PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 003 SIABU KECAMATAN SALO

Transkripsi

1 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 003 SIABU KECAMATAN SALO Oleh: Kardina¹ Syarifah Nur Siregar² Syofni² Abstract The aim of this research is improve the learning outcomes students mathematics class III SDN 003 Siabu through cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) in the uneven semester of academic year 2012/2013. Subjects were 41 third-grade students as consisting of 21 male and 20 female, they were heterogeneous ability. This research is classroom action research, the research was conducted in two cycles with four phases planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques in this study is the observation and test. Observation was done to identify the weaknesses during the learning process, based on the results of observations conducted reflection and planning improvement to be implemented in the second cycle. Test is daily test at the end of each cycle to know the development of the individual and the group. The results show an increase in mathematics achievement of students from low interval to a higher interval. Frequency of students who scored very low and low on the base scores there are 11 students, the UH-I are 7 students, and the UH-II was reduced to 2 l students. High and very high value on the base scores there are 21 students, the UH-I there are 27 students, and UH-II increased to 30 students participants can be seen in the frequency distribution table. Additionally minimum achievement criteria of students in the first cycle also increased the percentage of baseline 61% to 70%, and the second cycle increased to 90%. This suggests that mathematics learning outcomes of students has increased from before and after the action. Keyword : Cooperative learning, student teams achievement divisions (STAD), mathematic achievement PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin canggih saat ini tidak terlepas dari pelajaran matematika. Idris (2001) menyatakan bahwa pada saat ini penggunaan matematika telah berkembang luas dalam semua lapisan masyarakat. Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sangat penting karena matematika adalah ibu dari berbagai disiplin ilmu yang ada. Oleh sebab itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari sekolah dasar. ¹ Mahasiswa pendidikan matematika FKIP universitas Riau ² Dosen pendidikan matematika FKIP universitas Riau

2 Dalam pembelajaran matematika diharapkan peserta didik hendaknya berperan aktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik. Kualitas pembelajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sabri (2007) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai peserta didik dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor internal yaitu faktor yang datang dari diri peserta didik seperti kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat, kebiasaan belajar, fisik dan psikis peserta didik, dan faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik seperti faktor lingkungan. Seorang pendidik menginginkan peserta didiknya mencapai hasil belajar yang baik. Kunandar (2007) menyatakan bahwa guru adalah salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan. Untuk mencapai hasil belajar yang baik seorang guru harus memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan disampaikan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu indikator keberhasilan peserta didik menguasai matematika dapat dilihat dari hasil belajar matematika peserta didik, hasil belajar matematika yang diharapkan adalah mencapai KKM yaitu 60. Berdasarkan pengalaman peneliti di kelas III SDN 003 Siabu Kecamatan Salo masalah yang terjadi adalah masih rendahnya hasil belajar peserta didik pada pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh peserta didik itu sendiri, tetapi juga karena peneliti banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Selama ini peneliti menyampaikan materi pelajaran kurang menarik minat peserta didik, peneliti kurang membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, peneliti hampir tidak pernah memberikan penghargaan, hadiah maupun pujian pada peserta didik yang hasil belajar matematikanya meningkat, peneliti kurang mengelola kelas dengan baik sehingga peserta didik ribut dan tidak aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik kurang berpartisipasi dan memahami materi pelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar matematika peserta didik masih tergolong rendah. Peneliti berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan memberikan latihan dan tugas secara berkelompok untuk mengaktifkan peserta didik tetapi upaya tersebut belum berhasil dengan optimal. Hal ini dikarenakan kelompok tersebut dibagi berdasarkan nomor urut absen, di mana dalam absen nama peserta didik dirutkan berdasarkan abjad. Peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah tidak terbagi dalam kelompok yang merata. Upaya yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Slavin (2005) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaaan bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga merupakan pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktifitas dan interaksi diantara peserta didik saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran, peserta didik 2

3 3 bekerja sama dan berdiskusi dalam mempelajari materi pelajaran, sehingga yang tidak mengerti dapat bertanya pada teman kelompoknya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang beranggotakan 4-5 orang peserta didik dengan kemampuan yang heterogen. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menimbulkan interaksi yang optimal antara peneliti dan peserta didik maupun antar peserta didik. Peserta didik tidak hanya diam menerima penjelasan dari peneliti, peserta didik termotivasi untuk belajar memahami materi sehingga peserta didik aktif dalam belajar. Hal tersebut dapat memberikan peluang tercapainya hasil belajar sesuai yang direncanakan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 003 Siabu Kecamatan Salo Berdasarkan uraian permasalahan rendahnya hasil belajar di kelas III SDN 003 Siabu maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN 003 Siabu kecamatan Salo pada kompetensi dasar menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah, dan mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat semester ganjil tahun pembelajaran 2012/2013? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN 003 Siabu Kecamatan Salo melalui pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada kompetensi dasar menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah, dan mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat semester ganjil tahun pembelajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Bentuk penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardhani, dkk (2007) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik meningkat. Arikunto (2008) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran, dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan di dalam kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, tahapan dasar pada PTK adalah menyusun rancangan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 003 Siabu kecamatan Salo yang berjumlah 41 orang peserta didik, yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 20 orang perempuan yang berkemampuan akademis heterogen. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah perangkat pembelajaran (Silabus. RPP, LKPD) dan instrumen pengumpulan data (perangkat tes hasil belajar, lembar pengamatan).

4 4 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Observasi dilakukan setiap kali pertemuan selama pelaksanaan pembelajaran dengan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan yeng berguna untuk mendapatkan informasi tentang kekurangan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar metematika peserta didik setelah siklus I dan II yang berguna untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN 003 Siabu kecamatan Salo. Data tentang aktivitas guru dan peserta didik didasarkan pada lembar pengamatan selama pelaksanaan tindakan. Data tersebut dianalisis untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan yang berpedoman pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dan melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran sebagai refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, bertujuan mendeskripsikan data tentang aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran. Analisis data hasil belajar matematika terdiri dari analisis perkembangan peserta didik, ketercapaian KKM, dan keberhasilan tindakan. Analisis data tentang skor perkembangan peserta didik dan penghargaan kelompok pada setiap siklus dilakukan dengan melihat skor perkembangan peserta didik dan penghargaan kelompok diperoleh dari skor perkembangan kelompok yaitu ratarata skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok. Analisis ketercapaian KKM perindikator diperoleh dengan cara mencari persentase ketuntasan perindikator pada soal UH-1 dan UH-2. Peserta didik dikatakan mencapai ketuntasan apabila memperoleh ketercapaian indikator 60. Analisis keberhasilan tindakan dapat dilakukan dengan cara menganalisis ketercapaian KKM dan Analisis distribusi frekuensi hasil belajar. Suyanto (1997) menyatakan bahwa apabila hasil belajar peserta didik setelah tindakan lebih baik dari pada sebelum dilakukan tindakan maka dapat dikatakan tindakan berhasil, tetapi jika tidak ada perbedaannya dan bahkan kurang baik maka tindakan belum berhasil. Dalam penelitian ini tindakan dikatakan berhasil jika persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada UH-I lebih baik dari skor dasar dan persentase jumlah peserta didik pada UH-II lebih baik dari UH-I. peningkatan hasil belajar ditandai dengan adanya ketercapaian KKM tetapi ada kalanya tidak dapat melihat dan menjelaskan perubahan-perubahan nilai peserta didik. Oleh sebab itu maka dilengkapi dengan tabel distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk skor dasar peserta didik diperoleh dari tes ulangan harian pada pokok bahasan operasi hitung campuran. Skor dasar ini digunakan untuk menyusun kelompok kooperatif tipe STAD yang terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan akademis yang berbeda. Sehingga terbentuk Sembilan kelompok dengan empat kelompok beranggota empat peserta didik dan lima kelompok beranggotakan lima peserta didik. Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan dan satu kali UH, untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan analisis terhadap aktivitas guru dan

5 peserta didik melalui lembar pengamatan. Pada aktivitas guru dan peserta didik pada siklus pertama ini, peneliti menemui kekurangan dan kelemahan diantaranya yaitu peserta didik masih ribut, mereka sulit mengumpulkan teman dan mengatur meja dalam kelompoknya, saat diskusi sedang berlangsung hanya sebagian peserta didik yang dapat berdiskusi dengan baik, namun masih ada sebagian peserta didik yang mengalami kesulitan dan hanya menyalin pekerjaan teman kelompoknya. Dari aspek guru, peneliti kurang tegas dalam segi waktu, peneliti kurang memotivasi dan memberi bimbingan pada kelompok yang mengalami kesulitan. Hal ini terjadi pada pertemuan pertama karena peserta didik masih canggung dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan. Untuk itu peneliti terus membimbing dan mengarahkan peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada pertemuan selanjutnya sudah ada peningkatan walaupun masih ada yang harus diperbaiki. Upaya yang dilakukan peneliti adalah mengatur waktu sebaik mungkin, peneliti akan lebih memotivasi dan membingbing kelompok yang mengalami kesulitan sehingga peserta didik lebih aktif dalam diskusi. Siklus II juga dilaksanakan tiga kali pertemuan dan satu kali UH, Refleksi siklus kedua, pembelajaran dan hasil belajar sudah lebih baik dari siklus pertama. Peserta didik telah terbiasa diskusi kelompok, bisa menjawab dan memberi tanggapan atas penjelasan guru dan aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya sudah cukup baik, sehingga tidak ada lagi peserta didik yang hanya menunggu hasil kerja teman kelompoknya. Waktu yang tersedia sudah sesuai dengan perencanaan. Tapi pada saat peneliti mengumumkan anggota kelompok baru peserta didik sedikit ribut karena mereka menginginkan kelompok yang sama pada siklus pertama, peneliti berusaha untuk memberikan pengertian dan akhirnya peserta didik bisa menerima kelompok baru tersebut. Peserta didik sudah tertib dalam menerima LKPD dan melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing sehingga suasana pembelajaran berjalan dengan baik. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari analisis data nilai perkembangan individu, ketercapaian KKM, dan analisis distribusi frekuensi. Perkembangan individu, ada 8 peserta didik pada ulangan harian I mendapat nilai lebih rendah dari skor dasar dan 33 peserta didik yang mendapat nilai sama atau lebih tinggi dari skor dasar. Sedangkan pada siklus kedua, 15 peserta didik mendapat nilai lebih rendah dari ulangan harian I dan 26 peserta didik mendapat nilai sama atau lebih tinggi dari ulangan harian Dengan demikian nilai perkembangan individu peserta didik cukup baik dan meningkat dari ulangan harian I ke ulangan harian II, ini disebabkan oleh kerja sama peserta didik sudah bagus dalam memahami dan mengerjakan LKPD. Nilai perkembangan individu peserta didik akan disumbangkan untuk nilai perkembangan kelompok sehingga diperoleh penghargaan untuk masing-masing kelompok, penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik pada siklus II meningkat dari siklus I, walaupun peningkatannya tidak begitu terlihat perbedaannya karena skor dasar pada UH-II cukup tinggi. Analisis ketercapaian KKM perindikator dapat dilihat dari hasil UH I dan UH-II, peserta didik yang mencapai KKM pada setiap indikator dapat dilihat pada tabel 1. 5

6 6 Tabel 1. Ketercapaian KKM pada Ulangan Harian I untuk Setiap Indikator No Indikator Jumlah Siswa Persentase yang Tuntas Ketuntasan 1. Membaca dan manulis tanda waktu tepat, setengah jam, seperempat jam, sampai lima menit dan 45 menit pada jarum jam Menggunakan alat ukur waktu dalam pemecahan masalah sehari-hari Menggunakan alat ukur panjang dalam pemecahan masalah sehari-hari Menggunakan alat ukur berat dalam pemecahan masalah sehari-hari Jumlah Siswa 41 Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa ada satu indikator dengan persentase terendah yaitu pada indikator I. Setelah dianalisa ternyata banyak peserta didik yang belum memahami dan menguasai materi tentang membaca dan menulis waktu pada jam. Di mana peserta didik masih keliru melihat jarum panjang dan pendek, menulis tanda waktu dan membaca waktu pada jam seperti pukul 3 tepat masih ada yang membaca pukul tiga lewat dua belas dan ada yang menulis Untuk siklus kedua ketercapaian KKM dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Ketercapaian KKM pada Ulangan Harian II untuk Setiap Indikator No Indikator Jumlah Siswa Persentase yang Tuntas Ketuntasan 1. Menentukan hubungan antarsatuan waktu : menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun Menentukan hubungan antarsatuan panjang : km, hm, dam, m, dm, cm, dan mm 3. Menentukan hubungan antarsatuan berat : kg, hg, dag, g, dg, cg, dan mg Jumlah Siswa 41 Dapat disimpulkan bahwa pada UH-II persentase ketercapaian KKM untuk setiap indikator pada pembelajaran siklus kedua sudah semakin baik, pada setiap indikator nilai peserta didik banyak yang telah melebihi KKM yang ditetapkan. Dengan demikian hasil belajar matematika peserta didik telah mengalami peningkatan, seperti terlihat pada tabel 3.

7 7 Tabel 3. Ketercapaian KKM pada Hasil Belajar Matematika Siswa No Skor Dasar UH-I UH-II Jumlah Siswa yang Tuntas Persentasi Ketuntasan Jumlah Siswa 41 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM dari skor dasar, UH-I dan UH-II. Menurut Suyanto (1997) menyatakan bahwa apabila hasil belajar peserta didik setelah tindakan lebih baik dari pada sebelum dilakukan tindakan maka dapat dikatakan tindakan berhasil, Sehingga dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN 003 Siabu Kecamatan Salo. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dengan membandingkan nilai peserta didik setelah tindakan dengan nilai skor dasar sebelum tindakan, seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Dasar, UH-I dan UH-II Siswa kelas III SDN 003 Siabu Nilai Frekuensi Siswa pada Frekuensi Siswa pada Frekuensi Siswa pada Kriteria Skor Dasar UH-I UH-II Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah Siswa 41 Dilihat dari tabel 4, terlihat bahwa adanya peningkatan nilai peserta didik dari interval rendah ke interval tinggi. Frekuensi peserta didik yang memperoleh nilai sangat rendah dan rendah ada 11 peserta didik pada skor dasar dan pada UH- I ada 7 peserta didik sedangkan pada UH-II berkurang menjadi 2 peserta didik. Nilai sangat tinggi dan tinggi pada skor dasar ada 21 peserta didik, pada UH-I ada 27 peserta didik dan pada UH-II meningkat menjadi 30 peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik setelah tindakan lebih baik dari pada sebelum tindakan dikatakan tindakan berhasil. Peningkatan hasil belajar peserta didik setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, di mana peserta didik bekerja sama dan berdiskusi dalam mempelajari dan memahami materi sehingga yang tidak mengerti dapat bertanya pada teman kelompoknya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN 003 Siabu Kecamatan Salo pada kompetensi dasar menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah dan mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, hal ini sesuai dengan Sabri (2007) menyatakan bahwa hasil

8 8 belajar yang dicapai peserta didik dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor internal yaitu faktor yang datang dari diri peserta didik seperti kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat, kebiasaan belajar, fisik dan psikis peserta didik, dan faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik seperti faktor lingkungan. Walaupun demikian dalam pelaksanaan tindakan ditemukan kekurangan dan kelemahan seperti peserta didik kurang bersungguh-sungguh dalam belajar, usaha yang dilakukan peneliti adalah meminta peserta didik untuk memperhatikan penjelasan, aktif dalam diskusi kelompok, dan jangan malu-malu dalam menyampaikan tanggapan kepada kelompok lain serta menyarankan agar tidak bermain-main dalam belajar. Peserta didik kekurangan waktu dalam menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Dalam diskusi kelompok, menyelesaikan LKPD, presentasi hasil diskusi, mengerjakan soal latihan dan pada waktu ulangan harian I peserta didik masih canggung dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam diskusi kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan akademik tinggi cenderung langsung bertanya kepada peneliti tanpa mendiskusikan terlebih dahulu dengan teman sekelompoknya. Peneliti meminta agar peserta didik tersebut bisa membimbing temannya yang berkemampuan rendah untuk itu peneliti bertindak sebagai fasilitator mengarahkan dan membimbing peserta didik agar setiap kelompok yang telah ditetapkan bisa bekerja sama dan bertanggung jawab atas kelompoknya masing-masing. Kesalahan dan kelemahan lainnya yang harus diperbaiki yaitu pada perangkat pembelajaran, LKPD terdapat kekeliruan di mana bahasa yang digunakan peneliti masih membingungkan peserta didik, yang dimaksud peneliti belum jelas. Bahasa yang digunakan peneliti tidak kontekstul, di mana bahasa yang digunakan peneliti dalam LKPD walaupun hitungannya pada soal benar tapi tidak logis dan tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Pada soal UH-I no 9 dan 10 juga terdapat kekeliruan dan dapat menimbulkan alternatif jawaban yang berbeda dari apa yang dimaksud peneliti, sehingga menimbulkan salah pengertian bagi peserta didik. Banyak peserta didik menjawab bukan yang diharapkan peneliti walaupun ada yang menjawab benar sesuai yang dimaksud oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti memberikan penjelasan kepada peserta didik secara klasikal apa yang dimaksud peneliti dalam soal pada UH-I. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika di kelas III SDN 003 Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar pada kompetensi dasar menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah, dan mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat semester ganjil tahun pembelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menberi saran sebagai berikut : Guru agar dapat membagi waktu pada proses pembelajaran agar waktu pelaksanaan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, membiasakan peserta didik untuk

9 9 aktif belajar serta berinteraksi dan bekerja sama dengan teman sekelasnya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan memberi motivasi agar peserta didik lebih aktif berdiskusi dan presentasi, karena peneliti menemukan peserta didik tidak aktif dalam diskusi kelompok. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,dkk., 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Idris, N., 2001, Pedagogi Dalam Pendidikan Matematika, Selanggar darul Ikhsan, Bukit agung. Kunandar., 2007, Peneliti Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Peneliti, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Sabri, A., 2007 Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching, Quantum Teaching, Ciputat. Slavin, R.E., 2005, Diterjemahkan dari Cooperative Learning : Teory, Research, and Practice. Nusa Media, Bandung. Suyanto., 1997, Pedoman Pelakanaan PTK. Dikti Depdikbud, Jogjakarta. Wardhani, dkk., 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Universitas Terbuka, Jakarta.