BAB I PENGANTAR. Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya peran logistik perbekalan. Salah satu gambaran tentang peran perbekalan dapat dilihat dalam perang pertama di masa kuno, yakni perang antara Persia menghadapi negara tetangganya, Yunani. Raja Persia Xerxes I pergi bertempur pada tahun 480 SM dengan membawa sekitar pasukan bersamanya menuju beberapa kota-kota di Yunani. Karena pasukan Persia yang begitu banyak, pasokan logistik hanya bisa dilakukan melalui laut. Maka pasukan Xerxes maju bertempur dengan dikawal oleh armada kapal perang dan kapal barang. Setelah kalah di pertempuran Salamis sang raja harus mundur karena dia mengkhawatirkan akan hilangnya koneksi antara rantai suplai perbekalan dari laut kedarat di mana pasukannya bergerak di depan (Ehrenberg, 2011: ). Sejarawan Yunani Thucydides ( SM) menjelaskan isu ini dan menekankan pentingnya keberadaan atau ketiadaan logistik dalam peperangan. Melalui tulisannya Thucydides menjelaskan bahwa selama perang Troya, Yunani mengirimkan 1200 kapal ke Troya. Untuk perang ini, bangsa Yunani tidak mampu membawa cukup makanan dan uang. Maka dari itu, mereka harus menanam makanan di Troya dan terus menerus melakukan penyerbuan kecil untuk mecari suplai. Karena masalah logistik ini, mereka tidak bisa melancarkan 1

2 2 serangan yang menentukan dan signifikan untuk mengakhiri perlawanan bangsa Troya. Perang ini berlangsung selama sepuluh tahun. Hal yang sama dapat dipelajari dalam kasus kekalahan Inggris di Perang Kemerdekaan Amerika dan kekalahan Poros di medan Afrika Perang Dunia II semua disebabkan oleh kegagalan logistik perbekalan. Pemimpin bersejarah seperti Hannibal Barca, Alexander the Great, dan Duke Wellington dianggap sebagai jenius dalam logistik perbekalan dan sukses dalam pertempuran yang ekor logistiknya pendek, meski berada di garis komunikasi dengan pasukannya dan bergerak dari daerah belakang ke daerah depan. Dalam perang saudara Amerika, penarikan mundur pasukan Jenderal Lee dalam operasi militer Appomattox, 3 April-9 April 1865 dan Pertempuran Gereja Namozine (3 April 1865) mengalami kelemahan dalam logistik perbekalan karena bekal ulang yang dinanti-nanti belum tiba. Perbekalan tidak sempat dimuat ke dalam kereta api yang melarikan diri dari Richmond, sementara perbekalan di gerbong barang sudah disita oleh kavaleri pihak Uni. Bersama pasukan yang harus diberi makan, Lee memilih untuk bertahan. Kelompok-kelompok prajurit diperintahkannya mengumpulkan makanan, namun sebagian besar di antaranya hanya berhasil membawa pulang sedikit makanan mengakibatkan pasukan Lee menjadi lemah (Canney, 1998:61 65). Sultan Agung dari Mataram, yang mencoba mengusir penjajah Belanda dengan menyerang Batavia dua kali pada tahun , gagal dalam penyerangan tersebut karena persediaan logistik berupa lumbung-lumbung padi untuk dukungan logistik prajuritnya dibakar Belanda sehingga penyerangan tidak

3 3 berjalan optimal. Dari kedua kegagalan penyerangan tersebut, Sultan Agung mengambil suatu kesimpulan bahwa dukungan logistik sangat menentukan dalam pelaksanaan peperangan jarak jauh (Purwadi, 2007). Pada zaman modern, pengalaman berharga dapat dipelajari dalam aplikasi Amerika Serikat (AS) saat menggelar Operasi Badai Gurun/desert storm (1991) guna memukul mundur pasukan Irak dari Kuwait. AS menerapkan konsep perang relatif baru-baru, dikenal sebagai Air Land Battle, dengan menggelar operasi serbuan tank yang melambung dari arah barat, menerobos ratusan kilometer padang pasir yang tandus dan menusuk jalur kekuatan pasukan Irak dari arah barat. Pelaksanaannya memerlukan dukungan logistik perbekalan yang sangat besar guna menggerakkan ratusan tank menerobos gurun pasir yang buas. Persiapan logistik satuan tugas operasi prajurit, mulai dari bekal makanan, pakaian, munisi, bahan bakar dan bekal personil lainnya di sepanjang jalur padang pasir, menjadi mutlak (Knights, 2005: 20). Tugas pokok Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Realisasinya dilakukan melalui Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) (Pasal 7 ayat (2) UU No 34 tahun 2004 tentang TNI ) (Tugas Pokok TNI). Agar mampu melaksanakan tugas pokoknya itu, TNI dirancang (to design), diorganisaikan (to organize), dilengkapi (to equipped), dilatih kesiap siagaannya (to train), diberi tugas operasi (to assign) dan selama tugas operasi didukung logistik dan administrasinya. Organisasi TNI baik pada aspek struktur organisasi,

4 4 SDM, Alut Sista, maupun dukungan administrasi, logistik, IPTEK, dan perbekalannya sangat vital dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TNI di atas. Administrasi, logistik dan perbekalan memiliki posisi penting dalam menentukan dukungan selama proses pembinaan, pengembangan maupun penggunaan kekuatan TNI. Babek TNI adalah salah satu Badan Pelaksana Pusat pada tingkat Mabes TNI, yang langsung berkedudukan di bawah Panglima TNI, dengan salah satu fungsi utama menyelenggarakan pengelolaan perbekalan TNI, dalam rangka mendukung tugas satuan kerja dan tugas satuan operasi di lingkungan TNI. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan upaya pembinaan terhadap sumber daya manusia, sarana dan prasarana guna meningkatkan kualitas dan profesionalisme personel dalam rangka meningkatkan kinerja Babek TNI (Majalah Babek TNI Mengabdi, 2012). Peran perbekalan merupakan bagian penting dalam menunjang kesiapsiagaan satuan militer agar mampu melaksanakan tugas operasionalnya yang diberikan oleh komando atas. Untuk memungkinkan hal ini, maka peran organisasi perbekalan cukup menentukan, dan organisasi perbekalan yang solid ditunjang oleh struktur organisasi, kondisi personil, kondisi hubungan kerja, dan kondisi fisik lingkungan kerja. Sasaran kerja organisasi Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI adalah tercapainya pelayanan perbekalan makanan bagi satuan TNI secara efektif dan efisien serta terukur. Berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Sasaran kerja ini merupakan tujuan organisasi Direktorat Pembekalan Makanan

5 5 Babek TNI yang juga harus menjadi sasaran kerja unit kerja hingga personel dalam unit kerja. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang Optimalisasi Peran Perbekalan Untuk Menunjang Kesiapsiagaan Satuan TNI Dalam Rangka Pelaksanaan Pertahanan Negara RI di Direktorat Pembekalan Makanan Badan Pembekalan TNI. 1.2 Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana strategi optimalisasi peran perbekalan untuk menunjang kesiapsiagaan satuan TNI dalam rangka pelaksanaan pertahanan negara di Direktorat Pembekalan Makanan Badan Pembekalan TNI? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat ditarik pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana peran perbekalan makanan pada Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI dalam mendukung kesiapsiagaan satuan TNI? 2. Kendala apa yang dihadapi oleh Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI? 3. Bagaimana strategi optimalisasi perbekalan makanan pada Diretktorat Pembekalan Makanan Babek TNI dalam mendukung kesiapsiagaan satuan TNI? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang optimalisasi peran perbekalan makanan dalam menunjang kesiapsiagaan satuan TNI (Studi di Babek TNI) diketagorikan sebagai

6 6 penelitian yang masih baru. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, karena literatur yang menjadi rujukan masih minin, yang menuntut kerja keras peneliti untuk dapat memperoleh hasil penelitian yang maksimal. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, sebagai berikut: a. Mengetahui peran Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI dalam menunjang satuan TNI saat ini. b. Mengkaji kendala yang dihadapi oleh Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI meliputi proses perencanaan, pengadaan, dan pendistribusian makanan di lingkungan Babek TNI. c. Merumuskan konsepsi strategi Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI dalam rangka optimalisasi peran perbekalan makanan dalam menunjang kesiapsiagaan satuan TNI. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk menganalisis masalah sumberdaya manusia, terutama yang berkaitan dengan kinerja Babek TNI. b. Secara praktis dapat memberikan rekomendasi mengenai kinerja Babek TNI, serta personel satuan kerja lainnya, sehingga dapat dijadikan rujukan dalam upaya meningkatkan kinerja pengawak organisasi Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI.

7 7 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian ini dibagi dalam 6 bab yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang jumlahnya tergantung pada besar dan pentingnya persoalan yang dibahas. Sebagai pengantar adalah bab satu yang memuat latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab dua adalah tinjauan pustaka, landasan teori dan metodelogi penelitian. Tinjauan pustaka berisi landasan teori dan pembahasan yang dilakukan penulis terdahulu dalam menganalisis masalah yang sejenis. Landasan teori, berisi teoriteori yang akan digunakan dalam menganalisis permasalahan yang ada di Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI. Bab ketiga membahas metode penelitian, berisi jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik analisis data dan teknik penyajian data. Dalam teknik analisis data, diuraikan definisi konseptual, definisi operasional dan kisi-kisi instrumen. Bab keempat berisi deskripsi Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI, meliputi peran Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI sebagai Unit Organisasi Mabes TNI, organisasi Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI, kondisi personel, kondisi hubungan kerja dan kondisi fisik lingkungan kerja. Bab kelima berisi peran Direktorat Pembekalan Makanan Babek TNI dalam menunjang kesiapsiagaan satuan-satuan TNI. Peran tersebut meliputi peran Sub Direktorat Perencanaan, peran Sub Direktorat Pengadaan, dan peran Sub

8 8 Direktorat Distribusi. Diuraikan pula bagaimana mekanisme kerja ketiga sub direktorat tersebut. Bab keenam memuat kendala yang dihadapi oleh Direktorat pembekalan Makanan Babek TNI dalam menunjang kesiapsiagaan satuan-satuan TNI. Kendala tersebut meliputi regulasi dan anggaran, kendala pengadaan dan penyaluran beras, serta kendala koordinasi antar sub direktorat. Bab ketujuh berisi strategi optimalisasi peran perbekalan untuk menunjang kesiapsiagaan satuan TNI distribusi makanan di Direktorat pembekalan makanan Babek TNI. Pembahasannya meliputi strategi optimalisasi sumber daya manusia, strategi, strategi optimalisasi koordinasi, dan optimalisasi penetapan norma bekal makanan. Pada Bab kedelapan memuat kesimpulan dan saran penelitian