BAB II TINJAUAN PUSTAKA. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes RI, 2014). Menurut Departemen Kesehatan RI, puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas diarahkan kedalam bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care service) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health services) Tujuan Puskesmas Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang : memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Permenkes RI, 2014) 12

2 Fungsi Puskesmas Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas juga memiliki wewenang dalam melaksanakan fungsinya yaitu : a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan; c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait; e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas; g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit (Permenkes RI, 2014)

3 Visi dan Misi Puskesmas 1. Visi Puskesmas Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah pembangunan kesehatan yang sesuai dengan paradigma sehat, pertanggung jawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, tekhnologi tepat guna, keterpaduan dan kesinambungan. 2. Misi Puskesmas Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan puskesmas adalah mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah : 1) Mendorong semua pemangku kepentigan untuk berkomiten dalam upaya mencegah dan mengurangi faktor resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2) Menggerakkan dan bertanggung awab terhadap pembangunan di wilayah kerjanya. 3) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan. 5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan tekhnologi yang tepat guna sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan (Permenkes RI, 2014).

4 Tugas Puskesmas Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. 2.2 Malaria Malaria adalah penyakit yang ada sejak zaman Yunani. Istilah malaria diambil dari bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) sehingga dapat diartikan sebagai udara buruk (bad air) karena penyakit malaria banyak ditemukan di daerah rawa yang berbau busuk, penyakit malaria disebut juga dengan demam kura (Sorontou, 2013). Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa genus plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk spesies anopheles. Penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin. Golongan yang berisiko tertular malaria antara lain: ibu hamil, pelancong yang tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi dan pekerja yang berpindah ke daerah endemis malaria (Irianto, 2009) Faktor Host (Pejamu) Secara alami, penduduk di daerah endemis malaria ada yang mudah dan yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Wabah penyakit ini sering terjadi di daerah pemukiman baru, seperti di

5 16 daerah perkebunan dan transmigrasi, karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008). Manusia ada yang rentan (susceptible) tertular malaria namun ada pula yang lebih kebal dan tidak mudah ditulari malaria. Berbagai bangsa atau ras mempunyai kerentanan yang berbeda. Pada umumnya, pendatang baru ke daerah endemi, lebih rentan terhadap malaria daripada penduduk aslinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi host (pejamu manusia) adalah usia, jenis kelamin, sosial ekonomi, status, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, hereditas (keturunan), status gizi, dan tingkat imunitas (Sorontou, 2013) Faktor Agent (Penyebab) Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk anopheles betina. Spesies anopheles di seluruh dunia terdapat sekitar species dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies anopheles di Indonesia ada sekitar 80 jenis dan 24 spesies di antaranya telah terbukti penular penyakit malaria (Prabowo, 2008). Nyamuk anopheles hidup terutama di daerah beriklim tropik dan subtropik, namun biasa juga hidup di daerah yang beriklim. Nyamuk ini jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari mdpl. Sebagian besar ditemukan di dataran rendah. Tempat perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai, pedalaman dan kaki gunung. Nyamuk betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya 2-3 km dari tempat perindukannya (Sorontou, 2013).

6 Faktor Environment (Lingkungan) Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Keberadaan danau air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria (Prabowo, 2008) Penyebab Penyakit Malaria Penyebab penyakit malaria di Indonesia ada 4 jenis yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan Plasmodium falcifarum. Gejala dan intensitas serangan ke-4 plasmodium tersebut pada garis besarnya sama, namun setiap plasmodium tersebut memberikan karakteristik tersendiri dalam intensitas dan frekuensi serangan (Harijanto dkk, 2010). 1. Plasmodium vivax (P.vivax) Jenis malaria ini tersebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan merupakan jenis malaria terbanyak. Jenis ini memberikan infeksi setiap 3 hari sekali, sehingga sering dikenal dengan istilah malaria tertiana. Masa inkubasi malaria tertiana berkisar antara hari. Serangan pertama diawali dengan sindrom prodromal seperti sakit kepala, nyeri pinggang, mual, muntah, lesu, demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tapi kemudian demamnya menjadi teratur setiap 48 jam sekali di waktu siang atau sore hari. Suhu badan dapat mencapai 40,6ºC atau lebih. Keadaan dapat diikuti pembengkakan limpa dan timbul cacar herpes pada bibir, pusing dan rasa mengantuk, atau gejala lain yang disebabkan iritasi serebral, namun hanya berlangsung sementara.

7 18 2. Plasmodium ovale (P.ovale) Banyak dijumpai di Indonesia bagian timur terutama di Papua. Gejala yang ditimbulkan oleh P.ovale mirip dengan P.vivax. Penyembuhan pada P.Ovale sering terjadi secara spontan atau sembuh sendiri dan jarang kambuh. 3. Plasmodium malariae (P.malariae) Jenis ini tumbuh subur di daerah tropik, di dataran rendah atau tinggi. Gejala demam setiap 4 hari sekali, sehingga disebut malaria kuartana. Masa inkubasi antara hari. Gejalanya menyerupai Plasmodium vivax tetapi demam dirasakan pada sore hari dengan frekuensi yang teratur dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal yang bersifat menahun. 4. Plasmodium falcifarum (P. falcifarum) Banyak dijumpai di seluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini termasuk malaria ganas dengan masa inkubasi 9-14 hari, menyerang limpa dan hati. Apabila organ hati sudah terkena, akan timbul gejala yang menyerupai penyakit kuning Gejala Penyakit Malaria Gejala penyakit malaria dimulai dari serangan demam dan disertai gejala lain yang diselingi oleh priode bebas penyakit Gejala penyakit malaria ditandai dengan masa priodisitas. Masa inkubasi pada malaria adalah waktu sporozoit masuk kedalam tubuh manusia (host) sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung 8-37 hari bergantung pada spesies parasit, beratnya infeksi, dan pengobatan sebelum atau pada derajat imunitas host (Sorontou, 2013). Berikut ini tabel periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium:

8 19 Tabel 2.1. Periode prepaten dan masa inkubasi plasmodium No. Jenis Plasmodium Periode Prepaten Masa Inkubasi 1. P.vivax 12,2 hari 13 (12-17 hari) 2. P.falcifarum 11 hari 12 (9-14 hari) 3. P.malariae 32,7 hari 28 (18-40 hari) 4. P.ovale 12 hari 17 (16-18 hari) sumber: Cook GC. Prevention and treatment Malaria (Irianto,2009) Gambaran khas dari penyakit malaria adalah: 1. Demam Sebelum terjadinya demam, penderita malaria biasanya akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan, rasa tidak enak pada perut, diare ringan. Demam pada penyakit malaria bersifat periodik dan berbeda waktunya, tergantung dari plasmodium penyebabnya. Serangan demam yang khas pada penyakit malaria terdiri dari 3 stadium: a. Stadium menggigil Stadium ini dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya bergetar, denyut nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya biru, serta kulitnya pucat. Pada anak-anak, sering disertai dengan kejang-kejang. Stadium ini terjadi 15 menit- 1 jam. b. Stadium puncak demam Pada stadium ini, penderita menjadi panas sekali, wajah penderita merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Suhu badan bisa mencapai 41ºC. Stadium ini berlangsung selama dua jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.

9 20 c. Stadium berkeringat Pada stadium ini, penderita berkeringat banyak di seluruh. Suhu badan turun dengan cepat, penderita merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti bias, stadium ini berlangsung 2-4 jam. 2. Pembesaran limpa (splenomegali) Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada penyakit malaria kronis atau menahun. Limpa menjadi bengkak dan terasa nyeri. Limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Tetapi dengan pengobatan yang baik, limpa dapat berangsur normal kembali. 3. Anemia Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah sampai dibawah nilai normal disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Anemia juga dapat timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Sorontou, 2013) Penyebaran dan Penularan Malaria Penyakit malaria ditemukan pada 64º lintang utara sampai 32º lintang selatan, malaria tersebar di seluruh Indonesia, terutama kawasan timur Indonesia (Sorontou, 2013). Penyakit malaria di Indonesia dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai m di atas permukaan laut. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah P. falcifarum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae pernah ditemukan di Papua dan NTT (Prabowo, 2008).

10 21 Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara, yaitu alamiah dan non alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria (sporozoit) dan non alamiah jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles. Berikut beberapa penularan penyakit malaria secara non alamiah: 1. Malaria bawaan (kongenital) Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada plasenta, sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. 2. Penularan mekanik (transfusion malaria) Infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi penyakit malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama atau melalui transplantasi organ. Parasit malaria dapat hidup selama 7 hari dalam darah donor (Sorontou, 2013) Pencegahan Malaria Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya. Beberapa tindakan dalam upaya pencegahan penyakit malaria : 1. Menghindari gigitan nyamuk malaria Menghindari gigitan nyamuk terutama di daerah angka penderita malaria tinggi, disarankan untuk memakai baju dancelana panjang saat ke luar,

11 22 memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu pada saat tidur terutama pada malam hari (Prabowo, 2008). 2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa a. Penyemprotan rumah rumah di daerah endemis malaria dengan insektisida, sebaiknya dilaksanakan dua kali setahun dalam interval waktu enam bulan. b. Larvaciding yang merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria. c. Biological control yaitu kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchaxpanchax) pada genangan air yang mengalir dan persawahan. 3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies nyamuknya. Masyarakat di daerah endemis malaria sangat perlu menjaga kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara dibersihkan, parit di sepanjang pantai dan bekas galian yang terisi air payau harus ditutup, saluran irigasi dipastikan mengalir dengan lancar untuk mengurangi tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria (Prabowo, 2008). 2.3 Program Eliminasi Malaria Pengertian Eliminasi Malaria Kata Eliminasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengurangan/ penghilangan, dan malaria adalah penyakit infeksi yang banyak dijumpai di daerah tropis, disertai gejala demam fluktuasi suhu secara teratur, ditularkan oleh nyamuk anopheles.

12 23 Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut. Sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah menular kembali (Kepmenkes, 2009) Tujuan Program Eliminasi Malaria Adapun tujuan dari eliminasi malaria di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai 2030, untuk Sumatera sendiri eliminasi malaria ditargetkan tercapai pada tahun Kebijakan Program Eliminasi Malaria Eliminasi Malaria merupakan salah satu prioritas nasional program pemberantasan penyakit menular. Pelaksanaan eliminasi malaria di Indonesia dengan menerapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/ MENKES /SK/ IV/2009 tentang pedoman eliminasi malaria, yaitu menghentikan penularan malaria sehingga terwujudnya masyarakat yang sehat dan terbebas dari penularan malaria yang akan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah, bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kesehatan masyarakatdan masyarakat. Eliminasi malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi dan dari satu pulau atau beberapa pulau sampai keseluruh wilayah indonesia menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan sumber daya yang

13 24 tersedia. Berdasarkan pertimbangan terhadap kebijakan tentang eliminasi malaria, Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sendiri telah membuat kebijakan tentang eliminasi malaria di Kabupaten Mandailing Natal yang tercantum dalam Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2015 tentang eliminasi malaria di Kabupaten Mandailing Natal Strategi Strategi Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dalam pelaksanaan eliminasi malaria yaitu (1) Melakukan penemuan dini dan pengobatan yang tepat; (2) Memberdayakan masyarakat untuk mendukung secara aktif upaya eliminasi malaria; (3) Menjamin akses pelayanan berkualitas terhadap masyarakat yang berisiko; (4) Melakukan komunikasi, advokasi, motivasi dan sosialisasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendukung secara aktif eliminasi malaria; (5) Menggalang kemitraan dan sumber daya baik lokal, nasional, maupun intenasional, secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait, termasuk sektor swasta, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan melalui forum gebrak malaria atau forum kemitraan lainnya; (6) Menyelenggarakan sistem surveilans, monitoring dan evaluasi sistem kesehatan; (7) Melaksanakan upaya eliminasi malaria melalui forum kemitraan Gebrak Malaria atau forum kemitraan yang sudah terbentuk; (8) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mengembangkan teknologi (Perda Madina, 2015).

14 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas dalam Kegiatan Eliminas Malaria Peraturan Bupati Kabupaten Mandailing Natal tahun 2015 tentang eliminasi malaria, dimana tujuan utama eliminasi adalah menghilangkan fokus aktif dan menghentikan penularan pada wilayah setempat di suatu wilayah, minimal kabupaten/kota. Pokok-pokok kegiatan adalah : 1. Penemuan dan Tata Laksana Penderita a. Menemukan semua penderita malaria dengan konfirmasi mikroskopis di unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, maupun unit pelayanankesehatan swasta. b. Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria efektif dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI ( saat ini menggunakan Artemisinin Combination Therapy atau ACT). c. Pengobatan penderita malaria falciparum pada hari ke-7 dan ke-28 setelah pengobatan, sedangkan penderita malaria vivax pada hari ke-7,28 dan 3 bulan setelah pengobatan. d. Melakukan pemeriksaan ulang sediaan darah dan secara berkala menguji kemampuan mikroskopis dalam memeriksa sediaan darah. e. Memantau efikasi obat malaria. f. Meningkatkan cakupan penemuan dan pengobatan penderita secara fasif melalui puskesmas pembantu, upaya kesehatan berbasis masyarakat (poskesdes, posyandu, polmandes). g. Mengatur dan mengawasi peredaran penjualan obat malaria selain ACT (klorokuin, fansidar) di warung-warung obat.

15 26 2. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko meliputi : a. Mendistribusikan kelambu berinsektisida secara massal maupun secara rutin melalui kegiatan integrasi dengan program lain dapat mencakup > 80% penduduk di lokasi fokus malaria. b. Melakukan penyemprotan rumah dengan cakupan >90% rumah penduduk di daerah potensial atau sedang terjadi KLB dan lokasi fokus malaria. c. Melakukan pengendalian vektor dengan metode lain yang sesuai untuk menurunkan reseptivitas, dan pengendalian vektor secara hayati. d. Memantau efikasi insektisida (termasuk kelambu berinsektisida) dan resistensi vektor. 3. Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah meliputi : a. Semua unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta (Kantor Pusat Penanggulangan Malaria, Puskesmas, Poliklinik, Rumah Sakit) melaksanakan SKD-KLB malaria, dianalisis dan dilaporkan secara berkala ke Dinas Kapubaten Mandailing Natal. b. Menanggulangi KLB malaria. c. Memperkuat sistem informasi kesehatansehingga semua penderita dan kematian malaria serta hasil kegiatan dapat dicatat dan dilaporkan. d. Melaporkan penenmuan kasus dengan segera. e. Menginventarisasi dan memetakan fokus malaria. f. Membuat data dasar eliminasi, antara lain secara Geographycal Information system (GIS) berdasarkan data fokus, kasus vektor, genotipe isolate parasit dan intervensi yang dilakukan.

16 27 4. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) meliputi : a. Meningkatkan promosi kesehatan dan kampanye eliminasi malaria. b. Menggalang kemitraan dengan berbagai program, sektor, LSM, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, organisasi internasional, lembaga donor, dunia usaha, dan seluruh masyarakat. c. Melakukan integrasi dengan program lain dalam pelayanan masyarakat, seperti pembagian kelambu berinsektisida, pengobatan penderita. d. Menataati dan Melaksanakan perda dan atau perundangan lainnya untuk mendukung eliminasi malaria.. e. Melakukan advokasi dan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan politik dan jaminan dalam penyedian dana secara berkesinambungan dalam upaya eliminasi malaria, khususnya menghilangkan fokus aktif yang masih ada. f. Mobilisasi dana yang bersumber dari kabupaten/kota, provinsi, dan pusat maupun lembaga donor. g. Menyelenggarkan pertemuan lintas batas kabupaten/kota untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan eliminasi malaria secara terpadu. 5. Peningkatan Sumber Daya Manusia meliputi : a. re-orientasi program menuju tahap eliminasi disampaikan kepada tenaga kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat eliminasi. Re-orientasi ini mulai dilaksanakan bila : b. Melaksanakan pelatihan/refreshing tenaga mikroskopis Kantor Pusat Penanggulangan Malaria, Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah maupun

17 28 unit pelayanan kesehatan swasta terutama di daerah reseptif untuk menjaga kualitas pemeriksaan sediaan darah. c. Pelatihan tenaga pengelola malaria dalam bidang teknis dan manajemen. d. Sosisalisasi dan pelatihan tatalaksana penderita Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal Nomor / 240/ KPPM/ 2012 tentang Penetapan Rencana Strategis Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun Berdasarkan rencana strategis tersebut, target pencapaian API pada tahun 2016 adalah 3 per penderita. Dalam rencana strategis tersebut ditetapkan visi Mewujudkan Masyarakat Mandailing Natal yang Sehat dan Bebas Malaria Tahun Berdasarkan profil Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 diketahui bahwa Tugas Pokok Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah: 1. Melaksanakan tugas Pemerintah Daerah dalam menanggulangi penyakit malaria di Kabupaten Mandailing Natal. 2. Melaksanakan tugas dalam hal pengembangan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Fungsi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah: a. Melakukan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama terhadap berbagai stakeholder untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menanggulangi malaria.

18 29 b. Sebagai pusat informasi kegiatan pengendalaian malaria di Kabupaten Mandailing Natal. c. Sebagai pusat aktifitas dalam pengendalian malaria di Kabupaten Mandailing Natal. d. Menjalankan fungsi sekretariat dari Pusat Pengendalian Malaria (Kantor Pusat Penanggulangan Malaria) Kabupaten Mandailing Natal dalam hal ini Gedung Kantor Pusat Penanggulangan Malaria. Visi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria yaitu : Menuju Kabupaten Mandailing Natal Bebas Malaria, sedangkan misi Kantor Pusat Penanggulangan Malaria adalah: a) Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi diri dari penularan malaria. b) Menggalang kemitraan seluas-luasnya dalam pemberantasan malaria. c) Menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencegah dan menangani penyakit malaria. Kegiatan yang telah dilaksanakan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal dalam penanggulangan kasus malaria sebagai berikut: 1. Upaya Kesehatan Secara Promotif (Promosi Malaria) Upaya kesehatan secara promotif ini bertujuan menyebarluaskan informasi malaria, baik secara langsung (sosialisasi) maupun tidak langsung (melalui media), untuk meningkatakan pengetahuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan malaria.kegiatan promosi malaria telah dilaksanakan meliputi sosialisasi pada masyarakat dan penyampaian informasi malaria melalui iklan radio spot, lembar promosi dan poster. Melalui media

19 30 tersebut disampaikan pengetahuan tentang nyamuk yang menjadi vektor (tempat berkembang biak dan kebiasaan menggigit), gejala penyakit malaria, pengobatannya dan pencegahannya. 2. Meningkatkan Upaya Kesehatan Secara Preventif (Pencegahan Malaria) Upaya pencegahan malaria merupakan hal yang mutlak harus dapat dilaksanakan oleh segenap masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan penyakit malaria. Kegiatan pencegahan (preventif) yang telah dilaksanakan sebagai berikut : a) pembagian kelambu berinsektisida, b) penyemprotan sarang nyamuk, c) surveilans, kegiatan surveilans meliputi kegiatan (1) survei pemanfaatan kelambu oleh masyarakat, survei ini untuk menemukan keluarga yang tidak mempunyai kelambu, keluarga yang tidak menggunakan kelambu yang sudah dibagikan; (2) Survei pengetahuan usia anak sekolah tentang malaria, survei ini dilakukan pada siswa sekolah dasar dan sekolah lanjutan. 3. Upaya Kesehatan Secara Kuratif (Pelayanan Kesehatan bagi Penderita Malaria). Upaya pengobatan yang dilakukan adalah bagi penderita positif malaria setelah menjalani pemeriksaan laboratorium. Upaya kesehatan secara kuratif ini dilaksanakan dengan pengoperasian ke beberapa desa/kelurahan. Upaya kuratif lainnya adalah dengan mendatangi desa yang memiliki potensi ataupun angka kesakitan malaria yang tinggi.

20 31 4. Peningkatan Kerja Sama Lintas Sektor Penanggulangan Malaria di Mandailing Natal melaksanakan koordinasi dengan puskesmas. puskesmas sebagai sarana pelayanan di kecamatan, dan memiliki jaringan sampai ke desa yang memiliki peran yang cukup penting dalam upaya penanggulangan malaria di Kabupaten Mandailing Natal Sumber Dana Pemerintah Pusat dan daerah menggalang setiap sumber pendanaan pemerintah, lembaga kemasyarakatan, kerjasama antar negara, dan lembaga internasional. Untuk mendukung terlaksananya upaya eliminasi malaria, semua instansi dan sektor terkait dapat merencanakan serta menyediakan anggaran yang diajukan setiap periode/tahun sesuai dengan tugas/fungsi dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Dan pembiayaan pelaksanaan eliminasi malaria dapat diupayakan melalui sumber APBN, APBD, bantuan luar negeri, swasta, serta sumber lain yang sah sesuai dengan undang-undang Indikator Kinerja Indikator kinerja program eliminasi malaria adalah apabila daerah endemis malaria menjadi daerah tidak endemis malaria yang dinyatakan dengan tidak ditemukan lagi kasus penularan setempat (indigenous) selama 3 ( tiga ) tahun berturut-turut, serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaaan surveilans yang baik.

21 Fokus Penelitian Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program eliminasi malaria dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process), dan luaran (output). Dan teori yang digunakan adalah teori pendekatan sistem yaitu penerapan suatu prosedur secara logis dan rasional melalui indikaror masukan, proses, output yang berhungan dengan suatu kegiatan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh Karena itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut : Proses Input 1. Tenaga Kesehatan 2. Sarana dan Prasarana 1. Penemuan dan tata laksana penderita 2. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko 3. Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah 4. Peningkatan KIE 5. Peningkatan sumberdaya manusia Output Terlaksananya program eliminasi Malaria di Puskesmas Panyabungan Jae dengan pelaksanaan kegiatan program eliminasi malaria secara aktif Gambar 2.1 Fokus Penelitian Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka dapat dirumuskan defenisi fokus penelitian sebagai berikut : 1. Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program eliminasi malaria yang meliputi : Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana.

22 33 1) Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dibidang kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan layanan kesehatan dimana hal ini berkaitan dengan program eliminasi malaria. Seperti kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal dan tenaga kesehatan di Puskesmas Panyabungan Jae. Adapun hal yang akan dijadikan penilaian pada penelitian adalah tentang kuantitas meliputi jumlah dari tenaga kesehatan, kompetensi dari tenaga kesehatan di Puskesmas Panyabungan Jae meliputi keterampilan tenaga kesehatan dalam program eliminasi malaria. 2) Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang yang dapat dipakai sebagai alat dalam pencapaian eliminasi malaria. Prasarana adalah segala sesuatu yang menjadi penunjang terlaksananya pelaksaanan eliminasi malaria, yang menjadi fokus penelitian adalah tersedianya area untuk pasien malaria rawat jalan, laboratorium malaria di puskesmas, ketersediaan peralatan kedokteran dan alat penunjang pemeriksaan laboratorium dan obat-obatan. 2. Proses adalah langkah-langkah yang dilaksanakan untuk dapat meningkatkan kompetensi input dan sehingga dapat mencapai output yang telah ditetapkan. Proses dalam eliminasi malaria dibagi menjadi 5 kegiatan:

23 34 1) Penemuan dan tata laksana penderita, yang akan menjadi menjadi fokus penelitian adalah mekanisme penemuan penderita malaria, dan bagaimana tatalaksana kepada penderita positif malaria. 2) Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko, yang menjadi fokus penelitian adalah hal yang berkaitan dengan pengendalian vektor meliputi pembagian kelambu berinsektisida dan peningkatan promosi tentang pencegahan malaria. 3) Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, yang menjadi fokus penelitian adalah pelaporan SKD-KLB secara berkala, penanggulangan bila terjadi KLB, sistem informasi pencatatan malaria, dan pencatatan semua kasus positif. 4) Peningkatan KIE (Komunikasi, Edukasi dan informasi) yang mencakup kegiatan yang dilaksanakan puskesmas yang meliputi, koordinasi lintas sektor dalam eliminasi malaria, dan kerja sama lintas sektor dalam program eliminasi malaria. 5) Peningkatan sumberdaya manusia adalah mencakup kegiatan yang dilaksanakan puskesmas meliputi pemberian pelatihan kepada petugas kesehatan dalam eliminasi malaria, dan pelatihan kepada tenaga mikroskopis. 3. Output (Keluaran) adalah hasil dari suatu proses tertentu dengan menggunakan input, output dari fokus penelitian adalah Terlaksananya Program Eliminasi Malaria di Puskesmas Panyabungan Jae dengan pelaksanaan kegiatan program eliminasi malaria secara aktif.

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di negara berkembang maupun di negara yang sudah maju di

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL Malaria : penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang hidup & berkembang biak dalam sel darah manusia Ditularkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 293/MENKES/SK/IV/2009 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,... Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang World Malaria Report (2011) menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA .' /9(. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 154 TAHUN 2010 TENTANG ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan berdasarkan analisa yang dilakukan peneliti terhadap pelaksanaan program penanggulangan malaria di Puskesmas Sioban.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011

MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011 MANAJEMEN PENANGGULANGAN MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011 Felix Kasim,H. Edwin Setiabudhi, Immanuel Indra Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Maranatha Bandung Forum

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK PENYEBAB PENYAKIT MENULAR PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang

Lebih terperinci

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang BABf PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Oi dunia terutama di negara-negara tropis dan subtropis seperti Indonesia, penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan yang penting. (Harijanto,2000) Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat ini. Menurut WHO tahun 2011, dari 106 negara yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan (membunuh) lebih dari satu juta manusia di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran penyakit malaria sangat diperlukan bagi penduduk maupun daerah yang masuk pada wilayah endemis malaria, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans KUESIONER PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP KINERJA PETUGAS P2PM PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN MALARIA MELALUI KEGIATAN SURVEILANS DI KABUPATEN NIAS SELATAN I. RESPONDEN Puskesmas : Umur

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis limfatik adalah penyalit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan berdampak pada kerusakan sistem limfe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit nematoda, penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya

Lebih terperinci