ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BURUNG KENARI (Kasus: Usaha Asoy D Canary) SURYANA PERMANA PUTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BURUNG KENARI (Kasus: Usaha Asoy D Canary) SURYANA PERMANA PUTRA"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BURUNG KENARI (Kasus: Usaha Asoy D Canary) SURYANA PERMANA PUTRA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Burung Kenari (Kasus: Usaha Asoy D Canary) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Suryana Permana Putra NIM H

4 ABSTRAK SURYANA PERMANA PUTRA. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Burung Kenari (Kasus: Usaha Asoy D Canary). Dibimbing oleh AMZUL RIFIN. Burung kenari menjadi burung kicau peliharaan yang terpopuler di antara jenis burung kicau peliharaan lainnya mencapai angka ekor di Pulau Jawa dan Bali berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jepson and Ladle (2006). Salah satu pembudidaya burung kenari di Kota Bogor adalah Bapak Asep Permana yang menamai peternakannya Asoy D Canary. Adanya peluang dalam memenuhi permintaan dari sesama penghobi mendorong pelaku bisnis ini untuk menjalankan usaha. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya burung kenari dengan studi kasus usaha Asoy D Canary ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Berdasarkan hasil analisis aspek nonfinansial diperoleh bahwa usaha Asoy D Canary layak untuk dijalankan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi Asoy D Canary dari tiap-tiap aspek. Sedangkan berdasarkan hasil analisis aspek finansial usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary layak untuk diusahakan dengan nilai kriteria investasi Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 406,175,581, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,45, Internal Rate of Return (IRR) 29,11, Payback Period (PP) adalah 4,06. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan jumlah produksi dan kenaikan biaya pakan masing-masing adalah 44, 08 persen dan 390, 64 persen. Kata kunci: Burung kenari, kelayakan usaha ABSTRACT SURYANA PERMANA PUTRA. An Analysis on the Business Feasibility of Farming Kenari (Case: Asoy D Canary s farm). Supervised by AMZUL RIFIN. Birds chirping canary become the most popular pet among other domesticated birds chirping reached 424,000 head in Java and Bali is based on research conducted by Jepson and Ladle (2006). One cultivators canary in Bogor is Mr. Asep Permana who named his ranch Asoy D'Canary. The opportunity to meet the demand of a fellow hobbyist encourage businesses to conduct business. The purpose of this study was to analyze the feasibility of cultivation canary with business case studies Asoy D'Canary review of aspects of nonfinancial and financial aspects. Based on the results of the analysis showed that the nonfinancial aspects of the business Asoy D'Canary feasible, because there are no factors that inhibit the production activities Asoy D 'Canary from every aspect. While based on the analysis of the financial aspects of the cultivation of canary Asoy D 'Canary worth the effort with the value of the investment criteria of Net Present Value (NPV) of Rp. 406,175,581, Net Benefit Cost Ratio (Net B / C) of 2.45, the Internal Rate of Return (IRR) 29.11, Payback Period (PP) is Maximum limit changes to decrease the amount of production and the increase in feed costs, respectively 44,08 and 390,64 percent. Keywords: Canary birds, business feasibility

5 ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA BURUNG KENARI (Kasus: Usaha Asoy D Canary) SURYANA PERMANA PUTRA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Burung Kenari (Kasus: Usaha Asoy D Canary). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha burung kenari dengan studi kasus usaha Asoy D Canary bila ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para staf dan dosen Departemen Agribisnis yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi, dan Bapak Asep selaku pemilik usaha yang telah bersedia memberikan informasi serta menjadi tempat penelitian penulis, serta teman-teman seperjuangan yang ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan adik-adkiku, serta seluruh keluarga atas segala do a dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Desember 2014 Suryana Permana Putra

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA 4 Klasifikasi Ilmiah Burung Kenari 4 Budidaya Burung Kenari 4 Penelitian Terdahulu 8 KERANGKA PEMIKIRAN 10 Kerangka Pemikiran Teoritis 10 Kerangka Pemikiran Operasional 15 METODE PENELITIAN 17 Lokasi dan Waktu Penelitian 17 Jenis dan Sumber Data 17 Metode Pengumpulan Data 17 Metode Pengolahan Data 17 Asumsi Dasar Penelitian 22 GAMBARAN UMUM 23 Sejarah Perusahaan 23 Proses Budidaya 23 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 Analisis Aspek Nonfinansial 25 Analisis Aspek Finansial 30 SIMPULAN DAN SARAN 38 Simpulan 38 Saran 38 DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN 41

10 DAFTAR TABEL 1 Data permintaan dan penawaran Usaha Asoy D Canary 26 2 Biaya Penyusutan Usaha Asoy D Canary 31 3 Nilai Sisa Usaha Asoy D Canary 33 4 Biaya Investasi pada Usaha Asoy D Canary 35 5 Biaya Reinvestasi Usaha Asoy D Canary 35 6 Hasil Analisis Finansial Usaha Asoy D Canary 37 7 Hasil perhitungan switching value Asoy D Canary 37 DAFTAR GAMBAR 1 Persentase penyebaran hewan peliharaan di Pulau Jawa dan Bali 1 2 Penyebaran burung peliharaan berdasarkan jenis burung peliharaan 2 3 Indukan jantan (kiri) dan indukan betina (kanan) 5 4 Penjodohan kenari 6 5 Pengeraman telur 7 6 Memberi pakan tambahan pada anakan burung kenari 7 7 Grafik hubungan NPV dan IRR 14 8 Kerangka pemikiran operasional 16 9 Saluran pemasaran usaha Asoy D Canary Saluran pemasaran usaha burung kenari Asoy D Canary Skema pembagian kerja pada Usaha Asoy D Canary 29 DAFTAR LAMPIRAN 1 Layout Peternakan Asoy D Canary 41 2 Kegiatan usaha Asoy D Canary 42 3 Proyeksi laba rugi 43 4 Proyeksi cash flow 45 5 Analisis switching value penurunan jumlah produksi 44, 08 % usaha penangkaran burung kenari milik Asoy D Canary 47 6 Analisis switching value kenaikan biaya pakan biji-bijian 390, 64 % usaha penangkaran burung kenari milik Asoy D Canary 49 7 Kuesioner Penelitian untuk Analisis Kelayakan Usaha Burung Kenari di Peternakan Asoy D Canary, Kota Bogor. 51

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat daya beli rata rata masyarakat Indonesia semakin meningkat seiring bertambahnya tingkat pendapatan rata rata mereka. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, pendapatan nasional per kapita penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013 dengan nilai masing-masing sebesar 26, 29, 32, dan 35 juta rupiah. Hal ini menyebabkan perubahan beberapa faktor salah satunya adalah perubahan gaya hidup seperti perubahan kebutuhan tersier menjadi kebutuhan sekunder, dan kebutuhan sekunder menjadi primer. Perubahan ini terjadi dikarenakan masyarakat merasa mampu untuk memenuhi kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan dan mereka akan menggunakan kelebihan pendapatan mereka untuk terus memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier. Contohnya adalah hobi, dimana mereka dapat menjernihkan pikiran dari kepenatan sehari hari dengan meluangkan waktu dan terkadang membutuhkan dana tambahan untuk melakukannya. Salah satu hobi yang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah memelihara hewan peliharaan. Burung merupakan jenis hewan peliharaan yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jepson and Ladle (2006) yang menyatakan bahwa burung merupakan jenis hewan yang paling banyak dipelihara di Pulau Jawa dan Bali, yaitu mencapai angka 35,70 persen. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. 1% 10% 6% 4% 3% 5% 35,7% 13% 23% m Gambar 1 Persentase penyebaran hewan peliharaan di Pulau Jawa dan Bali Sumber : Jepson and Ladle (2006) Burung kenari menjadi burung kicau peliharaan yang terpopuler diantara jenis burung kicau peliharaan lainnya. Diantara sepuluh jenis burung yang paling populer dipelihara, kenari merupakan burung terbanyak yang dipelihara mencapai angka ekor di Pulau Jawa dan Bali (Jepson and Ladle 2006). Penyebaran burung peliharaan berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Gambar 2.

12 2 Kota Bogor menjadi salah satu kota dengan masyarakat yang bany Gambar 2 Penyebaran burung peliharaan berdasarkan jenis burung peliharaan Sumber : Jepson and Ladle (2006) Kota Bogor merupakan salah satu kota yang masyarakatnya banyak memelihara burung kicau. Hal ini disebabkan letak geografis Kota Bogor yang berada dekat dengan Ibukota Jakarta dan Ibukota Provinsi Jawa Barat, atau Bandung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jepson and Ladle (2006), Kota Jakarta dan Kota Bandung adalah kota terbesar pertama dan ketiga yang masyarakatnya memelihara burung kenari diantara kota-kota di Pulau Jawa dan Bali. Kedekatan lokasi secara geografis ini mengakibatkan Kota Bogor dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan akan burung kenari. Salah satu penangkar burung kenari di Kota Bogor adalah Bapak Asep Permana. Lokasi penangkarannya di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor dengan nama usaha Asoy D Canary. Pak Asep baru memulai usahanya pada tahun Meskipun terbilang pemain baru, usaha Pak Asep ini tidak pernah sepi permintaan. Permintaan tersebut datang dari wilayah Jakarta, Depok, Bandung dan Jawa Tengah dengan jumlah permintaan mencapai 125 ekor per siklus. Sedangkan Asoy D Canary hanya dapat memenuhi sebanyak 30 ekor per siklus. Melihat kondisi permintaan yang besar tersebut, Pak Asep berencana menambah skala produksinya dengan memperluas bangunan dan menambah indukan burung kenari. Sebelum dilakukan penambahan skala produksi, usaha ini memerlukan analisis untuk memproyesikan kelayakan usahanya beberapa tahun ke depan, baik secara finansial maupun non-finasial. Oleh karena itu, analisis kelayakan usaha penting dilakukan untuk melihat kelayakan usaha Pak Asep ke depannya. Rumusan Masalah Salah satu pengusaha yang membudidayakan burung kenari di Kota Bogor adalah Bapak Asep Permana. Usaha yang dijalankan diberi nama Asoy D Canary yang terletak di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor. Perbedaan usaha yang

13 dilakukan oleh Bapak Asep Permana dengan pengusaha burung kenari lain adalah Bapak Asep hanya melakukan budidaya burung kenari F2 Yorkshire. Kenari jenis ini memiliki harga jual lebih tinggi dibanding harga burung kenari lokal yang umum dibudidayakan di Indonesia. Harga anakan burung kenari F2 yorkshire usia dua bulan mencapai dua juta rupiah per ekor, sedangkan harga anakan burung kenari local pada usia yang sama mencapai seratus ribu rupiah per ekor. Masih sedikit peternak Bogor yang bergelut di bidang ini karena biaya yang besar untuk mendatangkan indukan burung kenari yang merupakan burung kenari impor mencapai harga sepuluh juta rupiah per ekor. Terbukti baru tiga penangkar burung kenari yang membudidayakan beberapa burung kenari jenis ini dalam skala besar yaitu Asoy D Canary, The King s Farm, dan Gubuk Kenari. Potensi pasar yang besar pada usaha Asoy D Canary dapat dilihat pada kelebihan permintaan yang dihadapi sebesar 95 ekor per siklus produksi. Hal ini memberikan peluang bagi Asoy D Canary untuk mengembangkan usahanya. Dalam melakukan pengembangan usaha dibutuhkan biaya yang besar untuk memperluas bangunan, menambah kandang, menambah indukan, dan peralatan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan untuk menilai kelayakan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Asoy D Canary. Tingkat penetasan telur dan tingkat hidup anakan burung kenari F2 Yorkshire cukup rendah. Tingkat penetasan telur burung kenari dapat mencapai persentase sebesar nol persen. Setelah menetas pun, anakan burung kenari menghadapi risiko kematian yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit, kelembaban, dan suhu ruangan yang berubah-ubah. Beberapa penyakit yang biasa menyerang anakan burung kenari menurut Masyud (2013) adalah gangguan pernapasan, berak kapur, snot atau coryza, bubul, cacingan dan kutu. Disamping produksi telur, hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kenaikan harga pakan biji-bijian. Kenaikan harga pakan biji-bijian disebabkan karena fluktuasi produksi biji buah kenari, biji sawi, biji milet putih dan milet merah yang merupakan bahan baku pakan biji-bijian burung kenari. Apabila harga pakan naik maka biaya yang ditanggung menjadi lebih besar karena biaya pakan biji-bijian merupakan biaya operasional terbesar pada usaha ini. Untuk itu, maka perlu dilakukan analisis nilai pengganti untuk mengetahui perubahan yang dapat ditolerir terhadap penurunan produksi telur dan peningkatan harga pakan bijibijian. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary layak dijalankan dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial lingkungan? 2. Apakah usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary layak dijalankan dilihat dari kriteria investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B-C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP)? 3. Berapa besar perubahan kenaikan harga pakan dan penurunan produksi yang dapat ditolerir pada usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary? 3

14 4 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan peru musan masalah yang ada, tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya burung kenari dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan usaha budidaya burung kenari dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit adn Cost Ratio (Net B- C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). 3. Menganalisis besar perubahan kenaikan harga pakan dan penurunan produksi yang dapat ditolerir pada usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai sarana pembelajaran, penerapan ilmu dan pengembangan pengetahuan bagi penulis terhadap kondisi pertanian. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengusaha burung kenari dalam menjalankan atau memulai usahanya. 3. Sebagai informasi dan pembanding bagi peneliti lain yang berkaitan dengan budidaya burung kenari. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ilmiah Burung Kenari Kenari (Serinus Canaria) merupakan jenis burung kecil yang suka berkicau dan termasuk kedalam kelompok burung pemakan biji (fringilidae). Berikut klasifikasi ilmiah burung kenari : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Passeriformes Famili : Fringilidae Bangsa : Serinus Genus : Serinus canaria Penentuan jenis kelamin Budidaya Burung Kenari Burung kenari termasuk kategori burung monomorfik atau memiliki ciri morfologi yang mirip antara burung jantan dan betina. Akibatnya secara morfologis untuk membedakan jenis kelamin menjadi relative lebih sulit. Padahal keberhasilan penentuan atau pembedaan jenis kelamin dengan tepat merupakan

15 5 prasyarat untuk menentukan kesuksesan program pengembangbiakan. Oleh karena itu, menurut Masyud (2013) tahap awal yang harus dilakukan dengan tepat dalam program pengembangbiakan adalah penentuan jenis kelamin. Ciri ciri kenari jantan adalah postur tubuh kenari jantan relatif ramping, kepala bulat, dan leher agak panjang. Pada usia sekitar 2-4 bulan sudah mulai tampak potensinya dalam berkicau. Selain itu, cara pengenalan melalui alat kelamin dilakukan dengan membuka dubur/kloaka dan melihat vent. Bulu-bulu disekitar dubur (kloaka) ditiup atau disibak agar mudah melihat alat kelamin (vent), apabila terlihat ada bagian yang menonjol/runcing atau diraba di bagian dubur terasa memanjang seperti bamboo. Sedangkan kenari betina dari segi postur tubuh terlihat lebih bulat, kepala sedikit lonjong, dan bentuk perut agak mengembang dan lebih lembut, tetapi tidak gemuk terutama dalam masa siap kawin (birahi). Pada usia sekitar 3-4 bulan, jarang atau belum berkicau. Dari segi alat kelamin, apabila diraba maka bagian dubur/kloaka terasa relative tumpul. Apabila sudah memasuki usia siap kawin, bentuk perut agak lebih mengembang dan tampak memerah. Burung kenari betina terlihat mengepakkan sayap di depan sarangnya ketika mendengar kicauan dari kenari jantan. Perbedaan indukan jantan dan indukan betina burung kenari dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Indukan jantan (kiri) dan indukan betina (kanan) Pemilihan Indukan dan Penjodohan Sebelum melakukan penjodohan, langkah awal yang harus dilakukan adalah pemilihan calon indukan dengan mengacu pada beberapa kriteria umum pemilihan indukan, yaitu calon indukan harus sehat, tidak sakit, tidak ada cacat fisik, umur cukup untuk jantan delapan bulan dan betina tujuh bulan, dan sudah mulai tampak perilaku seksual atau birahi. Burung kenari tergolong monogamous temporalis, yaitu memiliki satu pasangan dalam satu masa kawin dan setelah melewati satu masa kawin baru pasangan dalam satu masa kawin dan setelah melewati satu masa kawin baru dapat dijodohkan dan dikawinkan kembali. Burung tidak akan berkembang biak apabila pasangannya tidak terbentuk atau tidak cocok, dan dapat terjadi perkelahian. Cara mencari pasangan atau menjodohkan burung kenari di penangkaran sebagai usaha menjodohkan burung kenari dengan membentuk pasangannya yang cocok, dapat dilakukan dengan cara yang pertama memasukkan kenari jantan dan betina dewasa ke dalam satu kandang besar dan diamati proses penjodohannya. Apabila cara ini berhasil membentuk pasangannya, maka pasangan tersebut dapat dipindahkan ke dalam kandang pembiakan untuk pemeliharaan selanjutnya. Ikuti

16 6 dan amati perkembangan perilaku pasangan tersebut, apakah cocok atau tidak. Bila tidak cocok, segera dipisahkan dan dicarikan pasangan baru. Kedua, memasangkan kenari jantan dan betina sejak kecil dan diikuti perkembang kecocokan pasangannya. Apabila cocok dan terbentuk pasangan tetap maka dapat dipindahkan ke kandang pembiakan. Ketiga, memasukkan beberapa sangkar kecil yang masing-masing berisi satu ekor kenari betina dewasa ke dalam satu kandang berukuran besar yang berisi kenari jantan dan diamati perkembangannya. Apabila kenari jantan terlihat mendekati sangkar berisi kenari betina secara terus-menerus, berarti sudah terbentuk pasangan. Selanjutnya pasangan tersebut disatukan ke dalam satu kandang pembiakan dan terus dipantau. Gambar 4 Penjodohan kenari Pengaturan Perkawinan Kenari Dalam mengatur perkawinan atau program pengembangbiakan burung kenari di penangkaran, paling tidak ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh seorang penangkar, yaitu persiapan perkawinan dan proses perkawinan. Persiapan perkawinan atau pengembangbiakan kenari mencakup yang pertama persiapan lingkungan kandang penangkaran. Kandang pembiakan harus dipersiapkan dengan baik yang meliputi sarang, kondisi suhu, intensitas cahaya matahari yang cukup, serta kenyamanan dan keamanan. Kedua, persiapan pasangan burung untuk program perkawinan harus dipastikan sehat, tidak cacat, cukup umur, terseleksi dari turunan yang bermutu baik, memperlihatkan perilaku seksual yang jelas, serta jantan dan betina sudah terlihat berdekatan. dan memperlihatkan Pada proses perkawinan umumnya burung kenari yang sudah berjodoh perilaku seksual akan diikuti dengan perkawinan. Dalam praktik, seringkali seorang penangkar mengawinkan seekor pejantan unggul dengan dua sampai tiga ekor betina. Setelah berhasil mengawini betina pertama dan betina tersebut sudah berhasil bertelur, maka pejantannya dapat dipisahkan dan diistirahatkan dua sampai tiga hari untuk kemudian dikawinkan lagi dengan betina lainnya. Penanganan telur dan proses pengeramannya Apabila burung telah berhasil kawin, burung kenari akan mulai menyiapkan sarangnya dan diperkirakan lima sampai tujuh hari setelah kenari betina membuat sarangnya. Setelah itu burung kenari betina mulai bertelur sebanyak 2-6 butir atau

17 7 rata-rata 4 butir. Biasanya telur diletakkan satu butir setiap hari pada waktu antara jam pagi. Setelah semua telur dikeluarkan dan akan diikuti dengan proses pengeraman telur. Proses pengeraman telur berlangsung selama hari. Pengeraman umumnya dilakukan oleh betina, sementara pejantan biasanya menunggu di depan sarang, membantu mengambilkan pakan untuk betina, dan bergantian mengerami telur pada saat betina keluar mengambil pakan. Telur yang dierami perlu dipastikan bahwa benar-benar dibuahi. Oleh karena itu, pada hari ketujuh dalam masa pengeraman telur, perlu dilakukan pemeriksaan telur dengan mengambil dan melihatnya dibawah cahaya untuk melihat ada tidaknya benih di dalam telur tersebut. Umumnya telur yang terlihat gelap dibawah cahaya menunjukkan bahwa telur tersebut dibuahi. Perawatan dan Pembesaran Anak Gambar 5 Pengeraman telur Setelah telur menetas, langkah penting yang harus segera dilakukan adalah perawatan dan pembesaran anak. Umumnya setelah menetas, anak masih dibiarkan diasuh oleh induk betina sampai berumur sekitar hari (± 2 minggu) dan setelah itu disapih dan dipelihara bersama induk jantannya. Pada saat itu induk betina sudah mulai dipulihkan kondisinya dan dipersiapkan untuk dikawinkan kembali. Umumnya dengan perlakuan yang baik, hari sesudah penetasan telur seekor induk betina kenari sudah dapat dijodohkan dan siap dikawinkan kembali. Gambar 6 Memberi pakan tambahan pada anakan burung kenari

18 8 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Nurman Siagian berjudul Analisis Kelayakan Investasi Usaha Penangkaran Burung Walet (Collucalia fuciphaga). Pada penelitian ini, analisis finansial dibagi menjadi dua scenario yang didasarkan pada masuknya burung wallet. Scenario 1 adalah analisis kelayakan investasi dengan pendekatan rumah wallet sudah menghasilkan pada umur 2 tahun. Scenario 2 adalah analisis kelayakan investasi dengan pendekatan rumah wallet sudah menghasilkan pada umur 5 tahun. Arus manfaat (inflow) berupa nilai produksi sarang burung wallet feses wallet, sedangkan arus biaya meliputi biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi pada scenario 1 sebesar Rp dan pada scenario 2 sebesar porsi biaya operasional terbesar terletak pada komponen biaya tetap, yaitu sebesar Rp atau 60,26% (scenario 1) dan Rp atau 61,11% (scenario 2) dari total biaya yang dikeluarkan dalam biaya operasional. Analisis lainnya adalah B/C ratio, NPV, IRR, dan PBP. Manfaat yang diperoleh didiskonto pada berbagai tingkat diskonto yaitu 12%, 18%, dan 24%. Pada scenario 1, jika rumah wallet mulai menghasilkan pada tahun ke-2, maka diperoleh B/C ratio sebesar 3,87 pada tingkat diskonto 12%. Sedangkan pada tingkat diskonto 18% dan 24%, B/C ratio berturut-turut sebesar 2,35 dan 1,51. Pada tingkat diskonto 12%, NPV proyek sebesar Rp ,20. Pada tingkat diskonto 18% dan 24% nilai NPVnya sebesar Rp dan Rp ,54. IRR yang diperoleh sebesar 30,29% dan lebih besar dari tingkat suku bunga pada tingkat diskonto 12%, 18%, dan 24% yang berarti investasi layak dan menguntungkan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Bagus Yanuar Hariyanto, Usaha Peternakan Burung Puyuh Surya Unggas Raya terbukti layak untuk diusahakan. Nilai kriteria investasi Net Present Value (NPV) sebesar Rp , Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,50, Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) sebesar 1,06, Internal Rate of Return (IRR) 23,03%, Profitabilitas Ratio (PR) sebesar 2,35, Payback Period (PP) sebesar 4,68 atau 4 tahun, 8 bulan, dan 4 hari. Selain itu, Peternakan Burung Puyuh Surya Unggas Jaya peka terhadap kenaikan harga pakan, penurunan harga telur kenari dan penurunan output produksi telur kenari. Penelitian A. Setiadi dan Bambang Mulyatno menunjukkan bahwa penerimaan usaha ternak burung puyuh berkisar antara Rp hingga Rp per tahun dengan nilai rata-rata Rp Pada penelitian ini diperoleh nilai B/C rata-rata sebesar yang berarti usaha burung puyuh mempunyai jumlah penerimaan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Selain itu, nilai ROI rata-rata diperoleh sebesar 101,93% yang menunjukkan usaha peternakan burung puyuh rakyat mempunyai nilai yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Penelitian lainnya mengenai analisis usaha beternak burung puyuh juga dilakukan oleh Jusuf O Panekenan yang dilakukan di Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha burung puyuh adalah sebesar Rp / periode produksi. Tingkat keuntungan yang diperoleh peternak burung puyuh bervariasi menurut skala pemilikkan (skala usaha). Rata-rata tingkat keuntungan beternak burung puyuh di Kecamatan Sonder sebesar Rp per periode produksi.

19 Penelitian dari Suwarto (2003) yang berbentuk tesis, menganalisis usaha ternak burung puyuh di Jl. Narogong, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat. Tujuan kajian penelitian ini yaitu untuk mengetahui bisnis beternak puyuh untuk dijadikan sumber mata pencaharian, memahami permasalahan yang ada dalam beternak puyuh, melakukan evaluasi kelayakan finansial usaha ternak puyuh dalam upaya pemenuhan dana dengan skim yang ada. Analisis usaha pada penelitian tesis ini dilakukan melalui pendekatan metode deskriptif terhadap aspek umum dan melalui pendekatan metode analisis keuangan terhadap pembiayaan usaha seperti: NPV, IRR, PBP, BEP serta analisis rentabilitas. Analisis tingkat kelayakan finansial usaha ternak puyuh pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan modal sendiri (discount rate 18 persen) maka diperoleh NPV sebesar Rp , IRR yang didapat sebesar 24,84 persen melebihi tingkat suku bunga yang berlaku, PBP yang diperoleh yaitu 15 bulan, BEP dalam unit sebanyak butir dan harga sebesar Rp 71,94,- sehingga analisis kelayakan finansial usaha ternak puyuh tersebut layak untuk dijalankan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa usaha puyuh tersebut dapat diberikan fasilitas KKU s.d.rp 50 juta untuk menjalankan usahanya dengan skala ekor petelur, dengan kebutuhan yang sesuai berupa kredit modal kerja dan investasi. Hasil penelitian Oom Rohmawati dilihat dari aspek teknis menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan bahan baku atau ketersediaan induk ikan hias air tawar. Hal ini dikarenakan perusahaan memelihara ikan dari benih hasil pemijahan dalam kegiatan produksi. Dari aspek manajemen menunjukan perusahaan menggunakan struktur organisasi yang cukup sederhana dan mampu menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kewajibannya. Aspek Hukum menunjukkan Arifin Fish Farm dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai pemilik perusahaan. Aspek pasar menunjukkan bahwa budidaya ikan hias air tawar memiliki potensi untuk dikembangka. Tingginya permintaan eksportir dan pedagang pengumpul terhadap ikan hias air tawar pada Arifin Fish Farm yaitu untuk Black Ghost sebesar ekor, dan Ctenopoma sebesar ekor, sedangkan permintaan Patin sebesar 8.260,000 ekor per tahun. Sehingga permintaan yang terpenuhi oleh perusahaan hanya sebesar ekor Black Ghost, ekor Ctenopoma, dan ekor Patin. Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha ikan hias air tawar Arifin Fish Farm menunjukan bahwa perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp ,00, nilai Net B/C diperoleh sebesar 4,08, nilai IRR sebesar 60 persen, payback period sebesar 2,03, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp ,00. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap penuruanan harga penjualan menunjukkan usaha ini masih tetap layak untuk dilanjutkan. Penurunan harga jual ikan hias sebesar 20 persen per tahun menghasilkan NPV Rp ,00; Net B/C sebesar 2,43 dan IRR sebesar 34 persen. sedangkan penurunan sebesar 30 persen, menghasilkan NPV sebesar ,00; Net B/C sebesar 1,79 dan IRR sebesar 24 persen. 9

20 10 KERANGKA PEMIKIRAN Studi Kelayakan Bisnis Kerangka Pemikiran Teoritis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2010). Menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika usaha tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dan dampak negatif yang ditimbulkan. Studi kelayakan bisnis diperlukan oleh beberapa pihak yang berkepentingan, seperti pelaku bisnis, investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis diperlukan ketika pelaku bisnis melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Merintis usaha baru Ketika pelaku bisnis akan merintis usaha baru studi kelayakan bisnis diperlukan untuk mengetahui apakah usaha baru yang dirintis layak atau tidak untuk dijalankan. 2. Mengembangkan usaha yang sudah ada Ketika pelaku bisnis akan mengembangkan usaha yang sudah ada studi kelayakan bisnis diperlukan untuk mengetahui apakah usaha yang akan dikembangkan layak atau tidak untuk dijalankan. 3. Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan Ketika pelaku bisnis akan memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan maka diperlukan studi kelayakan bisnis. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2005). Menurut Gittinger (1986) rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek disebut sebagai siklus proyek (project cycle). Siklus ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu tahap identifikasi, persiapan dan analisis, penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui bermanfaat atau tidak investasi yang dilakukan oleh seorang pengusaha pada bisnis yang akan atau sedang dijalankannya sehingga menghindarkan pengusaha tersebut dari kegiatan investasi yang merugikan. Salah satu analisis kelayakan usaha yang dilakukan adalah pada budidaya burung kenari di peternakan Bapak Asep Permana. Burung kenari sebagai komoditi baru di Indonesia memiliki prospek pengembangan usaha. Namun, burung kenari membutuhkan modal yang cukup besar untuk diusahakan sehingga dengan adanya analisis kelayakan usaha dapat diketahui berapa manfaat yang didapatkan dari usaha budidaya burung kenari.

21 Kelayakan suatu usaha dianalisis dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek keuangan. Masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Jika salah satu aspek tidak dipenuhi, perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. a. Aspek Pasar Pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam suatu usaha karena berkaitan dengan kelangsungan produksi. Jika pasar menyerap hasil produksi dalam jumlah yang tinggi, tentu tidak menjadi masalah sebab usaha akan mendapatkan keuntungan. Tetapi jika pasar menyerap hasil produksi dalam jumlah yang rendah, akan mendatangkan kerugian pada usaha yang dirintis (Rahardi et al. 1993). Umumnya tujuan studi pasar bertujuan untuk mengukur dan memperkirakan permintaan untuk menilai ketetapan waktu dan harga dari proyek dalam memproduksi barang/jasa. Hal ini sangat penting karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan. Dengan demikian akan terlihat berapa besar volume yang akan dikejar untuk mencapai sasaran laba yang telah ditetapkan dan berapa besar biaya yang harus dikorbankan untuk mencapai tingkat penjualan tersebut. Menurut (Nurmalina et al. 2010) aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan. b. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiaannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2010). Aspek ini berpengaruh terhadap kelancaran usaha terutama terhadap proses produksi. Hal yang perlu dianalisis dalam aspek ini adalah sebagai berikut: 1. Penentuan lokasi bisnis Pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebaik-baiknya agar tidak merugikan usaha yang telah dirintis. Menurut Rahardi et al. (1993), penentuan lokasi usaha perlu ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek teknis-ekonomis, aspek iklim, dan aspek agronomis. 2. Luas produksi Penentuan luas produksi berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang peling efisien (Kasmir dan Jakfar 2009). Luas produksi dapat dilihat dari segi ekonomis dan segi teknis. Jika dari segi ekonomis yang dilihat adalah berapa jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya yang paling efisien, sedangkan dari segi teknis yang dilihat adalah jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatan produksi. Bagi perusahaan yang tergantung pada mesin dan peralatan produksi serta berproduksi berdasarkan pesanan, penentuan luas produksi kurang begitu penting. 3. Pemilihan mesin peralatan dan teknologi Dalam pemilihan teknologi yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Beberapa kriteria dalam pemilihan teknologi, yaitu ketepatan teknologi dengan bahan baku, keberhasilan penggunaan 11

22 12 teknologi di tempat lain, pertimbangan teknologi lanjutan akibat keusangan, dan kemampuan pengetahuan tenaga kerja dan kemungkinan pengembangannya (Nurmalina et al. 2010). Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan mesin peralatan (Suliyanto 2010) yaitu kesesuaian dengan teknologi, nilai beli yang sesuai, kemampuan mesin yang sesuai, ketersediaan pemasok, ketersediaan suku cadang, kesesuaian kualitas mesin, dan kesesuaian umur ekonomis. 4. Penentuan layout pabrik dan bangunan Layout adalah suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan adanya layout dapat memberikan beberapa keuntungan, yaitu memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktivitas dan pemeliharaan, pemakaian ruangan yang efisien, mengurangi biaya produksi maupun investasi, serta memberikan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang lebih baik (Kasmir dan Jakfar 2009). c. Aspek Manajemen dan Hukum Manajemen merupakan cara mengatur satu atau beberapa faktor untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Rahardi et al. 1993). Dalam hal ini yang perlu dipahami adalah dasar-dasar manajemen proyek, yaitu perencanaan proyek dan dasar-dasar manajemen sumber daya manusia yang terdiri dari deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, struktur organisasi, dan pengadaan karyawan (Suliyanto 2010). Manajemen diperlukan agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan sesuai yang diharapkan. Beberapa fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi itu antara lain (Rahardi et al. 1993) adalah perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. d. Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek sosial merupakan aspek yang memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi usaha (Nurmalina et al. 2010). Hal-hal yang dipelajari dalam aspek ini adalah adanya penambahan kesempatan atau pengurangan pengangguran serta bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis, seperti lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan lain sebagainya. Lingkungan usaha dapat menjadi peluang bagi bisnis yang dijalankan dan dapat pula menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap aspek lingkungan untuk mengetahui kesesuaian lingkungan terhadap bisnis yang dijalankan serta dampak bisnis terhadap lingkungan. Hal ini bertujuan untuk menganalisis apakah kondisi lingkungan mendukung untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis tersebut memberikan dampak positif terhadap lingkungan (Suliyanto 2010). e. Aspek Finansial Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan, sehingga akan terlihat pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali (Kasmir dan Jakfar 2009). Menurut Umar (2007) besarnya biaya yang akan dikeluarkan tergantung dari usaha yang akan dirintis. Perhitungannya perlu dilakukan sebelum investasi

23 dilakukan. Penilaian dalam aspek keuangan meliputi beberapa hal, yaitu sumber-sumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan jenis-jenis serta biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, proyeksi laporan laba rugi, kriteria penilaian investasi, dan rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan. Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa besar pendapatan yang akan diperoleh dan berapa besar biaya yang akan dikeluarkan selama umur usaha. Hal ini dapat digambarkan dalam suatu arus kas (cash flow). Cash flow merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan hingga investasi tersebut berakhir. Dalam cash flow semua data pendapatan dan biaya yang dikeluarkan diestimasi sedemikian rupa selama umur bisnis, sehingga dapat terlihat gambaran pemasukan (cash in) dan pengeluaran (cash out) perusahaan di masa yang akan datang. Aspek finansial meliputi laporan laba rugi, arus kas (cash flow), dan kriteria penilaian investasi. 1) Aliran kas (Cash flow) Menurut Umar (2005) aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Aliran kas setiap bisnis berbedabeda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis bisnis, proses kegiatan produksi, dan keadaan kesiapan dimulainya bisnis. Aliran kas terdiri dari beberapa unsur, seperti Arus penerimaan (inflow), Arus pengeluaran (outflow), Manfaat bersih (Net Benefit) 2) Laporan laba rugi Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi merupakan suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan ini menunjukkan hasil-hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Penerimaan diperoleh dari penjualan barang dan jasa. Penerimaan penjualan dikurangi seluruh pengeluaran disebut pendapatan neto atau laba, sedangkan penerimaan yang dikurangi pengeluaran tunai untuk operasi disebut dengan pendapatan bruto (laba bruto). Pengeluaran tunai untuk operasi merupakan semua pengeluaran yang timbul untuk memproduksi output diantaranya pengeluaran untuk tenaga kerja dan pengeluaran untuk bahan mentah. Pengeluaran selanjutnya adalah biaya-biaya penjualan, biaya-biaya umum, dan biayabiaya administrasi. Biaya-biaya ini mencakup sejumlah perincian biaya eksploitasi, seperti biaya-biaya administrasi umum, latihan, penelitian, dan biaya manajemen yang dibayar saat akan menjalankan usaha. Berikutnya adalah dana-dana operasi (pendapatan operasi sebelum penyusutan) dimana merupakan keuntungan neto atau arus uang tunai perusahaan yang timbul dari kegiatan operasi. Selanjutnya pengeluaranpengeluaran operasi bukan tunai, unsur utamanya adalah penyusutan. Penyusutan merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap-tiap periode akuntansi sehingga nilainya berangsur-angsur habis atau terhapus, sejalan dengan umur teknis harta tersebut. Umumnya metode yang digunakan adalah penyusutan garis lurus dimana mengalokasikan suatu nilai harta tetap dengan besaran yang sama ke tiaptiap periode akuntansi. Pengurangan pengeluaran operasi bukan tunai dari 13

24 NPV (Rp) 14 penerimaan diperoleh pendapatan operasi (laba operasi) atau disebut juga laba sebelum bunga dan pajak. Jika perusahaan menerima pembayaran bunga maka transaksinya akan muncul pada satu perincian dalam laporan laba rugi. Pengurangan pembayaran bunga dari penerimaan akan diperoleh pendapatan (laba) sebelum pajak. Terakhir, pengurangan pajak pendapatan dari penerimaan akan diperoleh pendapatan (laba) neto setelah pajak. 3) Kriteria penilaian investasi Kriteria penilaian investasi merupakan alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha pada aspek finansial. Kriteria yang digunakan tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan. Kriteria yang digunakan adalah Net Present Value (NPV,) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Hubungan antara nilai Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) dapat dilihat pada Gambar 7. IRR Discount rate Gambar 7 Grafik hubungan NPV dan IRR Sumber : Nurmalina (2009) Analisis Switching Value Analisis switching value digunakan untuk mengukur perubahan maksimal dari perubahan komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu pada seberapa besar perubahan terjadi sampai dengan npv sama dengan nol. Perubahan yang melebihi nilai switching value baik untuk penurunan inflow maupun peningkatan outflow menyebabkan usaha tidak lagi layak dijalankan. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow.

25 15 Kerangka Pemikiran Operasional Kenari merupakan burung peliharaan terpopuler di Indonesia. Kota bogor menjadi salah satu kota dengan angka permintaan yang tinggi terhadap burung kenari. Hal ini terbukti dari banyaknya perlombaan burung kicau serta kios-kios burung kenari yang banyak terdapat di kota Bogor. Berdasarkan hal tersebut, Kota Bogor memiliki permintaan yang berujung pada peluang usaha burung kenari yang besar. Salah satu peternak kenari di Kota Bogor adalah Bapak Asep Permana, usaha Asoy D Canary. Beliau merupakan pemain baru di usaha ini karena baru sekitar dua tahun menggeluti usaha ternak burung kenari. Untuk dapat menangkap peluang pasar yang besar, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha burung kenari. Selain itu, analisis switching value dilakukan untuk melihat batas penurunan atau kenaikan faktor-faktor dalam cashflow yang menyebabkan usaha tersebut tidak layak. Dalam analisis kelayakan usaha ini ada beberapa aspek yang perlu dianalisis. Aspek tersebut meliputi aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan aspek lingkungan.. Dalam aspek finansial alat ukur yang digunakan adalah kriteria penilaian investasi. Adapun alat ukur yang digunakan pada penelitian ini meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Analisis switching value dilakukan terhadap dua faktor, yaitu penurunan produksi dan kenaikan biaya pakan biji-bijian. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 8.

26 16 Terdapat peluang pada pengembangan usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary Investasi yang besar dan perkembangan harga faktor produksi yang tidak menentu di masa yang akan datang Analisis kelayakan usaha Aspek finansial: NPV, Net B-C, IRR, PP dan Switching Value Aspek non finansial: Aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, dan lingkungan Layak Tidak layak Evaluasi Gambar 9 Kerangka pemikiran operasional

27 17 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha burung kenari milik Bapak Asep Permana yang berlokasi di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa saat pengamatan langsung ke beberapa kios burung permintaan burung kenari di Kota Bogor cukup besar sedangkan penangkarnya masih relatif sedikit. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan September hingga Oktober Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan pengamatan (observasi) langsung serta wawancara dengan pemilik usaha atau pihak-pihak yang terkait dengan usaha tersebut. Data primer bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai burung kenari termasuk budidayanya dan informasi mengenai keuangan usaha tersebut. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang terkait dengan penelitian ini, seperti buku teks, jurnal, penelitian-penelitian sebelumnya, surat kabar dan Badan Pusat Statistik (BPS), serta internet. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara, dan studi literatur. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data primer. Observasi dan wawancara dilakukan dengan pemilik usaha dan pihak-pihak yang terkait dengan usaha tersebut, sedangkan studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder untuk mendukung data primer. Pengumpulan data dengan studi literatur dilakukan melalui penelusuran pustaka di perpustakaan IPB, internet, dan instansi terkait. Metode Pengolahan Data Metode penelitian ini mengacu pada studi kasus yang mana lingkup penelitian ini terfokus pada kasus yang terjadi pada perusahaan tertentu yang dikaji secara mendalam dan menyeluruh. Menurut Nazir (1999), tujuan metode ini adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Studi kasus ini difokuskan pada penangkaran burung kenari milik Asoy D Canary yang terletak di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor. Metode pengolahan data yang dilakukan adalah metode secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi dan

28 18 analisis kriteria penilaian investasi. Dalam hal ini data diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan kalkulator. Analisis Aspek Nonfinansial Pada penelitian ini aspek-aspek nonfinansial yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Aspek pasar Ada beberapa hal yang akan dianalisis pada usaha burung kenari milik Asoy D Canary. Pertama, permintaan baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan proyeksi permintaan tersebut. Kedua, penawaran baik yang berasal dari dalam maupun dari luar kota. Ketiga adalah harga, apakah ada kecenderungan perubahan harga pada usaha Asoy D Canary. Keempat, program pemasaran yang mencakup strategi pemasaran dan bauran pemasaran (marketing mix). Kelima, perkiraan penjualan yang bisa dicapai oleh usaha burung kenari milik Asoy D Canary. Menurut Jumingan (2009) jika hasil penelitian pasar diperoleh kesimpulan tidak ada permintaan produk/jasa yang mencukupi maka proyek dinyatakan tidak layak karena diperkirakan tidak akan berhasil di masa yang akan datang. 2. Aspek teknis Pada analisis ini hal yang perlu diperhatikan adalah perencanaan lokasi, pemilihan peralatan dan teknologi yang digunakan, serta layout. Jika lokasi usaha Asoy D Canary sesuai dengan kondisi lokasi usaha burung kenari pada umumnya maka usaha ini dinyatakan layak. Untuk layout, penempatan sarana dan prasarana dapat disesuaikan dengan lahan yang ada dan belum ada ketentuan yang mengatur penempatan fasilitas-fasilitas serta bentuk, ukuran, dan bahan kandang yang digunakan. Usaha ini dinyatakan layak secara aspek teknis jika masih dapat memproduksi burung kenari. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek teknis membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, lay out, pemilihan jenis teknologi dan equipment. Aspek teknis dikatakan layak jika komponen-komponen teknis yang dianalisis dapat memberikan kemudahan, efektivitas dan efisiensi kerja untuk mengoptimalkan hasil produksi. 3. Aspek manajemen Aspek manajemen yang akan dianalisis pada usaha Asoy D Canary, yaitu perencanaan proyek dan dasar-dasar manajemen sumber daya manusia yang terdiri dari deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, struktur organisasi, dan pengadaan karyawan. Setiap kegiatan manajemen dibidang apa pun terdapat fungsi-fungsi manajemen. Dalam bisnis peternakan ada tiga hal yang perlu dilakukan pada manajemen, yaitu manajemen produksi, manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan (Rahardi et al. 1993). Manajemen produksi berkaitan dengan proses produksi yang mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi agar pengusaha dapat berproduksi secara efisien. Manajemen pemasaran berkaitan dengan kegiatan mendistribusburung hasil produksi ke tangan konsumen. Terakhir, manajemen keuangan berkaitan dengan kegiatan mengelola keuangan termasuk mendapatkan dan mengalokasikan dana untuk suatu rangkaian usaha atau bisnis. Jika usaha Asoy D Canary menjalankan manajemen-

29 19 manajemen tersebut sesuai dengan fungsi manajemen maka usaha ini dinyatakan layak. Menurut Jumingan (2009) manajemen perlu diperhatikan untuk menjamin keberhasilan proyek baik manajemen selama pembangunan maupun operasi sebab, manajemen yang baik akan membuat proyek berhasil dalam jangka panjang. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek manajemen dikatakan layak apabila alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan serta implementasi pekerjaan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain. 4. Aspek hukum Analisis ini bertujuan untuk menilai kelengkapan, keaslian, dan keabsahan dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan (Kasmir dan Jakfar 2003). Dalam hal ini dokumen yang diteliti adalah bentuk badan hukum, izin-izin, serta dokumen lainnya yang mendukung kegiatan usaha. Dokumen yang diteliti tergantung dari jenis usahanya. Jika usaha ini memiliki kelengkapan dokumen seperti akta, sertifikat, dan surat izin usaha maka usaha ini dinyatakan layak. Dengan adanya kelengkapan dokumen tersebut berarti usaha ini telah mendapat izin dari pemerintah untuk menjalankan usaha. 5. Aspek sosial dan lingkungan Analisis ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesesuaian lingkungan dengan bisnis yang dijalankan serta menganalisis perbandingan dampak positif dan negatif bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar lokasi usaha. Menurut Suliyanto (2010) jika suatu bisnis yang dijalankan sesuai dengan lingkungan dan memiliki dampak positif yang lebih besar daripada dampak negatif, bisnis tersebut dinyatakan layak. Pada penelitian ini hal yang perlu dianalisis adalah manfaat yang dapat diperoleh baik masyarakat maupun lingkungan dengan adanya bisnis ini. Jika usaha ini dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat dan lingkungan maka usaha ini dinyatakan layak. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial ini bertujuan untuk menilai seberapa besar biayabiaya yang dikeluarkan dan seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika usaha burung kenari milik Asoy D Canary dijalankan serta menilai kelayakan usahanya. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis laporan laba rugi, aliran kas (cash flow), dan kriteria penilaian investasi. Berikut penjelasan tentang hal yang dianalisis pada aspek finansial: 1. Analisis laporan laba rugi Laporan ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu (Nurmalina et al. 2010). Analisis ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu penerimaan penjualan, biaya operasional, laba kotor atau Earning Before Interest and Tax (EBIT), biaya bunga, laba sebelum pajak atau Earning Before Tax (EBT), biaya pajak, dan laba bersih atau Earning After Interest and Tax (EAIT). Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Didalam biaya tetap terdapat biaya penyusutan. Pada penelitian ini biaya penyusutan dihitung dengan

30 20 menggunakan metode garis lurus, dimana pengurangan harga pembelian dengan nilai sisa dibagi umur ekonomis. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Dari analisis ini akan diperoleh biaya pajak yang digunakan dalam aliran kas (cash flow) dan dari hasil perhitungannya dapat dilihat besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan tiap tahunnya. 2. Aliran kas (cash flow) Aliran kas berisi tentang semua penerimaan dan pengeluaran usaha burung kenari milik Asoy D Canary. Penerimaan yang diperoleh berasal dari nilai produksi total dan nilai sisa. Nilai produksi total dihitung dengan produksi utama dikalikan dengan harga per satuan produk tersebut, sedangkan nilai sisa dihitung dengan nilai pembelian dibagi dengan umur ekonomis dikalikan sisa umur bisnis. Pengeluaran berasal dari biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pajak. Dari analisis ini dapat dilihat berapa besar manfaat bersih yang diperoleh oleh usaha Asoy D Canary. 3. Kriteria penilaian investasi Menurut Nurmalina et al. (2010) kriteria penilaian investasi dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu binis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Kriteria penilaian investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). a. Net Present Value (NPV) Perhitungan net present value menunjukkan berapa manfaat bersih yang dapat diperoleh oleh usaha Asoy D Canaryselama umur bisnis pada tingkat discount rate tertentu. Net present value dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t (Rp) Ct = Biaya pada tahun t (Rp) t = Tahun kegiatan bisnis (t= 1, 2, 3,..., n) n = Umur proyek i = Tingkat suku bunga (%) Jika hasil perhitungan net present value lebih besar dari nol (NPV > 0), maka usaha layak untuk dijalankan dan jika lebih kecil dari nol (NPV < 0), usaha tidak layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan net present value yang sama dengan nol (NPV=0) menunjukkan bahwa usaha ini berada pada kondisi break even point (BEP), yaitu tidak mendapatkan keuntungan ataupun kerugian dimana pendapatan sama dengan pengeluaran. b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh oleh usaha Asoy D Canaryterhadap biaya yang telah dikeluarkan selama umur bisnis pada discount rate atau tingkat suku bunga

31 21 tertentu. Perhitungan ini merupakan perbandingan antara jumlah present value positif dengan jumlah present value negatif dan dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut: Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%) t = Tahun Jika hasil perhitungan Net B/C ratio lebih dari satu (Net B/C > 1), maka usaha layak untuk dijalankan dan jika lebih kecil dari satu (Net B/C < 1) berarti usaha tidak layak dijalankan. Hasil perhitungan Net B/C ratio yang sama dengan nol (Net B/C=0) menunjukkan bahwa cash in flows sama dengan cash out flows dimana total biaya yang dikeluarkan sama dengan total penerimaan (BEP). c. Internal Rate of Return (IRR) Perhitungan ini menunjukkan seberapa besar pengembalian yang bisa diterima oleh suatu usaha terhadap investasi yang akan ditanamkan selama umur bisnis dan pada discount rate tertentu. Internal rate of return dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana: i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV bernilai positif NPV 2 = NPV bernilai negatif Jika hasil perhitungan internal rate of return lebih besar dari discount rate, investasi layak untuk dijalankan dan jika lebih kecil dari discount rate, investasi tidak layak untuk dijalankan. Jika hasil perhitungannya sama dengan discount rate, usaha Asoy D Canarytidak mendapatkan keuntungan ataupun kerugian (BEP). d. Payback Period (PP) Payback period digunakan untuk mengukur jangka waktu pengembalian investasi pada suatu usaha. Dengan ini, bisa diketahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi pada usaha tersebut terhadap biaya yang telah dikeluarkan. Semakin cepat investasi dapat dikembalburung, semakin baik usaha tersebut. Secara matematis, perhitungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana: I = Besarnya biaya investasi Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

32 22 Menurut Suliyanto (2010) jika payback period suatu investasi lebih panjang daripada payback maximum maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Begitu sebaliknya, jika payback period suatu investasi lebih pendek daripada payback maximum maka investasi tersebut dinyatakan layak. Namun, menurut Nurmalina et al. (2010) tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maximum, sehingga hal ini merupakan masalah utama dalam metode ini. Dengan demikian, pada penelitian ini payback period digunakan untuk melihat berapa lama usaha ini dapat mengembalikan biaya investasinya. Analisis Switching Value Setelah analisis kelayakan usaha dari aspek finansial dan non finansial, dilakukan analisis switching value untuk mengetahui sejauh mana tingkat perubahan inflow maupun outflow yang masih bisa ditoleransi agar usaha masih tetap layak untuk dijalankan. Analisis dilakukan pada variable-variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap pendapatan atau keuntungan pada usaha Asoy D Canary. Variabel yang digunakan yaitu penurunan produksi anakan burung kenari dan kenaikan biaya pakan biji-bijian. Asumsi Dasar Penelitian Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian usaha ini adalah sebagai berikut: 1. Umur bisnis didasarkan pada umur ekonomis bangunan, yaitu selama 10 tahun. Hal ini berdasarkan pada umur bisnis dan biaya terbesar. 2. Tingkat diskonto didasarkan pada tingkat bunga deposito Bank Indonesia selama penelitian, yaitu pada bulan 12 November 2013 sampai 7 Oktober 2014 sebesar 7,50 persen. Tingkat suku bunga ini digunakan karena modal yang digunakan merupakan modal sendiri. 3. Produk burung kenari yang dijual yaitu anakan berusia 2 bulan, ini dikarenakan pada usia itu burung kenari sudah dapat dipisah dari induknya dan hidup mandiri. 4. Tingkat Hatching Rate (HR) dan Survival Rate (SR) tiap jenis anakan kenari hampir sama yaitu sebesar 75 dan 80 %. Penentuan ini berdasar pengalaman yang terjadi pada penangkaran Bapak Asep. 5. Harga jual anakan kenari sebesar Rp ,00 per ekor. 6. Harga yang digunakan dalam penelitian ini merupakan harga yang berlaku saat awal tahun 2014 hingga akhir tahun 2014 baik harga input maupun harga output dan dianggap tetap selama umur bisnis. 7. Kandang soliter berbentuk seperti bujur sangkar dan berukuran 40 cm x 60 cm x 60 cm. Kandang ini digunakan untuk merawat pejantan Yorkshire setelah dan sebelum dikawinkan. 8. Kandang ternak yang digunakan berukuran 50cm x 50cm x 50cm. Kandang ternak ini digunakan untuk indukan kenari yang siap dikawinkan. 9. Kandang umbaran yang digunakan berukuran 2m x 1m x 1m. Kandang ini digunakan untuk anakan yang siap dijual. 10. Pada tahun pertama dilakukan 2 kali siklus dan untuk tahun kedua hingga tahun kesepuluh dilakukan 4 kali siklus dalam 1 tahun dengan siklus produksi selama 3 bulan.

33 Pada tahun pertama dilakukan pengadaan sarana dan prasarana produksi selama 6 bulan dan produksi baru dimulai awal bulan ketujuh. 12. Satu kali musim panen burung kenari selama 3 bulan. Setiap selesai panen dilakukan persiapan kandang untuk produksi berikutnya. GAMBARAN UMUM Sejarah Perusahaan Asoy D Canary merupakan sebuah usaha budidaya burung kenari. Burung kenari yang diusahakan khususnya adalah Burung Kenari F2 Yorkshire. Burung jenis ini termasuk ke dalam burung impor. Usaha Asoy D Canary berlokasi di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan pasokan air yang memadai, suhu udara yang sesuai, kedekatan dengan pasar dan pusat kota serta fasilitas transportasi yang mendukung untuk pemasaran burung kenari. Usaha yang telah berjalan dua tahun dua bulan ini merupakan usaha persorangan. Hal ini berarti usaha ini dimiliki oleh satu orang, yaitu Bapak Asep Permana yang sekaligus menjadi pemimpin perusahaan di Asoy D Canary. Usaha yang dilakukan oleh Bapak Asep Permana ini berawal dari kecintaannya terhadap burung kenari. Awalnya, Bapak Asep Permana hanya tertarik memelihara burung kenari untuk kesenangan pribadi. Namun, setelah mengetahui potensi pasar yang besar pada usaha burung kenari, Bapak Asep mulai mencoba membudidayakan burung kenari hingga saat ini. Proses Budidaya Proses budidaya burung kenari pada Asoy D Canary melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan proses budidaya burung kenari di Asoy D Canary sebagai berikut: 1. Persiapan alat dan bahan Peralatan yang digunakan pada usaha budidaya burung kenari terdiri dari kandang dan sarana pendukung seperti tempat pakan, tempat bertengger, sarang dan bahan sarang. Kandang yang digunakan disesuaikan dengan fungsi dan kegunaan pada usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary. Dibutuhkan tiga unit kandang yaitu kandang pembiakan, kandang pembesaran anakan, dan kandang soliter. Pertama, kandang pembiakan digunakan untuk mengembangbiakan burung kenari. Jumlah kandang pembiakan disesuaikan dengan jumlah indukan betina burung kenari yaitu sebanyak lima belas unit kandang dengan ukuran 50x50x50 cm. Kedua, kandang pembesaran anakan atau kandang umbaran untuk proses pemisahan anak burung kenari dengan induknya. Dibutuhkan tiga unit kandang ini dengan ukuran 2x1x1 m. Ketiga, kandang soliter yang digunakan sebagai tempat persiapan indukan jantan. Kebutuhan terhadap kandang ini sebanyak lima unit kandang dengan ukuran 40x60x60 cm. 2. Pakan Pakan yang dibutuhkan pada usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary terdiri dari pakan utama, pakan tambahan, dan pakan pelengkap. Pakan utama merupakan pakan biji-bijian yang terdiri dari campuran canary seed, biji sawi,

34 24 milet putih dan milet merah. Pakan tambahan berupa sayuran, buah-buahan, dan telur puyuh. Pemberian pakan tambahan ini untuk melengkapi kebutuhan nutrisi burung kenari dan berfungsi membantu pencernaan, memacu keindahan berkicau dan warna bulu. Pakan tambahan dilakukan berselang-seling dan dengan takaran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan pakan pelengkap, pakan berupa tulang sotong yang dibutuhkan sebagai sumber kalsium untuk membantu proses produksi dan pertumbuhan burung muda. 3. Proses budidaya Sebelum memulai proses budidaya, Usaha Asoy D Canary menentukan jenis indukan yang akan dibudidayakan. Indukan jantan yang digunakan merupakan burung kenari Yorkshire yang merupakan burung kenari impor, sedangkan indukan betina merupakan burung kenari F1. Jumlah indukan jantan sebanyak lima ekor dan indukan betina sebanyak lima belas ekor. Setelah itu, hal yang harus dilakukan sebelum dimulai proses budidaya adalah memastikan calon indukan dalam keadaan sehat, tidak cacat fisik, umur cukup, dan sudah mulai tampak perilaku seksual atau birahi. Tahapan dalam proses budidaya burung kenari terdiri dari tahap penjodohan, perkawinan, pengeraman, perawatan dan pembesaran anakan. Penjodohan burung kenari dilakukan dengan tujuan memastikan indukan jantan dan betina cocok dan siap melakukan perkawinan. Pada tahap ini, kenari jantan dan betina dimasukkan ke dalam satu kandang. Jika terlihat ada kecocokan maka dilanjutkan dengan tahap perkawinan, tetapi jika tidak maka indukan jantan harus dipisahkan dengan indukan betina dan dicarikan pasangan baru. Setelah dilakukan penjodohan, tahap selanjutnya adalah proses perkawinan. Perkawinan burung kenari. Pada usaha Asoy D Canary, proses perkawinan dilakukan dengan perbandingan 3:1 yaitu tiga indukan betina dikawinkan dengan satu indukan jantan. Proses perkawinan dan penjodohan terjadi di kandang pembiakan atau kandang ternak yang membutuhkan waktu selama satu minggu. Setelah proses perkawinan berhasil dilakukan, indukan burung kenari akan membuat sarang. Oleh karena itu, Proses ini harus dipastikan bahan sarang tersedia di dalam kandang. Kemudian, indukan jantan akan ditarik dari kandang ternak setelah indukan betina mulai melakukan proses pengeraman. Proses pengeraman telur berlangsung selama 14 hari. Berdasarkan pengalaman Bapak Asep Permana, rata-rata telur yang dihasilkan berjumlah dua telur. Setelah telur menetas, anakan burung kenari akan diberi makan oleh induknya selama satu bulan. Selama satu bulan tersebut, anakan burung kenari juga diberi makan oleh para pekerja dengan biskuit yang sudah dihaluskan atau bubur bayi. Hal ini dilakukan untuk memastikan anakan burung kenari mendapat asupan makanan yang cukup dan merata. Setelah satu bulan, anakan burung kenari akan dipisah dengan induknya dan dipindahkan ke kandang umbaran. Hal ini dilakukan agar anakan burung kenari dapat hidup mandiri dan lebih berkembang pada kandang umbaran yang ukurannya lebih besar dari kandang ternak. Pada kandang umbaran anakan burung kenari menghabiskan waktu selama satu bulan sampai anakan burung kenari tersebut siap dijual. 4. Pemasaran Pemasaran yang dilakukan oleh Usaha Asoy D Canary menggunakan media sosial seperti facebook dan BBM. Hal ini dilakukan karena mengikuti perkembangan zaman yang berbasis teknologi informasi dimana banyak orang

35 25 yang menggunakan media sosial. Dengan menggunakan media ini, Asoy D Canary dapat menjangkau para penghobi burung kenari tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. Asoy D Canary memiliki akun facebook dengan nama Asoy D Canary. Akun ini digunakan untuk menjual anakan burung kenari. Foto yang diunggah adalah foto anakan burung kenari kenari yang siap dijual, yaitu anakan yang berusia sekitar dua bulan. Selain itu, facebook juga digunakan untuk memberikan informasi tentang burung kenari. Hal ini dilakukan untuk menarik minat dan meningkatkan kepercayaan calon pembeli. Untuk memperluas jangkauannya, Asoy D Canary bergabung dalam beberapa group komunitas pecinta burung kenari di facebook. Black Bery Messanger atau biasa disebut BBM digunakan sebagai alat komunikasi jual-beli selain melalui SMS. BBM memiliki beberapa keunggulan yang memudahkan proses komunikasi jual-beli jika dibandingkan dengan SMS. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengunggah foto ke umpan di halaman utama timeline. Selain itu, BBM juga memiliki keunggulan dapat mengirim foto-foto burung secara pribadi ke calom pembeli, sehingga pembeli mendapatkan visualisasi burung yang akan dibelinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Nonfinansial Analisis ini bertujuan untuk menilai kelayakan usaha burung kenari milik Asoy D Canary dari aspek nonfinansial. Pada aspek nonfinansial yang akan dianalisis, antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan. Berikut penjelasan masing-masing aspek yang dianalisis: Aspek Pasar Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah permintaan terhadap burung kenari yang relatif besar. Dapat dilihat dari banyaknya jumlah kios yang terdapat di Bogor dan berbagai kontes burung kenari yang diadakan. Selain itu secara geografis, letak Bogor berdekatan dengan Jakarta dan Bandung dengan rumah tangga yang memelihara burung kenari berturut-turut sebesar dan persen dari jumlah rumah tangga yang ada. Meskipun demikian, para pembudidaya kenari di daerah Bogor sebagian besar memproduksi burung kenari jenis lokal. Masih sedikit yang membudidayakan burung kenari silangan kenari impor dan kenari lokal. Padahal jumlah permintaan terhadap jenis kenari tersebut relatif besar. Berdasarkan silangan ini masih sedikit karena biaya investasi yang besar terutama untuk indukannya. Berdasarkan pengalamannya selama usaha budidaya burung kenari jenis tersebut, Bapak Asep tidak pernah kekurangan permintaan. Kebanyakan anakan burung kenari yang masih di dalam telur sudah dipesan oleh pembeli. Potensi yang besar ini melatarbelakangi Bapak Asep Permana menjalankan usahanya.

36 26 Sebagai salah satu peternak burung kenari di Bogor, Asoy D Canary sendiri masih mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang ada. Setiap siklusnya, Asoy D Canary mampu menghasilkan sekitar 30 anakan burung kenari. Jumlah tersebut terbilang sedikit dibanding permintaan yang jumlahnya mencapai 125 anakan per siklusnya. Permintaan tersebut datang dari kenalan Bapak Asep Permana di daerah Jakarta, Bandung, dan Jawa Tengah. Dengan kondisi seperti itu Asoy D Canary hanya dapat memenuhi beberapa permintaan saja. Pembagian jumlah anakan burung kenari kepada pelanggan didasarkan pada aspek kedekatan dan kepercayaan. Berikut tabel jumlah permintaan dan penawaran pada usaha Asoy D Canary. Tabel 1 Data permintaan dan penawaran Usaha Asoy D Canary No. Target pasar Target pasar Asoy D Canary adalah para penghobi burung kenari golongan menengah ke atas. Hal ini dikarenakan burung kenari yang dibudidayakan merupakan persilangan antara burung kenari impor dengan burung kenari lokal yang memiliki harga relatif mahal, yaitu sekitar dua juta rupiah per ekor. Untuk saat ini, konsumen Asoy D Canary sebagian besar berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pemasaran Pelanggan Permintaan per Siklus (ekor) Penawaran per Siklus (ekor) Persentase yang Terpenuhi (%) 1 Gryo Canary. (Jakarta) Arip Canary (Jakarta) Sasan Canary (Bandung) Arul Canary (Depok) Bata X (Jogja) Asep Kenari (Bandung) 20-0 Total Sumber: Data primer yang diolah (2014) 5. Produk Produk yang dihasilkan oleh Asoy D Canary adalah burung kenari silangan kenari impor dan kenari lokal. Kenari jenis ini memiliki ciri postur tubuh yang relatif besar dibanding kenari lokal. 6. Harga Penetapan harga yang dilakukan oleh Asoy D Canary didasarkan pada harga yang ditentukan oleh pesaing dan harga pokok produksi. Harga anakan burung kenari yang berumur dua bulan yaitu Rp ,00 rupiah per ekor. Harga yang ditetapkan lebih rendah dari para pembudidaya burung kenari jenis yang sama di Bandung yang mencapai harga Rp ,00 hingga Rp ,00 per ekor. Perbandingan dilakukan dengan para pembudidaya Bandung karena Bandung merupakan wilayah sentra budidaya burung kenari di Jawa Barat.

37 27 7. Promosi Promosi dilakukan lewat media social, seperti facebook dan BBM yang terdapat komunitas - komunitas pecinta burung kenari dari berbagai daerah. Lewat komunitas-komunitas tersebut Bapak Asep Permana mempromosikan hasil produksinya. Jalur promosi ini dianggap sebagai promosi yang efektif dan efisiensi. 8. Saluran Asoy D Canary menjual hasil produksinya kepada pembubidaya kenari dan penghobi atau konsumen akhir. Biasanya para pembeli datang langsung ke tempat budidaya kenari milik Bapak Asep Permana ini. Hal ini dilakukan agar pembeli dapat melihat secara langsung burung kenari yang akan dibeli. Bagi pembudidaya, kenari-kenari tersebut akan disilangkan sesuai keinginan pemilik untuk selanjutnya dijual kembali. Bagi penghobi, kenari yang dibeli akan diikutsertakan dalam berbagai lomba. Para pelanggan ini sebagian besar dari wilayah Jabodetabek dan Bandung. Pemasaran output pada usaha Asoy D Canary ini dapat dilihat pada Gambar 9. Asoy D Canary Kios Penghobi Berdasarkan analisis aspek pasar, usaha burung kenari milik Asoy D Canary layak untuk dijalankan. Hal ini dilihat dari jumlah permintaan yang lebih besar dari jumlah penawaran. Artinya setiap output yang dihasilkan akan diserap oleh permintaan pasar, bahkan masih ada permintaan yang belum terpenuhi. Selain itu, usaha ini sudah memiliki pelanggan tetap, sehingga berapapun output yang dihasilkan akan habis terjual. Aspek Teknis Gambar 10 Saluran pemasaran usaha Asoy D Canary Aspek teknis adalah aspek utama yang berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi suatu usaha. Pada penelitian ini analisis aspek teknis meliputi analisis lokasi usaha, pemilihan peralatan dan teknologi yang digunakan, serta layout. Berikut ini penjelasan dari analisis aspek teknis: 1. Lokasi usaha Ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam perencanaan lokasi usaha Asoy D Canary, yaitu pertimbangan terhadap ketersediaan indukan kenari, ketersediaan bahan baku, sumberdaya (air dan listrik serta tenaga kerja), transportasi dan aksesibiltas, iklim dan cuaca, serta sosial masyarakat. Pertama, Asoy D Canary tidak mengalami kesulitan dalam pengadaan indukan burung kenari. Hal ini disebabkan induk burung kenari dapat dengan mudah diperoleh di daerah Bandung yang merupakan pusat budidaya burung kenari di Jawa Barat. Indukan yang dibutuhkan yaitu kenari Yorkshire sebagai indukan jantan yang merupakan jenis kenari impor. Kenari Yorkshire mudah

38 28 beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga tidak ada kendala saat membawa kenari tersebut dari Bandung ke Bogor. Kedua yaitu aspek ketersediaan bahan baku. Bahan baku budidaya burung kenari yang dilakukan oleh Bapak Asep Permana terdiri dari pakan, vitamin, dan obat-obatan. Ketersediaan bahan baku tersebut dapat dipenuhi dengan mudah. Hal tersebut dikarenakan lokasi usaha berada di sekitar pusat kota sehingga aksesibilitas menuju pasar yang menjual berbagai keperluan budidaya burung kenari mudah dijangkau. Ketiga yaitu aspek ketersediaan tenaga listrik dan air. Ketersediaan listik dan air untuk menjalankan usaha ini sudah cukup baik. Tenaga listrik untuk menjalankan operasional usaha bersumber dari PLN dan telah menjangkau ke seluruh daerah sekitar usaha. Sedangkan ketersediaan air sendiri bersumber dari sumur, sehingga cukup melimpah untuk kebutuhan operasional budidaya. Aspek yang keempat adalah analisi kebutuhan tenaga kerja. Dalam hal pengadaan tenaga kerja, Bapak Asep tidak mengalami kesulitan berarti dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja diperoleh dari warga sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja yang dibutuhkan saat ini sebanyak dua orang yang masing-masing bertugas dibagian produksi dan pemasaran. Aspek yang kelima adalah transportasi dan aksesibilitas. Lokasi usaha yang terletak di kota membuat usaha ini dekat dengan jalan raya (aspal) yang mempermudah aksesibiltas menuju lokasi usaha. Selain karena jalan raya mudah dilalui, keberadaan lokasi yang dekat dengan jalan raya juga membuat akses transportasi berjalan lancar. Lokasi ini dilalui oleh beberapa kendaraan umum, seperti angkutan kota, bis, dan taxi. Lokasi ini juga dekat menuju ke stasiun kereta. Aksesibiltas dan Fasilitas transportasi yang terjamin penting sebagai sarana untuk mempermudah usaha Asoy D Canary untuk distribusi input dan output dan akses pelanggan yang datang langsung ke lokasi usaha. Aspek yang keenam yaitu iklim dan keadaan tanah. Kondisi iklim daerah Bogor cukup mendukung usaha budidaya burung kenari. Rentang perbedaan suhu siang dan malam yang tidak terlalu jauh. Hal ini sangat baik untuk pertumbuhan burung kenari. Selain itu, suhu di lokasi perusahaan sesuai untuk usaha ini yaitu sekitar 28 C 30 C, cocok untuk budidaya burung kenari. Aspek yang terakhir yaitu lingkungan sosial atau sikap masyarakat. Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha burung kenari ini. Hal ini disebabkan warga disekitar tempat usaha sebagian besar merupakan penghobi burung kicau. Selain itu, usaha ini juga berperan dalam mengatasi masalah sosial diantaranya mengurangi pengangguran di sekitar lokasi usaha. 2. Teknologi Teknologi yang diperlukan dalam budidaya burung kenari di Asoy D Canary berupa teknologi sederhana atau bukan termasuk teknologi yang canggih dan modern. Teknologi yang digunakan sama seperti pada pengusahaan budidaya burung kenari pada umumnya. Kegiatan budidaya burung kenari hanya membutuhkan teknologi yang sederhana berupa kandang, peralatan kebersihan dan sebagainya. Teknologi ini mudah digunakan oleh karyawan Asoy D Canary. 3. Tata letak Tata letak atau layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dalam budidaya

39 29 burung kenari penentuan bentuk dan penempatan sarana dan prasarana disesuaikan dengan lahan yang ada. Saat ini, belum ada ketentuan standar nasional (baku) yang mengatur tata letak yang ideal dalam budidaya burung kenari, sehingga penempatannya tergantung dari masing-masing penangkar. Begitu juga halnya dengan bentuk, ukuran, dan bahan kandang yang digunakan yang dibuat sesuai dengan pengetahuan penangkar. Ruangan bangunan usaha ini dibagi menjadi tiga bagian. Pembagian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan budidaya burung kenari, yaitu ruang permeliharaan ternak, pembesaran anakan, dan pemeliharaan indukan jantan. Pada masing-masing ruang diisi oleh 15 kandang ternak, 3 kandang umbaran dan 5 kandang soliter. Setiap ruang diberi sekat agar proses yang berlangsung pada setiap ruang bisa fokus dijalankan. Setiap ruangan memiliki ruang yang cukup untuk kelancaran mobilitas pegawai maupun untuk ekspansi. Aspek Manajemen Aspek manajemen dianalisis untuk dapat melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005). Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari yang merencanakan, melaksanakannya, hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek, serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik. Sejak didirikan pada bulan September 2012, usaha budidaya burung kenari milik Bapak Asep Permana belum memiliki struktur organisasi yang formal karena perusahaan ini masih tergolong baru sehingga masih beroperasi secara non formal tanpa struktur organisasi yang resmi. Meskipun demikian, Asoy D Canary memiliki pembagian tugas dan wewenang yang jelas. Jumlah karyawan di Asoy D Canary berjumlah 3 orang termasuk Bapak Asep Permana. Pemilik perusahaan bertindak sebagai manajer yang bertugas mengawasi serta membawahi semua kegiatan operasional. Sementara pegawainya bertugas dalam hal teknis budidaya burung kenari. Skema pembagian kerja pada usaha Asoy D Canary dapat dilihat pada Gambar 10. Pimpinan Usaha Karyawan 1 Karyawan 2 Gambar 12 Skema pembagian kerja pada Usaha Asoy D Canary Berdasarkan Gambar 10, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen Asoy D Canary layak untuk dijalankan. Hal tersebut didasari karena usaha budidaya burung kenari milik Bapak Asep Permana ini dapat dilaksanakan oleh bentuk usaha perseorangan dan tidak memerlukan struktur organisasi yang kompleks. Asoy D Canary memang belum memiliki struktur organisasi yang formal, akan tetapi telah mempunyai pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan pengelola kegiatan usaha

40 30 (karyawan). Dengan keadaan struktur organisasi yang ada saat ini tidak memberi kesulitan atau hambatan yang berarti dalam pelaksanaan. Aspek Hukum Asoy D Canary belum menentukan bentuk badan hukum usaha. Selain karena skala usaha yang masih sederhana, hampir seluruh modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha budidaya burung kenari ini berasal dari pemilik. Berbeda dengan perusahaan yang telah berbentuk CV ataupun Firma. Pada CV atau Firma, jumlah pemilik modal biasanya beberapa orang yang sepakat untuk menjalankan usaha bersama. Perbedaan yang paling menonjol antara CV dan Firma adalah tanggung jawab antar pemilik modal. Jika pada CV terdapat sekutu aktif yaitu orang yang memberikan modalnya serta terlibat kedalam pelaksanaan kegiatan usaha dan sekutu pasif yaitu hanya memberikan modal tanpa ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan usaha. Sedangkan pada Firma, tidak terdapat sekutu aktif dan sekutu pasif semua pemilik modal ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha. Asoy D Canary dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik perusahaan dapat memiliki seluruh keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, secara hukum usaha ini layak dijalankan. Aspek Sosial dan Lingkungan Usaha budidaya burung kenari pada usaha Bapak Asep Permana yang berlokasi di Asrama Brimob Sukasari, Kota Bogor ini keberadanya tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Jika dilihat dari aspek sosial, keberadaan usaha Asoy D Canary telah mengurangi jumlah pengangguran dimana mempekerjakan warga sekitar sebagai karyawan pada usaha ini, yaitu sebanyak dua orang. Sedangkan dari sisi lingkungan, usaha ini tidak merusak atau mencemari lingkungan. Hal ini disebabkan buangan atau limbah dari kegiatan usaha ini hanya berupa kotoran burung yang tidak mencemari lingkungan dan mudah terurai. Burung kenari adalah burung kicau tetapi tidak berkicau pada malam hari, bahkan sebagian besar orang santai dan menikmati kicauan dari burung kenari. Keberadaan usaha ini dapat memberikan manfaat terhadap warga sekitar dan kelestarian lingkungan. Hal ini terbukti, sampai saat ini usaha ini masih tetap bisa berjalan hingga sekarang. Berdasarkan hal tersebut, usaha ini layak untuk dijalankan dari aspek sosial dan lingkungan. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial bertujuan untuk menilai kelayakan usaha burung kenari milik Asoy D Canary yang sedang dijalankan. Untuk menilai kelayakan tersebut digunakan kriteria penilaian investasi. Kriteria penilaian investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis ini

41 31 menggunakan prinsip nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai uang di masa yang akan dating. Selain itu, pada analisis ini akan terlihat proyeksi manfaat bersih tambahan yang akan diterima oleh usaha Asoy D Canary dari biaya yang telah dikeluarkan dengan adanya pengembangan usaha selama umur bisnis. Semua itu dapat dilihat pada aliran kas (cash flow). Adapun komponen-komponen yang dianalisis pada aliran kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan net benefit. Sebelumnya akan dilakukan analisis laporan laba rugi. Aliran kas diproyeksikan selama 10 tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis bangunan yang berisi kandang, pakan, dan peralatan lainnya. Bangunan merupakan investasi yang sangat penting pada usaha ini karena merupakan tempat pemeliharaan burung kenari dan memiliki biaya investasi paling besar. Analisis Laporan Laba Rugi Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besar laba bersih yang akan diterima oleh usaha budidaya burung kenari milik Bapak Asep Permana selama 10 tahun. Laba bersih diperoleh setelah hasil penerimaan dikurangi biaya tetap, biaya variabel, biaya bunga, dan biaya pajak. Dalam biaya tetap akan dikeluarkan biaya penyusutan. Penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai akibat nilai investasi yang berangsur-angsur menyusut setiap tahunnya. Metode penyusutan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode garis lurus, yaitu hasil pengurangan nilai beli dengan nilai sisa dibagi umur ekonomis. Investasi yang memberikan biaya penyusutan pada usaha ini antara lain kandang ternak, kandang umbaran, kandang soliter, kerodong, tempat tengger, set lampu, indukan betina lokal, indukan jantan impor, tempat pakan, dan sapu. Tabel 2 Biaya Penyusutan Usaha Asoy D Canary No Uraian Umur Ekonomis (tahun) Nilai Total (Rp) 1 Lahan Penyusutan per tahun (Rp) 2 Bangunan Kabel Kandang ternak Kandang umbaran Kandang soliter Kerodong Set Lampu Indukan Betina Lokal Sprayer Indukan Jantan Impor Tempat tengger Sikat Gunting kuku Tempat pakan Sapu Total

42 32 Biaya bunga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran bunga dan modal yang dipinjam. Modal yang digunakan oleh usaha Bapak Asep merupakan modal sendiri, sehingga tidak ada biaya bunga dan kewajiban untuk mengembalikan modal yang digunakan. Oleh karena itu, biaya bunga yang dikeluarkan setiap tahun oleh usaha ini adalah 0 persen. Tarif pajak yang dikeluarkan adalah 0 persen karena usaha Bapak Asep Permana belum memiliki bentuk dan ijin usaha. Rata-rata laba bersih yang diperoleh per tahun adalah sebesar Rp dan rata-rata laba bersih yang diperoleh per bulan adalah sebesar Rp ,33. Aliran Kas (Cash flow) Aliran kas disusun untuk digunakan dalam pehitungan kelayakan investasi. Aliran kas usaha Bapak Asep Permana akan berbeda dengan aliran kas usaha lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh jenis usaha, kegiatan produksi, dan kesiapan dimulainya bisnis. Dari aliran kas akan terlihat rincian biaya-biaya yang dikeluarkan serta penerimaan yang diterima oleh usaha ini, sehingga akan terlihat seberapa besar manfaat bersih yang akan diperoleh dari biaya-biaya tersebut. Aliran kas terdiri dari arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan net benefit. Berikut rincian aliran kas pada usaha ini: 1. Arus penerimaan (Inflow) Pada usaha Asoy D Canary, arus penerimaan yang diperoleh berasal dari hasil penjualan anakan burung kenari.selain dari hasil penjualan, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa lahan, tempat tengger, tempat pakan, tulang sotong, dan sapu. Jumlah indukan burung kenari yang diusahakan sebanyak 20 ekor yang terdiri dari 15 ekor indukan betina dan 5 ekor indukan jantan. Setiap indukan burung kenari rata-rata menghasilkan dua telur burung kenari. Tingkat penetasan telur (Hatching Rate) dan tingkat kemampuan hidup anakan (Survival rate) masing-masing sebesar 75 dan 80 persen. Anakan burung kenari yang siap dijual memiliki umur 1,5 sampai 2 bulan. Harga anakan burung kenari yaitu Rp ,- per ekor. Indukan burung kenari mampu berproduksi dengan baik mulai dari umur 1 tahun hingga 5 tahun. Setelah melewati umur tersebut, indukan burung kenari harus diafkir dan diganti dengan indukan baru. Produksi telur tahun pertama mulai dihasilkan pada bulan ke- 7. Pada enam bulan pertama digunakan untuk persiapan lahan, bangunan, dan peralatan lainnya. Setiap siklusnya burung kenari menghabiskan waktu selama tiga bulan. Sehingga pada tahun pertama hanya terjadi dua siklus produksi. Jumlah anakan yang didapatkan diperoleh dari penjumlahan akhir dari banyaknya anakan yang ada setiap siklus dikalikan persentase menetasnya telur (Hatching Rate) dan persentase kemampuan hidup anakan (Survival Rate) masing-masing 75 dan 80 persen sehingga kemampuan hidup anakan mulai dari telur hingga siap untuk dijual adalah 60 persen. Pada tahun kedua sampai tahun ketujuh terdapat empat kali siklus setiap tahunnya. Penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai sisa (salvage value). Salvage value atau nilai sisa adalah sisa dari biaya investasi yang tidak habis terpakai selama umur ekonomis bisnis. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur bisnis dapat ditambahkan sebagai manfaat bisnis. Biaya-biaya investasi pada usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary yang masih memiliki nilai hingga akhir umur bisnis

43 33 antara lain lahan, tempat tengger, tempat pakan, tulang sotong, dan sapu. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai Sisa Usaha Asoy D Canary No Uraian Umur Ekonomis Nilai Total Nilai sisa (tahun) (Rp) (Rp) 1 Lahan Tempat tengger Tempat pakan Sapu Total Arus pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan bisnis baik saat awal bisnis maupun saat bisnis berjalan. Arus pengeluaran terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Berikut rincian arus pengeluaran usaha burung kenari milik Bapak Asep Permana: a. Biaya investasi Umumnya biaya investasi dikeluarkan sebelum bisnis berproduksi untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha burung kenari milik Bapak Asep Permana, yaitu lahan, bangunan, exhaust fan, kandang ternak, kerodong, tempat tengger, set lampu, kabel, tempat pakan, tulang sotong, gunting kuku, sapu, sikat, pemutar musik. Berikut penjelasan mengenai rincian biaya investasi usaha ini: 1. Lahan, digunakan sebagai tempat didirikannya bangunan untuk kegiatan produksi burung kenari. Luas lahan yang digunakan Asoy D Canary untuk mengusahakan burung kenari adalah 42 m 2. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli lahan per meter persegi adalah Rp Sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk membeli lahan produksi sebesar Rp Bangunan, digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi burung kenari yang melindungi burung kenari dari hujan dan panas matahari Bangunan yang dibutuhkan adalah bangunan semi permanen. Pada bagian atap tidak digunakan genteng agar cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan untuk menjemur kenari. Atap tetap tertutup rapat menggunakan atap transparan agar burung kenari tidak kehujanan. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat bangunan semi permanen yaitu Rp dengan umur ekonomis sepuluh tahun. 3. Indukan burung kenari jantan dan betina. Indukan jantan burung kenari merupakan burung kenari impor jenis Yorkshire. Sedangkan indukan betina merupakan kenari asal Indonesia atau kenari lokal. Perbandingan jumlah indukan yang dipakai yaitu 3:1 yang berarti tiga indukan betina dipasangkan dengan satu indukan jantan. Indukan jantan yang dibutuhkan sebanyak lima ekor dan indukan betinanya sebanyak lima belas ekor. Harga indukan jantan yaitu Rp per ekor dan harga indukan betina Rp per ekor. Total biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan indukan burung kenari yaitu Rp Kandang. Kandang yang dibutuhkan pada budidaya burung kenari terdapat tiga jenis kandang, yaitu kandang ternak, kandang umbaran dan kandang soliter. Kandang ternak digunakan sebagai tempat indukan betina bertelur

44 34 dan mengerami telurnya. Kandang ternak yang digunakan sesuai dengan jumlah indukan betina burung kenari yaitu sebanyak lma belas buah. Kandang umbaran digunakan sebagai tempat tumbuh anakan kenari setelah lepas dari induknya sampai siap untuk dijual. Pada kandang umbaran, anakan burung kenari dikumpulkan bersama-sama dalam satu kandang. Mengingat anakan kenari yang jumlahnya relative banyak sehingga dibutuhkan tiga unit kandang umbaran. Kandang soliter digunakan untuk tempat persiapan bagi indukan jantan. Dibutuhkan lima kandang soliter bagi indukan kenari jantan. Total biaya masing-masing kandang yaitu Rp , Rp , dan Rp Tempat pakan, dibutuhkan sebagai tempat makan dan minum burung kenari. Pada masing-masing kandang terdapat satu tempat makan dan satu tempat minum. Dibutuhkan lima puluh tempat makan dan minum. Harga satu buah tempat makan yaitu Rp rupiah. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk membeli tempat pakan yaitu Rp Perlengkapan kandang. Perlengkapan kandang yang dibutuhkan berupa tempat tengger untuk masing-masing kandang dan kerodong untuk kandang soliter. Kerodong dibutuhkan untuk menutupi kandang soliter dengan tujuan agar kenari jantan tidak mudah stress. Tempat tengger yang dibutuhkan sebanyak 50 batang dengan harga Rp 5000 per batang. Sedangkan kerodong yang dibutuhkan sebanyak 5 buah dengan harga Rp per kerodong. Biaya total yang dibutuhkan untuk menyediakan tempat tengger dan kerodong yaitu Rp Set lampu, digunakan untuk memberikan penerangan pada kandang ternak dan kandang umbaran. Penerangan pada kandang ternak dimaksudkan untuk mempermudah indukan kenari mengenali sarang dan anaknya. Penerangan yang kurang baik akan mempersulit indukan kenari ketika bertelur dan memberi makan anak burung. Pada kandang umbaran, penerangan yang cukup dibutuhkan utuk mempermudah anakan kenari menentukan tempat makan dan minum. Satu set lampu yang dibutuhkan seharga Rp Sehingga untuk 18 set lampu dibutuhkan biaya sebesar Rp Perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk budidaya burung kenari Asoy D Canary yaitu kabel, sapu, sikat, tulang sotong, gunting kuku, dan sprayer. Kabel yang dibutuhkan sebanyak satu roll kabel dengan harga Rp Sapu dibutuhkan sebanyak dua buah untuk membersihkan lantai baik pada lantai kandang ternak, kandang umbaran, maupun kandang soliter. Harga masingmasing sapu yaitu Rp Sikat digunakan untuk membersihkan sisa kotoran pada kandang burung kenari. Dibutuhkan dua buah sikat untuk untuk semua kandang dengan harga Rp per sikat. Tulang sotong dibutuhkan sebagai pemberi kalsium bagi burung kenari karena mengandung beberapa mineral seperti kalsium karbonat, sodium klorida, kalsium fosfat, dan garam magnesium. Dibutuhkan 25 tulang sotong dengan harga Rp per tulang. Gunting kuku digunakan untuk menggunting kuku indukan kenari agar tidak terlalu panjang yang dapat melukai indukan lain ataupun anakannya. Dibutuhkan dua gunting kuku dengan harga Rp per unit. Sedangkan sprayer digunakan untuk memandikan burung kenari dengan harga sebesar Rp

45 35 Tabel 4 Biaya Investasi pada Usaha Asoy D Canary No Uraian Satuan Jumlah Umur Ekonomis Nilai per Unit Nilai Total (tahun) (Rp) (Rp) 1 Lahan m² Bangunan m² Kabel roll Sprayer Unit Kandang ternak Unit Kandang umbaran Unit Kandang soliter Unit Kerodong Unit Tempat tengger meter Set Lampu Unit Indukan Betina Lokal ekor Indukan Jantan Impor ekor Tempat pakan unit Sapu unit Gunting Kuku unit Sikat unit Total Selain biaya investasi juga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh Asoy D Canary apabila biaya investasi yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya barang investasi mengalami reinvestasi, hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur bisnis. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan Asoy D Canary dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Biaya Reinvestasi Usaha Asoy D Canary No Uraian Umur Nilai Total Penyusutan per Nilai sisa Ekonomis (Rp) tahun (Rp) (Rp) 1 Lahan Bangunan Kabel Kandang ternak ,000 4 Kandang umbaran Kandang soliter Kerodong Set Lampu Indukan Betina Lokal Indukan Jantan Impor Sprayer Tempat tengger Tempat pakan Sapu Sikat Gunting kuku Total

46 36 b. Biaya operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari dua komponen, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak terpengaruh oleh perkembangan produksi atau penjualan dalam satu tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha burung kenari milik Bapak Asep Permana setiap tahunnya yaitu biaya listrik dan air, biaya pulsa, biaya makan tenaga kerja serta biaya tidak terduga yang dianggarkan sebesar 5 persen dari total biaya tetap. Listrik digunakan untuk penerangan baik pada masing-masing kandang maupun pada bangunan tempat budidaya. Sedangkan air dibutuhkan untuk membersihkan sisa kotoran pada kandang burung kenari. Daya listrik yang digunakan dalam usaha ini adalah 900 watt yang sumber listriknya berasal dari PLN. Setiap bulan dikenakan biaya listrik sebesar Rp Telepon genggam merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen atau tenaga kerja. Setiap bulan dikenakan biaya pulsa sebesar Rp sehingga setiap tahun menghabiskan biaya sebesar Rp Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja luar keluarga. Terdapat dua orang tenaga kerja yang berasal dari warga sekitar. Setiap harinya, mereka diberi uang makan seharga Rp Dalam satu tahun, biaya yang dikeluarkan untuk biaya makan tenaga kerja sebanyak Rp Biaya tidak terduga dibutuhkan untuk memperbaiki perlengkapan usaha yang rusak seperti kandang, lampu, sikat, dan perlengkapan lainnya yang bisa terjadi kapan saja. Biaya variabel merupakan biaya yang dipengaruhi oleh perkembangan produksi atau penjualan setiap tahunnya. Biaya variabel pada usaha Bapak Asep Permana meliputi biaya pembelian pakan, obat-obatan, vitamin, dus burung, dan tenaga kerja. Pakan yang dibutuhkan untuk budidaya burung kenari yaitu pakan biji-bijian dan pakan tambahan. Pakan tambahan terdiri dari sayur-sayuran, buahbuahan, dan telur kenari. Kebutuhan pakan untuk indukan dan anakan berbedabeda. Pakan biji-bijian untuk indukan dan anakan sebesar Rp per bulan per ekor. Pakan tambahannya yang terdiri dari telur kenari sebesar Rp 8.000, buahbuahan sebesar Rp 3.000, dan sayuran sebesar Rp per bulan per ekor. Kebutuhan terhadap obat dan vitamin diperlukan baik oleh indukan maupun anakan burung kenari. Beberapa jenis obat dan vitamin yang digunakan akan membantu indukan dan anakan burung kenari dalam menambah nafsu makan, mengatasi gangguan bakteri atau virus, mangatasi gangguan parasit, dan menambah stamina burung kenari. Merek obat dan vitamin yang dipakai terdiri dari EBOD, Gold Patee, Prestige, dan Gold Coin. Kebutuhan obat dan vitamin bagi indukan kenari dan anakan sebesar Rp 4000 per bulan per ekor Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Bapak Asep Permana berasal dari lingkungan sekitar tempat tinggal Pak Asep. Kebutuhan tenaga kerja sebanyak dua orang yang bekerja di bagian produksi. Pembayaran terhadap tenaga kerja disesuaikan dengan jumlah burung kenari yang terjual. Setiap penjualan satu anakan kenari, tenaga kerja mendapat bayaran Rp

47 37 Analisis Kriteria Penilaian Investasi Kriteria penilaian investasi digunakan untuk mengukur kelayakan rencana pengembangan usaha burung kenari milik Asoy D Canary. Hal ini terlihat dari hasil kriteria penilaian investasi yang digunakan, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Berikut penjelasan analisis kriteria penilaian investasi: Tabel 6 Hasil Analisis Finansial Usaha Asoy D Canary Kriteria Hasil Net Present Value (rupiah) Net Benefit and Cost Ratio 2.45 Internal Rate Return (persen) Payback Periode (tahun) 4.06 Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa usaha budidaya burung kenari di Asoy D Canary memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp yang artinya bahwa usaha usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai NPV yang sama dengan Rp juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha budidaya burung kenari selama umur bisnis terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, yang menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh oleh usaha burung kenari milik Asoy D Canary terhadap biaya yang telah dikeluarkan selama umur bisnis pada discount rate 7.50 persen. Diperoleh nilai Net B/C > 1 yaitu sebesar 2.45 yang berarti setiap Rp 1,- yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 2,45,- satuan manfaat bersih. Nilai Net B/C lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan. Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan seberapa besar pengembalian yang bisa diterima oleh usaha burung kenari milik Bapak usaha selama umur bisnis. Jika hasil IRR lebih besar dari discount rate maka usaha layak untuk dijalankan. Tingkat diskonto atau discount rate yang digunakan adalah ratarata tingkat bunga deposito Bank Indonesia (BI rate) pada 12 November 2013 sampai 7 Oktober 2014, yaitu 7,50 persen. Hal ini dikarenakan modal yang digunakan merupakan modal sendiri. Pada usaha ini diperoleh IRR sebesar 29,11 persen. Artinya, tingkat pengembalian usaha Asoy D Canary adalah sebesar 29,11 persen selama umur bisnis 10 tahun pada discount rate 7,50 persen. Ini menunjukkan bahwa nilai IRR lebih besar dari discount rate, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Payback Periode (PP) yang diperoleh sebesar 4, 06 yang artinya pengembalian biaya investasi pada usaha Asoy D Canary selama 4 tahun 21 hari. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk mengetahui batas kenaikan outflow atau penurunan inflow yang diizinkan agar usaha tetap layak dijalankan. Hasil switching value pada usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil perhitungan switching value Asoy D Canary Persentase NPV IRR Perubahan Net B/C (persen) (rupiah) (persen) Penurunan Jumlah Produksi Telur Kenaikan Biaya Pakan

48 38 Dari hasil analisis switching value berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa batas maksimal perubahan terhadap penurunan jumlah produksi dan kenaikan biaya pakan masing-masing adalah 36,307 persen dan 351,48 persen. Hal ini berarti apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut maka usaha budidaya burung kenari pada usaha Asoy D Canary ini menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Penurunan jumlah produksi anakan pada burung kenari disebabkan oleh telur yang tidak menetas dan anakan burung kenari yang mati beberapa jam atau hari setelah menetas. Penyebab telur burung kenari tidak menetas adalah karena telur yang dihasilkan merupakan telur infertil atau telur fertil yang embrionya mati sebelum telur menetas. Telur infertil merupakan telur yang tidak mengandung sel benih yang disebabkan oleh kondisi indukan yang kurang baik karena masalah nutrisi, fisik, sosial, lingungan dan genetik. Telur burung kenari yang fertil tidak dapat menetas karena embrio mati sebelum telur tersebut menetas. Kondisi ini disebabkan oleh berapa faktor diantaranya embrio kekurangan nutrisi, induk betina sering meninggalkan sarang dan terganggu induk jantan saat proses pengeraman, telur terinfeksi bakteri atau virus, dan induk betina mengalami hypercalcaemia. Hypercalcaemia merupakan kondisi induk betina yang kelebihan kalsium sehingga cangkang telur menjadi keras dan susah menetas. Sedangkan kenaikan biaya pakan terjadi karena kelangkaan pakan di pasar atau permintaan terhadap pakan burung kenari yang tinggi sehingga harganya meningkat. Besarnya persentase penurunan jumlah produksi anakan (44, 08 %) lebih kecil daripada kenaikan total biaya usaha (390, 64 %) dengan selisih sebesar persen. Oleh karena itu, hasil analisis switching value di atas menyimpulkan bahwa usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary lebih sensitif terhadap perubahan jumlah produksi telur dibandingkan dengan perubahan biaya pakan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan budaya, usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary layak diusahakan. 2. Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B-C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP), usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary layak diusahakan. 3. Berdasarkan hasil analisis nilai pengganti (switching value), perubahan maksimal yang dapat diterima pada penurunan produksi anakan dan kenaikan harga pakan biji-bijian sebesar 44, 08 persen dan 390, 64 persen. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disimpulkan adalah perlunya dilakukan penanganan yang lebih baik dalam melakukan manajemen produksi. Hal ini penting untuk mencegah penurunan produksi karena merupakan faktor yang paling sensitive dalam usaha budidaya burung kenari Asoy D Canary.

49 39 Penanganan manajemen produksi dimulai dengan memastikan kondisi indukan baik dari segi nutrisi, kesehatan, dan fisik. Setelah indukan bertelur, diperlukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi suhu, pencahayaan, dan lingkungan yang kondusif untuk memastikan telur dapat dierami dengan optimal. Setelah telur menetas, pemberian nutrisi yang cukup serta pengawasan dan penanganan terhadap penyakit dilakukan dengan teliti untuk memastikan anakan burung kenari dapat tumbuh dengan baik dan terhindar dari risiko kematian. Penggunaan teknologi inseminasi buatan disarankan agar burung kenari bisa tetap berproduksi meskipun dalam keadaan mabung atau ganti bulu. Dengan demikian siklus produksi per tahun bisa bertambah. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Statistik Pertanian Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. Gittinger JP Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): Universitas Indonesia-Press. Hariyanto BY Analisis Kelayakan Finansial Dan Prospek Pengembangan Peternakan Burung Puyuh Surya Unggas Jaya [skripsi]. Jawa Timur (ID): Universitas Jember. Jepson P, Ladle RJ. (2006). Bird keeping in Indonesia: conservation impacts and the potential for substitution-based conservation responses. Oryx 39: Jumingan Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Bumi Aksara Jusuf OP, Loing JC, Rorimpandey B, Waleleng POV Analisis Keuntungan Usaha Beternak Puyuh Di Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa [skripsi]. Manado (ID): Universitas Sam Ratulangi. Kasmir J Studi Kelayakan Bisnis Ed ke-2. Jakarta (ID): Kencana. Masyud B Kiat Sukses Menangkarkan Burung Kenari. Bogor (ID): IPB Press Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB. Rahardi F, Satyawibawa I, Setyowati RN Agribisnis Peternakan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Rohmawati O Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Setiadi A, Mulyatno B Profil Pengembangan Peternakan Burung Puyuh Rakyat Di Kabupaten Demak [skripsi]. Jawa Tengah (ID): Undip. Siagian N Analisis Kelayakan Investasi Usaha Penangkaran Burung Walet (Collocalia fuciphaga) di Kota Administratif Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Suliyanto Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta (ID): ANDI. Suwarto Studi Kelayakan Usaha Penangkaran Burung Puyuh di Jl. Narogong, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): IPB. Umar H Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

50 40

51 Lampiran 1 Layout Peternakan Asoy D Canary Pintu Masuk Kandang Ternak 15 unit Ruang Tamu Kandang Umbaran Kandang Umbaran Kandang Umbaran Kamar Mand Kandang Soliter 5 unit 41

52

53 42 Lampiran 2 Kegiatan usaha Asoy D Canary Kegiatan Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desesember Pembuatan Bangunan Persiapan Kandang Penjodohan Pengeraman Penyapihan Pembesaran anakan Panen Masa jeda indukan Penjodohan Pengeraman Penyapihan Pembesaran anakan Panen Masa jeda indukan Penjodohan Pengeraman Penyapihan Pembesaran anakan Panen Masa jeda indukan Penjodohan Pengeraman Penyapihan Pembesaran anakan Panen Masa jeda indukan Penjodohan Pengeraman Penyapihan Pembesaran anakan Panen Masa jeda indukan

54

55 Lampiran 3 Proyeksi laba rugi Tahun Uraian A. Penerimaan 1. Penjualan Anakan kenari Nilai sisa Total Penerimaan B. Pengeluaran 1. Biaya Operasional Biaya variabel: Pakan Indukan - Pakan biji-bijian sayur-sayuran buah-buahan telur puyuh Pakan Anakan - Pakan biji-bijian sayur-sayuran buah-buahan telur puyuh Bubur bayi instan Obat dan vitamin Indukan Obat dan vitamin Anakan Tenaga kerja Kardus burung Total biaya variabel

56 52 44 Laba kotor Biaya tetap: Listrik dan air Tulang sotong Biaya makan pegawai Telepon Biaya tidak terduga (5%) Penyusutan Total biaya tetap EBIT Bunga (0%) EBT Pajak (0%) Laba Bersih Setelah Pajak

57 Lampiran 4 Proyeksi cash flow Tahun URAIAN INFLOW Penjualan anakan Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW INVESTASI Lahan Bangunan Kandang ternak Kandang umbaran Kandang soliter Kerodong Tempat tengger Set Lampu Kabel Indukan Betina Lokal Indukan Jantan Impor Tempat pakan Gunting Kuku Sapu Sikat Sprayer TOTAL INVESTASI BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Pakan biji-bijian Indukan

58

59 46 Pakan tambahan Indukan Sayuran Buah-buahan Telur Puyuh Pakan biji-bijian Anakan Pakan tambahan Anakan Biskuit Sayuran Buah-buahan Telur Puyuh Obat dan vitamin Indukan Obat dan vitamin Anakan Tenaga kerja Dus burung TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Listrik dan air Tulang sotong Biaya makan pegawai Telepon Biaya tak terduga (5%) TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Net Benefit ( ) ( ) DF (7.50%) PV ( ) ( ) PV (+) PV (-) ( ) NPV Net B/C IRR % PP 4.066

60 52 Lampiran 5 Analisis switching value penurunan jumlah produksi 44, 08 % usaha penangkaran burung kenari milik Asoy D Canary URAIAN Tahun INFLOW Penjualan anakan Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW INVESTASI Lahan Bangunan Kandang ternak Kandang umbaran Kandang soliter Kerodong Tempat tengger Set Lampu Kabel Indukan Betina Lokal Indukan Jantan Impor Tempat pakan Gunting Kuku Sapu Sikat Sprayer TOTAL INVESTASI BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Pakan biji-bijian Indukan

61 48 Pakan tambahan Indukan Sayuran Buah-buahan Telur Puyuh Pakan biji-bijian Anakan Pakan tambahan Anakan Biskuit Sayuran Buah-buahan Telur Puyuh Obat dan vitamin Indukan Obat dan vitamin Anakan Tenaga kerja Dus burung TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Listrik dan air Tulang sotong Biaya makan pegawai Telepon Biaya tak terduga (5 %) TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Net Benefit ( ) ( ) DF (7.50%) PV ( ) ( ) PV (+) PV (-) ( ) NPV - Net B/C 1 IRR % PP

62 52 Lampiran 6 Analisis switching value kenaikan biaya pakan biji-bijian 390, 64 % usaha penangkaran burung kenari milik Asoy D Canary Tahun URAIAN INFLOW Penjualan anakan Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW INVESTASI Lahan Bangunan Kandang ternak Kandang umbaran Kandang soliter Kerodong Tempat tengger Set Lampu Kabel Indukan Betina Lokal Indukan Jantan Impor Tempat pakan Gunting Kuku Sapu Sikat Sprayer TOTAL INVESTASI

63 50 BIAYA OPERASIONAL BIAYA VARIABEL Pakan biji-bijian Indukan Pakan biji-bijian Anakan Total kenaikan pakan Pakan tambahan indukan Sayuran Buah-buahan Telur Puyuh Pakan tambahan Anakan Biskuit Sayuran Buah-buahan Telur Puyuh Obat dan vitamin Indukan Obat dan vitamin Anakan Tenaga kerja Dus burung TOTAL BIAYA VARIABEL BIAYA TETAP Listrik dan air Tulang sotong Biaya makan pegawai Telepon Biaya tak terduga (5%) TOTAL BIAYA TETAP TOTAL OUTFLOW Net Benefit ( ) ( ) DF (7.50%) PV ( ) ( ) PV (+) PV (-) ( ) NPV - Net B/C 1 IRR % PP

64

65 51 Lampiran 7 Kuesioner Penelitian untuk Analisis Kelayakan Usaha Burung Kenari di Peternakan Asoy D Canary, Kota Bogor. KUISIONER PENELITIAN Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Burung Kenari (Kasus : Asoy D Canary) oleh Suryana permana putra (H ), Mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Data Responden Nama :... Alamat : A. Gambaran Umum Usaha No. Uraian Keterangan 1. Pemilik usaha 2. Lokasi usaha 3. Sejarah usaha 4. Kegiatan usaha B. Aspek Kelayakan Usaha No. Uraian Keterangan 1. Aspek Pasar dan Pemasaran : a. Permintaan dan Penawaran b. Strategi 4P (Product,Place,Price,Promotion) c. Pesaing Perusahaan d. Market share 2. Aspek Teknis : a. Lokasi Usaha b. Luas Produksi (kapasitas produksi) c. Proses Produksi d. Perlengkapan dan Peralatan yang digunakan e. Pakan dan obat-obatan f. Listrik dan Air g. Tenaga kerja h. Fasilitas Trasnportasi i. Teknologi

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) Roni Johannes Sinaga *), Dr. Ir. Salmiah, MS **), Ir. M. Jufri,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Internet Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnectednetworking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet juga berarti

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini bersifat studi kasus dimana objek yang diteliti adalah peluang usaha produksi alat pemerah susu sapi SOTE di Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM Financial Feasibility Study of Herbal Instan Coffee Produced by UD. Sari Alam Hilda Rosmalia Saida 1), Nurhayati Nurhayati

Lebih terperinci