JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENGADAAN AKTIVA DENGAN CARA SEWA GUNA USAHA (LEASING) DAN PEMBELIAN TUNAI DALAM RANGKA PENGHEMATAN PAJAK PADA PT. ELS INDONESIA PRIMA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: HIDAYATULLAH JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M i

2 ii

3 iii

4 iv

5 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Mahasiswa : Hidayatullah NIM : SURAT PERNYATAAN Jurusan : Akuntansi Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, 30 November 2010 Hidayatullah v

6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA DIRI Nama : Hidayatullah Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/6 Agustus 1988 Alamat : Jl. Karayawan 3 No 23 Rt 001/07 ciledug, Tangerang Anak ke : 3 (tiga) dari 4 bersaudara Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Telepon : day_hidayatullah@yahoo.com Kewarganegaraan : WNI Hobi : Travelling PENDIDIKAN FORMAL 1. SD N 11 Pagi Joglo : SMP Nur Insan : MAN 10 Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : PENDIDIKAN NON-FORMAL 1. KKS di Desa Gunung Datar, Pandeglang : Training Sertifikasi ISO 9000:2008 : Brevet A & B UIN Angkatan 2 : 2010 vi

7 ABSTRACT Cash purchasing is the amount of capital money paid to obtain fixed asset including invoice price and all cost that is paid until the fixed asset is ready to use. On the other hand, leasing is all company's payment activities in the form of providing capital goods to be used by a company within a certain period that is based on occasional payments and the company's option to purchase the capital goods or to prolong the leasing period according to the residual value, which has already been agreed on. One of the many kinds of leasing is financial lease, which is a leasing activity where the lessee at the end of the contract period has the option to purchase the leasing object based on the residual value that has been agreed on. Leasing is governed in the Standard of Financial Accounting Number 30 and in the Decree of Finance Ministry Number 1169/KMK.01/1991. The purpose of this study is to analyze the comparison of the gain of fixed asset in cash purchasing and leasing in determining the amount of taxation money that could be saved by the Els Indonesia Prima Ltd. Keywords: Tax planning, acquisition asset, leasing, cash purchasing vii

8 ABSTRAKSI Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. Sedangkan Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Salah satu jenis leasing adalah financial lease yaitu suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Sewa Guna Usaha (Leasing) diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan perolehan aktiva tetap secara pembelian tunai dan sewa guna usaha (leasing) dalam menentukan besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh PT. Els Indonesia Prima Kata kunci: Perencanaan pajak, pengadaan aktiva, sewa guna usaha, pembelian tunai. viii

9 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamiin, tak ada kata yang pantas penulis ucapkan selain ungkapan puja dan puji serta rasa syukur atas karunia yang tak terhingga yang diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi, penulis mempersembahkan skripsi dengan judul Analisis Perbandingan Perencanaan Pajak Untuk Pengadaan Aktiva Dengan Cara Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Pembelian Tunai Dalam Rangka Penghematan Pajak pada PT. Els Indonesia Prima. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat dan ummatnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkah beliau sampai hari akhir nanti, amiin. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tuaku tercinta, Yusuf, Alm. Suhaimah dan pamanku Dahlan Alwan yang telah dan selalu memberi dukungan, baik do a maupun finansial serta kasih sayang yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Keluargaku, kakakku Yanti, Fauzi, adikku Umi, saudara-saudaraku, dan sahabat terdekatku wiwi beserta keluarga yang telah dan selalu memberikan do a, menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Fitri Damayanti SE. Ak.,Msi selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam ix

10 penulisan skripsi ini, serta selalu setia mendampingi dan membantu penulis selama sidang skripsi berlangsung, dan juga ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses perkuliahan. 7. Bapak Afif Sulfa, SE.,Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini, terutama di seminar proposal. 8. Tim penguji komprehensif, Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku penguji ahli, Bapak Drs. Abdul hamid cebba MBA, Ak, CPA, selaku ketua dan Ibu Yusro, SE.,M.Si, selaku sekretaris yang telah memberikan dukungan dan saran dalam mengembangkan ilmu akuntansi yang telah dipelajari menjadi lebih luas lagi dan telah memberikan kelulusan kepada penulis. 9. Tim penguji skripsi, Bapak Prof. Azzam Jasin.,MBA selaku penguji ahli I dan Ibu Yessi Fitri SE.,Ak.,M.Si selaku penguji ahli II dan selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak masukan dan telah memberikan kelulusan kepada penulis. 10. Bapak iskandar yusuf, selaku direktur utama PT. ELS Indonesia prima, Terima kasih atas kebaikan hatinya dalam memberikan arahan, waktu dan data-data yang Penulis butuhkan untuk penulisan skripsi. 11. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri, Pa Ismed, Bu siska dan Bu Dewi yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis dalam mengurus administrasi dengan lancar. 12. Teman-teman seperjuanganku Akuntansi Perpajakan, Akuntansi Pajak, Akuntansi Manajemen angkatan 2006, khususnya Akuntansi C (Heri, Irfan, feri, Fajar, Jamal, Ajik, Febi, Huda, Hasim, Reza, Ibnu, Fery, fenti, fika, Intan Dewinta, Maul, Fitri, Izumi, Herty, Isti, Nia, dan semua anak2 kelas C, Makasih untuk rasa kebersamaan yang kalian berikan selama ini dan Akuntansi Pajak A (Sukma, Tomi, Syahrul, Mufti, Zenal Makasih untuk semangatnya). x

11 13. Sahabat-sahabat SMA ku, Tomi dan Bakri, serta sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat selama pembuatan skripsi ini, Makasih untuk dukungannya. 14. Semua teman-teman penulis yang belum disebut di atas, terima kasih atas segala bantuannya selama proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Jakarta, Juni 2010 Hidayatullah xi

12 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Skripsi... ii Lembar Pengesahan Uji Skripsi... iii Lembar Pengesahan Uji Komprehensif... iv Lembar pernyataan skripsi... v Daftar Riwayat Hidup... vi Abstract... vii Abstrak... viii Kata Pengantar... ix Daftar Isi... xii Daftar Tabel... xv Daftar Gambar... xvii Daftar Lampiran... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah Penelitian... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Kegunaan Penelitian... 7 Bab II Landasan Teori A. Dasar-Dasar Perpajakan Pengertian Pajak Unsur Pajak Fungsi Pajak Pengelompokkan Pajak Sistem Pemungutan Pajak Hambatan Pemungutan Pajak B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak Tahapan Perencanaan Pajak Strategi Umum Perencanaan Pajak xii

13 C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya Pengertian Aktiva Tetap Penyusutan Aktiva Tetap Metode Penyusutan D. Harga Perolehan Aktiva Tetap Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara Tunai Perolehan Aktiva Tetap Dengan Pembelian Secara angsuran Perolehan Aktiva Tetap Dengan Cara Pertukaran Aktiva Tetap Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga Aktiva Tetap Yang Diperoleh Dari Pemberian atau Hadiah E. Sewa Guna Usaha {Leasing) Definisi Leasing, Lessor, Lessee Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha {Leasing) Pelaksanaan Transaksi Leasing Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor) F. Penelitian Sebelunya G. Kerangka Pemikiran Bab III Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian B. Metode Penelitian Sampel C. Metode Pengumpulan Data Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian kepustakaan (Library Research) D. Metode Analisis Data E. Definisi Operasional Variabel Bab IV Pembahasan A. Latar belakang perusahaan Misi Perusahaan Visi Perusahaan B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva Tetap Perusahaan Asumsi Penentuan Leasing xiii

14 2. Penentuan Besarnya Biaya Leasing Perhitungan Leasing Penerapan Leasing dalam Perusahaan Keseragaman Metode Akuntansi dan Perpajakan Atas Aktiva Tetap Perusahaan C. Perbandingan Alternatif Financial Lease Dan Pembelian Tunai Serta Implikasinya Terhadap Penghematan Pajak Prosedur Penentuan Dalam Analisis Perbandingan Perbandingan Perhitungan Lease dan Pembelian Atas Aktiva Tetap Hasil Perbandingan terhadap Penghematan Pajak Penilaian Atas Hasil Perbandingan Dalam Pengambilan Keputusan Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan B. Saran Daftar pusrtaka Lampiran-lampiran xiv

15 DAFTAR TABEL No Keterangan Halaman 2.1 Penelitian terdahulu Tingkat suku bunga yang digunakan Objek perhitungan leasing Perhitungan financial lease atas mesin WSB 4500H Perhitungan financial lease atas mesin IC R Keseragaman metode akuntansi dan pajak Perhitungan biaya leasing mesin WSB 4500H alternatif lease Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin WSB 4500H alternatif lease Perhitungan biaya mesin WSB 4500H alternatif pembelian Perhitungan biaya leasing mesin IC R alternatif lease Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC R alternatif lease Perhitungan biaya penyusutan atas nilai opsi mesin IC R alternatif lease Perbandingan deductible expenses per tahn - mesin WSB 4500H Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses - Mesin WSB 4500 H Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian - mesin WSB 4500 H Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC R Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC R Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses - Mesin IC R Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian - xv

16 Mesin IC R Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - Mesin IC R xvi

17 DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 2.1 Kerangka pemikiran xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan Halaman 1 Surat izin riset Daftar kendaraan dan mesin PT. Els Indonesia Prima Suku bunga BI xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan dengan demikian keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat. Beberapa alternatif pembiayaan pembelian aktiva tetap antara lain adalah pembiayaan secara tunai, kredit atau secara leasing. Usaha leasing diperkenalkan untuk pertama kali di indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya keputusan bersama tiga menteri: menteri keuangan, menteri perdagangan, dan menteri perindustrian dengan No.Kep-122/MK/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/1974 tanggal 7 februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Leasing adalah suatu perjanjian yang mempunyai sifatsifat tersendiri, yang berbeda dengan perjanjian perjanjian seperti pembelian dengan angsuran maupun pinjaman uang dari bank (Hakim, 2007:49). Pembiayaan tunai merupakan salah satu jenis pembiayaan dengan memanfaatkan kas atau uang tunai yang dapat dipakai oleh suatu perusahaan. Kecenderungan yang terjadi selama ini adalah pembiayaan secara tunai dilakukan untuk pembelian peralatan atau barang modal yang nilai harga perolehannya tidak terlalu besar. Pembiayaan secara tunai dilakukan dengan memperhatikan posisi 1

20 saldo kas minimum sehingga tidak menganggu posisi kas yang digunakan untuk biaya operasional jangka pendek. Pengertian leasing (sewa guna usaha) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala. Pengertian lain dari leasing (sewa guna usaha) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal), dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu, dengan suatu imbalan berkala dari lessee, dan lessee diberikan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut tetap menjadi milik lessor selama jangka waktu kontrak leasing (Lubis, 2007:33). Jenis sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance/capital lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor 2

21 b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal golongan 1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II, III dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan. c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha dimana penyewa atau lessee pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi membeli obyek sewa guna usaha tersebut. Kegiatan sewa guna usaha yang digolongkan sebagai tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dsewa guna usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor. b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee (Lubis, 2007: 34). Keuntungan pembiayaan dengan sistem sewa guna usaha atau leasing antara lain karena adanya pembiayaan jangka panjang atau menengah. Dilihat dari perspektif ekonomi, pembiayaan jangka panjang atau menengah ini sesuai dengan adanya umur ekonomis barang modal. Selain itu, leasing memungkinkan pengoptimalan dana investasi karena dana investasi barang modal dapat dialihkan untuk investasi hasil cepat lainnya, misalnya modal kerja atau investasi surat-surat berharga. 3

22 Leasing juga dianggap lebih mempunyai nilai fleksibilitas dalam struktur kontrak, sehingga dapat dilakukan beberapa pembaharuan perjanjian yang dianggap masih menguntungkan perusahaan. Selain memilih alternatif pembiayaan yang paling menguntungkan bagi perusahaan, harus diupayakan bagaimana cara meminimalkan pajak supaya beban pajak perusahaan dapat ditekan serendah mungkin. Perencanaan pajak (tax planning) adalah upaya untuk menghemat pajak dengan cara merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur. Dengan pembiayaan secara tunai, jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutannya dan biaya penyusutannya ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Sedangkan pembelian melalui kredit, jumlah yang boleh dibebankan sebagai biaya dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman pada bank, ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan dan untuk penyelesaian administrasi kredit bank. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh masa manfaat (umur ekonomis) dan metode penyusutan yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan (Suandy, 2001: 56). 4

23 Berdasarkan ketentuan perpajakan yang ditetapkan pemerintah, leasing dianggap dapat digunakan sebagai penghematan pengeluaran pajak. Besarnya penghematan pajak pada leasing dilakukan dengan menghitung jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Dengan leasing, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Biaya yang harus dikeluarkan tiap bulan beserta bunga apabila dijumlahkan maka biaya leasing akan lebih mahal dibandingkan dengan pembelian secara tunai, tetapi penghematan pajaknya jauh lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan dan jangka waktu sewa guna usaha (lease term) lebih pendek dari umur ekonomis. Keringanan pajak pada alternatif pembiayaan secara leasing adalah tentang keberadaan barang modal. Pada neraca yang mencatat keberadaan aktiva tetap, antara lessee dengan lessor berbeda, tergantung adanya hak opsi atau tidak ada hak opsi. Berdasarkan pencatatan aktiva tetap pada neraca tersebut akan timbul suatu penyusutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengenaan pajak Penelitian ini akan melihat bagaimana penerapan perencanaan pajak untuk menentukan pembiayaan yang mempunyai penghematan pajak terbesar di PT. Els Indonesia Prima yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan analisa terhadap perusahaan yang menggunakan pembelian tunai dalam pengadaan atau perolehan aktiva tetapnya untuk dibandingkan dengan alternatif pembiayaan leasing atau sewa guna usaha dalam tugas akhir ini dengan judul: Analisis Perbandingan Perencanaan 5

24 pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima. B. Perumusan Masalah Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini, yang akan menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini berkaitan dengan analisis perbandingan perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak. Penulis mencoba untuk merumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan atas pengadaan aktiva pada PT. Els Indonesia Prima? 2. Adakah perbedaan secara signifikan atas penerapan sewa guna usaha dan pembelian tunai dalam penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima? C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui penerapan metode sewa guna usaha (leasing) atas aktiva tetap perusahaan. 2. Untuk mengetahui besarnya perbedaan yang signifikan antara penerapan sewa guna usaha (leasing) dan pembelian tunai dalam penghematan pajak. 6

25 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Perusahaan Sebagai saran dan masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam perusahaan dalam menilai dan meningkatkan kinerja perusahaan secara optimal di masa yang akan datang. 2. Penulis Menambah pengetahuan yang lebih mendalam baik teori maupun praktek yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan perpajakan khususnya transaksi sewa guna usaha (leasing). 7

26 BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Perpajakan 1. Pengertian pajak Pengertian pajak menurut Mardiasmo dalam buku Perpajakan (2009:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Adriani, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung tugas negara menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Feldman Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontrapestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluara umum (Siti Resmi, 2003:1). 8

27 2. Unsur pajak Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur : a. Iuran dari rakyat kepada Negara. Artinya bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak adalah Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, iuran tersebut berupa uang (bukan barang). b. Berdasarkan undang-undang. Artinya bahwa walaupun Negara mempunyai hak untuk memungut pajak, namun pelaksanaannya harus memperoleh persetujuan dari wakil-wakil rakyat, yaitu dengan menyetujui undang-undang. Oleh karena pemungutan pajak berdasarkan undang-undang berarti pelaksanaannya dapat dipaksa. c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk secara individual. Artinya bahwa imbalan atau kontraprestasi oleh Negara atau pembayar pajak tersebut tidak diperuntukkan bagi rakyat secara individual atau tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak. d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik rutin maupun pengeluaran pembangunan. e. Penyelenggaraan pemerintah secara umum merupakan prestasi dari Negara, jika masih surplus digunakan untuk public investment. 9

28 f. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang. g. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang non budgeter yaitu mengatur. 3. Fungsi pajak Menurut Mardiasmo (2009:1) fungsi pajak terbagi menjadi dua, yaitu: Fungsi penerimaan (budgeter), dan fungsi mengatur (regular). a. Fungsi penerimaan (budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang di peruntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh : di masukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi mengatur (regular) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu di kenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minimum keras sehingga konsumsi minuman keras dapat di tekan. Demikian pula terhadap barang mewah. 10

29 4. Pengelompokkan pajak Pengelompokkan pajak dibagi berdasarkan: a. Menurut Soemarso (2007:15) pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: pajak langsung dan pajak tidak langsung. 1) Pajak Langsung Dalam pengertian ekonomis, pajak langsung adalah pajak yang bebanya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian administratif, pajak langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh) 2) Pajak Tidak Langsung Dalam pengertian ekonomis, pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Dalam pengertian administrative, pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea materai. 11

30 b. Menurut Soemarso (2007:16) sifat pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu: pajak subjektif dan pajak objektif. 1) Pajak Subjektif (bersifat perorangan) Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan pertama-tama kesadaran pribadi Wajib Pajak untuk menetapkan pajaknya harus ditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya, yaitu yang disebut daya pikul. 2) Pajak Objektif (bersifat kebendaan) Pajak Objektif pertama-tama melihat kepada objeknya baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian barulah dicari subjeknya (orang atau badan hukum) yang bersangkutan langsung, dengan tidak mempersoalkan apakah subjek pajak ini berkedudukan di Indonesia ataupun tidak. c. Lembaga Pemungut dapat dibagi 2 yaitu: pajak pusat dan pajak daerah. 1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. 2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. 12

31 5. Sistem pemungutan pajak Sistem pemungutan pajak menurut waluyo (2006:17) dikelompokkan menjadi tiga yaitu: official assessment system, self assessment system, dan with holding system a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 6. Hambatan pemungutan pajak Hambatan terhadap pemungutan pajak menurt mardiasmo (2003:7) dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: perlawanan pasif danperlawanan aktif. a. Perlawanan pasif 13

32 Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain: 1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat. 2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat. 3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. b. Perlawanan aktif Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain : 1) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang. 2) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-undang (menggelapkan pajak) B. Pengertian Manajemen dan Perencanaan Pajak Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya. 14

33 Perencanaan Pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak. Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion. Perencanaan pajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau kejadian mempunyai dampak perpajakan. Apabila kejadian tersebut mempunyai dampak pajak, apakah dampak tersebut dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak tersebut dapat ditunda. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut: - Tidak melanggar ketentuan perpajakan. - Secara bisnis dapat diterima, dan 15

34 - Bukti-bukti pendukungnya memadai. 1. Aspek-aspek dalam Perencanaan Pajak a. Aspek Formal dan Administratif 1) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP); 2) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan; 3) Memotong dan/atau memungut pajak; 4) Membayar pajak; 5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan. b. Aspek Material Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap. 2. Tahapan perencanaan pajak a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base). b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or more possible tax plans). c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan). 16

35 d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans). e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan). 3. Strategi umum perencanaan pajak a. Tax Saving Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp 100 juta dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang. b. Tax Avoidance Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21. c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa: 1) Sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan; 2) Sanksi pidana: pidana atau kurungan. 17

36 d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang. e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai. C. Aktiva Tetap dan Penyusutannya 1. Pengertian aktiva tetap Aktiva tetap merupakan aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dengan nilai yang relatif besar dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan operasional perusahaan, yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa, dimana masa manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi. adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Pengertian 18

37 aktiva tetap yang diberikan Erly Suandy (2001:35) yaitu : Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Dan menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) nomor 16 aktiva tetap didefinisikan sebagai berikut, Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap mempunyai beberapa kriteria umum sebagai berikut: a. Berwujud Dalam hal ini aktiva tetap memiliki bentuk fisik yang nyata dan dapat diamati dengan menggunakan panca indera. b. Digunakan untuk operasi perusahaan Aktiva tetap digunakan untuk melaksanakan atau membantu produksi suatu barang atau memberi jasa kepada perusahaan atau pelanggannya. Jika kriteria ini tidak tercakup maka aktiva tersebut tidak dapat dimasukkan sebagai aktiva tetap melainkan diartikan sebagai investasi perusahaan. c. Tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan 19

38 Sifat inilah yang membedakan aktiva tetap dari barang dagang sehingga dapat dikatakan bahwa aktiva tetap bersifat non monetary yaitu masa manfaat aktiva tetap ini timbul dari penggunaan atas jasa yang dihasilkan dan bukan dari pengkonversian aktiva tetap tersebut ke dalam sejumlah uang. d. Memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi Walau tidak ada kriteria standar mengenai jangka waktu pemakaianminimal yang dapat dipergunakan untuk membedakan mana yangaktiva tetap atau mana yang bukan, tetapi biasanya perusahaanmenggunakan dasar pemakaian lebih dari satu periode akuntansisebagai pedoman. e. Jumlahnya yang cukup material Meski dalam hal ini tidak terdapat pedoman berupa jumlah uang yangpasti untuk aktiva tetap, namun setiap perusahaan mempunyai pedoman tersendiri. 2. Penyusutan aktiva tetap Definisi penyusutan dalam buku Intermediate Accounting menyebutkan, Pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang dibebankan pada suatu periode tertentu, dan pengertian penyusutan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 17 Yaitu, Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. 20

39 ciri utama aktiva tetap adalah bahwa aktiva tetap digunakan untuk menghasilkan pendapatan selama lebih dari satu periode akuntansi. Ciri lainnya adalah umur ekonomis dan masa manfaat yang terbatas bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap (kecuali tanah), akan kehilangan kemampuannya menghasilkan jasa. Dengan demikian, harga perolehan aktiva semacam ini harus dipindahkan ke perkiraan beban secara teratur selama masa manfaat yang diharapkan. Penurunan manfaat secara periodik ini disebut penyusutan (depreciation). Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan manfaat atau berkurangnya nilai aktiva menurut baridwan (2000:308) dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu: faktor fisik dan faktor fungsional. a. Faktor fisik, yang mengurangi fungsi aktiva tetap karena pemakaian, aus, atau karena kerusakan. b. Faktor fungsional, yang meliputi ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan atau teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai. Menurut baridwan (2000:309) ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode. Faktor-faktor itu ialah: harga perolehan,nilai sisa, dan taksiran umur keguanaan. a. Harga Perolehan 21

40 Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suau aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. b. Nilai sisa (residu) Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual/menukarnya. c. Taksiran umur kegunaan Taksiran umur kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional. Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap tahun. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian penentuan ke-3 faktor di atas. Ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya laba rugi perusahaan setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka jumlah laba rugi perusahaan juga menjadi tidak teliti. Kriteria Aktiva yang dapat disusutkan adalah: a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi 22

41 b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi. 3. Metode penyusutan Menurut Baridwan (2000:309) penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu sebagai berikut: a. Metode garis lurus (Straight Line Method) Metode ini adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban penyusutan tiap periode jumlahnya sama. Penyusutan tiap tahun dihitung dengan rumus sebagai berikut : Penyusutan = HP NS n Keterangan : HP = Harga Perolehan NS = Nilai sisa (residu) n = Taksiran umur kegunaan b. Metode saldo menurun ganda (Double Declining Balance Method) Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban penyusutan, dasar yang digunakan adalah persentase penyusutan dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun maka beban penyusutan juga selalu menurun. 23

42 c. Metode jumlah angka tahun (Sum Of The Year Digits Method) Di dalam metode ini penyusutan dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut: Pembilang = bobot untuk tahun yang bersangkutan Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau Jumlah angka bobot. Contoh: Mesin yang harga perolehannya Rp , residu Rp ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun, maka; Tahun Bobot Bagian pengurang 1 3 3/ / /6 6 6/6 Keterangan: Penyebut dalam bagian pengurang dihitung dengan cara menjumlahkan angka bobot = = 6. Pembilang dalam bagian pengurang adalah angka bobot tahun yang bersangkutan. Untuk tahun pertama: 3; dan seterusnya. d. Metode jumlah unit produksi (Productive Output Method) Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan 24

43 fluktuasi hasil produksi. Untuk dapat menghitung beban penyusutan periodik, pertama kali dihitung tarif penyusutan untuk tiap unit produk, kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. Besarnya tarif penyusutan per unit produk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: Penyusutan/unit = HP NS n HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa n = Taksiran hasil produksi (unit) e. Metode jam jasa (Service Hours Method) Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang digunakan. Besarnya penyusutan per jam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Penyusutan per jam = HP NS n Keterangan: HP = Harga perolehan NS = Nilai sisa n = Taksiran jam jasa 25

44 D. Harga Perolehan Aktiva Tetap Menurut Baridwan (2000:204) aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masingmasing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut beberapa cara perolehan aktiva tetap : 1. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara tunai Pembelian tunai memerlukan uang kas, jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya yang disebutkan dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur. Apabila pembelian aktiva tetap dibeli sekaligus dengan harga borongan (lump sum), maka harga perolehannya harus dialokasikan untuk masing-masing jenis aktiva tetap. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar masing-masing aktiva. Apabila harga pasarnya tidak diketahui, alokasi harga perolehan dapat ditentukan dengan harga penilaian menurut lembaga penilaian yang objektif. 26

45 2. Perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara angsuran Jika aktiva tetap diperoleh dengan pembelian angsuran, maka harga perolehannya tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. 3. Perolehan aktiva tetap dengan cara pertukaran Apabila aktiva tetap diperoleh dengan cara tukar-menukar, atau sering disebut tukar tambah aktiva yang lama digunakan untuk membayar harga aktiva yang baru baik seluruhnya maupun sebagian, dimana kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan tetap harus digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga pasar aktiva lama ditambah uang yang dibayarkan atau dikapitalisasikan sebesar harga pasar aktiva baru yang diterima. Jika harga pasar aktiva lama maupun yang baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Disamping itu, laba atau rugi pertukaran akan dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu pertama untuk penukaran aktiva tetap yang sejenis, dan yang kedua untuk pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis. 4. Aktiva tetap ditukar dengan surat-surat berharga Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara mengeluarkan saham/obligasi, maka aktiva tersebut harus dicatat sebesar harga pasar saham/obligasi pada saat pembelian. Nilai saham / obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari harga pari selisihnya dicatat sebagai premium (agio saham) dan 27

46 jika harga pasar lebih kecil dari harga pari maka selisihnya dicatat sebagai discount (disagio saham). 5. Aktiva tetap yang diperoleh dari pemberian atau hadiah Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditentukan sendiri maka transaksi ini disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva tetap dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent (Appraisal Company) dan dikredit modal donasi (Donated Capital). E. Sewa Guna Usaha (Leasing) 1. Definisi leasing, lessor, Lessee Menurut Harahap (2000:170) sewa guna usaha (Leasing) adalah suatu cara untuk memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Menurut Harahap (2000:170) dalam buku akuntansi aktiva tetap, mengutip dari PSAK No. 30 tentang akuntansi sewa guna usaha mendefinisikan leasing, leasing company, dan Lessee sebagai berikut: a. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk 28

47 membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. b. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company / Lessor) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentukpenyediaan barang modal baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. c. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak lessor. Dari berbagai definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bhwa bsewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa dan menjadi objek sewa guna usaha adalah barang modal. Dari segi pandangan hukum, kegiatan sewa guna usaha memiliki 5 (lima) ciri yaitu: 1) Perjanjian antara lessor dengan pihak Lessee 2) Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak 3) penggunaan barang kepada pihak Lessee. 4) Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset). 5) Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang tersebut. 29

48 2. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha (Leasing) Menurut Harahap (2000:175) jenis-jenis leasing yang sudah dikenal secara umum, termasuk dua jenis leasing yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan adalah sebagai berikut: a. Finance Lease / Capital Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan) Finance Lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Dalam lease ini, lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama lessor sebagai pemilik barang nodal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa lease, Lessee melakukan pembayaran leasing secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan bagi lessor. b. Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa) Operating lease adalah suatu kegiatan leasing dimana Lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing. Dalam leasing ini, lessor membeli barang modal dan selanjutnya di sewagunausahakan kepada Lessee. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran leasing tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal 30

49 tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena lessor mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan atau melalui beberapa kontrak leasing lainnya. Dalam leasing ini dibutuhkan keahlian khusus dari lessor untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunausahakan, sehingga lessor biasanya bertanggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan leasing seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. c. Sales-Type Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan) Leasing ini merupakan transaksi pembiayaan secara langsung (direct financial lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan lessor. Leasing ini seringkali menjadi suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu. d. Leveraged lease Transaksi leasing jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak yakni Lessee, lessor dan kreditur jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi leasing. 31

50 3. Pelaksanaan Transaksi Leasing Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi leasing dapat dibagi menjadi dua yaitu: direct Lease dan sale and leaseback. a. Direct Lease (Sewa Menyewa Usaha Langsung) Dalam transaksi ini Lessee belum pernah memiliki barang modal yang menjadi objek leasing sehingga atas permintaannya lessor membeli barang modal tersebut. b. Sale and Leaseback (Penjualan dan Penyewaan Kembali) Dalam transaksi ini, Lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang sudah dimilikinya kepada lessor dan atas barang modal yang sama ini kemudian dilakukan kontrak leasing antara Lessee (pemilik semula) dengan lessor. Dalam hal-hal tertentu dikenal Sewa Guna Usaha (Syndicated Lease) dimana beberapa perusahaan leasing secara bersama melakukan transaksi leasing dengan satu Lessee. Leasing ini dilakukan karena nilai transaksi yang terlampau besar atau karena faktor-faktor lain. Salah satu perusahaan leasing akan ditunjuk sebagai koordinator sehingga Lessee cukup berkomunikasi dengan perusahaan ini untuk melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi leasing. Pelaksanaan transaksi ini dapat dilakukan baik melalui direct lease maupun sale and leaseback. 32

51 4. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Leasing (Lessor) Menurut PSAK NO. 30 (2004:306) perlakuan oleh perusahaan leasing ada beberapa macam yaitu: a. Finance Lease Adapun yang dimaksud dengan finance lease: 1. Penanaman neto dalam aktiva yang disewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumlah penanaman neto tersebut terdiri dari jumlah piutang lease ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima oleh lessor pada akhir masa lease dikurangi pendapatan lease yang belum diakui (unearned lease income) dan simpanan jaminan (security deposit) 2. Selisih antara Piutang leasing ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan harga perolehan aktiva yang disewa guna usahakan diperlakukan sebagai pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income) 3. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkatan pengemabalian berkala (periodic rate of return) atas penanaman neto perusahaan leasing 4. Apabila perusahaan leasing menjual barang modal kepada Lessee sebelum berakhirnya masa lease, maka perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto dalam leasing pada saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian periode berjalan. 33

52 5. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi leasing harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan. b. Operating Lease Adapun yang dimaksud dengan operating lease: 1. Barang modal yang di sewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva leasing berdasarkan harga perolehan. 2. Pembayaran lease payments selama tahun berjalan yang diperoleh dari Lessee diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa lease meskipun pembayaran leasing mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. 3. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya. 4. Jika aktiva yang disewagunakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan. 34

53 F. Penelitian Sebelumnya Lukman Hakim (2007) melakukan penelitian tentang Kredit Bank Dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif Atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tujaun penelitian ini untuk mencari solusi yang tepat untuk memperoleh modal usaha berupa aktiva tetap yang murah dan tidak membebani arus kas keluar serta dapat menghemat pembayaran pajak. Pemilihan alternatif pembiayaan kali ini penulis menoba untuk membandingkan dua pilihan yaitu kredit bank dengan sewa guna usaha. Teknik analisa yang digunakan adalah: 1. Menentukan nilai angsuran (anuitas) 2. Membebankan semua biaya fiskal yang melekat pada aktiva tetap, 3. Menghitung penghematan pajaknya, 4. Menghitung arus kas yang telah dikeluarkan, 5. Mengakumulasikan Net Preset Value. Semakin kecil net present value-nya maka semakin hemat biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tersebut. Uji kasus dilaksanakan pada CV. Hasta Corporation yang rencananya akan membeli aktiva tetap berupa Web Server Mainframe Machine, dengan harga perolehan Rp ,-. Untuk memperoleh mesin tersebut pajak manajemen CV. Hasta Corporation 35

54 menentukan dua pilihan yaitu melalui kredit bank atau sewa guna usaha lebih menguntungkan dari pada kredit bank, keuntungan yang diperoleh adalah berupa penghematan pajak sebesar Rp ,- sehingga berakibat pada net present value-nya menjadi lebih kecil. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu. Peneliti Judul Vaiabel Hasil penelitian 1. Lukman Hakim (2007) Kredit Bank Dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif Atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak 1. Kredit Bank 2. Leasing 3. Aktiva Tetap 4. Biaya Fiskal 5. Penghema tan Pajak 6. Net Persent Value Alernatif pendanaan dengan leasing menghasilkan penghematan pajak yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif pendanaan dengan kredit bank Bersambung ke halaman selanjutnya 36

55 Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti Judul Variabel Hasil penelitian 2. Listia Tri Wahyuni (2004) Perbandingan Kredit Perusahaan Pembiayaan Dan Analisis Perpajakan Atas Transaksi Sewa Guna Usaha Perbadingan Kredit Perusahaan Pembiayaan Analisis Perpajakan Transaksi Sewa Guna Usaha Dalam leasing terdapat perbedaan pengakuan beban angsuran leasing Penyusutan aktiva tetap leasing jika dilihat dari perlakuan akuntansi menurut komersial dan fiskal, atas perbedaan tersebut akan mempengaruhi penghasilan kena pajak bagi perusahaan. 3. Ardiansy ah Lubis (2007) Leasing ditinjau dari aspek perpajakan Leasing Aspek Perpajakan Adanya perbedaan perlakuan antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan terhadap transaksi leasing, sehingga utukkepentingan fiskal maka transaksi leasingperlu dilakukan koreksi fiskal sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku. 37

56 G. Kerangka Pimikiran Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah membandingkan penerapan pembelian tunai dan leasing dalam perolehan aktiva tetap pada perusahaan dalam rangka menentukan besarnya penghematan pajak. Alur kerangka pemikiran disajikan di dalam skema kerangka berpikir, sebagaimana terlihat pada gambar berikut Aktiva tetap Sewa guna usaha Pembelian tunai Amortisasi hak sewa guna usaha Biaya penyusutan Bandingkan Penghematan pajak Metode analisis Kesimpulan Gambar 2.1 Kerangka pemikiran 38

57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang telah diteliti adalah PT. Els Indonesia Prima. Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung pada PT. Els Indonesia Prima. yang berlokasi di Jl. Meruya Ilir Raya-Kembangan, Jakarta -Indonesia untuk mandapatkan data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna (leasing) usaha dan pembelian tunai dalam rangka penghematan pajak pada PT. Els Indonesia Prima.. Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya dibatasi pada seberapa besar pengaruh perencanaan pajak untuk pengadaan aktiva dengan cara sewa guna usaha dan pembelian tunai pada PT. Els Indonesia Prima. B. Metode Penelitian Sampel Menurut Sugiyono (2005:55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 39

58 Sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya ada keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel dari populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Els Indonesia Prima, dengan sampel aktiva pada PT. Els Indonesia Prima. C. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka mengumpulkan data-data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian lapangan (Field Research) Penulis mencari data primer yang bersifat praktis, yaitu dengan mengadakan peninjauan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data sekunder yang diperlukan. Adapun pelaksanaan penelitian lapangan ini, digunakan teknik pengamatan yang dilakukan untuk menambah data-data yang actual. 2. Penelitian kepustakaan (Library Research) Penulis mencari data-data dan informasi tambahan yang bersifat teoritis dari buku-buku acuan dan literature yang diperoleh dari perpustakaan. 40

59 D. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anallisis deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah proses pengumpulan, pengujian dan meringkas berbagai karakteristik data, dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai (Santoso, 2002). E. Definisi Operasional Variabel Adapun beberapa variabel yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, antara lain: 1. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. 2. Pembelian tunai adalah sejumlah uang kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan. 3. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. 41

60 4. Financial lease adalah suatu kegiatan leasing dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. 5. Penghematan pajak adalah bagian dari perencanaan pajak guna mengurangi aliran pembayaran/pengeluaran kas perusahaan dengan cara meminimalisasi beban pajak yang harus dibayar perusahaan. 42

61 BAB IV PEMBAHASAN A. Latar belakang perusahaan PT. ELS Indonesia Prima pertama kali didirikan oleh Bapak Iskandar Yusuf dimulai pada tahun Yang merupakan satu-satunya distributor produk elektrolux terbesar di Indonesia. Dengan misi dan visi serta dukungan pengalaman di bidang elektronik maka pada tahun 2001 Bapak Iskandar Yusuf secara resmi mendirikan PT. ELS Indonesia Prima di Rukan Taman Meruya Blok M/15 Jl. Meruya Ilir Raya - Kembangan, Jakarta Indonesia. PT. ELS Indonesia Prima adalah Distributor Sistem Electrolux laundry di Indonesia dengan komitmen untuk membangun Bisnis bagi pelanggan yang berharga, memberikan pelayanan kepada Pemerintah dan kepentingan pribadi baik perusahaan lokal maupun asing dan investor. Kami memiliki kompetensi dan keandalan untuk melakukan penilaian bisnis dan penasehat, menyediakan dan menginstal, pelatihan dan layanan setelah penjualan. Untuk memberikan jasa, kami bekerja sama dengan produsen yang telah memiliki sertifikasi internasional tentang Standar Sistem Manajemen lingkungan (ISO 14001:1996) dan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2000). 43

62 Kami bertujuan untuk mencapai kualitas terbaik, pengiriman, pelayanan dan hubungan jangka panjang bagi klien kami. Kami mengupayakan untuk memberikan layanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan kepada klien kami dengan cara yang profesional, ketepatan waktu standar dan dukunganya. Tujuan kami adalah membantu klien kami yang mencari solusi dengan cara saling menguntungkan untuk mencapai nilai optimal, sehingga semua pihak yang terlibat akan dapat mewujudkan tujuan masing-masing dari transaksi. PT. ELS Indonesia Prima mempekerjakan anggota profesional untuk memperoleh sebutan profesional yang akan menambah kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan klien dan mencapai kepuasan klien. Adapun keunggulan PT. ELS Indonesia Prima selain dari segi produktifitas, pengalaman dan keragaman juga terjaminnya kelangsungan penyediaan pasokan dari elektrolux sendiri yang terintegrasi dengan bisnis elektronik, sehingga dalam menghadapi gejolak perubahan situasi ekonomi dan moneter. PT. ELS Indonesia Prima dapat mempertahankan komitmennya sebagai Distributor System Electrolux laundry yang dapat diandalkan. Adapun mesinmesin yang dimiliki oleh PT. ELS Indonesia Prima adalah, sebagai berikut: WSB 4500H IC R Dryer Highcap Ironder Bedtype 44

63 Hydro Rigid Barier Pullman Washer 4130 W4240H Frontload W4130N Frontload Dan juga berbagai ragam mesin dengan teknologi tinggi yang cukup dikenal elektronik seperti flatwork ironer, hydro extractors dan front load washer. Dengan di tunjang peralatan laboratorium, proses quality control yang ketat serta tenaga kerja yang berpengalaman, PT. ELS Indonesia Prima telah menguasai teknologi dibidang drying dan finishing. PT. ELS Indonesia Prima juga melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas. 1. Visi Perusahaan PT. ELS Indonesia Prima adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri Distributor Sistem Electrolux laundry di Indonesia dengan tujuan menjadi perusahaan bertaraf internasional dan memimpin pasar di Indonesia dengan visi meningkatkan kualitas dan mutu produk yang dapat diandalkan. Visi ini dituangkan dalam motto perusahaan adalah Kualitas produksi, kami jadikan perhatian yang pertama. Dalam usaha untuk mencapai visi perusahaan, PT. ELS Indonesia Prima menuangkan dalam bentuk kebijakan mutu sebagai berikut: 45

64 a. Mengutamakan kepuasan pelanggan b. Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap sistem manajemen mutu. 2. Misi Perusahaan Untuk dapat mencapai visi, perusahaan membuat misi yaitu dengan meningkatkan mutu atau kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk dapat menghasilkan kualitas atau mutu yang baik PT. ELS Indonesia Prima membuat target atas setiap kegiatan yang ada diperusahaan. B. Penerapan Metode Sewa Guna Usaha (Financial Lease) Atas Aktiva Tetap Perusahaan. Sejak tahun delapan puluhan leasing atau sewa guna usaha telah dikenal luas di kalangan bisnis di Indonesia, meskipun baru diperkenalkan pada tahun Konsep ini merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang dapat dijadikan alternatif oleh perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap yang dibutuhkan. Sewa guna usaha memang menjadi suatu transaksi yang menguntungkan bagi perusahaan. Jika PT. Els Indonesia Prima menerapkan sewa guna usaha khususnya Financial Lease (PT. Els Indonesia Prima sebagai lessee), ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan antara lain : Perusahaan akan terhindar dari kebutuhan dana besar dan biaya bunga yang 46

65 tinggi. Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah besar kas pada saat itu juga. Pengeluaran kas dalam jumlah yang cukup besar pada saat membeli aktiva tetap itu dapat menjadi tidak menguntungkan, karena bisa saja perusahaan tiba-tiba membutuhkan kas yang cukup besar untuk hal yang lebih penting tetapi sejumlah besar kas tersebut telah terpakai untuk membeli aktiva tetap. Biaya bunga yang tinggi terjadi jika perusahaan dalam melakukan pembelian aktiva tetapnya meminjam dana melalui bank dengan pembebanan bunga yang cukup tinggi atas pinjamannya. Sewa guna usaha mengurangi resiko keusangan karena sebagian besar biaya atas aktiva tetap sebelum hak opsi digunakan (untuk financial lease) ditanggung oleh pihak perusahaan (lessor). Perjanjian sewa guna usaha memungkinkan lessee untuk mengetahui jumlah pembayaran leasing sehingga lessee dapat dengan akurat memperkirakan kebutuhan kas untuk aktiva tetap tersebut. Dari segi perlakuan pajak, kantor pajak tidak menganggap transaksi leasing sebagai pembelian, tetapi sebagai sebuah pengurang pajak. Dengan demikian, lessee dapat mengurangi pendapatan perusahaan dengan pembayaran leasing. Penerapan alternatif leasing yang dilakukan oleh penulis atas aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. Els Indonesia Prima bertujuan untuk melihat perbandingan penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan dengan 47

66 pembelian tunai. Dalam penerapan metode leasing ini, penulis melakukan perhitungan lease atas aktiva tetap yang nilainya cukup material. Karena analisis ini bertujuan untuk menghitung penghematan pajak, maka ketentuan leasing yang digunakan adalah ketentuan berdasarkan peraturan perpajakan. 1. Asumsi Penentuan Leasing Perhitungan leasing menggunakan sejumlah rumus yang berlaku umum dan digunakan oleh semua perusahaan leasing. Hal-hal yang perlu ditentukan lebih dahulu dalam perhitungan leasing: a. Menentukan Tingkat Suku Bunga Yang Digunakan Langkah pertama dalam analisis ini adalah menentukan tingkat suku bunga yang akan digunakan. Suku bunga yang dimaksud terdiri dari dua macam. Pertama, suku bunga pinjaman yang digunakan sebagai discount factor dalam menghitung nilai tunai. Kedua, suku bunga leasing yang dikaitkan dengan besarnya bunga atas transaksi leasing. Suku bunga pinjaman diperoleh dari data statistik Bank Indonesia atas bank-bank swasta nasional secara rata-rata pada tahun terjadinya perolehan aktiva. Suku bunga leasing ditentukan berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan leasing yang menjadi sampel dalam penelitian. Tingkat bunga leasing rata-rata adalah 10% di atas bunga pinjaman, karena sebagian besar perusahaan leasing sumber dananya berasal dari pinjaman bank dan selisih antara suku bunga pinjaman dengan suku bunga leasing merupakan keuntungan bagi lessor. Berikut di bawah ini 48

67 tabel suku bunga yang digunakan dalam perhitungan: Tabel 4.1 Tingkat Suku Bunga yang Digunakan Aktiva tetap Tahun Perolehan Suku Bunga Pinjaman Suku Bunga Leasing WSB 4500H ,38% 14,68% IC R ,28% 14,68% Sumber : Bank Indonesia b. Menentukan Periode Lease / Lease Term Period Berdasarkan KMK 1169/KMK.01/1991, masa sewa guna usaha untuk financial lease ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal kelompok I dan 3 (tiga) tahun untuk barang modal kelompok II dan III, serta 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa periode leasing (lease term) yaitu 4 (empat) tahun untuk mesin WSB 4500H dan mesin IC R. c. Present Value Interest Factor of Annuity (PVIFA) Untuk menghitung pembayaran leasing secara periodik, dipergunakan rumus anuitas yang mencerminkan serangkaian pembayaran yang jumlahnya sama selama sejumlah periode tertentu. Rumus (1) Rumus (2) Keterangan: k = suku bunga leasing (%) 49

68 n = jangka waktu leasing (tahun/bulan) Rumus (1) merupakan rumus anuitas untuk periode tahunan. Rumus (2) merupakan rumus anuitas untuk periode bulanan (rumus ini merupakan rumus yang paling sering digunakan oleh perusahaan leasing karena pembayaran leasing yang harus dibayar lessee biasanya dalam periode bulanan). d. Angsuran Perbulan (Payment) Angsuran perbulan merupakan jumlah pembayaran leasing secara anuitas yang harus dibayar oleh lessee. Rumus Angsuran Perbulan = e. Angsuran Bunga (Interest) Angsuran bunga merupakan bunga yang dibayar lessee kepada lessor. Rumus Angsuran Bunga = k x saldo nilai leasing f. Angsuran Pokok Rumus Angsuran Pokok = Angsuran Perbulan - Angsuran Bunga Perhitungan leasing dilakukan terhadap aktiva tetap yang jumlahnya material. Aktiva tetap yang dipilih oleh penulis akan digunakan sebagai bahan perbandingan dengan alternative sewa guna usaha guna menentukan penghematan pajak yang dapat diterima perusahaan. Dari daftar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, yang akan dipilih sebagai objek 50

69 perhitungan leasing antara lain: Tabel 4.2 Objek Perhitungan Leasing Aktiva Tetap Tahun Harga Perolehan WSB 4500H IC R Sumber : PT. Els Prima Indonesia Prima 2. Penentuan Besarnya Biaya Leasing Dengan mengasumsikan bahwa harga pasar aktiva tetap yang dileasing sama dengan harga perolehan, maka perlu diketahui setelah harga perolehan atau harga pasar aktiva yang dileasing diperoleh, nilai opsi sebesar 10% dari harga perolehan perlu ditentukan, sehingga nilai leasing yang akan digunakan dalam perhitungan adalah 90% dari harga perolehan. Nilai leasing ini sudah termasuk executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing) yang meliputi biaya asuransi, biaya pemeliharaan, dan biaya lainnya. 3. Perhitungan Leasing a. Perhitungan Leasing Atas Mesin WSB 4500H Harga perolehan mesin Rp Nilai opsi (10%) Rp Nilai leasing (90%) Rp Bunga leasing 14,68 % pertahun atau 1,22 % perbulan 51

70 Lease term 4 tahun atau 48 bulan Nilai leasing atas Mesin WSB 4500H di atas sudah termasuk executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing). Berdasarkan data diatas, sebelum menghitung angsuran perbulan terlebih dahulu harus menentukan PVIFAk,n sebagai dasar perhitungan pembayaran leasing. Berdasarkan perhitungan matematis diperoleh nilai PVIFA sebagai berikut: = = 36,1418 Pembayaran lease atau angsuran perbulan dihitung sebagai berikut: Angsuran perbulan = = Rp Angsuran perbulan sebesar Rp merupakan jumlah pembayaran setiap bulan yang harus dibayar oleh perusahaan selaku lessee sampai periode leasing selama 48 bulan berakhir dan perusahaan dapat menggunakan hak opsinya untuk memiliki mesin tersebut. 52

71 Periode Data perhitungan leasing untuk Mesin WSB 4500H dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Perhitungan Financial Lease Atas Mesin WSB 4500H Angsuran perbulan Angsuran pokok Angsuran bunga Saldo nilai leasing Bersambung ke halaman selanjutnya 53

72 Tabel 4.3 (Lanjutan) Periode Angsuran Angsuran Angsuran Saldo nilai perbulan pokok bunga leasing jumlah Sumber : Data yang diolah Tabel perhitungan lease di atas, diperoleh jumlah keseluruhan dari angsuran perbulan, angsuran bunga dan angsuran pokok selama 48 bulan yaitu : Angsuran perbulan Rp Angsuran bunga (Rp ) Angsuran pokok Rp Saldo nilai leasing yang pada periode awal berjumlah Rp akan terus menurun setiap periode setelah dikurangi dengan angsuran pokok. 54

73 b. Perhitungan Leasing Atas mesin IC R Harga perolehan mesin Rp Nilai opsi (10%) Rp Nilai leasing (90%) Rp Bunga leasing Lease term 14,68 % pertahun atau 1,22% perbulan 4 tahun atau 48 bulan Nilai leasing atas Mesin mesin IC R di atas sudah termasuk executory cost (biaya eksekusi/biaya pra-leasing). Berdasarkan data diatas, sebelum menghitung angsuran perbulan terlebih dahulu harus menentukan PVIFAk,n sebagai dasar perhitungan pembayaran leasing. Berdasarkan perhitungan matematis diperoleh nilai PVIFA sebagai berikut: = = 36,1418 Pembayaran lease atau angsuran perbulan dihitung sebagai berikut: Angsuran perbulan = = Angsuran perbulan sebesar Rp merupakan jumlah pembayaran setiap bulan yang harus dibayar oleh perusahaan selaku lessee sampai periode leasing selama 48 bulan berakhir dan perusahaan dapat menggunakan hak opsinya untuk memiliki mesin tersebut. 55

74 Data perhitungan leasing untuk Atas Mesin IC R dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Periode Tabel 4.4 Perhitungan Financial Lease Atas Mesin IC R Angsuran Perbulan Angsuran Pokok Angsuran Bunga Saldo Nilai Leasing Bersambung ke halaman berikutnya 56

75 Tabel 4.4 (Lanjutan) Periode Angsuran Angsuran Angsuran Saldo Nilai Perbulan Pokok Bunga Leasing jumlah Sumber : Data yang diolah Tabel perhitungan lease di atas, diperoleh jumlah keseluruhan dari angsuran perbulan, angsuran bunga dan angsuran pokok selama 48 bulan yaitu : Angsuran perbulan Rp Angsuran bunga (Rp ) Angsuran pokok Rp

76 4. Penerapan Leasing dalam Perusahaan Jika perusahaan menerapkan leasing atas perolehan aktiva tetapnya, maka atas penerapan sewa guna usaha (leasing) ini perlu diperhatikan setiap ketentuan mengenai prosedur dan perlakuan leasing baik dari sisi akuntansi maupun pajak. Perlakuan leasing menurut akuntansi dan pajak memiliki sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. a. Perlakuan Leasing Menurut Akuntansi Bagian ini hanya memberikan gambaran mengenai penerapan leasing menurut akuntansi jika perusahaan melakukan transaksi lease serta bagaimana perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap yang dileasing. Gambaran ini tidak menguraikan secara lebih mendalam karena penerapan leasing akan lebih difokuskan pada penghematan pajak yang diatur berdasarkan ketentuan perpajakan. Berdasarkan perlakuan akuntansi untuk leasing (dalam hal ini financial lease), nilai dari aktiva leasing akan tercantum di dalam laporan keuangan. Transaksi leasing menurut akuntansi diatur dalam PSAK No. 30. Aktiva tetap yang dileasing dikapitalisasi sesuai dengan jangka waktu leasing dan disajikan dalam neraca sebagai bagian dari aktiva tetap sebesar jumlah seluruh pembayaran leasing selama masa lease ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir periode leasing. Oleh karena itu timbul pembebanan biaya amortisasi atas aktiva tetap leasing yang dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat yang diterapkan untuk aktiva tetap 58

77 sejenis melalui kepemilikan langsung. Untuk memberikan gambaran mengenai perlakuan akuntansi atas leasing, maka yang akan digunakan sebagai contoh dari objek aktiva tetap yang akan dileasing adalah WSB 4500H. Dengan melihat hasil perhitungan leasing pada Tabel 4.3 maka penentuan jumlah yang tercatat menurut akuntansi adalah sebagai berikut: Nilai leasing Rp Nilai opsi Rp Jumlah tercatat Rp Jumlah nilai perolehan keseluruhan sebesar Rp merupakan jumlah nilai mesin yang pada awal lease akan dicatat sebagai berikut. Jurnal pada awal periode lease: Mesin lease Rp Hutang lease Rp Pembayaran yang berupa angsuran perbulan dicatat sebagai berikut. Jurnal pembayaran lease bulan pertama: Hutang lease Rp Beban bunga Rp Kas Rp

78 Jurnal pembayaran lease bulan kedua: Hutang lease Rp Beban bunga Rp Kas Rp Jurnal tersebut juga digunakan untuk mencatat pembayaran leasing pada bulan ketiga dan seterusnya sampai transaksi lease berakhir sesuai dengan periode leasing. Berdasarkan angsuran perbulan yang merupakan pembayaran lease secara berkala, maka jika pembayaran lease dari bulan pertama sampai bulan kedua belas akan dijurnal sebagai berikut: Jurnal pembayaran lease pertama: Hutang lease Rp Beban bunga Rp Kas Rp Pada setiap akhir tahun selama periode lease, mesin leasing tersebut harus dikapitalisasi dengan melakukan amortisasi lease sesuai dengan taksiran masa manfaat aktiva yaitu 16 tahun. Amortisasi yang dilakukan berdasarkan metode garis lurus dimana nilai amortisasi pertahun yaitu : Rp /16 tahun = Rp /tahun. Jurnal amortisasi mesin lease pertahun: Beban amortisasi mesin lease Rp Akumulasi amortisasi mesin lease Rp

79 Kemudian pada laporan laba rugi tahun 2009 akan nampak biaya amortisasi sebesar Rp dan biaya bunga sebesar Rp b. PerlakuanLeasing Menurut Pajak Jika dibandingkan dengan penerapan leasing menurut akuntansi sebelumnya, perbedaan lease menurut pajak terutama terletak pada pembebanan biaya penyusutan (amortisasi) yang dilakukan oleh akuntansi pada saat periode lease. Menurut pajak hal tersebut tidak diperkenankan. Berdasarkan KMK 1169/KMK.01/1991 pembebanan biaya penyusutan hanya dapat dilakukan jika lessee telah menggunakan hak opsinya untuk membeli aktiva tetap tersebut. Dasar penyusutan yang digunakan adalah sebesar nilai opsi dari aktiva tetap yang telah dileasing. Atas perbedaan ini maka akan dilakukan koreksi fiskal karena adanya biaya yang tidak dapat dikurangkan menurut pajak, yaitu biaya penyusutan tersebut. Karena penerapan leasing hanya difokuskan pada unsur penghematan pajak berdasarkan ketentuan pajak, maka penerapan leasing menurut pajak pada bagian ini tidak akan diuraikan, karena akan disajikan pada bagian-bagian selanjutnya terutama dalam menentukan besarnya penghematan pajak yang akan diterima perusahaan. 61

80 5. Keseragaman Metode Akuntansi dan Perpajakan Atas Aktiva Tetap Perusahaan. PT. Els Indonesia Prima memiliki kebijakan dalam menetapkan metode penyusutan, taksiran masa manfaat, serta tarif penyusutan atas aktiva tetap. Kebijakan tersebut adalah dengan melakukan keseragaman antara metode akuntansi dengan perpajakan, dimana metode penyusutan, tarif penyusutan serta masa manfaat disesuaikan dengan metode perpajakan. Dengan demikian tidak mengakibatkan perbedaan atas biaya penyusutan dan tidak perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal atau koreksi atas biaya penyusutan. Keseragaman antara metode akuntansi dengan metode perpajakan dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.5 Keseragaman Metode Akuntansi dan Pajak Keterangan Akuntansi Pajak Jenis Aktiva Metode Tarif Masa Metode Tarif Masa Kelompok Manfaat Manfaat Bangunan Garis lurus 5% 20 tahun Garis lurus 5% 20 tahun Permanen Peralatan kantor Garis lurus 25% 4 tahun Garis lurus 25% 4 tahun Kelompok 1 Mesin Garis lurus 6,25% 16 tahun Garis lurus 6,25% 16 tahun Kelompok 2 Kendaraan Garis lurus 12,50% 8 tahun Garis lurus 12,50% 8 tahun Kelompok 3 Sumber PT. Els Indonesia prima 62

81 C. Perbandingan Alternatif Financial Lease Dan Pembelian Tunai Serta Implikasinya Terhadap Penghematan Pajak. 1. Prosedur Penentuan Dalam Analisis Perbandingan Perhitungan lease atas beberapa aktiva tetap di atas hanya merupakan contoh perhitungan yang bertujuan untuk memberikan gambaran terlebih dahulu mengenai komposisi perhitungan financial lease. Pada bagian ini, penulis akan melakukan analisis perbandingan guna melihat nilai penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan. Perbandingan yang dilakukan penulis adalah membandingkan alternatif financial lease dengan alternatif pembelian tunai yang biasa dilakukan oleh perusahaan, dengan demikian akan dapat diketahui alternatif mana yang akan memberikan peranan dan kontribusi yang menguntungkan bagi perusahaan dalam hal penghematan pajak. Dalam melakukan perbandingan guna memperoleh penghematan pajak, selain nilai nominal akan digunakan juga nilai tunai berdasarkan Present Value Interest Factor (PVIF) untuk memudahkan analisis yang akan dilakukan. Present Value Interest Factor menggambarkan tentang berapa biaya yang akan dikeluarkan sehingga bagi perusahaan tidak berbeda antara mengeluarkan biaya pada saat ini atau mengeluarkan biaya beberapa waktu lagi. Rumus (1) PVIFk,n = 1 / ( 1 + i )n Rumus (2) PVIFk,n = 1 / ( 1 + i / 12 )n Keterangan: i = tingkat suku bunga pinjaman ( % ) 63

82 n = periode (tahunan / bulanan) Rumus (1) untuk periode tahunan. Rumus (2) untuk periode bulanan. Tingkat suku bunga (i) pada PVIF yang akan digunakan dalam perhitungan adalah tingkat suku bunga pinjaman bank secara rata-rata pada tahun perolehan aktiva tetap, yang diperoleh dari data statistik Bank Indonesia. Sebelum melakukan perhitungan, analisis perbandingan yang melibatkan perhitungan antara alternatif leasing dengan alternatif pembelian tunai ini lebih didasarkan pada peraturan perpajakan yang berlaku guna memperoleh nilai penghematan pajak. Karena ketentuan pajak dalam perhitungan ini hanya memiliki sedikit perbedaan dengan standar akuntansi, hasil perhitungan atas analisis ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dari sudut pandang akuntansi maupun perpajakan. Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis perbandingan antara lain: a. Apabila membeli secara tunai, maka jumlah yang dapat dibiayakan (deductible expenses) dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutan. b. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. c. Apabila membeli secara lease, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk membayar lease tersebut dapat dibiayakan yang bersangkutan. d. Masa lease ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang 64

83 modal golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan. e. Dalam pasal 16 KMK 1169/KMK.01/1991 diatur mengenai ketentuan perpajakan untuk lessee yang melakukan transaksi financial lease sebagai berikut: 1) Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing sampai saat lessee membeli barang tersebut. 2) Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang dileasing maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar adalah harga opsi barang modal yang bersangkutan. 3) Pembayaran lessee yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee. 2. Perbandingan Perhitungan Lease dan Pembelian Atas Aktiva Tetap Setelah menentukan semua hal yang diperlukan dalam analisis, kemudian dilakukan perbandingan perhitungan atas alternatif leasing dan alternatif pembelian untuk mengetahui hasil analisis dan pengaruhnya terhadap penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan. 65

84 a. Alternatif Financial Lease dan Pembelian Tunai Atas Mesin WSB 4500 H 1) Alternatif Financial Lease Harga perolehan mesin Rp Nilaiopsi (10%) Rp Nilai leasing (90%) Rp Bunga leasing Discount factor Lease term 14,68%p.a atau 1,22 %per month 14,38%p.a atau 1,20% per month 4 tahun atau 48 bulan Tabel perhitungan biaya leasing atas Mesin WSB 4500 H adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Perhitungan Biaya Leasing Mesin WSB 4500 H - Alternatif Lease Periode Angsuran Angsuran Angsuran Saldo nilai Discount perbulan pokok bunga leasing factor Present value ,36% , , , , , , , , , , , , , , , Bersambung ke halaman selanjutnya 66

85 Tabel4.6 (Lanjutan) Periode Angsuran Angsuran Angsuran Saldo nilai Discount perbulan pokok bunga leasing factor Present value , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , jumlah Sumber : Data yang diolah 67

86 Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.6, total lease fee secara nominal adalah sebesar Rp , sedangkan nilai tunai (present value) dengan discount rate 14,38% adalah sebesar Rp Semua lease fee ini dapat diakui sebagai deductible expenses. Selain lease fee biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang dileasing dengan hak opsi, maka nilai perolehan aktiva sebesar nilai opsi dapat disusutkan oleh perusahaan sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang telah ditetapkan. Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan nilai opsi yang diambil perusahaan, disajikan seperti berikut ini. Nilai aktiva (nilai opsi) Rp Umur aktiva Metode penyusutan Discount rate 16 tahun Garis lurus 14,38% pertahun atau 1,20% perbulan 68

87 Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Penyusutan Atas Nilai Opsi Mesin WSB 4500 H - Alternatif Lease Tahun Nilai buku Discount Present Biaya Saldo Aktiva tetap factor Value (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) 14,38% (Rupiah) tahun 1-4 tidak ada penyusutan karena leasing , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Sumber : data yang diolah Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, total biaya penyusutan adalah sebesar nilai opsi Rp , dengan nilai tunai berdasarkan discount rate 14,38% yaitu sebesarrp Tabel 4.6 dan 4.7 di atas, jumlah nilai perolehan keseluruhan mesin (lease fee dan nilai opsi) dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan adalah sebagai berikut: Jumlah Angsuran Perbulan (Lease Fee) Rp Biaya Penyusutan (Nilai Opsi) Rp

88 Jumlah Nilai Perolehan Keseluruhan Rp Present Value Lease Fee Rp Present Value Biaya Penyusutan Rp Rp ) Alternatif pembelian Tunai Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung biaya penyusutan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus, karena perusahaan menerapkan metode garis lurus untuk penyusutannya. Sedangkan umur aktiva 16 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya penyusutan dapat dilihat pada tabel berkut ini. Harga Perolehan Rp Umur Aktiva Metode Penyusutan Discount Rate 16 tahun Garis Lurus 14,38% at pertahun 1,20% perbulan 70

89 Perhitungan biaya penyusutan dengan alternatif pembelian tunai atas Mesin WSB 4500 H sebagai berikut. Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Mesin WSB 4500 H - Alternatif Pembelian Tahun Nilai Buku Discount Present Biaya Saldo Aktiva Tetap factort Value (rupiah) (rupiah) (rupiah) 14,38% (rupiah) , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Sumber : Data yang diolah Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa nilai nominal dari akumulasi penyusutan adalah sebesar harga perolehan mesin yaitu Rp dan nilai tunainya sebesar Rp

90 b. Alternatif Financial Lease dan Pembelian Tunai Atas Mesin IC R 1) Alternatif Financial Lease Harga perolehan mesin Rp Nilai opsi (10%) Rp Nilai leasing (90%) Rp Bunga leasing Discount factor Lease term 14,68% pertahun atau 1,22 % perbulan 14,28% pertahun atau 1,19 % perbulan 4 tahun atau 48 bulan Tabel perhitungan biaya leasing atas mesin IC R adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Perhitungan Biaya Leasing mesin IC R - Alternatif Lease Periode Angsuran Angsuran Angsuran Saldo Nilai Discoun Present Perbulan Pokok Bunga Leasing t Factor Value ,36% , , , , , , , , , , , , , , , Bersambung ke halaman selanjutnya 72

91 Tabel 4.9 (Lanjutan) Periode Angsuran Angsuran Angsuran Saldo Nilai Discoun Present Perbulan Pokok Bunga Leasing t Factor Value , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Sumber : Data yang diolah 73

92 Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.9, total lease fee secara nominal adalah sebesar Rp , sedangkan nilai tunai (present value) dengan discount rate 14,36% adalah sebesar Rp Semua lease fee ini dapat diakui sebagai deductible expenses. Selain lease fee biaya yang masih dapat dikurangkan adalah biaya penyusutan. Setelah mengambil alih mesin yang dileasing dengan hak opsi, maka nilai perolehan aktiva sebesar nilai opsi dapat disusutkan oleh perusahaan sesuai dengan metode dan umur aktiva bersangkutan yang telah ditetapkan. Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan nilai opsi yang diambil perusahaan, disajikan seperti berikut ini. Nilai aktiva (nilai opsi) Rp Umur aktiva Metode penyusutan Discount rate 16 tahun Garis lurus 14,36% pertahun atau 1,19 % perbulan 74

93 Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Penyusutan Atas Nilai Opsi Mesin IC R Alternatif Lease Tahun Nilai Buku Aktiva Tetap Biaya Saldo Discount factor Present Value (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) 14,28% (Rupiah) tahun 1-4 tidak ada penyusutan karena leasing , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Sumber : Data yang diolah Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, total biaya penyusutan adalah sebesar nilai opsi Rp , dengan nilai tunai berdasarkan discount rate 14,28 % yaitu sebesar Rp

94 Tabel 4.9 dan 4.10 di atas, jumlah nilai perolehan keseluruhan mesin (lease fee dan nilai opsi) dan total nilai tunai yang dapat dibiayakan adalah sebagai berikut: Jumlah Angsuran Perbulan (Lease Fee) Rp Biaya Penyusutan (Nilai Opsi) Rp Jumlah Nilai Perolehan Keseluruhan Rp ) Alternatif Pembelian Tunai Jika perusahaan melakukan pembelian secara tunai, maka yang dapat diakui sebagai biaya adalah biaya penyusutan. Untuk menghitung biaya penyusutan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus, karena perusahaan menerapkan metode garis lurus untuk penyusutannya. sedangkan umur aktiva 16 tahun sesuai dengan ketentuan. Besarnya biaya penyusutan dapat dilihat pada tabel berkut ini. Harga Perolehan Rp Umur Aktiva Metode Penyusutan Discount Rate 16 tahun Garis Lurus 14,36% pertahun atau 1,19 % perbulan 76

95 Perhitungan biaya penyusutan dengan alternatif pembelian tunai atas mesin Mesin IC R sebagai berikut. Tabel 4.11 Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin IC R -Alternatif Pembelian Tahun Nilai Buku Aktiva Tetap Biaya Saldo Discount factor Present value (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) 14,28% (Rupiah) , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Sumber : Data yang diolah Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa nilai nominal dari akumulasi penyusutan adalah sebesar harga perolehan mesin yaitu Rp dan nilai tunainya sebesar Rp

96 3. Hasil Perbandingan terhadap Penghematan Pajak Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha (leasing) dengan pembelian langsung secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung panghasilan kena pajak. Untuk leasing biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian tunai biaya yang dapat dikurangkan adalah biaya penyusutannya saja. Disamping dihitung berdasarkan nilai nominal juga dihitung berdasarkan nilai tunai. a. Nilai Penghematan Pajak Atas Mesin WSB 4500 H Deductible expenses (biaya yang dapat dikurangkan) merupakan unsur yang menentukan besarnya penghematan pajak yang dapat diperoleh perusahaan. Oleh karena itu perlu untuk melihat hasil perbandingan antara alternatif lease dengan alternatif pembelian tunai untuk menentukan deductible expenses. 78

97 Tabel 4.12 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin WSB 4500 H Leasing Pembelian Tunai Keterangan Biaya Pengurangan Biaya Pengurangan Lease Fee Penyusutan PPh penyusutan PPh Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah Sumber : data yang diolah 79

98 Tabel 4.13 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses -Mesin WSB 4500 H Keterangan Leasing dengan Bunga Present Value (disc. Nominal Rate 14,38%) Beli secara Tunai Nominal Present Value (disc. Rate 14,38% Harga perolehan Lease fee Nilai opsi Harga mesin WSB 4500 H Jumlah Biaya yang boleh dibiayakan: Lease fee Biaya penyusutan Jumlah Pengurangan pph karena biaya Sumber : Data yang diolah Perhitungan pada Tabel 4.12 merupakan perhitungan atas harga perolehan dan deductible expenses pertahun. Sedangkan perhitungan pada Tabel 4.13 merupakan perhitungan total atas harga perolehan dan deductible expenses yang nilai-nilainya dapat dilihat pada tabel-tabel perbandingan sebelumnya yaitu Tabel 4.6, 4.7 dan 5.8. Pada perhitungan yang dilakukan pada Tabel 4.13 dapat diketahui besarnya pengurangan pajak penghasilan karena unsur biaya yaitu secara nominal Rp dan Rp , serta secara tunai Rp dan Rp Penghematan pajak secara total dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini, yang diperoleh dari selisih pengurangan PPh karena biaya antara alternatif 80

99 lease dengan pembelian. Tabel 4.14 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian - mesin WSB 4500 H Pengurangan PPh karena Nominal biaya PV disc. Rate 14,38% Leasing (bunga 14,68%) Pembelian tunai Penghematan Pajak Sumber : Data yang diolah Penghematan pajak dihasilkan dari kelebihan pengurangan PPh atas biaya dari alternatif leasing yang lebih besar dari pada alternatif pembelian. Nilai penghematan pajak secara nominal adalah sebesar Rp dan berdasarkan nilai tunai yaitu sebesar Rp Untuk mengetahui hasil analisis mengenai penghematan pajak lebih mudah dan sederhana, di bawah ini akan dihitung nilai penghematan pajak pertahun antara alternatif lease dan pembelian tunai yang dapat dijadikan sebagai informasi bagi perusahaan dalam menentukan nilai penghematan pajak yang dapat diperolehnya pertahun. Tabel 4.15 Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - WSB 4500 H Keterangan Pengurangan PPh Penghematan Pajak Leasing Pembelian Leasing Pembelian Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Bersambung kehalaman selanjutnya 81

100 Tabel 4.15 (Lanjutan) Keterangan Pengurangan PPh Penghematan Pajak Leasing Pembelian Leasing Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah Sumber : Data yang diolah Tabel di atas, dapat diketahui nilai penghematan pajak per tahun yang dapat diterima oleh perusahaan dari kedua alternatif. Berdasarkan tabel, pembebanan biaya karena leasing pada empat tahun pertama akan memberikan nilai penghematan pajak yang cukup besar karena lease fee bersifat deductible expenses. Kemudian pada tahun kelima sampai dengan tahun keenam belas nilai penghematan pajak yang lebih besar akan diberikan oleh alternatif pembelian tunai karena pembebanan biaya penyusutannya lebih besar dari pada pembebanan biaya penyusutan atas nilai opsi yang telah diambil perusahaan dalam alternatif leasing. Tetapi pada tahun ketujuh belas sampai dengan tahun kedua puluh, nilai penghematan pajak akan 82

101 dihasilkan kembali dari alternatif lease, karena masih adanya pembebanan biaya penyusutan, sedangkan pada alternatif pembelian, umur ekonomis sudah habis sehingga tidak ada biaya penyusutan yang dapat dibebankan. Secara matematis, walaupun leasing lebih mahal daripada pembelian tunai, tetapi penghematan pajaknya juga lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan (deductible expenses) dan atas pembebanan biaya penyusutannya pun cukup menguntungkan dalam penghematan pajak. b. Nilai Penghematan Pajak Atas Mesin IC R Perhitungan atas perbandingan deductible expenses dan nilai penghematan pajak pertahun dapat dilihat pada Tabel 4.16, sedangkan total perhitungan atas perbandingan deductible expenses dan nilai penghematan pajak disajikan pada Tabel Tabel 4.16 Perbandingan Deductible expenses Per Tahun - Mesin IC R Leasing Pembelian Tunai Keterangan Biaya Pengurangan Biaya Pengurangan Lease Fee Penyusutan PPh Penyusutan PPh Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Bersambung ke halaman selanjutnya 83

102 Tabel 4.16(Lanjutan) Leasing Pembelian Tunai Keterangan Biaya Pengurangan Biaya Lease Fee Lease Fee Penyusutan PPH Penyusutan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah Sumber : Data yang diolah Tabel 4.17 Total Perbandingan Harga Perolehan dan Deductible expenses - Mesin IC4 4832R Keterangan Leasing dengan Bunga Present Value (disc. Nominal Rate 14,38%) Beli secara Tunai Nominal Present value (disc. Rate 14,38% Harga perolehan Lease Fee Nilai opsi Harga mesin IC R Jumlah Biaya yang boleh dibiayakan: Lease fee Biaya penyusutan Jumlah Pengurangan PPh Karena Biaya Sumber : Data yang diolah 84

103 Perhitungan pada Tabel 4.16 merupakan perhitungan atas harga perolehan dan deductible expenses pertahun. Sedangkan perhitungan pada Tabel 4.17 merupakan perhitungan total atas harga perolehan dan deductible expenses yang nilai-nilainya dapat dilihat pada tabel-tabel perbandingan sebelumnya yaitu Tabel 4.9, 4.10 dan Pada perhitungan yang dilakukan pada Tabel 4.17 dapat diketahui besarnya pengurangan pajak penghasilan karena unsur biaya yaitu secara nominal Rp dan Rp , serta secara tunai Rp dan Rp Penghematan pajak secara total dapat dilihat pada Tabel 4.18 di bawah ini, yang diperoleh dari selisih pengurangan PPh karena biaya antara alternatif lease dengan pembelian. Tabel 4.18 Tabel Perbandingan Penghematan Pajak Lease dan Pembelian - Mesin IC R Pengurangan PPh karena PV disc. Rate Nominal biaya 14,38% Leasing bunga (bunga 14,68%) Pembelian tunai Penghematan pajak Sumber : data yang diolah Penghematan pajak dihasilkan dari kelebihan pengurangan PPh atas biaya dari alternatif leasing yang lebih besar dari pada alternative pembelian. Nilai penghematan pajak secara nominal adalah sebesar Rp dan berdasarkan nilai tunai yaitu sebesar Rp Untuk mengetahui hasil analisis mengenai penghematan pajak lebih mudah dan 85

104 sederhana, di bawah ini akan dihitung nilai penghematan pajak pertahun antara alternatif lease dan pembelian tunai yang dapat dijadikan sebagai informasi bagi perusahaan dalam menentukan nilai penghematan pajak yang dapat diperolehnya pertahun. Tabel 4.19 Perbandingan Nilai Penghematan Pajak Per Tahun - Mesin IC R Keterangan Pengurangan PPh Penghematan Pajak Leasing Pembelian Leasing Pembelian Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah Sumber : Data yang diolah 86

105 Tabel di atas, dapat diketahui nilai penghematan pajak per tahun yang dapat diterima oleh perusahaan dari kedua alternatif. Berdasarkan tabel, pembebanan biaya karena leasing pada empat tahun pertama akan memberikan nilai penghematan pajak yang cukup besar karena lease fee bersifat deductible expenses. Kemudian pada tahun kelima sampai dengan tahun keenambelas nilai penghematan pajak yang lebih besar akan diberikan oleh alternatif pembelian tunai karena pembebanan biaya penyusutannya lebih besar daripada pembebanan biaya penyusutan atas nilai opsi yang telah diambil perusahaan dalam alternatif leasing. Tetapi pada tahun ketujuh belas sampai dengan tahun kedua puluh, nilai penghematan pajak akan dihasilkan kembali dari alternatif lease, karena masih adanya pembebanan biaya penyusutan, sedangkan pada alternatif pembelian, umur ekonomis sudah habis sehingga tidak ada biaya penyusutan yang dapat dibebankan. Secara matematis, walaupun leasing lebih mahal daripada pembelian tunai, tetapi penghematan pajaknya juga lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan (deductible expenses) dan atas pembebanan biaya penyusutannya pun cukup menguntungkan dalam penghematasn pajak. 4. Penilaian Atas Hasil Perbandingan Dalam Pengambilan Keputusan Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu antara alternatif leasing dan alternatif pembelian, dapat dikatakan bahwa alternatif leasing adalah alternatif terbaik yang dapat diambil oleh perusahaan 87

106 dalam menentukan besarnya penghematan pajak. Alternatif leasing menghasilkan unsur pengurangan pajak yang lebih besar karena adanya biaya yang bersifat deductible expense yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif pembelian tunai. Unsur pengurangan pajak inilah yang akan membawa manfaat berupa penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan. Meskipun alternatif leasing secara keseluruhan lebih mahal daripada pembelian tunai, tetapi manfaat yang diberikannya terhadap perusahaan juga besar. Selain penghematan pajak, perusahaan juga tidak perlu untuk menyiapkan sejumlah dana kas yang besar untuk membeli aktiva tetap. Pembiayaan sekaligus dalam membeli aktiva tetap yang biasanya dilakukan perusahaan akan kurang menguntungkan dari segi arus kas, ini merupakan salah satu keunggulan leasing dari pada pembelian tunai. Setiap objek perhitungan aktiva tetap di atas yang telah diperbandingkan, dapat dikatakan bahwa alternatif leasing akan sangat bermanfaat jika objek aktiva tetapnya memiliki nilai perolehan yang cukup besar atau material. Semakin besar nilai perolehan aktiva, maka semakin besar pula jumlah penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan karena adanya nilai dari pembebanan biaya yang cukup tinggi. Hasil dari pada analisis ini hanya dibatasi dalam hal penghematan pajak yang menjadi tujuan dari sebagian besar perusahaan. Penghematan pajak sangat bermanfaat bagi perusahaan yang memperoleh laba yang cukup 88

107 tinggi dimana unsur pengurangan labanya kecil dan berpengaruh terhadap pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Jika perusahaan mencapai laba kotor yang cukup tinggi, kemudian unsur pengurangan laba dari beban operasional termasuk biaya penyusutannya juga kecil, maka laba kena pajak yang dimiliki perusahaan akan tetap besar. Perusahaan biasanya melakukan strategi tentang bagaimana agar dapat meminimalisasi pajak dengan cara-cara yang legal, dan alternatif leasing ini menjawab hal itu. Jadi dapat dikatakan perencanaan pajak akan lebih bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki laba tahun berjalan yang cukup besar, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa kebijakan manajemen perusahaan akan tetap menjalani strategi. Penghematan pajak dalam kondisi rugi pada tahun berjalan dengan pertimbangan bahwa perusahaan akan tetap going concern dan memperoleh future benefit. 89

108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Seluruh pembahasan mengenai perbandingan alternatif leasing dengan pembelian tunai di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. PT. Els Indonesia Prima telah menerapkan alternatif sewa guna usaha (leasing) khususnya pada jenis financial lease dalam perolehan atau pengadaan aktiva. Dengan melakukan transaksi sewa guna usaha (leasing) dengan jenis financial lease perusahaan dapat hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama dan dapat menghemat arus kas dengan menghindari kebutuhan dana besar yang perlu dikeluarkan untuk membeli aktiva tetap secara tunai. 2. Ada perbedaan signifikan antara pengadaan aktiva secara leasing khususnya pada jenis financial lease jika dibandingkan dengan membeli aktiva tetap secara pembelian tunai. Hal ini disebabkan karena adanya biaya leasing atau lease fee dan biaya penyusutan pada alternatif lease yang dapat dibebankan (deductible expenses) dengan jumlah yang lebih besar contohnya pada mesin WSB 4500H memiliki deductible expense sebesar Rp nilai ini lebih besar dari pada alternatif pembelian 90

109 tunai yang hanya memiliki deductible expense sebesar Rp , sehingga unsur pengurangan pajak yang timbul dari biaya ini akan lebih besar dan akan menghemat jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Semakin besar atau material nilai perolehan aktiva tetap yang di lease, maka semakin besar juga nilai penghematan pajak yang dapat diterima oleh perusahaan. B. Saran Beberapa saran berkenaan dengan pokok pembahasan yang telah disajikan adalah sebagai berikut: 1. Karena PT. Els Indonesia Prima sudah menerapkan metode sewa guna usaha (leasing), khususnya pada jenis financial lease, maka perusahaan sudah mengambil metode pengadaan aktiva yang terbaik bagi perusahaan ini. Selain itu metode sewa guna usaha (leasing) juga memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode pembelian tunai. Oleh karena itu penerapan metode sewa guna usaha (leasing) dalam pengadaan aktiva harus terus diterapkan di perusahaan ini. 2. Selain bertujuan untuk melakukan penghematan pajak, dana menganggur yang tersedia sebagai akibat dari pengadaan aktiva tetap melalui leasing, sebaiknya di inventasikan. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan tidak sedang memerlukan dana untuk operasional sehari-hari. 91

110 DAFTAR PUSTAKA Arthur J. Keown, David F. Scott, John D, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Dua, Jakarta: Salemba Empat, Baridwan, Zaky, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Yogyakarta: BPFE, Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, Management Accounting, Buku Dua, Jakarta: Salemba Empat, Gade, Djamaluddin dan Muhammad Gade, Hukum Pajak, Edisi Keempat, Jakarta: FEUI, Gunadi, Akuntansi Pajak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hakim. Lukman, kredit bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagai sumber pendanaan alternatif atas perolehan aktiva tetap dalam rangka penghematan pajak, surabaya: Surabaya genteng, 2007 Hamid, Abdul, Buku Panduan Penulisan Skripsi, FEIS, Jakarta, Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi Aktiva Tetap, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Id. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat, Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 Tanggal 27 November 1991, Kegiatan Sew a Guna Usaha (Leasing). Lubis. Ardiansyah, leasing ditinjau dari aspek perpajakan, bandung: Arun N.G.L, 2007 Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi, Meliala S. Widianti, Oetomo. Francisca, Perpajakan Dan Akuntansi Pajak, Edisi 5, Jakarta: Semesta Media, 2008 Primadita Fitriandi, Tejo Birowo, Yuda Aryanto, Kompilasi UU Perpajakan Terlengkap. Jakarta: Salemba Empat,

111 Profil PT. Els Indonesia Prima Resmi, Siti., Perpajakan: Teori dan Kasus, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Jakarta: FEUI, Suandy, Erly, Perencanaan Perpajakan, Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat, Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2009 Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat,

112

113 ELS INDONESIA PRIMA, pt Representative Electrolux Laundry Systems Head Office : Rukan Taman Meruya Blok M/15 Jl. Meruya Ilir Raya Kembangan Jakarta Indonesia Phone : (Hunting) Fax : Info@Elsindonesia.Com Website : Daftar mesin dan kendaraan PT. Els Indonesia Prima no Jenis Aktiva Tetap Tahun Perolehan Harga Perolehan Mesin: 1 WSB April T April IC R 7 May Kendaraan: 1 Mitsubishi (colt L 300) 4 Februari Daihatsu (grandmax) 20 Maret Daihatsu (xenia) 12 Desember Daihatsu (Xenia) 9 Januari Suzuki (carry) 11 Juni Logistic & Sparepart Centre: Komplek Pergudangan Taman Tekno Sector XI Blok L1 No. 2, BSD City Tangerang, Phone : , Fax :

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKTIVA TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PD. BPR BKK KARANGMALANG

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKTIVA TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PD. BPR BKK KARANGMALANG EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKTIVA TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PD. BPR BKK KARANGMALANG TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN PAJAK PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA PT. ASURANSI BINTANG TBK

PERENCANAAN PAJAK PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA PT. ASURANSI BINTANG TBK PERENCANAAN PAJAK PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PADA PT. ASURANSI BINTANG TBK Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh M.

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK MELALUI REVALUASI ASET TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. X )

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK MELALUI REVALUASI ASET TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. X ) EVALUASI PERENCANAAN PAJAK MELALUI REVALUASI ASET TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. X ) R. BERNADINUS CHRISDIANTO YUNUS YOHANES BIU KATIK Politeknik Ubaya Universitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Aset tetap merupakan Aset tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sebelum membahas lebih khusus mengenai aset tetap, perlu dipahami

BAB II BAHAN RUJUKAN. Sebelum membahas lebih khusus mengenai aset tetap, perlu dipahami BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Sebelum membahas lebih khusus mengenai aset tetap, perlu dipahami pengertian aset. Definisi aset menurut Weygant, et all (2007:11-12), Aset

Lebih terperinci

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Analisis Perbandingan Cost Model dengan Revaluation Model dalam Penilaian Aset Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Posisi Keuangan pada PT. Mulia Industrindo Tbk ALFIAN A 311 06 036 JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN BIAYA RELEVAN DALAM MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PT. ADINATA DI MAKASSAR SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN BIAYA RELEVAN DALAM MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PT. ADINATA DI MAKASSAR SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN BIAYA RELEVAN DALAM MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PT. ADINATA DI MAKASSAR SKRIPSI OLEH : ANDRY A311 07 679 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

EVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN EVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Dedy Setiyono Universitas Madura Dedy_Setiyono@yahoo.com Abstract The purpose of a company is to obtain an optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktiva tetap merupakan sesuatu yang penting bagi perusahaan, selain digunakan sebagai modal kerja, aktiva tetap biasanya juga digunakan sebagai alat investasi

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 75

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 75 A. PENGERTIAN Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Jalan Tol

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Jalan Tol Nomor : SE- 02/PM/2002 Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Jalan Tol Nomor : SE- 02/PM/2002 PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN EMITEN

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN AKTIVA TETAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

EVALUASI PENGELOLAAN AKTIVA TETAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA EVALUASI PENGELOLAAN AKTIVA TETAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya (AMd) Program Studi Diploma III Akuntansi Oleh : ERNI

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS MASA MENDATANG

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS MASA MENDATANG KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI LABA DAN ARUS KAS MASA MENDATANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI INDONESIA

PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI INDONESIA PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI INDONESIA Oleh Ade Raselawati NIM: 107084000542 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN METODE CAPITAL LEASE

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN METODE CAPITAL LEASE 1 PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DENGAN METODE CAPITAL LEASE PADA PT. TRI ATMA CIPTA Oleh : Enis Prihastuti, SE, M.Si ABSTRACT One type of financing capital goods used darisumbereksternalyang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI SISTEM PEMBERIAN KREDIT SAMPAI PENYELESAIAN KREDIT PADA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) RUKUN SAYUR TAWANGMANGU

LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI SISTEM PEMBERIAN KREDIT SAMPAI PENYELESAIAN KREDIT PADA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) RUKUN SAYUR TAWANGMANGU LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI SISTEM PEMBERIAN KREDIT SAMPAI PENYELESAIAN KREDIT PADA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) RUKUN SAYUR TAWANGMANGU TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam. menyelenggarakan roda pemerintah. Otonomi daerah di Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam. menyelenggarakan roda pemerintah. Otonomi daerah di Indonesia mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan dalam menyelenggarakan roda pemerintah.

Lebih terperinci

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENGARUH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disususun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Perpajakan

TUGAS AKHIR. Disususun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Perpajakan ANALISIS REALISASI DAN PROSPEK PENERIMAAN PAJAK REKLAME SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Disususun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL KERJA DENGAN LABA USAHA KOPERASI PADA KOPERASI SERBA USAHA SEJATI MULIA JAKARTA : ANNA NURFARHANA

PENGARUH MODAL KERJA DENGAN LABA USAHA KOPERASI PADA KOPERASI SERBA USAHA SEJATI MULIA JAKARTA : ANNA NURFARHANA PENGARUH MODAL KERJA DENGAN LABA USAHA KOPERASI PADA KOPERASI SERBA USAHA SEJATI MULIA JAKARTA NAMA : ANNA NURFARHANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGENDALIAN BIAYA OPERASIONAL GUNA MENINGKATKAN LABA USAHA PADA KOPERASI AGRO NIAGA (KAN) JABUNG MALANG (Periode 2005-2007) SKRIPSI

PENGENDALIAN BIAYA OPERASIONAL GUNA MENINGKATKAN LABA USAHA PADA KOPERASI AGRO NIAGA (KAN) JABUNG MALANG (Periode 2005-2007) SKRIPSI PENGENDALIAN BIAYA OPERASIONAL GUNA MENINGKATKAN LABA USAHA PADA KOPERASI AGRO NIAGA (KAN) JABUNG MALANG (Periode 2005-2007) SKRIPSI Oleh FATHOR RAZI NIM : 03220080 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2010). Oleh : ISYAIYAS ANDHITO (107081003706)

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN..

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN I. UMUM 1. Peraturan Perundang-undangan perpajakan

Lebih terperinci

Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan ED PSAK (revisi 0) Juni 0 exposure draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Aset Tetap Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas exposure draft ini diharapkan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MANAJEMEN ASET

BAHAN AJAR MANAJEMEN ASET BAHAN AJAR MANAJEMEN ASET PROGRAM DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI PENGURUSAN PIUTANG DAN LELANG NEGARA ACEP HADINATA SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 i P a g e KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil

Lebih terperinci

(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se Indonesia tahun 2012) SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se Indonesia tahun 2012) SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DAN DANA BAGI HASIL (DBH) TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA RATA-RATA RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN RAWAT INAP KELAS I DAN KAITANNYA DENGAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

ANALISIS BIAYA RATA-RATA RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN RAWAT INAP KELAS I DAN KAITANNYA DENGAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANALISIS BIAYA RATA-RATA RUMAH SAKIT TERHADAP PASIEN RAWAT INAP KELAS I DAN KAITANNYA DENGAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA RUMAH SAKIT UMUM LASINRANG KABUPATEN PINRANG OLEH KARTIKA YUSUF A 311 05

Lebih terperinci

: M. YUNIAR FIJRIANTORO NIM. F0305074

: M. YUNIAR FIJRIANTORO NIM. F0305074 ANALISIS PENGARUH UKURAN KAP, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi kasus pada perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : Wahyu Rachmadi NIM. 12030110141177

SKRIPSI. Disusun oleh : Wahyu Rachmadi NIM. 12030110141177 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Semarang Candisari) SKRIPSI Diajukan sebagai

Lebih terperinci