Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Transkripsi

1 Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai pemberian tugas belajar bagi Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana diatur dengan Peraturan Gubernur Nomor 87 Tahun 2006 sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini, sehingga perlu disempurnakan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tugas Belajar Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan; 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi;

2 12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 18. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 19. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 20. Keputusan Gubernur Nomor 60 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 21. Keputusan Gubernur Nomor 71 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 22. Keputusan Gubernur Nomor 133 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 23. Keputusan Gubernur Nomor 2548/2002 tentang Ketentuan Besarnya Bantuan Biaya Pelaksanaan Tugas Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 24. Keputusan Gubernur Nomor 108 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TUGAS BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang selanjutnya disebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah Gubernur dan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

3 3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta. 4. Sekretaris Daerah yang selanjutnya disebut Sekda adalah Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta. 5. Asisten Tata Praja dan Aparatur yang selanjutnya disebut Astaprajatur adalah Asisten Tata Praja dan Aparatur Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta. 7. SKPD yang membidangi pembinaan dan pengawasan adalah SKPD yang bertanggung jawab di bidang pembinaan dan pengawasan. 8. SKPD yang membidangi kepegawaian adalah SKPD yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian. 9. SKPD yang membidangi perencanaan adalah SKPD yang bertanggung jawab di bidang perencanaan. 10. SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan adalah SKPD yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan pelatihan. 11. Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat UKPD adalah bagian atau subordinat dari SKPD. 12. UKPD yang membidangi organisasi dan tatalaksana adalah UKPD yang bertanggung jawab di bidang organisasi dan tatalaksana. 13. UKPD yang membidangi hukum adalah UKPD bertanggung jawab di bidang hukum. 14. UKPD yang membidangi keuangan adalah UKPD bertanggung jawab di bidang keuangan. 15. UKPD yang membidangi pembinaan wilayah adalah UKPD yang bertanggung jawab di bidang pembinaan wilayah. 16. Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut pegawai, adalah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 17. Tugas belajar adalah penugasan pegawai untuk mengikuti pendidikan tinggi di dalam maupun luar negeri, pada Perguruan Tinggi yang ditunjuk dan/atau ditetapkan, dengan biaya pendidikan ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Pusat, Pemerintah negara asing, dan/atau Lembaga Swasta Nasional dan/atau Asing. 18. Perencanaan program adalah proses penetapan kebutuhan program pendidikan yang dilakukan melalui tahapan analisa kebutuhan program tugas belajar dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran setiap tahun anggaran dan hasilnya adalah rencana program. 19. Rekrutmen adalah proses pencarian calon pegawai tugas belajar yang dimulai dari pemberitahuan formasi program tugas belajar kepada SKPD/UKPD sampai dengan dikirimnya usulan dari SKPD/UKPD. 20. Seleksi administrasi adalah proses penyaringan calon pegawai tugas belajar dengan meneliti kelengkapan dan keabsahan administrasi sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. 21. Seleksi pra akademis adalah proses penyaringan calon mahasiswa yang dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Tugas Belajar atau pihak lain yang berkompeten.

4 22. Seleksi akademis adalah proses penyaringan calon mahasiswa yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi. 23. Pembekalan adalah proses persiapan bagi pegawai yang telah ditetapkan sebagai pegawai tugas belajar dengan tujuan memberikan informasi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan program tugas belajar. 24. Pengelolaan tugas belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menunjang penyelenggaraan program tugas belajar yang meliputi kegiatan administrasi keuangan dan administrasi pengolahan data dan informasi pegawai tugas belajar. 25. Monitoring dan evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghimpun data dan informasi tentang kondisi pegawai tugas belajar yang mencakup aspek akademis dan non akademis yang akan digunakan sebagai masukan penilaian pegawai tugas belajar. 26. Konseling adalah tugas konsultatif kedinasan baik mengenai akademis, psikologis, medis, personal, hak, kewajiban dan tanggung jawab pegawai tugas belajar. 27. Evaluasi pasca tugas belajar adalah penilaian hasil akademik alumni tugas belajar sebagai bahan masukan pendayagunaan. 28. Pendayagunaan adalah penugasan alumni tugas belajar sesuai dengan disiplin ilmu, prestasi dan kompetensi yang telah diperolehnya dari program pendidikan yang telah diselesaikan. 29. Biaya pendidikan adalah anggaran yang dialokasikan untuk membiayai pegawai tugas belajar yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pemerintah Pusat, Pemerintah Negara Asing dan/atau Lembaga Swasta Nasional dan/atau Asing yang mempunyai jalur pendanaan untuk beasiswa. 30. Tuntutan Ganti Rugi yang selanjutnya disingkat TGR adalah suatu proses tuntutan terhadap pegawai dalam kedudukannya bukan sebagai Bendaharawan atau pihak ketiga yang melakukan kelalaian, kesalahan dan kecurangan dengan tujuan menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melanggar hukum dan/atau melalaikan kewajiban sebagaimana mestinya sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung Daerah mengalami kerugian. 31. Majelis Pertimbangan adalah Tim Kerja Tetap yang khusus menangani kasus-kasus kerugian Daerah, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur. 32. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya disingkat BAN-PT adalah Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. BAB II TUJUAN DAN SASARAN Pasal 2 1) Tugas belajar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pembentukan sikap profesional dalam rangka peningkatan kualitas kinerja dan pelayanan kepada masyarakat. 2) Sasaran tugas belajar untuk mewujudkan pegawai yang memiliki kompetensi yakni dengan sikap profesional, pengetahuan dan keterampilannya mampu melaksanakan amanat tugas dengan baik.

5 BAB III PROGRAM DAN JANGKA WAKTU PENDIDIKAN Bagian Kesatu Perencanaan Kebutuhan Pasal 3 1) Perencanaan kebutuhan pegawai tugas belajar ditetapkan berdasarkan hasil analisis kajian kebutuhan pengembangan kompetensi pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sesuai situasi dan kondisi saat ini serta tantangan tugas di masa yang akan datang. 2) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mernuat: a. pemetaan kebutuhan program pendidikan; b. jumlah formasi kebutuhan pegawai tugas belajar untuk setiap program pendidikan; c. kualifikasi dan persyaratan peserta program pegawai tugas belajar; d. kurikulum program pendidikan; dan e. kebutuhan anggaran. 3) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun oleh SKPD yang membidangi kepegawaian setelah berkoordinasi dengan SKPD/UKPD terkait pada setiap tahun anggaran, kecuali pelaksanaan tugas belajar yang dibiayai pihak lain. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan kebutuhan yang disusun oleh SKPD yang membidangi kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Program pendidikan tugas belajar meliputi: a. Diploma I, II, III dan IV; b. Sarjana Strata Satu (S1); c. Spesialis bidang Profesi; d. Magister (S2); dan e. Doktor (S3). Bagian Kedua Program Pendidikan Pasal 4 Bagian Ketiga Jangka Waktu Pendidikan Pasal 5 Jangka waktu penyelesaian program pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah sebagai berikut: a. program pendidikan Diploma I diselesaikan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun; b. program pendidikan Diploma II, Spesialis bidang profesi dan Magister/Strata 2 diselesaikan paling lama dalam jangka waktu 2 (dua) tahun; c. program pendidikan Diploma III diselesaikan paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun; dan d. program pendidikan Diploma IV, Strata 1 (S1), dan Doktor diselesaikan paling lama dalam jangka waktu 4 (empat) tahun.

6 Pasal 6 1) Pegawai tugas belajar yang belum dapat menyelesaikan program pendidikan sampai dengan jangka waktu penyelesaian tugas belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dapat diberikan perpanjangan jangka waktu pendidikan dengan ketentuan sebagai berikut: a. mendapatkan surat dari perguruan tinggi yang menerangkan bahwa yang bersangkutan belum dapat menyelesaikan pendidikannya; b. permohonan perpanjangan jangka waktu tugas belajar diajukan kepada SKPD yang membidangi kepegawaian paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa tugas belajar berakhir; c. perpanjangan tugas belajar diberikan paling lama 1 (satu) tahun untuk seluruh program pendidikan; dan d. perpanjangan tugas belajar tersebut ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. 2) Seluruh biaya yang dikeluarkan sebagai akibat perpanjangan jangka waktu tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab pegawai tugas belajar yang bersangkutan. 3) Pegawai tugas belajar yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan setelah perpanjangan waktu tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Keputusan tugas belajar atas nama yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. BAB IV REKRUTMEN DAN SELEKSI Bagian Kesatu Rekrutmen Pasal 7 1) Rekrutmen calon peserta tugas belajar diselenggarakan oleh SKPD yang membidangi kepegawaian dengan pemberitahuan tertulis kepada seluruh SKPD/UKPD. 2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 4 (empat) bulan sebelum tanggal pendaftaran ke perguruan tinggi. Bagian Kedua Seleksi Pasal 8 1) SKPD yang membidangi kepegawaian dengan mengikutsertakan SKPD yang membidangi pembinaan dan pengawasan dan UKPD yang membidangi organisasi dan tatalaksana melakukan seleksi adminstrasi terhadap calon peserta tugas belajar yang diusulkan oleh SKPD/UKPD. 2) Calon peserta tugas belajar yang telah lulus seleksi administrasi akan diikutsertakan dalam seleksi pra akademis. 3) Seleksi pra akademis diselenggarakan oleh Tim Pelaksana Tugas Belajar atau dapat menugaskan pihak lain yang berkompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4) Calon peserta tugas belajar yang lulus seleksi pra akademis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diusulkan untuk mengikuti seleksi akademis pada Perguruan Tinggi masing-masing sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

7 5) Usul mengikuti seleksi akademis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan melalui surat Kepala SKPD yang membidangi kepegawaian atas nama Gubernur. 6) Calon peserta tugas belajar yang diusulkan mengikuti seleksi akademis wajib melapor kepada SKPD yang membidangi kepegawaian atas hasil seleksi, baik lulus maupun tidak lulus dengan disertai tanda bukti dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan. BAB V PENETAPAN Pasal 9 1) SKPD yang membidangi kepegawaian melaporkan sekaligus mengajukan penetapan calon peserta tugas belajar yang telah lulus seleksi administrasi, seleksi pra akademis dan seleksi akademis kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan pegawai tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Pasal 10 SKPD yang membidangi kepegawaian menyampaikan Keputusan Gubernur tentang penetapan pegawai tugas belajar kepada pegawai, Kepala SKPD/UKPD, Perguruan Tinggi yang bersangkutan dan Tim Pelaksana Tugas Belajar yang terdiri dari unsur SKPD yang membidangi kepegawaian, SKPD yang membidangi pembinaan dan pengawasan, SKPD yang membidangi perencanaan, UKPD yang membidangi hukum, UKPD yang membidangi organisasi dan tatalaksana, dan SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. BAB VI PEMBEKALAN Pasal 11 1) Pegawai yang telah ditetapkan sebagai pegawai tugas belajar sebelum mengikuti pendidikan wajib mengikuti pembekalan. 2) Pembekalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. 3) Untuk kepentingan pelaksanaan pembekalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SKPD yang membidangi kepegawaian menyampaikan nama dan pegawai yang telah ditetapkan sebagai pegawai tugas belajar kepada SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. Pasal 12 1) Materi pembekalan tugas belajar meliputi: a. kebijakan pengembangan PNS Pemerintah Daerah; b. kebijakan pelaksanaan tugas belajar; c. pemahaman tentang Pemerintah dan Pemerintah Daerah; d. hak, kewajiban dan tanggung jawab pegawai tugas belajar; dan e. Iain-Iain yang dianggap perlu dan sesuai berdasarkan pertimbangan SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. 2) Narasumber materi pembekalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. unsur SKPD yang membidangi kepegawaian; b. unsur SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan; dan

8 c. pakar atau akademisi, berdasarkan pertimbangan SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. 3) Dalam rangka pelaksanaan pembekalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan melakukan rapat koordinasi dengan SKPD/UKPD terkait. BAB VII PERGURUAN TINGGI DAN DlSIPLIN ILMU Bagian Kesatu Perguruan Tinggi Pasal 13 1) Perguruan Tinggi yang menjadi tempat pegawai tugas belajar harus yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2) Penunjukan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. 3) Penunjukan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada akreditasi A oleh BAN-PT dan pertimbangan obyektif lainnya dari SKPD yang membidangi kepegawaian atas saran SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. 4) SKPD yang membidangi kepegawaian menyampaikan keputusan penetapan penunjukan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada para SKPD/UKPD. Bagian Kedua Disiplin llmu Pasal 14 1) Disiplin ilmu yang dapat diikuti pegawai tugas belajar ditetapkan sesuai kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2) Penentuan disiplin ilmu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. 3) Penetapan disiplin ilmu dilakukan bersamaan dengan penetapan penunjukan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. BAB VIII PERSYARATAN CALON PESERTA TUGAS BELAJAR Pasal 15 Pegawai yang diusulkan sebagai calon peserta tugas belajar dari SKPD/UKPD harus memenuhi: a. persyaratan umum; dan b. persyaratan khusus. Pasal 16 Persyaratan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a meliputi:

9 a. melaksanakan tugas pada SKPD/UKPD; b. mempunyai masa kerja tugas pada SKPD/UKPD sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; c. telah berstatus Pegawai Negeri Sipil bukan Calon Pegawai Negeri Sipil; d. tidak sedang dikenakan hukuman disiplin pegawai sesuai peraturan perundangundangan; e. tidak pernah dijatuhi tindak pidana penjara; f. mempunyai kinerja baik dibuktikan dengan DP3 2 (dua) tahun terakhir rata-rata baik; g. mempunyai potensi untuk berkembang dibuktikan surat keterangan kepala SKPD/ UKPD; h. diusulkan oleh SKPD/UKPD; i. bersedia didayagunakan pada SKPD/UKPD dimanapun sesuai kebutuhan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermeterai cukup; j. menaati ketentuan tugas belajar dan siap menerima sanksi apabila melanggar ketentuan tugas belajar, dibuktikan dengan surat pernyataan bermeterai cukup; k. belum pernah drop out dari tugas belajar; dan l. diberhentikan dari jabatan struktural bila sedang menduduki jabatan dan untuk jabatan fungsional dibebaskan sementara dari jabatan fungsionalnya, setelah ditetapkan sebagai pegawai tugas belajar. Pasal 17 1) Persyaratan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b meliputi: a. untuk program Diploma I, II dan HI, pendidikan paling rendah SLTA, Pangkat/Golongan ruang paling rendah Pengatur Muda (Il/a) dan usia paling tinggi 35 tahun per akhir Desember tahun berjalan; b. untuk program Diploma IV dan Sarjana Strata Satu (S1), pendidikan paling rendah SLTA, Pangkat/Golongan paling rendah ruang Pengatur Muda Tk. I (ll/b) dan usia paling tinggi 37 tahun per akhir Desember tahun berjalan; c. untuk program Magister (S2) dan Spesialis bidang profesi, pendidikan paling rendah Sarjana Strata Satu (S1), Pangkat/ Golongan ruang paling rendah Penata Muda (Ill/a) dan usia paling tinggi 40 tahun per akhir Desember tahun berjalan; d. untuk program Doktor (S3), pendidikan paling rendah Magister (S2) atau Spesialis bidang profesi, Pangkat/Golongan ruang paling rendah Penata Muda Tk. I (lll/b) dan usia paling tinggi 44 tahun per akhir Desember tahun berjalan; e. lulus seleksi administrasi dan seleksi pra akademis, yang meliputi psikotest, wawancara dan tes potensi akademik ; dan f. lulus seleksi akademis yang dilaksanakan Perguruan Tinggi yang dituju. 2) Pegawai alumni tugas belajar yang ingin melanjutkan tugas belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus terlebih dahulu melaksanakan tugas paling sedikit 2 (dua) tahun di SKPD/UKPD sesuai penugasan. 3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak berlaku pada alumni tugas belajar S1 yang akan melanjutkan ke program spesialis bidang profesi. 4) Pegawai yang melanjutkan tugas belajar tidak diperkenankan memilih pendidikan yang setingkat/sama dan/atau lebih rendah dari pendidikan/ijazah yang telah dimiliki sebagaimana tercantum dalam Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir. Pasal 18 Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 dan Pasal 17 merupakan materi seleksi administrasi yang dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi kepegawaian. BAB IX HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu

10 Hak Pasal 19 1) Pegawai tugas belajar selama mengikuti program tugas belajar diberikan hak kepegawaiannya, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundangundangan. 2) Untuk kenaikan pangkat/golongan ruang dengan penyesuaian ijazah bagi pegawai akhir tugas belajar diberikan otomatis sesuai periode kenaikan pangkat tanpa melalui ujian dalam bentuk apapun Setiap pegawai tugas belajar berkewajiban: Bagian Kedua Kewajiban Pasal 20 a. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Gubernur; b. menaati dan menjunjung peraturan disiplin pegawai negeri sipil; c. menjaga dan menjunjung citra dan nama baik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta; d. menyelesaikan pendidikan sesuai jangka waktu sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubemur ini; e. menyampaikan laporan tertulis mengenai hasil, prestasi dan hal lain yang berkaitan dengan kegiatan akademik setiap semester kepada Sekda melalui SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan dengan tembusan Kepala SKPD yang membidangi kepegawaian dan Kepala SKPD/UKPD asal pegawai tugas belajar dan dilampirkan fotokopi Kartu Hasil Studi yang dapat menunjukkan Indeks Prestasi (IP) setiap semester; f. meningkatkan prestasi akademik dari semester ke semester berikutnya; g. menyerahkan fotokopi Kartu Hasil Studi yang dapat menunjukkan Indeks Prestasi (IP) sebelumnya, untuk mendapatkan biaya pendidikan tugas belajar semester berikutnya; h. menyampaikan laporan tertulis kepada Sekda dengan tembusan kepada Kepala SKPD yang membidangi kepegawaian, Kepala SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan dan Kepala SKPD/UKPD asal pegawai setelah menyelesaikan pendidikan tinggi yang diikuti, dengan melampirkan: 1. fotokopi ijazah yang dilegalisir; 2. fotokopi transkrip nilai yang dilegalisir; dan 3. fotokopi kertas kerja, skripsi, tesis atau disertasi. i. menjalankan tugas pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai ikatan dinas selama 2 (dua) kali jangka waktu pendidikan tugas belajar. Pegawai tugas belajar dilarang: Bagian Ketiga Larangan Pasal 21 a. berhenti atas permintaan sendiri sebagai pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama masih menjalani kewajiban pegawai tugas belajar; b. cuti di luar tanggungan Negara; c. melalaikan dan/atau dengan sengaja memperpanjang waktu pendidikan; d. melanggar kode etik akademis dan tata tertib akademis berdasarkan laporan dari perguruan tinggi/universitas/sekolah tinggi/akademi;

11 e. mengikuti diklat lain yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun di luar lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta; f. pindah/mutasi dalam dan/atau dari lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama masih menjalani kewajiban pegawai tugas belajar; g. pegawai tugas belajar yang telah menyelesaikan tugas belajar dilarang pindah bekerja ke instansi lain di luar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama dalam masa ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf i; h. pindah dari program pendidikan yang telah ditetapkan; i. melanggar hak dan kewajiban sebagai mahasiswa perguruan tinggi; j. mengundurkan diri sebagai pegawai tugas belajar; dan k. diangkat dalam jabatan struktural/fungsional. BAB X KONSELING Pasal 22 Pegawai tugas belajar sesuai dengan kebutuhannya wajib mendiskusikan/meminta pendapat pertimbangan/saran/mencari solusi mengenai berbagai kendala yang dihadapi selama mengikuti pendidikan tugas belajar baik di internal perguruan tinggi maupun di eksternal perguruan tinggi dengan melakukan konseling ke SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. Pasal 23 1) Untuk melayani konseling pegawai sebagaimana dimaksud pada Pasal 22, SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan menunjuk pejabat SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan sebagai tempat konseling. 2) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Kepala SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan dan disampaikan kepada pegawai tugas belajar dengan tembusan kepada Kepala SKPD yang membidangi kepegawaian. 3) Untuk kelancaran konseling dan kebutuhan pegawai tugas belajar, SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan membuat mekanisme pelaksanaan konseling. BAB XI PENDAYAGUNAAN Pasal 24 1) Pendayagunaan pegawai alumni tugas belajar dapat dalam bentuk: a. pengembalian dan penugasan kembali pegawai alumni tugas belajar ke SKPD/UKPD asal pegawai tugas belajar; b. penugasan atau penempatan pegawai alumni tugas belajar di luar SKPD/UKPD asal pegawai tugas belajar berdasarkan peta kebutuhan formasi yang ditetapkan oleh SKPD yang membidangi kepegawaian. 2) Pendayagunaan pegawai alumni tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan mempertimbangkan: a. disiplin ilmu pegawai; b. program pendidikan pegawai; c. prestasi akademik pegawai; d. tugas dan fungsi SKPD/UKPD, rencana penugasan; dan e. formasi kebutuhan pegawai pada SKPD/UKPD asal pegawai tugas belajar.

12 BAB XII MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Bagian Kesatu Monitoring Pasal 25 1) Monitoring penyelenggaraan tugas belajar terdiri dari: a. monitoring pelaksanaan kebijakan tugas belajar; dan b. monitoring pegawai yang sedang mengikuti tugas belajar pada Perguruan Tinggi. 2) Monitoring pelaksanaan kebijakan tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi kepegawaian dengan aspek pengamatan terhadap seluruh tahapan perencanaan, rekrutmen, seleksi, penetapan perguruan tinggi, disiplin ilmu, dan pendayagunaan alumni. 3) Monitoring pegawai yang sedang mengikuti tugas belajar pada Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah pemantauan terhadap pembekalan, aktivitas kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan hak, kewajiban dan tanggung jawab, pembiayaan serta kegiatan akademis dan non akademis yang borhubungan dengan pegawai tugas belajar dilakukan oleh SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. Bagian Kedua Evaluasi Pasal 26 1) Evaluasi penyelenggaraan tugas belajar terdiri diri: a. evaluasi kebijakan; dan b. evaluasi pegawai. 2) Evaluasi kebijakan adalah evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terhadap efisiensi, efektivitas dan obyektivitas pelaksanaan setiap tahapan dan aspek kebijakan tugas belajar. 3) Evaluasi kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi kepegawaian dan dapat melibatkan SKPD yang membidangi perencanaan, SKPD yang membidangi pembinaan dan pengawasan, UKPD yang membidangi organisasi dan tatalaksana, UKPD yang membidangi hukum, UKPD yang membidangi keuangan dan SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. 4) SKPD yang membidangi kepegawaian menyampaikan hasil evaluasi kebijakan kepada Gubernur melalui Sekda. 5) Evaluasi pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah evaluasi terhadap aktivitas dan hasil kegiatan belajar mengajar di setiap Perguruan Tinggi. 6) Evaluasi pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan oleh SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan dan hasilnya disampaikan kepada SKPD yang membidangi kepegawaian.

13 Bagian Ketiga Pelaporan Pasal 27 1) SKPD yang membidangi kepegawaian menyampaikan laporan hasil seleksi, hasil seleksi pra akademis, pemilihan Perguruan Tinggi, pemilihan disiplin ilmu, evaluasi kebijakan dan hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan tugas belajar dalam lingkup tugas dan fungsinya kepada Gubernur melalui Sekda. 2) SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan menyampaikan hasil pembekalan, hasil monitoring dan evaluasi pegawai kepada Gubernur melalui Sekda. 3) Perguruan Tinggi dimana pegawai tugas belajar mengikuti pendidikan tinggi menyampaikan hasil studi/prestasi dan/atau segala aspek kegiatan belajar mengajar pegawai kepada Gubernur melalui SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan dan tembusan disampaikan kepada SKPD yang membidangi kepegawaian. 4) Pegawai tugas belajar wajib melaporkan hasil studi dan/atau segala bentuk prestasi dan kendala yang dialami dalam menjalankan tugas belajar di Perguruan Tinggi secara berkala paling sedikit setiap 1 (satu) semester yang disampaikan kepada SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan dengan tembusan SKPD yang membidangi kepegawaian dan SKPD/UKPD yang bersangkutan. 1) Pembiayaan tugas belajar meliputi: BAB XIII PEMBIAYAAN Pasal 28 a. kegiatan perencanaan, rekrutmen, seleksi, penetapan, monitoring dan evaluasi kebijakan serta pendayagunaan; b. kegiatan pembekalan, monitoring dan evaluasi pegawai serta konseling; c. hak kepegawaian pegawai tugas belajar; dan d. biaya pendidikan tugas belajar. 2) Pembiayaan tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran berjalan kecuali perpanjangan tugas belajar, dengan alokasi anggaran sebagai berikut. a. pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a masuk DPA SKPD yang membidangi kepegawaian; b. pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b masuk DPA SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan; c. pembiayaan hak kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seperti gaji, tunjangan, TPP dan Iain-Iain masuk DPA SKPD/UKPD asal pegawai; dan d. pembiayaan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri dari, biaya kuliah, uang satuan kredit semester, uang pembangunan, uang buku, uang pemondokan, uang saku, uang penyusunan kertas kerja/skripsi/tesis/disertasi, uang jalan dan Iain-Iain masuk DPA SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran dan tata cara pemberian pembiayaan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diatur dengan Peraturan Gubernur. Pasal 29

14 Alokasi pembiayaan dan tugas belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 hams disusun secara cermat melalui koordinasi antara SKPD yang membidangi kepegawaian dengan SKPD yang membidangi pendidikan dan pelatihan sehingga tidak terjadi penganggaran yang tumpang tindih. Pasal 30 1) Alokasi biaya pendidikan pegawai tugas belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Lembaga Swasta Nasional dan/atau Asing yang mempunyai jalur pendanaan untuk beasiswa. 2) Pembiayaan pegawai tugas belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan biaya yang ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Lembaga Swasta Nasional dan/atau Asing, baik secara penuh dan/atau dengan biaya cost sharing. BAB XIV SANKSI Pasal 31 1) Terhadap pegawai tugas belajar dikenakan sanksi sebagai berikut. a. pengembalian biaya pendidikan apabila melanggar ketentuan Pasal 20 huruf d; b. pengembalian biaya pendidikan ditambah dengan hukuman disiplin sedang apabila melanggar ketentuan Pasal 20 huruf a, huruf b dan huruf c; c. pemberian hukuman disiplin ringan apabila melanggar ketentuan Pasal 20 huruf e sampai dengan huruf i; d. pengembalian biaya pendidikan ditambah hukuman disiplin berat apabila melanggar ketentuan Pasal 20 huruf b, yang berakibat dikeluarkan dari perguruan tinggi; dan e. pengembalian biaya pendidikan ditambah hukuman disiplin sedang yang paling berat apabila melanggar ketentuan Pasal 21. 2) Selain pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan e, terhadap pegawai tugas belajar yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi mutasi tempat tugas antar SKPD/UKPD. 3) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) berdasarkan pertimbangan Tim Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Tugas Belajar, yang susunan keanggotaannya sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Gubernur ini. Pasal 32 1) Pegawai tugas belajar yang tidak mampu melanjutkan dan/atau menyelesaikan pendidikan tugas belajar karena alasan kesehatan tidak dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31. 2) Pembuktian alasan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim Penguji Kesehatan yang ditunjuk oleh SKPD yang membidangi kepegawaian atas nama Gubernur. 3) Apabila berdasarkan pemeriksaan Tim Penguji Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan bahwa pegawai tugas belajar tersebut sehat dan masih mampu menyelesaikan pendidikan, maka terhadapnya diberlakukan sanksi sebagaimana diatur pada Pasal 31 ayat (1) huruf b. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN

15 Pasal 33 Terhadap peraturan perundang-undangan mengenai tugas belajar yang telah ditetapkan dan diberlakukan sebelum Peraturan Gubernur ini masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Gubernur ini. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Keputusan Gubernur Nomor 87 Tahun 2006 tentang Tugas Belajar Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 35 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2008 Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Juli 2008 Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Fauzi Bowo Muhayat NIP BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 61