2 menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan"

Transkripsi

1 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430, 2015 KEMENPU-PR. Konstruksi Berkelanjutan. Infrastruktur. Pekerjaan Umum. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman wajib memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan hidup dan mendukung pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian infrastruktur dengan lingkungan hidupnya; b. bahwa dalam rangka mewujudkan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas, diperlukan Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu

2 2 menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 95); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4532); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Barang Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan

3 3 Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16); 10.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum; 11.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2011; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN. BAB 1 KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Konstruksi berkelanjutan adalah sebuah pendekatan dalam melaksanakan rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menciptakan suatu fasilitas fisik yang memenuhi tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan pada saat ini dan pada masa yang akan datang, serta memenuhi prinsip berkelanjutan. 2. Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman adalah fasilitas fisik untuk mendukung kegiatan masyarakat dalam hal sumber daya air, jalan dan jembatan, bangunan gedung, perumahan dan kawasan permukiman. 3. Infrastruktur berkelanjutan adalah infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan konstruksi berkelanjutan. 4. Penyelenggaraan infrastruktur adalah kegiatanyang meliputi tahapan pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan sertapembongkaran. 5. Pemrograman adalah perencanaan awal untuk menetapkan tujuan, strategi, langkah-langkah yang harus dilakukan, jadwal, serta kebutuhan sumber daya, terutama pendanaan, untuk mewujudkan

4 4 infrastruktur. 6. Perencanaan teknis adalah kegiatan yang berupa proses pemikiran, kreasi, dan perekayasaan dalam rangka mewujudkan infrastruktur. 7. Pelaksanaan konstruksi adalah rangkaian kegiatan untuk mewujudkan fisik infrastruktur yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan teknis. 8. Pemanfaatan adalah rangkaian kegiatan penggunaan dan pengelolaan, serta upaya menjaga keandalan infrastruktur melalui pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan berkalaagar selalu laik fungsi. 9. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian infrastruktur beserta bangunan pelengkapnya. 10. Pengadaan berkelanjutan (sustainable procurement) adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa yang memenuhi prinsip berkelanjutan sehingga memberikan manfaat tidak hanya untuk pengguna barang/jasa tetapi juga untuk masyarakat dan perekonomian dengan meminimalkan dampak kerusakan lingkungan. 11. Unit Organisasi Teknis adalah Unit Organisasi Eselon 1 di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menyelenggarakan infrastruktur berkelanjutan. 12. Menteri adalahmenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bagian Kedua Maksud, Tujuan dan Lingkup Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi penyelenggara Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman dalam mengimplementasikan pendekatan konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. (2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman yang memenuhi persyaratan keandalan teknis dan prinsip berkelanjutan. (3) Lingkup Peraturan Menteri ini meliputi implementasi konstruksi berkelanjutan, komisi implementasi konstruksi berkelanjutan,dan pembinaan implementasi konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman.

5 5 BAB II IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN Bagian Kesatu Umum Pasal 3 (1) Sesuai dengan pendekatan Konstruksi Berkelanjutan, prinsip berkelanjutan, yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, wajib diterapkan dalam penggunaan sumber daya yang digunakan pada setiap tahapan penyelenggaraan infrastruktur. (2) Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kesamaan tujuan, pemahaman serta rencana tindak; b. pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air, sumber daya alam maupun sumber daya manusia (reduce); c. pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun nonfisik; d. penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse); e. penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle); f. perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya pelestarian; g. mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim dan bencana; h. orientasi kepada siklus hidup; i. orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan; j. inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan k. dukungankelembagaan, kepemimpinan dan manajemen dalam implementasi. (3) Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Lahan; b. Energi; c. Air; d. Material; dan e. Ekosistem.

6 6 (4) Tahapan penyelenggaraan infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Pemrograman; b. Perencanaan teknis; c. Pelaksanaan konstruksi; d. Pemanfaatan; dan e. Pembongkaran. (5) Infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman yang diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan Konstruksi Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberi predikat sebagai infrastruktur berkelanjutan. Pasal 4 (1) Unit Organisasi Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat wajib menyelenggarakan infrastruktur berkelanjutansesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan. (2) Rencana penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam dokumen rencana strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan/atau dalam dokumen perencanaan lain yang terpisah yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari dokumen rencana strategis. (3) Dalam hal penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dituangkan dalam dokumen rencana strategis, dan/atau dalam dokumen penjabarannya, paling lambat pada tahun ke-2 sejak diberlakukan Peraturan Menteri ini, Unit Organisasi Teknis wajib menetapkan paling sedikit 1 (satu) kegiatan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan di unit kerjanya. Pasal 5 (1) Petunjuk teknis dalam penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan pada setiap tahapan penyelenggaraan mengacu kepada persyaratan teknis danpersyaratan teknis infrastruktur berkelanjutan yang harus ditetapkan oleh setiap Unit Organisasi Teknis. (2) Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat persyaratan teknis, persyaratan teknis infrastruktur berkelanjutan, target umum pengurangan emisi karbon minimal, dan kriteria penilaian (rating tools). (3) Dalam hal Unit Organisasi Teknisbelum mempunyai peraturan persyaratan teknis infrastruktur berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Unit Organisasi Teknis dapat berpedoman pada peraturan dan praktik penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan

7 7 yang sudah ada (best practices), sampai ditetapkannya persyaratan teknis infrastruktur berkelanjutan. (4) Dalam hal Unit OrganisasiTeknis telah mempunyai persyaratan teknis infrastruktur berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, persyaratan teknis tersebut harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal 6 Penyelenggaraan infrastruktur yang sudah atau sedang dilaksanakan, setelah ditetapkan oleh Menteri, dapat ditingkatkan fungsi/kinerjanya menjadi infrastruktur berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini. Bagian Kedua TahapPemrograman Pasal 7 (1) Pemrograman infrastruktur berkelanjutan harus dilaksanakan sejak awal oleh Unit Organisasi Teknis untuk memastikan ketersediaan, keberlangsungan dan keberlanjutan pemenuhan sumber daya dalam pencapaian tujuan pada tahapan selanjutnya. (2) Tahap pemrograman infrastruktur berkelanjutan meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Unit Organisasi Teknis menetapkan objek infrastruktur berkelanjutan yang akan diselenggarakan dengan mengacu kepada dokumen rencana strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan/atau dalam dokumen perencanaan lain; b. menetapkan tingkat pencapaian penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutanberdasarkan pada kebutuhan; c. mengidentifikasi pihak yang berkepentingan dalam pemrograman, dan membangun kejasama mulai dari awal tahapan; d. menyamakan visi keberlanjutan pada semua pihak yang berkepentingan; e. menetapkan metode penyelenggaraan proyek (project delivery system) yang sesuai dengan kompleksitas infrastruktur berkelanjutan serta kemampuan yang dimiliki; f. menetapkan konsepsi teknis awal, memilih teknologi dan merencanakan pembiayaan untuk penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan pada seluruh tahapan dengan pendekatan biaya siklus hidup (life cycle cost); g. mengkaji kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang, Rencana Induk (Master Plan),dan kelayakan penyelenggaraan infrastruktur

8 8 berkelanjutan dari segi teknis, ekonomi, sosial, dan dampaknya terhadap lingkungan; h. jika konsepsi teknis awal, kajian kelayakan, dan/atau kajian lain pada tahap pemrograman dilakukan oleh penyedia jasa, proses pemilihan penyedia jasa berdasarkan kualitas penyedia jasa yang dapat mengakomodasi kebutuhan kajian awal infrastruktur berkelanjutan atau mengacu kepada proses pengadaan berkelanjutan (sustainable procurement) yang berlaku; i. melaksanakan pemrograman seluruh tahapan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dengan kejelasan lingkup, pendanaan, dan jadwalnya dalam bentuk paket pekerjaan beserta pengelolaan risiko dalam pelaksanaannya; dan j. menyiapkan laporan akhir tahapan pemrograman yang berisi tujuan, lingkup, pembiayaan, jadwal, konsepsi teknis awal, kelayakan, pengelolaan risiko, dan metoda penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan. (3) Hasil dari kegiatan tahap pemrograman adalah dokumen pemrograman. (4) Langkah dan teknik pengelolaan yang harus dilakukan pada tahap pemrograman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini. Bagian Ketiga Tahap Perencanaan Teknis Pasal 8 (1) Perencanaan teknis infrastruktur berkelanjutan harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis dan persyaratan teknis infrastuktur berkelanjutan untuk memastikan keterbangunan pada tahap pelaksaaan konstruksi dan kinerja infrastruktur pada tahapan pemanfaatan dan pembongkaran. (2) Tahap perencanaan teknis infrastruktur berkelanjutan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. mengidentifikasi pihak yang berkepentingan, dan melibatkannya pada kegiatan perencanaan teknis; b. jika perencanaan teknis dilakukan oleh penyedia jasa, proses pemilihan penyedia jasa dilakukan berdasarkan kualitas penyedia jasa dengan kriteria seleksi yang mempertimbangkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang bersangkutan dalam perencanaan teknis infrastruktur berkelanjutan atau mengacu kepada proses pengadaan berkelanjutan (sustainable procurement) yang berlaku;

9 9 c. mengkomunikasikan kembali tujuan, lingkup, dan target penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam perencanaan teknis; d. menetapkan kriteria rancangan infrastruktur berkelanjutan dengan mengacu kepada persyaratan teknis dan administratif terkait; e. memproses perencanaan teknis yang terintegrasi dengan semua pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan infrastruktur berkelanjutan; f. memastikan kualitas hasil perencanaan teknis dengan melakukan kaji ulang baik secara internal tim maupun menggunakan pihak independen jika diperlukan; dan g. menyiapkan laporan akhir tahap perencanaan teknis berupa laporan rencana teknis, dokumen gambar, dokumen spesifikasi, dan perkiraan biaya siklus hidup penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan. (3) Hasil dari kegiatan tahap perencanaan teknis adalah dokumen perencanaan teknis. (4) Langkah dan teknik pengelolaan yang harus dilakukan pada pada tahap perencanaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini. Bagian Keempat Tahap Pelaksanaan Konstruksi Pasal 9 (1) Pelaksanaan konstruksi infrastruktur berkelanjutan harus dilaksanakan dengan pendekatan konstruksi hijau dan memperhatikan aspek sosial dan ekonomi di lokasi. (2) Tahap pelaksanaan konstruksi infrastruktur berkelanjutan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. mengidentifikasi pihak yang berkepentingan, dan melibatkannyapada tahap pelaksanaan konstruksi; b. memilih penyedia jasa pelaksana konstruksi profesional dilakukan berdasarkan kualitas penyedia jasa dengan kriteria evaluasi yang mempertimbangkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang bersangkutan dalam pelaksanaan konstruksi infrastruktur berkelanjutan atau mengacu kepada proses pengadaan berkelanjutan (sustainable procurement) yang berlaku. c. mewajibkan pelaksana konstruksi profesional untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi di lapangan dengan menerapkan pendekatan

10 10 konstruksi hijau yang meliputi perilaku dan praktik hijau, proses konstruksi hijau, dan rantai pasok hijau; d. melaksanakan rangkaian kegiatan konstruksi dengan memperhatikan: 1. kesamaan tujuan dari setiap pihak yang terlibat; 2. peran setiap pihak yang terlibat; 3. kontrak kerja sama yang disepakati; dan 4. penetapan target capaian yang realistis; e. memastikan hasil dari tahap pelaksanaan konstruksi dapat dimanfaatkan oleh pengelola atau pengguna dengan mengikutsertakan calon pengelola atau pengguna dalam penerimaan hasil pekerjaan dan pelatihan penggunaan infrastruktur berkelanjutan; dan f. menyerahkan hasil pelaksanaan konstruksi kepada calon pengelola atau pengguna beserta dokumentasi atau laporan akhir pelaksanaan konstruksi berupa gambar kerja (shop drawing), gambar terbangun (as-built drawing), serta manual pemanfaatan dan pemeliharaan infrastrukturberkelanjutan disertai pernyataan kelaikan pemanfaatan oleh instansi yang berwenang. (3) Hasil dari kegiatan tahap pelaksanaan konstruksi adalah dokumen pelaksanaan konstruksi. (4) Langkah dan teknik pengelolaan yang harus dilakukan pada tahap pelaksanaan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini. Bagian Kelima Tahap Pemanfaatan Pasal 10 (1) Infrastruktur berkelanjutan harus dimanfaatkan dengan optimal dan dipelihara agar kinerjanya dapat dipertahankan sesuai dengan umur layanan sehingga dapat berkontribusi kepada ketercapaian tujuan dengan pendekatan pengelolaan aset. (2) Tahap pemanfaatan infrastruktur berkelanjutan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. membuat rencana pemanfaatan infrastruktur berkelanjutan selama umur layanan; b. melakukan sosialisasi, promosi, dan edukasi kepada pengguna untuk mendukung pemanfaatan infrastruktur berkelanjutan;

11 11 c. melaksanakan pemanfaatan sesuai dengan rancangan infrastruktur berkelanjutan yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan prinsip berkelanjutan; d. mengelola rangkaian kegiatan pemanfaatan, termasuk monitoring dan evaluasi kondisi komponen infrastruktur berkelanjutan; e. melakukan uji kelaikan infrastruktur berkelanjutan secara periodik dan setelah mendekati akhir masa layanan; f. melakukan peningkatan fungsi atau pengalihan fungsi dari infrastruktur berkelanjutan namun harus dilakukan atas permintaan pemilik yang berdasarkan hasil uji kelaikan terkini; g. melakukan pengadaan penyedia jasa konstruksi profesional dilakukan berdasarkan kualitas penyedia jasa dengan kriteria evaluasi yang mempertimbangkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kegiatan yang terkait pemanfaatan dan/atau pemeliharaan infrastruktur berkelanjutan atau mengacu kepada proses pengadaan berkelanjutan (sustainable procurement) yang berlaku; dan h. melakukan dokumentasi yang tertib terhadap semua proses dan hasil rangkaian kegiatan pemanfaatan infrastruktur berkelanjutan berupa laporan pengelolaan aset, laporan kondisi fisik, dan laporan kelaikan fungsi infrastruktur berkelanjutan. (3) Hasil dari kegiatan tahap pemanfaatan adalah dokumen pemanfaatan. (4) Langkah dan teknik pengelolaan yang harus dilakukan pada tahap pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini. Bagian Keenam Tahap Pembongkaran Pasal 11 (1) Infrastruktur berkelanjutan dapat dibongkar pada akhir masa layanan dengan pendekatan dekonstruksi agar tercapai tujuan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan secara utuh. (2) Pelaksanaan tahapan pembongkaran infrastruktur berkelanjutan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang berdasarkan laporan uji kelaikan infrastruktur berkelanjutan; b. membuat rencana pembongkaran dengan mempertimbangkan metode pembongkaran yang ramah lingkungan dan material atau komponen infrastruktur yang masih dapat digunakan kembali

12 12 (reuse) dan untuk mendapatkan material baru melalui proses siklus ulang (recycle); c. menetapkan penyedia jasa pelaksana pembongkaran dilakukan berdasarkan pada tingkat penggunaan kembali (reuse) dan tingkat siklus ulang (recycle) yang diusulkan calon pelaksana pembongkaran atau mengacu kepada proses pengadaan berkelanjutan (sustainable procurement) yang berlaku; d. melakukan proses pembongkaran sesuai dengan rencana pembongkaran sebagaimana dimaksud pada huruf b; dan e. melakukan tertib dokumentasi kegiatan pembongkaran terkait dengan proses dan material yang dapat digunakan kembali dan disiklus ulang. (3) Hasil dari kegiatan tahap pembongkaran adalah dokumen pembongkaran. (4) Langkah dan teknik pengelolaan yang harus dilakukan pada tahap pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan ini. BAB III KOMISI IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN Pasal 12 (1) Untuk mendukung implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman, Menteri membentuk Komisi Implementasi Konstruksi Berkelanjutan, yang terdiri atas Unit Organisasi Eselon I di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2) Komisi Implementasi Konstruksi Berkelanjutansebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas sebagai pengarah penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dari awal hingga akhir tahapan penyelenggaraan. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Komisi Implementasi Konstruksi Berkelanjutanmempunyai fungsi sebagai berikut: a. Menetapkan kegiatan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dan mengintegrasikan setiap tahapan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan; b. memberikan arahan umum dan teknik, kriteria/ target, serta kriteria penilaian (rating tools) dalam rangka menjamin penerapan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan; c. memberikan masukan perbaikan proses pada setiap tahapan

13 13 penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan berdasarkan laporan hasil pemantauan dan evaluasi; dan d. melaporkan hasil penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan secara terintegrasi. (4) Komisi Implementasi Konstruksi Berkelanjutandibantu oleh Sekretariat Tetap yang berkedudukan di Unit Eselon I yang melakukan pembinaan konstruksi. (5) Komisi Implementasi Konstruksi Berkelanjutansebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. BAB IV PEMBINAAN IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR Pasal 13 (1) Menteri melakukan pembinaan implementasi konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur. (2) Pelaksanaan pembinaan implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Unit Eselon I yang melakukan pembinaan konstruksi. (3) Pembinaan dilakukan kepada unit organisasi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pemerintah provinsi/kabupaten/kota, pengguna jasa, penyedia jasa, asosiasi profesi, dan asosiasi perusahaan konstruksi sebagai pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan. (4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. memfasilitasi harmonisasi peraturan terkait implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; b. menyebarluaskan peraturan perundang-undangan dan pedoman implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur; c. memfasilitasi pendampingan dalam penyusunan petunjuk dan standar teknis infrastruktur berkelanjutan; d. mengembangkan sistem insentif untuk mendorong pelaksanaan implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur; e. mendorong inovasi teknologi, penelitian dan pengembangan, dan verifikasi teknologi dalam rangka implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur;

14 14 f. mengelola sistem informasi, pemantauan, dan evaluasi implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur; g. melakukan pengawasan implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bersama dengan Unit Organisasi Eselon I; dan h. menyelenggarakan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dalam rangka implementasi konstruksi berkelanjutan padapenyelenggaraan infrastruktur, bersama dengan Unit Organisasi Eselon I. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 20 Maret 2015 MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 Maret 2015 MENTERI HUKUM DANHAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, M. BASUKI HADIMULJONO YASONNA H. LAOLY

15 15 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN PENJELASAN UMUM MENGENAI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN DAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN SERTA LANGKAH-LANGKAH TEKNIK PENGELOLAAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN BAGIAN I PENGANTAR 1. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang masih sangat sektoral, kurang bersandar pada pendekatan sistemik dan ekosistemik, mengutamakan capaian-capaian jangka pendek dan mengabaikan prospek keberlanjutan secara holistik dan komprehensif telah menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Pemerintah menyadari untuk melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), khususnya pada setiap tahapan penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman. Oleh karena itu, penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman wajib memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan hidup dan mendukung pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian infrastruktur dan lingkungan hidupnya. 2. Maksud dan Tujuan Maksud dari pedoman umum tentang implementasi konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastuktur di bidang pekerjaan umum dan permukiman ini adalah sebagai acuan bagi penyelenggara infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman dalam mengimplementasikan pendekatan konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman secara holistik, dari tahap pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran.

16 16 Adapun tujuan dari pedoman ini adalah tercapainya pembangunan berkelanjutan di Indonesia melalui penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang dilaksanakan dengan pendekatan konstruksi berkelanjutan. Dengan penerapan pendekatan konstruksi berkelanjutan, maka penyelenggaraan infrastruktur dilakukan secara holistik, sehingga semua tahapan kegiatan akan menghasilkan infrastruktur berkelanjutan dan memberikan kontribusi tercapainya tujuan akhir dari infrastruktur berkelanjutan itu sendiri berupa pembangunan berkelanjutan. Selain itu, setiap kegiatan terkait penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan akan lebih efisien, lebih efektif, lebih produktif, dan lebih ramah lingkungan. 3. Ruang Lingkup Pedoman ini mengatur tentang tata cara penerapan pendekatan konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman.

17 17 BAGIAN II KONSTRUKSI BERKELANJUTAN DAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN 1. Konstruksi Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan berangkat dari suatu tujuan yang mulia, yaitu mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat saat ini dan bagi generasi yang akan datang. Kondisi berkelanjutan ini dapat tercipta jika pembangunan tersebut dapat memenuhi tiga tujuan sekaligus, yaitu aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan mempertimbangan ketiga aspek tersebut, pembangunan akan dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat secara inklusif, tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, dan dengan penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan infrastruktur dapat mengubah kondisi dan fungsi lingkungan hidup, baik alam maupun kehidupan sosial, yang dalam siklus hidupnya - mulai tahap pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, hingga pembongkaran akan mengkonsumsi banyak sumber daya dan memberikan dampak kepada lingkungan hidup sekitarnya. Oleh karena itu, infrastruktur yang diselenggarakan dengan memperhatikan semua isu tersebut di atas sangat mendesak untuk diterapkan. Konstruksi Berkelanjutan (sustainable construction) adalah sebuah pendekatan yang berawal pada kesadaran sektor konstruksi terhadap pentingnya penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada sektor konstruksi dalam menciptakan infrastruktur yang diselenggarakannya. Pengertian dari konstruksi berkelanjutan dideskripsikan oleh CIB (Conseil International du Bâtiment atau International Council for Building), sebagaimana terlihat pada kerangka pikir pada Gambar 1 di bawah ini.

18 18 Reduce Reuse Recycle Protect Nature Eliminate Toxics Life-Cycle Costing Quality Deconstruction Modification Maintenance Use & Operation Construction Design Development Planning Land Materials Water Energy Ecosystems Phase Resources Principles Gambar 1. Kerangka Pikir Konstruksi Berkelanjutan (Sumber: CIB) Berdasarkan kerangka pikir tersebut, pengertian konstruksi berkelanjutan adalah semua kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan siklus hidup infrastruktur, dari perencanaan (planning) hingga pembongkaran (deconstruction) yang selalu mempertimbangkan penggunaan sumber daya, baik lahan, material, air, energi maupun ekosistem, dengan menerapkan tujuh prinsip berkelanjutan, yaitu reduce, reuse, recycle, protect nature, eliminate toxic, life-cycle costing, dan quality. Dalam kerangka pikir tersebut lingkup konstruksi berkelanjutan meliputi seluruh tahapan dari siklus hidup infrastruktur, termasuk tahap pelaksanaan konstruksi. CIB juga mengidentifikasi perlunya sebuah kondisi awal atau prasyarat yang harus dipenuhi dalam implementasi kerangka pikir konstruksi berkelanjutan tersebut, terutama bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Prasyarat yang harus ada dalam implementasi kerangka pikir konstruksi berkelanjutan terdiri dari teknologi, kelembagaan dan sistem tata nilai (value system), yakni sebagai berikut: 1. Prasyarat Teknologi. Diperlukan adanya terobosan dan inovasi teknologi yang diperoleh melalui penelitian dan pengembangan dan mengadopsi budaya/ kearifan lokal dalam

19 19 konteks kemudahan penerapan menyangkut sumber daya manusia, material, peralatan, dan dapat diterima masyarakat (community acceptable). 2. Prasyarat Kelembagaan. Kelembagaan yang fungsional dan mendukung pembangunan berkelanjutan yang diperlukan meliputi: a. anggota rantai pasok konstruksi, seperti pemerintah tingkat nasional dan lokal; b. lembaga perencanaan dan pelaksanaan; c. lembaga pendukung (seperti lembaga keuangan); d. lembaga akademik dan penelitian; e. asosiasi profesi; f. organisasi non pemerintah; dan g. organisasi berbasis komunitas. Lembaga-lembaga tersebut harus memahami dan mendukung prinsip konstruksi berkelanjutan; yakni konstruksi berkelanjutan menjadi aspek kebijakan, peraturan dan tata pemerintahan; dan kapasitas untuk mengimplementasikan inisiatif konstruksi berkelanjutan dikembangkan melalui pengembangan keterampilan dasar yang diperlukan, mekanisme pendanaan, dan kemitraan. 3. Prasyarat Sistem Tata Nilai. Keberhasilan konstruksi berkelanjutan bergantung pada sikap, kesadaran, dan perilaku individu dan kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) terkait dalam membuat keputusan yang didasarkan sistem tata nilai yang mendorong terbentuknya keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan mengacu kepada prinsip berkelanjutan yang dikembangkan CIB sesuai Gambar 1, dan juga memperhatikan prasyarat yang harus dipenuhi oleh negaranegara berkembang, seperti Indonesian, maka yang dimaksud dengan prinsip berkelanjutan secara keseluruhan adalah sebagai berikut: (2) kesamaan tujuan, pemahaman serta rencana tindak; (3) pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air, sumber daya alam maupun sumber daya manusia (reduce);

20 20 (4) pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun non-fisik; (5) penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse); (6) penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle); (7) perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya pelestarian; (8) mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim dan bencana; (9) orientasi kepada siklus hidup; (10) orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan; (11) inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan (12) dukungan kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen dalam implementasi. 2. Infrastruktur Berkelanjutan Untuk memenuhi tantangan akan penyelenggaraan infrastruktur yang memenuhi ketentuan pengelolaan lingkungan hidup dan mendukung pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian infrastruktur dengan lingkungan hidupnya, maka penerapan pendekatan Konstruksi Berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur di Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman adalah sebuah keharusan. Berdasarkah hal tersebut, maka penyelenggaraan infrastrutkur bidang pekerjaan umum dan permukiman harus dilakukan melalui tahapan pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan hingga pembongkaran yang selalu memperhatikan penggunaan sumber daya yang memenuhi prinsip berkelanjutan. Dengan terselenggaranya infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang sesuai dengan pendekatan konstruksi berkelanjutan, maka akan terciptalah infrastruktur berkelanjutan. Terciptanya infrastruktur berkelanjutan di bidang pekerjaan umum dan permukiman ini pada akhirnya merupakan kontribusi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam pembangunan berkelanjutan, sebagaimana terlihat pada alur pikir tujuan dari penerapan konstruksi berkelanjutan pada penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman pada Gambar 2.

21 21 Gambar 2. Alur Pikir Penerapan Konstruksi Berkelanjutan 3. Siklus Hidup Infrastruktur Berkelanjutan Tahapan siklus hidup infrastruktur secara umum terdiri atas tahap pemrograman, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, serta pembongkaran (Gambar 3). Gambar 3. Siklus Hidup Infrastruktur Dalam penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan, yang menerapkan pendekatan konstruksi berkelanjutan, maka setiap tahapan penyelenggaraan infrasruktur harus dilaksanakan secara terintegrasi atau terpadu antar satu tahap dengan tahap lain, yang terdokumentasi dengan baik pada akhir setiap tahapan untuk diestafetkan dari satu tahap ke tahapan lain. Upaya pengintegrasian dapat dilakukan dengan integrasi pengorganisasian, seperti metode delivery, dan integrasi teknologi, seperti penggunaan teknologi informasi. Semakin kompleks infrastruktur yang akan diselenggarakan, semakin tinggi pula tingkat integritas yang dibutuhkan. Setiap tahapan dalam siklus hidup infrastruktur berkelanjutan saling terkait satu dengan lainnya. Berdasarkan prinsip tersebut, kegiatan atau proses yang dilakukan pada setiap tahapan harus dapat melihat kebutuhan atau persyaratan yang harus dipenuhi pada tahapan selanjutnya. Misalnya pada tahapan perencanaan teknis, proses pelaksanaannya harus memperhatikan bagaimana rencana teknis tersebut dapat diimplementasikan pada saat pelaksanaan konstruksi, pada saat pemanfaatan, dan juga pada saat pembongkaran nantinya. Pada setiap tahapan akan terdapat berbagai pihak yang terlibat (rantai pasok)

22 22 untuk melaksanakan proses pada tahapan tersebut. Setiap pihak tersebut harus memahami tujuan dari tahapan tersebut dan juga tahapan lainnya secara holistik. Untuk itu diperlukan koordinasi dan integrasi antar pihak dan antar tahapan secara komprehensif. 4. Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan Penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan pada siklus hidup infrastruktur berkelanjutan. Tujuan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan adalah untuk mencapai kondisi infrastruktur yang berkelanjutan, kondisi saat infrastruktur yang diprogramkan, direncanakan secara teknis, dilaksanakan konstruksinya, dimanfaatkan dan bahkan dibongkar dengan mempertimbangkan tercapainya aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan baik pada masa kini maupun masa yang akan datang. Infrastruktur berkelanjutan harus dilaksanakan dengan menggunakan teknik pengelolaan sumber daya yang memenuhi prinsip berkelanjutan.

23 23 BAGIAN III LANGKAH-LANGKAH DAN TEKNIK IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, serta pembongkaran. Setiap tahap tersebut dilaksanakan dengan langkah-langkah dan teknik pengelolaan yang mempertimbangkan prinsip berkelanjutan. 1. Tahap Pemrograman Tahap pemrograman adalah rangkaian kegiatan perencanaan awal untuk menetapkan tujuan, strategi, langkah yang harus dilakukan, jadwal, serta kebutuhan sumber daya, terutama pendanaan, untuk mencapai infrastruktur berkelanjutan. Pemrograman infrastruktur berkelanjutan harus dilaksanakan sejak awal oleh unit organisasi teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk memastikan ketersediaan, keberlangsungan dan keberlanjutan pemenuhan sumber daya dalam pencapaian tujuan pada tahapan selanjutnya. Langkah-langkah serta teknik pengelolaan yang harus dilakukan pada tahapan pemrograman adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan objek infrastruktur yang akan diselenggarakan, yang meliputi: a. objek infrastruktur berkelanjutan yang akan ditetapkan adalah infrastruktur yang telah tercantum dalam dokumen rencana strategis atau dalam dokumen perencanaan lainnya; b. objek infrastruktur berkelanjutan yang akan ditetapkan merupakan bagian dari infrastruktur yang tercantum dalam rencana induk (master plan) Unit Organisasi Teknis terkait; dan c. objek infrastruktur berkelanjutan yang akan diselenggarakan ditetapkan melalui sebuah ketetapan Unit Organisasi Teknis terkait. 2. Menetapkan tingkat pencapaian penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan, yang meliputi: a. menetapkan tujuan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan beserta kriteria pencapaian keberlanjutan yang terukur, realistis, dan sesuai dengan kebutuhan; b. kriteria capaian keberlanjutan meliputi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan mempertimbangkan kebutuhan yang sebenarnya akan infrastruktur yang akan diselenggarakan dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan dan dukungan dari berbagai pihak terkait dengan setiap

24 24 tahapan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan; c. kriteria capaian yang dimaksud, terdiri atas kriteria capaian umum dan khusus. Kriteria capaian umum adalah kriteria yang dapat mengukur sejauh mana tujuan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan terpenuhi. Sementara itu, kriteria capaian khusus merupakan kriteria capaian setiap tahapan siklus hidup infrastruktur berkelanjutan; d. menetapkan acuan atau benchmark untuk menetapkan target pada kriteria ketercapaian yang diinginkan; misalnya dengan menentukan sistem penilaian (rating tools) keberlanjutan yang akan diadopsi; e. menetapkan strategi, langkah-langkah dan jadwal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; dan f. merencanakan kebutuhan sumber daya, terutama dana, yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan infrastuktur berkelanjutan. 3. Mengidentifikasi pihak yang berkepentingan dan membangun kerjasama antar pihak tersebut dari tahap awal, yang meliputi: a. mengidentifikasi seluruh pihak yang akan berkaitan dengan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dari tahapan awal hingga tahap akhir (dari pemrograman hingga pembongkaran); b. menetapkan peran setiap pihak yang terkait dalam tahapan dan proses penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan; c. menetapkan wakil dari pihak yang telah teridentifikasi tersebut; d. melakukan kontak dan membangun kerja sama dengan setiap pihak terkait terutama pihak yang akan selalu terkait untuk setiap tahapan penyeleggaraan infrastruktur berkelanjutan; dan e. bekerja sama dengan pihak-pihak yang terlibat dapat berupa surat pernyataan kesepakatan bersama, kontrak kerja,surat dukungan, atau keputusan. 4. Menyamakan visi keberlanjutan pada semua pihak yang berkepentingan, yang meliputi: a. melaksanakan pertemuan koordinasi untuk penyamaan visi keberlanjutan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan; b. mensosialisasikan peran setiap pihak yang berkepentingan dalam setiap tahapan penyelenggaraan; c. melakukan koordinasi dan sikronisasi terkait harapan dari setiap pihak terhadap penyelengaraan, serta identifikasi tantangan yang mungkin dihadapi dalam penyelenggaraan; dan d. koordinasi dan sosialisasi selalu dibutuhkan jika terdapat perkembangan pada saat berlangsungnya penyelenggaraan terkait perihal teknis maupun perihal yang berhubungan dengan pencapaian prinsip berkelanjutan. 5. Menetapkan metode penyelenggaraan proyek (project delivery system) yang

25 25 sesuai dengan kompleksitas infrastruktur berkelanjutan sertakemampuan yang dimiliki, yaitu sebagai berikut: a. penetapan metode penyelenggaraan proyek dengan mempertimbangkan sejauh mana metode yang dipilih dapat mengatasi permasalah keterpaduan organisasi dan informasi terkait dengan terpenuhinya tujuan penyelenggaraan antar tahapan dan antar pihak. Namun, kesiapan pihak yang berkepentingan terkait dukungan administrasi, legalitas dan teknis perlu dipertimbangkan untuk kesuksesan metode penyelenggaraan proyek yang dipilih; b. metode penyelenggaraan konvensional berupa pemisahan terhadap setiap tahapan, terutama tahap perencanaan teknis dan tahap pelaksanaan konstruksi, dapat digunakan dengan pengendalian oleh penyelenggara dan/atau melalui layanan penyedia jasa manajemen konstruksi sejak dari awal tahapan; dan c. metode rancang bangun atau metode lain yang terintegrasi lebih disarankan untuk menjamin keterpaduan antara hasil perencanaan dan pelaksanaan konstruksi dengan pengendalian oleh tim pelaksana proyek dan/atau layanan penyedia jasa manajemen konstruksi. 6. Menetapkan konsepsi teknis awal, memilih teknologi dan merencanakan pembiayaan untuk penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan pada seluruh tahapan dengan pendekatan biaya siklus hidup (life cycle cost), yang meliputi: a. menetapkan konsepsi teknis awal yang merupakan rencana teknis yang masih bersifat konseptual dan memberikan gambaran awal lingkup dari penyelenggaraan infrastruktur; b. menetapkan konsepsi teknis awal yang dapat terdiri atas beberapa alternatif yang masing-masing memenuhi tujuan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan; c. memilih teknologi yang terkait dengan alternatif konsepsi teknis awal beserta kajian keuntungan dan kerugiannya; d. merencanakan pembiayaan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan pada seluruh tahapan dengan pendekatan biaya siklus hidup sesuai dengan target capaian keberlanjutan yang telah ditetapkan dan analisis harga satuan komponen kegiatan secara profesional; dan e. menetapkan sumber dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan seluruh tahapan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan. 7. Melakukan kajian kelayakan infrastruktur berkelanjutan, yang meliputi: a. mengkaji kesesuaian lokasi infrastruktur berkelanjutan dengan rencana tata ruang yang berlaku untuk setiap alternatif konsepsi teknis awal; b. mengkaji kesesuaian setiap alternatif konsepsi teknis awal dengan rencana induk (master plan) terkait dengan objek infrastruktur tersebut; c. melakukan kajian kelayakan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dari segi teknis, ekonomi, sosial, dan dampaknya terhadap lingkungan;

26 26 dan d. memilih alternatif konsepsi teknis awal yang dipandang layak dengan menekankan terpenuhinya aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. 8. Melakukan pemilihan penyedia jasa profesional yang diperlukan, yang meliputi: a. pengadaan jasa konsultan profesional yang akan mendukung pengembangan konsepsi teknis awal, pemilihan teknologi, estimasi biaya, kajian kelayakan, dan/atau kajian lain yang dilakukan melalui proses pemilihan penyedia jasa berdasarkan kualitas; dan b. kriteria dalam pemilihan penyedia jasa yang menekankan pada kualitas para tenaga ahli melalui kriteria evaluasi yang mempertimbangkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang bersangkutan yang dapat mengakomodasi kebutuhan kajian awal infrastruktur berkelanjutan atau mengacu kepada proses pengadaan berkelanjutan (sustainable procurement) yang berlaku. 9. Melaksanakan pemrograman seluruh tahapan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dengan kejelasan lingkup, pendanaan, dan jadwalnya dalam bentuk paket-paket pekerjaan beserta pengelolaan risiko dalam pelaksanaannya, yang meliputi: a. melakukan penetapan lingkup penyelenggaraan infrastruktur bekelanjutan dalam bentuk paket-paket kegiatan dengan mempertimbangkan metode penyelenggaraan proyek yang dipilih; b. melaksanakan pemaketan pekerjaan dengan mempertimbangkan pencapaian tujuan yang diharapkan dengan mencoba mengendalikan semaksimal mungkin sumber daya beserta rantai pasoknya yang dapat dikelola; c. melakukan pengelolaan risiko untuk penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dengan mempertimbangkan faktor risiko dan keterbatasan yang ada; faktor risiko terkait dengan keselamatan, kesehatan, perubahan iklim dan bencana perlu mendapat perhatian khusus; dan d. melakukan penjadwalan terhadap paket-paket kegiatan serta pembiayaan yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan hasil pengelolaan risiko. 10. Menyiapkan laporan akhir tahap pemrograman, yang meliputi: a. melakukan dokumentasi terhadap proses yang terjadi selama tahapan pemrograman; b. menyiapkan laporan akhir tahap pemrograman yang berisi tujuan, lingkup, pembiayaan, jadwal, konsepsi teknis awal, kelayakan, pengelolaan risiko, dan metode penyelenggaraan proyek infrastruktur berkelanjutan; c. menyiapkan hasil akhir tahap pemrograman yang berbentuk dokumen pemrograman yang dapat dimanfaatkan sebagai kerangka acuan kerja bagi kegiatan perencanaan teknis dan juga bagi pemilihan penyedia jasa perencanaan teknis; dan

27 27 d. mengendalikan tahap pemrograman yang dilakukan pada setiap akhir dari kegiatan yang ada pada tahap pemrograman dengan memperhatikan keterpaduan hasil antar kegiatan pada tahap pemrograman. Sebuah daftar simak (check-list) terhadap dokumen pemrograman dapat digunakan.

28 28 Daftar Simak Tahap Pemrograman: No. Indikator Uraian Sesuai 1 Menetapkan objek infrastruktur a.objek infrastruktur berkelanjutan yang akan ditetapkan adalah infrastruktur yang telah tercantum dalam dokumen rencana strategis atau dalam dokumen perencanaan lainnya b.objek infrastruktur berkelanjutan yang akan ditetapkan merupakan bagian dari infrastruktur yang tercantum dalam rencana induk (master plan) Unit Organisasi Teknis terkait c.objek infrastruktur berkelanjutan yang akan diselenggarakan ditetapkan melalui sebuah ketetapan Unit Organisasi Teknis terkait 2 Menetapkan tingkat pencapaian penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan a.objek infrastruktur berkelanjutan yang akan ditetapkan adalah infrastruktur yang telah tercantum dalam dokumen rencana strategis atau dalam dokumen perencanaan lainnya b.kriteria capaian keberlanjutan meliputi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan mempertimbangkan kebutuhan yang sebenarnya akan infrastruktur yang akan diselenggarakan dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan dan dukungan dari berbagai pihak terkait dengan setiap tahapan penye-lenggaraan infrastruktur berkelanjutan c.kriteria capaian yang dimaksud, terdiri atas kriteria capaian umum Tidak Sesuai Keterangan

29 29 dan khusus. Kriteria capaian umum adalah kriteria yang dapat mengukur sejauh mana tujuan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan terpenuhi. Sementara itu, kriteria capaian khusus merupakan kriteria capaian setiap tahapan siklus hidup infrastruktur berkelanjutan d.menetapkan acuan atau benchmark untuk menetapkan target pada kriteria ketercapaian yang diinginkan; misalnya dengan menentukan sistem penilaian (rating tools) keberlanjutan yang akan diadopsi e.menetapkan strategi, langkahlangkah dan jadwal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan f. merencanakan kebutuhan sumber daya, terutama dana, yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan infra-stuktur berkelanjutan 3 Mengidentifikasi pihak yang berkepentingan dan membangun kerjasama antar pihak tersebut dari tahap awal a.mengidentifikasi seluruh pihak yang akan berkaitan dengan penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan dari tahapan awal hingga tahap akhir (dari pemrograman hingga pembongkaran) b.menetapkan peran setiap pihak yang terkait dalam tahapan dan proses penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan c.menetapkan wakil dari pihak yang telah teridentifikasi tersebut

30 30 d.melakukan kontak dan membangun kerja sama dengan setiap pihak terkait terutama pihak yang akan selalu terkait untuk setiap tahapan penyeleggaraan infrastruktur berkelanjutan e.bekerja sama dengan pihak-pihak yang terlibat dapat berupa surat pernyataan kesepakatan bersama, kontrak kerja,surat dukungan, atau keputusan 4 Menyamakan visi keberlanjutan pada semua pihak yang berkepentingan a.melaksanakan pertemuan koordinasi untuk penyamaan visi keberlanjutan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan infrastruktur berkelanjutan b.mensosialisasikan peran setiap pihak yang berkepentingan dalam setiap tahapan penyelenggaraan c.melakukan koordinasi dan sikronisasi terkait harapan dari setiap pihak terhadap penyelengaraan, serta identifikasi tantangan yang mungkin dihadapi dalam penyelenggaraan d.koordinasi dan sosialisasi selalu dibutuhkan jika terdapat perkembangan pada saat berlangsungnya penyelenggaraan terkait perihal teknis maupun perihal yang berhubungan dengan pencapaian prinsip berkelanjutan 5 Menetapkan metode penyelenggaraan proyek (project delivery system) yang sesuai dengan kompleksitas infrastruktur berkelanjutan serta kemampuan yang dimiliki a.penetapan metode penyelenggaraan proyek dengan mempertimbangkan sejauh mana metode yang dipilih

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 05/PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG

Lebih terperinci

Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan

Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan Disampaikan oleh: Ir. Ati Nurzamiati HZ, MT. Kasubdit Konstruksi Berkelanjutan Jakarta, 4 Agustus 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/PRT/M/2015 TANGGAL 18 FEBRUARI 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 22/PRT/M/2014 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN IZIN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 22/PRT/M/2014 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN IZIN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PRT/M/2016 TENTANG CETAK BIRU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.1216, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Perumahan Umum. Bantuan. Prasarana. Sarana. Utilitas Umum. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG BANTUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Nomor : 07 /PRT/M/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DI BIDANG JALAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Nomor : 07 /PRT/M/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DI BIDANG JALAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Nomor : 07 /PRT/M/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN DI BIDANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. PERATURAN MENTERIPEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 36/PRT/M/2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 10/PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN PENGURUS, MASA BAKTI,

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Inovasi Daerah adalah semua bentuk pembaharuan da

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Inovasi Daerah adalah semua bentuk pembaharuan da No.206, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Daerah. Inovasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6123) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN

Lebih terperinci

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Sumber Daya Industri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 146) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TATA RUANG KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R No.546, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Litbang. Pedoman. Peencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 204, 2014 KEMENPERA. Dana Alokasi Khusus. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka No.19, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Nasional. SDA. Dewan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2015 KESRA. Sumbangan. Masyarakat. Pengumpulan. Penggunaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5677) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Sungai Citarum

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/PRT/M/2014 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA www.unduhsaja.com SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 23 / PRT / M / 2009 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN FORUM JASA KONSTRUKSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 23 / PRT / M / 2009 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN FORUM JASA KONSTRUKSI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 23 / PRT / M / 2009 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN FORUM JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN RAKYAT KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i No.640, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Irigasi. Komisi. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1843, 2014 KEMEN PU & PERA. Jasa Konstruksi.Subklasifikasi.Subklasifikasi. Pembagian PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2014

Lebih terperinci

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2018 KEMENPU-PR. Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2018

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.641, 2015 KEMENPU-PR. Eksploitasi. Iuran. Pengairan. Bangunan. Pemeliharaan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN PERUMAHAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transa

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transa BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2018 KEMENKUMHAM. Penyelenggaraan Sistem Elektronik. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131,2012 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PENANGANAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG PENDANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PRT/M/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEAMANAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

- 2 - b. bahwa dalam rangka mendukung upaya percepatan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur periode diperlukan peningkatan sinergisitas

- 2 - b. bahwa dalam rangka mendukung upaya percepatan penyelenggaraan pembangunan infrastruktur periode diperlukan peningkatan sinergisitas No. 7, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Pengurus. Lembaga. Jasa Kontruksi. Pemilihan. Masa Bakti. Tusi. Mekanisme Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci