirjen Postel - Unsur pemerintah Peovinsi dan Kab/Kota (Jika Diperlukan) d. Menteri menetapkan kelulusan masa uji coba siaran berdasarkan rekomendasi tim EUCS. e. Menteri menerbitkan keputusan Izin tetap (IPP TETAP) paling lambat selama 14 hari kerja setelah Uji Coba Siaran dinyatakan lulus dan telah membayar biaya IPP. f. IPP tetap berlaku selama 5 tahun untuk Jasa penyiaran radio dan 10 tahun untuk Jasa penyiaran televisi. g. IPP tetap diberikan kepada lembaga penyiaran melalui KPI. 98

114 LAMPIRAN 2 Spesifikasi Uniden GMR3040-2CKHS Up to 30-mile range NOAA weather channels receive 10 call tones; tone will sound when calling each other emergency/weather broadcasts Keypad lock Integrated carabiner loop for versatile Scan feature helps find others in the wearing option area Backlit LCD display 7 FRS and 15 GMRS channels speaking is completed 121 privacy codes per channel help Weather-resistant housing reduce interference from others Roger Beep signals others when Battery strength meter Headset jack for VOX or PTT-type headset Spesifikasi KREZT K 2380 L - Wireless Clip-on Microphone Spesifications Frequency range Receiver : Voltage : AC220V/ VHF MHz 50Hz or AC 110V/ Frequency stability : + 60Hz / - 30 ppm Transmitter Frequency response : Transmitter power : 8.5Mw Power : 1W Maximum concoting : + / - 75KHz Sensitivity : 30dB/ uv Battery voltage : 9V Power indicator : dark 75-12KHz Vicinity : > 70dB Range : > 80dB Audio T.H.D : d1% S/ N : > 80dB Temperature : 0 C mV C 99 output : > light

115 Spesifikasi DM/04 - Analog & Digital, Dual Mode Multistandard TV Modulator Technical Characteristic in Analog Mode Video Parameters: Audio Parameters: 100

116 Technical Characteristic in Digital Mode DVB-T/H Mode: ISDB-T/TB mode: 101

117 ATSC Mode: DAB Mode: Inputs: RF Outputs: 102

118 IF Outputs: Precorrections: 103

119 Monitoring Outputs: General Characteristic Control Interfaces: Power: Environmental: Mechanical: 104

120 Spesifikasi NEC DM-4200 Series Analog/DVB-T/T2 Exciter Spesifikasi Rohde and Schwarz NH/NV 8600 Series 105

121 General Spesification Spesifikasi DB Broadcast MD 5500 Video: Audio: 106

122 Metering, Alarms, Power supply, General Operating Conditions: Spesifikasi Screen Service Italy Microwave Links Analog Transmitter: Receiver: Intermediate Frequency General 107

123 Video Performance Audio Performance Spesifikasi DB Broadcast VAM01 DV Modulator IF Output Video 108

Perubahan lingkungan eksternal. 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh. 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Perkembangan teknologi

Perubahan lingkungan eksternal. 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh. 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Perkembangan teknologi Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. Alasan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Kehadiran siaran televisi digital di Indonesia sudah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak lagi keberadaannya. Televisi digital merupakan etape akhir

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI DVB-H

BAB II TEKNOLOGI DVB-H BAB II TEKNOLOGI DVB-H 2.1. Pendahuluan Mobile TV adalah pengiriman kanal TV ke terminal pelanggan baik terminal berupa handset, PDA atau sejenisnya. Mobile TV terminal didesign untuk digunakan sesuai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM APA YANG TERJADI KETIKA FREKUENSI TIDAK DIATUR? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media ACUAN PENGATURAN FREKUENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dunia berada dalam era globalisasi informasi. Ramalan Marshall McLuhan pada tahun 1960-an bahwa kehidupan dunia akan merupakan suatu kehidupan desa yang mendunia

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Dwi Hastuti Puspitasari., Skom, MMSi TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Dwi Hastuti Puspitasari., Skom, MMSi TEKNOLOGI KOMUNIKASI Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.

Lebih terperinci

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar

Lebih terperinci

Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran

Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay Fungsi stasiun relay : menerima gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar, kemudian memancar luaskan gelombang itu didaerahnya.

Lebih terperinci

Proses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta.

Proses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta. Proses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta. Nama : Tisnandi NPM : 15409644 Jurusan : TEKNIK ELEKTRO Dosen Pembimbing : Dr. Hamzah Afandi.,

Lebih terperinci

Dasar-dasar Penyiaran

Dasar-dasar Penyiaran Modul ke: Dasar-dasar Penyiaran Gelombang Electro Magnetic & Pengaturan Frekuensi Fakultas Ilmu Komunikasi Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi Broadcasting Gelombang Electro Magnetic Gelombang

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi

Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIA REPUBLIK INDONESIA Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi Rakornas KADIN Bidang

Lebih terperinci

Teknologi & frekuensi Penyiaran. Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom

Teknologi & frekuensi Penyiaran. Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Teknologi & frekuensi Penyiaran Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Apa yang terjadi ketika frekuensi tidak diatur? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media Acuan Pengaturan Frekuensi

Lebih terperinci

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal dua macam sumber informasi, yaitu ide-ide yang bersumber dari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Modul ke: Direktorat Teknik. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Direktorat Teknik. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting. Modul ke: Direktorat Teknik Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Departemen On Air Penyiaran On Air Broadcast atau Master Control Room stasiun televisi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari perkembangan siaran TV (Televisi) di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

Lebih terperinci

Kata Kunci: Marconi, Zworykin, Siaran tv, Chromakey, Komputer grafis.

Kata Kunci: Marconi, Zworykin, Siaran tv, Chromakey, Komputer grafis. Rancangan Dekorasi Siaran Televisi Sebuah Simulasi Oleh I Gede Mugi Raharja Dosen Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Lahirnya siaran televisi

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1351, 2014 KEMENKOMINFO. Frekuensi Radio. Telekomunikasi Khusus. Televisi. Ultra High Frequency. Rencana Induk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Berdasarkan undang-undang, stasiun televisi di seluruh negara harus. memindahkan siaran mereka dari sistem analog ke digital pada tanggal 17 Februari

Berdasarkan undang-undang, stasiun televisi di seluruh negara harus. memindahkan siaran mereka dari sistem analog ke digital pada tanggal 17 Februari Era menuju ke televisi digital (DTV) telah tiba. Bersiaplah menuju televisi yang lebih baik secara dramatis. Berdasarkan undang-undang, stasiun televisi di seluruh negara harus memindahkan siaran mereka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G DRAFT PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

MIGRASI KE TELEVISI DIGITAL (DTV) DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA

MIGRASI KE TELEVISI DIGITAL (DTV) DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA Migrasi ke Televisi Digital (DTV) Dan Prospek Pengembangannya [Tasri Ponta] MIGRASI KE TELEVISI DIGITAL (DTV) DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA Tasri Ponta Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

VISUALISASI EDUKATIF PENYIARAN TELEVISI SATELIT DAN TELEVISI ANTENA MENGGUNAKAN METODE MULTIMEDIA DEVELOPMENT LIFE CYCLE (MDLC)

VISUALISASI EDUKATIF PENYIARAN TELEVISI SATELIT DAN TELEVISI ANTENA MENGGUNAKAN METODE MULTIMEDIA DEVELOPMENT LIFE CYCLE (MDLC) VISUALISASI EDUKATIF PENYIARAN TELEVISI SATELIT DAN TELEVISI ANTENA MENGGUNAKAN METODE MULTIMEDIA DEVELOPMENT LIFE CYCLE (MDLC) Tri Ferga Prasetyo 1, Ade Bastian 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran SPEKTRUM FREKUENSI TELEVISI PROSES PENGIRIMAN SINYAL TELEVISI PROSES PENERIMAAN SINYAL TELEVISI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING

Lebih terperinci

Pemancar&Penerima Televisi

Pemancar&Penerima Televisi Pemancar&Penerima Televisi Pemancar Bagian yg sangat vital bagi stasiun penyiaran radio&tv agar tetap mengudara Pemancar TV dibagi 2 bagian utama: sistem suara&sistem gambar Diubah menjadi gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013 DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013 1 2 3 4 Penyediaan Jasa Akses Internet Pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan

BAB 1. PENDAHULUAN. Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan digital cable, inovasi HDTV dan IPTV telah banyak berpengaruh dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Sistem Pemancar Televisi

Sistem Pemancar Televisi Akhmad Rudyanto Putu Rio Aditya Linda Wulandari Yuli Fitriani 2207.100.624 2207.100.638 2207.100.645 2207.100.649 1 Sistem Pemancar Televisi Memancarkan sinyal RF (audio & video) melalui gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. jauh dari studio siaran dalam lingkup broadcasting sudah dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. jauh dari studio siaran dalam lingkup broadcasting sudah dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Mengirim suara dari venue atau lokasi acara yang secara geografis jauh dari studio siaran dalam lingkup broadcasting sudah dapat dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/P/M.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/P/M. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/P/M.KOMINFO/3/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor: 166, Tambahan Le

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor: 166, Tambahan Le No.606, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Telekomunikasi Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi digital khususnya Siaran Televisi digital di Indonesia sudah tidak dapat dihindari lagi keberadaannya. Sistem penyiaran digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga saat ini ada 11 stasiun televisi nasional dan 230 lebih televisi lokal memancarkan siaran

Lebih terperinci

KUNJUNGAN STUDI KE ISI TV

KUNJUNGAN STUDI KE ISI TV LAPORAN KUNJUNGAN STUDI KE ISI TV Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh : Farah Aulia R (15148113) Kintan Pramesti (15148144)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Spektrum. Frekuensi. Radio Ultra High Frequency. Transisi. Televisi. Digital Terestrial. PERATURAN

Lebih terperinci

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL 2.1 MODEL BISNIS SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL

BAB II SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL 2.1 MODEL BISNIS SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL BAB II SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL 2.1 MODEL BISNIS SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL Penyiaran televisi digital terestrial secara umum didefinisikan sebagai pengambilan atau penyimpanan gambar

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &

Lebih terperinci

DIGITAL VIDEO BROADCASTING (DVB) ERA MODERN PENYIARAN TV

DIGITAL VIDEO BROADCASTING (DVB) ERA MODERN PENYIARAN TV MATA KULIAH MANAJEMEN BISNIS ICT TUGAS KELOMPOK 6 RANIDA PRADITA 55416110009 MARDIYAN DAMA 55416110021 SIGIT WIBAWA 55416110030 DIGITAL VIDEO BROADCASTING (DVB) ERA MODERN PENYIARAN TV DIGITAL VIDEO BROADCASTING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion.

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern seperti ini industri hiburan kreatif sudah semakin banyak jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion. Semua hal tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN KOMUNITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Saat ini televisi Indonesia menyiarkan peristiwa olahraga yang. terbilang penting untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Saat ini televisi Indonesia menyiarkan peristiwa olahraga yang. terbilang penting untuk masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dunia televisi saat ini tumbuh pesat. Banyaknya stasiun televisi nasional maupun lokal pada saat ini menjadi bukti pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM AGROPOLITAN TELEVISI (ATV)

BAB II TINJAUAN UMUM AGROPOLITAN TELEVISI (ATV) BAB II TINJAUAN UMUM AGROPOLITAN TELEVISI (ATV) 2.1. Sejarah Singkat Agropolitan Televisi (ATV) Agropolitan Televisi (ATV) merupakan salah satu stasiun televisi lokal di Indonesia yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

( Kop surat Lembaga Penyiaran Pemohon )

( Kop surat Lembaga Penyiaran Pemohon ) FORMULIR RB-1 ( Kop surat Lembaga Penyiaran Pemohon ) Nomor : ( tuliskan nomor surat permohon ) Perihal : Permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran. Lampiran : 1. Data dan Informasi ( nama Lembaga Pemohon

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS UNTUK KEPERLUAN INSTANSI PEMERINTAH ATAU BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI - S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI Dengan kemajuan teknologi, telekomunikasi menjadi lebih cepat, lebih andal dan lebih murah dibandingkan dengan metode komunikasi

Lebih terperinci

Jaringan VSat. Pertemuan X

Jaringan VSat. Pertemuan X Jaringan VSat Pertemuan X Pengertian VSat VSAT atau Very Small Aperture Terminal adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan terminalterminal stasiun bumi dengan diameter yang sangat kecil.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BROADCASTING TV. Ciptono Setyobudi

TEKNOLOGI BROADCASTING TV. Ciptono Setyobudi TEKNOLOGI BROADCASTING TV Ciptono Setyobudi Daftar Isi i ii Teknologi Broadcasting TV TEKNOLOGI BROADCASTING TV Ciptono Setyobudi Daftar Isi iii TEKNOLOGI BROADCASTING TV Oleh : Ciptono Setyobudi Edisi

Lebih terperinci

Kesiapan Lembaga Penyiaran Menyongsong Penerapan Kebijakan Penyiaran Digital

Kesiapan Lembaga Penyiaran Menyongsong Penerapan Kebijakan Penyiaran Digital Kesiapan Lembaga Penyiaran Menyongsong Penerapan Kebijakan Penyiaran Digital Suhariyanto Abstract : The phenomenon of digital broadcasting can no longer dammed, more and more institutions are asking permission

Lebih terperinci

PEMANCAR&PENERIMA RADIO

PEMANCAR&PENERIMA RADIO PEMANCAR&PENERIMA RADIO Gelombang elektromagnetik gelombang yang dapat membawa pesan berupa sinyal gambar dan suara yang memiliki sifat, dapat mengarungi udara dengan kecepatan sangat tinggi sehingga gelombang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN TENTANG MAHA ESA. non-teknis. Lembaran. Indonesia. Nomor 4252); Tambahan. Nomor 3981); Nomor 4485); Nomor 4566);

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN TENTANG MAHA ESA. non-teknis. Lembaran. Indonesia. Nomor 4252); Tambahan. Nomor 3981); Nomor 4485); Nomor 4566); MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27 /P/M.KOMINFO/8/2008 TENTANG UJI COBA LAPANGANN PENYELENGGARAAN SIARAN TELEVISI

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta 10110., Telp/Fax.: (021) 3452841; E-mail : pelayanan@mail.kominfo.go.id DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi. Televisi adalah sebuah media elektronik yang menjadi benda warisan ciptaan manusia, yang

Lebih terperinci

HUKUM & ETIKA PENYIARAN

HUKUM & ETIKA PENYIARAN Modul ke: 03Fakultas Ilmu Komunikasi HUKUM & ETIKA PENYIARAN Perkembangan Hukum Penyiaran di Indonesia Dr (C) Afdal Makkuraga Putra Program Studi Broadcasting Perkembangan Penyiaran dan Hukum Penyiaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan semakin besar. Dengan keterbukaan informasi, seseorang dapat dengan mudah dan cepat mengakses informasi

Lebih terperinci

PERMOHONAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL (LPP LOKAL) JASA PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL MELALUI SISTEM TERESTRIAL

PERMOHONAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL (LPP LOKAL) JASA PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL MELALUI SISTEM TERESTRIAL LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN JASA PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL MELALUI SISTEM TERESTRIAL

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN PADA SISTEM DVB-T MENGGUNAKAN KODE REED-SOLOMON

KOREKSI KESALAHAN PADA SISTEM DVB-T MENGGUNAKAN KODE REED-SOLOMON KOREKSI KESALAHAN PADA SISTEM DVB-T MENGGUNAKAN KODE REED-SOLOMON TUGAS AKHIR Oleh : LUCKY WIBOWO NIM : 06.50.0020 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENDIRIAN DAN PERIZINAN LPPL WORKSHOP PENYIARAN PERBATASAN

PERSYARATAN PENDIRIAN DAN PERIZINAN LPPL WORKSHOP PENYIARAN PERBATASAN PERSYARATAN PENDIRIAN DAN PERIZINAN LPPL WORKSHOP PENYIARAN PERBATASAN DASAR HUKUM UU 32/2002 tentang Penyiaran PP No. 11,12,13,50, 51, 52 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran LPP, LPS, LPK dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang informasi berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang informasi berkembang dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang informasi berkembang dengan pesat. Berbagai fasilitas untuk mendapatkan informasi secara cepat pada media cetak meliputi surat kabar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini menuntut manusia untuk selalu tahu berbagai informasi. Media massa sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERENCANAAN PENGGUNAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK SISTEM KOMUNIKASI RADIO TITIK KE TITIK (POINT-TO-POINT)

Lebih terperinci

Siaran Televisi Digital Indonesia Siap Dinikma5

Siaran Televisi Digital Indonesia Siap Dinikma5 SiaranTelevisiDigitalIndonesiaSiapDinikma5 Selasa,3Maret200916:25WIB Jakarta,(ANTARANews) SiarantelevisidigitalIndonesiasudahmulaibisa dinikmaj konsumen atau sesuai target semula yang akan diujicobakan

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON CARA KERJA PENERIMA RADIO Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si PERTEMUAN 14 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Pengertian dampak konvergensi media pada kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (tampak), jadi televisi berarti

BAB I PENDAHULUAN. Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (tampak), jadi televisi berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (tampak), jadi televisi berarti tampak atau dapat dilihat dari jauh. Secara sederhana dapat mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi memang sudah bukan menjadi barang baru ditengah kehidupan masyarakat globalisasi. Lewat sebuah informasi, masyarakat akan semakin mengetahui

Lebih terperinci

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM : KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Ahmad Hermantiyo NIM : 10.12.4809 Stimik Amikom Yogyakarta 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini sangat dirasakan semakin cepat dan menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat, Komunikasi pun dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penjatahan kanal band VHF dan UHF di Indonesia [1] Kanal Masa transisi Dijital penuh Band III VHF: Ch Ch.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penjatahan kanal band VHF dan UHF di Indonesia [1] Kanal Masa transisi Dijital penuh Band III VHF: Ch Ch. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hadirnya teknologi dijital pada sistem transmisi penyiaran TV memberikan banyak keuntungan, seperti kualitas penerimaan yang lebih baik, kebutuhan daya pancar yang

Lebih terperinci

SL. Harjanta, S.IP, M.SI

SL. Harjanta, S.IP, M.SI SL. Harjanta, S.IP, M.SI Penyiaran (broadcasting) adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi produksi, proses produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia informasi dewasa ini semakin berkembang, media pun seperti itu seiring dengan teknologi yang ada, media yang semula hanya cetak kini semakin berkembang menjadi

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kotak kecil yang dapat memunculkan gambar dan suara ini kerap disebut

BAB I PENDAHULUAN. Kotak kecil yang dapat memunculkan gambar dan suara ini kerap disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kotak kecil yang dapat memunculkan gambar dan suara ini kerap disebut masyarakat dengan televisi. Ia telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan, tidak jarang

Lebih terperinci

PERMOHONAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN KOMUNITAS (LPK) JASA PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL MELALUI SISTEM TERESTRIAL

PERMOHONAN IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN KOMUNITAS (LPK) JASA PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL MELALUI SISTEM TERESTRIAL LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN JASA PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL MELALUI SISTEM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi berdampak pada perubahan jenis dan cara dalam penerimaan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi berdampak pada perubahan jenis dan cara dalam penerimaan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini, khususnya pada bidang komunikasi berdampak pada perubahan jenis dan cara dalam penerimaan serta penyampaian pesan

Lebih terperinci

( Kop surat Perusahaan Pemohon )

( Kop surat Perusahaan Pemohon ) FORMULIR RS-1 ( Kop surat Perusahaan Pemohon ) Nomor : ( tuliskan nomor surat permohon ) Perihal : Permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran. Lampiran : 1. Data dan Informasi PT. ( sebutkan nama perusahaan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI

Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI Pertemuan 2 DASAR-DASAR SISTEM KOMUNIKASI Tujuan Menyebutkan elemen dasar sistem komunikasi dengan diagramnya Membedakan antara bentuk komunikasi analog dan komunikasi digital Menjelaskan pentingnya keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dikenal sama sekali. Komunikasi disebut juga sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. tidak dikenal sama sekali. Komunikasi disebut juga sebagai proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting namun juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS Oleh : EKA NOPERITA NPM. 0606003341 TESIS INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI MAGISTER TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.682, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Pita Spektrum. Frekuensi Radio. Transisi. Televisi. Digital Terestrial. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB III STASIUN TELEVISI

BAB III STASIUN TELEVISI BAB III STASIUN TELEVISI 3.1 Stasiun Televisi Stasiun televisi adalah stasiun penyiaran yang menyebarkan siarannya dalam bentuk audio dan video secara bersama-sama ke televisi penerima. Stasiun televisi

Lebih terperinci

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon Ruliyanto, Idris Kusuma Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2014

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2014 DAFTAR INFOR PUBLIK INFOR YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 24 Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta 110 Telp.: 021-345 2841; Website http://ppid.kominfo.go.id

Lebih terperinci

[disi Kedua DASAR - DA AR. Sejarah, Drganisasi, Dperasional, dan Regulasi

[disi Kedua DASAR - DA AR. Sejarah, Drganisasi, Dperasional, dan Regulasi [disi Kedua DASAR - DA AR Sejarah, Drganisasi, Dperasional, dan Regulasi Hidajanto UjalMal Andi Fachruddin S~arlJ. lrganisag, D!msilllal dan ReQIiasi Edisi Kedua ada 1901. Guglielmo Marconi {187L. 19 37j

Lebih terperinci

Bangkitnya Pengembangan Televisi

Bangkitnya Pengembangan Televisi Televisi Era 1930 Diawali adanya depresi ekonomi di Amerika Periode 1930-1935 banyak muncul gagasan besar mengenai jaringan dibidang broadcasting Penyiaran di 1935-1941 melihat pendapatan radio melonjak

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

ANALISIS RICIAN FADING PADA TRANSMISI SINYAL DVB-T TUGAS AKHIR

ANALISIS RICIAN FADING PADA TRANSMISI SINYAL DVB-T TUGAS AKHIR ANALISIS RICIAN FADING PADA TRANSMISI SINYAL DVB-T TUGAS AKHIR Oleh : RONNY HERMAWAN PURWANTO NIM : 06.50.0012 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA No.1017, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/01/2009 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci