BAB II LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN MARAH HALIM CUP. ladang sebagaimana umumnya penduduk kampong Tabusira. Ayahnya adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN MARAH HALIM CUP. ladang sebagaimana umumnya penduduk kampong Tabusira. Ayahnya adalah"

Transkripsi

1 BAB II LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN MARAH HALIM CUP 2.1 Mengenal Sosok Marah Halim Harahap Pria dari Tabusira 6, Tapanuli Selatan ini, lahir pada 28 Februari Tahun 1967 Marah Halim dilantik menjadi Gubernur Sumatera Utara. Dia menjadi Gubernur menggantikan P.R. Telaumbanua 7. Orangtua Marah Halim adalah petani biasa. Ayahnya, Jabbar Harahap adalah seorang petani yang mengusahakan sawah dan ladang sebagaimana umumnya penduduk kampong Tabusira. Ayahnya adalah penduduk biasa, tetapi Marah Halim sewaktu kecil adalah seorang anak yang luar biasa. Di kampungnya memang terdapat sekolah rakyat yang dibangun swadaya oleh penduduk tetapi kelas tertinggi hanya sampai kelas tiga. Setelah lulus sekolah dasar, Marah Halim, anak keempat dari enam bersaudara, sesungguhnya ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah MULO (sekolah menengah) di Padang Sidempuan. Namun ini semua terkendala karena kemampuan orangtua yang terbatas. Marsaba di huta 8 tidak berminat, bersekolah yang lebih tinggi tiada daya, bakat pedagang tidak ada karena keluarga adalah keluarga petani, 6 Tabusira, suatu kampung kecil di Padang Sidempuan yang letaknya dekat dengan perbatasan Sipirok. Dari kampung ini terpapar dibawah sebuah lembah yang indah yang ditengahnya mengalir sungai Aek Batang Tura yang menjadi hulu terjauh dari sungai Barumun. Lembah ini sungguh sangat subur, karena iklim campuran antara berhawa panas (dari Padang Lawas) dan berhawa dingin (dari Sipirok). 7 Telaumbanua lahir di Gunung Sitoli, 30 September Menyelesaikan pendidikan pada H.I.S. di Sigumpolon, Tarutung dan pendidikan MULO juga di Sigumpolon dan H.I.K. di Solo, Jawa Tengah dan Sekolah Pendeta di Gunung Sitoli, Nias. Ia terpilih sebagai Gubernur Sumatera Utara pada tahun Telaumbanua tutup usia pada 16 Februari Marsaba di Huta ialah Bahasa Suku Batak Angkola yang berarti bersawah di kampung

2 lalu jalan keluarnya apa?. Mungkin kegalauan ini menjadi beban pemikiran tersendiri bagi Marah `Halim. Lantas, Marah Halim terpikir untuk merantau ke Deli (maksudnya Medan). Pemahaman ini muncul karena Marah Halim sudah banyak berinteraksi dengan pemuda-pemuda sebaya di luar kempungnya. Pada masa itu, sudah banyak anak-anak Padang Sidempuan, anak-anak Sipirok dan juga anak-anak Pargarutan yang telah berhasil di Pematang Siantar dan di Medan. Marah Halim kemudian bersiap-siap hijrah ke Medan untuk menyusul abangnya nomor dua, Sjamsoedin yang telah duluan merantau ke Tanah Deli. Dengan bekal ijazah sekolah dasar, Marah Halim siap rohani dan jasmani untuk memulai perantauan ke Medan. Dari Sipirok, Marah Halim menumpang bis Sibualbuali menuju Padang Sidempuan dan dengan bis yang sama dari Padang Sidempuan menuju Sibolga, lalu Tarutung dan hingga tiba di Pematang Siantar. Marah Halim tidak sampai ke Medan hanya di Pematang Siantar. Di kota ini Marah Halim diterima bekerja di perkebunan. Namun sebagai juru tulis bukanlah bakatnya, karena boleh jadi Marah Halim terbiasa memegang pangkur sejak kecil di kampungnya. Kemudian sejak pendudukan Jepang, Marah Halim melanjutkan perantauan ke Medan. Namun situasi Kota Medan saat itu secara sosial ekonomi tengah memburuk. Di Medan, Marah Halim tinggal bersama abangnya dan kemudian berminat masuk pelatihan militer Jepang. Setelah proklamasi Agustus 1945 kehidupan Marah Halim tidak menentu. Ketika Belanda kembali, dengan pengetahuan pelatihan tempur, Marah Halim yang sudah matang di usia jelang 25 tahun ikut bergabung dengan Barisan Pemuda di Medan lalu menjadi bagian dari 11

3 Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatra Timur. TKR ini kemudian berganti nama menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Selama agresi militer Belanda pertama Marah Halim diangkat sebagai Letnan. Setelah berakhirnya agresi militer Belanda dan pasca pengakuan kedaulatan Republik Indonesia (27 Desember 1949), Marah Halim kembali ke pangkalan di Medan dan mulai mengisi pos jajaran militer dengan fungsi staf perwira di wilayah militer Sumatra Timur di Medan. Selama Abdul Hakim menjabat sebagai Gubernur Sumatra Utara (25 Januari Oktober 1953), Kapten Marah Halim merupakan satu-satunya perwira militer yang bebas keluar masuk kapan saja ke rumah sang Gubernur. Marah Halim dikenal sebagai sosok yang tegas di lingkungan militer tetapi sangat komunikatif dengan pihak-pihak sipil. Karena itu Abdul Hakim sebagai petinggi sipil tertinggi di Sumatra Utara tidak sulit menjalin hubungan dengan Marah Halim. Konon, kemampuan berbicara (mangkobar) yang hebat dari Marah Halim menjadi salah satu alasan mengapa Marah Halim yang dipilih menjadi hakim militer di Aceh. Marah Halim pada tahun 1952 ditugaskan untuk menjadi hakim militer di wilayah Aceh di Kutaradja (kini Banda Aceh). Nama Marah Halim Harahap mungkin lebih dikenal banyak orang sebagai gubernur yang mencintai sepakbola. Pada masanya, pesepakbolaan Sumatera Utara mengalami fase kejayaanya. Pada masa ini pula nama PSMS (Persatuan Sepakabola

4 Medan Sekitarnya ) menjadi fenomenal. Referensi kebangkitan sepakbola Sumatera Utara selalu merujuk pada masa ini Ketika Marah Halim awal mulanya memangku jabatan sebagai Gubernur Sumatera Utara, keadaan bangsa Indonesia masih belum pulih akibat luka-luka yang ditimbulkan dari peristiwa Gerakan 30 September. Ia membersihkan pemerintahan dari unsur komunis. Setelah keadaan terkendali, Marah Halim memulai pembangunan di Sumatera Utara. Pada masa kepemimpinan Marah Halim Harahap bangunan fisik di Sumatera Utara cukup meningkat. Hal itu dimungkinkan karena adanya oil boom (dana yang cukup besar dari pemerintah pusat) 9. Pada masa itu juga cukup banyak dibangun gedung olahraga di Sumatera Utara terutama di daerah-daerah tingkat II, seperti di Tebing Tinggi dan Pematang Siantar. Krisis kepemimpinan di Sumatera Utara karena akibat peristiwa G30S merupakan prioritas utama pemikiran wakil-wakil rakyat di DPRD-GR Sumatera Utara untuk mengambil langkah-langkah strategis sebagai hari depan Sumatera Utara. Pimpinan di DPRD-GR ketika itu ialah J.H. Hutauruk selaku Dewan Ketua. Sejatinya pada masa itu rakyat Sumatera Utara sangat mendambakan kehadiran sosok pemimpin, gubernur kepala daerah yang mampu mengatasi masalahmasalah yang kompleks di Sumatera Utara. Untuk melancarkan roda pemerintahan 9 Oil Boom merupakan sebuah fenomena yang terjadi pada masa Orde Baru, di mana harga minyak bumi naik drastis karena adanya peperangan negara-negara Timur Tengah dengan Israel yang memaksa OPEC beserta organisasi negara-negara pengekspor minyak terbesar dunia melakukan pemboikotan. 13

5 menuju ketertiban demi hukum dan konstitusi serta menempatkan UUD 1945 dan Pancasila pada jalan yang benar sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus Maka setelah melalui proses dan mekanisme pemilihan sesuai dengan peraturan dan perundangan (undang-undang No. 18 Tahun 1965) akhirnya DPRD (GR) Provinsi Sumatera Utara memilih Kolonel Marah Halim Harahap sebagai Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara. Tahun pertama Marah Halim sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara program beliau lebih menitik-beratkan kepada meningkatkan komunikasi dan hubungan kerja sama dengan para legislatif serta menggalang tali silahturahmi dengan Sembilan parpol, ormas pemuda, ulama, tokoh pejuang/ angkatan 45, seniman dan juga wartawan. Marah halim lebih banyak mendengar dari mereka-mereka itu untuk biasa mengetahui masalah-masalah serta situasi perkembangan yang tengah dihadapi oleh Negara dan Pemerintah Orde Baru. Masalah politik menjadi tolak ukur bagi Marah Halim untuk mengklasifikasi sikap golongan-golongan politik mana yang betul-betul dalam pandangannya mengerti akan situasi, di samping golongan-golongan politik yang setengahsetengah tahu tetapi sebenarnya tidak tahu karena mendapat informasi purapura tahu. Dan ada tokoh atau golongan yang tidak tahu sama sekali tapi punya semangat yang tinggi 10 Marah Halim sebagai pimpinan pemerintahan daerah mengharapkan sekali partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat Sumatera Utara akan tujuan 10 Muhammad TWH, Gubernur Sumatera dan Para Gubernur Sumatera Utara, Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2006, hlm. 74.

