EXECUTIVE SUMMARY Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Perkeretaapian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EXECUTIVE SUMMARY Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Perkeretaapian"

Transkripsi

1 EXECUTIVE SUMMARY STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR DI BIDANG SARANA PERKERETAAPIAN 0

2 DAFTAR ISI 1. KATA PENGANTAR GAMBARAN UMUM SINGKAT Alasan Kegiatan Dilaksanakan Kegiatan Yang Dilaksanakan KONSEP STANDAR DI BIDANG SARANA PERKERETAAPIAN Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Lokomotif... 6 I. Persyaratan Umum... 6 II. Konstruksi dan Komponen Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Kereta Yang Ditarik Lokomotif (Kereta) I. Persyaratan Umum II. Konstruksi dan Komponen Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Kereta Rel Listrik (KRL) I. Persyaratan Umum II. Konstruksi dan Komponen Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Gerbong I. Persyaratan Umum II. Konstruksi dan Komponen Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Peralatan Khusus (Cran) I. Persyaratan Umum II. Konstruksi dan Komponen Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Lokomotif Modifikasi

3 I. Persyaratan Umum II. Konstruksi dan Komponen KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ISTILAH

4 1. KATA PENGANTAR UU No. 23 Tahun 2007 mengharuskan pemerintah untuk menempatkan peran KA sebagai tulang punggung angkutan massal penumpang dan barang dalam menunjang tumbuhnya perekonomian nasional. Penempatan peran kereta api ini akan menciptakan system transportasi multimoda/intermodal yang terintegrasi yang merupakan keterpaduan dan integrasi kereta api dengan moda jalan raya, angkutan laut dan angkutan udara. Penyelenggaraan perkeretaapian telah bersifat multi operator baik dalam penyelenggaraan prasarana maupun penyelenggaraan sarana. Untuk angkutan penumpang arah perkembangannya menuju kepada dioperasikannya kereta api berkecepatan tinggi, sedangkan untuk angkutan barang menuju kepada dioperasikannya kereta api volume angkutan besar dengan beban gandar tinggi dan kecepatan normal. Perkeretaapian dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi kereta api yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman dan efisien dengan menggunakan standar yang benar dan harmonis, untuk mengantisipasi keberadaan multi operator dan multi moda dalam penyelenggaraan transportasi perkeretaapian Untuk itu diperlukan standar-standar yang dapat menjadi acuan dimilikinya sarana perkeretapian oleh badan penyelenggara sarana perkeretaapian baik BUMN/BUMD maupun swasta. 3

5 2. GAMBARAN UMUM SINGKAT Lahirnya UU No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian menandai era baru perkeretaapian di Indonesia, dengan tiga peraturan dasar yaitu: a. Menghilangkan monopoli BUMN dan membuka peluang swasta dan pemerintah daerah dalam bisnis perkeretaapian, b. Memungkinkan pemisahan penyelenggaraan prasarana dan sarana yang semula terintegrasi, dan c. Menetapkan pemerintah sebagai pembina dan penanggung jawab penyelenggaraan perkeretaapian. UU No. 23 Tahun 2007 tersebut menetapkan bahwa penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian harus dilaksanakan oleh Badan Usaha yang dapat berupa BUMN/BUMD atau swasta, atau kerjasama pemerintah dan swasta. Sektor swasta diberikan hak yang sama untuk melakukan investasi, memiliki, mengelola, dan mengoperasikan sistem perkeretaapian di Indonesia. UU No. 23 Tahun 2007 mengharuskan pemerintah untuk menempatkan peran KA sebagai tulang punggung angkutan massal penumpang dan barang dalam menunjang tumbuhnya perekonomian nasional. Penempatan peran kereta api ini akan menciptakan system transportasi multimoda/intermodal yang terintegrasi yang merupakan keterpaduan dan integrasi kereta api dengan moda jalan raya, angkutan laut dan angkutan udara. Peningkatan peran Kereta Api dalam perekonomian juga dapat dilakukan dengan membangun interaksi jaringan Kereta Api dengan 4

6 kawasan industri, sentra pertanian, wilayah pertambangan, dan kawasan ekonomi khusus lainnya. Pembangunan jaringan jalan kereta api harus dapat menjadi solusi yang efisien dari pergerakan ekonomi di suatu wilayah dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dari wilayah tersebut maupun perekonomian nasional. Dalam UU No.23 Tahun 2007 disebutkan bahwa penyelenggaraan perkeretaapian menurut fungsinya terdiri atas perkeretaapian umum dan perkeretaapian khusus. Perkeretaapian umum terdiri atas perkeretaapian perkotaan dan perkeretaapian antar kota. Perkeretaapian khusus hanya digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut. Penyelenggaraan perkeretaapian telah bersifat multi operator baik dalam penyelenggaraan prasarana maupun penyelenggaraan sarana. Untuk angkutan penumpang arah perkembangannya menuju kepada dioperasikannya kereta api berkecepatan tinggi, sedangkan untuk angkutan barang menuju kepada dioperasikannya kereta api volume angkutan besar dengan beban gandar tinggi dan kecepatan normal. Untuk itu diperlukan standar-standar yang dapat menjadi acuan dimilikinya sarana perkeretapian oleh badan penyelenggara sarana perkeretaapian baik BUMN/BUMD maupun swasta. 2.1 Alasan Kegiatan Dilaksanakan Perkeretaapian dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi kereta api yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, 5

7 nyaman dan efisien dengan menggunakan standar yang benar dan harmonis, untuk mengantisipasi keberadaan multi operator dan multi moda dalam penyelenggaraan transportasi perkeretaapian. 2.2 Kegiatan Yang Dilaksanakan Merumuskan konsep standar di bidang sarana transportasi perkeretaapian yang meliputi: a) Standar persyaratan teknis pada lokomotif b) Standar persyaratan teknis pada kereta yang ditarik lokomotif c) Standar persyaratan teknis pada Kereta Rel Listrik (KRL) d) Standar persyaratan teknis pada gerbong e) Standar modifikasi Lokomotif 3. KONSEP STANDAR DI BIDANG SARANA PERKERETAAPIAN 3.1 Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Lokomotif I. Persyaratan Umum Lokomotif yang akan dirancang harus memenuhi persyaratan teknis jalan rel dan lingkungan yang akan dilalui antara lain: 1) Lebar jalan rel 1067 mm, 1435 mm atau sesuai kebutuhan 2) Beban gandar sesuai dengan kelas jalur KA 3) Kelengkungan jalan rel sesuai dengan kelas jalur KA yang akan dilalui 4) Ruang bebas dan ruang batas sarana ukuran berbeda untuk jalur jalan rel tunggal dan jalur jalan rel ganda pada bagian lurus dan lengkung 6

8 5) Landai penentu maksimum 40 lintas rel adhesi, 80 atau lebih lintas rel bergigi 6) Pelestarian fungsi lingkungan a) Kelembaban relatif antara 40% - 90% b) Temperatur udara sekeliling antara C c) Ketinggian dari permukaan laut maksimum 1200 m atau lebih d) Standar kebisingan eksternal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku II. Konstruksi dan Komponen 1. Rangka dasar a) Dirancang sebagai konstruksi baja rakitan las, terbuat dari baja karbon atau material lain yang mempunyai kekuatan dan kekakuan yang tinggi terhadap pembebanan vertikal dan longitudinal tanpa terjadi deformasi tetap dan dilengkapi dengan konstruksi tahan benturan. b) Terbuat dari baja karbon 41 kg/mm2 atau material lain yang mempunyai kekuatan dan kekakuan tinggi, c) Dapat menahan beban, getaran & goncangan sebesar berat lokomotif. d) Dilengkapi dengan penghalau rintangan, e) Konstruksi menyatu atau tidak dengan badan lokomotif. f) Beban longitudinal pada alat perangkai min. sebesar 100 ton, g) Beban vertikal : 7

9 Perhitungan konstruksi dan komponen rangka dasar, Pv = K x P K = 1,3 Koefisien dinamik P = berat yg didukung rangka dasar, Bahan : baja karbon dengan kekuatan tarik minimum 41 kg/mm Badan Badan dirancang sebagai berikut : a) Sebagai satu kesatuan dgn rangka dasar (semi monocoque atau mono coque) b) Terpisah dari rangka dasar (hanya sebagai penutup) c) Badan lokomotif harus memenuhi persyaratan : - Terbuat dari baja atau material lain yang memiliki kekuatan dan kekakuan tinggi, - Konstruksi tahan benturan - Tahan terhadap korosi dan perubahan cuaca - Mampu meredam kebisingan - Sederhana, kokoh, dan ringan, - Dirancang untuk memudahkan pada saat pemeriksaan,dan/atau perawatan. 3. Kabin Masinis Kabin masinis harus di lengkapi dengan : a) peralatan operasional : - pembalik arah - pengatur daya - pengatur pengereman 8

10 - deadman device. - klakson - lampu utama - lampu tanda. b) peralatan pemantau : - berupa indikator atau petunjuk yg digunakan sebagai alat bantu memantau pengoperasian lok, sekurangkurangnya terdiri dari : - rem parkir - tenaga penggerak - kegagalan fungsi - kecepatan yang dilengkapi petunjuk waktu dan perekam, - tekanan udara pengereman, - kelistrikan, - telekomunikasi c) peralatan kenyamanan kerja terdiri atas : - tempat duduk masinis dan asisten masinis - pengaturan sirkulasi udara, - Lampu penerangan - Tempat duduk masinis harus ergonomis dengan diberi sandaran, dapat maju, mundur, naik turun, dan barputar. - Pengaturan sirkulasi udara harus mampu memberi kenyamanan masinis dalam bekerja dengan ketentuan : 9

11 pemakaian kipas angin dgn kecepatan. aliran udara 0,5 m/det 2 atau pendingin udara dengan suhu 22 0 C 26 0 C lampu penerangan, harus mampu memberikan penerangan untuk bekerja. d) Kabin masisnis harus memenuhi persyaratan : - mampu menampung masinis dan asisten masinis, - memiliki ruang gerak bagi masinis dan asisten masinis, - kebisingan dalam ruang kabin masinis maksimum 85 dba, - mampu melindungi masinis dan asisten masinis dari gas buang sarana perkeretaapian yang menggunakan motor diesel, - memiliki ruang bebas pandang ke depan (angle view) tanpa terhalang badan lokomotif, - kaca depan pada kabin masinis yang bebas pandang, mampu menahan benturan dan apabila pecah tidak membahayakan awak sarana perkeretaapian, - kaca depan pada kabin masinis dilengkapi dengan penghapus kaca dan penahan sinar matahari, - jendela bebas pandang disesuaikan dengan kebutuhan, - pintu masuk ruang masinis yang dilengkapi dengan kunci e) Kabin masinis baru yang akan dioperasikan harus memiliki kabin pada setiapujung lokomotif untuk lok KA 10

12 penumpang dan setiap set atau dalam rangkaian KA tetap lokomotif harus mempunyai kabin di setiap ujungnya f) Khusus untuk lokomotif yang hanya digunakan untuk langsir dapat menggunakan satu kabin masinis dengan dua meja pelayanan untuk memudahkan pengoperasian. 4. Bogie Lokomotif dapat menggunakan bogie atau tanpa bogie a) Konstruksi Bogie terdiri atas : - rangka bogie, - sistem suspensi, - penerus gaya traksi, - perangkat roda. - Lokomotif tanpa bogie terdiri atas : - sistem suspensi dan - perangkat roda. Rangka bogie berupa konstriksi sambungan las dari pelat baja atau konstruksi baja cor yang memiliki kekuatan tarik minimum 41 kg/mm 2, b) Suspensi Sistem suspensi terdiri atas suspensi primer dan suspensi sekunder yang dilengkapi peredam. c) Susunan Gandar Menggunakan bogie atau tanpa bogie. d) Alih Beban Alih beban pada roda dan rel serendah mungkin. e) Perlengkapan 11

13 Bogie terdiri atas : - Rangka bogie, Rangka bogie berupa konstruksi sambungan las dari pelat baja atau konstruksi baja cor yang memiliki kekuatan tarik minimum 41 kg/mm 2, - Sistem suspensi, Sistem suspensi terdiri atas suspense primer dan suspensi sekunder yang dilengkapi peredam. - Penerus gaya traksi, Penerus daya traksi berupa konstruksi penghubung dan penerus gaya traksi antara bogie dan badan peralatan khususs atau sebaliknya Perangkat roda f) Persyaratan Bogie Bogie harus memenuhi persyaratan : - Rangka bogie terbuat dari baja yang memiliki kekuatan dan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap, - Konstruksi tahan pembebanan, - Mampu meredam getaran, - Konstruksi sederhana, kokoh, - Dirancang agar keausan serta alih beban pada roda dan rel serendah mungkin, - Mampu memberikan kualitas pengendaraan (Vr) maksimal 3,0 pada kecepatan maksimal operasi di jalur kereta api sesuai standar teknis jalan rel yang ditetapkan (metode E. Sperling JL. Koffman). 12

14 g) Perangkat roda Perangkat roda terdiri atas roda dan as roda harus memenuhi persyaratan : - Roda terbuat dari baja tempa, baja rol atau baja tuang. - Roda harus memiliki kekerasan lebih rendah dari kekerasan rel, - Jenis roda adalah roda pejal (solid wheel). - Profil roda sesuai profil jalan rel untuk kereta api di Indonesia. - As roda dari baja tempa yang mampu menahan beban yang diterimanya. - Lokomotif dengan roda bergigi, roda terbuat dari baja khusus atau bahan lain setara dengan permukaan yang dikeraskan. 5. Peralatan Penerus Daya Penerus daya merupakan alat yang digunakan untuk meneruskan data dari sumber tenaga ke roda. a) Peralatan penerus daya digunakan untuk : - Lokomotif diesel hidrolik, - Lokomotif diesel elektrik, - Lokomotif elektrik. b) Peralatan penerus daya untuk Lokomotif diesel hidrolik berupa transmisi hidrolik (hydraulic torque converter) terdiri dari : - Transmisi hidrolik : Transmisi hidrolik merupakan peralatan untuk meneruskan tenaga mekanik motor diesel, 13

15 - Cardan shaft : Cardan shaft merupakan peralatan untuk meneruskan tenaga mekanik dari transmisi hidrolik, - Gear box : Gear box merupakan peralatan yang meneruskan tenaga mekanik dari cardan shaft untuk menggerakan roda. c) penerus daya untuk Lokomotif diesel elektrik terdiri dari: - Generator : Generator merupakan peralatan untuk mengubah tenaga mekanik motor diesel menjadi tenaga listrik, - Pengatur daya elektrik : Pengatur daya merupakan peralatan yang mengatur keluaran generator untuk mencatu daya motor listrik, - Motor listrik : Motor listrik merupakan peralatan untuk mengubah tenaga listrik dari generator menjadi tenaga mekanik melalui system pengatur untuk menggerakan roda. d) Peralatan penerus daya untuk lokomotif elektrik terdiri atas : - Pengumpul arus, Pengumpul arus merupakan peralatan untuk meneruskan arus listrik dari aliran atas ke pengatur daya elektrik. - Pengatur daya elektrik, Pengatur daya elektrik merupakan peralatan yang mengatur keluaran pengumpul arus untuk mencatu daya motor listrik. 14

16 - Motor listrik. Motor listrik merupakan peralatan untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik melalui system pengatur untuk menggerakan roda. e) Peralatan penerus daya harus memenuhi persyaratan : - konstruksi kokoh, - mampu tukar, - mudah perawatan, - hemat energi, - mampu meneruskan dari sumber tenaga ke roda dalam dua arah dengan kemampuan sama. - mudah dikendalikan, dari kabin masinis. 6. Peralatan Penggerak Peralatan penggerak (sumber tenaga) digunakan untuk : - Lokomotif diesel - Lokomotif elektrik. Peralatan penggerak (sumber tenaga) untuk lokomotif diesel menggunakan motor diesel. Peralatan penggerak (sumber tenaga) lokomotif elektrik menggunakan sumber tenaga listrik dari luar lokomotif berupa arus searah atau arus bolak balik. a) Motor Diesel Peralatan penggerak (sumber tenaga) untuk lokomotif diesel harus memenuhi persyaratan : - konstruksi kokoh - kompatibilitas tinggi - mudah dalam perawatan 15

17 - kebutuhan daya traksi emisi gas buang dan kebisingan sesuai peraturan perundangan yg berlaku. - kebutuhan daya traksi emisi gas buang dan kebisingan sesuai peraturan perundangan yg berlaku. - ramah lingkungan dan hemat bahan bakar melalui penggunaan electronic fuel injection (EFI) dan penggunaan governor electric - Peralatan penerus daya pada lokomotif diesel elektrik harus menggunakan sistem AC-DC atau AC-AC. - Peralatan pengendali harus menggunakan sistem micro processor. b) Elektrik Sumber peralatan penggerak elektrik didapat dari luar lokomotif dan harus memenuhi persyaratan jenis tegangan dan kemampuan daya yang diperlukan. 7. Peralatan Pengereman Peralatan pengereman digunakan sebagai : - Rem pelayanan Rem pelayanan dioperasikan untuk mengendalikan kecepatan atau menghentikan lokomotif dan rangkaiannya sesuai tingkat kecepatan. - Rem parkir Rem parkir harus mampu menahan lokomotif sesuai kelandaian jalan rel yang dilalui. - Rem sendiri Rem sendiri dioperasikan untuk lokomotif sendiri. 16

18 Peralatan pengereman harus memenuhi persyaratan : - mampu memberikan perlambatan minimal 0,4 m/det2. - mampu menghentikan lokomotif sesuai kecepatan dalam keadaan normal atau darurat. Jarak pengereman sbb : Kecepatan (V) Km/jam Jarak Pengereman (S) meter Rem bekerja secara otomatis pada keadaan sistem gagal bekerja. 8. Peralatan Perangkai Peralatan perangkai berfungsi sebagai alat untuk mengubungkan antara sarana perkeretaapian. Peralatan perangkai harus memenuhi persyaratan : 17

19 - Kokoh, kompatibilitas tinggi dan mampu tukar - Dilengkapi dengan peralatan yang dapat menyerap benturan. - Terbuat dari baja tuang,baja tempa atau bahan lainnya serta dapat menaham beban longitudinal minimal 30 ton untuk beban gandar 15 ton dan minimum 60 ton untuk beban gandar minimal 18 ton tanpa terjadi deformasi tetap. - Tinggi peralatan perangkai antara sarana yg satu dengan yang lainnya pada saat dirangkai harus sama atau memiliki selisih ke tinggian maksimum 25 mm dihitung dari sumbu peralatan perangkai yg diukur kondisi lokomotif siap operasi. 9. Peralatan Pengendali a) Digunakan untuk mengendalikan akselerasi dan deselerasi lokomotif. Terdiri dari : - Pembalik arah, merupakan perangkat dengan kedudukan maju, netral dan mundur. - Pengatur daya dengan sistem perubahan kedudukan secara bertahap dari tenaga rendah ketinggi. b) Persyaratan : - Memiliki tuas atau tombol pengendali pergerakan maju dan mundur. - Dilengkapi dengan proteksi operasional - Mudah dioperasilkan dari tempat duduk masinis. 18

20 10. Peralatan Keselamatan Peralatan keselamatan merupakan suatu perlengkapan atau alat yang digunakan untuk keperluan darurat. a) Alat Pemadam Kebakaran Alat pemadam kebakaran sekurang kurangnya 1 (satu) untuk setiap kabin yg berkapasitas 3 5 kg dgn jenis dry chemical atau jenis lain yg sesuai dengan pelestarian lingkungan hidup. b) Rem Darurat Rem darurat merupakn sistem yang dapat berfungsi otomatis untuk mengaktifkan pengereman darurat. c) Palu Pemecah Kaca Palu pemecah kaca, Sekurang-kurangnya 1 (satu) untuk setiap kabin yang terbuat dari besi yangg dirancang khusus untuk memecahkan kaca. d) Pengganjal Roda Pengganjal roda sekurang-kurangnya 4 (empat) balok pengganjal roda terbuat dari kayu atau bahan lain yang ringan dan kuat serta mudah digunakan. e) Peralatan Lain: Peralatan keselamatan lain harus memenuhi persyaratan : - sesuai dengan peruntukannya, - mudah dalam pengoperasian - mudah dijangkau - dilengkapi dengan petunjuk pengoperasian. 19

21 11. Peralatan Penghalau Rintangan Peralatan penghalu rintangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghalau benda atau material yang menghalangi jalan rel. Rancangan peralatan penghalau rintangan dapat berupa konstruksi plat baja dan/atau kisi kisi. a) Konstruksi: pelat bajadan/atau kisi-kisi. b) Peralatan penghalau rintangan harus memenuhi persyaratan : - Dirancang mampu menahan beban statis minimum 15 ton pada sumbunya. - Dipasang pada rangkadasar dengan sambungan tidak tetap (adjustable), - Posisi pemasangan mengikuti sudut kemiringan kearah depan lokomotif dengan sudut kemiringan dihitung dari sumbu vertikal. - Mampu menghalau rintangan kesamping, - Jarak peralatan penghalau rintangan dirancang maksimum 170 mm dari kepala rel - Sampai dengan bagian terendah pengahalau rintangan. - Tidak bersinggungan sarana lain pada saat dirangkaikan. c) Pantograf pada lokomotif elektrik harus memenuhi persyaratan : 20

22 - tinggi kerja disesuaikan dengan kondisi sistem listrik aliran atas, - tekanan kontak rata rata serendah mungkin dengan memperhatikan keseimbangan dengan kualitas pengumpulan arus yang tinggi, - mudah dioperasikan dari kabin masinis, d) Pantograf harus dilengkapi pemutus arus dengan persyaratan : sesuai dengan besarnya daya listrik yang digunakan, mampu memutus arus jika terjadi hubungan arus pendek dan/atau beban lebih. 12. Peralatan Penunjang Peralatan penunjang lokomotif meliputi : a) Klakson Klakson harus memenuhi Persyaratan : - Kuat suara minimum 85 dba diukur pada jarak 100 m di depan lokomotif. - Kuat suara maksimum 130 dba diukur pada jarak 1 m di depan Lokomotif. b) Lampu Lampu terdiri atas : - Lampu utama : Lampu utama merupakan lampu sorot warna putih yg dipasang dimuka bagian atas tengah dengan kuat cahaya minimum candela dan mampu memancarkan cahaya pada jarak minimum700 m kedepan dan bagian bawah 21

23 sebelah kiri dan kanan. Kuat cahaya minimum jendela. - Lampu tanda.: Lampu tanda, merupakan lampu yang dipasang dimuka bagian kiri dan kanan yang dapat dilihat pada jarak 700m c) Deadman Device Deadman device merupakan alat yang berfungsi sebagai kesiagaan atau peringatan pada masinis dalam mengoperasikan lokomotif yang sistem kerjanya berhubungan dengan pengaktifan pengereman. Deadman device dapat dioperasikan dengan kaki atau tangan masinis degan Interval waktu detik. Deadman device akan mengeluarkan bunyi dan lampu peringatan selama 5 (lima) detik dan apabila masinis tidak bereaksi, sistem pengereman otomatis bekerja. 13. Peralatan Komunikasi Peralatan komunikasi harus memenuhi persyaratan : - Dapat digunakan untuk komunikasi antara masinis dengan petugas pengendali perjalanan kereta api atau sebaliknya. - Mampu menerima suara dengan jelas. 22

24 3.2 Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Kereta Yang Ditarik Lokomotif (Kereta) I. Persyaratan Umum Kereta yang ditarik lokomotif dirancang harus memenuhi persyaratan teknis jalan rel dan lingkungan yang akan dilalui antara lain: 1) Lebar jalan rel dan beban gandar 1067, 1435 mm sesuai kebutuhan 2) Kelengkungan jalan rel. disesuaikan dengan kelas jalur 3) Ruang bebas dan ruang batas sarana. 4) Untuk jalur tunggal pada bagian lintas maupun melengkung. 5) Untuk jalur ganda pada bagian lintas, lurus maupun melengkung 6) Landai penentu untuk rel adhesi max 43 0 /00, rel gigi 75 0 /00. maxs 92% 7) Pelestarian lingkungan hidup - Kelembaban relatif maxs 92% - Temperatur rata-rata 35 0 C - Ketinggian permukaan 1200 m II. Konstruksi dan Komponen 1. Kereta Penumpang a) Rangka Dasar Rangka dasar terbuat dari profil baja lunak dengan kekuatan tarik minimum 41 kg/mm 2 atau bahan lain yang setara dilapisi bahan pencegah korosi, terdiri dari: 23

25 - Balok Penyangga - Balok Ujung - Balok Samping - Balok Melintang - Penyangga Peralatan Bawah Lantai b) Badan Badan dirancang sebagai konstruksi rakitan tabung (monocoque) yang seringan-ringannya terdiri atas rangka dasar, lantai, dinding samping, dinding ujung dan atap yang mempunyai kekuatan serta kekakuan tinggi terhadap pembebanan vertikal dan longitudinal tanpa deformasi tetap. Pembebanan terhadap badan kereta meliputi : - Beban kompresi longitudinal pada alat perangkai minimum sebesar 100 ton. - Beban vertikal diperhitungkan berdasarkan formula Pv = k ( P1 + P2 ) Keterangan : Pv = Beban Vertikal k = 1,3 (Koefisien dinamis) P1 = Berat badan kereta dalam keadaaan siap operasi P2 = Jumlah penumpang x 75 kg Jumlah penumpang = jumlah tempat duduk + jumlah penumpang berdiri Jumlah penumpang berdiri setiap m 2 = 8 orang - Tegangan yang terjadi pada beban maksimum pada titik kritis konstruksi badan kereta, untuk tegangan 24

26 tarik maupun tegangan geser maksimum 75% tegangan mulur bahan. c) Bogie - Rangka Bogie Rangka bogie berupa konstruksi sambungan las dari pelat baja atau konstruksi baja cor yang memiliki kekuatan tarik minimal 41 kg/mm 2. Rangka bogie terbuat dari baja yang memiliki kekuatan dan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap; mampu meredam getaran; konstruksi sederhana dan kokoh; dirancang agar keausan pada roda dan rel serendah mungkin; dan mampu memberikan kualitas pengendaraan (Vr) maksimal 2,5 pada kecepatan maksimal operasi di jalur kereta api sesuai standar teknis jalan rel yang ditetapkan (metode E. Sperling J. L. Koffman) - Sistim Suspensi Sistim suspensi terdiri atas suspensi primer dan suspensi sekunder yang dilengkapi peredam - Perangkat Roda Roda terbuat dari baja roll, dapat menggunakan roda pejal atau kasut roda. Dilengkapi dengan lubang minyak. Pemasangan dan pelepasan dengan cara suaian paksa, kekerasan roda BHN. - Peralatan Perangkai Peralatan perangkai kokoh, kompabilitas tinggi, dan mampu tukar; dilengkapi dengan peralatan yang dapat 25

27 menyerap benturan; terbuat dari baja tuang, baja tempa atau bahan lainnya. Dapat menahan beban tarik minimal 30 ton tanpa terjadi deformasi tetap; dan tinggi peralatan perangkai antara sarana perkeretaapian yang satu dengan lainnya pada saat dirangkai harus sama atau memiliki selisih ketinggian maksimum 25 mm (untuk automatic coupler) dihitung dari sumbu peralatan perangkai yang diukur kondisi kereta siap operasi - Peralatan Pengereman Rem Pelayanan Pengereman sistim otomatis udara tekan dengan mengatur perubahan udara tekan menjadi tekanan mekanis Rem Parkir Rem parkir harus mampu menahan kereta sesuai kelandaian jalan rel yang dilalui. Rem Darurat Berfungsi untuk menghentikan kereta saat keadaan bahaya dengan menggunakan katup pembuang, ditempatkan diruang penumpang - Peralatan Keselamatan Alat Pemadan Kebakaran Pemadan kebakaran harus ramah lingkungan ditempatkan di ujung kereta sebelah dalam dan diberi pintu Palu Pemecah Kaca 26

28 Berupa sebuah palu baja yang ditempatkan pada ruang operator Pengganjal Roda Pengganjal roda sekurang-kurangnya 4 (empat) balok pengganjal roda untuk setiap kereta yang terbuat dari kayu atau bahan lain yang ringan dan kuat serta mudah digunakan. Rem Darurat Merupakan sistem yang dapat berfungsi otomatis dan dioperasikan dari dalam kereta - Peralatan Penunjang Ruang Penumpang o Pintu Pintu dirancang dengan ukuran yang dapat memberikan kenyamanan dan keamanan. Rangka dibuat dari profil baja lunak tahan korosi atau dengan non ferro, dilengkapi untuk penyandang cacat o Jendela Dirancang dengan uukran yang dapat memberikan kenyamanan pandangan dan keamanan. Rangka jendela dibuat dari bahan paduan alumunium. Masing-masing dilengkapi 2 (dua) buah jendela darurat o Tempat Duduk 27

29 Dirancang secara ergonomis agar memberikan kenyamanan. Konstruksi rangka kokoh. Terbuat dari baja lunak, tahan korosi, dilengkapi sandaran tangan. Tempat duduk dan sandaran dilengkapi pegas dan bantalan busa tahan terhadap rambatan api. o Rak Bagasi Terbuat dari baja lunak dengan paduan Glass Fiber Reinforce Plastic (GFRP) atau bahan tahan korosi, kuat dan kokoh o Pegangan Tangan Konstruksi pegangan tangan harus mampu menahan beban vertikal minimum sebesar 17 N atau 1,73 kgf untuk setiap 10 mm yang bekerja ke arah bawah; pegangan tangan dan sambungannya terbuat dari bahan tahan korosi serta bebas dari sudut-sudut tajam; dan dirancang untuk kenyamanan penumpang berdiri o Pengatur Sirkulasi Udara Kipas Angin Kipas angin harus memenuhi persyaratan kecepatan aliran udara yang diterima penumpang maksimum 0,5 m/detik; dan mampu mengatur keseimbangan udara didalam ruang penumpang 28

30 Penghisap Udara Penghisap udara harus memenuhi persyaratan kecepatan aliran udara yang diterima penumpang maksimum 0,5 m/detik; dan mampu mengatur keseimbangan udara didalam ruang penumpang Pengatur Temperatur Sistem harus mengatur temperatur yang tepat. Batas kenyamanan adalah 22 0 C sampai dengan 26 0 C. dengan kelembaban relatif 60% sampai dengan 70%. Konstruksi pemasangan ditempel di atap. o Lampu Penerangan Lampu penerangan dipasang dengan susunan satu baris memanjang. Banyaknya tiitk lampu dan besarnya daya disesuaikan dengan kebutuhan. o Informasi Penumpang Sound sistem ditempatkan pada langit-langit yang dipasang rata dengan panel - Toilet Dilengkapi closed jongkok/duduk. Tangki air kapasitas 500 liter dilengkapi pompa air, tempat cuci tangan, cermin, gantungan handuk, kipas penghisap dan petunjuk kosong/isi. 29

31 2. Kereta Makan a) Ruang Dapur Kereta makan dilengkapi peralatan dapur standar, dengan menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar - Peralatan memasak atau memanaskan Peralatan memasak atau memanaskan harus menggunakan tenaga listrik - Penyimpanan Makanan dan/atau Minuman Menyimpan makanan dan atau minuman dengan teratur dan higienis - Pengatur sirkulasi udara Pengaturan sirkulasi udara megikuti ketentuan tentang pengatur sirkulasi udara - Lampu Penerangan Lampu penerangan ruang dapur dengan intensitas cahaya lampu minimum 300 lux; titik lampu disesuaikan b) Ruang Makan - Meja dan tempat duduk tetap Meja makan dirancang ergonomis; konstruksi rangka kokoh dan tahan korosi; bahan tempat duduk terbuat dari bahan tahan rambatan api; konstruksi tempat duduk mampu menahan beban bagian bawah minimum 1000 N atau 102 kg untuk setiap orang - Pengatur sirkulasi udara; 30

32 Pengatur sirkulasi udara mengikuti ketentuan tentang pengatur sirkulasi udara - Lampu Penerangan Lampu penerangan ruang dapur dengan intensitas cahaya lampu minimum 300 lux; titik lampu disesuaikan 3. Kereta Pembangkit Harus memenuhi sesuai persyaratan kereta kecuali fasilitas penumpang dilengkapi generator set pembangkit listrik yang mampu memenuhi kapasitas yang dibutuhkan. Dilengkapi dengan peralatan pengaman, memenuhi ketentuan kebisingan dan polusi udara. Dilengkapi fasilitas keselamatan pemadan kebakaran secara otomatis atau manual a) Ruang Pembangkit. - Pembangkit listrik Pembangkit listrik dilengkapi isolasi panas sehingga panas yang keluar dari pembangkit listrik maksimum 45 o C; emisi gas buang sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku; dan menghasilkan daya listrik sesuai kebutuhan. Pengatur sirkulasi udara harus mampu mengatur keseimbangan udara di ruang pembangkit listrik - Pengatur Sirkulasi Udara Pengatur sirkulasi udara mengikuti ketentuan tentang pengatur sirkulasi udara - Lampu Penerangan 31

33 Lampu penerangan ruang dapur dengan intensitas cahaya lampu minimum 300 lux; titik lampu disesuaikan b) Ruang Operator - Peralatan Kontrol Peralatan kontrol terdiri atas : peralatan pemutus arus listrik (non fuse breaker); dan peralatan pemantau (volt meter, ampere meter, frekuensi meter). Peralatan kontrol harus mudah dibaca ; dan mudah dioperasikan. - Pengatur Sirkulasi Udara Pengatur sirkulasi udara harus mampu mengatur keseimbangan udara di ruang operator. - Lampu Penerangan Lampu penerangan ruang bagasi memenuhi intensitas cahaya lampu minimum 300 lux; titik lampu disesuaikan dengan kebutuhan 4. Kereta Bagasi Kereta bagasi harus memenuhi sesuai persyartaan kereta kecuali persyaratan fasilitas penumpang. Dilengkapi ruang bagasi, ruang operator, kaca jendela dengan kisi-kisi jeruji, pintu geser dan fasilitas keselamatan a) Ruang Bagasi - Ruang Bagasi Pengatur sirkulasi udara harus mampu mengatur keseimbangan udara di ruang bagasi 32

34 - Pengatur Sirkulasi Udara Pengatur sirkulasi udara mengikuti ketentuan tentang pengatur sirkulasi udara - Lampu Penerangan Lampu penerangan ruang bagasi memenuhi intensitas cahaya lampu minimum 300 lux; titik lampu disesuaikan dengan kebutuhan b) Pintu Pintu dirancang dengan ukuran yang dapat memberikan kemudahan keluar masuk barang; dilengkapi dengan kaca dari jenis safety glass; dan dilengkapi kunci 3.3 Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Kereta Rel Listrik (KRL) I. Persyaratan Umum KRL dirancang harus memenuhi persyaratan teknis jalan rel dan lingkungan yang akan dilalui antara lain: 1) Lebar jalan rel 1067 mm dan 1435 mm 2) Beban gandar Sesuai dengan kelas jalur KA 3) Kelengkungan jalan rel Sesuai dengan kelas jalur KA yang akan dilalui 4) Ruang bebas dan ruang batas sarana Ukuran berbeda untuk jalur jalan tunggal dan jalur jalan rel ganda pada bagian lurus dan lengkung. 33

35 5) Landai penentu 40 permil lintas rel adhesi 6) Pelestarian fungsi lingkungan hidup a). Kelembaman relatif antara 40 % 90 % b). Temperatur Udara Sekeliling 18 0 C C c). Ketinggian dari permukaan laut Maksimum 1200 m d). Standar kebisingan external, sesuai dengan ketentuan yang berlaku II. Konstruksi dan Komponen 1. Rangka Dasar Rangka dasar dirancang sebagai konstruksi baja rakitan las terbuat dari baja carbon atau material lain yang mempunyai kekuatan dan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap dan dilengkapi konstruksi tahan benturan. Persyaratan: - Terbuat dari baja carbon dengan kekuatan tarik 41 kg/cm2 - Dapat menahan beban, getaran dan goncangan sebesar berat kereta dengan penggerak sendiri. - Tahan terhadap korosi, konstruksi menyatu atau tidak menyatu dengan badan krl Rangka dasar terdiri dari a) Balok Penyangga b) Balok Ujung c) Balok Samping d) Balok Melintang e) Penyangga peralatan bawah lantai. 34

36 2. Badan Dirancang sesuai rakitan tabung (monocoque) yang seringanringannya terdiri atas rangka dasar, lantai, dinding samping, dinding ujung dan atap yang mempunyai kekuatan tinggi terhadap pembebanan vertikal dan longitudinal tanpa deformasi tetap. Pembebanan terhadap badan meliputi: Beban kompressi longitudinal pada alat perangkai min 100 ton. Merupakan beban statis yang dikenakan pada alat perangkai, diperhitungkan bersama atau tanpa beban vertical. Beban Vettikal dihitungung berdasarkan berdasarkan formula sbb: Pv = k(p1 + P2) Keterangan : Pv = Beban Vertikal k = 1,3 (Koefisien dinamis) P1 P2 = Berat badan kereta dalam keadaaan siap operasi = Jumlah penumpang x 75 kg Jumlah penumpang = jumlah tempat duduk + jumlah penumpang berdiri Jumlah penumpang berdiri setiap m 2 = 8 orang Tegangan yang terjadi pada beban maksimum pada titik kritis konstruksi badan kereta, untuk tegangan tarik maupun tegangan geser maksimum 75% tegangan mulur bahan. Badan harus mempunyai persyaratan: - Terbuat dari bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi. 35

37 - Konstruksi tahan benturan. - Tahan terhadap korosi dan perubahan cuaca. - Mampu meredam kebisingan - Sederhana kokoh dan ringan - Dirancang untuk memudah kan pemeriksaan /perawatan 3. Kabin Masinis Dirancang dengan bentuk aerodinamis dan estetis mempunyai kemiringan susunan kaca depan yang kuat dan kaku sebagai bagian dari badan kereta. 4. Exterior a) Pintu Pintu masuk pada tiap dinding samping minimal 2 buah pintu. Pintu dapat dioperasikan secara otomatis oleh masinis. Tipe pintu menggunakan pintu geser (inside sliding door), dengan bahan plat baja tahan karat austenite serta memperhatikan kelancaran/ kemudahan keluar masuk penumpang. Pintu berjendela kaca mati terbuat dari bahan flexiglass, bening, tebal 5 mm. b) Jendela Rangka jendela mempunyai ujung lengkung dan terbuat dari anodized alluminium alloy. Ukuran jendela disesuaikan dengan kebutuhan keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan penumpang. c) Gang antar ujung KRL 36

38 Gang antar kereta dilengkapi dengan pelindung (bisa berupa rubber bellow) dan jembatan penyebrangan (apron) untuk menjaga keamanan penumpang yang pindah dari kereta yang satu ke kereta yang lain dan melindungi terhadap hujan dan angin. 5. Interior Ruang a) Penumpang/Kabin masinis - Lantai Terbuat dari corrugated stainless steel diberi apoxy resin flooring compound dan harus kedap air. - Isolasi panas dan suara harus memperkecil rembesan panas dan memperoleh efek kedap suara, - Tempat duduk. Tempat duduk harus memenuhi persyaratan: Dirancang ergonomis Konstruksi rangka kokoh tahan korosi Bahan tempat duduk terbuat dari bahan tahan rambatan api; dan Konstruksi tempat duduk mampu menahan beban pada sandaran minimum 500 N atau 51 kgf dan pada bagian bawah minimum 1000 N atau 102 kgf untuk setiap orang. Tempat duduk dilengkapi dengan peralatan penunjang kenyamanan sesuai dengan kelas pelayanan. 37

39 6. Ruang Penumpang Dilengkapi: - Rak bagasi diatas jendela - Pegangan tangan - Lampu penerangan 300 lux - Pengeras suara. 7. Kabin Masinis Terdiri dari : atap, dinding samping, diding ujung, dirancang sesui kebutuhan keselamatan. Kabin masinis dilengkapi dengan: - Peralatan operasi - Peralatan pemantau - Peralatan kenyamanan kerja. Persyaratan Kabin Masinis: - Mampu menampung masinis dan asisten masinis - Memiliki ruang gerak bagi Masinis dan Asisten Masinis. - Kebisingan maks 85 dba. - Memiliki ruang bebas pandang ke depan. - Kaca depan apabila pecah tidak membahayakan, pada kabin masinis yang bebas pandang kedepan mampu menahan benturan. - Kaca depan pada kabin masinis dilengkapi penghapus kaca dan penahan sinar matahari. - Jendela bebas pandang di-sesuaikan dengan kebutuhan. - Pintu masuk ruang masinis dilengkapi dengan kunci. - Kabin masinis harus ada pada setiap ujung rangkaian. 38

40 Kabin Masinis harus dilengkapi dengan : - Peralatan operasional. - Peralatan pemantau. - Peralatan kenyamanan kerja. Peralatan operasional berupa tuas dan tombol digunakan sebagai alat bantu dalam mengoperasikan yang diletakkan ditempat yang mudah dijangkau masinis. Peralatan Operasional sekurang-kurangnya terdiri atas: - Pembalik arah - Pengatur daya - Pengatur pengereman - Deadman device - Klakson - Lampu utama - Lampu tanda Peralatan Pemantau berupa indikator atau petunjuk yang digunakan sebagai alat bantu memantau pengoperasian diletakkan ditempat yang mudah dibaca sekurangkurangnya terdiri atas: - Rem parkir - Tenaga penggerak - Kegagalan fungsi - Kecepatan yang dilengkapi petunjuk waktu dan perekam - Kelistrikan - Telekomunikasi. 39

41 Peralatan Kenyamanan Kerja: - Tempat duduk masinis - Sirkulasi udara - Lampu penerangan Tempat duduk Masinis dan AsistenMasinis Tempat duduk yang dapat diatur maju mundur, bersandar dan berputar. Terbuat dari rangka baja dan berpegas, dilapis kulit sintetis Pintu masuk ke kabin masinis Pintu masuk sekurang-kurangnya 2 buah pada setiap dinding samping. Persyaratan: - Dirancang dengan ukuran yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan. - Rangka pintu terbuat dari profil baja lunak atau baja tahan korosi atau non ferro. - Sisi luar dan dalam rangka pintu ditutup panel dari baja lunak atau baja tahan korosi. Pintu Penghubung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: - Kontruksi rangka pintu terbuat dari baja dilengkapi alat pengunci - Panel daun pintu terbuat dari bahan setara baja tahan korosi. - Berupa pintu geser dengan satu daun pintu dilengkapi kaca pengaman tembus pandang. 40

42 Bagian depan Kabin Masinis (Front end Driver s Cab). - Front end berupa plat baja tahan karat, dilengkapi dengan 2 bagian kaca depan yang dipisahkan oleh rangka. - Dilengkapi dengan penghapus kaca (wipper) dengan semprotan air kecepatan 3 tingkat dan penahan sinar matahari (sunvisor) - Ada 2 buah lampu tanda di kiri dan kanan dan di depan kabin masinis dilengkapi dengan lampu sorot (headlight) di ujung atas depan cabin masinis. AC Ruang Masinis Ruang masinis dilengkapi dengan AC. Jika AC dianggap tidak perlu kabin masinis cukup dilengkapi kipas Angin (fan) 8. Bogie a) Bogie KRL terdiri atas: - Rangka Bogie: Rangka bogie berupa konstruksi sambungan las dari plat baja atau konstruksi baja cor yang memiliki kekuatan 41 kg/mm 2. - Sistem Suspensi; Terdiri dari sistem suspensi primer dan sekunder yang dilengkapi peredam. - Penerus daya traksi: 41

43 Berupa konstruksi penghubung dan penerus gaya traksi antara bogie dan badan kereta dengan penggerak sendiri dan sebaliknya. b) Bogie harus memenuhi persyaratan: - Rangka bogie terbuat dari baja yang memiliki kekuatan dan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap. - Konstruksi tahan pembebanan - Mampu meredam getaran - Konstruksi sederhana dan kokoh. - Dirancang agar keausan serta alih beban pada roda dan rel serendah mungkin. - Mampu memberikan kualitas pengendaraan maksimal 2,5 pada kecepatan maksimal operasi di jalur kereta api sesuai standar teknis jalan rel yang ditetapkan (metode E. Sperling J. L. Koffman) c) Perangkat Roda: Terdiri atas Roda dan As Roda harus memenuhi persyaratan: - Roda terbuat dari baja tempa, baja rol atau baja tuang. - Roda harus memiliki kekerasan lebih rendah dari kekerasan jalan rel. - Jenis roda adalah roda pejal. - Profil roda harus sesuai profil jalan rel untuk kereta api Indonesia. - As Roda dari baja tempa yang mampu menampung beban yang diterimanya. 42

44 9. Peralatan Perangkai Peralatan Perangkai berfungsi sebagai alat yang menghubungkan antar sarana perkeretaapian. Peralatan perangkai harus memenuhi persyaratan: - Kokoh kompabilitas tinggi dan mampu tukar. - Terbuat dari baja tuang, baja tempa atau baja lainnya serta dapat menahan beban 30 ton tanpa terjadi deformasi tetap. 10. Peralatan pengereman Peralatan Pengereman:harus memenuhi persyaratan: a) Mampu memberikan perlambatan kereta dengan penggerak sendiri minimal 0,8 m/detik 2. b) Mampu menghentikan Kereta dengan penggerak sendiri sesuai tingkat kecepatan dalam keadaan normal atau darurat. c) Bekerja secara otomatis pada keadaan system gagal bekerja. 11. Sistem Penggerak dan Control Motor Traksi. Motor Traksi Arus Bolak Balik a) Motor Asinkron 3 fasa rotor sangkar. b) Transmissi daya ke roda menggunakan sistem motor suspensi penuh (fully suspended motor). c) Konstruksi motor asinkron menurut derajat proteksi IP.54. d) Karakteristik Motor Traksi harus sesuai dengan sistem kontrolnya. 43

45 12. Kontrol Motor Traksi Inverter dapat berupa sumber arus VVVF. dan sumber tegangan 13. Peralatan Pengumpul Arus. Disesuaikan dengan kondisi sistem saluran atas (over head contact system). a) Tekanan kontak dipilih serendah mungkin dengan memperhatikan kualitas pengumpulan arus yang tinggi. b) Tekanan udara kerja minimum disesuaikan dengan kebutuhan. Operasi: Naik dengan sistem udara dan turun dengan pegas Pantograf harus memenuhi persyaratan: - Tinggi kerja disesuaikan dengan kondisi sitem listrik aliran atas. - Tekanan kontak rata-rata serendah mungkin dengan memperhatikan keseimbangan dengan kualitas pengumpulan arus yang tinggi. - Mudah dioperasikan dari kabin masinis. 14. Peralatan pengaman arus listrik a) Harus dilengkapi pemutus arus listrik dengan persyaratan: - Sesuai dengan besarnya daya listrik digunakan. - Mampu memutus arus listrik jika terjadi hubungan arus pendek dan/atau beban lebih 44

46 b) pemutus arus cepat (HSCB)/High speed circuit breaker berupa: - Rangkaian listrik utama (main circuit) DC 1500 V dan 25 kv AC. - Rangkaian control circuit DC Penangkal petir Penangkal petir (lighting arrester) harus mampu menampung tegangan sisa maksimum dan arus pelepasan untuk pengamanan. 16. Peralatan Catu Daya Bantu (Auxiliary Power Supply Equiment ) digunakan untuk: a) Ventilasi b) Penerangan Utama c) Penerangan darurat d) Batery 17. Peralatan Pengendali Peralatan pengendali adalah Alat yang digunakan untuk mengendalikan akselerasi dan deselerasi kereta dengan penggerak sendiri. Peralatan pengendali berupa a) Pembalik arah dan b) Pengatur Daya Peralatan pengendali harus memenuhi persyaratan: - Memiliki tuas atau tombol pengendali pergerakan maju dan mundur. 45

47 - Dilengkapi alat proteksi operasional. - Mudah dioperasikan dari Tempat duduk masinis. 18. Perlengkapan Keselamatan Perlengkapan Keselamatan adalah alat yang dipakai untuk keadaan darurat Perlengkapan keselamatan terdiri dari: a) Alat pemadam kebakaran. Alat Pemadam kebakaran berkapasitas 3 5 kg sekurang kurangnya 1 unit untuk ruang penumpang, ruang dapur dan ruang bagasi b) Palu pemecah kaca Palu pemecah kaca sekurang-kurangnya 2 bh setiap ruang penumpang yang terbuat dari besi dirancang khusus untuk memecah kaca. c) Pengganjal roda Pengganjal Roda sekurang-kurangnya 4 balok pengganjal roda untuk setiap kereta yang terbuat dari kayu atau bahan lain yang ringan dan kuat serta mudah digunakan. d) Rem darurat. Rem Darurat sekurang-ukurangnya 2 tuas untuk setiap kereta. Harus memenuhi persyaratan: Sesuai peruntukannya. Mudah dalam pengoperasian. Mudah dijangkau Dilengkapi dengan petunjuk pengoperasian. 46

48 19. Penghalau rintangan Suatu alat yang digunakan untuk menghalau benda atau material yang menghalangi jalan rel. Peralatan penghalau rintangan dapat berupa konstruksi plat baja dan/atau kisi. Persyaratan penghalau rintangan: a) Dirancang mampu menahan beban statis minimum 15 ton pada sumbunya. b) Dipasang pada rangka dasar dengan sambungan tidak tetap. c) Posisi pemasangan mengikuti sudut kemiringan 20 o 40 o kearah depan KRL dengan sudut kemiringan dihitung dari sumbu vertical. d) Mampu manghalau rintangan kearah samping. e) Jarak peralatan penghalau rintangan maksimum 170 mm diukur dari kepala rel sampai bagian terendah penghalau rintangan. f) Tidak bersinggungan dengan sarana perkeretaapian lain pada saat dirangkaikan. 20. Peralatan penunjang Peralatan penunjang meliputi: a) Klakson Klakson harus memenuhi persyaratan: Kuat suara minimum 85 dba diukur pada jarak 100 meter di depan kabin masinis kereta berpenggerak sendiri. 47

49 Kuat suara maksimum 130 dba diukur pada jarak 1 meter di depan kabin masinis kereta berpenggerak sendiri. b) Lampu Lampu Terdiri atas: - Lampu Utama Lampu Utama merupakan lampu sorot cahaya putih yang dipasang dimuka bagian atas tengah dan bagian bawah sebelah kiri dan kanan disetiap ujung rangkaian. Lampu utama harus memenuhi standar kuat cahaya minimum Candela dan mampu memancarkan cahaya pada jarak minimum 700 meter. Lampu utama yang dipasang dibawah kiri dan kanan harus memenuhi standar kuat cahaya minimum cadela. - Lampu tanda. Lampu Tanda merupakan lampu yang dipasang dimuka kabin masinis bagian bawah kiri dan kanan kereta berpenggerak sendiri. Lampu Tanda harus memenuhi standar yang harus dilihat dengan jelas pada jarak minimum 700 meter c) Deadman Device Alat yang berfungsi sebagai kesiagaan atau peringatan pada masinis dalam mengoperasikan KRL yang 48

50 kerjanya berhubungan dengan pengaktifan pengereman. Dapat dioperasikan dengan tangan atau kaki masinis dengan interval waktu detik, akan mengeluarkan bunyi dan lampu peringatan selama 5 detik dan apabila masinis tidak bereaksi system pengereman otomatis bekerja. d) Peralatan Komunikasi Harus memenuhi persyaratan: Dapat digunakan komunikasi antara masinis dengan petugas pengendali Perjalanan Kereta api atau sebaliknya. Mampu menerima suara dengan Jelas. 21. Ruang makan Apabila diperlukan, ruang makan harus memenuhi persyaratan: a) Cukup memadai untuk kebutuhan ruang makan. b) Dilengkapi kaca jendela bebas pandang dan dirancang dengan ukuran yang dapat memberi keselamatan dan kenyamanan pandangan. c) Kaca jendela dari jenis safety glass. Harus dilengkapi d) Meja dan tempat duduk tetap. Meja makan dirancang ergonomis; konstruksi rangka kokoh dan tahan korosi; bahan tempat duduk terbuat dari bahan tahan rambatan api; konstruksi tempat 49

51 duduk mampu menahan beban pada bagian bawah minimum 1000 N atau 102 kgf untuk setiap orang. e) Pengatur sirkulasi udara Pengatur udara ruang makan. Harus mampu memberi kenyamanan penumpang dengan ketentuan. Pemakaian kipas angin dengan Kecepatan 0,5 m/detik. Pemakaian pendingin udara dengan ketentuan temperature 22 o C - 26 oc. f) Lampu penerangan Lampu penerangan ruang makan memenuhi intensitas cahaya lampu minimum 300 lux; titik lampu disesuaikan dengan kebutuhan 22. Ruang dapur Apabila diperlukan, sekurang-kurangnya dilengkapi: a) Peralatan memasak atau memanaskan b) Menyimpan makanan atau minuman. c) Pengatur sirkulasi udara. d) Lampu penerangan Harus memenuhi persyaratan: - Cukup memadai untuk keperluan memasak atau memanaskan. - Dinding ruang dapur dari bahan yang tidak terbakar. - Peralatan memasak harus menggunakan kompor listrik. - Penyimpanan makanandan/atau minuman harus dapat menyimpan dengan teratur dan higenis. 50

52 - Pengaturan sirkulasi udara mengikuti ketentuan tentang pengatur sirkulasi udara - Lampu penerangan ruang dapur dengan intensitas cahaya lampu minimum 300 lux; titik lampu disesuaikan dengan kebutuhan 23. Ruang bagasi Apabila diperlukan, harus dilengkapi : a) Pintu Pintu bagasi harus memenuhi persyaratan: Dirancang dengan ukuran yangdapat memberikan kemudahan keluar masuk barang. Dilengkapi kaca safety glass Dilengkapi kunci. Harus mampu mengatur keseimbangan udara di dalam dan di luar ruangan. b) Pengatur sirkulasi udara c) Lampu penerangan Ruang Bagasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: - Dinding ruang bagasi menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar. - Cukup untuk penempatan barang 24. Toilet Apabila diperlukan, harus memenuhi persyaratan: - Dilengkapi alat sirkulasi udara. - Dilengkapi wastafel, closet, air, cermin dan pegangan tangan 51

53 - Limbah tidak mencemari pelestarian lingkungan. 3.4 Konsep Standar Sarana Perkeretaapian Gerbong I. Persyaratan Umum Gerbong dirancang harus memenuhi persyaratan teknis jalan rel dan lingkungan yang akan dilalui antara lain: 1) Lebar jalan rel dan beban gandar. - Lebar Rel 1067 mm, 1435 mm sesuai kebutuhan. - Beban gandar maksimum sesuai kelas jalur 2) Kelengkungan jalan rel Kelengkungan disesuaikan dengan kelas jalur 3) Ruang bebas dan ruang batas sarana Ruang bebas dibedakan berdasarkan jalur tunggal, ganda, lurus dan tikungan. 4) Pelestarian lingkungan hidup - Kelembaban 40% 98% - Temperatur 18 o 40 o C - Ketinggian permukaan max 1200 m II. Konstruksi dan Komponen A. Gerbong Datar 1) Rangka Dasar - Rangka dasar terbuat dari baja karbon atau material lain dengan kekuatan minimum 41 kg/mm 2. - Dapat menahan beban, getaran, goncangan sebesar berat gerbong tersebut 52

54 - Tahan terhadap korosi; konstruksi baja rakitan las, terbuat dari baja karbon atau material lain tahan terhadap depormasi Rangka Dasar terdiri dari: - Balok Penyangga - Balok ujung - Balok samping - Balok melintang - Penyangga peralatan bawah Pembebanan terhadap rangka dasar sebesar a) Beban kompresi longitudinal pada alat perangkai minimum sebesar 100 ton. b) Beban vertikal diperhitungkan berdasarkan formula Pv = k ( P1 + P2 ) Keterangan : Pv = Beban Vertikal k = 1,3 (Koefisien dinamis) P1 = Berat rangka dasar P2 = kuat muat Kuat muat = berat muat + toleransi Toleransi = 5% x berat muat c) Tegangan yang terjadi pada beban maksimum pada titik kritis konstruksi badan kereta, untuk tegangan tarik maupun tegangan geser maksimum 75% tegangan mulur bahan 53

55 2) Bogie a) Rangka Bogie - Rangka bogie berupa konstruksi sambungan las dari pelat baja atau konstruksi baja cor yang memiliki kekuatan tarik minimal 41 kg/mm 2. - Rangka bogie terbuat dari baja yang memiliki kekuatan dan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap; mampu meredam getaran; konstruksi sederhana dan kokoh; dirancang agar keausan pada roda dan rel serendah mungkin; dan mampu memberikan kualitas pengendaraan (Vr) maksimal 3,5 pada kecepatan maksimal operasi di jalur kereta api sesuai standar teknis jalan rel yang ditetapka (metode E. Sperling J. L. Koffman) b) Sistim Suspensi Sistim suspensi merupakan sistim suspensi satu tingkat,harus dapat memberikan kualitas pengendaraan yang baik c) Perangkat Roda Perangkat roda terbuat dari baja tempa, baja roll atau baja tuang; roda harus memiliki kekerasan lebih rendah dari kekerasan jalan rel; jenis roda adalah roda pejal; profil roda sesuai profil jalan rel untuk kereta api di Indonesia; dan as roda dari baja 54

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 40 TAHUN 2010 a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN,

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 42 TAHUN 2010 a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun

2016, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun No.1956, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sarana Perkeretaaoian. Spesifikasi Teknis Lokomotif. Standar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 153 TAHUN 2016

Lebih terperinci

, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1739, 2015 KEMENHUB. Kereta. Kecepatan Normal. Spesifikasi Teknis. Standar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 175 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa berdasarkan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian belum diatur ketentuan mengenai standar spesifikasi teknis

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.422, 2015 KEMENHUB. Keselamatan. Perkeretaapian. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 24 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Laporan Akhir Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN SATUAN KERJA PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN JL.MERDEKA BARAT NO.8 JAKARTA

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 69/1998, PRASARANA DAN SARANA KERETA API *35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang terdiri dari jalan jalan rel yang tersusun dari sedemikian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 LOKOMOTIF Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Penggambaran skema

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api, menjelaskan bahwa jalur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan komponen struktur jalan rel dan kualitas rel yang baik berdasarkan standar yang berlaku di

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TAT A CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN GERBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1993 (44/1993) Tanggal : 14 JULI 1993 (JAKARTA) Sumber : LN 1993/64; TLN NO.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Dalam merancang tata letak jalur kereta api di stasiun harus disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di lapangan,

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA DENGAN PENGGERAK

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA DENGAN PENGGERAK MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA DENGAN PENGGERAK SENDIRI a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN LOKOMOTIF RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN LOKOMOTIF RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MNSTER FOR TRANSPORTATON REPUBLC OF NDONESA STANDAR, TATA CARA PENGUJAN DAN SERTFKAS KELAKAN LOKOMOTF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Selaras dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam pembangunan telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Peran kereta api dalam tataran transportasi nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Seiring dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya

Lebih terperinci

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Struktur Jalan Rel Struktur Atas Struktur Bawah Struktur jalan rel adalah struktur elastis dengan pola distribusi beban yang rumit

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Perancangan fasilitas fisik Perancangan fasilitas fisik yang baik bagi gerbong kereta api Argo Wilis penumpang kelas eksekutif dilihat dari sudut pandang

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN PERALATAN KHUSUS a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Khusus Pembangunan jalur dan stasiun Light Rail Transit akan dilaksanakan menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan jalur layang (Elevated) dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Interaksi Sistem Kegiatan Dan Jaringan Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para perencana transportasi adalah sebagai berikut: 1. Memahami cara kerja

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, Indonesia, 40164 Fax: +62-22-2017622 Phone:

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Berbagai jenis transportasi yang ada sekarang sering dimanfaatkan untuk mengangkut barang

Lebih terperinci

BAB II TEORI ELEVATOR

BAB II TEORI ELEVATOR BAB II TEORI ELEVATOR 2.1 Definisi Elevator. Elevator atau sering disebut dengan lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas fisik utama yang menjadi usulan yaitu sebagai berikut: Meja Rias Ukuran meja rias yang menjadi usulan sudah disesuaikan dengan data antropometri yang

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 60 Tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api, persyaratan tata letak, tata

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendorong kegiatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat 1. Kondisi Eksisting Stasiun Lahat Stasiun Lahat merupakan stasiun yang berada di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi 1. Jenis dan Kegiatan Stasiun Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas, dan Kegiatan

Lebih terperinci

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Ne

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Ne No.679, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sarana Perkeretaapian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 54 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS IDENTITAS SARANA

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. KONE MiniSpace TM KONE Minispace TM adalah lift dengan pengimbang menggunakan EcoDisc, motor sinkronisasi tanpa perseneling yang digerakkan oleh suatu penggerak frekuensi variable.

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN LEMARI PENDINGIN MINUMAN Untuk Kegunaan Komersial SC-178E SC-218E Harap baca Petunjuk Pengoperasian ini sebelum menggunakan. No. Pendaftaran : NAMA-NAMA BAGIAN 18 17 16 1. Lampu

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 56/M-IND/PER/5/2009 TANGGAL : 28 Mei 2009 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK

BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK BAB 24 SISTEM EPS, WIPER, KURSI ELECTRIK 24.1 Sistem EPS (ELEKTRONIK POWER STEERING) Elektronik Power Steering merupakan sistem yang membantu pengoperasian stering waktu dibelokkan dengan menggukan motor

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Jenis stasiun menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011 tentang jenis, kelas dan kegiatan di Stasiun Kereta Api.

Lebih terperinci

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK

TEKNIK LALU LINTAS EKONOMI KEGIATAN PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG POL KAM KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK TEKNIK LALU LINTAS KEGIATAN EKONOMI SOSBUD POL KAM PERPINDAHAN/PERGERAKAN ORANG DAN ATAU BARANG KEBUTUHAN AKAN ANGKUTAN PERGERAKAN + RUANG GERAK PERGERAKAN ALAT ANGKUTAN LALU LINTAS (TRAFFICS) Rekayasa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Underpass Underpass adalah tembusan di bawah sesuatu terutama bagian dari jalan atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; 2014). Beberapa

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 5 : Bantalan OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi bantalan dalam konstruksi jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan tipe bantalan serta penggunaan yang tepat sesuai

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT 3.1. Sejarah Perkembangan Lift Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masyarakat luas dengan nama lift. Lift adalah salah satu alat Bantu dalam kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Keergonomisan Fasilitas Fisik Kursi Setrika di Simply Fresh Laundry Fasilitas fisik kursi setrika di Simply Fresh Laundry saat ini belum ergonomis. Hal ini

Lebih terperinci