Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan."

Transkripsi

1 HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP ROKOK, DAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU MENYUSUI YANG MEMILIKI RIWAYAT HIPERTENSI SAAT HAMIL DI KOTA SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Disusun Oleh : SHERLY APRILIA MARYANI J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

2 i

3 ii

4 iii

5 HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP ROKOK, DAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN TEKANAN DARAH IBU MENYUSUI YANG MEMILIKI RIWAYAT HIPERTENSI SAAT HAMIL DI KOTA SURAKARTA Abstrak Prevalensi tekanan darah tinggi berdasarkan hasil Riskesdas (2013) pada umur 18 tahun adalah 25,8%. Gangguan tekanan darah tinggi di Propinsi Jawa Tengah paling banyak dialami wanita dengan persentase 29,8%. Angka prevalensi ibu hamil yang mengalami hipertensi adalah 12% (WHO, 2012), namun tidak diketahui apakah setelah melahirkan gangguan tekanan darah tersebut menurun atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama menyusui dengan tekanan darah ibu menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil di Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan desain rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 105 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil sebanyak 87 orang yang diambil secara simple random sampling. Uji hipotesis menggunakan Korelasi Rank Spearman s rho. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara durasi waktu tidur (p value= 0,372), tidak ada hubungan antara paparan asap rokok keseluruhan (p value= 0,285) tidak ada hubungan antara paparan asap rokok di lingkungan keluarga (p value= 0,684), tidak ada hubungan paparan asap rokok di lingkungan kerja (p value= 0,140), tidak ada hubungan paparan asap rokok di lingkungan pergaulan (p value= 0,315), tidak ada hubungan paparan asap rokok transportasi (p value= 0,829) dengan tekanan darah pada ibu menyusui. Ada hubungan yang signifikan dari lama pemberian ASI dengan tekanan darah pada ibu menyusui (p value= 0,000) koefisien korelasi (r) = -0,449. Kata kunci : Durasi waktu tidur, paparan asap rokok, lama menyusui, tekanan darah, ibu menyusui Abstract High blood pressure prevalence based on Riskesdas (2013) on 18 years old showed 25,8%. High blood pressure disorder in Central Java Province is mostly experienced by women with percentage of 29,8%. Prevalence of maternal hypertension was 12% (WHO, 2012) but research for the blood pressure s mother after uttered, decrease or not are unknown. This study aims to determine relationship of exposure cigarette smoke, duration of sleep time, and long-term breastfeeding with blood pressure of breastfeeding mother who have a hypertension story during pregnancy in Surakarta City. This type of research is quantitative observational with cross sectional design. Total population of this research is 105 people. The sample of this research is breastfeeding mother who has hypertension while pregnant as many as 87 people used by simple random 1

6 sampling technique. Hypothesis test results used Rank Spearman s rho Correlation Test. The conclusion is there was no correlation with sleep duration (p value = 0,372), there was no correlation for all exposure cigarette smoke (p value = 0,285) there was no correlation for exposure cigarette smoke in family (p value 0,684), no correlation exposure of cigarette smoke in work place (p value 0,140), no correlation exposure of cigarette smoke in social environment (p value 0,315) and no correlation exposure of cigarette smoke in transportation (p value 0,829). There was a significant relationship of long-term breastfeeding with blood pressure of breastfeeding mother (p value = 0,000) correlation coefficient (r) = - 0,449. Keywords : duration of sleep time, exposure cigarette smoke, and long-term breastfeeding, blood pressure, breastfeeding mother 1. PENDAHULUAN Data Riskesdas 2007 menunjukkan selama tahun 1995 hingga 2007 proporsi penyakit menular telah menurun dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5% (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012). Penyakit tidak menular yang paling sering terjadi di Indonesia diantaranya tekanan darah tinggi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Riskesdas, 2013). Tekanan darah merupakan salah satu bagian terpenting dalam sirkulasi tubuh. Peningkatan atau penurunan tekanan darah pada tubuh seseorang dapat mempengaruhi homeostatis tubuh. Pada poin pengendalian penyakit menular dan tidak menular RPJMN , tekanan darah tinggi menjadi fokus utama upaya penurunan angka prevalensi menjadi 23,4% (Hadiat, 2015). Tekanan darah tinggi berakibat masalah serius dikemudian hari karena penyebab atau gejala-gejalanya yang tidak bisa terlihat atau disebut the silent disease (Dalimganggott dkk, 2008). Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan jantung dan stroke hingga penyakit Alzheimer. Angka prevalensi ibu hamil yang mengalami hipertensi adalah 12% (WHO, 2012). Bahkan tekanan darah tinggi pada trimester ketiga kehamilan bisa memicu terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia yang menyebabkan keguguran atau kematian janin (Sirait, 2012). 2

7 Selain tekanan darah tinggi, ibu hamil juga dapat menderita hipotensi atau tekanan darah rendah yang mempunyai risiko 3,081 kali melahirkan bayi lahir mati (Saraswati dan Sumarno, 1998). Prevalensi tekanan darah tinggi berdasarkan hasil Riskesdas (2013) pada umur 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi Propinsi Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sementara dari data WHO, pada negara dengan penghasilan tinggi seperti Amerika memiliki prevalensi lebih rendah dari 35% dan wilayah Afrika sebesar 46% (WHO, 2013). Hampir 90% penderita tekanan darah tinggi tidak diketahui penyebabnya secara pasti, namun akan menjadi lebih berat jika memiliki faktor-faktor risiko yang mempengaruhi (Dalimartha dkk, 2008). Data Riskesdas (2013) menunjukkan di Propinsi Jawa Tengah jumlah penderita tekanan darah tinggi lebih banyak dialami wanita dengan persentase 29,8%. Salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki hipertensi yakni Kota Surakarta dengan angka 28,9%. Prevalensi di Kota Surakarta lebih tinggi 2,5% dari prevalensi tekanan darah tinggi di Jawa Tengah sebesar 26,4% (Kemenkes RI, 2013). Daerah yang memiliki tekanan darah tinggi yaitu Kecamatan Laweyan kasus dan Kecamatan Pasar Kliwon kasus (Dinas Kesehatan Surakarta, 2015). Berkaitan dengan angka prevalensi hipertensi yang tinggi di Kota Surakarta, hal ini tidak lepas dari faktor risiko yang dipunyai penderita, antara lain usia, jenis kelamin, keturunan, serta kebiasaan tidur dan merokok. Penelitian Gangwisch dkk (2013) menyebutkan prevalensi tekanan darah tinggi secara signifikan lebih tinggi 1,19 kali diantara 3 kelompok wanita yang tidur 5 jam/hari per malam dibandingkan dengan tidur 7 jam/hari. Selain lama waktu tidur, penelitian dari Ashari (2011) membuktikan wanita dengan usia tahun mengalami 2,6 kali risiko tekanan darah tinggi karena terpapar asap rokok. Hasil penelitian lain dari Stuebe dkk (2011) memperkirakan 12% tekanan darah disebabkan dari perempuan yang tidak menyusui secara optimal. Penelitian terkait tekanan darah terutama tekanan darah tinggi sudah cukup banyak dilakukan daripada tekanan darah rendah karena tanda-tandanya yang sulit untuk dideteksi. Namun beberapa faktor dari masih belum banyak diteliti. Oleh 3

8 karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama pemberian ASI dengan tekanan darah ibu menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil di kota Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama pemberian ASI dengan tekanan darah pada ibu menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil di Kota Surakarta. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan desain rancangan cross sectional untuk melihat hubungan penyakit dengan mengamati status durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama pemberian ASI terhadap tekanan darah pada ibu menyusui di Kota Surakarta, pada satu waktu atau periode (Hidayat, 2014). Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli tahun 2017 selama 5 hari bertempat di seluruh Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Serengan. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi saat hamil tahun di seluruh Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan berjumlah 105 orang. Sampel ibu menyusui sebanyak 87 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis univariat dilakukan untuk menampilkan karakteristik variabel peneliti dengan gambaran distribusi data, nilai maksimal, nilai minimal, dan standar deviasi tiap variabel. Setelah semua variabel diuji normalitas datanya diperoleh kesimpuan bahwa data berdistribusi tidak normal, maka hipotesis penelitian dilakukan menggunakan uji Korelasi Rank Spearman s rho dan tingkat keeratan hubungan (koefisien korelasi) dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi (r). 4

9 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden Gambaran karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Menyusui Berdasarkan Umur Variabel Mean St.Dev Minimal-Maksimal Umur 34,32 5, Tabel 1 menunjukkan umur ibu menyusui rata-rata adalah 34,32 tahun ± 5,379 tahun dengan umur termuda 22 tahun dan tertua 46 tahun.tekanan darah ibu menyusui saat penelitian ini dapat terlihat pula pada tabel 2, dengan rata-rata tekanan sistolik sebesar 122,91 mmhg ± 17,951 mmhg dan nilai minimal adalah 90 mmhg, sedangkan nilai maksimalnya 174 mmhg. Rata-rata tekanan diastolik adalah 86,54 mmhg ± 15,019 mmhg dengan nilai minimal 59 mmhg dan nilai maksimal 120 mmhg. Hasil penelitian ibu menyusui berdasarkan karakteristik pendidikan dapat dilihat pada tabel 2. Pendidikan terakhir responden paling banyak mengenyam jenjang SMA/SMK sebesar 55 orang (64,6%) dan paling sedikit SD sebanyak 9 orang (10,6%) dan perguruan tinggi sebanyak 2 orang (2,4%). Berdasarkan Tabel 2, ibu menyusui mayoritas berada diusia dan tahun, masing-masing sebanyak 25 orang (29,4%) dan paling sedikit pada kelompok umur tahun sebanyak 6 orang (7,1%). Dari 85 responden, sebanyak 62 orang (72,9%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan sebanyak 3 orang bekerja lain-lain (3,5%). Ibu menyusui yang mempunyai gangguan tekanan darah berjumlah 62 orang (72,9%) dan yang tidak mempunyai riwayat sebanyak 23 orang (27,1%). Dari wawancara juga didapatkan hasil yang mempunyai riwayat keturunan gangguan tekanan darah (hipertensi) sejumlah 37 orang (43,5%) dan yang tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi sebanyak 48 orang (56,5%). Hasil pengukuran menggunakan sfigmomanometer didapatkan bahwa ibu menyusui yang mempunyai tekanan darah normal (<120 & <80 mmhg) sebanyak 36 orang (42,3%) dan hipertensi tahap II ( 160 & 100 mmhg) sebanyak 4 orang (4,7%). 5

10 Tabel 2. Karakteristik Ibu Menyusui, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Gangguan Tekanan Darah, Riwayat Keturunan tentang Gangguan Tekanan Darah, dan Tekanan Darah(saat penelitian) Karakteristik Responden Frekuensi Persen (%) Kelompok Umur (tahun) >40 Jumlah Tingkat Pendidikan SD SMP SMA/SMK Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan Buruh Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Jumlah Riwayat Gangguan Tekanan Darah Ada Tidak Jumlah Riwayat Keturunan tentang Gangguan Tekanan Darah Ada Tidak Jumlah Tekanan Darah Normal Pre-hipertensi Hipertensi Tahap I Hipertensi Tahap II Sistolik Mean 122,91 Standar Deviasi 17,951 Min-Max Diastolik Mean 86,54 Standar Deviasi 15,019 Min-Max Jumlah , ,4 29,4 14, ,6 22,4 64,6 2, ,8 72,9 15, ,9 27, ,5 56, ,3 25,9 27,1 4,

