untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat adil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat adil"

Transkripsi

1 PERAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI) DI DESA SEI APUNG JAYA KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN Oleh : Muhammad Zulfadli Nasution Djanius Djamin Abstrak PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program pembangunan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat seperti pembangunan jalan, jembatan dan lain- lain. Peran kepala desa sudah terlaksana dengan baik dalam meningkatkan pembangunan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ( PNPM Mandiri ) hal ini dilihat melalui hasil penelitian yaitu kepala desa berperan aktif sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri di desa, membantu dalam memasyarakatkan tujuan, prinsip dan kebijakan PNPM Mandiri kepada masyarakat di wilayahnya, menjamin kelancaran pelaksanaan PNPM Mandiri didesanya sehingga pelakupelaku PNPM Mandiri di desa dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu kepala desa juga turut menyelesaikan perselisihan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan PNPM Mandiri. Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ( PNPM Mandiri ) sudah dijalankan oleh kepala desa dan diharapkan dapat lebih ditingkatkan. Kata Kunci : Peran, Kepala Desa, Pembangunan, PNPM A. Pendahuluan Pemerintah dan rakyat Indonesia saat ini dalam proses pembangunan, bertujuan untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi dalam hal ini kehidupan masyarakat Indonesia harus meningkat dan harus kearah yang lebih baik melalui pelaksanaan program-program pembangunan. Jika dikaitkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas hampir 80 % berada di pedesaan maka sudah sepatutnya Muhammad Zulfadli Nasution adalah Mahasiswa Jurusan PP-Kn FIS Universitas Negeri Medan Prof. DR. Hj. Djanius Djamin, SH. MS adalah Dosen jurusan PP-Kn Universitas Negeri Medan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

2 usaha pmbangunan masyarakat desa perlu mendapat prioritas utama didalam membangun desa menjadi desa yang diinginkan dan dicita-citakan demi menuju masyarakat yang sejahtera. Menurut Anita (2001:6) menyatakan bahwa: Rakyat Indonesia mayoritas ada di pedesaan secara statistik jumlah mereka yang ada di pedesaan sekitar 60-80% dari jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang sangat penting dalam bidang pertanian maupun tenaga kerja. Selain itu desa merupakan unit terkecil bagi terbentuknya masyarakat politik di Indonesia karena masyarakat pedesaan memiliki ikatan tradisi, adat istiadat dan relatif mandiri dari campur tangan pihak lain. Meningkatkan taraf hidup masyarakat desa sebenarnya sudah banyak dilakukan dan masih terus dilakukan, baik melalui pendidikan, kesehatan, program keluarga berencana dan sebagainya, namun karena kurangnya motivasi masyarakat untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan tersebut tidak membuahkan hasil yang berarti. Untuk mengatasi hal tersebut tidak terus berlarut, maka dituntut peran aktif kepala desa untuk memperbaikinya karena kepala desa sebagai pemimpin dalam suatu desa mempunyai tugas dan tanggung jawab melayani urusan pemerintahan, pembangunan, ekonomi, keamanan dan kemasyarakatan di desanya demi menuju desa yang maju. Hal yang dilakukan kepala desa untuk memotivasi masyarakat dengan jalan melalui pendekatan kepada warga desa akan pentingnya kegiatan yang selama ini dilaksanakan sehingga tingkat kehidupan masyarakat akan membaik. Sugiharto (2007:74) menuliskan : Pembangunan berbasis daerah didasarkan pada beberapa unsur penting, berupa; kemantapan kelembagaan, ketersediaan sumber daya manusia yang memadai (khususnya aparatur pemerintah daerah), potensi ekonomi Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

3 daerah untuk menggali sumber pendapatannya sendiri. Banyak sumber daya alam yang ada di desa dapat diolah masyarakat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi ada kendala yang dihadapi oleh masyarakat seperti bagaimana cara pengolahannya, pemasaran hasilnya dan juga akses jalan yang kurang baik sehingga masyarakat susah untuk membawa hasilnya ke kota untuk dipasarkan. Dalam hal ini kepala desa memegang peranan penting sebagai pemimpin di desa dalam hal mengupayakan peningkatan sumber daya manusia, pembangunan akses jalan, jembatan, dan lain sebagainya untuk menunjang peningkatan pembangunan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Selain dalam hal meningkatkan pembangunan, diharapkan kepala desa dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat yang bisa menambah pendapatan masyarakat untuk meningkatkan pembangunan desa seperti membuat kerajinan tangan seperti membuat gerabah, tikar pandan dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan pembangunan di desa, Pemerintah dalam hal ini membuat kebijakan dengan mengeluarkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ( PNPM Mandiri ) yaitu pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil pembangunan yang dicapai. Kepala desa sebagai aparat pemerintah desa memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan. Dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

4 maka dapat mempermudah kinerja kepala desa dalam meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Fenomena yang terjadi di Desa Sei Apung Jaya Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan, penulis melihat bahwa peran kepala desa memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan desa. Namun demikian belum diketahui secara jelas bahwa apakah kepala desa Sei Apung Jaya mempunyai andil yang cukup besar dalam meningkatkan pembangunan demi terselenggaranya pemerintahan desa yang maju dan sejahtera sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat dan yang dicitacitakan oleh pendiri pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini. Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Peran Kepala Desa Dalam Meningkatkan Pembangunan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ( PNPM Mandiri ) Di Desa Sei Apung Jaya Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. B. Metode Penelitian Lokasi penelitian adalah desa Sei Apung Jaya Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan, karena tempat tersebut merupakan lokasi yang baik dan strategis bagi penulis untuk melakukan penelitian. Populasi penelitian ini adalah 1056 KK yang berdomisili di desa Sei Apung Jaya. sampel dalam penelitian ini dengan mengambil 10% dari populasi yang ada yaitu 1056 KK, sehingga dapatlah diketahui populasi dalam penelitian ini berjumlah 106 KK. Variabel penelitiannya adalah peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di desa Sei Apung Jaya. Peran yaitu kepedulian kepala desa dalam mempercepat pembangunan di desa, yakni melalui kegiatan Program Nasional Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

5 Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Pembangunan yaitu proses perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Pembangunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembangunan untuk meningkatkan sarana dan prasarana di desa sehingga memperlancar arus transportasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) adalah Program Nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara inividu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. C. Teknik Pengumpulan Data Observasi yang dilakukan dengan cara mengamati mengamati langsung ke lokasi penelitian untuk melihat situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan sehingga nantinya dapat memperoleh data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Angket digunakan untuk memperoleh informasi dengan bantuan faktor berupa daftar pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada responden terpilih. Berisikan pertanyaan dan telah diberikan alternatif jawaban terhadap item (soal) yang dipertanyakan. Wawancara yang dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang ditanyakan kepada pihak-pihak yang terkait (bersangkutan) yang dianggap mampu memberikan informasi yang tepat dibutuhkan tentang objek yang akan diteliti untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari angket. Dokumentasi (Kepustakaan) berupa pengumpulan data dari Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

6 literatur maupun terbitan-terbitan dari instansi terkait berkenaan dengan topik penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Sei Apung Jaya Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan teknik analisa data deskriptif kualitatif yakni menjabarkan data-data yang diperoleh di lokasi penelitian. Setelah data terkumpul, penulis akan menganalisa data dengan cara menguraikan menurut persentase dengan menggunakan rumus : Keterangan : P = Persentase pertanyaan yang dijawab f = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden yang menjawab sampel Analisis data dalam penelitian ini, penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Analisis data tentang kinerja kepala desa b. Analisis data tentang adanya kebijakan PNPM c. Analisis data tentang kinerja kepala desa menjalankan PNPM Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipersentase. Untuk lebih jelasnya pengolahan data dari setiap pertanyaan mempunyai masing - masing satu tabel yakni sebagai berikut : Adapun hasil tabulasi angket dapat dilihat pada tabel-tabel frekuensi yang terdapat di bawah ini : Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

7 1. Tanggapan responden tentang kinerja kepala desa dalam bidang pemerintahan selama menjabat Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa kepala desa telah melaksanakan kinerjanya dalam bidang pemerintahan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 86 KK (81,2%) menyatakan terlaksana dan yang menyatakan kurang terlaksana sebanyak 20 KK (18,8%). Namun ada 20 KK (18,8%) yang menyatakan kurang terlaksana ini disebabkan karena masyarakat merasa kurang puas dengan kinerja kepala desa dalam pengurusan administrasi seperti pengurusan KTP, Kartu Keluarga dan pengurusan administrasi lainnya. Selain itu wawancara yang dilakukan dengan responden rata-rata mengatakan bahwa kinerja kepala desa dalam pemerintahan terlaksana dengan baik, baik dalam bidang pemerintahan maupun administrasi desa sehingga memudahkan masyarakat dalam mengurus segala administrasi yang dibutuhkan masyarakat. 2. Tanggapan responden tentang tugas dan wewenang serta kewajiban kepala desa yang dijalankan Dari data yang didapat menunjukkan bahwa kepala desa telah menjalankan tugas dan wewenang serta kewajibannya dengan baik sesuai dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 85 KK (80,2%) menyatakan sudah dijalankan dan 21 KK (19,8%) yang menyatakan kurang dijalankan. Namun ada 21 KK (19,8%) yang menyatakan kurang dijalankan ini disebabkan karena masyarakat kurang puas dengan kinerja kepala desa selama ini dalam memerintah Desa Sei Apung Jaya dan masih ada sedikit ketidakadilan yang dirasakan masyarakat. Wawancara yang dilakukan dengan masyarakat sebagai responden rata rata mengatakan bahwa kepala desa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebagai penyelenggara pemerintah desa sejauh ini Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

8 tidak ada menyimpang dan tidak berbuat tindakan-tindakan yang melanggar normanorma yang ada dalam masyarakat. Selain itu kepala desa selama menjabat juga belum pernah mempunyai kasus yang memberatkan. Maka dapat disimpulkan bahwa kepala desa telah menjalankan tugas dan wewenang serta kewajibannya dengan baik. 3. Tanggapan responden tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ( PNPM Mandiri ) Responden seluruhnya berjumlah 97 KK (91,5%) menyatakan mengetahui dan 9 KK (8,5%) yang menyatakan kurang mengetahui. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat mengetahui tentang keberadaan PNPM Mandiri di Desa Sei Apung Jaya. Hal ini tak lepas dari campur tangan kepala desa dalam mensosialisasikan PNPM Mandiri ini ke masyarakat. Namun ada 9 KK (8,5%) yang menyatakan kurang mengetahui ini disebabkan masyarakat hanya mengetahui bahwa PNPM Mandiri itu adalah pembangunan tapi tidak mengetahui apa saja bentuk-bentuk kegiatan pembangunan dari PNPM Mandiri ini. Selain itu ini disebabkan sebagian kecil responden ini tidak mau tahu dengan PNPM Mandiri. 4. Tanggapan responden tentang PNPM Mandiri yang diterapkan di Desa Sei Apung Jaya Dari analisa tabel menunjukkan bahwa responden menyatakan bahwa PNPM Mandiri ini sangat cocok diterapkan di Desa Sei Apung Jaya dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 106 KK (100%) menyatakan bahwa PNPM Mandiri sangat cocok diterapkan di Desa Sei Apung Jaya. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan masyarakat akan adanya peningkatan pembangunan di Desa Sei Apung Jaya sangat kuat. Masyarakat mengetahui bahwa Program PNPM Mandiri diprioritaskan pada sektor pembangunan. Masyarakat menyatakan setuju PNPM Mandiri diterapkan di Sei Apung Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

9 Jaya. Ini dapat dilihat atas antusiasnya masyarakat berpartisipasi atas terlaksananya PNPM Mandiri di Desa Sei Apung Jaya. 5. Tanggapan responden tentang dukungannya terhadap PNPM Mandiri yang dijalankan kepala desa Dari analisa tabel menunjukkan bahwa responden mendukung PNPM Mandiri yang dijalankan oleh kepala desa dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 83 KK (78,3%) menyatakan mendukung dan 23 KK (21,7%) yang menyatakan kurang mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sebagai responden mendukung PNPM Mandiri yang dijalankan oleh kepala desa. Namun ada 23 KK (21,7%) yang menyatakan kurang mendukung ini disebabkan karena pada PNPM Mandiri periode 2011 pembangunan lebih dititik beratkan pada kegiatan peningkatan bidang pelayanan pendidikan yaitu pembangunan gedung sekolah SD Swasta sebanyak 2 lokal dengan mobiler dan pembuatan jalan ke sekolah MTS Dok sepanjang 1176 m x 1,5 m. Kedua sekolah ini terdapat di dusun V. Ini yang membuat sebagian masyarakat kurang mendukung PNPM Mandiri yang dijalankan oleh kepala desa. Sebagian masyarakat menginginkan pembangunan PNPM Mandiri ada di dusun mereka. Diharapkan untuk periode berikutnya PNPM Mandiri lebih merata pembangunannya. 6. Tanggapan responden tentang PNPM Mandiri yang dijalankan kepala desa sudah tepat sasaran 87 KK (82%) menyatakan sangat tepat dan 19 KK (18%) yang menyatakan kurang tepat. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa PNPM Mandiri yang dijalankan kepala desa sudah tepat sasaran. Hal ini dikatakan tepat bahwa pembangunan ini membangun sarana jalan yang sangat diharapkan masyarakat dalam melakukan aktivitas transportasi sehingga dapat lebih lancar. Selain itu program ini bertujuan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

10 meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memberikan partisipasi berupa ide-ide atau gagasan-gagasan yang dituangkan dalam musyarawarah yang menghasilkan suatu bentuk program pembangunan yang siap direalisasikan di lingkungan masyarakat. Namun ada 19 KK (18%) yang menyatakan kurang tepat ini disebabkan karena sebagian masyarakat merasakan pembangunan PNPM Mandiri untuk periode 2011 ini kurang tepat sasaran dan cenderung pembangunannya tidak adil dan tidak merata. Dalam hal ini diharapkan kepala desa lebih bijaksana dan adil dalam meningkatkan pembangunan. 7. Tanggapan responden tentang kepala desa perduli dengan perbaikan jalan Dari analisa tabel menunjukkan bahwa kepala desa sangat peduli dengan perbaikan jalan dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 75 KK (70,7%) menyatakan sangat perduli dan 31 KK (29,3%) yang menyatakan kurang perduli. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa kepala desa peduli dengan perbaikan jalan. Ada 31 KK (29,3%) yang menyatakan kurang perduli. Ini disebabkan masih ada jalan yang perlu perbaikan dan pembuatan jalan. Masyarakat berharap jalan yang belum keras dapat diaspal sehingga arus transportasi lebih lancar. Wawancara yang dilakukan dengan masyarakat sebagai responden menyatakan masih ada sebagian jalan di Sei Apung Jaya yang belum ada perbaikan, tapi untuk secara keseluruhan jalan di Sei Apung Jaya masih cukup baik. Masyarakat tidak lagi merasakan becek jika musim hujan tiba dengan adanya jalan setapak yang dibangun melalui PNPM Mandiri.. 8. Tanggapan responden tentang perealisasian PNPM Mandiri di lingkungan responden PNPM Mandiri telah terealisasi di lingkungan responden dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 86 KK (81,2%) menyatakan sudah terealisasi dan 20 Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

11 KK (18,8%) yang menyatakan kurang terealisasi. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa PNPM Mandiri telah terealisasi dengan baik di Desa Sei Apung Jaya. Adanya 20 KK (18,8%) yang menyatakan kurang terealiasi karena ada sebagian masyarakat yang kurang puas dengan PNPM Mandiri yang ada di lingkungannya dan cenderung kurang merata. Ini disebabkan kurangnya partisipasi masyarakat tersebut dalam PNPM Mandiri seperti tidak menghadiri rapat yang menyebabkan pembangunan PNPM Mandiri di lingkungannya kurang terealiasasi. Untuk itu di harapkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pembangunan khususnya dalam PNPM Mandiri ini dan juga kebijaksanaan kepala desa dalam pemerataan pembangunan di Desa Sei Apung Jaya. 9. Tanggapan responden tentang kesuksesan kepala desa dalam menjalankan PNPM Mandiri Dari analisa tabel menunjukkan bahwa kepala desa sangat sukses dalam menjalankan PNPM Mandiri dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 90 KK (85%) menyatakan sangat sukses dan 16 KK (15%) yang menyatakan kurang sukses. Kepala desa sukses dalam menjalankan PNPM Mandiri. Hal ini tidak lepas dari partisipasi masyarakat dan para pelaku PNPM Mandiri dalam mensukseskan PNPM Mandiri ini. Namun ada 16 KK (15%) yang menyatakan kurang sukses ini disebabkan karena sebagian masyarakat merasa kepala desa kurang adil dan kurang bijaksana dalam menjalankan PNPM Mandiri ini. Masyarakat merasa pembangunan PNPM Mandiri belum merata. Dapat disimpulkan kepala desa sukses dalam menjalankan PNPM Mandiri 10. Tanggapan responden tentang manfaat PNPM Mandiri Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

12 PNPM Mandiri sangat bermanfaat dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 106 KK (100%) menyatakan sangat bermanfaat. Wawancara yang dilakukan dengan masyarakat sebagai responden mengatakan bahwa PNPM Mandiri ini sangat bermanfaat bagi masyarakat seperti pembangunan jalan setapak, jembatan, tangkahan, gedung sekolah. Semua pembangunan tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat tidak lagi merasakan becek jika musim hujan dengan adanya jalan setapak, masyarakat yang berada di tepi sungai juga terbantu dengan adanya tangkahan yang memudahkan aktivitas masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari- hari seperti mencuci pakaian dan lain sebagainya. Selain itu pembangunan PNPM juga dititik beratkan pada peningkatan bidang pelayanan pendidikan yaitu pembangunan gedung sekolah SD Swasta. Jadi dapat disimpulkan bahwa PNPM Mandiri sangat bermanfaat bagi masyarakat. Diharapkan PNPM Mandiri ini dapat terus berkesinambungan dengan memajukan pembangunan sehingga meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. 11. Tanggapan responden tentang pengaruh PNPM Mandiri dalam meningkatkan pendapatan responden Pengaruh PNPM Mandiri dalam meningkatkan pendapatan responden 52 KK (49%) menyatakan sangat berpengaruh, 36 KK (34%) yang menyatakan kurang berpengaruh dan 18 KK (17 %) yang menyatakan tidak berpengaruh. Adanya 36 KK (34%) yang menyatakan kurang berpengaruh dan 18 KK (17%) yang menyatakan tidak berpengaruh. Hal ini disebabkan karena PNPM Mandiri di Desa Sei Apung Jaya ini masih dalam proses kegiatan peningkatan sarana dan prasarana masyarakat seperti pembangunan jalan setapak, tangkahan. Namun tidak dipungkiri dengan adanya pembangunan tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat dengan ikut serta Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

13 dalam pelaksanaan PNPM Mandiri tersebut. Selain itu dengan adanya kegiatan PNPM Mandiri berupa Simpan Pinjam Perempuan ( SPP ) juga dapat menambah pendapatan dari kaum perempuan. Simpan Pinjam Perempuan ini dikhususkan bagi perempuan dalam menambah modal usaha. Pinjaman yang diberikan maksimal 1 juta rupiah untuk 1 orang dengan bunga 1 % dengan cara dicicil dan harus lunas pada akhir periode pembangunan PNPM Mandiri. Maka dapat disimpulkan PNPM Mandiri kurang berpengaruh pada peningkatan masyarakat. Mudah-mudahan PNPM Mandiri di masa yang akan datang dapat lebih meningkatkan pendapatan masyarakat dengan kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat dan juga kegiatan peningkatan/kapasitas kelompok usaha ekonomi. 12. Tanggapan responden terhadap kinerja kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri ini Responden sangat puas terhadap kinerja kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 90 KK (85%) menyatakan sangat puas dan 16 KK (15%) yang menyatakan kurang puas. Berdasarkan data di atas dapat menunjukkan bahwa masyarakat sangat puas dengan kinerja kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri. Hal ini tidak lepas dari kerja sama yang baik antara kepala desa,partisipasi masyarakat dan para pelaku PNPM Mandiri. Namun ada 16 KK (15%) yang menyatakan kurang puas. Hal ini disebabkan masih adanya sarana dan prasarana yang belum diperbaiki dan pelaksanaan pembangunan yang belum merata. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat puas dengan kinerja kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

14 13. Tanggapan responden tentang pengaruh peran kepala desa terhadap pembangunan di Desa Sei Apung Jaya Peran kepala desa sangat berpengaruh terhadap pembangunan dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 106 KK (100%) menyatakan sangat berpengaruh. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa peran kepala desa sangat berpengaruh terhadap pembangunan di Desa Sei Apung Jaya. Selain itu hal tersebut juga dibuktikan dengan Dana PNPM Mandiri di Desa Sei Apung Jaya yang semakin lama semakin bertambah setiap tahunnya. Hal ini tak lepas dari peran kepala desa dalam melobi dana dari Kecamatan setiap adanya pengeluaran anggaran dana PNPM Mandiri dari Kecamatan. Maka dapat disimpulkan bahwa peran kepala desa sangat berpengaruh terhadap pembangunan di Desa Sei Apung Jaya. 14. Tanggapan responden tentang kepala desa meminta partisipasi responden atau mengikut sertakan dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri Kepala desa sering meminta partisipasi masyarakat atau mengikut sertakan dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 75 KK (70,8%) menyatakan sering, 20 KK (18,8%) yang menyatakan kadang-kadang dan 11 KK (10,4%) yang menyatakan tidak pernah. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa kepala desa sering meminta partisipasi masyarakat atau mengikut sertakan dalam meningkatkan pembangunan dalam PNPM Mandiri. Adanya 20 KK (18,8%) yang menyatakan kadang-kadang dan 11 KK (10,4%) yang menyatakan tidak pernah karena setiap ada kegiatan rapat PNPM Mandiri atau dalam kegiatan lainnya responden tidak dapat menghadiri dikarenakan sibuk mencari nafkah yang umumnya bertani dan nelayan. Selain itu dalam kegiatan PNPM Mandiri Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

15 belum sepenuhnya dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Namun masyarakat menyatakan positif dengan kegiatan PNPM Mandiri di desanya. Maka dapat disimpulkan kepala desa sering meminta partisipasi masyarakat atau mengikut sertakan dalam meningkatkan pembangunan dalam PNPM Mandiri. 15. Tanggapan responden tentang ajakan bermusyawarah atau rapat oleh kepala desa dalam peningkatan pembangunan khususnya dalam PNPM Mandiri Masyarakat sering diajak dalam bermusyawarah dalam peningkatan pembangunan khususnya dalam PNPM Mandiri dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 85 KK (80,1%) menyatakan sering 21 KK (19,8%) menyatakan kadangkadang. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masyarakat sering diajak dalam bermusyarawarah dalam peningkatan pembangunan khususnya dalam PNPM Mandiri. Ada 21 KK (19,8%) menyatakan kadang-kadang dikarenakan beberapa masyarakat menyatakan mereka memang sering diajak dalam bermusyawarah dalam PNPM Mandiri namun dikarenakan kesibukan dalam mencari nafkah maka rapat tersebut tidak dapat dihadiri. Selain itu ada sebagian kecil masyarakat yang kurang berpartisipasi dan tidak mau tahu dalam pelaksanaan PNPM Mandiri. Meski pun demikian sebagian besar masyarakat menyatakan positif terhadap PNPM Mandiri dan mengharapkan PNPM Mandiri ini terus dapat dilanjutkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 16. Tanggapan responden tentang kepedulian kepala desa dengan sarana dan prasarana di desa responden Kepala desa sangat perduli dengan sarana dan prasarana di desa Sei Apung Jaya dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 89 KK (84%) menyatakan sangat perduli 17 KK (16%) menyatakan kurang perduli. Berdasarkan data di atas Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

16 menunjukkan bahwa kepala desa sangat perduli dengan sarana dan prasarana di desa Sei Apung Jaya. Namun ada 17 KK (16%) menyatakan kurang perduli. Hal ini disebabkan karena masih adanya sarana dan prasarana yang belum dibangun. Diharapkan kepala desa lebih meningkatkan lagi pembangunan sarana dan prasarana demi menciptakan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Selain itu masyarakat juga diharapkan ikut andil perduli dalam meningkatkan sarana dan prasarana di desa Sei Apung Jaya. 17. Tanggapan responden tentang pelaksanaan PNPM Mandiri yang sering menimbulkan masalah PNPM Mandiri tidak pernah menimbulkan masalah dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 91 KK (85,8%) menyatakan tidak pernah, 15 KK (14,2%) menyatakan pernah. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri tidak pernah menimbulkan masalah yang berarti. Namun 15 KK (14,2%) menyatakan pernah karena dalam pelaksanaan PNPM Mandiri masyarakat berebut untuk ikut serta dalam pengerjaan proyek PNPM Mandiri tersebut. Namun masalah tersebut masih bisa diatasi dan tidak terlalu menjadi masalah yang besar. Maka dapat disimpulkan pelaksanaan PNPM Mandiri tidak pernah menimbulkan masalah. 18. Tanggapan responden tentang aktifnya kepala desa dalam menyelesaikan perselisihan atau permasalahan menyangkut PNPM Mandiri Kepala desa selalu aktif dalam menyelesaikan perselisihan atau permasalahan menyangkut PNPM Mandiri ini dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 85 KK (80,2%) menyatakan selalu aktif dan 21 KK (19,8%) menyatakan kurang aktif. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa kepala desa selalu aktif dalam Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

17 menyelesaikan perselisihan atau permasalahan menyangkut PNPM Mandiri dengan mencari solusi yang tepat agar tidak terjadi perselisihan. Ada 21 KK (19,8%) menyatakan kurang aktif karena masyarakat merasakan lambannya kepala desa dalam menyelesaikan masalah atau perselisihan dalam PNPM Mandiri seperti perebutan menjadi pekerja atau tim dalam proyek PNPM Mandiri. Diharapkan kepala desa cepat tanggap dalam menyelesaikan dan memberi pengayoman dengan menjadi penengah jika ada perselisihan maupun permasalahan di Desa Sei Apung Jaya. 19. Tanggapan responden tentang pembangunan sarana dan prasarana melalui PNPM Mandiri waktu pengerjaannya selalu tepat waktu PNPM Mandiri sangat tepat waktu dalam pengerjaannya dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 106 KK (100%) menyatakan sangat tepat waktu. Wawancara yang dilakukan dengan masyarakat sebagai responden mengatakan kegiatan PNPM Mandiri sangat tepat waktu dalam pengerjaannya dapat dilihat seperti pembangunan jalan setapak dan pembangunan tangkahan pada periode Jika pelaksanaan PNPM Mandiri ini tidak tepat waktu maka desa tersebut akan diberikan sanksi dengan dikurangi atau tidak lagi mendapatkan dana PNPM Mandiri untuk periode berikutnya. Selain itu juga akan dikenakan sanksi hukum apabila terbukti menyalahgunakan dana, penyimpangan prosedur dan wewenang akan dihukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka dapat disimpulkan bahwa pengerjaan sarana dan prasarana PNPM Mandiri sangat tepat waktu. 20. Tanggapan responden tentang sikap kepala desa berlaku adil kepada masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri ini Kepala desa berlaku sangat adil kepada masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri ini dengan jawaban responden seluruhnya berjumlah 86 KK (81,2%) Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

18 menyatakan sangat adil dan 20 KK (18,8%) yang menyatakan kurang adil. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kepala desa berlaku adil kepada masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri. Ada 20 KK (18,8 %) yang menyatakan kurang adil karena ada sebagian masyarakat yang kurang puas dengan PNPM Mandiri yang ada di lingkungannya. Ini disebabkan pada periode Tahun 2011 pembangunan tidak merata keseluruh dusun. Padahal masyarakat dalam hal ini mengharapkan pembangunan ada di dusun mereka seperti perbaikan/pembuatan jalan. D. Pembahasan Kepala desa telah melaksanakan tugas dan wewenangnya baik dalam bidang penyelenggaraan pemerintah desa maupun administrasi desa, sehingga urusan masyarakat yang berkaitan dengan pemerintah desa dapat berjalan dengan baik. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) merupakan salah satu program pembangunan yang sudah diketahui oleh masyarakat keberadaannya. Hal ini tidak terlepas dari campur tangan kepala desa dalam mensosialisasikan PNPM Mandiri ini ke masyarakat. Masyarakat di Desa Sei Apung Jaya menyatakan sangat cocok dan mendukung kegiatan PNPM Mandiri diterapkan di Desa Sei Apung Jaya. Selain itu PNPM Mandiri yang dijalankan kepala desa sudah tepat sasaran dan sudah terealisasi dengan baik. PNPM Mandiri bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memberikan partisipasi berupa ide-ide atau gagasangagasan yang dituangkan dalam musyarawarah yang menghasilkan suatu bentuk program pembangunan yang siap direalisasikan di lingkungan masyarakat. Jadi masyarakat yang menentukan hal-hal apa saja yang ingin dibangun di desanya sehingga PNPM Mandiri ini menjadi sangat tepat sasaran dan sangat bermanfaat. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

19 PNPM Mandiri sangat bermanfaat bagi masyarakat seperti pembangunan jalan setapak, jembatan, tangkahan, gedung sekolah. Masyarakat tidak lagi merasakan becek jika musim hujan dengan adanya jalan setapak, ini membuktikan kepala desa peduli dengan perbaikan jalan. Masyarakat yang berada di tepi sungai juga terbantu dengan adanya tangkahan yang memudahkan aktivitas masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari- hari seperti mencuci pakaian dan lain sebagainya. Pembangunan sarana dan prasarana semakin meningkat dengan adanya PNPM Mandiri ditambah kepedulian kepala desa dalam meningkatkan sarana dan prasarana di Desa Sei Apung Jaya. Maka diharapkan PNPM Mandiri ini dapat terus berkesinambungan dengan memajukan pembangunan sehingga meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. PNPM Mandiri kurang berpengaruh pada peningkatan masyarakat, ini dikarenakan PNPM Mandiri di Desa Sei Apung Jaya ini masih dalam proses kegiatan peningkatan sarana dan prasarana masyarakat seperti pembangunan jalan setapak, tangkahan, gedung sekolah dan lain- lain. Namun tidak dipungkiri dengan adanya pembangunan tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat dengan ikut serta dalam pelaksanaan PNPM Mandiri tersebut. Namun hal itu belum dapat menjangkau semua lapisan masyarakat sehingga PNPM Mandiri kurang berpengaruh pada peningkatan pendapatan masyarakat. Peran kepala desa sangat berpengaruh terhadap pembangunan di Desa Sei Apung Jaya. Kepala desa sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri tidak pernah menimbulkan masalah yang berarti. Meskipun ada masalah tetap masih bisa diatasi dengan adanya kepala desa yang selalu aktif dalam menyelesaikan perselisihan atau Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

20 permasalahan menyangkut PNPM Mandiri. Sehingga masyarakat menyatakan puas dengan kinerja kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri. Kepala desa berlaku adil kepada masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri. Kepala desa sering meminta partisipasi masyarakat atau mengikut sertakan dalam meningkatkan pembangunan dalam PNPM Mandiri dengan mengajak masyarakat dalam mengikuti musyawarah atau rapat PNPM Mandiri maupun ikut dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri. Ini merupakan salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kapasitas/kapabilitas masyarakat guna mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan. PNPM Mandiri sangat tepat waktu dalam pengerjaannya. Jika pelaksanaan PNPM Mandiri ini tidak tepat waktu maka desa tersebut akan diberikan sanksi dengan dikurangi atau tidak lagi mendapatkan dana PNPM Mandiri untuk periode berikutnya. Maka dari itu diperlukan peran kepala desa dalam mengawasi kegiatan PNPM Mandiri agar pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri tidak terbengkalai atau tepat waktu. Peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Desa Sei Apung Jaya Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan sangat optimal. Namun masih ada sebagian masyarakat yang merasa kurang puas dengan peran kepala desa dalam meningkatkan pembangunan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Maka diharapkan kepala desa lebih bersikap bijaksana dan adil dalam meningkatkan pembangunan melalui PNPM Mandiri pada periode berikutnya sehingga masyarakat lebih merasakan akan hadirnya program PNPM Mandiri di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Selain itu masyarakat juga Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

21 diharapkan lebih berpartisipasi dalam PNPM Mandiri sehingga pemberdayaan masyarakat lebih dapat ditingkatkan. E. Penutup Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dengan dilaksanakannya pembangunan dalam segala aspek kehidupan bangsa tersebut, maka diharapkan dapat memacu peningkatan Pembangunan Nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju. 2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) adalah Program Nasional dalam mewujudkan kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan program- program penanggulangan kemiskinan berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Maka masyarakat merupakan tokoh utama dalam proses kegiatan PNPM Mandiri seperti perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian. Keaktifan masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan pembangunan melalui PNPM Mandiri demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. 3. Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai PNPM Mandiri adalah sebagai berikut : a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama masyarakat miskin. b. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan ( SPP ) 4. Peran kepala desa dalam PNPM Mandiri adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri di desa, membantu Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

22 dalam memasyarakatkan tujuan, prinsip dan kebijakan PNPM Mandiri kepada masyarakat di wilayahnya, menjamin kelancaran pelaksanaan PNPM Mandiri didesanya sehingga pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di desa dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu kepala desa juga turut menyelesaikan perselisihan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan PNPM Mandiri. Kepala desa juga berperan menjadi fasilitator proses penggalian gagasan di kelompok masyarakat dan dusun, musyawarah desa serta tahapan pelaksanaan lainnya di tingkat desa. Daftar Pustaka Ahmadi, Pengantar Metode Ilmiah, Jakarta: Balai Pustaka. Anita, Christina Jaman Daulat Rakyat. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama. Akbar, Purnomo Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Beratha, I Nyoman Desa : Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jhonson Ilmu Politik Suatu Pengantar. Jakarta: Djambatan Santoso, Purwo Merubah Watak Negara Strategi Penguatan Partisipasi Desa. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama. Purwo Pembaharuan Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugiharto Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan: USUpress Surakhmad, W Metodologi Penelitian Ilmiah. Yogyakarta: Dianloka Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Soemantri, Bambang Trisantono Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bandung: Fokus Media. Tim Penyusun Skripsi Jurusan PPKn FIS UNIMED Pedoman Penulisan Skripsi. Medan: PPKn FIS UNIMED Widjaja, HAW Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Wirartha, I Made, Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.2008.Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Diakses 5 Mei Online Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

23 2008.Pedoman Umum PNPM Mandiri. Diakses 7 Mei Online.2010.Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kamal. Diakses 10 Mei Online Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 66 Tahun 2007 Tentang Perencanaan Pembangunan Desa. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang Undang No 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Undang Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat NO:25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI). Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Hal ini dapat dipastikan bahwa desa memiliki potensi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dan rakyat Indonesia saat ini dalam proses pembangunan, bertujuan untuk mencapai cita- cita dan tujuan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004

PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004 PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A. 2011 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004 Oleh : Elfa Sahrani Yusna Melianti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini disajikan data yang diperoleh dari lokasi penelitian melalui penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis lakukan dengan cara mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :... LAMPIRAN Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam Nama :............................. Jenis Kelamin Umur : Laki-laki/Perempuan* :.... Tahun Peran di PNPM-MPd :............................. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa: Pemerintahan Desa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa: Pemerintahan Desa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa: Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota karena di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULAN. Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan yang

PENDAHULAN. Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan yang PENDAHULAN A. Latar Belakang Pembangunan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan yang berkesinambungan ke arah kemajuan yang lebih baik. Dengan pelaksanaan pembangunan yang dikerjakan, perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan bukan masalah baru, namun sudah ada sejak masa penjajahan sampai saat ini kemiskinan masih menjadi masalah yang belum teratasi. Di negara berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

(PNPM : : PJOK,

(PNPM : : PJOK, LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mpd) Tahun 2010-2011 (Studi di

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERILAKU HUKUM TUA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (SUATU STUDI DI DESA KANONANG I KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA) Oleh DAVID V.

PERILAKU HUKUM TUA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (SUATU STUDI DI DESA KANONANG I KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA) Oleh DAVID V. PERILAKU HUKUM TUA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (SUATU STUDI DI DESA KANONANG I KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA) Oleh DAVID V. MUMU Abstrak Hakekat pembangunan nasional yang dilandasi dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 13 POTENSI SWADAYA MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus di Desa Sidorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri sangat bergantung pada konfigurasi politik pemerinthan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri sangat bergantung pada konfigurasi politik pemerinthan pada saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama Indonesia merdeka, kebijakan penyelenggaraan pemerintahaan telah mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat dinamis.selama kurun waktu setengah

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata

Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata Jalan Aspal Pusong Menuju Desa Wisata Kecamatan Kembang Tanjong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pidie yang mendapatkan dana dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Mandiri Perdesaan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagi seluruh rakyat Indonesia dan di dalam undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagi seluruh rakyat Indonesia dan di dalam undang-undang Dasar 1945, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pembangunan nasional dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan yang menganut azas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintah dengan memberikan kesempatan dan keleluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

I. PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara Panduan Wawancara Judul penelitian: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (studi Pada Simpan Pinjam Perempuan di Desa Napagaluh, kecamatan Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi ditandai oleh adanya tiga prasyarat

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H.

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H. EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara biasanya dilihat dari pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Sebagai desa yang berada di wilayah pesisir,

Lebih terperinci

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Oleh : Reyvan Pandey ABSTRAKSI Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Untuk mensukseskan Pembangunan Nasional, peranan penerimaan dalam negeri serta mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Roda pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS Sirajuddin Saleh, & Hariati Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017 PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA 1 Oleh: Riflin Beatriks Paparang 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

Penjabaran dari urusan Kependudukan dan Catatan Sipil kami uraikan sebagai berikut :

Penjabaran dari urusan Kependudukan dan Catatan Sipil kami uraikan sebagai berikut : 11. URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Urusan kependudukan dan catatan sipil mempunyai nilai strategis di bidang perencanaan, pengembangan dan penanganan permasalahan pembangunan. Idealnya kebijakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ayat (1) menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. ayat (1) menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara Indonesia 1945 Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya menuntut setiap orang untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu pelaksanaan pekerjaan untuk kepentingan

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM Oleh: Donny Setiawan * Pada era demokratisasi sebagaimana tengah berjalan di negeri ini, masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa telah

Lebih terperinci

MEKANISME PENGAWASAN PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN INPRES NOMOR 6 TAHUN Erna Herlinda. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

MEKANISME PENGAWASAN PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN INPRES NOMOR 6 TAHUN Erna Herlinda. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara MEKANISME PENGAWASAN PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN INPRES NOMOR 6 TAHUN 1984 Erna Herlinda Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara I. Pendahuluan Pemerintah dewasa ini semakin menggiatkan pembangunanan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOVEN DIGOEL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA. (Studi Kasus di Desa Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA. (Studi Kasus di Desa Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA DESA (Studi Kasus di Desa Gedangan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan sebagai langkah untuk membangun manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang masih berkembang, yang terus melakukan pembangunan nasional di segala aspek kehidupan yang tujuannya untuk meningkatkan taraf

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh karena itu, BPMD menentukan Visi

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh karena itu, BPMD menentukan Visi BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi BPMD Sebuah organisasi harus memiliki sebuah alat manajemen yang akan menentukan ke arah mana sebuah organisasi tersebut akan bergerak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan

Lebih terperinci

KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA MENDIK KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER

KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA MENDIK KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (1): 159-168 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM

Lebih terperinci

Implementasi Program Satu Milyar Satu Kecamatan dalam Rangka Mengentaskan Kemiskinan di Kabupaten Kerinci

Implementasi Program Satu Milyar Satu Kecamatan dalam Rangka Mengentaskan Kemiskinan di Kabupaten Kerinci 1 I. PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja, dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan pendapatan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005 : 58) metode adalah cara yang ditempuh peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada. kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada. kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional, pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada pembangunan di pedesaan. Perhatian yang besar

Lebih terperinci

PERANAN BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA (STUDI DI DESA TOLAJUK KECAMATAN LATIMOJONG KABUPATEN LUWU)

PERANAN BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA (STUDI DI DESA TOLAJUK KECAMATAN LATIMOJONG KABUPATEN LUWU) PERANAN BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA (STUDI DI DESA TOLAJUK KECAMATAN LATIMOJONG KABUPATEN LUWU) Oleh: MISKAWATI Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar HERI TAHIR

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus Pada Desa Sukoharjo Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi syarat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. 15 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Husaini Usman (2008:129), metode deskriptif merupakan suatu cara atau

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi adalah lebih diarahkan kepada terwujudnya demokrasi ekonomi, dimana masyarakat harus memegang peranan aktif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari kredit adalah kepercayaan 1. Pengertian

Lebih terperinci

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing BAB II PROGRAM KERJA 2.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah satu urusan rumah tangga Daerah dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, dengan kewenangannya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR (STUDI DI PASAR SENTRAL SUNGGUMINASA)

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR (STUDI DI PASAR SENTRAL SUNGGUMINASA) 103 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR (STUDI DI PASAR SENTRAL SUNGGUMINASA) Oleh: TRY SUHARTO Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K) PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa sejalan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci