B. Rincian Data Perancangan. 1. Sejarah Betawi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B. Rincian Data Perancangan. 1. Sejarah Betawi"

Transkripsi

1

2 B. Rincian Data Perancangan 1. Sejarah Betawi a) Asal nama Betawi Banyak orang sekedar mengira asal nama Betawi. Perkiraan itu sering tidak punya dasar yang masuk akal. Misalnya, ada yang mengira Betawi berasal dari Bau Tahi. Konon ketika perang Belanda dengan Mataram di Jakarta tahun 1629, tentara Belanda menggunakan meriam berpuluru tahi, meriam itu ditembakkan ke arah tentara Mataram. Tentara Mataram lari kocar-kacir karena mencium bau tahi. Merek berteriak, bau tahi,bau tahi. Teriakan itu terdengar dimana-mana. Dari kejauhan suara itu terdengar seperti betawi. Maka sejak itu kota ini bernama betawi. Cerita ini sudah barang tentu tidak benar. Namun yang benar adalah betawi berasal dari kata Batavia. 2 Tapi kalau dasar penamaannya dari kata Batavia (Jakarta) maka penduduk di Tangerang, Depok, dan di Bekasi bukanlah orang betawi. Kalau dasar penamaannya adalah pengggunaan bahasa Melayu, maka orang-orang di Tangerang, di Depok dan di Bekasi juga merupakan orang Betawi karena mereka juga berbahasa Melayu, meskipun lafalnya agak berbeda dengan orang di tengah Jakarta. 3 b) Sejarah nama Betawi Batavia sebagai nama kota Jakarta dulu yang didirikan oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Batavia berasal dari nama suku bangsa Belanda zaman dahulu. Sebelum bernama Batavia, Jakarta sebelumnya bernama Jayakartayang sebelumnya lagi bernama Sunda Kelapa. Jayakarta didirikan tanggal 22 juni Pendiri Jayakarta adalah Fatahillah utusan kesultanan Demak. Ia diperintahkan untuk menaklukan Sunda Kelapa. 2 Ridwan Saidi dkk, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta: Pemerintah Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta Dinas kebudayaan dan Permuseman,2002), halaman9. 3 Abdul Chaer, Foklor Betawi kebudayaan dan kehidupan orang betawi, (Jakarta: Masup Jakarta, 2012), halaman 8 dan 9. 12

3 Jayakarta ditaklukan Jan Pieterzoon Coen tahun Setelah menghacurkan ia medirikan kota baru yang dikelilingi benteng. Kota itu bernama Batavia. Batavia kala itu luasnya 2,25 x 2,5 km persegi letaknya di muara kali Ciliwung. Kota Batavia ini sangat terkenal. Banyak orang yang senang mengaku sebagai orang batavia. Orang batavia dalam bahasa belanda disebuat Batavianen. 4 c) Penduduk Asli Betawi Penduduk asli betawi adalah pribumi yang tidak terpisahkan dari penduduk jawa. Dahulu kala seluruh penduduk jawa merupakan suatu kesatuan budaya, bahasa kesenian dan adat kepercayaan mereka sama. Kemudian menjadi mereka menjadi suku bangsa sendiri-sendiri kerena berbagai sebab. Sebab pertama munculnya kerajaan-kerajaan pada zaman sejarah. Sebab kedua, kedatangan penduduk dari luar Nusa Jawa. Dan sebab ketiga perkembangan kemajuan ekonomi derah masing-masing. 5 d) Geografi Betawi Wilayah geografi atau peta bumi daerah itu berbatasan dengan suatu suku bangsa. Tempat berdiam itu terbatas dengan tempat berdiamya suku bangsa lain yang biasanya dibedakan dengan bahasa pergaulan yang dipergunakannya. Wilayah geografi Betawi tidaklah sama dengan wilayah geografi Jakarta. Wilayah Jakarta adalah daerah Khusus Ibukota Jakarta 6 e) Peta Bumi Betawi Orang betawii berdiam di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Geografisnya terletak di anatara batas-batas sebagai berikut: 1. Sebelah barat sungai Cisadane 2. Sebelah timur sungai Citarum 4 Ridwan Saidi dkk, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta: Pemerintah Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta Dinas kebudayaan dan Permuseman,2002), halaman Saidi dkk, Op. Cit, Halaman Saidi dkk, Op. Cit, Halaman 16 13

4 3. Sebelah selatan kaki Gunung Salak 4. Sebelah uatar Laut Jawa Wilayah tempat orang Betawi berdiam itu meliputi daerah Provinsi DKI jakarta, dearah Provinsi Banten, dan daerah Provinsi Jawa Barat. Perinciannya sebagai berikut: 1. Provinsi DKI Jakarta 2. Kabupaten Tangerang 3. Kotamadya Tangerang 4. Kabupaten Bekasi 5. Kotamadya Bekasi 6. Kotamadya Depok 7. Sebagian daerah Kabupaten Bogor 7 2. Sejarah Kesenian Ondel-Ondel Etnis Betawi memiliki bermacam-macam kesenian, salah satunya yaitu seni teater. Teater Betawi tradisional merupakan taeter yang lebih berlandaskan kehidupan agraris dan bersifat magis-religius. Unsur yang menarik dalam teater Betawi adalah keragaman etnik penduduknya. Penduduk asli Betawi tentu saja ada, namun datangnya pemukiman-pemukiman baru dari berbagai suku dan bangsa menjadikan Betawi tempat bercampurnya etnik dan budaya. Pengaruh terbesar kebudayaan Betawi adalah dari Sunda, karena wilayah ini merupakan bagian dari kebudayaan Sunda sebelum kini menjadi kota metropolitan. Namun juga terdapat pengaruh-pengaruh budaya Cina, Bali, Jawa, Portugis, Melayu, dan Belanda sehingga dalam suatu jenis pertunjukkan akan terdapat campuran pengaruh-pengaruh itu. Seperti garak tari dari Sunda, busana dari Bali, Cina dan Jawa, iringan musik Sunda, Belanda, dan Cina, sedangkan ceritanya berasal dari kehidupan sehari-hari, yang mengandung ajaran agama Islam. Teater Betawi merupakan pertunjukkan yang membawakan lakon atau cerita dan terbagi menjadi menjadi empat jenis; teater tutur, teater tanpa tutur, wayang, dan teater peran. Teater tanpa tutur yaitu jenis teater yang dimainkan tanpa berbicara, jadi hanya sebatas memperagakan gerak tubuh dengan diiringi 7 Ridwan Saidi dkk, Ragam Budaya Betawi, (Jakarta: Pemerintah Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta Dinas kebudayaan dan Permuseman,2002), halaman

5 musik dan lagu. Di Betawi teater tanpa tutur ada dua, yaitu Ondel-ondel dan gemblokkan. Ondel-ondel, merupakan suatu wadah yang dijadikan personifikasi leluhur nenek moyang. Dengan demikian dapat dianggap sebagai pembawa lakon atau cerita, walaupun hanya sebagai alat peraga yang tidak berbicara atau bertutur (Jakob Sumardjo, 1992, h. 76). Gambar 4. Ondel-ondel jaman dulu sumber: Gambar 5. Ondel-ondel zaman sekarang Sumber: Pada era 40-an Ondel-ondel berperan sebagai leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa dan personifikasi leluhur sebagai pelindung. Pola pemikiran masyarakat dulu yang masih percaya terhadap hal-hal yang berbau mistis membuat boneka Ondelondel dijadikan media perantara untuk para roh-roh nenek moyang. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan ukuran boneka Ondel-ondel pada gambar 4 yang memperlihatkan bentuk wajah boneka Ondel-ondel yang memiliki mimik wajah seram dan bercaling serta berambut gondrong dan berantakan dengan ukuran boneka yang lebih besar dari ukuran boneka Ondel-ondel sekarang. Pada gambar 5 boneka Ondel-ondel lebih terlihat tidak menakutkan tanpa adanya caling serta penampilannya yang semakin rapih layaknya manusia pada umumnya. 3. Bentuk dan Karakteristik Ondel-ondel Boneka Ondel-ondel Betawi terdiri menjadi 2 bagian yaitu bagian kepala dan bagian badan. Dibagian kepala terdapat mahkota yang berhiaskan lukisan flora dan fauna seperti burung merak/hong, naga, bunga teratai, bunga delima, dan semanggi. Selain itu juga terdapat kembang kelapa di kepala boneka Ondel- 15

6 ondel. Kembang kelapa yang berbentuk seperti kumpulan daun kelapa diibaratkan dari kota Jakarta yang pada abad ke-15 bernama Sunda Kelapa karena sebagian wilayah Sunda Kelapa merupakan perkebunan kelapa. Untuk ukuran asli yang tingginya 2m, kembang kelapa bisanya berjumlah 30. Tergantung setiap orang yang membuatnya. Ada orang yang membuat kertas hiasannya itu tebal-tebal dan besar- besar, kalau seperti itu 10 atau 20 cukup, yang jelas bisa padat dan tidak ada celah. Tidak ada batasan harus berapa. Wajah boneka Ondel-ondel rata-rata berwarna merah pada boneka Ondel-ondel laki-laki dan putih pada boneka Ondel-ondel wanita. Warna merah pada Ondel-ondel laki-laki melambangkan kekuatan, kekuasaan, keberanian, dan ego yang keras sedangkan pada ondel-ondel wanita yang berwarna putih melambangkan kesucian, kelembutan, keramahan dan keangguan. Pada bagian badan, boneka Ondel-ondel wanita menggunakan pakaian yang disebut kebaya encim, sedangkan untuk laki-laki, pakaian yang digunakan yaitu sadaria atau ujung serong. Pada badan bagian bawah boneka Ondel-ondel menggunakan sarung yang disebut sarung jamblang. Pada acara-acara resmi, biasanya untuk boneka Ondel-ondel laki-laki dibagian bahunya di selempangkan sarung cukin yang bermotif kotak-kotak, sedangkan pada Ondelondel wanita menggunakan selendang yang bermotif flora atau fauna (sumber: wawancara dengan Drs. Yahya Andi Saputra). 4. Sejarah dan Motif Batik Betawi Indonesia ini memang sangat kaya budaya, setiap daerah yang mempunyai batik, setiap batiknya mempunyai kekhasan tersendiri. Begitu juga dengan batik betawi. Sebenarnya ini juga yang masih dalam kajian bersama, yang disebut batik betawi itu yang mana. Apakah yang sekarang sudah mulai marak diberbagai tempat di Jakarta dengan mengambil ikon-ikon ibukota. Ataukah kain batik yang sejak dulu dipakai oleh oleh masyarakat betawi. Jadi ada dua objek yang berbeda. Kalau yang dimaksud itu adalah kain batik yang dipakai tempo dulu oleh masyarakat betawi maka itu adalah batik pesisir di daerah lain seperti batik indrayamau, batik pekalongan yang juga masih dipakai 16

7 oleh abang none hingga sekarang. Kalau yang sekarang marak bermunculan tu adalah batik ragam hias jakarta, ada ragam hias ondel-ondel, delman, burung bondol, dan berbagai flora flora diibukota. Jadi sebenarnya masih ada silang pendapat tentang ini. Keunikan dari warna, karena sejak tempo dulu masyarakat betawi gemar dengan warna-warna cerah seperti merah, hijau, orange. Dan masyarakat betawi juga gemar dengan motif yang disebut tumpal yang berbentuk lancip yang berada disisi kanan dan kiri kain batik. Yang biasa dipakai oleh wanita yang sudah menikah maupun yang masih lajang. batik betawi yang bukan termasuk batik pesisiran dengan batik keraton seperti solo, yogya, dll. batik betawi itu lebih kearah motif-motif naturalis, motif motif flora dan fauna. Penggambarannya bersifat realis. Jika motifnya ondel-ondel ya dibuat seperti ondel-ondel sebenarnya. Berbeda dengan batik keraton yang penuh dengan simbol dan makna, contohnya motfi batik yang bermotif burung garuda, yang bermakna kekuasaan dan keagungan. Gambar terumtum bermakna kesetiaan. Oleh karena itu batik betawi tidak terlalu menyimpan makna. fauna (sumber: wawancara Ibu Ari, Museum Tekstil Jakarta). C. Rincian Teknis Perancangan 1. Pengertian Action Figure Action figure (dibaca eksyen figur) adalah mainan berkarakter yang berpose, terbuat dariplastik atau material lainnya dan karakternya sering diambil berdasarkan film, komik, video game atau acara televisi. 8 Dalam pandangan Stan Weston (penemu istilah Action Figure, seorang manager pemasaran di perusahaan mainan Hasbro), Action Figure berasal darikata figure berarti sebuah citra figur seperti manusia, karakter dan action 8 Wikipedia, Pengertian Action Figure, diakses tanggal 17 juni

8

9

10

11 Gambar 11. Action Figure Mazinger Z Sumber: g) Fantasy Action Figure Fantasy merupakan Action figure yang desain karakternya didasarkan pada karakter-karakter yang ada dalam cerita dongeng ataupun cerita horor, seperti dongeng tentang Naga, Dracula, Werewolf, Mummy, dan cerita-cerita lainnya. Gambar 12. Action Figure Dragon Sumber: h) Military Action Figure Military merupakan Action Figure yang desain karakternya didasarkan pada karakter-karakter militer/tentara. Action Figure jenis ini juga banyak dibuat dalam bentuk diorama militer yang menggambarkan situasi peperangan. 21

12

13 b) Trading Figure/Gashapon Figure jenis ini berukuran kurang lebih 8cm hingga 10cm. Figure dibuat dengan ukuran kecil tetapi dengan tingkat kedetailan yang sangat baik untuk ukurannya dan biasanya dibuat dalam bentuk sedang berpose dengan artikulasi hanya terdapat pada bagian bahu. c) Vinyl Figure Vinyl figure merupakan action figure dengan bahan dasar Vinyl/PVC yang ringan dan lentur. Artikulasi figure ini hanya terdapat pada bagian bahu dan pinggang. d) Real Action Action figure ini merupakan sebuah action figure dengan rangka mirip dengan karakter aslinya dan kostum yang dapat diganti sesuai dengan kostum yang terdapat pada karakternya. Kostum pada figure ini terbuat dari bahan yang digunakan oleh karakter tersebut. Dengan artikulasi yang sangat banyak (sesuai artikulasi pada manusia), dan detail sesuai aslinya, membuat figure ini merupakan figure yang dapat dipose dalam berbagai pose sesuai keinginan. e) Super Imaginative/Custome Action Figure Super Imaginative/Custome merupakan action figure yang desain karakternya dapat diambil dari suatu karakter yang kemudian dimodifikasi sehingga terlihat lebih detail dan memiliki proporsi yang jauh lebih baik dari karakter aslinya. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dimana karakter dari film Kikaider telah dimodifikasi menjadi Super Imaginative/Custome figure. Super Imaginative figure biasanya terbuat dari bahan ABS yang di padukan dengan logam pada bagian tertentu figure tersebut. 23

14 Gambar 15. Vinyl Figure Kikider Sumber: f) Resin Statue/Bust Figure jenis ini merupakan sebuah patung utuh ataupun patung setengah badan/bust dari sebuah karakter yang dibuat dengan bahan resin padat dan tidak memiliki artikulasi. g) Model Kit Untuk Action Figure ini terbuat dari plastic padat yang dibentuk perbagian dari karakter, sehingga anda harus merakit terlebih dahulu model ini untuk mendapatkan action figure yang dikehendaki. Model ini juga diberi warna dasar dari karakter, ini membuat anda harus mengecat sendiri untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Menurut beberapa penghobi model kit, model ini memberikan tantangan tersendiri dalam hal merakit dan mengecatnya. Gambar 16. Model Kit Gundam 00 Sumber: 24

15 Di Jepang produk jenis ini justru digunakan untuk merangsang daya imaginasi dan bayangan anak-anak. Tentunya dengan tingkat kesulitan yang berbeda dengan produk yang dibuat untuk orang dewasa. Untuk produk model kit ini dibedakan dari tingkat kesulitan dalam hal merakitnya. Grade-grade tersebut adalah : - High Grade Model Kit dengan tingkat kesulitan paling rendah, biasanya disukai anak-anak karena bentuknya sederhana, sedikit arikulasi, dan mudah dirakit. - Master Grade Model Kit dengan tingkat kesulitan dan artikulasi sedang, dengan tingkat kedetailan lebih tinggi dari High Grade. - Perfect Grade Model Kit dengan tingkat kesulitan dan kedetailan yang tinggi. Tingkat kedetailan inilah yang mempengaruhi tingkat kesulitannya, karena tiap bagiannya dibuat sedetail mungkin, terutama pada bagian artikulasinya. 4. Proses Pembuatan Action Figure Proses pembuatan action figure dimulai dengan tahap pemilihan karakter. Setelah sebuah karakter dipilih, lalu dilanjutkan dengan pembuatan sketsa figure dari karakter yang telah ditentukan. Setelah sketsa tersebut jadi, langkah selanjutnya adalah membuat sebuah model prototype dari sebuah clay (semacam tanah liat khusus untuk membuat prototype). Untuk membuat model ini dimulai dengan membuat rangka utama, seperti tulang belakang, rangka tangan dan kaki yang terbuat dari kawat besi. Setelah rangka tersebut jadi, rangka tersebut diposekan sebagaimana asumsi akan figure yang akan dibuat. Pada rangka tersebut kemudian ditambahkan clay untuk memberi bentuk dasar figure. Setelah clay mulai mengering dilakukan proses pemahatan untuk membentuk detail pada bentuk dasar model tersebut. Setelah jadi, bentuk dasar tersebut kemudian dibagi menjadi empat 25

16 bagian yang terdiri atas bagian kepala, tubuh, tangan dan kaki untuk mempermudah pembuatan detail. Sketsa awal digunakan sebagai referensi untuk membuat model sedetail dan serealistis mungkin. Setelah bentuk utama tubuh selesai dibuat, maka detail akan kembali diberi perhatian khusus terutama pada bagian mata, hidung dan mulut yang membuat figure memiliki ekspresi sehingga tampak hidup. Setelah pembuatan detail selesai dilanjutkan dengan memberi artikulasi serupa engsel pada tiapbagian yang kemudian juga digunakan untuk menyatukan bagian-bagian figure tersebut menjadi sebuah prototype action figure yang utuh. Bagian-bagian prototype tersebut kemudian dipanaskan hingga mengeras dan tetap dalam keadaan terpisah. Setelah mengeras, kemudian dibuat cetakan (molds) dari prototype tersebut. Hasil cetakan tersebut kemudian diberi pewarnaan sesuai dengan warna karakter tersebut. Setelah hasil cetakan prototype tersebut disatukan jadilah sebuah action figure. Setelah selesai menjadi sebuah action figure, jika ada tambahan kain yang melekat pada badan figure. Bagian-bagian tersebut disusun secara terpisah dari figure dan ditambahkan setelah figure selesai dibuat. (sumber:: wawancara dengan Rangga Fitriady, pembuat action figure). 5. Bahan Untuk Membuat Action Figure Sebenarnya, bahan-bahan membuat figure dalam skala besar atau kecil pada umumnya bisa dikatakan sama, yang membedakannya adalah tahap dalam proses produksi selanjutnya. Pada skala besar/industri. Bahan dan peralatan yang sering digunakan dalam membuat figure pada umumnya sebagai berikut: a) Clay Bermacam-macam jenis dan merek clay bisa digunakan misalnya: Clay Polymer, clay yang berbahan dasar Polymer ini harus dikondisikan dulu sebelum memulai, clay ini akan bertambah lembut melalui suhu 26

17 tangan. Selain itu untuk mempercepatkan tingkat kelembutan clay, pembuat bisa mengaturnya dengan peralatan dapur sepertioven. ProSculpt, bahan dasar dari polymer, pada dasarnya bahan dasar polymer lebih cocok untuk pengerjaan detail, khususnya jika pemahat ingin menghaluskan sehalus mungkin sebelum proses pembakaran. Clay Kering, Untuk membentuk figure dari clay kering harus ada tambahan air secukupnya, Premier dan Hobbytime Fineplast adalah contoh clay dari jenis clay kering. Clay Polymer kering campuran, disebut campuran Karena untuk bisa membentuk figure dari bahan clay ini harus mencampurkan dua bahan polymer menjadi satu. Bisa bertahan satu hingga tiga jam sebelum bahan tersebut menjadi keras. Proses tersebut bisa diperlambat dengan cara memasukan dua bahan yang telah dicampur tadi ke dalam kulkas/freezer. Memang tidaklah mudah membentuk figure dengan bahan clay ini, harus banyak latihan, dan tidak bisa dicampur dengan clay berbahan polymer lainnya. Untungnya clay ini kuat dan tahan cuaca, jadi bisa dikerjakan di luar ruangan. Aves Apoxie Sculpt adalah salah satu contoh merek jenis clay polymer kering campuran, di Indonesia khususnya di Bandung merek paling populer dari jenis clay ini adalah Epoclay. b) ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene) ABS adalah bahan berupa plastik padat dan berat yang paling umum digunakan sebagai bahan dasar pembuat action figure. Bahan ini mudah dicetak dan karena padat bahan ini tidak mudah. ABS mudah diwarnai sehingga kebanyakan action figure menggunakan ABS sebagai bahan dasarnya. c) Vinyl (PVC) PVC atau arti sesungguhnya adalah Poly Vinyl Chloride, yaitu sejenis bahan kimia yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan action figure tersebut. PVC sendiri dibentuk dari bahan utama yaitu garam (57%) dan minyak (43%). PVC sendiri adalah salah satu bahan yang bisa 27

18 dikembangkan secara komersial. Untuk pengembangannya harus memperhatikan ketentuan PVC yang digunakan untuk industri action figure. d) Polypropylene dan Polyethylene (Plastik) Plastik yang biasa digunakan sebagai bahan dasar action figure adalah plastik dari jenis polypropylene dan polyethylene yang merupakan bahan plastik ringan yang keras. Biasanya bahan ini digunakan sebagai bahan pembuat model kit atau rakitan. e) Die Cast Metal Die Cast Metal adalah bahan besi/baja yang mudah dicetak/dipres untuk digunakan dalam industri action figure. Proses pembuatan action figure dengan besi ini memakan waktu yang cukup lama sehingga biasanya action figure dari besi ini terbilang sangat mahal dan dari segi kualitas, memang tidak diragukan lagi. 9 D. Objek Referensi dan Inspirasi Gambar 17. Ondel on Doll Sumber: 9 Membuat action figure, diakses tanggal 18 juni

19 Penjelasan: Dalam karya Dinata Andi ini memakai pakaian betawi yang formal. Laki-laki memakai jas abng dengan kancing emas. Tidak lupa dililitkan sarung motif kotak khas laki-laki betawi dan memakai sarung batik. Dan untuk perempuannya memakai kebaya encim.. Tidak lupa memakai selendang dan sarung batik. Konsep pakaian ondel-ondel dalam karya ini bisa dijadikan suatu referensi dalam objek perancangan ini. Penjelasan: Gambar 18. Pandawa Action Figure Sumber: leorezca.deviantart.com Dalam karya ini terlihat sosok pandawa 5 sangat heroik dengan pose yang gagah seperti layaknya superhero. Perupaan bentuk badannya dibuat dengan tangan kekar dan badan tegap. Penambahan aksesoris seperti kain batik juga menambah kesan Indonesia. Perupaan seperti ini juga menjadi inspirasi dalam bentuk perupaan perancangan Action Figure Ondel-Ondel ini. 29

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Ide/ Gagasan 1. Ide Desain Berdasarkan hasil wawancra dan browsing internet, Ondel-Ondel dalam bentuk Action figure memang belum pernah di buat. Tentunya hal ini merupakan

Lebih terperinci

bisa berguna untuk mengusir roh halus. Selain itu pada zaman dahulu fungsi ondel-ondel juga sebagai pengusir wabah di suatu desa,tentu saja pada saat

bisa berguna untuk mengusir roh halus. Selain itu pada zaman dahulu fungsi ondel-ondel juga sebagai pengusir wabah di suatu desa,tentu saja pada saat LAMPIRAN -Wawancara Berikut adalah tempat wawancara dengan narasumber. 1. Anjungan Betawi TMII Penulis: Pak, bagaimana sejarah tentang ondel-ondel? Nara sumber: Ondel-ondel sendiri sudah ada sejak zaman

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Umum Action Figure

BAB II. Tinjauan Umum Action Figure BAB II Tinjauan Umum Action Figure 2.1. Pengertian Action Figure Dalam pandangan Stan Weston (penemu istilah action figure, seorang manager pemasaran di perusahaan mainan Hasbro), action figure berasal

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Data dan analisis perancangan 1. Fungsi produk rancangan Berdasarkan hasil wawancra dan browsing internet,

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Data dan analisis perancangan 1. Fungsi produk rancangan Berdasarkan hasil wawancra dan browsing internet, BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Data dan analisis perancangan 1. Fungsi produk rancangan Berdasarkan hasil wawancra dan browsing internet, Ondel-Ondel dalam bentuk urban toys memang belum pernah

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permusiuman, 2005:335), kesenian Topeng

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 63 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 5.1 Judul Seri Prangko Gambar 5.1 Judul Seri Prangko Font yang digunakan dalam judul seri prangko antara lain: Pada tulisan Kampung Betawi menggunakan font Aquiline

Lebih terperinci

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia 2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar desain kemasan toko cemilan Abang None adalah dengan membuat packaging untuk produk makanan khas betawi cemilan Abang None yang terlanjur

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

208 SEMINAR NASIONAL Seni dan Tradisi ONDEL-ONDEL SEBAGAI IKON SENI TRADISI BETAWI ONDEL-ONDEL SEBAGAI IKON SENI TRADISI BETAWI

208 SEMINAR NASIONAL Seni dan Tradisi ONDEL-ONDEL SEBAGAI IKON SENI TRADISI BETAWI ONDEL-ONDEL SEBAGAI IKON SENI TRADISI BETAWI 208 SEMINAR NASIONAL Seni dan Tradisi Dra. Asih retno Dewanti, M.Ds., M.Pd FSRD Universitas Trisakti yugaska@gmail.com ABSTRAK Ikon suatu daerah mempunyai suatu keunikan tersendiri, biasanya mewakili keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. PEMBERDAYAAN BATIK Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil tersebar di sepanjang garis khatulistiwa.

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI

MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI TA 36 ( Periode Januari Juni 2011 ) SINOPSIS TUGAS AKHIR MUSEUM BATIK TULIS BAKARAN DI KOTA PATI Diajukan Oleh : RATIH WIDIASTUTI L2B 309 006 Dosen Pembimbing I Prof. Ir. Edy Darmawan, M. Eng Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. DESAIN BENTUK DASAR Sebelum memasuki proses ini, Sebelumnya penulis berkordinasi dengan dosen pembimbing mengenai desain yang seperti apa yang nantinya akan diproduksi. Penilaian

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

lilin masih dalam bentuk bongkahan padat. Untuk membuatnya menjadi

lilin masih dalam bentuk bongkahan padat. Untuk membuatnya menjadi BABV PEMBAHASAN Dalam bab ini pembahasan akan dilakukan analisis untuk mengetahui ketepatan penggunaan metode Layer Deposition Manufacturing (LDM) dalam pembuatan model gunung, yaitu dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya suatu daerah berkembang dari adat kebiasaan setempat, perilaku khusus etnis bersangkutan yang terus menerus dipupuk dan dipelihara dalam jangka panjang sehingga

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN BAB IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Menurut ASEAN DNA, sebuah situs untuk mempromosikan pemahaman yang berkaitan dengan karakteristik ASEAN menyebutkan bahwa rata-rata tinggi badan

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 9 BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1. Peranan Pratikan Peranan designer grafis CTV Banten memiliki tugas membuat Bumper opening animasi wayang. Pada acara Tv Nusantara Pembuatan animasi dimulai dari briefing

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan

BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan BAB IV TINJAUAN KARYA 4.1. Pembahasan Karya Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan pendekatan analisis. Pengkajian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama

Lebih terperinci

Gambar Cover buku

Gambar Cover buku BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran buku Ukuran buku adalah 15 X 21 cm. 5.1.2 Binding & Cover Binding yang digunakan adalah jilid jahit, agar memberikan kesan home made

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini.

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini. 82 B A B 5 H A S I L D A N P E M B A H A S A N D E S A I N 5.1 Desain Title Untuk desain Title, penulis menggunakan font Castellar yang dianggap mencerminkan keanggunan sang Dewi Bulan. Warna yang dipakai

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Ilustrasi berasal dari kata latin illustrare yang berarti menerangi atau memurnikan, Ilustrasi adalah sebuah citra yang dibentuk untuk memperjelas sebuah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

langsung dalam kontak dagang.1

langsung dalam kontak dagang.1 Bab I Pendahuluan 1.1. Batasan Pengertian Judul Pusat Pemasaran merupakan tempat berkumpulnya kegiatan transaksi dari unit-unit usaha antara pengrajin sebagai produsen serta masyarakat sebagai konsumen,

Lebih terperinci

Di daerah Pekalongan tersebut akhirnya batik tumbuh dengan pesat seperti

Di daerah Pekalongan tersebut akhirnya batik tumbuh dengan pesat seperti BAB III DATA PERANCANGAN A. Sejarah Batik Pekalongan Sejarah Batik di Pekalongan dimulai dari pasca peperangan dan perpecahan di lingkungan kerajaan Mataram yang waktu itu dipimpin oleh rajanya Panembahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam hias merupakan ciri khas dari setiap suku yang memilikinya. Indonesia yang merupakan negara dengan suku bangsa yang beraneka ragam tentulah juga menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL Berikut ini akan dijelaskan mengenai strategi perancangan dan konsep visual sebagai landasan dalam membuat film animasi ini. III.1 Strategi Perancangan III.1.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA

BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA BAB II TINJAUAN TENTANG HOBI REPLIKA II.1 Tinjauan tentang Model kit Model kit adalah tiruan dari sesuatu, dengan skala dan detail tertentu yang harus dirakit, dicat bahkan bisa dimodifikasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alas kaki atau lebih dikenal dengan sebutan sepatu/sandal adalah bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang segala kegiatan, bukan hanya menjadi

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB ll METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Beberapa desainer ada yang bergerak di dunia design toys atau bisa disebut Urban toys, tema yang mereka ambil biasanya karakter pribadi, tokoh kartun, superhero,

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Busana Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dengan kebudayaan itu manusia mampu menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber data Data data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini akan diambil dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Literatur: artikel dari media elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari berbagai suku bangsa maupun negara asing dari penjuru Nusantara sampai

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Budaya Lokal Betawi Ondel-ondel Sejarah Ondel-ondel Bentuk Ondel-ondel Ornamen pada ondel-ondel dan pakaiannya. Data Ondel-ondel Boneka besar Topeng Rambut (kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil Kerajinan dan Wirausaha Tekstil SEKOLAH TUNAS BANGSA KUBU RAYA PONTIANAK 2016/2017 Email : sitimustiani@gmail.com Web : http://www.sitimustiani.com Tujuan Pembelajaran Mengidentifikasi karya kerajinan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS OBJEK

BAB III ANALISIS OBJEK BAB III ANALISIS OBJEK 3.1 Objek atau Subjek Penelitian 3.1.1 Iklan Rokok Djarum 76 Rokok Djarum 76 merupakan merek rokok yang terkenal di Indonesia, diberi nama Djarum 76 karena diperkenalkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan dengan Sabah serta Serawak Malaysia di sebelah utara, di sebelah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan? Lampiran 1 63 Lampiran 2 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana sejarah kesenian Jonggan! 2. Mengapa disebut dengan Jonggan? 3. Apa fungsi kesenian Jonggan? 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa, bahasa dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kesenian yang lahir dan berkembang di setiap

Lebih terperinci