BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
|
|
- Susanti Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, Kota Bandung memiliki keunggulan kompetitif tersendiri dibanding kota-kota lain dan saat ini ibu kota Jawa Barat telah mencapai kepadatan penduduk sebanyak jiwa pada tahun 2015 yang didukung melalui sumber Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung. Ridwan Kamil selaku Walikota Bandung mengupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dan menjadikan kota yang unggul dengan memanfaatkan kepadatan penduduk tersebut. Upaya yang telah dilakukan untuk menjadikan Kota Bandung yang unggul dan sejahtera adalah dilakukannya sistem pinjam modal untuk para pengusaha kecil menengah, dengan adanya sistem yang baru ini akan membantu penduduk Bandung dalam menjalankan usahanya dan akan mengurangi tingkat kemiskinan. Menjadikan Kota Bandung yang unggul dan sejahtera merupakan bagian dari visi Kota Bandung itu sendiri. Visi Kota Bandung adalah terwujudnya Kota Bandung yang unggul, nyaman dan sejahtera. Pada tahun 2015 Kota Bandung memiliki Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) terbaik, melalui informasi website kota bandung yaitu portal.bandung.go.id yang dikutip oleh Miftah menyatakan bahwa nilai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah memiliki nilai tertinggi sebesar 55,14 dengan mendapatkan predikat A yang diberikan langsung oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpaRB). Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi diantara kota-kota lainnya di Indonesia. Tidak hanya itu saja pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mengalami peningkatan, menurut berita yang dikutip oleh Maulana melalui website bandung.bisnis.com pertumbuhan ekonominya mencapai 8,8% pada akhir tahun Pencapaian yang sudah didapatkan oleh Kota Bandung ini merupakan bukti dalam 1
2 mengimplementasikan misi Kota Bandung untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. 1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan merupakan hal yang mutlak terjadi di setiap pemerintahan. Pemerintah Indonesia terus mengembangkan kebijakan-kebijakan baru guna meningkatkan kualitas Pemerintah Indonesia. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah mengenai tata kelola keuangan negara Republik Indonesia. Hal ini disampaikan melalui tiga paket undang-undang yang dikeluarkan, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang- Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga paket undang-undang ini mendasari pengelolaan keuangan negara yang mengacu pada international best practices (Kariyoto, 2016). Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 berisikan tentang keuangan negara, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara ini dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan serangkaian objek dari keuangan negara yang memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Standar akuntansi pemerintahan memiliki fungsi sebagai pedoman pokok dalam penyusunan dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Penyusunan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) disusun oleh komite standar yang independen, yaitu Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksaan Keungan (BPK). Standar akuntansi pemerintahan ini diberlakukannya sejak peraturan pemerintah telah 2
3 ditetapkan. Sesuai dengan pasal 36 ayat (1) dijelaskan mengenai ketentuan peralihan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun sejak peraturan pemerintah ditetapkan, selama masa transisi maka digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas menuju akrual. Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 merupakan penetapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Menurut pasal 1 ayat (8) Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar akuntansi yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Penetapan basis akrual ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel. Sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah ini maka standar akuntansi pemerintah berbasis akrual telah memiliki landasan hukum sendiri untuk menerapkannya. Sehingga pemerintah memiliki kewajiban untuk melaksanakan kebijakan baru mengenai standar akuntansi berbasis akrual secara penuh yang paling lambat dilaksanakan pada tahun Sebelum SAP yang baru ditetapkan, pemerintahan menggunakan SAP berbasis kas menuju akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun Tetapi sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan SAP yang baru, SAP berbasis kas menuju akrual resmi tidak diberlakukan kembali kecuali dalam masa transisi sampai pada tahun Penggunaan basis kas menuju akrual pada masa transisi merupakan strategi pengembangan SAP. Basis kas menuju akrual adalah pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas sedangkan asset, utang dan ekuitas dana dicatat dengan basis akrual. Manfaat dari penggunaan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual menurut Nirmala et al (2014) dalam Ferryono (2016) adalah informasi yang dihasilkan dari basis akrual lebih tepat untuk menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya (full cost operation), dapat menghasilkan informasi yang dapat 3
4 diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban dan dapat menghasilkan informasi keuangan yang komprehensif tentang pemerintah sehingga ketika pimpinan mengambil keputusan internal kemungkinan kecil keputusan tersebut tidak tepat. Laporan operasional yang digunakan pada pelaporan keuangan standar akuntansi pemerintahan akrual menyediakan informasi mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna sebagai evaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektifitas, dan kehematan serta penggunaan sumber daya ekonomi. Basis akrual juga memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi, karena pendapatan yang masuk ataupun keluar pada basis akrual langsung diakui dan dicatat sesuai dengan peristiwa transaksi itu terjadi tanpa menunggu bagaimana kas masuk ataupun kas keluar. Berbeda dengan basis kas yang hanya dicatat ketika kas masuk dan keluar. Sehingga basis akrual ini bisa digunakan sebagai tolak ukur pemerintah terhadap roda pertumbuhan ekonomi disetiap pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Kesiapan pemerintah dalam menghadapi tantangan baru dalam menerapkan basis akrual secara penuh sudah banyak dilakukan mulai dari pelaksanaan sosialisasi ke tiap-tiap pemerintah daerah. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemerikasaan Semester I (IHPS) tahun 2014, 2015, dan 2016 masih terdapat Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). LKPD yang masih mendapatkan opini WDP pada umumnya masih memiliki kelemahan pelaporan keuangan sesuai SAP yang telah ditetapkan. Sedangkan setelah SAP berbasis akrual ditetapkan, KSAP melakukan berbagai kesiapan melalui sosialisasi SAP berbasis akrual kepada para pemangku kepentingan (stakeholders). Bentuk sosialisasi yang dilakukan berupa seminar/diseminasi/diskusi dengan para pengguna, program pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT) dan memfasilitasi konsultasi teknis terkait penerapan SAP berbasis akrual (help desk), hal ini di paparkan dalam peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan. Pada tahun 2015 Kota Bandung pertamakalinya menerapkan SAP berbasis akrual, hal ini diperjelas di dalam pernyataan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Kota Bandung tahun Laporan Hasil Pemeriksaan tahun 2015 menyatakan bahwa Kota Bandung memiliki opini laporan keuangan WDP. Sebelum penerapan 4
5 SAP berbasis akrual Kota Bandung sudah melakukan berbagai kesiapan. Menurut website Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan RI menyatakan bahwa Kota Bandung mengikuti sosialisasi dan pelatihan yang berupa pretest dan posttest mengenai SAP berbasis akrual. Kesiapan lainnya juga dilakukan melalui Sosialisasi SAP berbasis akrual yang diselenggarakan oleh perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Jawa Barat yang tertera padai website yang dihadiri oleh seluruh SKPD di Provinsi Jawa Barat. Tidak hanya itu saja berdasarkan berita online Tribun Jabar, Iwa Kurniawa selaku pelaksana tugas sekertaris Daerah Jawab Barat, menyatakan bahwa Pemerintah Daerah telah mengadakan bimbingan teknis tentang akuntansi berbasis akrual untuk seluruh SKPD pemprov maupun bagian keuangan di Kota/Kabupaten di Jawa Barat. Sosialisasi dan bimbingan teknis ini dilakukan untuk mempersiapkan implementasi SAP berbasis akrual dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kota Bandung. Tetapi kesiapan yang sudah dilakukan memiliki hasil yang tidak sebanding, dikarenakan pada Laporan Hasil Pemerikasaan (LHP) pada tahun 2015 Kota Bandung mendapatkan opini WDP dengan koreksi beberapa akun di LKPD yang tidak sesuai dengan SAP berbasis akrual. Menurut Adventana (2014) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yaitu teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen, dan komunikasi. Dari beberapa sumber penelitian sebelumnya diperoleh informasi bahwa keempat faktor tersebut merupakan faktor yang banyak disebut peneliti yang telah mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) sebagai alat pendukung teknologi informasi yang memiliki perenan penting bagi pemerintah daerah. Tetapi penggunaan SIMDA belum sepenuhnya digunakan oleh SKPD, pernyataan ini diperkuat oleh Alfian (2015) bahwa masih terdapat SKPD yang yang lebih memilih menggunakan kertas kerja manual atau dengan Microsoft Excell untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dirasa lebih mudah daripada menggunakan SIMDA. Menurutnya implementasi SIMDA pada SKPD-SKPD di lingkungan 5
6 pemerintah Kabupaten Kulon Progo kurang mendapat respon positif dikarenakan keterbatasan kemampuan sumber daya manusia, padahal penggunaan SIMDA berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangannya sesuai dengan hasil penelitian Alfian (2015). Tetapi pada laporan hasil pemeriksaan yang didapatkan pada Kabupaten Kulon Progo mendapatkan hasil opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Peningkatan pemahaman pemakai mengenai sistem informasi berpengaruh terhadap keberhasilan dalam memanfaatkan teknologi informasi menurut Sunarti dan Nur 1998 dalam Alfian (2015). Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi hal ini dinyatakan oleh Wilkinson et al (2000) dalam Abdurahman et al (2012). Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah menurut Karmila et al (tanpa tahun), dalam penelitian ini pelaporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Penelitian Arih (2016) menyatakan bahwa perangkat pendukung yang tersedia seperti komputer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan dalam membatu penyusunan laporan keuangan berpengaruh signifikan dengan arah yang positif terhadap SAP berbasis akrual. Namun berbeda dengan penelitian Iznillah (2015) bahwa teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual. Selanjutnya sumber daya manusia menjadi faktor ketidaksiapan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual. Hal ini sesuai dengan pernyataan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) melalui artikel yang tertuang di bahwa pada saat melakukan pemeriksaan atas 184 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) ditemukan kasus-kasus ketidaksiapan yaitu, pemerintah daerah belum mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan memadai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pengelolaan keuangannya. Dengan demikian, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan sumber daya manusia di bidang 6
7 akuntansi pemerintahan (Simanjuntak, 2010 dalam Arih, 2016). Menurut Azman (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa telah berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesiapan sumber daya manusia tetapi hasil yang didapatkannya hanya mendapatkan predikat cukup dalam kesiapan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia diukur dari kemampuan pengetahuan (knowledge), karena semakin kuat pengetahuan dari sumber daya manusia tersebut semakin kuat tanggung jawab dan daya saing dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan penelitiah Aldiani (2010) dalam Putra dan Ariyanto (2015). Menurut Kristyono (2013) bahwa kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan hal yang terkait dengan kesiapan pemerintah dalam menerapkan SAP berbasis akrual. Penelitian yang dilakukan oleh Adventana (2014) dan Adriansyah (2013) menyatakan bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Penelitian Selvina et al (2015) menyarankan agar melakukan pendidikan dan pelatihan langsung mengenai PP No. 71 Tahun 2010, agar kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan berbasis akrual ini dapat diminimalisir. Namun menurut Fuad (2013) bahwa faktor tingkat pendidikan staf keuangan yang merupakan bagian dari sumber daya manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual. Komitmen merupakan suatu sikap mengenai kesetiaan karyawan terhadap organisasi tempat mereka bekerja pernyataan oleh Luthans (2002:235) dalam Permana dan Wiratmaja (2016). Menurut penelitian Putra dan Ariyanto (2015), komitmen berpengaruh positif terhadap kesiapan pemerintah dalam penerapan standar akuntansi berbasis akrual. Semakin tinggi suatu komitmen dari satuan kerja, maka semakin siap satuan kerja dalam penerapan SAP berbasis akrual menurut Aldiani (2010) dalam Permana dan Wiratmaja (2016). Permana dan Wiratmaja (2016) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa indikator tertinggi dalam penelitiannya adalah adanya komitmen yang tinggi dalam menyelesaikan penyusunan laporan keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh 7
8 Ardiansyah (2013) komitmen organisasi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kesiapan penerapan SAP akrual. Faktor selanjutnya yang diduga mampu mempengaruhi kesiapan pemerintah daerah dalam implementasi SAP akrual adalah komunikasi. Permana dan Wiratmaja (2016) menunjukan bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam penerapan peraturan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk dalam penerapan SAP berbasis akrual. Iznillah (2015) menyatakan komunikasi itu harus dilakukan baik dengan pihak eksternal maupun dengan pihak internal, sehingga penerapan SAP berbasis akrual dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya SAP berbasis akrual ini diperlukan komunikasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat yang berkesinambungan. Menurut Goldhaber (1986) dalam Mustika (2013) mengemukakan lima dimensi penting dari komunikasi tersebut 1) Supportivitas, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting, 2) Partisipasi membuat keputusan, 3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia, 4) Keterbatasan dan keterusterangan, 5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Putra dan Ariyanto (2015) menyatakan bahwa faktor komunikasi berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis akrual. Berbeda dengan penelitian Iznilla (2015) bahwa komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan SAP berbasis akrual, tatacara komunikasi yang dilakukan pemerintah daerah tidak memiliki pengaruh terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis akrual. Berdasarkan fenomena dan kesimpulan dari penelitian terdahulu yang telah disebutkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Teknologi Informasi, Sumber Daya Manusia, Komitmen dan Komunikasi terhadap Kesiapan Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Kota Bandung (Studi Kasus: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung Periode 2015). 8
9 1.3 Perumusan Masalah Perubahan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual mampu memberikan perubahan dalam informasi kualitas laporan keuangan di pemerintahan Indonesia bila dibandingkan dengan standar akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual. Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang tercantum pada Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 di terbitkan tahun 2010, diimplementasikan di Indonesia sejak tahun diterbitkannya Peraturan Pemerintah tersebut. Namun menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2003 pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa pelaksanaan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dijalankan selambat-lambatnya lima tahun sejak Peraturan Pemerintah ditetapkan. Sehingga pada tahun 2015 pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menggunakan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual sesuai dengan PP No. 71 Tahun Namun masih terdapat sektor pemerintah yang belum siap atau maksimal dalam mengimplementasikan kebijakan baru mengenai standar akuntansi ini. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam kesiapan penerepan standar akuntansi berbasis akrual belum dipahami secara baik, terdapat faktor pemanfaatan teknologi informasi yang belum optimal, sumber daya manusia yang masih rendah, serta kesadaran komitmen yang rendah dan pelaksanaan komunikasi yang kurang baik. Hal ini dapat diperkuat dengan penelitian terdahulu mengenai kesiapan sektor pemerintah dalam mengimplementasikan basis akrual yang tertuang dalan Peratutan Pemerintah No. 71 Tahun Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat mengidentifikasi pertanyaan penelitian yang akan dijawab. Pertanyaan penelitian tersebut adalah: 1) Bagaimana teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen komunikasi dan kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015? 2) Bagaimana pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi secara simultan terhadap kesiapan implementasi standar 9
10 akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015? 3) Bagaimana pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi yang diuji secara parsial terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015? a. Bagaimana pengaruh teknologi informasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015? b. Bagaimana pengaruh sumber daya manusia terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015? c. Bagaimana pengaruh komitmen terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015? d. Bagaimana pengaruh komunikasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode 2015? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka dapat diidentifikasi bahwa tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen, komunikasi dan kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode ) Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi yang diuji secara simultan terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode ) Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi yang diuji secara parsial terhadap kesiapan 10
11 implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode a. Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode b. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode c. Untuk mengetahui pengaruh komitmen terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode d. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung Periode Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun peneliti selanjutnya, baik secara aspek teoritis maupun praktis, seperti berikut ini: Aspek Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi yang dapat memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya sejauh mana hubungan teknologi informasi, sumber daya manusia, komitmen dan komunikasi terhadap kesiapan pemerintah dalam mengimplementasikan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. 2) Menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya mengenai kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. 3) Hasil penelitian ini juga diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya mengenai aspek apa saja yang dapat mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. 11
12 3.6.1 Aspek Praktis 1) Memberikan masukan atau bahan pertimbangan dalam memaksimalkan penerapan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 bagi Pemerintah Kota Bandung. 2) Penelitian ini juga diharapkan dapat meminimalkan kesalahan dalam penyusunan pelaporan keuangan dengan adanya identifikasi kemungkinan kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam menerapkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Variabel Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang akan diteliti dan menjadi variabel independen atau variabel X adalah teknologi informasi (X1), sumber daya manusia (X2), komitmen (X3), dan komunikasi (X4). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini atau variabel Y adalah kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual Lokasi Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner untuk melihat pengaruh dan menganalisis keempat variabel independen (X1, X2, X3 dan X4) dalam mempengaruhi kesiapan implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Kota Bandung. Lokasi penelitian seluruhnya terjadi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung selaku Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD). 1.8 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam memahami materi mengenai penelitian ini, maka penulis akan menyusun suatu sistematika penulisan. Urutan penulisan bab yang akan disajikan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang terdapat fenomena dan digunakan sebagai 12
13 acuan meneliti, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini membahas mengenai teori yang menjadi dasar bagi penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian, dan ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai langkah-langkah analisis data dan hasil analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang diperlukan serta pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang didapat berupa dari hasil penelitian serta saran berguna sebagai bahan pertimbangan objek penelitian dan berguna bagi peneliti selanjutnya. 13
14 14 Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara terus dilakukan pemerintah melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan infrastruktur sistem keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan transparansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan good coorporate governance dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management (NPM), dengan tiga prinsip utamanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah mengarahkan Pemerintah Indonesia menuju gerbang kemandirian dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik atau sering disebut dengan Good
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi keuangan negara telah dimulai sejak tahun 2003 ditandai dengan lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang nomor 17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk menyediakan /memproduksi barang-barang publik. Tujuan organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah sendiri sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tidak hanya dibidang Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi ini dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbaikan dalam pengelolaan keuangan negara masih terus berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No.17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi keuangan negara pada tahap pertama telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi, telah menyebabkan tuntutan yang beragam tentang pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pengelolaan keuangannya sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan yang transparan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam reformasi di bidang keuangan negara, perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan yang transparan dan akuntabel menjadi
Lebih terperinciPersiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak
Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia Abstrak Sesuai dengan amanat PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP bahwa Pemerintah wajib menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi sektor publik saat ini tengah dalam masa transisi menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. Standar akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah melahirkan paket perundang-undangan ngan keuangan negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan negara a yang terus diupayakan oleh pemerintah telah melahirkan paket perundang-undangan ngan keuangan negara yang baru. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah daerah mempunyai kewajiban mempublikasikan informasi melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koreksi atas posisi Laporan Operasional pada Pemerintah Kota
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koreksi atas posisi Laporan Operasional pada Pemerintah Kota Probolinggo tidak dapat dilakukan karena keterbatasan data dan informasi yang tersedia pada satuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini ditandai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan suatu tuntutan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam reformasi dibidang keuangan negara, perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintah yang transparan dan akuntabel menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk
BAB I PENDAHULUAN Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian dan kontribusi penelitian.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun 2003 2004 pemerintah melakukan perombakan peraturan keuangan Negara, Pemerintah bersama dengan DPR mengeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran paradigma terhadap pemerintahan saat ini, mendorong kita mewujudkan suatu sistem tata kepemerintahan yang baik (good governance), dengan jalan mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelogisannya. Standar itu disebut standar akuntansi, di Indonesia berlaku Prinsip
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Akuntansi memiliki memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar pelaksanaan teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang didasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prinsip tata kelola yang baik merupakan prinsip pokok yang harus diberlakukan di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Untuk menciptakan tata kelola yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan. reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem pencatatan single entry. Pada sistem pencatatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi di Indonesia, khususnya sektor publik berjalan sangat lambat. Sampai dengan tahun 2004 Indonesia masih menggunakan sistem pencatatan single-entry.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu bentuk keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya laporan keuangan di era globalisasi, pengetahuan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia memberikan dampak yang positif kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17. berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satunya reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang- Undang No. 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 menyatakanbahwa Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru menjadi era reformasi, pengelolaan keuangan daerah juga. mengalami perubahan. Pengelolaan keuangan daerah yang dulunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan beralihnya pemerintahan dari pemerintahan orde baru menjadi era reformasi, pengelolaan keuangan daerah juga mengalami perubahan. Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kota-kota besar di dalamnya, lima diantaranya adalah Jakarta yang merupakan ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian internal lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi Pemerintah yang menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan memberikan pengaruh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik, telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan transparansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mengatur pengelolaan keuangan negara agar dapat terwujud tujuan bernegara, diperlukan sebuah lembaga khusus yang bebas dan mandiri agar dapat melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2000 berdampak meningkatnya tuntutan masyarakat akan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini reformasi pengelolaan keuangan negara masih terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin memainkan peran yang signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin mudahnya akses informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertanggungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang selama ini digunakan oleh Pemda yaitu Manual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai konsekuensi atas pelaksanaan otonomi daerah, yang ditandai dengan lahirnya UU No. 22 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi seluruh lapisan masyarakat, dan tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Hal tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah dan desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat terutama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik khusus diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang umum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah otonomi daerah. pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara substansial, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 menyatakan bahwa terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik merupakan fenomena besar dalam konteks akuntansi sektor publik, hal ini bukan saja terjadi di Indonesia namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan berkembang sangat cepat dalam era globalisasi, terutama dalam penyajian informasi. Laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara sektor swasta dengan sektor pemerintah, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Pada sektor swasta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) sering menemui kendala dalam hal pelaporan karena bendahara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik. Untuk pelaporan keuangan kepada masyarakat, hanya dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan tugas audit atas laporan keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari hasil rumusan kebijakan dan program yang cermat dan tepat. Salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah yang baik, telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu perubahan perubahan penting di dalam pemerintahan, termasuk pemerintahan daerah.
Lebih terperincidalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat terutama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
EXECUTIVE SUMMARY ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA (Studi Kasus pada Provinsi Jawa Barat dan Banten) Venti Eka Satya, S.E., MSi.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya pemerintah untuk mewujudkannya good governance maka pemerintah sebagai aparatur negara mendukung penyelenggaraan otonomi daerah yang mengacu kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan awal dalam perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam pasal 32
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat. Terselenggaranya tata kelola pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk mengelola otonomi daerah dan sistem pengelolaan keuangan daerah agar lebih baik. Otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di tingkat pusat maupun daerah mendorong dilakukannya perbaikan kinerja. Pemerintah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja, tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia selama beberapa dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governace merupakan function of governing, salah satunya mengandung prinsip untuk memberikan pelayanan masyarakat yang baik oleh jajaran pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru dalam sektor pemerintahan. Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan akuntansi berbasis akrual sejatinya bukanlah sesuatu yang baru dalam sektor pemerintahan. Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual sudah diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang diselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciBAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual 2.1.1. Akuntansi Berbasis Kas. Akuntansi berbasis kas menurut Bastian (2001) adalah mengakui dan mencatat transaksi keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi bidang akuntansi pemerintahan ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Setelah dikeluarkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berganti menjadi era Reformasi. Pada era ini, desentralisasi dimulai ketika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada pertengahan tahun 1998 telah terjadi pergantian masa pemerintahan. Ketika itu, era Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto dijatuhkan kekuasaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap kepala daerah, hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang negara sesuai
Lebih terperinci