BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kewenangan Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali Pembentukan Kantor Pertanahan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 54 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. Tugas pokok dari kantor pertanahan Boyolali adalah untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten / Kota yang bersangkutan. Dalam menyelenggarakan tugas, kantor pertanahan mempunyai fungsi: - Penyusunan rencana, program dan penyelenggaraan dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan; - Pelayanan, perijinan dan rekomendasi di bidang pertanahan; - Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah; - Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu; - Pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset Pemerintah; - Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat ; - Penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan; - Pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah; - Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS); - Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemerintah dan swasta; - Pengkoordinasian penelitian dan pengembangan; - Pengkoordinasian pengembangan sumber daya manusia pertanahan;

2 - Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, perundangundangan serta pelayanan pertanahan. 1. Susunan Organisasi Kantor Pertanahan Kantor Pertanahan terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha; b. Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan; c. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah; d. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan; e. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan; f. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara. Penjelasannya sebagai berikut : a. Subbagian Tata Usaha Subbagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, serta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Subbagian Tata Usaha mempunyai fungsi : 1) Pengelolaan data dan informasi; 2) Penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja Pemerintah; 3) Pelaksanaan urusan kepegawaian; 4) Pelaksanaan urusan keuangan dan anggaran; 5) Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana; 6) Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program; 7) Poordinasi pelayanan pertanahan. Subbagian tata usaha terdiri dari : 1) Urusan Perencanaan dan Keuangan Urusan perencanaan dan keuangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi.

3 2) Urusan umum dan kepegawaian. Urusan Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan suratmenyurat, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, sarana dan prasarana, koordinasi pelayanan pertanahan serta pengelolaan data dan informasi. b. Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan Seksi survei, pengukuran dan pemetaan mempunyai tugas melakukan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan, perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan / wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi survey, pengukuran dan pemetaan mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan, perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan / wilayah, pemetaan tematik dan survei potensi tanah, pembinaan surveyor berlisensi; 2) Perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas kawasan / wilayah; 3) Pengukuran, perpetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan perairan; 4) Survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan potensi tanah; 5) Pelaksanaan kerja sama teknik surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah; 6) Pemeliharaan peralatan teknis. Adapun Subseksi Pengukuran dan Pemetaan; 1) Subseksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan Subseksi Survei, pengukuran dan pemetaan mempunyai tugas menyiapkan perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan / wilayah, kerja sama teknis surveyor berlisensi pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar lainnya di bidang pengukuran. 2) Subseksi Tematik dan Potensi Tanah

4 Subseksi tematik dan potensi tanah mempunyai tugas menyiapkan survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik, survei potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan pembinaan pejabat penilai tanah. b. Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Seksi hak tanah dan pendaftaran tanah mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan dan pembaruan hak tanah, penggandaan tanah, perijinan, pendataan dan penertiban bekas tanah hak, pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ). Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi hak tanah dan pendaftaran tanah mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan pengaturan dan penetapan di bidang hak tanah; 2) Penyiapan rekomendasi pelepasan, penaksiran harga dan tukar-menukar, saran dan pertimbangan serta melakukan kegiatan perijinan, saran dan pertimbangan usulan penetapan hak pengelolaan tanah; 3) Penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak; 4) Pengadministrasian atas tanah yang dikuasai dan atau milik negara, daerah bekerjasama dengan pemerintah, termasuk tanah badan hukum pemerintah; 5) Pendataan dan penertiban tanah bekas tanah hak; 6) Pelaksanaan pendaftaran hak dan komputerisasi pelayanan pertanahan; 7) Pelaksanaan penegasan dan pengakuan hak; 8) Pelaksanaan peralihan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan PPAT. Seksi hak tanah dan pendaftaran tanah terdiri dari : 1) Subseksi Penetapan Hak Tanah Subseksi penatapan hak tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik, hak guna bangunan dan hak pakai, perpajangan jangka waktu, pembaruan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah, penetapan dan atau rekomendasi perpanjangan jangka waktu pembayaran uang pemasukan dan atau pendaftaran hak tanah perorangan. 2) Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah

5 Subseksi pengaturan tanah pemerintah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik dan hak pakai, hak guna bangunan dan hak pengelolaan bagi instansi pemerintah, badan hukum pemerintah, perpanjangan jangka waktu pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah, rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah. 3) Subseksi Pendaftaran Hak Subseksi pendaftaran hak mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, pengakuan dan penegasan konversi hak-hak lain, hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, data yuridis lainnya, data fisik bidang tanah, data komputerisasi pelayanan pertanahan serta memelihara daftar buku tanah, daftar nama, daftar hak atas tanah, dan warkah serta daftar lainnya di bidang pendaftaran tanah. 4) Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Subseksi peralihan, pembebanan hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai tugas menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran tanah. c. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Seksi pengaturan dan penataan pertanahan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi pengaturan dan penataan pertanahan mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu lainnya, penetapan kriteria kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah serta penguasaan dan pemilikan tanah dalam rangka perwujudan fungsi kawasan atau zoning, penyesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah, penerbitan ijin perubahan

6 penggunaan tanah, penataan tanah bersama untuk peremajaan kota, daerah bencana dan daerah bekas konflik serta pemukiman kembali; 2) Penyusunan rencana persediaan, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten / kota dan kawasan lainnya; 3) Pemeliharaan basis data penatagunaan tanah kabupaten atau kota dan kawasan; 4) Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan tanah, perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan atau zoning dan redistribusi tanah, pelaksanaan konsolidasi tanah, pemberian tanah obyek landreform dan pemanfaatan tanah bersama serta penertiban administrasi landreform; 5) Pengusulan penetapan atau penegasan tanah menjadi obyek landreform; 6) Pengambilalihan dan atau penerimaan penyerahan tanah-tanah yang terkena ketentuan landreform; 7) Penguasaan tanah-tanah obyek landreform; 8) Pemberian ijin peralihan hak atas tanah pertanian dan ijin redistribusi tanah dengan luasan tertentu; 9) Penyiapan usulan penetapan surat keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran tanah dari obyek landreform; 10) Penyiapan usulan ganti kerugian tanah obyek landreform dan penegasan obyek konsolidasi tanah; 11) Penyediaan tanah untuk pembangunan; 12) Pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan; 13) Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan dokumentasi data landreform. Seksi pengaturan dan penataan pertanahan terdiri dari : 1) Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu Subseksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu mempunyai tugas a) Menyiapkan bahan penyusunan rencana persediaan, b) Peruntukan, pemeliharaan dan penggunaan tanah, c) Rencana penataan kawasan, pelaksanaan koordinasi, monitoring dan evaluasi pemeliharaan tanah, d) Perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi kawasan atau zoning,

7 e) Penerbitan pertimbangan teknis penatagunaan tanah, f) Penerbitan ijin perubahan penggunaan tanah, g) Penyusunan neraca penatagunaan tanah, penetapan penggunaan dan pemanfaatan tanah, h) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan dan pemeliharaan data tekstual dan spasial. 2) Subseksi Landreform dan Konsolidasi Tanah Subseksi landreform dan konsolidasi tanah mempunyai tugas a) Menyiapkan bahan usulan penetapan atau penegasan tanah menjadi obyek landreform, b) Penguasaan tanah-tanah obyek landreform, c) Pemberian ijin peralihan hak atas tanah dan ijin redistribusi tanah luasan tertentu, d) Usulan penerbitan surat keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran tanah dari obyek landreform, e) Monitoring dan evaluasi redistribusi tanah, ganti kerugian, pemanfaatan tanah bersama dan penertiban administrasi landreform, f) Fasilitasi bantuan keuangan atau permodalan, teknis dan pemasaran, g) Usulan penegasan obyek penataan tanah bersama untuk peremajaan pemukiman kumuh, daerah bencana dan daerah -daerah bebas konflik serta pemukiman kembali, h) Penyediaan tanah dan pengelolaan sumbangan tanah untuk pembangunan, i) Pengembangan teknik, metode, promosi dan sosialisasi, j) Pengorganisasian dan pembimbingan masyarakat, k) Kerja sama dan fasilitasi, l) Pengelolaan basis data dan informasi, monitoring dan evaluasi, m) Koordinasi pelaksanaan konsolidasi tanah. d. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan Seksi pengendalian dan pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat.

8 Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi pengendalian dan pemberdayaan mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat; 2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi pemenuhan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan dan evaluasi penerapan kebijakan dan program pertanahan dan program sektoral, pengelolaan tanah negara tanah terlantar dan tanah kritis; 3. Pengkoordinasian dalam rangka penyiapan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis; 4. Penyiapan saran tindak dan langkah-langkah penanganan serta usulan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara serta penanganan tanah terlantar dan tanah kritis; 5. Inventarisasi potensi masyarakat marjinal, asistensi dan pembentukan kelompok masyarakat, fasilitasi dan peningkatan akses ke sumber produktif; 6. Peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan mitra kerja teknis pertanahan dalam rangka pemberdayaan masyarakat; 7. Pemanfaatan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis untuk pembangunan; 8. Pengelolaan basis data hak atas tanah, tanah negara, tanah terlantar, dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat; 9. Penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian hubungan hukum atas tanah terlantar. Seksi pengendalian dan pemberdayaan terdiri dari : 1. Subseksi Pengendalian Pertanahan Subseksi pengendalian pertanahan mempunyai tugas menyiapkan pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program

9 pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis; 2. Subseksi Pemberdayaan Masyarakat Subseksi pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas menyiapkan bahan inventarisasi potensi, asistensi, fasilitasi dalam rangka penguatan penguasaan, dan melaksanakan pembinaan partisipasi masyarakat, lembaga masyarakat, mitra kerja teknis dalam pengelolaan pertanahan, serta melakukan kerja sama pemberdayaan dengan pemerintah kabupaten atau kota, lembaga keuangan dan dunia usaha, serta bimbingan dan pelaksana kerjasama pemberdayaan. e. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Seksi sengketa, konflik dan perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi konflik, sengketa dan perkara mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; 2. Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan; 3. Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan secara hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian perkara, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi pembatalan dan pengehentian hubungan hukum antara orang, dan atau badan hukum dengan tanah; 4. Pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; 5. Pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara pertanahan. Seksi konflik, sengketa dan perkara terdiri dari : 1. Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan Subseksi sengketa dan konflik pertanahan menyiapkan pengkajian hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik.

10 2. Subseksi Perkara Pertanahan Subseksi perkara pertanahan mempunyai tugas menyiapkan penanganan dan penyelesaian perkara, koordinasi penanganan perkara, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan putusan lembaga peradilan. 2. Tata Kerja Kantor Pertanahan Dalam melaksanakan tugasnya, semua unsur di lingkungan kantor pertanahan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan kantor pertanahan sendiri maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah di daerah. Setiap pimpinan satuan organisasi berkewajiban sebagai berikut : a. Melaksanakan sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing yang memungkinkan terlaksananya mekanisme uji silang; b. Memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan; c. Mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan organisasi di bawahnya.

11 Struktur organisasi dan personalia pada kantor Pertanahan kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut : Bagan. 3 B. P embah asan 1. Faktor -faktor penyeb ab masya rakat di kabup aten Boyola li melak ukan penghi bahan tanpa

12 melalui Pejabat Pembuat Akta Tanah. Masyarakat di Kabupaten Boyolali seperti halnya masyarakat pada umumnya di daerah lain, dapat dibagi kedalam berdasarkan domisili atau tempat tinggalnya yaitu didaerah kota dan di desa. Pada masyarakat yang tinggal di desa atau dikota tentu saja mempunyai karakteristik yang berlainan, khususnya didalam hubungan antar warga maupun dengan kerabatnya, demikian pula kesempatan mereka untuk memperoleh informasi- informasi, maka masyarakat kota lebih mudah memperoleh akses informasi dibandingan dengan yang ada didesa, khususnya yang berkaitan dengan aturan, kewajiban-kewajiban yang sebagai subyek hukum yang akan melakukan perbuatan hukum atas hak kebendaan yang dimiliki, seperti jual beli tanah, hibah, warisan dan perbuatan hukum lainnya. Masyarakat di kota lebih mudah dan cepat memperoleh layanan layanan dari instansi atau pejabat publik yang mayoritas berkedudukan di perkotaan sehingga secara geogarfis dan sarana lebih menguntungkan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Perbedaan tempat tinggal dan akses untuk memperoleh informasi, layanan dan sarana yang tersedia menyebabkan pola komunikasi antar warga cenderung lebih erat bagi masyarakat yang berada di desa dengan pola paguyuban, dibanding denngan masyarakat kota yang cenderung mempunyai pola patembayan, hal ini dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat tersebut, dalam pola melakukan perbuatan hukum yang mereka lakukan. Salah satu perbuatan hukum yang dilakukan terhadap tanah adalah melalui cara hibah atas tanahnya. Hibah yang mempunyai arti pemberian, yang mengandung makna yaitu suatu persetujuan pemberian barang yang didasarkan atas rasa tanggungjawab sesamanya dan dilaksanakan dengan penuh keihklasan tanpa pamrih apapun. Pengertian hibah menurut Pasal 1666 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata ialah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Dari bunyi Pasal 1666 KUHPerdata mengenai hibah,terdapat kata-kata tidak dapat ditarik kembali ini tidak berarti bahwa penghibahan tidak dapat ditarik kembali oleh si penghibah dengan tiada izin pihak lain, oleh karena tiap-tiap persetujuan hanya dapat ditarik kembali dengan kemauan kedua belah pihak (Pasal 1338 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

13 Dalam Pasal 1676 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mengatakan bahwa setiap orang boleh memberi dan menerima hibah, kecuali orang-orang yang telah dinyatakan tidak cakap menurut ketentuan Undang-Undang. Pasal 1677 Kitab UndangUndang Hukum Perdata, menentukan bahwa orang yang belum dewasa tidak diperbolehkan memberi hibah, kecuali secara perjanjian perkawinan kepada bakal suami atau istri adalah suatu penentuan. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata syarat-syarat hibah adalah: a. Syarat-syarat pemberi hibah: 1) Pemberi hibah disyaratkan dewasa, yaitu mereka yang telah mencapai umur 21 tahun atau sudah pernah menikah (Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). 2) Hibah itu diberikan disaat pemberi hibah masih hidup. 3) Penghibahan tidak mempunyai hubungan perkawinan sebagai suami-istri dengan penerima hibah b. Syarat-syarat penerima hibah: 1) Penerima hibah sudah ada pada saat terjadinya penghibahan tetapi bila ternyata kepentingan si anak yang ada dalam kandungan menghendakinya, maka undangundang dapat menganggap anak yang ada dalam kandungan itu sebagai telah dilahirkan (Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). 2) Penerima hibah bukan bekas wali dari penerima hibah, tetapi apabila si wali telah mengadakan perhitungan pertanggungjawaban atas perwaliannya, maka bekas wali ini boleh menerima hibah itu (Pasal 904 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Dalam hukum adat syarat-syarat hibah haruslah dilakukan secara terang, tunai dan seketika, bahwa penghibahan harus dilakukan secara terang, nyata dan tunai dari pemberi hibah ke penerima hibah. Untuk masyarakat kabupaten Boyolali, jika dilihat dari obyek yang dihibahkan biasanya berupa tanah baik tanah pertanian maupun non pertanian yang dapat dirinci atas 1. Tanah sawah 2. Tanah Pekarangan Tanpa Bangunan diatasnya 3. Tanah Pekarangan beserta Bangunan yang ada diatasnya, dan 4. Tanah pekarangan yang ada tanaman diatasnya. Sedangkan bila dilihat dari bukti hak atas tanah yang dihibahkan adalah :

14 1. Tanah yang telah bersertifikat, dan 2. Tanah hak adat yang belum bersertifikat/ bukti leter C / Petuk D. Adapun tata cara hibah yang dilakukan oleh para pihak seperti yang dihasilkan dari wawancara sebagai berikut: Kepala Desa Mojolegi; Ibu Only Winarni Beberapa masyarakat desa Mojolegi pernah melakukan proses penghibahan Sebelum terbit PP no 24 tahun 1997, ada beberapa proses penghibahan yang dilakukan warga desa Mojolegi yang berupa hibah adat, hanya di catat di buku desa. Dokumen pencatatan di buku desa pada saat itu, pada hari ini pencatatan buku desa tersebut tidak bisa diperlihatkan karena kondisi buku desa rusak dimakan rayap akibat pemeliharaan yang kurang baik. Jika ada warga yang akan melakukan pendaftaran tanah ke Kantor Pertanahan karena proses hibah adat jaman sebelum lahir PP 24 tahun 1997, maka warga harus memenuhi syarat-syarat yg ditentukan oleh kantor Pertanahan terlebih dahulu, dengan sepengetahuan Kepala Desa. 1 Kepala Desa Sudimoro; Bapak Lestari Parmono Warga desa Sudimoro biasanya jika melakukan penghibahan, yaitu hibah dari orangtua ke anak, dari saudara tua ke adik-adik atau dari saudara kandung yang ekonominya mapan ke saudara kandung yang ekonominya lemah. Selama ini masyarakat desa Sudimoro melakukan hibah atas tanah dengan hanya melakukan hibah berdasar hukum adat, karena mereka tidak mengetahui prosedur hibah atas tanah seperti ketentuan peraturan perundangan. Untuk saat ini, biasanya warga desa Sudimoro, yang akan melakukan penghibahan atas tanah di percayakan kepada Kepala Desa, bagaimana baiknya terserah pada Kepala Desa. Kepala desa Sudimoro, mencatat dan menampung terlebih dahulu peralihan-peralihan hak dari masyarakat, baik karena akibat transaksi jual beli, penghibahan, dan seterusnya. Sedang masyarakat yang melaksanakan hibah menyatakan perihal hibah yang pernah dilakukan dan alasan- alasan hibah dilakukan sebagai mana hasil wawancara sebagai berikut : 1 Wawancara dengan kepala Desa Mojolegi tgl 13 Januari 2016

15 Pak Sutarno warga desa Mojolegi Menghibahkan sebagian tanah atas namanya, kepada anak bungsunya. Melakukan hibah adat karena lebih murah, cuma membayar saksi-saksi. Pak Sutarno tidak mengetahui prosedur hibah harus sesuai PP 24 tahun 1997, yang pak Sutarno ketahui, datang saja ke Kepala Desa. Yang pak Sutarno ketahui, yang penting dicatatkan dan resmi. Pak Wisnu warga desa Sudimoro Menghibahkan sebagian tanahnya yang didapat dari warisan, kepada saudaranya yang tidak mampu. Melakukan hibah dengan mendatangi kantor Kepala Desa dengan maksud mencatatkan penghibahan tersebut di kantor Kepala Desa. Pak Wisnu pernah melihat kantor PPAT, tetapi beliau tidak tahu apa itu PPAT. Pak Wisnu mendatangi kantor Kepala Desa untuk memasrahkan bagaimana baiknya proses penghibahan itu supaya tercatat. Mbah Kromo warga desa Mojolegi Sebelum tahun 1997, mbah Kromo menghibahkan sebagian tanahnya untuk cucunya yang bernama pak Wartomo Penghibahan atas sebagian tanahnya tersebut hanya dilakukan secara hibah berdasarkan adat. Mbah Kromo sekarang sudah almarhum. 2 Berdasarkan data- data diatas maka pelaksanaan hibah atas tanah yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Boyolali, khususnya yang berada di pedesaan masih menggunakan hibah berdasarkan pada hukum adat, dengan bantuan dan sepengetahuan kepala desa, untuk mencatat dan mengesahkan dan atau menguruskan proses penghibahan untuk mendapatkan alat bukti adanya hibah yang dilakukan. Melihat pelaksanaan hibah atas tanah oleh masyarakat tersebut diatas, maka pelaksanaan hibah tersebut telah memenuhi syarat subyektif yaitu dari sudut subyeknya yaitu ada yang memberikan hibah, biasanya adalah orang tua kepada anaknya, atau kepada saudaranya. 2 Wawancara dengan penduduk tanggal Januari 2016

16 Jika dilihat pada unsur kedua yaitu obyeknya, maka barang yang dihibahkan adalah milik pemberi hibah dan berupa tanah dengan alas hak milik. Pelaksanaan hibah tersebut dilakukan agar hibah tersebut membawa manfaat bagi penerima, hal ini jika dilihat dari sudut fungsi hibah dalam hukum adat adalah : 1. Fungsi korektif Fungsi korektif dimaksud di sini adalah hibah yang dilakukan oleh pemberi hibah dengan maksud sebagai tindakan terhadap kaidah-kaidah yang berlaku secara umum. Fungsi korektif ini terutama lebih terasa pada masyarakat unilateral adalah orang-orang yang ada dalam garis keturunan pemberi hibah menurut prinsip menarik garis keturunan yang dianut. 2. Fungsi untuk menjamin kepastian hukum Tujuannya adalah untuk mencegah perselisihan diantara penerima hibah dan para ahli waris dari pemberi hibah. Fungsi ini kita ketemukan pada masyarakat bilateral. 3. Selain dari pada fungsi korektif dan fungsi jaminan kepastian, maka fungsi hibah yang lain adalah jika yang menerima hibah itu adalah orang-orang yang menurut hukum adat setempat. 3 Pelaksanaan hibah oleh masyarakat di Boyolali bisa dikatakan memenuhi fungi korektif, fungsi kepastian hukum dan fungsi lainnya. Adapun faktor faktor mengapa pelaksanaan hibah masyarakat tidak menggunakan jasa Notaris PPAT ada beberapa alasan yaitu: 4 1. Hibah dilakukan sebelum terbitnya UUPA, PP No 10 tahun 1961 Jo PP NO 24 Th 1997, sehingga hak atas tanah yang dihibahkan, masih berstatus tanah adat yang belum dikonversi dan belum didaftarkan. 2. Masyarakat belum paham adanya ketentuan perundangan, yang mengharuskan hibah atas tanah harus dibuktikan dengan akta PPAT. 3. Masyarakat masih menganggap bahwa hibah atas tanah cukup diketahui oleh kepala desa, karena pada umumnya hanya diberikan dalam lingkungan keluarga (anak, saudara), sehingganya dapat menekan biaya. 4. Menunggu biaya pendaftaran, dan semuanya pengurusan selanjutnya diserahkan pada kepala desa sampai pengurusan ke PPAT dan pendaftaran 3 R. Supomo,opcit, hal Wawancara dengan masyarakat, desa tanggal Januari 2016

17 Memperhatikan hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang menyebabkan pelaksanaan hibah atas tanah tidak/ belum memakai jasa PPAT adalah : faktor ketidak tahuan (pengetahuan), rasa keadilan masyarakat, faktor biaya dan kesadaran hukum masyarakat. Pelaksanaan hibah atas tanah dianalisis dengan merujuk teori berlakunya hukum yaitu Lawrence M Friedman mengemukakan tiga unsur yang harus diperhatikan dalam penegakan hukum. Ketiga unsur itu meliputi ; 1. Struktur ; 2. Subtansi ; 3. Budaya hukum 5 Dilihat dari struktur hukum maka ketentuan badan atau pejabat maupun mekanisme pelaksanaan hibah atas tanah yang harus dibuatkan akta hibah oleh PPAT, dengan cara pemberi hibah dan penerima hibah menghadap dengan menyerahkan persyaratan, yang ditentukan oleh peraturan. Dilihat dari subtansi hukumnya bahwa pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pada Pasal 37 Ayat (1), menyatakan bahwa peralihan hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, pemasukan data perusahaan dan perbuatan hukum pemidahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak karena lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Selanjutnya dalam Pasal 38 Ayat ( 1) PP NO 24 Tahun 1997 menyatakan pembuatan akta sebagaimana dimaksud Pasal 37 (1) dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan dihadiri sekurang kurangnya 2 ( dua ) orang saksi yang memenuhi syarat sebagai saksi dalam perbuatan hukum tersebut. Sedang dari budaya hukum, maka budaya hukum masyarakat masih memandang bahwa peralihan hak atas tanah dikalangan keluarga, tidak akan menimbulkan perselisihan sehingga tidak perlu dengan bukti otentik. 5 Lawrence M Friedmen,lockcit, Hal 71

18 2. Sahnya perbuatan hukum hibah atas tanah berdasarkan hukum adat dan Pendaftaran Tanahnya. Hibah atas tanah sebagai perbuatan hukum berupa peralihan hak atas tanah, seperti halnya jual beli, tukar menukar dan sebagainya, adalah perbuatan dari salah satu pihak yang mempunyai hak atas tanah kepada pihak lain yang bermaksud memindahkan hak atas tanah yang dimilikinya kepada pihak lain yang memberikan kewenangan untuk memiliki hak atas tanah tersebut dengan segala hak dan kewajiban-kewajiban yang melekat atas hak tanah tersebut. Peralihan hak atas tanah yang merupakan perbuatan hukum ini haruslah dibuktikan bahwa perbuatan hukum itu dilakukan secara sah menurut peraturan perundang- undangan. Sahnya perbuatan hukum tersebut dapat diukur dengan norma yang dianut oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum tersebut, yang dalam hal ini misalnya dari norma hukum Adat, KUHPerdata atau hukum Islam yang mensyaratkan agar suatu perbuatan tersebut adalah sah. Pelaksanaan hibah atas tanah yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Boyolali dilakukan atas dasar kesepakatan antara subyek yang melakukan hibah yaitu pihak yang bermaksud memberikan tanahnya secara cuma- cuma kepada pihak penerima hibah. Sedangkan pelaksanaan hibah atas tanah tersebut dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Para pihak ( pemberi hibah, biasanya orang tua) akan memberikan hibah kepada penerima hibah ( dalam hal ini anak atau saudara ). 2. Kedua pihak pemberi hibah dan penerima hibah sepakat adanya perbuatan hukum tersebut. 3. Adanya obyek hibah berupa hak atas tanah. 4. Para pihak menghadap Kepala Desa untuk menyampaikan maksudnya. 5. Kepala Desa mencatat adanya perbuatan hukum hibah atas tanah tersebut pada buku desa. 6. Hibah atas tanah tersebut disaksikan oleh saksi, dalam hal ini keluarga dekat atau pamong. 7. Selanjutnya hibah atas tanah tersebut pengurusannya diserahkan kepada Kepala Desa.

19 Memperhatikan pelaksanaan hibah atas tanah tersebut apakah perbuatan hukum tersebut sah secara hukum, hal ini dapat dilihat dari sudut hukum Perdata bahwa untuk sahnya perbuatan hukum harus memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Maka perbuatan hibah yang dilakukan para pihak tersebut adalah sah menurut hukum. Dipandang dari hukum adat bahwa perbuatan hukum pengalihan hak/ jual beli haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Perbuatan itu harus terang 2. Seketika dan, 3. Tunai. Memperhatikan pelaksanaan hibah atas tanah yang dilakukan oleh masyarakat dengan perjanjian dibawah tangan atau dapat dikatakan secara lisan, hibah atas tanah yang dilakukan secara adat oleh masyarakat sudah sah karena dilakukan secara kongkrit artinya ada perbuatan nyata pemberian suatu hak kebendaan dalam hal ini tanah yang menjadi obyek hibah, dan terang disini bahwa hibah tersebut dibuat dihadapan Kepala Desa yang mengesahkan, menyaksikan sekaligus mengetahui bahwa pemberi hibah berhak atas tanah tersebut dan bahwa hibah atas tanah tersebut dapat dilakukan. Apabila dilihat dari norma hukum positif yang ada yaitu ketentuan dalam Pasal 36 dan 37 PP nomer 24 Tahun 1997 yang isinya bahwa perbuatan hukum tesebut termasuk harus didaftarkan untuk memperoleh kepastian hukum dan harus dibuat dengan akta PPAT, dan dalam pembuatan akta hibah para pihak yang melakukan perbuatan tersebut menghadap dan disaksikan oleh saksi yang berhak. Maka untuk pendaftaran tanah karena hibah yang dilakukan dibawah tangan atau secara adat belum memenuhi ketentuan PP No 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah. Memperhatikan bahwa hibah atas tanah merupakan suatu perbuatan hukum peralihan hak yang wajib didaftarkan, dan pendaftaran peralihan hak atas tanah mensyaratkan adanya akta otentik yang dibuat PPAT, maka hibah yang dibuat dibawah tangan meskipun sah, tetapi belum memenuhi syarat untuk dilakukan pendaftaran peralihan hak.

20 Hibah atas tanah yang merupakan perbuatan hukum ini harus dibuat dengan akta oleh PPAT, sebagai syarat pendaftaran tanah, penyerahan kewenangan pembuatan akta otentik, ini mengacu pada ketentuan sebagai berikut: Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1998 yaitu : 1. PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti tanah telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. 2. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut: jual beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaan inbreng, pembagian hak bersama, pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik, pemberian Hak Tanggungan, pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Notaris PPAT : Nur Fauzan, SH,MKn. Syarat2 melakukan penghibahan di hadapan Notaris PPAT adalah sebagai berikut; 1. Harus ada ketentuan persetujuan ahli waris lain. 2. Menyertakan sertifikat asli 3. Fotocopy KTP dan KK pemberi hibah 4. SPPT tahun terakhir 5. Pemberi hibah, penerima hibah dan ahli waris lain harus hadir di hadapan PPAT. 6. Jika anak-anak selaku ahli waris lain tidak bisa hadir, maka harus membuat surat kuasa yang dibuat secara Notariil (kendalanya jika anak-anak bertempat tinggal luar pulau). 6 Proses selanjutnya pendaftaran tanah karena hibah yang dibuktikan dengan akta hibah PPAT, ini dimintakan pendaftaran peralihan hak ke Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali, untuk pendaftaran ini bisa dilakukan oleh para pihak sendiri atau dikuasakan kepada PPAT untuk menguruskan pendaftaran tanahnya. Hal ini seperti keterangan : Kepala desa Sudimoro. Mencatat dan menampung terlebih dahulu peralihan-peralihan hak dari masyarakat, baik karena akibat transaksi jual beli, penghibahan dan seterusnya. 6 Wawancara notaris M. Fauzan tanggal : 7 Januari 2016

21 Setelah dirasa cukup banyak, maka Kepala Desa menghubungi Notaris PPAT ( bapak Abdullah Srihadi) untuk pembuatan Akta-Aktanya. Ada kerjasama antara Kepala Desa dengan Notaris PPAT. Kemudian yang menguruskan ke Kantor Pertanahan sampai terbitnya sertifikat adalah Notaris PPAT nya. Setelah terbit Sertifikat, Kepala Desa akan mencatat di buku Peralihan Hak milik desa dan mencatatkan juga di buku penyerahan sertifikat, dihadapan yang bersangkutan dan kemudian dibubuhkan tanda tangan sebagai bukti telah menerima sertifikat. 7 Perbuatan hibah atas tanah yang dilakukan berdasar hasil wawancara diatas, selanjutnya dibuatkan akta otentik oleh PPAT dan selanjutnya didaftarkan di Kantor Pertanahan. Pembuatan akta hibah oleh PPAT dapat dikatakan bahwa PPAT mempunyai peran penting dalam pembuatan akta hibah dan pendaftarannya, karena Pejabat Pembuat Akta Tanah ini merupakan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah. Philipus M. Hadjon mengemukakan ada 2 (dua) sumber untuk memperoleh wewenang yaitu atribusi dan delegasi, namun dikatakan pula bahwa kadangkala mandat digunakan sebagai cara tersendiri dalam memperoleh wewenang. 8 Kewenangan atribusi adalah kewenangan yang diberikan kepada suatu organ pemerintahan oleh badan legislatif yang independen. Kewenangan ini adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya. Kewenangan delegasi adalah kewenangan yang dialihkan dari instansi pemerintahan kepada organ lainnya sehingga deligator (yang telah diberi kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut. Menurut Indroharto, kewenangan dalam arti yuridis adalah suatu kemampuan yang diberikan oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku untuk menimbulkan akibatakibat hukum. 9 Jabatan Notaris dan PPAT adalah jabatan umum atau publik karena Notaris/PPAT diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah. Pejabat umum adalah pejabat yang diangkat 7 Wawancara dengan kepala desa Sudimoro tanggal 13 Januari Philipus M. Hadjon, dkk, 1993, Pengantar Hukum Administrasi NegaraIndonesia (Introduction to the Indonesia Administrative Law), Cet. I, Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta, hal Indroharto 1991,usaha memahami peraturan tata usaha negara,pustaka Sinar Harapan,jakarta hal 68.

22 dan diberhentikan oleh kekuasaaan umum dan turut melaksanakan tugas pemerintah serta memiliki wewenang dan kewajiban sebagai pelayan publik dalam hal-hal tertentu. Istilah pejabat umum merupakan terjemahan dari istilah Openbare Ambtenaren yang diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas untuk membuat akta otentik yang melayani kepentingan publik. Pendaftaran tanah merupakan kewajiban yang harus dilakukan untuk mencatat adanya perbuatan hukum yang telah dilakukan dan bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para pihak, hal ini tak terkecuali atas hibah atas tanah yang telah dilakukan. Pendaftaran tanah dalam konsep teori ada dua yaitu pendaftaran pertama kali yaitu pendaftaran tanah untuk tanah-tanah yang belum pernah didaftar menurut ketentuan ini ( PP NO 10 Th 1961 Jo PP NO: 24 Tahun 1997), dan pendaftaran pemeliharaan yaitu pendaftaran tanah untuk tanah yang sudah pernah didaftar menurut ketentuan ini, tetapi dilakukan peralihan hak atas tanah ini, sehingga ada perubahan kepemilikan atau obyeknya maka wajib didaftarkan di Kantor Pertanahan. Untuk hibah yang dilakukan atas tanah yang belum pernah didaftar tetapi sudah pernah dilakukan perbuatan hukum berupa peralihan hak secara hibah maka pendaftaran tanah tersebut tetap dapat dilakukan pendaftaran dengan cara sebagaimana yang disampaikan bapak Supriadi, S.St Kasubsi Pendaftaran Hak. Jika proses hibah berdasar hukum adat dilakukan sebelum terbitnya PP 24 thn 1997 dan baru didaftarkan ke Kantor Pertanahan setelah tahun 1997, serta jika status tanah tersbut belum pernah terbit sertifikat, maka dilakukan proses pendaftaran tanah pertama kali ke Kantor Pertanahan Boyolali dengan menyertakan bukti surat / dokumen ; 1. Surat pernyataan perjanjian kedua pihak 2. Membawa saksi minimal 2 orang 3. Surat keterangan administratif desa / buku nominatif desa ( letter C ) 4. Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah 5. KTP / KK / SPPT dan Surat Keterangan tanah bekas milik adat yang dikeluarkan oleh kelurahan 6. Surat Keterangan mengenai data fisik dan data yuridis (alas hak yang dicatat di letter C, termasuk pemilik, persil, dan lain lain) yang dikeluarkan oleh Kepala Desa.

23 7. Surat Pernyataan Kesaksian (dari tokoh masyarakat atau tokoh agama yang mengetahui riwayatnya). 8. Surat Pernyataan yang isinya belum dimohonkan sertifikat dan tidak dalam sengketa. 9. Didaftarkan di Kantor Pertanahan Semua dokumen di atas, diketahui oleh Kepala Desa. Dasar Hukumnya ; UUPA Pasal 19 juncto PMNA / KBPN no 3 tahun 1997 pasal Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hibah yang dilakukan sebelum berlakunya PP no 24 Th 1997, atas tanah yang belum bersertifikat dapat didaftarkan tanpa harus dilampiri akta PPAT. Pendaftaran ini termasuk pendaftaran tanah pertama kali. Untuk pendaftaran tanah karena hibah atas tanah yang sudah bersertifikat menurut hasil wawancara dengan Kasubsi PPH dan PPAT bapak Setyo Yunianto, SH.MM dasar hukumnya adalah ; 1. UU No 5 tahun 1960 ( UUPA ) 2. UU No 21 tahun 1997 jo.uu no 20 tahun PP No 48 tahun 1994 jo PP no 79 tahun PP No 24 tahun PP No 37 tahun PP No 13 tahun PMNA / KBPN No 3 tahun Peraturan KBPN RI No 1 tahun SE KBPN No tanggal 31 Juli tahun 2013 Persyaratannya meliputi; 1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditanda tangani pemohon atau kuasanya di atas materai cukup, 2. Surat Kuasa apabila dikuasakan, 3. Fotocopy identitas pemohon / pemegang dan penerima hak ( KTP, KK ) serta kuasa apabila dikuasakan, yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, 4. Sertifikat asli, 5. Akta Hibah dari PPAT, 10 Wawancara dengan Kasubsie Pendaftaran Hak Kantor Pertanahan Boyolali tgl 15 Desember 2015

24 6. Ijin Pemindahan Hak apabila di dalam sertifikat / keputusannya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa hak tersebut hanya boleh dipindah tangankan jika telah diperoleh ijin dari instansi yang berwenang, 7. Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket, 8. Penyerahan bukti SSB ( BPHTB ) dan bukti SSP / PPH untuk perolehan tanah lebih dari 60 ( enam puluh ) juta rupiah. Biaya : sesuai ketentuan peraturan pemerintah tentang jenis tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada BPN RI ( SOP Perkaban no 1 tahun 2006). Waktu : 5 hari Keterangan : Formulir permohonan memuat ; 1. Identitas diri, 2. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon, 3. Pernyataan tanah tidak sengketa, 4. Pernyataan tanah dikuasai secara fisik. 11 Hibah atas tanah, merupakan peralihan hak atas tanah yang wajib didaftarkan dan dalam proses pendaftarannya wajib dibuat akta hibah oleh PPAT, akta hibah ini merupakan akta otentik yang mempunyai kepastian hukum dan dapat dijadikan alat bukti sahnya perbuatan hukum yaitu hibah yang telah dilakukan dihadapan PPAT, konsekuensinya bahwa pendaftaran tanah karena hibah yang dibuktikan dengan akta hibah akan lebih memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pihak. Karena hibah yang didaftarkan adalah merupakan bukti adanya peralihan hak yang menyebabkan subyek pemilik hak yang ada pada sertifikat penerima hibah. Dengan hibah atas tanah tersebut, subyek yang tertera dalam sertifikat beralih pada subyek penerima hibah, yang harus dicatat adanya perubahan ini pada sertifikat. Pendaftaran tanah karena adanya hibah ini termasuk dalam pendaftaran pemeliharaan. Seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah NO 24 Tahun 1997, yang menyatakan bahwa kegiatan pendaftaran tanah adalah : 1. Pasal 11 pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. 11 Wawancara dengan Kasubsie PPH dan PPAT Kantor Pertanahan Boyolali tgl 15 Desember 2015.

25 2. Pasal 12 (2) kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi : a. Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak; b. Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya. 3. Pasal 36 a. Pendaftaran data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang sudah didaftar. b. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) kepada kepala kantor Pertanaham Memperhatikan pasal-pasal tersebut maka hal- hal yang berkenaan dengan pelaksanaan hibah dan kaitannya dengan pendaftaran tanah adalah sebagai berikut : 1. Hibah atas tanah wajib dibuat akta hibah dihadapan PPAT, 2. Akta hibah merupakan persyaratan dalam pendaftaran tanah yang membuktikan sahnya perbuatan hukum tersebut dan wajib dilampirkan dalam permohonan pendaftaran tanah, dan 3. Hibah wajib dilakukan pendaftaran tanah sebagai dasar perubahan data pendaftaran karena adanya perubahan subyek nya. Pendaftaran tanah karena hibah selain untuk kepentingan pemerintah dalam administrasi pendaftaran tanah, untuk menyajikan data terkini atas bidang tanah, juga dengan pendaftaran tanah karena hibah ini akan memberikan jaminan kepastian hukum, hal ini sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah sebagaimana bunyi Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah : 1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan; 2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; 3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Perbuatan hukum, dalam hal ini hibah bisa tidak didaftarkan untuk mendapatkan sertifikat peralihan atau dengan kata lain apakah orang yang melakukan hibah, bisa tidak

26 melakukan tindakan / proses selanjutnya dengan mendaftarkan ke Kantor Pertanahan untuk memperoleh sertifikat? Untuk menjawab hal ini dapat ditinjau dari beberapa pendekatan sudut pandang sebagai berikut : 1. Jika ditinjau dari perbuatan hukum hibah yang telah dilakukan dihadapan PPAT dan telah dibuatkan akta hibah, maka akta hibah tersebut yang dibuat oleh PPAT selaku pejabat umum yang ditunjuk oleh UU, yang menyaksikan dan menuangkan kehendak para pihak dalam sebuah akta otentik, maka akta otentik ini merupakan alat bukti yang menerangkan dan mengesahkan adanya peralihan hak atas tanah secara sah. Maka sejak dibuatkan akta hibah sudah terjadi peralihan hak dari pemberi hibah kepada penerima hibah. Jadi tanpa didaftarkan tidak membawa akibat hukum. Hanya saja kalau hibah atas tanah ini tidak didaftarkan kurang lengkap atau kurang membawa kepastian hukum atas hak tanah. 2. Hibah atas tanah yang dibuat dengan akta hibah dan dilanjutkan dengan pendaftaran tanah akan memberikan kepastian hukum yang dibuktikan dengan adanya peralihan subyek hak yang didaftar dalam sertifikat karena adanya perbuatan hukum hibah tersebut yang dicatat dalam buku tanah, lembar perubahan dengan mencatat peralihan hak berdasarkan Akta Hibah PPAT. 3. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 39 Ayat (1) PP no 24 Tahun 1997 yang berbunyi : Huruf a. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertifikat aseli hak yang bersangkut atau sertifikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar daftar yang ada di kantor pertanahan. Lebih lanjut Pasal 40 PP no : 24 Tahun 1997 menyatakan : 1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh ) hari sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumendokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar. 2. PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pihak yang bersangkutan. Berdasarkan pasal-pasal diatas wajib dilanjutkan dengan pendaftaran hak, untuk mendapatkan kepastian hukum dan sekaligus perlindungan hukum apabila ada klaim, gangguan pihak yang mempersoalkan keabsahan hibah atas tanah yang dilakukan oleh para pihak.

27 Pendaftaran peralihan hak atas tanah karena hibah akan menghasilkan sertifikat hak atas tanah yang merupakan alat bukti yang kuat bagi pemegangnya. Pengertian alat bukti yang kuat ini adalah bahwa sepanjang tidak ada bukti sebaliknya atau bukti lain yang membuktikan bahwa data yang ada pada sertifikat tersebut salah atau melawan hukum, maka hakim atau siapapun harus menganggap bahwa sertifikat tersebut adalah bukti hak atas tanah yang kuat. Mengenai kedudukan sertifikat sebagai alat bukti yang kuat ini ditegaskan pada Pasal 32 PP No 24 Th 1997 sebagai berikut : 1. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. 2. Dalam hal atas sebidang tanah sudah diterbitkan menguasainya, sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut hak tersebut apabila dalam dalam waktu 5 (lima ) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan kepada Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut. Pendaftaran tanah karena hibah yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali seperti yang disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 1 Hibah berdasarkan hukum adat di desa Mojolegi Nomor Tahun permohonan Jumlah Sumber Kantor Desa Mojolegi Tabel 2

28 Hibah berdasarkan hukum adat di desa Sudimoro Nomor Tahun permohonan Jumlah Sumber Kantor Desa Sudimoro Memperhatikan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hibah berdasarkan hukum adat masih tetap ditemukan dalam masyarakat desa-desa di kabupaten Boyolali meskipun PP 10 tahun 1961 yang telah disempurnakan dengan terbitnya PP 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah berlaku sebagai hukum positip.

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal 16 Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya Badan Pertanahan Nasional. Pada tahun 1998 masih

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 24 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan lagi di Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri Kantor Pertanahan Kabupaten Wonogiri beralamat di Jalan Dr. Wahidin Nomor 1 Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri,

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017 BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Badan Pertanahan Nasional merupakan suatu lembaga yang dibentuk tanggal 19 Juli 1988, berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL BADAN PERTANAHAN NASIONAL PUSAT LAMPIRAN : PERATURAN RI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIS UTAMA DEPUTI BIDANG SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN (Deputi I) DEPUTI BIDANG HAK TANAH

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM)

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM) A. Profil Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM Kantor Notaris dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Negara sebagai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia BAB III PENUTUP Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dan juga saran sebagai alternatif pemecahan terhadap permasalahan kasus yang lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah. Hubungan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum PROSUDUR PEMINDAHAN HAK HAK ATAS TANAH MENUJU KEPASTIAN HUKUM Oleh Dimyati Gedung Intan Dosen Fakultas Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Tanah semakin berkurang, kebutuhan tanah semakin meningkat,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan. Kewenangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) UNDANG UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau

Lebih terperinci

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN Yoga Dwi Santosa Sarjana Hukum Program Sarjana Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABTRAKSI Tujuan

Lebih terperinci

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN A. Hak Guna Bangunan Ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjaun Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional,suatu lembaga non departemen yang terbentuk setelah di keluarkan nya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia

Lebih terperinci

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA Judul : AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA SERTIFIKAT DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : GALUH LISTYORINI NPM : 11102115 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

PROSES PEMECAHAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEPARA

PROSES PEMECAHAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEPARA PROSES PEMECAHAN SERTIFIKAT TANAH HAK MILIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEPARA TUGAS AKHIR Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma III Manajemen Pertanahan Untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Pertanahan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah Pasal 19 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PEROLEHAN TANAH BAGI PERUSAHAAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu hal yang erat hubungannya dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena manusia bertempat tinggal, berkembang biak, serta melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1 PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1.444,6 1.631,8 1.862,0 2.033,3 1.1 Pengelolaan

Lebih terperinci

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa hubungan bangsa

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Tempat Program Latihan Akademik dan Pelaksanaan Program Latihan Akademik

BAB III. Deskripsi Tempat Program Latihan Akademik dan Pelaksanaan Program Latihan Akademik BAB III Deskripsi Tempat Program Latihan Akademik dan Pelaksanaan Program Latihan Akademik 3.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tasikmalaya Pada jaman penjajahan bangsa Belanda dan Jepang,

Lebih terperinci

Upik Hamidah. Abstrak

Upik Hamidah. Abstrak Pembaharuan Standar Prosedure Operasi Pengaturan (SOP) Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Atas Tanah Karena Hibah Wasiat Berdasarkan Alat Bukti Peralihan Hak Upik Hamidah Dosen Bagian Hukum Administrasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.111,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. ORGANISASI. TATA LAKSANA. Kedudukan. Susunan Organisasi. Tugas. Fungsi. Tata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan Hukum Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila haruslah memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,

Lebih terperinci

PEMANTAPAN TUGAS KEPALA DESA DALAM BIDANG ADMINISTRASI PERTANAHAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

PEMANTAPAN TUGAS KEPALA DESA DALAM BIDANG ADMINISTRASI PERTANAHAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANTAPAN TUGAS KEPALA DESA DALAM BIDANG ADMINISTRASI PERTANAHAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN TERLETAK PADA KOORDINAT : 112

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN A. Pengalihan Hak Atas Bangunan Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah: Penjualan, tukarmenukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan salah satu sumber daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi

Lebih terperinci

BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai

BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai 14 BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA 3.1. Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai Pentingnya kegiatan pendaftaran tanah telah dijelaskan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : perlu diadakan peraturan tentang pendaftaran tanah sebagai yang dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL LAMPIRAN VII SURAT EDARAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4/SE-100/IV/2017 TANGGAL : 7 April 2017 PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGARAH SURAT TENTANG SINGKATAN ARAHAN SURAT SERTA PENOMORAN KEPUTUSAN YANG DITANDA TANGANI UNIT PENGOLAH A.N. KBPN

PETUNJUK PENGARAH SURAT TENTANG SINGKATAN ARAHAN SURAT SERTA PENOMORAN KEPUTUSAN YANG DITANDA TANGANI UNIT PENGOLAH A.N. KBPN PETUNJUK PENGARAH SURAT TENTANG SINGKATAN ARAHAN SURAT SERTA PENOMORAN KEPUTUSAN YANG DITANDA TANGANI UNIT PENGOLAH A.N. KBPN KLASIFIKASI ESELON I 100 SEKRETARIAT UTAMA 200 DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG LUASNYA TIDAK LEBIH DARI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 159, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia adalah negara yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematika Lengkap. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN Disampaikan pada Seminar dengan Tema HGU & HGB : Problem, Solusi dan Perlindungannya bedasarkan UU No. 25 Tahun

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar Karanganyar adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak 14 km sebelah timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDAYAGUNAAN TANAH NEGARA BEKAS TANAH TERLANTAR DENGAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : / BAB I...

MEMUTUSKAN : / BAB I... PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SUBBAGIAN DAN SEKSI PADA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN URAIAN TUGAS URUSAN DAN SUBSEKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok-pokok pikiran yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci