PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES 02 CIREUNDEU TANGERANG SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES 02 CIREUNDEU TANGERANG SELATAN"

Transkripsi

1 PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES 02 CIREUNDEU TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH MAFTUHATIN NI MAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1438 H/2017

2 LEMBAR PERNYATAAN ii

3 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate, Thesis, June 2017 Maftuhatin Ni mah The Effect of Health Education Tooth Package Torwards Toothbrushing s Knowledge, Attitude, and Skill in Elementary School 02 Inpes Cireundeu, Tangerang Selatan. xix +90 pages +2 picture +2 charts +11 tables +9 appendixes ABSTRACT Caries is the high amount of children dental health problem. In elementary school 02 inpres cireundeu south of tangerang, there are 20 students of seven years olds (75% of the children) have problem in caries. The Dental practice improper can caused caries. A combination of health education s methods and tools can be maked as a health education package. The aim of this study is to know the effect of health education package in knowledge, attitude and skill of toothbrushing method for children in elementary school 02 Inpres Cireundeu, south of Tangerang. This health education package is health education series by giving intervention to respondent using the speech, poster, sing a song, video, simulation, experiment and picture, giving intervention to parent using a letter, leaflet and remember card, and giving intervention to teacher using jargon. This study was using pre exsperiment design one group pretestposttest with 27 sample in seven years olds using random sampling. The result of this study showed that there is a significan effect in knowledge, attitude and skill of toothbrushing method among pre-test and post test. The increased mean of knowledge, attitude, and skill scores are 23,33, 23,24 and 31,31. Based on the test result obtained that the value of knowledge, attitudes and the skill are 0,000 ( p <0,005). So it can be concluded that the health education package could effect on knowledge, attitudes and skill of toothbrushing on children in SD inpres 02 Cireundeu, south of Tangerang. It is expected that health education package can be used for method the next of health education of children with 7 years old. Keyword: Health education package, dental health, toothbrushing, Caries Reference: 57 ( ) iii

4 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2017 Maftuhatin Ni mah, NIM : Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Gosok Gigi di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan xix +90 halaman +2 gambar +2 skema +11 tabel +9 lampiran ABSTRAK Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang banyak terjadi pada anak. Di SD Inpes 02 Cireundeu Tangerang Selatan, anak yang berusia 7 tahun dari 20 anak, 75% mengalami karies. Perilaku perawatan gigi yang kurang menyebabkan karies. Pemberian informasi melalui pendidikan kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan. Kombinasi dari metode dan media pendidikan kesehatan dapat dijadikan paket pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paket pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan. Paket pendidikan kesehatan ini merupakan rangkaian pendidikan kesehatan dengan memberikan intervensi kepada responden menggunakan ceramah, poster, menyanyi, video, simulasi, eksperiment, dan media kertas bergambar, intervensi kepada orang tua responden diberikan menggunakan media surat untuk wali yang berisi leaflet, kartu remember dan penjelasan prosedural penelitian serta intervensi kepada guru diberikan menggunakan jargon. Penelitian ini merupakan pre exsperiment design dengan rancangan one group pretest posttest dengan sampel 27 anak berumur 7 tahun menggunakan random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap dan lembar observasi. Analisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan nilai pengetahuan, sikap serta tindakan menggosok gigi antara pretest dan posttest. Rata-rata peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan responden sebesar 23,33, 23,24, dan 31,31. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikan pengetahuan, sikap dan tindakan masing-masing adalah 0,000 (P<0,005), sehingga dapat disimpulkan paket pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi. Keefektifan paket pendidikan kesehatan ini dapat dijadikan satu metode pendidikan kesehatan selanjutnya untuk siswa/i yang berumur 7 tahun. Kata Kunci : Paket Pendidikan Kesehatan, Kesehatan gigi, Menggosok gigi, Karies Daftar Bacaan: 57 ( ) iv

5 v

6 vi

7 ll vii

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Name : Maftuhatin Ni mah Alamat : Tanjung Rejo (RT 13, RW 04), Kec. Margoyoso, Kab. Pati No Hp : maftuhatin35@gmail.com & maftuhatin.nimah13@mhs.uinjkt.ac.id TTL : Pati, 28 Desember, 1995 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam FB : Maftuhatin Ni mah Instagram : Maftuha_Snaver PENDIDIKAN : : TK Masyitoh Cebolek Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati Sekolah Dasar Negeri 01 Cebolek Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati : MTS Darun Najah Ngemplak Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati : MA Darun Najah Ngemplak Kidul, Kec Margoyoso, Kab Pati sekarang : S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI Bendahara 2 OSIS MA Darun Najah Bendahara 2 OSIS MA Darun Najah Pengurus Asrama Putri Fakultas Kedokteran dan Ilm Kesehatan Ketua Departemen Keamanan, Ketertiban dan Kebersihan Asrama Putri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Anggota Departemen Pendidikan dan Penelitian Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta Sekretaris Masyarakat Relawan Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta viii

9 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirabbil alamiin, tiada kata yang indah untuk diucapkan, selain pujian kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan menggosok gigi di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan tantangan yang tak terkira, namun berkat pertolonganmu Ya Allah serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik. Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,M.Sc, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep., Sp.KMB, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS & Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.Kep ix

10 selaku dosen pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada saya selama proses penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Keperawatan dan staff akademik Fakultas Kedokteran dan Ilm Kesehatan terima kasih sebesar-besarnya untuk segala bentuk jasanya yang telah saya rasakan selama di bangku kuliah ini. 5. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama proses perkuliahan, tanpa beasiswa tersebut saya belum tentu bisa menikmati indahnya kuliah di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Orang tua saya, Bapak Abdul Muiz dan Ibu Muslikah yang telah dengan tanpa lelah dan ikhlas mendidik, mencurahkan semua kasih sayang, mendo akan keberhasilan, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak terhingga kepada saya. Tak lupa, Adikku, Nora Shihin dan Imma Lia Nailatuz Zulfa dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan putus asa. 7. Muhammad Aqibun Najih yang telah memberikan motivasi, perhatian, dan berkontribusi langsung dalam pembuatan media dalam pendidikan kesehatan di penelitian ini. 8. Sahabat terbaikku segenap TOAK PSIK yang tak pernah bosan mengingatkan dan memberikan support serta berbagi ilmu dalam proses penyelesaian Skripsi ini. 9. Saudara-saudaraku CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman tak terhingga. x

11 10. Keluargaku tercinta angkatan PSIK 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa berbagi suka duka, canda tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya. 11. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran Skripsi ini hingga selesai. Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT. senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak terhingga oleh Allah SWT. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ciputat, Juni 2017 Maftuhatin Ni mah xi

12 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xii DAFTAR SINGKATAN... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR SKEMA... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus... 8 D. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Bagi Responden Bagi Instansi Bagi Peneliti Selanjutnya... 9 E. Ruang Lingkup Penelitian... 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pendidikan Kesehatan Konsep Umum Pendidikan Kesehatan Metode Pendidikan Kesehatan Media Pendidikan Kesehatan xii

13 4. Pendidikan Kesehatan sebagai Proses Perubahan Perilaku Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut B. Konsep Perilaku Kesehatan Batasan Perilaku Perilaku Kesehatan Domain Perilaku Determinan Perilaku Kesehatan Teory Health Belief Model C. Kesehatan Gigi dan Mulut Perubahan Perkembangan Konsep Umum Kesehatan Gigi dan Mulut Perawatan Gigi D. Anak Usia Sekolah E. Penelitian Terkait F. Kerangka Teori BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL. 42 A. Kerangka Konsep B. Hipotesis Penelitian C. Definisi Operasional BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Instrumen Penelitian E. Validitas dan Reabilitas F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data G. Pengolahan Data H. Analisis Data I. Etika Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN xiii

14 A. Gambaran Lokasi Penelitian B. Analisis Univariat Jenis Kelamin Responden Pengetahuan Responden Sikap Responden Tindakan Responden C. Analisis Bivariat Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat Pengetahuan Responden Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat Sikap Responden Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tindakan Responden BAB VI PEMBAHASAN A. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Nilai Pengetahuan Responden B. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Sikap C. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan terhadap Tindakan Menggosok Gigi 82 D. Keterbatasan Penelitian BAB VII Kesimpulan dan saran A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA xiv

15 DAFTAR SINGKATAN Keterangan ADA : American Dental Association DVD : Digital Versatile Disc KEMENKES : Kementrian Kesehatan PHBS : Perilaku Hidup Bersih & Sehat PUSKESMAS : RISKESDAS : Pusat Kesehatan Masyarakat Riset Kesehatan Dasar SD : Sekolah Dasar UIN : Universitas Islam Negeri WHO : World Health Organization xv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2. 1 Kerucut Pengalaman Belajar Gambar 4. 1 Desain Penelitian xvi

17 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2. 1 Pekembangan Fisiologis Mulut Tabel 3. 1 Definisi Operasional Tabel 4. 1 Klasifikasi Pertanyaan dalam Kuesioner Tabel 4. 2 Tabel Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Tabel 4. 3 Tabel Uji Normalitas Data Tansformasi Hasil Skor Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Tabel 5. 1 Distribusi Jenis Kelamin Responden Penelitian Tabel 5. 2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan kesehatan Gigi Tabel 5. 3 Gambaran Sikap Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi Tabel 5. 4 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi Tabel 5. 5 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Pengetahuan Tabel 5. 6 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Sikap Tabel 5. 7 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Tindakan.. 74 xvii

18 DAFTAR SKEMA Halaman Skema 2. 1 Kerangka Teori Skema 3. 1 Kerangka Penelitian xviii

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampian 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Surat Perizinan Inform Consent Kuesioner Satuan Acara Penyuluhan Media Pendidikan Kesehatan Uji Validitas & Reliabilitas Uji Univariat Uji Normalitas Uji Bivariat Wilcoxon xix

20 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia sekolah adalah kesehatan gigi dan mulut. Hasil survai Riset Kesehatan Dasar 2007 menyatakan bahwa prevalensi penduduk Indonesia berumur 5-9 tahun yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 21,6% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 28,9% (RISKESDAS, 2013). Karies dan penyakit periodontal adalah dua patologi masalah gigi dan mulut terbanyak yang terjadi dan terdapat pada semua populasi diseluruh umur (Sharda & Shetty, 2010). Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menjelaskan masalah karies gigi termasuk 15 besar dari masalah masyarakat yang mengunjungi puskesmas setempat (DINKES TANGERANG SELATAN, 2015). Karies banyak terjadi pada anak. Anak-anak yang mengalami masalah gigi akan beresiko pada kesehatan mulutnya saat dewasa. Misalnya, apabila jaringan gigi bagian porsio sentral terinfeksi, kemungkinan, abses yang ditimbulkan nantinya akan merusak gigi permanen (America s Pediatric Dentist, 2013). Gangguan kualitas hidup anak yang menderita karies juga menimbulkan masalah serius, yaitu adanya rasa sakit dan ketidaknyamanan pada gigi yang menyebabkan ketidakberdayaan, infeksi kronis & akut, serta gangguan pola makan dan tidur. Karena masalah gigi tersebut, anak juga 1

21 2 berpotensi dilakukannya hospitalisasi sehingga pengeluaran untuk biaya pengobatan tinggi, serta dapat menyebabkan anak kehilangan jam sekolah dan hambatan pada proses belajarnya (Çolak, Dülgergil, & Hamidi, 2013). Masalah kesehatan gigi juga dapat menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah karena akan mempengaruhi jaringan lain tubuh seperti otak (Dewanti, 2012). Karies pada anak biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kerusakan enamel, frekuensi konsumsi gula (permen, coklat, minuman) kurangnya florida, penyakit kronis, obat-obatan, bernafas dengan mulut dan kebersihan mulut yang kurang (America s Pediatric Dentist, 2013). Pembersihan gigi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya akumulasi plak. Akumulasi plak ini merupakan awal mula timbulnya karies (Kadir, 2015). Salah satu cara menghilangkan plak yaitu dengan menggosok gigi (Pantow, Warouw, & Gunawan, 2014). Kebiasaan menggosok gigi juga dapat memengaruhi berat ringannya karies, responden yang menggosok gigi mempunyai kecenderungan terjadinya karies lebih ringan dibandingkan yang tidak menggosok gigi (Budisuari & Mikrajab, 2010). Menggosok gigi juga dapat mencegah terjadinya karies (Watanabe et al., 2014). Usia 6-8 tahun merupakan usia awal dimana gigi susu mulai berganti menjadi gigi permanen (Potter & Perry, 2012). Adanya perubahan tersebut, gigi lebih rentan mengalami kerusakan. Hal ini disebut juga masa gigi campuran. Pendidikan atau edukasi dalam upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi penting dilakukan (Wong, 2008).

22 3 Pada anak usia sekolah juga terjadi perubahan peningkatan motorik maupun kognitif. Usia ini merupakan periode kritis untuk penerimaan latihan perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Terdapat hubungan antara kemampuan melakukan sikat gigi dengan perkembangan psikomotor pada anak. Gambaran perilaku menggosok gigi yang baik pada usia kelas satu masih dalam kategori kurang baik, padahal berdasarkan perkembangan psikomotornya anak dengan usia tersebut seharusnya sudah mampu melakukan cara menggosok gigi dengan benar (Prasada, 2016; Mahmoodi et al., 2014). Rendahnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap perilaku yang kurang. Faktor yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan antara lain karena sumber informasi yang kurang (Dewanti, 2012). Sehingga penting dilaksanakannya pendidikan kesehatan menggosok gigi pada anak (Potter & Perry, 2012). Metode pendidikan kesehatan adalah cara dalam melakukan proses pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat diberikan dengan menggunakan berbagai macam metode, seperti ceramah, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, demonstrasi, dll (Fitriani, 2011). Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran baik individu, kelompok atau masyarakat (Aisyah, 2010). Media pembelajaran juga diperlukan agar kegiatan pembelajaran lebih efektif saat melakukan pendidikan kesehatan (Kholid, 2014). Kombinasi dari

23 4 metode dan media pendidikan kesehatan dapat dijadikan sebuah paket pendidikan kesehatan (Putri, 2014). Paket dalam pendidikan kesehatan diharapkan satu metode dengan metode yang lain dapat saling melengkapi dan mengatasi kekurangan antar metode. Ceramah merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang biasa digunakan pada kelompok besar baik untuk yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Stošić, 2015). Metode ceramah cenderung membosankan karena hanya berfokus pada teacher center. Metode ceramah sebaiknya diselingi alat peraga agar lebih menarik (Anas, 2014). Alat bantu pendidikan kesehatan sangat berperan penting dalam penangkapan jumlah informasi yang diberikan. Semakin banyak panca indra yang dilibatkan, informasi yang diserap otak lebih banyak (Nursalam, 2008). Penelitian yang dilakukan H. A. Putri (2009) yang berjudul perbedaan pengaruh media pembelajaran lagu dan slide pada praktik mencuci tangan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media lagu lebih efektif dibandingkan dengan metode slide. Lagu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi karena didalamnya mengandung lirik yang mudah diingat (Smolinski, 2011). Kerucut pengalaman belajar edgar dale juga menyebutkan bahwa dengan mengucapkan sambil mengerjakan materi yang diberikan, dalam kurun waktu 2 minggu, maka ia akan mengingat 90% dari materi yang diterima. Hal tersebut bisa diaplikasikan ketika menyanyi (Nursalam, 2008).

24 5 Penelitian yang dilakukan Andriany dkk (2016) tentang perbandingan efektifitas media penyuluhan poster dan kartun animasi terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut menyatakan bahwa media poster dan kartun animasi efektif dalam meningkatkan pengetahuan. Media poster dapat digunakan untuk pendidikan kesehatan yang berupaya dalam melakukan perubahan secara kognitif. Media poster ini akan berisi gambar yang dikombinasikan dengan tulisan dengan tujuan untuk menarik perhatian pembaca (Gilbert, Sawyer, & McNeill, 2010). Penelitian yang dilakukan Papilaya & Juliatri 2016, berjudul perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio visual tehadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa media audio visual lebih baik dalam meningkatkan perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa dibandingkan dengan media audio. Media audio visual dapat digunakan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam upaya untuk perubahan kognitif dan juga memungkinkan untuk perubahan afektif dan psikomotor pada anak (Gilbert et al., 2010). Pencapaian pendidikan kesehatan yang berorientasi terhadap kegiatan praktek dapat disiasati dengan metode simulasi (Gilbert et al., 2010). Kesempatan anak mencoba secara terpimpin dan mandiri dapat dicapai dengan metde ini. Hal ini akan membuat anak lebih memiliki makna terhadap proses pendidikan kesehatan cara menggosok gigi yang diberikan, sehingga mereka

25 6 lebih mengingat proses yang telah diajarkan. Penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2012) tentang efektivitas metode simulasi dalam ketrampilan menggosok gigi teknik modifikasi bass dengan ketrampilan dan kebersihan gigi mulut pada anak MI At-Taufiq kelas V bahwa pendidikan kesehatan dengan metode simulasi berpengaruh terhadap perubahan tindakan menggosok gigi. Hasil dari studi pendahuluan melalui observasi di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan, didapatkan bahwa pada anak yang berusia 7 tahun dari 20 siswa, 15 anak mengalami karies (75%). Hasil wawancara dari 20 siswa bahwa sebanyak 13 anak menyatakan bahwa waktu dalam melakukan gosok gigi setelah mandi pagi dan sore hari (65%). Di samping itu dari hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Inpres menyatakan bahwa belum pernah dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai menggosok gigi sebelumnya. Peneliti tetarik untuk meneliti tentang pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan menggosok gigi di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan berdasarkan dari latar belakang di atas. B. Rumusan Masalah Kejadian karies di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan mencapai 75% sehingga hal ini merupakan masalah serius kesehatan gigi. Karies menimbulkan berbagai dampak yaitu ketidaknyamanan pada gigi karena sakit, infeksi kronis & akut, serta gangguan pola makan dan tidur.

26 7 Karies juga dapat menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah karena akan mempengaruhi jaringan lain tubuh seperti otak. Menggosok gigi adalah salah satu perilaku yang dapat mencegah karies. Gambaran perilaku menggosok gigi pada usia 7 tahun masih dalam kategori kurang baik. padahal berdasarkan perkembangan psikomotornya anak dengan usia tersebut seharusnya sudah mampu melakukan cara menggosok gigi dengan benar. Rendahnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap perilaku yang kurang. Faktor yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan antara lain karena sumber informasi yang kurang sehingga penting dilakukan pendidikan kesehatan. Paket pendidikaan kesehatan dalam penelitian ini menggunakan gabungan dari metode dan media pendidikan kesehatan. Paket pendidikan kesehatan ini dilaksanakan dengan melakukan intervensi kepada responden, orang tua responden dan guru. Intervensi kepada responden diberikan menggunakan ceramah, poster, menyanyi, video, simulasi, eksperiment, dan media kertas bergambar. Intervensi kepada orang tua responden diberikan menggunakan media surat untuk wali yang berisi leaflet, kartu remember dan penjelasan prosedural penelitian. Intervensi kepada guru diberikan menggunakan jargon. Penelitian sebelumnya menyebutkan metode-metode tersebut efektif dalam menunjang pengetahuan seseorang. Penggabungkan metode dan media tesebut dalam paket pendidikan kesehatan ini perlu diteliti untuk selanjutnya dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan

27 8 menggosok gigi. Sehingga paket pendidikan kesehatan ini diharapkan lebih efektif serta masalah karies pada SD tesebut dapat dicegah. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dalakukan untuk mengetahui pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada anak di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap menggosok gigi pada saat pretest dan setelah postest b. Untuk mengetahui sikap responden terhadap menggosok gigi pada saat pretest dan setelah postest c. Untuk mengetahui tindakan responden terhadap menggosok gigi pada pada saat pretest dan setelah postest d. Untuk mengetahui pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan. D. Manfaat Penelitian Peneliti berharap dari penelitiannya dapat memberikan manfaat:

28 9 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada penulis terkait pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada anak di SD inpres Cireundeu Tangerang Selatan. 2. Bagi Responden Responden diharapkan dapat terhindar dari masalah karies gigi dengan cara berperilaku menggosok gigi dengan benar 3. Bagi Instansi Paket pendidikan kesehatan ini dapat digunakan oleh sekolah dalam program pencegahan karies. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini nantinya dapat bermaanfaat menjadi informasi serta rujukan teori yang selanjutnya dapat diteliti lebih dalam lagi efektifitas paket pendidikan kesehatan ini. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada anak di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan pada bulan Februari-Maret Jenis penelitian ini ialah Pre Experiment design dengan rancangan pretest dan

29 10 post test without control. Populasi terdiri dari seluruh siswa SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan yang berumur 7 tahun.

30 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pendidikan Kesehatan 1. Konsep Umum Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, karena dengan adanya pendidikan kesehatan tersebut diharapkan adanya kesadaran diri dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama dari pendidikan kesehatan ini sendiri adalah untuk meningkatkan taraf hidup sehat sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. UU No. 23 tahun 1992 maupun WHO menyatakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social, pendidikan kesehatan ini dapat mendukung semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya (Mubarak & Chayatin, 2009). 2. Metode Pendidikan Kesehatan a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif 11

31 (Simamora, 2009). Metode Ceramah merupakan suatu metode pendidikan kesehatan yang sering digunakan pada kelompok besar dengan peserta lebih dari 15 orang dimana sasaran untuk metode ini baik digunakan untuk yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Metode ini baik digunakan apabila penceramah atau penyuluh dapat menguasai materi dengan baik. Alat-alat bantu pengajaran dapat digunakan misalnya makalah singkat, slide, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Beberapa kelemahan metode ceramah adalah: 1) Membuat peserta didik pasif 2) Mengandung unsur paksaan ke peserta didik 3) Mengandung sedikit daya kritis peserta didik 4) Bagi peserta didik yang dengan tipe belajar visual akan lebih sulit dibanding dengan peserta didik audio 5) Sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman peserta didik 6) Kegiatan pelajaran menjadi verbalisme 7) Jika terlalu lama akan membuat jenuh Simamora, (2009) menyebutkan bahwa kelebihan metode ceramah adalah 1) Pendidik mudah menguasai kelas

32 2) Pendidik mudah menjelaskan banyak materi dengan jumlah banyak 3) Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar 4) Mudah dilaksanakan. b. Metode Audio Visual Gilbert et al., (2010) menyatakan contoh penggunaan metode audio visual meliputi DVD, slide presentasion, film, flip chart, dll. Berikut adalah manfaat dari penggunaan metode audio visual yaitu 1) Menyediakan beragam pilihan yang dapat digunakan 2) Menjaga perhatian para pendengar 3) Mudah digunakan karena lebih efisien dan ekonomis 4) Dapat disajikan kepada sebagian kelompok atau individu 5) Lebih aman digunakan untuk mengenalkan suatu topik 6) Menyediakan hal-hal yang dapat dijadikan dasar diskusi selanjutnya Kerugian metode audio visual 1) Outcame yang diinginkan tidak dapat diprediksi 2) Dapat menyebabkan kebosanan sehingga partisipan memungkinkan lebih memilih melakukan aktifitas semau mereka sendiri

33 3) Meningkatkan banyak pandangan berbeda sehingga harus disamakan melalui diskusi c. Metode Simulasi Simulasi adalah salah satu metode penyuluhan, yang dalam pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan ketrampilan, aktualisasi dan praktik dalam situasi keseluruhan atau sebagian merupakan tiruan dari situasi. Metode simulasi merupakan suatu aktifitas dimana menampilkan beberapa dari kejadian nyata. Metode ini dirancang dengan suatu percobaan yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi tertentu. Dengan metode simulsi, memungkinkan peserta akan mengobservasi dan mencoba hal tersebut (Gilbert et al., 2010). Macam-macam metode simulasi 1) Peer Teaching, metode ini digunakan untuk memperoleh ketrampilan dalam memberikan penyuluhan sebelum terjun ke situasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, biasanya sebelum terjun pada praktik/ situasi sebenarnya mereka berlatih dengan temannya untuk menghindari atau mengurangi berbagai kesalahan dan kekurangan. 2) Sosiodama, yaitu peniruan kejadian atau masalah yang benarbenar terjadi di masyarakat. Masalah tersebut disusun

34 sedemikian rupa sehingga memungkinkan masalah yang ada dalam drama menggambarkan kejadian nyata yang ada. 3) Simulasi games, yaitu situasi yang diciptakan tiruan atau adanya unsur tidak sebenarnya. Misalnya kader memberikan penyuluhan memandikan bayi dengan metode simulasi. Alat pragaan yang digunakan untuk memandikan bayi adalah boneka. Berikut ini merupakan keuntungan dari metode simulasi 1) Menyediakan pemahaman yang berdasarkan realita 2) Dapat digunakan dalam untuk materi yang susah dengan penyelanggaraan yang tetap nyaman dan menarik 3) Dapat dengan menggunakan beragam cara yang beragam 4) Memungkinkan adanya kesempatan berulang pada pencapaian target skill yang penting dan susah 5) Metode ini memungkinkan sangat potensial untuk strategi pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatan kognitif, afektif, dan psikomotor. Gilbert et al., (2010) menyatakan kerugian dari metode ini adalah 1) Membutuhkan waktu yang banyak 2) Memungkinkan memakan biaya yang mahal 3) Meungkinkan sulit dilaksanakan dalam kelompok besar

35 Metode simulasi yang digunakan untuk teknik pendidikan kesehatan menggosok gigi, memungkinkan akan lebih mudah dipahami karena dilakukan secara bersama-sama dengan meniru dan mengaplikasikan secara langsung. 3. Media Pendidikan Kesehatan Media pendidikan kesehatan merupakan salah satu unsur input yang berpengaruh pada pelakanaan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Alat bantu pendidikan kesehatan merupakan alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pengarahan pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011). Secara garis besar ada 3 macam alat bantu pendidikan, yaitu: a. Alat bantu lihat Alat ini berguna untuk menstimulasi indra mata (penglihatan) saat dilakukan proses pendidikan kesehatan. Contohnya adalah poster (Kholid, 2014). Poster merupakan suatu tampilan khusus dimana berisi kombinasi gambar dan tulisan untuk menarik pembaca. Poster mendukung lingkungan edukatif yang positif dan menekankan pada anjuran suatu hal. Keuntungan dari media poster adalah (Gilbert et al., 2010): 1) Menciptakan lingkungan yang positif 2) Dapat digunakan sebagai alat saat pendidikan kesehatan sedang dilaksanakan

36 3) Dapat dijangkau semua populasi karena terlihat 4) Bervariasi Kerugian 1) Membutuhkan ketampilan khusus dalam pembuatannya 2) Menghabiskan banyak waktu 3) Mudah dirusak b. Alat bantu dengar Alat ini berguna untuk menstimulasi indra pendengaran saat proses pendidikan kesehatan. c. Alat bantu lihat-dengar Alat ini digunakan untuk menstimulasi indra penglihatan dan pendengaran sekaligus, misalnya video. Berikut merupakan gambaran tingkat intensitas alat bantu menurut Edgar Dale (1946): Gambar 2. 1 Kerucut Pengalaman Belajar Pengalaman belajar partisipan dalam kurun waktu 2 minggu, akan mendapat hal berikut

37 1) Membaca, ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya 2) Mendengar, maka ia akan mengingat 20% dari yang didengarnya 3) Melihat, ia akan mengingat 30% dari apa yang dilihatnya 4) Mendengar dan melihat, maka ia akan mengingat 50% apa yang telah didengar dan dilihatnya 5) Mengucapkan kata-katanya sendiri, ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya 6) Mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi yang diberikan maka ia akan mengingat 90% dari materi yang diterima (Nursalam, 2008). 4. Pendidikan Kesehatan sebagai Proses Perubahan Perilaku a. Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal positif secara terencana melalui proses belajar. b. Perubahan perilaku mencakup 3 ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui pendidikan kesehatan. Perilaku yang sehat dapat didapatkan dari pengetahuan yang baik dari proses pendidikan kesehatan tersebut ( Mubarak & Chayatin, 2009).

38 5. Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut Pendidikan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dalam sebuah kelompok maupun secara individu misalnya pada saat perawatan pasien. Fokus utama dari pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah anjuran untuk mengurangi konsumsi gula dan mempromosikan efektifitas sikat gigi dengan penggunaan pasta gigi yang mengandung flourida. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa dengan dilakukan pendidikan kesehatan dapat secara efektif meningkatkan tingkat pengetahuan. Dengan adanya perubahan pengetahuan diharapkan akan membawa perubahan yang positif pada perilaku dan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut (Health Research Board, 2009). B. Konsep Perilaku Kesehatan 1. Batasan Perilaku Perilaku adalah suatu keadaan atau aktifitas organisme/ makhluk hidup yang bersangkutan. Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus Organisme Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori S-O-R (Stimulus-Organisme- Respons). Selanjutnya, teori Skiners menjelaskan adanya dua jenis respon, yaitu:

39 a. Respondent respons atau refleksif, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya: cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup. Respon-dent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya apabila petugas kesehatan melakukan pekerjaannya dengan baik sebagai respons terhadap gaji yang cukup. Kemudian pekerjaan yang baik itu sebagai stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi kerja yang baik tersbut menjadi reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan. Perilaku manusia berdasarkan teori S-O-R dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Perilaku Tertutup, yakni bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap. Contoh:

40 ibu hamil tahu pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk kesehatan bayinya dan dirinya (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya tentang tempat pemeriksaan kehamilan (sikap). b. Perilaku Terbuka, yaitu bila respons terhadap stimulus itu sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar. Contoh : anak menggosok gigi setelah makan (Notoatmodjo, 2010). 2. Perilaku Kesehatan Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skiner, maka perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit, seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain, perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati, maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010). 3. Domain Perilaku Perilaku dibedakan menjadi perilaku terbuka dan perilaku tertutup seperti yang telah diuraikan sebelumya, tetapi perilaku merupakan totalitas

41 pemahaman dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan faktor eksternal. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan perilaku menjadi 3 area, ranah atau domain yakni, kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan ke dalam tiga ranah perilaku sebagai berikut: a. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dll). Dari proses pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan, sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar seseorang diperoleh melalui indra pendengaran, dan indra penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu: 1) Tahu (Know), yaitu diartikan hanya sebatas recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mngukur bahwa orang tahu sesuatu, dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: bagaimana cara mencegah sakit gigi?

42 2) Memahami (comprehension), yaitu bukan sekedar tahu tentang objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus bisa menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Misalnya, orang yang memahami cara mencegah sakit gigi dengan menggosok gigi, dan mampu menjelaskan mengapa menggosok gigi dapat mencegah sakit gigi. 3) Aplikasi (application), yaitu kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan metode menggosok gigi yang baik. 4) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya, dapat membuat/meringkas kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang dibaca/didengar, dapat membuat kesimpulan atas artikel yang dibaca.

43 5) Evaluasi (evaluation), yaitu, kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Misalnya, seseorang dapat menilai manfaat menggosok gigi dan sebagainya. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Pendidikan: yaitu bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka dalam menerima informasi dan akhirnya banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 2) Pekerjaan: lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung 3) Umur: bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada apek psikis dan psikologis (mental). 4) Pengalaman: suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Jika pengalaman seseorang baik, maka dapat menimbulkan kesan yang membekas dan emosi sehingga membentuk sikap yang positif. 5) Minat: suatu keinginan atau kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

44 6) Kebudayaan: kebudayaan mempunyai peranan besar terhadap pembentukan sikap. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan diri seperti menggosok gigi, maka sangat mungkin masyarakat disana untuk selalu menjaga kebersihan gigi karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap atau pribadi seseorang. 7) Informasi: kemudahan dalam memperoleh informasi, dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2007). b. Sikap (Attitude) Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, yaitu sebagai berikut: 1) Menerima (receiving), yaitu ketika seseorang atau subjek mampu menerima stimulus yang diberikan. 2) Menanggapi (responding), yaitu memberikan tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberi jawaban bila ditanya, mngerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

45 pekerjaan tersebut benar atau salah, artinya orang tersebut menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing), yaitu memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespons juga stimulus tersebut. 4) Bertanggung jawab (responsible), yaitu bertanggung jawab atas yang diyakininya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran sikap dapat dengan ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan kepada responden terhadap suatu objek. Memberikan tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap seseorang. Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan tersebut disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya, pernyataan sikap juga dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut pernyataan yang tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri dari pernyataan yang favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian, pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua

46 negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali (Azwar, 2008). c. Tindakan/ Praktik (practice) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab memerlukan faktor lain. Praktik ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu 1) Praktik terpimpin, apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih bergantung terhadap panduan. Misalnya, seorang anak kecil menggosok gigi tetapi masih diingatkan ibunya. 2) Praktik secara mekanisme (mechanism), ketika seorang anak/ secara otomatis menggosok gigi tanpa disuruh oleh ibunya. 3) Adopsi (adoption), suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Misalnya, seorang anak menggosok gigi dengan teknik-teknik yang benar. 4. Determinan Perilaku Kesehatan Notoadmojo (2010) menyatakan perilaku seseorang dapat ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar maupun dari dalam subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Ada beberapa teori tentang determinan perilaku ini, yaitu

47 1) Teori Lawrence Green Green menganalisis bahwa fakor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu 1) Faktor-faktor predisposisi, yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, umur, motivasi, dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pemungkin, merupakan faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan contoh informasi kesehatan, puskesmas, peralatan kesehatan. 3) Faktor-faktor penguat, adalah faktor penguat atau yang mendorong terjadinya perilaku contohnya tokoh masyarakat, guru, orang tua 2) Teori Snehandu B. Karr Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku 1) Adanya niat seseorang untuk bertindak dengan objek atau stimulus di luar dirinya. 2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitar 3) Ketersediaan informasi terkait dengan tindakan-tindakan yang akan diambil seseorang 4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan

48 5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010). 5. Teory Health Belief Model Kholid (2014) menjelaskan bahwa adanya suatu perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dari keyakinan tentang perilaku kesehatan yang dianjurkan karena adanya masalah-masalah kesehatan tertentu. Dalam model ini menjelaskan bahwa hal yang dapat mengubah perilaku kesehatan dapat terjadi pada empat kondisi berikut: a. Seseorang percaya bahwa kesehatan mereka dalam keadaan bahaya. Misalnya ketika seseorang mengalami sakit gigi, maka keadaanya tersebut akan membawanya pada perilaku untuk mencari pengobatan. b. Orang yang mempersepsikan bahwa adanya keseriusan potensial akibat kondisi sakitnya. Misalnya karena sakit, dia akan kehilangan waktu belajar, pengeluaran ekonominya meningkat, dll. c. Orang tersebut percaya bahwa dari perilaku kesehatan yang direkomendasikan lebih menguntungkan daripada ketidaknyamanan akibat masalah kesehatan karena sakit. Misalnya seseorang yakin bahwa dengan menggosok gigi dapat mencegah terjadinya sakit gigi karena mengakibatkan rasa tidak nyaman, tingginya biaya pengobatan, dll. d. Orang tersebut menerima stimulus untuk merubah perilaku yang lebih sehat.

49 C. Kesehatan Gigi dan Mulut 1. Perubahan Perkembangan Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologis mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Berikut merupakan table perkembangan fisiologis mulut dari tahun ke tahun. Tabel 2. 1 Pekembangan Fisiologis Mulut Tingkat Perubahan perkembangan Bayi Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan 8 bulan - 6 tahun Dua puluh gigi susu telah ada 6-12 tahun Gigi susu digantikan dengan gigi permanen. Gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali geraham kedua dan ketiga bulan Semua gigi pemanen telah ada 8-40 tahun Geraham ketiga terlihat Kehamilan Adanya perubahan pada hormonal perempuan menyebabkan peningkatan reaksi iritasi pada plak gigi, yang menyebabkan penyakit gingivitis dan meningkatkan resiko penyakit periodontal hebat tahun Mulai kehilangan beberapa gigi atau semua gigi 65 tahun atau Gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih kering, dan lebih berwarna lebih gelap. Gigi menjadi tidak rata dan bergerigi, dan patah setelah bertahun-tahun di gosok. Gusi kehilangan vaskularitas dan elastisitas jaringan, terjadinya penurunan sensitivitas rasa, penipisan mukosa, dan penurunan massa dan kekuatan otot mastikasi juga terjadi. (Potter & Perry, 2012) 2. Konsep Umum Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan mulut memiliki kontribusi yang penting untuk keseluruhan dari kesehatan tubuh seseorang dan dibutuhkan management, promosi serta perawatan yang baik. Definisi dari kesehatan mulut secara

50 umum adalah keadaan dimana kemampuan untuk berbicara, tersenyum, merasakan, mengunyah, menelan dan mengekspresikan berbagai macam emosi tidak ada gangguan/ tanpa rasa sakit dan terbebas dari penyakit (World Dental Federation, 2016). Segala macam keadaan yang di sebut kesehatan mulut berhubungan dengan kesehatan gigi. Kebersihan mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir (Potter & Perry, 2012). 3. Perawatan Gigi Perawatan gigi tujuannya untuk mempertahankan kebersihan mulut yang meliputi, oral hygine yaitu tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut untuk menghindari karies (Nathe, 2016). a. Menggosok Gigi 1) Cara Menggosok Gigi Menggosok gigi setiap hari mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan mulut seseorang. Menggosok gigi adalah upaya membersihkan mulut dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri & memasage gusi, untuk mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2012). Plak yang terakumulasi di gigi akan mengakibatkan terbentuknya karang gigi (American Dental Association, 2016). Menggosok gigi merupakan suatu cara pengangkatan plak harian

51 secara mekanis (Putri, 2015). Menggosok gigi juga dianggap alat untuk mengaplikasikan florida secara topikal untuk mencegah karies (Hall & Novak, 2008). Kebiasaan tidak menyikat gigi menyebabkan tingginya angka karies pada anak usia 6-12 tahun (Dwiandhana, 2010). Rekomendasi menyikat gigi yang dianjurkan oleh ADA adalah sebagai berikut: 1. Tempatkan sikat gigi pada sudut 45º pada gusi 2. Gerakkan sikat gigi dengan lembut dan bolak-balik 3. Sikat permukaan bukal, labial, lingual, palatal dan permukaan oklusal 4. Untuk membersihkan bagian dalam perukaan gigi depan, miringkan sikat secara vertical dan membuat beberapa stroke up dan stroke down secara vertical 5. Bersihkan lidah dan jagalah bau nafas tetap segar (American Dental Association, 2005). 2) Frekuensi dan Waktu Menggosok Gigi Menggosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) adalah dasar hygine mulut yang efektif. American Dental Association (ADA) menyatakan, menyikat gigi harus secara teratur, minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan, dan malam hari sebelum tidur (American Dental

52 Association, 2016). Menyikat gigi sebelum tidur penting karena selama tidur, aliran saliva hampir berhenti dan tidak ada kapasitas buffer sehingga ph rongga mulut turun dan kondisi mulut yang menjadi asam memicu terjadinya karies (Mount, Hume, Ngo, & Wolff, 2016). Penelitian yang dilakukan Setiyawan (2012) tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan kejadian karies di MI Al Istiqomah Tangerang, bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan kejadian karies (Setiyawan, 2012). Durasi sikat gigi yang dianjurkan adalah selama 2 menit (American Dental Association, 2016). 3) Sikat Gigi Sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan bulunya cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Bulu halus yang bundar menstimlasi gusi tanpa menyebabkan perdarahan atau abrasi. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan (Potter & Perry, 2012). Khusus untuk anak gunakan sikat gigi kecil dengan bulu lembut, membulat, terbuat dari nilon yang pendek dan rata, dan ganti sikat gigi dengan sering dan segera setelah bulu melengkung dan berjumbai (Wong, 2008). 4) Pasta Gigi Pendidikan kesehatan tentang kebersihan gigi dan mulut harus memasukkan anjuran kebiasaan menyikat gigi dengan pasta

53 gigi yang mengandung flour (KEMENKES, 2012). Fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap demineralisasi dan hal tersebut sangat penting, terutama sekali dalam pencegahan karies. Ketika flourida tersedia dalam siklus demineralisasi gigi, flourida tersebut menjadi faktor utama yang dapat mengurangi aktifitas karies (Putri,2015). Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara efektifitas flour dalam mencegah karies gigi serta cara menyikat gigi yang benar. Pasta gigi yang mengandung flour adalah cara aplikasi secara topikal yang sangat efisien. Berkumur setelah menyikat gigi mengurangi efektifitas flour karena akan mengurangi jumlahnya di permukaan gigi sampai konsentrasi di bawah optimal. Kebiasaan tidak berkumur atau berkumur sekali saja setelah menyikat gigi diikuti dengan membuang sisa pasta gigi sangat direkomendasikan (KEMENKES, 2012). b. Diet Diet adalah satu hal penting yang menyebabkan resiko karies terjadi (Hall & Novak, 2008). Untuk mencegah kerusakan gigi, klien harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan. Makanan manis/ yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan gigi. Jika memakan makanan manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30

54 menit untuk mengurangi aksi plak. Memakan buah yang mengandung asam & makanan berserat juga mengurangi plak. Kualitas keasaman makanan mengeliminasi bakteri yang ada pada gigi (Potter & Perry, 2012). Diet pada anak kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut dengan menjaga makanan & minuman manis dalam jumlahnya, terutama permen yang lengket, atau permen kunyah, dll. Hindari makanan yang dapat menimbulkan kudapan yang bersifat manis dan sering, serta rencanakan dalam mengkonsumsi makanan manis setelah makan jika anak mempunyai kebiasaan menyikat gigi setelah makan (Wong, 2008). c. Mengunjungi Dokter Gigi Setiap anak harus mengunjungi dokter gigi setelah gigi pertama permanen tumbuh antara rentan waktu 6 bulan dan paling lambat 1 tahun setelahnya. Hal tersebut akan membantu dalam mengetahui kesehatan gigi anak. Selain itu, dengan mengunjungi dokter gigi, akan dilakukan penilaian dimana anak dapat mengetahui potensi gigi tersebut terhadap karies, meskipun belum timbul manifestasi atau lesi dari adanya karies tersebut (Peariasamy et al., 2012). Secara umum mengunjungi dokter gigi minimal 6 bulan sekali (Mansjoer, 2009).

55 D. Anak Usia Sekolah Periode anak usia sekolah adalah periode yang dimulai saat anak masuk sekolah sekitar 6 tahun sampai usia 12 tahun. Mereka akan mengalami perubahan pertumbuhan & perkembangan. Perkembangan fisik, kognitif, neuromuskular, psikososial, seiring bertambahnya usia akan meningkat. Pada perkembangan fungsi neuromuskular, anak usia sekolah akan menjadi lebih lentur karena koordinasi otot-otot besar meningkat dan kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik dasar yaitu berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dll. Ketrampillan motorik kasar ini berkembang lebih baik dibandingkan dengan ketrampilan motorik halus, tetapi kecepatan berkembang keduanya kira-kira dalam kecepatan yang sama. Kemampuan meningkatkan motorik halus pada anak-anak membuat mereka sangat mandiri untuk berpakaian, makan, melakukan kebutuhan personal misalnya menggosok gigi. Pada anak usia 6-10 tahun, anak akan belajar membersihkan gigi dengan sikat gigi secara efektif dan mandiri (Wong, 2008). Perkembangan kognitif pada anak juga ikut meningkat pada usia sekolah ini. Menurut piaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak akan mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Anak-anak usia sekolah semakin mempraktikkan aturan-aturan berdasarkan fenomena yang dapat diamati, fator pada banyak dimensi dan pandangan serta menginterprestasikan persepsi-persepsinya berdasarkan teoriteori yang realistik (Potter & Perry, 2012). Selain itu, anak usia sekolah mampu

56 mengingat lebih banyak dibandingkan dengan anak prasekolah dan mampu menghubungkan dengan informasi-informasi yang sebelumnya (Gustian, 2004). Kemampuan kognitif pada masa ini sudah cukup untuk menjadikan dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dapat dilakukan dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat atau gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya (Yusuf, 2011). Pada saat periode sekolah, banyak dilakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut. Ahli Kesehatan gigi menyarankan dilakukannya pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut pada periode ini (Health Research Board, 2009). Pendidikan kesehatan menggosok gigi yang benar dapat dilakukan pada periode ini. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian Sari & Sekar dkk (2012) tentang pengaruh pendidikan kesehatan metode simulasi menggosok gigi teknik modifikasi bass dengan ketrampilan dan kebersihan gigi mulut pada anak MI At-Taufiq kelas V. desain. Desain penelitian ini menggunakan pre eksperiment design, pemilihan sampel dengan purposive sampling pada anak sekolah (usia tahun) di MI AT-Taufiq Lakarsantri Surabaya sebanyak 29 anak. Pendidikan kesehatan metode simulasi sangat baik dalam merubah perilaku

57 seseorang. Hal ini ditunjukkan dengan uji statistik mengunakan wilcoxonsigned rank test adalah p = 0,000, sehingga p 0,05 maka H0 ditolak artinya pendidikan kesehatan dengan metode simulasi berpengaruh terhadap perubahan tindakan menggosok gigi. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dalam memilih metode penelitian yaitu metode paket pendidikan kesehatan dan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. 2. Andriany dkk (2016) tentang perbandingan efektifitas media penyuluhan poster dan kartun animasi terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan pendekatan pre test & post test design dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Jumlah total sampel adalah 42 responden. Hasil penelitian ini bahwa media poster dan kartun animasi efektif dalam meningkatkan pengetahuan. Uji analisis dalam penelitian ini menggunakan uji t berpasangan. Hasil dari uji t berpasangan menunjukkan signifikansi nilai p yaitu 0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna tingkat penegetahuan sebelum dan sesudah diberikan media penyuluhan poster dan kartun animasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dalam metode pendidikan kesehatan dalam penelitian serta desain penelitian. 3. Penelitian Sedangkan penelitian yang dilakukan Papilaya & Juliatri (2016) berjudul perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media

58 audio dengan media audio visual tehadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD. Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan pendekatan pre test & post test design dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Jumlah responden 56 siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perbedaan nilai rerata pada kelompok audio-visual dengan kelompok audio. Nilai rerata kelompok audio-visual sebesar 46,42 sedangkan nilai rerata kelompok audio sebesar 29,48. Jadi dapat disimpulkan media audio visual lebih baik dalam meningkatkan perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa dibandingkan dengan media audio. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dalam metode pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan, serta kategori umur responden pada penelitian. 4. Penelitian yang dilakukan Maziyah (2015) tentang perbedaan perilaku menyikat gigi pada anak usia tahun setelah mendapat pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan dan tanpa metode teach-back. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan desain eksperimental. Besar sampel adalah 30 responden dengan teknik penganbilan sampel secara random sampling. Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann- Whitney U-test terhadap perbedaan perilaku, skor plak, dan ketrampilan menyikat gigi pada kelompok kontrol dan intervensi didapatkan nilai p maing-masing secara berurutan adalah 0,055 (> 0,050), 0,001 (> 0,050), dan 0,060 (> 0,050) artinya perbedaan bermakna hanya terjadi pada perubahan plak. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berbeda dalam metode

59 pendidikan kesehatan yang digunakan, desain penelitian, serta uji analisis yang digunakan. F. Kerangka Teori Kerangka teori dibawah ini mengacu pada tiga teori, (1) teori Gilbert et al (2010) mengenai metode dan media pendidikan kesehatan sebagai pencapaian peubahan secara pengetahuan, sikap dan tindakan, dan (2) teori yang mencakup tiga domain perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) oleh Benyamin Bloom (1908) yang dikutip dari Notoatmodjo (2008). Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan diatas, berikut dibawah ini merupakan kerangka teori dalam penelitian ini :

60 Skema 2. 1 Kerangka Teori Anak Usia 7 Tahun Faktor Pengetahuan: 1. Usia Paket Pendidikan Kesehatan Mencegah Karies 2. Pendidikan 3. Minat & kreativasi 4. Pengalaman 5. Motivasi Poster, Leaflet,Egg Eksperiment Video, Identifikasi Kertas Bergambar Menyanyi, Simulasi 6. Kebudayaan lingkungan sekitar 7. Informasi (Bloom, 1908) Tingkatan Pengetahuan menggosok gigi 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintetis 6. Evaluasi Tindakan menggosok gigi 1. Praktik Terpimpin 2. Praktik secara mekanisme 3. Adopsi Tingkatan Sikap menggosok gigi 1. Menerima 2. Menaggapi 3. Menghargai 4. Bertanggung Jawab Skema 2.1 Kerangka Teori dimodifikasi dari Teori Gilbert et al (2010) dan Teori Benyamin Bloom (1908) yang dikutip dari Notoatmodjo (2008)

61 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah sesuatu yang abstrak, logika secara harfiah yang dapat membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan body of knowledge (Nursalam, 2008). Berdasarkan teori yang telah diuraikan di tinjauan teori, maka peneliti memebuat kerangka konsep yang digambarkan dalam skema, yaitu sebagai berikut Skema 3. 1 Kerangka Penelitian (Variabel Independen) Paket pendidikan kesehatan gigi (Variabel Dependen) Pre Test Pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi (Variabel Dependen) Post Test Pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi 42

62 43 Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi yang diukur setelah intervensi. Paket pendidikan kesehatan kesehatan merupakan variabel independen yang yang akan mempengaruhi variabel dependen yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku anak sebelum dilakukannya intervensi dan setelah dilakukannya intervensi. B. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah: H1 : Ada pengaruh metode paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan menggosok gigi di SD Inpres. H2: Ada pengaruh metode paket pendidikan kesehatan gigi terhadap sikap menggosok gigi di SD Inpres H3: Ada pengaruh metode paket pendidikan kesehatan gigi terhadap tindakan menggosok gigi di SD Inpres.

63 44 C. Definisi Operasional Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Dependent a. Pengetahuan Tahu atau tidaknya anak Kuesioner Kuesioner pengetahuan berisi total Skor Ordinal mengenai pandangannya 10 butir pertanyaan. Dimana nilai a Baik =76-100% tentang masalah umum 0= untuk jawaban salah jika b Cukup=56-75% kesehatan gigi dan pertanyaan positif & jawaban c Kurang = < 55% menggosok gigi (waktu, frekuensi, cara) diet, dan benar jika pertanyaan negatif 1= untuk jawaban benar jika (Arikunto, 2012) mengunjungi tenaga pertanyaan positif & jawaban kesehatan salah jika pertanyaan negatif b. Sikap Respon anak terhadap pernyataan, pandangannya mengenai masalah umum kesehatan gigi dan menggosok gigi (waktu, frekuensi, cara) diet, dan mengunjungi tenaga kesehatan Kuesioner Kuesioner sikap berisi total 10 butir pernyataan. Nilai 0= jika pernyataan positif jawaban tidak setuju & pernyataan negatif jawaban setuju 1 =jika pernyataan positif jawaban setuju & pernyataan negatif jawaban tidak setuju Skor a Baik =76-100% b Cukup=56-75% c Kurang = < 55% (Arikunto, 2012) Ordinal c.tindakan Kemampuan anak dalam melakukan tindakan menyikat gigi dengan benar Lembar observasi Menggunakan lembar pengamatan berisi 20 butir 0 = Tidak Sempurna 1 = Dilakukan Tidak Sempurna 2 = Dilakukan Sempurna Skor a Baik =76-100% b Cukup=56-75% c Kurang = < 55% (Arikunto, 2012) Ordinal

64 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh paket pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Pre Eksperimen One group pretest & posttest design (Nursalam, 2008). Evaluasi atau post test dilaksanakan sebagai tolok ukur dari intervensi yang dilaksanakan setelah semua intervensi diberikan. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai pre test dengan post test (Hidayat, 2007). Bentuk rancangan metode ini adalah sebagai berikut: Gambar 4. 1 Desain Penelitian Pretest Intervensi Post Test O1 A O2 Keterangan: O1 : Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku anak sebelum intervensi di SD Inpres 45

65 A : Intervensi paket pendidikan kesehatan O2: Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan anak setelah intervensi di SD Inpres. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SD Inpres Cireundeu, Tangerang Selatan, Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April C. Populasi dan Sampel Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2012). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan jenis probability sampling dengan menggunakan teknik random sampling (Hidayat, 2007). Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, teknik random sampling artinya pemilihan sampel yang dilakukan secara acak karena anggota populasi dianggap homogen (Setiadi, 2007). Total siswa kelas satu yang menjadi populasi penelitian ini berjumlah 66 anak. Kelas satu dibagi menjadi dua kelas dengan usia yang mendominasi adalah 7 tahun serta terdapat juga beberapa anak yang berusia 8 tahun.

66 Responden diperoleh melalui sistem kocokan secara merata pada kedua kelas tersebut. Responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 29 responden sehingga diamdddbil 15 responden dari kelas A dan 14 responden dari kelas B. Pengambilan sampel dimulai dari membuat list nama dan nomor urut, kemudian semua nomor urut siswa dimasukkan secara random dengan cara dikocok. Setiap siswa yang keluar pada kocokan diambil sebagai sampel. Dari 29 siswa yang keluar dari kocokan tidak ada yang menolak untuk menjadi responden. Kriteria Inklusi a) Anak warga negara Indonesia b) Bersedia mengikuti penelitian dengan izin orang tua dan menandatangani inform consent Kriteria Eksklusi a) Anak yang tidak bersedia untuk menjadi responden b) Anak yang tidak hadir pada saat penelitian c) Anak yang sedang sakit Estimasi besar sampel untuk penelitian analitis numerik berpasangan ditentukan dengan menggunakan rumus (Dahlan, 2009): n1=n2= [(Zα+ Zβ)S]² [X1-X2]²

67 Keterangan: n : Besar sampel Zα : Deviat baku beta (derajat kepercayaan 95% = 1,96) Zβ : Deviat baku beta (derajat kepercayaan 90%= 1,28) S : Simpang baku dari selisih nilai antar kelompok X1-X2 : Perbedaan minimal rerata yang dianggap bermakna Penelitian terdahulu oleh (Maziyah, 2015) tentang perbedaan perilaku menyikat gigi pada anak usia tahun setelah mendapatkan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan dan tanpa metode teach-back didapatkan simpang baku yaitu sebesar 1,037 sedangkan nilai X1= 15,17 & X2 = 14,50. Jadi setelah dilakukan perhitungan jumlah sampel sebesar n1= n2 = [(1,96+1,28) 1,037]² [15,17-14,50]² n= 25,14 Diperoleh besar sampel minimum adalah 26 (hasil pembulatan dari 25,14). Untuk menghindari droup out peneliti menambahkan 10 % dari perkiraan besar sampel Maka 26 x 10%= 2,6. Jadi total sampel dalam penelitian adalah 26+3=29 (3 adalah pembulatan dari 2,6).

68 D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian untuk pengambilan data. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 bagian yaitu 2 kuesioner & lembar observasi. Instrumen penelitian ini sebelumnya akan dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu. Bagian yang pertama adalah kuesioner pengetahuan untuk mengukur pengetahuan anak tentang menggosok gigi dan perawatan gigi. Kuesioner ini merupakan kuesioner peneliti yang telah di uji valid dengan menggunakan pearson product moment dan uji content expert. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan terdiri dari pertanyaan dengan jawaban benar dan pertanyaan dengan jawaban salah. Pertanyaan dengan jawaban benar terdapat dalam nomor 1,2,3,5,7, dan 8 sedangkan pertanyaan dengan jawaban salah terdapat dalam nomor 4,6,9, dan 10. Kuesioner bagian kedua berisi pernyataan tentang sikap mengenai menggosok gigi dan perawatan gigi. Kuesioner sikap terdiri dari 11 pertanyaan yang berisi pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif sebanyak 5 pernyataan yang terdapat dalam kuesioner nomor 1,3,4,8 dan 10, sedangkan pernyataan negatif terdapat dalam nomor 2,5,6,7,9, dan 11. Bagian ketiga yaitu berupa lembar observasi tentang kemampuan anak dalam melakukan gosok gigi dengan benar. Lemba observasi ini merupakan lembar observasi dari penelitian (Rahandini, 2014). Lembar check list aplikasi tindakan gosok gigi menggunakan berupa check list, apabila langkah tersebut

69 tidak dilakukan skor 0, jika dilakukan tidak sempurna skor 1, dan jika dilakukan sempurna skor 2. Tabel 4. 1 Klasifikasi Pertanyaan dalam Kuesioner No Variabel Sub Variabel Nomor 1 Pengetahuan menggosok gigi 2,8 2 Sikap menggosok gigi a. Konsep Umum Kesehatan Mulut dan Gigi b. Perawatan Gigi 1. Menggosok Gigi 2. Diet 3. Mengunjungi Tenaga kesehatan a. Konsep Umum Kesehatan Mulut dan Gigi b. Perawatan Gigi 1. Menggosok Gigi 2. Diet 3. Mengnjungi Tenaga Kesehatan 1,3,4,9,10 6,7 5 7,8 1,2,5,6,10,11 4 3,9 E. Validitas dan Reabilitas Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Suatu alat ukur dinyatakan valid jika alat tesebut dapat mengukur variabel/sesuatu yang ingin diukur peneliti (Riyanto, 2011). Pada penelitian ini peneliti melakukan uji validitas berdasarkan theory relatet validity dengan tipe content validity dan Uji validitas instrumen dengan teknik korelasi pearson product moment (Hastono, 2006). Validitas isi mennjukkan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen mewaliki semua unsur dimensi konsep yang sedang diteliti. Cara melakukan validitas isi instrument dilakukan dengan cara meminta pendapat pakar bidang

70 angs edang diteliti. Seorang pakar akan diminta untuk menelaah instrumen dan menentkan apakah seluruh item pertanyaan telah mencakp isi dari suatu konsep yang diteliti (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini ditelaah oleh satu pakar keperawatan anak yaitu Ns. Mardiyanti, M.Kep., MDS, dan dua pakar dalam bidang gigi yaitu drg. Sinta Rosmini dan Resti Hilda Hanifah, AMKG. Uji validitas instrumen dengan teknik korelasi pearson product moment dilakukan peneliti setelah uji content validity. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment (Hastono, 2006). Kuesioner dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,361) (Dahlan, 2012). Peneliti melakukan uji validitas di SDN 01 Ciputat sebanyak 30 siswa yang berusia 7 tahun. Uji validitas dengan teknik korelasi pearson product moment didapatkan bahwa dari 16 kuesioner untuk mengukur pengetahuan, didapatkan 10 pertanyaan yang valid, sedangkan dari 16 pertanyaan variabel sikap didapatkan 11 pernyataan yang valid. Nilai valid kuesioner pengetahuan yang dignakan peneliti adalah dalam rentang 0,373* - 0,788**, sedangkan sikap yang digunakan peneliti dalam rentang 0,373* - 0,858**. Selanjutnya, 5 pertanyaan dari variabel pengetahuan dan 6 pernyataan dari variabel sikap di buang karena

71 pertanyaan yang tidak valid sudah diwakili dalam mengukur tingkat pengetahuan dan sikap dalam penelitian ini. Setelah semua pertanyaan valid semua, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas diketahui dengan cara; membandingkan nilai r hasil dengan r tabel. Pertanyaan dinyatakan reliabel jika r alpha lebih besar dibandingkan dengan r tabel. Nilai reliabel kuesioner variabel pengetahuan adalah 0,820, sedangkan kuesioner variabel sikap adalah sebesar 0,839. F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data 1. Prosedur Administrasi a. Peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas mengenai izin mnegambil data dan melakukan penelitian di SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan b. Peneliti mendapatkan pelatihan tata cara pemeriksaan karies gigi dan gigi berlubang oleh dokter dan perawat gigi di Puskesmas Pisangan c. Pengambilan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari kepala sekolah sebagai tempat penelitian d. Peneliti melakukan pengambilan data masalah karies pada anak usia 7 tahun di SD Inpres e. Peneliti melakukan sosialisasi penelitian kepada pihak sekolah dan responden yang akan dilibatkan dalam penelitian

72 f. Calon responden yang terpilih akan dijelaskan oleh peneliti mengenai prosedur penelitian yaitu: tujuan, manfaat, hak dan kewajiban saat menjadi responden. Responden yang bersedia kemudian diberikan inform consent dan lembar penjelasan prosedur penelitian untuk meminta izin kepada wali responden selanjutnya diminta menandatanganinya g. Memberikan pengumuman kepada responden yang telah mendapatkan izin dari walinya mengenai waktu, tempat dan penyelenggaraan pendidikan kesehatan 2. Prosedur Sebelum Intervensi a. Peneliti melakukan breafing prosedur dan materi penelitian kepada asisten peneliti dan guru yang dilibatkan dalam penelitian b. Peneliti menyiapkan metode dan media yang akan digunakan dalam penelitian c. Peneliti dibantu asisten peneliti dalam mengatur posisi responden d. Peneliti, dan asisten peneliti mengenalkan diri pada responden e. Peneliti menjelaskan prosedur kegiatan yang akan dilakukan 3. Prosedur Intervensi Paket pendidikaan kesehatan dalam penelitian ini menggunakan gabungan dari metode dan media pendidikan kesehatan. Paket pendidikan kesehatan ini dilaksanakan dengan melakukan intervensi kepada responden, orang tua responden dan guru. Intervensi kepada responden diberikan

73 menggunakan ceramah, poster, menyanyi, video, simulasi, eksperiment, dan media kertas bergambar. Intervensi kepada orang tua responden diberikan menggunakan media surat untuk wali yang berisi leaflet, kartu remember dan penjelasan prosedural penelitian. Intervensi kepada guru diberikan menggunakan jargon. Hal ini diharapkan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada responden setelah diberikan intervensi tersebut. Pelaksanaan paket pendidikan kesehatan pada responden ini akan dilaksanakan dalam waktu 6 hari. a. Hari pertama, dilaksanakannya pre test, kemudian setelah pelaksanaan pre test akan diajarkan menyanyikan lagu menggosok gigi disertai dengan gerakan dan menempelkan poster. Pretest pengetahuan dan sikap dilaksanakan dengan dibacakan pertanyaan yang ada dalam kuesioner oleh peneliti langsung. Saat pretest peneliti juga melibatkan guru dan asisten peneliti sebagai pengawas agar pelaksanaan pretest kondusif dan menghindari contek-menyontek jawaban. Sedangkan pelaksanaan pretest tindakan menggosok gigi, peneliti dibantu 2 asisten peneliti dalam memvideokan praktik menggosok gigi responden dengan estimasi 3 menit/anak. Poster ditempel di dinding kelas bagian belakang dengan jumlah 3 poster berukuran A3 (29,3 cm x 42 cm). b. Hari kedua, akan dilaksanakan serangkaian acara pendidikan kesehatan dengan menggunakan kombinasi metode dan media pendidikan

74 kesehatan yaitu metode ceramah dengan poster, metode video, dan simulasi. 1) Langkah pertama, saat penyuluhan berlangsung, pemateri menyampaikan materi dengan metode ceramah tentang kesehatan gigi dengan media poster, hal ini untuk mencapai goal perubahan pengetahuan. Materi yang disampaikan mengenai perawatan gigi adalah sebagai berikut a) Penyebab masalah kesehatan gigi b) Akibat masalah kesehatan gigi c) Pentingnya mengogsok gigi d) Menggosok gigi : waktu & frekuensi menggosok gigi, penggunaan sikat gigi, cara menggosok gigi, penggunaan flouride e) Pengaturan makanan f) Pemeriksaan gigi ke dokter gigi 2) Responden menyimak materi yang disampaikan dengan melihat poster yang disediakan. Poster berukuran A0 (84,1 cm x 118,9 cm). 3) Responden dapat menanyakan hal-hal yang kurang jelas atau kurang di mengerti selama proses penyampaian materi berlangsung 4) Responden dipaparkan video mengenai seseorang yang mengalami masalah gigi karena tidak melakukan perawatan gigi dengan baik. Hal ini bertujuan untuk mencapai goal perubahan sikap.

75 Setelah pemutaran video, akan dilakukan review mengenai isi video serta akan diberikan waktu untuk beberapa responden menanggapi isi video tersebut. Video tersebut akan berisi beberapa tema a) Masalah kesehatan gigi akibat tidak melakukan perawatan b) Beberapa sikap terhadap perawatan gigi : Cara menyikat gigi dengan benar, diet, dan mengunjungi dokter gigi 5) Simulasi cara menyikat gigi langsung dilakukan oleh pemateri dan di ikuti responden secara serentak sambil menyanyikan lagu menggosok gigi. Sambil melakukan praktek menggosok gigi responden akan membawa kaca untuk melihat secara langsung cara menggosok gigi. Dilakukannya simulasi menggosok gigi ini diharapkan akan berpengaruh terhadap perubahan skill anak dalam melakukan gosok gigi secara benar. 6) Responden dibagi secara merata dalam 4 kelompok dan dikoordinir langsung oleh 3 asisten peneliti dan peneliti untuk mempragakan cara menggosok gigi secara langsung 7) Waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran dari pendahuluan sampai penutup adalah 60 menit. c. Hari ketiga Saat hari ke tiga akan dilaksanakannya menyanyi lagu gosok gigi bersama dan dilakukannya egg eksperiment observation hal ini diharapkan agar anak dapat menilai dalam memilih minuman yang

76 merusak dan menyehatkan gigi. Pelaksanaan egg eksperiment observation ini responden dibagi menjadi 2 kelompok yang dikoordinir oleh peneliti dan 1 asisten peneliti. Tiap kelompok mendapatkan 4 sediaan untuk mencoba secara terpimpin egg eksperiment nya. Sebelum melakukan percobaan anak akan dijelaskan mengenai: 1) Cara perawatan gigi 2) Pentingnya perawatan gigi 3) Minuman yang merusak gigi Dalam teori disebutkan bahwa stuktur kulit telur matang mirip dengan struktur enamel gigi anak kecil. Bahan-bahan yang dibutuhkan a) 8 telur rebus d) Soda b) Air e) Gelas plastik c) Cuka f) Teh Cara kerja a) Rebus telur, pastikan kulit telur tidak pecah saat di rebus karena akan mempengaruhi hasil b) Setelah telur dingin, bantu anak-anak untuk memasukkan telur ke dalam gelas plastik, kemudian isi masing-masing gelas plastik dengan air, soda, cuka dan teh untuk membandingkan c) Diamkan semalaman untuk menunggu hasilnya (Davala, 2013).

77 Setelah eksperiment dilakukan, telur yang sudah direbus didiamkan dan pada saat hari ke empat akan dilakukan observasi kembali dari hasil percobaan. d. Hari ke empat Hari ke empat akan dilaksanakannya menyanyikan lagu menggosok gigi, kemudian dilakukan observasi dari egg exsperiment dari hari sebelumnya. Anak-anak akan dijelaskan perbedaan pengaruh masingmasing sediaan dan dilanjutkan dengan review materi. Peneliti di bantu oleh 1 asisten peneliti dalam menjelaskan egg eksperiment kepada seluruh responden. e. Hari ke lima Hari ke lima akan dilakukan menyanyikan lagu menggosok gigi secara bersama sebelum pembelajaran sekolah dimulai serta review tentang 1) Cara perawatan gigi 2) Menggosok gigi (frekuensi, waktu, cara dan menggunakan pasta gigi yang baik). Setelah itu responden akan diajak belajar cara mengidentifikasi makanan penyebab gigi berlubang. Masing-masing responden diberikan kertas bergambar makanan yang menyehatkan gigi dan merusak gigi, kemudian responden diminta untuk memilih menempelkan kertas tersebut di 2 papan kertas yang telah disediakan. Pada bagian akhir sesi akan diadakan review tentang identifikasi

78 makanan dan minuman yang menyehatkan dan merusak gigi. Peneliti dibantu 1 asisten peneliti dalam pelaksanaan identifikasi kertas bergambar. f. Hari ke enam Peneliti dibantu oleh fasilitator dalam melakukan post test dengan menggunakan metode yang sama seperti pre test sebelumnya dengan bantan 2 asisten peneliti. Intervensi yang diberikan kepada orang tua dalam penelitian ini adalah surat untuk wali. Surat tersebut diberikan pada hari ke-2 penelitian yang didalamnya berisi penjelasan penelitian, kartu remember menggosok gigi anak dan leaflet. Leaflet memiliki ukuran A4, sedangkan kartu remember berukuran 3 cm x 7 cm). Adapun isi leaflet adalah sebagai berikut a. Pentingnya menggosok gigi b. Menggosok gigi : waktu & frekuensi menggosok gigi, penggunaan sikat gigi, cara menggosok gigi, dan penggunaan flouride c. Pengaturan makanan d. Pemeriksaan gigi ke dokter gigi Surat untuk wali tersebut juga berisi penjelasan prosedural penelitian dimana hal ini diharapkan agar wali juga terlibat dalam penelitian ini dengan cara dapat mengingatkan kepada anaknya (responden) untuk menggosok gigi dengan benar (frekuensi, cara dan waktu), dan mendukung agar responden bersedia mengurangi makanan-makanan manis.

79 Intervensi yang diberikan kepada guru adalah berupa jargon dalam upaya mendukung peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Terdapat 3 jargon yang akan di ajarkan. Hal ini diharapkan guru yang bersangkutan dapat mengingatkan kesehatan gigi dan mulut siswa (responden) dengan jargon tersebut. Adapun isi dari jargon tersebut adalah waktu yang benar dalam menggosok gigi, anjuran mengurangi makanan yang manis, serta anjuran ke dokter gigi. Jargon dipimpin oleh guru dan di ikuti responden minimal 1x sehari. Adapun jagon yang diajarkan adalah a) 2x sikat gigi : setelah sarapan, sebelum tidur b) Makan-makanan manis : No c) Mengunjungi dokter gigi : 6 bulan sekali G. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah pengelolaan data antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2007): 1. Editing yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir kuesioner; lengkap, jelas (jawaban semua terbaca), relevan, dan konsisten. 2. Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan. Tujuannya untuk mempermudah saat analisis data, mempercepat saat (entry) data.

80 3. Scoring yaitu setiap sub variabel diberikan skor dengan kategori data dan jumlah butir pertanyaan dari subvariabel yang bersangkutan. Hasil skor tersebut kemudian dijumlahkan. 4. Entry data yaitu memasukkan data pada program statistik komputer. 5. Cleaning setelah semua data dimasukkan langkah selanjutnya adalah pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan ada kesalahankesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain sebagainya. H. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dilakukan analisis dalam bentuk analisis univariat dan bivariat. 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap karakteristik responden dan variabel dependen. Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan masingmasing variabel yang diteliti. Analisis data yang berjenis numerik yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan, maka dilakukan dengan tendency central yaitu dengan mean jika datanya berdistribusi normal, jika data tidak berdistribusi normal maka dengan median (Hastono, 2006). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Analisis dalam penelitian ini adalah uji t dependen untuk mengetahui pengaruh paket

81 pendidikan kesehatan gigi terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Uji T dependen digunakan jika data terdistribusi normal, sedangkan Uji wilcoxon digunakan jika data tidak terdistribusi normal. Data tidak terdistribusi normal jika p value < α, dan terdistribusi normal jika p value > α (Dahlan, 2008). Skala ukur dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Sebelum dilakukan analisis bivariat peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu terhadap data yang ada dengan menggunakan shapiro-wilk yaitu, uji normalitas untuk sampel yang sedikit (kurang dari 50). Data dikatakan normal jika nilai probibilitas lebih dari 0,05 (P value > α). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel beikut: Tabel 4. 2 Tabel Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Variabel Uji Normalitas Keterangan shapiro-wilk (P-Value) Pengetahuan Pre-test 0,061 Normal Post-test 0,002 Tidak Normal Sikap Pre-test 0,060 Normal Post-test 0,024 Tidak Normal Tindakan Pre-test 0,001 Tidak Normal Post-test 0,002 Tidak Normal Vaiabel pengetahuan berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa saat pretest data yang didapatkan terdistribusi normal dengan P value sebesar 0,061 > (0,05), sedangkan skor pengetahuan posttest (0,002

82 < 0,05) tidak terdistribusi normal. Skor nilai sikap pretest terdistribusi normal dengan nilai p value 0,060 > (0,05) sedangkan skor posttest tidak terdistribusi normal (0,024 < 0,05). Nilai skor tindakan pretest (0,001 < 0,05) dan posttest (0,002 < 0,005) sehingga dapat diketahui bahwa data pada variabel tindakan juga tidak terdistribusi normal. Jadi pada semua data di atas dari 3 variabel yaitu, pengetahuan, sikap, dan tindakan tidak terdistribusi normal. Data yang tidak terdistribusi normal dilakukan tranformasi data dengan tujuan agar data dapat terdistribusi normal. Setelah dilakukan tansformasi data hasil transformasi data ang diperoleh sebagai berikut yaitu pada tabel di bawah ini: Tabel 4. 3 Tabel Uji Normalitas Data Tansformasi Hasil Skor Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Variabel Uji Normalitas shapiro-wilk (P- Value) Keterangan Pengetahuan Pre-test 0,001 Tidak Normal Post-test 0,003 Tidak Normal Sikap Pre-test 0,000 Tidak Normal Post-test 0,015 Tidak Normal Tindakan Pre-test 0,044 Tidak Normal Post-test 0,001 Tidak Normal Variabel nilai pengetahuan, sikap dan tindakan setelah dilakukan transformasi data, hasilnya bahwa ketiga data tersebut tidak terdistribusi normal. Jadi, analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji wilcoxon.

83 I. Etika Penelitian Setiadi (2007) penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etik. Penelitian yang akan dilakukan harus mengikuti aturan etik penelitian yaitu adanya persetujuan dari responden. Bentuk etika penelitian ini adalah: 1. Lembar persetujuan (Inform Concent) Tujuan dari lembar persetujuan ini agar responden mengetahui maksud, tujuan dan dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Jika responden bersedia diikutsertakan dalam penelitian maka responden harus bersedia menandatangani lembar persetujuan dan akan diteliti oleh peneliti dengan tetap menghormati hak-haknya sebagai subjek penelitian 2. Kerahasiaan Peneliti dalam menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian. 3. Asas Kemanfaatan Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko dari penelitian yang dilakukan yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negatif yang akan terjadi. Peneliti akan melaksanakan penelitian sesuai prosedur yang penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di

84 tingkat populasi. Penelitian yang dilakukan harus bebas dari penderitaan yaitu dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan khususnya jika menggunakan tindakan khusus. 4. Asas Keadilan Asas keadilan menunjukkan bahwa peneliti harus adil dalam memberikan perlakuan. Peneliti memperlakukan seseorang secara adil tanpa membeda-bedakan responden saat penelitian (Setiadi, 2007)

85 BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian dari pengaruh paket pendidikan kesehatan tehadap pengetahuan, sikap dan tindakan siswa di SDN 02 Cireundeu, Tangerang Selatan, Banten. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari dimulai dari tanggal 18 maret-23 maret (kecuali hari minggu). Jumlah total responden yang mengikuti penelitian ini adalah 29 responden dengan menggunakan satu kelompok intervensi. Setelah dilakukan analisis, 3 anak dieliminasi karena tidak mengikuti penelitian ini secara keseluruhan (tidak masuk sekolah). Sehingga total data yang diolah adalah 27 responden yang telah diberikan intervensi paket pendidikan kesehatan gigi. A. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD inpres 02 Cireundeu, Tangerang Selatan, Banten yang beralamat di Jl. SD Inpes No. 60, Pisangan Barat, Cireundeu, Tangerang Selatan, Banten. Penelitian ini melibatkan responden yang berumur 7 tahun, sehingga responden terdapat pada kelas satu pada SD tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi tehadap pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi pada responden. Pada SD Inpes 02 Cireundeu belum dilaksanakannya pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi pada responden yang akan dijadikan penelitian. SD Inpres 02 Cireundeu belum memiliki UKS, selain itu belum adanya kerjaama dari 66

86 puskesmas setempat untuk upaya kesehatan gigi. Jadi peneliti melakukan penelitian di SD tersebut. B. Analisis Univariat 1. Jenis Kelamin Responden Distribusi jenis kelamin responden yang terlibat dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 5. 1 Distribusi Jenis Kelamin Responden Penelitian Variabel Jenis Kelamin N % Laki-Laki 20 74,1 Perempuan 7 25,9 Total Tabel 5.1 tersebut menunjukkan bahwa presentase jenis kelamin laki-laki lebih besar dari pada perempuan, yaitu laki-laki sebesar 74% (20 orang) dan perempuan 25,9% (7 orang). Responden yang terlibat dalam penelitian ini didominasi oleh responden laki-laki. 2. Pengetahuan Responden Perbedaan pengetahuan responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tabel 5.2 di bawah ini:

87 Tabel 5. 2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan kesehatan Gigi Karakteristik Pre Test Post Test Pengetahuan Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%) Baik 4 14, ,1 Cukup 10 37, ,9 Kurang 13 48,1 - - Total Penilaian tingkat pengetahuan, diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan baik, cukup, dan kurang. Tingkat pengetahuan responden berdasarkan data tersebut sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi, yang termasuk dalam kategori baik terdapat 4 responden yaitu 14,8%, responden dengan kategori pengetahuan cukup sebanyak 10 responden yaitu 37,0%, sedangkan responden dengan kategori pengetahuan kurang lebih besar yaitu sebanyak 13 responden atau 48%. Saat pretest responden didominasi oleh kategori pengetahuan yang kurang, sedangkan setelah posttest tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang. Tingkat pengetahuan responden diukur kembali dengan soal yang sama setelah diberikan paket pendidikan kesehatan gigi. Hasilnya adalah sebanyak 13 responden yaitu 48,1% responden berpengetahuan baik dan 14 responden atau 51,9% responden berpengetahuan cukup

88 serta tidak ada responden yang masuk dalam kategori pengetahuan kurang. 3. Sikap Responden Perbedaan sikap responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat di lihat dari tabel 5.3 di bawah ini: Tabel 5. 3 Gambaran Sikap Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi Karakteristik Pre Test Post Test Sikap Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%) Baik ,6 Cukup 4 14, ,3 Kurang 23 85,2 3 11,1 Total Tingkat sikap dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu sikap baik, cukup dan kurang tehadap menggosok gigi. Tingkat sikap responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi berdasarkan tabel 5.3, yang termasuk dalam kategori baik tidak ada, terdapat 4 responden yaitu 14,8% responden dengan kategori sikap yang cukup, sedangkan sisanya sebanyak 23 responden yaitu 85,2% termasuk dalam kategori sikap terhadap kesehatan gigi kurang. Sikap responden yang kurang terhadap kesehatan gigi ditemukan paling besar. Pretest kategori

89 sikap responden didominasi oleh kategori sikap yang kurang terhadap menggosok gigi yang benar. Setelah diberikan paket pendidikan kesehatan gigi, tingkat sikap responden diukur kembali dengan soal yang sama. Hasilnya adalah sebanyak 8 responden yaitu 29,6% responden memiliki sikap yang baik dan 16 responden atau 59,3% responden memiliki sikap yang cukup serta 3 responden atau 11,1% yang masih masuk dalam kategori sikap yang kurang. Presentase responden yang memiliki sikap yang kurang paling sedikit di antara kedua kategori lainnya. 4. Tindakan Responden Perbedaan tindakan responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tabel 5.4 di bawah ini: Tabel 5. 4 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi Karakteristik Pre Test Post Test Tindakan Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%) Baik 2 7, ,8 Cukup 3 11,1 6 22,2 Kurang 22 81,5 - - Total

90 Penilaian tindakan responden dalam menggosok gigi, diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu tindakan baik, cukup dan kurang. Tingkat tindakan responden berdasarkan tabel 5.4 tersebut sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi yang termasuk dalam kategori baik 2 responden yaitu 7,4%, terdapat 3 responden yaitu 11,1%, responden dengan kategori sikap yang cukup, sedangkan sisanya yang mendominasi adalah sebanyak 22 responden yaitu 81,5% termasuk dalam kategori tindakan menggosok gigi yang kurang. Tingkat tindakan responden diukur kembali dengan soal yang sama setelah diberikan paket pendidikan kesehatan gigi. Hasilnya adalah tindakan responden dalam menggosok gigi yang benar didominasi oleh kategori baik yaitu sebanyak 21 responden atau 77,8%% responden dan 6 responden atau 22,2% responden masih memiliki sikap yang cukup dan responden yang masuk dalam kategori tindakan menggosok gigi yang kurang baik setelah posttest tidak ditemukan lagi. C. Analisis Bivariat 1. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat Pengetahuan Responden Hasil uji wilcoxon pada variabel pengetahuan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini

91 Tabel 5. 5 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Pengetahuan Pengetahuan Mean Standart Deviasi (SD) Min- Max P Value Pre Test 55,93 16, ,000-0,966 Post Test 79,26 14, Z Kuesioner pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan, berdasarkan tabel 5.5 di atas setelah dilakukan analisis bahwa, nilai rata-rata tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi sebesar 55,93, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 79,26. Rata-rata pretest dan posttest pengetahuan mengalami peningkatan sebanyak 23,33 poin. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan responden terhadap kesehatan gigi. Standart deviasi saat pretest 16,701 dan setelah posttest menjadi 14,392. Nilai minimum antara pretest dan posttest memiliki selisih 40 poin, sedangkan nilai maksimum antara pretest dan posttest hanya memiliki selisih 20 poin. Setelah dianalisis menggunakan uji wilcoxon berdasarkan tabel 5.7, bahwa perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi dipeoleh nilai z sebesar - 0,966 dan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa paket pendidikan kesehatan bepengaruh terhadap tingkat

92 pengetahuan responden. Jadi disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat pengaruh paket pendidikan kesehatan yang bermakna (signifikan) tehadap perubahan pengetahuan responden tentang kesehatan gigi. 2. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tingkat Sikap Responden Hasil uji wilcoxon pada variabel sikap penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.6 di bawah ini: Tabel 5. 6 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Sikap Sikap Mean Standart Deviasi (SD) Min- Max P Value Pre Test 46,46 14, ,000-4,490 Post Test 69,70 10, Z Kuesioner sikap yang berisi 11 pertanyaan berdasarkan tabel 5.4 tesebut, setelah dilakukan analisis bahwa, nilai rata-rata tingkat sikap responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi sebesar 46,46, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 69,70. Nilai rata-rata pretest dan posttest tingkat sikap mengalami kenaikan sebesar 23,24 poin. Standart deviasi saat pretest 14,774 dan setelah posttest menjadi 10,697. Nilai minimum sikap responden saat

93 pretest sebesar 9 dan meningkat menjadi 45 saat posttest. Nilai maksimum pretest sebesar 73 dan meningkat saat posttest menjadi 91. Setelah dianalisis menggunakan uji wilcoxon berdasarkan tabel 5.6 di atas, bahwa perbedaan tingkat sikap responden sebelum dan sesudah dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi diperoleh nilai z sebesar -4,490 dan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05) Jadi disimpulkan bahwa pada alpha 5%, terdapat pengaruh paket pendidikan kesehatan yang bermakna (signifikan) tehadap perubahan sikap responden tentang kesehatan gigi. Hal ini menunjukkan bahwa paket pendidikan kesehatan bepengaruh terhadap tingkat sikap responden. 3. Pengaruh Metode Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Tindakan Responden Hasil uji wilcoxon pada variabel tindakan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini Tabel 5. 7 Analisa Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi tehadap Tindakan Tindakan Mean Standart Deviasi (SD) Min- Max P Value Pre Test 47,53 13, ,000-4,462 Post Test 78,84 5, Z

94 Kuesioner tindakan yang berisi 21 item cara menggosok gigi berdasarkan tabel 5.7 di atas, setelah dilakukan analisis bahwa, nilai ratarata tindakan responden menggosok gigi sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi sebesar 47,53, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 78,84. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat peningkatan nilai rata-rata antara pretest dan posttest sebesar 31,31 poin. Standart deviasi saat pretest 13,476 dan setelah posttest menjadi 5,172. Nilai minimum tindakan responden saat pretest sebesar 29 dan meningkat menjadi 67 saat posttest. Sedangkan, nilai maksimum saat petest dan posttest tidak ada peningkatan. Setelah dianalisis menggunakan uji wilcoxon pada tabel 5.9 bahwa perbedaan tingkat tindakan menggosok gigi responden sebelum dan sesudah dilakukan paket pendidikan kesehatan gigi diperoleh nilai z sebesar -4,462 dan nilai p value sebesar 0,000 (α < 0,05) sehingga dapat disimpulkan, dengan alpha 5% bahwa paket pendidikan kesehatan ini berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan tindakan dalam menggosok gigi. Hal ini menunjukkan bahwa paket pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat tindakan menggosok gigi responden.

95 BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pembahasan hasil penelitian mengenai paket pendidikan kesehatan gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi di SD Inpes 02 Cireundeu Tangerang Selatan Banten. Pembahasan ini terdiri atas interpretasi dan diskusi hasil serta keterkaitan amtara hasil penelitian dengan tinjauan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Bab ini juga menjelaskan tentang keterbatasan penelitian. A. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Nilai Pengetahuan Responden Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dll) (W. I. Mubarak, 2007). Pada penelitian ini menggunakan bebagai metode dan media pendidikan kesehatan. Media pendidikan kesehatan merupakan salah satu unsur input yang berpengaruh pada pelakanaan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Alat bantu pendidikan kesehatan merupakan alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pengarahan pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011). Penelitian ini menggunakan metode paket pendidikan kesehatan yang menggunakan metode poster, kertas bergambar, 76

96 eksperimen, video, simulasi, menyanyi, serta intervensi yang dilakukan ke guru dan orang tua responden untuk meningkatan pengetahuan responden. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh paket pendidikan kesehatan yang bermakna (signifikan) tehadap perubahan pengetahuan responden tentang kesehatan gigi. Paket pendidikan kesehatan ini dikemas menggunakan berbagai macam metode dan media. Salah satu media yang digunakan dalam upaya meningkatkan pengetahuan adalah dengan media poster serta kertas bergambar. Penelitian yang telah dilakukan Friedman, Cosby, Boyko, & Turnbull tahun (2009) yang berjudul effective teaching strategies and methods of delivery for patient education: evidentiary base, salah satu strategi pembelajaran yang diteliti adalah media tulis, bahwa media tulis effektif untuk strategi pembelajaran sebagai recall informasi dan menarik perhatian. Hal ini didukung oleh penelitian Andriany dkk (2016) tentang perbandingan efektifitas media penyuluhan poster dan kartun animasi terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Hasil dari uji t berpasangan menunjukkan signifikansi nilai p yaitu 0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan media penyuluhan poster. Poster termasuk dalam ketegori alat bantu lihat. Poster merupakan suatu tampilan khusus dimana berisi kombinasi gambar. Poster mendukung lingkungan edukatif yang positif dan menekankan pada anjuran suatu hal.

97 Sehingga dengan media tersebut anak lebih memahami tentang materi yang disampaikan (Gilbert et al., 2010), akibatnya terjadi peningkatan nilai posttest. Menurut teori kerucut pengalaman belajar Edgar, bahwa poster yang disampaikan dengan metode ceramah termasuk dalam kategori alat bantu dengar dan lihat. Maka dalam kurun waktu 2 minggu responden akan dapat mengingat 50% apa yang telah didengar dan dilihatnya. Sehingga memungkinkan dalam penelitian ini retensi responden terhadap materi yang didapatkan masih ada (Nursalam, 2008). Untuk menambahkan presentase dari informasi yang dapat diingat responden dalam menyasar peningkatan pengetahuan ini peneliti juga menggunakan metode kertas bergambar. Paket pendidikan kesehatan yang terdiri dari metode dan media pendidikan kesehatan ini tujuannya agar menstimulasi banyak indra yang digunakan oleh responden dalam menerima informasi, sehingga retensi informasi tersebut lebih besar diterima. Metode kertas bergambar diharapkan dapat memacu responden untuk mengidentifikasi materi tentang makanan yang menyehatkan dan merusak gigi. Hal itu sesuai dengan satu teori bahwa dalam mengembangkan daya nalar anak, dapat dilakukan dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat atau gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya (Yusuf, 2011). Penelitian yang dilakukan Friedman, Cosby, Boyko, & Turnbull tahun (2009) dalam membandingkan

98 antara keefektifan kombinasi strategi ceramah dan media tulis dengan strategi ceramah saja ditemukan bahwa kombinasi strategi ceramah dan media tulis lebih meningkatkan pengetahuan secara signifikan. Sehingga dapat disimpulkan media tersebut meningkatkan kemampuan kognitif responden yang dapat dilihat secara objektif dari hasil posttest pengetahuan yang mengalami peningkatan. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, pengalaman, minat, kebudayaan, informasi. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan berdasarakan teori tersebut dalam penelitian ini adalah informasi dan umur. Faktor informasi mengacu pada pendidikan kesehatan yang telah diberikan sesuai yang dipaparkan di atas, sedangkan faktor umur mempengaruhi terhadap kemampuan kognitif anak (Notoatmodjo, 2010). Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2008). Responden yang terpilih dalam penelitian ini adalah siswa yang berumur 7 tahun, dimana anak usia 7-11 tahun secara tahap perkembangan sudah memasuki tahapan cara berpikir logis, masuk akal, dan semakin tersosialisasi (mampu mempertimbangkan sudut pandang orang lain yang berbeda dan sudut pandang mereka sendiri). Kemampuan kognitif pada masa ini juga sudah cukup untuk menjadikan dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kecakapan yang diberikan pada responden dalam penelitian ini adalah berupa

99 sumber informasi melalui paket pendidikan kesehatan. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai post test. B. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus/objek (Notoadmodjo, 2007). Sikap dalam penelitian ini diukur menggunakan pernyataan sikap yang berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu bersifat mendukung atau memihak pada objek dalam upaya menjaga kesehatan gigi serta berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap kesehatan gigi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pengukuran sikap dapat dengan ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan kepada responden terhadap suatu objek. memberikan tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap seseorang (Azwar, 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh paket pendidikan kesehatan terhadap sikap anak dalam menggosok gigi. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian Aisyah (2010) bahwa paket pendidikan kesehatan yang diberikan dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap dengan nilai p value =0,017 sehingga terjadi perbedaan sikap ibu post partum primipara anatara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Penelitian ini juga mendukung penelitian Yani, Mudzakkir, & Hardjito (2010) yaitu pendidikan

100 kesehatan effektif terhadap perubahan nilai sikap responden dengan nilai p value sebesar 0,000, penelitian tersebut menggunakan alat bantu booklet dan alat peraga, hal tesebut bertujuan untuk melibatkan indra sebanyak-banyaknya. Penelitian ini juga menggunakan beberapa metode dan media pendidikan kesehatan sehingga banyak indra yang terlibat untuk menerima informasi yang diberikan. Informasi yang diterima oleh subjek sehingga dapat berpengaruh pada suatu perubahan sikap membutuhkan pengulangan agar terjadi proses dan pemahaman dalam diri subjek (Azwar, 2008). Informasi yang diberikan secara berulang-ulang, memudahkan membantu responden dalam memahami informasi sehingga responden bisa menentukan sikap yang sesuai tentang gosok gigi. Penelitian yang dilakukan (Sari, Ulfianana, & Dian, 2012) menyebutkan bahwa penggunaan metode permainan ular tangga yang dilakukan secara berulang yaitu sebanyak empat kali dapat menyebabkan perubahan sikap menggosok gigi yang positif. Hal ini sesuai dengan prosedural saat dilakukan paket pendidikan kesehatan dengan diberikan informasi yang berulang-ulang selama 1 minggu sehingga hasil penelitian ini terdapat perubahan peningkatan sikap anak terhadap menggosok gigi. Pengetahuan, sikap dan tindakan adalah satu kesatuan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang seseorang ketahui, sikap adalah apa yang telah seseorang yakini, sedangkan tindakan adalah sesuatu yang mampu orang

101 lakukan. Sikap adalah tingkatan kedua dalam perilaku. Sikap akan mempresentasikan kecondongan seseorang terhadap sesuatu untuk bertindak (Gilbert et al., 2010). Bloom dalam Notoatmodjo (2008) mengungkapkan bahwa orang akan mengubah sikap, jika ia mampu mengubah komponen kognitif terlebih dahulu. Informasi yang disampaikan dalam video memberikan pengaruh pada kemampuan kognitif serta afektif seseorang (Gilbert et al., 2010). Adanya informasi baru mengenai gosok gigi yang dikemas di dalam video dapat memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap gosok gigi responden. Informasi tentang gosok gigi dalam video membawa pesan persuasif sehingga dapat memberikan dasar yang cukup kuat dalam menilai suatu hal dan membentuk suatu sikap tertentu. Akibatnya terjadi peningkatan nilai sikap pada responden. C. Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan terhadap Tindakan Menggosok Gigi Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh paket pendidikan kesehatan terhadap tindakan menggosok gigi pada anak. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) bahwa pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga dapat meningkatkan nilai aplikasi tindakan gosok gigi pada responden kelompok perlakuan. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pujiyasari, Hartini, & Nurullita (2014) yang menyebutkan

102 bahwa metode latihan menggosok gigi dapat diterapkan dalam mengajakan kemandirian anak untuk menggosok gigi. Hal ini sesuai penelitian ini yaitu adanya metode simulasi dapat mendorong kemandirian karena anak mencoba praktik secara langsung dalam menggosok gigi serta terpimpin. Pada anak usia sekolah terjadi perubahan peningkatan motorik maupun kognitif. Terdapat hubungan antara kemampuan melakukan sikat gigi dengan perkembangan psikomotor pada anak (Prasada, 2016; Mahmoodi et al., 2014). Dalam penelitian ini responden yang dilibatkan adalah yang berumur 7 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh paket pendidikan kesehatan dalam meningkatkan tindakan. Hal ini mendukung teori yang menyebutkan bahwa berdasarkan perkembangan psikomotornya anak dengan usia tersebut sudah mampu melakukan cara menggosok gigi dengan benar (Mahmoodi et al., 2014). Bermaknanya perubahan tindakan dalam menggosok gigi pada anak dapat dilihat dari perbedaan perubahan skor antara pretest dan posttest dan posttest karena dengan adanya pemahaman informasi yang diperoleh. Sejalan dengan hal tersebut, adanya peningkatan ketrampilan psikomotorik yaitu perilaku yang terampil dalam kesehatan gigi adalah sebagai hasil dari pengetahuan dan perubahan sikap (Notoatmodjo,2007). Penelitian yang dilakukan (Bornstein, Cote, Haynes, Hahn, & Park, 2012) menyebutkan bahwa faktor predisposisi penting yang membentuk tindakan adalah pengetahuan dan

103 sikap. Hal ini sesuai penelitian ini, bahwa terdapatnya peningkatan skor pengetahuan dan sikap, sehingga terjadinya peningkatan skor tindakan. Peningkatan skor tindakan dalam menggosok gigi yang benar juga dapat disebabkan karena penggunaan metode pendidikan kesehatan yang beragam. Metode tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sehingga antar metode dapat melengkapi satu sama lain. Seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan lebih baik apabila menggunakan lebih dari satu indera ketika menerima pendidikan kesehatan, apa yang diingat dari isi penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar dan dilihat. Semakin banyak dalam menggunakan penginderaan dalam belajar maka akan semakin baik (Dinkes, 2008). Penelitian yang dilakukan Obaid (2013) yang berjudul the impact of using multi-sensory approach for teaching students with learning disabilities bahwa setelah membandingkan dua kelompok yang diberikan intervensi multi sensory ( melibatkan visual, audio dan taktil) dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan pengajaan tadisional (ceramah) hasil penelitiannya bahwa kelompok intervensi antara skor pre test dan post test terdapat peningkatan skor yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Paket pendidikan kesehatan dengan beragam metode dan media pendidikan kesehatan memungkinkan sangat potensial untuk strategi pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatan kognitif, afektif, dan psikomotor.

104 Konsep yang mendasari terbentuknya perilaku adalah pengetahuan dan tindakan, untuk diwujudkan dalam bentuk perilaku ia harus mengetahui tindakan yang ia lakukan (Gilbert et al., 2010). Perilaku hidup sehat anak tentang gosok gigi harus terus terpelihara. Upaya untuk memelihara perilaku tersebut memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti pihak sekolah, orang tua, dan petugas kesehatan di wilayah tersebut (Sari et al., 2012). Faktor faktor penguat atau yang mendorong terjadinya perilaku pada anak di antaranya adalah orang tua dan guru (Notoatmodjo, 2010). Faktor penguat dapat mendukung alasan untuk terus melakukan kebiasaan tertentu (Gilbert et al., 2010). Pihak tesebut sebaiknya dilibatkan dalam upaya membentuk kebiasaan anak yang baik. Orang tua merupakan role model dalam pelaksanaan perilaku hidup sehat di rumah. Pengetahuan orang tua sangat penting untuk menunjang perilaku anak (Bornstein et al., 2012). Penelitian yang dilakukan Miller (2013) menyebutkan bahwa program edukasi pada orang tua dapat meningkatankan pengetahuannya. Pengetahuan orang tua yang baik juga berdampak pada perilaku menjaga kesehatan mulut pada anak yang baik. Paket pendidikan kesehatan ini peneliti juga melibatkan peran orang tua yaitu dengan diberikan intervensi pendidikan kesehatan dengan metode leaflet serta peran guru dengan diberikan intervensi melalui jargon. Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Besha et al., 2016) bahwa setelah dilakukan analisis mengenai faktor penguat

105 dari tindakan mencuci tangan pada anak bahwa yang melakukan tindakan mencuci tangan atas dorongan orang tua memiliki presentase tebesar dan selanjutnya adalah guru. Orang tua dan guru sangat berpengaruh terhadap tindakan mencuci tangan anak dikarenakan mereka yang tinggal bersama anak dan cenderung mempengaruhi mereka. Jadi teori tersebut juga mendukung penelitian ini yaitu dengan dilibatkannya pera orang tua dan guru dalam paket pendidikan kesehatan. D. Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini melibatkan orang tua responden untuk diberikan intervensi berupa surat untuk wali serta leaflet dimana peneliti tidak dapat melakukan follow up secara langsung kepada orang tua responden terkait dengan materi yang diberikan sehingga memungkinkan informasi dari orang tua responden menjadi salah satu hal yang menjadikan bias dalam penelitian ini 2. Pengukuran pretest dan posttest tidak dilakukan di hari yang sama, faktorfaktor konfending mungkin mempengaruhi dalam penelitian ini dalam tejadinya peubahan pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi 3. Salah satu media poster yang digunakan secara konten berisi tulisan lebih banyak, padahal terdapat beberapa responden yang kemampuan baca tulisnya masih kurang. Hal ini menyebabkan media poster kurang menarik responden. Penempelan media poster yang diletakkan di dinding kelas bagian belakang

106 dirasa kurang strategis, sehingga jarang untuk dijangkau dan di perhatikan oleh anak. Sehingga informasi yang diharapkan melalui penempelan media tersebut kurang efektif.

107 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 55,93, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 79,26. Nilai minimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar 60, sedangkan nilai maksimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar 20 poin. Pengaruh paket pendidikan kesehatan tehadap pengetahuan memiliki nilai signifikan 0,000, artinya pada nilai alpha 5% tedapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor sebelum dan sesudah intervensi. Sehingga terbukti bahwa paket pendidikan kesehatan gigi efektif dan memiliki pengaruh yang besar terhadap pengetahuan menggosok gigi responden. 2. Tingkat sikap responden sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 46,46, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 69,70. Nilai minimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar 36, sedangkan nilai maksimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar 18 poin. Pengaruh paket pendidikan kesehatan tehadap sikap memiliki nilai signifikan 0,000, artinya pada nilai alpha 5% tedapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor sebelum 88

108 dan sesudah intervensi. Sehingga terbukti bahwa paket pendidikan kesehatan gigi efektif dan memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap menggosok gigi responden. 3. Tindakan responden dalam menggosok gigi yang benar sebelum diberikan paket pendidikan kesehatan gigi dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 47,53, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 78,84. Nilai minimum antara pretest dan posttest meningkat sebesar 38, sedangkan nilai maksimum antara pretest dan posttest tidak ada peningkatan. Pengaruh paket pendidikan kesehatan tehadap tindakan menggosok gigi memiliki nilai signifikan 0,000, artinya pada nilai alpha 5% tedapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor sebelum dan sesudah intervensi. Sehingga terbukti bahwa paket pendidikan kesehatan gigi efektif dan memiliki pengaruh yang besar terhadap tindakan menggosok gigi responden. B. Saran 1. Bagi responden Responden diharapkan agar lebih meningkat dalam upaya menjaga kesehatan gigi. Serta, adanya penelitian ini juga diharapkan agar dapat memicu terjadinya perilaku yang positif terhadap upaya menjaga kesehatan gigi yaitu menggosok gigi dengan benar.

109 2. Bagi Sekolah SDN 02 Cireundeu Tangerang Selatan diharapkan mampu menjalin kerjasama kembali dengan puskesmas untuk mengadakan pendidikan kesehatan gigi secara berkala. Selain itu, guru juga diharapkan memiliki kemampuan perawatan gigi (menggosok gigi yang benar) karena terbatasnya tenaga dari puskesmas setempat. Hal tersebut diharapkan agar semua siswa/i mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang kesehatan gigi. Sekolah juga diharapkan mengaktifkan kembali UKS sebagai wadah dalam upaya meningkatkan kesehatan sekolah. Paket pendidikan kesehatan ini dapat dijadikan rujukan pembelajaran yang efektif untuk anak usia 7 tahun. 3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan menggosok gigi dengan benar setelah dilakukannya paket pendidikan kesehatan gigi, untuk selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang perubahan perilaku menggosok gigi sebagai kelanjutan dari 3 domain perilaku yang telah diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan kelompok pembanding sehingga pengaruh intervensi akan lebih jelas lagi.

110 DAFTAR PUSTAKA Aisyah. (2010). Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan Perawatan Ibu Nifas yang Dimodifikasi Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Post Partum Primipara dalam Merawat Diri di Paembang. America s Pediatric Dentist. (2013). Dangers of Tooth Decay to Young Children. USA: America s Pediatric Dentists. American Dental Association. (2005). How to Brush, American Dental Association. (2016). Toothbrushes. Retrieved from Anas, M. (2014). mengenal Metodologi Pembeajaran. Retrieved from Azwar, S. (2008). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Besha, B., Guche, H., Chare, D., Amare, A., Kassahun, A., Kebede, E., Yesuf, A. (2016). Assessment of Hand Washing Practice and it s Associated Factors among First Cycle Primary School Children in Arba Minch Town, Ethiopia, 2015, 6(3). Bornstein, M. H., Cote, L. R., Haynes, O. M., Hahn, C., & Park, Y. (2012). Parenting Knowledge : Experiental and Sociodemographic Factors in European American Mothers of Young Children, 46(6), Budisuari, M. A., & Mikrajab, M. A. (2010). Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) di Indonesia, (17), Çolak, H., Dülgergil, Ç., & Hamidi, M. M. (2013). Early Childhood Caries Update: A Review of Causes, Diagnoses and Treatments. Retrieved from Dahlan, S. M. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Davala, S. (2013). Simple Science Experiment: The Rubber Egg. Metro Family Magazine.

111 Dewanti. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dengan Perilaku Perawatan Gigi pada Anak Usia Sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana Reguler Universitas Indonesia. DINKES TANGERANG SELATAN. (2015). Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dwiandhana, R. (2010). Faktor-Faktor Resiko Karies pada Anak Usia 6-12 Tahun di Desa Menes Pandeglang. Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Jogyakarta: Graha Ilmu. Friedman, A. J., Cosby, R., Boyko, S., & Turnbull, G. (2009). Effective Teaching Strategies and Methods of Delivery for Patient Education, 26(1), Gilbert, G. G., Sawyer, R. G., & McNeill, E. B. (2010). Health Education: Creating Strategies for School & Community Health (Third Edit). Uited States of America: Jones & Bartlett Publisher. Retrieved from Hall, R., & Novak, A. (2008). Handbook of Pediatric Dentistry (Third edit). Australia: Mosby Elsevier. Hastono, S. P. (2006). Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Health Research Board. (2009). Strategies To Prevent Dental Caries in Strategies To Prevent. Hidayat, A. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Kadir, Y. (2015). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Karies Gigi Molar Pertama Permanen Murid Kelas III-V SD IT Ar-Rahman Tamalanrea. KEMENKES. (2012). Pedoman Paket Dasar Pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Kholid, A. (2014). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Depok: PT Raja Grafindo Persada. Mahmoodi, P., Salimi, P., Ashtiyani, R., Valaii, N., Azarshab, M., & Shafizadeh, N. (2014). Assessment of Fine Motor Skills and Tooth Brushing Skills in 5-6 Year Olds in Tehran. J Res Dent Sci, 11(3), Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Ausculapieus.

112 Maziyah, S. (2015). Perbedaan Perilaku Menyikat Gigi pada Anak Usia Tahun Setelah Mendapatkan Pendidikan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan dan Tanpa Metode Teach-Back. Miller, A. P. (2013). The efficacy of an Oral Health Education Program on Knowledge in Caregivers of Head Start Children Ages Two to Five, 3(2), Mount, G. J., Hume, W. R., Ngo, H., & Wolff, M. (2016). Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mubarak, W., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, W. I. (2007). Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Nathe, C. N. (2016). Dental Public Health and Research, Contemporary Practice for the Dental Hygienist. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi (Revisi 201). Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Obaid, M. S. (2013). The Impact Of Using Multi-Sensory Approach For Teaching Students With Learning Disabilities, 9(1), Pantow, C. B., Warouw, S. M., & Gunawan, P. N. (2014). Pengaruh Penyuluhan Cara Menyikat Gigi Terhadap Indeks Plak Gigi pada Siswa SD Inpres Lapangan 1. Peariasamy, K., Marsom, A., Junid, N. Z., Ibrahim, N., Vengadasalam, S., Subramaniam, S. D., Saripudin, B. (2012). Management of Severe Early Childhood Caries, 60. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (4th ed.). Jakarta: EGC. Prasada, I. dewa. (2016). Gambaran Perilaku Menggosok Gii pada Siswa Kelas Satu dengan Karies Gigi di Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Karangasem Bali Oktober Pujiyasari, S., Hartini, S., & Nurullita, U. (2014). Pengaruh Metode LAtihan Menggosok Gigi Dengan Kemandiian Menggosok Gigi Anak Retadasi Mental Usia Sekolah, Putri, H. A. (2009). Perbedaan Pengaruh Media Pembelajaran Lagu dan Slide pada

113 Praktik Mencuci Tangan Ditinjau dari Jenis Kelamin, Putri, M. H. (2015). Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC. Rahandini, K. (2014). Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Ketrampilan Menyikat Gigi Setelah Intervensi Video Animasi dan Non Animasi pada Anak Tunagrahita Ringan. RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Laporan Nasional Desember 2013 Sari, E., Ulfianana, E., & Dian, P. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Wilayah Paron Ngawi. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogyakarta: Graha Ilmu. Setiyawan, R. (2012). Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur Malam dengan Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di Madrasah Ibtida iyah Al Istiqomah Tangerang. Sharda, A. J., & Shetty, S. (2010). A Comparative Study of Oral Health Knowledge, Attitude and Behaviour of Non-medical, Para-medical and Medical Students in Udaipur city, Rajasthan, India. International Journal of Dental Hygiene, 8(2), Simamora, R. (2009). Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Smolinski, K. (2011). Learning Science Using Music, Stošić, L. (2015). The Importance of Educational Technology In Teaching. Retrieved from Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Watanabe, M., Wang, D., Ijichi, A., Shirai, C., Zou, Y., Kubo, M., Ogino, K. (2014). The Influence of Lifestyle on the Incidence of Dental Caries among 3-Year-Old Japanese Children, Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (9th ed.). Jakarta: EGC. World Dental Federation. (2016). FDI s Definition of Oral Health. Retrieved from

114 health.aspx Yani, E., Mudzakkir, M., & Hardjito, K. (2010). Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Rindu Terhadap Kesiapan Ibu Merawat Bayi Prematur Setelah Pulang dari Rumah Sakit di Kediri.

115 LAMPIRAN 1

116

117

118

119

120

121 LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN YTH. Bapak/Ibu dari... Dengan hormat Bersama ini, saya Maftuhatin Ni mah, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Ilmu Keperawatan, memohon kesediaan Ibu untuk mengizinkan putra/i ibu berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES CIPUTAT. Dalam kegiatan ini, anak bapak/ibu akan diberikan penyuluhan terkait dengan kesehatan mulut, kemudian saya minta untuk mengisi kuesioner serta akan dilihat ketrampilannya dalam menggosok gigi. Saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk berkenan memberikan izin kepada putra/i Bapak/Ibu untuk memperlancar jalannya penelitian yang saya lakukan. Jika bapak/ibu bersedia mengizinkan anak bapak/ibu berpartisipasi dalam penelitian ini, bapak/ibu diminta untuk menandatangani persetujuan dibawah ini, dan dimohon lembaran ini dikembalikan kepada saya melalui anak ibu saat dilakukan penyuluhan. Jika bapak/ibu terdapat hal-hal yang kurang jelas, bapak/ibu dapat menghubungi kepada Maftuhatin Ni mah ( )

122 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Usia : Alamat : Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang prosedur penelitian ini, menyatakan bahwa Saya sebagai Wali Murid di SD Inpres akan memberikan ijin untuk dilakukannya penelitian dan bersedia untuk ikut dalam penelitian yang berjudul PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES CIPUTAT. Demikian surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian ini, saya buat untuk dipergunakan seperlunya Ciputat, Maret 2017 ( )

123 LAMPIRAN 3 Nama Responden : Usia : Jenis Kelamin : 1. KUESIONER 1 Berilah tanda ( ) pada jawaban yang kamu anggap benar No Pernyataan Benar Salah 1 Jika sering makan coklat tanpa menggosok gigi dapat menyebabkan gigi berlubang. 2 Jika kita tidak membersihkan gigi, maka sisa makanan akan menempel di gigi dan menjadi plak 3 Waktu terbaik menggosok gigi pada pagi hari adalah setelah makan pagi. 4 Menggosok gigi tidak perlu menggunakan pasta gigi. 5 Pemeriksaan gigi sebaiknya setiap 6 bulan sekali 6 Makan makanan manis adalah makanan yang dapat menyehatkan gigi. 7 Buah-buahan adalah makanan yang dapat menyehatkan gigi. 8 Sakit gigi adalah penyakit yang menular 9 Menggosok gigi cukup dilakukan saat mandi pagi dan sore hari 10 1 sikat gigi boleh dipakai oleh banyak orang secara bergantian

124 2. KUESIONER 2 Bacalah dengan teliti pertanyaan dibawah ini, berilah tanda (X) pada jawaban yang adik anggap paling sesuai No Pernyataan SETUJU TIDAK SETUJU 1 Menurut saya, menggunakan pasta gigi yang mengandung flour penting untuk mencegah gigi berlubang 2 Menurut saya, mengganti sikat gigi setiap 3 bulan sekali tidak penting 3 Menurut saya, mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali penting meskipun saya tidak sakit gigi 4 Menurut saya sisa-sisa makanan yang ada di mulut jika tidak dibersihkan dapat menyebabkan gigi berlubang. 5 Menurut saya, sebelum tidur pada malam hari sebaiknya menyikat gigi dahulu dan setelah itu boleh makan lagi. 6 Menurut saya, saya lebih suka menggosok gigi 2x sehari setelah mandi pagi dan sore hari 7 Menurut saya, ketika sakit gigi, saya biarkan saja hingga sembuh dengan sendirinya. 8 Saya tidak mau punya gigi berlubang karena menimbulkan rasa sakit

125 9 Saat gigi saya sakit saya lebih suka pergi ke tukang gigi daripada dokter gigi 10 Saya tidak mau memakai sikat gigi bergantian dengan orang lain 11 Saya malas menggosok gigi sebelum tidur karena ngantuk 3. LEMBAR OBSERVASI No Ketrampilan Pre Test Post Test Mengoles pasta gigi ke sikat gigi 2 Berkumur dengan air 3 Menyikat gigi posterior atas kanan permukaan bukal 4 Menyikat gigi posterior bawah kanan permukaan bukal 5 Menyikat gigi posterior atas kiri permukaan bukal 6 Menyikat gigi posterior bawah kiri permukaan bukal 7 Menyikat gigi anterior atas permukaan labial 8 Menyikat gigi anterior bawah permukaan labial 9 Menyikat gigi posterior atas kanan permukaan oklusal 10 Menyikat gigi posterior atas kiri permukaan oklusal

126 11 Menyikat gigi posterior bawah kiri permukaan oklusal 12 Menyikat gigi posterior bawah kanan permukaan oklusal 13 Menyikat gigi anterior atas permukaan palatal 14 Menyikat gigi posterior atas kanan permukaan palatal 15 Menyikat gigi posterior atas kiri permukaan palatal 16 Menyikat gigi anterior bawah permukaan lingual 17 Menyikat gigi posterior bawah kanan permukaan lingual 18 Menyikat gigi posterior bawah kiri permukaan lingual 19 Menyikat lidah 1x 20 Berkumur 2x dengan air 21 Cuci sikat gigi Keterangan: 0 = Tidak Sempurna 1 = Dilakukan Tidak Sempurna 2 = Dilakukan Sempurna Jumlah Skore =

127 LAMPIRAN 4 SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES 02 CIREUNDEU TANGERANG SELATAN Disusun Oleh: Maftuhatin Ni mah NIM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1438 H/2017 M

128 Satuan Acara Penyuluhan Pokok Bahasan Sub Bahasan Sasaran : Kesehatan Gigi : Pendidikan Kesehatan tentang Menggosok Gigi pada Anak : Anak yang berusia 7 tahun di SD Inpres Cireundeu Tangerang Selatan Hari dan tanggal : Februari-Maret 2017 Waktu Tempat Metode Media Narasumber Pertemuan : 60 menit dan 45 menit untuk pre test dan post test : Ruang Kelas : Ceramah dan Simulasi : Poster & Video : Maftuhatin Ni mah : 1 Kali A. Tujuan 1. Tujuan Intruksional Umum Setelah mendapatkan kegiatan penyuluhan selama 1 x 60 menit tentang menggosok gigi pada anak maka peserta diharapkan mengetahui pentingnya menggosok gigi pada anak

129 2. Tujuan intruksional khusus Setelah mendapat pembelajaran selama 60 menit diharapkan peseta mampu: a. Penyebab masalah kesehatan gigi b. Akibat masalah kesehatan gigi c. Pentingnya Perawatan Gigi d. Cara Perawatan Gigi e. Menggosok gigi dengan benar f. Mampu mempraktekkan menggosok gigi dengan benar B. Materi Terlampir

130 C. Pelaksanaan Kegiatan 1. Hari Pertama No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan Media 1 Pembukaan 10 menit Poster ( ) 2 Pretest ( ) 3 Memperkenalkan lagu menggosok gigi ( ) 4 Penutup ( Mengucapkan salam - Memperkenalkan diri - Menjelaskan tujuan dan prosedur - Menyampaikan kontrak waktu - Melakukan kontrak penempelan poster - Melaksanakan pretest dengan mengisi kuesioner pengetahan dan sikap yang dibacakan peneliti - Membagi dalam 3 group yang dibantu oleh asisten peneliti dalam pelaksanaan pre test dengan mempraktikkan langsung tindakan menggosok gigi - Manyanyikan lagu menggosok gigi -Kontrak waktu yang akan datang -Penutup - Menjawab salam - Mendengarkan Memperhatikan - Melakukan pre test 45 menit Kuesioner - Menyanyikan lagu menggosok gigi -Mendengarkan 5 menit 10 menit Selembaran kertas yang berisi lirik lagu 2 Hari kedua No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat & Media 1 Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam 5 menit - ( ) - Memperkenalkan diri - Mendengarkan - Memperhatikan

131 2 Penyampaian materi ( ) 3 Pemutaran video ( ) 4 Simulasi ( ) 5 Penutup ( ) - Menjelaskan tujuan dan prosedur - Menyampaikan kontrak waktu Menyampaikan materi : a. Penyebab masalah kesehatan gigi b. Akibat masalah kesehatan gigi c. Pentingnya Perawatan Gigi e. Menggosok gigi dengan benar f. Pengaturan makanan g.. Mengunjungi tenaga kesehatan - Memutarkan video - Mereview isi video Mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama - Menyimak dengan seksama -Memberikan tanggapan isi video Mempragakan cara menyikat gigi - Mengikuti cara menyikat gigi sambil menanyi - Memberikan kesimpulan - Memberikan kesempatan bertanya - Menutup acara - Mendengarkan dengan seksama - Menanyakan materi yang tidak difahami 15 Menit Poster 15 menit Proyektor, Speaker, Video 15 menit Sikat gigi 15 menit - 1. Hari ke tiga No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan Media 1 Pembukaan ( ) -Mengucapkan salam -kontrak waktu -Menjawab salam -Mendengarkan 5 menit - 2 Menanyikan lagu -Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu 5 menit - menggosok gigi ( ) menggosok gigi 3 Melakukan egg eksperiment -Membagi respnden ke dalam 2 kelompok -Melakukan eksperiment 5 menit 8 telur rebus, 8 gelas aqua

132 observation ( ) Masing-masing kelompok melakukan egg eksperiment observasion dengan 4 macam pecobaan Yaitu telur yang direndam air soda, air putih, air teh & air cuka didampingi penyuluh oleh plastik, air soda, air teh, air cuka 4. Hari ke empat 5. Hari ke lima No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan Media 1 Pembukaan ( ) -Mengucapkan salam -kontrak waktu -Menjawab salam -Mendengarkan 5 menit - 2 Menanyikan lagu -Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu 5 menit - menggosok gigi & Review ( ) menggosok gigi 3 Mengobsevasi hasil egg experiment observation ( ) -Menjelaskan hasil dari egg experiment -Mendengarkan penjelasan 5 menit Bahan hari ke 3 No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan Media 1 Pembukaan ( ) -Mengucapkan salam -kontrak waktu -Menjawab salam -Mendengarkan 5 menit - 2 Menanyikan lagu -Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu 5 menit - menggosok gigi ( ) menggosok gigi 3 Review materi tentang gigi Memberikan pertanyaan kepada siswa -Menjawab pertanyaan 5 menit -

133 Memberikan 2 kertas bergambar makanan kepada responden - Menempelkan kertas pada papan karton yang disediakan sesuai kategori makanan 5 menit kertas bergambar makanan, dan papan kertas karton 6. Hari ke enam No Kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu Alat dan Media 1 Pembukaan ( ) -Mengucapkan salam -kontrak waktu -Menjawab salam -Mendengarkan 5 menit - 2 Menyanyikan -Menanyikan lagu menggosok gigi -Menanyikan lagu 5 menit - lagu menggosok menggosok gigi gigi ( ) 3 Post test ) - Melaksanakan pretest dengan mengisi kuesioner pengetahan dan sikap yang dibacakan peneliti - Membagi dalam 3 group yang dibantu oleh asisten peneliti dalam pelaksanaan pre test dengan mempraktikkan langsung tindakan menggosok gigi - Melakukan post test 45 menit Kuesioner

134 D. Struktur Ruangan 1. Hari Pertama (Pretest) v v v v 2. Hari Kedua

135 3. Hari Ketiga (Egg Exsperiment) Meja Meja 4. Hari Keempat (Egg Eksperiment Observation) Meja

136 5. Hari Kelima 6. Hari Keenam (Posttest)

137 Keterangan : Asisten Peneliti : Pemateri (Peneliti) : Guru : Responden E. Evaluasi Prosedur : Evaluasi pendidikan kesehatan ini dilakukan dengan memberikan post test Metode : Metode yang digunakan dalam post test ini adalah dengan mengisi lembar kuesioner yang diberikan serta mepraktikkan kegiatan gosok gigi setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan. 1) Kriteria Evaluasi Evaluasi struktur a. SAP sudah siap tiga hari sebelum dilaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan b. Menyiapkan materi dan media c. Kontrak waktu dengan sasaran sesuai rencana yaitu H-1 sebelum dilakukan pendidikan kesehatan d. Tempat sudah tersedia sesuai rencana yaitu di kelas 1B Evaluasi proses a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penkes berlangsung. b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti.

138 c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi. d. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung. e. Tanya jawab berjalan dengan baik. f. Sasaran dapat menerapkan materi yang disampaikan melalui praktik. Evaluasi hasil a. Penkes dikatakan berhasil Responden hadir 93% saat diberikan intervensi paket pendidikan kesehatan selama 1 minggu b. 83% peserta dapat meningkat tingkat pengetahuannya setelah diberikan pendidikan kesehatan c. 100% peserta mengalami peningkatan nilai sikap setelah diberikan intervensi pendidikan kesehatan d. 96% peseta dapat mengalami peningkatan skor tindakan menggosok gigi

139 F. Lampiran Materi 1. Penyebab masalah kesehatan gigi Mulut kita penuh dengan bakteri yang terdapat pada gigi, dalam bentuk plak, yang berasal dari saliva, maupun sisa-sisa makanan. Bakteri-bakteri tersebut memakan sisa makanan yang tertinggal pada gigi, kemudian bakteri tersebut akan memproduksi asam. Asam yang dihasilkan bakteri tersebut yang akan memakan lapisan gigi sehingga terbentuk suatu kavitis. Normalnya, ketika asam menggerogoti , tidak terasa sakit. Tetapi karena tidak dirawat, asam yang menimbulkan kavitas tersebut menembus lapisan dentin dan sampai rongga pulpa dari gigi, sehingga dapat menimbulkan rasa sakit. Kavitas yang tidak dirawat, dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta dapat mematika syaraf dari gigi tersebut (Maulani, 2005). 2. Akibat masalah kesehatan gigi Anak-anak yang mengalami masalah gigi akan beresiko pada kesehatan mulutnya saat dewasa. Misalnya, apabila jaringan gigi bagian porsio sentral terinfeksi, kemungkinan, abses yang ditimbulkan nantinya akan merusak gigi permanen (America s Pediatric Dentist, 2013). Gangguan kualitas hidup anak yang menderita karies juga menimbulkan masalah serius, yaitu adanya rasa sakit dan ketidaknyamanan pada gigi yang menyebabkan ketidakberdayaan, infeksi kronis & akut, serta gangguan pola makan dan tidur. Karena masalah gigi tersebut, anak juga berpotensi dilakukannya hospitalisasi sehingga pengeluaran untuk biaya pengobatan tinggi, serta dapat menyebabkan anak kehilangan jam sekolah dan hambatan pada proses belajarnya (Çolak et al., 2013). Gigi merupakan fokus infeksi terjadinya penyakit sistemik, antara lain penyakit ginjal dan jantung (Budisuari & Mikrajab, 2010). Masalah kesehatan gigi akan menyebabkan kematian bila infeksinya sudah parah karena akan mempengaruhi jaringan lain tubuh seperti otak (Dewanti, 2012).

140 3. Pentingnya Perawatan Gigi Perawatan gigi tujuannya untuk mempertahankan kebersihan mulut yang meliputi,oral hygine yaitu tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut untuk menghindari karies (Nathe, 2016). 4. Cara Perawatan Gigi a) Menggosok Gigi 1) Cara Menggosok Gigi Menggosok gigi setiap hari mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan mulut seseorang. Menggosok gigi adalah upaya membersihkan mulut dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri & memasage gusi, untuk mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2012). Plak yang terakumulasi di gigi akan mengakibatkan terbentuknya karang gigi (American Dental Association, 2016). Menggosok gigi merupakan suatu cara pengangkatan plak harian secara mekanis (M. H. Putri, 2015). Menggosok gigi juga dianggap alat untuk mengaplikasikan florida secara topikal untuk mencegah karies (Hall & Novak, 2008). Kebiasaan tidak menyikat gigi menyebabkan tingginya angka karies pada anak usia 6-12 tahun (Dwiandhana, 2010). Rekomendasi menyikat gigi yang dianjurkan oleh ADA adalah sebagai berikut: 1. Tempatkan sikat gigi pada sudut 45º pada gusi 2. Gerakkan sikat gigi dengan lembut dan bolak-balik 3. Sikat permukaan bukal, labia, lingual, palatal dan permukaan oklusal 4. Untuk membersihkan bagian dalam perukaan gigi depan, miringkan sikat secara vertical dan membuat beberapa stroke up dan stroke down secara vertical

141 5. Bersihkan lidah dan jagalah bau nafas tetap segar (American Dental Association, 2005). 2) Frekuensi dan Waktu Menggosok Gigi Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur) adalah dasar hygine mulut yang efektif. Menurut American Dental Association (ADA), menyikat gigi harus secara teratur, minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan, dan malam hari sebelum tidur (American Dental Association, 2016). Menyikat gigi sebelum tidur penting karena selama tidur, aliran saliva hampir berhenti dan tidak ada kapasitas buffer sehingga ph rongga mulut turun dan kondisi mulut yang menjadi asam memicu terjadinya karies (Mount et al., 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Setiyawan (2012) tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan kejadian karies di MI Al Istiqomah Tangerang, bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan kejadian karies (Setiyawan, 2012). Durasi sikat gigi yang dianjurkan adalah selama 2 menit (American Dental Association, 2016). 3) Sikat Gigi Sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan bulunya cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Bulu halus yang bundar menstimlasi gusi tanpa menyebabkan perdarahan atau abrasi. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan (Potter & Perry, 2012). Khusus untuk anak gunakan sikat gigi kecil dengan bulu lembut, membulat, terbuat dari nilon yang pendek dan rata, dan ganti sikat gigi dengan sering dan segera setelah bulu melengkung dan berjumbai (Wong, 2008). 4) Pasta Gigi Pendidikan kesehatan tentang kebersihan gigi dan mulut harus memasukkan anjuran kebiasaan menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flour (KEMENKES, 2012). Fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap demineralisasi dan hal

142 tersebut sangat penting, terutama sekali dalam pencegahan karies. Ketika flourida tersedia dalam siklus demineralisasi gigi, flourida tersebut menjadi faktor utama yang dapat mengurangi aktifitas karies (Putri,2015). Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara efektifitas flour dalam mencegah karies gigi serta cara menyikat gigi yang benar. Pasta gigi yang mengandung flour adalah cara aplikasi secara topical yang sangat efisien. Berkumur setelah menyikat gigi mengurangi efektifitas flour karena akan mengurangi jumlahnya di permukaan gigi sampai konsentrasi di bawah optimal. Kebiasaan tidak berkumur atau berkumur sekali saja setelah menyikat gigi diikuti dengan membuang sisa pasta gigi sangat direkomendasikan (KEMENKES, 2012). b) Diet Diet adalah satu hal penting yang menyebabkan resiko karies terjadi (Hall & Novak, 2008). Untuk mencegah kerusakan gigi, klien harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan. Makanan manis/ yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan gigi. setelah memakan makanan manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak. Memakan buah yang mengandung asam & makanan berserat juga mengurangi plak. Kualitas keasaman makanan mengeliminasi bakteri yang ada pada gigi (Potter & Perry, 2012). Diet pada anak kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut dengan menjaga makanan & minuman manis dalam jumlahnya, terutama permen yang lengket, atau permen kunyah, dll. Hindari makanan yang dapat menimbulkan kudapan yang bersifat manis dan sering, serta rencanakan dalam mengkonsumsi makanan manis setelah makan jika anak mempunyai kebiasaan menyikat gigi setelah makan (Wong, 2008). c) Mengunjungi Dokter Gigi

143 Setiap anak harus mengunjungi dokter gigi setelah gigi pertama permanen tumbuh antara rentan waktu 6 bulan dan paling lambat 1 tahun setelahnya. Hal tersebut akan membantu dalam mengetahui kesehatan gigi anak. Selain itu, dengan mengunjungi dokter gigi, akan dilakukan penilaian dimana anak dapat mengetahui potensi gigi tersebut terhadap karies, meskipun belum timbul manifestasi atau lesi dari adanya karies tersebut (Peariasamy et al., 2012). Secara umum mengunjungi dokter gigi minimal 6 bulan sekali (Mansjoer, 2009).

144 LAMPIRAN 5 YTH. Bapak/Ibu dari wali murid kelas 1 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bersama ini, saya Maftuhatin Ni mah, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Ilmu Keperawatan, memohon kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul PENGARUH PAKET PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DI SD INPRES CIPUTAT. Sebelumnya saya sudah melakukan penyuluhan kesehatan gigi kepada anak-anak bapak/ibu, mengajarkan lagu menggosok gigi, mengajak mereka mempraktikkan cara menggosok gigi dengan benar, mengajak anak ibu/bapak melakukan percobaan observasi telur, serta belajar mengidentifikasi makanan yang menyehatkan dan merusak gigi. Hal ini dalam upaya mempelajari kesehatan gigi. Sekiranya bapak/ibu berkenan untuk membantu mengingatkan kepada anak-anak bapak/ibu untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan cara: 1. Menggosok gigi minimal 2x sehari yaitu sebelum tidur dan setelah sarapan 2. Mengurangi makan-makanan manis seperti: coklat, permen manis, biskuit. Makanan manis yang di maksud adalah makanan manis kecuali buah-buahan dan sayur sayuran. Buah-buahan dan sayur sayuran memiliki kandungan yang baik untuk menguatkan gigi. 3. Mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali untuk mengidentifikasi terjadinya gigi berlubang Demikian surat ini saya sampaikan atas perhatiannya dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hormat Saya Maftuhatin Ni mah

145 1. Media Pendidikan Kesehataan

146 Poster 1 Poster 2 Poster 3 Poster 1 diakses dari:

147 Sikat, Sikat gigi jangan lupa pastanya Bulat kiri bulat kanan, bulat juga depan Sapu atas kiri kanan Sapu bawah kiri kanan Lurus atas kiri kanan Lurus bawah kiri kanan Sikat juga lidahnya satu kali saja Lalu kumur dua kali dan buang airnya mmmmmmmmmmmmdddd Media Video merupakan modifikasi dari video yang di akses dari:

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan. ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat. Adanya gangguan kesehatan pada gigi dan mulut menyebabkan penurunan fungsi kesehatan individu. Gangguan kesehatan gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan

Lebih terperinci

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD 1 Eko A. Papilaya 2 Kustina Zuliari 2 Juliatri 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, sehingga kesehatan dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak usia sekolah. Pada masa usia sekolah

Lebih terperinci

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Universitas Sam Ratulangi Manado   Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017 Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017 Perbandingan efektivitas dental health education metode ceramah dan metode permainan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

TESIS. Oleh KATHERINE EMILY PANGGABEAN /IKM

TESIS. Oleh KATHERINE EMILY PANGGABEAN /IKM 1 EFEKTIFITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA POSTER DAN FLIP CHART DALAM PENINGKATAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SDN 060799 DAN SDN 060953 MEDAN TAHUN 2015 TESIS Oleh KATHERINE

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA Asmaul Husna 1 dan Budi Suryana 2 1,2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER Afif Hamdalah Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH Dian Nurafifah Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan email: diannurafifah66@yahoo.com

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DENTAL HEALTH EDUCATION DISERTAI DEMONSTRASI CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK SEKOLAH DASAR

EFEKTIVITAS DENTAL HEALTH EDUCATION DISERTAI DEMONSTRASI CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK SEKOLAH DASAR EFEKTIVITAS DENTAL HEALTH EDUCATION DISERTAI DEMONSTRASI CARA MENYIKAT GIGI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK SEKOLAH DASAR Ragil Afriansyah Ali 1), Vonny NS Wowor 1), Christy N. Mintjelungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat

Lebih terperinci

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan Drg. Novitasari RA,MPH Pendahuluan Aspek Biologis Batasan Perilaku (Behavior) S-O-R Situmulus-Organisme-Respons Dua Jenis Respons (Skiner, 1938) 1. Respondent Respons

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MATERI SEGIEMPAT KELAS VII MTs TUAN SOKOLANGU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia sekolah merupakan masa yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun yang memiliki berbagai label, dan masing-masing menguraikan karakteristik dari periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( ) GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (624-632) PERBEDAAN PENGARUH PEDIDIKAN KESEHATAN GIGI DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI PADA ANAK DI SD NEGERI 2 SAMBI KECAMATAN SAMBI KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA 73 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA Rohana 1, Arbianingsih 1 Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN)

SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) Studi Dilakukan di PAUD Widya Kusuma & PAUD Bina Mekar OLEH : NI WAYAN YATI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH STUDI EKSPERIMEN DENGAN METODE PENYULUHAN TENTANG SIKAP PENANGANAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian dari kesehatan secara keseluruhan yang mempengaruhi kualitas hidup. Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat, beberapa aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan gigi dan mulut mereka. Anak-anak beresiko mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan gigi dan mulut mereka. Anak-anak beresiko mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan pada sebagian besar anak usia sekolah dipengaruhi oleh masalah kesehatan gigi dan mulut mereka. Anak-anak beresiko mengalami kekurangan gizi, diakibatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA POWER POINT

SKRIPSI EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA POWER POINT SKRIPSI EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA POWER POINT TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD BULELENG OLEH NYOMAN BUDIYANI NIM. 1302115001 PROGRAM

Lebih terperinci

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH EDUKASI DUA LINTAS TERHADAP JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL MAKAN PENDERITA DM TIPE 2

SKRIPSI PENGARUH EDUKASI DUA LINTAS TERHADAP JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL MAKAN PENDERITA DM TIPE 2 SKRIPSI PENGARUH EDUKASI DUA LINTAS TERHADAP JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL MAKAN PENDERITA DM TIPE 2 Studi Dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat OLEH : I PUTU ARYA SEDANA NIM. 1102105041 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Apabila kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Lebih terperinci

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII (The Effect Of Health Education To The Student Knowledge Level Of First Aid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan merupakan pilar dalam penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo et al., 2012). Target dari promosi

Lebih terperinci

TEKNIK PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA SISWA SD KELAS V DI SD N 02 PAPAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

TEKNIK PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA SISWA SD KELAS V DI SD N 02 PAPAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TEKNIK PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA SISWA SD KELAS V DI SD N 02 PAPAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh DWI SULISTYANINGSIH NIM K3109028 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA USIA 12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR GMIM IV TOMOHON Novarita Mariana Koch *, Mustapa Bidjuni * *Jurusan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat. Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun Oleh: Aditya Nizar Lutfiansyah J

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat. Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. Disusun Oleh: Aditya Nizar Lutfiansyah J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERAWATAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AISYIYAH TEMON KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh :

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Oleh : EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SYNERGETIC TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII DI MTs. AL WATHONIYAH SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pretest - posttest design. Kelompok-kelompok yang diteliti pada

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN CONTEXTUAL LEARNING DENGAN QUANTUM LEARNING BERBASIS MEDIA LINGKUNGAN DALAM MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 16 SEMARANG

Lebih terperinci

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) tahun 2005 menunjukkan bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut dapat menyebabkan rasa sakit dan kehilangan gigi. Hal ini dapat mempengaruhi penampilan, kualitas hidup, pertumbuhan dan perkembangan pada

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU Di RW 01 Dusun Poh Sawit Desa Karangan Wilayah Kerja Puskesmas Badegan Kabupaten Ponorogo Oleh : ARISTINA DIAN PERMATASARI NIM : 11611942

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : MUKHAMMAD HASAN TSU BANULLAH

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA Suryagustina*, Rimba Aprianti**, Isna Winarti*** Sekolah

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PEER GROUP TUTORIAL TERHADAP PERILAKU JAJAN SEHAT SISWA KELAS 3 DI SD ISLAM HIDAYATULLAH DENPASAR SELATAN

SKRIPSI PENGARUH PEER GROUP TUTORIAL TERHADAP PERILAKU JAJAN SEHAT SISWA KELAS 3 DI SD ISLAM HIDAYATULLAH DENPASAR SELATAN SKRIPSI PENGARUH PEER GROUP TUTORIAL TERHADAP PERILAKU JAJAN SEHAT SISWA KELAS 3 DI SD ISLAM HIDAYATULLAH DENPASAR SELATAN OLEH : NI WAYAN NOVIANTARY LAKSMI P. NIM. 1002105034 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki karakteristik feses

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KEMBARAN KECAMATAN KEMBARAN

HUBUNGAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KEMBARAN KECAMATAN KEMBARAN HUBUNGAN TINDAKAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI KEMBARAN KECAMATAN KEMBARAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut penting bagi kesehatan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi berbicara, mastikasi dan juga rasa percaya

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) BERBANTUAN MEDIA BERBASIS MACROMEDIA FLASH TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK MATERI POKOK KUBUS DAN BALOK KELAS VIII DI MTS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Guna Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang masih sering terjadi di Indonesia salah satunya adalah karies gigi. Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN Endang Wahyuningsih, Sri Handayani ABSTRAK Latar Belakang Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK- WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMP NEGERI 1 MLONGGO JEPARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia dan merupakan bagian dari kesehatan secara umum yang perlu

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B Khoiro Fatim 1), Iis Suwanti 2) *Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada, Email : khoirocute@gmail.com

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan ANUGERAH FITRI ANGGRAENI R

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan ANUGERAH FITRI ANGGRAENI R PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) TERHADAP MOTIVASI IBU HAMIL MENGIKUTI PROGRAM JAMPERSAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CILACAP TENGAH I. KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI Widhi Sumirat Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan. Oleh: MARYANTI NIM G2B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan. Oleh: MARYANTI NIM G2B PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PENGARUH TERAPI MUSIK GAMELAN JAWA NADA SLENDRO TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA YUSWO ADHI RW XVII KELURAHAN SRONDOL WETAN SEMARANG SKRIPSI Disusun untuk

Lebih terperinci

PENGARUH BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP PELAKSANAAN TEKNIK MENCUCI TANGAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) DI PAUD KUMARA LOKA DENPASAR

PENGARUH BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP PELAKSANAAN TEKNIK MENCUCI TANGAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) DI PAUD KUMARA LOKA DENPASAR SKRIPSI PENGARUH BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP PELAKSANAAN TEKNIK MENCUCI TANGAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) DI PAUD KUMARA LOKA DENPASAR Oleh : NI PUTU CHRISTIN JAYASTRI NIM. 1002105044

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

DINATIA BINTARIA S NIM.

DINATIA BINTARIA S NIM. PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA TAHUN 2011 Oleh: DINATIA BINTARIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit karies gigi serta penyakit gigi dan mulut masih banyak diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut Data Kementerian Kesehatan Tahun 2010

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN KIKA (KARTU INDIKATOR KARIES ANAK) TERHADAP PERILAKU IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI SULUNG DI KELURAHAN RANDUSARI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai

Lebih terperinci

RANI SURAYA NIM

RANI SURAYA NIM PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) PADA ANAK 6-24 BULAN DI DESA PANTAI GEMI KECAMATAN STABAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER ) Lampiran 1 Nomor Kartu DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA

Lebih terperinci

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan berlokasi di Kalangan, Baturetno, Bangutapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK Ibu hamil memerlukan pengetahuan tentang kesehatan rongga

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL MASALAH KEPERAWATAN PASIEN KANKER PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS UDAYANA Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu

Lebih terperinci

SUCI ARSITA SARI. R

SUCI ARSITA SARI. R ii iii iv ABSTRAK SUCI ARSITA SARI. R1115086. 2016. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi. Program Studi DIV

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKET EDUKASI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah

PENGARUH PEMBERIAN PAKET EDUKASI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah PENGARUH PEMBERIAN PAKET EDUKASI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai dirongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL THE DESCRIPTION OF KNOWLEDGE ABOUT THE DANGERS OF SMOKING FOR ORAL HEALTH AMONG THE

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci