BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN GO PUBLIC DAN PASAR MODAL. Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN GO PUBLIC DAN PASAR MODAL. Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN GO PUBLIC DAN PASAR MODAL A. Gambaran Umum Tentang Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal dapat dilihat dalam pasal 1 butir 13 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menyatakan bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Di samping pengertian pasar modal di atas, Eduardus Tandelilin menyatakan bahwa, Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. 16 Istilah pasar modal dipakai sebagai terjemahan dari istilah Capital Market yang berarti suatu tempat atau sistem bagaimana cara dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual suatu efek yang baru dikeluarkan. 17 Pasar modal pada hakekatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasinya Eduardus Tandelilin, Op. Cit., hal Abdurrahman, Op. Cit., hal Pandji Anoraga dan Piji Parti, Op. Cit., hal. 6

2 Marzuki Usman menyatakan bahwa : Pasar Modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembati hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal dengan penjamin dana yang juga disebut dengan nama emiten. Para pemodal meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan penghasilan. 19 Pasar modal atau capital market adalah merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri. 20 Pasar modal atau bursa efek adalah salah satu jenis pasar dimana para pemodal bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat berharga atau efek Struktur Pasar Modal Indonesia Struktur Pasar Modal Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa kebijakan di bidang pasar modal ditetapkan oleh menteri keuangan, sedangkan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh Bapepam. a. Badan Pengawas Pasar Modal Badan Pengawas Pasar modal (Bapepam) merupakan lembaga atau otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas 19 Ibid., hal M. Fakhruddin dan M. Sopian Hadianto, Op. Cit., hal E. A. koetin, Op. Cit., hal. 6.

3 pasar modal. Bapepam diharapkan dapat mewujudkan tujuan penciptaan kegiatan atau pasar modal yang teratur, wajar, transparansi, efisien serta penegakan peraturan dan melindungi kepentingan investor di pasar modal. Dalam Pasal 3 ayat 1 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar modal dinyatakan bahwa yang menjadi fungsi dari Bapepam adalah: 1. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal 2. Penegakan peraturan di bidang pasar modal 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha, pendaftaran dari Bapepam, dan pihak yang bergerak di bidang pasar modal. 4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi emiten dan perusahaan publik. 5. Penyelesaian keberatan yang ditujukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP). 6. Penetapan ketentuan Akuntansi di bidang pasar modal. 7. Pengamanan klinis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan fungsi-fungsi tersebut Bapepam memiliki beberapa kewenangan. Wewenang Bapepam ini tercantum pada Pasal Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dalam garis besarnya mencakup sekitar 9 (Sembilan) bidang, yaitu : Wewenang mengeluarkan izin perorangan untuk wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, dan wakil manager investasi. 2. Wewenang mengeluarkan izin usaha untuk bursa efek dan lembagalembaga penunjang. 3. Wewenang menyetujui pendirian bank kustodium 4. Wewenang menyetujui pencalonan dan pemberhentian komisaris, direktur, serta menunjuk manajemen sementara bursa efek, lembaga 22 M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Op. Cit., hal. 116

4 kliring dan penjamin, lembaga penyimpanan dan penyelesaian sampai dipilihnya komisaris dan direktur baru. 5. Wewenang dan menyelidiki setiap pihak jika terjadi pelanggaran terhadap UUPM 6. Wewenang untuk membekukan dan membatalkan pencatatan atau efek tertentu. 7. Wewenang menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu. 8. Wewenang menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek dalam keadaan darurat. 9. Wewenang bertindak sebagai lembaga banding bagi pihak yang dikenakan sanksi oleh bursa maupun lembaga kliring dan penjamin. Di luar wewenang tersebut, masih terdapat sejumlah wewenang dalam tingkat yang lebih rendah dan sifatnya lebih teknis, dengan demikian, Bapepam sebagai pengawas memang diberi kekuasaan yang sangat besar oleh UUPM. b. Bursa Efek Bursa efek adalah perusahaan sekuritas bergabung bersama membentuk bursa efek. Organisasi tersebut mengatur dirinya sendiri dengan mengeluarkan berbagai peraturan serta memastikan bahwa anggotanya berprilaku sedemikian rupa sehingga memberikan persepsi positif tentang pasar modal kepada masyarakat. 23 Menurut Undang-Undang Pasar Modal, Pasal 1 angka 4, menyatakan Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau saran untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Penyelenggaraan bursa 23 C.T.S. Kansil dan Christine S.T., Pokok-pokok hukum Pasar Modal, (Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002), hal. 57

5 efek adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam (Pasal 6 ayat (1) UUPM). c. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) Peranan lembaga Kliring dan Penjaminan pinjaman adalah melaksanakan kliring dan menjamin penyelesaian transaksi di bursa efek dengan bertindak sebagai Counter Party dari anggota bursa yang melakukan transaksi. Jaminan tersebut dapat berupa dana, sekuritas, dan jaminan bank custodian untuk melaksanakan transaksi tertentu. Dengan sistem jaringan tersebut maka pemasaran harga akan dapat memasuki perdagangan jika Lembaga kliring dan Penjaminan (LKP) menyetujui dan terdapat cukup jaminan untuk menyelesaikan transaksi dengan menyerahkan dana sekuritas pada rekening sekuritas di Lembaga Kliring dan penyelesaian (LPP). 24 d. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) adalah lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan custodian sentral (tempat penyimpanan pusat) bagi bank custodian, perusahaan efek dan pihak lainnya. e. Perusahaan Efek Perusahaan efek sering juga disebut sebagai perusahaan sekuritas (securities company). Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan 24 Ibid.,

6 usaha sebagai penjamin emisi efek, Perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi (Pasal 1 angka 21 UUPM Nomor 8 Tahun 1995). 1. Penjamin emisi efek Pasal 1 angka 17 UUPM menyatakan bahwa penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kemampuan dan prospek emiten. 2. Perantara Pedagang efek Istilah perantara pedagang efek merupakan istilah yang ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, dimana istilah tersebut terdapat dalam Pasal 1 angka 8. Istilah ini mengandung dua makna yaitu perantara dalam jual beli efek, artinya bertindak sebagai perantara dalam aktivitas jual beli efek, karena investor tidak boleh melakukan kegiatan jual beli efek secaara langsung tanpa melalui perantara, disamping itu pedagang efek selain bertindak sebagai perantara, perusahaan efek juga dapat melakukan aktivitas jual beli saham untuk kepentingan perusahaan efek tersebut. 3. Manajer Investasi Manajer investasi merupakan pihak yang mendapat izin dari Bapepam untuk mengadakan kegiatan usaha mengelola portofolio efek bagi para nasabah atau mengelola investasi kolektif untuk sekelompok nasabah kecuali perusahaan asuransi, dana pensiunan dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7 f. Profesi Penunjang Pasar Modal Profesi penunjang pasar modal terdiri dari 25 : 1. Akuntan Publik Peranan profesi akuntan dalam bidang pasar modal adalah mengungkapkan informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai kewajiban atas data yang disajikan dalam laporan keuangan, sehingga opini akuntan akan memberikan suatu keyakinan bagi pihak lain atas laporan keuangan yang diterbitkan emiten tersebut. Pada umumnya akuntan publik melaksanakan audit berdasarkan standart auditing yang ditetapkan oleh Ikatan akuntansi Indonesia. Standart tersebut mengharuskan akuntan publik memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan konsolidasi itu bebas dari salah saji secara materi. 2. Konsultan Hukum Dalam suatu penawaran umum, konsultan mempunyai tugas untuk memberi opini dari segi hukum (Legal opinion). Konsultan hukum bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas fakta hukum yang ada mengenai emiten. Hal-hal yang perlu mendapat penelitian dan pernyataan dari konsultan hukum adalah mengenai : 26 a. Anggaran dasar emiten beserta perubahannya b. Izin usaha emiten c. Bukti pemilikan penguasaan harta emiten 25 Ibid., 26 Tjipsono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanpa Jawaban, (Penerbitan Salemba Empat, Jakarta 2001), hal. 30.

8 d. Perikatan oleh emiten dengan pihak e. Perkara baik perdata maupun pidana yang mengangkat emiten dan pribadi pengurus perseroan. 3. Penilai Lembaga penilai memberikan jasa profesional dalam menentukan nilai wajar dari harta milik perusahaan (aktiva), seperti nilai kekayaan tetap perusahaan yang berupa tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan, dan lain-lain. Beberapa nilai pertimbangannya atau penyusutannya dalam jangka waktu tertentu harus dilakukan secermat mungkin sesuai dengan standar penilaian yang berlaku. Hasil penilaian ini diperlukan sebagai informasi bagi investor dalam mengembil keputusan investasi. Dalam kaitannya dengan hal ini, tanggung jawab penilaian akan dituntut pula oleh pihak pemegang saham Notaris Peran Notaris dalam Pasar Modal diperlukan terutama dalam hubungannya dengan penyusunan Anggaran Dasar para pelaku pasar modal, seperti emiten, perusahaan publik, perusahaan efek, dan reksa dana, serta pembuatan kontrakkontrak penting seperti kontrak reksa dana, kontrak penjamin emisi, dan perwaliamanatan. 28 g. Lembaga Penunjang Pasar Modal Lembaga Penunjang Pasar Modal meliputi : 1. Biro Administrasi Efek 27 Ibid., 28 M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Op. Cit., Hal. 94

9 Yaitu suatu badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas yang melakukan usaha dalam pengelolaan administrasi sekuritas seperti registrasi dan pencatatan sekuritas, pemindahan hak kliring dan tugas-tugas administrasi lainnya bagi emiten, anggota bursa maupun pemodal yang menjadi konsumennya sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Kustodian Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian adalah Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), perusahaan atau bank umum yang telah mendapat persetujuan dari Bapepam. 3. Wali Amanat Undang-Undang Pasar Modal, Pasal 50 menyebutkan kegiatan usaha sebagai wali amanat dapat dilakukan oleh bank umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan memegang efek yang bersifat utang. Jasa wali amanat diperlukan bagi emisi obligasi (Pengakuan utang). Oleh karena, efek yang bersifat utang adalah merupakan surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak dan para pemegang sahamnya tersebar luas, maka untuk mengurus dan mewakili mereka selaku kreditur, perlu dibentuk lembaga perwaliamanatan.

10 4. Penasehat Investasi Penasehat Investasi adalah pihak yang member nasehat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa. Pemberian nasehat dapat dilakukan secara lisan atau tulisan, termasuk dalam penerbitan melalui media masa. Oleh karena itu, bertindak sebagai penasehat investasi harus memenuhi persyaratan tertentu seperti keahlian dalam bidang analisis efek, termasuk dalam kegiatan penasehat investasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan pemeringkat efek. Sebelum melakukan kegiatannya, penasehat investasi harus terlebih dahulu memperoleh izin dari Bapepam. Hal ini sesuai dengan Pasal 34 UUPM. 5. Pemeringkat Efek Tugas lembaga pemeringkat efek adalah menentukan peringkat suatu efek dengan menggunakan simbol tertentu yang dapat memberikan gambaran mengenai kualitas investasi dari suatu efek yang dinilai berkaitan dengan resiko gagal bayar/serah. Lembaga ini merupakan lembaga yang kualitas kerjanya dipengaruhi oleh indenpendensi yang menjamin tentang kredibilitasnya. Peningkat efek yang dikeluarkan oleh pemeringkat efek menjadi informasi penting bagi investor untuk melakukan pembelian efek yang bersifat utang. h. Emiten Emiten merupakan pihak yang mencari dana dengan menjual sekuritas kepada masyarakat luas melalui keterbukaan informasi, peningkatan likuiditas

11 sekuritas, pemantauan harga sekuritas dan menjaga hubungan baik dengan pemodal. Emiten terdiri dari dua, yaitu 29 : 1. Perusahaan Publik Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 2. Reksa Dana Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa dana adalah perseroan atau investasi kolektif masyarakat pemodal yang diinvestasikan ke dalam efek oleh manajer investasi secara sederhana. Reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar modal. i. Investor Investor merupakan pihak yang mempunyai dana yang siap untuk diinvestasikan di pasar modal. Dalam hal ini pasar modal perlu melakukan 29 Ibid.,

12 pembenahan-pembenahan agar dapat menarik semakin banyak pemodal asing, perorangan dan institusi yang mempunyai karakteristik masing-masing. j. Instrumen Pasar Modal Yang dimaksud instrumen Pasar Modal adalah semua surat-surat berharga (securities) yang diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini pada umumnya bersifat jangka panjang. Instrumen Pasar Modal adalah semua instrumen keuangan yang ada di pasar modal sebagai media investasi, instrumen pasar modal pada saat ini di Indonesia ada enam, yaitu : Saham (Stock), yaitu merupakan bukti penyertaan modal dari suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. 2. Obligasi (Bond), yaitu sertifikat bukti utang yang dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan modal. 3. Obligasi Konversi (Convertible Bond), yaitu Obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menukarkan (Konversi) obligasi tersebut dengan saham dalam waktu yang ditentukan. 4. Rights yaitu hak memegang saham atau perusahaan untuk membeli terlebih dahulu saham-saham baru dikeluarkan oleh perusahaan tersebut secara professional, biasanya ditawarkan pada harga yang lebih rendah dari harga pasar. 5. Waran, yaitu efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang efek untuk memesan/membeli saham perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah 6 bulan atau lebih. 6. Reksa Dana (Mutual Fund) yaitu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. 30 M. Fakhruddin dan M. Sopian Hadianto, Op. Cit., hal. 318

13 Yang dapat melakukan penawaran umum melalui pasar modal adalah harus merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 20 UUPM yaitu Perseroan terbatas sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 1 angka 1 Ketentuan umum. Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang tentunya Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp (tiga milyar rupiah) sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 22 UUPM. Perseroan adalah satu dari beberapa jenis bentuk usaha yang ditinjau menurut Undang-Undang. Bentuk usaha lain seperti firma dancommanditaire venootschap dan yang lainnya kecuali koperasi masih seperti sediakala dan belum berubah. Perseroan terbatas sebagai wadah usaha makin penting karena timbulnya usaha. Usaha besar yang semuanya berbentuk perseroan terbatas, seperti perusahaan yang sudah memperdagangkan sahamnya dibursa efek, terbukti bahwa banyak perusahaan kecil atau menengah yang didirikan dengan bentuk perseroan terbatas. 31 Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, disamping karena pertanggung jawaban yang bersifat terbatas, perseroan terbatas juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang sahamnya) untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut. Sebagaimana kata perseroan menunjuk kepada modalnya yang terdiri dari sero (saham), 31 Ahmad Yani & Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999), hal. 1

14 sedangkan kata terbatas menunjukkan kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimiliknya. 32 Ketentuan perundang-undangan yang mengatur khusus mengenai perseroan terbatas saat ini dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Mengenai pengertian perseroan terbatas, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 memberikan batasan mengenai perseroan terbatas sebagai berikut : Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang selanjutnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dari batasan yang diberikan tersebut di atas, ada lima hal pokok yang dapat ditemukan disini antara lain : Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang merupakan persekutuan modal 2. Didirikan berdasarkan perjanjian 3. Menjalankan usaha tertentu 4. Memiliki modal yang terbagi atas saham-saham 5. Memiliki persyaratan undang-undang Sebagaimana dapat dijelaskan sebagai berikut : 32 Moenaf H. Regar, Pembahasan Kritis Aspek Manajemen & Akuntansi UU Perseroan Terbatas 1995, (Penerbit Pustaka Quantum, Jakarta, 2001), hal Ibid., hal. 7

15 1. Perseroan Terbatas merupakan suatu Badan Hukum Seperti yang telah disebutkan bahwa Perseroan adalah badan hukum yang berarti perseroan merupakan subjek hukum di mana perseroan sebagai badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum seperti yang ditentukan dalam UUPT. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah : 34 a. Organisasi teratur Gunanya adalah untuk menggerakkan perseroan agar badan hukum itu dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Organisasi yang teratur ini dapat dilihat dari adanya organ perseroan yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris (Pasal 1 Butir 2 UUPT). b. Harta Kekayaan Sendiri Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham Pasal 24 ayat (1) UUPT yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain Pasal 27 ayat (1) UUPT. c. Melakukan Hubungan Sendiri Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut direksi dan komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. d. Mempunyai Tujuan Tertentu 34 Ahmad yani, Op. Cit., Hal. 8-9

16 Tujuan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar perseroan, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 12 huruf b UUPT. Karena perseroan menjalankan perusahaan, maka tujuannya sesuai dengan UUPT. 2. Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan Perjanjian Ketentuan Pasal 7 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Rumusan ini pada dasarnya mempertegas kembali makna perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan umum mengenai perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sebagai perjanjian khusus bernama, perjanjian, pembentukan perseroan terbatas ini juga tunduk sepenuhnya pada syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Perseroan menjalankan usaha tertentu Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Kegiatan usaha yang dilakukan perseroan adalah dalam bidang ekonomi baik industri, perdagangan maupun jasa yang bertujuan memperoleh keuntungan/laba. Sebagaimana dikatakan bahwa pendirian perseroan sebagai suatu bentuk perjanjian wajib memiliki objek tertentu. Objek tertentu dicerminkan dalam bentuk perjanjian perseroan dengan tujuan untuk menjalankan kegiatan usaha 35 Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata: Untuk sahnya suatu persetujuan diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal

17 tertentu yang halal. Perseroan tidak dapat didirikan dan dijalankan jika ia tidak memiliki tujuan dan kegiatan usaha yang jelas Perseroan harus memiliki modal yang terbagi ke dalam saham-saham a. Modal Perseroan Sebagai suatu badan hukum yang independen dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang mandiri, lepas dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemegang saham maupun para pengurusnya, perseroan jelas harus memiliki harta kekayaan tersendiri dalam menjalankan kegiatan usahanya serta untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Untuk itu maka pada saat perseroan didirikan bahkan sebelum permohonan pengesahan akta pendirian perseroan ke Menteri Kehakiman pada pendiri telah harus menyetorkan sekurangkurangnya 50% dari seluruh modal ditempatkan atau dikeluarkan perseroan yang diambil bagian oleh para pendiri. 37 Dalam Pasal 31 dan 33 UUPT dikenal ada tiga jenis modal saham perseroan, yaitu modal dasar, yang ditempatkan dan modal yang disetor. 1. Modal Dasar Modal dasar adalah modal maksimum dimana dapat dikeluarkan tanpa perubahan anggaran dasar dan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari menteri kehakiman. Dengan kata lain, bahwa modal dasar menunjukkan nilai saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh suatu perseroan. Dalam UUPT ditentukan secara tegas bahwa suatu perseroan terbatas harus mempunyai modal dasar paling sedikit Rp ,- (lima puluh juta 36 Ibid., hal Ibid., hal. 13

18 rupiah), sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 32 ayat (1) UUPT. Meskipun demikian undang-undang masih member kemungkinan bagi perseroan terbatas yang mempunyai bidang usaha tertentu dengan jumlah minimum yang ditempatkan. 2. Modal yang ditempatkan UUPT tampak hanya menyinggung ringkas tentang masalah penempatan modal sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (1) UUPT. Untuk mengetahui apa itu modal yang ditempatkan H.M.N. purwosutjipto, mengatakan adalah modal yang disanggupi oleh para pendiri dan pemegang saham. Modal yang ditempatkan pada waktu pendirian merupakan jumlah ikut sertanya para persero pendiri. Dalam Pasal 26 ayat (1) UUPT menetapkan paling sedikit 25% dari modal dasar pada saat pendirian perseroan dan setiap penempatan modal dimaksud, harus telah disetor paling sedikit 50% niali nominal setiap saham yang dikeluarkan Modal yang disetor Modal yang disetor menurut ketentuan Pasal 33 UUPT menghendaki agar seluruh saham yang telah dikeluarkan harus disetor penuh pada saat pengesahan perseroan dengan bukti penyetoran yang sah. Dengan pengaturan ini, undangundang bermaksud agar sejak tanggal pengesahan tidak dimungkinkan penyetoran atas saham serta secara mengangsur hanya dapat dilakukan sebelum pengesahan diberikan. 38 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, (Penerbit Jembatan, Jakarta, 1996), hal. 35

19 b. Saham Perseroan Sebagaimana telah dikatakan dalam Pasal 34 ayat (1) UUPT bahwa modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham dan pada hakekatnya perseroan merupakan persekutuan saham atau modal. Setiap saham yang dikeluarkan perseroan harus memenuhi syarat yang ditetapkan Pasal 49 ayat (1) UUPT yaitu harus mencantumkan nilai nominal dalam mata uang Republik Indonesia. Yang berarti dalam saham dicantumkan mata uang Rupiah dan selanjutnya dalam Pasal 49 ayat (1) menyatakan bahwa saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan. Hal ini berarti bahwa UUPT tidak mengakui saham-saham yang dikeluarkan tanpa mencantumkan nilai nominalnya, maka saham tersebut tidak dapat diketahui berapa besarnya dan tidak dapat diketahui berapa banyaknya atau berapa lebar saham yang dikeluarkan. Mengenai jenis saham yang dapat dikeluarkan perseroan, menurut Pasal 34 ayat (2) UUPT menetapkan ada dua jenis saham, yaitu : 1. Saham atas nama Yang dimaksud saham atas nama adalah saham yang mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya. 2. Saham atas tunjuk Yang dimaksud saham atas tunjuk adalah saham yang tidak mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya. 5. Memenuhi persyaratan Undang-Undang

20 Setiap Perseroan harus memenuhi persyaratan UUPT dan peraturan pelaksanaannya mulai dari pendiriannya, beroprasinya dan berakhirnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan pengoprasian perusahaan harus berdasarkan UUPT. Mengenai pendirian perseroan harus memenuhi persyaratan yang ditemukan dalam UUPT. Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan syaratsyarat yang harus dipenuhi dan diikuti sehubungan dengan proses pendirian perseroan terbatas Sebagai bentuk perjanjian, perseroan harus didirikan sekurangkurangnya oleh dua orang (termasuk badan hukum) ketentuan ini diperberat dengan adanya kewajiban untuk tetap mempertahankan jumlah pemegang saham sekurang-kurangnya dua orang. 2. Dibuat dengan akta notaries 3. Dalam bahasa Indonesia 4. Mencantumkan perkataan PT (atau PT Tbk untuk perseroan terbatas terbuka) 5. Disahkan oleh Menteri Kehakiman 6. Didaftarkan berdasarkan undang-undang wajib daftar perusahaan No. 3 Tahun 1982 termasuk semua perubahannya. 7. Diumumkan dalam berita Negara termasuk semua perubahannya. 8. Untuk perseroan terbatas (tertutup) ditentukan besarnya modal sekurang-kurangnya Rp ,- (dua puluh juta rupuah), dengan ketentuan bahwa modal ditempatkan sekurang-kurangnya berjumlah 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar. Modal yang ditempatkan ini pemegang saham wajib untuk menyetorkan 50% (lima puluh persen) sebagai modal disetor pada saat perseroan didirikan, dan sisanya pada saat perseroan memperoleh pengesahan dari menteri kehakiman. Kemudian keterkaitan perseroan terbatas dengan pasar modal. UUPT No. 40 Tahun 2007 ini, mempunyai keterkaitan dengan pasar modal UU No. 8 Tahun 39 Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Op. Cit., hal. 20

21 1995. Didalam salah satu Pasal UUPT yaitu dalam Pasal 127 menyatakan bagi perseroan yang melakukan kegiatan tertentu di bidang pasar modal berlaku ketentuan undang-undang ini, sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pada dasarnya terhadap perseroan yang melakukan kegiatan tertentu di bidang pasar modal berlaku ketentuan UU No.40 Tahun Namun demikian, mengingat kegiatan perseroan tersebut mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan perseroan pada umumnya, maka perlu dibuka kemungkinan adanya pengaturan khusus terhadap perseroan tersebut. Pengaturan khusus dimaksud antara lain mengenai sistem penyetoran modal, hal yang berkaitan dengan pembelian kembali saham perseroan dan hak suara penyelenggara rapat umum pemegang saham. Dengan ketentuan tersebut Pasal 127 UU No. 40 Tahun 2007, maka secara tegas dan jelas dikatakan bahwa perseroan yang bergerak di pasar modal dibenarkan untuk melakukan pengaturan sendiri secara khusus yang dengan kata lain, secara legal telah diberikan satu pembenaran hukum (justification rechtvaardiging). Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka Undang-Undang tersebut dapat memperjelas UUPT yang berkenaan dengan pasar modal. 40 berikut : 41 Keterkaitan UUPT dengan pasar modal adalah mengenai hal-hal sebagai 1. Definisi perseroan terbatas terbuka (Pasal 1 ayat 7 jo Pasal 1 ayat 22 UU Pasar Modal). 40 I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Khusus Pemahaman atas UU No.1 Tahun 1995, (Penerbit Kesaint Blanc, Jakarta, 2000) hal Ibid., hal. 111

22 2. Pada saat pembelian reksa dana berbentuk perseroan paling sedikit 1% dari modal dasar reksa dana telah ditempatkan dan disetor. 3. Saham reksa dana terbuka berbentuk perseroan terbatas diterbitkan tanpa nilai nominal. 4. Pelaksanaan pembelian kembali saham reksa dana berbentuk perseroan dan pengalihan lebih lajut saham tersebut dapat dilakukan tanpa mendapat persetujuan RUPS. 5. Dana untuk membeli kembali saham serta dana berbentuk perseroan berasal dari kekayaan reksa dana. 6. Dana cadangan tidak wajib dibentuk, namun, bila reksa dana membentuk dana cadangan maka besarnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bapepam. Berbagai hal mengenai perseroan terbatas terbuka dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas : a. Dibelakang nama perseroan ditulis Tbk (Pasal 13 ayat 3) b. Setiap pengeluaran saham harus disetor penuh atau tunai (Pasal 27 ayat 4) c. Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan di pasar modal diatur menurut perundang-undangan di bidang pasar modal (Pasal 44 ayat 5) d. Penunjuk akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan perseroan (Pasal 49 ayat 1) e. Pemanggilan rapat umum pemegang saham ada pengumuman dalam dua surat kabar dalam empat belas hari (Pasal 69 ayat 1 dan 3) f. Sebelum pemanggilan rapat umum pemegang saham ada pengumuman dalam dua surat kabar dalam empat belas hari (Pasal 70 ayat 1 dan 2)

23 g. Wajib dua orang direktur (Pasal 79 ayat 2) dan sua orang komisaris (Pasal 94 ayat 2) Sementara untuk hal-hal yang memerlukan pengaturan yang lebih lanjut adalah sebagai berikut : Pemakaian nama perseroan 2. Penentuan besarnya modal dasar perseroan terbatas terbuka dan perubahannya. 3. Bentuk-bentuk perubahan lainnya yang dapat dikonpensasikan sebagai setoran saham. 4. Ketentuan mengenai penawaran dan penjualan saham (yang dikeluarkan perseroan dalam rangka penambahan modal) kepada karyawan 5. Ketentuan mengenai penyisihan laba bersih untuk cadangan dan penggunaannya 6. Ketentuan mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan 7. Bentuk dan tata cara pemindahan hak-hak atas saham atas nama dan saham atas tunjuk yang diperdagangkan di pasar modal yang akan di atur dalam peraturan pemerintah atau peraturan perundang-undangan. B. Perusahaan Go Public Perusahaan yang akan mencari dana tambahan dari masyarakat melalui pasar modal maka perusahaan tersebut harus melakukan satu proses going public atau go public. Pada hakekatnya perusahaan yang go public adalah perusahaan yang membuka diri terhadap keikutsertaan masyarakat dalam satu perusahaan yang pada awalnya bersifat tertutup, baik dengan cara pemilikan maupun penetapan kebijakan pengelolaan perusahaannya, juga mengenai modal 42 Ibid., hal. 112

24 perusahaan, di mana pada perusahaan yang go public setiap orang dapat ikut serta dalam modalnya dengan membeli satu surat saham atau lebih. Penawaran umum sering disebut dengan istilah go public. Istilah ini semakin sering didengar seiring dengan semakin semaraknya instrumen pasar modal, khususnya saham yang merupakan salah satu alternatif investasi. Secara mudah, go public merupakan penawaran saham atau obligasi. Kegiatan ini disebut sebagai pasar perdana (primary market). Selanjutnya pemegang saham ini dapat mentransaksikannya di pasar sekunder (secondary market). Pada sekunder dilakukan di bursa efek jadi saham yang telah dijual ke masyarakat umum, selanjutnya akan dicatatkan dibursa efek. 43 Perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum disebut perusahaan terbuka atau perusahaan publik. Hal ini, berarti bahwa perusahaan sudah menjadi milik masyarakat pemegang saham dari masyarakat yang bersangkutan secara mudah perusahaan yang sudah go public mudah dikenal oleh masyarakat, karena di belakang nama perusahaan ditambahkan istilah Tbk (Terbuka), sebagaimana yang terdapat Pasal 13 ayat (3) UU No. 40 Tahun Sebagaimana disebutkan dalam UUPT, kriteria lebih lanjut mengenai perseroan terbatas terbuka akan ditentukan dalam peraturan perundang-undangan pasar modal, yang dalam hal ini adalah Undang-Undang Pasar modal No. 8 Tahun 1995, akan tetapi jika diperhatikan secara menyeluruh Undang-Undang Pasar Modal tersebut, tidak ada satu patah katapun yang menyebutkan tentang perseroan terbatas terbuka, termasuk dalam ketentuan umum Bab I Pasal 1 UU No. 8 Tahun 43 Pandji Anogara, Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, STIE Bank BPD Jateng), (Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2001), hal. 46

25 1995 yang mengatur mengenai pengertian atau definisi dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam undang-undang pasar modal tersebut. 44 Walaupun demikian, berdasarkan definisi-definisi yang diberikan dalam : 1. Pasal 1 angka 6 Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum 2. Pasal 1 angka 13, Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek 3. Pasal 1 angka 15, Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. 4. Pasal 1 angka 20, Perseroan adalah perseroan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1). Ketentuan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 5. Pasal 1 angka 22, perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp ,- (tiga milyar rupiah) atau suatu jumlah saham pemegang saham dan modal disetor dengan peraturan pemerintah. Dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan perseroan terbatas terbuka menurut ketentuan undang-undang pasar modal adalah emiten dan atau perusahaan publik. Dikatakan dan atau oleh karena definisi masing-masing 44 Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Op. Cit., hal. 15

26 dapat berdiri sendiri, meskipun tidak tertutup kemungkinan suatu perseroan terbatas dapat memenuhi kedua definisi yang diberikan tersebut secara bersamasama. Tidak semua emiten dapat menjadi perusahaan publik selama kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor perseroan tidak memenuhi syarat perusahaan publik, dan tidak semua perusahaan publik melakukan penawaran umum secara emiten. 45 Untuk mengetahui perbedaan yang terdapat diantara emiten dengan perusahaan publik, maka dapat dijelaskan secara rinci di bawah ini : Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum dalam rangka menjaring dana bagi kegiatan usaha perusahaan atau pengembangan usaha perusahaan. Untuk mendapat dana itu dilakukan dengan menjual efek kepada masyarakat luas melalui pasar modal. 46 Sementara perusahaan publik adalah tahap selanjutnya setelah emiten. Pengertian emiten adalah perusahaan yang melakukan penawaran umum, sedangkam perusahaan publik adalah yang sahamnya dimiliki sekurang-kurangnya Rp. 3 M (tiga milyar Rupiah) atau memiliki jumlah pemegang saham dan modal yang disetor yang ditetapkan oleh Pasal 1 angka 22 No. 8 Tahun Ada sedikit perbedaan antara emiten dengan perusahaan publik. Kalau emiten sudah pasti perusahaan publik karena telah memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik dilihat dari jumlah pemegang saham dan modal minimal yang harus disetor. Emiten melakukan penawaran umum dan sahamnya aktif diperdagangkan di bursa (secondary), sedangkan perusahaan publik belum tentu 45 Ibid., hal M. Irsal Nasaruddin, Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, ( Penerbit Predana Media, Jakarta, 2004), Hal. 151.

27 dapat dikategorikan sebagai emiten. Karena perusahaan publik belum tentu melakukan penawaran umum atau listing di bursa. 47 Dengan kata lain, perusahaan publik dapat menjelma menjadi emitan pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka melakukan penawaran umum dinyatakan efektif karena sudah diterima dan disetujui oleh Bapepam. Namun sebagai perusahaan publik, kendati tidak melalui penawaran umum, perusahaan wajib menyampaikan pernyataan pendaftaran. Baik emiten maupun perusahaan publik, keduanya tergolong dalam pengertian perusahaan terbuka (Tbk). 48 Manfaat dan konsekuensi Go Public Seiring dengan persaingan yang semakin tajam, maka perusahaan pun membutuhkan strategi-strategi untuk menang dalam persaingan. Pengelolaan yang professional ditunjang dengan modal yang memadai disertai dengan strategi yang tepat merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Hal inilah yang mendorong timbulnya banyak sekali perusahaan-perusahaan yang Go Public saat ini. Go public menjadi suatu jalan yang cukup baik untuk memecahkan segala permasalahan. Di samping modal yang dibutuhkan akan tersedia dan pengelolaan yang professional, juga segala sesuatu yang berhubungan dengan jalannya perusahaan akan dapat dikontrol dengan baik. Bagi perusahaan yang memutuskan untuk menjual sahamnya ke masyarakat, ada manfaat yang didapatkan. Akan tetapi disamping manfaat atau 47 Ibid., Hal Ibid.

28 keuntungan tersebut, ada beberapa konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dengan melakukan penawaran umum, berarti perusahaan dituntut untuk lebih dapat terbuka dan harus mengikuti ketentuan-ketentuan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran harus tercatat secara terperinci dan dapat dipertanggungjawabkan, perusahaan harus membuat laporan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Disamping itu, tuntutan untuk meningkatkan perusahaan akan semakin kuat, karena pemilik menginginkan keuntungan yang semakin meningkat pula, sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya deviden yang akan dibagikan. Di samping itu, dengan pertumbuhan dan perkembangan yang bagus akan meningkatkan citra dari perusahaan, sehingga harga saham di pasar sekunder juga akan semakin meningkat. 49 Di samping konsekuensi tersebut diatas, ada beberapa manfaat yang akan diterima. Dengan melakukan penawaran umum, perusahaan akan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Bila dibandingkan dengan caracara lain untuk memperoleh tambahan dana, proses Go public relatif murah dan biayanya juga relatif lebih murah. Konsekuensinya hanyalah kerelaan untuk memberikan kepemilikan perusahaan kepada masyarakat luas. Keuntungan lain, adalah bahwa dana hasil penawaran umum akan digunakan untuk melakukan exvansi, perbaikan struktur permodalan dan atau melakukan divestasi. Bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum saham, tidak ada keharusan untuk pembayaran bunga sebagai beban tetap, tetapi hanya membagi deviden yang 49 Panji Anoraga, Op.cit., Hal. 49

29 didasarkan kepada keuntungan yang diperoleh. Deviden akan diperoleh investor jika pada waktu pembagian deviden, saham tersebut masih dipegang oleh investor dan tidak dijual kepada investor lain. 50 Melalui Go Public, emiten sebagai penerbit saham akan dikenal oleh masyarakat. Sehingga proses ini dianggap promosi tidak langsung bagi perusahaan maupun bagi produk yang dihasilkannya. Sehingga dengan demikian citra perusahaan akan semakin meningkat. Dan dengan demikian perusahaan akan semakin dituntut untuk mengelola perusahaan yang lebih professional, yaitu dengan menyerahkannya kepada orang-orang yang ahli dibidangnya. Pengelolahan yang professional didukung dengan tambahan modal yang memadai, akan menjadi perusahaan tumbuh dan berkembang dengan struktur organisasi yang kuat. 51 C. Syarat-Syarat Untuk Go Public Suatu Perusahaan Untuk dapat melakukan go public, bagi suatu perusahaan sebenarnya tidakalah gampang, karena untuk dapat melakukan go public, perusahaan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh undang-undang, baik mengenai syarat-syarat secara umum maupun persyaratan yuridis perusahaan go public, bahkan ada beberapa proses yang harus ditaati. Akan tetapi jika perusahaan telah cukup memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan perundang-undangan, proses go public itu bukanlah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan. Syarat-syarat bagi perusahaan yang akan melakukan go public : Ibid. 51 Ibid. 52 Panji Anogara, Op. Cit., Hal. 51

30 a. Emiten berkedudukan di Indonesia b. Pemegang saham minimal 300 orang c. Modal disetor penuh sekurang-kurang Rp. 3 M d. Setelah diaudit, selama dua tahun buku terakhir berturut-turut memperoleh laba e. Laporan keuangan telah diperiksa akuntan publik untuk dua tahun terakhir berturut-turut dengan pernyataan wajar tanpa pengecualian untuk tahun terakhir f. Untuk perbankan harus memenuhi criteria sebagai bank sehat dan memenuhi kecukupan modal sesuai ketentuan Bank Indonesia. Ada persyaratan yuridis yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang akan go public dimana persyaratan yuridis ini bersumber dari perundang-undangan dari berbagai bidang, yaitu : 53 a. Persyaratan Go Public dari Perundang-undangan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pada prinsipnya UUPT berlaku baik untuk perusahaan biasa maupun untuk perusahaan terbuka. Hanya saja seperti, yang disebutkan dalam Pasal 127 UUPT bahwa bagi suatu perusahaan (biasa maupun terbuka) yang berkecimpung di bidang pasar modal berlaku UUPT sejauh yang diatur tersendiri oleh perundang-undangan di bidang pasar modal. 53 Ibid.

31 Sedangkan dalam proses go public dari suatu perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan berganti baju dari perusahaan terbuka lewat kegiatan di pasar modal. Karena itu untuk dapat go public, suatu perusahaan haruslah juga memenuhi ketentuan tentang perusahaan terbuka. Adapun pengaturan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang berkenaan dengan suatu perusahaan terbuka disebutkan sebagai berikut : 1. Diberikan arti kepada perusahaan terbuka sebagai perseroan modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi criteria tertentu perseroan yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal (Pasal 1 ayat (6) UU No. 40 Tahun 2007) 2. Jika perseroan tersebut adalah perseroan terbuka, maka di belakang nama perseroan tersebut haruslah ditambah dengan singkatan Tbk Pasal 13 ayat 3 UU No. 40 Tahun Perubahan status perusahaan dari perusahaan tertutup (biasa) menjadi perusahaan terbuka atau sebaliknya haruslah mendapat persetujuan dari menteri kehakiman, dan didaftarkannya dalam daftar perusahaan (Pasal 15 ayat 2 huruf 9) UU No. 40 Tahun Setiap pengeluaran bagi perusahaan terbuka haruslah telah disetor penuh dengan tunai (Pasal 27 ayat 4) UU No. 40 Tahun Perhitungan tahunan dalam suatu perseroan tterbuka wajib dilakukan oleh akuntan publik (Pasal 59 ayat 1 huruf c) UU No. 40 Tahun Suatu perseroan terbuka wajib mempunyai minimal 2 orang direksi (Pasal 79 ayat 2) UU No. 40 Tahun 2007

32 7. Suatu perseroan terbuka wajib mempunyai minimal 2 orang komisaris (Pasal 79 ayat 2) UU No. 40 Tahun Bagi perusahaan yang melakukan kegiatan tertentu di pasar modal (Perusahaan terbuka atau tertutup) berlaku UUPT sepanjang tidak diatur dalam oleh perundang-undangan di bidang pasar modal. b. Persyaratan Go Public dari Perundang-undangan di bidang Pasar Modal Selain yang diatur dalam UUPT tersebut pengaturan tentang syarat-syarat go public bagi suatu perusahaan tentu saja bagian terbesarnya diatur oleh perundang-undangan di bidang Pasar modal. Perundang-undangan di bidang pasar modal tersebut antara lain berupa Undang-Undang Pasar Modal, beberapa peraturan pemerintah, keputusan menteri keuangan, keputusan ketua Bapepam, keputusan yang dikeluarkan oleh bursa efek yang menyangkut tentang perdagangan efek, syarat-syarat pencatatan dan peraturan keanggotaan bursa. Bursa efek memang diberikan wewenang untuk mengatur diri sendiri, sebab itu dia disebut juga sebagai self regulatory body. Keseluruhan peraturan Perundang-undangan di bidang pasar modal tentang persyaratan go public dapat digolong-golongkan sebagai berikut : 1. Pengaturan tentang perusahaan yang akan go public, misalnya tentang anggaran dasar, permodalan, kepengurusan, ketenagakerjaan, pembukuan dan keuangan, aspek social kemasyarakatan dan sebagainya. 2. Pengaturan tentang efek yang diperdagangkan, jenis efek, keamanan efek, pergantian efek yang hilang, penyimpanan efek dan sebagianya.

33 3. Pengaturan tentang proses dan prosedur go public, seperti proses persiapan, proses pelaksanaan, IPO, Public Expose, pengumuman di media massa dan sebagainya. 4. Pengaturan tentang pendaftaran dan pencatatan (di Bapepam dan Bursa Efek) 5. Pengaturan tentang perdagangan efek itu sendiri 6. Pengaturan tentang dokumentasi, seperti tentang pernyataan pendaftaran, prospectus ringkas, comport letter, dan sebagainya. 7. Pengaturan tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam proses go public. c. Persyaratan Go Public dari Perundang-undangan di bidang Pasar Modal Selain dari persyaratan go public yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang UUPT dan dalam perundang-undangan di bidang pasar modal, masih terdapat persyaratan lain yang diwajibkan oleh hukum, yang bersumber dari perundang-undangan dari berbagai bidang, misalnya saja pengaturan tentang surat berharga (efek) dalam KUH Dagang, dan ketentuan mengenai bidang-bidang khusus seperti asuransi, lingkungan hidup, keuangan, kepemilikan barang/asset, perbankan/pinjaman, pengaturan tentang profesiprofesi tertentu yang terlibat di pasar modal, dan lain-lain masih banyak lagi. Sebagaimana telah dikatakan di awal uraian tentang syarat-syarat go public yang bahkan juga ada disebutkan pada salah satu syarat-syarat go public yang terdapat dalam perundang-undangan pasar modal bahwa ada proses atau prosedur go public yang harus dipenuhi, untuk go public nya suatu perusahaan.

34 Untuk lebih jelasnya akan diuraikan bagaimana proses go public dari suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang akan go public juga harus memenuhi persyaratanpersyaratan pendaftaran, diantaranya : Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam peraturan ini berlaku bagi semua emiten dalam rangka penawaran umum, kecuali ditentukan lain oleh Bapepam. Dalam menyusun pernyataan pendaftaran, emiten dan penjamin pelaksana emisi efek (jika ada) atau pihak lain yang mewakili emiten wajib memenuhi ketentuan. Keputusan ketua Bapepam No. Kep-113/PM/1996 Peraturan No. : IX.A.I. tentang Ketentuan umum Pengajuan Pernyataan Pendaftaran dan Peraturan No : IX.A.2 tentang Tata Cara Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum. 2. Pernyataan pendaftaran untuk persyaratan, ini harus sekurang-kurangnya mencakup : a. Surat pengantar persyaratan pendaftaran; b. Prospektus; c. Prospektus ringkas yang akan digunakan dalam penawaran umum d. Dokumen lain yang diwajibkan sebagai bagian dari pernyataan pendaftaran. 3. Surat pengantar yang dimaksud dalam angka 2 huruf a angka di atas harus dalam bentuk dan berisi keterangan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan 54 Bismar Nasution, Diktat hukum Pasar Modal, (Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara, Medan, 2003) Hal. 18

35 ketua Bapepam No ; Kep-50/PM/1996 Peraturan No.IX.C.1 Tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum. 4. Prospektus yang disebut dalam angka 2 huruf b harus dalam bentuk dan berisi keterangan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Ketua Bapepam Kep- 51/PM/1996 Peraturan No:IX.C.2 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum, sepanjang keterangan tersebut diperlukan untuk mengungkapkan semua fakta material mengenai emiten dan efek yang ditawarkan. 5. Prospektus Ringkas yang disebut dalam angka 2 huruf c harus dalam bentuk dan berisi keterangan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan Ketua Bapepam Kep-51/PM/1996 Peraturan No.IX.C.3 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum, sepanjang keterangan tersebut diperlukan untuk mengungkapkan semua fakta material mengenai emiten dan efek yang ditawarkan. 6. Dokumen lain yang disebut dalam angka 2 huruf d adalah : a. Rencana Jadwal Penawaran Umum b. Contoh Surat Efek c. Laporan Keuangan yang telah diaudit Akuntan d. Surat dari Akuntan sehubungan dengan perubahan keadaan keuangan emiten yang terjadi setelah tanggal laporan yang diaudit oleh Akuntan.

36 e. Surat Pernyataan dari emiten di bidang Akuntansi f. Keterangan lebih lanjut tentang perkiraan atau proyeksi, jika dicantumkan dalam prospektus. g. Laporan Pemeriksaan dan Pendapat dari segi hukum. h. Riwayat Hidup dari para anggota komisaris dan direksi i. Perjanjian Penjaminan Emisi Efek (jika ada) j. Perjanjian Perwaliamanatan (jika ada) k. Perjanjian Penanggungan (jika ada) l. Perjanjian Pendahuluan dengan satu atau beberapa Bursa Efek (jika akan dicatatkan di bursa efek) m. Informasi lain sesuai dengan permintaan Bapepam yang dipandang perlu dalam penelahaan Pernyataan Pendaftaran, sepanjang dapat diumumkan kepada masyarakat tanpa merugikan kepentingan emiten atau pihak lain yang terafiliasi dalam proses Penawaran Umum. n. Peringkat yang dikeluarkan oleh Perusahaan Pemerintah Efek atas Obligasi atau Efek yang bersifat hutang lainnya, dan o. Pernyataan tentang kelengkapan dokumen penawaran umum dari : 1. Emiten 2. Penjamin pelaksana emisi efek; dan 3. Profesi penunjang pasar modal.

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. PP No. 45/1995 BAB 1 BURSA EFEK Pasal 1 Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam. Pasal 2 Modal disetor Bursa Efek sekurang-kurangnya berjumlah Rp7.500.000.000,00 (tujuh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3617) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA 2.1. Latar Belakang Go Public Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Setiap perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri Keuangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Bursa Efek (BEI) Lembaga Kliring dan Penjamin (KPEI) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM Keterangan Penting Informasi berikut ini dipersiapkan untuk keperluan penyajian secara umum. Informasi ini tidak ditujukan bagi keperluan investasi, keadaan keuangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK KEPADA PEMODAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.133, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6080) PERATURAN

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /POJK.04/2017 TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS,

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2017 KEUANGAN OJK. Efek. Bersifat Ekuitas, Utang, dan/atau Sukuk. Penawaran Umum. Pendaftaran. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public)

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Efek yang dapat dicatatkan di BEI (go public) dapat berupa: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Saham Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Exchange Traded Fund/ETF)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.298, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Perusahaan Publik. Pernyataan Pendaftaran. Bentuk dan Isi. Pedoman (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6166)

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 179/BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo No.132, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Kontrak. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6079)

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /POJK.04/2016 TENTANG PRODUK INVESTASI DI BIDANG PASAR MODAL DALAM RANGKA MENDUKUNG UNDANG-UNDANG TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2015 KEUANGAN. OJK. Dana Pensiun. Investasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5692) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK Sesuai Dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Trimegah Securities Tbk No. 51 tanggal 27 Mei 2015, yang dibuat dihadapan Fathiah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal ANGGARAN DASAR PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk ----------------------------------------------- Pasal 1 ---------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT LOTTE CHEMICAL TITAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO Pasar Modal di Indonesia Pasar modal Indonesia dibentuk untuk menghubungkan investor (pemodal) dengan perusahaan atau institusi pemerintah. Investor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan otoritas tunggal (unified supervisory model)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK Peraturan Bapepam PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-13/PM/1997,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 TENTANG KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-13/PM/1997 Peraturan Nomor IX.J.1 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK.

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK. RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK.04/2014 Pasal Anggaran Dasar BLD Sebelum Disesuaikan Dengan POJK Ps. 1 Ayat (1)

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta III. Pasar Modal 1. Pendahuluan Pasar Modal (dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 60 tahun 1988 tertanggal 20 Desember 1988) adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran

Lebih terperinci

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

Investasi. Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Investasi Filosofi Investasi Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Macam Investasi Investasi Aktiva Berwujud Aktiva Finansial Investasi di Aktiva Berwujud Tanah

Lebih terperinci

DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap.

DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap. DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN Anggaran Dasar Lama NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan terbatas ini

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA

PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA (SPEI) DI BURSA LAMPIRAN Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009 Tanggal dikeluarkan :12 Juni 2009 Tanggal diberlakukan : 12 Juni 2009 PERATURAN NOMOR I-D: TENTANG PENCATATAN SERTIFIKAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN 32 /POJK.04/2015 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

Lebih terperinci

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. Ayat 1 Tidak Ada Perubahan Perubahan Pada Ayat 2 menjadi berbunyi Sbb: NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Perseroan dapat membuka kantor

Lebih terperinci

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Investasi Filosofi Investasi Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Macam Investasi Investasi Aktiva Berwujud Aktiva Finansial Investasi di Aktiva Berwujud Tanah

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 -----------------------NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ------------------------ --------------------------------------------- Pasal 1 ------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN BAGI MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA ------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------- -------------------------------------- PASAL 1 -------------------------------------- 1.1. Perseroan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-552/BL/2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.145, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Pengampunan Pajak. Investasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5906) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 176/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si.

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. 2-1 PENGERTIAN & INSTRUMEN PASAR MODAL PENGERTIAN PASAR MODAL - Pasar Perdana - Pasar Sekunder INSTRUMEN PASAR MODAL - Saham

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

PASAR MODAL BURSA EFEK MEKANISME PERDAGANGAN

PASAR MODAL BURSA EFEK MEKANISME PERDAGANGAN Pengertian Pasar Modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut FUNGSI JENIS BAPEPAM LEMBAGA dan PROFESI Fungsi Sumber

Lebih terperinci

RANCANGAN PERUBAHAN DAN PENEGASAN KEMBALI ANGGARAN DASAR PT ADARO ENERGY TBK

RANCANGAN PERUBAHAN DAN PENEGASAN KEMBALI ANGGARAN DASAR PT ADARO ENERGY TBK RANCANGAN PERUBAHAN DAN PENEGASAN KEMBALI ANGGARAN DASAR PT ADARO ENERGY TBK DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN KETENTUAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32/POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

DRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- /BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 130 /BL/2006 TENTANG PENERBITAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.C.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM

PERATURAN NOMOR IX.C.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM PERATURAN NOMOR IX.C.1 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM 1. Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam peraturan ini berlaku bagi semua

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA 3.1. Pengertian Penawaran Umum Penawaran Umum (public offering) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Initial Public Offering (IPO) Menurut Hartono dan Ali (2002), IPO merupakan penawaran saham di pasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.C.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM

PERATURAN NOMOR IX.C.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM PERATURAN NOMOR IX.C.3 : PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan fakta material mengenai Penawaran Umum dari Emiten,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1

ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1 ANGGARAN DASAR PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PASAL 1 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT. BFI FINANCE INDONESIA Tbk, (selanjutnya cukup disingkat dengan Perseroan ) berkedudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci