HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Fungsi Pengawasan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam Pemenuhan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 1. Deskripsi instansi yang mengawasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Surakarta Pihak yang berwenang terhadap penegakan peraturan perundangundangan bidang K3 adalah pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi meningkatnya persaingan, tantangan, tuntutan masyarakat dan berkembangnya masalah ketenagakerjaan yang kompleks di tingkat daerah, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta bertindak mengawasi norma kerja, kesehatan dan keselamatan kerja di kota Surakarta sebagaimana terdapat pada Pasal 12 ayat (3) huruf f Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Pada dasarnya, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta mempunyai tanggung jawab terhadap semua yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. Dalam membangun ketenagakerjaan yang lebih baik, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta menegaskan visi, misi, tujuan dan sasarannya. Adapun visi, misi, tujuan dan sasaran tersebut antara lain: 29

2 30 a. Visi Terwujudnya suatu kesejahteraan bagi masyarakat melalui pembangunan bidang sosial ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. b. Misi 1) Peningkatan kualitas pelayanan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui rehabilitasi, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial; 2) Meningkatkan kualitas calon pencari kerja; 3) Menciptakan kualitas pelayanan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja; 4) Menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara pengusaha, pekerja, Pemerintah, guna mewujudkan kesejahteraan pekerja dan kelangsungan usaha; 5) Meningkatkan perlindungan tenaga kerja melalui pengawasan terhadap norma kerja dan norma K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). c. Tujuan 1) Melaksanakan peningkatan kualitas kerja melalui pelatihan sehingga terwujudnya tenaga kerja yang terampil untuk dapat meningkatkan produktifitas kerja serta kesejahteraan tenaga kerja; 2) Melaksanakan pendayagunaan dan penempatan tenaga kerja melalui program penempatan di dalam negeri maupun luar negeri dengan menggunakan mekanisme Antar Kerja; 3) Melaksanakan pembinaan perlindungan tenaga kerja, pengawasan norma kerja, keselamatan dan kesehatan kerja serta menciptakan hubungan industrial yang harmonis untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja;

3 31 4) Mewujudkan informasi ketenagakerjaan yang handal melalui pelayanan informasi dan pemanfaatan teknologi informasi; 5) Melaksanakan pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) agar dapat meningkatkan taraf hidup dan kemandirian. d. Sasaran 1) Para pencari kerja dapat ditempatkan bekerja di dalam maupun luar negeri; 2) Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; 3) Pembinaan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan; 4) Pengembangan budaya usaha mandiri; 5) Perlindungan tenaga kerja/pekerja; 6) Peningkatan kesejahteraan pekerja; 7) Pengembangan pemagangan kerja melalui kerja sama dengan perusahaan lokal maupun negara lain; 8) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Sosial dan Transmigrasi Pemerintah Kota Surakarta mempunyai susunan perangkat kerja, sebagai berikut:

4 32 KEPALA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUBBAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG SOSIAL SEKSI KESEJAHTERAAN SOSIAL SEKSI KESEJAHTERAAN SOSIAL BIDANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DAN PERLUASAN KERJA SEKSI INFORMASIDAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI BIDANG HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN KESEJAHTE RAAN SEKSI BINA PENGUSAHA DAN ORGANISASI PEKERJA SEKSI PENYELESAIAN PERSELISIHAN BIDANG PENGAWASAN SEKSI NORMA KERJA SEKSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SEKSI PEMBINAAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA SEKSI KETRANSMIGRASI AN SEKSI PERUMUSAN PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN PEKERJA UPTD Ragaan 2. Struktur Organisasi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta

5 33 Dari berbagai bagian/seksi dalam skema susunan perangkat kerja di atas, tentu mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda. Berikut tugas dan wewenang dari masing-masing bidang, antara lain: a. Kepala Dinas Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Dalam hal ini Kepala Dinas membawahkan : 1) Sekretariat; 2) Bidang Sosial; 3) Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja; 4) Bidang Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja; 5) Bidang Pengawasan; 6) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); 7) Kelompok Jabatan Fungsional. b. Sekretariat Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan; 2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan; 3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,

6 34 pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian; 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, peminaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan. d. Subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi : pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan Dinas. e. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi: pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan di Lingkungan Dinas. f. Bidang Sosial mempunyai tugas pokok pelaksanaan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kesejahteraan sosial dan rehabilitasi sosial. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Sosial mempunyai fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kesejahteraan sosial; 2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang rehabilitasi sosial;

7 35 3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. g. Seksi Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kesejahteraan sosial, meliputi : pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan dalam rangka pengembangan potensi sumber kesejahteraan sosial. h. Seksi Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kesejahteraan sosial, meliputi : pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengentasan penyandang masalah kesejahteraan sosial. i. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja Bidang Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang informasi dan penempatan tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri, pembinaan dan pelatihan tenaga kerja dan transmigrasian. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja mempunyai fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang informasi dan penempatan tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri; 2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan dan pelatihan tenaga kerja; 3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang ketransmigrasian; 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8 36 j. Seksi Informasi dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri dan Luar Negeri mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang informasi dan penempatan tenaga kerja dalam negeri dan luar negeri, meliputi : penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja dalam negeri dan luar negeri serta pengelolaan dan pelayanan TKI. k. Seksi Pembinaan dan Pelatihan Tenaga Kerja mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan dan pelatihan tenaga kerja, meliputi : pembinaan, penyuluhan, pemberian ijin dan pemantauan lembaga pelatihan swasta, perusahaan dan Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) serta pengesahan sertifikat Lembaga Pelatihan Non Pemerintah yang menyelenggarakan ujian dan pelatihan produktivitas. l. Seksi Ketransmigrasian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang transmigrasi, meliputi : perumusan kebijakan daerah dalam urusan penyelenggaraan transmigrasi, koordinasi, integrasi dan sinkronsisasi program transmigrasi, pelaksanaan kegiata forum komunikasi, informasi dan edukasi bidang ketransmigrasian. m. Bidang Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang bina pengusaha dan organisasi pekerja, penyelesaian perselisihan, dan perumusan pengupahan dan kesejahteraan pekerja. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja mempunyai fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang bina pengusaha dan organisasi pekerja;

9 37 2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyelesaian perselisihan; 3) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kesejahteraan pekerja; 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. n. Seksi Bina Pengusaha dan Organisasi Pekerja mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang bina pengusaha dan organisasi pekerja, meliputi : pembinaan hubungan industrial, penelitian dan pengesahan Peraturan Perusahaan (PP), penelitian dan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB), penelitian dan pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh, pembinaan dan pemantauan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dan mendata jumlah perusahaan serta penelitian dan pemberian ijin outsourcing, pembinaan Lembaga Kerja Bersama (LKS) Bipartit dan Lembaga Kerja Bersama (LKS) Tripartit. o. Seksi Penyelesaian Perselisihan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyelesaian perselisihan, meliputi : menampung masalah-masalah ketenagakerjaan, mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi pekerja, pengusaha, instansi terkait dan menjembatani penyelesaian perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan dan atau pemberi kerja. p. Seksi Perumusan Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perumusan pengupahan dan kesejahteraan pekerja, meliputi : merumuskan pengupahan pekerja dan penyusun

10 38 program peningkatan kesejahteraan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). q. Bidang Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang norma kerja dan kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pengawasan mempunyai fungsi: 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang norma kerja; 2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja; 3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. r. Seksi Norma Kerja mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang norma kerja dan jaminan sosial tenaga kerja, meliputi : pembinaan, perlindungan, dan pengawasan pelaksanaan peraturan norma kerja yang berlaku bagi perusahaan. s. Kelompok Jabatan Fungsional mampunyai tugas sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan semua tugasnya tersebut, Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertikal maupun horizontal baik ke dalam maupun luar antar satuan organisasi dalam lingkungan Pemerintahan Daerah serta instansi lain sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja, bagian dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta yang berwenang adalah

11 39 Bidang Pengawasan. Bidang Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan norma kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja. Di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, yang menjadi objek pengawasan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta antara lain: a. Norma keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya b. Norma keselamatan kerja mekanik c. Norma keselamatan kerja listrik, d. Norma keselamatan kerja uap, e. Norma keselamatan penanggulangan kebakaran, f. Norma keselamatan kerja konstruksi bangunan, g. Norma keselamatan kerja bahan kimia berbahaya, h. Norma kesehatan kerja 2. Pengawasan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam Pemenuhan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pengawasan ketenagakerjaan adalah fungsi publik dari administrasi ketenagakerjaan yang memastikan penerapan perundangundangan ketenagakerjaan di tempat kerja. Peran utamanya adalah untuk meyakinkan mitra sosial atas kebutuhan untuk mematuhi undang-undang di tempat kerja dan kepentingan bersama mereka terkait dengan hal ini, melalui langkah-langkah pencegahan dan edukasi, dan jika diperlukan penegakan hukum. Tanggung jawab mengenai pengawasan ketenagakerjaan dilakukan secara terkoordinasi oleh instansi terkait. Dalam hal ini instansi yang terkait dalam pengawasan ketenagakerjaan khususnya SMK3 adalah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia sebagai

12 40 pemerintah pusat, sedangkan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta merupakan instansi terkait yang berwenang di tingkat daerah. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta sebagai pengawas ketenagakerjaan menjalankan fungsinya berdasarkan pada beberapa peraturan perundang-undangan, antara lain: a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 Tentang Pengawasan Perburuhan b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 81 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan c. SE.918/MEN/PPK-SES/XI/2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan di Propinsi dan Kabupaten/Kota Dengan objek pengawasan sebagaimana yang diatur dalam: a. Undang-Undang Uap Tahun 1930 b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 Tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan d. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan e. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh g. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri; dan h. Peraturan pelaksanaannya dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan Menteri

13 41 Mengacu pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan, pengawasan ketenagakerjaan mempunyai fungsi: a. Menjamin penegakan ketentuan hukum mengenai kondisi dan perlindungan tenaga kerja dan peraturan yang menyangkut waktu kerja, pengupahan, keselamatan kesehatan kerja, serta kesejahteraan, tenaga kerja serta orang muda dan masalah-masalah yang terkait, sepanjang ketentuan tersebut dapat ditegakkan oleh pengawas ketenagakerjaan. b. Memberikan keterangan teknis dan nasehat kepada pengusaha dan pekerja/buruh mengenai cara yang paling efektif untuk mentaati ketentuan hukum c. Memberitahukan kepada pemerintah mengenai terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan yang secara khusus tidak diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku. Pengawasan ketenagakerjaan di tingkat kabupaten/kota mendasarkan tugasnya pada Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: SE.918/MEN/PPK-SES/XI/2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan di Propinsi dan Kabupaten/Kota. Dimana pegawai pengawas ketenagakerjan berkewajiban untuk: a. Menyusun rencana kerja pemeriksaan (bulanan) yang diketahui/disahkan pimpinan atau atasannya b. Melakukan pemeriksaan dan atau pengujian dilapangan/perusahaan secara komprehensif dan tuntas. c. Mencatat hasil temuan pemeriksaan dan atau pengujian dalam buku, akte pengawasan ketenagakerjaan dan atau akte izin/pengesahan. d. Membuat nota pemeriksaan dan laporan pemeriksaan.

14 42 e. Memantau pelaksanaan dan menindak lanjuti hasil temuan pemeriksaan dan atau pengujian. Terkait dengan pengawasan SMK3, Pasal 18 Peraturan Pemeritnah Nomor 50 tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyebutkan bahwa pengawasan dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan tersebut meliputi: a. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen b. Organisasi c. Sumber daya manusia d. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3 e. Keamanan bekerja f. Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3 g. Pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan i. Tindak lanjut audit Dalam pelaksanaannya, pengawasan ketenagakerjaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta dilakukan secara administratif dan teknis. Pengawasan administratif adalah pengawasan yang dilakukan berkaitan dengan pemeriksaan kelengkapan dokumen perusahaan untuk mengetahui keadaan objek K3 yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Pengawasan administratif yang dilakukan oleh Dinas Sosial Tenaga kerja dan transmigrasi Surakarta ini meliputi: 1. Pemeriksaan Wajib Lapor Perusahaan Pengusaha atau pengurus perusahaan wajib melaporkan mengenai ketenagakerjaan perusahaannya masing-masing satu tahun

15 43 sekali kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta sebagaimana ketentuan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 Tentang Wajib Lapor Perusahaan dengan alur seperti berikut: Ragaan 3. Diagram alur wajib lapor ketenagakerjaan Perusahaan menyerahkan surat masuk ke Sekretariat untuk kemudian didisposisi oleh Kepala Dinas kepada Kepala Bidang Pengawasan. Dari Kepala Bidang Pengawasan didisposisi lagi ke Kepala Seksi Norma Kerja sampai ke petugas administrasi untuk mengurusi berkas-berkas laporan yang harus diisi oleh perusahaan. Perusahaan menyerahkan berkas tersebut paling lambat 7 hari sesudah berkas diterima.laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 71 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Perusahaan harus memuat keterangan:

16 44 a. identitas perusahaan b. hubungan ketenagakerjaan c. perlindungan tenaga kerja d. kesempatan kerja. 2. Pengesahan Objek K3 Peraturan perundangan-undangan menetapkan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan objek K3 yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Adapun objek K3 yang berada di bawah pengawasan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta tersebut antara lain : 1) Pesawat uap dan bejana tekan, sebagaimana diatur dalam: a. Undang-Undang Uap Tahun 1930 b. Peraturan Uap Tahun 1930, c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Per-01/Men/1982 Tentang Bejana Tekanan 2) Pesawat angkat/angkut, sebagaimana diatur dalam: a) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja b) Permenaker Nomor Per. 05/Men/1985 Tentang Pesawat Angkat dan Angkut c) Permenaker Nomor Per.01/Men/1989 Tentang Kwalifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran Angkat 3) Pesawat tenaga dan produksi, sebagaimana diatur dalam: a) UU Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

17 45 b) Permenaker Nomor Per 04/Men/1985 Tentang Pesawat Tenaga dan Produksi c) SE Dirjen Binwasnaker Nomor 461/BW/2000 Tentang Operator Genset 4) Instalasi listrik, penyalur petir, dan lift sebagaimana diatur dalam: a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatn Kerja b) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.75/Men/2002 Tentang Pemberlakuan SNI tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja c) Permenaker Nomor Per 02/Men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir d) Permenaker Nomor Per.03/Men/1999 Tentang Syarat-Syarat Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Barang dan Orang e) Kepmenaker Nomor Kep.407/M/BW/1999 Tentang Persyaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Listrik 5) Sarana penanggulangan kebakaran, sebagaimana diatur dalam: a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja b) Permenaker Nomor Per 04/MEN/1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan c) Instruksi Menteri Tenaga Kerja Nomor Ins 11/M/B/ 1997 Tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran d) Permenaker Nomor Per 02/MEN1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik 6) Konstruksi Bangunan, sebagaimana diatur dalam:

18 46 a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja b) Permenaker Nomor 01/Men/1980 Tentang K3 Konstruksi Bangunan c) Permenaker Nomor 05/Men/1985 Tentang Pesawat Angkat dan Angkut d) Kep Dirjen Binwasnaker Nomor Kep 20/DJPPK/VI/2006 Tentang Ahli Muda, Madya, Utama pada Konstruksi e) SKB Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Kep. 174/Men/1986 Tentang K3 Tempat Kegiatan Konstruksi Bangunan f) SE Dirjen Binawas Nomor 147/BW/KK/IV/1997 Tentang Wajib Lapor Pekerjaan/Proyek Konstruksi 7) Kesehatan kerja, sebagaimana diatur dalam: a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja b) Permenaker Nomor 01/Men/1976 Tentang Wajib Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan c) Permenaker Nomor 01/Men/1979 Tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan K3 Bagi Paramedis Perusahaan d) Permenaker Nomor 02/Men/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja, Permenaker Nomor 01/Men/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja e) Permenaker Nomor 03/Men/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja f) Permenaker Nomor 04/Men/1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter Penasehat

19 47 g) Kepmenaker Nomor 20/Men/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja h) Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan di Tempat Kerja. 8) Lingkungan kerja, sebagaimana diatur dalam: a) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. b) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. c) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja. 9) Keselamatan Kerja Kimia a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja b) Permenaker Nomor Per. 02/Men/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli K3 c) Kepmenaker Nomor Kep.187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya. d) SE. Menaker Nomor 01/Men/1997 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia e) Permenaker Nomor Per. 04/Men/1995 Tentang Perusahaan Jasa K3. f) Permenaker Nomor Per. 03/Men/1985 tentang K3 Pemakaian Asbes. g) Kepmenakertras Nomor Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

20 48 Setiap perencanaan pembuatan/penggunaan objek K3 harus mendapatkan pengesahan dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta, kecuali ditentukan lain. Pengesahan objek K3 tersebut dapat digambarkan dengan alur sebagai berikut: Ragaan 4. Diagram alur pengesahan objek K3 1) Penyerahan fomulir permohonan dan syarat administratif Perusahaan menyerahkan berkas berupa formulir dan melengkapi syarat-syarat administratif kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta. Syarat administratif ini berupa permohonan secara tertulis dengan melampirkan gambar perencanaan objek K3 yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila berkas tidak lengkap

21 49 maka dikembalikan kepada perusahaan untuk melengkapi kekurangannya. 2) Riksa uji objek K3 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta akan melakukan riksa uji objek K3 apabila sudah memenuhi syarat administratif. Riksa uji objek ini dilakukan dalam jangka waktu 2-7 hari. Syarat mengenai objek K3 ini tergantung pada kategori objek K3 yang dimiliki dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Dalam riksa uji ini, pegawai pengawas ketenagakerjaan memeriksa secara langsung objek K3 yang ada di perusahaan tersebut. Terhadap objek K3 yang belum memenuhi persyaratan diberikan nota pemeriksaan untuk selanjutnya harus ditindak lanjuti oleh perusahaan 3) Pengesahan Apabila objek K3 di perusahaan tersebut sudah memenuhi persyaratan sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan memenuhi standar maka dapat dilanjutkan proses pengesahan sertifikat K3 sebagai bentuk perijinan. 3. Pelaporan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta harus memberikan laporan periodik kepada kantor pengawasan pusat mengenai hasil kegiatan pengawasan yang dilaksanakan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 81 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan. Tata cara mengenai penyampaian laporan data pengawasan ketenagakerjaan disesuaikan dengan aturan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

22 50 Nomor: PER.09/MEN/V/2005 Tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Pelaksanaan Ketenagakerjaan. Adapun data pengawasan yang perlu dilaporkan adalah sebagai berikut: 1) Pegawai pengawas ketenagakerjaan 2) Objek pengawasan ketenagakerjaan 3) Objek pengawasan norma jamsostek 4) Kegiatan pemeriksaan dan pengujian 5) Perijinan objek pengawasan ketenagakerjaan 6) Jenis kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja 7) Jenis pelanggaran dan tindak lanjut 8) Penyidikan. Pegawai pengawas ketenagakerjaan secara individual wajib membuat laporan setiap kegiatan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan laporan individu tersebut, laporan pelaksanaan pengawasan di kabupaten/kota disampaikan kepada instansi di Provinsi. Sedangkan pada pengawasan secara teknis, pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan langsung keadaan objek k3 yang ada di perusahaan. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: SE.918/MEN/PPK-SES/XI/2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan di Propinsi dan Kabupaten/Kota menyatakan bahwa pemeriksaan dan atau pengujian terhadap obyek pengawasan ketenagakerjaan keselamatan dan kesehatan kerja harus dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan spesialis sesuai bidang spesialisasinya dengan cara: 1. Pemeriksaan Pertama Pemeriksaan lengkap yang dilakukan kepada perusahaan atau tempat kerja baru yang belum pernah diperiksa. Dalam hal ini, Dinas

23 51 Sosial Tenaga Kerja melakukan pemeriksaan untuk pertama kali terkait kelengkapan persyaratan teknis objek K3 pada wajib lapor perusahaan. 2. Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan rutin yang dilakukan setelah pemeriksaan pertama baik secara lengkap maupun tidak. Pemeriksaan pada tahap ini dilakukan terhadap objek k3 sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. 3. Pemeriksaan Ulang Pemeriksaan yang dilakukan karena adanya keraguan terhadap pemeriksaan sebelumnya. 4. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan yang dilakukan terhadap masalah ketenagakerjaan yang bersifat khusus seperti pengujian, kecelakaan, adanya laporan pihak ketiga, perintah atasan. Dinas Sosial Tenaga Kerja Surakarta belum bisa melakukan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3 secara penuh karena masih banyak perusahaan di Surakarta yang belum menerapkan SMK3. Selain itu, peraturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengawasan SMK3 belum ada. Sehingga sampai saat ini, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta masih terfokus pada pembangunan komitmen K3 dan pengawasan pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3 di perusahaan agar selanjutnya dapat diintegrasikan ke dalam sistem manajemen perusahaan.

24 52 B. Implikasi Hukum Bagi Perusahaan yang Tidak Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 1. Kewajiban bagi Perusahaan untuk Menerapkan SMK3 Pada dasarnya, tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan kerja. Perlindungan tenaga kerja sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Salah satunya adalah perlindungan tersebut diwujudkan dalam bentuk keselamatan dan kesehatan kerja. Mengingat adanya bahaya dan resiko kecelakaan kerja, Pemerintah membuat kebijakan bagi perusahaan untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya kerugian akibat kecelakaan kerja bagi pengusaha maupun pekerja. Sebagai langkah untuk mengintegrasikan penerapan K3 dalam suatu sistem manajemen perusahaan, Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mewajibkan setiap perusahaan untuk menerapkan SMK3. Dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka mempertegas kewajiban bagi perusahaan untuk menerapkan SMK3. Penerapan SMK3 dimaksudkan untuk mengefektifkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, mencegah risiko kecelakaan dan penyakit akibat kecelakaan kerja, serta

25 53 menciptakan kondisi perusahaan yang aman,nyaman dan efisien untuk mendorong produktifitas perusahaan. Kewajiban bagi perusahaan untuk menerapkan SMK3 sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berlaku bagi perusahaan yang: a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Yang dimaksud dengan tingkat potensi bahaya tinggi adalah perusahaan yang memiliki potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa manusia, terganggunya proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan: a. Penetapan Kebijakan K3 Penetapan kebijakan K3 dilaksanakan untuk membangun komitmen perusahaan dalam menerapkan K3. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalu tinjauan awal kondisi K3 dan proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh. Untuk melaksanakan penetapan kebijakan K3 pengurus/pengusaha harus: 1) Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan 2) Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan saranasarana lain yang diperlukan di bidang K3 3) Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3 4) Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi

26 54 5) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3 b. Perencanaan K3 Rencana yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : 1) Tujuan dan sasaran Tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan. Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3 harus berkonsultasi dengan wakil pekerja/buruh, ahli K3, P2K3, dan pihak-pihak lain yang terkait. 2) Skala prioritas Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko, dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam perencanaan 3) Upaya pengendalian bahaya Dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung diri. 4) Penetapan sumber daya Untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan 5) Jangka waktu pelaksanaan Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu pelaksanaan 6) Indikator pencapaian Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3

27 55 7) Sistem pertanggung jawaban Pengusaha harus menetapkan sistem pertanggung jawaban sesuai fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan untuk menjamin perencanaan K3 dapat dilaksanakan c. Pelaksanaan Rencana K3 Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan: 1) Menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai kualifikasi. Dalam menyediakan SDM yang mempunyai kualifikasi tersebut, perusahaan harus membuat prosedur pengadaan secara efektif, melakukan konsultasi, motivasi, dan kesadaran, menunjuk pihak yang berwenang terhadap tanggung jawab dan tanggung gugat, serta mengadakan pelatihan dan kompetensi kerja. 2) Menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.prasarana dan sarana tersebut meliputi organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3, anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh, instruksi kerja, dan prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian, Dimana kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi: 1) Tindakan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja 2) Perancangan dan rekayasa yang bertahap. d. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 Pemantauan dan evaluasi kinerja yang K3 dilaksanakan di perusahaan meliputi :

28 56 1) Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran yang harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan objek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku 2) Audit internal SMK3 yang dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan. Audit ini harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 Hal ini dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna mencapai tujuan SMK3. Pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja harus : 1) Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala 2) Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. 2. Implikasi Yuridis bagi Perusahaan yang Tidak Menerapkan SMK3 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta menggolongkan perusahaan ke dalam beberapa kategori. Selain penggolongan menurut sektor lapangan usaha, perusahaan juga dikelompokkan berdasarkan jumlah tenaga kerja. Tabel dibawah ini memberikan gambaran mengenai mengenai jumlah perusahaan menurut sektor lapangan usaha dan kategori perusahaan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada di Surakarta:

29 57 Tabel 1. Kategori dan Jumlah Perusahaan di Surakarta Kategori Perusahaan No Sektor Lapangan Usaha Kecil Sedang Besar <26 26 TK< Pertanian, Kehutanan Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bangunan Perdagangan Besar, RM, dan Hotel 7 Angkutan, Pergudangan Keuangan, Asuransi Jasa Kemasyarakatan, Sosial, Perorangan JUMLAH Sumber: Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta Dari data tersebut diketahui jumlah perusahaan yang wajib SMK3 di Surakarta sebanyak 91 perusahaan. Namun dari jumlah tersebut belum semua menerapkan SMK3. Dari laporan yang masuk ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Surakarta, baru ada dua perusahaan di Surakarta yang menerapkan SMK3 yaitu PT. Telkom dan PT. PLN Surakarta. Hal demikian merupakan gambaran buruk akan kesadaran perusahaan dalam menerapkan SMK3. Pengawas Ketenagakerjaan di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta mengungkapkan, pembinaan yang dilakukan baik dari daerah maupun pusat sudah cukup untuk memberikan keterangan

30 58 teknis dan nasihat kepada perusahaan untuk menerapkan SMK3. Namun pada kenyataannya, penerapan SMK3 ini masih menemui kendala. Banyaknya perusahaan yang belum menerapkan SMK3 di kota Surakarta ini dikarenakan beberapa hal, antara lain: 1. Kurang kuatnya komitmen perusahaan Salah satu prinsip dari SMK3 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penetapan kebijakan K3. Dimana dalam peneetapan kebijakan K3 ini diperlukan komitmen yang kuat antara pengusaha dengan pekerja untuk bersama-sama membangun budaya K3. Di Surakarta, SMK3 belum bisa diterapkan secara maksimal karena komitmen perusahaan terhadap budaya K3 sendiri masih lemah. Dari hasil pemeriksaan objek K3 di perusahaan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta masih menemukan adanya syarat-syarat objek K3 yang belum dipenuhi oleh perusahaan. 2. Adanya anggaran khusus untuk pemeliharaan objek K3 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk: a. keberlangsungan organisasi K3 b. pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja c. pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evaluasi, peralatan pengendalian, peralatan pelindung diri. Adanya kewajiban alokasi anggaran tersebut tentunya memaksa perusahaan menyiapkan biaya yang cukup tinggi untuk melakukan pengadaan dan perbaikan terhadap obyek K3 serta peningkatan kualitas SDM. Manajemen perusahaan melihat K3 hanya

31 59 sebagai sistem pendukung yang masih menjadi cost centre dan belum bisa berkontribusi pada profit perusahaan 3. Kurangnya jumlah tenaga pegawai pengawas ketenagakerjaan Di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta hanya mempunyai tiga pegawai pengawas ketenagakerjaan. Kepala bidang keselamatan dan kesehatan kerja jumlah pengawas ketenagakerjaan mengungkapkan dengan ruang lingkup tanggung jawab K3 yang begitu luas jumlah pegawai pengawas yang sangat sedikit ini membuat kinerja Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta kurang efektif, mengingat jumlah perusahaan yang ada di Surakarta juga cukup banyak. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta mengungkapkan akan meningkatkan kesadaran perusahaan dengan melakukan pembinaan berupa bimbingan teknis dan sosialisasi ke perusahaan-perusahaan untuk memberikan informasi dan pelatihan secara terus menerus. Di samping itu, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta juga menghimbau kepada perusahaan untuk menempelkan poster peringatan K3 untuk mengingatkan perntingnya peran K3 dalam operasional perusahaan. Untuk mengatasi jumlah pegawai pengawas yang terbatas, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta meminta kerjasama dengan unit pengawasan kabupaten/kota lain untuk membantu melakukan pemeriksaan. Kewajiban terhadap penerapan K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan ini tidak hanya berlaku secara nasional tetapi juga secara internasional, yang lebih dikenal dengan istilah Occupational Health and Safety Management Systems (OHSMS). Jika dikaji lebih dalam dari segi kemanfaatan, sebanarnya banyak hal positif yang bisa

32 60 diperoleh dengan diterapkannya SMK3 karena bagaimanapun peraturan perundang-undangan dibuat untuk kebaikan semua pihak dalam hal ini bagi perusahaan, pekerja, maupun pemerintah. a. Bagi Perusahaan Dalam studinya, beberapa researcher dari berbagai negara menjelaskan ada beberapa manfaat yang bisa didapat dari diterapkannya SMK3, antara lain: 1) Valuing human capital, which enables the maximum safety within an organization. The aim is to minimize or eliminate occupational accidents and diseases acquired in the workplace. (Gilberto Santos, 2012:33). Dengan adanya manajemen risiko, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terkendali. Tentunya hal tersebut akan menciptakan lingkungan kerja yang aman, stabil dan kondusif sesuai dengan tujuan utama penerapan SMK3. 2) Enchanched communication, furthermore employees benefit from learning new skills and/or exchange of ideas and expertise across the different departments. SMK3 meminta komitmen menajemen dan partisipasi dari semua karyawan sehingga totalitas keterlibatan manajemen dengan pekerja sangat dituntut untuk menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3. Keterlibatan ini akan memberikan lebih banyak peluang untuk melakukan peningkatan atau perbaikan yang lebih efektif bagi perusahaan dan sebagai langkah untuk mendekatkan hubungan antar pengusaha dan pekerja. 3) Cost savings and positive market image, substantial cost savings and positive impact on their bottom-line as a result of more

33 61 effective and efficient operational processes and procedures and better utilisation of resources. Manajemen keselamatan kerja yang efektif akan menguntungkan perusahaan karena meminimalisir biaya langsung maupun biaya tidak langsung yang timbul karena adanya kecelakaan kerja. Biaya langsung terdiri dari biaya medis, premi untuk asuransi, kerugian hak milik. Biaya tak langsung adalah biaya tambahan lain, pengurangan produktivitas, keterlambatan jadwal, bertambahnya waktu administratif, kerusakan fasilitas, dan hal yang makin sulit diukur tetapi riil yaitu penderitaan manusia dan menurunnya moril. Nama perusahaan akan terkena dampak buruk yang dapat berakibat berkurangnya pelanggan yang jelas berpengaruh terhadap masuknya dana perusahaan ( Bambang Endroyo, 2006 : 13). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik bisa mengurangi resiko biaya tinggi akibat kecelakaan kerja. Selain itu, perusahaan yang mempunyai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik akan memberikan image yang positif terhadap mitra kerja karena operasional perusahaan yang baik. b. Bagi Pekerja Dengan diterapkannya SMK3, hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terpenuhi sehingga pekerja akan merasa aman dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Lingkungan kerja yang aman, stabil dan kondusif ini akan meningkatkan produktifitas pekerja. ( tanggal 10 September 2013) diakses Selain itu, keterlibatan pekerja dengan manajemen perusahaan dalam SMK3 menuntut pekerja lebih peka terhadap kebutuhan akan pengetahuan K3. Dengan begitu, pekerja akan mengalami peningkatan keterampilan di bidang K3.

34 62 c. Bagi Pemerintah Penerapan SMK3 yang efektif akan menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Pegawai pengawas ketenagakerjaan di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta juga menjelaskan apabila SMK3 dapat diterapkan dengan baik, produktifitas perusahaan akan meningkat sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga akan meningkat. Terhadap pelanggaran tidak diterapkannya SMK3 oleh perusahaan sebagaimana yang sudah diatur dalam Pasal 87 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta dapat mengenakan sanksi administratif terhadap perusahaan. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berupa: a. Teguran b. Peringatan tertulis c. Pembatasan kegiatan usaha d. Pembekuan kegiatan usaha e. Pembatalan persetujuan f. Pembatalan pendaftaran g. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi h. Pencabutan ijin. Namun dalam pelaksanaan penegakan hukumnya, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Surakarta hanya mengenakan sanksi administratif berupa teguran dan peringatan tertulis. Dengan pertimbangan, apabila perusahaan sampai dicabut ijin usahanya, maka akan muncul dampak sosial dan ekonomi secara luas.

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah disingkat Disnakertrans Prov. Jateng merupakan organisasi

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 BIMBINGAN TEKNIS SMK3 KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN 1 KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI BALAI PENINGKATAN

Lebih terperinci

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No. DASAR HUKUM - 1 Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945 Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan UU No.1 Tahun 1970 Peraturan Pelaksanaan Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE; UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA SALINAN NOMOR 30/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DRAFT PERBAIKAN RAPAT KEMKUMHAM TANGGAL 24 SEPT 2010 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETENAGAKERJAAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 1 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI TUJUAN PENGAJARAN Tujuan Umum: peserta mengetahui peraturan perundangan dan persyaratan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 1 30.F t JHUN 2008 TENTANG. PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN SOSIAL KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 99 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA PEKANBARU DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-F TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-F TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-F TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.540, 2015 KEMENAKER. Listrik. Tempat Kerja. Kesehatan Kerja. Keselamatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI

TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 48 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 48 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA MATARAM DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PEMADAM KEBAKARAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA. KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA Nomor 36 Tahun 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA. KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA Nomor 36 Tahun 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA Nomor 36 Tahun 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS KEPENDUDUKAN, TENAGA KERJA DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA, ADMINISTRATOR DAN PENGAWAS DI LINGKUNGAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-F TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-F TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 36 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-F TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 100) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 61 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS TENAGA KERJA KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PERLINDUNGAN DI BIDANG KETENAGAKERJAAN

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PERLINDUNGAN DI BIDANG KETENAGAKERJAAN BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PERLINDUNGAN DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEPENDUDUKAN, CATATAN SIPIL, SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MANDAILING

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TATA KERJA, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS TENAGA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Perda Kab. Belitung No. 22 Tahun

Perda Kab. Belitung No. 22 Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG.PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO Menimbang :a. bahwa Daerah otonomi

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat Sebagai perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah terbentuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA, DAN TRANSMIGRASI

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA, DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti, pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas utama yang harus

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENANAMAN MODAL KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT - 156 - BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SALINAN NOMOR 44, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 134 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 134 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 134 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 Ayat 2 bahwa

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 Ayat 2 bahwa BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 Ayat 2 bahwa pembangunan ketenagakerjaan ditunjuk untuk menyediakan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA KABUPATEN BLORA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2003 TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 21 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA DAN TENAGA KERJA KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 49 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-S TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 49 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-S TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 49 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-S TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930; 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 rentang Pemerintahan Daerah; 11. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 178 ayat (2) Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.Q Tahun 2006

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.Q Tahun 2006 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.Q Tahun 2006 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

K3 Konstruksi Bangunan

K3 Konstruksi Bangunan K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2008

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2008 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci