BAB II KAJIAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG METODE QUICK ON THE DRAW

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG METODE QUICK ON THE DRAW"

Transkripsi

1 1 BAB II KAJIAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG METODE QUICK ON THE DRAW Pemilihan metode dan syarat-syarat pemilihan metode sangat penting untuk dibahas, karena hal ini nantinya yang akan dijadikan sebagai ramburambu dalam mengembangkan penelitian ini. Pengertian metode ini juga sangat penting untuk memudahkan penulis dalam menentukan metode sehingga pemilihan metode ini tidak salah. Menurut Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses pembelajaran. Jika dikaitkan dengan pengajaran agama islam yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atau madrasah maka batasannya terletak pada metode atau tehnik apakah yang lebih cocok digunakan dalam penyampaian materi agama. Sebagaimana yang disampaikan Basyiruddin Usman bahwa metodologi pengajaran agama islam adalah ilmu yang membicarakan cara-

2 2 cara penyajian bahan pelajaran agama islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. 1 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara-cara yang digunakan dalam proses pengajaran dikelas sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran secara optimal. Metode mengajar merupakan salah satu komponen penting yang berkaitan dengan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan suatu metode saja akan cenderung menghasilkan suasana belajar yang membosankan. Dengan kata lain guru harus menguasai berbagai metode mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran bagi siswa. Penggunaan metode yang tepat dan berfariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar. Kemampuan memanfaatkan metode mengajar secara akurat akan menjadikan pelajaran PAI sebagai pelajaran yang menarik bagi siswa. Berikut adalah salah satu metode pembelajaran PAI yang digunakan dalam pembelajaran siswa agar dapat menarik perhatian siswa pada pelajaran PAI. 1. Pengertian Metode Quick On The Draw Secara etimologi Quick On The Draw dalam kamus John Echol, quick diartikan dengan cepat, lekas, On diartikan dengan pada, atas, 1 Basyiruddin Usman, Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta :Ciputat Press, 2002) hal. 3-4

3 3 tentang, sedangkan Draw diartikan sebagai sangat cepat berfikir. 2 Jadi Quick On The Draw bisa diartikan sebagai kecepatan pada berfikir. Sedangkan metode Quick On The Draw adalah sebuah metode yang didalamnya melakukan sebuah aktivitas riset dengan intensif bawaan untuk kerja tim dan kecepatan. 3 Aktivitas ini mendorong kerja kelompok semakin efisien, semakin cepat kemajuannya. Kelompok dapat belajar bahwa pembagian tugas lebih produktif daripada menduplikasi tugas. Metode ini memberikan pengalaman mengenai tentang macammacam keterampilan membaca, yang didorong oleh kecepatan aktivitas, ditambah belajar mandiri dan kecakapan ujian yang lain membaca pertanyaan dengan hati-hati, menjawab pertanyaan dengan tepat, membedakan materi yang penting dan yang tidak. Kegiatan ini membantu siswa untuk membiasakan diri mendasarkan belajar pada sumber bukan guru. Siswa dituntut mempunyai tanggung jawab terhadap diri dan kelompoknya. Dalam proses belajar siswa dituntut mempunyai tujuan yang sama. Dalam pembelajaran siswa diberi tugas individu dan kelompok. 2. Tujuan dan Manfaat Metode Quick On The Draw Tujuan dari metode ini senada dengan tujuan metode pendidikan islam, yakni agar proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih 2 Jhon Echol dan Hasan Shadly, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Indonesia, 1976) hal. 197/461 3 Paul Ginnis, Trik & Tak Tik Mengajar, (Jakarta : PT Indeks, 2008) hal. 164

4 4 berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam. Sedangkan manfaat dari metode ini adalah sebagai berikut 4 : a. Memberikan pengalaman tentang macam-macam keterampilan membaca, yang didorong kecepatan aktivitas lainnya. b. Mendorong anak didik untuk melakukan kerja kelompok, dan semakin cepat kerja kelompok semakin cepat pula kemajuannya. c. Membantu siswa untuk membiasakan diri mendasarkan belajar pada sumber, bukan guru. d. Sesuai bagi siswa dengan karakter kinestetik yang tidak dapat duduk diam dalam waktu yang relatif lama. Dari tujuan dan manfaat metode quick on the draw yang dipaparkan di atas diharapkan dapat menimbulkan kekuatan melaksanakan ajaran-ajaran agama islam dengan ikhlas dan dengan kesadarannya sendiri. 3. Langkah-Langkah Metode Quick On The Draw Berikut ini adalah pacuan antar kelompok dalam menjalankan metode Quick On The Draw. Tujuannya adalah dapat menjadi kelompok pertama yang dapat menyelesaikan satu set pertanyaan. 5 a. Guru menyiapkan satu set pertanyaan, misalnya lima mengenai topic yang sedang dibahas. Guru membuat cukup salinan agar tiap kelompok punya sendiri. Tiap pertanyaan harus dikartu terpisah. Tiap set 4 Ibid, hal Ibid, hal 163

5 5 pertanyaan sebaiknya ditulis dikartu dengan warna berbeda. Guru meletakkan set pertanyaan tersebut di atas mejanya, dan angka menghadap atas dan nomor 1 paling atas. b. Bagi kelas menjadi 3 kelompok. Beri warna untuk tiap kelompok sehingga mereka dapat mengenali set pertanyaan mereka di meja guru. c. Guru memberi tiap kelompok materi sumber yang terdiri dari jawaban untuk semua pertanyaan. Ini bisa berupa halaman tertentu dari buku teks biasanya. Jawaban yang terdapat dalam materi sumber sebaiknya tidak terlalu jelas, dengan maksud agar siswa harus mencari dalam teks. d. Pada kata mulai satu orang dari tiap kelompok lari kemeja guru untuk mengambil pertanyaan pertama dan kembali membawanya ke kelompok. e. Dengan menggunakan materi sumber kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah. f. Jawaban dibawa oleh orang kedua ke gurunya. Guru memeriksa jawaban. Jika jawaban benar maka selanjutnya mengambil kertas pertanyaan nomer 2. Tetapi jika jawabannya tidak akurat atau salah maka harus dibawa ke kelompoknya lagi. Begitu seterusnya. g. Kelompok yang pertama selesai menjawab semua pertanyaan dianggap menang. h. Guru kemudian membahas semua pertanyaan secara bersama-sama.

6 6 Seperti yang dijelaskan di atas bahwa pada metode ini kecepatan membaca sangatlah penting karena semakin cepat membaca akan semakin cepat pula dalam menemukan jawaban dari sumber materi yang telah diberikan guru. Tetapi selain kecepatan membaca, pemahaman materi juga lebih penting, agar tidak terjadi kekeliruan dalam menjawab pertanyaan. Pemahaman bacaan adalah proses komplek yang melibatkan pemanfaatan berbagai kemampuan yang berhasil maupun yang gagal. Setelah membaca seharusnya kita mampu mengingat informasi dalam suatu bacaan. Ada dan seberapa banyak yang bisa kita ingat tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah 6 : a. Kita harus mampu memilih hal-hal penting dari materi yang kita baca dan mampu menarik kesimpulan umum. Kita harus menemukan kata dan frasa kunci. Kita harus mampu membedakan fakta dan opini. b. Kita harus mampu membuat deduksi, menarik kesimpulan dari yang tersirat, mewadai implikasi, dan menginterpretasikan informasi. Artinya kita harus mampu membedakan mana makna denotatif dan makna konotatif. Dengan kata lain, kita harus mampu membaca baik yang tersurat maupun yang tersirat. c. Kita perlu menghubungkan apa yang telah kita baca dengan pengetahuan dan pengalaman kita agar semua bisa dilihat sebagai satu konteks. Oleh karena itu, keluasan dan keragaman bacaan yang telah kita bahas pada bab sebelumnya sangatlah penting. 6 Gordon Wainwright, Speed Reading Better Recalling, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2006) hal

7 7 d. Kita harus mengevaluasi dan membahas apa yang kita baca dengan orang lain. 4. Komponen Pendukung Metode Quick On The Draw Dalam metode ini terdapat beberapa komponen penting yang cukup berperan dalam memperlancar jalannya metode Quick On the draw pada pembelajaran, yaitu : a. Guru yang berkompeten dan profesional. b. Anak didik yang aktif dalam proses pembelajaran. c. Buku bacaan yang sesuai dengan topik yang diajarkan dengan jumlah yang banyak dan bervariasi. d. Beberapa tehnik pembelajaran yang mempunyai peranan cukup penting dalam terlaksananya metode quick on the draw dalam pembelajaran, agar dapat tercapai tujuan yang telah ditentukan 5. Tehnik Penyampaian Metode Quick On The Draw Telah dipaparkan di atas bahwa metode quick on the draw ini tidak semata-mata mengutamakan segi pelaksanaan atau aplikasi praktis. Namun tehnik pengajarannya dengan bantuan penggunaan tehnik pengajaran yang lain, antara lain ceramah, diskusi, tanya jawab, resitasi, dan lain-lain. Namun tetapi model atau metode pembelajarannya menonjol pada aspek kecepatan siswa dalam beraktivitas (berfikir, membaca, menjawab, dan lain-lain). Tehnik-tehnik yang bisa digunakan sebagai pengantar pelaksanaan metode quick on the draw dalam pembelajaran

8 8 yaitu dengan ceramah, diskusi, demonstrasi, resitasi, tanya jawab, drill, sosiodrama, karyawisata, simulasi, proyek. 7 Untuk memilih teknik mana yang akan digunakan sebagai pengantar pelaksanaan metode quick on the draw ini, tentu saja harus di perhatikan dan menjadikannya sebagai acuan pada syarat pemilihan metode atau tehnik yang ada, agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan maksimal. Jika dilihat dari alokasi waktu yang rata-rata diberikan sekolah itu hanya 2 jam pelajaran maka tehnik yang baik untuk melaksanakan metode ini adalah dengan ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. 6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Quick On The Draw Kelebihan dari metode quick on the draw ini adalah mempertajam seluruh keterampilan berpikir visual, ia juga mengarahkan visualisasi, untuk lebih rinci, tanpa menyebutkan satu tehniknya akan diuraikan sebagai berikut : a. Aktivitas ini mendorong kerja kelompok, semakin cepat kerja kelompok semakin cepat kemajuannya. Kelompok dapat belajar bahwa pembagian tugas lebih produktif daripada menduplikasi tugas. b. Memberikan pengalaman mengenai macam-macam keterampilan membaca yang didorong oleh kecepatan aktivitas, ditambah belajar mandiri, membaca pertanyaan dengan hati-hati, menjawab pertanyaan dengan tepat, membedakan materi yang penting dan tidak. 7 Zakiyah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hal

9 9 c. Membantu siswa membiasakan diri untuk belajar pada sumber, tidak hanya pada guru. d. Sesuai bagi siswa dengan karakteristiknya yang tidak dapat duduk diam. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah : a. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penerapannya. b. Dalam kerja kelompok siswa akan mengalami keributan jika pengelolaan kelas kurang baik. c. Guru sulit untuk memantau aktivitas siswa dalam kelompok. B. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR PAI 1. Pengertian Prestasi Belajar PAI Setiap aktivitas yang disadari biasanya mempunyai tujuan. Tujuan itu menjadi arah kegiatan untuk mendapatkan kejelasan, maka salah satu tujuan dan aktifitas adalah untuk memperoleh hasil seoptimal mungkin, bermanfaat bagi dirinya dan juga bagi orang lain. Bertolak dari uraian di atas, dapatlah dikaitkan dengan pengertian prestasi belajar sebagai berikut : Prestasi adalah pengetahuan akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan umunya berpengaruh baik terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berikutnya, maksudnya prestasi lebih baik 8 8 Ach. Bahar dan Moch. Sholeh, Penuntun Praktis Cara Belajar Mengajar, (Surabaya, Karya Utama, 1980), hal. 8

10 10 Ahli lain memberikan rumusan tentang prestasi sebagai berikut : prestasi adalah apa yang telah dihasilkan dan apa yang telah diciptakan dari suatu karya. 9 Dari berbagai pengertian prestasi di atas, maka prestasi mengandung beberapa aspek sebagai berikut : a. Kemajuan akan pengetahuan atau ketrampilan dari suatu pekerjaan. b. Dari pekerjaan tersebut dapat menunjukkan hasil dari suatu pekerjaan. c. Dihasilkan dari suatu yang sedang atau telah dikerjakan. d. Hasilnya berpengaruh baik terhadap jenis pekerjaan yang sama pada tahap berikutnya. Prestasi digolongkan kedalam tiga bagian 10 : a. Prestasi Akademis, yaitu hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. b. Prestasi Belajar, adalah hasil yang telah di capai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya dalam menerima dan memahami materi yang telah diberikan kepadanya atau usaha siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 11 c. Prestasi Kerja, hasil kerja yang di capai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. 9 Ibid, hal WJS. Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia... hal Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru Algesindo, 2001) hal 8

11 11 Menurut Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian event (kejadian, peristiwa, kondisi) yang secara sengaja diacungkan untuk mempengaruhi siswa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. 12 Adapun pembelajaran PAI menurut Muhaimin adalah suatu upaya untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat bergama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 13 Jadi dapat disimpulkan bahwa Prestasi belajar PAI yaitu hasil yang telah di capai anak didik dalam menerima dan memamahami serta mengamalkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru atau orang tua berupa Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah dan keluarga serta masyarakat, sehingga anak memiliki potensi dan bakat sesuai yang dipelajarinya sebagai bekal hidup dimasa mendatang, kuat jasmani dan rohani, serta beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, memiliki solidaritas tinggi terhadap lingkungan sekitar. Seorang 12 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1996) hal Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012) hal. 76

12 12 pendidik, baik orang tua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung jawab mereka di hadapan Allah. 2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar PAI Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ada banyak jenisnya, tetapi bisa digolongkan menjadi dua golongan yaitu intern dan ekstern. a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa, adapun yang termasuk faktor intern adalah : Faktor jasmaniah atau fisik 1) Kesehatan 2) Cacat tubuh Faktor Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis, oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang, itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, dari faktor seperti faktor dari luar dan juga faktor dari dalam. Menurut Syaiful Bahri Djaromah, faktor psikologis sebagai faktor diri dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung tapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu kurang signifikan. Oleh karena itu minat kecerdasan, bakat, motivasi dan

13 13 kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. 14 Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut akan diuraikan satu persatu sebagai berikut : 1) Intelegensi Kecerdasan atau intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang. M. Daryono mengatakan bahwa seseorang yang memiliki intelegensi, baik yang IQ nya tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir, sehingga prestasi belajarnyapun rendah. 15 Oleh karena itu kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran. Dan orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. 2) Minat Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau efektifitas tanpa ada yang 14 Syaiful Bahri Djaromah, Psikologi Belajar..., hal Ibid,

14 14 menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri sendiri. 16 Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar, artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu, minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat yang kurang menghasilkan prestasi yang rendah. 17 Dalam konteks inilah diketahui bahwa minat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar anak didik. Jika seorang anak didik mempunyai minat yang tinggi, maka hasil belajarnyapun akan meningkat. Begitu sebaliknya. 3) Bakat Selain intelegensi bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Menurut Sunarto dan Hartono, bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat dapat terwujud. Misalnya seseorang mempunyai bakat menari, tetapi dia tidak pernah diberi kesempatan untuk dikembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta) hal D.M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997) hal H. Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) hal. 119

15 15 Bakat seseorang akan mempengaruhi prestasi belajar terhadap suatu bidang tertentu. Apabila seseorang itu kurang berbakat, maka prestasinya juga rendah sebab seseorang itu akan bekerja dilingkari rasa tidak bisa bekerja dengan baik dan hasilnya juga kurang baik. 4) Motivasi Motivasi belajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau tenaga pendorong yang berasal dari luar diri anak. Motivasi ekstrinsik ini ada pula yang menyebutnya insentive atau perangsang. 19 Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat tercapai dengan belajar. Mengingat motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan, maka bila ada anak didik yang kurang memiliki motivasi intrinsik, diperlukan dorongan dari luar, yaitu motivasi 19 Amier Daien Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1973) hal

16 16 ekstrinsik, agar anak didik termotivasi untuk belajar. Disini diperlukan pemanfaatan bentuk-bentuk motivasi secara akurat dan bijaksana. b. Faktor Ekstern 1) Keluarga Keluarga dalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar di dalam masyarakat. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah merupakan satu karakteristik yang menurut hasil peelitian ESCN memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Dengan adanya perhatian dari orang tua terhadap pendidikan akan membuat anak termotivasi untuk belajar. 2) Sekolah (a) Kurikulum, merupakan unsur subtansi dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. (b) Metode mengajar, adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 20 Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. 20 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran... hal. 147

17 17 (c) Dalam belajar sekolah faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai anak didik. (d) Keberhasilan pembelajaran juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar. Termasuk ketersediaan sarana itu meliputi sarana ruang kelas dan penataan tempat duduk siswa, media dan sumber belajar. 3. Jenis Jenis Prestasi Belajar PAI 1. Aspek Kognitif (a) Pengetahuan, merupakan peringatan tentang bahan-bahn yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan merupakan penyajian hasilhasil belajar yang paling rendah tingkatannya dalam kerangka kognitif. (b) Pemahaman, dirumuskan sebagai kemampuan untuk menguasai pengertian atau makna bahan. (c) Analisa, menunjukkan pada kemampuan untuk merinci bahan menjadi komponen-komponen atau bagian-bagian agar terstruktur organisasinya. Analisa meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian dan mengenali prinsipprinsip yang terlibat.

18 18 (d) Aplikasi menunjuk pada kemampuan untuk menggunakan material yang telah dipelajari di dalam situasi-situasi yang baru dan kongkrit. (e) Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk menempatkan bagianbagian bersama membentuk keseluruhan baru. Hasil belajar ini menitik beratkan pada tingkah laku. (f) Evaluasi, berkenaan dengan kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk maksud tertentu. 2. Aspek Afektif (a) Receiving, menunjuk pada kesadaran siswa untuk memperhatikan gejala atau stimuli tertentu. Dari segi pengajaran hal ini berkenaan dengan membangkitkan, mengingat dan mengarahkan perhatian siswa. (b) Responding, menunjuk pada partisipasi aktif oleh siswa. Siswa bukan hanya memperhatikan tetapi juga memberikan reaksi terhadap gejala tertentu dengan cara tertentu pula. (c) Valuing, hal-hal yang berkenaan dengan pemberian nilai terhadap gejala-gejala, obyek, dan tingkah laku tertentu Apek Psikomotor (a) Persepsi (b) Kesiapan (c) Mekanisme 21 Prof. Dr. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta : Bumi Aksara, 2002) hal

19 19 (d) Kemampuan bergerak dan bertindak (e) Ketrampilan ekspresi verbal dan non verbal. 4. Fungsi Prestasi Belajar PAI Keberhasilan prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan pula pada manusia, khususnya yang ada pada bangku sekolah. Oleh karena itu prestasi belajar memiliki beberapa fungsi. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Zainal Arifin antara lain : 22 1) Prestasi belajar PAI sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan tentang agama islam yang dikuasai anak didik 2) Prestasi belajar PAI sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia. termasuk kegiatan anak didik dalam suatu pendidikan. 3) Prestasi belajar PAI sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dapat menjadi umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar PAI sebagai indikator tingkat produktivitas suatu intuisi pendidikan. Yaitu bahwa kurikulum yang digunakan sesuai dengan kebutuhan anak didik dan masyarakat. 22 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 4

20 20 5) Prestasi belajar PAI dapat digunakan sebagai daya serap kecerdasan anak didik. Sebagai anak didik diharapkan dapat menyerap materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Sedangkan fungsi mata pelajaran PAI adalah : 1) Mendorong timbulnya kesadaran beribadah siswa kepada Allah swt. 2) Menanamkan kebiasaan melaksanakan syariat islam dikalangan siswa dengan ikhlas. 3) Mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk mensyukuri nikmat Allah swt. 4) Membentuk kebiasaan disiplin dan tanggung jawab sosial. 5) Membentuk kebiasaan berbuat yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi prestasi belajar PAI adalah sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar, sebagai keperluan untuk diaknosis, untuk bimbingan dan penyuluhan, dapat juga digunakan untuk seleksi, menentukan isi kurikulum dalam pembelajaran PAI. 5. Ragam Test Prestasi Belajar PAI Untuk memudahkan dalam mengukur dan mengevaluasi prestasi belajar maka dibutuhkan suatu test, adapun test-test tersebut adalah : 1) Test Formatif Test formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), selanjutnya hasil penilaian tersebut

21 21 dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. 23 Jadi test formatif tidak hanya dilaksanakan pada setiap akhir pelajaran, tetapi bisa juga dilaksanakan ketika pelajaran berlangsung. 2) Test Sumatif Test sumatif adalah penilaian yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak. 24 C. PENGARUH METODE QUICK ON THE DRAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya yang timbul dari sesuatu yaitu strategi pembelajaran atau suatu metode pembelajaran yaitu metode quick on the draw terhadap hasil prestasi siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Alun-Alun Contong 1-87 Surabaya. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang bekerja dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan tersebut terjalin interaksi yang saling menunjang atas dasar hubungan timbal balik yang 23 Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal Ibid, hal. 26

22 22 berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang dimaksud yaitu tujuan pembelajaran. Mengajar dan belajar merupakan salah satu unsur yang tersusun dalam pembelajaran, efektifitas mengajar guru dapat dilihat apabila pembelajaran berjalan dengan sukses. Untuk mencapai hasil belajar yang autentik, yang sejati dan tahan lama, mengajar haruslah pada pelajaran yang mengandung makna bagi anak didik. Belajar hanya berhasil apabila diberi pelajaran yang bermakna. Salah satu hasil penyelidikan yang berguna bagi pengajaran adalah bahwa hati dan hakikat belajar adalah menangkap, menjelaskan, dan menggunakan pengertian. Dengan demikian, dalam mengajar haruslah ditekankan makna atau pengertian, karena belajar merupakan usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian. Hal inilah sifat hakikat dari belajar. Guru yang memberi pengetahuan yang dipahami oleh anak didik merupakan pelajaran yang bertentangan dengan hakikat proses belajar mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasil atau tidaknya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Pengetahuan guru dalam memahami tentang mengajar akan banyak mempengaruhi peranan guru dalam mengajar. Dengan kata lain, pengetahuan guru tentang mengajar akan sangat berpengaruh terhadap kualitas mengajar guru.

23 23 Selain memahami makna mengajar, agar tugas guru dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan sukses maka guru harus memiliki kemampuan dalam menguasai materi pelajaran, menerapkan dalam prinsip psikologi (teori belajar), kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar dan kemampuan menyelenggarakan diri dengan berbagai situasi baru. 1. Penguasaan materi pelajaran Menguasai materi secara baik merupakan tuntutan yang pertama dalam profesi keguruan. Penguasaan materi inilah yang menumbuhkan rasa kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan tugas mengajar, sebab secara sempit mengajar berarti transfer of knowledge. 2. Kemampuan merupakan prinsip psikologi Seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang teori belajar dan dapat menerapkannya. Pengetahuan ini sangat berarti untuk mengklasifikasi perbedaan-perbedaan siswa yang ada karena berpengaruh terhadap hasil belajar. Dengan berpegang pada prinsip perbedaan ini, guru dapat menggunakan strategi belajar mengajar yang tepat agar proses belajar mengajar yang dilaksanakan mencapai hasil yang maksimal. 3. Kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar Penguasaan materi pelajaran tidaklah cukup untuk profesi sebagai guru. Selain menguasai materi pelajaran, guru dituntut untuk mengaplikasikan pengetahuan teorinya didepan kelas sebagai wujud kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar.

24 24 Penampilan guru sangat berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Apalagi jika penampilan guru menjadi bahan ketawaan siswa, malah membuat siswa semakin malas belajar dan siswa menjadi tidak menghargai gurunya. Guru yang dapat menarik perhatian muridnya malah lebih baik karena dengan begitu kelas bisa lebih dikondisikan dan lebih bisa kondusif. 4. Kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi baru Seiring dengan tingkat teknologi dan permasalahan yang ada, desain pendidikan senantiasa mengalami perubahan, untuk mengantisipasi perubahan tersebut maka terjadilah perubahan atau perombakan kurikulum dan sebagainya. Dengan perubahan tersebut hendaknya guru langsung mengantisipasinya. Guru harus mempunyai pengetahuan kedepan tentang pendidikan dan perkembangannya. Dengan demikian guru tidak merasa bingung dan siap terhadap perubahan yang ada, sehingga dapat menyesuaikan diri. Menurut Nana Sudjana, keberhasilan pengajaran dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dalam segi proses mempunyai kriteria yang menekankan kepada pengajaran sebagai proses. Suatu proses haruslah merupakan ineraksi yang dinamis sehingga siswa mampu mengembangkan apa yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif. Sedangkan dalam segi hasil mengatakan bahwa proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.

25 25 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keefektifan suatu metode dalam pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut : 1) siswa dapat menyerap dan menerima materi pelajaran dengan baik. 2) Semua pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. 3) Siswa ikut aktif dan tidak gaduh. Siswa aktif dalam berdiskusi dan aktif dalam pelajaran. Dari kriteria-kriteria di atas, suatu metode mengajar dalam pembelajaran di atas maka metode quick on the draw adalah suatu metode mengajar yang bersifat kelompok dan menonjol pada daya kecepatan aktivitas, diantaranya berfikir, membaca, berbicara, menulis dan menjawab pertanyaan. Selain mengembangkan kemampuan belajar seseorang metode quick on the draw bermanfaat mengembangkan dengan cepat dan luar biasa kemampuan berfikir siswa. Berikut ini adalah pacuan antar kelompok dalam menjalankan metode Quick On The Draw. Tujuannya adalah dapat menjadi kelompok pertama yang dapat menyelesaikan satu set pertanyaan. 25 a. Guru menyiapkan satu set pertanyaan, misalnya sepuluh mengenai topic yang sedang dibahas. Guru membuat cukup salinan agar tiap kelompok punya sendiri. Tiap pertanyaan harus dikartu terpisah. Tiap set pertanyaan sebaiknya ditulis dikartu dengan warna berbeda. Guru meletakkan set pertanyaan tersebut diatas mejanya, dan angka menghadap atas dan nomor 1 paling atas. 25 Paul Ginnis, Trik dan Taktik Mengajar, (Jakarta : PT Indeks, 2008), hal 163

26 26 b. Bagi kelas menjadi 3 kelompok. Beri warna untuk tiap kelompok sehingga mereka dapat mengenali set pertanyaan mereka di meja guru. c. Guru memberi tiap kelompok materi sumber yang terdiri dari jawaban untuk semua pertanyaan. Ini bisa berupa halaman tertentu dari buku teks biasanya. Jawaban yang terdapat dalam materi sumber sebaiknya tidak terlalu jelas, dengan maksud agar siswa harus mencari dalam teks. d. Pada kata mulai satu orang dari tiap kelompok lari kemeja guru untuk mengambil pertanyaan pertama dan kembali membawanya ke kelompok. e. Dengan menggunakan materi sumber kelompok tersebut mencari dan menulis jawaban di lembar kertas terpisah. f. Jawaban dibawa oleh orang kedua ke gurunya. Guru memeriksa jawaban. Jika jawaban benar maka selanjutnya mengambil kertas pertanyaan nomer 2. Tetapi jika jawabannya tidak akurat atau salah maka harus dibawa ke kelompoknya lagi. Begitu seterusnya. g. Kelompok yang pertama selesai menjawab semua pertanyaan dianggap menang. h. Guru kemudian membahas semua pertanyaan secara bersama-sama Dari beberapa langkah-langkah di atas secara umum mulai langkah awal sampai terakhir, maka dapat dimungkinkan dalam kegiatan proses belajar mengajar akan terasa bermakna. Siswa akan lebih terlatih untuk berfikir secara cepat, dan cenderung berfikir aktif. Maka secara otomatis siswa akan mengalami prestasi belajar yang baik dan pastinya dapat meningkat.

27 27 Maka dari paparan di atas metode quick on the draw dapat dibuktikan bahwa metode ini benar-benar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN 1 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Metode Quick On The Draw Dari hasil penelitian implementasi atau penerapan metode quick on the draw di SDN Alun-Alun Contong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw. tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw. tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran. 26 BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw 1. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Dewey model pembelajaran ialah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Metode Quick On The Draw Dari Hasil penelitian implementasi atau penerapan metode quick on the draw di SMP Islam Parlaungan

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA

MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI KELAS IV SDN 181/V INTAN JAYA Skripsi oleh: MILYATI GJA12D113171 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA A. Kajian teori 1. Konsep Belajar a. Pengertian Belajar BERFIKIR Belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Nana Sudjana, dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas sebagai penyampai ilmu semata, namun lebih dari itu ia bertanggung jawab atas seluruh perkembangan pribadi siswanya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. lnteraksi tersebut dapat berlangsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Lembar Kerja Siswa ( LKS ) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Kata lembar kerja siswa terdiri dari tiga bagian, lembar, kerja dan siswa. Dalam kamus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia, karena pendidikan, manusia dapat di bedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain.

BAB II KAJIAN TEORI. proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1. menemukan dirinya dalam diri orang lain. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Pemahaman Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 1 Menurut Benyamin S. Bloom pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting, karena pendidikan akan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga sumber daya alam di tanah air akan terolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Guru merupakan ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran agar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang memiliki aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang memiliki aspek A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha manusia untuk melatih mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maju mundurnya suatu bangsa banyak tergantung oleh mutu pendidikannya,

BAB I PENDAHULUAN. Maju mundurnya suatu bangsa banyak tergantung oleh mutu pendidikannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik kehidupan secara pribadi maupun sosial. Implikasi pendidikan sifatnya mutlak baik pendidikan untuk

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2 BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Di dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG Wayan Satria Jaya STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK This study aims to obtain data on how far the relationship between motivation to learn with the learning outcomes of students in school. Method used

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH: PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VII DI SMPN 1 BANYAKAN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan pemenuhan kualitas pendidikan menjadi fenomena yang hampir terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan pemerintah,

Lebih terperinci

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X PENGARUH PENERAPAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 3 PADA MATA PELAJARAN PAI DENGAN MATERI SHOLAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan A. Kerangka Teoretis BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Penjabaran

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA (MTsS) AL-IKHLAS TANAH TERBAN KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, sehingga dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh. Pendidikan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang peran sekaligus posisi psikologi belajar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pada dasarnya guru merupakan kunci utama dalam pengajaran. Guru secara langsung berupaya mempengaruhi, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa didalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Terprogram 1.1 Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu. 1. Pendidikan sebagai identitas mutlak dalam rangka pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu. 1. Pendidikan sebagai identitas mutlak dalam rangka pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan ini. Tanpa pendidikan, maka manusia sekarang tidak akan berbeda dengan keadaan pendahulunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan yang diarahkan untuk mengembangkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 32 PEKANBARU Dian Ramadhani S a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar Secara bahasa minat berarti kecendrungan hati terhadap sesuatu. Menurut Slameto minat adalah rasa ketertarikan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang dirasakan saat ini kian canggih dan up to date. Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Hakekat Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum telah diakui bahwa pendidikan merupakan penggerak utama bagi pembangunan. Pendidikan (pengajaran) prosesnya diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Proses

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh BAB V PEMBAHASAN 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting yang terdiri dari "fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya, yang terkandung dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting yang terdiri dari fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya, yang terkandung dalam mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran materi pelajaran merupakan salah satu komponen penting yang terdiri dari "fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum/aturan, dan sebagainya,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia ini. Terlebih dalam era industrialisasi sekarang ini. Tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tantangan dan ancaman global yang semakin ketat. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. dengan tantangan dan ancaman global yang semakin ketat. Pendidikan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah adalah salah satu wujud dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diberikan sebagai usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar 6 2.1 Peran Guru BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Pengertian Peran Guru Guru dalam fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Peran akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam menghadapi perkembangan zaman dengan berbagai perubahan dan persaingan mutu, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menghadapi setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto ) METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Oleh : Ari Yanto ) Email : ari.thea86@gmail.com Abstrak Salah satu masalah yang dihadapi oleh tenaga pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih saat ini, pendidikan memiliki peranan sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Minat Minat selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Dalam belajar mengajar, penting menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan salah satu aktivitas manusia, maka pendidikan merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari perjalanan hidup manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menghafal, yang diutamakan adalah penumpukkan ilmu. Prestasi belajar bagi

BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menghafal, yang diutamakan adalah penumpukkan ilmu. Prestasi belajar bagi BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Paradigma pendidikan ditinjau dari sisi belajar diartikan sebagai upaya seseorang untuk

Lebih terperinci