LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPEDALDA TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPEDALDA TAHUN 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BAPEDALDA TAHUN 2016

2

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun dan Rencana Kinerja Tahunan yang telah ditetapkan melalui Penetapan Kinerja Tahun Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat nomor 92 tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Barat (selanjutnya disebut Bapedalda) mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah. Terdapat beberapa isu lingkungan hidup yang menjadi prioritas Bapedalda. Isu pertama terkait masalah perubahan kualitas air terutama pada sungai segmen perkotaan, antara lain Sungai Batang Agam, Batang Anai, Batang Ombilin dan Batang Pangian. Hal ini antara lain disebabkan pencemaran limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah domestik perkotaan merupakan gabungan dari limbah rumah tangga, limbah perhotelan, rumah sakit dan Rumah Potong Hewan (RPH). Parameter pencemar dominan adalah Fecal Coli dan Total Coliform, dengan kategori cemar berat, terutama yang berada pada segmen Kota Bukittinggi dan beberapa titik di Kabupaten Agam. Isu kedua terkait dengan masalah limbah (sampah) yaitu meningkatnya jumlah timbulan sampah yang tidak sebanding dengan cakupan pelayanan serta sarana prasarana pengolahan sampah. Pada umumnya layanan tidak sampai menjangkau pemukiman yang berada pada sempadan sungai, danau dan wilayah pesisir walaupun pemukiman tersebut cukup padat. Di sisi lain sampah juga merupakan sumber pencemaran utama sungai-sungai di perkotaan dan sumber dari emisi gas rumah kaca (GRK). Isu lainnya adalah belum terkelolanya limbah B3 dan limbah cair rumah sakit serta hotel. Belum terkelolanya secara baik limbah cair dan limbah B3 sebagian rumah sakit pemerintah dan hotel memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pencemaran di Sumatera Barat, sehingga isu limbah cair dan limbah B3 rumah sakit dan hotel patut menjadi isu prioritas. Isu ketiga, terkait kebencanaan, baik bencana alam (gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik) maupun bencana lingkungan (banjir, longsor, dan kebakaran hutan). Isu kebencanaan yang menjadi prioritas di Sumatera Barat yaitu banjir, longsor dan kebakaran hutan. Penetapan Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 yang dimuat dalam lampiran LAKIP ini telah ditetapkan dan dimuat dalam Dokumen Penetapan Kinerja Provinsi Sumatera Barat, setelah sebelumnya atas dasar arahan Gubernur Sumatera Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun 2016 ii

4

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK Halaman i ii iv vi vii ix BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 A. Rencana Kinerja Sasaran 6 B. Rencana Kinerja Kegiatan 7 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 11 A. Capaian Kinerja Organisasi 11 I. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan 1. Indeks Kualitas Air Indeks Kualitas Udara 19 II. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 1. Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standard Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundangundangan 2. Persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan 3. Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis III. Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat IV. Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup 1. Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih 2. Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru) 3. Usaha/kegiatan peringkat biru PROPER yang mengalokasikan CSR untuk pengelolaan lingkungan hidup 4. Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun 2015 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun 2016 iv

6 B. Realisasi Anggaran Realisasi APBD Realisasi APBN BAB IV PENUTUP 90 LAMPIRAN A. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2016 B. Penghargaan yang diterima SKPD Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun 2016 v

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Bapedalda Provinsi Sumatera Barat 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun 2016 vi

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Strategi dan Kebijakan Bapedalda Prov. Sumbar 4 Tabel 2 Rencana Kinerja Sasaran 6 Tabel 3 Rencana Kinerja Keluaran Kegiatan Bapedalda 7 Tabel 4 Klasifikasi Penilaian Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Sasaran 10 Strategis dan Capaian Indikator Kinerja Tahun 2016 Tabel 5 Hasil Pengukuran Kinerja Perjanjian Kinerja Badan Pengendalian 5 Dampak Lingkungan Daerah Tahun 2016 Tabel 6 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS1 13 Tabel 7 Kisaran dan kategori IKLH/IKA/IKU 17 Tabel 8 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS2 24 Tabel 9 Persentase Pembobotan dan Item-Item Penilaian untuk 3 (Tiga) 26 Kriteria Pengimplementasian Implementasi SOP dalam Penyelenggaraan Amdal KPA Kabupaten/Kota Tabel 10 Hasil Perhitungan Tingkat Kesesuaian/Ketaatan KPA 29 Kabupaten/Kota dalam Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan Tahun 2016 Tabel 11 Perbandingan Realisasi Kinerja untuk Indikator Kinerja Jumlah KPA 32 Kabupaten/Kota yang Telah Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan Tahun Tabel 12 Jenis kegiatan dan/atau usaha yang telah dilakukan Pembinaan dan 40 pengawasan Implementasi Perizinan Lingkungan Tahun 2016 Tabel 13 Jumlah Sektor kegiatan dan/atau usaha yang ada di Provinsi 41 Sumatera Barat Tahun 2016 Berdasarkan Data dari 19 Kabupaten/Kota 2016 Tabel 14 Perbandingan ketaatan pemilik kegiatan yang dilakukan pembinaan dan pengawasan (PROPER/PROPER DAERAH, pembinaan hukum 45 dan perizinan, dan pengawasan pengendalian terhadap Pengelolaan Usaha/Kegiatan) 4 (empat) tahun terakhir Tabel 15 Perbandingan Realisasi Kinerja untuk Indikator Kinerja Jumlah 52 Dokumen Perencanaan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota yang Sudah di-klhs Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016 Tabel 16 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 (SS3) 56 Tabel 17 Hasil Inventarisasi Kasus/Pengaduan yang Ditangani oleh Kab/Kota Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun 2016 vii

9 Tabel 18 Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus 61 Tahun 2016 dengan 4 (empat) tahun terakhir Tabel 19 Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2016 dengan 4 62 (empat) tahun terakhir Tabel 20 Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS4 66 Tabel 21 Daftar perusahaan berperingkat Biru PROPER yang dibina 80 pelaksanaan CSR-nya dan jumlah indikator CSR Bidang LH yang dilaksanakan tahun 2016 Tabel 22 Realisasi Dana APBD per Program/Kegiatan Tahun Tabel 23 Realisasi dana APBN Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun 2016 viii

10 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1 Perbandingan nilai IKA Sungai di Sumatera Barat dengan target 16 kinerja Grafik 2 Perbandingan IKA Sungai Batang Agam dari tahun Grafik 3 Perbandingan nilai IKA Provinsi Sumatera Barat dengan IKA 18 Nasional Grafik 4 Jumlah kabupaten/kota jaringan Passive SamplerSumatera Barat 21 Grafik 5 Perbandingan IKU Tahun 2015 dan Grafik 6 Perbandingan antara Jumlah KPA Kabupaten/Kota yang 32 Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan dengan Jumlah Seluruh KPA Kabupaten/Kota Periode Grafik 7 Perbandingan antara Jumlah Dokumen Perencanaan yang Sudah 53 di-klhs dengan Jumlah Dokumen Perencanaan yang Wajib di- KLHS Grafik 8 Perbandingan Jumlah Kasus yang Masuk dan Kasus yang 62 Diselesaikan se-sumatera Barat Selama 5 (lima) tahun terakhir Grafik 9 Perbandingan Persentase Target Kasus yang Diselesaikan dengan 63 Realisasi Bapedalda Prov Sumbar 5 (lima) tahun terakhi Grafik 10 Peningkatan jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade 69 Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih tahun Grafik 11 Perbandingan Usulan & Capaian Peraih Penghargaan Kalpataru 75 Tingkat Nasional Tahun Grafik 12 Perkembangan jumlah keikutsertaan sekolah dalam program 76 Adiwiyata di Sumatera Barat tahun Grafik 13 Perbandingan jumlah bank sampah aktif tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun 2016 ix

11 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat nomor 92 tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok Fungsi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Barat (selanjutnya disebut Bapedalda) mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, dengan beberapa fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan teknis bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah; 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah; 3. Pembinaan, fasilitasi dan koordinasi bidang pengendalian dampak lingkungan daerah lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota; 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tupoksi Bapedalda. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala Bapedalda dibantu oleh 5 orang pejabat eselon III, 11 orang pejabat eselon IV dan sejumlah staf dengan spesifikasi dan tingkat pendidikan yang berbeda. Bagan struktur organisasi Bapedalda dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Dalam rangka menghadapi kondisi dan permasalahan lingkungan nasional dan lokal, Kepala Bapedalda telah menetapkan Visi Bapedalda, yaitu: Menjadi lembaga pengendali dampak lingkungan hidup yang proaktif untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

12 Dalam rangka pencapaian visi, Bapedalda menetapkan 3 (tiga) misi, yaitu: 1. Mewujudkan penataan lingkungan dan penaatan izin lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan; 2. Mewujudkan penurunan beban pencemaran dan pengendalian kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup; 3. Mewujudkan peran aktif masyarakat dan stakeholder dalam konservasi lingkungan hidup. Dalam rangka implementasi atau penjabaran dari misi, ditetapkan tujuan yang merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu yaitu satu hingga lima tahun ke depan dalam tahun , serta menggambarkan arah strategik organisasi, perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi serta meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan Bapedalda untuk periode adalah: 1. Terwujudnya media lingkungan yang bersih dan layak; 2. Terwujudnya tertib hukum lingkungan dan pemanfaatan media lingkungan yang sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan; 3. Terwujudnya para pemangku kepentingan yang pro dan peduli lingkungan. Untuk menjabarkan tujuan agar terukur dan dapat dicapai secara nyata, Bapedalda menyusun sasaran strategis sebagai berikut: 1. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan; 2. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis; 3. Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan pentaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat; 4. Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup. Masing-masing dari keempat sasaran strategis tersebut dilengkapi dengan indikator kinerja yang terukur sebagai upaya untuk merespon permasalahan utama (isu strategis) lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Barat. Sasaran strategis dan indikator kinerja ini telah disempurnakan, disupervisi dan disetujui langsung oleh Kementerian PAN&RB melalui serangkaian proses Penyempurnaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Provinsi Sumatera Barat yang diinisiasi oleh Gubernur Sumatera Barat di triwulan terakhir tahun 2014 yang lalu. Berikut ini adalah isu lingkungan yang menjadi prioritas berdasarkan tugas pokok dan fungsi pelayanan Bapedalda Provinsi Sumatera Barat: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

13 Isu pertama, terkait masalah perubahan kualitas air. Menurunnya kualitas air sungai segmen perkotaan terutama Sungai Batang Agam, Batang Anai, Batang Ombilin dan Batang Pangian. Penurunan kualitas dapat dilihat dari nilai Indeks Kualitas Air (IKA) 4 (empat) sungai yang dilakukan pemantauan oleh Bapedalda yakni: Sungai Batang Agam, Sungai Batang Anai, Sungai Batang Pangian dan Sungai Batang Ombilin. Kondisi terakhir pada tahun 2015 memperlihatkan bahwa IKA terendah adalah Sungai Batang Agam yakni sebesar 61,40, dan IKA tertinggi adalah Sungai Batang Ombilin yakni 72,44. Hal ini disebabkan pencemaran limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah domestik perkotaan merupakan gabungan dari limbah rumah tangga, limbah perhotelan, rumah sakit dan Rumah Potong Hewan (RPH). Parameter pencemar dominan adalah Fecal Coli dan Total Coliform, dengan kategori cemar berat, terutama yang berada pada segmen Kota Bukittinggi dan beberapa titik di Kabupaten Agam. Isu menurunnya kualitas Sungai Batang Hari yang disebabkan karena adanya limbah kegiatan PETI skala besar dan kegiatan domestik. Selanjutnya adalah kecenderungan penurunan kualitas air Danau Maninjau (danau strategis dan tujuan wisata) yang ditandai dengan kematian ikan pada waktu-waktu tertentu. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang sudah melebihi daya tampung dan daya dukung Danau Maninjau. Isu kedua, terkait masalah limbah. Limbah padat (sampah) yaitu meningkatnya jumlah timbulan sampah yang tidak sebanding dengan cakupan pelayanan serta sarana prasarana pengolahan sampah. Pada umumnya layanan tidak sampai menjangkau pemukiman yang berada pada sempadan sungai, danau dan wilayah pesisir walaupun pemukiman tersebut cukup padat. Di sisi lain sampah juga merupakan sumber pencemaran utama sungai-sungai di perkotaan dan sumber dari emisi gas rumah kaca (GRK). Isu lainnya adalah belum terkelolanya limbah B3 dan limbah cair rumah sakit serta hotel. Belum terkelolanya secara baik limbah cair dan limbah B3 sebagian rumah sakit pemerintah dan hotel memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pencemaran di Sumatera Barat, sehingga isu limbah cair dan limbah B3 rumah sakit dan hotel patut menjadi isu prioritas. Isu ketiga, terkait kebencanaan, baik bencana alam (gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik) maupun bencana lingkungan (banjir, longsor, dan kebakaran hutan). Isu kebencanaan yang menjadi prioritas di Sumatera Barat yaitu banjir, longsor dan kebakaran hutan. Untuk bencana banjir, walaupun tidak separah tahun 2012, kejadian banjir pada lokasi tertentu menimbulkan kerugian yang cukup besar. Sedangkan bencana longsor terjadi dengan intensitas kecil. Adapun bencana kebakaran hutan dan lahan terluas terjadi di Kabupaten Pasaman Barat yakni seluas 70 ha, selanjutnya Kabupaten Agam dan Dharmasraya masing-masing seluas 40 ha. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

14 Memperhatikan arah kebijakan dan strategi Provinsi pada RPJPD dan RPJMD tahun , serta kondisi umum lingkungan hidup saat ini, maka arah kebijakan Bapedalda Provinsi Sumatera Barat adalah sebagaimana tabel 1 berikut: Tabel 1. Strategi dan Kebijakan Bapedalda Prov. Sumbar VISI : Menjadi lembaga pengendali dampak lingkungan hidup yang proaktif untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan MISI I : Mewujudkan penurunan beban pencemaran dan pengendalian kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup; Tujuan Sasaran Strategis Strategi Kebijakan Terwujudnya media lingkungan yang bersih dan layak 1. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan; 1. Mewujudkan usaha dan/atau kegiatan yang pro lingkungan; 2. Perbaikan kualitas media lingkungan dan keanekaragaman hayati; 3. Mewujudkan tata kelola wilayah pesisir dan laut; 4. Pengawasan berkala terhadap kondisi dan kualitas media lingkungan 1. Pembinaan dan pengawasan dampak lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan; 2. Pengawasan pelaksanaan/implemen tasi dokumen perencanaan lingkungan hidup (AMDAL, UKL-UPL, KLHS dan lain sebagainya); 3. Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan pada air, lahan, udara dan keanekaragaman hayati; MISI II : Mewujudkan penataan lingkungan dan pentaatan izin lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan; Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Terwujudnya tertib hukum lingkungan dan pemanfaatan media lingkungan yang sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan 1. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis; 2. Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan pentaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat; 1. Peningkatan penanganan kasus lingkungan hidup; 2. Penegakan hukum lingkungan hidup; 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan personil instansi LH Kab/Kota serta dan pemrakarsa kegiatan; 4. Pemantapan penyelenggaraan Amdal dan KLHS serta pengawasan terhadap implementasi berbagai dokumen perencanaan lingkungan. 1. Penegakan hukum dan penyelesaian kasuskasus lingkungan hidup; 2. Penyelenggaraan Amdal sesuai NSPK; 3. Fasilitasi pelaksanaan KLHS untuk dokumen perencanaan provinsi/kabupaten/kota; MISI III : Mewujudkan peran aktif masyarakat dan stakeholder dalam konservasi lingkungan hidup; Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Terwujudnya para pemangku kepentingan yang peduli lingkungan Mewujudkan peran aktif masyarakat dan stakeholder dalam konservasi lingkungan hidup; 1. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup secara mandiri; 2. Peningkatan kualitas data dan akses infomasi lingkungan; 1. Penguatan kapasitas institusi pengelolaan lingkungan hidup dalam pengelolaan persampahan; 2. Melibatkan dan mendorong peran aktif stakeholder dalam berbagai Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

15 3. Pemantapan kualitas dan kuantitas personil dan sarana penunjang pengelolaan lingkungan hidup. program/kegiatan; 3. Penyediaaan data kualitas lingkungan pesisir dan laut sebagai bahan perumusan kebijakan; 4. Penyelenggaran inventarisasi data dan penyebaran informasi lingkungan hidup yang tepat dan akurat 5. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kualitas penyelenggaraan laboratorium lingkungan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

16 BAB II PERENCANAAN KINERJA Penetapan Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 yang dimuat dalam lampiran LAKIP ini telah ditetapkan dan dimuat dalam Dokumen Penetapan Kinerja Provinsi Sumatera Barat, setelah sebelumnya atas dasar arahan Gubernur Sumatera Barat telah dilakukan revisi dan penyempurnaan dengan bimbingan dan supervisi langsung oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi. Rencana Kinerja yang akan dicapai Bapedalda pada Tahun 2016 terbagi atas Rencana Kinerja Sasaran dan Rencana Kinerja Kegiatan. Rencana Kinerja Sasaran Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 merupakan Perjanjian Kinerja antara Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dengan Gubernur yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut. Penetapan Kinerja disesuaikan dengan susunan agenda, prioritas, sasaran pembangunan pada RPJMD Provinsi Sumatera Barat tahun Ringkasan perjanjian kinerja tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai berikut: A. Rencana Kinerja Sasaran Rencana Kinerja Sasaran Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 adalah rencana pencapaian target sasaran yang menjadi sarana bagi Bapedalda dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan pembangunan lingkungan hidup di Sumatera Barat dalam kurun waktu 5 tahun dan tahun 2016 adalah tahun awal untuk Bapedalda dalam periode , sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: Tabel 2. Rencana Kinerja Sasaran NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan; 2. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis TARGET KINERJA Indeks Kualitas Air (IKA) 58 < IPA < 66 Indeks Kualitas Udara (IKU) 82 < IPU < 90 Persentase usaha dan/atau kegiatan yang menaati peraturan perundang-undangan lingkungan hidup Presentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standard Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundangundangan Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis 50% 70% 40% Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

17 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 3. Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat 4. Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumber Bersih Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru) Usaha/Kegiatan peringkat biru PROPER yang mengalokasikan CSR untuk pengelolaan LH Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun 2015 TARGET KINERJA 85% 60% 10% 20% 15% B. Rencana Kinerja Kegiatan Rencana kerja sasaran di atas akan dapat dicapai dengan melaksanakan program lingkungan hidup maupun kegiatan pendukung lainnya yang terdiri dari kegiatan-kegiatan pembangunan lingkungan hidup maupun kegiatan pendukung sehingga pencapaian kinerja sasaran akan ditentukan oleh keberhasilan pencapaian kinerja kegiatan. Rencana kinerja keluaran Bapedalda secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Rencana Kinerja Keluaran Kegiatan Bapedalda PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penurunan beban pencemaran sungai Penilaian Kinerja Lingkungan Usaha dan/atau Kegiatan (PROPER Daerah) Peningkatan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan (Adipura) dan Implementasi gerakan Sumbar Bersih Pembinaan dan Wasdal Kerusakan Lingkungan Peningkatan Pembinaan Konservasi Wilayah Pesisir laut Pengawasan pengendalian terhadap pengelolaan lingkungan usaha/kegiatan IKLH 70,88 Terbentuknya kerjasama dan MoU antara stakeholder dalam penurunan beban pencemaran (limbah padat) pada sungai batang Agam Jumlah objek kegiatan yang dinilai pengelolaan lingkungan hidupnya Terlaksananya pembinaan dan penilaian Adipura dan Kecamata/Kelurahan Bersih Tingkat Provinsi Jumlah Kab/Kota yang dilakukan pembinaan wasdal kerusakan lingkungan, uji petik ke objek kegiatan serta wasdal kerusakan lingkungan ke objek kegiatan skala provinsi Jumlah Kab/Kota kawasan Pesisir Pantai dan Muara Sungai yang dipantau kualitas air lautnya Jumlah objek kegiatanyang dilakukan pembnaan wasdal pengelolaan LB3 dan limbah cair MoU Bt. Agam, Pembentukan 2 cluster wasdal, penangan sampah padat pada 2 titik 15 objek 13 Kab/Kota, 12 Kecamatan dan 14 kelurahan 7 kab/kota 6 Kab/Kota 12 kegiatan / usaha Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

18 PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET Pemantauan Kualitas Sumber Air Skala Provinsi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Laboratorium Terakreditasi Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Pengelolaan LH Pembinaan KLHS Terhadap Dokumen Perencanaan Jumlah sungai yang dipantau Jumlah laboratorium lingkungan/laboratorium DAK yang dibina operasionalnya memenuhi persyaratan pada Instansi LH Kab/Kota Jumlah Kab/Kota peserta rapat koordinasi pengelolaan lingkungan hidup, jumlah kab/kota yang dilakukan monitoring dan evaluasi Jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi dan/atau dibina penerapan KLHS terhadap dokumen perencanaan 6 sungai 13 laboratorium 57 peserta rakor, 19 kab/kota 5 Kab/Kota Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Peningkatan Peranserta Masyarakat Dalam Pengelolaan Persampahan Peningkatan Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim. Penyelenggaraan AMDAL di Prov. Sumbar Pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan (Adiwiyata) Peningkatan Konservasi Kualitas Air Danau di Provinsi Sumatera Barat Pengkajian Penetapan Status Mutu Air Sungai Lintas Kabupaten/Kota Pemantauan Kualitas Udara Ambien Program Perlindungan dan Konservasi SDA Peningkatan Koordinasi Perlindungan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Sumatera Barat Pembinaan Pemulihan Kualitas SDA Dalam Rangka Peningkatan Tutupan Vegetasi Sosialisasi Pembangunan yang berwawasan Lingkungan bagi Nagari/Kelurahan Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (Penerapan CSR Bidang LH) Jumlah Kab/Kota yang dilakukan pembinaan dan evaluasi Jumlah kab/kota yang dibina terkait aplikasi bank sampah dan peningkatan implementasi konsep 3R, jumlah peserta workshop bank sampah Jumlah Kab/Kota yang diidentifikasi pemakaian Bahan Perusak Ozon pada Bengkel Servis Peralatan Pendinginnya, Pergub Program Perlindungan Ozon Jumlah kabupaten/ kota yang dievaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL-UPL-nya Jumlah kab/kota yang dibina/evaluasi terkait pengajuan lisensi Komisi Penilai Amdal-nya Jumlah calon sekolah yang dibina/dinilai dalam program Adiwiyata tahun 2016 Jumlah danau yang dipantau kualitas airnya Jumlah sungai dikaji dalam rangka penetapan status mutu air sungai lintas kabupaten/kota Jumlah Kab/Kota yang terpantau kualitas udara ambiennya 19 Kab/Kota 19 kab/kota, 45 orang 15 Kab/Kota, 1 Pergub 8 kab/kota 4 Kab/Kota 50 sekolah 4 Danau 2 sungai IKLH 70,88 Jumlah daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina dan jumlah kab/kota yang dibina pengelolaan keanekaragaman hayati-nya Jumlah Kabupaten yang dibina dan dievaluasi dalam peningkatan pengelolaan tutupan vegetasi Jumlah Nagari/Kelurahan lokasi pelaksanaan sosialisasi, jumlah peserta sosialisasi Jumlah kegiatan CSR bidang lingkungan hidup yang dilakansakana oleh perusahaan 19 Kab/Kota, 1 alat pengukur pencemaran udara ambien 2 daerah penyangga kawasan konservasi, 4 kab/kota, 40 orang 12 Kabupaten 3 Nagari / Kelurahan di 3 Kab/Kota, 120 orang 11 perusahaan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

19 PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah (RAD) GRK Sektor Pengelolaan Limbah Program Tata Lingkungan dan Penaatan Hukum Lingkungan Hidup Pembinaan Hukum Lingkungan dan Perizinan Penaatan Hukum Lingkungan Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Gedung Kantor Lt. 2 (Labor) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH Peningkatan Edukasi dan Komunikasi Masyarakat di Bidang Lingkungan Pengembangan Sistim Informasi Lingkungan Penyusunan Buku Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Sumatera Barat Pembinaan dan Penilaian Peranserta Masyarakat dan kelompok Peduli Lingkungan Hidup Pembinaan Penerapan SPM Jumlah Kab/Kota yang diinventarisasi GRK bidang pengelolaan limbah Persentase usaha dan atau kegiatan yang mentaati peraturan perundangundangan Jumlah instansi LH Kab/Kota yang dievaluasi dalam pembinaan dan perizinan di bidang lingkungan hidup serta penerapan sanksi hukum lingkungan Jumlah pemilik usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan pembinaan dalam penerapan peraturan bidang lingkungan hidup dan perizinan Jumlah perizinan yang diterbitkan kab/kota Jumlah kasus lingkungan hidup yang terfalitasi penyelesaiannya Jumlah pemilik kegiatan dan/atau usaha yang dijadikan objek penegakan hukum Tersedianya dokumen UKL-UPL pembangunan gedung Persentase capaian pelayanan informasi lingkungan hidup (rata-rata capaian SPM Provinsi dan kab/kota) Terlaksananya edukasi dan kampanye lingkungan hidup Jumlah paket pembuatan sistem informasi lingkungan Jumlah buku SLHD tahun 2015, draft Buku Data SLHD Provinsi Sumatera Barat tahun 2016, jumlah buku SLHD kab/kota yang dinilai Jumlah calon yang dibina untuk diusulkan sebagai calon penerima Kalpataru Jumlah kab/kota yang dibina pelaksanaan pencapaian SPM-nya 19 Kab/Kota 55% 5 Kab/Kota 5 usaha dan/atau kegiatan 19 kab/kota 4 kasus 2 objek 1 dokumen 96,50% Pelaksanaan upacara bendera & lap. hasil survey 1 paket aplikasi WebGis 80 set buku SLHD 2015, 1 draft SLHD orang dan/atau kelompok 9 kab/kota C. Metodologi Pengukuran Capaian Target Kinerja Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah pengukuran capaian target kinerja kelompok indikator kinerja sasaran strategis yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun Metode pengukuran kinerja yang digunakan adalah metode pengukuran sederhana dengan membandingkan target kinerja dengan realisasi kinerja kelompok indikator kinerja sasaran strategis. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran strategis diukur dengan capaian kelompok indikator kinerja sasaran strategis yang berkenaan. Untuk penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis dan keberhasilan/kegagalan capaian indikator kinerja, ditetapkan kategori penilaian keberhasilan/kegagalan sebagaimana tercantum pada tabel 4 berikut: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

20 Tabel 4. Klasifikasi Penilaian Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Sasaran Strategis dan Capaian Indikator Kinerja Tahun 2016 NO KLASIFIKASI PREDIKAT 1 > 84% Sangat Baik 2 69% - 84% Baik 3 53% - 68% Cukup 4 < 53% Gagal Lebih detail, pengukuran kinerja capaian indikator kinerja Bapedalda tahun 2016 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Semua indikator ditetapkan mempunyai bobot yang sama dalam pengukuran kinerja. Terdapat 10 indikator kinerja sasaran, maka masing-masing dari capaian indikator tersebut berkontribusi sebanyak 10% dari total 100% nilai kinerja organisasi. 2. Terdapat 2 indikator dengan target kinerja berupa nilai yang harus dipenuhi dalam kisaran/range tertentu. Pengukuran kinerja untuk target yang seperti ini dilakukan dengan ketentuan: a. Jika hasil pengukuran kinerja (realisasi) masuk dalam kisaran/range target, maka capaian untuk indikator yang bersangkutan adalah 100%; b. Jika hasil pengukuran kinerja (realisasi) berada di atas kisaran/range target, maka capaiannya adalah: Realisasi X 100% nilai batas atas kisaran/range c. Jika hasil pengukuran kinerja (realisasi) berada di bawah kisaran/range target, maka capaiannya adalah: Realisasi X 100% nilai batas bawah kisaran/range 3. Realisasi seluruh indikator diupayakan pencapaiannya sesuai dengan target, atau melebihi apabila memungkinkan (polarisasi maximize). 4. Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks capaian kinerja dari masingmasing indikator adalah: Realisasi X 100% target Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

21 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 diukur dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 dengan realisasinya. Hasil pengukuran terhadap indikator indikator kinerja utama per sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 adalah sebagaimana terangkum dalam tabel 5 berikut: Tabel 5. Hasil Pengukuran Kinerja Perjanjian Kinerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Tahun 2016 Sasaran Strategis 1 (SS1) Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % KINERJA KINERJA CAPAIAN Indeks Kualitas Air (IKA) 58 < IKA < 66 65, Indeks Kualitas Udara (IKU) 82 < IKU < 90 82, Sasaran Strategis 2 (SS2) Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis INDIKATOR KINERJA Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan Persentase usaha dan/atau kegiatan yang menaati peraturan perundangundangan lingkungan hidup Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis TARGET REALISASI % KINERJA KINERJA CAPAIAN 70% 100% 142,86 50% 48,31% 96,62 40% 70,37% 175,92 Sasaran Strategis 3 (SS3) Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat INDIKATOR KINERJA Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan TARGET REALISASI % KINERJA KINERJA CAPAIAN 85% 98,21% 115,54 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

22 Sasaran Strategis 4 (SS4) Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup INDIKATOR KINERJA Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih TARGET REALISASI PERSENTASE KINERJA KINERJA CAPAIAN 60% 65,11% 108,51 Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru) 10% 21,61% 216,10 Usaha/kegiatan peringkat biru PROPER yang mengalokasikan CSR untuk pengelolaan lingkungan hidup 20% 21,43% 107,14 Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun % 20,83% 138,87 Persentase capaian rata-rata 130,25% Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa capaian kinerja rata-rata untuk 10 indikator kinerja yang mengukur keberhasilan 4 sasaran strategis (SS) tahun 2016 adalah 130,19%. Ratarata capaian indikator kinerja sebesar 130,25% tersebut termasuk dalam klasifikasi berhasil dengan kategori sangat baik. Dari tabel di atas juga dapat terlihat bahwa keseluruhan atau 100% indikator kinerja termasuk kategori berhasil dengan tingkat capaian >84%, dengan kata lain tidak ada indikator kinerja yang tergolong gagal. Berdasarkan hasil pengukuran indikator kinerja SKPD Bapedalda Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 sebagaimana tercantum pada tabel 5, selanjutnya pada sub bab ini disajikan juga evaluasi dan analisis realisasi dan capaian indikator kinerja per sasaran. Adapun analisa dari pencapaian keempat sasaran strategis dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat seperti yang terlihat pada tabel 5 di atas akan diuraikan sebagai berikut: I. Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan (SS1) Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis SS1 terdiri dari 2 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum pada tabel 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

23 Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS1 No INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI PERSENTASE KINERJA KINERJA CAPAIAN 1 Indeks Kualitas Air (IKA) 58 < IKA < 66 65, Indeks Kualitas Udara (IKU) 82 < IKU < 90 82, RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 100 (sangat baik) Dari tabel 6 dapat dilihat, rata-rata capaian 2 indikator kinerja sasaran strategis SS1 adalah sebesar 100%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan sangat baik. Begitu juga untuk masing-masing indikator dimana persentase keduanya mempunyai tingkat capaian 100% sehingga masuk dalam kategori keberhasilan sangat baik. Adapun pencapaian target kinerja atas SS1 serta analisa dari kedua Indikator Kinerja Utamanya, akan diuraikan sebagai berikut: 1. Indeks Kualitas Air (IKA) 1.1. Realisasi a. Sumber data Data bersumber dari data primer hasil pemantauan yang dilakukan terhadap 6 (enam) sungai dalam dua periode, dimana periode I dilaksanakan pada bulan Februari yang mewakili musim hujan dan periode II dilaksanakan pada bulan Oktober yang mewakili musim kemarau. Pemantauan dilakukan pada 10 (sepuluh) titik pantau dari hulu sampai hilir. Sungai yang dipantau pada tahun 2016 ini merupakan sungai target SPM (Standar Pelayanan Minimal) yaitu Batang Agam, Batang Ombilin, Batang Pangian, Batang Anai, Batang Lembang dan Batang Lampasi. Dari enam sungai tersebut, Batang Agam ditetapkan sebagai baseline dan dasar perhitungan pencapaian target indikator Indeks Kualitas Air (IKA), mengingat bahwa sungai ini termasuk sungai yang dari hasil pemantauan setiap tahunnya kualitas airnya cenderung menurun dan melintasi kabupaten/kota dengan tingkat kepadatan usaha/kegiatan dan pemukiman penduduk yang relatif lebih besar daripada sungai target SPM lainnya. Namun demikian, perhitungan IKA tetap dilaksanakan dengan mengambil nilai rata-rata IKA pada setiap sungai. b. Acuan dan alat Untuk dapat menentukan nilai Indeks Kualitas Air (IKA) maka terlebih dahulu harus dihitung nilai Indeks Pencemaran Air (IPA). Acuan yang digunakan dalam menetapkan IKA adalah: - Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

24 - Keputusan Menteri LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air (dengan tujuh parameter kunci: TSS, BOD-5, COD, DO, Total Phosphat, Fecal Coli dan Total Coliform). - Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Penetapan Kriteria Mutu Air Sungai di Provinsi Sumatera Barat; - Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penetapan Klasifikasi Mutu Air Sungai Batang Agam, Batang Pangian dan Batang Lembang. - Petunjuk Teknis yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2011 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). c. Metodologi perhitungan Penentuan nilai capaian IPA didasarkan atas hasil pengukuran kualitas air Sungai Batang Agam pada seluruh titik pantau (hulu, rentang, hilir) untuk 7 parameter kunci yaitu DO, COD, TSS, BOD, E. Coli, total coliform dan total phosphat. Cara perhitungannya dengan penentuan bench mark, min, rerata dan dilakukan perhitungan statistik dengan rumusan: Keterangan: - PI j : Indeks pencemaran air (IPA) sungai - C i /L ij : perbandingan kadar maksimum hasil uji per parameter dengan baku mutu - M : Maksimum - R : rata-rata Konversi IPA ke IKA dengan rumusan persentase, dimana jumlah titik sampel yang memenuhi baku mutu dijumlahkan dan dibuat dalam persentase dengan membaginya terhadap seluruh jumlah sampel. Masing-masing persentase pemenuhan mutu air kemudian dikalikan bobot indeks yaitu 100 untuk memenuhi, 75 untuk tercemar ringan, 50 untuk tercemar sedang dan 25 untuk tercemar berat. Selanjutnya akan didapatkan masing-masing nilai indeks per mutu dan kemudian dijumlahkan menjadi indeks kualitas air untuk Provinsi. Dari hasil perhitungan didapatkan realisasi angka Indeks Kualitas Air (IKA) adalah 65,40 dari indeks yang ditargetkan berada dalam kisaran 58 < IKA < 66. Dengan demikian, maka tingkat capaian kinerja untuk indikator ini adalah: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

25 1.2. Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Pengawasan dan pengendalian pencemaran yang dilakukan selama tahun 2016 masih bersifat mempertahankan mutu kualitas air sungai sesuai dengan target tahun 2016 yaitu berada pada kisaran/range 58 < IKA < 66. Dengan menggunakan metodologi perhitungan sebagaimana disebutkan di atas, didapatkan nilai capaian dari IKA sebesar 65,40 atau dengan tingkat capaian 100% dari IKA yang ditargetkan (masuk dalam kisaran target). Nilai ini diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dan pengolahan data kualitas air sungai skala provinsi. Pemilihan Sungai Batang Agam sebagai baseline dan untuk mewakili kondisi sungai secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Barat dalam perhitungan indeks pencemaran air (IPA) didasarkan atas pertimbangan bahwa: - Melintasi areal Kabupaten/Kota yang padat aktifitas - Kondisinya cenderung menurun - Dilakukan pemantauan berkala setiap tahunnya Nilai IKA Batang Agam tahun 2016 berdasarkan kriteria IKLH termasuk dalam kategori kurang. Parameter yang sangat mempengaruhi kondisi/kualitas sungai ini adalah parameter fecal coli dan total coli dengan kategori cemar berat terutama yang berada pada segmen Kota Bukittinggi dan beberapa titik di Kabupaten Agam. Parameter ini mengindikasikan bahwa pengelolaan limbah domestik perkotaan sudah sangat mendesak untuk segera dilakukan. Limbah domestik perkotaan merupakan gabungan dari limbah rumah tangga, limbah perhotelan, rumah sakit dan rumah potong hewan (RPH). Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa kondisi sungai di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2016 secara umum dengan nilai IKA 65,40 (kategori kurang) menurun dari tahun Nilai ini dihitung berdasarkan nilai IKA rata-rata 6 sungai yang dipantau pada tahun Bila dibandingkan dengan semua sungai target SPM ini, sungai Batang Ombilin adalah sungai dengan nilai IKA yang paling rendah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

26 Grafik 1. Perbandingan nilai IKA Sungai di Sumatera Barat dengan target kinerja Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai IKA rata-rata dan nilai IKA masing-masing sungai sudah memenuhi target yang ditetapkan, kecuali sungai Batang Ombilin dengan nilai IKA dibawah target minimal. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2016, realisasi Indeks Kualitas Air (IKA) (65,40) sudah masuk ke dalam kisaran target nilai IKA yang ditargetkan (58 < IKA < 66), dengan kata lain target sudah tercapai. Dengan demikian, capaian kinerja untuk indikator Indeks Kualitas Air adalah 100%. b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Jika dibandingkan antara tahun 2015 dengan tahun 2016, maka terjadi sedikit penurunan nilai IKA, dimana pada tahun 2015 nilai IKA (rata-rata) adalah sebesar 66,34, sementara pada tahun 2016 nilai IKA adalah 65,40. Berdasarkan Grafik 2 (yang diwakili oleh Sungai Batang Agam) di bawah ini, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai IKA Batang Agam dari tahun 2011 sampai 2014, namun pada tahun 2015 terjadi peningkatan nilai IKA dan turun lagi pada tahun Penurunan ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat sekitar daerah aliran sungai untuk tidak membuang sampah ke sungai dan belum adanya upaya pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan terhadap daerah aliran sungai tersebut. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

27 Grafik 2. Perbandingan IKA Sungai Batang Agam dari tahun c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Realisasi nilai IKA tahun 2016 yang merupakan tahun pertama dari periode Renstra adalah sebesar 65,40, yang mana angka ini sudah berhasil mencapai target yang ditetapkan untuk tahun pertama (2016) dalam dokumen Renstra Bapedalda periode , yaitu masuk dalam kisaran 58 < IKA < 66. Jika kecenderungan keberhasilan ini dapat dipertahankan maka target pada akhir periode Renstra untuk indikator dimaksud akan dapat dicapai. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Tidak ada standar nasional yang ditetapkan untuk suatu daerah. Standar yang ditetapkan adalah secara umum, sebagai acuan dalam penentuan kriteria atau tingkat pencemaran air sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini, dimana semakin tinggi angka indeksnya maka akan semakin baik kualitas airnya. Tabel 7. Kisaran dan kategori IKLH/IKA/IKU Kategori Kisaran nilai IKLH/IKA/IKU Unggul IKLH/IKA/IKU > 90 Sangat baik 82 < IKLH/IKA/IKU 90 Baik 74 < IKLH/IKA/IKU 82 Cukup 66 IKLH/IKA/IKU 74 Kurang 58 IKLH/IKA/IKU < 66 Sangat Kurang 50 IKLH/IKA/IKU < 58 Waspada IKLH/IKA/IKU < 50 Pada tahun 2015, Pemerintah Pusat menetapkan secara nasional ukuran kinerja pengelolaan air di Indonesia, dimana nilai target IKA untuk tahun 2016 sebesar 52,5. Berdasarkan target tersebut maka Provinsi Sumatera Barat telah melampaui target yang ditetapkan tersebut walaupun masih dalam kategori kurang. Grafik 3 berikut ini menunjukkan perbandingan nilai IKA Provinsi Sumatera Barat dengan target nasional. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

28 Grafik 3. Perbandingan nilai IKA Provinsi Sumatera Barat dengan IKA Nasional e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Tingkat capaian indikator Indeks Kualitas Air sebesar 100% termasuk berhasil dengan kategori sangat baik. Keberhasilan ini dicapai melalui upaya: 1) Pemantauan yang dilakukan secara rutin dan pembinaan serta pengawasan yang lebih ketat terhadap usaha/kegiatan yang terindikasi sebagai sumber pencemar yang berpotensi memberikan dampak kepada sungai. 2) Meningkatkan kerjasama antar daerah dalam penurunan beban pencemaran sungai dengan melibatkan masyarakat sekitar dan stakeholder terkait. Adapun upaya untuk peningkatan kualitas air sungai dari kondisi sekarang menjadi lebih baik, masih terkendala oleh beberapa hal sebagai berikut: 1) Sumber pencemaran utama berasal dari limbah domestik dan kegiatan skala kecil seperti hotel/penginapan, klinik, restauran dan industri rumah tangga yang umumnya tidak mempunyai pengelolaan limbah cair. 2) Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan sampah masih dilakukan oleh masyarakat yang berada disekitar sempadan sungai. 3) Dana pemantauan terhadap sumber pencemar yang merupakan kewenangan kabupaten/kota tidak memadai. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator IKA telah dialokasikan anggaran di beberapa kegiatan pendukung pada DPA Bapedalda sebesar Rp , terealisasi sebesar Rp ,- atau 92,7%. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian indikator IKA sebanyak 1 program (Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan) Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

29 dengan 1 kegiatan utama dan 4 kegiatan pendukung untuk mengendalikan sumber pencemar, yaitu: 1) Pemantauan Kualitas Air Sungai Skala Provinsi (kegiatan utama) 2) Pengawasan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan usaha/kegiatan 3) PROPERDA (Program Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Daerah) 4) Pengkajian Penetapan Status Mutu Air dan Daya Tampung Air Sungai Lintas Kabupaten/Kota 5) Peningkatan Kerjasama Antar Daerah Dalam Penurunan Beban Pencemaran Sungai. Kegiatan utama tersebut masih membutuhkan tambahan anggaran di tahun-tahun berikutnya agar dapat juga mengukur nilai IKA sehingga dapat ditindaklanjuti hasilnya pada sungai-sungai lain skala provinsi yang saat ini belum dapat dijangkau oleh Bapedalda disebabkan berbagai keterbatasan, termasuk anggaran. Sungai skala provinsi yang menjadi kewenangan provinsi dalam pengawasan dan pengendalian pencemarannya adalah lebih kurang 47 sungai, smentara saat ini baru dapat dilakukan pengawasan untuk 6 sungai saja. 2. Indeks Kualitas Udara (IKU) 2.1. Realisasi a. Sumber Data Data primer bersumber dari pemantauan langsung kualitas udara ambien dengan metode passive sampler yang dilakukan melalui kegiatan dekosentrasi Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang telah masuk ke dalam Jaringan Nasional Passive Sampler, yaitu Kota Padang, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Pariaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat. Lokasi titik pantau tersebut mewakili 4 (empat) kondisi di masing-masing Kabupaten/kota, yaitu kawasan pemukiman, kawasan perkantoran, kawasan industri dan kawasan padat lalu lintas. b. Acuan dan alat Acuan/alat yang digunakan dalam menetapkan IKU adalah: - Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara - Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup, tahun 2011 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

30 c. Metodologi perhitungan Untuk pemantauan kualitas udara dengan passive sampler, perhitungan indeks kualitas udara mengadopsi EU Directives, yaitu membandingkan nilai rata-rata tahunan terhadap standar EU Directives, dengan formula : Indeks Udara IKLH = /0.9 *( (leu 0,1)) Leu = rata-rata SO2 hasil pemantauan dibagi SO2 Ref EU dan NO2 hasil pemantauan dibagi NO2 Ref EU Referensi EU untuk kualitas udara adalah sebagai berikut: Pollutan Nilai Limit (µg/m 3 ) NO2 Rata rata 40 SO2 Rata-rata 20 Langkah - langkah menghitung IKU adalah sebagai berikut: 1. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 dari tiap periode pamantauan untuk masing-masing lokasi (titik) sehingga didapat data rerata untuk area transportasi (A), Industri (B), pemukiman/perumahan (C1) dan komersial/perkantoran/perdagangan (C2). 2. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 untuk masing-masing Kota/kabupaten yang merupakan perhitungan rerata dari ke empat titik pemantauan. 3. Menghitung rerata parameter NO2 dan SO2 untuk provinsi yang merupakan perhitungan rerata dari kota/kabupaten. 4. Angka rerata NO2 dan SO2 provinsi dibandingkan dengan Referensi EU akan didapatkan Indeks Udara Model dinormalisasikan pada indeks IKLH. EU (IEU) atau indeks antara sebelum 5. Indeks Udara Model EU (IEU) dikonversikan menjadi indeks IKLH melalui persamaan: Indeks Udara IKLH = /0.9 *( (leu 0,1)) 6. Kriteria Indeks Udara untuk IKLH ditentukan dalam skala unggul sampai dengan waspada dengan nilai sebagaimana tabel 7 di atas. 7. Selanjutnya tingkat capaian indikator IKU dihitung dengan rumus: Realisasi X 100 % Target kinerja 2.2. Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Menggunakan prosedur sebagaimana tersebut di atas, didapatkan nilai IKU Sumatera Barat adalah sebesar 82,90, yang mana nilai ini sudah masuk ke dalam range/kisaran yang ditargetkan (82 < IPU 90) atau 100% dari target. Dengan nilai IKU tersebut kualitas udara di Sumatera Barat termasuk kategori sangat baik. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

31 b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Apabila dibandingkan dengan pemantauan kualitas udara ambien passive sampler tahun 2015, terjadi penurunan pada tahun Indeks Kualitas Udara Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 adalah 88,48 sedangkan tahun 2016, IKU-nya 82,9 atau menurun 6,03%. Hal ini disebabkan antara lain oleh pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2015 dan adanya peningkatan aktifitas kendaraan bermotor di lokasi titik sampel passive sampler. Namun bila ditinjau dari jumlah keikutsertaan Kabupaten/kota dalam Jaringan Passive Sampler Nasional, maka jumlah tahun 2016 lebih banyak daripada tahun Jumlah kabupaten/kota peserta Jaringan passive sampler tahun 2016 adalah 15 Kabupaten/kota sedangkan tahun 2015 adalah 10 kabupaten/kota atau meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Berikut dapat dilihat pertambahan jumlah Kabupaten/Kota Passive Sampler dan nilai IKU tahun 2015 dan 2016 Grafik 4. Jumlah kabupaten/kota jaringan Passive Sampler Sumatera Barat Grafik 5. Perbandingan IKU Tahun 2015 dan 2016 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

32 c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Realisasi nilai IKU tahun 2016 yang merupakan tahun pertama dari periode Renstra adalah sebesar 82,90, yang mana angka ini sudah berhasil mencapai target ditetapkan untuk tahun pertama (2016) dalam dokumen Renstra Bapedalda periode , yaitu masuk dalam kisaran 82 < IKU < 90. Apabila kecenderungan keberhasilan ini dapat dipertahankan, maka target nilai IKA pada akhir periode Renstra akan dapat dicapai. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Perbandingan dilakukan dengan nilai target IKU nasional tahun 2016, dimana target IKU nasional tahun 2016 adalah 81,5 artinya bila dibandingkan dengan standar nasional, kondisi kualitas udara Sumatera Barat masih lebih baik 0,49% dibandingkan dengan target rata-rata nasional. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Capaian indikator Indeks Kualitas Udara sebesar 100% termasuk berhasil dengan kategori sangat baik. Keberhasilan ini dicapai melalui upaya: - Pelaksanaan pemantauan yang dilakukan secara rutin tiap tahun, dalam bentuk pembinaan oleh Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota. - Melakukan pemantauan rutin dengan frekuensi 2 kali dalam setahun agar data lebih akurat oleh kabupaten/kota - Menciptakan program-program yang dapat mengurangi pencemaran udara seperti memberlakukan Car Free Day, penggunaan moda angkutan umum yang lebih terarah, dan penanaman pohon-pohon yang lebih banyak. - Pengawasan terhadap sumber-sumber pencemar. - Upaya pengendalian pencemaran udara melalui pembinaan monitoring kepada masing-masing kabupaten/kota. Disamping upaya-upaya tersebut, terdapat 2 (dua) faktor penyebab kualitas udara Sumatera Barat masih terkategori sangat baik yaitu: - Sumber pencemar masih sedikit dibandingkan daya serap lingkungan - Ruang terbuka hijau dan hutan masih baik untuk menyerap sumber pencemaran. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator IKU telah dialokasikan anggaran sebesar Rp , terealisasi (APBN) atau 99,35% dan di APBD sebesar Rp ,-, terealisasi sebesar ,- atau 98,35%. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan Terdapat beberapa kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja pemantauan kualitas udara ambien antara lain: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

33 1. Kegiatan Utama Pemantauan Kualitas udara Passive Sampler (APBN) Pemantauan Kualitas Udara Ambien 2. Kegiatan Pendukung Monev dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi GRK Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan Program Penilaian Kinerja Perusahaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Lingkungan Kegiatan Adipura Gerakan Sumatera Barat Bersih Peningkatan Koordinasi Keanekaragaman Hayati Dengan tercapainya target indikator kualitas udara yang ditetapkan pada tahun 2016, maka kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai untuk memenuhi target/sasaran. hanya saja salah satu kegiatan penunjang utama masih bersumber dari APBN, karena metode pemantauan kualitas udara untuk menghasilkan data nilai IKU hanya ada di kegiatan passive sampler (APBN). Adapun data hasil kegiatan pemantauan kualitas udara ambien yang bersumber dari APBD hanya sebagai pembanding. Namun perlu ditambahkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien disamping pengambilan sampel udara dan analisa laboratorium serta pengiriman hasil dan saran pengendalian pencemaran udara melalui surat tindak lanjut (follow up) juga perlu didukung oleh aksi kabupaten/kota dan OPD terkait untuk melakukan upaya pengendalian pencemaran udara seperti menambah tutupan vegetasi dan ruang terbuka hijau, penertiban kendaraan bermotor yang tidak laik (dari segi emisi gas buang), sosialisasi pengendalian pencemaran udara, himbauan tidak melakukan pembakaran sampah dan lain sebagainya. Selain program-program yang ada di Bapedalda Provinsi Sumatera Barat, diperlukan juga sinergi program-program terkait lainnya yang ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah (OPD) yang lain, seperti Dinas Kehutanan, Dinas Perhubungan, Bappeda dan lain sebagainya untuk mendukung perbaikan atau minimal mempertahankan kualitas udara Provinsi Sumatera Barat. II. Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (SS2) Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis SS2 terdiri dari 3 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum pada tabel 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

34 Tabel 8. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS2 No INDIKATOR KINERJA 1. Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan 2. Persentase usaha dan/atau kegiatan yang menaati peraturan perundangundangan lingkungan hidup 3. Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis RATA-RATA CAPAIAN KINERJA TARGET REALISASI PERSENTASE KINERJA KINERJA CAPAIAN 70% 100% 142,86 50% 48,31% 96,62 40% 70,37% 175,92 138,46 (sangat baik) Dari tabel 8 dapat dilihat, rata-rata capaian 3 indikator kinerja sasaran strategis SS2 adalah sebesar 138,46%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan sangat baik. Begitu juga untuk masing-masing indikator dimana tingkat capaiannya >84% dan bahkan 2 diantaranya >100% sehingga masuk dalam kategori keberhasilan sangat baik. Adapun pencapaian target kinerja atas SS2 serta analisa dari ketiga Indikator Kinerja Utamanya, akan diuraikan sebagai berikut: 1. Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang telah mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan 1.1. Realisasi a. Sumber Data Data bersumber dari hasil pelaksanaan sub kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal yang berada pada kegiatan Penyelenggaraan Amdal di Provinsi Sumatera Barat. Hasil dari pelaksanaan kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal menjadi indikator kinerja persentase KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KPA kabupaten/kota yang ditinjau/dinilai ketaataannya dalam mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundang-undangan pada suatu tahun tertentu adalah KPA kabupaten/kota yang masih berlaku lisensinya (aktif melakukan penilaian Amdal) pada tahun tersebut. Untuk KPA kabupaten/kota yang belum pernah melakukan penilaian Amdal yang selama periode tahun tertentu (sejak diterbitkan lisensi) atau KPA kabupaten/kota yang baru mendapatkan lisensi pada akhir tahun tertentu tidak dapat dijadikan objek sasaran/target karena kinerja KPA kabupaten/kota tersebut tentunya baru Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

35 dapat dievaluasi/dinilai setelah tugas dan fungsinya dijalankan (telah melakukan penilaian dokumen Amdal). Pada tahun 2016 terdapat 5 (lima) KPA kabupaten/kota berlisensi, yaitu KPA Kabupaten Agam, KPA Kabupaten Pasaman Barat, KPA Kabupaten Lima Puluh Kota, KPA Kabupaten Pasaman dan KPA Kota Padang. Dari kelima KPA kabupaten/kota yang memenuhi kriteria sebagai objek sasaran/target penilaian sebagaimana tersebut di atas, 4 (empat) diantaranya menjadi objek kegiatan evaluasi kinerja pada tahun 2016, yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Padang. Untuk 1 (satu) kabupaten lainnya (Kabupaten Pasaman) yang tidak menjadi objek kegiatan evaluasi kinerja, dikarenakan lisensi KPA Kabupaten Pasaman baru terbit pada Januari 2016 dan belum melakukan proses penilaian dokumen Amdal. b. Acuan dan alat Dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal, dan dalam menentukan realisasi kinerja untuk indikator kinerja persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang mengimplementasikan SOP sesuai peraturan, terdapat beberapa aturan/regulasi dan alat yang dipedomani/digunakan, yaitu: 1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. 3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 25 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap KPA Daerah. 4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tata Cara Lisensi KPA. 5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. 6) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan. 7) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan. 8) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. c. Metodologi perhitungan Dalam menghitung persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan perbandingan antara jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan dan jumlah seluruh KPA kabupaten/kota (yang masih berlaku Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

36 lisensinya/aktif melakukan penilaian Amdal), dengan target kinerja untuk tahun 2016 adalah 70%. Formula/rumusannya adalah sebagai berikut: Jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan 100 % Jumlah seluruh KPA kabupaten/kota Untuk menentukan apakah suatu KPA kabupaten/kota telah atau belum mengimplementasikan SOP sesuai peraturan, langkah awal yang dilakukan adalah melalui penilaian/analisis terhadap pemenuhan/kesesuaian/ketaatan atas 3 (tiga) kriteria, yaitu persyaratan lisensi KPA, penatalaksanaan/administrasi proses penilaian Amdal dan mutu dokumen Amdal. Ketiga kriteria di atas masing-masingnya memiliki item-item penilaian yang mendasari besarnya pembobotan (persentase) penilaian untuk ketiga kriteria dimaksud. Lebih jelasnya dapat dilihat uraian pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Persentase Pembobotan dan Item-Item Penilaian untuk 3 (Tiga) Kriteria Pengimplementasian SOP dalam Penyelenggaraan Amdal KPA Kabupaten/Kota No. 1. Persyaratan Lisensi KPA Item-Item Penilaian untuk Ketiga Kriteria a. Ketua KPA dipimpin oleh pejabat minimal setingkat eselon II. b. Memiliki sekretariat KPA yang berkedudukan di instansi lingkungan hidup kabupaten/kota. c. Memiliki tim teknis dengan sumber daya manusia yang telah lulus pelatihan penyusunan Amdal paling sedikit 2 (dua) orang, dan pelatihan penilaian Amdal paling sedikit 3 (tiga) orang. d. Keanggotaan tim teknis minimal mencakup tenaga ahli di bidang biogeofisik-kimia, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan perencanaan pembangunan wilayah. e. Keanggotaan KPA minimal mencakup instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penataan ruang, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, penanaman modal, pertanahan, kesehatan, wakil dari instansi pusat/provinsi/kabupaten/kota terkait dengan dampak usaha dan/atau kegiatan, ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, ahli di bidang yang berkaitan dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan, wakil dari organisasi lingkungan hidup yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan, masyarakat terkena dampak dan unsur lain sesuai kebutuhan. f. Adanya organisasi lingkungan hidup atau LSM sebagai salah satu anggota KPA (AD/ART bergerak di bidang lingkungan hidup). g. Adanya kerja sama dengan laboratorium yang terakreditasi, atau yang mempunyai kemampuan menguji contoh uji kualitas lingkungan hidup, paling sedikit untuk parameter air dan udara. 2. Penatalaksanaan/Administrasi Penilaian Amdal a. Pengumuman dilakukan 10 (sepuluh) hari kerja sebelum penilaian Kerangka Acuan. b. Format penyusunan dokumen Amdal sesuai pedoman penyusunan. c. Persyaratan kompetensi penyusun Amdal. d. Undangan dan dokumen Amdal disampaikan dan diterima oleh peserta rapat minimal 10 (sepuluh) hari kerja sebelum rapat. e. Perbaikan dokumen setelah dilaksanakan rapat. Bobot (%) 30% 40% Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

37 No. Item-Item Penilaian untuk Ketiga Kriteria f. Telah diterbitkan keputusan persetujuan Kerangka Acuan sebelum dilakukan rapat penilaian Andal dan RKL-RPL. g. Proses penilaian dokumen 30 (tiga puluh) hari kerja untuk Kerangka Acuan dan 75 (tujuh puluh lima) hari kerja untuk melakukan Andal dan RKL-RPL. h. Penetapan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai kewenangan. i. Mengundang masyarakat terkena dampak dan yang berkepentingan/terkait. j. Pengumuman permohonan Izin Lingkungan paling lama 5 (lima) hari setelah dokumen Andal dan RKL-RPL dinyatakan lengkap secara administrasi. k. Pengumuman penerbitan Izin Lingkungan paling lama 5 (lima) hari setelah diterbitkannya Izin Lingkungan. 3. Mutu Dokumen Amdal a. Kesesuaian muatan dokumen dengan peraturan perundang-undangan terkait penyusunan Amdal (uji keharusan). b. Konsistensi antar muatan-muatan terkait dalam dokumen dan antar dokumen (uji konsistensi). c. Relevansi antar muatan terkait arahan pengelolaan dan pemantauan LH dalam Andal dengan item-item RKL-RPL, serta muatan RKL-RPL lainnya (uji relevansi). d. Ketepatan/kesahihan data/metode yang digunakan dan kedalaman kajian Amdal (uji kedalaman). Bobot (%) 30% T o t a l 100% Komponen yang paling penting dan berkaitan langsung dalam menentukan/menilai kesesuaian/tingkat ketaatan KPA terhadap SOP/NSPK penyelenggaraan Amdal yang berlaku adalah kriteria penatalaksanaan/administrasi penilai Amdal yang bobot penilaiannya mencapai 40%. Sementara untuk kriteria persyaratan lisensi KPA dan mutu dokumen Amdal bobot penilaiannya diberikan dengan persentase yang sama (30%) dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) Persyaratan lisensi KPA seyogianya dapat dipenuhi oleh seluruh KPA kabupaten/kota yang berlisensi (nilai kesesuaian/ketaatan 100%), karena hal ini merupakan syarat dalam mengajukan permohonan untuk mendapatkan rekomendasi lisensi KPA. 2) Meski tidak berkaitan langsung dengan indikator capaian kinerja, mutu/kualitas dokumen Amdal yang dinilai oleh KPA suatu kabupaten/kota sebenarnya dapat mencerminkan tingkat kesesuaian/ketaatan KPA kabupaten/kota yang bersangkutan dalam mengimplementasikan SOP penyelenggaraan Amdal sesuai ketentuan yang berlaku. Melalui implementasi SOP penyelenggaraan Amdal yang optimal tentunya diharapkan dapat melahirkan dokumen-dokumen Amdal yang bermutu dan berkualitas. Khusus untuk kriteria mutu dokumen Amdal, penilaiannya dilakukan dengan mempedomani hasil pelaksanaan kegiatan evaluasi mutu dokumen Amdal yang Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

38 dilakukan terhadap KPA kabupaten/kota yang bersangkutan pada tahun lalu atau beberapa tahun sebelumnya mengingat kriteria tersebut tidak terlingkup dalam kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal yang menjadi sumber/acuan data untuk indikator kinerja ini. Pertimbangannya adalah: 1) Bahwa berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan evaluasi mutu dokumen Amdal selama periode diketahui bahwa secara umum mutu/kualitas dokumen Amdal yang dinilai oleh KPA kabupaten/kota cenderung sama dan tidak ada perubahan yang cukup signifikan ke arah peningkatan, terutama mutu/kualitas dokumen pada beberapa KPA yang telah mendapatkan evaluasi/pembinaan beberapa kali selama periode tersebut, sehingga diperkirakan dokumen Amdal yang dinilai KPA kabupaten/kota pada tahun 2016 ini mutu/kualitasnya masih sama dengan mutu/kualitas dokumen yang dinilai pada beberapa tahun sebelumnya. 2) Hasil evaluasi mutu dokumen Amdal yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI terhadap provinsi/kabupaten/kota lainnya di Indonesia diketahui tidak jauh berbeda. Mutu/kualitas dokumen Amdal pada provinsi/ kabupaten/kota tersebut cenderung kurang memenuhi standar akibat inkonsistensi data/informasi serta lemahnya kajian dan penggunaan metodologi di dalam muatan dokumen. Selanjutnya, untuk menentukan apakah KPA suatu kabupaten/kota telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan, dilakukan dengan membandingkan kumulatif persentase penilaian ketiga kriteria sebagaimana dimaksud di atas dengan persentase tetapan standar pemenuhan/ketaatan dari indikator yang dikaji. Untuk indikator kinerja ini ditetapkan standar minimal pemenuhan/ketaatan adalah 70%, artinya, jika kumulatif persentase penilaian 3 (tiga) kriteria untuk KPA suatu kabupaten/kota nilainya 70%, maka terhadap KPA kabupaten/kota tersebut disimpulkan telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan tetapan standar pemenuhan/ketaatan sebagaimana tersebut di atas adalah bahwasanya nilai minimal persentase tingkat ketaatan KPA suatu kabupaten/kota dalam mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundang-undangan sebesar 70% dianggap dapat menunjukkan kesesuaian/ketaatan KPA kabupaten/kota tersebut dalam mengimplementasikan SOP penyelenggaraan Amdal secara optimal. Namun ke depan tidak menutup kemungkinan nilai/standar minimal ini mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan dan dinamika penyelenggaraan Amdal di kabupaten/kota. Kumulatif persentase penilaian ketiga kriteria diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian bobot dengan persentase hasil penilaian kesesuaian/pemenuhan item-item untuk masing-masing kriteria. Lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan realisasi kinerja untuk kondisi tahun 2016 ini dapat dilihat pada Tabel 10. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

39 1.2. Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Menggunakan alat sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka dilakukan perhitungan dan analisa sebagaimana hasilnya dijabarkan pada tabel berikut: Tabel 10. Hasil Perhitungan Tingkat Kesesuaian/Ketaatan KPA Kabupaten/Kota dalam No. Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan Tahun 2016 KPA Kabupaten/ Kota Penilaian untuk Ketiga Kriteria (%) (1) (2) (3) Kumulatif Tertimbang (%) Kesimpulan 1. Kabupaten Agam 100,00 77,78 50,00 76,11 Taat 2. Kabupaten Pasaman Barat 100,00 77,78 50,00 76,11 Taat 3. Kabupaten Lima Puluh Kota 85,71 88,89 50,00 76,27 Taat 4. Kota Padang 85, ,00 80,71 Taat 5. Kabupaten Pasaman 100,00 88,89 50,00 80,56 Taat Keterangan: Rata-Rata 77,95 - Kriteria (1): Persyaratan Lisensi KPA - Kriteria (2): Penatalaksanaan/administrasi penilaian dokumen Amdal - Kriteria (3): Mutu dokumen Amdal Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesesuaian/ketaatan KPA kabupaten/kota yang tersaji dalam tabel 10 diketahui bahwa kelima KPA kabupaten/kota yang menjadi objek sasaran tingkat ketaatan dalam penyelenggaraan Amdalnya telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase kumulatif untuk ketiga kriteria penilaian (kumulatif tertimbang) yang diperoleh masing-masing KPA kabupaten/kota tersebut 70%. Selain itu beberapa hal yang dapat dijelaskan sekaitan dengan data pada Tabel 10 adalah sebagai berikut: 1. Untuk penilaian persyaratan lisensi, KPA Kabupaten Agam telah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan. Sedangkan penilaian penatalaksanaan/administrasi penilaian Amdal, KPA Kabupaten Agam belum memenuhi semua kriteria yang dipersyarakatkan yaitu belum melakukan pengumuman 10 (sepuluh) hari sebelum penilaian Kerangka Acuan dan undangan/dokumen Amdal belum disampaikan dan diterima oleh peserta rapat minimal 10 (sepuluh) hari kerja sebelum rapat. Terkait dengan kriteria mutu dokumen Amdal, dianalogkan dengan hasil penilaian pada tahun sebelumnya (2015) yakni masih terdapat inkonsistensi antar muatan-muatan terkait dalam dokumen dan antar dokumen (uji konsistensi) serta ketepatan/kesahihan data/metode yang digunakan dan kedalaman kajian Amdal (uji kedalaman). Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

40 2. KPA Kabupaten Pasaman Barat telah memenuhi semua kriteria penilaian persyaratan lisensi KPA. Hal ini terkait dengan lisensi KPA yang diperbarui oleh Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat yang habis masa berlakunya pada bulan Mei Dengan telah diterbitkannya rekomendasi perpanjangan lisensi dan bukti lisensi KPA tersebut pada bulan September 2016 maka tentunya persyaratan lisensi KPA Kabupaten Pasaman Barat dipastikan telah terpenuhi sesuai ketentuan yang berlaku. Sedangkan untuk penilaian tingkat ketaatan untuk KPA Kabupaten Pasaman Barat yang dianalogkan dengan hasil penilaian pada tahun sebelumnya (2015) hanya untuk kriteria penatalaksanaan/administrasi penilaian dokumen Amdal dan mutu dokumen Amdal karena selama periode September Desember 2016 tidak ada melakukan penilaian dokumen Amdal. 3. Terkait dengan penilaian persyaratan lisensi KPA, keanggotaan tim teknis KPA Kabupaten Limapuluh Kota belum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan untuk penilaian penatalaksanaan/administrasi Amdal, KPA Kabupaten Lima Puluh Kota belum memenuhi persyaratan administrasi terkait Inpres No. 8 Tahun 2015 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut (PIPPIB). Untuk kriteria mutu dokumen Amdal, dianalogkan dengan hasil penilaian pada tahun sebelumnya (2015) yakni masih terdapat inkonsistensi antar muatan-muatan terkait dalam dokumen dan antar dokumen (uji konsistensi) serta ketepatan/kesahihan data/metode yang digunakan dan kedalaman kajian Amdal (uji kedalaman). 4. Untuk penilaian persyaratan lisensi, KPA Kota Padang belum memenuhi salah satu kriteria yaitu Ketua Tim Teknis pada surat Ka. Bapedalda Kota Padang No. 5 Tahun 2016 berbeda dengan pejabat eselon III yang membidangi Amdal di Bapedalda Kota Padang. Sedangkan untuk penilaian penatalaksanaan/administrasi penilaian Amdal, KPA Kota Padang telah memenuhi semua kriteria yang dipersyaratkan. Untuk kriteria mutu dokumen Amdal, dianalogkan dengan hasil penilaian pada tahun sebelumnya (2015) yakni masih terdapat inkonsistensi antar muatan-muatan terkait dalam dokumen dan antar dokumen (uji konsistensi) serta ketepatan/kesahihan data/metode yang digunakan dan kedalaman kajian Amdal (uji kedalaman). 5. KPA Kabupaten Pasaman, telah memenuhi semua kriteria penilaian persyaratan lisensi KPA karena lisensi KPA Kabupaten Pasaman baru terbit pada bulan Januari 2016 maka tentunya persyaratan lisensi KPA Kabupaten Pasaman dipastikan telah terpenuhi sesuai ketentuan yang berlaku. Sedangkan untuk penilaian penatalaksanaan/administrasi penilaian Amdal, dianalogkan dengan hasil penilaian pada tahun sebelumnya (2015) karena belum melakukan penilaian dokumen Amdal. Untuk kriteria mutu dokumen Amdal, dianalogkan dengan hasil penilaian pada tahun sebelumnya (2015) yakni masih terdapat inkonsistensi antar muatan-muatan terkait Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

41 dalam dokumen dan antar dokumen (uji konsistensi) serta ketepatan/kesahihan data/metode yang digunakan dan kedalaman kajian Amdal (uji kedalaman). Dengan diketahuinya jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan pada tahun 2016, maka dapat dihitung realisasi kinerja dengan menggunakan rumusan sebagaimana yang telah ditetapkan. Realisasi kinerja tersebut adalah sebagai berikut: Realisasi Kinerja = Jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan 100% Jumlah seluruh KPA kabupaten/kota 5 = 100% = 100% 5 Hasil perhitungan realisasi kinerja untuk indikator kinerja persentase KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundang-undangan sebagaimana uraian di atas menunjukkan angka 100%. Persentase realisasi ini cukup jauh melebihi dari target kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya untuk indikator kinerja ini, yakni sebesar 70%. Capaian kinerja untuk tahun 2016 diperoleh dengan membandingkan realisasi dan target kinerja pada tahun tersebut, dengan hasil perhitungan sebagai berikut: Capaian Kinerja = = Realisasi kinerja Target kinerja yang telah ditetapkan % 70 = 142,86% 100% Melebihinya pencapaian realisasi dari target kinerja yang telah ditetapkan untuk indikator kinerja ini dengan capaian kinerja > 100% menunjukkan bahwa penyelenggaraan Amdal oleh KPA kabupaten/kota di Sumatera Barat pada tahun 2016 telah dilakukan dengan cukup baik dan optimal yang ditunjukkan dengan tingkat ketaatan terhadap penerapan/implementasi SOP sesuai peraturan perundang-undangan. b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dilakukan terhadap kondisi pencapaian realisasi pada 2 (dua) tahun sebelumnya, yakni 2015 dan Berdasarkan hasil perhitungan realisasi kinerja untuk indikator kinerja persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan pada kedua tahun tersebut, dapat dilihat pada Tabel 11 dan Grafik 6. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

42 Tabel 11. Perbandingan Realisasi Kinerja untuk Indikator Kinerja Jumlah KPA Kabupaten/Kota yang Telah Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan Tahun No. Uraian/ Item yang Ditinjau Tahun Jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan 2. Jumlah seluruh KPA kabupaten/kota Persentase realisasi kinerja (%) 83, Terkait dengan hasil perhitungan dan perbandingan realisasi kinerja untuk indikator kinerja jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan dari tahun sebagaimana disajikan dalam Tabel 11, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan dan perlu menjadi perhatian ke depan, yaitu: 1) Tetapan standar kesesuaian/ketaatan yang menentukan bahwa KPA suatu kabupaten/kota telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan untuk tahun 2014 dan 2015 adalah sama dengan tetapan standar untuk tahun 2016, yakni tingkat ketaatan 70%. 2) Penilaian tetap mengacu kepada 3 (tiga) kriteria, yakni persyaratan lisensi KPA, penatalaksanaan/administrasi penilaian Amdal dan mutu dokumen Amdal. Khusus penilaian terhadap mutu dokumen Amdal, beberapa analogi tetap dilakukan untuk beberapa KPA kabupaten/kota yang tidak menjadi objek kegiatan evaluasi mutu dokumen Amdal selama periode nilai kesesuaian/ketaatan adalah 50%. Grafik 6. Perbandingan antara Jumlah KPA Kabupaten/Kota yang Mengimplementasikan SOP Sesuai Peraturan dengan Jumlah Seluruh KPA Kabupaten/Kota Periode ) Terdapat perbedaan jumlah KPA kabupaten/kota yang menjadi objek sasaran/target (yang menjadi data penyebut pada rumusan perhitungan realisasi kinerja) untuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

43 masing-masing tahun yang ditinjau. Perbedaan ini terkait dengan status lisensi dan keberadaan KPA. Penjelasannya adalah sebagai berikut: - Pada tahun 2014 terdapat 6 (enam) KPA kabupaten/kota yang menjadi objek sasaran/target penilaian, dimana 4 (empat) diantaranya merupakan KPA yang menjadi objek sasaran/target pada tahun 2015, ditambah dengan 2 (dua) KPA lainnya, yakni KPA Kabupaten Solok dan KPA Kabupaten Solok Selatan. KPA Kabupaten Pasaman tidak menjadi objek yang ditinjau karena lisensi KPA-nya telah habis sejak akhir tahun Untuk KPA Kabupaten Tanah Datar dan KPA Kota Padang Panjang yang masih belum melakukan penilaian Amdal selama tahun 2014 juga tidak dapat dijadikan objek sasaran/target penilaian pada saat itu. - Pada tahun 2015, terdapat 4 (empat) KPA kabupaten/kota yang menjadi objek sasaran/target penilaian yaitu KPA Kabupaten Agam, KPA Kabupaten Pasaman Barat, KPA Kabupaten Lima Puluh Kota dan KPA Kota Padang. Dua KPA yang sebelumnya menjadi objek pada tahun 2014 tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan objek pada tahun 2015 karena masa berlaku lisensinya telah habis (KPA Kabupaten Solok dan KPA Kabupaten Solok Selatan), dan kedua KPA tersebut sampai saat ini belum dapat memperpanjang lisensinya karena terkendala status kelembagaan instansi lingkungan hidup yang masih berbentuk Kantor (setingkat eselon III). Selain itu, pada bulan Desember 2015 Bapedalda Provinsi Sumatera Barat telah memberikan rekomendasi perpanjangan lisensi untuk KPA Kabupaten Pasaman. Berdasarkan informasi dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasaman, pada akhir Desember 2015 Bupati Pasaman telah menerbitkan bukti lisensi untuk KPA tersebut, sehingga diperkirakan KPA ini berpeluang besar menjadi salah satu objek sasaran/target penilaian pada tahun Pada tahun 2016, terdapat empat (4) KPA kabupaten/kota yang menjadi objek sasaran/target penilaian, dimana KPA yang menjadi objek sasaran/target sama dengan pada tahun Sedangkan untuk KPA Kabupaten Pasaman lisensi KPA-nya baru diterbitkan pada Januari 2016 dan belum ada melakukan penilaian dokumen AMDAL, penilaian tingkat ketaatannya dalam mengimplementasikan SOP penyelenggaraan Amdal dilakukan dengan mempedomani hasil evaluasi kinerja pada tahun sebelumnya (2015). Berdasarkan penjelasan/uraian sebelumnya, capaian indikator kinerja persentase KPA kabupaten/kota yang mengimplementasikan SOP sesuai peraturan untuk tahun 2016 adalah 142,85%, yang didapat dari perbandingan nilai realisasi kinerja sebesar 100% (Tabel 11) dan target kinerja sebesar 70%. Untuk tahun 2015, nilai realisasi kinerja diketahui sama dengan realisasi tahun 2016, yakni sebesar 100% (Tabel 11) Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

44 dengan target kinerja pada tahun 2015 (hanya sebesar 60%), maka hal ini berpengaruh terhadap hasil/perhitungan capaian kinerjanya, dimana capaian yang didapatkan pada tahun 2015 lebih besar dari pada tahun 2016, yakni sebesar 166,67%. Kondisi ini bukanlah merupakan suatu permasalahan karena pada prinsipnya capaian kinerja untuk kedua tahun tersebut telah mencapai > 100%, atau dengan kata lain realisasi yang diperoleh telah sesuai/memenuhi target yang direncanakan. c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Target jangka menengah adalah target untuk masing-masing indikator kinerja yang ditetapkan pada akhir periode Renstra, yaitu pada tahun Dikarenakan realisasi dan capaian yang ditinjau adalah untuk tahun 2016 (tahun pertama periode Renstra ), maka berdasarkan perhitungan dan uraian/penjelasan di atas, realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang mengimplementasikan SOP sesuai peraturan telah tercapai/melebih target yang ditetapkan, dan capaiannya > 100%. Melihat kecenderungan keberhasilan ini, maka rencana pencapaian target pada akhir periode Renstra di tahun 2021 akan dapat dicapai. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Belum ada standar nasional yang ditetapkan yang sekaligus dapat dipedomani dalam menentukan tingkat kesesuaian/ketaatan KPA suatu daerah dalam mengimplementasikan SOP penyelenggaraan Amdal sesuai ketentuan yang berlaku, kecuali SOP diharapkan dapat dipenuhi oleh seluruh KPA kabupaten/kota. Standar/kriteria yang ditetapkan adalah untuk item-item yang ditinjau dalam melakukan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 25 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Berdasarkan hasil perhitungan realisasi kinerja tahun 2016 untuk indikator kinerja persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan, serta perbandingan realisasi tersebut dengan realisasi kinerja 2 (dua) tahun sebelumnya, maka dapat diidentifikasi 2 (dua) poin keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan yang menjadi acuan dalam menentukan capaian kinerja (mendukung upaya peningkatan capaian kinerja) untuk indikator dimaksud, yaitu: 1) Pencapaian realisasi kinerja tahun 2016 yang melebihi target kinerja yang telah ditetapkan (realisasi mencapai 100%, target kinerja yang ditetapkan 70%), dengan capaian kinerja yang melebihi > 100%. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

45 2) Pencapaian realisasi kinerja tahun 2016 (100%) sama dengan pencapaian realisasi kinerja pada tahun 2015 (100%). Sekaitan dengan hal tersebut, diperkirakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian target kinerja pada tahun 2016 ini, yaitu: 1) Upaya pembinaan dan pengawasan yang dilakukan kepada aparat instansi lingkungan hidup yang berada di Sekretariat KPA kabupaten/kota sehingga mereka dapat memahami dengan baik ketentuan-ketentuan terkait penyelenggaraan Amdal sehingga dapat mengimplementasikan SOP yang telah diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan cukup optimal. 2) Kegiatan-kegiatan dalam lingkup evaluasi penyelenggaraan Amdal telah rutin dilakukan terhadap KPA kabupaten/kota, sehingga ada upaya/kecenderungan ke arah perbaikan bagi KPA kabupaten/kota tersebut dalam penyelenggaraan Amdal-nya dengan berpedoman kepada hasil/temuan yang didapatkan pada saat evaluasi. Hasil dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung juga dapat memberikan motivasi bagi aparat instansi lingkungan hidup kabupaten/kota untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan Amdal pada KPA kabupaten/kota yang bersangkutan, sehingga terjadi kecenderungan peningkatan pemahaman terhadap ketentuan-ketentuan terkait penyelenggaraan Amdal. 3) Tidak ada peraturan baru terkait penyelenggaraan Amdal yang dikeluarkan dalam periode/range tahun Untuk lebih meningkatkan realisasi dan capaian kinerja pada tahun-tahun mendatang, serta dalam upaya mempertahankan realisasi/capaian kinerja yang dicapai dalam periode/selang waktu tertentu, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Kegiatan-kegiatan dalam lingkup evaluasi penyelenggaraan Amdal yang ditujukan terhadap KPA kabupaten/kota tetap perlu dilakukan ke depan secara berkesinambungan, tidak hanya melalui pertemuan/peninjauan langsung ke KPA kabupaten/kota yang bersangkutan, tetapi juga diupayakan melalui koordinasi tidak langsung yang dilakukan secara intens dengan aparat instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, terutama terkait dengan perkembangan penyelenggaraan Amdal dan permasalahan yang dihadapi di lapangan. 2) Perlunya diberikan sosialisasi kepada KPA kabupaten/kota terkait peraturan perundangan-undangan terbaru terutama yang muatannya berkaitan dengan Amdal. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran sebesar Rp , terealisasi atau 89,97%. Merujuk kepada konsep pelaksanaan kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal yang hasilnya menjadi acuan/dasar perhitungan tingkat ketaatan KPA Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

46 kabupaten/kota (dalam penyelenggaraan Amdal) sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara tidak langsung efisiensi penggunaan sumber daya telah dilakukan. Efisiensi terindikasi dari pemilihan objek KPA yang akan dievaluasi penyelenggaraan Amdalnya, dimana tidak semua KPA kabupaten/kota yang lisensinya masih berlaku pada tahun tertentu dapat dipastikan menjadi objek kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal pada tahun tersebut. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan objek ini, misalnya evaluasi lebih diprioritaskan kepada KPA kabupaten/kota yang telah/pernah melakukan penilaian Amdal, atau terhadap KPA kabupaten/kota yang dari hasil evaluasi atau pembinaan dan pengawasan pada tahun sebelumnya diketahui masih terdapat hal-hal yang tidak sesuai dalam penyelenggaraan Amdalnya. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan Kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal yang menjadi acuan dalam menentukan realisasi/capaian kinerja untuk indikator kinerja persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai peraturan perundangundangan, tentunya dapat dikategorikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung/menunjang keberhasilan ataupun kegagalan dari pencapaian realisasi/capaian kinerja untuk indikator tersebut. Adapun beberapa program/kegiatan lainnya yang diperkirakan dapat mendukung upaya-upaya dalam pencapaian realisasi/capaian kinerja ini, baik yang telah ada/berjalan maupun yang perlu dipertimbangkan untuk direncanakan ke depan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan evaluasi mutu dokumen Amdal, dimana hasil pelaksanaan kegiatan ini sebelumnya menjadi salah satu acuan dari penentuan realisasi dan capaian kinerja pada tahun Pada tahun , kegiatan dimaksud tidak lagi dialokasikan pelaksanaannya, sehingga untuk penilaian kriteria mutu dokumen Amdal (sebagai salah satu kriteria penilaian indikator kinerja persentase jumlah KPA kabupaten/kota yang telah mengimplementasikan SOP sesuai aturan) dianalogkan dengan hasil penilaian pada beberapa tahun sebelumnya. Mengingat hal tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kondisi riil di lapangan, maka kegiatan evaluasi mutu dokumen Amdal perlu dipertimbangkan kembali untuk pelaksanaannya ke depan, atau bila tidak memungkinkan, mutu dokumen Amdal dapat dijadikan salah satu bagian dari lingkup kegiatan evaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal (menjadi salah satu substansi/hal yang dievaluasi). 2) Kegiatan pembinaan/verifikasi pengajuan persyaratan rekomendasi lisensi KPA (kegiatan ini telah direalisasikan melalui penganggaran APBD Bapedalda Provinsi Sumatera Barat). 3) Sosialisasi mengenai peraturan perundang-undangan terbaru di bidang Amdal dan Izin Lingkungan, terutama terkait penatalaksanaan/penyelenggaraan Amdal. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

47 2. Persentase usaha dan/atau kegiatan yang menaati peraturan perundangundangan lingkungan hidup 2.1. Realisasi a. Sumber data Untuk mengetahui realisasi dari target indikator kinerja pemilik kegiatan dan/atau usaha dalam mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundangundangan, data yang digunakan berasal dari data/hasil beberapa kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat yaitu: 1) PROPER/PROPER Daerah 2) Kegiatan Pembinaan Hukum dan Perizinan 3) Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha/Kegiatan b. Acuan dan alat Acuan yang digunakan untuk menentukan persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan: 1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. 4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 5) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. 6) Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. c. Metodologi perhitungan Dalam menghitung persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan perbandingan antara jumlah pemilik kegiatan dan/atau usaha yang mengimplementasikan perizinan lingkungan dengan jumlah pemilik kegiatan dan/atau usaha. Metodologi perhitungan persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan yang dapat diselesaikan menggunakan formula: jumlah pemilik kegiatan dan/atau usaha Persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan yang mengimplementasikan perizinan = lingkungan tahun 2016 x 100 % lingkungan sesuai dengan peraturan jumlah pemilik kegiatan dan/atau usaha perundang-undangan tahun 2016 Untuk menentukan jumlah pemilik kegiatan dan/atau usaha yang mengimplementasikan perizinan lingkungan tahun 2016 dari masing-masing kegiatan dilakukan dengan cara: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

48 1) Kegiatan PROPER/PROPER Daerah Kegiatan yang telah mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan dinyatakan dengan peringkat PROPER/PROPER Daerah Biru ke atas (Biru, Hijau dan Emas). - Peringkat Biru diartikan sebagai kegiatan yang telah melaksanakan semua persyaratan sebagaimana yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. - Peringkat Hijau, diartikan bahwa kegiatan telah melaksanakan persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan telah melaksanakan Sistim Managemen Lingkungan - Peringkat Emas, diartikan sebagai kegiatan yang telah zero impact. Kegiatan yang tidak mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan dinyatakan peringkat PROPER/PROPER DAERAH Merah dan Hitam. - Peringkat Merah: baru sebagian memenuhi persyaratan sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan. - Peringkat Hitam: tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan. Persentase Ketaatan usaha dan/atau kegiatan PROPER/PROPER Daerah 2) Kegiatan Pembinaan Hukum dan Perizinan = Jumlah Perusahaan/Peringkat Emas, Hjau dan Biru Jumlah Perusahaan/Kegiatan x 100% PROPER /PROPER Daerah Yang dievaluasi Dalam mengevaluasi implementasi perizinan sesuai dengan peraturan perundangundangan oleh suatu perusahan/kegiatan maka acuan untuk menetapkan kriteria ketaatan adalah sebagai berikut: a) Tidak memiliki dokumen lingkungan hidup dan/atau Izin Lingkungan; b) Tidak memiliki izin operasional insinerator; c) Tidak memiliki Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; dan/atau d) Persentase Ketaatan <70% dari perizinan atau kewajiban yang harus dipenuhi e) Dari hasil pembobotan diperoleh peringkat dibawah A (peringkat B dan C). Penjelasan mekanisme penentuan ketidaktaatan: - Apabila memenuhi salah satu kriteria ketidaktaatan poin a), b) dan c) tersebut diatas maka dikategorikan tidak taat karena merupakan pelanggaran Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 dan memenuhi unsur pidana. - Apabila tidak memenuhi kriteria sebagaimana poin a), b) dan c) tersebut diatas, maka akan dihitung dengan menggunakan persentase ketaatan (poin d). - Perhitungan persentase ketaatan menggunakan sistim pembobotan dan dihitung dengan menggunakan formula : Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

49 Persentase Ketaatan usaha dan/atau Pembinaan Hukum dan Perizinan = Jumlah perizinan dan kewajiban yang harus dimiliki dan kewajiban yang telah dipenuhi x 100% Jumlah perizinan dan kewajiban yang seharusnya dipenuhi - Apabila dari hasil perhitungan dengan menggunakan formulasi diatas, persentase ketaatan dikategorikan peringkat B dan C, maka pemilik kegiatan dan/atau usaha dikategorikan Tidak Taat/Tidak Mengimplementasikan Perizinan Lingkungan. Penjelasan klasifikasi peringkat adalah sebagai berikut: - Peringkat C apabila hanya memenuhi perizinan dan kewajiban yang harus dilaksanakan sebesar 0 35%. - Peringkat B apabila hanya memenuhi perizinan dan kewajiban yang harus dilaksanakan sebesar 36 69%. - Peringkat A apabila hanya memenuhi perizinan dan kewajiban yang harus dilaksanakan sebesar %. Angka dasar 70% sebagai kategori ketaatan/ mengimplementasikan perizinan lingkungan merupakan angka yang representatif karena tidak mungkin pemilik kegiatan dan/atau usaha dapat mengimplementasikan 100% dari perizinan dan kewajiban yang harus dipenuhi. Dalam penentuan pemilik kegiatan dan/atau usaha dikatakan taat / mengimplementasikan perizinan lingkungan maka harus memenuhi peringkat A. 3) Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha/Kegiatan Kriteria ketidaktaatan dalam penilaian Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha /Kegiatan ditentukan dengan kriteria: - Apabila tidak memiliki dokumen lingkungan, Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 dan Izin Operasional Insinerator dikategorikan Tidak Taat/Tidak Mengimplementasikan Perizinan Lingkungan. - Apabila memiliki ketiga aspek tersebut diatas, maka dilakukan pemberian skoring yaitu izin lingkungan 30%, Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 20%, Izin Operasional Insinerator 20%, Izin Pembuangan Limbah Cair 20%. - Apabila hasil scoring tersebut < 70%, maka dikategorikan Tidak Taat/Tidak Mengimplementasikan Perizinan Lingkungan. Persentase Ketaatan Pengawasan dan Pengendalaian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha /Kegiatan = Jumlah Perusahaan/Kegiatan nilai scoring > 70% Jumlah Perusahaan/Kegiatan yang dilakukan Pengawasan dan x 100% Pengendalaian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha /Kegiatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

50 2.2. Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Pencapaian target secara total kegiatan. Pada tahun 2016 ditetapkan target bahwa 50% dari seluruh obyek di Sumatera Barat telah memimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Data tersebut setelah dilakukan konversi dari data uji petik hasil yang dilakukan pembinaan, pengawasan dan penilaian kinerja lingkungan yang dilakukan melalui ke tiga kegiatan diatas. Pencapaian target untuk masing kegiatan berdasarkan analisis uji petik per sektor. Tabel dibawah ini memperlihatkan jumlah obyek, tingkat ketaatan berdasarkan sektor yang dilakukan pembinaan, pengawasan dan penilaian kinerjanya dalam mengimplementasikan perizinan sesuai dengan perundang-undangan berlaku. Tabel 12. Jenis kegiatan dan/atau usaha yang telah dilakukan Pembinaan dan pengawasan Implementasi Perizinan Lingkungan Tahun 2016 No Kegiatan 1. PROPER/ PROPER Daerah 2. Pembinaan Hukum dan Perizinan 3. Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha /Kegiatan Agro Industri Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) Sektor Usaha Pertamban gan dan Energi Hotel / Jasa Lain-lain Jmlh Taat Jmlh Taat Jmlh Taat Jmlh Taat Jmlh Taat Jumlah % Ketaatan 82, , Jumlah Pemilik Kegiatan dan/atau usaha Jumlah Pemilik Kegiatan dan/atau usaha yang taat Persentase usaha dan/atau kegiatan yang telah mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan /89 x 100% = 48,31% Berdasarkan uji petik, maka target yang ditetapkan untuk tahun 2016 sebesar 50%, terealisasi 48,31%. Capaian kinerja terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha yang taat / mengimplementasikan perizinan lingkungan berdasarkan uji petik tersebut adalah: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

51 Hasil pengukuran capaian kinerja = Realisasi Target yang ditetapkan x 100 % Pencapaian 48,31 = X 100 % 50 = 96,63 % target analogi seluruh kegiatan wajib AMDAL/UKL-UPL di Sumatera Barat Untuk Masing-Masing Sektor. Total jumlah kegiatan dan/atau usaha yang ada di Provinsi Sumatera Barat diperoleh dari instansi lingungan hidup kabupaten/kota se-sumatera Barat tahun 2016 dengan jumlah kegiatan yang terbagi menjadi beberapa sektor. Mengingat keterbatasan data, maka hasil perhitungan persentase tingkat ketaatan/ mengimplementasikan perizinan lingkungan masing-masing sektor kegiatan dan/atau usaha pada Tabel 12 di atas digunakan sebagai basis data/acuan/analogi untuk menghitung (estimasi) persentase ketaatan secara keseluruhan terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha yang ada di Provinsi Sumatera Barat menggunakan metode ekstrapolasi sebagaimana tertuang pada tabel 13 dibawah ini. Tabel 13. Jumlah Sektor kegiatan dan/atau usaha yang ada di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 Berdasarkan Data dari 19 Kabupaten/Kota 2016 No Sektor Kegiatan dan/ atau Usaha Jumlah Persentase Ketaatan Jumlah Kegiatan dan/atau Usaha yang taat 1 Agroindustri (sawit, karet dan ,5 180 teh) 2 Pertambangan dan Energi , Pelayanan Kesehatan (rumah sakit) 4 Jasa (hotel, rumah makan, pelabuhan, bandara, jalan) 5 Lain-lain Jumlah Dari Tabel 13, diperoleh 347 kegiatan dari kegiatan yang ada di Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 dapat dinyatakan TAAT dalam mengimplementasikan pengelolaan lingkungan di dalam kegiatannya. Perhitungan secara keseluruhan untuk mengetahui realisasi persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Provinsi Sumatera Barat menggunakan formula: Persentase usaha dan/atau kegiatan yang telah mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan = Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan x 100 % Jumlah usaha dan/atau yang wajib perizinan lingkungan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

52 = x 100 % = 21,31% Angka realisasi 21,31% masih dibawah dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 50%. Capaian kinerja terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha wajib AMDAL dan UKL UPL di Provinsi Sumatera Barat yang taat/mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang- dengan membandingkan antara realisasi dan target menggunakan formula: Hasil pengukuran = capaian kinerja Realisasi x 100 % Target yang ditetapkan 21,31 x 100 % = 50 = 42,63% Namun apabila dilihat per sektor sesuai dengan tabel tersebut diatas, bahwa dari hasil penilaian terhadap beberapa objek baik melalui PROPER/PROPER Daerah, Pembinaan Hukum dan Perizinan serta Pengawasan dan Pengendalaian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha /Kegiatan diperoleh kesimpulan: - Sektor agroindustri memiliki peringkat ketaatan/mengimplementasikan perizinan lingkungan dengan kategori baik. - Tingkat ketaatan yang dikategorikan jelek berasal dari sektor pelayanan kesehatan (rumah sakit) dan sektor jasa (hotel, rumah makan, pelabuhan, bandara, jalan). Adapun analisis tingkat ketaatan terhadap 3 (tiga) sektor tersebut adalah sebagai berikut : 1) Sektor Agroindustri Kegiatan agroindustri dalam pengelolaan lingkungan menghasilkan limbah yang signifikan tetapi tingkat ketaatan dalam pengelolaanya relatif baik hal ini sejalan dengan adanya tuntutan dari sektor agroindustri dalam pemenuhan pencapaian ISPO dan RSPO yang salah satu kinerja lingkungan merupakan persyaratan utama dalam pemenuhan target tersebut. Selain itu sektor agroindustri juga memiliki organisasi seperti GAPKI pada industri sawit dan GAPKINDO pada industri karet yang mengayomi dan membantu dalam pemenuhan kewajiban terhadap pengelolaan lingkungan. 2) Sektor Pelayanan Kesehatan (rumah sakit) Kegiatan pelayanan kesehatan sebagai salah satu yang menghasilkan Limbah B3 dan limbah cair yang dampaknya besar terhadap lingkungan. Dalam pengelolaan Limbah B3 tingkat ketaatan rumah sakit sangat rendah hal ini terbukti dengan belum terpenuhinya kewajiban dalam perizinan Limbah B3 dalam pengoperasionalan insinerator maupun Tempat Penyimpanan Limbah B3 tersebut. Sedangkan dalam pengendalian limbah cair rumah sakit belum Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

53 maksimal dalam pemenuhan kewajiban teknis dan belum mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. 3) Jasa (hotel, rumah makan, pelabuhan, bandara, jalan) Dalam pengelolaan lingkungan kegiatan bidang jasa ini tidak mempedomani dokumen lingkungan hidup dan perizinan yang telah dimiliki. Salah satu sektor jasa yaitu perhotelan telah memiliki organisasi PHRI, namun kurang berperan dalam melakukan pembinaan dan bantuan dalam pengelolaan lingkungan. Secara umum sektor jasa belum maksimal dalam pemenuhan kewajiban teknis dan belum mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup karena lebih memprioritaskan jasa yang ditawarkan belum sampai pada kinerja pengelolaan lingkungan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Rincian ketaatan/mengimplementasikan perizinan lingkungan oleh pemilik kegiatan dan/atau usaha berdasarkan masing-masing kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) PROPER/PROPER Daerah Dari penilaian PROPER/PROPER DAERAH sebanyak 65 objek pemilik kegiatan dan/atau usaha, yang dikategorikan taat sebesar 46 objek atau 70,76% dengan rincian sebagai berikut: - Sektor Agroindustri (pabrik dan perkebunan sawit, karet dan teh) dari 33 objek, dikategorikan taat sebanyak 31 objek atau 93,75%. - Sektor Pelayanan Kesehatan (rumah sakit) dari 25 objek, dikategorikan taat sebanyak 1 objek atau 4%. - Sektor Pertambangan dan Energi (pertambangan, PLTU, Pertamina, PLN) dari 7 objek, dikategorikan taat sebanyak 3 objek atau 42,85%. - Sektor Jasa (hotel), dari 8 objek, dikategorikan tidak ada yang taat atau 0%. - Sektor lain-lain (bandara, pelabuhan dan bengkel), dari 3 objek, dikategorikan tidak taat atau 0%. 2) Pembinaan Hukum dan Perizinan Target kinerja untuk pembinaan terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha sebanyak 6 (enam) dan realisasinya sebanyak 6 (enam) pemilik kegiatan dan/atau usaha atau 100% dinyatakan tidak taat karena rata-rata ketatannya adalah 42,92%. Adapun pemilik kegiatan dan/atau usaha tersebut adalah: - PT Gasindo Abadi Semesta, SPPBE untuk Tabung LPG 12 dan 50 kg, Payakumbuh, ketaatan 40%. - PT Pratama Abadi Semesta, SPPBE untuk Tabung LPG 12 dan 50 kg, Payakumbuh, ketaatan 40%. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

54 - PT Pratama Abadi Semesta, SPPBE untuk kegiatan Retest,Rapair dan Rapaint Plant Tabung LPG 3 kg, Payakumbuh, ketaatan 60%. - PT Gasindo Abadi Semesta, SPPBE untuk kegiatan Retest,Rapair dan Rapaint Plant Tabung LPG 12 kg dan 50kg, Payakumbuh, ketaatan 60%. - PT PECCONIA, Kabupaten Solok Selatan, ketaatan 20%. - PT SJAL,Kabupaten Pesisir Selatan, ketaatan 37,5%. Dari kegiatan Pembinaan Ketaatan Pemilik Kegiatan dan/atau usaha hasil monev tahun 2016 diperoleh hasil 7 objek yang dinilai ketaatannya dengan ketaatan 39,48%, yaitu: 1. PT INKUD, Kaupaten Pasaman Barat,tingkat ketaatan 25%. 2. PT Sari Buah Sawit (PT SBS), Kabupaten Pasaman Barat, tingkat ketaatan 12,5%. 3. PT Agro Wira Ligatsa (PT AWL), Kabupaten Pasaman Barat, tingkat ketaatan 37,5%. 4. PT Dharmasraya Lestarindo, Kabupaten Dharmasraya, tingkat ketaatan 87,5%. 5. Kegiatan Penyulingan PALA, Kabupaten Pesisir Selatan, tingkat ketaatan 0%. 6. Pabrik Pembuatan Tahu, Kabupaten Pesisir Selatan, tingkat ketaatan 25%. 7. PT USM, Kabupaten Pasaman Barat, tingkat ketaatan 88,89%. Dari objek pembinaan hukum dan perijinan tahun 2016 sebanyak 13 objek (4 manufaktur, 9 agroindustri), 2 objek dikategorikan taat atau tingkat ketaatannya > 70%. 3) Pengawasan Pengendalian Pencemaran Objek Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha /Kegiatan sebanyak 11 rumah sakit. 1. RSUD Dr Zein, dengan tingkat ketaatan 40% 2. RSUD Arosuka, kabupaten Solok, tingkat ketaatan 40% 3. RSI Ibnu Sina Pasaman Barat, tingkat ketaatan 40% 4. RSUD Solok Selatan, tingkat ketaatan 40% 5. RSUD Achmad Darwis Kab. Lima Puluh Kota, tingkat ketaatan 40% 6. RSI Ibnu Sina Bukittinggi, tingkat ketaatan 70% 7. RSUD Pasaman, tingkat ketaatan 40% 8. RSUD Sungai Dareh Kab.Dharmasraya, tingkat ketaatan 10% 9. RSUD Mentawai, tingkat ketaatan 0% 10. RSIA Fadhila Tanah Datar, tingkat ketaatan 30% Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

55 No 11. RSUD Adnan WA Payakumbuh, tingkat ketaatan 40% Dari 11 (sebelas) pemilik kegiatan dan/atau usaha tersebut hanya 1 yang dikategorikan taat dan 10 objek lainnya dikategorikan tidak taat. b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Dari hasil kegiatan pembinaan dan pengawasan (PROPER/PROPER Daerah, pembinaan hukum dan perizinan dan pengawasan pengendalian terhadap pengelolaan usaha/kegiatan), tingkat ketaatannya berfluktuatif sebagaimana tertuang dalam Tabel 14 berikut. Tabel 14. Perbandingan ketaatan pemilik kegiatan yang dilakukan pembinaan dan pengawasan (PROPER/PROPER DAERAH, pembinaan hukum dan perizinan, dan pengawasan pengendalian terhadap Pengelolaan Usaha/Kegiatan) 4 (empat) tahun terakhir Kegiatan 1. PROPER / PROPER Daerah 2. Pembinaan hukum dan Perizinan 3. Pengawasan dan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Lingkungan Usaha /Kegiatan Ketaatan Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh objek / Taat % objek / Taat % objek / Taat % objek / Taat % objek / Taat % 40 / 21 52,5 56 / 23 41,07 48 / 33 68,75 56 / / 40 61,53 1 / / / / / 2 15,38 14 / / / / / 1 9,01 Kumulatif 61 / 24 39,34 69 / 25 36,23 66 / 34 46,96 80 / 41 Catatan : - objek tidak dapat dihitung karena tidak ada aktifitas Analisis terhadap tingkat ketaatan yang berfluktuatif: 51,25 88 / 48 48,31 - Objek yang relatif sama selama 3 (tiga) tahun adalah objek PROPER/PROPER Daerah. Sementara itu 2 (dua) kegiatan yang lainya objek berbeda setiap tahun. - Jumlah objek PROPER/PROPER Daerah setiap tahunnya berbeda, ada penambahan maupun pengurangan objek pemilik kegiatan dan/atau usaha. - Kecenderungan objek yang baru masuk PROPER Daerah merupakan sektor rumah sakit dan hotel yang belum baik dalam pengelolaan lingkungannya sehingga berperingkat Merah yang dikategorikan Tidak Taat. - Beberapa pemilik kegiatan dan/atau usaha berfluktuatif tingkat ketaatannya. - Dari pemilik kegiatan yang sama hasil penilaian PROPER/PROPER Daerah untuk sektor Agroindustri dan PEM kecenderungan meningkatkan kinerja lingkungan sehingga nilai PROPER/PROPER Daerah meningkat menjadi Biru/Taat hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya komitmen objek yang dinilai dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

56 pengelolaan lingkungan disamping pembinaan yang terus dilakukan oleh Bapedalda Provinsi dan intansi lingkungan Kab/Kota. c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Renstra pada tahun pertama yang adalah 50%. Dengan didasarkan pada hasil perhitungan realisasi kinerja seluruh objek yang wajib AMDAL dan UKL-UPL di Provinsi Sumatera Barat yang hanya sebesar 42,63% (realisasi kinerja belum mencapai target), maka diproyeksikan bahwa untuk mencapai target pada akhir perode Renstra (tahun 2021) akan sangat berat. Diperlukan langkah-langkah dan inisiatif strategis guna dapat memaksimalkan pencapaian target periode terakhir dari renstra Bapedalda tersebut, minimal dapat mendekati target yang telah ditetapkan. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Dari 3 (tiga) kegiatan yang digunakan untuk menentukan tingkat ketaatan/implementasi peraturan perundang-undangan tersebut diatas yang dapat diperbandingkan dengan standar nasional hanya PROPER. PROPER merupakan program nasional Pemerintah yang berlaku sama untuk 31 provinsi di Indonesia. Dari evaluasi terhadap pelaksanaan PROPER Nasional Tahun 2016, keberhasilan PROPER secara Nasional adalah : - Selama 10 tahun ( ) secara Nasional berhasil mendorong ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup dari 56% menjadi 85%. - Berhasil mengutamakan perlindungan lingkungan ke dalam perusahaan sehingga lingkungan menjadi salah satu indikator kinerja perusahaan. - PROPER digunakan perusahaan sebagai peta jalan untuk penerapan ekonomi hijau. - PROPER berhasil mengkoordinasikan pengawasan lingkungan menjadi gerakan nasional yang terkoordinasi dan dengan standar pengawasan yang sama terhadap 31 provinsi. Dengan berpatokan pada angka capaian tingkat ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan pada program PROPER Nasional tahun 2016 sebesar 85%, maka capaian Bapedalda Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2016 sebesar 47,78% masih perlu ditingkatkan. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Beberapa hal yang mendorong keberhasilan pencapaian target sekaligus upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain adalah: 1) Upaya penegakan hukum lingkungan terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha apabila: - Berperingkat merah pada PROPER/PROPER Daerah selama 2 (dua) periode. - belum dilakukan perbaikan kinerja lingkungan yang signifikan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

57 - Tidak mengumumkan kegiatan yang dalam sanksi administrasi oleh kepala daerah. 2) Memfasilitasi kendala rumah sakit dalam pengelolaan limbah cair dan Limbah B3, dengan rencana pembangunan Cluster Pengelolaan LB3 dan pengurusan izin incinerator rumah sakit. 3) Menyampaikan hasil pembinaan dan pengawasan berupa surat follow up berkaitan dengan temuan ketidaktaatan dan upaya yang harus dilakukan serta keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan. 4) Peningkatan fungsi pembinaan dan pengawasan oleh instansi lingkungan hidup kabupaten/kota terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha terutama di luar objek pembinaan dan pengawasan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat sehingga dapat melakukan perbaikan kinerja lingkungan. Untuk mendorong tingkat ketaatan ke araha yang lebih baik, diperlukan beberapa upaya lainnya seperti: 1) Memberikan bimbingan teknis lebih intensif terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha yang diprioritaskan di luar objek pembinaan dan pengawasan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat sehingga dapat melakukan perbaikan kinerja lingkungan. 2) Perlu adanya program dari bank negeri/swasta atau pemerintah yang menjamin bahwa perusahaan yang taat dalam pengelolaan lingkungan diberikan kemudahan dalam peminjaman dana dan/atau keringanan pajak. Masih rendahnya tingkat ketaatan pemilik kegiatan dan/atau usaha disebabkan karena: 1) Belum semua pemilik kegiatan dan/atau usaha yang memiliki struktur organisasi yang menangani masalah lingkungan hidup. 2) Belum optimalnya pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh instansi lingkungan hidup kab/kota terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha. 3) Masih terdapatnya objek yang belum memberikan progres dalam pengelolaan lingkungan dan memiliki kendala yang sama tiap tahun penilaian. Kendala dapat bersumber dari objek sendiri seperti pemenuhan parameter baku mutu, bangunan penyimpanan LB3 sedangkan kendala dari kabupaten/kota seperti lamanya proses izin pembuangan limbah cair, izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 dan izin yang diproses oleh Kementerian Lingkungan Hidup yaitu izin operasional incinerator. Kendala paling besar ada pada sektor rumah sakit dan hotel. 4) Belum optimalnya upaya penegakan hukum lingkungan terhadap ketidaktaatan pemilik kegiatan dan/atau usaha. 5) Belum optimalnya mekanisme insentif dari Pemerintah seperti pemberian keringanan pembayaran pajak perusahaan bila perusahaan telah mendapat peringkat Hijau dan Emas dalam PROPER/PROPER Daerah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

58 f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran di beberapa kegiatan pendukung pada DPA Bapedalda dan ditunjang juga oleh beberapa kegiatan APBN sebesar Rp , terealisasi sebesar Rp ,- atau 93,4%. Untuk dapat memetakan tingkat ketaatan pemilik usaha/kegiatan (skala AMDAL dan UKL-UPL yang terdata) dalam mengimplementasi perizinan lingkungan se-provinsi Sumatera Barat (walaupun masih diperlukan pengujian lebih lanjut terhadap hasil perhitungan), penggunaan anggaran untuk pencapaian indikator ini sudah sangat efektif melalui pelaksanaan 4 (empat) kegiatan yang sangat terkait. Penggunaan sumber daya terutama yang bersumber dari APBD lebih difokuskan kepada peningkatan ketaatan usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Namun demikian, untuk lebih akuratnya hasil perhitungan tingkat ketaatan pemilik usaha/kegiatan dalam mengimplementasikan peraturan perundang-undangan, diperlukan cakupan assesmen/penilaian yang lebih luas (menambah objek sasaran/penilaian), melibatkan lebih banyak personil PPLHD dan instansi LH kabupaten/kota sesuai kewenangannya yang tentunya juga harus didukung dengan anggaran yang memadai. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang Program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian indikator kinerja ini sebanyak 3 program dengan 4 buah kegiatan, yaitu PROPER, PROPER Daerah, Pembinaan Hukum dan Perizinan dan kegiatan Pengawasan Pengendalian Terhadap Pengelolaan Usaha/Kegiatan. Keempat kegiatan tersebut antara satu dengan yang lain saling menunjang keberhasilan dalam pencapaian kinerja indikator ini. Sebagai contoh adalah keterkaitan antara kegiatan pembinaan hukum dan perizinan dengan PROPER/PROPER Daerah, dimana objek hasil pembinaan hukum dan perizinan dapat diusulkan menjadi objek PROPER/PROPER Daerah. 3. Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3.1. Realisasi a. Sumber Data Terdapat 2 (dua) sumber data yang menjadi acuan dalam penentuan realisasi indikator kinerja persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi KLHS pada tahun 2016, yaitu: 1) Hasil pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan kabupaten/kota; dan 2) Hasil koordinasi dengan instansi lingkungan hidup, Bappeda dan Dinas Prasjal Tarkim/Pekerjaan Umum kabupaten/kota terkait perkembangan pelaksanaan KLHS terhadap dokumen perencanaan kabupaten/kota. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

59 Kedua sumber data di atas juga digunakan untuk menentukan realisasi indikator kinerja dimaksud pada tahun sebelumnya (2015). Kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan dimulai pelaksanaannya sejak tahun 2014 dengan alokasi anggaran pelaksanaan kegiatan berada pada APBD/DPA Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Pembinaan KLHS Provinsi dan ditujukan terhadap pemerintah kabupaten/kota yang belum atau sedang/telah melaksanakan KLHS terhadap dokumen perencanaannya (RTRW dan/atau RPJMD/RPJPD). Pada tahun 2015, pembinaan KLHS lebih difokuskan terhadap kabupaten/kota yang akan menyusun KLHS untuk dokumen RPJMD, mengingat masih adanya beberapa kabupaten/kota yang akan menyusun KLHS RPJMD (melaksanakan Pilkada pada tanggal 9 Desember 2015) belum mendapatkan pembinaan KLHS pada tahun Untuk tahun 2016, pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan ditujukan terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum atau sedang/telah melaksanakan KLHS terhadap dokumen perencanaannya (RTRW dan/atau RPJMD). Pembinaan KLHS pada tahun 2016 dilakukan terhadap 5 (lima) kabupaten/kota, yaitu Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pasaman Barat. Melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan, dilakukan inventarisasi terhadap dokumen perencanaan kabupaten/kota yang sedang atau akan disusun/dievaluasi (wajib KLHS) dan proses KLHS untuk dokumen-dokumen perencanaan tersebut (apakah telah dilakukan atau belum). Terhadap kabupaten/kota yang tidak termasuk objek pembinaan/evaluasi hasil pembinaan, dilakukan koordinasi dengan instansi terkait Pemerintah Kabupaten/Kota tersebut untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan KLHS terhadap dokumen perencanaan yang ada pada masing-masing kabupaten/kota. Namun tidak menutup kemungkinan terhadap kabupaten/kota yang menjadi objek pembinaan/evaluasi hasil pembinaan dilakukan koordinasi sebagaimana dimaksud guna meng-update/memperbarui informasi terkait pelaksanaan KLHS di kabupaten/kota tersebut. Sementara terkait pelaksanaan KLHS untuk dokumen perencanaan provinsi (KLHS RPJMD), Bapedalda terlibat langsung dalam proses penyusunannya sebagai salah satu anggota tim dan Ka. Bapedalda menjadi Ketua Pokja dalam pelaksanaan KLHS RPJMD dimaksud. b. Acuan dan Alat Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan, dan dalam menentukan persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs, terdapat beberapa aturan/regulasi yang dipedomani, yaitu: 1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

60 2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS. 3) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. 4) Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. SE.04/Menlhk- II/2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang Pelaksanaan KLHS. c. Metodologi Perhitungan Dalam menghitung persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs digunakan formula/rumusan sebagai berikut: Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs 100 % Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang wajib di-klhs Target untuk indikator kinerja ini pada tahun 2016 adalah 40%. Lingkup dokumen perencanaan yang ditinjau meliputi RPJPD/RPJMD dan RTRW beserta turunannya (RDTR/RTR kawasan). Dalam rangka penyusunan laporan ini, dilakukan perluasan konteks dokumen perencanaan yang sudah di-klhs dimana untuk dokumen perencanaan yang proses KLHS-nya sedang berjalan (minimal telah selesai proses pelingkupan isu strategis/memasuki tahapan persandingan isu strategis dengan kebijakan, rencana dan/atau program) dapat dikategorikan sebagai dokumen perencanaan yang sudah di-klhs. Pada tahun 2016, terdapat 27 (dua puluh tujuh) dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang terkategori wajib di-klhs, yaitu: 1) Penyusunan RPMJD Provinsi Sumatera Barat 2) Penyusunan RPJMD Kabupaten Limapuluh Kota 3) Penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman Barat 4) Penyusunan RPJMD Kabupaten Agam 5) Penyusunan RPJMD Kabupaten Padang Pariaman 6) Penyusunan RPJMD Kabupaten Dharmasraya 7) Penyusunan RPJMD Kabupaten Sijunjung 8) Penyusunan RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan 9) Penyusunan RPJMD Kabupaten Solok Selatan 10) Penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman 11) Penyusunan RPJMD Kabupaten Tanah Datar 12) Penyusunan PJMD Kabupaten Solok 13) Penyusunan RPJMD Kota Bukittinggi 14) Penyusunan RPJMD Kota Solok 15) Revisi RTRW Kota Bukittinggi 16) Penyusunan RDTR Sarilamak Kabupaten Limapuluh Kota 17) Penyusunan RDTR Kawasan Kota Lubuk Basung Kabupaten Agam 18) Penyusunan RDTR Ibukota Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

61 19) Penyusunan RDTR Kawasan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya 20) Penyusunan RDTR Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung 21) Penyusunan RDTR Kawasan Abai Kabupaten Solok Selatan 22) Penyusunan RDTR Kawasan Muaro Labuh Kabupaten Solok Selatan 23) Penyusunan RDTR Kawasan Seribu Rumah Gadang Kabupaten Solok Selatan 24) Penyusunan RDTR Kota Batusangkar Kabupaten Tanah Tanah 25) Penyusunan RDTR Kota Pariaman 26) Penyusunan RDTR Kawasan Mandeh Kabupaten Pesisir Selatan 27) Penyusunan RDTR Kawasan Sungai Bangek Kota Padang. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat pembinaan KLHS dan hasil koordinasi dengan instansi terkait provinsi dan kabupaten/kota diketahui bahwa dari 27 (dua puluh tujuh) dokumen perencanaan yang wajib KLHS sebagaimana tersebut di atas, sampai pada akhir tahun 2016, terhadap 19 (sembilan belas) diantaranya telah dilakukan KLHS yaitu penyusunan RPJMD Provinsi Sumatera Barat, penyusunan RPJMD Kabupaten Limapuluh Kota, penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman Barat, penyusunan RPJMD Kabupaten Agam, penyusunan RPJMD Kabupaten Padang Pariaman, penyusunan RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan, penyusunan RPJMD Kabupaten Dharmasraya, penyusunan RPJMD Kabupaten Sijunjung, penyusunan RPJMD Kabupaten Solok, penyusunan RPJMD Kabupaten Solok Selatan, penyusunan RPJMD Kabupaten Pasaman, penyusunan RPJMD Kabupaten Tanah Datar, penyusunan RPJMD Kota Bukittinggi, penyusunan RPJMD Kota Solok, revisi RTRW Kota Bukittinggi, penyusunan RDTR Kawasan Sarilamak, RDTR Kawasan Kota Lubuk Basung, penyusunan RDTR Ibukota Kecamatan Tanjung Mutiara serta penyusunan RDTR Kawasan Mandeh. Untuk 8 (delapan) dokumen perencanaan lainnya yakni penyusunan RDTR Kawasan Koto Baru, penyusunan RDTR Kecamatan Koto VII, penyusunan RDTR Kawasan Abai, penyusunan RDTR Kawasan Muaro Labuh, penyusunan RDTR Kawasan Seribu Rumah Gadang, penyusunan RDTR Kota Batusangkar, penyusunan RDTR Kota Pariaman dan penyusunan RDTR Kawasan Sungai Bangek diketahui belum dilengkapi KLHS. Dari data di atas, maka dapat dihitung realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs menggunakan formula/rumusan di atas. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Realisasi Kinerja Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs = 100% Jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang wajib di-klhs 19 = 100% = 70,37% 27 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

62 3.2. Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Hasil perhitungan realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs sebagaimana uraian di atas menunjukkan angka 70,37%. Persentase realisasi ini melebihi dari target kinerja indikator, yakni sebesar 40%. Tingkat capaian kinerja untuk tahun 2016 diperoleh dengan membandingkan realisasi dan target kinerja pada tahun tersebut, dengan hasil perhitungan sebagai berikut: Capaian Kinerja = Realisasi kinerja Target kinerja yang telah ditetapkan 100% 70,37 = 100% = 175,92% 40 Dengan nilai pencapaian realisasi kinerja yang melebihi target indikator kinerja, berikut dengan capaian kinerja > 100%, secara tidak langsung menunjukkan bahwa tingkat pemahaman aparat di daerah dalam pelaksanaan KLHS sudah cukup baik dan kesadaran akan pentingnya KLHS terhadap dokumen perencanaan sehingga sebagian daerah telah menganggarkan biaya penyusunan KLHS. Disamping itu Dinas Prasjal Tarkim Provinsi Sumatera Barat juga sangat membantu untuk terealisasinya KLHS RTRW/RDTR di daerah dengan menjadikan dokumen KLHS sebagai salah satu syarat pengajuan persetujuan substansi dokumen RTRW dan RDTR. b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dilakukan terhadap kondisi pencapaian realisasi pada 2 (dua) tahun sebelumnya, yakni 2015 dan Berdasarkan hasil perhitungan realisasi kinerja untuk indikator kinerja persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs di kedua tahun tersebut, serta perbandingannya dengan kondisi pada tahun 2016, didapatkan data/informasi sebagaimana Tabel 15 dan Grafik 7. Tabel 15. Perbandingan Realisasi Kinerja untuk Indikator Kinerja Jumlah Dokumen Perencanaan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota yang Sudah di-klhs Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016 No. Uraian/ Item yang Ditinjau Tahun Jumlah dokumen perencanaan yang sudah di-klhs Jumlah dokumen perencanaan yang wajib di-klhs Persentase realisasi kinerja (%) ,05 70,37 Terkait dengan hasil perhitungan dan perbandingan realisasi kinerja untuk indikator kinerja jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di- KLHS dari tahun sebagaimana disajikan dalam Tabel 15, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

63 1) Untuk tahun 2016, sebuah dokumen perencanaan dapat dikategorikan sudah di- KLHS jika yang proses KLHS-nya minimal telah sampai pada pelingkupan isu strategis/memasuki tahapan persandingan isu strategis dengan kebijakan, rencana dan/atau program. 2) Teridentifikasi adanya kenaikan realisasi kinerja pada tahun 2016 dari tahun 2015 karena tingkat pemahaman aparat di daerah dalam pelaksanaan KLHS sudah cukup baik dan kesadaran akan pentingnya KLHS terhadap dokumen perencanaan di daerah. Grafik 7. Perbandingan antara Jumlah Dokumen Perencanaan yang Sudah di-klhs dengan Jumlah Dokumen Perencanaan yang Wajib di-klhs Merujuk pada penjelasan sebelumnya, capaian kinerja untuk indikator ini adalah 175,92%, yang didapat dari perbandingan nilai realisasi kinerja sebesar 70,37% dan target kinerja sebesar 40%. Jika dibandingkan dengan capaian kinerja pada tahun 2015 yang mencapai 47,05% (perhitungan LAKIP 2015), maka capaian untuk tahun 2016 telah mengalami peningkatan. Pada prinsipnya capaian kinerja untuk tahun 2016 dan 2015 telah mencapai > 100%, dengan arti kata realisasi yang diperoleh telah sesuai/memenuhi target yang direncanakan. Poin permasalahan hanya terkait kepada masih adanya beberapa dokumen perencanaan kabupaten/kota yang wajib di-klhs pada tahun 2016, namun terhadap dokumen tersebut belum dilaksanakan KLHS karena belum adanya penganggaran dana untuk penyusunan KLHS tersebut. c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Dengan realisasi kinerja tahun 2016 yang merupakan tahun awal periode Renstra telah melewati target yang ditetapkan, maka apabila kecenderungan kinerja seperti ini dapat dipertahankan ke depan, maka target pada akhir periode Renstra akan dapat Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

64 dicapai. Peningkatan target kinerja pada akhir periode Renstra didasarkan atas kecenderungan kesesuaian jumlah dokumen perencanaan yang sudah di-klhs dengan jumlah dokumen perencanaan yang wajib di-klhs selama periode , yang menyiratkan adanya peningkatan pemahaman dari aparat pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dalam pelaksanaan KLHS terhadap kebijakan, rencana dan/atau program. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Perbandingan realisasi kinerja untuk indikator jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs pada tahun 2016 dengan standar nasional belum dapat dilakukan. Sampai saat ini belum didapatkan informasi (gambaran atau pun estimasi) mengenai seberapa besar persentase dokumen perencanaan di seluruh Indonesia yang sudah dilakukan KLHS, sehingga untuk sementara perbandingan hanya dapat dilakukan dengan tingkat ketaatan pemerintah provinsi dan/atau kabupaten/kota dalam mengimplementasikan aturan/regulasi yang mengamanatkan kewajiban pelaksanaan KLHS, seperti Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 (pasal 15), Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 67 Tahun 2012, dan lain-lain. Berdasarkan realisasi kinerja tahun 2016, maka pemerintah daerah, khususnya pemerintah kabupaten/kota, belum sepenuhnya dapat memenuhi amanat peraturan-peraturan tersebut, terbukti dari masih adanya dokumen perencanaan kabupaten/kota yang belum di-klhs. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Berdasarkan realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota pada tahun 2016, serta kecenderungan pencapaian realisasi tersebut selama periode , maka dapat diidentifikasi beberapa poin keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan yang menjadi acuan dalam menentukan capaian kinerja (mendukung upaya peningkatan capaian kinerja) untuk indikator dimaksud. Untuk poin keberhasilan teridentifikasi dari pencapaian realisasi kinerja tahun 2016 yang melebihi target kinerja yang telah ditetapkan (realisasi 70,37%, target kinerja yang ditetapkan 40%), dengan capaian kinerja yang melebihi > 100%. Diperkirakan ada beberapa faktor/upaya yang dilakukan yang mempengaruhi hal tersebut, yaitu: 1) Telah adanya pemahaman aparat instansi/skpd terkait provinsi dan beberapa kabupaten/kota terkait urgensi dari kewajiban pelaksanaan KLHS terhadap kebijakan, rencana dan/atau program, serta pemahaman akan peranan KLHS dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dari hasil pelaksanaan kegiatan Pembinaan KLHS Terhadap Dokumen Perencanaan. 2) Adanya beberapa aturan sektor yang mewajibkan pelaksanaan KLHS untuk dokumen perencanaan, seperti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1 Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

65 Penetapan Rancangan Perda Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota (dan lebih lanjut telah dikeluarkan Juknisnya dalam bentuk Surat Edaran Dirjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum No. 02/SE/Dr/2013) yang mempersyaratkan pelaksanaan KLHS terhadap dokumen RDTR. Gubernur kemudian juga menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur tentang Prosedur Pemberian Substansi Rancangan Perda Tentang Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Kabupaten/Kota. 3) Untuk dokumen perencanaan lainnya, seperti RPJPD/RPJMD, juga terdapat ketentuan yang mempersyaratkan dokumen KLHS sebagai salah satu item yang harus dipenuhi dalam pengajuan draft Perda RPJPD/RPJMD guna proses penetapannya. Selain itu, dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. SE.04/Menlhk-II/2015 tanggal 13 Mei 2015 tentang Pelaksanaan KLHS, yang semakin menegaskan kewajiban pelaksanaan KLHS dan penjaminan kualitas/mutu KLHS yang telah dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih bagi aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan KLHS sesuai aturan sehingga dapat mendukung pencapaian realisasi kinerja pada tahun-tahun mendatang. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran pada DPA Bapedalda sebesar Rp ,-, terealisasi sebesar Rp ,- atau 88,94%. Dalam upaya pemenuhan target kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs pada tahun 2016, secara tidak langsung telah dilakukan efisiensi penggunaan sumber daya yang tercermin dari hal-hal berikut: 1) Pada dasarnya dalam upaya pencapaian target indikator tidak hanya bersandar pada pelaksanaan program/kegiatan yang ada (dalam hal ini pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan), tetapi juga mengandalkan koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan instansi/skpd terkait provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan sumber daya berupa anggaran APBD atau pun sumber lainnya lebih bersifat sebagai pendukung saja. 2) Besaran/nominal anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan untuk tahun 2015 dan 2016 tidaklah begitu besar, sehingga jumlah kabupaten/kota yang ditargetkan sebagai objek pelaksanaan kegiatan tidak begitu banyak. Dalam pelaksanaannya, jumlah kabupaten/kota yang dapat dibina pelaksanaan KLHS-nya pada kedua tahun tersebut telah mencapai target yang direncanakan, sehingga dalam hal ini terlihat adanya efektivitas penggunaan anggaran. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

66 g. Analisis program/kegiatan yang menunjang Kegiatan pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan yang menjadi acuan dalam menentukan realisasi/capaian kinerja untuk indikator persentase jumlah dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang sudah di-klhs tentunya dapat dikategorikan sebagai salah satu kegiatan yang dapat mendukung/menunjang keberhasilan ataupun kegagalan dari pencapaian realisasi/capaian kinerja untuk indikator tersebut. Adapun beberapa program/kegiatan lainnya yang diperkirakan dapat mendukung upaya-upaya dalam pencapaian realisasi/capaian kinerja ini, baik yang telah ada/berjalan maupun yang perlu dipertimbangkan untuk direncanakan ke depan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan evaluasi hasil pembinaan KLHS terhadap dokumen perencanaan. Kegiatan ini sebetulnya telah dimulai pelaksanaannya pada triwulan III dan IV tahun 2015 yang menjadi bagian dari pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS dokumen perencanaan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman kabupaten/kota mengenai pelaksanaan KLHS dan tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan hasil pembinaan sebelumnya. 2) Sosialisasi mengenai peraturan perundang-undangan terbaru terkait KLHS. 3) Kegiatan evaluasi muatan KLHS dokumen perencanaan (RPJMD/RTRW) yang telah disusun oleh kabupaten/kota. Kegiatan ini telah dimulai pelaksanaannya pada triwulan IV tahun 2016 namun belum menjadi bagian dari pelaksanaan kegiatan pembinaan KLHS dokumen perencanaan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian muatan dokumen KLHS dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 04/Menlhk-II/2015 tentang Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). III. Meningkatnya efektivitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat (SS3) Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis SS3 terdiri dari 1 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum pada tabel 16: Tabel 16. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 (SS3) No INDIKATOR KINERJA 1 Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan RATA-RATA CAPAIAN KINERJA TARGET REALISASI % KINERJA KINERJA CAPAIAN 85% 98,21 115,54 115,54 (sangat baik) Dari tabel di atas dapat dilihat, rata-rata capaian indikator kinerja sasaran strategis SS3 adalah sebesar 115,54%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan sangat baik. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

67 Adapun pencapaian target kinerja atas SS3 serta analisa dari Indikator Kinerja Utamanya, yaitu Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan, akan diuraikan sebagai berikut: 1. Realisasi a. Sumber data Data yang digunakan untuk mengetahui fasilitasi pengaduan/kasus lingkungan hidup baik berupa pengaduan lingkungan hidup di Sumatera Barat berasal dari: 1) Pengaduan yang disampaikan secara langsung/melalui surat ke Bapedalda Prov. Sumbar sebanyak 5 (lima) pengaduan yang merupakan kewenangan kabupaten/kota. 2) Pengaduan yang disampaikan ke DPRD Provinsi sebanyak 1 (satu) pengaduan yang merupakan kewenangan kabupaten/kota. 3) Pengaduan yang disampaikan ke Bapedalda Prov. Sumbar sekaligus juga ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 1 (satu) pengaduan dan merupakan kewenangan kabupaten/kota. 4) Pengaduan yang disampaikan ke Bapedalda Prov. Sumbar tetapi kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (sumber dampak dan penerima dampak lintas kabupaten sekaligus provinsi) sebanyak 2 (dua) pengaduan. 5) Pengaduan yang disampaikan langsung ke Gubernur dan diminta Bapedalda Prov. Sumbar untuk memfasilitasi penyelesainnya sebanyak 2 (dua) pengaduan dan merupakan kewenangan kabupaten/kota. 6) Pengaduan yang ditujukan ke Kementerian Sekretariat Negara dengan tembusan ke Bapedalda Prov Sumbar sebanyak 1 (satu) dan merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. 7) Pengaduan disampaikan ke kabupaten dan minta difasilisasi oleh Bapedalda Prov. Sumbar karena merupakan kewenangan Pemprov (sumber dampak dan penerima dampak lintas kabupaten) sebanyak 1 (satu) pengaduan. b. Acuan dan alat Dalam menangani kasus-kasus lingkungan hidup berpedoman terhadap: 1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. 3) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. 4) Peraturan perundang-undangan pendukung sesuai dengan objek/sektor pengaduan antara lain: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

68 - Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. - Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. - Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. - Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. - Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan LB3. c. Metodologi perhitungan Dalam menghitung persentase kasus lingkungan hidup dilakukan perbandingan antara jumlah kasus yang dapat diselesaikan dari jumlah kasus yang masuk. Metodologi perhitungan persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan menggunakan formula: Jumlah kasus yang dapat diselesaikan tahun 2016 Jumlah kasus yang masuk tahun 2016 x 100 % Untuk menentukan pengaduan/kasus dinyatakan selesai tahun 2016, sampai saat ini belum diatur melalui peraturan perundang-undangan, namun dalam pelaksanaan penanganan kasus/pengaduan lingkungan hidup yang telah dilakukan bahwa pengaduan/kasus dikatakan selesai apabila: 1) Telah dilakukan verifikasi lapangan dan sudah ada Berita Acara yang memuat temuan/fakta di lapangan maupun rekomendasi tindaklanjut; 2) Surat follow up hasil verifikasi lapangan ke bupati/walikota dari Bapedalda Prov Sumbar atau surat ke pemilik kegiatan dari instansi lingkungan hidup kab/kota. 3) Diterapkan Sanksi sebagai tindaklanjut hasil penanganan kasus yang difasilitasi. 2. Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Jumlah pengaduan/kasus yang masuk di Sumatera Barat secara keseluruhan (pengaduan yang menjadi target SPM Bapedalda Prov Sumbar dan pengaduan di luar target SPM) berjumlah 56 pengaduan/kasus sedangkan jumlah pengaduan/kasus yang terselesaikan hanya 55 pengaduan/kasus. Persentase penyelesaian kasus/pengaduan dengan menggunakan formulasi tersebut di atas diperoleh 98,21% sementara itu target yang tetapkan untuk tahun 2016 adalah sebesar 85%. Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan = Jumlah kasus yang dapat diselesaikan tahun 2016 x 100 % Jumlah kasus yang masuk tahun 2016 = x 100 % = 98,21% Capaian kinerja dalam penanganan kasus/pengaduan dapat dihitung dengan membandingkan antara target dan realisasi dengan menggunakan formula: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

69 Capaian kinerja = Realisasi Target x 100 % = 98,21 85 x 100 % = 115,54% Penanganan kasus/pengaduan lingkungan hidup baik yang menjadi target SPM dan diluar SPM adalah sebagai berikut: 1) Kasus lingkungan hidup yang difasilitasi oleh Bapedalda Prov. Sumbar Dalam penanganan kasus untuk target Tahun 2016 sebanyak 4 (empat) dan terealisasi sebanyak 13 (tiga belas) kasus. Kasus yang akan ditangani/ditindaklanjuti merupakan pengaduan yang disampaikan secara langsung/melalui surat ke Bapedalda Prov Sumbar, pengaduan yang disampaikan ke DPRD Prov. Sumbar, Pengaduan yang disampaikan ke Bapedalda Prov. Sumbar dan sekaligus ke Kementerian Lingkungan Hidup, dan pengaduan yang disampaikan ke Gubernur Sumatera Barat. Dari pengaduan tersebut kemudian dilakukan klasifikasi yaitu: - Jenis pengaduan: pengaduan lingkungan atau bukan pengaduan lingkungan. - Kewenangan: pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. Pencapaian realisasi lebih dari 100%, target kasus lingkungan hidup yang difasilitasi penyelesaiannya sebanyak 4 (empat) kasus sedangkan realisasinya sebanyak 13 (tiga belas). Dari 13 (tiga belas) pengaduan/kasus yang masuk sebagian besar merupakan kewenangan kabupaten/kota yaitu sebanyak 9 (sembilan) dan 2 (dua) pengaduan merupakan kewenangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sedangkan yang menjadi kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebanyak 2 (dua) pengaduan. Adapun fasilitasi yang telah dilakukan dalam penyelesaian pengaduan adalah sebagai berikut: a) Fasilitasi penyelesaian pengaduan tanpa dilakukan verifikasi lapangan sebanyak 3 (tiga) pengaduan yaitu: - Penyampaian surat ke sektor/instansi teknis terkait dan/atau pemerintah kabupaten/kota terkait sebanyak 3 (tiga) pengaduan. - Melakukan rapat koordinasi dengan kab/kota terkait. Surat tersebut disampaikan oleh pemerintah kabupaten sebagai hasil verifikasi lapangan untuk melihat kondisi terkini dan penyampaian upaya yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu baik yang telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten yang bersangkutan baik secara parsial maupun secara terkoordinasi dengan Pemprov Sumbar. b) Fasilitasi penyelesaian pengaduan dengan melakukan verifikasi lapangan yaitu: - Melakukan verifikasi secara terkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan kemudian ditindaklanjuti dengan menyampaikan surat ke Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

70 kabupaten/kota terkait hasil verifikasi lapangan dan/atau melakukan rapatrapat terkoordinasi hasil verifikasi lapangan (10 pengaduan). - Melakukan verifikasi secara terkoordinasi antara KLHK dengan Bapedalda Prov. Sumbar serta pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan karena pengaduan disampaikan ke pemerintah pusat (1 pengaduan). - Melakukan verifikasi lapangan yang secara terkoordinasi antara KLHK dengan Bapedalda Prov. Sumbar dan Instansi LH Provinsi terkait serta pemerintah kabupaten/kota terkait karena pengaduan ini merupakan kewenangan pemerintah pusat (2 pengaduan). 2) Kasus Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera Barat Penanganan kasus Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera Barat di luar target SPM dilakukan dengan melakukan: - Rapat koordinasi dengan mengundang instansi lingkungan hidup kabupaten/kota untuk penyamaan persepsi dalam penanganan pengaduan. - Inventarisasi pengaduan yang disampaikan ke instansi lingkungan hidup kabupaten/kota - Evaluasi dan koordinasi dengan instansi lingkungan hidup untuk melakukan penentuan objek pengaduan yang akan dilakukan verifikasi lapangan. Hasil inventarisasi pengaduan/atau kasus yang masuk ke kab/kota diluar target SPM dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini: Tabel 17. Hasil Inventarisasi Kasus/Pengaduan yang Ditangani oleh Kab/Kota Tahun No 2016 Kab/Kota Jumlah Kasus/ Pengaduan yang Masuk Jumlah Kasus/ Pengaduan yang Terselesaikan % Penyelesaian Keterangan 1. Kota Padang Kota Solok Kota Sawahlunto Tidak ada pengaduan 4. Kota Pariaman Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi 1 Masih terus difasilitasi penyelesaiann ya oleh Pemko Bukittinggi 7. Kota Payakumbuh Kab. Solok Kab. Sijunjung Kab. Dharmasraya Kab. Tanah Datar Kab. Agam Kab. Lima Puluh Kota 14. Kab. Solok Selatan Kab. Pesisir Selatan Kab. Padang Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

71 No Kab/Kota Jumlah Kasus/ Pengaduan yang Masuk Jumlah Kasus/ Pengaduan yang Terselesaikan % Penyelesaian Keterangan Pariaman 17. Kab. Pasaman Kab. Pasaman Barat 19. Kab. Mentawai Tidak ada pengaduan Jumlah ,21 b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir - Perbandingan penyelesaian kasus yang difasilitasi penyelesaiannya oleh Bapedalda Prov. Sumbar Jumlah kasus yang dapat diselesaikan setiap tahunnya berfluktuatif tergantung dari jumlah kasus yang masuk ke Bapedalda Prov Sumbar. Adapun perbandingan kasus yang dapat diselesaikan Tahun 2016 dengan 4 (empat) tahun terakhir sebagaimana terlihat pada Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Penyelesaian Kasus Tahun 2016 dengan 4 (empat) tahun terakhir No Tahun Realisasi Kinerja Capaian Kinerja Target Realisasi Target Realisasi * 13 Kasus Jumlah kasus lingkungan hidup 13 kasus yang terselesaikan dari kasus yang difasilitasi penyelesaiannya sebanyak 4 Kasus kasus **) 11 kasus Jumlah kasus lingkungan hidup 11 kasus yang terselesaikan dari kasus yang difasilitasi penyelesaiannya sebanyak 3 Kasus kasus **) 9 kasus Meningkatnya penyelesaian kasus 100 % pencemaran dan kerusakan lingkungan sebanyak 66 % kasus **) 9 kasus Meningkatnya penyelesaian kasus 100 % pencemaran dan kerusakan lingkungan sebanyak 100 % kasus **) 12 kasus Meningkatnya penyelesaian kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan sebanyak 80 % 100 % Keterangan: *) Mengacu kepada UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada Pasal 12 dan 18 menyatakan bahwa lingkungan merupakan urusan wajib pemerintah non pelayanan dasar sehingga tidak memerlukan Standar Pelayanan Minimal. **) Merupakan Target SPM Bidang Lingkungan Hidup Prov. Sumbar yang ditetapkan sebelum UU 23 Tahun 2014 diterbitkan. Realisasi kinerja dan capaian kinerja penyelesaian kasus lingkungan hidup setiap tahunnya selalu melebihi dari yang ditargetkan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengaduan yang masuk ke Bapedalda Provinsi Sumbar baik pengaduan langsung maupun pengaduan secara tertulis walaupun bukan kewenangan Pemprov Sumbar tetap ditindaklanjuti baik secara administrasi maupun melakukan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

72 verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan Pemkab/Kota terkait maupun dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun perbandingan realisasi penyelesaian kasus lingkungan hidup tahun 2016 dengan 4 (empat) tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 19 dibawah ini. Tabel 19. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2016 dengan 4 (empat) No tahun terakhir Uraian 1. Jumlah kasus yang masuk se- Sumatera Barat 2. Jumlah kasus yang diselesaikan se- Sumatera Barat 3. Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan T R T R T R T R T R * 56 * 109 * 68 * 105 * 68 * 55 * 106 * 64 * 93 * 58 85% 98,21 % Keterangan : * belum ada penetapan target 85% 97,25 % 75% 94,12 % * 88,5 7% * 85,29 % Grafik 8. Perbandingan Jumlah Kasus yang Masuk dan Kasus yang Diselesaikan se- Sumatera Barat Selama 5 (lima) tahun terakhir Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tah 1 Jumlah kasus yang masuk se-sumatera Barat 2 Jumlah kasus yang diselesaikan se-sumatera Barat Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

73 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun Target 2 Realisasi Grafik 9. Perbandingan Persentase Target Kasus yang Diselesaikan dengan Realisasi Bapedalda Prov Sumbar 5 (lima) tahun terakhir Dari tabel 19 tersebut di atas dapat digambarkan objek pengaduan terhadap pemilik kegiatan dan/atau usaha pada 5 (lima) kurun waktu tersebut berbeda-beda, hal ini menggambarkan bahwa pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti oleh instansi lingkungan hidup dengan melakukan verifikasi lapangan telah dilaksanakan oleh pemilik kegiatan sehingga pengaduan tersebut tidak berulang pada tahun berikutnya. Namun pada tahun 2016 ini masih terdapat beberapa pengaduan yang telah selesai dilakukan verifikasi lapangan tetapi diadukan kembali ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait dengan dugaan pencemaran yang sama. Penetapan capaian pengukuran kinerja baru dilaksanakan pada tahun 2014, sehingga data yang dapat dibandingkan hanyalah data tahun 2014, tahun 2015 dan tahun Dari hasil perbandingan tersebut terdapat kenaikan persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan dari pada tahun 2014 sebesar 94,12%, tahun 2015 sebesar 97,25% dan tahun 2016 sebesar 98,21%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja dalam penanganan kasus lingkungan hidup semakin membaik. c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Pada tahun 2016 yang merupakan tahun pertama dari Renstra Bapedalda , target yang ditetapkan untuk indikator persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan adalah 85%. Dengan realisasi sebesar 98,21% atau tingkat capaian realisasi kinerja indikator ini melebihi 100%, serta adanya kecenderungan seperti itu selama tiga tahun terakhir, maka target pada akhir periode renstra akan dapat dicapai. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

74 d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Sampai saat ini belum ada standar nasional untuk penyelesaian kasus lingkungan hidup, yang diatur adalah mekanisme penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa lingkungan hidup. Hanya saja diharapkan untuk semua kasus yang masuk agar dapat diselesaikan dengan prosedur sesuai ketentuan yang berlaku. Jika dibandingkan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sepanjang tahun 2016 terdapat 632 pengaduan yang masuk, 416 selesai ditindak. Ada 216 laporan sedang proses penyelesaian, 196 telaah dan 20 kasus tahap penyusunan rekomendasi. Sedangkan untuk wilayah Penegakan Hukum Sumatera dalam penanganan kasus yang meliputi kasus pidana terdapat 21 kasus dengan penyelesaian pada P21 sebanyak 15 kasus, sisanya P19. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Tingginya tingkat capaian realisasi kinerja antara lain disebabkan oleh konsistennya tim penegakan hukum/penyelesaian kasus Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dalam menyikapi setiap kasus yang masuk, sesuai dengan SOP dan ketentuan yang berlaku. Setiap kasus yang masuk langsung ditindaklanjuti untuk penyelesaiannya, antara lain melalui pelimpahan, koordinasi atau verifikasi. Terdapat beberapa faktor penunjang yang menyebabkan tingkat penyelesaian kasus/pengaduan lingkungan hidup melebihi dari target yang telah ditentukan antara lain: 1) Penerapan hasil pembinaan terhadap instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang telah dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dan surat tindaklanjut dari hasil penanganan pengaduan/kasus lingkungan hidup dari Bapedalda Prov. Sumbar yang disampaikan kepada kepala daerah dengan tembusan ke instansi lingkungan hidup. 2) Adanya peningkatan kapasitas PPLHD kab/kota dengan melakukan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan Bapedalda Prov. Sumbar sehingga PPLHD Kab/kota dapat lebih optimal dalam menangani pengaduan/kasus lingkungan hidup di daerahnya. Sementara itu ada beberapa kasus lingkungan hidup yang ada di Provinsi Sumatera Barat yang hingga akhir tahun 2016 belum selesai sehingga persentasenya 98,21%, yang disebabkan karena: 1) Masih terdapat beberapa pengaduan yang masuk pada akhir tahun 2016 sehingga penyelesaiannya akan dilanjutkan pada tahun ) Masih terdapat proses penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan yang masih berlanjut proses fasilitasinya oleh KLHK sejak Tahun ) Keberanian pemerintah kabupaten/kota dalam penerapan sanksi hukum lingkungan masih kurang karena terkait dengan investasi di daerahnya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

75 Solusi yang telah dilakukan: 1) Melakukan pembinaan kepada instansi lingkungan hidup kabupaten/kota untuk meningkatkan pemahaman aparatur terkait dengan mekanisme penanganan kasus lingkungan hidup. 2) Melakukan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan instansi lingkungan hidup kab/kota dan instansi teknis terkait dalam penanganan pengaduan/kasus lingkungan hidup. 3) Melakukan koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup terkait dengan percepatan penyelesaian kasus lingkungan hidup yang berada pada lintas provinsi yang penanganannya diserahkan ke Kementerian Lingkungan Hidup sesuai kewenangan. 4) Mendorong pemerintah kabupaten/kota agar lebih tegas dalam penegakan hukum lingkungan atas pelanggaran pemilik kegiatan dan/atau usaha terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran pada DPA Bapedalda sebesar Rp ,-, terealisasi sebesar Rp ,- atau 84,05% dan ditunjang oleh kegiatan APBN dengan anggaran Rp ,-, terealisasi sebesar Rp ,- atau 90,03%. Dalam penyelesaian kasus lingkungan hidup telah dilakukan upaya untuk penelaahan terhadap kewenangan pengaduan yang masuk ke Bapedalda Prov Sumbar dengan melimpahkan pengaduan ke kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Setelah pelimpahan penanganan pengaduan tersebut, maka dilakukan koordinasi untuk mengetahui perkembangan penyelesaian pengaduan. Apabila sudah dilakukan verifikasi lapangan oleh instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang bersangkutan dan hasilnya sudah representatif, maka tidak perlu dilakukan verifikasi lapangan secara terkoordinasi dengan melibatkan instansi lingkungan hidup dan instansi teknis terkait, hal ini berdampak pada efisiensi anggaran. Namun pada beberapa pengaduan pemerintah kabupaten/kota meminta bantuan kepada Bapedalda untuk melakukan verifikasi secara terkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota guna melengkapi data hasil verifikasi lapangan yang telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian target indikator kinerja Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan sebanyak 2 program dengan 2 kegiatan yang terbagi atas beban APBD dan APBN, yaitu kegiatan Penegakan Hukum Lingkungan (APBD) dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN). Kegiatan ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjadi Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

76 sarana/media utama dan bersifat saling melengkapi dalam rangka penyelesaian berbagai bentuk kasus lingkungan hidup yang mungkin akan terjadi. IV. Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup (SS4) Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis SS4 terdiri dari 4 indikator kinerja utama, dengan capaian kinerja sebagaimana tercantum pada tabel 20: Tabel 20. Capaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis SS4 No INDIKATOR KINERJA Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih TARGET REALISASI % KINERJA KINERJA CAPAIAN 60% 65,11% 108,51 Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru) 10% 21,61% 216,10 Usaha/kegiatan peringkat biru PROPER yang mengalokasikan CSR untuk pengelolaan lingkungan hidup 20% 21,42% 107,14 Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun % RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 20,83% 138,87 147,65 (sangat baik) Dari tabel 20 dapat dilihat, rata-rata capaian 4 indikator kinerja sasaran strategis SS4 adalah sebesar 147,65%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini termasuk kategori keberhasilan sangat baik. Begitu juga untuk masing-masing indikator dimana tingkat capaian > 100% sehingga masuk dalam kategori keberhasilan sangat baik. Adapun pencapaian target kinerja atas SS4 serta analisa dari keempat Indikator Kinerja Utamanya, akan diuraikan sebagai berikut: 1. Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih 1.1. Realisasi a. Sumber Data Data perhitungan persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih bersumber dari kegiatan Peningkatan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan (Adipura) dan Implementasi Gerakan Sumbar Bersih. Dimana Program Adipura merupakan program kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang berlingkup nasional untuk mewujudkan wilayah yang berwawasan lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

77 Mekanisme penilaian Adipura dan GSB dibagi atas 2 tahap pemantauan dan realisasi kinerja berupa persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan GSB diperoleh dari hasil pemantauan yang dilakukan di lapangan dengan beberapa indikator penilaian sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. Sedangkan penilaian GSB merujuk kepada hasil penilaian berdasarkan SK Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Barat No. 660/16/Kpts/Sekr-2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kelurahan dan Kecamatan Bersih dan hijau Tingkat Provinsi Sumatera Barat. b. Acuan dan alat Acuan dan alat yang digunakan dalam perhitungan persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih adalah: - Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adipura; - SK Gubernur Sumatera Barat No tentang Pembentukan Tim Koordinasi Gerakan Sumatera Barat Bersih; - SK Gubernur Sumatera Barat No tentang Pembentukan Tim Penilai Lomba Kelurahan dan Kecamatan Bersih dan Hijau Tingkat Sumatera Barat Tahun 2015; - SK Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Barat No. 660/16/Kpts/Sekr-2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kelurahan dan Kecamatan Bersih dan hijau Tingkat Provinsi Sumatera Barat. c. Metode perhitungan Metode yang digunakan dalam menghitung realisasi dari indikator persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih adalah dengan menggunakan rumusan: ( Jml Titik Pantau >71 Adipura 2016 X100%) + ( Jml Titik Pantau >71 GSB Tahun 2016 x100%) Jml Total Titik Pantau Adipura 2016 Jml Total Titik Pantau GSB Thn Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun Target yang ditetapkan berdasarkan perjanjian kinerja untuk indikator ini adalah 60%. Adapun realisasinya dapat dijelaskan sebagai berikut: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah melakukan evaluasi terhadap setiap program dan kegiatan dari Eks. Kementerian Lingkungan Hidup termasuk Program Adipura yang merupakan salah satu kebijakan dalam pengelolaan sampah. Hal ini berakibat jadwal pelaksanaan Program Adipura tahun mengalami penundaan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

78 ( Akibat penundaan ini, tahapan pelaksanaan Program Adipura juga mengalami pengunduran. Pemantauan Tahap I biasanya dilakukan pada bulan September-Oktober setiap tahunnya maka pada tahun 2015 tidak terlaksana dan baru pada Bulan Maret 2016 pemantauan I dilaksanakan. Tetapi untuk pelaksanaan Pemantauan I Adipura tahun telah dapat dilaksanakan pada bulan November Disamping Pemantauan juga telah dilaksanakan pembinaan untuk peningkatan persentase Jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura. Terkait dengan Program Gerakan Sumbar Bersih merupakan kegiatan tahun ketiga dilaksanakan pada tahun 2016 ini. Persiapan dan penyebarluasan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan Program GSB telah dilakukan semenjak tahun 2013 yang lalu dan telah diikuti dengan surat lanjutan pada awal tahun Pencapaian target kinerja Program Adipura dan GSB pada tahun 2016 ini sudah memenuhi target dimana persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan GSB berdasarkan hasil pemantauan dan penilaian lapangan mencapai 65,11% pada tahun Hal ini disebabkan karena adanya pembinaan dan terdapat beberapa titik pantau yang merupakan titik pantau tahun lalu. Pada Penilaian GSB, hal ini tidak dilarang sebab sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama bahwa kelurahan/kecamatan yang telah menjadi peserta tahun lalu masih dibolehkan untuk diusulkan kembali kecuali pemenang pertama. Terkait dengan hal tersebut, maka realisasi kinerja untuk indikator persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar bersih pada tahun 2016 adalah: Jml Titik Pantau >71 Adipura 2016 Jml Total Titik Pantau Adipura 2016 = X 100%) + ( 2 (68,82% + 61,40) 130,22 = 2 2 Jml Titik Pantau >71 GSB Tahun 2016 Jml Total Titik Pantau GSB Thn 2016 = 65,11% X 100% ) Berdasarkan angka realisasi tersebut disimpulkan bahwa target tahun 2016 untuk indikator persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih sebesar 60% dapat dicapai bahkan melebihi, sehingga capaian kinerja untuk indikator ini adalah 108,51 berdasarkan perhitungan sebagai berikut: 65,11% 60% X 100% = 108,51% b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Perbandingan realisasi kinerja dengan tahun lalu belum dapat dilakukan karena indikator ini (gabungan antara Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih (GSB)) baru digunakan pada tahun 2016 dan belum digunakan pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun pada tahuntahun sebelumnya indikator ini berdiri sendiri-sendiri dan yang diukur juga bukan jumlah titik pantau yang melewati passing grade, akan tetapi lebih ke arah peningkatan jumlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

79 peserta Adipura dan GSB. Akan tetapi perbandingan akan tetap dilakukan dengan basis jumlah titik pantau yang dinilai baik yang diindikasikan dengan nilai/passing grade > 71. Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih tahun lalu cenderung meningkat. Dibandingkan dengan tahun lalu, Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade mengalami sedikit peningkatan. Pada tahun 2015 jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade untuk kegiatan Adipura sebanyak 109 titik dari jumlah titik pantau sebanyak 170 titik. GSB sebanyak 152 titk dari jumlah titik pantau sebanyak 272 titik. Sehingga persentase titik pantau yang mencapai nilai > 71 sebesar 60%. Pada tahun 2016 ini terjadi peningkatan persentase dimana Adipura dari 170 jumlah titik pantau, yang memenuhi passing grade sebanyak 117 titik pantau dan GSB dari 272 titik pantau, sebanyak 167 titik pantau telah melebihi passing grade Adipura sehingga persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan GSB adalah 65,11%. Peningkatan ini tidak lepas dari pembinaan dan dorongan dari Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dan adanya kemauan kepala daerah untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya. Peningkatan jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih tahun dapat dilihat dari grafik berikut. Grafik 10. Peningkatan jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih tahun c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Pada tahun 2016 yang merupakan tahun pertama dari Renstra Bapedalda , target yang ditetapkan untuk indikator persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih adalah 60%. Dengan realisasi sebesar 65,11% atau dengan tingkat capaian realisasi kinerja indikator sebesar 108,51%, maka jika kecenderungan keberhasilan seperti itu dapat dipertahankan, maka target pada akhir periode renstra akan dapat dicapai. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

80 d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Standar nasional yang ditetapkan dalam menentukan titik pantau sesuai passing grade adalah standar passing grade Adipura yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu titik pantau bernilai > 71 dianggap bernilai baik. Sedangkan nilai < 71 dianggap titik pantau tersebut bernilai jelek. Sehingga semakin banyak titik pantau dalam suatu provinsi yang bernilai baik (>71) maka tentunya akan berbanding lurus dengan peningkatan peranserta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup. Di Sumatera Barat dengan jumlah peserta Adipura tahun 2016 sebanyak 13 kab/kota terdapat 170 titik pantau dan yang memenuhi passing grade Adipura sebanyak 117 titik pantau. Sehingga masih ada 53 titik pantau lagi yang bernilai dibawah 71. Kabupaten terbanyak yang memiliki titik pantau < 71 adalah Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Sijunjung. Hampir seluruh titik pantau di kedua daerah tersebut memiliki nilai < 71. Hal ini berakibat mempengaruhi nilai titik pantau secara keseluruhan. Adapun kegiatan penilaian lomba kecamatan/kelurahan bersih Program Gerakan Sumatera Barat Bersih merupakan gerakan berskala lokal yang diharapkan dapat meningkatkan perhatian seluruh pihak terhadap pengelolaan sampah dan sanitasi dan dapat memberikan dampak positif yang besar dalam menciptakan provinsi yang bersih melalui serangkaian upaya perbaikan sistem kebersihan. Berkaitan dengan hal tersebut Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mencanangkan Gerakan Sumbar Bersih sebagai bentuk komitmen mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Standar secara nasional merujuk ke penilaian titik pantau Adipura sehingga batas passing grade yang digunakan juga passing grade Adipura. Pada tahun 2016, dari jumlah titik pantau GSB sebanyak 272 titik pantau, sebanyak 167 titik pantau telah memiliki nilai > 71 sehingga masih terdapat 105 titik pantau lagi yang memiliki nilai < 71. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah strategis baik dari pemerintah kab/kota maupun pemerintah provinsi untuk menanggulanginya. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan GSB tahun 2016 mengalami sedikit peningkatan. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan tersebut antara lain: - Kepedulian beberapa Kepala Daerah terhadap kelola lingkungan yang baik melalui penilaian Adipura dan lomba Keluarahan/Kecamatan bersih GSB sudah cukup baik tetapi masih ada beberapa kepala daerah yang tidak peduli terhadap hal tersebut sehingga mempengaruhi nilai titik pantau secara keseluruhan. - Ketersediaan anggaran yang tidak memadai sehingga pembinaan terhadap calon peserta baik Program Adipura maupun GSB tidak dapat terlaksana sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

81 - Sistem penilaian Adipura yang seringkali berubah tanpa pemberitahuan sehingga mengakibatkan ketidakpastian dalam penilaian. - Sumber daya manusia terkait pengelolaan sampah di seluruh kab/kota masih kurang sehingga kab/kota yang bukan peserta Program Adipura mengalami kendala dalam pengelolaan sampah. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain: - Pembinaan terhadap kabupaten/kota peserta program Adipura dan GSB. - Mendorong kabupaten/kota untuk membuat kegiatan yang sama di tingkat kabupaten/kota. - Mensinergikan pola penilaian Adipura dengan penilaian program Gerakan Sumbar Bersih. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran pada DPA Bapedalda sebesar Rp , terealisasi sebesar Rp ,- atau 96,69%. Dalam upaya peningkatan jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih, Bapedalda tidak terlalu membutuhkan sumberdaya anggaran dan sumber daya manusia yang banyak. Upaya yang dibutuhkan dalam peningkatan kinerja jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih lebih kepada koordinasi, komunikasi dan pendekatan yang intensif dengan pemerintah kabupaten/kota dan kemudian pemerintah kabupaten/kota menindaklanjutinya dengan perencanaan, sosialisasi/kampanye kepada seluruh stakeholders di lingkup kabupaten/kota serta pendekatan anggaran, terutama dalam hal penyediaan sarana/prasarana pokok/wajib yang menjadi kriteria atau persyaratan penilaian dalam program Adipura dan GSB. Akan tetapi bagi pihak pemerintah kabupaten/kota, sebagaimana telah disinggung juga di atas, terutama bagi kabupaten/kota yang memiliki keinginan meraih Adipura dan GSB akan lebih baik meningkatkan peranserta stakeholder dalam pengelolaan titik pantau. Peran provinsi dalam hal ini antara lain dapat membantu mengarahkan rencana alokasi dana transfer ke daerah (dana DAK bidang lingkungan hidup) oleh kabupaten/kota agar dapat diprioritaskan untuk memenuhi sarana/prasarana yang diwajibkan ada dalam suatu kabupaten/kota, misalnya untuk pembangunan bank sampah, tempat sampah terpilah, media pengangkut sampah, dan lain-lain, sehingga beban pemerintah daerah kabupaten/kota tidak terlalu berat. Efisiensi penggunaan sumber daya juga dilakukan dalam tahap penilaian, dimana dengan jumlah personil yang dibatasi namun paham dan mengerti tentang prosedur serta tata cara penilaian, maka proses penilaian dapat berjalan dengan baik dan efektif. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

82 Pada saat penilaian Adipura, tim penilai juga menginformasikan tentang kegiatan lomba penilaian kecamatan/kelurahan bersih sehingga sosialisasi dan pembinaan kegiatan dapat diefisienkan terutama kab/kota peserta program Adipura. Pada kegiatan GSB, tim penilai memanfaatkan tim penilai Adipura sehingga pelaksanaan pembinaan dan penilaian ke kab/kota juga memanfaatkan tim yang ada. Akibatnya efisiensi sumber daya manusia dapat dilakukan. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian indikator Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih yaitu sebanyak 1 program (Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan) dengan 1 kegiatan utama, yaitu Peningkatan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan (ADIPURA) dan Gerakan Sumbar Bersih (GSB). Selain itu terdapat beberapa program/kegiatan menunjang pencapaian target peningkatan persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih antara lain : PROPER dan PROPER Daerah Lokasi pemantauan Program Adipura dan GSB antara lain fasilitas umum milik pemerintah yang sering digunakan oleh masyarakat seperti rumah sakit/puskemas, bandara, stasiun kereta api dan lain-lain. Lokasi tersebut diantaranya juga merupakan salah satu objek penilaian PROPER atau PROPER Daerah. Dengan adanya pembinaan terhadap objek tersebut sebagaimana telah dilakukan selama ini pada kegiatan PROPER dan juga PROPER Daerah, dengan sendirinya pemerintah kabupaten/kota terbantu dalam hal pengelolaan sampah dan limbah yang juga menjadi titik pantau wajib dalam penilaian Adipura. ADIWIYATA Di samping menjadi objek penilaian PROPER, ada juga lokasi pemantauan Adipura dan GSB yang menjadi lokasi penilaian kegiatan lain yaitu Sekolah yang merupakan lokasi Program Adiwiyata. Dalam program Adiwiyata dilakukan penilaian terhadap sekolah bersih dan berbudaya lingkungan yang tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota di Sumatera Barat. Mengingat bahwa sekolah merupakan titik pantau wajib dalam program Adipura dan GSB, maka dengan sendirinya kegiatan ini juga akan membantu kabupaten/kota baik yang telah ikut sebagai peserta Adipura dan GSB maupun yang masih berstatus sebagai calon peserta untuk mempersiapkan sekolah-sekolah sebagai titik pantau atau calon titik pantau Adipura dan GSB. Selain kegiatan-kegiatan internal Bapedalda tersebut, masih diperlukan langkah lainnya guna menunjang pencapaian target peningkatan jumlah peserta program Adipura setiap tahunnya, seperti pelibatan instansi yang bertanggung jawab sebagai pengelola titik pantau Adipura dan GSB antara lain Dinas Perhubungan (terminal dan bandara), Dinas Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

83 Kesehatan (rumah sakit dan puskesmas), Dinas Pasar (pasar dan pertokoan), Dinas Pekerjaan Umum/Prasjaltarkim (jalan) dan lain sebagainya. Bersinerginya seluruh SKPD dalam suatu kabupaten/kota dalam mempersiapkan kabupaten/kotanya sebagai calon peserta Adipura dan GSB adalah sangat mutlak diperlukan. Agar kegiatan ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan pimpinan instansi di daerah maka perlu sering dilakukan pembinaan baik ke instansi lingkungan hidup daerah maupun kecamatan/kelurahan tempat pelaksanaan kegiatan. 2. Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru) 2.1. Realisasi a. Sumber data Data untuk perhitungan dan analisis indiktor kinerja ini bersumber dari hasil pelaksanaan dua kegiatan utama, yaitu melalui serangkaian kegiatan seleksi/penjaringan, pembinaan dan pencalonan pada kegiatan Pembinaan dan Penilaian Peranserta Masyarakat dan Kelompok Peduli Lingkungan Hidup (Kalpataru) dan kegiatan Pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan (Adiwiyata). b. Acuan dan alat Acuan dan alat yang digunakan dalam perhitungan realisasi dan capaian kinerja adalah hasil dari pelaksanaan Pembinaan dan Penilaian Sekolah Adiwiyata yang mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata dan Petunjuk Teknis Pelaksananan Kegiatan Adiwiyata. Adapun untuk Kalpataru, acuan/alat yang digunakan dalam tahapan pelaksanaan kegiatan mulai dari penjaringan sampai penetapan peraih penghargaan Kalpataru adalah: - Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dalam pasal 70 yang menjelaskan tentang peran masyarakat - Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 63 huruf w yang menjelaskan tentang tugas dan kewenangan pemerintah untuk melaksanakan memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penghargaan. - Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.3/Menlhk/PSKL/Set- 1/1/2016 tentang Penghargaan Kalpataru. c. Metodologi perhitungan Perhitungan dilakukan dengan cara merata-ratakan persentase kenaikan jumlah usulan penerima kalpataru tahun 2016 dan jumlah sekolah adiwiyata tahun 2016 dibandingkan dengan jumpah pada tahun 2015, atau dengan rumusan: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

84 { sekolah adiwiyata 2016 sekolah adiwiyata 2015 X 100%} + { usulan kalpataru 2016 usulan kalpataru 2015 X 100%} sekolah adiwiyata 2015 usulan kalpataru Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Untuk mendapatkan angka realisasi kinerja indikator ini pada tahun 2016, maka dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas, dengan data-data yang bersumber dari hasil pelaksanaan kedua kegiatan utama, sebagai berikut: - Sekolah Adiwiyata tahun 2015 = 177 sekolah - Sekolah Adwiyata tahun 2016 = 224 sekolah - Usulan kalpataru tahun 2015 = 12 usulan - Usulan kalpataru tahun 2016 = 14 usulan Dengan menggunakan rumus di atas maka: { X 100%} + { X 100%} = (26,55% + 16,66%) / 2 = 21,60% Didapatkan realisasi kinerja untuk indikator ini pada tahun 2016 adalah 21,60% dari 10% yang ditargetkan. Dengan kata lain, realisasi jauh melebihi di atas target dengan tingkat capaian kinerja adalah: (Realisasi) / (target) x 100% = 21,60% / 10% x 100% = 216%. b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Untuk kalpataru, dibandingkan dengan 3 (tiga) tahun terakhir, jumlah usulan peraih penghargaan Kalpataru selalu mengalami peningkatan yaitu dari 10 (sepuluh) usulan pada tahun 2014 menjadi 12 (dua belas) usulan pada tahun Pada tahun 2015 ini juga terjadi peningkatan menjadi 14 (empat belas) usulan. Tetapi dengan peningkatan usulan dari kab/kota pada tahun 2016 ini belum menambah jumlah penerima penghargaan Kalpataru tahun 2016 tingkat nasional. Hal ini terlihat dengan berkurangnya jumlah penerima penghargaan Kalpataru tingkat nasional dibandingkan pada tahun Pada tahun 2014 jumlah peraih penghargaan Kalpataru tingkat nasional sebanyak 3 orang dengan berbagai kategori tetapi pada tahun 2015 tidak ada peraih penghargaan dari Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2016 terjadi sedikit peningkatan yaitu sebanyak 1 (satu) orang untuk penerima tropi dan 1 (satu) orang memperoleh piagam selaku nominator Kalpataru. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

85 Grafik 11. Perbandingan Usulan & Capaian Peraih Penghargaan Kalpataru Tingkat Nasional Tahun Sedangkan untuk kegiatan Adiwiyata sejak tahun 2013 telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jumlah sekolah yang mengikuti program Adiwiyata di Sumatera Barat adalah 140 sekolah yang berasal dari 16 kabupaten/kota yang terdiri dari 15 sekolah kategori Adiwiyata Mandiri, 60 sekolah kategori Adiwiyata Nasional dan 65 sekolah kategori Adiwiyata Tingkat Provinsi. Pada tahun 2013 hanya ada tiga lagi Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yang belum mengikuti program Adiwiyata yakni Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Namun pada tahun 2014 jumlah sekolah yang mengikuti program Adiwiyata melonjak cukup tajam dibanding tahun 2013 yakni meningkat menjadi 160 sekolah yang berasal dari 15 kabupaten/kota. Dari 160 sekolah tersebut tersebut 21 sekolah untuk calon sekolah kategori Adiwiyata Mandiri, 63 sekolah untuk calon sekolah kategori Adiwiyata Nasional dan 76 sekolah untuk calon sekolah kategori Adiwiyata Tingkat Provinsi. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, maka pada tahun 2015 terjadi peningkatan keikutsertaan sekolah dalam program Adiwiyata sebesar 10,63% menjadi 177 sekolah. Pada tahun 2015, sudah semua kabupaten/kota mengikuti Program Adiwiyata. Pada tahun 2016, jumlah sekolah yang mengikuti program Adiwiyata adalah sebanyak 224 sekolah yang terdiri dari 107 Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi, 84 sekolah Adiwiyata Nasional dan 33 Sekolah Adiwiyata Mandiri. Ini menandakan semakin tingginya komitmen pemerintah kabupaten/kota dan sekolah-sekolah untuk berpartisipasi dalam program Adiwiyata. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, maka pada tahun 2016 terjadi peningkatan keikutsertaan sekolah dalam program Adiwiyata sebesar 26,55%. Ini prestasi yang cukup menggembirakan dalam pengembangan program pendidikan lingkungan, sehingga diharapkan kedepan dengan semakin banyaknya sekolah-sekolah yang mengikuti program Adiwiyata maka semakin banyak generasi muda yang peduli Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

86 dan memahami kondisi lingkungan hidup. Dengan program Adiwiyata akan tumbuh sikap menjaga dan memelihara lingkungan dari tindakan kerusakan, pencemaran dan berupaya untuk melakukan pelestarian lingkungan dengan bijak sehingga dapat mempertahankan kelangsungan ekosistem dengan natural. Grafik 12. Perkembangan jumlah keikutsertaan sekolah dalam program Adiwiyata di Sumatera Barat tahun c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Pada tahun 2016 yang merupakan tahun pertama dari Renstra Bapedalda , target yang ditetapkan untuk indikator ini adalah 10%. Dengan realisasi sebesar 21,60% atau dengan tingkat capaian realisasi kinerja indikator sebesar 216%, maka jika kecenderungan keberhasilan seperti itu dapat dipertahankan, maka target pada akhir periode renstra akan dapat dicapai bahkan akan melebihi target akhir periode renstra dimaksud. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Tidak ada standarisasi nasional yang dapat dijadikan acuan dalam mengukur keberhasilan peningkatan jumlah keikutsertaan dalam program Adiwiyata dan Kalpataru. Perbandingan dapat dilakukan dengan beberapa daerah lain di Indonesia. Jumlah usulan peraih penghargaan Kalpataru di Provinsi Sumatera Barat dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Hal ini berimbas kepada jumlah peraih penghargaan Kalpataru tingkat nasional. Dibandingkan dengan usulan dan capaian peraih penghargaan Kalpataru tingkat nasional secara nasional, Provinsi Sumatera Barat, Semenjak Program Kalpataru di luncurkan pada tahun 1980 hingga sekarang, telah memperoleh Penghargaan Kalpataru sebanyak 16 orang/kelompok sama dengan Sumatera Utara sebanyak 16 orang/kelompok. Sedangkan secara nasional Provinsi Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

87 Sumatera Barat berada diurutan ketujuh. Provinsi paling banyak memperoleh penghargaan Kalpataru adalah Jawa Timur, sebanyak 48 orang/kelompok, disusul Jawa Barat (30 orang/kelompok) dan Nusa Tenggara Timur (23 orang/kelompok). Untuk Adiwiyata, secara nasional perolehan penghargaan Adiwiyata Propinsi Sumatera Barat berada pada posisi ke 3 setelah Jawa Timur dan Jawa Barat. Diharapkan ke depan dengan semakin banyaknya sekolah-sekolah yang mengikuti program Adiwiyata maka semakin banyak generasi muda yang peduli dan memahami kondisi lingkungan hidup. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam pemenuhan target peningkatan jumlah keikutsertaan dalam program Kalpataru dan Adiwiyata, antara lain: Apresiasi dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan memberikan penghargaan dan bantuan dana stimulan bagi sekolah-sekolah peraih penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri, Sekolah Adiwiyata Nasional maupun Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi. Apresiasi tersebut dapat menjadi perangsang dan daya tarik bagi sekolah-sekolah dalam mengikuti program Adiwiyata ini. Begitu juga dengan sebagian pemerintah kabupaten/kota yang sudah memahami pentingnya program ini juga telah memberikan penghargaan dan bantuan stimulan kepada sekolah-sekolah yang berhasil mendapatkan predikat sebagai sekolah Adiwiyata. Adanya dukungan personil Tim Pembina Program Adiwiyata Provinsi dan stakeholder terkait baik di tingkat Provinsi maupun di kabupaten/kota yang melibatkan unsur-unsur dari berbagai instansi terkait, perguruan tinggi, LSM dan pers. Tingginya kualitas tim Pembina Sekolah Adiwiyata di Sumatera Barat pada tahun 2016 ini menyebabkan pemahaman yang diberikan kepada instansi terkait dan sekolah di kabupaten/kota dapat diterima dengan baik sehingga program Adiwiyata ini dapat berkembang dengan cepat. Adanya dukungan dan perhatian dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, antara lain dalam memberikan panduan, petunjuk teknis bahkan sampai kepada mengkampanyekannya secara luas melalui media massa nasional dan melalui acara penyerahan penghargaan yang langsung diberikan oleh Presiden/Wakil Presiden. Adapun upaya yang telah dilakukan antara lain adalah: Pembinaan yang dilaksanakan oleh Tim Adiwiyata Provinsi baik berupa pelatihan, sosialisasi, bimbingan teknis maupun workshop kepada instansi terkait di kabupaten/kota maupun sekolah-sekolah Adiwiyata yang bersadarkan aturan menjadi tangung jawab Provinsi utuk melakukan pembinaan. Tujuan dari pelatihan, sosialisasi dan kegiatan peningkatan kapasitas ini adalah untuk membuka wawasan dari instansi terkait di Kabupaten/Kota dalam memahami program Adiwiyata sehingga dapat dilaksanakan dengan baik di daerah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

88 Penyampaian informasi terkait Kalpataru baik di media cetak maupun elektronik oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat sehingga pemahaman berbagai pihak tentang Kalpataru semakin baik. Peningkatan jumlah sekolah yang mengikuti program Adiwiyata ini secara signifikan terus meningkat juga karena setiap tahunnya Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Bapedalda selalu mengadakan Peringatan Hari Lingkungan Hidup yang di dalam kegiatan tersebut juga diserahkan beberapa penghargaan lingkungan termasuk penghargaan Sekolah Adiwiyata. Keberhasilan ini menyebabkan Provinsi Sumatera Barat termasuk daerah yang juga diperhitungkan di tingkat regional Sumatera dan tingkat nasional. Oleh karena itu Sumatera Barat menjadi salah satu daerah tujuan untuk studi banding bagi Provinsi lain di Sumatera dalam pengembangan program Adiwiyata. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran pada DPA Bapedalda untuk dua kegiatan utamanya sebesar Rp ,- dan terealisasi sebesar Rp ,- atau 96,82%. Penggunaan sumber daya manusia dalam pelaksanaan dua kegiatan utama yang mendukung pencapaian target indikator ini juga telah diefisienkan, dimana untuk kegiatan kalpataru dan adiwiyata, sinergi dengan aparat pada instansi lingkungan hidup kabupaten/kota dan juga dengan tim teknis lainnya sangat berperan dalam penjaringan dan pengusulan calon penerima pengargaan kalpataru maupun Adiwiyata. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian indikator ini sebanyak 2 program (Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dan Program Peningkatan Kualias dan Akses Informasi Lingkungan Hidup) dengan 2 kegiatan utama (Pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan (Adwiyata) dan Pembinaan dan Penilaian Peranserta Masyarakat dan Kelompok Peduli Lingkungan Hidup (Kalpataru)) serta didukung juga oleh 1 kegiatan pendukung yaitu Peningkatan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan (Adipura) dan Implementasi Gerakan Sumbar Bersih. Ketiga kegiatan tersebut sudah tepat dan saling bersinergi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja yang bersangkutan dan untuk sementara waktu belum diperlukan kegiatan lain untuk mencapai target indikator kinerja dimaksud. 3. Usaha/kegiatan peringkat Biru PROPER yang mengalokasikan CSR untuk pengelolaan lingkungan hidup 3.1. Realisasi a. Sumber data Data yang digunakan sebagai dasar perhitungan pencapaian target indikator ini adalah hasil dari pelaksanaan kegiatan Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

89 (Penerapan CSR Bidang Lingkungan Hidup), dimana pada kegiatan ini telah dilakukan inventarisasi, pembinaan dan penilaian pelaksanaan CSR Bidang LH pada 14 (empat belas) perusahaan berperingkat PROPER Biru di Sumatera Barat. b. Acuan dan alat Acuan dan alat dalam menetapkan kegiatan/usaha yang mengimplementasikan CSR untuk pengelolaan LH adalah: 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 2. Pedoman CSR Bidang Lingkungan, KLH Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. 4. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 7 Tahun 2015 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan. Berdasarkan acuan yang ada tersebut, alat untuk menilai suatu usaha/kegiatan telah mengalokasikan CSR di bidang pengelolaan lingkungan hidup adalah check list pelaksanaan 7 kriteria CSR bidang LH, yaitu: 1) Produksi Bersih 2) Kantor Ramah Lingkungan 3) Konservasi Sumber Daya Alam 4) Pengelolaan sampah melalui 3R 5) Energi terbarukan (Renewable Energy) 6) Adaptasi Perubahan Iklim 7) Pendidikan Lingkungan Hidup c. Metodologi perhitungan Metode perhitungan yang digunakan dalam memperoleh realisasi yaitu: Jumlah usaha/kegiatan berperingkat PROPER Biru yang melaksanakan program CSR bidang LH tahun 2016 x 100 % Jumlah usaha/kegiatan dengan peringkat PROPER Biru tahun Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Target usaha/kegiatan perusahaan PROPER berperingkat Biru yang melaksanakan CSR LH dengan 7 indikator adalah 20% atau 3 perusahaan dari 14 perusahaan peserta PROPER berperingkat Biru. Dari target yang ditetapkan pada tahun 2016 tersebut usaha/kegiatan/perusahaan berperingkat PROPER biru yang melaksanakan CSR dengan 7 indikator adalah sebanyak 3 perusahaan atau 21,42%. Perhitungan realisasi tersebut adalah sebagai berikut: 3/14 x 100% = 21,42% dan dengan demikian maka tingkat capaian kinerja adalah 21,42% X 100% = 107,14% 20% Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

90 Tabel 21. Daftar perusahaan berperingkat Biru PROPER yang dibina pelaksanaan CSRnya dan jumlah indikator CSR Bidang LH yang dilaksanakan tahun 2016 No Nama Perusahaan Jumlah indikator CSR LH yang dilaksanakan PT. AMP 2 PT. Tidar Kerinci Agung 3 PT. Sumbar Andalas Kencana 4 PT.Semen Padang 5 PT. Gersindo Minang Plantation 6 PT. Bintara Tani Nusantara 7 PT. Bakrie Pasaman Plantation 8 PT. Pasaman Marama Sejahtera 9 PT. Andalas Agro Industri 10 PT. Bina Pratama Sakato Jaya 11 PT. Tirta Investama (AQUA) 12 PT. Transco Pratama 13 PT. Pertamina DPPU BIM 14 PT. Kilang Lima Gunung b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Dengan pencapaian 3 Perusahaan berperingkat PROPER Biru yang melaksanakan 7 indikator CSR lingkungan dari 14 Perusahaan berperingkat PROPER Biru tahun 2016, menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik jika dibandingkan dengan capaian target pada tahun 2015 yakni dari 11 perusahaan peringkat PROPER Biru yang ada, belum satu pun perusahaan yang melaksanakan kegiatan CSR LH yang dengan 7 indikator, hanya mencapai 4 indikator CSR. Dibanding dengan tahun 2015 maka pada tahun ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan dimana 3 perusahaan PROPER Biru sudah melaksanakan kegiatan CSR dengan 7 indikator, 5 perusahaan sudah melaksanakan 6 indikator dan 6 perusahaan melaksanakan 5 indikator. Di sisi lain, keikutsertaan perusahaan dalam melaksanakan CSR LH dari tahun 2012 sampai 2015 terjadi peningkatan dimana pada tahun 2012 hanya ada 6 perusahan yang melaksanakan CSR LH dengan 4 indikator, tahun 2013 ada 9 perusahaan PROPER Biru yang sudah melaksanakan CSR dengan 4 indikator, tahun 2014 ada 10 perusahaan PROPER Biru yang melaksanakan CSR dengan 4 indikator dan tahun 2015 bertambah menjadi 11 perusahaan PROPER Biru yang melaksanakan CSR dengan 4 indikator. Bertambahnya keikutsertaan perusahaan dalam program CSR bidang LH karena semakin meningkatnya kesadaran perusahaan setelah dilakukan sosialisasi bahwa CSR bidang LH dapat menjadi salah satu upaya dalam mengatasi berbagai macam permasalahan lingkungan. c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Target untuk indikator ini pada tahun 2016 (tahun pertama) di dalam dokumen Renstra Bapedalda adalah 20%, terealisasi sebesar 21,42%. Dengan demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

91 maka target tahun pertama pada Renstra untuk indikator telah terpenuhi bahkan melebihi target. Apabila kecenderungan pencapaian ini dapat dipertahankan, maka target pada akhir periode renstra akan dapat dicapai mengingat pertumbuhan target dari tahun ke tahun sampai tahun 2021 tidak terlalu signifikan. Namun demikian, ke depan sangat diharapkan pendanaan untuk kegiatan ini ditambah seiring dengan meningkatnya berbagai permasalahan lingkungan hidup dimana CSR diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi dewasa ini. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Tidak ada standar nasional tertentu yang ditetapkan untuk persentase perusahaan peringkat Biru PROPER di suatu provinsi yang harus mengalokasikan CSR-nya untuk pengelolaan lingkungan hidup, karena program CSR LH di tingkat nasional masih bersifat sukarela dan dapat dilakukan perusahaan apabila sudah berada pada tahap memenuhi baku mutu lingkungan (beyond compliance). Kewajiban untuk melaksanakan CSR hanya pada perusahaan dengan peringkat PROPER Hijau dan Emas. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Terdapat beberapa hal yang menyebabkan keberhasilan pencapaian target, antara lain: 1. Kesadaran perusahaan akan pentingnya menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup sudah semakin tinggi. Hal ini antara lain disebabkan sejak tahun 2014 Bapedalda dengan gencar memberikan sosialisasi (dalam bentuk workshop) dengan tema: CSR sebagai salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup kepada perusahaan-perusahaan. Pada tahun 2016 ini juga dilaksanakan penilaian implementasi pelaksanaan CSR bidang lingkungan pada perusahaan dengan peringkat PROPER Biru. Karena implementasi CSR bidang lingkungan yang dilaksanakan oleh perusahaan akan sangat membantu untuk menaikkan peringkat menjadi PROPER Hijau. 2. Telah ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 7 Tahun 2015 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan sebagai landasan hukum bagi perusahaan di Sumatera Barat dalam melaksanakan CSR juga merupakan faktor penyebab keberhasilan dalam melakukan pembinaan untuk mengarahkan perusahaan agar melaksanakan semaksimal mungkin program CSR sampai pada 7 indikator. Adapun upaya yang telah dilakukan antara lain adalah: 1. Melakukan pembinaan dan mendorong perusahaan-perusahaan yang telah mendapatkan peringkat Biru PROPER agar mengalokasikan dan melaksanakan CSR bidang pengelolaan LH melalui kegiatan Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (Penerapan CSR Bidang Lingkungan Hidup); Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

92 2. Pelaksanaan program PROPER yang memperkuat program CSR LH pada perusahaan. Sebagaimana diketahui bahwa untuk penilaian PROPER, terutama pada perusahaan calon peringkat Hijau dan Emas, dipersyaratkan adanya pelaksanaan CSR LH. f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran pada DPA Bapedalda sebesar Rp ,- dan terealisasi sebesar Rp atau 81,43%. Sumber daya manusia (SDM) dalam melaksanakan pembinaan program CSR LH ke perusahaan selain Bapedalda juga melibatkan instansi terkait lainnya seperti Dinas Perkebunan dan Dinas ESDM. Namun dalam dari segi efisiensi pendanaan dapat dijelaskan sebagai berikut: - Walaupun dana yang tersedia sangat terbatas namun untuk pembinaan yang dilaksanakan yang semula ditargetkan 9 perusahaan dari 14 perusahaan dapat terealisasi sebanyak 14 perusahaan (yang dikunjungi dan diberikan pembinaan). - Dengan adanya program CSR LH ini, dapat menunjang program-program lain dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup di Sumatera Barat karena memanfaatkan dana CSR dari perusahaan, bukan dana dari APBD, seperti pengembangan sekolah Adiwiyata dan kegiatan-kegiatan konservasi. - Kedepan diharapkan pendanaan untuk kegiatan ini dapat ditambah sehingga pertambahan objek perusahaan setiap tahunnya sebanding dengan pertambahan dana untuk operasional kegiatan ini. Disamping pertambahan objek, maka frekuensi pembinaan pun dapat ditambah. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian indikator ini sebanyak 1 program (Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam) dengan 1 kegiatan utama yaitu Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (Penerapan CSR Bidang Lingkungan Hidup). Program/kegiatan yang dilaksanakan ini masih membutuhkan dukungan dari kegiatan lain seperti PROPER daerah untuk ikut mendorong dan memacu pelaksanaan CSR bidang LH oleh objek-objek PROPER Daerah khususnya yang diproyeksikan akan mendapatkan peringkat Biru ke atas. Beberapa program/kegiatan lain yang diharapkan dapat menunjang pencapaian target antara lain: - Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) Salah satu ruang lingkup penilaian PROPER Biru, Hijau dan Emas adalah mensyaratkan adanya program CSR di perusahaan, sehingga dengan sendirinya program PROPER dapat menggenjot perusahaan untuk pengembangan CSR dengan maksimal. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

93 - Program Pendidikan Lingkungan (Sekolah Adiwiyata) Untuk memudahkan perusahaan dalam memilih program CSR LH yang akan dilakukan, maka telah ada program pengembangan Sekolah Adiwiyata. Untuk mempercepat pengembangan program ini, sangat diperlukan sekali peran CSR LH, karena sekolah Adiwiyata merupakan program unggulan di Sumatera Barat dan pendidikan lingkungan untuk sekolah Adiwiyata merupakan salah satu ruang lingkup program CSR LH. - Program Kampung Iklim Program Kampung Iklim merupakan salah satu upaya mitigasi terhadap perubahan iklim, dimana program ini juga merupakan program CSR LH yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Disamping itu, beberapa instansi teknis terkait provinsi serta kabupaten/kota dapat membuat program bersama seperti yang telah dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat, untuk mewujudkan pemulihan kualitas lingkungan hidup dan konservasi DAS dan Danau di Sumatera Barat, antara lain: pemulihan dan konservasi Danau Singkarak, pemulihan dan konservasi Danau Maninjau, pemulihan dan konservasi DAS Batanghari dan DAS kritis lainnya. 4. Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun Realisasi a. Sumber data Data bersumber dari kegiatan pembinaan terhadap bank sampah berdasarkan jumlah bank sampah yang terbentuk tahun 2015 yang digunakan sebagai basis data perhitungan. Peningkatan peranserta stakeholder dalam pendirian bank sampah bersumber dari koordinasi dan informasi dari Jejaring Bank Sampah Ranah Minang dan instansi lingkungan hidup kab/kota. b. Acuan dan alat Acuan/Alat yang digunakan dalam penentuan Bank Sampah adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle Melalui Bank Sampah. c. Metodologi perhitungan Penentuan jumlah bank sampah berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi keberadaan bank sampah di seluruh kab/kota di Sumatera Barat di tahun Selanjutnya dari seluruh bank sampah yang terdata tersebut dilakukan penilaian terhadap keaktifannya dengan menggunakan kriteria keaktifan bank sampah sebagaimana diatur oleh ketentuan perundang-undangan. Cara penghitungan realisasi dengan rumus: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

94 Jumlah bank sampah aktif tahun 2016 Jumlah seluruh bank sampah tahun 2015 x 100 % 4.2. Analisis Capaian Kinerja a. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2016 Pengembangan bank sampah merupakan kegiatan yang bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah secara bijak dan pada gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Hasil inventarisasi perkembangan bank sampah di kab/kota pada tahun 2016 ini menunjukkan bahwa perkembangan bank sampah cukup menggembirakan. Berdasarkan target capaian kinerja pada tahun 2016 untuk indikator persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun 2015 yang telah ditetapkan sebesar 15% telah mampu direalisasikan dengan baik. Dari hasil identifikasi dan penilaian, terdata jumlah bank sampah yang aktif sebanyak 10 bank sampah dari 48 unit bank sampah data pada tahun Sehingga realisasi kinerjanya diapat dihitung menggunakan rumus di atas sebagai berikut: 10 x 100 % = 20,83% 48 Sehingga tingkat capaian kinerja untuk indikator ini dapat dihitung berdasarkan perhitungan berikut: 20,83% 15% X 100% = 138,87% b. Perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2016 dengan tahun 2015 dan beberapa tahun terakhir Pada tahun 2015 rasio keaktifan bank sampah beum diketahui. Pada tahun tersebut masih berorientasi penambahan kuantitas bank sampah sehingga akhir tahun 2015 telah berdiri bank sampah sebanyak 48 unit tetapi belum diketahui kualitas dari bank sampah tersebut. Dari jumlah bank sampah yang ada belum diketahui berapa jumlah bank sampah yang aktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu, pada tahun 2016 ini dilakukan pembinaan baik melalui workshop maupun koordinasi langsung ke lokasi bank sampah. Hingga akhir tahun 2016 diperoleh rasio keaktifan bank sampah sebesar 20,83% yaitu sebanyak 10 unit bank sampah dari target sebesar 15% atau sekitar 7 unit. Berikut diagram perbandingan jumlah bank sampah aktif tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

95 Grafik 13. Perbandingan jumlah bank sampah aktif tahun c. Perbandingan realisasi kinerja sampai tahun 2016 dengan target jangka menengah pada dokumen Renstra Persentase bank sampah yang aktif dari seluruh bank sampah di tahun 2016 ini sebesar 20,83% telah dapat mencapai target tahun pertama Renstra yang sebesar 15%. Selain karena dorongan beberapa program pemerintah, juga disebabkan animo masyarakat yang cukup tinggi terhadap perkembangan Bank Sampah. Apabila kecenderungan keberhasilan pencapaian target ini dapat dipertahankan maka target pada akhir periode renstra akan dapat dicapai. d. Perbandingan realisasi kinerja tahun 2016 dengan standar nasional Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, statistik perkembangan pembangunan bank sampah di Indonesia pada bulan Desember 2012 telah mencapai buah yang tersebar di 55 kota di seluruh Indonesia. Pada Tahun 2015 telah berkembang menjadi unit dan tersebar pada 129 kota. Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat, jumlah bank sampah sampai dengan tahun 2016 ini telah berjumlah sekitar 48 buah. Tetapi secara nasional belum ada data seberapa banyak bank sampah yang aktif di seluruh Indonesia maupun proporsinya di setiap provinsi. e. Analisis penyebab keberhasilan serta alternatif solusi yang telah dilakukan Dalam pencapaian target yang diharapkan, Bapedalda Provinsi Sumatera Barat telah melakukan beberapa upaya yang sekaligus mendorong tercapainya target, antara lain: - Menfasilitasi pembentukan jejaring bank sampah Ranah Minang. Jejaring ini merupakan wadah berhimpunnya bank sampah yang ada di Provinsi Sumatera Barat. - Melakukan workshop pengelolaan bank sampah dengan mengikutsertakan seluruh bank sampah yang ada. - Melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang arti penting bank sampah. - Menjadikan bank sampah sebagai titik pantau wajib dalam Lomba Penilaian Kecamatan dan Kelurahan Bersih. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

96 f. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pada tahun 2016, dalam rangka pencapaian target indikator ini telah dialokasikan anggaran pada DPA Bapedalda yang tersebar pada satu kegiatan utama dan beberapa kegiatan pendukung dengan total anggaran sebesar Rp ,- dan terealisasi sebesar Rp ,- atau 97,08%. Pendirian bank sampah yang dilakukan di lingkungan sekolah, telah ikut andil dalam memberikan pemahaman tentang bank sampah. Disamping itu adanya dana bantuan dari pihak ke-3 baik dari donatur maupun CSR dunia usaha turut mengembangkan keberadaan bank sampah. g. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan Program/kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pencapaian indikator ini sebanyak 1 program (Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan) dengan 1 kegiatan utama (Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan) dan 3 kegiatan pendukung (Peningkatan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Perkotaan (Adipura) dan Implementasi Gerakan Sumbar Bersih), Pembinaan Sekolah Berwawasan Lingkungan (Adiwiyata) dan Peningkatan Kerjasama Antar Daerah dalam Penurunan Beban Pencemaran Sungai. Keempat kegiatan saling bersinergi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja yang bersangkutan. B. REALISASI ANGGARAN 1. Realisasi APBD 2016 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat pada Tahun 2016 mendapat alokasi dana APBD sebesar Rp ,- yang digunakan dalam rangka mewujudkan kinerja organisasi sesuai yang tertuang di dalam dokumen Perjanjian Kinerja. Anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp ,- (95,62%), dengan rincian sebagai berikut: Belanja tidak langsung sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- (97,31%) dan sisa sebesar Rp ,- (2,69%). Belanja langsung sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- (94,49%) dan sisa sebesar Rp ,- (5,51%), dengan uraian sebagai berikut: - Belanja barang dan jasa, pagu sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- (93,50%) dan sisa sebesar Rp (6,5%) - Belanja Modal, pagu sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- (96,81%) dan sisa sebesar Rp (3,19%) Realisasi anggaran per program adalah sebagaimana tabel berikut: Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

97 Tabel 22. Realisasi Dana APBD per Program/Kegiatan Tahun 2016 No Program/Kegiatan Anggaran Realisasi Rp. % I BELANJA TIDAK LANGSUNG ,31 A Belanja Pegawai ,02 1 Gaji dan Tunjangan Pegawai ,52 B Tambahan Penghasilan PNS dan PTT Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban ,04 Kerja (Tunjangan Daerah) 2 Tambahan Penghasilan Berdasarkan Pertimbangan Objektif ( THR ) II BELANJA LANGSUNG ,49 A Program Pelayanan Administrasi ,49 Perkantoran 1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat ,46 2 Penyedian Jasa Komunikasi Sumber Daya ,85 Air dan Listrik 3 Jasa Kebersihan Kantor ,99 4 Penyediaan Alat Tulis Kantor ,97 5 Penyediaan Barang Cetak dan ,98 Penggandaan 6 Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/ Penerangan Bangunan Kantor 7 Penyedian Peralatan dan Perlengkapan Kantor 8 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan ,88 Perundangan 9 Penyediaan Makan dan Minum ,79 10 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke ,61 Dalam dan Luar Daerah 11 Penyedian jasa Sopir Kantor ,98 12 Penyedian jasa Pengaman Kantor ,64 B Program Peningkatan Sarana dan ,09 Prasarana Aparatur 1 Pembangunan Gedung Kantor ,24 2 Pengadaan Kendaraan Dinas ,51 3 Pemeliharaan rutin/ berkala Gedung Kantor ,94 4 Pemeliharaan Rutin/ Berkala Kendaraan ,32 Dinas/ Operasional 5 Pemeliharaan Rutin/ Berkala Peralatan dan ,85 Perlengkapan Kantor 6 Pemeliharaan Rutin/ Berkala Komputer dan ,78 Jaringan Komputerisasi 7 Pemeliharaan Rutin/ Berkala Instalasi/ ,96 Jaringan 8 Pengelolaan Pengawasan dan ,50 Pengendalian Asset SKPD 9 Penataan dan Pengelolaan Arsip ,80 C Program Peningkatan Disiplin Aparatur Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya D Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 1 Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Per-UU-an , ,15 E Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan ,99 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

98 No Program/Kegiatan Anggaran Realisasi Rp. % 1 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ,75 ikhtisar realisasi kinerja SKPD 2 Penyusunan perencanaan dan ,05 penggangaran SKPD 3 Penata Usahaan Keuangan SKPD ,97 E Program Pengendalian Pencemaran dan ,38 Perusakan Lingkungan Hidup 1 Pembinaan dan Wasdal Kerusakan ,01 Lingkungan 2 Penyelenggaraan Amdal di Provinsi ,97 Sumatera Barat 3 Pemantauan Kualitas Udara Ambient ,35 4 Pengkajian Penetapan Status Mutu Air ,72 Sungai Lintas Kabupaten/Kota 5 Pemantauan Kualitas Sumber Air Skala ,16 Provinsi 6 Peningkatan Kerjasama Antar Daerah ,58 Dalam Penurunan Beban Pencemaran Sungai 7 Pengawasan pengendalian terhadap ,57 pengelolaan lingkungan usaha/kegiatan 8 Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan ,13 Usaha dan/atau Kegiatan (PROPER Daerah) 9 Peningkatan Pembinaan Konservasi ,85 Wilayah Pesisir Laut 10 Peningkatan Pemulihan Kualitas Lingkungan ,43 Hidup Perkotaan (Adipura) dan Implementasi Gerakan Sumbar Bersih 11 Peningkatan Konservasi kualitas air danau ,51 di Provinsi Sumatera Barat 12 Peningkatan Pelindungan Lapisan Ozon dan ,73 Pengendalian Dampak Perubahan Iklim. 13 Peningkatan peran serta masyarakat dalam ,36 pengelolaan persampahan 14 Pembinaan Sekolah Berwawasan ,44 Lingkungan ( Adiwiyata ) 15 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 16 Peningkatan kapasitas kelembagaan dan ,94 SDM Laboratorium terakreditasi 17 Pembinaan KLHS Terhadap Dokumen ,94 Perencanaan 18 Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup ,68 F Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam 1 Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (Penerapan CSR Bidang Lingkungan Hidup) 2 Sosialisasi Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan bagi nagari/kelurahan 3 Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah (RAD) Gas Rumah Kaca sektor Pengelolaan Limbah 4 Pembinaan Pemulihan Kualitas SDA dalam rangka peningkatan tutupan vegetasi , , , , ,08 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

99 No Program/Kegiatan Anggaran Realisasi Rp. % 5 Peningkatan Koordinasi Perlindungan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Sumatera Barat ,99 G Program Tata Lingkungan dan Penataan ,37 Hukum Lingkungan Hidup 1 Pembinaan Hukum Lingkungan dan ,10 Perizinan 2 Penaatan Hukum Lingkungan ,05 3 Penyusunan UKL/UPL Pembangunan Gedung Kantor ,50 H Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 1 Pembinaan dan Penilaian Peranserta Masyarakat dan Kelompok Peduli Lingkungan Hidup (Kalpataru) 2 Penyusunan Buku Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Sumatera Barat , , ,53 3 Peningkatan edukasi dan komunikasi ,53 masyarakat di bidang lingkungan 4 Pegembangan Sistim Informasi Lingkungan ,32 5 Pembinaan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) JUMLAH ,62 2. Realisasi APBN 2016 Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah mendapat alokasi anggaran dekonsentrasi APBN dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan total sebesar Rp ,- dan terealisasi sebesar Rp ,- (82,31%). Sisanya adalah sebesar Rp (17,69%). Rincian realisasi per kegiatan sebagai berikut: Tabel 23. Realisasi dana APBN Tahun 2016 No. KEGIATAN / SUB. KEGIATAN A PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN LHK I Koordinasi Kegiatan Perencanaan dan Evaluasi 1 Persentase capaian sasaran strategis KLHK 85% 1.1 Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan kehutanan 1.2 Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan PENYEDIAAN DANA REALISASI KEUANGAN Rp. Murni Rp % , , , , Program, Evaluasi dan Pelaporan ,68 JUMLAH ,31 Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

100 BAB IV PENUTUP Bapedalda Provinsi Sumatera Barat memiliki kewajiban untuk menyampaikan pencapaian kinerjanya secara akuntabel, baik keberhasilan ataupun kegagalan, yang dituangkan ke dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun Laporan ini menyajikan setiap pencapaian kinerja yang dijabarkan ke dalam 4 Sasaran Strategis dan 10 Indikator Kinerja Utama (IKU). Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja pada setiap sasaran strategis dan indikator keberhasilannya. Laporan ini juga merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas Bapedalda Provinsi Sumatera Barat dalam melaksanakan berbagai kewajiban yang diembannya dalam pengelolaan dampak lingkungan di Provinsi Sumatera Barat. Selanjutnya laporan ini juga diharapkan dapat memberikan masukan serta menjadi acuan dalam mengidentifikasi hambatan dan kendala dalam implementasi program dan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di sisa periode Renstra dalam rangka pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Berdasarkan analisa pencapaian kinerja pada tahun 2016, secara keseluruhan pencapaian kinerja Bapedalda pada Tahun 2016 berhasil dicapai dengan persentase capaian sebesar 130,25%, dengan realisasi anggaran sebesar 95,62%. Pencapaian kinerja sektor lingkungan hidup menunjukkan tren perkembangan yang baik, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi sebagaimana tercermin pada beberapa indikator kinerja utama yang belum tercapai sesuai target, antara lain implementasi perizinan lingkungan yang belum maksimal oleh pelaku usaha/industri/kegiatan yang membutuhkan langkah-langkah strategis ke depan untuk peningkatannya. Disadari bahwa laporan ini belum sempurna sebagaimana diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya sudah mendapatkan sedikti gambaran kinerja yang dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat selama tahun Dengan berbagai permasalahan yang masih ada, Bapedalda akan terus melaukan berbagai upaya perbaikan di setiap level dan bagian organisasi untuk menghadapi tantangan yang semakin berat di depan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Bapedalda Prov. Sumbar Tahun

101 PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT 1\ lln ENGENDJ\liAN DAMPllK LINGKUNGAN DJ\ERi\H Jalan Kl1atib Sulaiman No. 22 Telp.(0751) Fax PADANG Website: http//bapedalda.sumbarprov.go.id ; KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR: OS"tl/0\1-Af~ -i.s\w\2-t./20\c. TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT KEPALA BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang a. bahwa dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja setiap satuan kerja perangkat daerah, perlu menetapkan indikator kinerja utama di lingkungan instansi masing-masing; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2) point c Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utarna di Lingkungan Instansi Pemerintah, Satuan Kerja Perangkat Daerah wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama; c. bahwa penetapan Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a, dan huruf,b, perlu diatur dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badari Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Surnatera Barat. Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara / Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

102 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80); 5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aoaratur Negara Nomor PER/9/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Ungkungan Instansi Pemerintah; 6. Peraturan Gubernur Nomor 65 Tahun 2012 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat. MEMUTUSKAN Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA Indikator Kinerja Utama di lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini. lndikator Kinerja Utama sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini, merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan di Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat untuk menetapkan rencana kinerja tahunan, menyampai~~ rencana kerja dan anggaran, menyusun dokumen penetapan kinerja, menyusun laporan akuntabilitas kinerja serta melakukan evaluasi pencapaian kinerja sesuai dengan dokumen Rencana Strategis Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun Indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU, disusun dengan mengacu kepada Indikator Kinerja Utama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan ditetapkan dalam bentuk Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat

103 KEEMPAT Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Padang Pada tanggal : ~ Maret 2016 KEPALA BAPcDALOA PROVINSI SUMATERA BARAT Tembusan disampaikan kepada Yth: 1. Bpk. Gubernur Sumatera Barat (sebagai laporan) di Padang; 2. Sdr. Kepala Inspektorat Prov. Sumbar; 3. Sdr. Kepala Biro Organisasi Prov. Sumbar: 4. Arsip. Drs. ASRIZAL ASNAN, MM Pembina Utama Muda NIP

104 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BAPEDALDA TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINER JA UTAMA DI UNGKUNGAN BADAN PENGENDAUAN, DAMPAK LINGKUNGAN PROVINSI SUMATERA BARAT SASARAN KINERJA Terkendalinya be ban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usa ha/keg i ata n Ditaatinya mekanisme, INDIKATOR KINERJA UTAMA Indeks Kualitas Air (IKA) Indeks Kualitas Udara (IKU) Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) \ FORMULA Pfj = ~(Ci/Lij):: (Ci/Lij): Ket: Lij : Konsentrasi Baku Peruntukan Air (j) Ci : Konsentrasi Sample parameter kualitas air (i) Plj : Pencemaran bagi peruntukan (j) Plj : (Cl/Llj, C2/L2j,...,Ci/Lij) (Ci/Lij)M : Nilai maksimum dari Ci/Lij (Ci/Lij)R : Nilai rata-rata dari Ci/Lij IKU = IPNoz + IPsoz 2 Ket : IKU : Indeks Kualitas Udara IPNo2 : Indeks Pencemaran N02 IP 502 : Indeks Pencemaran S02 X X lqqofo y SUMBER DATA Data dari kegiatan Pemantauan Kualitas Sumber Air Skala Provinsi, Peningkatan Kerjasama Antar Daerah dalam Penurunan Be ban Pencemaran Sungai, Pengkajian Penetapan Status Mutu Air dan Daya Tampung Air Sungai Data dari kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Am bien Data dari kegiatan PENANGGUNGJAWAB (BID AN G) Pengawasan dan pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Pengawasan dan pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Tata Lingkungan dan Penaatan Hukum KET

105 implementasi izin kab/kota yang telah Penyelenggaraan Lingkungan lingkungan dan mengimplementasikan Ket: Amdal di Prov., Kajian Lingkungan Standar Operating X : Jumlah KPA Kab/Kota yang telah Sum bar Hidup Strategis Procedure (SOP) sesuai mengimplementasikan SOP sesuai peraturan peraturan perundang- Y : Jumlah seluruh KPA Kab/Kota undangan Persentase usaha X Data dari Tata Lingkungan dan - X 100 /o danjatau kegiatan yang y kegiatan Penaatan Hukum mengimplementasikan Penilaian Kinerja Lingkungan perizinan lingkungan Ket: Pengelolaan sesuai peraturan X : Jumlah usaha danjatau kegiatan yang Lingkungan perundang-undangan mengimplementasikan perizinan lingkungan Usaha danjatau '\ sesuai peraturan Kegiatan Y : Jumlah usaha danjatau kegiatan yang (PROPER wajib mengimplementasikan perizinan Daerah),! lingkungan Pembinaan Hukum Lingkungan dan Perizinan, -.. Pembinaan dan I Wasdal Kerusakan. Lingkungan, Pengawasan Pengendalian terhadap Pengelolaan, Lingkungan Usaha/Kegiatan Persentase dokumen X Data dari - Tata Lingkungan - X 100 /o perencanaan provinsi y kegiatan dan Penaatan dan/atau Pembinaan KLHS Hukum kabupaten/kota yang Ket: terhadap Lingkungan I I I I I

106 dilengkapi Kajian X : Jumlah dok perencanaan prov/kab/kota dokumen - Pengawasan dan Lingkungan Hidup yang sudah di-klhs tahun 2016 perencanaan pengendalian Strategis Y : Jumlah seluruh dokumen perencanaan Kerusakan dan prov/kab/kota yang wajib di-klhs tahun Pencemaran 2016 Lingkungan, Meningkatnya Persentase kasus X Data dari Tata Lingkungan dan - X 100 /o efektifitas lingkungan hidup yang y kegiatan Penaatan Hukum penanganan dapat diselesaikan Penaatan Hukum Lingkungan kasus lingkungan Ket: Lingkungan hidup dan X : Jumlah kasus yang dapat diselesaikan penaatan hukum tahun 2016 \ lingkungan hidup Y : Jumlah seluruh kasus yang masuk tahun di Provinsi 2016 Sumatera Barat Meningkatnya Persentase jumlah titik {Xl xz} Data dari Pembinaan peran serta pantau yang memenuhi kegiatan Peningkatan N1: NZ X 100% stakeholder dalam passing grade Adipura Peningkatan Konservasi Sumber pengelolaan dan Gerakan Sumbar pemulihan Daya Alam lingkungan hidup Bersih Ket: " kualitas X1 : Jumlah titik pantau Adipura yang lingkungan hidup memenuhi passing grade perkotaan X2 : Jumlah titik pantau GSB yang (Adipura) dan memenuhi passing grade Implementasi N1 : Jumlah t:itik pantau Adipura Gerakan Sumbar N2 : Jumlah titik pantau GSB Bersih, Monitoring dan Evaluasi ' Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman --

107 (PPSP), Sosialisasi Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan bagi Naqari/Kelurahan Persentase peningkatan Xn - Xn-1 Yn - Yn-1 Data dari - Peningkatan + keikutsertaan dalam zx zy X 100 /o kegiatan Kapasitas dan 2 kegiatan penghargaan Pembinaan Informasi lingkungan (Adiwiyata sekolah Lingkungan Ket: dan Kalpataru) berwawasan - Pembinaan ' \ Xn : Jumlah sekolah Adiwiyata tahun n lingkungan Peningkatan Xn-1 : Jumlah sekolah Adiwiyata tahun n-1 (Adiwiyata), Konservasi Yn : Jumlah usulan Kalpataru tahun n Pembinaan dan Sumber Daya Xn-1 : Jumlah usulan Kalpataru tahun n-1 Penilaian Alam ZX : Jumlah peserta Adiwiyata tahun n-1 Peranserta ZY : Jumlah usulan Kalpataru tahun n-1 Masyarakat dan Kelompok Peduli ' Lingkungan Hid up, - Peningkatan Koordinasi Perlindungan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Sumbar ' Usaha/kegiatan Jumlah Usaha/kegiatan peringkat biru Data dari Pengawasan dan peringkat biru proper proper yang mengalokasikan CSR untuk kegiatan pengendalian yang mengalokasikan pengelolaan LH Penilaian Kinerja Kerusakan dan CSR untuk pengelolaan Pengelolaan Pencemaran LH Linqkungan Linqkunqan ' I

108 Persentase bank ~mpah yang aktif dari seluruh bank sampah yang terdata tahun 2015 X - y X 100 /o Ket: X : Jumlah Bank Sampah yang aktiv Y : Jumlah Bank Sampah yang terdata tahun Usaha danjatau Kegiatan (PROPER Daerah), Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (Penerapan CSR LH) Data dari kegiatan Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Pembinaan Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam ' I I Ditetapkan di : Padang Pada tanggal : d9 Maret 2016 KEPALA BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT ~' Drs. ASRIZAl ASNAN, MM Pembina Utama Muda NIP

109 PEMERTNTAH PROVTNSI SUMATERA BARAT BADAN PENGENDALI Df\.l\1PAK LINGKUNGAN DAERAH Jalan. Khatib Sulaiman No. 22 Telp. (0751) Fax. (0751) Padang hnp://www bapedalda-sumbar.go. id. id PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Jabatan Drs. H. ASRIZAL ASNAN, MM Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat Selanjutnya disebut pihak pertama Nama Jabatan IRWAN PRAYIT.NO Gubernur Sumatera Barat Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kine~a yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dol<umen perencanaan. l<eberhasilan dan kegagalan pencapaiar target kinerja terse but menjadi tanggung jawab kami. Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi. Padang, Maret 2016 AYITN~ \.>- 82

110 PERJANJIAN I<I NERJA SKPD : BADAN PENGENDALIAN DAMPAK U NGI<UNGAN DAERAH TAHUN : 2016 NO SASARAN STRATEGI S INDI KATOR KI NERJA "!~RGE_! (1) ( 2) ( 3 ) (4) 1 Terkendalinya beban pencemaran 1 Indeks pencemaran air sungai (IPA) 58< IPA < 66 dan kerusakan lingkungan hidup darl 2. Indeks standar pencemaran udara (IPU) 82 < IPU < 90 usaha/kegiatan 2. Ditaatlnya mekanlsme, lmplementasl 1 Persentase Komisi Penilai AI'-1DAL (KPA) kab/kota yang 70% lzin lingkungan dan Kajlan telah menglmplementasikan Standar Operating Lingkungan Hldup Strategis Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan 2. Persentase usaha dan/atau kegiatan yang 50% mengimplementasikan perizlnan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan 3 Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau 40% kabupaten/kota yang dllengkapl Kajlan Lingkungan Hldup Strategls 3 Meningkatnya efektlfitas 1 Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat 85% penanganan kasus llngkungan hidup dlselesalkan dan penaatan hukum llngkungan hldup dl Provlnsl Sumatera Barat 4 Meningkatnya peran serta 1 Persentase jumlah tltlk pantau yang memenuhi passing 60% stakeholder dalam pengelolaan grade Adipura dan Gerakan Sumbar Bersih lingkungan hidup 2. Persentase penlngkatan keikutsertaan dalam keglatan 10% penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru) 3 Usaha/kegiatan peringkat biru proper yang 2.0% mengalokasikan CSR untuk pengelolaan LH 4 Persentase Bank Sampah yang aktif dari seluruh Bank 15% Sampah yang terdata Tahun No Program Anggaran Keterangan Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Rp APBD 2. Program Perllndungan.dan Konservasl Sumber Daya Alam Rp APBD 3 --i>ro-9ra m -rata"lii191<l:iil9ailo ;; ;;-r>eilaatan- Hlii<liiTi-t:ifi-9i<ung~-n- iiliiu_p Rp 22-o :oao~oao P."P8o 4 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup JUMLAH Rp APBD Rp ''

111 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT BllDAN PENGENDllllllN DllMPAK lingkungan DllERAH Jalan Khatib Sulaiman No. 22 Telp. ( 0751 ) Fax Padang Website: http\\bapedalda.sumbarprov.go.id ; sekretariat@bapedalda.sumbarprov.go.id PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Jabatan : Drs. ASRIZAL ASNAN, MM : Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Barat Selanjutnya disebut pihak pertama Nama Jabatan : IRWAN PRAYITNO : Gubernur Sumatera Barat Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut p~hak kedua Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami. Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi. \ ~- Padang, 2016 PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, IRWAN PRA YITNO Drs. ASRIZAL ASNAN, MM Pembina Utama Madya NIP

112 -' PERJANJIAN KINERJA ( ) SKPD TAHUN :2016 NO (1) : BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (2) (3) (4) Terkendalinya beban pencemaran 1 Indeks Kualitas Air (IKA) 58< IPA < 66 dan kerusakan lingkungan hidup dari 2 Indeks Kualitas Udara (IKU) 82 < IPU < 90 usaha/kegiatan Ditaatinya mekanisme, implementasi 1 Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang 70% izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis telah mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan 2 Persentase usaha dan/atau kegiatan yang 50% mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan 3 Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau 40% kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis Meningkatnya efektifitas 1 Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat 85% penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat diselesaikan Meningkatnya peran serta 1 Persentase jumlah titik pantau yang memenuhi passing 60% stakeholder dalam pengelolaan grade Ad ipura dan Gerakan Sum bar Bersih lingkungan hidup 2 Persentase peningkatan keikutsertaan dalam kegiatan 10% penghargaan lingkungan (Adiwiyata dan Kalpataru) 3 Usaha/kegiatan peringkat biru proper yang 20% mengalokasikan CSR untuk pengelolaan LH 4 Persentase Bank Sampah yang aktif dari seluruh Bank 15% Sampah yang terdata Tahun 2015 No 2 Program Anggaran Keterangan Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Rp ,100 APBD Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Rp 360,000,000 APBD 1 ' \, 4 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup JUMLAH Rp APBD Rp GUBERNUR SUMATERA BARAT Padang, 2016 KEPALA BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT IRWAN PRAYITNO Drs. ASRIZAL ASNAN, MM Pembina Utama Madya NIP

113 SUMATERA BARAT PERJANJIAN KINERJA ESELON III DAN IV BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT

114 ~... PERJANJIAN KINERJA SEKRETARIAT TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya kualitas pelayanan public dan Penyampaian laporan pertanggungjawaban dinas (LAKIP, LPPD, ketatausahaan dinas LKPJ Keuangan Barang dan Evaluasi program dan kegiatan) tepa! waktu Persentase asset daerah dalam keadaan baik - - IKM layanan intern IKM layanan publik 2 Meningkatnya kualitas SDM aparatur dinas Persentase PNS yang ditugaskan mengikuti diklat 3 Meningkatnya kualitas ketatalaksanaan di lingkungan Jumlah SOP yang ditetapkan Din as Persentase SOP yang telah efektif dilaksanakan 4 Meningkatnya akuntabilitas dan kapabilitas dinas Nilai evaluasi SAKIP Dinas oleh lnspektorat -r % 100% Baik - Baik % 100% 100% 8 NO KEGIATAN ANGGARAN 1 Penyediaan jasa sural menyurat Rp : Penyediaan jasa komunikasi,air dan listrik Rp = _2_. ~El.~.Y..e.~~~~-n. J.~~~-k.El.~:.~h..~.~... k.a..n.!o..r ~P ~.J..O.:. O..O..O..:O..O.O.. 4 Penyediaan alat tulis kantor Rp : _;_ ~El.~.Y.e.~~~a..~.. ~~r.a..~.9... ~e.~.k... ct..~.n... P..e.n.~~~~~~.a..~ Rp Penyediaan komponen instalasi listriklpenerangan Rp bangunan kantor 7.. reii:yeiiiaan.pe.iaiaiaii"ii'aiif>eiieii.iik.. apail.i<ii'iiiai... Rp a.1oo0ii aa a reiiyeciiiiaii.. ilatiali.. ilac.aaii.iiaii.. ilei8i;;i8i1'i);;;;;;; ii a ii9: Rp undangan Penyediaan makan dan minum. 10 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah dan luar daerah, pelaksanaan Bintek dan sosialisasi dalam dan luar propinsi Rp Rp reiiyeiiiaai1ta5a.5aii.ii.'kai1io ; Rp.::::.:::::::: s.~::~:~o. :ooo 12.. i5... Ci:... J... P... i<. i Rp o... oo --,--... E!.~Y.e.... ~a.~~... ~~... e.~.9..a..".l.a..~... a..n..o..r Pembangunan Gedung Kantor Rp ;-; ~?..!!.n..9..a..~~~~.. ~e.n.. d..a..r~~~.. ~~.n.~.. S.'?.P.El.r.a..S.i?.~a ~? ~.0.: : * -~:~:::~:;: : ~.. ~~~z~:~~~;~:~~~;::~~~ii e~asiaiiai :~... ~~.:~-~ ~ : ~~~ --:-:: Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan dan Rp Perlengkapan Kantor e--:-:-... _,.., Pemeliharaan Rutin/Berkala lnstalasi dan Jaringan Rp listrik, telp, dan air 19 reiileiiilara.aii..;:;;iiii'iile;j;aia.komilijie.i.. ii'aii.!ari ;;9ai1.. Rp 's. a oa:ooo komputerisasi 120 reii1ei iiara a ii.. RiJiii1ii'i'e.ik'aia"f> ;;;;;iaiai1 iian... Rp Perlengkapan Kantor f--7-: Pengelolaan, Pengawasan dan Pengendalian Aset Rp SKPD I-= ~. ~.El.n..a..ta..a.n... ~~.~. ~:~~:I.O. I~~n.... ~~ip. _ Rp 23 Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya Rp '24 sifiiil i19ai1-ie.kni5'ifii'iiie!'itie!ii'ias i il;; ;iii;;iai1"ii ;;;ui1<i a ;;9: Rp undangan I-= Penyusunan laporan capaian kine~a dan ikhtisar Rp realisasi kine~a SKPD I-= ~ ~El~.a..ta... ~~a.h..a.a.a.~.. k.el.~a.n..9.a.n. ~~.~~ RP 27 Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran SKPD Rp ::-: Monitoring dan evaluasi programlkegiatan pengelolan Rp lingkungan hidup

115 0 KEGIATAN 9 Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan JUMLAH ANGGARAN Rp Rp Padang, Januari 2016 KEPALA BAPEDALDA PROVINSI ~ Drs. ASRIZAL ASNAN, MM NIP OOS SEKRETARIS PETRIAWATY. SE. MM NIP

116 PERJANJIAN KINERJA SUBBAG PROGRAM TAHUN 2016 NO SASARAN JNDJKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya kualitas pelayanan public dan ketatausahaan dinas 2 Meningkatnya akuntabilitas dan kapabilitas dinas Penyampaian laporan pertanggungjawaban dinas (LAKIP, LPPD. LKPJ Keuangan Barang dan Evaluasi program dan kegiatan) tepa! waktu Nilai evaluasi SAKIP Dinas oleh lnspektorat 100% 8 3 Terwujudnya Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kine~a dan Keuangan 4 Terlaksananya Peran Serta Seluruh Stakeholder dalam Upaya Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Jumlah dokumen laporan capaian kine~a dan ikhtisar kine~a Bapedalda Jumlah dokumen perencanaan dan pengan99aran Bapedalda Jumlah Kab/Kota peserta rapat koordinasi pengelolaan lingkungan hidup, jumlah Kab/Kota yang dilakukan monitoring dan evaluasi 9 dokumen dokumen 57 peserta rakor. 19 Kab/Kota. KEGJATAN ANGGARAN Penyusunan laporan capaian kine~a dan ikhtisar Rp realisasi kine~a SKPD r---: Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran SKPD Rp r---: Monitoring dan evaluasi programlkegiatan pengelolan Rp lingkungan hidup JUMLAH I Rp 111.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 SE~RIS PETRIArJ; MM NIP NIP

117 PERJANJIAN KINERJA SUBBAG UMUM TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Meningkatnya kualitas pelayanan public dan ketatausahaan dinas IKM layanan intern IKM layanan publik 2 Meningkatnya kualitas ketatalaksanaan di lingkungan Jumlah SOP yang ditetapkan Dinas Persentase SOP yang Ielah efektif dilaksanakan Baik Baik 100% 100% 3 Terwujudnya Pelayanan Administrasi Perkantoran Jumlah materai, paket pengiriman surat dan BBM yang disediakan BBM, 2000 buah materai dan 580 paket pengiriman sural lr Te~aksananya pembayaran jasa kebersihan kantor 1 tahun lr ~~~~--~~~----~~~--~--~ II J:..::u:..:: m:..:: la:..::h...:a:..:: la:..:: t.:.: tu:..:: lis:..::k...:a :..:: n.:.:to_r da:..::n~p...:e_n=..gh :..::a:..:: rg~a:..:: a_n :..:: un_tu :..::k_c:..:e:..:: n:..:: de:..::r:..:: am:..:::..:: ata :..:: + ~ --~-h.~~ --- Tersedianya barang cetak dan penggandaan 12 bulan lr '-----= ''-= lf t:..:e:..:: rs:..:: e:..::d:..:: ia:..:: ny~a:..::k:..:: o_m.!_p:..::on_e_n.,.. li_stri _ kf_p:.._e_n_e.,.. ra_ng,_a_n, ~ --~-h.~~ Tersedianya peralatan dan pertengkapan kantor 4 tabung pemadam kebakaran, 100 meter spanduk dan 3 set bendera merah putih l f j:..::u:..:: m:..:: la:..:: h:..::m:..::e:..:: d.:.: i~:..:s:..:: u...: ra:..:: t ka:..::b:..:: a:..:: rh...:a:..:: n:..:: an~ya:..::n~g...: d...: is:..:: ed:..::ia :..::k:..:: a:..:: n ~ 12bulan l f p...:e::.:m.:.:b:..:: a!..; ya::.r:..:: an:..::h:..::o::.:n:..:: o:..:: ra:..:: nu::.:m...!: ja:..:: sa:...:.: te:..:: n ag~a:..::s:..:: oo:_ pi:..:: r ~- 12 bulan Pembayaran honorarium jasa tenaga pengaman kantor 12 bulan 4 Terwujudnya Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Terlaksananya pembangunan gedung kantor Bapedalda 1 paket Terlaksananya pengadaan kendaraan dinas/operasional 2 unit Tersedianya suku cadang, pajak STNK dan asuransi kendaraan 4 unit mobil... - ~1 Te~aksananya pemeliharaan instalasi dan jaringan listrik, telepon dan 12 bulan air lr-- t l Terlaksananya pemeliharaan komputer dan janngan komputensasi server 1 unit. komputer 10 unit, notebook 15 unit, printer 11 unit dan monitor 7 unit Terlaksananya pemeliharaan AC dan moubiler lr '-:..:::..:: Pembayaran honor pengawasan dan pengenda lian asset SKPD Terlaksananya pengecatan kantor. perbaikan atap/loteng, pemeliharaan pekarangan/taman, perbaikan pintu depan dan jendela serta perbaikan kunci 18 unit, 1 paket - 12 bulan lr-~~-~ j_u_m_la_h_b_a_h_an_k_e_le_n=-gk_a~p_an~pe_n_e_ta~p_an_a_r_si~p _B:..:: ap:..::e_d_al_da 1 paket 5 TeJWujudnya Peningkatan Disiplin Aparatur Tersedianya pakaian dinas PNS dan PTT 70 stel lr-:-t=-----'---'------"------'------' :._:. :'--' l Terlaksananya Peran Serta Selunuh Stakeholder Terlaksananya edukasi dan kampanye lingkungan hidup pelaksanaan upacara bendera dan dalam Upaya Pe~indungan dan Konservasi Sumber laporan hasil survey DayaAiam 5 paket KEGIATAN 1 Penyediaan jasa sural menyurat f-:- - - ANGGARAN Rp ~ -~_:-~_Y.:~i~~~--j~~-a.. ~.:.b..e..~.i ~.a.-~.- ~.a.-~!o..r ~?... ~.J. -~ - ~~~--~~~ - r-2- -~-~-~.Y.:~i~~~ -~~~! _ll_lli_s... ~a.-~_t?.r ~p... J.! 1 _9.9..:~-~.0... ~ -~~-~-Y.:~i~a.- ~- -b.~r.a..~~ --~.e.!a..~. d.a..~.. P..e..~_na.~.9. a..a..~---.. ~? Penyediaan komponen instalasi listrikfpenerangan Rp bangunan kantor f-:- - 6 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor Rp t-= Penyediaan bahan bacaan dan peraturan penundang- Rp undangan -:: Penyediaan jasa sopir kantor Rp :: ~ ~-~-~Y.:9_i~~~- ~-a.~ -~:~9..a.~a.~- ~a.-~!o.r Rp... ~.?.!.. ~.!-~.:~-~-~--!.o... P..~Il1~a.-~~-~-~-a..n... ~.:.d..~-~~ -~a.~_t?.r Rp 1_: :.~.9.5.: ~.0._0 ~ - ~~- n.g_a_c!_a.~~ --~:~-~a.r.~~~ --~~n.~:'?.?.:r.a..s. i?.~a.l... Rp Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Operasional Rp i'eiiieiiilaraaii.rlitiii/eie.ika.iai.ii5iaia5iciail"jaiin9.aii Rp listrik, telp, dan air ~~~~~--~~~~--~~~---+~ Pemeliharaan nutinlberkala komputer dan janngan Rp komputensasi

118 NO KEGIATAN 15 Pemeliharaan Rutin/Berl<ala Peralatan dan Rp Perlengkapan Kantor 16 i>ei19 ;;1c; ia.an : Pen9-awasan-d-an.. F>eii 9-eii.Ciaiiaii-;..;; ;;i R-;; s o:ao a aoa SKPD --:-:: Pemeliharaan Rutin/Berl<a/a Gedung Kantor Rp i'eii.9adaa;"iiikaiari.ciinas-lleseria- ii ;; iieii9"kap"aiiiiya R"ii "Ji. a oifoaa --::: Penataan dan Pengelolaan Arsip Rp ,., Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di Rp bidang lingkungan JUMLAH I Rp oo 1 II Padang, Januari 2016 SEKRETARIS PETRIA~,MM NIP NOV R'i.SE NIP

119 PERJANJIAN KINERJA SUBBAG KEUANGAN TAHUN 2016 I~ SMA~N 1 Meningkatnya kualitas pelayanan public dan ketatausahaan dinas 2 Meningkatnya kualitas SDM aparatur din as INDIKATOR KINERJA Persentase asset daerah dalam keadaan baik Persentase PNS yang ditugaskan mengikuti diklat TARGET 100% 100% 3 Terwujudnya Pelayanan Administrasi Perkantoran 4 Terwujudnya Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 5 Terwujudnya Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kine~a dan Keuangan Pembayaran rekening listrik, telepon, air, faximile dan internet Tersedianya makan dan minum kantor Jumlah pelaksanaan konsultasi dan koordinasi ke dalam dan luar daerah Jumlah paket pelatihan dan jumlah orang Pembayaran honorarium pengelolaan keuangan 1 tahun bulan kali dalam daerah dan 18 kali luar daerah erg penggantian transport, 4 org luar daerah dan 4 paket diklat -..._.., bulan NO KEGIATAN ANGGARAN 1 Penyediaan jasa komunikasi,air dan listrik Rp ~ Penyediaan makan dan minum Rp ~ Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam Rp daerah dan luar daerah, pelaksanaan Bintek dan sosialisasi dalam dan luar propinsi 4 Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang- Rp undangan ~ s P";;;; a ia.usah.aaari.. i<euaii.iia ii si<i'o Rp JUMLAH Rp Padang, Januari 2016 SEK~RIS PETRIAL~ ~ MM NIP MULYADI,SE NIP

120 ~... PERJANJIAN KINERJA BIDANG PEMBINAAN PENINGKATAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2016 I No I SASARAN I INDIKATOR KINERJA I TARGET 1 Meningkatnya peran serta stakeholder dalam Persentase jumlah Kab/Kota yang ikut program Adipura 73,7% pengelolaan lingkungan hidup Persentase peningkatan jumlah us ulan calon penerima penghargaan Kalpataru Tk. Provinsi Persentase peningkatan Nagari/Kelurahan yang ikut program Nagari/Kelurahan Bersih Persentase Bank Sampah yang aktif dari seluruh Bank Sampah yang terdata Tahun % 5% 15% I KEGIATAN ANGGARAN Peningkatan pemulihan kualitas lingkungan hidup perkotaan {Adipura) dan lmplementasi Gerakan Sumbar Bersih Rp ,: Peningkatan Konservasi Kualitas Air Danau di Prov. Rp Sum bar ---: Peningkatan Koordinasi Perlindungan Kawasan Rp Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Sum bar 1---:: Pembinaan Pemulihan Kualitas SDA dalam rangka Rp Peningkatan Tutupan Vegetasi r-:-.. " Pembinaan dan Penilaian Peranserta Masyarakat dan Rp Kelompok Peduli Lingkungan Hidup!-: Peningkatan Pembinaan Konservasi Wilayah Pesisir Rp Laut r Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Rp Daerah (RAD) Gas Rumah Kaca sektor Pengelolaan Lim bah _ Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Percepatan Rp Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) ~ Sos1ailsas1 Pembangunan yang Berwawasan Rp Lingkungan bagi Nagari/Kelurahan 1--c-: Peningkatan Program Pelindungan Lapisan Ozon dan Rp Pengendalian Dampak Perubahan lklim. JUMLAH I Rp Padang, Januari 2016 KEPALA BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT KABID PEMBINAAN PENINGKATAN KONSERVASI SUMs;;}.YA ALAM Drs. ASRIZAL AS NAN, MM NIP lr.z.: NIP

121 PERJANJIAN KINERJA SUBBID PEMBINAAN KONSERVASI WILAYAH PESISIR LAUT TAHUN 2016 I No I SASARAN I INDIKATOR KINERJA 1 IKLH Jumlah danau yang dipantau kualitas airnya I TARGET 4 danau I Jumlah Kabupaten yang dibina dan dievaluasi dalam peningkatan pengelolaan tutupan vegetasi 12 Kab Jumlah Kab/Kota kawasan pesisir pantai dan muara sungai yang dipantau kualitas air lautnya 6 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota yang diinventarisasi data GRK bidang 19 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota yang diidentifikasi pemakaian bah an perusak ozon pada bengkel servis peralatan pendinginnya, Pergub program perlindungan lapis an ozon 15 kab/kota, 1 pergub KEGIATAN ANGGARAN Peningkatan Konservasi Kualitas Air Danau di Prov. Rp Sum bar ~ 2 Pembinaan Pemulihan Kualitas SDA dalam rangka Rp Peningkatan Tutupan Vegetasi ~ 3 Peningkatan Pembinaan Konservasi Wilayah Pesisir Rp Laut ~.. rv;;;;; i.iori rig: E"vaiu.asi.Ciari.. F>eiapora ;; Rencana ;.:k si Rp 1"i a:oo6~o oa Daerah (RAD) Gas Rumah Kaca sektor Pengelolaan Lim bah ----:: Peningkatan Program Pelindungan Lapisan Ozon dan Rp Pengendalian Dampak Perubahan lklim. JUMLAH I Rp 4oo.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 KABID PEMBINAAN PENINGKATAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM,,.!. NIP KASUBBID PEMBINAAN KONSERVASI WILAYAH PESISIR LAUT YULI ASTUTI, SE, M.Si NIP

122 ~ PERJANJIAN KINERJA SUBBID PEMBINAAN KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hid up IKLH Persentase Capaian pelayanan informasi lingkungan hidup (rata-rata capaian SPM Prov dan kab/kota) Persentase jumlah Kab/Kota yang ikut program Adipura 73,7% Persentase peningkatan jumlah usulan cajon penerima 15% penghargaan Kalpataru Tk. Provinsi Persentase peningkatan Nagari!Kelurahan yang ikut program 5% Nagari/Kelurahan Bersih Persentase Bank Sampah yang aktif dari seluruh Bank Sampah 15% yang terdata Tahun 2015 Terlaksananya penilaian Adipura dan Kecamatan dan Kelurahan 13 Kab/Kota, 12 Bersih Tk. Provinsi Kecamatan dan 14 Kelurahan Jumlah daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina dan 2 daerah penyangga jumlah kab/kota yang dibina pengelolaan keanekaragaman kawasan konservasi, 4 hayatinya, jumlah peserta bimtek kehati kab/kota, 40 orang Jumlah kab/kota yang dibina terkait aplikasi bank sampah dan kab/kota, 45 orang peningkatan implementasi konsep 3R, Jumlah peserta workshop bank sampah Jumlah cajon yang dibina untuk diusulkan sebagai cajon penerima Kalpataru 8 org/kelompok Jumlah Kab/Kota yang dimonitoring dan evaluasi 19 kab/kota Jumlah nagari/kelurahan lokasi pelaksanaan sosialisasi, Jumlah 3 nagari/kelurahan di 3 peserta sosialisasi kab/kota, 120 orang KEGIATAN Peningkatan pemulihan kualitas Jingkungan hidup perkotaan (Adipura) dan Jmplementasi Gerakan Sumbar Bersih Peningkatan Koordinasi Perlindungan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati di Sumbar ANGGARAN Rp Rp Pembinaan dan Penilaian Peranserta Masyarakat dan Rp Kelompok Peduli Lingkungan Hidup Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Rp Rp Sosialisasi Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan bagi Nagari/Kelurahan JUMLAH Rp Rp Padang, Januari 2016 KABID PEMBINAAN PENINGKATAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM.,L NIP Pit. KASUBBID PEMBINAAN KONSERVASI SUMBE)!~ DEVI HEN ORA. S.Si NIP

123 PERJANJIAN KINERJA BIDANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lndeks pencemaran air sungai (IPA) 58< IPA< 66 lingkungan hidup dari usahalkegiatan lndeks standar pencemaran udara (IPU) 82 < IPU < 90 2 Ditaatinya mekanisme, implementasi izin ling kung an Persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan 50% dan Kajian Lingkungan Hid up Strategis perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan KEGIATAN ANGGARAN Pembinaan dan Wasdal Kerusakan Lingkungan Hid up Rp ::--... """'"''""'"''''''"""'''"""'"""''''''"' 2 Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan Usaha Rp dan/atau Kegiatan (PROPER Daerah) 1---::-- ""'"'"'""""""'"'''"""'""'"'''"'""'"''"""''''"'''''"'"'"'"'''"'"'"''''"'"'"""'''''''' """''''''""""''''''"''''''''"'""""""'''' 3 Pemantauan Kualitas Sumber Air Skala Provinsi Rp " ""'''' I-:- "''""'""' " ''"'""''"''""'""''''''"""'"''""''''"'"''"'"'"""''"""'""""'''''"' 4 Pengawasan Pengendalian terhadap Pengelolaan ""'"''"'"'' Rp '""''''''''"'"'""'"" "'"""'' Lingkungan Usaha/Kegiatan 1---::-- "''''""""'''"'"''"'""'""""'"""'"'"'"''''"""'"""''''"'''"'"''""""""""'''"'"''""'' ""'""'""'''"""""""""''""'''''"'"''" 5 Pemantauan Kualitas Udara Ambien Rp ::-- "''"'""""''""""""''"""""''"'""""'"""""'"""'''''"'''"''"'""'""""""'''"""""'' '""'"""'''"'"''"'"''''""'''''"''''''''''''' 6 Peningkatan Kerjasama Antar Daerah dalam Rp _ Penurunan Beban Pencemaran Sungai JUMLAH I Rp 1.a55.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 KEPALA BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT Drs. ASRIZAL ASNAN, MM NIP KABID PENGAWASAN, PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN ;tj-- Ir. SITI AI~ M.Si NIP

124 PERJANJIAN KINERJA BIDANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PENCEMARAN LJNGKUNGAN TAHUN 2016 I No I SASARAN I JNDJKATOR KINERJA 1 Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lndeks standar pencemaran udara {IPU) lingkungan hidup dari usaha/kegiatan 2 Persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan perizinan ling kung an sesuai peraturan perundang-undangan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3 IKLH Jumlah kab/kota yang dilakukan pembinaan wasdal kerusakan lingkungan, uji petik ke objek kegiatan serta wasdal kerusakan lingkungan ke objek kegiatan skala provinsi I TARGET 82 < IPU < 90 50%! kab/kota I Objek kegiatan yang dinilai pengelolaan lingkungan hidupnya 15 objek Jumlah Kab/Kota yang terpantau kualitas udara ambiennya 19 Kab/Kota NO KEGIATAN ANGGARAN Pembinaan dan Wasdal Kerusakan Lingkungan Hidup Rp f------c Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan Usaha Rp dan/atau Kegiatan (PROPER Daerah) f------c Pemantauan Kualitas Udara Ambien Rp J u M LAH I Rp 2oo.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 KABID PENGAWASAN, PENGENDALIAN KERUSAKAN INGKUNGAN KASUBID PENGAWASAN PENGENDALIAN KERUSAKAN LJNGKUNGAN '' VIA~ M.SI NIP

125 PERJANJIAN KINERJA BIDANG PENGAWASAN, PENGENDAUAN KERUSAKAN DAN PENCEMARAN UNGKUNGAN TAHUN NO SASARAN INDIKATOR KINERJA 1 T erkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lndeks pencemaran air sungai (IPA) lingkungan hidup dari usaha/kegiatan 2 IKLH Jumlah sungai yang dipantau Terbentuknya kerjasama dan MoU antara stakeholders dalam penurunan beban pencemaran (limbah padat) pada sungai Batang Agam Jumlah objek kegiatan yang dilakukan pembinaan wasdal pengelolaan limbah B3 dan lim bah cair TARGET 58< IPA < 66 6 sungai Mou Satang Agam Pembentukan 2 klaster wasdal Penanganan sampah pad at pada 2 titik 12 kegiatan INO KEGIATAN ANGGARAN 1 Pemantauan Kualitas Sumber Air Skala Provinsi Rp ~ Peningkatan Kerjasama Antar Daerah dalam Rp Penurunan Beban Pencemaran Sungai ~... 2 Pengawasan Pengendalian terhadap Pengelolaan Rp Lingkunga~ Usaha/Kegiatan JUMLAH I Rp 55s.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 KABID PENGAWASAN, PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN ~ lr. SITI AISYAH. M.Si NIP KASUBID PENGAWASAN, PENGENDALIAN PENCEMARAN UNGKUNGAN ZULKIFLI. SH NIP

126 PERJANJIAN KINERJA BIDANG PENINGKATAN KAPASITAS DAN INFORMASI LINGKUNGAN TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya peran serta stakeholder dalam Rasia keikutsertaan Sekolah dalam program Adiwiyata 3,42% pengelolaan lingkungan hidup Usaha/kegiatan peringkat biru proper yang mengalokasikan CSR 20% untuk pengelolaan LH 2 Meningkatnya implementasi Standar Pelayanan Persentase capaian pelaksanaan SPM Provinsi Minimal (SPM) bidang lingkungan hidup - Pelayanan informasi status mutu air 100% - Pelayanan informasi status mutu udara ambien 100% - Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat 100% Persentase Kab/Kota yang capaian pelaksanaan SPM-nya > 20% 80% KEGIATAN ANGGARAN Penyusunan Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Rp (SLHD) --:: Pengembangan Sistim lnformasi Lingkungan Rp c-, Pengkajian Penetapan Status Mutu Air dan Daya Rp Tampung Air Sungai Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Rp Lingkungan (Penerapan CSR LH) _ Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Rp laboratorium terakreditasi ---: Pembinaan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rp ~... 7 Pembinaan sekolah berwawasan lingkungan Rp (Adiwiyata) JUMLAH I Rp o.ooo 1 Padang, Januari 2016 KEPALA BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT ~ - Drs. ASRIZAL ASNAN, MM NIP KABID PENINGKATAN KAPASITAS DAN INFORMASI LINGKUNGAN /1 ~"" / lr. N.lsAR~ Nl~1003

127 PERJANJIAN KINERJA BIDANG PENINGKATAN KAPASITAS DAN INFORMASI LINGKUNGAN TAHUN 2016 I No I SASARAN I INDIKATOR KINERJA 1 Meningkatnya peran serta stakeholder dalam Usaha/kegiatan peringkat biru proper yang mengalokasikan CSR pengelolaan lingkungan hidup untuk pengelolaan LH 2 Persentase Capaian pelayanan informasi lingkungan Jumlah buku SLHD sumatera barat tahun 2015, draft buku data hidup (rata-rata capaian SPM Prov dan kablkota) SLHD sumatera barat tahun 2016, Jumlah buku SLHD kablkota yang dinilai Jumlah sungai yang ditetapkan penetapan status mutu air sungai lintas kabupaten/kota Jumlah kegiatan CSR Bidang Lingkungan Hidup yang dilaksanakan oleh perusahaan Jumlah laboratorium lingkungan/laboratorium DAK yang dibina operasionalnya memenuhi persyaratan pada instansi lingkungan hid up kablkota I TARGET 20% c~ 80 set buku SLHD 2015, 1 draft buku data SLHD sungai (batang sinamar dan batang mangor) 11 perusahaan aboratorium I KEGIATAN ANGGARAN Penyusunan Buku Status Lingkungan Hidup Daerah Rp (SLHD)!-- 2 Pengkajian Penetapan Status Mutu Air dan Daya Rp Tampung Air Sungai!-- 3 Pembinaan Penerapan Sistem Manajemen Rp Lingkungan (Penerapan CSR LH) 1---c Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Rp laboratorium terakreditasi JUMLAH I Rp o.ooo 1 Padang, Januari 2016 KABID PENINGKATAN KAPASITAS DAN INFORMASI LINGKUNGAN SUBID AKREDITASI DAN PENINGKATAN KAPASIT~NGAN DESI WIDIA KUSUMA, S.Si NIP

128 PERJANJIAN KINERJA BIDANG PENINGKATAN KAPASITAS DAN INFORMASIUNGKUNGAN TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA 1 Meningkatnya peran serta stakeholder dalam Rasio keikutsertaan Sekolah dalam program Adiwiyata pengelolaan lingkungan hidup 2 Meningkatnya implementasi Standar Pelayanan Persentase capaian pelaksanaan SPM Provinsi Minimal (SPM) bidang lingkungan hidup - Pelayanan informasi status mutu air - Pelayanan informasi status mutu udara ambien - Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat Persentase Kab/Kota yang capaian pelaksanaan SPM-nya > 80% 3 IKLH Jumlah sekolah yang dibina/dinilai dalam program adiwiyata tahun Jumlah paket pembuatan sistem informasi lingkungan Persentase Capaian pelayanan informasi lingkungan hidup (rata-rata capaian SPM Prov dan kab/kota) Jumlah Kab/Kota yang dibina pelaksanaan pencapaian SPM-nya TARGET 3,42% 100% 100% 100% 20% 50 sekolah ---- :-:- 1 paket aplikasi WebGIS 9 kab/kota - KEGIATAN ANGGARAN 1 Pengembangan Sislim lnformasi Lingkungan Rp :: Pembinaan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rp :: Pembinaan sekolah berwawasan lingkungan Rp (Adiwiyata) JUMLAH I Rp?oo.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 KABID PENINGKATAN KAPASITAS DAN INFORMASI LINGKUNGAN ~ NIP KASUBID EVALUASI DAN NIP

129 PERJANJIAN KINERJA BIDANG TATA LINGKUNGAN DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan Persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan 50% dan Kajian Lingkungan Hid up Strategis perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan 2 Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan 85% hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat 3 IKLH Jumlah instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang dievaluasi 5 (lima) kabupaten/kota dalam pembinaan dan perizinan di bidang lingkungan hidup serta penerapan sanksi hukum lingkungan Jumlah pemilik usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan pembinaan dalam penerapan peraturan bidang lingkungan hidup dan perizinan Jumlah perizinan yang diterbirkan Kab/Kota Jumlah kasus lingkungan hid up yang terfasilitasi penyelesaiannya, Jumlah pemilik kegiatan danlatau usaha yang dijadikan objek penegakan hukum 5 (lima) usaha dan/atau kegiatan 19 Kab/Kota 4 kasus, 2 objek NO KEGIATAN Pembinaan Hukum Lingkungan dan Perizinan 2 Penaatan Hukum Lingkungan Rp I JUMLAH I Rp Rp Padang, Januari 2016 KABID TATA LINGKUNGAN DAN GKUNGAN KASUBID PEMBINAAN HUKUM DAN nt..!hi"'irn.ngkungan lr. YANTONIUS NIP

130 PERJANJIAN KINERJA BIDANG TATA LINGKUNGAN DAN PENAATAN HUKUM UNGKUNGAN TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA 1 Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang telah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis mengimplementasikan Standar Operating Procedure (SOP) sesuai peraturan perundang-undangan Persentase usaha dan/atau kegiatan yang mengimplementasikan perizinan lingkungan sesuai peraturan perundang-undangan TARGET 70% 50% Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis 2 Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan Persentase kasus lingkungan hidup yang dapat diselesaikan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Sara! 40% 85% KEGIATAN ANGGARAN Penyelenggaraan AMDAL di Prov. Sum bar,,,,,,,... Rp _ 2 _ Pembinaan Hukum Lingkungan dan Perizinan Rp ,,,,,,... 3 Penaatan Hukum Lingkungan,, Rp _ 4 Pembinaan KLHS terhadap Dokumen Pereneanaan Rp JUMLAH I Rp 41o.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 KEPALA BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT ~ Drs. ASRIZAL AS NAN, MM NIP KABID TATA LINGKUNGAN DAN ~KUNGAN lr. YANTONIUS NIP

131 PERJANJIAN KINERJA BIDANG TATA LINGKUNGAN DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN TAHUN 2016 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA 1 Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA) kab/kota yang Ieiah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis mengimplementasikan Standar Operating Prosedur (SOP) sesuai peraturan perundarig-undangan Persentase dokumen perencanaan provinsi dan/atau kabupaten/kota yang dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup Strategis 2 IKLH Jumlah kabupaten/kota yang dievaluasi kinerja penatalaksanaan penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL-UPL-nya TARGET 70% 40% 8 (delapan) kabupatenlkota Jumlah kabupaten/kota yang dibina/diverifikasi terkait pengajuan lisensi Komisi Penilai Amdal-nya Jumlah kabupaten/kota yang difasilitasi dan/atau dibina untuk penerapan KLHS terhadap dokumen perencanaan 4 (empat) kabupaten/kota 5 kab/kota I No I KEGIATAN I ANGGARAN I 1 Penyelenggaraan AMDAL di Prov. Sum bar Rp Pembinaan KLHS terhadap Dokumen Perencanaan Rp ~ I I JUMLAH I Rp 1so.ooo.ooo 1 Padang, Januari 2016 KABID TATA LINGKUNGAN DAN lr. YANTONIUS NIP

132 PIAGAM PENGHARGAAN l'. t.zl\t {\'inl'i<jh 1.\ N 1.1 N\ i K U Nllt\N I Ill Hll' I )AN KY I 1\ JTAN AN I' l ~ l'lll \U h. IN Ul >N t :st t\ I.H::ttl ' tft< t : d 1 kn 1\ q ;:,dn GUBERNUR SUMATERA BARAT ro:lptlill s... l ttyfti !: II IN«~ KJ,rl.. I I I ~I 11\\ ;~ '.SI'I"' :\ '. I~.,N'I.,II,,,, \\ 7 t,.lllt 2 0 I 0.1\knred Lir\t.~k l.&llgun IJidup dun Kt:hutnnun,

133 BAPEDALDA PROVINSI SUMATERA BARAT Jl. Khatib Sulaiman No. 22 Padang Telp. (0752) Fax. (0751)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

DINAS LINGKUNGAN HIDUP

DINAS LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT DINAS LINGKUNGAN HIDUP Jalan Khatib Sulaiman No. 22 Telp. (0751) 7055231 446571 445154 Fax. (0751) 445232 PADANG website: http://dlh.sumbarprov.go.id email: dlh@sumbarprov.go.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA

PERUBAHAN RENCANA KERJA PERUBAHAN RENCANA KERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH NOMOR: 188.4/3235/SET/BLHD TENTANG PENETAPAN PERUBAHAN RENCANA

Lebih terperinci

10 sungai dan 2 danau

10 sungai dan 2 danau Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja Indikator Kinerja Program (Outcome) dan Kondisi Kinerja pada Tujuan Sasaran Indikator Sasaran KODE Program dan Kegiatan Awal RPJMD Tahun 2014

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang. FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa program

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD BLHD a. Visi Dalam rangka mewujudkan perlindungan di Sulawesi Selatan sebagaimana amanah Pasal 3 Ung-Ung RI Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang dan perlindungan daerah FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3. CAPAIAN KINERJA PROGRAM/KEGIATAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015

LAMPIRAN 3. CAPAIAN KINERJA PROGRAM/KEGIATAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 SKPD : BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULSEL LAMPIRAN 3. CAPAIAN KINERJA PROGRAM/KEGIATAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 Realisasi Kinerja Pada Triwulan No Sasaran

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Dalam kerangka pembangunan Good Governance yang berorientasi pada hasil, dan dalam rangka mendukung pencapaian

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON III PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON III PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 Sekretaris Badan () (2) (3) yang Lengkap, Akurat dan Mudah Diakses oleh Semua Pemangku Kepentingan dan Masyarakat Publikasi Dokumen Status Dokumen 6. 7. 8. 9. 0. Program Pelayanan

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan dan perlindungan daerah FUNGSI

Lebih terperinci

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

Data Capaian Pada Tahun Awal Perencan aan. Indikator Kinerja Program (outcome) dan Kegiatan (output)

Data Capaian Pada Tahun Awal Perencan aan. Indikator Kinerja Program (outcome) dan Kegiatan (output) Instansi Visi RENCANA STRATEGIK TAHUN 2013-2017 : Badan DIY : Sebagai Institusi Yang Handal Dalam Pengelolaan Untuk Mewujudkan Masyarakat DIY Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan Tujuan Sasaran Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 T E N T A N G STATUS MUTU AIR SUNGAI BATANG LEMBANG, SUNGAI BATANG AGAM, SUNGAI BATANG PANGIAN, SUNGAI BATANG OMBILIN DAN SUNGAI BATANG ANAI DENGAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2017

Laporan Kinerja Tahun 2017 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang mempunyai peran penting dalam mendukung pembangunan lingkungan hidup dalam upaya pencapaian Misi Daerah yang berkaitan dengan lingkungan hidup, yaitu misi ketujuh

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Program untuk lingkungan hidup adalah sebagai berikut: a) Program Pengembangan

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, penilaian di Bidang Pengelolaan FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN PERUBAHAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PELALAWAN

RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN PERUBAHAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PELALAWAN SASARAN TAHUN 2016 PERUBAHAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PELALAWAN SASARAN Membaiknya kinerja pelayanan aparatur dibidang hidup INDIKATOR Persentase pelayanan administrasi perkantaroran sesuai SOP

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, penilaian di Bidang Pengelolaan Hidup FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017

RENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017 RENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017 NO SASARAN PROGRAM KEGIATAN URAIAN INDIKATOR KINERJA Target URAIAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET KET 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 1 Penurunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KLH 2014

RENCANA KERJA KLH 2014 2014 RENCANA KERJA KLH 2014 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PESISIR SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengertian Rencana kerja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu)

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR

TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR hasil pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu. hasil pemantauan air sungai yang memenuhi baku mutu

Lebih terperinci

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat menyebabkan telah terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN Menimbang : GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN 2013-2015 GUBERNUR JAMBI, a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Sebelum Reviu A. Visi dan Misi B agi suatu organisasi, Visi memiliki peran memberikan arah, menciptakan kesadaran untuk mengendalikan dan mengawasi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

SASARAN STRATEGIS 1 : Menurunnya beban pencemaran lingkungan hidup

SASARAN STRATEGIS 1 : Menurunnya beban pencemaran lingkungan hidup Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) ini disusun sebagai wujud dan tekad Kementerian Lingkungan Hidup dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2016 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR JL. Lintas Sumatera KM.7 Kotabaru Selatan Telp. (0735) 481849 NO SASARAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO

PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jl. Raya Dringu No. 81 Telp/Fax (0335) 433860 website: www.blh.probolinggokab.go.id - email:

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM & KEGIATAN TAHUN 2018 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM & KEGIATAN TAHUN 2018 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM & KEGIATAN TAHUN 2018 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA oleh: Kepala Badan Lingkungan Hidup DIY Pada Acara Forum Perangkat Daerah Sarana Prasarana Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA Pada Tahun 2015 sesuai RENSTRA Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah bermaksud memfokuskan pencapaian sasaran utama yaitu : 1. Meningkatnya kinerja pengelolaan

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) STRUKTUR ORGANISASI Unsur organisasi Ba terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu unsur Pimpinan (Kepala Ba), Pembantu Pimpinan (Sekretaris Sub Bagian)

Lebih terperinci

a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP Pada Tahun Anggaran 2008, penyelenggaraan urusan wajib bidang lingkungan hidup sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

7. SKPD : BADAN LINGKUNGAN HIDUP

7. SKPD : BADAN LINGKUNGAN HIDUP 7. : BADAN LINGKUNGAN HIDUP No Daerah, dan Program/ Pagu A BELANJA TIDAK LANGSUNG JUMLAH (BELANJA TIDAK LANGSUNG) - - - - 0% - B BELANJA LANGSUNG URUSAN LINGKUNGAN HIDUP 1 Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Perjanjian Kinerja Bab II Perencanaan Perjanjian Kinerja Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Tabel 2.4. Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Tahun 2016 Kota Bontang

Tabel 2.4. Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Tahun 2016 Kota Bontang 2.1. Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat Tabel 2.4. Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2015 dan Prakiraan Bontang Kode Indikator / Pagu (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa Rencana Strategis Satuan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015 Hal 1 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI Formulir RKA SKPD 2.2 TAHUN ANGGARAN 2015 URUSAN PEMERINTAHAN : 1.0. LINGKUNGAN HIDUP ORGANISASI : 1.0.01. KANTOR LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara ditetapkan Berdasarkan

BAB II BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara ditetapkan Berdasarkan BAB II BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara ditetapkan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Lebih terperinci

LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA Kata Pengantar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN BAB VI INDIKATOR KINERJA DLHK KOTA DENPASAR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN 6.1. Pengukuran Indikator Kinerja Capaian kinerja Renstra setiap tahun diukur dari dimensi akuntabilitas dengan menggunakan

Lebih terperinci

(RENJA) RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2016

(RENJA) RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2016 (RENJA) RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO Jl. RAYA DRINGU NO. 81 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat karunianya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2016

RANCANGAN RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2016 RANCANGAN RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI BALI TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Angayubagya kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Lingkup Provinsi Jambi Tahun 2010-2015 merupakan pedoman dan arahan bagi masingmasing SKPD dalam pelaksanaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR JL. Lintas Sumatera KM.7 Kotabaru Selatan Telp. (0735) 481849 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : ANALISIS MENGENAI DAMPAK 2. TUGAS : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis penilaian dan pemantauan analisis mengenai dampak lingkungan 3. FUNGSI : a. penyusunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015 BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN (BAPEDAL ) Nomor : / /2014 Banda Aceh, Maret 2014 M Lampiran : 1 (satu) eks Jumadil Awal

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DAERAH Visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Visi : MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH RENCANA KERJA

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH RENCANA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH RENCANA KERJA PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN Renja SKPD atau Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan satu dokumen

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat alikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 66 TAHUN 2016

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat alikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 66 TAHUN 2016 Menimbang Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat alikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) yang ditetapkan oleh Badan Daerah Provinsi Kalimantan Barat merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET Meningkatkan kualitas dan fungsi LH melalui upaya pencegahan dan pengendalian terhadap pencemaran air dan udara Meningkatkan

Lebih terperinci

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KUTAI TIMUR KAWASAN BUKIT PELANGI TELP

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KUTAI TIMUR KAWASAN BUKIT PELANGI TELP BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KUTAI TIMUR KAWASAN BUKIT PELANGI TELP. (0549)22467 FAX (0549) 22577 LAPORAN ANGKUTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) S A N G A T T A T A H U N 2015 KATA

Lebih terperinci

TABEL 5.1 RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP JAWA BARAT

TABEL 5.1 RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP JAWA BARAT TABEL 5.1 RENCANA PEMBIAYAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP JAWA BARAT 2013-2018 MISI Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Kode Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (Out Come)

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Visi Misi Daerah Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo seperti tercantum dalam RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017 adalah Terwujudnya Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI BADAN LINGKUNGAN HIDUP Ba Hidup Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu perangkat daerah Provinsi Jawa Tengah memiliki kewajiban

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

Praja Wibawa 1950

Praja Wibawa 1950 Praja Wibawa 1950 2 0 1 6 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, Provinsi Sumatera Barat dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA (P RENJA) TAHUN 2016

PERUBAHAN RENCANA KERJA (P RENJA) TAHUN 2016 PERUBAHAN RENCANA KERJA (P RENJA) TAHUN 206 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BLITAR PEMERINTAH KOTA BLITAR BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BLITAR Jl. A.Yani No. 20 Telp./Fax: ( 0342 ) 0390 B L I T A R email : dkp.kotablitar@gmail.com

Lebih terperinci

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN 2015-2018

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON IV PERJANJIAN KINERJA TAHUN Kasubbag Program Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON IV PERJANJIAN KINERJA TAHUN Kasubbag Program Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara PERJANJIAN KINERJA TAHUN 06 Kasubbag Sasaran / () () (3) (4) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Bimbingan T eknis Penyusunan RKA/DPA SKPD Peningkatan Pengembangan Siste m Pe laporan Capaian Kinerja

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA TANGERANG atar belakang, maksud dan tujuan PERIODE 2014-2018 Berpijak pada upaya untuk melaksanakan amanat peraturan perundangundangan dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA PEKALONGAN DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DLHK) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017

RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DLHK) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017 RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DLHK) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017 1.1. Kepala Dinas 1) Merumuskan kebijakan teknis dalam lingkup pengelolaan lingkungan hidup Provinsi Banten 2) Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Paragraf 2 Kepala Sub Bagian Keuangan

Paragraf 2 Kepala Sub Bagian Keuangan BAB XXVII BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 540 Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Kepala

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci