Herry Nur Hidayat. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Herry Nur Hidayat. Pendahuluan"

Transkripsi

1 Malin Kundang... MALIN KUNDANG KARYA WISRAN HADI: SEBUAH PERBANDINGAN Herry Nur Hidayat Abstract This research describes that readers can produce new works. There are differences between Legenda Malin Kundang with Drama Malin Kundang. Those differences shows the intertextuality. The differences indicate that there is a readers reactions, respons, and interpretations which have different backgrounds and horizon expectations. Key words: Malin Kundang, drama, intertextuality, compara tive ap proach Pendahuluan Sifat multiinterpretasi karya sastra memungkinkan pembaca bebas memberi tanggapan terhadap sebuah karya sastra. Seorang pembaca (penikmat) akan menanggapi dan menginterpretasi sebuah karya sastra berdasar atas pengalaman dan pemahaman yang dimilikinya. Teeuw (1988) mengungkapkan, setiap pembaca mempunyai horison harapan yang tercipta karena pembacaannya yang lebih dahulu dan pengalamannya selaku manusia budaya. Seorang pembaca, secara otomatis dalam proses pembacaannya, akan memberikan reaksi terhadap bahan bacaannya. Dalam proses tersebut, pembaca akan mengenali, mengamati, dan akhirnya memahami karya yang dibacanya. Pada pembaca tertentu, proses tersebut tidak berhenti pada pemahaman, tetapi berlanjut pada tahap bereaksi dan berkreasi berdasarkan karya yang telah dibacanya tersebut. Menurut Aminuddin (2000), membaca (karya sastra) adalah kegiatan yang cukup kompleks WACANA ETNIK Vol. 1 No.1-13 WACANA ETNIK, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. ISSN Volume 1, Nomor 1, April Halaman Padang: Pusat Studi Informasi dan Kebudayaan Minangkabau (PSIKM) dan Sastra Daerah FIB Universitas Andalas

2 Herry Nur Hidayat karena melibatkan beberapa aspek, baik fisik, mental, bekal pengalaman dan pengetahuan, dan aktivitas berpikir. Menurutnya, membaca adalah proses untuk mendapatkan tujuan tertentu dengan beberapa tahapan, yaitu persepsi (pengamatan), rekognisi (pemahaman arti), komprehensi (pemahaman makna), interpretasi (pendalaman pemahaman), evaluasi (pemilihan), dan kreasi atau utilisasi (pengolahan). Seorang pembaca yang kreatif akan bereaksi dan merespon karya yang telah dibacanya, memilih apa yang telah diperolehnya dalam proses pembacaan dan kemudian mengolahnya untuk mendapatkan kreasi baru atau tujuan tertentu. Proses inilah yang kemudian menghasilkan karya baru yang berasal dari karya sebelumnya. Hal ini biasa dikenal dengan hubungan intertekstual. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, dibandingkan dengan sastra tulis, sastra lisan boleh dikatakan lebih memiliki peluang untuk berubah. Perubahan tersebut, seperti telah dikemukakan di atas, adalah bentuk apresiasi dan interpretasi penikmat karya sastra. Oleh karena bentuknya, setiap pendengar bisa menjadi penutur bentuk sastra lisan ini. Selanjutnya, setiap penutur memiliki kecenderungan untuk melakukan perubahan dalam isi cerita yang pada umumnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi pendengarnya. Namun demikian, inti isi cerita berbentuk sastra lisan ini tidak akan mengalami perubahan, baik tokoh maupun alur utama. Satu bentuk karya sastra lisan Minangkabau yang telah banyak diinterpretasi oleh khalayak penikmat adalah legenda Malin Kundang. Meskipun telah dikenal luas, cerita legenda ini dianggap dan diyakini berasal dari daerah pesisir pantai Aie Manih (Air Manis) Padang. Hal ini disebabkan adanya batu karang di pantai tersebut yang diyakini sebagai bukti tinggalan cerita legenda ini. Dari segi ceritanya, di samping mengalami perubahan dalam penambahan tokoh, perubahan alur cerita, dan bentuknya, Malin Kundang juga telah mendapat banyak tanggapan pembaca yang beragam terutama terhadap tema dan amanat cerita. Apresiasi terhadap Malin Kundang ini juga merupakan bentuk resepsi atau tanggapan pembaca. Hingga saat ini telah banyak tanggapan pembaca terhadap karya ini. Penyimpulan tema dan amanat cerita yang berubah adalah juga satu wujud resepsi. Dilatarbelakangi pengetahuan dan pengalamannya, penulis naskah mengapresiasi dan menginterpretasi Malin Kundang dalam bentuk karya baru. Selain latar belakang kondisi sosial budaya yang berbeda, tujuan akhir 14 - WACANA ETNIK Vol. 1 No.1

3 Malin Kundang... sebuah karya juga menentukan unsur-unsur karya baru tersebut. Hal inilah yang tampaknya membawa pembaca seperti Wisran Hadi yang dengan latar belakang pengalamannya dapat menampilkan Malin Kundang dalam bentuk yang lain, yaitu dari teks sastra lisan menjadi sebuah teks naskah drama. Berbeda dengan bentuk karya sastra prosa dan puisi, naskah drama memiliki tujuan akhir pementasan. Oleh karena itu, naskah drama sangat terbuka terhadap interpretasi untuk tujuan pementasan. Namun, penelitian ini tidak akan menyentuh aspek pementasan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pada aspek tekstual kedua objek penelitian, yaitu unsur-unsur yang ada di dalamnya dan perbandingan antarkeduanya yang pada akhirnya dapat membantu mempertajam pemahaman terhadap objek penelitian, yaitu naskah drama Malin Kundang (selanjutnya disebut DMK) dibandingkan dengan legenda Malin Kundang (selanjutnya disebut LMK). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah unsur-unsur instrinsik objek penelitian dan hal-hal yang mempengaruhi apresiasi, dan interpretasi terhadap objek penelitian yang berkelanjutan dan menyebabkan munculnya bentuk-bentuk karya baru sebagai bentuk tanggapan, respon, dan intertekstualitas. Pembicaraan dan analisis penelitian ini terbatas pada unsur intrinsik kedua objek yaitu tokoh, tema, dan perbandingan antara kedua objek penelitian. Di samping itu, penelitian perbandingan lebih diarahkan pada hal-hal yang mempengaruhi munculnya perbedaan bentuk dan isi kedua objek penelitian dalam ruang lingkup estetika responsif dan intertekstualitas Tinjauan Pustaka Secara umum dapat dikatakan bahwa pembicaraan terhadap karya sastra dengan tinjauan dan pendekatan sastra banding masih sangat kurang. Namun demikian, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang bisa diketegorikan dalam penelitian yang menggunakan sudut pandang sastra banding ini. Beberapa diantaranya adalah Hidayat (2004 dan 2007), Santosa (2003), dan Damono (2004). Di samping itu, selain antologi esai sastra banding yang dikumpulkan oleh Trisman dkk. (2003), terdapat pula kajian transformasi budaya oleh Mursal Esten (1999) dan kajian perbandingan novel dan film oleh Eneste (1991). Dalam hasil penelitian untuk tesis dan tulisan jurnal, Hidayat (2004 WACANA ETNIK Vol. 1 No.1-15

4 Herry Nur Hidayat dan 2007) menyimpulkan terjadinya pembacaan retroaktif terhadap sebuah karya. Pembacaan dan tanggapan terhadap karya inilah yang pada akhirnya melahirkan karya baru. Naskah drama Romeo and Juliet karya William Shakespeare diinterpretasi oleh pembaca dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda mengakibatkan muncul karya dalam bentuk baru, yaitu teks skenario William Shakespeare s Romeo+Juliet. Dalam bukunya Sapardi Djoko Damono (2004) membandingkan puisi Gatoloco karya Goenawan Mohamad dengan naskah kitab Gatoloco. Damono menyimpulkan bahwa Goenawan Mohamad telah meminjam dan memanfaatkan kitab Gatoloco untuk mengungkapkan posisi manusia modern di hadapan Sang Pencipta. Santosa (2003), meskipun menggunakan teori semiotika, secara tidak langsung juga melakukan perbandingan dalam penelitiannya terhadap sajak-sajak Nuh. Santosa melakukan analisis intertekstual beberapa sajak yang mengangkat tokoh Nuh dan kisah Nuh yang dibandingkan dengan Al Qur an, Alkitab Perjanjian Lama, Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Lama dan Surat Al Anbiya. Pada akhirnya, Santosa menyimpulkan sepuluh sajak Indonesia modern yang menghadirkan Nuh dapat disebut kreasi, varian, dan mosaik dari hipogramnya. Trisman (2003), telah mengumpulkan beberapa esai tentang sastra banding di Indonesia. Beberapa tulisan di dalamnya pada umumnya menyimpulkan bahwa perubahan atau perbedaan yang muncul antara karya sebelumnya dengan karya yang baru disebabkan oleh perbedaan latar belakang sosial budaya penulis. Selain itu, penulis sebagai apresiator sebuah karya mempunyai misi mempertajam ide, tema, dan amanat karya sebelumnya dengan pertimbangan perubahan zaman tersebut. Esten (1999), dalam penelitiannya terhadap naskah drama Cindua Mato karya Wisran Hadi dengan mitos Cindua Mato, menyimpulkan adanya transformasi budaya antara kedua karya tersebut. Perubahan dan perbedaan yang ada antara kedua karya tersebut diakibatkan berubahnya pola pikir serta pola sosial budaya penulis naskah. Reinterpretasi terhadap karya asli yang juga merupakan wujud resepsi juga menjadi dasar perubahan dan perbedaan kedua karya itu. Jauh sebelumnya, Eneste (1991) telah menggunakan pendekatan sastra banding ini untuk menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi dalam film yang diangkat dari karya sastra. Eneste menyebutnya sebagai ekranisasi, yaitu pelayarputihan karya sastra. Ditambahkan olehnya, perbedaan yang 16 - WACANA ETNIK Vol. 1 No.1

5 Malin Kundang... muncul antara karya asli dengan filmnya muncul oleh karena tujuan akhir dan unsur yang melingkunginya. Karya sastra berlandaskan bahasa (kata), sedangkan film berlandaskan gambar sebagai penyampai ide. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini lebih menitikberatkan pada interpretasi dan penafsiran terhadap objek dan data penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua bentuk, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan ekspresif. Pendekatan objektif digunakan untuk menemukan unsur-unsur yang membangun objek sebagai sebuah bentuk struktur. Pendekatan ekspresif digunakan sebagai data tambahan terhadap temuan yang diperoleh dari pendekatan yang pertama. Dalam pendekatan objektif, kedua objek dianalisis melalui proses pembacaan berulang sehingga diperoleh hasil unsur pembangun struktur kedua objek. Temuan tersebut kemudian dibandingkan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara keduanya. Selanjutnya, masingmasing persamaan dan perbedaan tersebut dianalisis hingga diperoleh hasil sebab kemunculnya. Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan serangkaian penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini dimaksudkan untuk mencari data berupa arsip dan berbagai artikel yang menyinggung tentang hal yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian kepustakaan ini akan dijadikan sebagai data sekunder yaitu data tambahan dalam analisis dalam penelitian ini. Keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian ini diinterpretasi dan dianalisis dari sudut pandang estetika responsif dan intertekstual. Analisis kedua sudut pandang ini menitikberatkan pada sebab dan alasan terjadinya perubahan bentuk dan perbedaan isi kedua objek penelitian. Data yang ditemukan dari kedua pendekatan, dianalisis dan dipilah menurut bentuknya. Selanjutnya, data yang telah dipilah tersebut dianalisis kembali dan diinterpretasi menurut kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini. Tahap selanjutnya adalah penyimpulan. Sebagai tahap akhir penelitian, tahap ini adalah perumusan dan penyimpulan terhadap analisis dan interpretasi. WACANA ETNIK Vol. 1 No.1-17

6 Herry Nur Hidayat Tokoh dan Penokohan LMK dan DMK Abrams (1981) mengungkapkan bahwa karakter adalah persona yang dihadirkan dalam karya naratif atau dramatik, yang diinterpretasi oleh pembaca sikap dan wataknya melalui apa yang diucapkan (dialog) dan yang dilakukan (action). Sementara itu, Rimmon-Kenan (1986) mengungkapkan bahwa tokoh (character) dapat diungkapkan dengan merangkai sejumlah indikator di dalam teks, proses inilah yang disebut dengan karakterisasi. Ditambahkan olehnya, terdapat dua tipe dasar indikator tekstual tokoh, yaitu definisi langsung dan pengungkapan tidak langsung. Tipe pertama meliputi definisi dengan kata sifat, kata benda abstrak, dan bagian ucapan seorang tokoh yang menggambarkan karakter tokoh, sedangkan tipe kedua diungkapkan dengan berbagai cara, tergantung kepada pembaca untuk mendapatkan indikator tersebut. Sementara itu, tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 2000). Oleh karenanya, dalam usaha meraih makna sebuah cerita seorang pembaca harus mampu memahami unsur-unsur dalam cerita itu tersebut. Tokoh-tokoh dalam LMK dapat dikenali sebagai berikut. Pertama, tokoh utama adalah Malin Kundang. Dasar penyebutan tokoh ini sebagai tokoh utama adalah dari penggunaan nama (judul) cerita yang menggunakan nama tokoh tersebut dan intensitas penceritaan di dalam cerita LMK. Oleh karena LMK berbentuk lisan, indikator yang diperoleh dalam analisis bukanlah dialog antartokoh, melainkan tindakan atau lakuan tokoh dalam sebuah alur cerita. Hal ini juga menunjukkan keterkaitan unsur lain dalam cerita yang turut mendukung penokohan. Tokoh Malin Kundang, pada awal cerita LMK tidak ditemukan indikator perwatakan yang jelas. Namun, dapat disimpulkan sejak kecil hingga dewasa, tokoh memiliki watak yang baik. Rasa hormat pada ibunya dapat disimpulkan dari lakuan Malin Kundang yang meminta izin ibunya saat ia berniat hendak pergi merantau. Saat seorang awak kapal menawarinya ikut menjadi awak sebuah kapal saudagar, Malin Kundang menyempatkan diri untuk pulang ke rumah dan meminta izin pada ibunya. Selanjutnya, watak Malin Kundang berubah. Wataknya menjadi keras hati, tak hormat pada orang yang lebih tua, pencaci, dan cenderung congkak. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kehidupannya yang makin baik dan 18 - WACANA ETNIK Vol. 1 No.1

7 Malin Kundang... derajatnya yang meningkat. Watak ini ditunjukkan saat kedatangan seorang perempuan tua yang mengaku sebagai ibu kandungnya. Malin Kundang berkeras menolak dan tidak mau mengakuinya. Tokoh ibu Malin Kundang juga dapat diketahui wataknya hanya melalui lakuannya. Melalui lakuannya, ibu Malin Kundang dapat disimpulkan sebagai tokoh yang menyayangi Malin Kundang anaknya. Sifat penyayang ditemukan dalam lakuannya yang selalu mengajak Malin Kundang ke mana saja ia pergi saat anaknya masih kecil. Di samping itu, izinnya pada Malin Kundang untuk pergi juga menujukkan rasa sayangnya pada anaknya itu. Mengizinkan anak untuk meraih cita-cita dan memperbaiki hidup adalah sebuah kebahagiaan bagi ibu Malin Kundang. Rasa sayang dan cintanya pada Malin Kundanglah yang menyebabkan ia tetap bertahan menunggu pengakuan Malin Kundang bahwa ia adalah ibunya. Ibu Malin Kundang tidak serta merta murka atas perlakuan anaknya, tetapi menunggu anaknya menyadari kesalahannya sebelum terlambat. Ibu Malin Kundang tidak mengutuk anaknya menjadi batu, tetapi menuntut hukuman setimpal atas perlakuan anaknya pada dirinya. Tidak jauh berbeda dengan LMK, DMK juga tidak secara tersurat menujukkan indikator pembentukan tokoh. DMK yang berbentuk naskah drama menggunakan dialog tokoh-tokohnya untuk membangun unsur instrinsik di dalamnya. Jadi, dialog tokoh adalah indikator dalam menemukan penokohan dalam DMK. Lebih lanjut ditemukan bahwa tokoh dalam naskah drama ini dibentuk melalui dua teknik, yaitu langsung dan tak langsung. Tokoh-tokoh dalam DMK adalah Malin Kundang, Ibu, Ayah, dan Wanita. Tokoh Ayah adalah ayah Malin Kundang, tokoh Ibu adalah istri Ayah dan sekaligus ibu Malin Kundang, dan tokoh Wanita adalah istri Malin Kundang. Watak tokoh Ayah dapat diketahui bahwa dia adalah tokoh yang sangat menjaga harga diri dan kehormatannya sebagai laki-laki. Tokoh Ayah merasa terhina karena diperlakukan semena-mena oleh keluarga istrinya yang telah merampas haknya. Di lain pihak, tokoh Ibu dibentuk sebagai tokoh yang pasrah menerima keadaan yang menimpanya. Namun demikian, tokoh Ibu adalah tokoh yang selalu optimis akan mendapatkan haknya kembali. Tokoh Malin Kundang, melalui dialog tokoh dibentuk sebagai tokoh yang memiliki watak sama dengan ayahnya, sangat memegang teguh harga WACANA ETNIK Vol. 1 No.1-19

8 Herry Nur Hidayat diri dan tidak melepaskan hal yang telah diyakininya. Di samping itu, tokoh Malin Kundang juga dibentuk sebagai tokoh yang sangat menghargai asalusulnya. Hal ini dibuktikan dengan niatnya untuk mencari ayahnya yang telah pergi. Tema LMK dan DMK Peraihan tema LMK tidak bisa lepas dari wujud dan bentuk LMK itu sendiri. Oleh karena ciri-cirinya, LMK dapat disimpulkan sebagai salah satu bentuk folklor, diantaranya adalah bersifat anonim, disebarkan secara lisan, dan memiliki fungsi serta bersifat pralogis. Menurut Danandjaya (1997), legenda adalah salah satu bentuk cerita prosa rakyat di samping mite dan dongeng. Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Secara umum, masyarakat telah mengetahui bahwa LMK mengandung unsur pendidikan dan moral. Di dalamnya terdapat pelajaran bagaimana seharusnya sikap seorang anak terhadap ibunya, diantaranya akibat kesombongan dan kedurhakaan. Oleh karenanya, banyak muncul versi LMK ini sebagai Malin Kundang Si anak Durhaka. Sementara itu, DMK mengangkat tema yang jauh berbeda dengan LMK. Melalui pemahaman dialog-dialog tokoh dan perwatakannya dalam cerita dapat diperoleh sebuah tema yang diangkat oleh penulis yaitu gambaran sistem matrilineal di Minangkabau. Gambaran yang dimaksud di sini adalah usaha pengarang menggambarkan secara realistis segala hal dan peristiwa yang muncul dalam sistem matrilineal tersebut, baik hal positif maupun negatif. Tokoh Ayah adalah tokoh yang oleh pengarang dibentuk secara kuat menyampaikan kritik terhadap sistem matrilineal. Tokoh Ayah lebih memilih pergi karena merasa harga dirinya rampas. Tokoh Ayah adalah bentuk ketidakpuasan terhadap tradisi perkawinan eksogami. Dalam tradisi ini, kedua belah pihak tidak lebur dengan kaum keluarga pasangannya, tetapi tetap menjadi bagian kaumnya (Navis, 1984). Masyarakat Minangkabau yang menggunakan sistem matrilineal mengakui pihak perempuan sebagai pihak yang lebih menentukan. Anak perempuanlah yang memiliki hak untuk menempati rumah. Sementara anak laki-laki hanya memiliki hak untuk mengelola tanah tanpa hak memilikinya. Hal ini adalah salah satu yang menjadi ketidakpuasan tokoh Ayah. Apabila sebuah keluarga tidak memiliki anak perempuan maka harta 20 - WACANA ETNIK Vol. 1 No.1

9 Malin Kundang... dan tanahnya akan jatuh ke kemenakan perempuannya melalui mamak istrinya. Ketidakpuasan lain tokoh Ayah adalah dia merasa tidak bisa secara penuh memliki hak atas keluarganya sendiri karena sistem perkawinan eksogami tersebut. Istri akan tetap mempertimbangkan keputusan mamaknya mengenai segala hal. Di samping gambaran ketidakpuasan tersebut di atas, DMK juga menampilkan satu tradisi Minangkabau yaitu merantau. Oleh karena bersifat komunal, orang Minangkabau mengusahakan segala sesuatu secara bersama sekaumnya. Apabila terdapat kejenuhan tenaga kerja dalam suatu kaum, maka secara individual mereka pergi merantau untuk memenuhi kebutuhannya (Navis, 1984). Masyarakat Minangkabau yang menggunakan sistem matrilineal mengakui pihak perempuan sebagai pihak yang lebih menentukan. Anak perempuanlah yang memiliki hak untuk menempati rumah. Sementara anak laki-laki hanya memiliki hak untuk mengelola tanah tanpa hak memilikinya. Hal ini adalah salah satu yang menjadi ketidakpuasan tokoh Ayah. Apabila sebuah keluarga tidak memiliki anak perempuan maka harta dan tanahnya akan jatuh ke kemenakan perempuannya melalui mamak istrinya. Ketidakpuasan lain tokoh Ayah adalah dia merasa tidak bisa secara penuh memliki hak atas keluarganya sendiri karena sistem perkawinan eksogami tersebut. Istri akan tetap mempertimbangkan keputusan mamaknya mengenai segala hal. Di samping gambaran ketidakpuasan tersebut di atas, DMK juga menampilkan satu tradisi Minangkabau yaitu merantau. Oleh karena bersifat komunal, orang Minangkabau mengusahakan segala sesuatu secara bersama sekaumnya. Apabila terdapat kejenuhan tenaga kerja dalam suatu kaum, maka secara individual mereka pergi merantau untuk memenuhi kebutuhannya (Navis, 1984). Tokoh Ibu dibentuk pengarang sebagai tokoh lebih arif menyikapi adat yang ada di lingkungannya. Di samping itu, sebagai seorang ibu di tengah tradisi matrilineal, tokoh Ibu sangat sadar akan kedudukan dan posisinya yang harus menjaga tanah pusakanya. Sementara itu, tokoh Wanita dibentuk pengarang sebagai seorang istri yang juga sadar akan kedudukannya sebagai istri. Dia akan setia menunggu suaminya yang pergi memenuhi kebutuhannya. WACANA ETNIK Vol. 1 No.1-21

10 Herry Nur Hidayat Perbandingan Kedua Objek Proses kreatif bagi pengarang, pada dasarnya adalah pelaksanaan ekspresi terhadap orde-orde yang telah dimapankan, sekaligus menunjukkan bahwa karya lahir sebagai persepsi sosiologis. Proses produksi, pada gilirannya selalu merupakan reproduksi (Ratna, 2003). Analisis terhadap kedua objek penelitian memperlihatkan perbedaan antara keduanya. LMK sebagai salah satu bentuk prosa rakyat Minangkabau memiliki beberapa fungsi yang diyakini oleh masyarakat pemiliknya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan apabila muncul tanggapan terhadapnya. Oleh karenanya, DMK dapat dianggap sebagai salah satu bentuk hasil tanggapan atau resepsi terhadap LMK. Dengan latar belakang pengalaman sosial budayanya, Wisran Hadi mereproduksi cerita Malin Kundang menjadi sebuah karya baru yang sama sekali berbeda dengan cerita aslinya. Tampak jelas bahwa dalam DMK pengarang tidak secara utuh menampilkan cerita Malin Kundang. Pengarang menggunakan Malin Kundang atas dasar latar asal cerita tersebut, yaitu Minangkabau. Atas dasar tersebut, pengarang menggunakan Malin Kundang untuk mengangkat hal lain yang juga berasal dari latar Minangkabau. Dalam hal ini, pengarang mengangkat gambaran sistem matrilineal yang terdapat di Minangkabau. Pengarang memanfaatkan sebuah legenda yang sangat dikenal oleh masyarakat Minangkabau untuk mengangkat sebuah permasalahan yang dialami oleh masyarakat Minangkabau sendiri. Mengenai tema yang tak bisa lepas dari fungsi, kedua karya bisa dikatakan memiliki hal yang sama. Keduanya mengandung unsur pendidikan. DMK bisa dikatakan mengandung unsur pendidikan pengenalan budaya dan tradisi Minangkabau. Satu keunggulan pengarang dalam hal ini adalah pengarang tetap berusaha setia dengan cerita Malin Kundang yang dikenal masyarakat. Di samping itu, pengarang dalam DMK tidak memutuskan satu pihak yang benar. Pengarang menyerahkan sepenuhnya pada pembaca karyanya. Seperti telah dikemukakan di atas, bentuk sastra lisan tradisional memiliki lebih banyak kemungkinan untuk ditanggapi. Oleh karenanya, bukan hal yang tidak mungkin apabila muncul sebuah karya yang 22 - WACANA ETNIK Vol. 1 No.1

11 Malin Kundang... memanfaatkan sebuah prosa rakyat untuk mengangkat sebuah tema yang sama sekali berbeda. Menurut Ratna (2003), proses produksi, pada gilirannya selalu merupakan reproduksi. Penutup Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Tokoh dan penokohan dalam LMK diperoleh melalui indikator yang berupa lakuan dan tindakan tokoh. Tokoh dan penokohan dalam DMK diperoleh melalui indikator yang berupa dialog antartokoh. Tema LMK dapat disejajarkan dengan fungsi LMK dengan pertimbangan bentuknya yang merupakan cerita prosa rakyat. Sebagai satu bentuk folklor, LMK memiliki muatan pendidikan moral yang sekaligus menunjukkan fungsi LMK tersebut. Tema DMK adalah gambaran sistem matrilineal di Minangkabau. Gambaran yang dimaksud di sini adalah usaha pengarang menggambarkan secara realistis segala hal dan peristiwa yang muncul dalam sistem matrilineal tersebut, baik hal positif maupun negatif. Tema DMK diperoleh melalui analisis terhadap dialog antartokohnya. Tanggapan yang berkelanjutan terhadap LMK disebabkan oleh bentuk LMK yang merupakan folklor lisan. Folklor lisan memiliki lebih besar kemungkinan untuk ditanggapi dengan hasil yang juga berbeda dengan bentuk aslinya. Seorang penikmat bisa dan berhak memberikan resepsi terhadapnya dalam bentuk sebuah karya baru. Perbandingan terhadap kedua objek penelitian menunjukkan bahwa DMK hanya memanfaatkan latar asal LMK, yaitu Minangkabau. DMK mengangkat hal yang berasal dari daerah Minangkabau, yaitu sistem matrilineal. Namun demikian, DMK tetap berusaha setia dengan cerita LMK. Daftar Pustaka Aminuddin Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Culler, Jonathan Structuralist Poetics. London: Routledge. Damono, Sapardi Djoko Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Danandjaya, James Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Eneste, Pamusuk Novel dan Film. Ende Flores: Nusa Indah. Esten, Mursal Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa. Hidayat, Herry Nur Teks Skenario William Shakespeare s Romeo+Juliet. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana UGM Romeo and Juliet: dari Drama ke Film dalam Sastra Bung WACANA ETNIK Vol. 1 No.1-23

12 Herry Nur Hidayat Hatta (Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan). Volume 4 nomor 1 Juli Padang: FIB Universitas Bung Hatta. Navis, A.A Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Press. Pradopo, Rachmat Djoko Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media. Ratna, Nyoman Kutha Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pela jar. Santosa, Puji Bahtera Kandas di Bukit. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Teeuw, A Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Trisman, B., Sulistiati, Marthalena Antologi Esai Sastra Bandingan dalam Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia WACANA ETNIK Vol. 1 No.1

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI

23/03/2010 Drs. Sumiyadi, M.Hum./Jurdiksatrasia, FPBS,UPI PEMODERNAN CERITA RAKYAT & MASALAH PEMBELAJARANNYA oleh Sumiyadi Karya sastra, yaitu puisi, prosa (cerpen dan novel), dan drama adalah materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu bentuk media yang digunakan untuk menerjemahkan ide-ide pengarang. Di dalam karya sastra, pengarang merefleksikan realitas yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1993: 3). Sastra adalah sebuah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra berusaha mengkongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep dan sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari lahirnya berbagai macam sastra yang tentu tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa penelitian-penelitian sebelumnya. Sub bab ke dua berisi tentang teori struktural meliputi unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. Hj. Yusida Gloriani dan Siti Maemunah Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini telah berkembang searah dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Perkembangan ini tentunya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu yang telah ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA 8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra

Lebih terperinci

1 dari 1. Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar. Pengertian apresiasi

1 dari 1. Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar. Pengertian apresiasi Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 85080 Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id September 22 Fakultas : Jurusan/Prodi : Matakuliah : Kode Matakuliah : SKS : Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENERIMAAN BUKU NASKAH DRAMA KACA (SEHIMPUN NASKAH LAKON)

PENERIMAAN BUKU NASKAH DRAMA KACA (SEHIMPUN NASKAH LAKON) PENERIMAAN BUKU NASKAH DRAMA KACA (SEHIMPUN NASKAH LAKON) OLEH ANGGOTA TEATER KAMPUS DI KOTA PADANG (TINJAUAN RESEPSI SASTRA) Oleh: Alvin Sena Bayu Prawira ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif 33 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yang artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjodohan di Minangkabau merupakan tanggung jawab orang tua dan karib kerabat,

BAB I PENDAHULUAN. Perjodohan di Minangkabau merupakan tanggung jawab orang tua dan karib kerabat, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perjodohan di Minangkabau merupakan tanggung jawab orang tua dan karib kerabat, namun tidak semua anak bisa mencari atau memilih pasangan hidupnya. Menurut Chaniago

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang 89 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Sekolah : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang Kelas : V Semester : 2 Alokasi Waktu : 6 x pertemuan (12x35 menit) A. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Karya sastra dari awal kemunculannya hingga sampai saat ini mempunyai banyak keragaman jenis dan telah digolongkan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)

Lebih terperinci