6 pembangunan yang telah dirumuskan oleh Pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto saat itu. Di samping itu, beliau juga ingin menciptakan suatu iklim politik yang berorientasi pada pembangunan di Sumatera Utara, memberikan motivasi kepada pimpinan parpol, ormas pemuda, pimpinan perguruan tinggi dan organisasi sosial agar dapat mandiri dan bertanggung jawab membangun Negara ini. Marah halim juga dapat dikatakan seorang yang anti PKI, berkali-kali dalam memberikan motivasi kepada masyarakat Sumatera Utara, tidak lupa ia terus mengajak masyarakat untuk menyingkirkan dan membasmi orang-orang PKI di Sumatera Utara sembari mengucapkan sumpah serapah kepada PKI yang pemerintahan Orde Baru anggap sebagai pelaku terjadinya pembantaian misalnya pada 30 September 1965 atau yang kemudian selama masa pemerintahan Orde Baru dikenal dengan sebutan G30S-PKI. Beliau juga rutin melakukan pembinaan dan menggalang kekuatan sosial politik Orde Baru di daerah Sumatera Utara ini, karena beliau menyadari akan pentingnya arti dari pembangunan sosial politik tak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Muhammad TWH yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan Marah Halim mengatakan, sosok Marah Halim mempunyai pembawaan yang keras dan terkesan seram. Namun dengan pembawaan seperti itu, menurut Muhammad TWH, tak menghalangi Marah Halim untuk dekat dengan banyak orang. 15

7 Dia walaupun keras tapi tetap bersahabat dan enak diajak bercandaan. Bahkan, saat kami bermain tenis sama-sama ia tak jarang mendapat ejekan bercandaan dari kawan-kawannya, tapi tetap saja suasana selalu dapat ia bawa santai, terang TWH Ide lahirnya Marah Halim Cup Sejak sebelumnya kegiatan olahraga memang telah memperlihatkan hasil yang baik. Gubernur Marah Halim hanya tinggal memberi dorongan dan mengadakan berbagai macam turnamen olahraga, sehingga kegairahan sangat terasa. Turnamen yang bersifat Nasional diadakan di Medan yang di kenal dengan Turnamen Sepak Bola Marah Halim Cup yang terus berlangsung kendatipun porsinya berbeda, baik dari segi peserta maupun dari segi penyelenggaraan, tetapi kemeriahan terasa. Banyak sekali kegiatan dan prestasi olahraga yang memperlihatkan grafik menaik, di masa kepemimpinan Marah Halim selama dua periode. 12 Penabalan Marah Halim Cup tidak lain sebagai tanda terima kasih masyarakat olahraga di Sumatera Utara khususnya, atas pembinaaan Gubernur Sumatera Utara Marah Halim Harahap terhadap semua cabang olahraga, terutama sepakbola. Pada mulanya Marah Halim Cup dicetuskan dan direncanakan hanyalah sebatas turnamen tingkat daerah di Sumatera Utara. Setelah dilantik sebagai kepala daerah tingkat I sumatera utara pada tahun 1967, Gubernur Marah Halim menyetujui diadakannya perebutan kejuaraan Marah Halim Cup di semua daerah tingkat II. 11 Wawancara dengan Muhammad TWH 13 Oktober 2014 di Medan 12 Muhammad TWH, Mengenal Para Gubernur Sumatera Utara , Medan: Biro Humas Pemda Tingkat I Sumatera Utara, 1995, hlm. 64.

8 Kejuaraan tersebut dimulai pada tahun 1970 dengan menetapkan secara bergiliran tiap ibukota Kabupaten dan Kotamadya sebagai tuan rumah dari cabang olahraga yang dipertandingkan. 13 Sebagai persiapan untuk menghadapi PON Turnamen Marah Halim ini amat berguna dalam usaha meningkatkan prestasi para atlit peserta. Kemudian timbul ide untuk meningkatkan perebutan kejuaraan Marah Halim Cup daerah ke tingkat nasional. Pencetus ide ini adalah Ketua Harian KONI Sumatera Utara, Kamaruddin Panggabean, yang pada masa itu juga menjadi Komisaris Daerah PSSI Sumatera Utara. Realisasi ide tersebut pada bulan April tahun 1972 mempertemukan enam kesebelasan besar PSSI dalam pertandingan-pertandingan yang turut menyemarakkan perayaan Hari Jadi ke-63 Kota Medan.Setahun berikutnya setelah melihat kelancaran dan suksesnya pertandingan pada tahun 1972 tersebut, Gubernur Marah Halim menyambut baik ide untuk meningkatkan Kejuaraan Marah Halim Cup ke tingkat internasional dengan ikut sertanya kesebelasan luar negeri. Kemudian turnamen ini akhirnya mempunyai nama resminya di ajang internasional, yaitu Marah Halim Cup Football Tournament. Selain turut menyemarakkan perayaan Hari Jadi Kota Medan, turnamen ini bertujuan untuk meningkatkan mutu persepakbolaan di daerah Sumatera Utara khususnya dan di antara semua Negara peserta pada umumnya. 13 Sorip Harahap & Tim, Sejarah Olahraga Sumatera Utara, Medan: Hasmar, 1991, hlm

9 Dengan adanya partisipasi kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah Halim Cup Football Tournament sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan senibudaya Sumatera Utara telah diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat mendukung promosi di bidang pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan dengan giat oleh Pemerintah Pusat. 14 Sejak Turnamen Marah Halim Cup ini bergulir pada tahun 1972, yang waktu itu hanya diikuti oleh kesebelasan-kesebelasan dalam negeri, perkembangannya dari tahun ke tahun menunjukkan grafik yang sangat positif. Pada tahun kedua turut mengambil bahagian dari turnamen ini ialah kesebelasan Malaysia, Singapura, Hongkong, Muangthai dan Birma, sedangkan pada tahun 1974 muncul Khmer, Korea dan Jepang. India, Taiwan dan Australia juga pernah tercatat turut mengambil bahagian sebagai tim dari luar negeri yang memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan 1977 yang menjadi tiga belas tim dengan enam kesebelasan yang berasal dari klub Indonesia. Dari tahun ke tahun, Panitia Penyelenggara berusaha untuk mendatangkan kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan pertandingan yang bermutu guna menarik penonton sebanyak-banyaknya. 14 Ibid. hlm. 85

10 Dari tim dalam negeri tidak selalu dapat diharapkan partisipasinya untuk ikut serta dikarenakan berbagai halangan, demikian juga dengan tim-tim dari luar negeri menghadapi hal yang serupa dengan tim lainnya. Bila pada perebutan kejuaraan Marah Halim Cup tercatat jumlah terbanyak pada turnamen ke-5 dan ke-6, masing-masing tiga belas tim, angka ini menurun pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat sejak turnamen Marah Halim Cup ke-13 yang hanya berjumlah enam peserta. Pada tahun 1988 sampai dengan 1991 jumlah pesertanya menjadi delapan tim. 2.3 Marah Halim Cup Sejak turnamen dimulai untuk memperebutkan Piala Marah Halim pada tahun 1972 hingga September 1991 telah berlangsung selama 20 tahun, diikuti oleh 20 kesebelasan dalam negeri dan 24 tim luar negeri. Yang pertama pada tahun 1972 hanya diikuti oleh 6 kesebelasan dalam negeri baru kemudian pada tahun 1973 berikutnya maju selangkah dengan mengikutsertakan 5 tim dari luar negeri. Dari tahun ke tahun telah diikuti berbagai kesebelasan untuk menyemarakkan turnamen ini, sebagaimana tercantum dalam daftar yang tertera di bawah ini. Kota Medan sebagai Tuan rumah penyelenggara pertandingan menampilkan PSMS pada tahun 1972 dan 1973 sebagai juara pertama 2 kali berturut-turut. Selain PSMS tim lokal yang juga pernah keluar sebagai peraih trofi adalah Persija Jakarta pada tahun 1977, sesudah itu Piala Marah Halim selalu diboyong oleh kesebelasan luar negeri. 19

11 Dalam urutan di bawah ini tercatat nama-nama kesebelasan Asia yang pernah menjuarai Marah Halim Football Tournament seperti Birma, Korea, Jepang, Irak, dengan catatan bahwa Korea terbanyak menjadi juara, yaitu 4 kali. Dari Eropa, Negeri Belanda dan Jerman Barat tampil sebagai tim terkuat yang menjuarai Marah Halim Cup, sedang kesebelasan Australia juga pernah memboyong Piala Marah 2 kali ke negara Kangguru. Penyelenggaraan turnamen Piala Marah Halim berlangsung tiap tahun, kecuali pada tahun 1987 dan Untuk jelasnya di bawah ini diuraikan kesebelasan para juara turnamen dan jumlah keikutsertaan masing-masing negara peserta.

12 No Waktu penyelengaraan Peserta Juara I Juara II Juara III April Tim Medan Surabaya Jakarta April Tim Medan Jakarta Birma Maret - 05 April Tim Jepang Medan Ujungpandang April Tim Australia Korea Medan April-15 Mei Tim Australia Korea Birma Maret - 4 April Tim Jakarta Jepang Muangthai Maret Tim Birma Medan Korea/Jepang April - 09 Mei Tim Birma Islandia Turki April - 14 Mei Tim Belanda Birma Korea April - 07 Mei Tim Korea Jepang Belanda Juni Tim Jerman Barat Jepang Italia April Tim Korea Medan Irak Mei Tim Irak Inggris Muangthai April Tim Korea Inggris Muangthai April Tim Yugoslavia Korea Muangthai Mei - 8 juni Tim Jepang PSMS Hungaria Juli Tim Belanda Jepang RRC Agustus - 5 September Tim RRC Medan Jaya Australia April - 24 April Tim Medan Jaya Harimau Pelita Jaya Tapanuli Tabel. 1 Daftar Peraih Juara Marah Halim Cup Ibid. hal

13 Marah Halim Cup sebagai Turnamen Nasional Setelah pelantikan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tahun 1967 sebagai tonggak awal dimulainya Turnamen Marah Halim Cup melalui persetujuan Gubernur Marah Halim Harahap yang diadakan di Seluruh Daerah Tingkat II Di Sumatera Utara. Kejuaran ini dimulai pada awalnya 1970 sebagai persiapan untuk menghadapi pekan olahraga nasional (PON) serta untuk meningkatkan prestasi atletatlet SUMUT peserta PON. Melihat antusiasme atlit sepakbola maka timbul ide Ketua Harian KONI SUMUT Kamaruddin Panggabean yang pada saat itu juga menjadi Ketua PSSI Sumatera Utara untuk menjadikan turnamen ini sebagai perebutan turnamen tingkat nasional, yang diikuti oleh 6 klub perserikatan PSSI yaitu PSMS Medan, Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar dan Persema Malang Marah Halim Cup sebagai Turnamen Internasional Pada tahun kedua turut mengambil bahagian kesebelasan Malaysia, Singapura, Hongkong, Muangthai dan Birma, sedang pada tahun 1974 muncul Kamboja, Korea Selatan dan Jepang. India, Taiwan dan Australia tercatat sebagai Tim Luar Negeri yang turut memperbanyak jumlah peserta pada tahun 1976 dan 1977 yang menjadi 13 kesebelasan diantaranya 6 Tim indonesia, perlu diberitahukan, bahwa

14 penyelenggaraan turnamen ke-4 Marah Halim cup sejak 1975 memperoleh pengesahan dari Asian Football Confederation atau AFC dan Federation Internationale de Football Association (FIFA). Hal itu membuktikan adanya kepercayaaan atas turnamen ini dari federasi internasional yang, membawahi dan menilai turnamen sepakbola diberbagai negara di dunia. Dari tahun ke tahun panitia penyelenggaraan berusaha untuk mendatangkan kesebelasan-kesebelasan tangguh dari luar negeri dengan maksud menyajikan pertandingan yang bermutu guna menarik penonton sebanyak-banyaknya sekaligus untuk meningkatkan kualitas sepakbola di dalam negeri. Dengan adanya partisipasi kesebelasan-kesebelasan luar negeri dalam Marah Halim Cup Football Tournament sekaligus keindahan alam, adat istiadat dan seni-budaya Sumatera Utara turut pula diperkenalkan kepada dunia luar, hal itu dapat mendukung promosi di bidang pariwisata yang pada saat itu tengah digalakkan dengan giat oleh Pemerintah Pusat. Sejak tahun 1974 Turnamen Marah Halim ini sudah terdaftar sebagai turnamen resmi federasi sepakbola dunia FIFA. Halim Panggabean, mantan Pengurus PSMS dan juga merupakan anak dari Kamarrudin Panggabean mengatakan bahwa tingkat kepopuleran sepakbola Sumut mulai semakin meningkat di dalam negeri karena adanya Marah Halim Cup. Gubernur Marah Halim termasuk penggila bola, dia selalu mengatakan biarlah kalah dalam pertandingan lain asalkan jangan kalah main sepakbola, ucap Halim menirukan ucapan gubernur yang dekat dengan ayahnya itu. 23

15 Tujuan utama Marah Halim menyelenggarakan ajang ini ialah untuk merangsang pesepakbolaan Sumatera Utara agar dapat berprestasi di tingkat internasional. Untuk itulah maka, sepanjang turnamen ini bergulir PSMS selalu diikutsertakan sebagai salah satu peserta Tuan rumah. Suksesnya Turnamen Marah Halim Cup yang bertaraf internasional semakin membangkitkan gairah Marah Halim untuk memancing bakat-bakat olahraga lainnya di Sumatera Utara untuk dapat berprestasi kelak di level internasional. Maka itu, kemudian dibuatlah Marah Halim Cup antarkabupaten yang mempertandingkan beberapa cabang olahraga, antara lain bola voli, badminton, atletik, dan lain-lain layaknya sebuah ajang penyelenggaran pekan olahraga di Sumut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepakbola merupakan olahraga yang paling terkenal di dunia, tidak hanya oleh orang dewasa, anak-anak, pria, bahkan wanita pun memainkan olahraga ini. Sepakbola adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Olahraga bulutangkis..., Hary Setyawan, FIB UI, Universitas Indonesia. Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN. Olahraga bulutangkis..., Hary Setyawan, FIB UI, Universitas Indonesia. Universitas Indonesia BAB V KESIMPULAN Pada tahun 1930-an merupakan masa-masa krisis ekonomi yang melanda disebagian besar dunia. Krisis ekonomi ini berdampak pula di wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Krisis yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI - 1 - ESA HILANG DUA TERBILANG PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI PERATURAN DAERAH KOTA TEBING TINGGI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN NAMA GEDUNG OLAH RAGA ASBER NASUTION DAN PENETAPAN NAMA STADION RAMLAN

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola adalah salah satu olahraga beregu yang dimainkan di lapangan rumput oleh dua regu yang saling berhadapan, dengan masing-masing regu terdiri dari

Lebih terperinci

Desain Kompetisi Sepak Bola Usia Dini

Desain Kompetisi Sepak Bola Usia Dini Desain Kompetisi Sepak Bola Usia Dini KOMPETISI adalah kegiatan yang langka, khususnya kompetisi berjenjang di tingkat usia dini, dalam konteks pembinaan sepak bola di Indonesia yang baik dan terarah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam hal kepengurusan organisasi maupun dalam pencapaian prestasi atlet pada masing-masing cabang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PERSIKALIS CUP 2017 BENGKALIS, 10 FEBRUARI 2017

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PERSIKALIS CUP 2017 BENGKALIS, 10 FEBRUARI 2017 BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PERSIKALIS CUP 2017 BENGKALIS, 10 FEBRUARI 2017 SALAM OLAHRAGA.!! SALAM OLAHRAGA!! ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT SIANG DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK

Lebih terperinci

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM 1 BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM A. Kasus Posisi Olahraga adalah suatu kegiatan yang menyehatkan dan menjadi pilihan yang tepat bagi manusia. Manusia melakukan olahraga, dengan tujuan hidup

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Selasa 26 September 2017, 15:58 WIB CIA Pantau PKI Momen Krusial! Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI Fitraya Ramadhanny detiknews https://news.detik.com/berita/d-3658975/momen-krusial-ini-pantauan-cia-saat-kejadian-g30spki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya peranan olahraga dalam kehidupan manusia, dan sebagai usaha ikut serta memajukan manusia Indonesia berkualitas, maka pemerintah Indonesia mengadakan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI KEMENPORA MENGHADAPI SANKSI FIFA. persepakbolaan dunia tanpa campur tangan dari kekuatan politik dan aktor-aktor

BAB IV STRATEGI KEMENPORA MENGHADAPI SANKSI FIFA. persepakbolaan dunia tanpa campur tangan dari kekuatan politik dan aktor-aktor BAB IV STRATEGI KEMENPORA MENGHADAPI SANKSI FIFA Perang kedaulatan antara FIFA dengan kedaulatan pemerintah semakin menjadi jadi semenjak dijatuhkannya sanksi pembekuan terhadap PSSI. Tujuan negara adalah

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013 Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI OLAHRAGA NASIONAL DI STADION MANDALA

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KETUA UMUM KONGRES PSSI 2012

LAPORAN KEGIATAN KETUA UMUM KONGRES PSSI 2012 LAPORAN KEGIATAN KETUA UMUM KONGRES PSSI 2012 KONDISI SETELAH KLB SOLO 9 JULI 2011 PSSI sebelumnya dibekukan dan Komite Normalisasi yang mengendalikan organisasi Tidak ada penyerahan memori organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam hal kepengurusan organisasimaupun dalam pencapaian prestasi atlet pada masingmasing cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga menjadi kebutuhan masyarakat dunia saat ini. Dimana fungsi olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Keith Cooper

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Keith Cooper BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pada tanggal 24-25 Juni 2005, dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Kepemudaan dan Keolahragaan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga di Jakarta, Joko Kirmanto sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat Indonesia. Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola tergolong kegiatan olahraga yang sebetulnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola tergolong kegiatan olahraga yang sebetulnya sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan sepak bola tergolong kegiatan olahraga yang sebetulnya sudah tua usianya, walaupun masih dalam bentuk yang sederhana, akan tetapi sepak bola sudah

Lebih terperinci

ABSTRACT. Rizal Ramadhan Herman/ Influence of entering Australia Becoming Part of The AFF in Football Development

ABSTRACT. Rizal Ramadhan Herman/ Influence of entering Australia Becoming Part of The AFF in Football Development ABSTRACT Paramadina University International Relations Studies Program 2011 Rizal Ramadhan Herman/211000165 Influence of entering Australia Becoming Part of The AFF in Football Development Australia is

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Munculnya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 belum memberikan jaminan sepenuhnya akan terdongkraknya olahraga Indonesia. Terbitnya Undang-Undang tersebut masih

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG. A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung

SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG. A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung IV. SEJARAH DAN PROFIL PERGURUAN PAKU BANTEN LAMPUNG A. Sejarah Berdirinya Perguruan Paku Banten Lampung Kondisi Indonesia pasca reformasi tahun 1999 mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN KEJUARAAN NASIONAL TENIS LAPANGAN YUNIOR PIALA YAYUK BASUKI TAHUN 2016

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN KEJUARAAN NASIONAL TENIS LAPANGAN YUNIOR PIALA YAYUK BASUKI TAHUN 2016 ` 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN KEJUARAAN NASIONAL TENIS LAPANGAN YUNIOR PIALA YAYUK BASUKI TAHUN 2016 TANGGAL 29 APRIL 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

Sepakbola Menentukan Citra Suatu Negara. Oleh: Yosua Praditya, S.E., M.Si (Han) Wakil Kepala Bidang II Pengumpulan dan Pengelolaan Data KONI Pusat

Sepakbola Menentukan Citra Suatu Negara. Oleh: Yosua Praditya, S.E., M.Si (Han) Wakil Kepala Bidang II Pengumpulan dan Pengelolaan Data KONI Pusat Sepakbola Menentukan Citra Suatu Negara Opini, April 2016 Oleh: Yosua Praditya, S.E., M.Si (Han) Wakil Kepala Bidang II Pengumpulan dan Pengelolaan Data KONI Pusat Prestasi Olahraga Mengharumkan Nama Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Olah raga merupakan bentuk aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara rohani (Wikipedia). Aktifitas olah raga telah dikenal

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah 14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah pimpinan seorang Wali Kota. Masyarakat Kota Medan terdiri dari beberapa golongan dan suku bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis mendorong, memberi, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Olahraga sebagai salah satu aspek

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA I. UMUM Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah ± 72.427,81

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bagi kesehatan dilihat dari banyaknya masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bagi kesehatan dilihat dari banyaknya masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat belakangan ini sudah menyadari akan arti pentingnya olahraga bagi kesehatan dilihat dari banyaknya masyarakat yang berpartisipasi di dalam dunia olahraga.

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. FIDE (Federation Internasional Des Echecs). Hingga sekarang FIDE. mencapai 156 federasi dari seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani juga secara rohani. Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Di era

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011

Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011 Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN OSO SPORTS CENTER KAWASAN GRAND WISATA TAMBUN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis. Warga Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis. Warga Negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Indonesia, mengusahakann umat islam kembali kepada Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. islam di Indonesia, mengusahakann umat islam kembali kepada Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat

Lebih terperinci

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: Regulasi Status dan Transfer Pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia("PSSI") Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: 1) Asosiasi terdahulu: asosiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah

BAB I PENDAHULUAN. berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan bagian dari aktivitas sehari-sehari manusia yang berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah memberikan

Lebih terperinci

2015 PERBAND INGAN KECEPATAN REAKSI D AN ANTISIPASI REAKSI PAD A PENJAGA GAWANG D ALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA D AN FUTSAL

2015 PERBAND INGAN KECEPATAN REAKSI D AN ANTISIPASI REAKSI PAD A PENJAGA GAWANG D ALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA D AN FUTSAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reaksi merupakan bagian dari sebuah pergerakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, reaksi mempunyai definisi sebagai kegiatan yang timbul karena suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi Negara terdepan dibidang olahraga tersebut, banyak kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi Negara terdepan dibidang olahraga tersebut, banyak kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.1.1 Latar Belakang Objek. Pada saat ini dunia olahraga sangat berperan untuk kemajuan sebuah Negara, dapat menjadi sebuah alat penghubung antar Negara. Seluruh Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai garis besar landasan konsep yang meliputi pengertian judul, latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) sudah diambang pintu Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan demokrasi, merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan pertandingan dan dalam pertandingan sangat diperlukan adanya wasit. Betapa pentingnya wasit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertandingan merupakan bentuk kegiatan saling berhadapan antara satu pemain dengan pemain lainya atau antara satu tim dengan tim lainya dengan tujuan untuk merebut kemenangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

C. TEKNIK DASAR PERMAINAN SEPAKBOLA

C. TEKNIK DASAR PERMAINAN SEPAKBOLA Apa Itu Sepak Bola? Sepak Bola adalah permainan bola yang dimaikan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Olahraga ini sangat digemari dan terkenal sampai ke manca negara yang dimainkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

PEDOMAN LIGA PENDIDIKAN INDONESIA (LPI) TAHUN 2017 KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEDOMAN LIGA PENDIDIKAN INDONESIA (LPI) TAHUN 2017 KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEDOMAN LIGA PENDIDIKAN INDONESIA (LPI) TAHUN 2017 KABUPATEN GUNUNGKIDUL I. PENDAHULUAN GAGASAN...merekalah yang membangun sokoguru bangsa,begitu perkasanya, Hingga martabat bangsa menjulang tinggi ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaanya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini sepak bola bukan sekedar cabang olahraga saja melainkan sepak bola menjadi suatu industri hiburan tersendiri bagi masyarakat.terbukti antusias

Lebih terperinci

ANALISIS EVENT OLAHRAGA TURNAMEN EDI SISWADI CUP 2013

ANALISIS EVENT OLAHRAGA TURNAMEN EDI SISWADI CUP 2013 ANALISIS EVENT OLAHRAGA TURNAMEN EDI SISWADI CUP 2013 disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemasaran Wisata Olahraga Soraya Rizki Amelia NIM. 1000940 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI D AN KESEIMBANGAN D ENGAN KECEPATAN SPRINT 300 METER PAD A OLAHRAGA SEPATU ROD A

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI D AN KESEIMBANGAN D ENGAN KECEPATAN SPRINT 300 METER PAD A OLAHRAGA SEPATU ROD A BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sepatu roda adalah sepatu beroda kecil (mainan anak-anak untuk meluncur). Sehingga dapat kita artikan bahwa Olahraga sepatu roda

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1969 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011

Sambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011 Sambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA LOMBA CIPTA SENI PELAJAR TINGKAT NASIONAL,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang modern ini masyarakat pada khususnya para pemuda sudah mengerti apa pentingnya olahraga. Olahraga yang dipilih bermacam macam, tapi belakangan

Lebih terperinci

Gungde Ariwangsa SH.

Gungde Ariwangsa SH. Gungde Ariwangsa SH. Pembinaan Silat Lidah TABIR GELAP OLAHRAGA INDONESIA Penerbit COIpress Presiden I Indonesia, Ir Soekarno menjadikan olahraga sebagai pilar utama pembangunan bangsa dan negara Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu, karena melalui kegiatan olahraga yang baik dan benar serta berkesinambungan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Rusunawa Kabil, Batam, 27 April 2012 Jumat, 27 April 2012

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Rusunawa Kabil, Batam, 27 April 2012 Jumat, 27 April 2012 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Rusunawa Kabil, Batam, 27 April 2012 Jumat, 27 April 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN RUMAH SUSUN SEJAHTERA SEWA DI KAWASAN INDUSTRI KABIL BATAM

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia sehari-hari, sebab dengan olahraga manusia mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin, selain itu

Lebih terperinci

TERKIKISNYA PERSATUAN

TERKIKISNYA PERSATUAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TERKIKISNYA PERSATUAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Rahmat Ade Widodo NIM : 11.11.4892 Kelompok Prog. Studi Dosen : C : S1-TI : Drs. Tahajudin Sudibyo ABSTRAK Belakangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016 No. 57/10/17/Th. VII, 3 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 18,26 juta. Nilai Ekspor ini mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

Melalui Sepakbola Kita Bersatu Menggapai Kemenangan (120/M) Oleh : Adwin Pratama Anas Selasa, 21 Juni :39

Melalui Sepakbola Kita Bersatu Menggapai Kemenangan (120/M) Oleh : Adwin Pratama Anas Selasa, 21 Juni :39 KOPI, Sepakbola adalah sebuah olahraga yang dimainkan oleh dua tim dimana masing-masing tim beranggotakan 11 pemain. Tujuan dari olahraga ini adalah kedua tim berusaha memasukkan bola ke gawang tim lawan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin meningkat yang banyak ditandai dengan munculnya alat-alat modern dan makin meningkatnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini sangat

Lebih terperinci

REKAPITULASI PROGRAM SEMESTER September' No Uraian Kegiatan Jml. Minggu

REKAPITULASI PROGRAM SEMESTER September' No Uraian Kegiatan Jml. Minggu Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Purworejo : VII (Tujuh) : I (Satu) Tahun Pelajaran : 01 / 013 1 Juli'11 Waktu Agustus'11 5 1 Menunjukan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku 1 3 September'11

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA A. Sejarah Perkembangan Bahasa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sampai saat ini, bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan,

Lebih terperinci

REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL

REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN STADION MANAHAN SURAKARTA SEBAGAI STADION SEPAKBOLA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 PENDAHULUAN PSSI mulai menggulirkan liga sepakbola Indonesia pertama kali pada tahun 1931 setelah terbentuk satu tahun sebelumnya, liga sepakbola nasional tersebut diberi nama Perserikatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.102, 2014 KESRA. Kesehatan. Olahraga. Penghargaan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA SEPAKBOLA PEREMPUAN

BAB 3 DINAMIKA SEPAKBOLA PEREMPUAN BAB 3 DINAMIKA SEPAKBOLA PEREMPUAN Bab 3 membahas mengenai penyelenggaraan Piala Dunia Perempuan, baik mengenai sejarah sepakbola perempuan dalam hal ini fokus ke dalam penyelenggaraan Piala Dunia Perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian prestasi dibidang olahraga didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian prestasi dibidang olahraga didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu bentuk aktifitas fisik yang memiliki dimensi kompleks. Dalam berolahraga team mempunyai tujuan yang berbedabeda, antara lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat terkenal di dunia dalam deretan olahraga beregu. Olahraga yang dimainkan oleh berjuta-juta manusia,

Lebih terperinci