PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE TAHUN 2016"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE TAHUN 2016 Jl. R.A. Kartini No. 7 Kabupaten Majene, Sulawesi Barat Tlp/Fax : dinkes.majene@gmail.com Website : dinkes.majenekab.go.id

2 KATA PENGANTAR Segala Puji dan Rasa Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah,SWT sehingga Buku Profil Kesehatan Kabupaten Majene tahun 2016 dapat terselesaikan. Buku Profil Kesehatan ini menampilkan keadaan kesehatan yang ada di Kabupaten Majene terutama hal yang terkait dengan indikator program, standar pelayanan minimal dan millennium development goals, sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Majene. Profil Kesehatan ini disusun berdasarkan masukan dari Profil Kesehatan Puskesmas dalam wilayah kerja Kabupaten Majene yangmerupakan gambaran kondisi dan situasi kesehatan wilayah kerja masing-masing dari seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Majene serta dari program dan lintas sektor terkait. Diharapkan profil ini dapat di dipergunakan sebagai bahan acuan untuk mendukung perencanaan kesehatan yang berdasarkan fakta (evidence based) serta bahan masukan dalam menyusun kebijakan program maupun pengambilan keputusan. Saran, kritik dan masukan yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan mutu profil kesehatan kedepan. Penghargaan setinggi-tinginya diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan profil ini Majene, Juni 2017 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majene drg. Hj. NURWAN KATTA, MARS Pangkat : Pembina Utama Muda Nip ii Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

3 DAFTAR ISI Halaman PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN UMUM... 3 A. Keadaan Geografis dan Demografis... 3 B. Keadaan Penduduk... 4 C. Keadaan Ekonomi... 5 D. Keadaan Sosial... 6 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN... 9 A. Angka Kematian/Mortalitas... 9 B. Angka Kesakitan/Moriditas BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Upaya Kesehatan Masyarakat B. Upaya Kesehatan Perseorangan C. Indikator Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit D. JPKM BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan BAB VI KESIMPULAN A. Situasi Derajat Kesehatan B. Situasi Upaya Kesehatan C. Sumberdaya Kesehatan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

4 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Statistik Pemerintahan Kabupaten Majene tahun Tabel 2 Jumlah Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan Menurut KecamatanKabupaten Majene Tahun Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis KelaminKabupaten Majene Tahun Tabel 4 Jumlah Sarana Rumah Ibadah berdasarkan Kecamatan... 6 Tabel 5 Distribusi Penduduk dengan Akses Berkelanjutan terhadap Air Minum LayakKabupaten Majene Tahun Tabel 6 Distribusi Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Majene Tahun Tabel 7 10 Penyakit terbanyak Kabupaten Majene Tahun Tabel 8 Jumlah Pustu dan Poskesdes Kabupaten Majene Tahun Tabel 9 Jumlah Tenaga Dokter Umum & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Tabel 10 Jumlah Tenaga Dokter Gigi & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Tabel 11 Tabel 12 Jumlah Tenaga Perawat & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Jumlah Tenaga Bidan & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Tabel 13 Jumlah Tenaga Kefarmasian Umum & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Tabel 14 Jumlah Tenaga Gizi & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Tabel 15 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Tabel 16 Jumlah Tenaga Kesehatan Lingkungan & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun Tabel 17 Jumlah Tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun iv Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

5 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Sekolah Menurut jenjang Pendidikan yang Ditamatkan Kabupaten Majene Tahun Gambar 2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Majene Tahun Gambar 3 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Majene Tahun Gambar Jumlah dan angka Kematian Neonatal Per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Majene Tahun Gambar 5 Jumlah dan angka Kematian Neonatal Menurut Puskesmas di Kabupaten Majene Tahun Gambar 6 Jumlah dan angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Majene Tahun Gambar 7 Jumlah dan Angka Kematian Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten Majene Tahun Gambar 8 Jumlah dan Angka Kematian Anak Balita Per Kelahiran hidup di Kabupaten Majene Tahun Gambar 9 Jumlah dan Angka Kematian Anak Balita Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun Gambar 10 Jumlah dan Angka Kematian Balita Per Kelahiran hidupdi Kabupaten Majene Tahun Gambar 11 Jumlah dan Angka Kematian Balita per Kelahiran Hidup Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun Gambar 12 Jumlah dan Angka Kematian Ibu per Kelahiran Hidup Di Kabupaten Majene Tahun Gambar 13 Jumlah dan Angka Kematian Ibu Menurut Puskesmas di Kabupaten Majene Tahun Gambar 14 Jumlah Kasus Baru BTA (+) dan CNR di wilayah Kabupaten Majene Tahun Gambar 15 Jumlah Penderita BTA (+) diobati, Angka Kesembuhan, Success Rate Kabupaten Majene Tahun Gambar 16 Cakupan Penemuan Pneumonia Menurut Puskesmas Kabupaten Gambar 17 Gambar 18 Majene Tahun Cakupan Penemuan Diare Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Majene Tahun v Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

6 Gambar 19 Distribusi Kasus DBD (+) Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 20 Distribusi Kasus DBD dan Insidens Rate per Penduduk Kabupaten Majene Tahun Gambar 21 Distribusi Kasus Malaria (+) dan API Kabupaten Majene Tahun Gambar 22 Distribusi Kasus Malaria (+) Menuurt Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 23 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Majene Tahun Gambar 24 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas di Kabupaten Majene Tahun Gambar 25 Cakupan Desa Siaga Aktif Kabupaten Majene Tahun Gambar 26 Strata Desa Siaga Aktif Kabupaten Majene Tahun Gambar 27 Cakupan Desa Siaga Aktif Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Gambar 28 Tahun Distribusi Jumlah Poskesdes Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 29 Persentase Posyandu Menurut Strata Kabupaten Majene Tahun Gambar 30 Persentase Posyandu Aktif Kabupaten Majene Tahun Gambar 31 Persentase Posyandu Aktif Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 32 Distribusi Jumlah Posbindu Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 33 Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Majene Tahun Gambar 34 Gambar 35 Gambar 36 Gambar 37 Gambar 38 Gambar 39 Gambar 40 Gambar 41 Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas di Kabupaten Majene Tahun Persentase Akses penduduk terhadap air minum layak Kabupaten Majene Tahun Persentase Akses penduduk terhadap air minum layak menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Persentase penduduk terhadap fasilitas sanitasi yang layak Kabupaten Majene Tahun Persentase penduduk terhadap fasilitas sanitasi yang layak Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Persentase TTU dan TPM memenuhi syarat kesehatan Kabupaten Majene Tahun Persentase TTU dan TPM memenuhi syarat kesehatan menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Jumlah Desa melaksanakan STBM dan stop BABS Kabupaten Majene Tahun vi Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

7 Gambar 42 Jumlah Desa melaksanakan STBM dan stop BABS menurut puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 43 Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Majene Tahun Gambar 44 Cakupan K1&K4 Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 45 Kesenjangan K1 dan K4 Kabupaten Majene Tahun Gambar 46 Cakupan Linakes Kabupaten Majene Tahun Gambar 47 Cakupan Linakes Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar Cakupan Pelayanan Nifas dan Bufas Vit A Kabupaten Majene Tahun Gambar 49 Cakupan Pelayanan Nifas dan Bufas Vit A Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 50 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten Majene Tahun Gambar 51 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 52 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Kabupaten Majene Tahun Gambar 53 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 54 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten Majene Tahun Gambar 55 Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Majene Tahun Gambar 56 Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Baru Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 57 Cakupan Kunjungan Neonatal Kabupaten Majene Tahun Gambar 58 Cakupan Kunjungan Neonatal (KN Lengkap) menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 59 Cakupan Pelayanan Bayi Kabupaten Majene Tahun Gambar 60 Cakupan Pelayanan Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 61 Cakupan Pelayanan Anak Balita Kabupaten Majene Tahun Gambar 62 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 63 Gambar 64 Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Kabupaten Majene Tahun Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe1 dan Fe3 Pada Ibu Hamil Kabupaten Majene Tahun vii Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

8 Gambar 65 Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe1 dan fe3 Pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 66 Cakupan Bayi yang DIberi ASI Eksklusif Kabupaten Majene Tahun Gambar 67 Cakupan Bayi yang DIberi ASI Eksklusif Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 68 Cakupan Pemberian Vit.A pada Bayi dan Balita Kabupaten Majene Tahun Gambar 69 Cakupan Pemberian Vit.A pada Bayi dan Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 70 Cakupan Penimbangan Balita dan Baduta Kabupaten Majene Tahun Gambar 71 Cakupan Penimbangan Balita dan Baduta Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 72 Jumlah Lahir Hidup dan Bayi BBLR Kabupaten Majene Tahun Gambar 73 Jumlah Lahir Hidup dan Bayi BBLR Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 74 Persentase Balita BGM Kabupaten Majene Tahun Gambar 75 Jumlah Balita Ditimbang dan BGM Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 76 Persentase Baduta BGM Kabupaten Majene Tahun Gambar 77 Jumlah Baduta Ditimbang dan BGM Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 78 Jumlah Kasus Gizi Buruk Kabupaten Majene Tahun Gambar 79 Jumlah Kasus Gizi Buruk Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Gambar 80 Tahun Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Kabupaten Majene Tahun Gambar 81 Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 82 Cakupan Imunisasi TT2+ pada WUS Kabupaten Majene Tahun Gambar 83 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Kabupaten Majene Tahun Gambar 84 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 85 Tren Cakupan UCI Desa/Kelurahan Kabupaten Majene Tahun Gambar Cakupan UCI Desa/Kelurahan Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun viii Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

9 Gambar 87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Kabupaten Majene Tahun Gambar 88 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 89 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Kabupaten Majene Tahun Gambar 90 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 91 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada SD & Setingkat Kabupaten Majene Tahun Gambar 92 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada SD & Setingkat Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 93 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 94 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 95 Cakupan Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 96 Cakupan Kunjungan Rawat Inap Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gambar 97 Capaian GDR Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun Gambar 98 Capaian NDR Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun Gambar Capaian BOR Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun Gambar 100 Capaian LOS Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun Gambar 101 Capaian TOI Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun Gambar 102 Cakupan Kepesertaan JKN Kabupaten Majene Tahun Gambar 103 Jumlah dan Persentase Peserta JKN Kabupaten Majene Tahun Gambar 104 Persentase Alokasi Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Dana Lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Majene Tahun ix Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

10 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 7 Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB Pada Anak dan Case Notification Rate (CNR) p er Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Tabel 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 9 Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin Tabel 12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Tabel 13 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 14 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 16 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas - Lanjutan Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas x Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

11 Tabel 22 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 24 Pengukuran Tekanan Darah Penduduk > 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 27 Jumlah Penderita dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/Kelurahan yang Ditangani < 24 Jam Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 36 Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 39 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 41 Tabel 42 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kecamatan dan Puskesmas Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 hari dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas xi Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

12 Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, Polio, Campak, dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Tabel 55 Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (BER - PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tabel 61 Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas Tabel 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Tabel 63 Persentase Tempat-tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi Tabel 65 Tempat Pengelolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan xii Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

13 Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) Level I Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan, dan Puskesmas Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Di Fasilitas Kesehatan Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Tabel 77 Jumlah Tenaga Teknisi Medis Di Fasilitas Kesehatan Tabel 78 Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis Di Fasilitas Kesehatan Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Tabel 80 Jumlah Tenaga Non Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota xiii Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

14 BAB I PENDAHULUAN Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016 merupakan suatu gambaran kondisi dan situasi upaya serta hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten Majene yang diterbitkan setiap tahunnya. Profil ini menyajikan berbagai data dan informasi tentang hasil pelaksanaan program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama periode tahun 2016 dan digunakan sebagai alat ukur pencapaian target dalam pembangunan kesehatan pada periode selanjutnya. Profil Kesehatan ini juga merupakan produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang dalam penyusunannya melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan analisa data. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang menunjukkan perbandingan data antar waktu dan antar wilayah Kecamatan atau Puskesmas di Kabupaten Majene. Sehingga untuk kelancaran proses Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Majene sebagai sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dimasa mendatang, maka strategi pertama adalah penguatan kebijakan dan perencanaan di bidang sistem informasi kesehatan.dinas Kesehatan Kabupaten Majene sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani masalah kesehatan, dituntut untuk mampu memberikan gambaran situasi kesehatan dan teknis intervensi program di bidang kesehatan, yang salah satunya tersaji melalui profil kesehatan. Oleh sebab itu, tujuan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016 ini adalah sebagai suatu dokumen pembangunan kesehatan yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan gambar yang bertujuan untuk memberikan gambaran pencapaian maupun pelaksanaan program kesehatan, mengetahui kinerja pengelola program, sebagai bahan evaluasi dalam rangka penguatan perencanaan dan kebijakan program di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Majene dan Puskesmas serta jaringannya untuk masa yang akan datang. Sistimatika penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016 mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 yang telah direvisi dari Juknis pada tahun sebelumnya. Selain tetap menyajikan data-data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin, di Petunjuk Teknis ini juga diperbaharui beberapa indikator yang berkembang dibidang kesehatan termasuk defenisi operasional indikator-indikator kesehatan. Adapun sistimatika penyusunan Profil kesehatan terdiri dari 6 (enam) bab, sebagai berikut: 1 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

15 Bab I Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016 serta sistimatika penyajiannya. Bab II Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Majene. Selain uraian tentangletak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktoryang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi,pendidikan, sosial budaya, perilaku dan lingkungan. Bab III Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian dan angka kesakitan. Bab IV Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang Upaya Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Perseorangan, Indikator Pelayanan Rumah Sakit dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kabupaten Majene selama Tahun Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab VI Kesimpulan Bab ini berisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut,selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada tahun 2016 di Kabupaten Majene. Lampiran Lampiran ini berisi table resume/angka pencapaian program kesehatan Kabupaten Majene dan 81 tabel data kesehatan dan data yang terkait kesehatan yang responsif gender. 2 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

16 BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS Kabupaten Majene terletak di pesisir pantai barat Propinsi Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara. Jarak Kabupaten Majene ke ibukota Propinsi Sulawesi Barat (Kota Mamuju) km. Kabupaten Majene yang beribukota di Kecamatan Banggae terletak antara Lintang Selatan dan antara Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 km 2 atau 5,18% dari luas Propinsi Sulawesi Barat dan merupakan Kabupaten dengan luas wilayah terkecil dari 5 Kabupaten lainnya. Secara administratif Kabupaten Majene berbatasan dengan wilayahwilayah berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar dan Mamasa - Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Mandar - Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar Secara administratif, Kabupaten Majene terdiri dari 8 kecamatan, 82 desa/kelurahan dan 361 SLS (Satuan Lingkungan Setempat) yang terbagi dalam 257 dusun dan 104 lingkungan. Detailnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Statistik Pemerintahan Kabupaten Majene Uraian Kecamatan Desa Kelurahan Dusun Lingkungan Sumber: Majene Dalam Angka, , Badan Pusat Statistik Kab. Majene Sedangkan jumlah Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan menurut kecamatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: 3 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

17 Tabel 2 Jumlah Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan Menurut Kecamatan Kabupaten Majene Tahun 2016 Kecamatan Desa Kelurahan Dusun Lingkungan Banggae Banggae Timur Pamboang Sendana Tammerodo Sendana Tubo Sendana Malunda Ulumanda Jumlah Sumber: Majene Dalam Angka 2016, Badan Pusat Statistik Kab. Majene B. KEADAAN PENDUDUK Penduduk Kabupaten Majene dari tahun ke tahun terus bertambah, dimana laju pertumbuhan penduduk Majene sebesar 1,97% per tahun. Jumlah penduduk yang digunakan sebagai sasaran di Kabupaten Majene pada tahun 2016 adalah jumlah penduduk tahun 2015 hasil proyeksi tahun Berdasarkan hasil proyeksi Penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Majene tahun 2014 sebanyak jiwa. Jumlah Penduduk terbesar tercatat ada di Kecamatan Banggae yaitu sebanyak jiwa(24,74%) dan terkecil berada di Kecamatan Tubo Sendana yaitu sebesar jiwa (5,42%). Jika dikelompokan berdasarkan umur, penduduk Kabupaten Majene didominasi oleh penduduk usia muda. Persentase terbesar dipegang oleh penduduk berusia 0 4 tahun yaitu sebesar 11,3%, berikutnya penduduk usia 5 9 tahun yang sebesar 11,1%, dan penduduk usia tahun yang sekitar 10,7%. Sedangkan penduduk yang berusia di atas 70 tahun memiliki persentase yang kecil yaitu sekitar 2,8%. Hal ini menunjukkan bahwa angka produktivitas kelahiran penduduk Kabupaten Majene masih tinggi. Tidak berbeda dengan tahun sebelumnya, besaran jumlah penduduk sebagai sasaran programpembangunan kesehatan, ditentukan melalui kesepakatan internal Lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Majene beserta jaringannya. Untuk tahun 2016 jumlah sasaran penduduk Kabupaten Majene yang disepakati adalah hasil proyeksi penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene yaitu jumlah penduduk tahun 2015 hasil proyeksi tahun 2014 sebesar jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan jiwa penduduk perempuan. Distribusi penduduk berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini. 4 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

18 Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Majene Tahun 2015 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Banggae Banggae Timur Pamboang Sendana Tammerodo Tubo Sendana Ulumanda Malunda Kabupaten Sumber: Majene Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik Kab. Majene Jumlah rumah tangga di Kabupaten Majene tahun 2016 adalah sebanyak RT. Dengan jumlah rumah tangga terbanyak pada Kecamatan Banggae yaitu sebanyak RT, dan terkecil pada Kecamatan Ulumanda yaitu sebanyak RT. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Majene tahun 2014 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 168 menjadi 170. Tingkat kepadatan penduduk terbesar pada Kecamatan Banggae sebesar 1585 dan terkecil pada Kecamatan Ulumanda sebesar 19. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran profil tabel 1. C. KEADAAN EKONOMI Selama periode perekonomian Kabupaten Majene terus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan oleh nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang terus bertambah. Pada tahun 2013 nilai PDRB Kabupaten Majene sebesar Rp ,6 juta, tahun 2014 angka ini meningkat menjadi Rp ,7 juta, dan di tahun 2015 berkembang menjadi Rp ,2 juta atau mengalami peningkatan sebesar 22,20 persen dari tahun PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Majene juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan sering digunakan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Pada tahunm 2014 perekonomian Kabupaten Majene tumbuh sebesar 5,35 persen, sedangkan pada tahun 2015 mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dibanding sebelumnya dengan nilai pertumbuhan sebesar 5,73 persen. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kabupaten Majene. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup kecil dibanding sektor lainnya. Pada tahun 2015 sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 3,11 persen. Meskipun angkapertumbuhannya kecil, sektor ini merupakan penyokong ekonomi Kabupaten Majene tertinggi yaitu sebesar 34,88 persen. 5 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

19 D. KEADAAN SOSIAL 1. Agama Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat dari besarnya jumlah sarana rumah ibadah menurut agama. Penduduk Kabupaten Majene 99,87% menganut agama Islam, 0,10% menganut agama Kristen Protestan dan 0,04% menganut agama Kristen Katolik. Berdasarkan data BPS jumlah tempat ibadah hingga tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Jumlah Sarana Rumah Ibadah berdasarkan Kecamatan Kabupaten Majene Tahun 2015 Kecamatan Masjid Mushollah Gereja Banggae Banggae Timur Pamboang Sendana 46 5 Tammerodo Tubo Sendana 22 5 Malunda 31 6 Ulumanda 42 9 Jumlah Sumber: Majene Dalam Angka 2016, Badan Pusat Statistik Kab. Majene 2. Pendidikan Pembangunan bidang Pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia ( SDM ) suatu daerah akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsayang dimilikinya. Hal tersebut didukung dengan adanya program pemerintah wajib belajar Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Majene setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 angka rata-rata lama sekolah sebesar 7,74. Artinya rata-rata masyarakat Kabupaten Majene mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 7 atau 8. Pendidikan Dasar sembilan tahun, mulai usia 7-15 tahun.tingkat pendidikan sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia. Pada tahun 2015 di Kabupaten Majene terdapat 194 unit Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), 54 unit Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan35 unit Sekolah Menegah Atas/Sekolah Manengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA). Jumlah guru SD/MI pada tahun 2015 sebanyak orang, guru SMP/MTs sebanyak 705 orang, dan guru SMA/SMK/MA sebanyak Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

20 orang. Sedangkan jumlah murid SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA masing-masing adalah , , dan orang. Rasio murid-guru SD/Mi di Kabupaten Majene tahun 2015 sebesar 15,55. Artinya satu orang guru SD/Mi rata-rata mengajar sebanyak 15 atau 16 orang murid. Sedangkan rasio murid guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA masingmasing sebesar 10,20 dan 7,88.Pada tahun 2015 jika dilihat dari kepemilikan ijazah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas di Kabupaten Majene rata-rata yang berijazah SD/MI yaitu sekitar 25,18 persen.ijazah SMP/MTs sebesar 19,44 persen, ijazah SMA/SMK/MA sebanyak 15,73 persen dan ijazah Diploma/Sarjana sekitar 10,61 persen. Penduduk yang tidak mempunyai ijazah (tidak lulus SD/tidak bersekolah) masih tinggi yaitu sekitar 29,05 persen. Gambar 1 Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun ke Atas Yang pernah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan Kabupaten Majene Tahun 2015 SMA/SMK Sederajat, Akademi;D1,D2,D3, 2.65 SMP Sederajat, Tidak Punya Ijazah, SD Sederajat, Universitas;S1, S2,S3, 7.92 Sumber : Kabupaten Majene Dalam Angka Pembangunan Manusia Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dipengaruhi oleh 4 indikator yaituangka harapan hidup saat lahir, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita. Capaian IPM dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu kategori tinggi (70 IPM<80), kategori sedang(60 IPM<70), dan kategori rendah (IPM<60).Jika dilihat dari data yang ada, IPM Kabupaten Majene dari tahun termasuk dalam kategori sedang. IPM Kabupaten Majene setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 IPM Kabupaten Majene sebesar 62,56, pada tahun 2012 angka ini meningkat menjadi 63,06 dan ditahun 2014 menjadi 63,74. Di tahun 2015 IPM Kabupaten Majene sebesar 64,40. IPM Kabupaten Majene menempati urutan ketiga terbesar di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

21 Gambar 2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Majene Tahun IPM Sumber : Kabupaten MajeneDalam Angka 2016 Angka harapan hidup (AHH) adalah perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara rata-rata). Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan. Pencapaian angka harapan hidup Kabupaten Majene pada tahun 2012 sebesar 60,03 tahun meningkat menjadi 60,21 tahun pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 mencapai 60,51 tahun. Angka harapan hidup Kabupaten Majene menempati urutan paling rendah di Provinsi Sulawesi Barat tahun Gambar 3 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Majene Tahun AHH Sumber : Kabupaten MajeneDalam Angka Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

22 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. ANGKA KEMATIAN Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Selain itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Mortalitas yang disajikan dalam bab ini yaitu angka kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), angka kematian ibu (AKI) serta kematian yang disebabkan oleh penyakit dan penyebab lain. 1. Angka Kematian Neonatal Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur kurang dari 28 hari (0-28 hari) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk antenatal care, pertolongan persalinan, dan postnatal ibu hamil. Semakin tinggi angka kematian neonatal, semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Gambar 4 Jumlah dan angka Kematian Neonatal Per 1000 Kelahiran Hidup Di Kabupaten Majene Tahun Jml Kematian Neonatal Angka Kematian Neonatal Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Angka Kematian Neonatal di Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 13,5 per KH (48 kasus). Meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Kasus kematian neonatal mendominasi kasus kematian bayi di Kabupaten Majene. Dari 65 kasus kematian bayi, 48 kasus atau 73,8% adalah kasus 9 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

23 kematian neonatal. Penyebab terbesar kasus kematian neonatal adalah karena BBLR (24 kasus) atau 50%, asfiksia (9 kasus) atau 18,8% dan penyebab lain (17 Kasus) atau 35,4% antara lain kelainan congenital, infeksi, Demam yang tidak diketahui penyebabnya dan lain-lain. Namun demikian, kasus kematian neonatal tahun 2016 sangat meningkat dibandingkan tahun Perlu adanya peningkatnya keterampilan dan pengetahuan petugas dalam penatalaksanaan gawat darurat neonatal untuk menurunkan kasus kematian neonatal Gambar 5 Jumlah Kematian Neonatal Per 1000 Kelahiran Hidup Menurut PuskesmasDi Kabupaten Majene Tahun Jumlah Kematian Neonatal Angka Kematian Neonatal Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Jumlah kematian neonatal pada tahun 2016 di puskesmas tertinggi pada Puskesmas Malunda sebesar 9 kasus atau 19,7 per 1000 KH dan angka kematian neonatal tertinggi pada Puskesmas Sendana II sebesar 28,0 per 1000 KH atau 6 kasus. 2. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila Angka Kematian Bayi di suatu wilayah tinggi, status kesehatan di wilayah tersebut rendah. 10 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

24 Gambar 6 Jumlah dan angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup Di Kabupaten Majene Tahun Jml Kematian Bayi Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Angka kematian bayi di Kabupaten Majene cenderung meningkat dalam 6 tahun terakhir. Pada tahun 2016 angka kematian bayi di kabupaten majene sebesar 65 kasus atau 18,3 per 1000 kelahiran hidup. Peningkatan angka ini menandakan ada masalah kesehatan. Akan tetapi angka ini masih dibawah target MDGS umtuk AKB yaitu 23 per 1000 KH namun belum mencapai target RPJMD Kabupaten Majene tahun 2016 menurunkan kematian bayi menjadi 40 kasus artinya masih harus meningkatkan upaya untuk menurunkan kematian bayi. Penyebab kematian terbesar adalah karena karena BBLR (24 kasus) atau 36,9%, asfiksia (9 kasus) atau 13,8%, Pneumonia (1 kasus) atau 1,5%, Diare (1 kasus) atau 1,5%, dan penyebab lain (30 Kasus) atau 46,2% antara lain kelainan congenital, infeksi, Demam yang tidak diketahui penyebabnya dan lain-lain. Gambar 7 Jumlah Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun Jumlah Kematian Bayi Angka Kematian Bayi Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 11 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

25 Gambar diatas menunjukkan bahwa Puskesmas Sendana I dan Puskesmas Malunda ditemukan kasus terbanyak yaitu 11 kasus dan 10 Kasus dari seluruh kasus kematian bayi di Kabupaten Majene tahun Berdasarkan Angka AKB tertinggi di wilayah Puskesmas Sendana II sebesar 37,4 per 1000 KH. Ada tiga Puskesmas yang diatas target MDGS yaitu Puskesmas Sendana II sebesar 37,4 per 1000 KH, Puskesmas Tammerodo 32,9 per 1000 KH dan Puskesmas Sendana I sebesar 23,9 per 1000 KH. Untuk menurunkan AKB yang signifikan antara lain karena telah dilakukannya upaya penanganan BBLR dan Asfiksia serta dilaksanakannya Pelatihan TataLaksana Neonatal bagi Dokter dan Bidan. Dalam kaitannya dengan penanganan BBLR,maka telah dilakukan upaya pencegahan secara dini dengan pemberian tablet penambah darah bagi remaja putri (siswi SMA), sehingga dapat mempersiapkan ibu hamil yang sehat di masa yang akan datang. 3. Angka Kematian Anak Balita Angka kematian balita disini dikhususkan untuk Anak Balita (AKABA) umur 1 5 tahun adalah Angka Kematian Anak Balita per kelahiran hidup. AKABA ini juga dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup di suatu wilayah. Angka kematian anak balita di Kabupaten Majene dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat. Angka Kematian Anak Balita di Kabupaten Majene Tahun 2016 sebesar 15 kasus atau 4,2 per 1000 KH. Berdasarkan batasan Capaian Indikator MDGs Angka Kematian Anak balita diharapkan berada dibawah 45 per 1000 kelahiran hidup. Artinya sudah cukup rendah kejadian kematian anak balita di Kabupaten Majene Gambar 8 Jumlah dan angka Kematian Anak Balita Per 1000 Kelahiran Hidup Di Kabupaten Majene Tahun Jml Kematian Anak Balita Angka kematian anak Balita Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 12 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

26 Berdasarkan hasil pengumpulan data profil kesehatan Kabupaten Majene tahun 2016 kasus kematian terbanyak terjadi di Puskesmas Totoli sebesar 5 kasus atau 10,8 per 1000 KH dan ada dua Puskesmas yang tidak ada kasus atau tidak melaporkan kasus kematian anak balita yaitu Puskesmas Sendana II damn Puskesmas Sendana II.Menurut hasil pelacakan diantara penyebab kematian anak balita tersebut diketahui antara lain dikarenakan antara lain kejang demam, DBD, Diare dan kecelakaan serta sebagian lainnya dengan penyebab kematian tidak diketahui. Namun angka ini juga tidak dapat dijadikan suatu ukuran pasti karena hanya berdasarkan hasil laporan dari puskesmas, dan diperlukan adanya survey khusus untuk mengetahui kematian balita dan diperkirakan masih banyak kasus kasus kematian anak balita yang tidak terlaporkan. Gambar 9 Jumlah dan Angka Kematian Anak Balita Per 1000 Kelahiran Hidup Menurut PuskesmasDi Kabupaten Majene Tahun Jumlah Kematian Anak Balita Angka Kematian Anak Balita Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 4. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Berikut Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, penyakit infeksi, dan kecelakaan. Angka kematian balita dari tahun tahun 2011 sampai dengan 2016 cenderung meningkat dan pada tahun 2016 sebesar 22,6 per 1000 kelahiran hidup,sesuai dengan hasil pelaporan adalah 80 balita. Hal ini dapat dijadikan dasar bagi kita untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan meliputi peningkatan akses balita terhadap pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan imunisasi dasar, sanitasi air bersih, dan penanganan segera terhadap gejala penyakit. 13 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

27 Gambar 10 Jumlah dan angka Kematian Balita Per 1000 Kelahiran Hidup Di Kabupaten Majene Tahun Jml Kematian Balita Angka Kematian Balita Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Puskesmas yang paling banyak menyumbang kasus kematian adalah Puskesmas Totoli sebesar 14 kasus atau 30,4 per 1000 KH dan Puskesmas yang paling sedikit menyumbang Kematian Balita adalah Puskesmas Banggae II sebesdar 1 kasus atau 5,3 per 1000 KH. Tapi menurut Angka AKBA tertinggi pada Puskesmas Tammerodo sebesar 41,2 per 1000 KH atau 10 kasus. Menurut hasil pelacakan diantara penyebab kematian balita tertinggi yaitu BBLR dan Asfiksia Gambar 11 Jumlah dan Angka Kematian Balita Per 1000 Kelahiran Hidup Menurut PuskesmasDi Kabupaten Majene Tahun Jumlah Kematian Balita Angka Kematian Balita Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 5. Angka Kematian Ibu Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan terjatuh. 14 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

28 Angka kematian Ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi ibuhamil selama kehamilan sampai dengan paska persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula Gambar 12 Jumlah dan angka Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup Di Kabupaten Majene Tahun Jumlah Kematian ibu Angka Kematian Ibu Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 0 Dari gambar diatas tersebut, terlihat bahwa Angka Kematian Ibu di Kabupaten Majene dari tahun 2012 hingga 2015 menunjukan trend menurun dari angka 249,6 per Kelahiran Hidup (9 kasus) di tahun 2012 turun menjadi 143,1 per KH (5 kasus) di tahun Akan tetapi pada tahun 2016 kemudian naik kembali menjadi 225,6 per KH(8 kasus) pada tahun 2016 ini. Menurut MDG s target untuk AKI yaitu sebesar 102/ KH.Untuk target RPJMD Kabupaten Majene yaitu maksimal 5 kasus yang artinya angka pencapaian Kematian Ibu di Kabupaten Majene masih jauh dari target yang diharapkan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian Ibu di Kabupaten Majene tahun 2016,antara lain terjadinya perdarahan, eklampsia serta meningkatnya penyakit penyerta dalam kehamilan. Selain sebab diatas, masih ada beberapa penyebab lain diluar ibu hamil yang berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan AKI di tahun 2016 yaitu Masih kurangnya peran serta masyarakat dalam pengawasan terhadap ibu hamil beresiko tinggi dan kurangnya pemahaman tentang resiko kehamilan dengan penyakit penyerta merupakan permasalahan terbesar yang menjadi penyebab tingginya Angka Kematian Ibu. Disamping itu, masih kurangnya kompetensi tenaga kesehatan yang 15 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

29 terkait dalam penatalaksanaan ibu hamil resti dan penyakit penyerta lainnya juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingginya AKI di Kabupaten Majene tahun Kematian Ibu di Kabupaten Majene tahun 2016 terjadi pada saat Hamil 2 Kasus, melahirkan 3 kasus dan Nifas 3 kasus. Untuk usia ibu kematian ibu usia >35 tahun sebanyak 4 kasus dan usia tahun sebanyak 4 kasus Gambar 13 Jumlah dan Angka Kematian Ibu Per 1000 Kelahiran Hidup Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun Jumlah Kematian Angka Kematian Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Majene terjadi pada beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Puskesmas Totoli sebesar 3 kasus penyebab kematian eklampsia dalam kehamilan, perdarahan dengan ruptur uteri dan Kanker Ovarium Puskesmas Tammerodo sebanyak 2 kasus penyebab kematian eklampsia setelah melahirkan dan Infeksi Paru Puskesmas Banggae I sebanyak 1 kasus penyebab kematian sepsis puerpuralis setelah operasi caesar. Puskesmas Pamboang sebanyak 1 kasus penyebab kematian perdarahan dengan retensio plasenta Puskesmas Sendana I sebanyak 1 kasus penyebab kematian kanker ovarium yang sudah diderita sebelum hamil Guna menurunkan AKI dibutuhkan peningkatan komitmen kualitas pelayanan obstetric mulai dari pelayanan di tingkat dasar sampai dengan tingkat rujukan (rumah sakit) meliputi sumber daya manusia dan sarana prasarana. Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi 16 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

30 (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Keberhasilan percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat. Perbaikan infrastruktur yang akan menunjang akses kepada pelayanan kesehatan seperti transportasi, ketersediaan listrik, ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta pendidikan dan pemberdayaan masyarakat utamanya terkait kesehatan ibu dan anak yang menjadi tanggung jawab sektor lain memiliki peran sangat besar. Demikian pula peran serta masayarakat sangat dibutuhkan, terutama dalam deteksi dini resiko tinggi dan pengambilan keputusan dalam penanganan rujukan agar tidak terjadi keterlambatan. B. ANGKA KESAKITAN Angka Kesakitan atau Morbiditas, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Tb. Paru Strategi umum program pengendalian TB adalah bertujuan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif baru sesuai dengan strategi Stop TB yaitu Menuju Akses Universal. Pelayanan DOTS harus tersedia untuk seluruh pasien TB, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi dan karakteristik demografi. Pelayanan DOTS yang bermutu terutama pada kelompok-kelompok yang rentan (anak, wanita, masyarakat miskin) harus mendapat prioritas yang tinggi. Penemuan penderita baru Tb BTA (+) pada tahun 2016 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 250 kasus terdiri atas 144laki-laki dan 106perempuan. Jumlah seluruh Kasus TB yakni sebanyak 276 penderita dengan rincian laki-laki sebanyak 160 penderita dan 116 penderita perempuan serta terdapat kasus Tb anak usia 0-14 tahun sebanyak 5 orang (1,8%) Salah satu indikator dalam program pengendalian TB adalah Case Notification Rate (CNR). Indikator ini menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan tercatat diantara penduduk di suatu wilayah tertentu. CNR ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan penderita Tb pada suatu wilayah, seperti dapat dilihat pada grafik berikut : 17 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

31 Gambar 14 Jumlah Kasus Baru BTA Positif dan CNR Kabupaten Majene Tahun KASUS Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene BTA (+) CNR TAHUN Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Dari grafik di atas angka notifikasi kasus baru Tb paru BTA (+) dari tahun mengalami penurunan. Angka notifikasi kasus baru BTA (+) tertinggi pada tahun 2012 dan terendah pada tahun Kasus baru BTA (+) yang tertinggi ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Malunda sebanyak 44 kasus dan terendah ada di wilayah kerja Puskesmas Salutambung sebanyak 2 kasus. Walaupun begitu tidak berbeda dengan Puskesmas lainnya, berdasarkan data tabel 7 menunjukkan bahwa kasus BTA (+) masih ditemukan di semua wilayah kerja Puskesmas. Hal ini mengindikasikan bahwa penularan Tb di Kabupaten Majenemasih tinggi. Olehnya itu motivasi dan peran aktif dari petugas dalam memutus rantai penularan TB paru khususnya sangat diharapkan terutama pada kelompok rentan yakni anak-anak Keberhasilan program pengendalian TB paru dapat dilihat dari indikator Angka Kesembuhan (Cure Rate) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate). Angka kesembuhan menunjukkan persentase pasien baru BTA (+) yang menyelesaikan pengobatan (sembuh ataupun pengobatan lengkap) diantara pasien BTA (+) yang tercatat. Data CR / SR penderita TB BTA (+) dapat dilihat pada grafik berikut : 18 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

32 Gambar 15 Kasus TB BTA Positif Diobati, Angka Kesembuhan, Succes Rate Kabupaten Majene Tahun BTA (+) CURE RATE SUCCESS RATE Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Berdasarkan grafik di atas pada tahun CR/SR tertinggi pada tahun 2015 dan terendah pada tahun Target untuk CR/SR adalah sebesar 88%. Jika dibandingkan dengan pencapaian target tahun 2014 maka CR/SR pada tahun 2016 mengalami peningkatan tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penemuan kasus TB BTA (+)dan pemberian pengobatan secara dini dari petugas TB Puskesmas maka keberhasilan pengobatan TB akan semakin baik hal ini ditandai dengan penderita sudah memiliki kesadaran untuk berobat secara teratur meskipun dalam jangka waktu lama. Selain itu berdasarkan data tabel 7, Puskesmas dengan CR dan SR tertinggi adalah Malunda, Ulumanda dan Salutambung (100%) serta terendah yakni Totoli (61,5% dan 76,9 %), hal ini sangat terkait dengan pengobatan penderita TB dimana dalam proses pengobatannya terkadang putus berobat ataupun meninggal sementara dalam pengobatan. 2. Pneumonia Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian balita, lebih banyak dari gabungan kematian karena AIDS, TB dan Malaria. Kematian tersebut terjadi di negara berkembang dimana terdapat hambatan akses terhadap fasilitas kesehatan dalam memperoleh pengobatan. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 pneumonia menduduki peringkat kedua (12,3%) sebagai penyebab kematian bayi balita setelah penyakit Diare (13,2%). Prevalensi pneumonia pada bayi 2,2 %, balita 3,02% sedangkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi pneumonia balita sebesar 1,85 %. 19 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

33 Cakupan penemuan dan penanganan kasus pneumonia balita di Kabupaten Majene relative tetap. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelum dan setelahnya sebesar 45,45%.Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut; Gambar 16 Cakupan Penemuan Pneumonia Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun B.I TTL B.II LMB PMB S.I S.II TMR MLD ULM SLT PNEUMONIA CAKUPAN Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Berdasarkan grafik di atas cakupan penemuan pneumonia pada tahun 2016 sebesar 25.3%. Dari 408 kasus pneumonia yang dilaporkan angka penemuan kasus ini lebih rendah bila dibandingkan target yang ditetapkan yaitu 100%. Sementara puskesmas dengan cakupan penemuan kasus pneumonia tertinggi yakni Puskesmas Sendana I sebesar 127 kasus (57,3%) dan terendah Puskesmas Ulumanda sebesar 0 kasus. Rendahnya cakupan penemuan kasus pneumonia di sarana pelayanan Kesehatan lebih disebabkan dari segi masih kurangnya pemahaman petugas dalam menegakkan diagnosa pneumonia. Beberapa kasus pneumonia yang dilaporkan sudah berada dalam fase pneumonia berat padahal dengan diagnosis dini maka nafas cepat dan ada tarikan dinding dada kedalam sudah diklasifikasikan sebagai pneumonia.faktor resiko yang berkontribusi terhadap insiden pneumonia pada balita antara lain malnutrisi, non ASI eksklusif, Polusi udara dalam rumah, kepadatan dalam rumah, tidak di imunisasi dan BBLR. 3. HIV/ AIDS & IMS HIV-AIDS PMS merupakan penyakit yang dapat menular secara langsung melalui hubungan seksual. HIV (Human Immunodeficiency virus) adalah virus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga dengan mudah terinfeksi berbagai macam penyakit Berikut adalah cakupan program pengendalian HIV-AIDS PMS di Kabupaten Majene tahun 2016 adalah : 20 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

34 Berdasarkan data tahun 2015 kasus HIV-AIDS ditemukan sebanyak 1 kasus dan pada tahun 2016 jumlah penderita HIV-AIDS yang baru ditemukan mengalami peningkatan.penderita baru HIV sebesar 3 kasus sedangkan penderita AIDS sebanyak 2 kasus dan meninggal 2 orang. HIV-AIDS dapat menular melalui pertukaran darah, hubungan seksual, penularan secara vertikal dari ibu ke bayi/anaknya, kelompok heteroseksual /homoseksual dan kelompok pengguna jarum suntik. Salah satu pokok kegiatan dalam pencegahan penularan HIV-AIDS di Kabupaten Majene adalah skrining terhadap donor darah di Rumah sakit. Jumlah darah yang diskrining pada tahun 2016 adalah sebanyak 1551 sampel dan tidak ditemukan adanya sampel darah yang positif HIV. Hal ini menunjukkan bahwa layanan dalam pelacakan HIV-AIDS sangat dibutuhkan terutama dalam layanan Tes konseling terkait HIV-AIDS. Tes konseling ini merupakan pintu masuk untuk membantu setiap orang mendapatkan akses layanan yang komprehensif, baik informasi, edukasi, terapi dan dukungan psikososial sehingga proses fikir, perasaan, perilaku berubah kearah perilaku yang lebih sehat. 4. Diare Penyakit Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk Kabupaten Majene. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya angka kesakitan diare tahun 2016 pada semua kelompok umur sebesar 214 per 1000 penduduk. Dari hasil rekapitulasi laporan bulanan yang diterima dari Puskesmas tahun 2016 menuinjukkan hasil sebagai berikut : Gambar 17 Cakupan Penemuan Diare Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun B.I TTL B.II LMB PMB S.I S.II TMR MLD ULM SLT DIARE CAKUPAN TARGET Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Grafik di atas menunjukkan bahwa Puskesmas dengan cakupan pelayanan diare tertinggi adalah Puskesmas Ulumanda sebesar 264,1% dan terendah di Puskesmas Tammerodo 80,8%. Secara Kabupaten cakupan 21 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

35 pelayanan Diare sebesar 140,7%, sudah di atas target nasional yakni 100%. 5. Kusta Penemuan kasus baru kusta di Kabupaten Majene menunjukkan kondisi yang relatif statis. Hal ini dapat terlihat dari angka penemuan kasus baru kusta selama lebih dari 5 tahun menunjukkan kisaran angka antara 2,0 hingga 4,0 per pendudukpada tahun Situasi tersebut dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 18 Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Majene Tahun NCDR PREVALENSI Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Berdasarkan grafik di atas, angka penemuan kasus baru kusta di tahun 2016 mengalami penurunan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2012 angka penemuan kasus baru mencapai 50,96 per penduduk maka pada tahun 2013 hingga 2016 angka penemuan kasus baru mengalami penurunan menjadi 28,6-31 per penduduk. Diantara total penderita baru yang ditemukan pada tahun 2016 terdapat 40 kasus (72,54%) merupakan penderita tipe MB sedangkan jumlah penderita anak sebesar 7 kasus (13.7), dan tidak ada penderita yang mengalami cacat tingkat 2. Jumlah penderita kusta yang RFT / sembuh berobat sebesar 82,9%. Penyakit kusta diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB). Tipe MB diketahui sebagai sumber utama penularan penyakit kusta. Proporsi penderita MB diantara kasus baru kusta merupakan indikator yang digunakan untuk memperkirakan besarnya sumber penularan. Dari data tahun 2016 dapat diketahui bahwa proporsi penderita MB diantara kasus baru kusta sebesar 72,54%. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber penularan penyakit kusta di Kabupaten Majene masih tinggi. Proporsi penderita anak diantara kasus baru merupakan indikator yang dapat menunjukkan kondisi penularan saat ini. Dari data tahun Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

36 dapat diketahui bahwa proporsi penderita anak diantara kasus baru sebesar 13.7% (target Nasional <5%). Tingginya proporsi penderita anak diantara kasus baru ini mengindikasikan bahwa sumber penularan di sekitarnya masih banyak Proporsi penderita cacat tingkat 2 diantara kasus baru kusta merupakan indikator yang dapat menunjukkan keterlambatan penderita dalam mencari pengobatan atau keterlambatan petugas dalam menemukan penderita. Dari data tahun 2016 dapat diketahui bahwa Proporsi penderita cacat tingkat 2 diantara kasus baru kusta hingga tahun 2016 belum terlaporkan adanya kasus / nihil. Hal ini menunjukkan upaya penemuan kasus kusta secara dini berjalan dengan sangat baik dalam rangka memutus rantai penularan. 6. Kasus PD3I PD3I merupakan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi meliputi penyakit Polio, Campak, Pertusis dan Tetanus Neonatorum. Saat ini istilah Eradikasi Polio, Reduksi Campak dan Eliminasi Tetanus Neonatorum merupakan program global dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kasus PD3I. Dari data tahun 2016 dapat diketahui bahwa PD3I di Kabupaten Majene kasus penyakit tersebut tidak ada laporan baik dari Puskesmas maupun Rumah sakit. Walaupun laporan kasus PD3I nihil tetap diperlukan surveilans untuk segera menemukan secara dini kasus-kasus PD3I tersebut sehingga tidak menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). 7. Demam Berdarah / DBD Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Aedesaegypti dan Aedesalbopictus merupakan vektor utama penyakit DBD. Gejala penyakit DBD ditandai demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit, peningkatan hematokrit yang ditandai adanya kebocoran plasma. Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2016 sebanyak 126 kasus dengan IR sebesar 78,2 per penduduk. Selama tahun 2016 rata-rata puskesmas melaporkan adanya kasus DBD kecuali Puskesmas Sendana II dan Puskesmas Ulumanda. Kejadian ini merupakan kasus tertinggi bila dibandingkan kasus DBD tahun sebelumnya sehingga tahun 2016 ini Kabupaten Majene oleh Bupati ditetapkan sebagai daerah KLB DBD. 23 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

37 Gambar 19 DistribusiKasus DBD (+) Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun GRAFIK JUMLAH KASUS DBD PER PUSKESMAS TAHUN B.I TTL B.II LMB PMB S.I S.II TMR MLD ULM SLT Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pada tahun 2016 jumlah kasus terbanyak di Puskesmas Totoli Kecamatan Banggae yaitu 30 kasus diikuti oleh Puskesmas Sendana I (21 kasus), Puskesmas Pamboang 20 kasus, Puskesmas Lembang 18 kasus dan Puskesmas Malunda 12 kasus. Kondisi wilayah puskesmas tersebut memiliki penduduk yang besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sehingga merupakan salah satu faktor resiko penyebaran DBD Gambar 20 Distribusi Kasus DBD dan Insidens Rate per Penduduk Kabupaten Majene Tahun I R / PENDUDUK Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Berdasarkan grafik di atas Angka IR di kabupaten Majene relatif rendah <20 per penduduk namun pada tahun 2013 terjadi lonjakan kasus DBD dengan IR sebesar 55,89 per penduduk (indikasi adanya KLB). Dengan pengendalian secara massif dan 24 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

38 kewaspadaan dini yang tinggi terhadap KLB DBD angka IR tersebut dapat diturunkan. Hal ini dapat terlihat pada tahun selajutnya yakni tahun terjadi penurunan kasus yang cukup signifikan dengan IR sebesar 10,1-10,6 per Kejadian DBD kembali mengalami peningkatan pada tahun 2016 dan mengenai hampir seluruh wilayah Puskesmas di Kabupaten Majene sehingga dengan IR sebesar 78,2 per penduduk sangat tinggi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat terjadi mengingat pola siklus DBD di Kabupaten Majene yakni setiap 3-5 tahunan sehingga dengan adanya perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, perilaku 3M tidak dilakukan maka kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus meningkat yang bisa memicu terjadinya penularan DBD di masyarakat. Salah satu permasalahan mendasar dalam pelaksanaan pengendalian DBD di Kabupaten Majene adalah belum tersedianya data mengenai Angka Bebas Jentik (ABJ). Padahal ABJ ini dapat menjadi gambaran bagaimana kepadatan jentik vektor DBD di suatu wilayah. ABJ secara nasional di targetkan 95%, namun khusus di Kabupaten Majene angka ABJ ini tidak dapat dijadikan sebagai ukuran pasti dalam menggambarkan kepadatan jentik secara kabupaten. Hal ini dikarenakan pelaporan data ABJ belum mencakup dan belum dilakukan di seluruh wilayah kabupaten Majene, pemantaun jentik berkala serta tidak adanya juru pemantau jentik (jumantik) belum berjalan efektif dikarenakan keterbatasan alokasi anggaran di daerah untuk kedua kegiatan tersebut. 8. Malaria Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Berdasarkan stratifikasi Kabupaten Majene termasuk daerah dengan endemisitas malaria rendah (API <1 ), jumlah kasus malaria berfluktuatif dari tahun ke tahun. Kasus malaria yang ditemukan pada tahun 2016 sebanyak 22 kasus dengan API sebesar 0,1% Gambar 21 Distribusi Kasus Malaria (+) dan API Kabupaten Majene Tahun KASUS MALARIA API 25 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

39 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Kasus klinis malaria yang diperiksa sediaan darah (mikroskopis+rdt) pada tahun 2016 sebanyak dengan jumlah kasus positif sebanyak 22 kasus terdiri dari 21 penderita laki-laki dan 1 penderita. Tidak ditemukan kasus kematian akibat malaria dengan CFR 0%. Gambar 22 Distribusi Kasus Malaria (+) Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun B.I TTL B.II LMB PMB S.I S.II TMR MLD ULM SLT Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Grafik di atas menunjukkan kasus malaria terbanyak ditemukan ada di wilayah kerja Puskesmas Salutambung khususnya di Desa Sambabo sebagai daerah endemik malaria. Berbagai hal yang menyebabkan Puskesmas Salutambung (Desa Sambabo) menjadi daerah endemis malaria adalah karena memiliki mobilitas penduduk yang relatif tinggi ke daerah endemis malaria, masih lemahnya surveilan migrasi, belum efektifnya peran lintas sektor serta adanya habitat perkembangbiakan yang mendukung keberadaan nyamuk Anopheles spp sebagai vektor malaria. Salah satu hal penting dalam pengendalian malaria pada daerah dengan endemis rendah (API <1/1000 penduduk) dan tidak ditemukan lagi adanya penularan setempat selama 3 tahun berturut-turut serta dukungan sistem surveilans yang baik adalah eliminasi malaria. Berdasarkan kriteria tersebut Kabupaten Majene telah memenuhi persyaratan untuk diusulkan menjadi daerah bebas malaria / eliminasi malaria pada tahun Chikungunya Chikungunya merupakan penyakit yang disebakan oleh infeksi virus chik yang tergolong dalam Arthropod-born virus. Penyakit chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus seperti halnya penyakit demam berdarah dengue (DBD). Gejala utama penyakit chikungunya yaitu demam, ruam/bercak-bercak kemerahan 26 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

40 dikulit dan nyeri persendian. Tahun 2016 tidak ada penderita chikungunya sebesar di Kabupaten Majene 10. Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang merusak sistim limfatik sehingga menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, payudara dan skrotum. Penyakit ini selain menimbulkan cacat seumur hidup juga stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu wucheria bancrofti, brugia malayi dan brugia timori. Vektor penular di Indonesia telah diketahui 23 spesies nyamuk dari genus anopheles, culex, mansonia, aedes, dan armigeres yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah. Berdasarkan laporan dari bidang P2P Dinas kesehatan Majene, hingga akhir tahun 2016 tidak ditemukan adanya kasus filariasis di fasyankes maupun laporan dari masyarakat. Terkait hal ini bukan berarti tidak ada kasus yang terjadi dalam masyarakat mengingat masih tingginya mobilisasi penduduk majene ke dan dari daerah yang notabene terdapat kasus filariasis. Sehingga dengan demikian sangat diperlukan adanya surveilans aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat melakukan skrining dan melaporkannya bila menemukan ada gejala dan tanda filriasis di daerahnya. 11. Penyakit Tidak Menular / PTM Berdasarkan litian world economic forum (WEF) disebutkan bahwa kerugian ekonomi secara global akibat lima penyakit tidak menular yaitu kanker, diabetes militus, penyakit jantung, penyakit kronis dan penyakit jiwa Secara global-nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadai penyakit tidak menular. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor resiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern. Penyakit tidak menular sudah menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Permasalahan tersebut bukan saja akibat kondisi sakit yang dirasakan tetapi juga termasuk kerugian ekonomi baik secara individu/keluarga yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia a. Hipertensi Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah tinggi menurut WHO adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas ambang batas normal yaitu tekanan sistoliknya 140 mmg atau lebih dan tekanan diastoliknya 90 mmhg atau lebih. 27 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

41 Kelompok umur yang menjadi sasaran pada pengukuran tekanan darah adalah umur 18 tahun ke atas yakni sebesar orang. Berdasarkan laporan tahun 2016 jumlah penduduk yang diperiksa tekanan darahnya sebanyak (5.3%) dan diketahui 62.5% diantaranya termasuk dalam kategori hipertensi dengan rincian lakilaki 1253 orang (53.6%) dan perempuan orang (70.7%). Seperti tahun sebelumnya hipertensi ini lebih banyak ditemukan pada perempuan. Kejadian hipertensi ini dapat terjadi dipengaruhi oleh banyak faktor resiko diantara gaya hidup dan pola makan masyarakat saat ini yang dominan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) karena kandungan natrium di dalamnya yang cukup tinggi. Selain itu pola makan masyarakat yang kurang mengkonsumsi sayur dan buah juga menjadi salah satu pemicu terjadinya hipertensi b. Obesitas Obesitas merupakan suatu epidemik global sehingga menjadi masalah kesehatan yang harus segera ditangani karena kejadian obesitas memiliki relevansi yang kuat terhadap peningkatan kejadian PTM Pemeriksaan obesitas merupakan langkah awal mendeteksi adanya peluang seseorang untuk menderita diabetes militus (DM). sasaran kelompok umur umur yang diperiksa adalah di atas 15 tahun. Tahun 2016 pengukuran obesitas yang dilakukan sebanyak orang dan orang (38.5%) diantaranya masuk kedalam kategori obesitas. Mengalami peningkatan sebesar 12.2% dibanding pada tahun 2015 (26,3%). Distribusi kelompok pengukuran obesitas menurut puskesmas dapat dilihat pada tabel 25 c. Deteksi Dini Kanker Leher Rahimn & Kanker Payudara Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) Krioterapi untuk IVA (lesi pra kanker leher rahim positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode clinical breast examination (CBE) Sadari (pemeriksaan payudara sendiri) Kelompok sasaran untuk pemeriksaan IVA dan CBE ini adalah penduduk jenis kelamin perempuan umur tahun. Jumlah sasaran penduduk untuk pemeriksaan IVA dan CBE Tahun 2016 sebanyak jiwa. Terdapat 299 orang yang melakukan pemeriksaan IVA dan CBE di 9 puskesmas di Kab. Majene. Dari 299 orang yang diperiksa ditemukan 6 kasus IVA positif sedangkan pada pemeriksaan CBE ditemukan 6 kasus tumor / benjolan (2 %). Hasil pemeriksaan ini dapat dilihat pada lampiran tabel Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

42 12. Kejadian Luar Biasa / KLB Kejadian Luar Biasa (KLB) dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Tahun 2016 terjadi peningkatan kasus DBD yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan kasus ini tersebar di semua wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Majene kecuali Puskesmas Sendana II dan Ulumanda. Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi kejadian DBD sudah didapatkan adanya kematian dan telah menimbulkan keresahkan di masyarakat dan butuh penanggulangan sedini mungkin, sehingga Kabupaten Majene oleh Bupati ditetapkan sebagai daerah KLB DBD. Data mengenai dampak KLB DBD tersebut dapat dilihat pada tabel 27. Berbagai tindakan telah dilakukan untuk menanggulangi KLB DBD tersebut diantaranya penyuluhan, pelaksanaan 3M Plus, mengaktifkan peran Jumantik dan surveilans epidemiologi, abatesasi, dan fogging Penyakit Terbanyak Berdasarkan laporan kesakitan (LB1) dari Puskesmas tahun 2016 jumlah sepuluh penyakit terbanyak tertinggi yaitu penyakit saluran pernafasan akut tidak spesifik dengan jumlah kasus sebanyak kasus atau 11,7% dari jumlah seluruh kasus penyakit. Penyakit terbanyak di Kabupaten Majene tahun 2016 tidak didominasi lagi oleh penyakit menular tapi penyakit tidak menular sudah masuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Penyakit tidak menular menduduki urutan kedua, ketiga, dan keempat yaitu penyakit Hipertensi, Gastritis dan Dyspepsia. Perlu perhatian dalam penanganan kasus-kasus penyakit tidak menular. Tabel 7 10 Penyakit Terbanyak Kabupaten Majene Tahun 2016 No Kode Penyakit Nama Penyakit Jumlah Kasus % 1 J06 Penyakit saluran pernafasan ,7 akut tidak spesifik 2 I10 Hipertensi esensial (primer) ,5 3 K29.0 Gastritis ,8 4 K30 Dyspepsia ,8 5 L20 L30 Dermatitis dan eksim ,2 6 R50 Demam yang tdk diketahui ,1 sebabnya 7 M79.1 Myalgia ,9 8 A09 Diare ,7 9 J10 J11 Influensa ,1 10 R51 Sakit kepala ,0 Jumlah seluruh Kasus Sumber: Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan Kab. Majene 29 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

43 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agarterwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagi upaya kesehatan secaramenyeluruh, berjenjang dan terpadu. Secara umum upaya kesehatan dasar dibagi menjadi dua unsur utama,yaitu upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya A. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT / UKM Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. 1. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT ESENSIAL Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untukmendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kotabidang kesehatan. a. Pelayanan Promosi Kesehatan Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit dan terhindar dari penyakit. a.1. PHBS Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga merupakan upaya dalam memberdayakan anggota keluarga rumah tangga agar tahu, sadar,mau dan mampu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancama penyakit serta berperan aktifdalam gerakan kesehatan masyarakat. Presentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili oleh rumah tangga yang mencapai sehat utama dan sehat paripurna. Pada tahun 2016 presentase rumah tangga sehat di Kabupaten Majene sebesar 74,8 % dari rumah tangga yang dipantau. Pencapaian ini 30 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

44 mengalami penurunan dibanding tahun 2015 sebesar 75,7 % dari rumah tangga yang dipantau. Gambar 23 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Di Kabupaten Majene Tahun RT BerPHBS Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Untuk tahun 2016 PHBS Rumah Tangga pengambilan sampel dilakukan dengan sistem random sampling (secara acak), sehingga terdapat perbedaan strata / tingkat perkembangan disetiap rumah tangga pada saat dilakukan survei. Ini mempengaruhi persentase pencapaian dari 10 indikator dalam PHBS rumah tangga karena tidak semua rumah tangga sama untuk tingkat pengetahuan maupun perilaku kesehariannya. Jadi setiap rumah tangga walaupun sudah disurvei ditriwulan sebelumnya tetap dilakukan pembinaan ditriwulan selanjutnya, supaya petugas mengetahui sejauhmana anggota rumah tangga tersebut mau mengubah perilakunya dan menanamkan PHBS di lingkungan terkhusus rumah tangganya. Gambar 24 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun RT BerPHBS Target 70% Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 31 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

45 Puskesmas dengan persentase rumah tangga ber-phbs tertinggi adalah Puskesmas Lembang sebesar 89,5% dan terendah adalah Puskesmas Ulumanda sebesar 61,1%. Masih rendahnya capaian PHBS rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Ulumanda disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan para anggota keluarga tentang pentingnya PHBS di rumah tangga serta letak geografir yang menjadi faktor penghambat untuk para pengelola puskesmas dalam menjangkau wilayahnya. Target RT berphbs tahun 2016 sebesar 80%. Puskesmas yang tidak mencapai target masih ada 6 Puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskemas Sendana I, Puskesmas Sendana II, Puskesmas Tammerodo, Puskesmas Malunda, Puskesmas Ulumanda dan Puskesmas Salutambung. Untuk meningkatkan persentase rumah tangga berphbs di Kabupaten Majene telah dilaksanakan kegiatan kerjasama dengan lintas sektor dan lintas program dalam hal informasi dan penyuluhan tentang indikator PHBS rumah tangga, kerjasama program promkes Dinas Kesehatan dengan TP PKK dalam hal orientasi PHBS rumah tangga, melakukan penyuluhan melalui kelompok pengajian majelis ta lim dengan TP PKK daerah khususnya wilayah kerja masing-masing dan melakukan pembinan ke rumah tangga oleh pengelola di Puskesmas terkait tentang PHBS rumah tangga. a.2. UKBM Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep UKBM, masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Desa Siaga, Poskesdes, Posyandu dan Posbindu. a.2.1. Desa Siaga Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dankemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat,secara gotong-royong. Desa Siaga Aktif adalah Desa yang mempunyai Pos KesehatanDesa (Poskesdes) atau Upaya kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM) lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasismasyarakat yang meliputi 32 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

46 gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Desa siaga aktif dibagi menjadi 4 strata yaitu Desa siaga aktif Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri yang menunjukkan tingkat keaktifan dari desa siaga tersebut, semakin tinggi strata artinya Desa Siaga semakin aktif. Pada tahun 2016 semua desa sebanyak 460 desa telah menjadi desa siaga. Standar Pelayanan Minimal Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah cakupan desa siaga aktif. Desa siaga aktif yang dimaksud adalah desa siaga dengan strata mandiri. Di Kabupaten Majene ada peningkatan jumlah desa siaga aktif setiap tahunnya yaitu tahun 2015 sebesar 91,5 % menjadi 92,7 % ditahun Target yang ditentukan sebesar 80 %. Hal ini menunjukkan tercapainya program desa siaga aktif di Kabupaten Majene. Gambar 25 Cakupan Desa Siaga Aktif Kabupaten Majene Tahun Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Desa/Kel Siaga Gambar 26 Strata Desa Siaga Aktif Kabupaten Majene Tahun 2016 Purnama 9% Desa Siaga Aktif Mandiri 0% Pratama 42% Madya 49% S Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 33 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

47 Meskipun cakupan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Majene telah mencapai target namun 42,1% Desa Siaga masih pada strata pratama dan 48,7% Desa Siaga pada strata madya. Hal ini disebabkan karena masih ada desa yang forum desanya belum berjalan/masih jalan ditempat saja, masih ada desa yang belum membentuk forum desa siaga, masih ada UKBM lainnya yang tidak aktif, pihak desa belum menganggarkan ADD untuk kegiatan program kesehatan dan pemberdayan masyarakat, belum adanya peraturan Kepala Desa/PERDA terkait tentang kesehatan serta tidak adanya kegiatan MMD maupun sosialisasi/penyuluhan yang dilakukan oleh pihak desa terkait yang melibatkan pihak kesehatan. Gambar 27 Cakupan Desa Siaga Aktif Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun Desa/Kel Siaga Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Cakupan desa siaga aktif di Puskesmas dalam wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Majene sudah mencapai target SPM sebesar 80% kecuali di wilayah kerja Puskesmas Ulumanda dengan capaian 60% atau dari lima desa yang ada hanya tiga desa yang sudah siaga aktif. Faktor yang mempengaruhi capaian desa siaga di wilayah kerja Puskesmas Ulumanda masih rendah yaitu kurangnya pengetahuan pihak desa maupun masyarakat tentang desa siaga aktif, SDM pengelola program masih ditingkatkan terutama tentang desa siaga aktif apalagi pengelola promkes di Puskesmas Ulumanda adalah tenaga sukarela karena minimnya tenaga kesehatan di Puskesmas Ulumanda, serta kurangnya kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan desa siaga. Untuk mengoptimalkan desa siaga aktif agar stratanya semakin meningkat dilaksanakan kegiatan SMD dan MMD pertriwulan disetiap Desa sebagai wujud dari perkembangan UKBM dan 34 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

48 penyelesaian masalah, forum desa siaga aktif harus lebih ditingkatkan lagi agar lebih bertanggung jawab didalam pokja yang telah ada, program desa binaan yang telah menjadi contoh seharusnya menjadi acuan untuk desa yang lainnya didalam perkembangan UKBM desa siaga serta adanya dukungan dana ADD desa sebagai wujud kerjasama desa untuk perkembangan UKBM kesejahteraan serta kesehatan masyarakat di wilayahnya. a.2.2. Poskesdes Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar masyarakat desa. Poskesdes dibentuk dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat serta sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanan pokesdes meliputi upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela. Fungsi dibentuknya poskesdes yaitu Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan, Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan, Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan kepada masyarakat serta meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan dan Sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di desa. Poskesdes di KabupatenMajene Tahun 2016 sebanyak 66 unit.distribusi jumlah Poskesdes di Kabupaten Majene sudah hampir sebanding dengan jumlah desa/kelurahan yang ada di wilayah kerja masing-masing Puskesmas. Gambar 28 Distribusi Jumlah Poskesdes Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Jumlah Poskesdes Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 35 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

49 a.2.3.posyandu Pada hakekatnya, Posyandu merupakan kegiatan yang berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga kelangsungan dan pemenuhan sarana prasarana Posyandu menjadi tanggung jawab bersama masyarakat di sekitarnya. Untuk mengukur kualitas pelayanan di Posyandu, digunakan metode telaah kemandirian Posyandu, dimana Posyandu dikelompokkan menjadi 4 (empat) strata sesuai dengan tingkat perkembangannya (Stratifikasi Posyandu), yaitu meliputi strata Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut : 1. Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, disamping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. 2. Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. 3. Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. 4. Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50 % KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. 36 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

50 Gambar 29 Persentase Posyandu Menurut Strata Kabupaten Majene Tahun Jml Posyandu % Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pada tahun 2016 jumlah posyandu aktif di Kabupaten Majene sebesar 51,4 % atau 166 posyandu aktif dari 323 posyandu yang ada. Dalam enam tahun terakhir jumlah posyandu cenderung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah posyandu aktif tapi belum mencapai target Kabupaten Posyandu aktif sebesar 80%. Untuk posyandu aktif pencapaiannya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya beberapa posyandu yang stratanya meningkat karena kepengurusan kadernya yang ratarata aktif serta keterampilan dan pengetahuannya sudah meningkat. Ini ditunjang oleh pengelola puskesmas yang aktif melakukan pembinaan dan refreshing kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu, melaksanakan kegiatan UKBM sebagai penunjang kegiatan posyandu serta melakukan sosialisasi tentang pentingnya dana sehat di posyandu. Gambar 30 Persentase Posyandu Aktif Kabupaten Majene Tahun Jml Posyandu Jml Posyandu Aktif % Posyandu Aktif Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 37 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

51 Peningkatan jumlah posyandu dibeberapa puskesmas tidak diiringi dengan peningkatan secara kualitas. Masih ada beberapa puskesmas yang persentase posyandu aktifnya sangat rendah yaitu Puskesmas Ulumanda sebesar 4,8%, Puskesmas Totoli sebesar 26,1%, Puskesmas Sendana I sebesar 33,3% dan Puskesmas Tammerodo sebesar 36,1%. Hal ini disebabkan kualitas pelayanan belum optimal sehingga cakupan program masih rendah serta posyandu yang baru terbentuk mempengaruhi tingkat perkembangannya. Gambar 31 Persentase Posyandu Aktif Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun % Posyandu Aktif Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene a.2.4. Posbindu Pos Pembinaan Terpadu atau disingkat POSBINDU adalah suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM). Kegiatan yang dilakukan oleh dan untuk masyarakat ini dengan pembiayaan berdasar kesepakatan warga melalui musyawarah, dipertanggung jawabkan oleh masyarakat serta jadwal dan jenis kegiatannya yang juga ditetapkan oleh masyarakat Saat ini peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Salah satu strategi yang dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak menular ini, kemudian dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya yang telah 38 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

52 terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat segera dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran utama kegiatan adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. Wadah Kegiatan: Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan Gambar 32 Distribusi Jumlah PosbinduMenurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Jumlah Posbindu Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Posbindu di Kabupaten Majene Tahun 2016 sejumlah 60 buah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Puskesmas Pamboang paling banyak memiliki Posbindu sebanyak 12 posbindu dan Puskesmas Sendana I paling sedikit jumlah posbindu sebanyak 5 Posbindu bila dibandingkan dengan jumlah desa yang ada. Rata rata posbindu yang ada di Kabupaten Majene tipe Posbindu PTM dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku berisiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks massa tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan dara, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana serta penyuluhan mengenai pemeriksaan 39 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

53 payudara sendiri. Perlu peningkatan kegiatan di setiap Posbindu yang ada sehingga PTM dapat dicegah dan dideteksi sedini mungkin. b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat. Kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut adalah melaksanakan kualitas air dan sanitasi dasar, pengawasan hygiene dan sanitasi tempat-tempat umum (TTU), dan pengawasan hygiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan (TPM). Indikator sasaran kegiatan pengawasan kualitas air dan sanitasi dasar meliputi desa yang melaksanakan STBM, proporsi penduduk akses airminum, dan proporsi penduduk akses jamban. Indikator sasaran pengawasan hygiene dan TTU dan TPM meliputi proporsi TTU memenuhi syarat, proporsi TPM memenuhi syarat, proporsi puskesmas yang ramah lingkungan, proporsi sampah rumah tangga memenuhi syarat, proporsi pengelolaan limbah cair rumah tangga memenuhi syarat. b.1. Rumah Sehat Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Rumah Sehat merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu bangunan yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan rumah hunian yang sesuai,dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Gambar33 Persentase Rumah Sehat Kabupaten Majene Tahun Rumah Sehat Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 40 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

54 Berdasarkan data yang diperoleh pencapaian indikator rumah sehat sebesar sebanyak 75,9%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka ini mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 77,9 % masih jauh dibawah target rumah sehat yaitu85%. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain kondisi ekonomi masyarakat, belum optimalnya pembinaan, penyuluhan, dan monitoring dari petugas, selain itu juga kurangnya kerjasama dengan lintas sektor terkait, seperti PKK, dan aparat pemerintahan desa. Gambar34 Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun Rumah Sehat Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Cakupan Rumah Sehat secara umum belum mencapai target yaitu sebesar 85 %. Cakupan tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Banggae I dan persentase terendah di wilayah kerja Puskesmas Malunda sebesar 50,0%, Puskesmas Ulumanda sebesar 51,0% dan Puskesmas Salutambung sebesar 53,3%. Perlu peningkatan pengetahuan tentang pentingnya rumah sehat serta peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas tempat tinggalnya menjadi lebih sehat dan layak huni serta dukungan dari lintas sektor dan lintas program untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang bersih dan sehat. b.2. Sarana Air Bersih Sarana Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk 41 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

55 dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang layak di Kabupaten Majene pada tahun 2016 untuk non perpipaan sebesar 79,4% dan perpipaan sebesar 24,8% menurun dibanding tahun sebelumnya. Target akses penduduk terhadap air minum berkualitas sebesar 85%.Dari 79,4 % penduduk yang memiliki akses air minum yang layak non perpipaan, sebanyak 18,7 % menggunakan air dari sumur gali terlindung, 25,4 % sumber airnya dari sumur gali dengan pompa, 7,7 % menggunakan sumur bor dengan pompa, 2,5 % dari terminal air,25,2 % didapat dari mata air terlindung, 0,1 % dari penampungan air hujan Gambar34 Persentase Akses Penduduk Terhadap Air Minum Layak Kabupaten Majene Tahun Non Perpipaan Perpipaan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Masalah kemiskinan juga ikut menjadi penyebab rendahnya kemampuan penduduk mengakses air minum yang layak. Terakhir adalah sarana air minum terutama perpipaan mengalami permasalahan kekurangan air atau tidak mengalir. Sedangkan dari sisi sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran penduduk tentang lingkungan, kendala lain untuk terjadinya perbaikan adalah karena belum adanya kebijakan komprehensif 42 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

56 yang sifatnya lintas sektoral, rendahnya kualitas bangunan septic tank, dan masih buruknya sistem pembuangan limbah. Gambar 36 Persentase Akses Penduduk Terhadap Air Minum Layak Menurut PuskesmasKabupaten Majene Tahun Non Perpipaan Perpipaan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Persentase penduduk memiliki akses air minum yang layak untuk jaringan perpipaan tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Totoli sebesar 58,7% dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Tammerodo sebesar 2,3%.Selain itu terdapat beberapa wilayah yang tidak memiliki akses air minum non perpipaan antara lain di wilayah kerja Puskesmas Sendana II, Puskesmas Ulumanda dan Puskesmas Salutambung. Untuk jaringan perpipaan Persentase penduduk memiliki akses air minum yang layak tertinggi pada Puskesmas Ulumanda sebesar 95,8% dan terendah pada wilayah kerja Puskesmas Banggae I sebesar 54,0%. Penyelenggara air minum di Kabupaten Majene sebanyak 9 yang tersebar di 7 kecamatan atau 8 Puskesmas. Tidak terdapat penyelenggara air minum diwilayah kerja Puskesmas Lembang, Puskesmas Sendana II dan Puskesmas Ulumanda. Pada tahun 2016 Dinas kesehatan Kabupaten Majene tidak melaksanakan pemeriksaan sampel pada penyelenggara air minum karena tidak ada penganggaran untuk kegiatan tersebut. Untuk mewujudkan sarana air bersih dan sanitasi yang berkesinambungan dibutuhkan pengelola sarana yang mampu mengelola, mengoperasikan dan memelihara sarana tersebut dengan baik. Pengelola tersebut berasal dari masyarakat itu sendiri. Pada proses penyediaan air bersih di Indonesia sudah memiliki aturan yang berlaku tetapi belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik ketika dilapangan,karena banyak factor yang dapat mempengaruhinya, baik dari segi SDMnya, kesadaran pelaksana, situasi,d an sumber dana yang ada untuk 43 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

57 meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan, diperlukan sumber informasi yang baik, dan hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat merupakan kewajiban dan tanggung jawab dari Puskesmas sesuai dengan wilayah kerja masingmasing. b.3. Sarana Sanitasi Dasar Sanitasi dan kesehatan manusia adalah dua hal yang saling terkait. Sanitasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam rangka kebersihan urusan buang hajat dan limbah serta penyediaan air bersihnya. Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi dasar yang dimaksud yaitu sarana jamban yang memenuhi syarat. Gambar37 Persentase Penduduk Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak Kabupaten Majene Tahun Akses Sanitasi Layak Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Penduduk Kabupaten majene yang memiliki akses sanitasi yang layak pada tahun 2016 sebesar 83,3 %.Penduduk dengan akses sanitasi yang layak khususnya jamban sehat mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Namun belum mencapai target Kabupaten sebesar 85%. Ini menunjukkan sebagian besar masyarakat telah mengetahui pentingnya hidup berphbs. Sarana sanitasi yang dimiliki oleh penduduk terdiri dari beberapa macam jenis jamban, diantaranya 0,6 % menggunakan jamban komunal dan 82,6 % menggunakan jamban leher angsa. 44 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

58 Gambar38 Persentase Penduduk Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Akses Sanitasi Layak Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Persentase penduduk terhadap fasilitas sanitasi yang layak tertinggi pada Puskesmas Banggae I dan terendah pada wilayah kerja Puskesmas Ulumanda. Rata rata Puskesmas yang wilayah kerjanya di ibukota kabupaten Majene memiliki akses sanitasi layak yang baik sedangkan Puskesmas yang wilayah kerjanya di desa terutama yang banyak memiliki wilayah kerja terpencil dan sangat terpencil akses sanitasi layaknya rendah. Perlu peningkatan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana sanitasi yang telah ada. Diharapkan Masyarakat mengubah perilaku dan menyadari bahwa bila Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat adalah tidak sehat dan pada akhirnya dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit menular yang berbasis lingkungan, sehingga nantinya diharapkan masyarakat mau menyadari pentingnya memiliki jamban keluarga. b.4. Tempat Tempat Umum & Pengelolaan Makanan Tempat tempat Umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. TTU meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan Hotel. TTU yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi yang baik, luas lantai atau ruangan yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Berdasarkan hasil kegiatan tahun 2016 jumlah TTU yang ada sebanyak 305 buah persentase Tempat-tempat umum memenuhi syarat pada tahun 2016 di Kabupaten Majene sebesar 77,0% atau 235 TTU meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Target Kabupaten untuk TTU memenuhi syarat 45 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

59 sebesar 100%. Adanya peningkatan persentase TTU memenuhi syarat karena adanya perhatian masyarakat terhadap sarana TTU pihak instansi yang ada dan sebagian besar pelaku usaha telah memahami arti pentingnya suatu lingkungan yang sehat. Sasaran tempat pengelolaan makanan meliputi jasa boga, rumah makan/restoran, depot air minum dan makanan jajanan. Pada tahun 2016 dari jumlah TPM yang ada sebanyak 590 yang memenuhi syarat hygiene sanitasi sebesar 40,2% atau 237 TPM. Dari 590 Tempat Pengelolaan Makanan yang ada di Kabupaten Majene, sebanyak 237 TPM atau 40,2 % telah memenuhi syarat hygiene sanitasi. Bila dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 44,0%, pada tahun 2016 persentase TPM memenuhi syarat mengalami penurunan dan masih jauh dibawah target kabupaten sebesar 85%. Penurunan ini antara lain karena dari pihak pengelola TPM kurang memahami pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan usahanya, sehingga dihasilkan produksi yang berkualitas dan memenuhi syarat kesehatan. Bagi TPM yang belum memenuhi syarat hygiene sanitasi sebanyak 278 TPM selanjutnya dilakukan pembinaan. Namun untuk tahun 2016, pembinaan baru dilakukan pada 303 TPM atau 88,6%. TPM yang telah memenuhi syarat hygiene sanitasi sebanyak 237 TPM kemudian dilakukan uji petik pada tahun 2016 baru 144 TPM atau 60,8% yang diuji petik. Gambar39 Persentase TTU Dan TPM Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Majene Tahun TTU Memenuhi Syarat TPM Memenuhi Syarat Higiene Sanitasi Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Gambar40 46 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

60 Persentase TTU Dan TPM Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun TTU Memenuhi Syarat TPM Memenuhi Syarat Higiene Sanitasi Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Puskesmas dengan persentase TTU memenuhi syarat kesehatan tertinggi sebesar 100% pada Puskesmas Banggae I, Puskesmas Sendana I dan Puskesmas Salutambung, sedangkan Persentase TTU memenuhi syarat terendah pada Puskesmas Ulumanda sebesar 50,0% dan Puskesmas Malunda sebesar 51,5%. Untuk meningkatkan Capaian TTU dan TPM memenuhi syarat perlu dilaksanakan kegiatan monitoring dan pembinaan secara berkala, meningkatkan kesadaran masyarakat terutama para pelaku usaha untuk peningkatan higiene dan sanitasi TTU dan TPM. b.5. Desa STBM Peningkatan akses terhadap air minum yang berkualitas perlu diikuti dengan perilaku yang higienis untuk mencapai tujuan kesehatan, melalui pelaksanaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Dalam kerangka pembangunan kesehatan, sektor air minum, sanitasi dan higienis merupakan satu kesatuan dalam prioritas pembangunan bidang kesehatan dengan titikberat dan upaya promotif preventif dalam perbaikan lingkungan untuk mencapai salah satu sasaran MDGs. STBM menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minumdan penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs. 47 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

61 Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu: a. Stop buang air besar sembarangan, b. Cuci tangan pakai sabun, c. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, d. Pengelolaan sampah dengan benar, dan e. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman. Desa STBM merupakan desa yang sudah melaksanakan langkah-langkah STBM antara lain adanya kegiatan pemicuan, monitoring, terdapat rencana kerja masyarakat, dan natural leader yang muncul di desa tersebut. Wilayah Kabupaten Majene tahun 2016 ini belum ada desa STBM sedangkan Target kinerja Kabupaten pada tahun 2016 untuk jumlah Desa/Kelurahan STBM sebesar 12 Desa. Hal ini menjadikan dasar bagi kita untuk meningkatkan kinerja agar terbentuk desastbm di wilayah Kabupaten Majene. Meskipun belum adanya desa STBM namun pada tahun 2016 ada 28,0% atau 23 dari 82 desa kelurahan yang sedang dalam proses pelaksanaan STBM atau termasuk dalam desa stop BABS. 100 Gambar 41 Jumlah Desa melaksanakan STBM dan Stop BABS Kabupaten Majene Tahun Desa Melaksanakan STBM Desa Stop BABS Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Untuk dapat melaksanakan 5 pilar STBM bukanlah hal yang mudah. Pada tahun 2016, di Kabupaten Majene belum memiliki Desa STBM karena baru mampu melaksanakan 2 pilar STBM. Diharapkan pada tahun yang akan datang tujuan ini dapat tercapai. 48 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

62 Gambar 42 Jumlah Dan Persentase Desa/Kelurahan Stop BABS Menurut Puskesmas Di Kabupaten Majene Tahun Desa Stop BABS % Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pada tahun 2016 Puskesmas dengan persentase desa stop BABS tertinggi yaitu Puskesmas Lembang sebesar 75% atau 3 desa/kelurahan. Ada 3 Puskesmas yang belum memiliki Desa stop BABS yaitu Puskesmas Tammerodo, Puskesmas Ulumanda dan Puskesmas Salutambung. Hal ini disebabkan akses jamban masih kurang dan masih banyak masyarakat yang buang air besar disembarang tempat serta kondisi lingkungan yang ada. Perlu dilaksanakan pembinaan dan monitoring secara berkala dan advokasi terhadap pemangku kebijakan dalam pemanfaatan ADD di bidang kesehatan. b.6. Ketersediaan Obat Ketersediaan obat menurut jenis obat selama tahun 2016 sudah tercukupi sesuai dengan kebutuhan. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 92,08%. Persentase penggunaan obat rasional di sarana pelayanan kesehatan dasar pemerintah sebesar 75,02%. Belum memenuhi target kinerja RPJMD tahun 2016 sebesar 80%. Penulisan resep obat di Kabupaten Majene telah menggunakan obat generik ditunjukkan dengan persentase penggunaan obat generik di puskesmas sebesar 98%. Puskesmas perawatan yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar sebesar 57,14% telah mencapai target kinerja RPJMD tahun 2016 yaitu 45% c. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak & Keluarga Berencana Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik 49 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

63 terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan pemantauan dan informasi KB. c.1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 & K4) Kehamilan adalah anugrah didambakan oleh pasangan suami istri dengan harapan mendapatkan keturunan yang sehat dan cerdas. Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan selamat, serta melahirkan bayi yang sehat. Oleh karena itu, setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar, termasuk kemungkinan adanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janinnya. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja, yang digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Kabupaten Majene tahun2016 sebesar 93,0 %. Cakupan ini belum melampaui target sebesar 95 %, meskipun mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun 2015 sebesar 91,2 %. Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu satu kali pada trimester 1, satu kali pada trimester 2 dan dua kali pada trimester 3, yang digunakan untuk mengetahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap sesuai standar yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil serta menggambarkan kemampuan manajemen serta kelangsungan program Kesehatan Ibu dan Anak. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 71,8 % dari target K4 yang ditetapkan sebesar 95 % dan mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun 2015 sebesar 71,2 %. Cakupan K1 dan K4 yang tidak mencapai target disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya pemantauan kesehatan ibu hamil pada trimester 1, peningkatan PUS yang ber KB menyebabkan jumlah ibu hamil menurun, masih ada wilayah kerja yang tidak terjangkau serta data proyeksi lebih tinggi daripada sasaran riil terjadi pada beberapa Puskesmas. 50 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

64 Gambar43 Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Majene Tahun K1 K4 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Gambar44 Cakupan K1 dan K4Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun K1 K4 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Cakupan K1 tertinggi dicapai oleh Puskesmas Salutambung sebesar 116,3% dan Puskesmas Totoli sebesar 102,1%,sedangkan cakupan terendah ada dipuskesmas Banggae II sebesar 63,5%. Cakupan K4 tertinggi pada Puskesmas Salutambung sebesar 94,6% dan cakupan K4 terendah pada Puskesmas Banggae II sebesar 57,8%. Rendahnya capaian K1 dan K4 pada Puskesmas Banggae II disebabkan peningkatan PUS yang ber KB dan sasaran proyeksi untuk Puskesmas Banggae II terlalu tinggi. 51 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

65 Gambar45 Kesenjangan K1 dan K4Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG KABUPATEN Kesenjangan K1&K4 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pada Grafik di atas terlihat bahwa masih terjadi gap/selisih antara K1 dan K4 di Kabupaten Majene berkisar antara 22,8%. Selisih K1 dengan K4 sudah diatas batas normal yaitu 20%, harus menjadi perhatian bahwa masih banyak ibu hamilyang pemeriksaan kehamilannya belum mencapai 4 kali selama kehamilannya. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus kematian, ada beberapa kabupaten kota yang cakupan K1 dan K4 tidak mencapai target dengan jumlah kasus kematian yang cukup tinggi, hal inilah yang menjadi perhatian khsusus program kesehatan ibu sebagai acuan untuk melaksanakan berbagai upaya kegiatan yang mempunyai daya ungkit menurunkan jumlah kasus kematian tersebut. c.2. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Sebagai upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), pertolongan persalinan diupayakan oleh bidan atau tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih. Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan 52 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

66 persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih Gambar 46 Cakupan Linakes Kabupaten Majene Tahun Linakes Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2016 sebesar 78,5% dan selama 3 tahun terakhir cenderung tidak mencapai target nasional SPM yaitu 90%. Gambar 47 Cakupan Linakes Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Linakes Target 90% Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pencapain indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Majene pada masing-masing wilayah Puskesmas hanya ada 2 puskesmas yang mencapai target yaitu Puskesmas Sendana II sebesar 93,6% dan Puskesmas Salutambung sebesar 115,9%. 53 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

67 Pelayanan antenatal memiliki peranan yang sangat penting, di antaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tatalaksana dini komplikasi yang dapat timbul pada saat persalinan. Apabila seorang ibu datang langsung untuk bersalin di tenaga kesehatan tanpa adanya riwayat pelayanan antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan kemungkinan komplikasi saat persalinan akan lebih sulit diantisipasi. c.3. Pelayanan Nifas& Vit. A Nifas Indikator yang digunakan dalam capaian ini adalah cakupan pelayanan pasca persalinan dan kelahiran yang di tangani oleh tenaga kesehatan, tingkat perlindungan ibunifas dan menggambarkan kemajuan manajemen atau kelangsungan program KIA. Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pada ibu mulai 6 jamsampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi padaibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan waktu: 1) Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6jam setelah persalinan sampai 7 hari; 2) Kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan padaminggu ke-2 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan minggu le-6 setelah persalinan. Cakupan Kunjungan Nifas tahun 2016 sebesar 83,0% mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan cakupan kunjungan nifas di tahun 2015 namun melihat grafik yang ada cakupan pelayanan nifas dalam 4 tahun terakhir cenderung menurun, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya akses terhadap pelayanan yang cukup jauh dan kedua setelah masa nifas pertama pasien sdh merasa tidak perlu pelayanan adekuat oleh tenaga kesehatan dan kembali ke tempat tinggal semula, masih adanya pelayanan yang tidak terlapor karena persalinan yang ditolong dukun. Pencegahan kebutaan akibat kekurangan vitamin A pada anak dapat dilaksanakan dengan memberi kapsul vitamin A dosis tinggi ( RE) pada ibu menyusui, bayi dan balita. Frekuensi pemberian kapsul vitamin A pada ibu menyusui satu kali pada masa nifas, Ibu dalam masa nifas perlu mendapatkan dua kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis IU. Pemberian kapsul pertama diberikan segera setelah melahirkan (Bulin), dan kapsul kedua dengan selang waktu minimal 24 jam, tidak lebih dari 6 minggu setelah melahirkan. Kapsul Vitamin A tidak boleh diberikan kepada ibu hamil karena dosisnya terlalu tinggi untuk janin. 54 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

68 Suplementasi vitamina pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi ( SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsulvitamin A Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 81,8%, mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2015sebesar 80,7%. Cakupan ibu nifas mendapatkapsul vitamin A selama 5 tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar dibawah Gambar 48 Cakupan Pelayanan Nifas dan Bufas Mendapat Vit A Kabupaten Majene Tahun Nifas Bufas Vit A Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Gambar 49 Cakupan Pelayanan Nifas dan Bufas Mendapat Vit A Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Nifas Bufas Vit A Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa Capaian pelayanan nifas tertinggi terjadi di Puskesmas Salutambung sebesar 119,3% kemudian diikuti oleh Puskesmas Ulumanda sebesar 105,4% dan Puskesmas Sendana II sebesar 100,0%, 55 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

69 begitupun dengan cakupan ibu nifas mendapat Vitamin A tertinggi pada Puskesmas Salutambung sebesar 115,9%, Puskesmas Ulumanda sebesar 91,2% dan Puskesmas Sendana II sebesar 93,6% Sedangkan cakupan terendah pelayanan nifas terjadi di Puskesmas Banggae II sebesar 52,5% sama dengan cakupan ibu nifas mendapat vitamin A sebesar 56,7%. Dari data di atas dapat dilihat bahwa masih banyak ibu melahirkan tidak mendapatkan vitamin A karena rata-rata capaian ibu nifas lebih tinggi dibandingkan capaian ibu nifas mendapat vitamin A. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan ibu nifas belum berkualitas perlu dilaksanakan pembinaan terhadap bidan desa agar dapat memberikan pelayanan nifas yang berkualitas sesuai standar. c.4. Komplikasi Kebidanan Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanandasar dan rujukan. Diperkirakan 20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalm kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga sebelumnya, oleh karena itu semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi dapat segera dideteksi dan ditangani. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapatmengancam jiwa ibu dan atau janin. Gambar 50 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten Majene Tahun Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 56 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

70 Berdasarkan target yang ditetapkan untuk tahun 2016 komplikasi kebidananyang ditangani adalah sebesar 80 %. Namun, pada tahun 2016 ini cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 92,7 %. Cakupan ini didapat dengan pembanding sasaran estimasi. Seluruh ibu dengan komplikasi kebidanan dapat ditangani. Untuk meningkatkan cakupan penannganan komplikasi kebidanan perlu dilaksanakan kegiatan sweeping K1 dan K4, pelaksanaan kelas ibu hamil yang berkualitas, ANC standar yang berkualitas serta pelatihan PONED bagi petugas kesehatan. Deteksi dini komplikasi kebidanan harus dilakukan dan diskrining sejak awal sehingga komplikasi kebidanan dapat tertangani dengan baik. Gambar 51 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Bumil Komplikasi ditangani Cak Penanganan Komp. Kebidanan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Capaian tertinggi penanganna komplikasi kebidanan di puskesmas Sendana II sebesar 185,7% dan terendah di Puskesmas Sendana I yaitu sebesar 61,1%. Disparitas antarapenanganan komplikasi ini disebabkan karena sasaran yang ditangani tidak terakses oleh tenaga kesehatan. c.5. Komplikasi Neonatus Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit danatau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, sepertiasfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, traumalahir, BBLR (berat lahir < 2500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM). Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan 57 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

71 sesuai standar olehtenaga kesehatan (dokter, bidan, atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani di Kabupaten Majene pada tahun 2016 sebesar 49,0% dimana dari umlah perkiraan neonates dengan komplikasi 616 kasus, namun yangmendapatkan penanganan komplikasi neonatal sebanyak 302 kasus, ini artinya jumlah neonatal dengan komplikasi di Kabupaten Majene masih dibawah target SPM sebesar 80%. Cakupan penanganan neonatal komplikasi di Kabupaten Majene selama empat tahun terakhir cenderung menurun. Hal ini menggambarkan adanya penurunan dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) kepada neonatal dengan komplikasi ditangani. Masih adanya persalinan dukun dan kurangnya pengawasan petugas pada saat kunjungan nifas dan kunjungan neonatal merupakan faktor penyebab rendahnya cakupan penanganan komplikasi neonatal serta tingginya sasaran proyeksi dibeberapa wilayah Puskesmas juga menjadi penyebab rendahnya cakupan Gambar 52 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Kabupaten Majene Tahun Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Berdasarkan laporan yang diterima dari pengelola data Dinas kesehatan Kabupaten Majene, Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal untuk puskesmas, capaian ini cukup bervariasi capaian tertinggi pada Puskesmas Sendana II sebesar 99,1% dan capaian terendah pada puskesmas pamboang sebesar 20,3%. Tingginya cakupan penanganan komplikasi neonatal di Puskesmas Sendana II sebanding dengan angka kematian di Puskesmas Sendana juga tertinggi begitu pula dengan rendahnya cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Puskesmas 58 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

72 Pamboang sebanding dengan angka kematian neonatal juga terendah Gambar 53 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Neonatal Komplikasi Ditangani Cak. Penanganan Komplikasi Neonatal Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Untuk meningkatkan cakupan penannganan komplikasi neonatal perlu dilaksanakan kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil yang berkualitas, pembinaan bidan desa agar pelayanan nifas dan neonatal berkualitas,pelatihan PONED bagi petugas kesehatan. c.6. Pelayanan KB Kegiatan pelayanan keluarga berencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak harus terus dilaksanakan oleh pemerintah ataupun swasta dan bekerjasama dengan lintas sektor. Peran serta masyarakat juga sangat penting dalam upayauntuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak ini. Untuk itu kegiatan pelayanan keluarga berencana harus dilaksanakan secara terpadu dan merata sampai ke pelosok pedesaan. Pencapaian kegiatan ini dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain Jumlah peserta KB baru dan peserta KB Aktif. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan(di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu,anak, serta perempuan. Pelayanan KB 59 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

73 menyediakan informasi, pendidikan,dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Peserta KB aktif adalah akseptor yang saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan jumlah peserta KB aktif dengan PUS disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara PUS. Gambar 54 ProporsiPeserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten Majene Tahun IUD MOP MOW IMPLAN KONDOM SUNTIK PIL OBAT VAGINA KB AKTIF LAIN NYA Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah pil sebesar 44,0% dan terbanyak kedua adalah suntik sebesar 43,4%. Hal tersebut dikarenakan akses untuk memperoleh pelayanan pil dan suntikan relatif lebih mudah. Sebagaimana diketahui jaringan pelayanan sampai di tingkat desa sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Metode yang banyak dipilih ini memerlukan pembinaansecara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Metode kontrasepsi lain yang dipilih oleh peserta KB aktif adalah Metode Implan sebesar 4,9%, Kondom sebesar 4,5%, IUD sebesar 2,0% MOW sebesar 0,9% dan Operasi Pria (MOP) sebesar 0,2%, kemudian kondom sebanyak 3%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi pria dalam keluarga berencana masih sangat rendah kewajiban berkb selalu dibebankan pada 60 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

74 istri. Selain itu disebabkan oleh terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria. Peserta KB baru adalah Pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi, termasuk pasca keguguran, sesudah melahirkan, atau pasca istirahat. Metode kontrasepsi paling banyak digunakan peserta KB baru yaitu suntik sebesar 48,8% dan suntik sebesar 37,1%. Sama dengan peserta KB aktif metode kontrasepsi yang banyak digunakan pada wanita. Gambar 55 Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Majene Tahun KB Aktif Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Peserta KB Aktif di Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 72,8%. Dari jumlah Pasangan Usia Subur/PUS sebanyak PUS peserta KB aktif sejumlah orang. Bila dibandingkan cakupan tahun 2015, cakupan tahun 2016 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Cakupan peserta KB Aktif di Kabupaten Majene tahun 2016 telah mencapai target SPM sebesar 70%. Meskipun capaian KB sudah meningkat tapi metode kontrasepsi jangka pendek masih banyak digunakan. Untuk KB aktif 91,9% peserta menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek. Perlu ditingkatkan penyuluhan dan konseling kepada masyarakat terutama pada pasangan usia subur tentang pentingnya menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Pencapaian cakupan peserta KB aktif tertinggi pada puskesmas Sendana II sebesar 89,2% dan capaian terendah pada 61 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

75 Puskesmas Totoli sebesar 48,0% sedangkan untuk capaian KLB Baru tertinggi pada Puskesmas Tammerodo sebesar 29,7% dan terendah pada Puskesmas Malunda sebersar 11,0% Gambar 56 Cakupan Peserta KB Aktif Dan KB Baru Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun KB AKtif KB Baru Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene c.6. Kunjungan Neonatus Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa ini terjadi kematangan organ pada semua sistem dan memiliki resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi. Berbagai masalah kesehatanbisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Komplikasiyang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahirrendah, dan infeksi. Oleh karena itu, setiap bayi baru lahir harus mendapat pemeriksaan sesuai standar minimal 2 kali dalam minggu pertama. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk menurunkankematian bayi baru lahir. Jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini adalah padaumur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) dalammenyelenggarakan pelayanan neonatal yang komprehensif. Kunjunganneonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi barulahir (umur 6-48 jam) di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI 62 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

76 Eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir mendapat injeksi vitamin K1 dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat lahir. Kunjungan Neonatus di Kabupaten Majene pada tahun 2016 berdasarkan laporan adalah sebagai berikut, KN 1 sebesar 85,9 % dan KN 3 sebesar 84,4 %. Pencapaian ini naik dibandingkan tahun sebelumnya tapi tidak mencapai target kabupaten sebesar 90%. Gambar 57 Cakupan Kunjungan KN Lengkap Kabupaten Majene Tahun KN Lengkap Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Gambar 58 Cakupan Kunjungan KN Lengkap Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun KN Lengkap Target 90% Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Cakupan KN lengkap Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 84,4%. Cakupan KN lengkap tertinggi di Puskesmas Salutambung sebesar 121,4 % dan cakupan terendah di Puskesmas Banggae II sebesar 58,9%. 63 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

77 c.7. Pelayanan Kesehatan Bayi Masa bayi merupakan masa keemasan seorang anak manuasia, calon generasi dari sebuah negara. Bayi merupakan investasi masa depan bangsa. Kelak ia akan menjadi penerus perjuangan bangsa dalam mewujudkan kemajuan dan cita-cita bangsa. Maka dari itu, masa bayi yang merupakan masa awal kehidupan seorang calon penerus bangsa, haruslah mendapatkan perhatian yang serius. Kurangnya perhatian terhadap masa masa keemasan anak, terutama pada awal-awal masa kehidupannya yakni masa bayi, kerap kali menimbulkan masalah. Pengasuhan dan perlakuan yang kurang baik sebagai wujud kurangnya perhatian terhadap pentingnya kesehatan bayi dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi bahkan yang sangat fatal ialah kematian bayi. Hal ini kerap kali tercermin salah satunya melalui pelayanan kesehatan yang kurang maksimal pada ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampaidengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis (doter, bidan, perawat) minimal 4 kali yaitu umur 29 hari 2 bulan, umur 3 5 bulan, umur 6-8 bulan, dan umur 9 12 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar,(bcg, DPT/Hb/HIB 1-3, Polio 1-4, dan campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan pada bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian Makanan Pendamping ASI. Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 83,4% tidak mencapai target SPM sebesar 90,0%, menurun dibanding tahun 2015 sebesar 85,3%. 64 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

78 Gambar 59 Cakupan Pelayanan Bayi Kabupaten Majene Tahun Pelayanan Bayi Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Gambar 60 Cakupan Pelayanan Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Pelayanan Bayi Target 90% Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Cakupan pelayanan kesehatan bayi tertinggi di Puskesmas Sendana I sebesar 100,5% dan terendah di Puskesmas Totoli sebesar 68,5%. Cakupan pelayanan kesehatan bayi menggambarkan upaya meningkatkan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. 65 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

79 c.8. Pelayanan Anak Balita Cakupan Pelayanan Anak Balita Adalah anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun, pemberian vitamin A 2x setahun. Cakupan pelayanan anak balita Kabupaten Majene sampai dengan bulan desember tahun 2016 sebesar 79,1%, bila dibandingkan dengan target SPM sebesar 90% maka capaian pelayanan anak balita belum memenuhi target Gambar 61 Cakupan Pelayanan Anak Balita Kabupaten Majene Tahun Pelayanan Anak Balita Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Capaian tertinggi dicapai oleh Puskesmas Sendana I sebesar 109,6% dan capaian terendah terdapat di Puskesmas Totoli sebesar 19,5% Gambar 62 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Pelayanan Anak Balita Target 90% Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 66 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

80 c.9. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD & Setingkat Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat adalah Pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Melalui penjaringan kesehatansiswa SD dan setingkat diharapkan dapat menapis atau menjaring anak yangsakit dan melakukan tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat tahun 2016 masih sama dengan tahun 2015 yaitu mencapai 100 %. Angka ini telah mencapai target SPM bidang Kesehatan Kabupaten Majene sebesar 100% Gambar 63 Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Kabupaten Majene Tahun Penjaringan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene d. Pelayanan Gizi Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 67 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

81 d.1. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe Pemberian tablet besi (Fe) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil dalam upaya meningkatkan kualitas kehamilannya dan mempersiapkan persalinan yang sehat dan aman. Tablet besi (Fe) diberikan 90 tablet selama masa kehamilan, setiap pemberian 30 tablet (Fe1), 60 tablet (Fe2) dan 90 tablet(fe3). Pada tahun 2016 cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet besi Fe1 sebesar93,0 %) dan Fe3 sebesar73, %. Dari cakupan diatas dapat dilihat bahwa tahun ini, cakupan Fe1 dan Fe3 mengalami peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun lalu namun tidak mencapai target kabupaten sebesar 90%. Ini disebabkan kesenjangan antara data proyeksi dan data riil terlalu jauh sehingga susah untuk mencapai target yang ditentukan dan kesenjangan K1 dan K4 yang terlalu tinggi sehingga capaian Fe3 masih rendah. Gambar 64 Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe1 dan Fe3 Kabupaten Majene Tahun Fe1 Fe3 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu tablet Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamil, ibu nifas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemia pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya setiap hari 1 tablet didampingi oleh orang terdekat atau kader, peningkatan K1 murni melalui sweeping, serta sosialisasi 1000 Hari pertama yang dilaksanakan di kabupaten dengan penekanan intervensi pada ibu hamil untuk mencegah perdarahan. 68 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

82 Gambar 65 Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe1 dan Fe3 Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Fe1 Fe3 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe sebanyak 90 tablet tertinggi di Puskesmas Ulumanda sebesar 96,1% dan cakupan terendah di Puskesmas Totoli sebesar 57,8%. Yang mencapai target kabupaten untuk capaian Fe3 hanya dua puskesmas yaitu Puskesmas Ulumanda dan Puskesmas Salutambung. d.2. Bayi Mendapat ASI Ekslusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena kandungan zat gizinya yang lengkap dan paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.pemberian ASI Eksklusif perlu diberikan pada bayi dari usia 0 6 bulan. Namun saat ini masih ada kendala dari ibu yang menyusui antara lain karena ibu bekerja sehingga tidak bisa memberikan ASI Eksklusif secara optimal selain karena kurangnya informasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012, Air SusuIbu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 78,9% sangat meningkat dibanding tahun sebelumnya dan telah mencapai target Kabupaten tahun 2016 sebesar 42%. Hal ini menandakan adanya keberhasilan upaya peningkatan pemberian ASIeksklusif pada bayi 0-6 bulan. 69 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

83 Gambar 66 Cakupan Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Kabupaten Majene Tahun Asi Eksklusif Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Untuk meningkatkan cakupan bayi yang diberi ASI Ekslusif telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi dan pembentukan KP-ASI ditingkat Desa/Kelurahan, Adanya Perda No. 8 tahun 2014 tentang ASI Ekslusif, Sosialisasi Perda No. 8 tahun 2014, Pengadaan ruang ASI di setiap Puskesmas serta Melaksanakan IMD sesuai defenisi operasional Gambar 67 Cakupan Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Asi Eksklusif Target 75% Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pencapaian ASI eksklusif tertinggiyaitu wilayah kerja Puskesmas Banggae I sebesar 93,2% dan capaian terendah yaitu wilayah kerja Puskesmas Totoli sebesar 49,2%. 70 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

84 Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan terutama pada Puskesmas Totoli disebabkan masih adanya persalinan non nakes terutama pada wilayah kerja Puskesmas totoli persalinan non nakes cukup tinggi, masih adanya budaya atau pemahaman masyarakat dimana bayi yang lahir baru dibolehkan keluar rumah setelah berusia dua bulan sehingga bayi yang datang ke posyandu setelah berumur 3-4 bulan dan waktu pelaporan ASI (6 bulan) sudah selesai, masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan. d.3. Pemberian Vitamin A pada Bayi & Balita Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak, disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harusdipenuhi dari luar tubuh. Sampai dengan usia enam bulan, ASI merupakan sumber utamavitamin A jika ibu memiliki vitamin A yang cukup berasal dari makanan atau suplemen. Anak yang berusia enam bulan sampai lima tahun dapat memperoleh vitamin A dari berbagai makanan seperti hati, telur, ikan,minyak sawit merah, mangga dan papaya, jeruk, ubi, sayur daun berwarna hijau dan wortel. Anak memerlukan vitamin A untuk membantu melawan penyakit, melindungi penglihatan mereka, serta mengurangi risiko meninggal. Anak yang kekurangan vitamin A kurang mampu melawan berbagai potensi penyakit yang fatal dan berisiko rabun senja. Oleh karena itu dilakukan pemberian kapsul vitamin A dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini, pemerintah menjadwalkan program pemberian Vitamin A secara rutin setiap bulan Februari dan Agustus, melalui posyandu dan jaringan puskesmas lainnya. Vitamin A kapsul biru diberikan pada bayi usia 6-11 bulan,sedangkan Vitamin A kapsul merah diberikan pada anak balita (12 59 bulan). 71 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

85 Gambar 68 Cakupan Pemberian Vit A PadaBayi Dan Balita Kabupaten Majene Tahun Bayi Balita Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Target cakupan Vitamin A tahun 2016 sebesar 100%. Cakupan distribusi kapsul vitamin A balita (6-59 bulan) sebanyak 2 kali pada tahun 2016 mencapai 89,4%menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 97,9%. Bayi yang mendapat Vitamin A pada tahun 2016 sebesar 90,8% menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 106,0%. Cakupan vitamin A masih dibawah target. Penyebab menurunnya cakupan pemberian Vitamin A yaitu Masih kurangnya bayi berkunjung ke Posyandu, sweeping vitamin A yang dilakukan petugas tidak maksimal serta masih ada kader yang tidak aktif. Capaian pemberian vitamin A pada balita tertinggi pada Puskesmas Malunda sebesar 109,6% dan Capaian terendah pada Puskesmas Totoli sebesar 49,2%. Pemberian vitamin A pada bayi capaian tertinggi pada Puskesmas Banggae I sebesar 111,9% dan capaian terendah pada Puskesmas Totoli sebesar 58,6%. Perlu dilaksanakan sweeping vitamin A sehingga cakupan bisa meningkat. 72 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

86 Gambar 69 Cakupan Pemberian Vit A PadaBayi Dan Balita Kabupaten Majene Tahun Bayi Balita Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene d.4. Penimbangan Balita Sejak lahir sampai dengan usia lima tahun, anak seharusnya ditimbang secara teratur untuk mengetahui pertumbuhannya. Cara ini dapat membantu untuk mengetahui lebih awal tentang gangguan pertumbuhan, sehingga segera dapat diambil tindakan tepat secepat mungkin. Hasil penimbangan, dapat mengetahui apakah seorang anak terlalu cepat bertambah berat badannya dibandingkan usianya atau tidak bertambah berat badannya. Untuk itu memerlukan pemeriksaan berat badan anak lebih lanjut terkait dengan tinggi badannya, yang dapat menentukan apakah seorang anak mempunyai berat badan berlebih/kurang. Kegiatan program gizi yang dilaksanakan di Posyandu yaitu Pemantauan Pertumbuhan, Penyuluhan Gizi, Pemberian Obat Gizi, Pemberian MP-ASI dan Pemanfaatan Pekarangan. Di samping itu para kader posyandu dapat melaksanakan pelacakan kelainan gizi (misalnya gizi buruk) dan pendampingan kasus gizi buruk. Cakupan penimbangan (D/S) balita di posyandu merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S maka akan semakin tinggi pula cakupan vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendahnya prevalensi gizi kurang. Cakupan D/S tahun 2016 belum mencapai target 85%, yaitu baru mencapai 80,3% pada balita usia 0-59 bulan. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. 73 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

87 Gambar 70 Cakupan Balita dan Baduta Ditimbang Kabupaten Majene Tahun Balita Ditimbang Baduta Ditimbang Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Anak usia dibawah dua tahun atau biasa disebut baduta adalah periode waktu yang cukup penting dalam kehidupan seorang anak karena merupakan periode emas dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Jumlah balita di bawah umur dua tahun (baduta) yang ditimbang di posyandu merupakan reduksi dari data jumlah balita ditimbang di posyandu untuk memberi fokus kepada sasaran prioritas balita di bawah usia dua tahun sesuai dengan tema promosi upaya kesehatan 1000 Hari Pertama Kehidupan. Nilai presentase D/S Baduta sebesar 82,2% lebih tinggi dari D/S Balita sebesar 80,1%. Untuk Baduta diharapkan D/S mencapai 100%. Untuk meningkatkan cakupan D/S kegiatan yang dilaksanakan yaitu Diseminasi D/S lintas sektor pada semua kecamatan yang ada diwilayah kerja Kabupaten Majene, manajemen TPG sebagai upaya peningkatan kualitas petugas (TPG) sebagai pelaksana di lapangan, Refresing kader terutama dalam hal tehnis penyelenggaraan posyandu serta pemahaman tupoksi kader dan menyusun rencana kerja posyandu untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke Posyandu. Cakupan D/S yang belum mencapai target antara lain disebabkan efektifitas kegiatan posyandu dan kegiatan luar gedung puskesmas belum optimal. Puskesmas dengan cakupan D/S rendah adalah Puskesmas Totoli sebesar 56,9% balita dan D/S baduta sebesar 53,1%, sedangkan Puskesmas dengan cakupan D/S tertinggi adalah Puskesmas Lembang sebesar 91,4% dan D/S baduta tertinggi pada Puskesmas Pamboang sebesar 91,8%. 74 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

88 Gambar 71 Cakupan Balita dan Baduta Ditimbang Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Balita Ditimbang Baduta Ditimbang Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Dari seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Majene tak satupun puskesmas yang melakukan penimbangan baduta 100% dan Balita 100%. Penimbangan pada usia baduta lebih tinggi dibanding pada usia Balita.Ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga tidak semua balita sasaran dilakukan penimbangan berat badannya antara lain masih kurangnya kerjasama lintas sektor terutama ditingkat Desa/Kelurahan dalam meningkatkan peran masyarakat terhadap peningkatan kunjungan ke posyandu serta dalam hal peningkatan peran kader dan masyarakat dalam membuat posyandu lebih menarik untuk dikunjungi. d.5. BBLR Bayi yang saat lahir beratnya kurang dari 2500 kilogram termasukbblr. Bayi-bayi ini, memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar. Ketidakpahaman penanganan bayi lahir berberat rendah ini di 4 5 jampertama kelahirannya menjadi penyebabnya. Waktu inilah masa kritis bayi yang menentukan apakah si bayi akan hidup atau meninggal. Hal ini juga disebabkan oleh fasilitas kesehatan serta sarana prasarana yang belum memadai untuk penatalaksanaan bayi berat lahir sangat rendah. 75 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

89 Gambar 72 Jumlah Lahir Hidup dan Bayi BBLR Kabupaten Majene Tahun Jml Lahir Hidup BBLR %BBLR Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Persentase Berat badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2016 adalah sebesar 7,2 %. Persentase ini mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2015 sebesar 6,6 %. BBLR masih merupakan permasalahan di Kabupaten Majene. Dalam upaya memperkecil angka BBLR perlu ditingkatkan pemantauan HB secara rutin pada ibu hamil, Peningkatan kunjungan K1 murni melalui sweeping, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan ibu hamil serta peningkatan pengetahuan ibu mengenai gizi, kesehatan ibu dan anakserta pola asuh anak yang baik melalui sosialisasi dan penyuluhan secara terus menerusoleh tenaga kesehatan terlatih. Meskipun demikian, di Kabupaten Majene seluruh kasus BBLR yang ditemukan telah tertangani dengan baik (100 %), sehingga tidak berdampak buruk bagi kelanjutan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai upaya kelanjutan, perlu kiranya ditingkatkan kewaspadaan pada semua persalinan yang diduga BBLR agar dapat tertangani di fasilitas pelayanan kesehatan terstandar (RS, puskesmas PONED). 76 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

90 Gambar 73 Jumlah Lahir Hidup dan Bayi BBLR Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun B1 TTL BII LMB PBG SI SII TMRD MLD ULMD SLTB Jml Lahir Hidup BBLR %BBLR Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Peningkatan kasus BBLR pada tahun 2016 salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu status gizi ibu hamil. Pada tahun 2016 Jumlah ibu hamil anemia sangat meningkat,. Ibu hamil KEK meningkat serta masih ada pelayanan terhadap ibu hamil di Desa/kelurahan belum melakukan pemeriksaan HB. Diperlukan upaya penanganan lintas sektor dan lintas program dalam menangani masalah status gizi ibu hamil. Puskesmas dengan jumlah BBLR terbanyak yaitu Puskesmas Totoli sebesar 45 kasus atau 9,8% dan terendah Puskesmas Pamboang sebesar 16 kasus atau 3,4%. d.6. Gizi Kurang Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Secara keseluruhan, penimbangan balita (usia 0-59 bulan) pada tahun 2016 di kabupaten Majene dengan jumlah sasaran sebesar anak. Dari jumlah sasaran yang berhasil ditimbang hanya 80,1% atau sebanyak anak dan termasuk kategori BGM sebanyak 149 anak (1,2%). Persentase balita dibawah garis merah (BGM) tahun 2016 meningkat dibandingkan tahun 2015 sebanyak 113 anak(0,9%) yang disebabkan semakin membaiknya pelacakan dan penapisan balita kurang gizi sehingga tercatat dan terlapor dengan baik, serta adanya dukungan dana konfirmasi balita kurang gizi serta peningkatan kasus BBLR. Bila didasarkan dengan SPM, maka terlihat bahwa Balita BGM berada di bawah target 15%, sehingga 77 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

91 dapat diasumsikan sudah terbilang baik karena persentase jauh dibawah 5% Gambar 74 PersentaseBalita BGM Kabupaten Majene Tahun Balita BGM Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Berdasarkan laporan Puskesmas persentase balita BGM tertinggi pada Puskesmas Ulumanda sebanyak 34 anak atau 7,7% dari 440 balita ditimbang dan persentase balita BGM terendah pada Puskesmas Salutambung tidak ditemukan kasus gizi kurang dari 269 balita ditimbang. Gambar 75 JumlahBalita Ditimbang dan BGM Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun ,500 2,000 1,500 1, ,391 1,055 1,003 1,541 2,128 1, , , (2.0) (4.0) Balita Ditimbang BGM Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 78 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

92 Gambar 76 PersentaseBaduta BGM Kabupaten Majene Tahun Baduta BGM Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Tahun 2016 dikabupaten majene terlaporkan jumlah baduta (usia 0-23 bulan) sebanyak anak dengan jumlah ditimbang hanya atau sekitar 82,2%. Dari penimbangan tersebut terjaring sebanyak 149 anak (1,2%) yang memiliki berat Badan dengan kategori BGM. Puskesmas Ulumanda merupakan Puskesmas dengan persentase baduta BGM terbanyak yaitu 34 anak (7,7%). Dari semua balita BGM 75,8% pada usia baduta (0-23 bulan). Anak usia dibawah dua tahun atau biasa disebut baduta adalah periode waktu yang cukup penting dalam kehidupan seorang anak karena merupakan periode emas dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang dialami, lakukan ataupun makan selama 1000 hari pertama akan memberikan konsekuensi yang panjang terhadap kesehatan dimasa depan hari pertama kehidupan merupakan periode kritis tumbuh kembang dan penentu kualitas kesehatan seumur hidup hari pertama seluruh organ penting dan sistem tubuh hampir semuanya telah selesai terbentuk. Untuk mencetak anak Indonesia yang sehat dan cerdas, langkah awal yang paling penting untuk dilakukan adalah pemenuhan gizi pada anak sejak dini, bahkan saat masih di dalam kandungan atau yang dikenal dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) HPK dimulai sejak dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari). Seribu hari pertama kehidupan anak juga tak lepas dari pengaruh kondisi ibu saat hamil. Jika ibu mendapatkan gizi yang cukup, maka janin akan sehat. Sebaliknya bila ibu sakit, fisik janin akan cenderung lemah. Apalagi bila ibu memiliki penyakit diabetes, bayinya memang akan besar namun tidak sehat dan terkadang paru-parunya tidak berkembang dengan baik. Lain 79 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

93 halnya bila ibu mengalami penyakit jantung, maka berat badan bayi akan cenderung kecil dan bisa memengaruhi tumbuh kembangnya kelak. Untuk mengoptimalkan 1000 hari pertama kehidupan anak, ibu harus mulai memerhatikan kesehatan, asupan gizi dan gaya hidup sebelum hamil dan bahkan sebelum hamil, yaitu saat persiapan kehamilan. 1, Gambar 77 Jumlah Baduta Ditimbang dan BGM Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun , (3.0) Baduta Ditimbang BGM Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene d.7. Gizi Buruk Status gizi balita merupakan salah satu indikator cara yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut umur (BB/U). Balita gizi buruk yang mendapat perawatan sudah mencapai target 100% karena semakin membaiknya surveilans gizi aktif. Pada tahun 2016, kasus gizi buruk yang terhimpun berdasarkan laporan surveilans gizi buruk dari Puskesmas berjumlah 13 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya ada penurunan jumlah kasus yang ditemukan dalam lima tahun terakhir. Semua kasus balita gizi telah ditangani di RS dan puskesmas baik rawat inap maupun rawat jalan 80 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

94 Gambar 78 Jumlah Kasus Gizi Buruk Kabupaten Majene Tahun Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Keberhasilan penurunan kasus kejadian gizi buruk tersebut dikarenakan, meningkatnya kerjasama lintas program dan lintas sektor, meningkatnya kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), adanya dukungan dari stakeholder serta adanya dukungan dana dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sehingga kegiatan gizi di semua Puskesmas meningkat. Jumlah kasus gizi buruk terbanyak dari Puskesmas Totoli sebanyak 4 kasus sama seperti tahun sebelumnya Puskesmas Totoli belum mampu menurunkan kasus gizi buruk yang ada. Ada empat puskesmas yang nihil kasus gizi buruknya yaitu Puskesmas Banggae I,Sendana I, Puskesmas Ulumanda dan Salutambung. Meskipun tidak ada kasus tetap harus dilakukan pemantauan terutama pada balita gizi kurang yang berpotensi menjadi gizi buruk. Gambar 79 Jumlah Kasus Gizi Buruk Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Gizi Buruk Gizi Buruk Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 81 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

95 e. Pelayanan Pencegahan & Pengendalian Penyakit Program imunisasi sampai saat ini masih merupakan salah satu program prioritas, terutama dalam upaya penanggulangan Penyakitpenyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). e.1. Imunisasi TT Pada Ibu Hamil dan WUS Keselamatan ibu dan bayi pada proses persalinan sampai dengan pasca persalinan sangat perlu mendapat perhatian. Salah satu masalah yang dihadapi pada tahap tersebut adalah penyakit tetanus pada bayi (Neonatal tetanus). Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan sudah maju, tingkat kematian akibat neonatal tetanus dapat ditekan. Antibodi dari ibu kepada bayinya juga mencegah neonatal tetanus.oleh karena itu salah satu upaya untuk mencegah dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bagi wanita dimulai dari masa anak-anak sampai dengan pada masa kehamilan. Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000). Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000)Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 2000). Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus / tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuskuler atau subkutan yang dalam dengan interval 4 minggu yang dilanjutkan dengan dosis ke tiga pada 6-12 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis TT. Dosis ke empat diberikan 1 tahun setelah dosis ke tiga, dan dosis ke lima diberikan 1 tahun setelah dosis ke empat. T1 T2 4 minggu setelah TT ke 1 (berlaku 3 thn) T3 6 bulan setelah TT ke 2 (berlaku 5 thn) T4 1 tahun setelah TT ke 3 (berlaku 10 thn) T5 1 tahun setelah TT ke 4 (berlaku 25 thn) 82 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

96 Gambar 80 Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Kabupaten Majene Tahun TT2+ Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pada tahun 2016 cakupan imunisasi ibu hamil TT2+ pada ibu hamil sebesar 61,1% atau sebanyak ibu hamil, mengalami penurunan dalam empat tahun terakhir. Terdapat dua Puskesmas yang mencapai angka diatas seratus persen yaitu Puskesmas Sendana II sebesar 105,3% dan Puskesmas Tammerodo sebesar 111,7% dan capaian terendah pada Puskesmas Sendana I sebesar 29,9%. Gambar 81 Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun TT2+ Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Wanita usia subur sebaiknya diimunisasi. Hal ini selain untuk pencegahan penyakit pada sang ibu, juga pencegahan penyakit pada anak yang dilahirkan. Setiap wanita diharapkan sudah mendapat imunisasi Tetanus selama 5 kali sesuai dengan interval yang telah ditentukan. 83 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

97 Pemberian imunisasi dilakukan sejak wanita berusia 19 tahun hingga masa menoupouse (19-39 tahun). Hal itu karena, masa tersebut adalah masa usia perempuan melahirkan. Namun seringkali, perempuan umumnya tidak memiliki catatan imunisasi yang lengkap sejak kecil. Jika belum T5, maka bisa dilengkapi hingga interval T5. jika sudah mencapai T5, ia mendapat perlindungan seumur hidup dari penyakit tetanus. Wanita yang belum pernah di vaksin sejak kecil, hendaknya mendapat vaksin dari awal yaitu dari interval T1 hingga T5. Pemberian imunisasi dilakukan baik itu dalam keadaan hamil atau tidak. Bahkan sebaiknya menurutnya, imunisasi dilakukan sejak sebelum menikah. Saat perempuan akan menikah, umumnya petugas kesehatan akan melakukan screening dengan menanyakan apakah status imunisasinya sudah lengkap atau belum. Jika dinyatakan sudah lengkap, maka ia tidak perlu mendapat imunisasi lagi. Ia menjelaskan, imunisasi Tetanus penting diberikan untuk memberikan perlindungan bagi ibu dan anak dari penyakit tetanus. Ketika ibu disuntik tetanus, anak akan turut terlindungi. Ketika melahirkan, ada bakteri tetanus masuk anaknya sudah terlindungi. Gambar 82 Cakupan Imunisasi TT Pada WUS Kabupaten Majene Tahun TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT WUS Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Program imunisasi TT bagi wanita usia subur di Kabupaten Majene baru pada ibu hamil saja. Untuk wanita usia subur yang tidak hamil tidak dilaksanakan kegiatan imunisasi TT dengan asumsi apabila telah mendapatkan imunisasi TT pada usia 9 tahun atau kelas 3 SD maka akan diberikan lagi setelah 25 tahun kedepan. Capaian TT-1 sebesar 6,3%, TT-2 sebesar 4,5%, TT-3 sebesar 1,8%, TT-4 sebesar 0,6% dan TT-5 sebesar 1,1%. 84 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

98 e.2. Cakupan Imunisasi Bayi Seorang anak dikatakan mendapat imunisasi lengkap bila telah menerima imunisasi Hb-0, BCG, DPT/HB1-2-3, Polio dan Campak. Angka drop out (DO) dinilai dari selisih anak yang mendapat imunisasi DPT/HB1 dan imunisasi Campak sebagai imunisasi terakhir. Angka yang ditolerir pada indikator DO ini adalah < 5 %. Artinya makin tinggi angka DO artinya makin banyak anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap. Kabupaten Majene tahun 2016 Drop Out (DO) DPT-HB (1)-(3) sebesar 14,3%, Drop Out (DO) DPT-HB(1)- Campak sebesar 29,0% dan Drop Out (DO) Polio 1-4 sebesar 13,0% artinya masih banyak bayi di wilayah kerja Kabupaten Majene yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Berdasarkan data dari Puskesmas tahun 2016 capaian imunisasi dasar lengkap sebesar 81,1%, secara umum cakupan imunisasi mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir.salah satu faktor yang mempengaruhi data proyeksi yang terlalu tinggi dibandingkan dengan sasaran riil yang ada. Gambar 83 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Kabupaten Majene Tahun Imunisasi Dasar Lengkap Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Capaian tertinggi imunisasi dasar lengkap di Puskesmas pada Puskesmas Malunda sebesar 91,3% dan capaian terendah pada Puskesmas Banggae II sebesar 67,6%. 85 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

99 Gambar 84 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Imunisasi Dasar Lengkap Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene e.3. Desa / Kelurahan UCI (Universal Child Immunization) UCI Desa merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Desa/Kelurahan UCI adalah Desa/Kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Cakupan UCI Desa tahun 2016Kabupaten Majenesebesar57.3 %, artinya masih berada dibawah target SPM 100%. Capaian UCI Desa/Kelurahan menurun dalam empat tahun terakhir. Salah satu penyebabnya faktor data proyeksi yang tinggi dibandingkan dengan jumlah sasaran riil yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Gambar 85 Cakupan UCI Desa/Kel Kabupaten Majene Tahun Desa UCI Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 86 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

100 Dari 11 Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Majene hanya Puskesmas Banggae I yang mencapai target SPM, ada 10 Puskesmas yang tidak mencapai target UCI desa. Capaian terendah pada Puskesmas Banggae II dan Puskesmas Ulumanda sebesar 20%. Faktor sasaran proyeksi terlalu tinggi dan kondisi geografis wilayah kerja yang merupakan daerah yang sulit dijangkau menjadi penyebab rendahnya capaian Desa/Kelurahan UCI pada kedua Puskesmas tersebut. Pencapaian UCI Desa merupakan salah satu Indikator Penting pencapaian Indonesia Sehat dan salah satu target penting dalam pencapaian MDGs. Gambar 86 Cakupan UCI Desa/Kel Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Jml Desa Jml Desa UCI % Desa UCI Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 2. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PENGEMBANGAN Upaya kesehatan masyarakat pengembangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. a. Pelayanan Kesehatan Usila Pelayanan kesehatan rutin bagi usila (usia 60 tahun) sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut merupakan masa rawan timbulnya masalah kesehatan. Selain fungsi saraf pusat sensorik, motorik dan kognitif, resiko terjadinya gangguan kardiovaskuler juga mulai meningkat. Pelayanan kesehatan tersebut dapat diberikan di sarana kesehatan terdekat seperti Puskesmas, Pustu, Poskesdes atau diposyandu lansia. 87 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

101 Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan kesehatan sesuaistandar yang ada pada pedoman usia lanjut (60 tahun ke atas) di fasilitas pelayanan kesehatan pada satu wilayah kerja dan kurun waktu tertentu. Pelayanan kesehatan usila tahun 2016 sebesar 84,8 %. Dari data pencapaian ini dapat diketahui bahwa pencapaian pelayanan kesehatan lansia telah mencapai target kabupaten sebesar 75%. Peningkatankegiatan yang terkait kesehatan usia lanjut seperti kegiatan posyandu lansiaatau juga kegiatan Posbindu untuk usia lanjut. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia lanjut di Kabupaten Majene Gambar 87 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Kabupaten Majene Tahun Pelayanan Kesehatan Usila Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Berdasarkan laporan puskesmas ada empat puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Majene pencapaiannya diatas 100% yaitu Puskesmas Lembang, Puskesmas Sendana II, Puskesmas Sendana II dan Puskesmas Ulumanda. Perlu perbaikan pencatatan dan pelaporan pada keempat Puskesmas ini sehingga tidak terjadi kegiatan pencatatan yang berulang. Puskesmas dengan cakupan terendah pada Puskesmas Totoli sebesar 10,2%. Ini penting mendapatkan perhatian dari pengelola usila tingkat kabupaten. Keberadaan para lanjut usia tidak dapat diabaikan, karena dengan meningkatnya kualitas hidup para lanjut usia maka beban ketergantungan dan beban biaya kesehatan yang ditimbulkannya akan makin berkurang. 88 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

102 Gambar 88 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Pelayanan Kesehatan Usila Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene b. Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah.rasio Tambal Cabut Gigi tetap Bila tumpatan (tambalan) gigi tetap semakin banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif sebelum gigi tetap rusak dan dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien. Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 89 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Kabupaten Majene Tahun 2016 Rasio Rasio Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 89 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

103 Pada tahun 2016 rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap di Kabupaten Majene adalah 0,2 turun dibanding tahun 2015 sebesar 0,6%. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat yang melakukan pencabutan gigi tetap lebih banyak daripada yang melakukan penambalan gigi tetap. Rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tertinggi di Puskesmas Banggae II. Ini menunjukkan bahwa masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Banggae II paling banyak melakukan penambalan gigi tetap dibanding pencabutana gigi tetap. Ada dua Puskesmas yang tidak melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yaitu Puskesmas Sendana II dan Puskesmas Tammerodo karena kendala tidak ada petugas. Gambar 90 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Rasio Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene - Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat adalah Pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan hygiene sanitasi perorangan. Selain melakukan pemeriksaan, juga dilakukan penyuluhan kepada siswa agar dapat belajar menjaga kebersihan dan kesehatan. Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat diharapkan dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak 90 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

104 tertular menjadi sakit. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat tahun 2016 masih sama dengan tahun 2015 yaitu mencapai 100 %. Angka ini telah mencapai target SPM bidang Kesehatan Kabupaten Majene sebesar 100% dan telah dicapai dalam empat tahun terakhir. - Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah suatu komponen dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang merupakan suatu paket pelayanan asuhan sistemik yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dalam bentuk pelayanan promotif, promotif-preventif hingga pelayanan paripurna Gambar 91 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada SD & Setingkat Kabupaten Majene Tahun Murid SD/MI Diperiksa Murid SD/MI Mendapat Perawatan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat dikabupaten Majene belum optimal dilaksanakan pada tahun 2016 persentase murid yang diperiksa sebesar 53,5% dan yang mendapat perawatan hanya 20% dari jumlah yang seharusnya dirawat. Salah satu yang menjadi kendala yaitu kurangnya tenaga kesehatan gigi di Puskesmas dan siswa yang diberi rujukan untuk perawatan gigi di Puskesmas tidak semuanya datang ke Puskesmas. 91 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

105 Gambar 92 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada SD & Setingkat Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Murid diperiksa Murid Mendapat Perawatan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Kegiatan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) belum berjalan optimal,terutama di beberapa puskesmas. Hal ini bisa dilihat dari jumlah seluruh siswa SD / MI yang mendapatkan pemeriksaan di Puskesmas Sendana II sebesar 28,2%, Puskesmas Sendana I sebesar 7,3% dan Puskesmas Tammerodo tidak melakukan pemeriksaan. Dari jumlah siswa yang perlu mendapatkan perawatan di Puskesmas Banggae I dan Puskesmas Pamboang tidak ada yang mendapat perawatan. Hal ini disebabkan siswa yang diberi rujukan untuk perawatan gigi di Puskesmas tidak melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Perlu peningkatan pengetahuan kepada masyarakat terutama pada siswa SD tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta peningkatan jumlah tenaga kesehatan gigi di Puskesmas agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat berjalan optimal. c. Pelayanan Kesehatan Jiwa Pelayanan gangguan jiwa merupakan pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Tahun 2016 cakupan pelayanan kesehatan jiwa Kabupaten Majene di Puskesmas tercatat kunjungan gangguan jiwa dengan uraian laki-laki sebesar kunjungan dan perempuan sebesar kunjungan. Kunjungan jiwa terbanyak di Puskesmas Puskesmas Sendana II sebesar 602 Kunjungan. Upaya kesehatan jiwa masih perlu sosialisasi lebih, dimana persepsi keluarga/masyarakat bahwa penyakit gangguan jiwa merupakan aib keluarga dan tidak 92 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

106 membawa/keterlambatan membawa orang gangguan jiwa ke fasilitas kesehatan. Upaya yang telah dilakukan adalah pelatihan pelayanan kesehatan jiwa bagi tenaga kesehatan. B. UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN / UKP Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari pemerintah. 1. Pelayanan Rawat Jalan Cakupan rawat jalan merupakan cakupan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan di sarana kesehatan pemerintah dan swasta di kabupaten Majene tahun 2016 mencapai kunjungan atau 89,2%. Cakupan yang diharapkan untuk rawat jalan sebesar 15%. Tingginya pencapaian ini menunjukan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan di sarana pelayanan kesehatan masih belum akurat, pemahaman petugas tentang defenisi operasional kunjungan baru dan kunjungan lama yang belum benar Gambar 93 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Kabupaten Majene Tahun Rawat Jalan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Pada tahun 2016 masyarakat yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan tertinggi di Puskesmas Salutambung sebesar 198,8% dan cakupan terendah sebesar 31,3%. Perlu pembinaan tentang pencatatan dan pelaporan kunjungan khususnya di Puskesmas Salutambung dan Puskesmas Malunda. Pencatatan kunjungan baru 93 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

107 seharusnya seorang yang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan dalam satu tahun dihitung kali meskipun telah datang berkali-kali dalam satu tahun. Gambar 94 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Rawat Jalan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 2. Pelayanan Gawat Darurat Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat meliputi Rumah Sakit Umum baik milik pemerintah maupun swasta, Puskesmas dan Balai Pengobatan. Kemampuan GADAR menurut Definisi Operasional Standar Pelayanan Minimal adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan resusitas jantung paru otak (Cardio- Pulmonary-Cerebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) dan Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majenesudah memiliki kemampuan melakukan Pelayanan Gawat Darurat Level Rawat Inap Cakupan rawat inap merupakan cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dari 10 Puskesmas yang melaksanakan pelayanan rawat inap di Kabupaten majene, terdapat3.664 kunjungan atau cakupan 2,3%. Kunjungan rawat Inap di Kabupaten Majene sangat meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Cakupan yang diharapkan untuk kunjungan rawat inap sebesar 1,5%. 94 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

108 Sejak dilaksanakannya program jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 januari tahun 2014 semua Puskesmas di Kabupaten Majene diharapkankan melaksanakan pelayanan rawat inap karena adanya 144 diagnosa penyakit yang harus ditangani di Puskesmas terutama bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional Gambar 95 Cakupan Kunjungan Rawat Inap Kabupaten Majene Tahun Rawat Inap Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Masyarakat yang paling banyak memanfaatkan pelayanan rawat inap tertinggi pada Puskesmas Sendana II sebesar 962 kunjungan atau cakupan 11,0% dan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan rawat inap terendah pada Puskesmas Banggae II sebesar 73 kunjungan atau cakupan 0,6%. Hanya Puskesmas Totoli yang tidak melaksanakan pelayanan rawat inap pada tahun 2016.Karena faktor jarak ke RSUD Majene lebih dekat masyarakat diwilayah perkotaan masih rendah menggunakan faslitas pelayanan rawat inap. Gambar 96 Cakupan Kunjungan Rawat Inap Menurut Puskesmas Kabupaten Majene Tahun Rawat Inap Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 95 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

109 C. INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT a. GDR GDR adalah angka kematian umum setiap penderita keluar rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per pasien keluar. Angka GDR di Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 41,9 kematian per pasien. Angka GDR di Kabupaten Majene tahun 2016 meningkat dibandingkan angka GDR dua tahun sebelumnya. Angka GDR di Kabupaten Majene tahun 2016 masih berada pada angka ideal. Gambar 97 Capaian GDR Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun GDR Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene b. NDR NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat 48 jam per pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal < 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Capaian NDR Rumah Sakit Umum Daerah Majene Tahun 2016 sebesar 16,0. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per pasien keluar. Capaian NDR Rumah Sakit Umum Daerah Majene sejak tahun 2011 sampai 2016 telah mencapai angka ideal yaitu < 25 per pasien keluar. Gambar Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

110 Capaian NDR Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun NDR Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene c. BOR BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RS. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60 sampai dengan 80. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Tahun 2016 Angka BOR di Rumah Sakit Umum Daerah Majene sebesar 94,8% berada diatas angka ideal tertinggi perlu pengembangan di Rumah Sakit Umum Daerah Majene atau penambahan tempat tidur Gambar 99 Capaian BOR Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun BOR Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 97 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

111 d. LOS LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Angka LOS di Kabupaten Majene sebesar 3,9 hari dan belum mencapai angka ideal karena masih dibawah 6-9 hari. Capaian LOS Rumah Sakit Umum Daerah Majene selama tujuh tahun terakhir belum mencapai angka ideal Gambar 100 Capaian LOS Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun LOS Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene e. TOI TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antara pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong pada kisaran 1-3 hari. Capaian TOI di Rumah Sakit Umum Majene Tahun 2016 sebesar 0,3 telah mencapai angka ideal. Capaian TOI Rumah Sakit Umum Daerah Majene tahun 2016 tidak mencapai angka ideal seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan rawat inap dan BOR di Rumah Sakit 98 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

112 Gambar 101 Capaian TOI Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene Tahun TOI Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene D. JPKM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat mulai tahun 2014 dilaksanakanmelalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang dikelola oleh BPJS (Badan Pengelola Jaminan Sosial) Kesehatan. Kepesertaan BPJS Kesehatan ini meliputi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun non PBI. Penerima Bantuan Iuran (PBI) terdiri atas peserta Jamkesmas (sumber dana dari APBN) dan sebagian peserta Jamkesda (sumber dana dari APBD Kabupaten). Sejak diluncurkannya Program JKN, jumlah kepesertaan BPJS Kesehatan PBI dan non PBI (mandiri) semakin meningkat. Hal ini sebanding dengan juga meningkatnya cakupan kunjungan ke fasilitas kesehatan yang melayani BPJS. Jumlah peserta PBI yang preminya dibiayai APBN sebanyak jiwa, sedangkan yang preminya dibiayai APBD Kabupaten sebanyak jiwa Gambar 102 Cakupan Kepesertaan JKN Kabupaten Majene Tahun JKN Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 99 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

113 Peserta jaminan kesehatanterdiri dari Jaminan kesehatan Nasional, sebanyak 67,6%. Telah memenuhi target RPJMD Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 65%. Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN adalah peserta JKN yang di biayaidari APBN dan pengelolanya oleh BPJS kesehatan sebanyak jiwa atau 42,9 %. Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBD adalah program JaminanKesehatan yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah dengan maksudmembantu masyarakat miskin yang digunakan berobat ke fasilitaskesehatan pemerintah tanpa dipungut biaya sebanyak jiwaatau 6,2%.Pekerja penerima upah (PPU) sebanyak jiwa atau 16,4% serta peserta mandiri sebanyak jiwa atau 2,0% Gambar 103 Jumlah dan Persentase Peserta JKN Kabupaten Majene Tahun PBI APBN PBI APBD PPU PBPU/Mandiri Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

114 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukungdalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dengandukungan dari sumber daya kesehatan yang berkualitas diharapkanmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat. A. SARANA KESEHATAN Kegiatan pembangunan atau peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan. Selain itu juga untuk peningkatan keterjangkauan dan akses masyarakat terhadap sarana pelayanan yang berkualitas. Pelaksanaan kegiatan ini harus memperhatikan jumlah penduduk, kondisi geografis daerah seperti luas wilayah jangkauan puskesmas, pustu dan polindes, serta besarnya anggaran yang disediakan untuk pembangunan fisik kesehatan. 1. Rumah Sakit Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan rehabilitatif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Rumah sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah atau swasta. Berdasarkan bentuknya, Rumah Sakit dibedakan menjadi Rumah Sakit menetap, Rumah sakit bergerak dan Rumah sakit lapangan. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Pada tahun 2016 Kabupaten Majene tetap memiliki 1 unit Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah setempat dengan klasifikasi Tipe C telah terakreditasi pratama, yang merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan pada masyarakat selain Puskesmas yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah Sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan khususnya di Kabupaten Majene, bahkan seringkali memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari Kabupaten terdekat lainnya 101 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

115 2. Puskesmas & Jaringannya Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat Kecamatan. Sampai dengan Tahun 2016, jumlah Puskesmas di Kabupaten Majene berjumlah 11 unit yang terdiri dari 9 Puskesmas perawatan(puskemas Banggae I,Puskesmas Banggae II, Puskesmas Lembang, Puskesmas Pamboang, Puskesmas Sendana I, Puskesmas Sendana II, Puskesmas Tammerodo, Puskesmas Malunda, Puskesmas Ulumanda) dan 2 Puskesmas non perawatan (Puskesmas Totoli dan Puskesmas Salutambung) yang tersebar di 8 Kecamatan. Rasio Puskesmas terhadap penduduk sebesar 5 per penduduk, artinya setiap penduduk dilayani oleh 5 Puskesmas atau 1 Puskesmas melayani penduduk. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas di Kabupaten Majene sudah memenuhi dari target nasional (1 Puskesmas rata-rata melayani penduduk). Dari 11 Puskesmas yang ada di Kabupaten Majene 1 Puskesmas telah terakreditasi madya yaitu Puskesmas Pamboang sesuai dengan target kinerja RPJMD Kabupaten Majene Tahun 2016 Puskesmas terakreditasi sebanyak 1 Puskesmas. Tabel 8 Jumlah Pustu dan Poskesdes Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS JML PUSTU JML POSKESDES 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 0 4 JUMLAH Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 102 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

116 Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Jumlah puskesmas pembantu di tahun 2016 sebanyak 34 unit dengan kondisi baik 29 unit, rusak ringan 3 unit dan rusak berat 2 unit. Jumlah Poskesdes pada tahun 2016 sebanyak 66 unit. 3. Sarana Farmasi Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana kesehatan adalah tersedianya sarana farmasi. Sampai Tahun 2016 di Kabupaten Majene terdapat 12 apotek, 3 toko obat dan 1 UPTD Gudang Farmasi Kabupaten. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 67. B. TENAGA KESEHATAN Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggungjawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan diperlukan untuk mengetahui ketersediaan dan kekurangan tenaga kesehatan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, pusat kesehatan masyarakat ( Puskesmas ) sebagai salah satu jenis pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya sub sistem upaya kesehatan. Sumber daya manusia di Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga penunjang ( non tenaga kesehatan ). Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja dan pembagian waktu kerja. Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas kesehatan di masyarakat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 103 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

117 1. Tenaga Medis Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Majene hingga akhir tahun 2016 hanya 4 orang yang terdiri dari spesialis anak, Spesialis Kandungan, Spesialis Interna dan spesialis bedah. Sedangkan dokter umum sebanyak 14 orang (9 orang Puskesmas dan 5 orang di RSUD) dengan rasio 8,7 per penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio berdasarkan kepmenkes 1202 tahun 2003 yaitu 40 per penduduk, maka kabupaten majene masih sangat kekurangan dokter umum dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Jumlah dokter gigi 10 orang (6 orang di Puskesmas dan 4 Orang di RSUD Majene) dengan rasio 6,2 per penduduk. Sedangkan rasio menurut Kepmenkes 1202 tahun 2003 adalah 11 per penduduk, sehingga dapat berarti di Kabupaten Majene juga masih kekurangan tenaga dokter gigi. Tabel 9 Jumlah Tenaga Dokter Umum & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 0 1 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter umum yang bertugas di puskesmas 9 orang, belum memenuhi kebutuhan tenaga dokter umum belum merata dikarenakan ada 5 Puskesmas yang tidak memiliki dokter umum. Dokter umum yang ada di puskesmas yang tersebut adalah kepala puskesmas/pejabat struktural. Jumlah dokter gigi yang bertugas di puskesmas pada tahun 2016 sebanyak 6 orang. Berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014 Jumlah tenaga dokter umum di Puskesmas sangat kurang. Hanya tiga Puskesmas yang memenuhi kebutuhan jumlah tenaga dokter yaitu Puskesmas Banggae I, Puskesmas Lembang dan Puskesmas Pamboang. 104 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

118 Tabel 10 Jumlah Tenaga Dokter Gigi & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 1 1 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Tenaga dokter gigi hanya dapat terdistribusi pada 6 Puskesmas. Terdapat 5 puskesmas yang tidak memiliki dokter gigi. Sedangkan berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014 jumlah tenaga dokter gigi yang dibutuhkan satu orang per Puskesmas kategori perkotaan, pedesaan, terpencil dan sangat terpencil serta rawat inap atau non rawat inap.untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis di Puskesmas di Kabupaten Majene pihak puskesmas melakukan kontrak tenaga medis yang diperpanjang setiap 3 bulan dengan sistem penggajian menggunakan dana kapitasi JKN. 2. Tenaga Bidan & Perawat Jumlah perawat PNS yang ada pada tahun 2016 sebanyak 205 orang (129 orang di Puskesmas jaringannya dan 76 orang di RSUD Majene) dengan rasio 127,2 per penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio menurut Kepmenkes 1202 tahun 2003, rasio perawat diharapkan 117 per penduduk, berarti tenaga perawat di Kabupaten Majene sudah telah melampaui bahkan di atas target. jumlah tenaga perawat di Puskesmas dan jaringannya sebanyak 129 orang PNS dan 93 orang perawat kontrak daerah.jumlah tenaga perawat yang ada di Puskesmas berdasarkan permenkes 75 tahun 2014 rata-rata sudah memenuhi standar hanya ada empat Puskesmas yang tidak memenuhi yaitu Puskesmas Sendana II, Puskesmas Malunda, Puskesmas Ulumanda dan Puskesmas Salutambung. 105 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

119 Tabel 11 Jumlah Tenaga Perawat & Kebutuhan di Puskesmas Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 4 5 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Jumlah bidan PNS dan PTT pada tahun 2016 sebanyak 166(146 orang di Puskesmas jaringannya dan 20 orang di RSUD Majene) dengan rasio 201,2 per penduduk,telah melampaui jumlah rasio bidan yang diharapkan mencapai 100 per penduduk. Jumlah tenaga bidan yang tersebar di seluruh puskesmas pada tahun 2016 sebanyak 146 orang PNS/PTT dan 93 orang bidan kontrak daerah. Jumlah tenaga Bidan PNS/PTT yang ada di Puskesmas berdasarkan permenkes 75 tahun 2014 rata-rata tidak memenuhi standar hanya ada tiga Puskesmas yang memenuhi standar yaitu Puskesmas Totoli, Puskesmas Lembang dan Puskesmas Salutambung. Tabel 12 Jumlah Tenaga Bidan & Kebutuhan di Puskesmas Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 4 4 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 106 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

120 Meskipun tenaga bidan dan perawat terbilang telah mencukupi namun distribusi di tiap puskesmas sangat tidak merata. Ada puskesmas yang memiliki tenaga berlebih dan ada pula yang sangat kekurangan terutama di daerah yang terpencil. 3. Tenaga Kefarmasian Tenaga Kefarmasian sebanyak 17 orang (9 orang Puskesmas, 6 orang RSUD Majene dan 2 orang UPTD Farmasi) dengan rasio 10,6 per penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio menurut Kepmenkes 1202 tahun 2003, rasio tenaga kefarmasian diharapkan 10 per penduduk, berarti tenaga kefarmasian di Kabupaten Majene sudah mencukupi bahkan di atas target. Tenaga Kefarmasian terdiri dari tenaga teknis kefarmasian (sarjana farmasi,analis farmasi dan asisten apoteker). Tabel 13 Jumlah Tenaga Kefarmasian & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 1 1 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Jumlah tenaga kefarmasian di puskesmas tahun 2016 (terdiri dari apoteker, sarjana farmasi dan asisten apoteker) di seluruh puskesmas sebanyak 9 orang, ada 2 puskesmas yang tidak memiliki tenaga kefarmasian yaitu Puskesmas Malunda dan Puskesmas Ulumanda. Berdasarkan permenkes 75 tahun 2014 ada lima Puskesmas yang tidak memenuhi standar tenaga kefarmasian yaitu Puskesmas Banggae I, Puskesmas Banggae II, Puskesmas Lembang, Puskesmas Malunda dan Puskesmas Ulumanda. Distribusi tenaga kefarmasian di puskesmas sudah terdistribusi baik karena jumlah yang kurang masih ada puskesmas yang tidak memiliki tenaga kefarmasian. 107 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

121 4. Tenaga Gizi Tenaga Gizi pada tahun 2016 sebanyak 11 orang ( 9 orang di Puskesmas dan 2 Orang RSUD Majene) dengan rasio 6,8 per penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio menurut Kepmenkes 1202 tahun 2003, rasio tenaga gizi diharapkan 22 per penduduk, maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Majene masih sangat kekurangan tenaga gizi. Dimana diharapkan dengan adanya tenaga gizi yang mencukupi dan melaksanakantugasnya secara profesional dapat meningkatkan status gizi masyarakat yang lebih baik lagi, khususnya dalam penanganan masalah gizi buruk pada masyarakat. Tabel 14 Jumlah Tenaga Gizi & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 1 1 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Jumlah Tenaga Gizi yang bertugas di puskesmas hanya 9 orang PNS dan 2 orang Kontrak daerah. Terdapat 2 puskesmas tidak memiliki seorang tenaga gizi PNS yaitu puskesmas Tammerodo dan Puskesmas Ulumanda. Tenaga Gizi kontrak daerah ditempatkan di Puskesmas Malunda dan Puskesmas Ulumanda. Jumlah tenaga Gizi PNS yang ada di Puskesmas berdasarkan permenkes 75 tahun 2014 rata-rata tidak memenuhi standar hanya ada Dua Puskesmas yang memenuhi standar yaitu Puskesmas Totoli dan Puskesmas Salutambung. 108 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

122 5. Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga Kesehatan Masyarakat sebanyak 14 orang (7 orang Puskesmas dan 7 orang RSUD Majene) dengan rasio 8,7 per penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio menurut Kepmenkes 1202 tahun 2003, rasio tenaga kesehatan masyarakat diharapkan 40 per penduduk, maka Kabupaten Majene juga masih sangat kekurangan tenaga kesehatan masyarakat. Secara khusus, tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari beberapa tenaga fungsional diantaranya administrasi kesehatan, epidemiolog, gizi, sanitarian dan promosi kesehatan masyarakat. Tabel 15 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 1 1 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat yang ada puskesmas untuk tahun 2016 sebanyak 7 orang. Terdapat 6 Puskesmas yang tidak memiliki tenaga kesehatan masyarakat yaitu Puskesmas Banggae I,Puskesmas Banggae II, Puskesmas Sendana I, Puskesmas Tammerodo, Puskesmas Malunda dan Puskesmas Ulumanda. sedangkan ada 2 puskesmas yang memiliki 2 tenaga kesehatan masyarakat. Berdasarkan Permenkes 75 tahun 2014 masih ada 7 Puskesmas yang tidak memenuhi standar kebutuhan tenaga kesehatan masyarakat. 109 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

123 Tabel 16 Jumlah Tenaga Kesehatan Lingkungan & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 1 1 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Tenaga Sanitasi sebanyak 12 orang (12 orang Puskesmas) dengan rasio 7,4 per penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio menurut Kepmenkes 1202 tahun 2003, rasio tenaga sanitasi diharapkan 40 per penduduk, berarti tenaga sanitasi masih kurang. Berdasarkan disiplin ilmunya, tenaga sanitasi diharapkan dapat bekerja secara profesional dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan. Jumlah Tenaga Sanitasi yang bertugas di puskesmas adalah sebanyak 12 orang, tetapi tidak semua Puskesmas memiliki tenaga sanitasi disebabkan distribusi tenaga yang kurang efektif. Terbukti bahwa terdapat 1 Puskesmas yang sama sekali tidak memiliki tenaga sanitasi yaitu Puskesmas Sendana I dan terdapat pula 2 Puskesmas yang memiliki tenaga sanitasi yang berlebih yaitu Puskesmas Totoli dan Puskesmas Banggae II sedangkan berdasarkan permenkes 75 tahun 2014 dibutuhkan petugas kesehatan lingkungan satu per puskesmas. 6. Tenaga Teknisi Medis & Fisioterapis Tenaga Teknisi Medis pada tahun 2016 sebanyak 18 orang (7 orang Puskesmas dan 11 orang RSUD Majene) dengan rasio 11,2 per penduduk. Sedangkan tenaga Fisioterapis yang ada hingga akhir tahun 2016 hanya sebanyak 5 orang (4 orang Puskesmas dan 1 orang RSUD Majene) dengan rasio 3,1 per penduduk. 110 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

124 Tabel 17 Jumlah Tenaga Ahli teknologi Laboratorium Medik & Kebutuhan Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 Kabupaten Majene Tahun 2016 NO PUSKESMAS YANG ADA DIBUTUHKAN 1 BANGGAE I TOTOLI BANGGAE II LEMBANG PAMBOANG SENDANA I SENDANA II TAMMERODO MALUNDA ULUMANDA SALUTAMBUNG 0 1 Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene Khusus untuk tenaga teknisi medis dan fisioterapis di Kabupaten Majene hingga akhir tahun 2016 masih termasuk minim. Teknisi medis yang ada di puskesmas sebanyak 7 terdiri dari tenaga analis laboratorium sebanyak 5 orang dan teknisi gigi sebanyak 2 orang, berarti masih banyak Puskesmas yang tidak memiliki tenaga analis laboratorium dan teknisi gigi. Sedangkan kebutuhan analis laboratorium berdasarkan permenkes 75 tahun 2014 yaitu satu orang per puskesmas. Untuk tenaga fisioterapis yang tercatat sebanyak 4 orang. Terdapat 7 puskesmas yang tidak memiliki tenaga fisoterapis. 7. Tenaga Penunjang / Pendukung Kesehatan Tenaga penunjang/pendukung kesehatan terdiri dari pejabat struktural, staf penunjang administrasi,staf penunjang teknologi, staf penunjang perencanaan, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, juru dan tenaga penunjang kesehatan lainnya.. Tenaga penunjang/pendukung kesehatan yang ada di Kabupaten Majene tahun 2016 sebanyak 175 orang (67 orang Puskesmas Pamboang, 51 orang RSUD Majene, UPTD Farmasi 10 orang dan 47 orang Dinas kesehatan) terdiri dari pejabat struktural sebanyak 45 orang, staf penunjang administrasi sebanyak 62 orang, Penunjang perencanaan 1 orang, juru sebanyak 38 orang dan tenaga penunjang kesehatan lainnya sebanyak 29 orang. Jumlah Tenaga penunjang/pendukung kesehatan yang ada puskesmas untuk tahun 2016 sebanyak 67 orang terdiri dari pejabat struktural sebanyak 10 orang, staf penunjang administrasi sebanyak 22 orang, Juru sebanyak 31 orang dan tenaga penunjang/pendukung kesehatan sebanyak 4 orang. 111 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

125 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Pada tahun 2009 pemerintah telah mengeluarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang dalam salah satu pasal untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan, dimana seluruh Kabupaten/kota dan Provinsi harus mengalokasikan 10% anggaran untuk kesehatan dari Total APBD I/II diluar biaya gaji. Pembiayaan program dan kegiatan kesehatan di Kabupaten Majene diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dana APBD Kabupaten dan APBN yang meliputi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Persentase anggaran pembangunan kesehatan di Kabupaten Majene Tahun 2016 (untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Majene dan RSUD majene) terbesar berasal dari APBD Kabupaten Majene sebesar 72,9% senilai Rp ,- dan APBN sebesar 27,1% senilai Rp ,- dengan anggaran kesehatan per kapita sebesar Rp ,- Persentase anggaran di bidang kesehatan dari total APBD Kabupaten Majene sebesar 13,7%. Ini berarti di Kabupaten Majene sudah memenuhi amanat undangundang No.36 tahun 2009 dan memenuhi target kinerja RPJMD Kabupaten Majene tahun 2016 sebesar 9,5%. Gambar 104 Persentase Alokasi Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Dana Lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Majene Tahun APBD APBN PHLN Anggaran Kesehatan Sumber: Data Profil Kesehatan Tahun 2016 Kab. Majene 112 Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE TAHUN 2015 Jl. R.A. Kartini No. 7 Kabupaten Majene, Sulawesi Barat Tlp/Fax : 0422-21060 email : dinkes.majene@gmail.com Website : dinkes.majenekab.go.id KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0 RESUME PROFIL KESEHATAN 0 TAHUN 0 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 148,640 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1034 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 RESUME PROFIL INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 71.681 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 6113 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 6.648.190 6.678.117

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42 Desa/Kel

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 3.538 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 135 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 128.162

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT TAHUN 2015 NO INDIKATOR

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN

JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH DESA/KELURAHAN DAN KECAMATAN PER KAB/KOTA DI PROV. SULUT TAHUN 2016 270 202 167 153 177 131 144 109 93 81 80 87 69 44 33 15 25 15 19 17 10 6 10 12 6 5 12 8 5 4 JMH DESA/KELURAHAN JMH KECAMATAN JUMLAH

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN Jl. M. Natsir Simpang Ampek telp/fax (0753) 7464101 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-nya, telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK Assalammu alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan karunianya maka buku Profil Dinas Kesehatan Kota Depok

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI JL. PANDANARAN 156 BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya,

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 dapat diterbitkan untuk merespon

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

Petunjuk Teknis. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2013 KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA 2013 (edisi revisi 2014) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 200 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 63 Desa/Kel Tabel

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi NTB

Profil Kesehatan Provinsi NTB Profil Kesehatan Provinsi NTB January 1 2013 [Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABALONG

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABALONG 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TABALONG Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong (RHN) PETA WILAYAH KABUPATEN TABALONG ii TIM PENYUSUN Pembina Arianto, S.IP, Si Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN

DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN Jl. Ir. Juanda No.66 PASURUAN P h o n e : 0343-423453 - F a x : 0 3 4 3-422563 E m a i l : k o t a p a s u r u a n @ d i n k e s j a t i m. g o. i d Bukuiniditerbitkanoleh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN Jalan Ahmad Yani No. 100 Selong Telp. (0376) 2921033, Fax. (0376) 2922926, Kode Pos 83612 Email: dinkeskablotim@gmail.com

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2015 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat Profil Kesehatan Kabupaten BatangTahun 2015 i KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos Telp/Fax (0536) /

DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos Telp/Fax (0536) / Profil Kesehatan 2016 Provinsi Kalimantan Tengah DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos 73111 Telp/Fax (0536) 32288825 / E-mail : dkd_kalteng@yahoo.co.id

Lebih terperinci