V. PEMBAHASAN UMUM. Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan. bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian

Transkripsi

1 V. PEMBAHASAN UMUM Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian dan pemukiman mengakibatkan timbulnya berbagai habitat. Habitat yang ada dapat dikelompokkan dalam tujuh macam, yaitu habitat hutan nipah, hutan, semak belukar, rumah dan sawah, kota, rumah dan pekarangan serta habitat sawah. ' Tipe habitat yang berbeda ternyata berpengaruh terhadap keragaman nyamuk vektor penyakit malaria dan filariasis. Komposisi jenis dan padat populasi jenis nyamuk berubah dari habitat yang satu ke habitat yang lain. Di habitat hutan nipah populasi vektor relatif rendah dan komposisi jenis yang ditemukan sangat terbatas (dua jenis) bila dibandingkan dengan habitat hutan (delapan jenis), semak belukar (tujuh jenis), rumah dan sawah (delapan jenis), kota (lima jenis), rumah dan pekarangan (aern- bilan jenis) dan habitat sawah (enam jenis). Rendahnya padat populasi dan sedikitnya jenis vektor yang tertangkap di habitat hutan nipah mungkin disebabkan adanya pengaruh langsung pasang surut air laut yang mengakibatkan habitat tergenangi air yang dapat menghanyutkan telur, larva dan pupa nyamuk. Arus urbanisasi di daerah Makartijaya (~elta upang) kiranya tidak dapat dibendung, karena berkembangnya daerah tersebut sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan.

2 123 Bertambahnya penduduk dan meningkatnya pembangunan teruta- ma di bidang perumahan dan pertokoan menimbulkan suatu ma- salah baru, yaitu meningkatnya tempat-tempat pembiakan nyamuk s. quinquefasciatus yang dapat berperan sebagai vektor jf. bancrofti. Hal ini sesuai dengan pendapat Self -- et al. (1978) dalam penelitiannya di Jakarta. Banyaknya tanaman air yang tumbuh di tempat-tempat pembiakan yang ada di berbagai habitat di daerah pasang surut Delta Upang dapat mempengaruhi komposisi jenis dan padat populasi nyamuk Mansonia yang larva dan pupanya meng- ambil cadangan oksigen yang ada pada akar tanaman air ter- sebut dengan menancapkan sifonnya. Keadaan ph dan salinitas air di berbagai tempat pembi- akan di masing-masing habitat tidak ada hubungan nyata de- ngan padat populasi nyamuk pada p = 0.05 (~abel Lampiran 19 dan 20). Hal ini sesuai dengan pendapat Syms (1932, - dalam Bates, 1954) pan Hoedojo (1962). Banyaknya curah hujan tiap bulan di daerah pasang su- rut Delta Upang tidak berpengaruh nyata terhadap padat po- pulasi nyamuk pada p = 0.05 (~abel Lampiran 28). sesuai dengan pendapat Self et al. (1978). Hal ini Kegiatan manusia di daerah pasang surut Delta Upang seperti membersihkan tanaman air di kolam-kolam, parit-parit, kubangan-kubangan pada waktu mau menanam padi, mengalirkan air dari dapur dan tempat mandi ke parit dan tempat-tempat yang rendah hingga menyebabkan tergenangnya air,

3 membuang kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan tempurung kelapa di sekitar rumah serta sarana penyimpanan air hujan di drum-drum, perahu dan bejana-bejana lainnya yang mungkin menjadi tempat pembiakan nyamuk dapat mempengaruhi komposiei dan padat populasi nyamuk di suatu daerah. Menurut hasil survei malaria di daerah pasang surut Delta Upang yang dilakukan sejak tahun 1975, penderita malaria menurun dari tahun ke tahun dan bahkan dalam tahun 1979 tidak ditemukan penderita malaria. Dalam tahun 1980 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 371 orang tranernigran untuk mengetahui adanya penderita malaria dan filariasis. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa penderita malaria tidak ditemukan dan hanya ditemukan satu pembawa mi- krofilaria B. malayi. Karena ditemukannya satu pembawa mikrofilaria, ha1 ini menunjukkan bahwa 2. malayi ada di daerah pasang surut Delta Upang. Hal lain yang dapat mem- perkuat adanya 2. malayi yaitu banyaknya inang potensial seperti monyet (~acaca fascicularis), lutung (~resbytis cristatus) dan kucing yang banyak ditemukan di daerah ter- sebut. Tidak ditemukannya penderita malaria di daerah Delta Upang belum berarti tidak ada penyakit malaria. Hal ini mungkin disebabkan oleh contoh darah yang diambil re- latif kecil apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang meliputi kurang lebih jiwa. Di daerah pasang surut Delta Upang telah ditemukan nyamuk z. quinquefasciatus, &. bitaeniorhynchus,

4 - Ma. uniformis, Ma. annulifera, Ma. indiana, Ma. bonneae, - Ma. dives dan Ma. annulata yang dapat berperan sebagai vektor filaria, serta &. ni~errimus dan &. barbirostris yang dapat berperan sebagai vektor malaria dan filaria. Hasil pembedahan nyamuk Mansonia, Culex dan Anopheles menunjukkan bahwa nyamuk yang mengandung mikrofilaria dan sporozoit tidak ditemukan. Di daerah Bengkulu (sumatera) parasitisasi alamiah filaria (B. malayi) pada jenis nyamuk Mansonia berkisar antara 0.05 dan 0.09 persen dari nyamuk yang diperiksa (~oedomo et al., tidak di~ublikasi).. Di Jakarta parasitisasi alamiah (w. bancrofti) pada &. quinauefasciatus adalah 1.6 persen dari nyamuk yang diperiksa (self et al., 1978). Parasitisasi alamiah mala- ria di Kalimantan pada jenis Anopheles adalah 1.5 persen dari nyamuk yang diperiksa (~c~rthur, 1950). Kega- galan untuk mengetahui parasitisasi alamiah filaria pada jenis Mansonia, Culex, Anopheles dan parasitisasi alamiah pada jenis Anopheles di daerah pasang surut Delta Upang mungkin banyaknya nyamuk yang ditangkap dan diperiksa re- latif kecil apabila dibandingkan dengan penelitian-peneli- tian tersebut. Karena adanya nyamuk vektor malaria dan filaria di daerah trahsmigrasi Delta Upang maka Peluang peletusan pe- nyakit malaria dan filariasis besar, apabila terdapat pem- bawa parasit di antara para transmigran dan penduduk asli atau binatang inang potensial.

5 126 Para transmigran dan penduduk asli sebagai sumber daya untuk mengembangkan daerah pasang surut Delta Upang perlu dilindungi dari serangan kedua penyakit tersebut dengan cara pengobatan dan pengendalian populasi nyamuk vektor. Ikan-ikan mujair, kepala timah, cupang, sepat dan cecereh telah diketahui di daerah pasang surut Delta Upang adalah pemakan larva nyamuk meskipun bukan pemakan khusus. Adanya ikan-ikan tersebut merupakan suatu keadaan yang penting dari segi usaha pemberantasan vektor. Apabila ikan-ikan ini dapat dikelola dengan baik, mungkin dapat digunakan sebagai salah satu unsur pengendalian tambahan dalam usaha memberantas penyakit malaria dan filariasis di daerah pasang surut Delta Upang. Pemeliharaan ikan mujair di daerah tersebut perlu digalakkan sehingga ha1 ini akan menunjang pengadaan protein hewani dan ikan tersebut dapat berperan sebagai salah satu aspek pemberantasan vektor secara biologi. Tumbuhan air seperti eceng, apu-apu, mata fele dan kangkung banyak dijumpai di kolam-kolam, parit-parit dan kubangan-kubangan di sekitar rumah-rumah penduduk di dae- rah Delta Upang. Karena berbagai jenis tumbuhan air ter- sebut merupakan inang dari nyamuk Mansonia maka ha1 ini merupakan suatu keadaan yang penting dari segi pengendali- an vektor. Pembersihan tumbuhan air tersebut secara ter- atur mungkin dapat membantu dalam usaha pemberantasan vek- tor filaria di daerah tersebut.