BAB IV PENGATURAN EXCITER PADA PROSES PEMANCAR DI SCTV

Transkripsi

1 BAB IV PENGATURAN EXCITER PADA PROSES PEMANCAR DI SCTV 4.1 PENGATURAN EXCITER PEMANCAR SCTV Exciter pada dasarnya berfungsi untuk memproses sinyal audio video menjadi sinyal IF yang kemudian diconverter menjadi sinyal RF yang siap untuk dipancarkan melalui antenna pemancar. Performa dari sinyal yang dihasilkan oleh suatu transmitter dipengaruhi oleh pengolahan sinyal pada exciter yang digunakan. Frekuensi IF yang dipakai sebagai standart adalah 38,9 MHz untuk visual, 33,4 MHz untuk kanal suara 1, dan 33,05 MHz untuk kanal suara 2 (Nicam). Exciter terdiri dari beberapa komponen yang ada di dalamnya, antara lain : 1. AF Input 2. Video Input 3. IF Modulator Vision Sound 4. Precorrector Unit 5. IF/RF Linearity 6. UHF Local Oscillator 7. RF Amplifier 8. RF Power Amplifier and Measure 9. HS Ref (High Stability Reference Oscillator) Pengaturan AF Input Pada Exciter SCTV 1. Atur besar level atenuasi audio sebesar 16 db (sesuai default) dengan memutar selector, apabila lebih dari 16 db ada kemungkinan terjadinya intermod (interferensi modulasi) 2. Pilih mode On pada Pre-Emphasis untuk mencegah sinyal yang akan diterima nanti tidak cacat, atur selektornya hingga mencapai 0,6 db. 43

2 44 3. Kemudian pilih mode mono untuk Encodernya, karena menggunakan External Encoder. Gambar 4.1 AF Input Exciter Pengaturan Input Video 1. Video input dapat menerima 2 sinyal video yang berbeda, tetapi defaultnya adalah video Atur selektor pada video level pada nila 6 db, jika lebih akan terjadi over modulasi. Pada modul ini terdapat level limiternya yang mengatur modulasi sinyal video. 3. Pilid mode On pada video processor. Video processor berfungsi untuk mengkoreksi sinyal video. Pada bagian ini sync level dan white limiternya diatur untuk mencegah terjadinya over modulasi.

3 45 4. Pilih mode On pada group delay Pre-corrector untuk memprbaiki kecacatan karena terjadinya delay proses pengiriman sinyal. Mode Off dipilih apabila output AF input tidak dilakukan pengkoreksian. Gambar 4.2 Input Video Pengaturan IF Modulator Vision Sound 1. Pilih mode On pada VSB filter. Disini adalah hasil pencampuran video dan carrier difilter dengan mode VSB 2. Pada bagian kedua terdapat dua selektor level. Selektor atas berfungsi untuk mengatur level audio 2 (NICAM), atur nilainya sebesar 20 db. Untuk selektor bawah berfungsi untuk mengatur level audio 1 (MONO), atur nilainya sebesar 13 db. Apabila lebih, kemungkinan dapat terjadinya intermodulasi (modulasi audio yang mengganggu modulasi video). Disini terdapat plug untuk melihat dimonitor sinyal audio 1 dan audio Bagian selanjutnya yaitu plug untuk monitor. Dari plug ini dapat dilihat sinyal audio 1, audio 2, dan sinyal video.

4 46 4. Bagian paling bawah adalah indicator kerja modul. Gambar 4.3 IF Modulator Vision Sound Pengaturan Precorrection Unit 1. atur selektor pada bagian ICPM (Incidental Carrier Phase Modulation) hingga mencapai nila 3 deg. Tanda (+) dan (-) merupakan koreksi maksimum dan minimum untuk pengaturan polaritas phasa agar sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menyempurnakan pengkoreksian dilakukan juga pengaturan pada selektor bertanda segitiga siku-siku. Hasilnya dapat dilihat pada waveform analyzer yang dihubungkan ke RF output. 2. Langkah pengaturan Diff phase seperti diatas. Nilai standar Diff phase sebesar 3 deg. 3. Untuk IMD White, IMD Black, dan IMD Sync yang diatur adalah selektor K (Knee), S (Slope), dan P (Phase). Pada IMD White terdapat trimmer untuk mengkoreksi level white. Pada IMD Black terdapat trimmer untuk

5 47 mengkoreksi level black. Pada IMD Sync terdapat trimmer untuk mengkoreksi level Sync 4. Berikut adalah gambar sebelum dan sesudah pengkoreksian sinyal. 5. Dibagian paling bawah terdapat switch untuk memilih apakah modulasi precorrection digunakan atau dilewatkan. Gambar 4.4 Precorrection Unit Pengaturan IF/RF linearity 1. Pilih mode On pada switch IF/RF linearity. Disini terjadi proses pengkoreksian akhir 2. Pada bagian selanjutnya terdapat 2 plug. Plug pertama merupakan input dari Local Oscillator dan plug kedua merupakan output untuk diteruskan ke RF Amplifier. 3. Lalu pada bagian selanjutnya terdapat plug yang menghubungkan dengan Precorrection Unit. 4. Pilih mode Onuntuk mengaktifkan pengkoreksian sync. Disebelah switch ini terdapat selektor untuk mengatur pengkoreksian tersebut.

6 48 Gambar 4.5 IF/RF linearity Pengaturan UHF Local Oscillator pada bagian ini tidak dilakukan pengaturan, karena defaultnya sudah diatur oleh pabrikasi Gambar 4.6 UHF Local Oscillator

7 Pengaturan RF Amplifier 1. Pilih mode automatic, dimaksudkan untuk menggunakan ALC secara otomatis. ALC sendiri merupakan rangkaian yang menjaga RFpower output tetap stabil. 2. Pada RF amplifier ini ada proteksi untuk mencegah overdrive dan reflected power yang dapat merusak pemancar. 3. Pada bagian bawah terdapat indicator ALC. Indicator ini akan menyala jika menggunakan external ALC. Tetapi pada exciter ini indikatornya mati, karena sudah ada rangkaian ALC didalamnya. Gambar 4.7 RF Amplifier Pengaturan RF Power Amplifier and Measure Pada bagian ini tidak ada pengaturan. Karena bagian ini hanya merupakan penguat power dan untuk monitoring. Plug paling atas adalah untuk RF monitor. Plug inilah yang akan dihubungkan ke waveform analyzer jika da pengaturan pada bagian-bagian lain. Plug dibawahnya merupakan input dari RF amplifier. Kemudian pada bagian paling bawah akan dihubungkan ke HPA (High Power

8 50 Amplifier) untuk selanjutnya dihubungkan ke IOT (Inductance Output Tube). Untuk melihat besarnya nilai pada masing-masing bagian dapat dipilih dengan selektor dan nilainya akan terlihat dilayar atau monitor. Missal apabila ingin melihat nilai audio 1, putar selektor kearah audio 1, dan nilainya akan terlihat dilayar atau monitor. Gambar 4.8 RF Power Amplifier and Measure Pengaturan HS. Ref (High Stability Reference Oscillator) Pada bagian ini, tidak ada yg diubah karena hanya sebagai menjaga kestabilan dari HPA (High Power Amplifier). Bagian ini terdapat pada gambar 4.6 (Local Oscillator).