DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SETELAH DIUJI...
|
|
- Suryadi Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SETELAH DIUJI... KATA PENGANTAR... HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii iv v viii ix xii xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan khusus Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Manfaat praktis Landasan Teoritis... 9 ix i
2 1.8 Metode Penelitian Jenis penelitian Sifat penelitian Data dan sumber data Teknik pengumpulan data Teknik pengolahan dan analisis data BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN, PINJAM MEMINJAM, BENDA JAMINAN, KOPERASI DAN WANPRESTASI 2.1 Perjanjian Pengertian perjanjian Syarat-syarat sahnya perjanjian Asas-asas perjanjian Pengertian pinjam meminjam Pengertian Benda Jaminan Benda tidak bergerak Benda bergerak Koperasi Pengertian koperasi Ciri-ciri Koperasi Fungsi dan peran Koperasi Bentuk dan jenis Koperasi Wanprestasi Pengertian wanprestasi Bentuk-bentuk wanprestasi Akibat Hukum Wanprestasi BAB III PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG x
3 3.1 Pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak pada Koperasi Simpan Pinjam Srinadi Kabupaten Klungkung Akibat hukum dari perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak pada Koperasi Simpan Pinjam Srinadi Kabupaten Klungkung BAB IV WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI KABUPATEN KLUNGKUNG 4.1 Wanprestasi perjanjian pinjam meminjam dalam praktek jaminan benda tidak bergerak pada Koperasi Simpan Pinjam Srinadi Kabupaten Klungkung Akibat hukum perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak apabilan terjadi wanprestasi pada Koperasi Srinadi Simpan Pinjam Srinadi Kabupaten Klungkung 58 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran-saran DAFTAR PUSTAKA xi
4 ABSTRAK Kegiatan usaha simpan pinjam pada koperasi memiliki karakter yang khas, yaitu merupakan usaha yang didasarkan pada kepercayaan dan banyak menanggung resiko. Bedasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pelaksanaan Perjanjian Pinjam- Meminjam Dengan Jaminan Benda Tidak Bergerak Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Di Kabupaten Klungkung. Permasalahan penelitian ini adalah (1) Bagaimana prosedur perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung? (2) Bagaimana jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung? Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fakta (The Fact Approach, dimana penelitian dilakukan bedasarkan fakta yang ada di lapangan yang mengkaji pelaksanaan dan implementasi ketentuan perundang-undangan di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Dalam pelaksanaan perjanjian yang dilakukan antar pihak sangat mudah. Anggota koperasi hanya menyerahkan jaminan yang sesuai dengan barang yang telah ditentukan oleh Koperasi Simpan Pinjam. Kemudian pihak Koperasi Simpan Pinjam melakukan survey terhadap anggota koperasi hingga pihak Koperasi Simpan Pinjam menyetujui permohonan peminjaman yang telah diajukan. Akibat hukumnya adalah adanya pemenuhan hak dan kewajiban antara pihak koperasi dengan anggota koperasi (peminjam). (2) Wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung berupa : anggota koperasi selama 3 bulan berturutturut tidak membayar angsuran pinjamannya, anggota koperasi membayar angsurannya melewati bulan jatuh tempo dan juga melewati tanggal jatuh tempo, anggota koperasi membayar angsuran yang seharusnya pokok ditambah bunga namun ternyata hanya salah satunya dan anggota koperasi pada saat mendekati jatuh tempo atau setelah jatuh tempo belum bisa melunasi pinjamannya. Akibat hukumnya adalah pihak koperasi akan mengenakan denda berupa biaya administrasi dan bunga serta memberikan toleransi waktu (perpanjangan waktu pinjaman). Kata kunci : Perjanjian, Pinjam Meminjam, Benda Jaminan, Koperasi, dan Wanprestasi. xii
5 ABSTRACT The business activities of savings and loans in the credit unions have a distinctive character, which is a business that is based on trust and many bear the risk. Based on these descriptions, I am interested in doing research with the title: "Implementation of Lending and Borrowing Agreement with Immovable Objects Guarantee at Credit Union (CU) Srinadi Klungkung". The problems of this research are (1) What are the procedures of lending and borrowing agreement with immovable objects guarantee at Credit Union (CU) Srinadi Klungkung? (2) What if there is wanprestasi in the lending and borrowing Agreement with Immovable Objects guarantee at Credit Union (CU) Srinadi Klungkung? The method used in this research is the fact approach (The fact approach, where the study was conducted based on facts assessing the implementation of the legislation provisions). And the results are (1) In the implementation of the agreement are simple and easy. The members only apply for bail that has been determined by the credit union. Then the credit union conducted a member s survey until credit unions approve the loan applications that have been submitted. As a result of the law is the fulfillment of incumbency between the owners and members (borrowers). (2) Wanprestasi in the lending and borrowing agreement with immovable objects guarantee at Credit Union (CU) Srinadi Klungkung can be: if the members of credit union did not pay the loan for three months, the credit unions members pay the loan past of the month period and also passes the date period, credit unions members pay the loan plus profit necessarily but it was apparently only one of them and the members close at the day of time to pay the loan has not been able to repay the loan. The law results are the credit union going to impose fines as an administrative fees and a profit and also provide time tolerance (extension of the loan). Keywords: Agreement, Lending and Borrowing, Guarantee, Credit Union, and Wanprestasi. xiii
6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan lembaga perbankan yakni sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga ini dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds). Oleh karena itu, perbankan akan bergerak dalam kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, dan bank juga melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Untuk mencapai kemanfaatan yang maksimal dari kegiatan perbankan maka terbentuk suatu sistem perbankan yang berlaku secara umum dan menyeluruh, yaitu sifat serta fungsi pokok dari kegiatan bank yang hampir sama. Dengan kata lain, terdapat keterkaitan kehidupan dan kegiatan bank secara global yang melewati batas-batas negara, sehingga tidak terbatas dalam suatu lingkup wilayah negara tertentu, tetapi secara luas meliputi kehidupan perekonomian dunia. Di Indonesia pada prinsipnya koperasi yang banyak berperan dalam pemberian pinjaman adalah koperasi simpan pinjam sebagaimana yang termasuk dalam ketentuan Pasal 1 Angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Sebagai 1
7 2 penghimpunan dana masyarakat walaupun dalam lingkup yang terbatas, kegiatan usaha simpan pinjam memiliki karakter yang khas, yaitu merupakan usaha yang didasarkan pada kepercayaan dan banyak menanggung resiko terutama jika pinjaman dari koperasi tidak dikembalikan maka secara langsung anggota akan mengalami kerugian karena modal koperasi sebagian besar dari anggota, oleh karena itu pengelolaan harus dilakukan secara professional dan ditangani oleh pengelola yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus dengan dibantu oleh system pengawasan internal yang ketat,dengan demikian pembentukan tata hukum perkoperasian harus mempertimbangkan kedudukan koperasi sebagai alat ekonomi sehingga koperasi itu sendiri mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional, untuk itu maka diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam berikut Keputusan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 351/KEP/M/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam oleh Koperasi sebagai landasan operasionalnya. Salah satu koperasi yang bergerak dalam kegiatan usaha simpan pinjam adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung merupakan badan usaha berbentuk koperasi yang lingkup usahanya adalah simpan pinjam. Penyaluran Pinjaman Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi tidak hanya terbatas pada anggotanya saja, tetapi melainkan terbuka bagi masyarakat umum yang ingin menggunakan jasa koperasi tersebut dengan ketentuan bahwa anggota sudah mendapat pelayanan pinjaman sepenuhnya maka barulah masyarakat umum dapat dilayani.
8 3 Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi tergolong sebagai koperasi dengan skala usaha cukup besar meskipun modalnya tidak sebesar modal lembaga konvensional yang sumber permodalannya berasal dari masyarakat umum. Permodalan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi selain berasal dari modal sendiri juga modalnya berasal dari modal luar. Adapun yang menjadi modal sendiri meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, dan dana cadangan,sedangkan yang menjadi modal luar antara lain simpanan pihak III/mapan, simpanan berjangka, simpanan sukarela, simpanan khusus, titipan jasa simpanan pokok, titipan jasa simpanan wajib dan tabungan. Pemberian pinjaman yang dilakukan oleh koperasi simpan pinjam melalui perjanjian pinjam meminjam dapat menimbulkan suatu perikatan antara kreditur pemberi pinjaman disatu pihak dan debitur penerima pinjaman di lain pihak sehingga dari perikatan tersebut, kreditur mempunyai kewajiban untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur dan berhak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya sedangkan debitur mempunyai hak dan kewajiban yang merupakan kebalikan dari hak dan kewajiban kreditur. Dalam melaksanakan kewajibannya debitur terkadang lalai mengembalikan uang pinjaman pada saat yang ditentukan, oleh karena itu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagaimana dalam Pasal 1131 menentukan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.
9 4 Kreditur yang ingin mendapat kepastian pengembalian uangnya dapat meminta kepada debitur untuk mengadakan perjanjian tambahan yang menunjuk barang-barang tertentu baik yang bergerak maupun barang tidak bergerak milik debitur sebagai jaminan pelunasan utangnya. Dengan adanya jaminan yang demikian maka bilamana debitur lalai mengembalikan pinjamannya, kreditur dapat menjual barang- barang yang dijadikan jaminan dan mengambil sebagian atau seluruh hasil penjualan itu untuk melunasi utang debitur. 1 Dalam dunia perkreditan dikenal istilah collateral dimana hasil pemberian pinjaman wajib disertai jaminan tertentu dari peminjam, hal ini yang umumnya lebih dikenal dengan agunan. Lebih lanjut mengenai kedudukan jaminan dalam perkreditan koperasi simpan pinjam terdapat dalam Pasal l19 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi yang berbunyi Dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman yang sehat dengan memperhatikan penilaian kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman. Jaminan tersebut tidak hanya sebagai unsur pelengkap dari pemberian pinjaman, bahkan Undang-undang mensyaratkan jaminan harus ada dalam pemberian pinjaman. Jaminan atau agunan itu sendiri sebagai the lastresort bagi kreditur dimana akan direalisasi atau dieksekusi jika suatu kredit benar- benar dalam keadaan macet. 2 Jaminan yang baik (ideal) adalah : 1 Oey Hoey Thiong, 1984, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-unsur Perikatan, Ghalia Indonesia: Jakarta, h.8 2 Munir Fuady, 2002, Hukum Perkreditan Temporer, PT. Citra Aditya Bhakti: Bandung, h.22
10 5 1. jaminan yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukan 2. jaminan yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) sipencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya 3. jaminan yang dapat memberikan kepastian pada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi utangnya si penerima atau pengambil kredit. 3 Berlandaskan latar belakang tersebut cukuplah bagi penulis untuk membuat skripsi yang berjudul Pelaksanaan Perjanjian Pinjam-Meminjam Dengan Jaminan Benda Tidak Bergerak Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Di Kabupaten Klungkung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung? 2. Bagaimana jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pinjam meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung? Bandung, h H.S.Salim, 2002, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia PT. Citra Aditya Bhakti:
11 6 1.3 Ruang Lingkup Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi: 1. Membahas mengenai prosedur perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam Srinadi Kabupaten Klungkung. 2. Kendala-kendala mengenai upaya hukum apa yang dipergunakan dalam mengatasi permasalahan yang timbul apabila terjadi wanprestasi dan resiko dalam pelaksanaan perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung. 1.4 Orisinalitas Penelitian Dalam tulisan ini, penulis menggunakan 2 (dua) skripsi ilmu hukum terdahulu melalui penelusuran Skripsi. Dimana hal itu dimaksudkan sebagai referensi penulisan dan untuk menghindari terjadinya plagiasi serta menyatakan bahwa tulisan ini memang hasil karya dan pemikiran penulis sendiri, adapun skripsi yang penulis maksud adalah :
12 7 No Judul Penulis Rumusan Masalah 1 Perlindungan Hukum Kreditur Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia 2 Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Anita Lydia Yessy Susanna Tarigan 1. Bagaimana akibat hukumnya apabila akta jaminan fidusia tidak didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia? 2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum kreditur dengan jaminan fidusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia? 1. Bagaimana urgensi jaminan dalam pemberian kredit? 2. Bagaimana kedudukan perjanjian kredit dalam penyaluran dana oleh bank? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini ada 2 ( dua ) tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :
13 Tujuan umum 1. Untuk mengetahui prosedur atau tata cara perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam Srinadi Kabupaten Klungkung. 2. Untuk mengetahui Kendala-kendala mengenai upaya hukum yang dipergunakan dalam mengatasi permasalahan yang timbul apabila terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung Tujuan khusus 1. Untuk memahami prosedur perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam Srinadi Kabupaten Klungkung. 2. Untuk memahami mengenai upaya hukum apa yang dipergunakan dalam mengatasi permasalahan yang timbul apabila terjadi wanprestasi dan resiko dalam pelaksanaan perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan benda tidak bergerak di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Kabupaten Klungkung. 1.6 Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta memiliki kegunaan praktis pada khususnya sehingga penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan praktis.
14 Manfaat teoritis 1. Memperdalam pengetahuan dan pemahaman bagi mahasiswa untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan dan sumber-sumber yang diperoleh dalam literature terhadap ilmu bidang hukum perdata khususnya hukum perjanjian dalam perbankan di Bali khususnya di Kabupaten Klungkung. 2. Memperdalam pengetahuan dalam cara berfikir dan bekerja sehingga tidak hanya mengenai teori tetapi sekaligus mengenal praktek di lapangan. 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi mahasiswa ( pembaca ) dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan Manfaat praktis Untuk dapat dijadikan pedoman oleh siapapun baik itu mahasiswa, praktisi, pemerintah, dan pihak yang membutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan yang sejenis. 1.7 Landasan Teoritis Sebelum sampai pada pokok permasalahan, maka dapat diuraikan beberapa landasan teoritis yang digunakan untuk menunjang pembahasan pokok permasalahan. Dari landasan teoritis tersebut diharapkan mampu memperjelaskan dan mendukung permasalahan serta alternatif pemecahan masalah tersebut. Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi diantaranya dalam peningkatan kemajuan ekonomi bagi anggotanya dan bagi
15 10 masyarakat. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa Undang- Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang, dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Fungsi dari pemberian jaminan adalah guna memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dengan barang- barang jaminan tersebut, bila debitur bercidera janji tidak membayar kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. 4 Dalam hal ini objek dari jaminan pada (KSP) Srinadi Kabupaten klungkung merupakan jaminan benda tidak bergerak adalah suatu benda atau barang yang tidak dapat bergerak atau tidak dapat dipindahkan secara fisik, yaitu tanah dan bangunan. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pemberian kredit dengan jaminan benda tidak bergerak adalah sebagai berikut: 1. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (prudential principles) 2. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. 4 Kasmir, 2002, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm
16 11 3. Wajib memenuhi cara-cara yang tidak merugikan bank dan masyarakat yang mempercayakan dananya pada bank. 4. Harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat 5 Benda Tak Bergerak (tanah dan bangunan) yang berdasarkan atas hak kepemilikan atas tanah, maka terbagi menjadi: Akte Jual Beli yang dimana bukan merupakan tanda kepemilikan hak atas suatu tanah. Untuk jaminan ini pemohon wajib melengkapi Surat Keterangan Riwayat Tanah (SKRT) yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dan Camat di mana jaminan tersebut berada. Akte jual beli yang dijadikan jaminan untuk pembiayaan yang berjangka lebih dari satu (1) tahun kepada pemohon disyaratkan untuk sertifikasi. Serta, Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai Untuk sertifikat selain hak milik, maka kepemilikan tanah mempunyai jangka waktu tertentu. Untuk jaminan tanah beserta bangunan namun tidak disertai dengan Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), maka yang dinilai oleh petugas penilai (appraiser) hanya tanahnya saja. Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan terutama dalam hal penyaluran kredit karena sumber dana kredit yang disalurkan adalah bukan dari lembaga keuangan itu sendiri (dalam hal ini koperasi), akan tetapi dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu penerapan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap. 6 5 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Buku I, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal diakses tanggal 22 Desember 2015
17 Metode Penelitian Metode dapat diartikan, sebagai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, sedangkan logi/logos adalah ilmu atau pengetahuan. Dengan demikian metodologi dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan. Sedangkan penelitian berarti suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporannya. 7 Dengan menggunakan beberapa hal tersebut seseorang diharapkan mampu untuk menemukan dan menganalisa masalah yang diteliti sehingga dapat mengungkapkan suatu kebenaran, karena metode memberikan pedoman tentang cara bagaimana seorang ilmuwan mempelajari memahami dan menganalisa permasalahan yang dihadapi Jenis penelitian Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode yuridis empiris. Metode yuridis yaitu suatu metode penulisan hukum yang berdasarkan pada teori-teori hukum, literatur-literatur dan peraturan perundangundangan yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan metode empiris yaitu suatu metode dengan melakukan observasi atau penelitian secara langsung ke lapangan guna mendapat kebenaran yang akurat dalam proses penyempurnaan skripsi ini. 8 7 Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2001, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta, h.1. 8 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h.3.
18 Sifat penelitian Dalam penulisan skripsi ini digunakan penelitian yang sifatnya deskriptif (menggambarkan) yaitu penelitian yang berupaya untuk menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat Data dan sumber data Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada 2 ( dua ) jenis yaitu data primer dan data sekunder ; Data Primer adalah data yang bersumber dari sumber pertama di lapangan baik dari responden maupun informan. Dimana diperoleh dari hasil wawancara dengan staf-staf Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Klungkung dan nasabah Data Sekunder adalah suatu data yang bersumber dari data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum, yang meliputi ; 1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, meliputi undang-undang hukum perdata, UUD Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, literature yang berkaitan dengan permasalahan yang ada Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini menggunakan teknik kepustakaan dan teknik wawancara, yaitu : 9 Amiruddin, Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.25
19 14 a. Teknik kepustakaan yaitu membaca dan mencatat informasi serta keterangan yang diperoleh dari literature-literature yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas serta mencakup peraturan perundang-undangan yang menunjang dalam penulisan tugas akhir ini. b. Teknik wawancara dilakukan terhadap informan maupun responden yaitu stafstaf dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Srinadi Klungkung serta dari pihakpihak terkait lainnya Teknik pengolahan dan analisis data Data yang diperoleh dan dikumpulkan tersebut, baik berupa data primer maupun data sekunder yang merupakan hasil dari studi dokumen dan wawacara, kemudian diolah secara kualitatif. Kemudian mengkualifikasikan dan mengumpulkan data berdasarkan kerangka penulisan skripsi secara menyeluruh, yang selanjutnya data yang diklasifikasikan tersebut dianlisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menggambarkan secara tepat mengenai hal-hal yang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti secara jelas dan sistematis yang kemudian dapat diolah serta disajikan dalam bentuk laporan, dimana dapat diperoleh suatu kesimpulan atas permasalahan yang dibahas Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Pres, Jakarta, h. 197
20 15
PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG
PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG Oleh : Komang Ari Setiadi I Ketut Markeling A.A.Ketut Sukranatha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI
TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI PD BPR BANK BOYOLALI A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi diantaranya dalam peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank sesuai dengan Pasal 1 butir 2 Undang-undang no.10 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering dijumpai perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dunia perbankan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, walaupun kegiatan bisnis bank umum sempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan perekonomian merupakan salah satu tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini memaksa setiap orang untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing. Dalam melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)
AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) Oleh : Diah Wijana Putri Ni Ketut Supasti Dharmawan Desak Putu Dewi Kasih Hukum Bisnis, Fakultas
Lebih terperinciPEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG
PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG Oleh Ni Komang Novi Artasari I Ketut Markeling A.A Ketut Sukranatha Hukum Perdata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi Strata I pada Jurusan Hukum Perdata Fakultas hukum Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR
PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR Oleh: I Dewa Agung Made Darma Wikantara Marwanto A.A Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini, peran perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka pelaksanaan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciKREDIT TANPA JAMINAN
KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna
Lebih terperinciKENDALA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG DENPASAR.
KENDALA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG DENPASAR. Abstract Oleh Tri Aditya Winata I Wayan Wiryawan Dewa Gede Rudy Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR
PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR Oleh : I Gede Raka Ramanda A.A Ketut Sukranatha Suatra Putrawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi dan industrialisasi saat ini mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan industrialisasi saat ini mendorong pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai sendi-sendi kehidupan di penjuru dunia, termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun bukan berarti didalam suatu perjanjian kredit tersebut tidak ada risikonya. Untuk menghindari wanprestasi
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI
PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI Oleh I Gusti Ayu Inten Purnama Sari I Ketut Artadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract One of banking
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan dalam perjanjian kredit secara umum dapat diartikan sebagai penyerahan kekayaan dan pernyataan kesanggupan seseorang atau badan untuk menanggung pembayaran kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memperlancar kegiatan perkembangan usahanya maka seorang pengusaha yang kekurangan modal akan menghubungi pihak bank atapun pihak non-bank untuk memohon fasilitas
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di
WORKING CAPITAL LOANS WITH FIDUCIARY IN PT. RURAL BANK BANK SURYA YUDHA BANJARNEGARA Ibnu Jodik Prakoso*,Kashadi, Suharto ABSTRACT Working capital loans is a facilities owned by PT. Rural Bank Bank Surya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghimpunan tabungan dari masyarakat dan pemberian kredit kepada nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa bank lainnya untuk menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi, juga terjadi dalam dunia perekonomian, bahkan perkembangan kebutuhan masyarakat semakin tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di suatu Negara merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBENTUK PENGIKAT JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) CANGGU DI KABUPATEN BADUNG
BENTUK PENGIKAT JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) CANGGU DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Bagus Gede Ardi Artha Prabawa I Wayan Wiryawan Dewa Gde Rudy Fakultas Hukum, Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka masyarakat dan pemerintah sangat penting perannya. Perkembangan perekonomian nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap manusia memiliki hasrat untuk memperoleh kehidupan yang layak dan berkecukupan. Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan perekonomian, setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR
IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR Oleh I Putu Agus Sukyantara I Gusti Ayu Puspawati Ni Putu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nopmor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mendefinisikan: Bank sebagai badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda bergerak maupun yang tidak berwujud. Pesatnya perkembangan masyarakat dewasa ini, kebutuhan akan sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK Oleh : Ni Putu Riza Ayu Anggraini I Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kondisi ekonomi nasional semakin hari kian memasuki tahap perkembangan yang berarti. Ekonomi domestik indonesia pun cukup aman dari dampak buruk yang diakibatkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya pembangunan berkelanjutan dewasa ini, meningkat pula kebutuhan akan pendanaan oleh masyarakat. Salah satu cara untuk mendapatkan dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain sebagai makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sebuah dimensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam lalu lintas bisnis dapatlah dianggap sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik Pemerintah maupun masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI
PENYELESAIAN KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI Oleh I Gusti Ngurah Putu Putra Mahardika Ibrahim R Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penyelesaian kredit macet tanpa jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang atau istilah yang lebih dikenal sebagai utang-piutang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan bermasyarakat yang telah mengenal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta
TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Program Ekstensi Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman seperti sekarang ini kebutuhan seseorang akan sesuatu terus meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa, Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan yang sedang berkembang di negara Indonesia merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciKREDIT SINDIKASI SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN KREDIT DALAM SKALA BESAR
KREDIT SINDIKASI SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN KREDIT DALAM SKALA BESAR A.A. Mirah Endraswari I Ketut Sudantra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Lembaga keuangan Bank merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan negara di zaman sekarang begitu pesat dan cepat dari perkembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, bahkan di negara Indonesia yang menganut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, memberi arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi beberapa tahun terakhir ini telah membawa pengaruh sangat besar bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu sumber dana bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk membeli rumah, mobil
Lebih terperinciEKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN
EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN Oleh: I Dewa Ayu Sri Arthayani I Gusti Agung Ayu Dike Widhiaastuti Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT Scientific work is titled
Lebih terperinciPENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN
PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : AGUSRA RAHMAT BP. 07.940.030
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang keseluruhan bagiannya meliputi aspek kehidupan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR * Oleh Swandewi ** I Made Sarjana *** I Nyoman Darmadha **** Bagian
Lebih terperinciPENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR
PENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR Oleh : Ni Wayan Indah Junyanitha I Nyoman Mudana Ida Ayu Sukihana Hukum Perdata Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan memegang peranan penting untuk menyukseskan program pembangunan nasional dalam rangka mencapai pemerataan pendapatan, menciptakan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D
TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D101 07 022 ABSTRAK Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit. Tanpa perjanjian kredit yang
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI
PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI A.A. Mirah Endraswari I Ketut Sudantra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Pemerintah mempunyai kewajiban membina perlindungan
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR
ABSTRAK AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR Oleh: Ni Made Novina Pratiwi Putheri I Wayan Bela Siki Layang Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana Jaminan dari pihak debitur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun kita tidak dapat lepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan
Lebih terperinci