BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perangkat Evaluasi a. Evaluasi Evaluasi merupakan program yang dilaksanakan untuk mengetahui tujuan yang dicapai. Tayibnapis (2008: ) mengatakan bahwa evaluasi adalah proses pengumpulan informasi untuk membuat penilaian yang kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan. Evaluasi merupakan sebuah proses suatu kegiatan dari awal sampai akhir sehingga akan diketahui hasilnya telah sesuai dengan tujuan yang dicapai atau belum. Definisi lain yang berkaitan dengan proses pengukuran hasil belajar siswa, Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses mengajar (Sukardi, 2008:2). Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru selama proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan secara terstruktur selama proses pembelajaran. Purwanto (2010:3) mengatakan bahwa 8

2 9 kegiatan evalusi merupakan kegiatan yang disusun secara sistematis dan terencana yang berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya dilakukan pada akhir pembelajaran, namun pada permulaan, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Evaluasi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai untuk diambil keputusan sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mengetahui seberapa tingkat ketercapaian tujuan. Guru melakukan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswanya sudah sesuai dengan tujuan atau belum. Dengan dilakukannya evaluasi ini maka guru dapat membuat penilaian dari pembelajaran yang telah dilakukan. b. Fungsi Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa. Sukardi (2008:4) mengatakan bahwa evaluasi memiliki fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut: 1) Sebagai alat guna mengetahui siswa telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. 2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. 3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar. 4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru yang bersumber dari siswa.

3 10 5) Sebagai alat untuk mengetahui alat perkembangan belajar siswa. 6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa. Fungsi evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran. Hal itu sesuai dengan Purwanto (2010:5-7) yang mengemukakan fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dibagi menjadi empat yaitu: 1) Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran. 2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran. 3) Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK) bagi siswa yang mengalami kelemahan. 4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi berfungsi sebagai alat pengukur tingkat penguasaan pengetahuan siswa. Hasil evaluasi akan digunakan oleh guru untuk mengetahui kelemahan siswa dalam pembelajaran. Setiap hasil ulangan akan dilaporkan kepada orang tua siswa agar diketahui hasil belajar di sekolah. c. Metode evaluasi 1) Tes Tes merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi. Menurut Sukardi (2008:11-12), metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk yaitu tes dan non tes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes

4 11 tertulis. Tes ini digunakan utamanya untuk memperoleh data, baik data kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan Arikunto (2012:47) mengatakan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi. Berdasarkan hasil tes akan mudah bagi guru untuk mengetahui informasi terkait pembelajaran. Tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran akan ditentukan oleh hasil tes yang baik. Yusuf (2015: 93) mengemukakan bahwa tes merupakan suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang. Tes merupakan suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes esai. Hal itu sesuai dengan Arikunto (2012:179) yang mengatakan bahwa tes obyektif digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk esai. Tes tertulis digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif pengetahuan secara komprehensif dan fakta penggunaannya. Di samping itu, tes tertulis juga dapat digunakan untuk menganalisis dan mensintesiskan informasi tentang siswa. Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa tes merupakan suatu alat untuk mengumpulkan informasi

5 12 ketercapaian dalam pembelajaran. Tes tertulis biasanya terdiri dari tes objektif dan essay. Jumlah soal dalam tes cukup mewakili setiap indikator pencapaiaan. 2) Macam-macam tes Macam-macam tes yang dilakukan dalam evaluasi pembelajaran di Sekolah meliputi: a) Tes formatif Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Sudijono (2009:71) mengatakan bahwa tes formatif merupakan sebuah tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah pembelajaran. Tes formatif ini biasanya dilakukan ditengah perlaksanaan pembelajaran yaitu pada setiap pokok pembelajaran berakhir. Tes ini sering dikenal dengan Ulangan Harian. Materi yang diteskan dalam tes formatif ini disesuaikan dengan materi yang telah diajarkan. Tes ini digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan pembelajaran. Jika hasil tes tersebut menunjukkan adanya penguasaan siswa maka pembelajaran dapat dilanjutkan pada pokok bahasan berikutnya. Sebaliknya jika siswa belum menguasai pokok bahasan tersebut maka guru

6 13 melakukan penjelasan ulang sebelum dilanjutkan pada pokok bahasan selanjutnya. b) Tes sumatif Tes sumatif merupakan tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pembelajaran telah selesai. Tes sumatif ini disusun berdasarkan materi yang telah diberikan selama satu semester. Tes ini biasanya dikenal dengan Ulangan Umum. Materi pada tes sumatif ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan tes formatif (Sudijono, 2009:72). Tujuan diadakannya tes sumatif ini adalah untuk menentukan nilai keberhasilan siswa setelah menempuh pembelajaran dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat diketahui kemajuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. d. Langkah-langkah menyusun tes Dalam penyusunan sebuah tes tentunya harus menggunakan prosedur yang baik. Harjanto (2010: 286) menyebutkan bahwa langkah-langkah menyusun tes meliputi: 1) Menentukan/merumuskan tujuan tes Untuk dapat merumuskan tujuan penyusunan tes dengan baik, seorang pengajar perlu memikirkan apa jenis dan fungsi tes yang akan disusunnya, sehingga dapat menentukan bagaimana karakteristik soal yang akan disusun. 2) Mengidentifikasikan hasil belajar yang akan diukur dengan tes tersebut. 3) Menentukan hasil belajar yang spesifik.

7 14 4) Merinci bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes tersebut. 5) Menyiapkan tabel spesifikasi Tabel spesifikasi diperlukan sebagai dasar atau pedoman dalam membuat soal-soal dalam penyusunan tes. Dalam tabel spesifikasi ini memuat kolom-kolom dan lajur-lajur yang memuat pokok-pokok bahasan (unit-unit pelajaran yang telah diajarkan) dan aspek-aspek pengetahuan keterampilan dan sikap (hasil belajar) yang diharapkan dicapai dari tiap pokok bahasan. 6) Menggunakan tabel spesifikasi sebagai dasar penyusunan tes. Dengan menggunakan tabel spesifikasi tersebut guru dapat menentukan jumlah dan jenis soal yang diperlukan sesuai dengan tujuan instruksional dari tiap pokok bahasan. Teknik penilaian pengetahuan memiliki berbagai macam teknik seperti tes tulis, tes lisan dan penugasan. Kemendikbud (2015:12-13) mengatakan bahwa tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis, berupa pilihan ganda, isian, benarsalah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen tes tertulis dikembangkan atau disiapkan dengan mengikuti langkah sebagai berikut: 1) Melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran. Hal ini dilakukan agar semua kompetensi yang ingin dicapai dalam KD dapat terwakili dalam instrumen yang akan disusun. 2) Menyusun kisi-kisi yang akan menjadi pedoman dalam penulisan soal. Kisi-kisi yang lengkap memiliki KD, materi, indikator soal, bentuk soal, jumlah soal, dan semua kriteria lain yang diperlukan dalam penyusunan soalnya. Kisi-kisi ini berbentuk format yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kisikisi untuk penilaian harian bisa lebih sederhana daripada kisikisi untuk UTS dan UAS 3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan soal. Soal-soal yang telah disusun kemudian dirakit untuk menjadi perangkat tes. Soal dapat dikelompokkan sesuai muatan pelajaran dalam satu perangkat tes dapat juga disajikan secara terintegrasi sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. 4) Melakukan penskoran berdasarkan pedoman penskoran, hasil penskoran dianalisis guru dipergunakan sesuai dengan

8 15 bentuk penilaian. Misalnya, hasil analisis penilaian harian digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik. Melalui analisis ini pendidik akan mendapatkan informasi yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya remedial atau pengayaan. Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah tes meliputi pemetaan KD sesuai dengan pelajaran, membuat tabel spesifikasi untuk memudahkan dalam penyebaran soal yang akan dibuat, membuat kisi-kisi, serta pedoman penskoran. 2. Penilaian Kelas Penilaian kelas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengambil sebuah keputusan tentang pencapaian hasil belajar siswa di kelas. Proses penilaian ini dilakukan secara sengaja, sistematis dan berkelanjutan. Penilaian kelas dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung yang dijaring dan dikumpulkan berdasarkan prosedur yang berlaku. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan hasil belajar siswa, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar baik formal maupun nonformal dilakukan dalam keadaan yang menyenangkan sehingga siswa akan menunjukkan apa yang dipahami dan tidak dipahami (Uno&Satria Koni, 2014:34).

9 16 Penilaian kelas ini memiliki manfaat untuk memberikan umpan balik bagi siswa agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi, untuk memantau kemajuan dan diagnose kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dan umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki pembelajaran lebih baik lagi. Penilaian kelas biasanya mencakup berbagai ranah seperti ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif mengalami banyak sekali pengembangan, salah satu taksonomi yang dikenal adalah Bloom. Kuswana (2014: 6) mengatakan bahwa kerangka yang diajukan merupakan suatu cara untuk mengelompokkan tujuan pendidikan dalam hal yang kompleks secara bertingkat. Kemampuan intelektual mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi diterapkan untuk membantu membangun pengetahuan. Kemampuan kognitif mencakup enam aspek kognitif. Bloom dalam Purwanto (2014) membagi dan menyusun tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling kompleks yaitu evaluasi. Semakin tinggi tingkat penguasaan, semakin kompleks penguasaan tingkat sebelumnya. Enam tingkatan tersebut yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) (Purwanto 2014: 50).

10 17 Tingkatan pada ranah kognitif memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Uno&Satria Koni (2014:60-62) menyebutkan bahwa kawasan kognitif meliputi: a. Tingkat pengetahuan (Knowledge/C1) Pengetahuan tentang kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. b. Tingkat pemahaman (Comprehension/C2) Pemahaman diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjamahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri c. Tingkat Penerapan (Application/C3) Penerapan diartikan kemampuan seseorang dalam menggunak an pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. d. Tingkat analisis (Analysis/C4) Kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan e. Tingkat sintesis (Synthesis/C5) Kemampuan dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai unsur pengetahuan yang ada sehingga membentuk pola baru yang lebih menyeluruh. f. Tingkat evaluasi (Evaluation/C6) Kemampuan dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya. Ranah kognitif yang cocok diterapkan di Sekolah Dasar hanya sampai pada tingkat penerapan (C3). Hal itu sesuai dengan Arikunto (2012:134) bahwa aspek kognitif yang cocok diterapkan di Sekolah Dasar yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Untuk keenam ranah kognitif tersebut, dapat digunakan di Sekolah Menengah dan perguruan tinggi.

11 18 Taksonomi Bloom tersebut telah di revisi oleh Anderson dan Krathwohl. Kuswana (2012:115) menyebutkan bahwa Anderson memiliki enam tingkatan proses kognitif sebagai berikut: a. Mengingat, artinya mendapatkan kembali atau pengembalian pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang. Bentuk kata kerja meliputi mengenal dan mengingat. b. Memahami, artinya mendeskripsikan susunan dalam arti pesan pembelajaran, mencakup oral, tulisan, dan komunikasi grafik. Bentuk kata kerjanya meliputi mengartikan, memberi contoh, mengklasifikasikan, menyimpulkan, menduga, membandingkan, dan menjelaskan. c. Menerapkan, artinya menggunakan prosedur dalam situasi yang dihadapi. Bentuk kata kerjanya meliputi menjalankan dan melaksanakan. d. Menganalisis, artinya memecah materi menjadi bagian-bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan. Bentuk kata kerjanya meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mendekonstruksi. e. Mengevaluasi atau menilai, artinya melakukan evaluasi atau penilaian yang didasarkan pada kriteria standar. Bentuk kata kerjanya meliputi memeriksa dan menilai. f. Menciptakan, artinya menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik. Bentuk kata kerjanya meliputi menghasilkan, merencanakan, dan membangun. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kelas sangat penting untuk dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Hal itu bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa saat pembelajaran. Tingkatan kemampuan pada aspek kognitif siswa terdiri dari enam tingkatan. Penilaian ini mencakup enam tingkatan tersebut yang disesuaikan dengan jenjangnya. Dengan adanya enam tingkatan tersebut, dapat diketahui dengan mudah tingkat pemahaman siswa.

12 19 3. Analisis butir soal Tes disusun menggunakan sejumlah item. Skor pada setiap item ditambahkan pada skor item lainnya untuk mencapai skor total. Tes yang digunakan untuk tujuan evaluasi sebaiknya memenuhi dua syarat yang penting yaitu validitas dan reliabilitas. Kualitas dan nilai sebuah tes tergantung pada individu masing-masing. Oleh karena itu, guru perlu melakukan analisis setiap item agar tes yang dibangun dapat disesuaikan dengan tujuan dan rasional alat yang dikonstruksikan (Sukardi, 2008:135) Tujuan dilakukannya analisis butir soal adalah untuk mengkaji dan menelaah soal, agar diperoleh soal yang berkualitas. Analisis butir tes yang telah dijawab oleh siswa suatu kelas mempunyai tujuan yaitu jawaban tersebut merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalannya, serta untuk membimbing kearah yang lebih baik lagi. Analisis butir soal menurut Sunarti&Selly R (2014:135) bisa dilakukan dengan dua yaitu analisis secara kualitatif dan analisis secara kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan berdasarkan kaidah penyusunan soal. Sunarti dan Selly (2014:135) megatakan analisis ini ditinjau dari materi, konstruksi, dan bahasanya. Analisis materi berkaitan dengan kesesuaian antara soal yang dibuat dengan materi yang diajarkan. Analisis konstruksi meliputi teknik penulisan soal. Sedangkan analisis bahasa berkaitan dengan bahasa yang digunakan

13 20 harus sesuai dengan penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Analisis ini dapat dilakukan oleh teman sejawat yang ahli dalam bidangnya. Analisis yang dilakukan bukan hanya deskriptif tetapi juga secara kuantitatif. Sunarti dan Selly (2014:137) mengatakan bahwa analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat kualitas instrument penilaian setelah soal tersebut diuji cobakan kepada sampel yang representative. Melalui analisis ini soal tersebut dapat diketahui kualitasnya apakah soal tersebut dapat diterima karena dukungan olah data statistik, direvisi karena terdapat beberapa kelemahan, atau tidak digunakan sama sekali karena tidak berfungsi sama sekali. Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa analisi butir soal dilakukan untuk mengetahui kualitas soal. Soal akan dikatakan berkualitas jika soal tersebut memenuhi syarat soal yang baik. Analisis dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif untuk mengetahui validitas isi, sedangankan analisis kuantitatif untuk mengetahui kualitas masing-masing butir soal dengan didukung data statistik. 4. Kriteria Tes yang Baik Pembuat tes ditujukan untuk mengetahui pencapaian tujuan sehingga diperlukan kriteria yang baik. Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi kriteria tes yaitu validitas,

14 21 reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis (Arikunto, 2012: 72). a. Validitas Suatu tes dapat dikatakan valid jika hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada. Tes tersebut dapat menggambarkan tentang data secara benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. b. Reliabilitas Tes dapat dikatakan dipercayai jika memberikan hasil yang tepat jika diteskan berkali-kali. Tes dkatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. c. Objektivitas Sebuah tes dapat dikatakan objektif jika tes tersebut tidak mendapatkan pengaruh dari faktor subjektif baik dari bentuk tes maupun penilaiannya. d. Praktibilitas Tes dikatakan praktis apabila mudah dalam pengadministrasiannya seperti pelaksanaan dan pemeriksaan yang mudah, serta delengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain. e. Ekonomis Tes dikatakan ekonomis apabila dalam pelaksanaan tes tidak memerlukan banyak biaya, tenaga, dan waktu yang cukup lama. Tes yang baik harus memenuhi persyaratan. Amirono & Daryanto (2016: ) disebutkan bahwa persyaratan tes meliputi: a. Validitas Suau tes dikatakan valid (sahih) apabila secara tepat dapat mengukur apa yang seharusnya diukurnya. b. Reliabel Berarti dapat dipercaya. Tes dikatakan memiliki reliabel apabila tes tersebut mempunyai sifat dapat dipercaya, dapat memberikan hasil yang tetap (konsisten) apabila dites berulang-ulang. c. Obyektivitas Obyektivitas berarti tidak adanya unsur-unsur pribadi (subyektivitas) yang mempengaruhi. Suatu tes dikatakan memiliki obyektivitas apabila dalam penggunaannya tidak ada faktor subyektif dari pemakainya yang dapat mempengaruhi terutama dalam skoring. d. Praktis Suatu tes dikatakan praktis jika tes tersebut mudah digunakan, mudah dalam pemeriksaan, dan mudah pula dalam pengadministrasian.

15 22 e. Ekonomis Yang dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa dalam pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, peralatan yang komplek dan mahal, tenaga dan waktu yang banyak. Karakteristik tes yang baik sekurangnya memenuhi empat ciri. Sudijono (2009:93-97) mengatakan bahwa ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes agar dinyatakan sebagai tes yang baik. Ciri pertama adalah tes hasil belajar tersebut bersifat valid atau memiliki validitas, artinya dengan tepat dan benar dapat mengukur ketercapaian hasil belajar. Ciri kedua adalah tes tersebut bersifat reliabel, artinya memiliki keadaan yang tetap meskipun diteskan berulang-ulang. Ciri ketiga adalah bersifat obyektif, artinya tes disusun apa adannya tanpa ada pengaruh subyektifitas. Ciri keempat adalah tes tersebut bersifat praktis dan ekonomis, artinya pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan biaya yang banyak. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik jika tes tersebut memiliki validitas, artinya sesuai dengan keadaan sebenarnya. Reliabilitas yaitu memiliki keajegan jika diteskan berulang kali. Obyektif yaitu tidak ada pengaruh subyektifitas dalam penskoran. Selain itu juga penggunaannya mudah dan tidak memakan biaya yang tinggi. a. Kriteria Validitas Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian pembelajaran yang berupa data. Untuk memeperoleh data yang valid

16 23 maka diperlukan alat evaluasi yang valid. Arikunto (2012:80) mengemukakan ada dua jenis validitas yaitu validitas soal secara keseluruhan dan validitas butir soal. Validitas sebuah tes secara garis besar memiliki dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis berarti sebuah instrumen evaluasi sudah disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pembuatan soal. Ada dua macam validitas logis dalam sebuah instrumen yaitu validitas isi dan validitas konstrak. Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi yang dievaluasi. Sedangkan menurut Sudijono (2009:166) suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas konstruk jika butir soal dalam alat tes tersebut dapat secara tepat mengukur aspek-aspek berpikir (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang telah ditentukan dalam tujuan instruksional khusus. Validitas empiris diperoleh dari hasil pengamatan lapangan. Tes hasil belajar dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila tes tersebut dapat mengukur hasil belajar yang diukur. Untuk mengetahui hal tersebut maka dapat dilakukan dengan ketepatan meramalnya (predictive validity) dan ketepatan bandingannya (concurrent validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mampu meramalkan apa yang akan terjadi, sedangkan validitas bandingan

17 24 apabila tes tersebut mampu menunjukkan hubungan yang searah antara tes pertama dengan tes berikutnya (Sudijono,2009:167). Untuk menghitung validitas maka digunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam (Arikunto:2012). Hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut disesuaikan dengan tabel kriteria sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Kriteria validitas memiliki lima tingkatan yaitu sangat rendah (0,00-0,2), rendah (0,2-0,4), cukup (0,4-0,6), tinggi (0,6-0,8), dan sangat tinggi (0,8-1,0). b. Kriteria Reliabilitas Reliabilitas merupakan ketetapan atau keajegan alat tes meskipun telah diteskan secara berulang-ulang. Sebuah soal dikatakan memiliki reliabilitas apabila hasilnya memiliki kesejajaran. Untuk menghitung reliabilitas ini Arikunto (2012: 105) mengemukakan ada 3 metode yang meliputi metode bentuk paralel (Equivalent), tes ulang (test-retest method), dan belah dua (Split-half method). Metode bentuk paralel adalah dua bentuk tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan namun butir soalnya berbeda. Oleh karena itu pengetes harus membuat dua buah tes. Metode ini memiliki kelemahan harus membuat dua buah tes dan mencobakannya dua kali. Metode tes ulang digunakan untuk mengindari pembuatan dua buah tes, sehingga satu soal dicobakan dua kali. Sedangkan pada metode belah dua, soal tes dicobakan hasil satu

18 25 kali. Cara membelah soal tersebut dengan membelah soal menjadi ganjil-genap. c. Kriteria Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya. Arikunto (2012:223) mengatakan soal yang terlalu sulit akan menguras pemikiran siswa dalam memecahkannya sehingga akan mudah putus asa yang akan berdampak buruk pada hasil belajar yang diperoleh. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini akan menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan taraf 0,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya taraf 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diklasifikasikan dalam tiga bagian yaitu sukar, sedang, dan mudah. Arikunto (2012:225) mengatakan sebuah soal dikatakan sukar apabila 0,00 sampai 0,30, sedang antara 0,031 sampai 0,70, dan mudah antara 0,71 sampai 1,00. Berdasarkan pembagian taraf kesukaran tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai indeks kesukaran yang diperoleh maka menunjukkan bahwa soal tersebut memiliki tingkat kesukaran yang kecil atau dengan kata lain bahwa soal tersebut tergolong mudah. Soal yang baik merupakan soal yang sedang yaitu memiliki indeks kesukaran antara rentang 0,31 sampai 0,70.

19 26 d. Kriteria Daya Beda Daya beda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group) Angka yang menunjukkan besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi (D). Indeks daya beda memiliki rentang 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun dalam indeks daya beda ini memiliki nilai negatif. Indeks daya beda terdiri dari beberapa rentang. Arikunto (2012:226) memiliki kriteria daya beda yang terdiri dari tiga rentang. Rentang tersebut adalah rentang -1,00 sampai 0,00 menunjukkan bahwa daya beda negatif, rentang 0,00 menunjukkan daya pembeda rendah, sedangkan rentang 1,00 memiliki daya beda tinggi (positif). Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal tersebut termasuk ke dalam soal yang tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang tidak bisa dijawab oleh siswa yang pandai dan siswa yang bodoh juga termasuk ke dalam soal yang tidak memiliki daya pembeda. Soal yang baik hendaknya hanya bisa dijawab oleh siswa yang pandai saja. Berdasar uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, soal akan dikatakan valid apabila memiliki rentang nilai 0,6-1,0. Soal akan reliabel jika diteskan secara berulang-ulang memiliki keajegan dengan

20 27 hasil sebelumnya. Soal yang baik memiliki tingkat kesukaran yang sedang yaitu memiliki indeks antara 0,31-0,70. Rentang daya beda yang baik memiliki nilai indeks positif sebesar 1,00. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) dengan judul Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa validitas isi soal tersebut berkategori sangat tinggi. Distribusi ranah kognitif siswa mencakup 7 (28%) soal berkategori C1, 17 (68%) soal berkategori C2, dan 1 (4%) soal berkategori C3. Hasil analisis validitas butir soal yaitu terdapat 15 (60%) soal yang tidak signifikan sehingga tidak dapat digunakan untuk evaluasi. Tingkat reliabilitas soal sebesar 0,68 dengan kriiteria tendah karena kurang dari 0,70 sehingga tergolong tidak reliabel. Tingkat kesukaran soal yaitu 17 (68%) soal kategori mudah, 7 (28%) soal kategori sedang, dan 1 (4%) soal kategori sulit. Hal itu menunjukkan bahwa soal tergolong tidak baik karena hanya ada satu soal yang tergolong sulit. Aspek daya pembeda yaitu 7 (28%) soal berkategori baik, 7 (28%) soal kategori cukup, 10 (40%) soal kategori jelek, dan 1 (4%) soal kategori jelek sekali. Soal UAS tersebut memiliki daya pembeda rendah, kemampuan soal dalam membedakan siswa yang telah dan belum menguasai kompetensi

21 28 masih rendah. Efektifitas pengecoh dalam soal tersebut kurang baik karena hanya memiliki 11 (44%) soal berkategori efektif. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2016) dengan judul Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Ulangan Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Mata Pelajaran IPS kelas V SD di Kecamatan Depok. Hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa validitas butir soal sudah sesuai dengan materi yang ada di Standar Kompetensi(SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Soal tersebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi dengan nilai 0,759. Tingkat kesukaran telah sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal UAS. Daya beda yang dimiliki soal tersebut cukup baik, namun efektifitas pengecohnya belum seluruhnya berfungsi. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Sayyah dkk (2012) dengan judul An Item Analysis of Written Multiple-Choise Question. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesukaran yang ada pada soal yang telah dibuat terlalu sulit sehingga sulit dipecahkan. Daya beda yang dihasilkan dalam penelitian tersebut sebesar 0,36. Hal itu menunjukkan bahwa daya beda pada soal tersebut cukup. Reliabilitas butir soal menunjukkan hasil keajegan yang rendah. Distraktor berfungsi dengan baik sehingga cukup menarik untuk dipilih. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Boopathiraj & Chellamani (2013). Penelitian tersebut berjudul Analysis of Test Item On Difficulty Level and Discrimination Index in the Text for Research in Education.

22 29 Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang tingkat kesukaran dan daya beda dengan mengambil sampel menunjukkan hasil bahwa sebagian besar soal tersebut dapat diterima tingkat kesukaran dan daya bedanya. Selain itu penelitian tersebut juga memiliki beberapa soal yang ditolak karena memiliki daya beda yang buruk sehingga perlu dilakukan adanya perbaikan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Surya Kumar Namdeo dan Bandya Sahoo (2016). Penelitian tersebut berjudul Item Analysis of Multiple Choice Question from An Assesment of Medical Student in Bhubaneswar, India. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat kesukaran 56% soal dapat diterima, 32% soal sangat mudah, dan 8% soal yang sangat sulit. Daya beda yang dimiliki sebesar 0,33 itu menunjukkan bahwa soal tersebut dapat diterima. Dalam penelitian ini terdapat 75 distraktor diantaranya 12% menarik untuk dipilih, 32% memiliki satu distraktor, 40% memiliki dua, dan 16% memiliki tiga distraktor yang tidak layak. Jadi, penelitian ini memiliki 17 soal baik dan distraktor yang tidak layak sebanyak 22 item yang perlu diperbaiki. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan penjelasan di atas maka dikatakan bahwa sebuah soal akan dikatakan baik apabila soal tersebut memenuhi syarat atau kriteria tertentu. Kriteria tersebut diantaranya validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Validitas merupakan sebuah keaslian bahwa

23 30 perangkat tes tersebut sesuai dengan yang diukur. Reliabilitas merupakan perangkat tes yang dibuat ini memiliki sifat tetap atau keajegan. Suatu tes akan dikatakan reliabel apabila tes tersebut memiliki hasil yang ajeg atau tetap ketika diteskan secara berulang-ulang. Tingkat kesukaran soal mengacu pada mudah atau sulitnya soal tersebut. soal yang baik itu memiliki tingkat kesukaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Daya beda ini menunjukkan bahwa setiap soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Penelitian ini akan dianalisis butir soal Ulangan harian, Ulangan Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran matematika semester gasal tahun 2016/2017 kelas V. Analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui soal tersebut sudah memenuhi kriteria yang ditentukan atau belum. Soal yang baik tentunya akan memiliki tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda.

24 31 Soal ulangan harian, UTS, dan UAS yang belum pernah dianalisis Analisis deskriptif yang meliputi: 1. Aspek materi 2. Kontruksi 3. Bahasa 4. Jenjang ranah kognitif Analisis kuantitatif yang meliputi: 1. Validitas 2. Reliabilitas 3. Indeks kesukaran 4. Daya beda Pembahasan hasil analisis butir soal Ulangan harian, UTS, dan UAS mata pelajaran Matematika Semester gasal kelas V tahun pelajaran 2016/2017 Hasil analisis butir soal Ulangan harian, UTS, dan UAS mata pelajaran Matematika Semester gasal kelas V tahun pelajaran 2016/2017 Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan maka akan membantu kemajuan bangsa dan Negara dalam berbagai hal. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian, Peranan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi dalam Kegiatan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian, Peranan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi dalam Kegiatan Pembelajaran 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian, Peranan, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi dalam Kegiatan Pembelajaran Evaluasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Evaluasi Pembelajaran. a. Evaluasi. Evaluasi menurut Cross (Sukardi, 2011 : 1) merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Evaluasi Pembelajaran. a. Evaluasi. Evaluasi menurut Cross (Sukardi, 2011 : 1) merupakan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Evaluasi Pembelajaran a. Evaluasi Evaluasi menurut Cross (Sukardi, 2011 : 1) merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Evaluasi a. Pengertian Evaluasi Zainal Arifin (2013:2) memaparkan bahwa evaluasi merupakan suatu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tes Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu perubahan dan keberhasilan peserta didik atau siswa. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan tingkat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN

BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN ANALISIS POKOK UJI DRA. SITI SRIYATI, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FPMIPA UPI ANALISIS POKOK UJI / TEKNIK ANALISIS SOAL TES ISTILAH YANG DIBERIKAN PADA PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal dan nonformal, tak terhindar dari pengukuran (measurement) dan tes. Suatu tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai standar yang telah disesuaikan UU No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai standar yang telah disesuaikan UU No 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penyelenggaraan pendidikan perlu adanya sebuah pertanggungjawaban dalam bentuk evaluasi untuk menentukan taraf kemajuan aktivitas di dalam pendidikan. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam merespon soal tes diagnosis serta latar belakang siswa yang mempengaruhi kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 19 Bandung tahun ajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak tiga kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak, sehingga kita membutuhkan pemahaman dan keterampilan yang mendalam untuk bisa menguasainya. Di antara keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Tinjauan Tentang Kualitas Berbicara tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan memberikan persamaan persepsi terhadap istilah yang ada dalam penelitian ini. 1. Analisis kualitas soal, soal dianalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua 47 BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio adalah penilaian

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA Insar Damopolii 1 Universitas Papua 1 i.damopoli@unipa.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian pendidikan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari bahasa Perancis Kuno testum dengan arti piring untuk

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari bahasa Perancis Kuno testum dengan arti piring untuk BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Tes a. Pengertian Tes Sudijono (2011:66) berpendapat bahwa secara harfiah, kata tes berasal dari bahasa Perancis Kuno testum dengan arti piring untuk menyisihkan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER MAHASISWA BIOLOGI MATA KULIAH BIDANG PENDIDIKANSEMESTER GASAL PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEKOLAH DASAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN PELAJARAN 20013/201 DI KABUPATEN PURBALINGGA

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEKOLAH DASAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN PELAJARAN 20013/201 DI KABUPATEN PURBALINGGA ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEKOLAH DASAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA TAHUN PELAJARAN 20013/201 DI KABUPATEN PURBALINGGA Dwi Haryanto Guru SDN 1 Kutasari, Kabupaten Puralingga Email: dwiharyanto1968@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Noor (2013:34) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan evaluasi sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Kegiatan evaluasi sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas pembelajaran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan evaluasi sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas pembelajaran secara menyeluruh, menuntut adanya kemampuan yang memadai dari guru sebagai pelaksana pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif yaitu penelitian dengan mengumpulkan data

Lebih terperinci

KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL. Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM :

KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL. Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM : KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP IPA BIOLOGI DI SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL Oleh SRI NURLAILA DJAKARIA NIM : 431 409 057 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN

Lebih terperinci

O X O Pretest Perlakuan Posttest

O X O Pretest Perlakuan Posttest 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan instrumen penelitian serta teknik pengolahan data

Lebih terperinci

Kata kunci: analisis butir soal, mata pelajaran geografi,

Kata kunci: analisis butir soal, mata pelajaran geografi, 0 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER GENAP MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 1 NATAR Rima Melati 1, Drs. Hi. Sudarmi, M.Si. 2 Drs. Zulkarnain, M.Si. 3 The objective of the research was to analyze

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Evaluasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Evaluasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Evaluasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan karena hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai kualitas suatu sekolah maupun

Lebih terperinci

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD (Mengembangkan Tes sebagai Instrumen Asesmen) Selamat bertemu kembali dengan saya Yuni Pantiwati sebagai tutor dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD. Kali ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar. Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dapat

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar. Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dapat BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis 1. Evaluasi Pendidikan Evaluasi merupakan salah satu sarana penting dalam meraih tujuan belajar mengajar. Guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar dapat

Lebih terperinci

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, penyusunan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah

Lebih terperinci

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjenis deskriptif. Peneliti hanya menggambarkan kondisi di lapangan sesuai fakta yang terjadi tanpa ada perlakuan terhadap variabel. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Whitney (1960) dalam M. Natzir (2005:54) menyatakan bahwa metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. Menurut Panggabean (1996: 21) Pre-Experiment yaitu penelitian yang secara

Lebih terperinci

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2)

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2) Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 1 No. 1 Mei 213 KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 211/212 Muhammad Idris 1), Arvyaty

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif. Menurut Harry Firman (2008: 10) penelitian komparatif meninjau hubungan

Lebih terperinci

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN)

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) 3. Pembuatan Alat Evaluasi Ditinjau dari pembuatnya, alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu alat evaluasi buatan

Lebih terperinci

Mata Kuliah/Kode/ SKS : Evaluasi Pembelajaran TE/ EL501/2(dua) Semester/Program Studi : Teknik Tenaga Elektrik (TTE) : Dra. Tuti Suartini, M.

Mata Kuliah/Kode/ SKS : Evaluasi Pembelajaran TE/ EL501/2(dua) Semester/Program Studi : Teknik Tenaga Elektrik (TTE) : Dra. Tuti Suartini, M. Mata Kuliah/Kode/ SKS : Evaluasi Pembelajaran TE/ EL501/2(dua) Semester/Program Studi : Teknik Tenaga Elektrik (TTE) Dosen : Dra. Tuti Suartini, M.Pd 1. Pengukuran Pengantar tentang Definisi Pengukuran,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran yang berbeda terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti memberikan penjelasan mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

Lebih terperinci

TES HASIL BELAJAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI MATA PELAJARAN FIQIH DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

TES HASIL BELAJAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI MATA PELAJARAN FIQIH DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2014 1 Tadrib Vol. II No. 2 Edisi Desember 2016 TES HASIL BELAJAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI MATA PELAJARAN FIQIH DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2014 Robi Awaludin Alumni UIN Raden Fatah

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KD 3.1 PENDAPATAN NASIONAL KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 GRESIK.

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KD 3.1 PENDAPATAN NASIONAL KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 GRESIK. ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KD 3.1 PENDAPATAN NASIONAL KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 GRESIK Miftakhul Ulum S1 Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

(Luhut Panggabean, 1996: 31) BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (kuasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar

Dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar PENGEMBANGAN DAN ANALISIS TES Oleh : Amat Jaedun Pascasarjana UNY Dasar Penyusunan Tes Hasil Belajar 1. Tes harus dapat mengukur kompetensi apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran. 2. Tes terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tes Hasil Belajar a. Pengertian Tes merupakan alat ukur untuk proses pengumpulan data di mana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta

Lebih terperinci

Lanjutan Persyaratan Tes

Lanjutan Persyaratan Tes PERSYARATAN DAN BENTUK TES Oleh : Amat Jaedun Pascasarjana UNY T E S. Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas-tugas yang

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS TES MATA PELAJARAN IPA KELAS VI SD

LAPORAN ANALISIS TES MATA PELAJARAN IPA KELAS VI SD LAPORAN ANALISIS TES MATA PELAJARAN IPA KELAS VI SD Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran SD (GD519) Dosen Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. (1005) Oleh Bella Nur Andani 1003310

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit bagi kebanyakan peserta didik. Prestasi belajar untuk memahami pelajaran fisika dalam suatu sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design yaitu variabel luar dapat ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rencana Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Cikalongkulon Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur. 3.1.2. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

Lebih terperinci

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA JENJANG SLTP DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA JENJANG SLTP DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012 KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA JENJANG SLTP DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012 Adham Panggu Rumanda 1), La Misu 2) 1) Alumni Program Studi Pendddikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Butir Soal Analisis butir soal hasil ujian nasional Matematika tahun 010 pada siswa kelas IX MTs di Kota Banjarmasin merupakan bagian dari analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan perhitungan statistik yang hasilnya dapat dilihat berupa angka-angka. Sedangkan data dianalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design (penelitian eksperimen tidak sebenarnya). Pre experimental design sering disebut

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (Quasi experiment), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai

Lebih terperinci

BAB 5 VALIDITAS EVALUASI HASIL BELAJAR

BAB 5 VALIDITAS EVALUASI HASIL BELAJAR BAB 5 VALIDITAS EVALUASI HASIL BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 MACAM-MACAM VALIDITAS Hasil yang diperoleh dalam kegiatan evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan yaitu metode Deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Pertemuan 7 VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Tujuan Setelah perkuliahan ini diharapkan dapat: Menjelaskan tentang pengertian validitas dan penerapannya dalam menguji instrument penelitian pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Arikunto (2006 : 160), metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Lebih lanjut Surachman dalam Nugraha (2007

Lebih terperinci

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography. Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA YANG BERKUALITAS PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SEMESTER GENAP SMA NEGERI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen maka digunakan metode quasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda maka diperlukan penjelasan mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian melalui definisi operasional

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa 1 VIII A 29 siswa 2 VIII B 28 Siswa 3 VIII C 28 Siswa 4 VIII D 28 Siswa

Tabel 3.1 Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa 1 VIII A 29 siswa 2 VIII B 28 Siswa 3 VIII C 28 Siswa 4 VIII D 28 Siswa 39 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Antara lain membahas tentang lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, desain penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio merupakan bentuk penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. Berikut ini akan dibahas beberapa mengenai penilaian, analisis butir soal,

BAB II KAJIAN TEORETIK. Berikut ini akan dibahas beberapa mengenai penilaian, analisis butir soal, BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual Berikut ini akan dibahas beberapa mengenai penilaian, analisis butir soal, ujian sekolah dasar, kriteria tes yang baik, penelitian yang relevan, dan kerangka

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2014/2015

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2014/2015 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi operasional dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Metode SQ3R dan writing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2006), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XII IPS SMA N 1 KALASAN TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XII IPS SMA N 1 KALASAN TAHUN 2014/2015 SKRIPSI ANALISIS KUALITAS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XII IPS SMA N 1 KALASAN TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 014 di SMKN 1 Bojong Picung Tahun Ajaran 014/015. B. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ingin peneliti ketahui. Dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. ingin peneliti ketahui. Dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Margono (1997: 105) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan secara matematis fakta dan karrakteristik objek atau subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini berupa soal dan seluruh lembar jawaban soal siswa peserta ujian akhir semester 2 dengan bentuk pilihan ganda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi, Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cimahi, yang beralamat di Jl. Kamarung No. 69 Km 1,5 Cimahi

Lebih terperinci

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN 1. Tahap Analisis Tahap analisis dilakukan untuk menentukan tujuan dari pengembangan media pembelajaran dan memilih materi belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. dipisahkan dari kegiatan mengajar.

BAB II KAJIAN TEORITIK. dipisahkan dari kegiatan mengajar. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Evaluasi Pembelajaran Matematika Dalam suatu sistem pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang perlu dilakukan guru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen digunakan untuk

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA KULIAH KODE DOSEN PENGAMPU : PENILAIAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA : MKK41515 : EDY MULYONO, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Pada hakikatnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan. Menurut Rusman, pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan. Menurut Rusman, pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti memaparkan tentang alasan peneliti yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian otentik yang valid dan reliabel dalam menilai pengetahuan dan keterampilan praktikum siswa SMK. Setelah itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang analisis butir soal Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran Fisika kelas XI SMA Negeri 1 Purwokerto Tahun Ajaran 2015/2016 ini sesuai

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XII IPS SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XII IPS SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI KELAS XII IPS SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SDN Candirejo 02 Tuntang yang terletak di Jl.Mertokusuma 32, Kelurahan Candirejo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jl. Kliningan No.6 Buah

Lebih terperinci