BAB II KAJIAN TEORI A. KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. a. Pengertian Hasil belajar Kognitif

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 1. Kerangaka Teoretis a. Pengertian Hasil belajar Kognitif Pada intinya tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mentaunilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang. 1 Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi : 1) Hal ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) 2) Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (efektif) 3) Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik). 2 Menurut Jean Piaget (dalam Nur, 1998:11), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu: tahap sensorimotor,pra operaional, operasional kongkrit, dan 1 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT. Renika Cipta, Edisi Revisi, hlm "Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, hlm

2 operasional formal. 3 Istilah kognitif (cognitive) berasal d ari kata cognition yang padanan katanya knowing, artinya mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976 dalam muhibbin syah,1996:65). 4 Menurut Benyamin Bloom yang dikutip Nana Sudjana mengemukakan bahwa hasil belajar dibagi menjadi 3 ranah yaitu sebagai berikut: 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah Afektif Berkenaan dengan hasil intelektual yang terdiri dari 5 aspek yaitu: penerimaan, jawaban, penilaian, pengembangan, internalisasi. 3) Ranah Psikomotor Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak ada 6 psikomotor yaitu: gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan dan 3 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2007, hlm Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, Hlm. 41

3 interperatif. 5 Tipe hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni sebagai berikut: 1) Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif Yang dimaksud dengan hasil belajar bidang kognitif adalah merupakan belajar di bidang penguasaan intelektual. Hasil belajar bidang kognitif terbagi menjadi beberapa bagian yakni sebagai berikut: a) Tipe Hasil Belajar Pengetahuan hapalan. Cakupannya termasuk pengetahuan yang sifatnya factual, disamping pengetahuan yang menghasilkan hal- hal yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal hukum, bab, ayat, rumus, dan lain- lain b) Tipe Hasil Belajar Pemahaman. Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan, kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. c) Tipe Hasil Belajar Penerapan Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi 5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, 2009, hlm 23-30

4 suatu konsep, ide, rumus hukum dalam situasi yang baru. Aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental. d) Tipe Hasil Belajar Analisis Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integrasi belakang ( kesatuan yang utuh) menjadi unsur unsur atau bagian- bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan/ hirarki. e) Tipe Hasil Belajar sintesis. Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada suatu kesanggupan menguraikan suatu integrasi menjadi bagian bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi integritas. f) Tipe Hasil belajar Evaluasi. Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan criteria yang dipakainya. 2) Tipe Hasil Belajar bidang Afektif Bidang afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa tingkat bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkat tersebut dimulai tingkat yang dasar/ sederhana sampai tingkat yang kompleks:

5 a) Kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. b) Jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya. c) Penilaian yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi, dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d) Organisasi, yakni pengemabangan nilai ke dalam satu system organisasi termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e) Karakteristik nilai yakni keterpaduan dari semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 3) Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor Hasil belajar bidang psikomotor, tampak dalam bentuk keterampilan

6 bertindak individu ( seseorang). Ada 5 tingkat keterampilan: Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sabar) a) Keterampilan pada gerakan- gerakan dasar. b) Kemampuan perceptual termasuk di dalamnya membedakan visualmembedakan audit motorik dan lain- lain. c) Kemampuan bidang fisik misalnya kekuatan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. d) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, intepretarif. Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. 6 Tipe-tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup: 1) tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge), 2) tipe prestasi belajar pemahaman (comprehention), 3) tipe prestasi belajar penerapan (aplikiasi), 4) tipe prestasi belajar analisis, 5) tipe prestasi belajar sintesis, dan 6 Ibid. hlm 50

7 6) tipe prestasi belajar evaluasi. 7 Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan yang meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dalam otak menjadi informasi hinga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyalasaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak untuk menyelesaikan masalah. 8 Hasil belajar yang bersifat kognitif meliputi hasil belajar pengetahuan hafalan, hasil belajar pemahaman, hasil belajar penerpaan, hasil belajar analisi (kesanggupanmenguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna), hasil belajar sintesis (kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas), dan hasil belajar evaluasi (kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai berdasarkan Judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya) 9 Selanjutnya Dimyati dan Mujiono menjelskan Hasil belajar adalah:hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhimya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan 7 Op.cit hlm Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (yogyakarta: Pustaka Belajar,2008) hlm.50 9 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2005), hlm. 50

8 peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor dan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar 10 Hal senada Slameto mendefenisikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya 11. Jika dianalisa beberapa teroti diatas, dapat disinpulkan bahwa pada dasarnya hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas, melalui evaluasi. b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Kognitif Dalam pencapaian hasil belajar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut yang secara garis besar dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal (berasal dari dalam diri), dan faktor eksternal (berasal dari luar diri. Slameto mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. yang termasuk dalam faktor 10 Dimyati dan Midjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.3 11 Slameto. Belajar dan Faktor yang mempengaruhi (Rineka Cipta,. Jakarta. 2003) hlm.2

9 intern seperti, faktor jasmaniah, faktor psikologis dan aktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstem yang berpengaruh terhadap belajar, lapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah organisasi) dan faktor masyarakat 12 Senada dengan pendapat Dalyono faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal 1) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri Yang termasuk ke dalam faktor Internal adalah: a) Kesehatan b) Inteligensi dan Bakat. c) Minat dan Motivasi. d) Cara Belajar 2) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri). Yang termasuk kedalam faktor Eksternal adalah : a) Keluarga b) Sekolah c) Masyarakat. 12 Ibid, hlm 54-60

10 d) Lingkungan Sekitar. 13 Selanjutnya Muhibbin Syah juga menambahkan bahwa baik buruknya situasi proses belajar mengajar dan tingkat pencapaian hasil proses instruksional itu pada umumnya bergantung pada faktor-faktor yang meliputi: 1) Karakteristik siswa 2) Karakteristik guru 3) Interaksi dan Strategi 4) Karakteristik kelompok 5) Fasilitas fisik 6) Mata pelajaran 7) Lingkungan alam sekitar 14 Noehi Nasution, dkk, dalam Syaiful Bahri Djamarah memandang belajar itu bukarilah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya, yaitu masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process)dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (out put) dengan kualifikasi tertentu. Didalam proses belajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan,yang merupakan masukan dari lingkuiigan (invironmental input) dan sejumlah faktor, instrumental (instrumental input) yang dengan sengaja dirancang dan dimanipulasikan guna 13 Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2009, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belojar. (Bandung: Remaja rosda karya, 2007), hlm. 248

11 menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki 15 Berdasarkan uraian-uraian di atas, jelaslah bahwa faktor yang mempengaruhi dalam arti menghambat atau mendukung proses belajar, secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor intern (dari dalam diri subjek belajar) dan faktor ekstem (da ri luar diri subjek belajar). c. Metode Kartu Arisan 1) Pengertian Dala suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. 16 Pada dasamya metode dapat diartikan dengan suatu cara. Menurut Wina dalam bukunya Strategi Pembelajaran bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang tealah disusun tercapai secara optima1. 17 Dalam buku belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya Slameto mengatakan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, ketrampilan dan, cara-cara yang dipakai itu akan 15 Syaiful Bahri Djamarah. Op. Cit,, hlm Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali Grasindo Persada: 2002, hlm Wina Sanjaya. Op. Cit. hlm 147

12 menjadi kebiasaan 18. Sedangkan menurut Suryosubroto mengemukakan metode mengajar adalah merupakan saalah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran 19 Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa metode mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan pengajaran kepada murid. Agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah efektif dan dapat diterima oleh murid dengan baik 20 Dan menurut Ahmad Tafsir bahwa metode pengajaran adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan pengajaran. Kata tepat dan cepat seringk diungkapkan dengan efektif dan efisien yang dapat dipahami secara sempurna oleh murid. 21 Berdasarkan beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa metode adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam menyampaikan pengajaran untuk mencapaitujuan yang telah ditetapkan pada waktu berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode yang baik adalah metode yang efektif dan efisien serta dapat menumbuh kembangkan keaktifan belajar siswa. Jadi Slameto. Op. Cit. hlm Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Rineka Cipta.Jakarta : 2002) hlm 20 Zakiah Daradjat. Metodologi Pengajaran Agama (Bumi Aksara. 2001) hlm, Ahmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam.(Rosdakarya Bandung. 2007) hlm

13 tugas guru adalah memilih dan mempraktekan metode yang tepat dapat menciptakan proses pengajaran yang sempurna. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Kartu adalah kertas besar yang tak seberapa besar, biasanya persegi panjang untuk berbagai keperluan; seperti tanda anggota, permainan, domino, pie, kongking dan lain-lain. Sedangkan Arisan adalah kegiatan pengumpulan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya undian dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya. Berdasarkan pengertin diatas penulis menyimpulkan metode kartu arisan adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran menggunakan kartu soal dan kartu jawaban oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya undian dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang tealah disusun tercapai secara optimal. Metode kartu arisan merupakan salah satu metode yang memotivasi siswa untuk aktif mengemukakan gagasan sehingga menimbulkan suasana yang efektif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan meningkat Menurut Ending Ekowati dalam model-model pembelajaran Inovatif metode. 2) Factor-faktor yang mempengarhi penerapan metode kartu arisan. a) Membutuhkan materi yang banyak untuk membuat soal.

14 b) Guru harus mahir membuat soal dan jawaban sesuai dengan indicator. c) Waktu yang panjang untuk menyelsaikan pembelajran dengan menggunakan metode kartu arisan. 3) Kelebihan dan kekurangan a) Kelebihan Pembelajaran yang menarik dihubungkan dengan kehidupan nyata b) Kekurangan (1) Tidak semua terlibat dalam kegiatan pembelajaran. (2) Nilai tergantung pada individu yang mempengaruhi nilai teman lain. 4) Langkah-langkah Menurut Ending Ekowati langkah-langkahnya sebagai berikut : a) Membentuk kelompok ± 4 0rang secara heterogen. b) Kertas jawaban dibagikan pada masing-masing kelompok, sedangkan. c) Gelas yang telah berisi gulungan kartu soal di kocok dan gulungan kartu soal yang keluar dibacakan. d) Apabila jawaban benar maka siswa mendapatakan poin 22 Pendapat lain yang dikutip dari http//learning-withme.blogspot.com mangatakan bahwa Siswa dibentuk kelompok dan setiap jawaban digulung dan dimasukkan ke dalam gelas 22

15 kemudian siswa yang memegang kartu jawaban menjawab setelah dikocok terlebih dahulu. Langkah-langkah: a) Bentuk kelompok ± 4 orang secara heterogen. b) Kertas jawaban bagikan pada siswa masing-masing 1 lembar / kartu soal digulung dan dimasukkan ke dalam gelas. c) Gelas yang telah berisi gulungan soal dikocok, kemudian salah satu yang jatuh diberikan agar dijawab oleh siswa yang memegang kartu jawaban d) Apabila jawaban benar maka siswa dipersilakan tepuk tangan atau yel-yel lainnya. e) Setiap jawaban yang benar diberi poin 1 sebagai nilai kelompok sehingga nilai total kelompok merupakan penjumlahan poin dari para anggotanya Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan penerapan metode kartu arisan dalam proses pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas IV SD Negeri 042 Tampan Pekanbaru. B. Penelitian yang Relevan Setalah peneliti mempelajari dari beberapa karya ilmiah dari berbagai sumber, maka peneliti menyimpulkan penelitian yang dilakukan oleh saudari Fitri 23 http//learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html

16 Yeni pada tahun 2008 dengan judul : Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 039 Uwai dalam Memahami Energi dan Penggunaanya Pada Pelajaran Sain Melalui Media Gambar. Dan penelitian yang dilakukan oleh saudari Puspa Tri Megantorowati pada tahun 2010, dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kartu Arisan Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan judul diatas, maka dapat dikatakan relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalan sama-sama untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, yang menjadi perbedaannya yaitu peneliti menggunakan metode kartu arisan, tetapi yang dilakukan Fitri Yeni menggunakan media gambar dengan tingkat keberhasilan penelitian mencapai 90%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Puspa Tri Megantorowati relavan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan metode kartu arisan dengan tingkat keberhasilan mencapai 90%. C. Indikator Keberhasilan. 1. Indikator Hasil Belajar Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila 75% siswa mendapatkan nilai minimal (KKM 65) dan rata-rata nilai klasikal siswa minimal 65 sesuai dengan KKM, serta aktifitas siswa mencapi 70%. 2. Indikator Kinerja a. Indikator Kinerja Guru Adapun indikator penerapan model pembelajaran Kartu Arisan

17 oleh guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Mencantumkan kompetensi pembelajaran 2. Mengembangkan dan memgorganisasikan materi pembelajaran 3. Mengembangkan alat bantu penbelajaran 4. Memilih sumber belajar 5. Menetukan jenis kegiatan pembelajaran 6. Menyasun langkah-langkah pembelajaran dan alokasi waktu 7. Menentukan prosedur dan jenis penilaian. 8. Menbuat alat penilaian dan kunci jawaban 9. Memulai kegiatan pembelajaran 10. Melaksanakan jenis kegiatan sesuai dengan kompetensi pembelajaran, siswa, situasi dan lingkungan. 11. Menggunakan alat bantu ( media kartu arisan ) pembelajaran sesuai dengan kompetensi pembelajaran, siswa, situasi dan lingkungan. 12. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara urut dan logis 13. Melaksanakan kegiatan secara individual, kelompok, dan klasikal 14. Mengelola waktu pembelajaran secara efisien 15. Mamberikan petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi

18 pembelajaran 16. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, isyarat, dan gerekan bedan 17. Memicu dan memelihara keterlibatan siswa 18. Mamantapkan penguasaan materi pembelajaran 19. Memantapkan sikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian, dan sabar kepada siswa 20. Melaksanakan penilaian proses dan akhir pembelajaran b. Indikator Kinerja Siswa 1) Siswa duduk dengan rapi di tempat duduknya masing-masing. 2) Siswa berinteraksi dengan guru. 3) Siswa memperhatikan penjelasan guru 4) Siswa duduk di kelompoknya masing-masing dengan cepat dan tepat. 5) Siswa memperhatikan kartu soal yang telah diterimanya. 6) Siswa menyesuaikan jawaban yang dipegangnya dengan soal yang dibacakan guru dengan cepat dan tepat. 7) Siswa memberikan yel-yel jika jawaban temannya benar. 8) Siswa mengerjakan evaluasi LKS dengan cepat dan tepat.