KONSTRUKSI PEMBELAJARAN I2M3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSTRUKSI PEMBELAJARAN I2M3"

Transkripsi

1 KONSTRUKSI PEMBELAJARAN I2M3 Oleh: Imam Azhar PENDAHULUAN Kata belajar sudah tertanam begitu dalam di otak manusia, bahkan sejak dalam kandungan. Sebenarnya, begitu dilahirkan manusia sudah mulai belajar beradaptasi. Berikutnya mereka mulai belajar berbicara, belajar berjalan, dan seterusnya, hungga belajar di bangku sekolah. Lalu, dalam kenyataan, konsep belajar terbagi menjadi dua, yaitu formal dan informal. Dalam hal belajar informal, biasanya setiap orang akan senang, cepat, mudah memahami, menguasai, dan mengimplementasikannya. Lain halnya dengan belajar formal. Sebagian besar orang akan merasa sulit, bosan, malas dan bahkan enggan untuk melakukannya. Demikianlah gambaran realitas yang terjadi pada sebagian besar orang. Bagi mereka kata belajar bagaikan suatu pemaksaan kepada mereka untuk mengikutinya. Mereka dating ke sekolah, duduk, mendengarkan, mencatat, lalu pulang dan begitu seterusnya. Suatu aktifitas yang melelahkan dan menjemukan. Belajar yang demikian itulah yang dikatakan sebagai the oppressed learning oleh Friere (2000). Karena itu paradigmanya harus dibalik, bahwa belajar adalah sesuatu yang mengasyikkan atau menyenangkan, memotivasi dan menantang karena dikemas dalam situasi yang interaktif dan inspiratif. Belajar adalah aktifitas yang membebaskan. Preskripsi dan diskripsi belajar inilah yang hendak dibumikan di Indonesia melalui perubahan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun PEMBAHASAN Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi subjek didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya pembaharuan pendidikan sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, adalah re-orientasi pendidikan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sebagai pribadi yang integral, produktif, kreatif dan memiliki sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung-jawab. Indikator ini akan terwujud apabila diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan relevansi sumber daya manusia (SDM) melalui proses pada berbagai jenjang pendidikan. Lebih spesifik lagi, PP No. 19, Bab IV, pasal 19 ayat (1) menyatakan: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi subjek didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis subjek didik. Berdasarkan uraian di atas, pembahasan makalah ini akan berfokus pada konseptualisasi atau konstruksi pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi (I2M3) A. PEMBELAJARAN INTERAKTIF Secara leksikal kata interaktif merupakan kata jadian dari kata interaksi. Asal kata interaksi adalah dari bahasa inggris yaitu to interact means to talk and do things with other people. Kemudian mendapat suffix ion as noun maker menjadi interaction dalam bahasa Indonesia disebut interaksi. Menurut kamus ilmiah populer interaksi 7

2 artinya pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain (Partanto dan Al-Barry, 1994). Sedangkan dalam kamus bahasa inggris cambridge learner s dictionary 2 nd edition dijelaskan bahwa interaction is the activity of talking and doing things with other people, or the way you do this. Pengertian secara leksikal dari kedua sumber tersebut memiliki kesamaan, dengan begitu, secara singkat dapat dikatakan bahwa interaktif adalah suatu sifat yang saling mempengaruhi antara satu atau lebih subjek dengan subjek lain, antara satu atau lebih hal dengan hal yang lain, dan atau antara satu atau lebih objek dengan objek yang lain. Adapun secara terninologi interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat. Pada umumnya, efek (bahasa Latin: effectus) adalah perubahan, hasil, atau konsekuensi langsung yang disebabkan oleh suatu tindakan atau fenomena. Efek dapat merujuk kepada hasil atau perubahan. Secara konseptual pembelajaran interaktif adalah upaya-upaya subjek didik dan pendidik dalam suatu proses pembelajaran yang saling memberikan pengaruh positif antara yang satu dengan yang lain. Kedanya (subjek didik dan pendidik) saling belajar satu sama lain, saling memanusiakan. Menurut Freire (2000) subjek didik menjadi subjek yang belajar, subjek yang bertindak dan berfikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya, begitu juga dengan pendidik. Proses interaktif disini lebih menekankan pada pemberdayaan semua subjek didik, sedangkan pendidik lebih menjadi fasilitator, mediator dan manajer pembelajaran. Proses ini juga memungkinkan subjek didik dan pendidik membentuk hubungan kemitraan pada lingkungan belajar. Hubungan yang seperti itu memberikan peluang kepada subjek didik dan pendidik untuk saling memberi dan menerima (take and give). Dengan demikian diharapkan terjadi pergeseran pola pembelajaran dari komunikasi satu arah (monologue) menjadi komunikasi dua arah atau multi arah antara pendidik dengan subjek didik dan antara subjek didik dengan subjek didik yang lain (Freire,2002). Menurut Tilaar (2002), proses pembelajaran interaktif subjek didik akan dibimbing untuk dapat menemukan jalannya sendiri setelah itu memberikan kesempatan yang luas pada mereka untuk mengeksplorasi dan mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Dalam proses belajar ini akan muncul sekolah atau kampus tanpa dinding (schools without walls). Di dalam kaitan ini proses belajar yang oleh Tapscott (1998) disebut sebagai broadcast learning diganti menjadi interactive learning sebagaimana yang tercantum dalam table 1 berikut: Tabel 1 Perbandingan Proses belajar Mandiri & Interaktif Proses Belajar Mandiri Proses Belajar Interaktif Pendidik sebagai transmitter Pendidik sebagai atau pembaca berita fasilitator Sekolah sebagai penyiksa Sekolah pusat untuk (torture) gembira Satu ukuran untuk semua (all Sesuai dengan size) pelanggan (customize) Belajar di sekolah Belajar seumur hidup Belajar= menyerap bahan Belajar bagaimana pelajaran belajar Pendidik sebagai pusat Student centered (teacher centered) Instruksi Discovery Linier, beururutan (Sequential/Serial) Belajar melalui hipermedia Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran interaktif diantaranya seperti tanya jawab, diskusi, jigsaw, dan active debate, hadap masalah, brainstorming, dan lain-lain (Muijs & 8

3 Reynolds, 2008 ; Silberman, 1996 ; Freire, 2000 ; Buehl, 2002). Proses pembelajaran inilah yang dituntut oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP) melalui PP No. 19, Bab IV, pasal 19 ayat (1) yang disebut proses pembelajaran yang interaktif. B. PEMBELAJARAN INSPIRATIF Kata inspiratif merupakan kata bentukan dari kata inspirasi yang dalam bahasa inggris adalah inspiration. Secara derivative kata inspiration asal katanya adalah to inspire yang memiliki tiga arti yaitu 1) to encourage means to make someone feel that they want to do something and can do it, 2) to feel means to make someone have a particular feeling or reaction, 3) provide idea means to give someone an idea for a book, play, painting, etc. kata ini to inspire adalah root atau kata dasar, jika dijadikan kata sifat menjadi inspiring artinya someone or something that gives you ideas for doing something (Cambridge learner s dictionary, 2008). Jadi inspiratif adalah suatu proses yang mampu menghadirkan sesuatu yang baru dan dapat melahirkan ide untuk melakukan sesuatu dengan kemauan dan kesadaran total (total consciousness). Secara konseptual pembelajaran inspiratif adalah pembelajaran yang menimbulkan dan membangkitkan inspirasi subjek didik. Kebersamaan pendidik di antara subjek didik menjadi inspirasi munculnya ide-ide baru dan membangkitkan semangat untuk berkarya. Apa yang dilakukan pendidik dengan paparan dan penjelasannya serta dalam tindak tanduknya merupakan sebuah model yang patut ditiru oleh subjek didik. Pendeknya, subjek didik menemukan sebuah figure yang membanggakan mereka, secara intuitif kemudian mendorong mereka melakukan kegiatan-kegiatan belajar yang bermakna. Dalam proses ini, seorang pendidik dituntut untuk menyiapkan kondisi pembelajaran yang menarik hati dan menyentuh kalbu, memilih dan memilah metode yang mengakomodir semua keberagaman gaya belajar subjek didik (Reigeluth, 2009; DePorter, 1999). Proses pembelajaran yang inspiratif memerlukan ketrampilan khusus dari para pendidik agar proses tersebut bisa efektif. Menurut Dryden & Vos (1999), ada beberapa enam kiat mengajar dengan efektif yaitu (1) menciptakan kondisi yang benar, (2) Presentasi yang benar, (3) berfikir kreatif, kritis, (4) mengekspresikan, (5) mempraktikkan, dan (6) meninjau, mengevaluasi, dan merayakan. Beberapa Teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang inspiratif adalah sebagai berikut: 1. PREDICTION GUIDE (Tebak Pelajaran) Tujuan teknik pembelajaran ini adalah intuk melibatkan siswa / mahasiswa semenjak awal pertemuan dan tetap mempunyai perhatian ketika guru dosen menyampaikan materi, serta tertantang untukmelakukan eksplorasi ide dan gagasan. Teknik ini bisa digunakan di saat pembukaan (awal pertemuan), bagian dari kegiatan inti, dan pada penutupan pelajaran. Teknik ini digunakan pada seluruh bidang studi terutama yang terkait dengan ilmu eksakta. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam teknik pembelajaran ini, sebagai berikut. a. Tentukan topik yang akan Anda sampaikan. b. Bagi siswa / mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. c. Guru / Dosen meminta siswa /mahasiswa untuk menebak apa saja yang kira-kira akan mereka dapatkan dalam pelajaran/perkuliahan ini. 9

4 d. Siswa / mahasiswa diminta untuk membuat perkiraan-perkiraan itu di dalam kelompok kecil. e. Sampaikan materi kuliah secara interaktif. f. Selama proses pembelajaran, siswa/mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi tebakan mereka yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. g. Di akhir perkuliahan, tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar. Strategi atau teknik ini dapat diterapkan untuk hampir semua mata pelajaran / kuliah yang tidak bersifat aplikatif, seperti ilmu-ilmu eksakta. Kelas akan menjadi lebih dinamis jika diadakan kompetisi antar kelompok untuk mencari kelompok dengan prediksi yang paling banyak benarnya. 2. TEKS ACAK Tujuan dari strategi atau teknik ini adalah Supaya siswa / mahasiswa dapat berfikir logis dengan mengurutkan suatu alur cerita atau bacaan. Strategi ini di gunakan pada sesi pembuka, bagian dari kegiatan inti, dan penutup pelajaran. Bidang pelajaran yang disarankan menggunakan teknik ini adalah bidang studi bahasa Langkah-langkah penerapannya sebagaimana urutan-urutan berikut ini: a. Pilih bacaan yang akan disampaikan. b. Potong bacaan tersebut menjadi beberapa bagian. Potongan bisa dilakukan per kalimat, atau per dua kalimat. c. Bagi siswa / mahasiswa menjadi beberapa kelompok kecil. d. Beri setiap kelompok satu bacaan utuh yang sudah dipotong-potong. e. Tugas siswa / mahasiswa adalah menyusun bacaan sehingga dapat dibaca dengan urut. f. Pelajari teks bacaan dengan siswa / mahasiswa, dengan cara yang Anda kehendaki. Untuk mata kuliah bahasa inggris dengan materi reading comprehension dapat dilakukan seperti pada contoh di bawah ini; Reading Text Ali who was working Aedes aegypti long way from home, wanted to send Aedes aegypti letter to his wife, but he could neither read nor write, and he had to work all day, so he could only look for somebody to write his letter late at night. At last he found the house of Aedes aegypti letter-writer whose name was Nasreddin. Nasreddin was already in bed. It is late, he said. What do you want? Nasreddin was not pleased. I want you to write Aedes aegypti letter to my wife, said Ali. He thought for Aedes aegypti few seconds and then said: has the letter got to go far? What does that matter? answered Ali. Well, my writing is so atrange that only I can read it, and if I have to travel Aedes aegypti long way to read your letter to your wife, it will cost you Aedes aegypti lot of money. Ali went away quickly. Bacaan di atas sudah dipisahkan sesuai dengan potongan-potongan yang akan dibagikan kepada siswa/mahasiswa. Jika dianggap terlalu sulit, pemotongan teks dapat dilakukan lebih sedikit, atau kalau terlalu mudah pemotongannya ditambah. 10

5 3. GROUP RESUME (Resume Kelompok) Tujuan dari teknik ini adalah untuk membantu siswa / mahasiswa menjadi lebih akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal sebelumnya. Pelaksanaannya di tempatkan pada waktu pembukaan hingga awal kegiatan inti dan bisa digunakan pada seluruh bidang studi Langkah-langkahnya adalah: a. Bagi siswa / mahasiswa menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3 6 anggota. b. Terangkan kepada siswa / mahasiswa bahwa kelas mereka itu dipenuhi oleh individu-individu yang penuh bakat dan pengalaman. c. Sarankan bahwa salah satu cara untuk dapat mengidentifikasi dan menunjukkan kelebihan yang dimiliki kelas adalah dengan membuat resume kelompok. d. Bagikan kepada setiap kelompok kertas plano (kertas buram ukuran Koran) dan spidol untuk menuliskan resume mereka. Resume harus dapat mencakup informasi yang dapat menjual kelompok secara keseluruhan. Data berikut ini dapat dijadikan contoh: 1) Latar belakang pendidikan; 2) Sekolah atau kursus yang pernah dimasuki; 3) Pemahaman tentang mata kuliah yang diajar; 4) Pengalaman kerja; 5) Posisi yang pernah dijabat (pengalaman berorganisasi); 6) Keterampilan; 7) Hobi, bakat, keluarga; 8) Yang pernah dicapai; e. Minta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan resume mereka dan catat keseluruhan potensi yang dimiliki oleh keseluruhan kelompok. Catatan: 1. Untuk memperlancar proses, bagikan garis-garis besar yang dapat diisi oleh masing-masing kelompok. 2. Dari pada masing-masing anggota menuliskan resume sendirisendiri, dapat juga salah seorang melakukan interview kepada temanteman satu kelompok. 3. Apabila diperlukan setelah selesai mempresentasikan resume, dapat dilakukan pergantian kelompok dengan mempertimbangkan kesamaan datanya. 4. QUESTIONS STUDENTS HAVE (Pertanyaan dari siswa) Tujuan dari teknik ini adalah untuk mengetahui harapan dan kebutuhan dari siswa / Mahasiswa. Teknik ini dapat digunakan pada semua bidang studi. Adapun langkah-langkahnya adalah: a. Bagikan potonganpotonga kertas (ukuran kartu pos) kepada siswa/mahasiswa. b. Minta setiap siswa/mahasiswa untuk menuliskan 1 pertanyaan apa saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. (tidak perlu menuliskan nama). c. Setelah semua selesai membuat pertanyaan, masing-masing diminta untuk memberikan kertas yang berisi pertanyaan kepada teman di samping kirinya. Dalam hal ini jika posisi duduk mahasiswa adalah lingkaran, nantinya akan terjadi gerakan perputaran kertas 11

6 searah jarum jam. Jika posisi duduk berderet, sesuaikan dengan posisi mereka asalkan semua siswa/mahasiswa dapat giliran untuk membaca semua pertanyaan dari teman mereka. d. Pada saat menerima kertas dari teman di sampingnya, siswa / mahasiswa diminta untuk membaca pertanyaan yang ada. Jika pertanyaan itu juga ingin dia ketahui jawabannya, maka dia harus memberi tanda centang ( ), jika tidak ingin diketahui atau tidak menarik, berikan langsung kepada teman di samping kiri. Dan begitu seterusnya sampai semua soal kembali kepada pemiliknya. e. Ketika kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, siswa / mahasiswa diminta untuk menghitung tanda centang ( ) yang ada pada kertasnya. Pada saat ini carilah pertanyaan yang terdapat tanda centang paling banyak. f. Beri respon kepada pertanyaanpertanyaan tersebut dengan: (a) Jawaban langsung secara singkat, (b) Menunda jawaban sampai pada waktu yang tepat atau waktu membahas topik tersebut, (c) Menjelaskan bahwa mata pelajaran/kuliah ini tidak akan sampai membahas pertanyaan tersebut. Jawaban secara pribadi dapat diberikan di luar kelas. g. Jika waktu cukup, minta beberapa orang siswa/mahasiswa untuk membacakan pertanyaan yang dia tulis meskipun tidak mendapatkan tanda centang ( ) yang banyak kemudian beri jawaban. h. Kumpulkan semua kertas. Besar kemungkinan ada pertanyaan-pertanyaan yang akan Anda jawab pada pertemuan berikutnya. Strategi ini apabila tepat dalam menjalankannya, maka akan melatih siswa dalam mempredksi kompetensikompetensi apa saja yang akan dicapai dari sebuah bidang studi. C. PEMBELAJARAN MENYENANGKAN Senang, gembira, mengasyikkan, adalah kata-kata yang sering disepadankan. Dalam bahasa inggris senang diterjemahkan glad, happy, delightful, dan joyful. Yang sering disandingkan dalam istilah pembelajaran adalah joyful artinya very happy, or making people feel very happy. Sehingga muncul istilah joyful learning. Secara konseptual, pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang membebaskan subjek didik dari rasa tertekan, rasa terpaksa, dan rasa tersisksa. Pembelajaran yang mempesonakan dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai-sampai lupa waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagi. Rasa senang dalam belajar adalah masalah suasana hati yang merupakan hasil dari respon otak. Kondisi ini diperoleh melalui perlakukan pendidik dan orang tua melalui dorongan dan motivasi mereka. Karenanya, proses pembelajaran menyenangkan tidak dimaknai sebagai hanya senang-senang semata, hambar, tidak sekadar produksi tawa, bertele-tele, tidak berkesan, dan tidak membelajarkan melainkan pembelajaran menyenangkan atau Joyfull Learning lebih merujuk pada pembelajaran yang membuat anak senang & termotivasi belajar sehingga 12

7 dapat memahami & menemukan makna apa yang dipelajarinya. Pembelajaran menyenangkan terjadi ketika subjek didik merasa yakin bisa melakukan, prosesnya terkait dengan kehidupan seharihari, pengelolaannya mengakomodir gaya belajar dan modalitas belajar, praktiknya mengakui keberagaman intelegensi, komunikasinya menggunakan bahasa yang halus, lembut dan tulus dan mereka yakin bahwa yang dipelajari tersebut bermanfaat, dalam istilah quantum learning apa manfaat bagiku (AMBAK) (Gardner, 2003 ; DePorter 1999) Dalam kajian filsafat, manusia disebut sebagai homoludens. Artinya manusia menyimpan energy untuk bersenang-senang dan menyenangkan diri. Karena itu maka proses pembelajaran juga harus mengakomodir keinginan tersebut. Disamping itu, manusia berkembang melalui permainan dan rasa senang (Slavin, 2004). Menurut Berne (1964) seorang pakar dalam bidang analisis transaksional (transactional analysis) mengatakan bahwa dalam diri setiap orang ada komponen kehidupan sebagai orangtua, sebagai orang dewasa, dan sebagai anak. Komponen diri sebagai orangtua diwujudkan dalam perilaku menasehati orang lain. Komponen pribadi sebagai irang dewasa ditunjukkan pada saat seseorang berdialog dengan akal sehat dengan orang lain. Sedangkan komponen anak-anak terlihat dari perilaku minta perhatian, kasih sayang, dan perilaku bermain seperti anak-anak. Model-model pembelajaran menyenangkan seperti quantum teaching, quantum learning, contextual teaching and learning, bermain peran dan menitikberatkan pada pendekatan kolaboratif, kooperatif, dan kontekstual. Berikut ini beberapa strategi pembelajaran yang bisa digunakan dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. 1. THE POWE OF TWO (Kekuatan Dua Kepala). Tujuan strategi ini adalah untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Penerapannya pada proses kegiatan inti, dan dapat digunakan pada semua pelajaran. Adapun langkah-langkah yang bisa ditempuh adalah: a. Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran. Beberapa contoh diantaranya: Mengapa terjadi perbedaan faham dan aliran di kalangan umat Islam? Mengapa peristiwa dan kejadian buruk menimpa orang-orang baik? Apa arti khusyu yang sebenarnya? b. Siswa/mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual. c. Setelah semua siswa/mahasiswa menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain serta membahasnya. d. Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan,sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka. e. Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru bandingkan jawaban setiap pasangan di dalam kelas. Catatan: Mintalah keseluruhan kelas untuk memilih jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan. Untuk mempersingkat waktu, berikan pertanyaan spesifik kepada pasangan-pasangan tertentu daripada memberikan pertanyaan yang sama untuk semua orang. 13

8 2. TEAM QUIZ (Kuis Kelompok) Strategi ini untuk meningkatkan tanggung jawab belajar siswa/ mahasiswa dalam suasana yang menyenangkan. Dilakukan pada saat awal pembelajaran, dan kegiatan inti. Teknik ini dapat digunakan untuk seluruh bidang studi Langkah-langkah a. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen b. Bagi siswa /mahasiswa menjadi tiga kelompok, A, B, dan C. c. Sampaikan kepada siswa/mahasiswa format penyampaian pelajaran/perkuliahan kemudian mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit. d. Setelah penyampaian, minta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini ntuk melihat lagi catatan mereka. e. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. f. kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B. g. Jika Tanya jawab ini selesai, lanjutkan perkuliahan kedua, dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A. h. Setelah kelompok B selesai denga pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran/ perkuliahan ke tiga, dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya. i. Akhiri pelajaran/perkuliahan dengan menyimpulkan. Tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaan siswa/mahasiswa yang keliru. Catatan: Strategi ini membuka kesempatan untuk terjadinya diskusi interaktif yang sangat memerlukan guru/dosen sebagai fasilitator maupun moderator. Guru/dosen perlu memprediksi kemungkinankemungkinan yang akan muncul selam proses Tanya jawab antar kelompok baik dari sisi skenario, terbukanya halhal yang menyimpang dari materi pelajaran/kuliah dan sejenisnya. 3. JIGSAW LEARNING (Belajar Model Jigsaw) Tujuan dari strategi ini adalah untuk menyampaikan materi yang tidak mengharuskan urutan penyampaian (materi tersebut dapat dibagi menjadi beberapa bagian). dapat digunakan pada Pembukaan kegiatan inti pembelajaran dan untuk seluruh bidang studi Langkah-langkah a. Pilihlah materi pelajaran/kuliah yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian). b. Bagilah siswa/mahasiswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah siswa / mahasiswa adalah 50 sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi 2, sehingga setiap kelompok menjadi 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut. 14

9 c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah yang berbeda-beda. d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok. e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok. f. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa/mahasiswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi. D. PEMBELAJARAN MENANTANG Pembelajaran yang menantang adalah pembelajaran yang mampu menggugah subjek didik untuk berani menghadapi kenyataan-kenyataan dan kendala-kendala dalam belajar seperti penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan untuk belajar dan memiliki kemampuan berfikir kritis. Banyak pebelajar yang tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan konsep mengenai pengetahuannya dikarenakan takut, dan merasa terintimidasi oleh si pembelajar. Sebagaimana praktek-praktek yang selama ini terjadi. Keberanian inilah yang menjadi kata kunci dari pembelajaran menantang. Pembelajar diharapkan bebas berekspresi, bebas melakukan kegiatan dan tindakan yang berkaitan dengan pembelajaran dan bukan atas perintah semata, bebas memilih caracara tertentu yang sesuai dengan modalitas belajar dan gaya belajarnya, serta berani menyatakan sikap tegas terhadap fenomena yang tidak kondusif selama proses pembelajaran, (DePorter, 2001; Johnson, 2007) Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasimempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual subjek didik. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi: (1) kegiatan merumuskan pertanyaan, (2) membatasi permasalahan, (3) menguji datadata, (4) menganalisis berbagai pendapat dan bias, (5) menghindari pertimbangan yang sangat emosional, (6) menghindari 15

10 penyederhanaan berlebihan, (7) mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan (8) mentoleransi ambiguitas. Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu: (1) Watak (dispositions), (2) Kriteria (criteria), (3) Argumen (argument), (4) Pertimbangan atau pemikiran (reasoning), (5) Sudut pandang (point of view), (6) Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Selanjutnya, Ennis (1985), mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut: a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan. b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan. d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilahistilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi. e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu padu membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja. dan kondisi yang demikianlah yang diharapkan dalam proses pembelajaran yang menantang. E. PEMBELAJARAN MEMOTIVASI Motivasi dalam kamus bahasa inggris adalah motivation artinya an enthusiasm for doing something. Sedangkan menurut kamus ilmiah popular motivasi adalah dorongan; alasan; tujuan tindakan. Kata motivasi merupakan derivasi dari kata motif artinya sesuatu yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Motif merupakan keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan. (Partanto, 1994 ; Walter, 2008 ; Suryabrata, 1993) Secara terminology, motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya (Scholl, at.al. 1995). Seseorang menggunakan konsep motivasi untuk memerikan suatu kecendrungan umum yang mendorong ke arah jenis tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, motivasi sering di pandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Sejumlah orang termotivasi untuk berprestasi, sebagian yang lain termotivasi untuk bergaul dengan orang lain dan mereka menyatakan motivasi ini dalam berbagai cara yang berbeda. 16

11 Motivasi sebagai suatu karakteristik yang stabil merupakan konsep yang agak berbeda dari motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik dalam situasi tertentu. Sebagai misal, seseorang dapat dimotivasi untuk makan apabila telah cukup lapar (motivasi situsional), namun sejumlah orang umumnya lebih tertarik pada makanan daripada yang lain (motivasi sebagai suatu karakteristik pribad atau motivasi kepribadian). Hal ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa motivasi situsional dan motivasi kepribadian tidak berhubungan. Motivasi sebagai suatu karakteristik pribadi (motivasi kepribadian) sebagian besar merupakan hasil dari sejarah seseorang (motivasi situsional) (McCombs, 1991). 1. Motivasi belajar Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang subjek didik dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik) Ada beberapa pandangan mengenai motivasi belajar, yaitu (1) Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan (2) Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi, (3) Motivasi belajar dapat meningkat apabila pendidik membangkitkan minat subjek didik, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera, (4) Motivasi belajar dapat meningkat pada diri subjek didik apabila pendidik memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya (Bandura, 1986 ; Wielkeiwicks, 1995), 2. Motivasi berprestasi Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum untuk mengupayakan keberhasilan dan memilih kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keberhasilan/kegagalan. Subjek didik dapat termotivasi dengan orientasi ke arah tujuantujuan penampilan. Mereka mengambil mata pelajaran-mata pelajaran yang menantang. Subjek didik yang berjuang demi tujuan-tujuan penampilan berusaha untuk mendapatkan penilaian positip terhadap kompetensi mereka. Mereka berusaha untuk mendapat nilai baik dengan cara menghindar dari mata pelajaran yang sulit. Pendidik dapat membantu subjek didik dengan mengkomunikasikan bahwa keberhasilan itu mungkin dicapai. Pendidik dapat menunggu subjek didik menjawab pertanyaan-pertanyaan dan sejauh mungkin menghindari pembedaan prestasi di antara para subjek didik yang tidak perlu. 3. Teori Kebutuhan Maslow Teori Kebutuhan Maslow, termasuk konsep aktualisasi diri yang ia definisikan sebagai keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun yang seseorang mampu untuk mencapainya. Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri dan orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dengan orang lain yang relatif dekat dan demokratis, kreativitas, humoris, dan mandiri pada dasarnya, memiliki kesehatan mental yang bagus atau sehat secara psikologis (Slavin, 2009). 17

12 Maslow menempatkan perjuangan untuk aktualisasi diri pada puncak hierarki kebutuhannya, hal ini berarti bahwa pencapaian dari kebutuhan paling penting ini bergantung pada pemenuhan seluruh kebutuhan lainnya. Kesukaran untuk memenuhi kebutuhan ini diakui oleh Maslow, yang memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 1 persen orang dewasa yang mencapai aktualisasi diri. Pentingnya teori kebutuhan maslow dalam pendidikan terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas bahwa subjek didik yang sangat lapar atau yang dicekam bahaya akan memiliki energi psikologis yang kecil yang dapat dikerahkan. Dengan kata lain ia hampir tidak memiliki motivasi belajar. Sekolah dan lembaga pemerintahan menyadari bahwa apabila kebutuhan dasar subjek didik tidak dipenuhi, belajar akan terganggu (Slavin, 2009). Pada prinsipnya pembelajaran yang memotivasi adalah pembelajaran yang memberi dorongan kepada subjek didik. Semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta aktif, prakarsa, kreativitas, dan kemandirian subjek didik. Diantara beberapa teknik untuk memotivasi siswa dalam berpartisipasi aktif, kreatif, dan independen, maka teknik-teknik berikut bisa digunakan sebagai pilihan, diantaranya: 1. EVERYONE IS A TEACHER HERE (Setiap Orang adalah Guru) Teknik Untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual dan dapat memberi kesempatan kepada setiap siswa/ mahasiswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Teknik ini digunakan pada saat pembukaan, kegiatan inti, dan penutupan pembelajaran serta bisa digunakan untuk seluruh bidang studi. Langkah-langkah: a. Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh siswa/mahasiswa. Setiap siswa/mahasiswa diminta untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi perkuliahan yang sedang dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau sebuah topik khusus yang akan didiskusikan di dalam kelas. b. Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap siswa/mahasiswa. Pastikan bahwa tidak ada siswa/mahasiswa yang menerima soal yang ditulis sendiri. Minta mereka untuk membaca daam hati pertanyaan dalam kertas tersebut kemudian memikirkanjawabannya. c. Minta siswa/mahasiswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya. d. Setelah jawaban diberikan, mintalah siswa/mahasiswa lainnya untuk menambahkan. e. Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya. Catatan: Kumpulkan kertas tersebut. Siapkan panelis yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Bacakan setiap kertas dan diskusikan. Gantilah panelis secara bergantian. Minta siswa/mahasiswa untuk menuliskan dalam kertas tersebut pendapat dan hasil pengamatan mereka tentang materi perkuliahan yang diberikan. 2. PEER LESSONS (Belajar dari Teman), tujuannya untuk menggairahkan kemauan siswa / mahasiswa untuk mengajarkan materi kepada temannya. Digunakan pada pembukaan, kegiatan inti, penutup, dan dapat digunakan untuk semua bidang studi 18

13 Langkah-langkah: PENUTUP a. Bagi siswa/mahasiswa menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak segmen materi yang akan Anda sampaikan. b. Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain. Topok-topik yang diberikan harus yang saling berhubungan. c. Minta setiap kelompok untuk menyiapkan strategi untuk menyampaikan materi kepada temanteman sekelas. Sarankan kepada mereka untuk tidak menggunakan metode ceramah atau seperti membaca laporan. d. Buat beberapa saran seperti; o Menggunakan alat bantu visual. o Menyiapkan media pengajaran yang diperlukan. o Menggunakan contoh-contoh yang relevan o Melibatkan kawan dalam proses pembelajaran melalui diskusi, permainan, quiz, studi kasus, dll. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun di luar kelas. e. Setiap kelompok menyampaikan materi sesuai tugas yang telah diberikan. f. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa / mahasiswa. Belajar adalah sesuatu yang mengasyikkan atau menyenangkan, memotivasi dan menantang karena dikemas dalam situasi yang interaktif dan inspiratif, bukan situasi yang menakutkan, menekan, dan mengkebiri. Belajar adalah aktifitas yang membebaskan dan bukan memenjarakan. Preskripsi dan diskripsi belajar inilah yang hendak dibumikan di Indonesia melalui perubahan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi subjek didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya pembaharuan pendidikan sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, adalah reorientasi pendidikan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sebagai pribadi yang integral, produktif, kreatif dan memiliki sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung-jawab. Indikator ini akan terwujud apabila diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan relevansi sumber daya manusia (SDM) melalui proses pada berbagai jenjang pendidikan. Lebih spesifik lagi, PP No. 19, Bab IV, pasal 19 ayat (1) menyatakan: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi subjek didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis subjek didik. Atas dasar itu semua konseptualisasi atau konstruksi pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi (I2M3) harus segera diterapkan. DAFTAR PUSTAKA Degeng, I Nyoman S Pelatihan Pekerti. Malang: Universitas Negeri Malang Press. 19

14 DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki Quantum Business: Membiasakan Bisnis secara Etis dan Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA. DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruangruang Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA. Djamarah, Syaiful Bahri Pendidik dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta; PT Rineka Cipta. Dryden, Gordon dan Jeanette Vos The Learning Revolution: To Change the Way the World Learns. Selandia Baru: The Learning Web. Maslow, Abraham A. Motivation and Personality. New York: Harper & Row. Meier, Dave The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw-Hill. PPRI NO 19 Thn 2005 tentang Stnadar Nasional Pendidikan Silberman, Melvin L Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject. Massachusetts: A Simon and Schuster Company. Slavin, Robert E Educational Psychology. Theory and Practice. Forth edition. New York: Allyn & Bacon Slavin, Robert E Educational Psychology. Theory and Practice. Ninth edition. New York: Allyn & Bacon UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Gage, N.L. & Berliner, David, C Educational Psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company. Gagne, Ellen, D., The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company Garton, Janetta., Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy. Giddens, Anthony Runway World. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Heinich, Molenda dan Russell, Instruksional Media and The New Technologies of Instruction. New York; John Wiley & Sons Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing Locke, E. A Toward a Theory of Task Motivation and Incentive, Organizational Behavior and Human Performance, 20

Ustatik 1. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif; Think Pair Share (TPS); hasil belajar; penelitian tindakan kelas.

Ustatik 1. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif; Think Pair Share (TPS); hasil belajar; penelitian tindakan kelas. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN OPERASI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (SISWA KELAS V SDN BITING 02 ARJASA) Ustatik 1 Abstrak. Keberhasilan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Sri Mahidar Kanjun SD Negeri 054931 Batu Melenggang, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine the improvement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan landasan utama dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat membentuk kehidupan dan jati diri seutuhnya. Anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan salah satu segi terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara umum, komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahukan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya yang dimiliki oleh setiap individu. Melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Sehubungan dengan itu, upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB I PENDAHULUAN. kurang termotivasi dalam belajar matematika. Abdurrahman (2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK dewasa ini menuntut semua pihak untuk meningkatkan pendidikan sehingga memacu dunia pendidikan untuk berpola pikir cepat, cermat, tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan perlu sentuhan kreativitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang, dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang terus menerus dan terencana dalam kehidupan kita. Pengetahuan yang luas, kecerdasan, pengendalian diri, akhlak mulia dan keluhuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut sebagai proses humanisasi. Proses humanisasi ini diperoleh melalui berbagai pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting untuk membangun suatu bangsa dan negara yang maju. Peran penting pendidikan di Indonesia terletak pada upaya peningkatan mutu dan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia dalam kehidupannya, dikarenakan melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki.

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Sumber daya manusia (SDM) dapat meningkat dengan adanya pendidikan. Pendidikan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bersama bahwasannya pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam semua aspek kehidupan, karena dengan pendidikan semua orang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan. Tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam membentuk peserta didik yang diharapkan dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu kualitas kehidupan suatu bangsa adalah bidang pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi perkembangan perwujudan diri individu terutama bagi perkembangan bangsa dan Negara. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa mendatang, melalui pengembangan potensi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Di sekolah, guru dan peserta didik memegang peranan penting dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daya saing merupakan indikator untuk dapat bersaing dengan negaranegara lain di dunia pada era globalisasi. Daya saing akan lahir dari sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik termaktub dalam tujuan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara berkembang, bangsa Indonesia dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dalam menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 (2003:11) yaitu: Pendidikan nasional

Lebih terperinci

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMK NEGERI 8 SEMARANG DALAM MATERI INTEGRAL Almiati SMK Negeri 8 Semarang Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Demikan halnya dengan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, manusia baik secara individu maupun kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Deporter dan Hernacki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan Nasional befungsi

BAB I PENDAHULUAN pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan Nasional befungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki mutu profesional tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam segala segi kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun bangsa dan negara. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dan pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana pendidikan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan Wiji Astutik SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Email: astutikwiji498@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan usaha manusia agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik, ataupun peserta didik dengan berbagai sumber belajar guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Selain itu, pendidikan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama, sehingga hasilnya banyak orang yang mengetahui nilai-nilai ajaran

BAB I PENDAHULUAN. agama, sehingga hasilnya banyak orang yang mengetahui nilai-nilai ajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA 0 EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA (Kelas VII SMP N I Ngrampal) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi manusia untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci