Penulisan Hukum ( Skripsi )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penulisan Hukum ( Skripsi )"

Transkripsi

1 PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska) Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Oleh : Siska Yanuarti NIM. E FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user i

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi) PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska) Oleh : Siska Yanuarti NIM.E Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Surakarta, Oktober 2012 Dosen Pembimbing ii

3 PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi) PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska) Oleh : Siska Yanuarti NIM.E Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada : Hari : Selasa Tanggal : 06 November 2012 iii

4 PERNYATAAN Nama : Siska Yanuarti NIM : E Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/ 2010/PN.Ska) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini. Surakarta, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan Siska Yanuarti NIM.E iv

5 ABSTRAK SISKA YANUARTI, E , PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan serta pertimbangan hakim dalam mengabulkan perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan dalam putusan Nomor: 188/ Pdt.Plw/2010/PN.Ska di Pengadilan Negeri Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder diperoleh dari Putusan Nomor:188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan studi kepustakaan dan wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah dengan analisis data kualitatif interaktif yaitu data dikumpulkan dengan berbagai cara yaitu dengan wawancara dan dokumen, kemudian diproses dalam tiga alur kegiatan yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan itu berawal dari gugatan yang didaftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri kemudian dicatat dan diberi nomor perkara, selanjutnya dilakukan penetapan Majelis Hakim dan penetapan hari sidang, lalu masuk keacara persidangan. Sebelum lanjut ke pemeriksaan berikutnya, dilaksanakan proses mediasi terlebih dahulu, setelah itu pembacaan gugatan perlawanan, lalu adanya jawaban gugatan dari Terlawan, Replik Pelawan, Duplik Terlawan, pembuktian, kesimpulan dan yang terakhir putusan hakim. Hasil penelitian dan pembahasan juga menunjukkan pertimbangan hakim dalam memberi putusan mengabulkan perlawanan pihak ketiga tersebut adalah adanya hak kepemilikan pihak ketiga yang dapat dibuktikan oleh Pelawan. Kata kunci : Perlawanan Pihak Ketiga, Sita Jaminan, Pertimbangan Hakim v

6 ABSTRACT SISKA YANUARTI, E , THIRD PARTY OPPOSITION (DERDEN VERZET) SEQUESTRATION AGAINST (CONSERVATOIR BESLAG) AS EFFORTS TO KEEP RIGHT (Case Study of Decision Number: 188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska) Faculty of Law of Sebelas Maret University Surakarta. This study aimed to determine the resistance of third party oppsition sequestration against and judges considerations in granting third party opposition to sequestration in the decision Number: 188 / Pdt.Plw/2010/PN.Ska in Surakarta Court. This research is a descriptive empirical. The type of data used is primary data and secondary data. The primary data obtained from interviews and secondary data obtained from Decision Number: 188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska. Data collection techniques used are a literature study and interviews. Analysis of the data used in research of law is the interactive qualitative data analysis is data collected with various methods, namely interviews and documents, and then processed in three grooves activities consisting of data reduction, data presentation and conclusion. The results and discussion indicate that the process of third party opposition sequestration against that originated from the accusation are registered to the District Court then noted and given a case number, then performed the determination of the judges and the determination day of session, and entered to the proceedings. Before you go to the next inspection, conducted in advance of the mediation process, then the resistance reading of the lawsuit, then the answer to the lawsuit from the challenged, Replik of competitor, Duplik of challenged, evidence, conclusions and final verdict. The results also show consideration judges gave the decision to grant such third party opposition is third party rights which can be proved by the competitor. Keywords: Third Party Opposition, Sequestration, Judge s Consideration vi

7 MOTTO Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah 2:216) Bila kegagalan itu bagai hujan, dan keberhasilan bagaikan matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi. (Anonim) Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. (Einsten) Sikap adalah sebuah perbuatan kecil yang mampu menghasilkan perbedaan yang besar. (Winston Churchill) vii

8 PERSEMBAHAN Karya sederhana ini Penulis persembahkan kepada : Allah SWT, Dzat yang Maha Sempurna, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah bagi hamba-nya. Bapak dan Ibu, semoga dapat menjadi salah satu sumber kebahagiaan dan memberikan senyum kebanggaan bagi kalian. Kakakku dan keponakanku tersayang. Sahabat-sahabatku, warna dalam hidupku. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta viii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur dan sembah sujud kepada Allah SWT yang telah memberikan jalan, kelancaran, kemudahan, dan segala ridho-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska). Secara garis besar penulisan hukum skripsi ini membahas mengenai salah satu permasalahan hukum yaitu mengenai perlawanan pihak ketiga (derden verzet) terhadap sita jaminan (conservatoir beslag). Dalam penulisan hukum ini menyoroti mengenai proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga (derden verzet) terhadap sita jaminan (conservatoir beslag) dan pertimbangan hakim dalam mengabulkan perkara perlawanan pihak ketiga (derden verzet) terhadap sita jaminan (conservatoir beslag) tersebut. Penyusunan penulisan hukum ini sendiri mempunyai tujuan utama untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret; 2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Harjono, S.H,M.H dan Bapak Syafrudin Yudowibowo, S.H., M.H., selaku pembimbing penulisan skripsi ini yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingannya serta terima kasih untuk segala arahan dan masukan bagi tersusunnya skripsi ini dengan baik. 4. Ibu M.Madalina, S.H.,M.Hum., selaku pembimbing akademis, atas bimbingannya selama penulis menimba ilmu di Fakultas Hukum UNS. ix

10 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan serta membuat penulis menjadi mengerti mengenai seluk beluk ilmu hukum. 6. Bapak dan Ibu, orangtuaku yang tidak pernah berhenti untuk memberikan doa, kasih sayang, kepercayaan, nasehat, motivasi, bantuan, dan segala upayanya untuk menjadikan penulis sebagai manusia yang lebih baik. Kakakku Suci yang selalu memotivasi penulis agar cepat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Cahyo, terima kasih untuk semangat dan motivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Muti, Fafa, Lisa, Fatia, serta semua sahabatku yang telah memberikan warna dan arti dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Hukum UNS. 8. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum UNS, terima kasih untuk kebersamaannya. 9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuannya. Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun diharapkan dapat diberikan untuk kesempurnaan penulisan hukum ini. Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat kepada kita semua, terutama untuk penulisan, akademisi, praktisi, serta masyarakat umum. Surakarta, Oktober 2012 Penulis Siska Yanuarti x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Metode Penelitian... 6 F. Sistematika Penulisan Hukum BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori Tinjauan Tentang Sita Jaminan a. Pengertian Sita Jaminan b. Macam-macam Sita Jaminan c. Syarat Pengajuan Sita Jaminan Tinjauan Tentang Perlawanan a. Pengertian Perlawanan b. Macam Perlawanan c. Jangka Waktu commit Pengajuan to user Perlawanan xi 23

12 3. Tinjauan Tentang Perlawanan Pihak Ketiga a. Pengertian Perlawanan Pihak Ketiga b. Prosedur Mengajukan Perlawanan Pihak ketiga B. Kerangka Pemikiran BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Nomor Perkara Identitas Para Pihak Duduk Perkara Bukti-Bukti Pertimbangan Hukum Amar Putusan B. Pembahasan Proses Pemeriksaan Perlawanan Pihak Ketiga (derden verzet) terhadap Sita Jaminan (conservatoir beslag) Pertimbangan Hakim dalam Mengabulkan Perkara Perlawanan Pihak Ketiga (derden verzet) terhadap Sita Jaminan (conservatoir beslag) BAB IV. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR BAGAN A. Bagan Skema Teknik Analisis Data B. Bagan Kerangka Pemikiran xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN A. Surat Keterangan Penelitian... B. Putusan Nomor 188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska.. xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan hukum sering terjadi dalam kehidupan masyarakat, tetapi kadang dalam hubungan hukum itu mungkin timbul suatu keadaan bahwa pihak yang satu tidak memenuhi kewajibannya terhadap pihak yang lain sehingga pihak yang lain itu dirugikan haknya. Mungkin juga terjadi tanpa suatu alasan hak seseorang dirugikan oleh perbuatan orang lain. Berdasarkan peraturan hukum acara perdata, orang dapat memulihkan haknya yang telah dirugikan atau terganggu melalui pengadilan dan berusaha menghindarkan diri dari tindakan menghakimi sendiri. Penyelesaian perkara melalui pengadilan menciptakan kepastian hukum tentang haknya yang harus dihormati oleh setiap orang. Misalnya hak sebagai ahli waris, hak sebagai pemilik barang, atau hak sebagai penghuni rumah yang sah. Kepastian hukum demikian diharapkan menimbulkan ketentraman dan rasa damai dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hukum acara perdata, orang yang merasa bahwa haknya dilanggar disebut penggugat, sedang bagi pihak yang ditarik kemuka pengadilan karena ia dianggap melanggar hak seseorang atau beberapa orang itu, disebut tergugat (Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2002: 2). Penggugat sangat berkepentingan agar gugatannya dapat dikabulkan. Oleh karena itu ia berkepentingan pula bahwa sekiranya gugatannya dikabulkan atau ia dimenangkan, terjamin haknya atau dapat dijamin bahwa putusannya dapat dilaksanakan. Sebab ada kemungkinan bahwa pihak tergugat, selama sidang berlangsung mengalihkan benda yang menjadi obyek perkara kepada pihak lain, sehingga apabila kemudian gugatan penggugat dikabulkan oleh pengadilan, putusan pengadilan tersebut tidak dapat dilaksanakan, disebabkan karena tergugat telah mengalihkan obyek perkara kepada pihak lain. Dalam hal demikian ini penggugat dapat mohon agar diadakan sita jaminan terhadap benda atau barang-barang milik 1

16 2 tergugat, dengan mengemukakan alasan-alasan kekhawatirannya mengenai maksud buruk atau itikad tidak baik dari pihak lawan atau tergugat tersebut (Hary Karsanto,1997:130). Undang-undang memberikan kesempatan kepada penggugat untuk mengajukan permohonan sita jaminan dan atau sita revindikasi atas harta kekayaan tergugat. Penyitaan atau beslag memberi jaminan kepada penggugat bahwa kelak gugatannya tidak illusoir (hampa) pada saat putusanya dieksekusi. Dengan adanya penyitaan tersebut maka tergugat kehilangan wewenangnya untuk menguasai barangnya, sehingga dengan demikian tindakan-tindakan tergugat untuk mengasingkan atau mengalihkan barang-barang yang disita adalah tidak sah dan merupakan tindak pidana dan ini terdapat pada Pasal 231, 232 KUHP (Sudikno Mertokusumo, 2002: 83). Apabila dengan putusan hakim pihak penggugat dimenangkan dan gugatan dikabulkan, maka sita jaminan tersebut secara otomatis dinyatakan sah dan berharga, kecuali kalau dilakukan secara salah. Tetapi bagaimana jika penetapan hakim dalam proses penyitaan yang dilakukan oleh pengadilan tersebut timbul masalah. Karena adanya kemungkinan barang yang disita ternyata diketahui bukan milik tergugat, tetapi milik pihak ketiga yang awalnya bukanlah pihak yang berperkara, tetapi terhadap barang miliknya telah diletakkan sita jaminan. Disebutkan tegas dalam Pasal 1917 KUHPerdata bahwa putusan atau penetapan hakim hanya mengikat kedua belah pihak yang berperkara saja, tetapi dalam prakteknya ditemukan adanya suatu putusan atau penetapan hakim yang mengakibatkan pihak ketiga yang tidak terlibat ikut dirugikan atas putusan tersebut. Putusan atau penetapan hakim tersebut kadang menimbulkan permasalahan, sehingga oleh para pihak yang tidak terima atas putusan atau penetapan hakim tersebut melakukan perlawanan. Perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan yaitu sita conservatoir dan sita revindicatoir sendiri sebenarnya tidak diatur baik dalam HIR, RBg, atau Rv,

17 3 namun hal itu dalam praktek selalu dapat diajukan. Dalam praktek menurut yurisprudensi putusan Mahkamah agung tanggal No 306 K/Sip/1962, menyatakan bahwa meskipun mengenai perlawanan terhadap pensitaan conservatoir tidak diatur secara khusus dalam HIR, menurut yurisprudensi perlawanan yang diajukan oleh pihak ketiga selaku pemilik barang yang disita dapat diterima, juga dalam hal sita conservatoir, ini belum disahkan (van waarde verklaard). Pada prakteknya dapat dilihat sendiri seperti kasus yang penulis angkat sebagai bahan kajian penulisan hukum ini. Kasus ini bermula ketika adanya perkara antara JM sebagai penggugat dengan VI sebagai tergugat. Dimana perkara tersebut telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surakarta pada tanggal 29 Agustus 2007 dengan Nomor Perkara No. 101/Pdt.G/2007/PN.Ska. Dalam perkara tersebut JM selaku Penggugat mengajukan sita jaminan terhadap tanah dan bangunan rumah yang notabene adalah objek sengketa dalam perkara tersebut. Yang terletak di Dukuh Bogo RT.04, RW.IV, desa Donohudan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, seluas ± 1000 M2. Kemudian penetapan sita jaminan tersebut ditetapkan dalam amar putusan Perkara Perdata No. 101/Pdt.G/2007/PN. Ska Jo. No. 41/PDT/2009/PT.SMG yang menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri Surakarta Jo. Pengadilan Negeri Boyolali. Dan sita jaminan tersebut dilaksanakan pada tanggal 19 Mei Putusan pengadilan yang menyatakan sah atas sita jaminan yang diajukan oleh penggugat tersebut ternyata mendapatkan perlawanan oleh SS, yang mengaku sebagai pemilik dari tanah dan bangunan yang menjadi objek sengketa dan telah dijatuhi sita jaminan dalam perkara tersebut. SS yang dalam hal ini sebagai pelawan mengajukan gugatan perlawanannya yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surakarta tanggal 29 Oktober 2010 dengan Nomor Perkara 188/Pdt.Plw/2010/PN. Ska. Dalam gugatannya ini SS menyatakan dirinya sebagai pihak ketiga yang ikut dirugikan atas perkara antara JM dengan VI.

18 4 Melalui kasus tersebut bisa dilihat bahwa perlawanan pihak ketiga pada prakteknya tetap dilaksanakan. Adanya hak untuk mengajukan perlawanan terhadap sita jaminan menjelaskan bahwa tidak hanya penggugat yang dilindungi haknya tetapi pihak ketiga juga dilindungi haknya atas pelaksanaan sita jaminan yang salah, karena dengan adanya penetapan pelaksanaan sita jaminan yang salah pihak ketiga atau tergugat benar-benar dirugikan kepentingan haknya. Berdasarkan pertimbangan tersebut khususnya mengenai perlawanan yang dilakukan oleh pihak ketiga terhadap sita jaminan maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis mengenai proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga serta pertimbangan hakim dalam mengabulkan perkara perlawanan pihak ketiga tersebut kemudian mengangkatnya melalui penulisan skripsi dengan judul: PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN HAK (Studi Kasus Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/ PN.Ska). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga (derden verzet) terhadap sita jaminan (conservatoir beslag)? 2. Apa pertimbangan hakim dalam mengabulkan perkara perlawanan pihak ketiga (derden verzet) terhadap sita jaminan (conservatoir beslag) dalam Putusan No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dikelompokkan menjadi tujuan objektif dan tujuan subjektif, yaitu sebagai berikut:

19 5 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga (derden verzet) terhadap sita jaminan (conservatoir beslag) b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan perkara perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan (conservatoir beslag) 2. Tujuan Subjektif a. Untuk memperluas pengetahuan hukum bagi penulis melalui suatu penelitian hukum, dalam hukum acara perdata yang menyangkut masalah perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan. b. Untuk memperoleh data-data yang akan penulis analisa dan teliti dalam rangka menyusun skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana (S1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun orang lain baik sekarang dan di masa yang akan datang. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran dibidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum acara perdata pada khususnya, terutama yang berhubungan dengan perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan. b. Memberikan sumbangan dalam memperbanyak referensi ilmu dibidang hukum acara perdata mengenai perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenisnya pada tahap selanjutnya.

20 6 2. Manfaat Praktis a. Untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir serta mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan bagi semua pihak yang terkait dan menjawab permasalahan yang diteliti. E. Metode Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya (Soerjono Soekanto, 2006:43). Suatu penelitian hukum dapat dipercaya kebenarannya apabila disusun dengan menggunakan suatu metode penelitian yang tepat. Metode penelitian adalah suatu tulisan atau karangan mengenai penelitian disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila pokok-pokok pikiran yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan dengan cara yang objektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian (Winarno Surakhmad, 1990:26). Metode yang akan dipergunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum empiris atau non-doctrinal research (sosio-legal research). Pada penelitian ini maka yang akan diteliti pada awalnya adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2006:52). Penelitian ini disebut sebagai penelitian hukum empiris karena penulis melakukan penelitian data sekunder terlebih dahulu yaitu berupa berkas perkara No. 188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska yang kemudian dilanjutkan

21 7 dengan penelitian data primer dilapangan yaitu dengan melakukan wawancara dengan Bapak Johny Aswar, SH selaku Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta. 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan penulis yaitu bersifat deskriptif dengan maksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaankeadaan atau gejala lainnya. Dalam penelitian ini penulis menggambarkan, menerangkan dan memaparkan mengenai proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga dan dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan suatu perlawanan dari pihak ketiga. 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun pendekatan kualitatif merupakan tatacara penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku yang nyata. Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengumpulan data berupa kata-kata, gambar-gambar, serta informasi verbal atau normatif dan bukan dalam bentuk angka-angka (Soerjono Soekanto, 2006 : 10). 4. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Pengadilan Negeri Surakarta. Dimana pemilihan lokasi tersebut dilakukan karena di lokasi tersebut terdapat data mengenai perkara perlawanan pihak ketiga dan sesuai dengan studi putusan yang dilakukan sehingga diperoleh data yang cukup untuk melaksanakan penelitian ini. 5. Jenis dan Sumber Data Penelitian Data adalah hasil penelitian baik yang berupa fakta-fakta atau angka-angka yang dapat dijadikan bahan untuk dijadikan suatu informasi dimana memiliki peranan penting dalam suatu penelitian. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

22 8 a. Jenis Data 1) Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian dilapangan atau dilokasi penelitian, baik dengan cara wawancara ataupun studi lapangan. Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara yang diperoleh dari Bapak Johny Aswar, SH selaku hakim di Pengadilan Negeri Surakarta. 2) Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang digunakan oleh seseorang dan secara tidak langsung bersumber dari bahan-bahan yang diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi buku, arsip, catatan, peraturan perundangan-undangan, berkas perkara No.188/Pdt.Plw/2010/ PN.Ska, media massa, internet dan bahan kepustakaan lainya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. b. Sumber Data 1) Sumber Data Primer Sumber data primer ini adalah sumber data yang diperoleh dari pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti, yaitu wawancara dengan Bapak Johny Aswar, Sh selaku Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa dan memutus perkara perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan. 2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti selain dari narasumber utama atau data-data yang mendukung data primer, meliputi buku, arsip, catatan, peraturan perundangan-undangan, berkas perkara No.188/Pdt.Plw/2010/PN.Ska, media massa, internet dan bahan kepustakaan lainya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

23 9 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang kita inginkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah: a. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan responden, baik lisan maupun tertulis atas sejumlah data yang diperlukan. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan responden yaitu Bapak Johny Aswar, SH selaku Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta. b. Studi dokumen atau bahan pustaka Studi dokumen yaitu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, berkas perkara No.188/Pdt.Plw/ 2010/PN.Ska serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 7. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat mempunyai makna dan bermanfaat untuk menjawab masalah. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2006:250). Teknik analisis kualitatif ini terdiri dari tiga komponen pokok analisis data, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan yang aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus antara

24 10 tahap-tahap tersebut. Berikut penjelasan komponen analisis data sebagai berikut (HB Sutopo, 2002:97) : a. Reduksi Data Reduksi data harus disusun pada waktu penelitian sudah mendapatkan data dari sejumlah unit data yang diperlukan dalam penelitian. Karena reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian kepada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul pada catatan tertulis di lapangan. b. Sajian Data Sajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hal tersebut dirancang untuk merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti, sehingga sajian data ini merupakan suatu bagian dari analisis. c. Penarikan Kesimpulan Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Bila kesimpulan dirasa belum bisa menjawab permasalahan, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah berfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data. Jadi dari awal pengumpulan, peneliti harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataanpernyataan, arahan sebab akibat dan proporsi-proporsi peneliti. Adapun skema komponen-komponen analisis tersebut adalah sebagai berikut:

25 11 Pengumpulan Data Reduksi Data Sajian Data Kesimpulan Gambar: Teknik Analisis Data F. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan penutup serta dilengkapi daftar pustaka dan lampiranlampiran. Adapun sistematika penulisan hukum sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan tentang sita jaminan, tinjauan tentang perlawanan, dan tinjauan tentang perlawanan pihak ketiga (derden verzet). BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini merupakan hasil penelitian yang penulis peroleh dari tempat lokasi penelitian yang menguraikan tentang proses pemeriksaan perlawanan pihak ketiga (derden verzet) terhadap sita jaminan di Pengadilan Negeri Surakarta serta pertimbangan hakim

26 12 untuk mengabulkan perlawanan pihak ketiga tersebut sesuai dengan sumber data yang diperoleh selama penelitian. BAB IV : PENUTUP Pada bab ini akan menguraikan secara singkat tentang kesimpulan akhir dari pembahasan dan jawaban atas rumusan permasalahan, dan diakhiri dengan saran-saran yang didasarkan atas hasil keseluruhan penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan tentang Sita Jaminan a. Pengertian Sita Jaminan Undang-undang menyediakan upaya hukum bagi penggugat agar terjamin haknya sekiranya gugatannya dikabulkan nanti yaitu dengan penyitaan (arrest, beslag). Penyitaan ini disebut juga sita conservatoir atau sita jaminan (Pasal 197 ayat 9, 199 HIR, 212, 214 RBg). Pengertian sita jaminan sendiri merupakan tindakan persiapan untuk menjamin dapat dilaksanakannya putusan pengadilan dalam perkara perdata di kemudian hari (H. Riduan Syahrani, 2000:50). Selain itu menurut (Retnowulan Susantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2002:98) sita jaminan mengandung arti yaitu bahwa untuk menjamin pelaksanaan suatu putusan dikemudian hari, atas barang-barang milik tergugat baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak selama proses perkara berlangsung terlebih dahulu disita, atau dengan lain perkataan bahwa terhadap barang-barang yang sudah disita tidak dapat dialihkan, diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada orang lain. Sita jaminan tidak akan diletakkan oleh hakim apabila tidak ada permohonan tentang sita jaminan dari penggugat. Hal ini sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal 178 ayat 3 HIR yang isinya menentukan bahwa Hakim dilarang akan menjatuhkan putusan atas perkara yang tiada dituntut, atau akan meluluskan lebih daripada yang dituntut (M. Nur Rasaid, 2003:24). Penyitaan dalam sita jaminan ini bukan dimaksudkan untuk melelang, atau menjual barang yang disita, namun hanya disimpan (conserveer) oleh 13

28 14 pengadilan dan tidak boleh dialihkan atau dijual oleh termohon/tergugat. ( index.php?title=sita_jaminan) Sita jaminan dilakukan oleh jurusita/jurusita pengganti sebagai pelaksanaan perintah yang dituangkan dalam ketetapan yang dibuat ketua majelis hakim. Jurusita atau penggantinya tersebut wajib membuat berita acara penyitaan yang telah dilaksanakannya dan memberitahukan isinya kepada tergugat (tersita). Dalam melaksanakan penyitaan itu jurusita dibantu oleh 2 (dua) orang saksi yang turut serta menandatangani berita acara (Pasal 65 Undang-undang No.2 Tahun 1986 Jo Undang-Undang No.49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum). Aturan dasar pengajuan sita jaminan terdapat pada Pasal 226 dan 227 HIR dan tentang tata cara pelaksanaan sita jaminan diatur dalam Pasal 197, 198 dan 199 HIR, yang pada pokoknya adalah : ( penyitaan.html). 1) Jika dalam waktu yang ditentukan pihak yang kalah belum bisa melaksanakan putusan Pengadilan dan apabila sudah dipanggil secara patut tidak memenuhinya maka akan diperintahkan untuk melakukan penyitaan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang menangani perkara tersebut; 2) Penyitaan dijalankan oleh Panitera Pengadilan Negeri; 3) Apabila Panitera berhalangan, ia diganti oleh orang lain yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri, dalam praktek biasanya dijalankan oleh Panitera luar biasa; 4) Cara penunjukannya cukup dilakukan dengan penyebutan dalam surat perintah, hal ini berarti bahwa sebelum penyitaan dilakukan harus terlebih dahulu ada surat perintah dari Ketua;

29 15 5) Tentang dilakukannya penyitaan harus dibuat berita acaranya dan isi berita acara tersebut harus diberitahukan kepada orang yang disita barangnya, apabila ia hadir; 6) Panitera atau penggantinya dalam melakukan penyitaan harus disertai oleh dua orang saksi, yang nama, pekerjaan dan tempat tinggalnya disebutkan dalam berita acara itu dan para saksi ikut menandatangani berita acara; 7) Saksi-saksi tersebut harus penduduk Indonesia, biasanya pegawai Pengadilan, setidak-tidaknya harus sudah dewasa dan harus orang yang dapat dipercaya; 8) Penyitaan boleh dilakukan atas barang-barang yang bergerak yang juga berada di tangan orang lain, akan tetapi hewan dan perkakas yang sungguh-sungguh berguna bagi yang disita untuk menjalankan pencaharian, tidak boleh disita; 9) Barang-barang yang tidak tetap yang disita itu seluruhnya atau sebagiannya harus dibiarkan berada di tangan orang yang disita atau barang-barang itu dibawa untuk disimpan di tempat yang patut; 10) Dalam hal barang-barang tersebut tetap dibiarkan di tangan orang yang disita, hal itu diberitahukan kepada Pamong desa supaya ikut mengawasi agar jangan sampai barang-barang tersebut dipindah tangankan atau dibawa lari oleh orang tersebut; 11) Terhadap penyitaan barang tetap, maka berita acaranya harus diumumkan, dicatat dalam buku letter C di desa, dicatat dalam buku tanah di Kantor Kadaster dan salinan berita acara dimuat dalam buku yang khusus disediakan untuk maksud itu di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri, dengan menyebut jam, tanggal, hari, bulan dan tahun dilakukannya; 12) Pegawai yang melakukan penyitaan harus memberi perintah kepada Kepala Desa supaya perihal adanya penyitaan barang yang tidak bergerak itu diumumkan sehingga diketahui khalayak ramai;

30 16 13) Sejak berita acara penyitaan diumumkan, pihak yang disita barangnya itu tidak boleh lagi memindahkan, memberatkan atau menyewakan barang tetapnya yang telah disita itu kepada orang lain. Perkataan memberatkan di atas berarti pula memborongkan, menggadaikan, menghipotikkan. b. Macam-Macam Sita Jaminan Sita jaminan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sita jaminan terhadap harta milik sendiri (pemohon) dan sita conservatoir atau sita jaminan terhadap barang milik tergugat (debitur). Sita tersebut yaitu (Sophar Maru Hutagalung, 2010:93) : 1) Sita Jaminan terhadap Harta Milik Sendiri Sita yang ditujukan untuk menjamin hak kebendaan dari pemohon yang merupakan miliknya sendiri, terdiri atas sita revindicatoir dan sita maritaal. a) Sita revindicatoir (Revindicatoir Beslag/Pasal 226 HIR), adalah sita yang dilakukan oleh pemilik terhadap barang bergerak miliknya yang berada di tangan orang lain (Pasal 1751 dan Pasal 1977 KUH Perdata). Termasuk di dalam pengertian ini adalah hak reklame, yaitu hak dari penjual barang bergerak meminta kembali barangnya yang belum dibayar oleh pembeli. Menurut M. Nur Rasaid dari penyitaan ini adalah agar barang yang digugat itu jangan sampai dihilangkan selama proses berlangsung. Akibat hukum dari penyitaan ini ialah bahwa pemohon atau penyita barang tidak menguasai barang yang telah disita, sebaliknya yang terkena sita dilarang untuk mengasingkannya (M. Nur Rasaid, 2003: 24). b) Sita maritaal, adalah sita yang diajukan oleh seorang istri kepada suaminya dalam gugatan perceraian, ditujukan agar barang yang menjadi objek sita tidak dijual dan tidak jatuh ke tangan pihak

31 17 ketiga. Ini berfungsi melindungi hak pemohon selama pemeriksaan sengketa perceraian di pengadilan berlangsung antara pemohon dengan lawannya. Mengenai sita maritaal yang dimohonkan dalam gugatan perceraian, setelah berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan diatur sangat terbatas sekali yaitu hanya diatur dalam pasal 24 ayat (2) huruf c PP No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No.1 tahun ) Sita Jaminan terhadap Harta Milik Tergugat Atau Sita Conservatoir (Conservatoir Beslag) Sita ini bertujuan agar barang yang menjadi objek sita jaminan tidak digelapkan atau dialihkan tergugat selam proses persidangan berlangsung, sehingga pada saat putusan dilaksanakan, pelunasan pembayaran utang yang dituntut penggugat dapat terpenuhi dengan jalan menjual barang yang disita itu (Pasal 227 ayat (1) HIR, Pasal 261 ayat (1) RBg, atau Pasal 720 Rv). Sita ini merupakan tindakan persiapan dari pihak penggugat dalam bentuk permohonan kepada ketua Pengadilan Negeri untuk menjamin dapat dilaksankannya putusan perdata dengan menguangkan atau menjual barang debitur yang disita guna memenuhi tuntutan penggugat. Dengan diletakannya penyitaan ini berarti barang yang disita dibekukan dan tidak dapat dialihkan atau dijual. Sita ini dapat dibilang hanyalah sebagai tekanan karena tidak jarang terjadi objek sita tidak sampai berakhir dengan penjualan karena debitur memenuhi prestasinya sebelum putusan dilakukan. Adapun yang dapat disita secara conservatoir adalah: a) Barang bergerak milik tergugat ; b) Barang tetap milik tergugat ; dan c) Barang bergerak milik tergugat yang ada ditangan orang lain.

32 18 Sekarang ini dalam praktiknya sita conservatoir dapat diterapkan kepada sengketa-sengketa yang timbul dari wanprestasi (Pasal 123 jo KUH Perdata) maupun perbuatan melawan hukum/pmh (Pasal 1365 KUH Perdata), termasuk sengketa hak milik atas benda tidak bergerak. c. Syarat Pengajuan Sita Jaminan Sesuai dengan Pasal 226 HIR, untuk mengajukan permohonan sita Revindicatoir, pemohon dapat langsung mengajukan permohonan, tanpa perlu ada dugaan yang beralasan bahwa tergugat akan mencoba untuk menggelapkan atau melarikan barang yang bersangkutan selama proses persidangan. Sedangkan perihal syarat-syarat untuk dapat diletakkannya sita jaminan telah diatur dalam Pasal 227 HIR. Ketentuan Pasal 227 HIR tersebut mengandung makna bahwa untuk mengajukan sita jaminan haruslah ada dugaan yang beralasan bahwa seseorang yang berhutang selama belum dijatuhkan putusan oleh hakim atau selama putusan belum dijalankan mencari akal untuk menggelapkan atau melarikan barangnya. Apabila penggugat tidak mempunyai bukti kuat bahwa kekhawatiran tergugat akan mengasingkan barang-barangnya, maka sita jaminan tidak dilakukan. Oleh karena itu, tersita harus didengarkan keterangannya guna mengetahui kebenaran dugaan tersebut (Ayuning Tyas Nilasari, 2011:4). Menurut Sudikno Mertokusumo syarat tersebut dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan agar tidak diadakan penyitaan secara sembarangan, yang akhirnya hanya merupakan tindakan sia-sia yang tidak mengenai sasaran (vexatoir) (Sudikno Mertokusumo, 2002:87). Buku Mahkamah Agung mengenai Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Pengadilan Perdata Umum (2007:80) mencoba mendefinisikan secara lebih konkrit. Untuk mengabulkan sita conservatoir, harus ada sangkaan yang beralasan, bahwa tergugat sedang berupaya untuk

33 19 menghilangkan barang-barangnya untuk menghindari gugatan penggugat. Disini dapat disimpulkan bahwa permohonan pengajuan sita jaminan lebih diarahkan kepada sedang terjadinya proses pengasingan barang sampai pada ada barang yang hilang. 2. Tinjauan Tentang Perlawanan a. Pengertian Perlawanan Perlawanan merupakan suatu upaya hukum yang banyak menimbulkan masalah dalam praktek pengadilan. Misalnya saja betapa terperanjatnya seseorang, apabila pada suatu ketika rumah dan tanah miliknya disita oleh juru sita pengadilan negeri atas dasar suatu penetapan hakim yang sah, sedangkan yang bersangkutan sama sekali tidak merasa mempunyai hutang baik kepada Negara, maupun kepada perorangan. Dalam kedua persoalan tersebut diatas jelaslah bahwa pihak terggugat maupun pihak ketiga, yaitu orang lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan sesuatu perkara akan berusaha mencari jalan untuk melepaskan barang-barangnya dari persitaan itu (Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2002: 174). Kata perlawanan mengandung kata menentang sesuatu sampai diperoleh hasil akhir yang pasti dalam bentuk kalah atau menang. Tujuan yang ingin dicapai dari upaya perlawanan adalah melawan secara formal dan resmi suatu penetapan atau putusan yang dijatuhkan pengadilan, supaya putusan atau penetapan itu lumpuh dan tidak mempunyai kekuatan mengikat pada diri pelawan. Perlawanan muncul ketika ada salah satu pihak merasa dirugikan atas putusan hakim tersebut, dimana dalam putusan hakim tersebut salah menerapkan hukum atau pada proses pemeriksaan majelis hakim kurang teliti dalam penerapan undang-undang sehingga dalam putusan tersebut melebihi

34 20 apa yang dituntut oleh penggugat. Upaya perlawanan timbul berdasarkan suatu penetapan dan ini mengindikasikan bahwa perlawanan muncul ketika adanya suatu penetapan sita jaminan oleh majelis hakim yang kemudian timbul perlawanan atas penetapan sita jaminan sehingga sifat dari perlawanan tidak dapat berdiri sendiri. Perlawanan merupakan hak tergugat atau pihak ketiga bukan sebagai kewajiban hukum, karena sifat dan fungsi dari perlawanan adalah bersifat fakultatif bukan bersifat imperatif. Pihak tergugat atau pihak ketiga dalam hal ini dapat menggunakan hak perlawanan maupun tidak. Apabila tergugat atau pihak ketiga menggunakan perlawanan terhadap sita jaminan maka maksud perlawanan tersebut bukan sebagai itikad tidak baik. Ketentuan Pasal 195 (6) dan (7) HIR tersebut mengatur: 1) Perlawanan terhadap sita eksekutorial; 2) Diajukan oleh yang terkena eksekusi atau tersita; 3) Diajukan pihak ketiga atas dasar hak milik; 4) Perlawanan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang melaksanakan; 5) Adanya kewajiban dari Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa dan memutus perlawanan itu untuk melaporkan atas pemeriksaan dan putusan perkara perlawanan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memerintahkan eksekusi. Pasal 207 dan Pasal 208 HIR mengatur: 1) Cara pengajuan perlawanan itu dapat dilakukan secara lisan atau tertulis; 2) Perlawanan itu harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri; 3) Adanya azas bahwa perlawanan tidak menangguhkan eksekusi; 4) Pengecualian terhadap azas di atas; 5) Kemungkinan untuk mengajukan banding;

35 21 Dari penjelasan pasal-pasal yang tersebut, nampak jelas bahwa perlawanan diajukan terhadap sita eksekutorial. Hal ini berarti, bahwa barang yang menjadi obyek penyitaan mohon agar dapat diangkat ketika masih dalam penyitaan, yaitu ketika barang tersebut masih belum dilelang atau belum diserahkan kepada pihak yang menang (Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2002: 176). Tetapi tidak menutup kemungkinan perlawanan juga dapat diajukan terhadap sita jaminan (conservatoir beslag). Pasal 197 HIR mengatur mengenai dasar pelaksanaan sita eksekusi. Pelaksanaan sita jaminan tidak diatur secara terperinci dan pada dasarnya sama dengan pengaturan sita eksekusi, oleh karena itu dasar pelaksanaan sita jaminan juga diatur dalam pasal 197 HIR. Mengenai perlawanan terhadap sita jaminan dasar aturan yang dipakai juga sama dengan dasar perlawanan terhadap sita eksekusi, namun perbedaan perlawanan dari kedua sita terletak pada waktu pengajuan perlawanan. Perlawanan terhadap sita jaminan dilakukan sebelum proses pemeriksaan perkara selesai dan belum adanya putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Perlawanan sita eksekusi dilakukan setelah proses pemeriksaan perkara telah selesai adanya putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Demi kebenaran dan keadilan maupun kepastian hukum, setiap putusan maupun ketetapan hakim untuk diperiksa dan dalam setiap penjatuhan atau penetapan supaya hati-hati dan teliti agar tidak terjadi kekeliruan. b. Macam Perlawanan Pengajuan perlawanan dapat dilakukan oleh pihak yang berperkara dalam hal ini pihak tergugat yang melakukan perlawanan terhadap sita maupun verstek, sedangkan pihak lain atau pihak ketiga juga dapat melakukan perlawanan atas akibat yang ditimbulkan putusan atau penetapan hakim tersebut.

36 22 Perlawanan menurut Pasal 195 ayat (6) HIR terdiri dari beberapa macam perlawanan terhadap suatu penetapan pengadilan. Hal ini dapat ditarik dari bunyi kalimat jika pelaksanaan putusan itu dapat dilawan, jika perlawanan itu dilakukan oleh pihak lain yang mengakui barang yang disita itu miliknya. Dari pasal tersebut kita mengenal beberapa jenis perlawanan terhadap penetapan Pengadilan yaitu : 1) Perlawanan terhadap Putusan Verstek Merupakan upaya terhadap putusan yang dijatuhkan pengadilan karena tergugat tidak hadir pada persidangan pertama (putusan verstek). Kepada pihak yang dilahkan serta diterangkan kepadanya bahwa ia berhak mengajukan perlawanan (verzet) terhadap putusan tak hadir itu kepada pengadilan itu. Diatur dalam pasal 125 ayat (3) HIR/ pasal 149 ayat (3) RBG dan pasal 153 (1) HIR/pasal 129 (1) RBG (Moh. Taufik Makarao, 2004:161). Pengajuan perlawanan terhadap putusan verstek diajukan seperti mengajukan surat gugatan biasa (pasal 129 ayat 3 HIR). Dan ketika perlawanan telah diajukan kepada ketua pengadilan, maka tertundalah pekerjaan menjalankan putusan verstek, kecuali kalau telah diperintahkan bahwa putusan itu dapat dijalankan (uit voerbaar bij voorraad) walaupun ada verzet, banding maupun kasasi (pasal 129 ayat 4 HIR). 2) Perlawanan terhadap Sita a) Perlawanan terhadap sita jaminan Perlawanan yang diajukan karena ketidakpuasan dari pihak tergugat maupun pihak ketiga dalam hal ini menjadi pihak yang harus menerima penetapan majelis hakim atas permohonan sita jaminan yang dimohonkan oleh pihak penggugat, perlawanan tersebut diajukan atas dasar bahwa penetapan sita jaminan tersebut tidak pada tempatnya.

37 23 Perlawanan terhadap sita jaminan merupakan hak dari tergugat maupun pihak ketiga untuk mengangkat sita jaminan. Tujuan dari perlawanan terhadap sita jaminan bukan hanya semata-mata untuk mengangkat sita jaminan, tetapi dapat menjadi koreksi suatu penetapan majelis hakim. Bahwa kedudukan pihak tergugat dan penggugat adalah sama dimata hukum, oleh sebab itu perlawanan terhadap sita jaminan bertujuan untuk menjamin hak tergugat. b) Perlawanan terhadap sita eksekusi Perlawanan yang timbul dari pihak tereksekusi maupun pihak ketiga atau pihak lain dengan tujuan untuk menangguhkan eksekusi diatur dalam Pasal 195 ayat (6) dan ayat (7) HIR, Pasal 207 dan pasal 208. Pihak-pihak yang menjadi subjek gugatan perlawanan adalah pihak yang terdapat dalam perkara dan pihak yang semula tidak terlibat dalam perkara tersebut yaitu pihak ketiga. c. Jangka Waktu Pengajuan Perlawanan Pengajuan terhadap perlawanan perlu diperhatikan dengan seksama oleh tergugat maupun pihak ketiga, karena untuk menentukan berhasilnya perlawanan adalah waktu pengajuan perlawanan. Faktor pengajuan perlawanan memegang peranan penting, sebab apabila pengajuan perlawanan terlambat dilakukan maka perlawanan yang diajukan tidak akan berhasil atau tidak akan diterima. 1) Jangka waktu pengajuan perlawanan terhadap verstek Tergugat dapat mengajukan verzet atau perlawanan terhadap putusan verstek, menurut ketentuan pasal 129 HIR tergugat yang diputus dengan verstek dapat mengajukan dengan tenggang waktu sebagai berikut: a) Perlawanan terhadap putusan verstek dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak pemberitahuan diterima tergugat secara pribadi;

38 24 b) Jika putusan verstek itu tidak diberitahukan kepada tergugat pribadi, maka perlawanan masih dapat diajukan sampai hari ke-8 (delapan) setelah teguran untuk melaksanakan putusan verstek itu; c) Atau apabila tergugat tidak datang menghadap ketika ditegur, perlawanan tergugat dapat diajukan sampai hari ke-8 (pasal 129 ayat 2 HIR, sampai hari ke 14 (pasal 53 ayat 2 RBG sesudah putusan verstek dijalankan; Dengan diajukan permohonan verzet, perkara diperiksa kembali di pengadilan negeri. Proses pemeriksaan seperti pada pemeriksaan gugatan, yang diatur dalam pasal 129 HIR dengan pemeriksaan biasa. 2) Jangka waktu pengajuan perlawanan terhadap sita jaminan dan sita eksekusi a) Jangka waktu pengajuan perlawanan terhadap sita jaminan Keabsahan suatu perlawanan terhadap sita jaminan digantungkan pada faktor waktu, yaitu perlawanan harus diajukan sebelum penetapan yang dilawan belum mempunyai kekuatan hukum tetap atau belum mempunyai kekuatan untuk di eksekusi. Apabila hal itu terjadi maka perlawanan tersebut berubah menjadi perlawanan terhadap sita eksekusi. Benda yang akan disita agar dapat diangkat atau masih dalam pensitaan, dengan kata lain bahwa barang tersebut belum dilelang belum dilaksanakan penyerahan kepada pihak yang menang, sehingga masih dalam proses pemeriksaan belum ada putusan yang telah berkekuatan tetap, hal ini diatur dalam pasal 207 dan pasal 208 HIR. b) Jangka waktu pengajuan perlawanan terhadap sita eksekusi Salah satu syarat agar perlawanan dapat dipertimbangkan sebagai alasan menunda eksekusi, harus dijalankan sebelum eksekusi dijalankan. Apabila eksekusi sudah selesai dijalankan, tidak

39 25 ada relevansinya untuk menunda eksekusi (Yahya Harahap, 2009: 314). Apabila pengajuan perlawanan terhadap sita eksekusi terlambat yaitu setelah benda itu sudah dilelang atau sudah diserahkan kepada pihak yang menang maka perlawanan tersebut tidak akan berhasil dan dinyatakan tidak diterima. 3. Tinjauan Tentang Perlawanan Pihak Ketiga (Derden Verzet) a. Pengertian Perlawanan Pihak Ketiga (Derden Verzet) Perlawanan pihak ketiga atau bantahan dikenal juga dengan istilah derden verzet. Perlawanan pihak ketiga sendiri merupakan perlawanan yang dilakukan oleh orang yang semula bukan pihak yang bersangkutan dalam berperkara dan hanya karena ia merasa berkepentingan, oleh karena ia merasa mengenai barang yang dipersengketakan atau barang yang sedang disita dalam perkara itu sebenarnya bukan kepunyaan dari tergugat, tetapi adalah milik pihak ketiga (M. Nur Rasaid, 2003:62). Menurut Sudikno Mertokusumo (2002:237) perlawanan pihak ketiga mempunyai arti yaitu perlawanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang hakhaknya dirugikan kepada hakim yang menjatuhkan putusan yang dilawan itu dengan menggugat para pihak yang bersangkutan dengan cara biasa. Adapun definisi lain yang disebutkan oleh Moh. Taufik Makarao mengenai bantahan atau perlawanan pihak ketiga yaitu upaya hukum yang dilakukan orang yang semula bukan pihak dalam suatu perkara, tetapi oleh karena ia merasa berkepentingan atas barang atau benda yang dipersengketakan dimana barang atau benda tersebut akan/sedang disita atau akan/sedang dijual lelang, maka ia berusaha untuk mempertahankan benda atau barang tersebut dengan alasan bahwa benda atau barang tersebut adalah miliknya bukan milik tergugat (Moh. Taufik Makarao, 2004:210).

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala tingkah laku yang diperbuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Hukum acara perdata disebut juga hukum perdata formil, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa

Lebih terperinci

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) 1 Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) Bambang Kusumo T. E.0001083 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB

Lebih terperinci

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan surat edaran mahkamah agung nomor 3 tahun 2000 tentang putusan serta merta (uitvoerbaar bij voorraad) dan provisionil dalam eksekusi putusan serta merta di Pengadilan Negeri Pati Oleh Ariwisdha

Lebih terperinci

PEMBATALAN SITA JAMINAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI PUTUSAN NOMOR 2998 K/PDT/2012

PEMBATALAN SITA JAMINAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI PUTUSAN NOMOR 2998 K/PDT/2012 PEMBATALAN SITA JAMINAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI PUTUSAN NOMOR 2998 K/PDT/2012 Mida Asmoarum, Harjono Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim agung dalam membatalkan sita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

Lebih terperinci

JAMINAN. Oleh : C

JAMINAN. Oleh : C NASKAH PUBLIKASII SKRIPSI PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA (Study Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR PENYITAAN (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Penyitaan Sita (Beslag) adalah suatu tindakan hukum pengadilan atas benda bergerak ataupun benda tidak bergerak

Lebih terperinci

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi : BAB III PELAKSANAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI DAN PELAKSAAN SITA JAMINAN SERTA EKSEKUSI TERHADAP BENDA MILIK DEBITUR YANG TIDAK DIDAFTARKAN OLEH JURU SITA PENGADILAN NEGERI BANDUNG A. Pelaksaan Sita

Lebih terperinci

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah dalam suatu perkara untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan pengadilan oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali terjadi

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak permasalahan yang berlatar belakang pada sengketa perdata yang disebabkan oleh karena salah satu pihak merasa dirugikan akibat hak-haknya dilanggar oleh

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET (Oleh H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim PTA NTB) I. Pendahuluan Dalam praktek beracara di muka Pengadilan sering kita dapati perkara gugatan derden

Lebih terperinci

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG DAN EKSEKUTORIAL BESLAG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA ( STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA ) Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG) MAHKAMAH AGUNG Jl. Lapangan Banteng Timur No. 1 JAKARTA Jakarta, 1 Desember 1975 No Lampiran : 2 (dua) : MA./Pemb./1021/1/75 Hakim

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) PERMOHONAN KASASI PENUNTUT UMUM BERDASARKAN JUDEX FACTI SALAH MENERAPKAN HUKUM TERHADAP PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DALAM PERKARA PENIPUAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR : 1085k/PID/2014)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara permohonan dan perkara gugatan. Dalam perkara gugatan sekurangkurangnya ada dua pihak yang

Lebih terperinci

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin SEKITAR PENYITAAN Oleh A. Agus Bahauddin A. Pengertian Penyitaan : Menurut terminologi Belanda : beslag, dalam istilah Indonesia disebut beslah, dan istilah bakunya sita dan penyitaan. Dari istilah-istilah

Lebih terperinci

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam PENGGUNAAN ASAS IN DUBIO PRO REO OLEH TERDAKWA SEBAGAI DASAR PENGAJUAN KASASI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINGGI DALAM PERKARA SURAT PALSU (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2175/K/Pid/2007) Penulisan

Lebih terperinci

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) BAB I PENDAHULUAN Sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

hal 0 dari 11 halaman

hal 0 dari 11 halaman hal 0 dari 11 halaman I. PENGERTIAN PENGGUNAAN LEMBAGA PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) OLEH Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI (H. SUWARDI, SH, MH) Subekti menyebut, putusan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Namun dalam membina hubungan bermasyarakat tersebut, sering

Lebih terperinci

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam

Penulisan Hukum. (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk. Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam PENGABAIAN ALAT BUKTI VISUM ET REPERTUM OLEH HAKIM SEBAGAI DASAR ALASAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS PENGADILAN NEGERI TANGERANG DALAM PERKARA MELAKUKAN PERBUATAN CABUL TERHADAP ANAK (Studi

Lebih terperinci

STUDI TENTANG GUGATAN PEMBATALAN LELANG PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 171/Pdt.G/2013/PN.

STUDI TENTANG GUGATAN PEMBATALAN LELANG PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 171/Pdt.G/2013/PN. STUDI TENTANG GUGATAN PEMBATALAN LELANG PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM PERKARA PERDATA (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 171/Pdt.G/2013/PN.Ska) Rencana penelitian untuk penulisan hukum ( Skripsi ) S1 Oleh

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA JAMINAN DALAM SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara No. 127/Pdt.Plw/08/PN.

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA JAMINAN DALAM SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara No. 127/Pdt.Plw/08/PN. STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA JAMINAN DALAM SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara No. 127/Pdt.Plw/08/PN.Ska) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek penelitian 1. profil pengadilan agama malang Pengadilan Agama Malang terletak di jalan Raden Panji Suroso No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derden verzet merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan perlawanan pihak ketiga

Lebih terperinci

EKSEKUSI PUTUSAN SERTA MERTA (Studi Putusan Nomor 08/Pdt.G/2011/PN.Pwr di Pengadilan Negeri Purworejo)

EKSEKUSI PUTUSAN SERTA MERTA (Studi Putusan Nomor 08/Pdt.G/2011/PN.Pwr di Pengadilan Negeri Purworejo) EKSEKUSI PUTUSAN SERTA MERTA (Studi Putusan Nomor 08/Pdt.G/2011/PN.Pwr di Pengadilan Negeri Purworejo) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) GUGATAN CLASS ACTION TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM PT AGRONUSA BUMI LESTARI DALAM PERKARA LAHAN PLASMA KEBUN KELAPA SAWIT (Studi Kasus Putusan MA No: 15K/Pdt/2015) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun

Lebih terperinci

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat : Definisi Sita Sita adl tindakan penjagaan paksa berdasarkan perintah pengadilan/hakim untuk menempatkan harta kekayaan milik penggugat dan/atau tergugat kedalam penjagaan untuk menjamin dipenuhinya tuntutan

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (SKRIPSI)

Penulisan Hukum (SKRIPSI) UPAYA PEMBUKTIAN PENUNTUT UMUM MENGGUNAKAN BARANG BUKTI SURAT PERJANJIAN SEWA MOBIL DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN YANG DILAKUKAN SECARA BERLANJUT (Studi Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 162/Pid.b/2015/PN.Skt)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HAK TERDAKWA UNTUK MENGAJUKAN UPAYA

IMPLEMENTASI HAK TERDAKWA UNTUK MENGAJUKAN UPAYA IMPLEMENTASI HAK TERDAKWA UNTUK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM KASASI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MAKASAR DALAM PERKARA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI TULISAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 2584 K/PID/2007)

Lebih terperinci

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA Oleh : M. Luqmanul Hakim Bastary* PENGERTIAN Untuk kesamaan penggunaan istilah, maka kata Executie yang berasal dari bahasa asing, sering diterjemahkan ke dalam Bahasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM 57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA A. Putusan PTUN Tujuan diadakannya suatu proses di pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. 62 Putusan hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan

Lebih terperinci

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 didalam pasal 1 ayat (3) menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena itu Negara tidak boleh melaksanakan

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERKARA PERCERAIAN YANG DIPUTUS TANPA KEHADIRAN TERGUGAT (VERSTEK) DI PENGADILAN AGAMA (KAJIAN PUTUSAN NOMOR 3838/ Pdt.G/2010/PA.

KAJIAN HUKUM PERKARA PERCERAIAN YANG DIPUTUS TANPA KEHADIRAN TERGUGAT (VERSTEK) DI PENGADILAN AGAMA (KAJIAN PUTUSAN NOMOR 3838/ Pdt.G/2010/PA. SKRIPSI KAJIAN HUKUM PERKARA PERCERAIAN YANG DIPUTUS TANPA KEHADIRAN TERGUGAT (VERSTEK) DI PENGADILAN AGAMA (KAJIAN PUTUSAN NOMOR 3838/ Pdt.G/2010/PA.Jr) JUDICIAL REVIEW DECISION DIVORCE CASE WITHOUT ATTENDANCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara kekuasaan kehakiman, asas-asas penyelengaraan kekuasaan kehakiman,

Lebih terperinci

Sekitar Kejurusitaan

Sekitar Kejurusitaan Sekitar Kejurusitaan (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Juru Sita Juru sita adalah salah satu pejabat yang bertugas di pengadilan agama, selain hakim, panitera dan

Lebih terperinci

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

DEA ARSYANDITA NIM E

DEA ARSYANDITA NIM E ALASAN PERMOHONAN KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PENERAPAN SANKSI PIDANA DIBAWAH KETENTUAN MINIMUM DALAM TINDAK PIDANA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN (STUDI PUTUSAN NOMOR 735 K/ PID.SUS/ 2014) Penulisan

Lebih terperinci

ABSTRAK Latar belakang

ABSTRAK Latar belakang ABSTRAK Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekutorial diajukan kepada Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut. Adakalanya permohonan eksekusi datang langsung dari pihak tereksekusi sendiri.

Lebih terperinci

E K S E K U S I (P E R D A T A)

E K S E K U S I (P E R D A T A) E K S E K U S I (P E R D A T A) A. Apa yang dimaksud dengan Eksekusi Eksekusi adalah melaksanakan secara paksa (upaya hukum paksa) putusan Pengadilan dengan bantuan kekuatan umum. B. AZAS-AZAS EKSEKUSI

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) TINJAUAN YURIDIS KESALAHAN PENERAPAN HUKUM PEMBUKTIAN OLEH JUDEX FACTIE SEBAGAI ALASAN HUKUM PENGAJUAN KASASI PENUNTUT UMUM KEJAKSAAN NEGERI TARUTUNG DALAM PERKARA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus dalam

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1 HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA I. Pengertian, asas & kompetensi peradilan TUN 1. Pengertian hukum acara TUN Beberapa istilah hukum acara TUN, antara lain: Hukum acara peradilan tata usaha pemerintahan

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 27 ayat (1) undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM DALAM PERKARA PERDATA (Verzet, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali dan Derden Verzet) Syahrul Sitorus

UPAYA HUKUM DALAM PERKARA PERDATA (Verzet, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali dan Derden Verzet) Syahrul Sitorus UPAYA HUKUM DALAM PERKARA PERDATA (Verzet, Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali dan Derden Verzet) Syahrul Sitorus Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sumatera Medan Jln. Sambu No. 64 Medan e-mail:

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D 101 10 514 ABSTRAK Dalam perkawinan timbul hak dan kewajiban antara suami dan isteri,

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : 05 Tahun 1975

SURAT EDARAN Nomor : 05 Tahun 1975 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 1 Desember 1975 Nomor : M.A./Pemb./102175 Lampiran : 2(dua) Perihal : Sita jaminan Kepada Yth : (consevatoir beslag) I. Semua Ketua Pengadilan Tinggi dan Hakim

Lebih terperinci

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara BAB III Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara oleh Pejabat Tata Usaha Negara A. Upaya Hukum Ada kalanya dengan keluarnya suatu putusan akhir pengadilan sengketa antara Penggugat

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG.

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) TINJAUAN PEMBUKTIAN PERKARA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DENGAN ALAT BUKTI VISUM ET REPERTUM DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO (Studi Putusan Nomor: 65/Pid.Sus/2013/PN.SKH) Penulisan Hukum (Skripsi)

Lebih terperinci

CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET

CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET Oleh: H.Sarwohadi, S.H.,M.H.,(Hakim PTA Mataram). I. Pendahuluan : Judul tulisan ini bukan hal yang baru, sudah banyak ditulis oleh para pakar hukum

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2 EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan eksekusi menurut

Lebih terperinci

LEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN.

LEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN. LEGAL ACTIONS VERZET AGAINTS EXECUTION CONFISCATION IN CIVIL CASE AT DISTRICT COURT SEMARANG (CASE STUDY COURT DECISION NO. 152/Pdt.Plw/2006/PN.SMG) Ahmad Nurhuda, R. Benny Riyanto*), Marjo ABSTRACT Plaintiff

Lebih terperinci

commit to user Penulisan Hukum (Skripsi)

commit to user Penulisan Hukum (Skripsi) PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP PUTUSAN PRAPERADILAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN TENTANG TIDAK SAHNYA PENGHENTIAN PENYIDIKAN OLEH BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI DALAM PERKARA PENGGELAPAN DAN PENIPUAN (STUDI

Lebih terperinci

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF 21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan

Lebih terperinci

TELAAH NORMATIF PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA DARI PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK

TELAAH NORMATIF PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA DARI PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK TELAAH NORMATIF PASAL 138 AYAT (2) KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TENTANG PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA DARI PENUNTUT UMUM KEPADA PENYIDIK SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TINJAUAN TENTANG PENYIMPANAN (CONSERVEER) BARANG BERGERAK DAN BARANG TIDAK BERGERAK MILIK PIHAK TERGUGAT SEBAGAI BARANG SITAAN OLEH PENGADILAN NEGERI SEBAGAI UPAYA MENJAMIN TUNTUTAN PENGGUGAT (Studi Kasus

Lebih terperinci

PenulisanHukum (Skripsi)

PenulisanHukum (Skripsi) KOMPETENSI ABSOLUT PERADILAN AGAMA DALAM MENGADILI PERKARA YANG DI DALAMNYA TERDAPAT SENGKETA HAK MILIK DIKAITKAN DENGAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 001-SKM/MA/2015)

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA Tempat Pendaftaran : BAGAN PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA Pengadilan Agama Brebes Jl. A.Yani No.92 Telp/ fax (0283) 671442 Waktu Pendaftaran : Hari Senin s.d. Jum'at Jam 08.00 s.d 14.00 wib PADA PENGADILAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem dan mekanisme

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. putusan yang saling bertentangan. Kata kunci: eksekusi, noneksekutabel

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. putusan yang saling bertentangan. Kata kunci: eksekusi, noneksekutabel KAJIAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN (NONEKSEKUTABEL) PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh : Zakaria Tindi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA EKSEKUSI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA EKSEKUSI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA STUDI TENTANG PERLAWANAN TERHADAP SITA EKSEKUSI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG ADANYA KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU

TINJAUAN TENTANG ADANYA KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU TINJAUAN TENTANG ADANYA KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA SEBAGAI ALASAN PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI OLEH TERPIDANA DALAM PERKARA KORUPSI GRATIFIKASI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG Nomor

Lebih terperinci

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

NIM.E FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

NIM.E FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA IMPLIKASI YURIDIS PEMANFAATAN KETERANGAN AHLI SEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH SESUAI DENGAN PASAL 184 AYAT (1) HURUF B UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA SEBAGAI PERTIMBANGAN HAKIM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

JONI BASKORO C

JONI BASKORO C GUGATAN REKONVENSI DALAM PERKARA UTANG PIUTANG ANTARA PT. BANK MAYAPADA DENGAN NASABAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) ALAT BUKTI YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUKTIAN DAKWAAN TINDAK PIDANA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN DENGANNYA BERIMPLIKASI TUNTUTAN PIDANA DIPENUHI (Studi Putusan Pengadilan Negeri Unaaha

Lebih terperinci

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET TERHADAP PUTUSAN VERSTEK DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG (Studi Perkara No. 1455/Pdt.G/2013/PA.Jbg) BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

KEJURUSITAAN PENGADILAN

KEJURUSITAAN PENGADILAN KEJURUSITAAN PENGADILAN PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN JURUSITA Kata Jurusita berasal dari bahasa Belanda yaitu deuurwaader Jurusita/Jurusita Pengganti adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI HAK HAK DAN KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG YANG TELAH DI PUTUS LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DAN REHABILITASINYA DALAM PROSES HUKUM

SKRIPSI HAK HAK DAN KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG YANG TELAH DI PUTUS LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DAN REHABILITASINYA DALAM PROSES HUKUM SKRIPSI HAK HAK DAN KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG YANG TELAH DI PUTUS LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DAN REHABILITASINYA DALAM PROSES HUKUM (Studi Kasus Pengadilan Negeri Kelas IA Khusus Surakarta)

Lebih terperinci

BAB IV. memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili agar

BAB IV. memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili agar BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NOMOR: 543/Pdt.G/2011/PA.Mlg PERIHAL UPAYA HUKUM VERZET ATAS PUTUSAN VERSTEK DALAM SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA MALANG A. Analisis Terhadap Dasar Pertimbangan

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN PUTUSAN PERMOHONAN CERAI TALAK DENGAN PEMBERIAN NAFKAH ANAK DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR. Penulisan Hukum (Skripsi)

PROSES PELAKSANAAN PUTUSAN PERMOHONAN CERAI TALAK DENGAN PEMBERIAN NAFKAH ANAK DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR. Penulisan Hukum (Skripsi) PROSES PELAKSANAAN PUTUSAN PERMOHONAN CERAI TALAK DENGAN PEMBERIAN NAFKAH ANAK DI PENGADILAN AGAMA KARANGANYAR Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PROSES PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR

STUDI TENTANG PROSES PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR STUDI TENTANG PROSES PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor : 7/Pdt.G/2010/PTA Smd BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Samarinda yang mengadili perkara perdata pada tingkat banding

Lebih terperinci

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari

Lebih terperinci

Penulisan Hukum (Skripsi)

Penulisan Hukum (Skripsi) TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENDAFTARAN MEREK DAGANG YANG BERSIFAT KETERANGAN BARANG (DESCRIPTIVE TRADEMARK) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG TERHADAP OBJEK SENGKETA WARIS PADA PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG TERHADAP OBJEK SENGKETA WARIS PADA PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PELAKSANAAN CONSERVATOIR BESLAG TERHADAP OBJEK SENGKETA WARIS PADA PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus Putusan Nomor 1365/Pdt.G/2010/PA.Smg) SKRIPSI Untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING BERDASAR KETERANGAN AHLI DAN PERTIMBANGAN HAKIM MENYATAKAN TERDAKWA BERSALAH DENGAN MENJATUHKAN PIDANA PENJARA DAN DENDA (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MUARA

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara Gugatan Cerai pada tingkat banding, dalam

Lebih terperinci