11 3.2 Hubungan Durasi Waktu Tidur dengan Tekanan Darah Ibu Menyusui Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,3% ibu menyusui yang tersebar di seluruh Kecamatan Kota Surakarta sudah memiliki waktu tidur yang cukup, yaitu 7-8 jam/hari dengan rata-rata 7,476 jam/hari. Penelitian ini menghasilkan bahwa hubungan antara durasi waktu tidur dengan tekanan darah ibu menyusui tidak signifikan dengan uji statistik Korelasi Rank spearman s rho (p value = 0,372). Hasil ini berbeda dengan penelitian dari Primaherta dkk (2016) yang menyatakan, durasi waktu tidur <7 jam/hari signifikan terhadap peningkatan tekanan darah dengan p value = 0,00 dan untuk durasi waktu tidur lebih dari 8 jam/hari tidak signifikan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi esensial dengan p value = 0,615. Berbeda dengan penelitian Ilham (2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama tidur dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa dengan p value= 0,605. Meskipun begitu, durasi waktu tidur tetap mempengaruhi tekanan darah seseorang seperti hasil penelitian Gottlieb (2006) yang menyatakan bahwa tekanan darah mengikuti pola diurnal (pola naik-turun tekanan darah), tekanan darah turun 10%-20% saat tidur, sehingga kurang tidur meningkatkan tekanan darah selama 24 jam/hari. Tidur pendek juga memperpanjang paparan stres, yang telah terbukti dapat meningkatkan nafsu makan garam dan menekan ekskresi cairan garam pada ginjal. Hal tersebut berakibat terhadap aktivitas sistem kardiovaskuler yang meningkat akibat durasi tidur pendek sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada struktural sistem tersebut, seperti pada arteri dan mengubah bentuk ventrikel kiri, yang secara bertahap membuat sistem kardiovaskular beroperasi dengan keseimbangan bertekanan tinggi. Menurut National Sleep Foundation US (2015) ada beberapa rekomendasi waktu tidur perhari. Rekomendasi waktu tidur anak pra-sekolah usia 3-5 tahun selama jam/hari dan anak sekolah usia 6-13 tahun selama 9-11 jam/hari. Sedangkan waktu tidur usia remaja tahun selama 8-10 jam/hari dan usia tahun direkomendasikan tidur selama 7-9 jam/hari. Lalu usia dewasa tahun selama 7-9 jam/hari, dan usia lansia lebih dari 65 tahun direkomendasikan tidur selama 7-8 jam/hari perhari. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu 7

12 menyusui di Kota Surakarta sudah memiliki durasi waktu tidur sesuai rekomendasi dari National Sleep Foundation US dengan rata-rata 7,5 jam/hari/hari. Waktu tidur yang cukup akan mempengaruhi kualitas tidur. Bansil dkk (2011) menyimpulkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 30,2% diakibatkan dari gangguan tidur sebesar 52,1%, kualitas tidur yang buruk sebesar 7,5% dan durasi waktu tidur yang pendek sebesar 33%. 3.3 Hubungan Paparan Asap Rokok dengan Tekanan Darah Ibu Menyusui Variabel paparan asap rokok dibagi menjadi 4 bagian, yaitu paparan asap rokok di lingkungan keluarga, paparan asap rokok di lingkungan kerja, paparan asap rokok di lingkungan pergaulan, dan paparan asap rokok di transportasi. Secara keseluruhan dari berbagai lingkungan, paparan asap rokok tidak berhubungan dengan tekanan darah pada ibu menyusui dengan (p value 0,285). Tidak ada variabel yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah walaupun sebanyak 66 orang (77,6%) terpapar asap rokok di lingkungan keluarga karena 72,9% adalah ibu rumah tangga. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Azhari (2011) pada wanita usia tahun mempunyai nilai OR=2,6 kali terkena hipertensi akibat dari paparan asap rokok di rumah. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan Hanafi (2016) bahwa 74,1% penderita hipertensi mempunyai anggota keluarga yang merokok dan sebanyak 80% dalam kategori tinggi terpapar asap rokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Nurwidayanti (2013) yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi, namun 27% kejadian hipertensi bisa dicegah dengan menghilangkan faktor risiko paparan asap rokok. Sedangkan paparan asap rokok di lingkungan keluarga (p value 0,684), paparan asap rokok di lingkungan kerja (p value 0,140), paparan asap rokok di lingkungan pergaulan (p value 0,315); dan yang terakhir adalah paparan asap rokok di lingkungan transportasi (p value 0,829). Hasil penelitian ditemukan 4 orang (4,7%) ibu menyusui adalah perokok aktif bahkan saat diwawancarai mereka mengaku saat hamil tetap merokok sampai sekarang dan telah menyusui anaknya 12 bulan. Namun penelitian ini tidak menanyakan seberapa lama ibu merokok, keempatnya terpapar asap rokok 8

13 dari tempat yang sama yaitu di keluarga dan lingkungan pergaulan masing-masing selama >1 jam/hari. Hal ini kemungkinan akibat dari merokok aktif, ibu menyusui menderita hipertensi saat hamil yang sesuai dengan penelitian dari Rahajeng dan Tuminah (2009) bahwa perilaku merokok setiap hari di masa lampau memiliki risiko menderita hipertensi daripada yang tidak merokok sebesar 1,11 kali (95% CI: 1,05;1,17). Namun saat diukur tekanan darah 4 orang ibu menyusui yang merokok dalam penelitian ini, 2 diantaranya hanya menunjukkan tekanan darah kategori pre-hipertensi ( mmhg & mmhg) dan sisanya normal (<120 mmhg dan <80 mmhg). Selain perilaku merokok aktif, perokok pasif bisa menjadi faktor risiko kejadian hipertensi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin lama terpapar asap rokok di lingkungan keluarga maka tekanan darah juga akan semakin meningkat. Data dari Direktorat PPTM (2012) menunjukkan bahwa sebesar 85% rumah tangga terpapar asap rokok dengan estimasi, delapan perokok meninggal karena merokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok perokok aktif. Berdasarkan perhitungan rasio tersebut, sedikitnya kematian terjadi dikarenakan terpapar asap rokok orang lain. Pada penelitian ini, 77,6% ibu menyusui memiliki anggota keluarga yang merokok dan mengaku sering terpapar dengan asap rokok dari perokok tersebut. Data tersebut diperkuat dari GATS (Global Adults Tobacco Survey) 2011 perokok pasif atau orang yang menghisap asap rokok sekunder sebanyak 51,3 % atau 14,6 juta orang dewasa yang bekerja dalam gedung terpapar pada asap rokok di tempat kerja, 78,4% atau 133,3 juta orang dewasa terpapar dengan asap rokok di rumahnya dan 85,4% atau 44 juta orang dewasa yang berkunjung ke restoran terpapar asap rokok (Direktorat PPTM, 2012). langkah awal yang bisa dilakukan mengingat rokok masih menjadi pekerjaan rumah para petinggi negara adalah dengan upaya pencegahan dari terpaparnya asap rokok terutama untuk ibu menyusui secara khusus dan bagi masyarakat secara umum dari adalah dengan penerapan 100% KTR. KTR atau Kawasan Tanpa Rokok akan melindungi perokok pasif, anak, remaja, ibu hamil dan kelompok rentan, terhadap dampak kesehatan akibat asap rokok, serta pecemaran udara dalam ruang. Pendirian KTR 9

14 harus melibatkan berbagai pihak mengingat bukan hanya di sarana kesehatan saja yang didirikan, tapi juga di tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, angkutan umum dan atau tempat-tempat lain yang ditentukan (Direktorat PPTM, 2012). Selain KTR, program lain yang bisa dijalankan adalah dengan pemberdayaan masyarakat yang berasal dari rumah tangga atau keluarga yang dikenal dengan PHBS rumah tangga. Indikator PHBS yang harus dipraktikkan di rumah tangga dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku hidup bersih dan sehat, 10 indikator tersebut adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi di beri ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, ketersediaan air bersih, ketersediaan jam/hariban sehat, memberantas jentik nyamuk, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, tidak merokok dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan makan buah dan sayur (Depkes, 2013). Keluarga yang melakukan PHBS rumah tangga, terutama untuk tidak merokok di dalam rumah tidak akan memiliki risiko gangguan tekanan darah di kemudian hari. Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman s rho Durasi Waktu Tidur, Paparan Asap Rokok, dan Lama Pemberian ASI dengan Tekanan Darah Ibu Menyusui Variabel n p Koefisien Keterangan value Correlation (r) Durasi Waktu Tidur 85 0,372 0,098 Paparan Asap Rokok (Keseluruhan) Paparan Asap Rokok di Lingkungan Keluarga Paparan Asap Rokok di Lingkungan Kerja Paparan Asap Rokok di Lingkungan Pergaulan 85 0,285 0, ,684-0, ,140-0, ,315-0,110 Paparan Asap Rokok di 85 0,829 0,024 Lingkungan Transportasi Lama pemberian ASI 85 0,000-0,449 Signifikan 10

15 3.4 Hubungan Lama Pemberian ASI dengan Tekanan Darah pada Ibu Menyusui Dari 85 ibu menyusui, 15 orang (17,6%) diantaranya tidak memberikan ASI eksklusif atau ibu memberikan susu formula. Alasan yang diungkapkan responden diantaranya adalah karena tidak keluar ASI, mengonsumsi obat hipertensi hingga alasan ibu bekerja, hanya saja peneliti tidak mewawancarai lebih dalam mengenai hal tersebut. Namun persentase pemberian ASI ekskusif dari penelitian ini sudah 29,4%. Sedangkan bayi yang menyusui parsial atau minum ASI tapi juga diberikan makanan atau minuman lain saat 6 bulan pertama sebanyak 45 anak, dengan persentase paling banyak mengonsumsi bubur bayi dan ASI sebesar 7%. Usia balita ibu menyusui paling banyak antara 1-2 tahun sejumah 45 anak. Namun ada juga yang berusia <1 tahun sejumlah 10 anak. Tingkat pendidikan ibu menyusui mayoritas sudah sesuai dengan program pemerintah pendidikan minimal 9 tahun namun, masih ada ibu menyusui yang hanya lulusan SD. Dari karakteristik responden, 72,9% ibu menyusui mempunyai gangguan tekanan darah (hipertensi) dan sebanyak 43,5% mempunyai riwayat keturunan tentang gangguan tekanan darah (hipertensi). Variabel lama pemberian ASI signifikan terhadap tekanan darah dengan p value = 0,000 nilai koefisien korelasi (r) = -0,449. Jika ibu semakin lama memberi ASI maka tekanan darah ibu akan berangsur-angsur turun. Dari Ebina dan Kashiwakura (2012), ada pengaruh pada penurunan angka sistolik ibu yang menyusui anaknya setelah satu bulan kelahiran daripada yang menggunakan metode menyusui lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Stuebe dkk (2011) bahwa ibu yang tidak menyusui lebih berbakat mengembangkan hipertensi daripada ibu yang menyusui anak pertama selama 12 bulan dengan penambahan variabel riwayat keturunan dan gaya hidup pada uji statistik dengan RR= 1,27 (95% CI: 1,18;1,36). Perempuan yang tidak pernah menyusui kemungkinan besar mengembangkan hipertensi daripada perempuan yang menyusui eksklusif selama 6 bulan dengan RR= 1,29 (95% CI: 1,20;1,40). Stuebe dkk juga menemukan kemiripan hasil pada wanita yang tidak menyusui dibandingkan dengan wanita yang menyusui masing-masing anaknya dengan rata-rata 12 bulan (RR= 1,22; 11

16 95% CI: 1,13;1,32) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak pernah menyusui ada hubungannya dengan peningkatan risiko kejadian hipertensi saat hamil, dibandingkan ibu yang menyusui 6 bulan eksklusif atau 12 bulan dari total menyusui per anak dalam penelitian kohort pada ibu menyusui. Menurut IDAI (2016) menyusui juga bermanfaat bagi perekenomian Indonesia, yaitu pengeluaran dari penghasilan seseorang yang habis digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan, dengan ASI eksklusif penghasilan orangtua dapat dihemat sebesar 14%. Dengan mendukung ASI juga dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia pada bayi sehingga biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya. Penghematan yang bisa dilakukan tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan pendidikan karena ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak hingga potensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan akan mendapatkan penghasilan yang lebih optimal dan menguntungkan Negara. Hal ini bisa diupayakan melalui pembentukan kader sesuai fungsi salah satunya yaitu untuk mengembangkan dan mengelola upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (PHBS, kesehatan lingkungan, kadarzi, dana sehat, TOGA, dan lain-lain) dalam hal ini adalah kampanye ASI (Depkes, 2010). 4. PENUTUP 4.1 Simpulan Tidak ada hubungan antara durasi waktu tidur dengan tekanan darah ibu menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil di Kota Surakarta (p value= 0,372). Secara keseluruhan paparan asap rokok tidak ada hubungan dengan tekanan darah ibu menyusui (p value 0,666), baik di lingkungan keluarga (p value= 0,684), lingkungan kerja (p value= 0,088), di lingkungan pergaulan (p value= 0,348), dan di transportasi (p value= 0,986). Ada hubungan yang signifikan antara lama pemberian ASI dengan tekanan darah ibu menyusui (p value= 0,000) koefisien korelasi (r) = -0,

17 4.2 Saran Bagi Masyarakat Pencegahan dimulai dengan menerapkan PHBS rumah tangga dengan tidur cukup, makan-makanan bergizi dan teratur, olahraga cukup, dan selalu berpikir positif di setiap aspek kehidupan agar terhindar dari hipertensi dan penyakit lain Dinas Kesehatan Penerapan PHBS rumah tangga harus terus dilakukan terutama saat hamilmenyusui, juga promosi KTR terhadap instansi-instansi pemerintah dan tempat umum yang lain mengingat banyak yang belum menerapkan dan kurang ketatnya pengawasan KTR, sebaiknya dibentuk tim khusus untuk mengawasi KTR baik dari internal ataupun eksternal Bagi Puskesmas Penerapan program preventif harus diutamakan dan bekerja sama dengan lintas sektor program, misalnya advokasi kepada perusahaan yang mempunyai banyak pekerja wanita untuk memberikan ruangan menyusui sendiri dan pendampingan terhadap ibu yang memiliki faktor risiko terutama hipertensi, minimal melalui kader posyandu dengan mengkampanyekan PHBS rumah tangga. 13

18 DAFTAR PUSTAKA Ashari, A. (2011). Perokok Pasif sebagai Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita Usia tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: UNDIP. Bansil, P., Kuklina, E.V., Merritt, R.K., dan Yoon, P.W. (2011). Associations Between Sleep Disorders, Sleep Duration, Quality of Sleep, and Hypertension: Results From the National Health and Nutrition Examination Survey, 2005 to The Journal of Clinical Hypertension Volume 13, Issue 10, page Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina,N., Mahendra.B., dan Darmawan,R. (2008). Care Yourself: Hipertensi. Depok: Penebar Plus+. Dinas Kesehatan Surakarta. (2015). Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas dan Rumah Sakit Kota Surakarta Tahun Surakarta: Dinas Kesehatan Surakarta. Direktorat PPTM. (2012). Aliansi Bupati/Walikota dalam Pengendalian Masalah Kesehatan Akibat Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kemenkes RI. Departemen Kesehatan RI. (2010). Kader Posydanu dalam Usaha Perbaikan Gizi. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. (2013). Pusat Promosi Kesehatan Pencapaian PHBS. Diakses 11 Agustus 2017 dari Ebina, S dan Kashiwakura, I. (2012). Influence of breastfeeding on maternal blood pressure at one month postpartum. International Journal of Women s Health 2012: Gangwisch, J.E., Feskanich, D., Malaspina D., Shen, S., dan Forman, J.P. (2013). Sleep Duration and Risk for Hypertension in Women: Results from The Nurses Health Study. American Journal of Hypertension Vol. 26, No.7. Hal Gottlieb, D.J., Redline, S., Nieto, F.J., Baldwin, C.M., Newman, A.B., Resnick, H.E dan Punjabi, N.M. (2006). Association of Usual Sleep Duration With Hypertension: The Sleep Heart Health Study. SLEEP, Vol. 29, No. 8, Hadiat. (2015). Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kesehatan. Rakerkesnas Regional Timur. Makassar. 14

19 Hanafi, A. (2016). Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Hidayat, A.A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2016). ASI dan SDGs. Diakses 21 Juli 2017 dari Ilham, F.A. (2013). Hubungan antara Kualitas Tidur dan Lama Kerja dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: FIK UMS. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kowalski, R.E. (2010). Terapi Hipertensi (Rani S. Ekawati, Penerjemah). Bandung: Penerbit Qanita. National Sleep Foundation USA. (2015). National Sleep Foundation s updatedsleep duration recommendations: final report. Diakses 19 Juli 2017 dari Nurwidayanti, L dan Wahyuni, C.U. (2013). Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok di Rumah pada Wanita terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: Primaherta, S.A., Marchira, C.R., dan Indriani, C. (2016). Hubungan Durasi Waktu Tidur Terhadap Kejadian Hipertensi Esensial di Kabupaten Wonogiri. [Tesis Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2012). Gambaran Penyakit Tidak Menular di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2009 dan Jakarta: Kemenkes RI. Rahajeng, E. dan Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 59 No. 12. Saraswati, E., dan Sumarno, I. (1998). Risiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). PGM :

20 Sirait, A.M. (2012). Prevalensi Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia dan Berbagai Faktor yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007). Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 15 No. 2 April 2012: Stuebe, A.M., Schwarz, E.B., Grewen, K., Rich-Edwards, J.W., Michels, K.B., Foster, E.M., Curhan, G., dan Forman, J. (2011). Duration of Lactation and Incidence of Maternal Hypertension: A Longitudinal Cohort Study. American Journal of Epidemiology Vol. 174, No. 10. Hal World Health Organization (WHO). (2012). Data Hipertensi Global. Asia Tenggara: WHO. World Health Organization (WHO). (2013). A Global Brief on Hypertension. Diakses: 21 September ertension/en/. 16

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organizations (WHO) menyatakan bahwa penyakit tidak menular menyumbang kematian utama paling besar yaitu sebesar 36 juta atau 2/3 dari 57 juta kematian

Lebih terperinci

YANG. Untuk J SURAKARTA

YANG. Untuk J SURAKARTA HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP ROKOK, DAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN TEKANAN DARAH IBU MENYUSUI YANG MEMILIKI RIWAYAT HIPERTENSI SAAT HAMIL DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi esensial telah berdampak pada satu milyar orang diseluruh dunia, mengungguli serangan jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah, tempat umum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian baik bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS 51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Izasah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak di negara

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi epidemiologi yang dikenal dengan istilah double burden diseases, yaitu penyakit menular belum dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok adalah menghirup asap dari pembakaran tembakau yang terbungkus dalam rokok, pipa, dan cerutu. 1 Hasil survei Global Adults Tobacco Survey (GATS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok menimbulkan masalah kesehatan meliputi penyakit kronis dan degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan keguguran, mengancam kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO

HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO 168 HUBUNGAN PERAN SERTA KADER POSYANDU DENGAN PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA SALAMREJO SENTOLO KULON PROGO Sugiyanto 1 1 Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Jalan Ring Road Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3 INTISARI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat, dimana angka kematian bayi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rabiatunnisa 1610104257 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini karena kondisi kurang gizi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif) tetapi juga pada orang yang tidak merokok yang berada di sekitar para perokok (perokok pasif).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia menduduki peringkat ketiga perokok terbesar di dunia pada tahun 2008 setelah China dan India (WHO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan oleh setiap umat manusia karena peranannya yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak sehat, selain berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang memiliki hak untuk menghirup udara yang bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan salah satu pembunuh diam-diam (silent killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan osteoporosis. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang terbuat dari tembakau yang berbahaya untuk kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal (bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan di pembuluh darah naik secara persisten. Setiap kali jantung berdenyut maka darah akan terpompa ke seluruh pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J ARTIKEL ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU PERMATA DESA BAKI PANDEYAN KABUPATEN SUKOHARJO Disusun

Lebih terperinci

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit pernapasan kronis yang merupakan bagian dari noncommunicable disease (NCD). Kematian akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: SY.A isyatun Abidah Al-Idrus 20151010273 PROGRAM

Lebih terperinci

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI USIA 41-65 TAHUN DI DESA SINUIAN KECAMATAN REMBOKEN KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 Rion Adam, Maureen I. Punuh, Nova H. Kapantow * Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg (Ardiansyah, 2012). Pada umunya penderita

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci