Sejumlah an Pimpinan Perguruan Tinggi dari seluruh Indonesia, hadir di Bali, untuk melakukan ikrar bersama dan bersatu padu melawan radikalisme.

Transkripsi

1 Foto: Rektor UMT di Deklarasi Pimpinan Perguruan Tinggi se Indonesia di Bali KOPI, JAKARTA Sejumlah an Pimpinan Perguruan Tinggi dari seluruh Indonesia, hadir di Bali, untuk melakukan ikrar bersama dan bersatu padu melawan radikalisme. 1 / 5

2 Para Rektor, Ketua, Direktur Perguruan Tinggi tersebut menggelar aksi kebangsaan dalam bentuk Deklarasi, di Nusa Dua Bali Convention Center, Bali, Senin (25/09/2017). Acara bertema Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme itu berlangsung selama dua hari, yang dibuka oleh Meristek Dikti, Prof. Dr. M. Nasir, dan ditutup oleh Presiden RI, Ir. Joko Widodo (Jokowi), tanggal 26 September Rektor Universitas Mpu Tantular (UMT), Jakarta, Dr. Ir. Mangasi Panjaitan, ME yang juga sebagai salah satu Steering Committee di acara tersebut mengatakan, para pimpinan perguruan tinggi se-indonesia dan civitas akademika memang harus bersatu padu melawan radikalisme. Kita semakin mantap dan yakin, bahwa seluruh perguruan tinggi se-indonesia beserta civitas akademikanya, harus bersatu padu melawan segala bentuk radikalisme. Selain itu juga, menjaga keutuhan NKRI, Ideologi Pancasila, UUD RI 1945 dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, katanya saat dihubungi di Nusa Dua Bali Convention Center, Bali, Selasa (26/09/2017). Dikatakan Mangasi, para pimpinan Perguruan Tinggi, bukan hanya menyampaikan deklarasi namun juga komit untuk implementasi di kampus masing-masing. Para pimpinan perguruan tinggi bukan hanya deklarasi melawan radikalisme. Tapi kita juga komit untuk mengimplementasikannya di kampus masing-masing. Hingga tidak ada lagi ruang gerak radikalisme dimanapun di negeri tercinta ini, tandasnya. 2 / 5

3 Ditanya apakah ke depan ada sesuatu yang akan diterbitkan Dikti, berkaitan dengan anti radikalisme, dosen Ekonomi Pancasila ini mengatakan, Pancasila akan kembali diajarkan dengan metode baru. Mata kuliah Pancasila akan kembali diajarkan dengan metode baru, dan pendekatannya sesuai dengan anak-anak sekarang, pungkas Rektor yang sebelumnya telah mendeklarasikan kampusnya sebagai kampus Bhinneka Tunggal Ika ini. Sementara itu, Presiden Jokowi dalam sambutannya di acara penutupan Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi se-indonesia di Peninsula Island, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, mengatakan, era keterbukaan memberikan celah bagi upaya-upaya infiltrasi ideologi yang dapat memecah belah bangsa. Sekarang ini telah terjadi infiltrasi ideologi yang ingin menggantikan Pancasila dan memecah belah kita. Keterbukaan tidak bisa kita hindari sehingga media sosial sangat terbuka bebas untuk infiltrasi yang tidak kita sadari, ujar Presiden, Selasa (26/09/2017). 3 / 5

4 Menurutnya, infiltrasi tersebut dilakukan dengan cara-cara lembut dan menggunakan pendekatan terkini. Akibatnya, banyak dari kita yang lupa bahwa sebenarnya Indonesia telah memiliki ideologi Pancasila yang mempersatukan. Banyak dari kita yang terbuai oleh itu sehingga kita lupa telah memiliki Pancasila. Tadi saya bangga telah dideklarasikan oleh pimpinan perguruan tinggi se-indonesia yang bertekad untuk mempersatukan kita dalam NKRI, berpegang teguh dalam UUD 1945, dan menjaga Bhinneka Tunggal Ika, ucapnya. Di hadapan para pimpinan perguruan tinggi se-indonesia itu, Presiden sekaligus mengingatkan bahwa perguruan tinggi adalah sumber pengetahuan dan pencerahan. Sebab itu, akan sangat berbahaya jika perguruan tinggi dimanfaatkan oleh segelintir pihak sebagai medan infiltrasi ideologi ini. Jangan sampai kampus-kampus menjadi lahan penyebaran ideologi anti-pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, tandasnya. Lebih lanjut, Jokowi mengajak seluruh pihak untuk terus memupuk rasa persaudaraan antar sesama. Sebab, bangsa Indonesia mampu berdiri tegak hingga sekarang ini karena adanya persatuan yang telah ditanamkan sejak dulu. 4 / 5

5 Apabila kita semua masih cinta Indonesia, kita harus menghentikan infiltrasi ideologi, radikalisme, dan terorisme di perguruan tinggi seluruh Indonesia agar rasa persatuan dan persaudaraan semakin kuat. Jangan sampai hasil kerja keras untuk anak cucu kita hancur karena terorisme dan radikalisme sehingga bangsa kita jadi bangsa yang mundur, lanjutnya. Selain itu, untuk merawat kebinekaan dan Pancasila, Presiden juga berpandangan bahwa pembinaan ideologi Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia perlu dimasukkan baik ke dalam kurikulum pengajaran maupun kegiatan pendidikan nonformal lainnya. Tanamkan bahwa kebinekaan adalah sumber kekuatan bangsa Indonesia dan betapa kita ini sangat beragam. Negara ini kokoh menjadi satu dengan dasar Pancasila. Dengan bekerja bersama, marilah kita rawat NKRI. Perkuat Pancasila, tolak radikalisme dan terorisme, pungkasnya. Turut mendampingi Presiden, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir serta Gubernur Bali I Made Mangku Pastika. DANS 5 / 5