PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG LADA MENGHADAPI ISU PEMBATASAN RESIDU PESTISIDA 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG LADA MENGHADAPI ISU PEMBATASAN RESIDU PESTISIDA 1)"

Transkripsi

1 32 Pengembangan Inovasi Pertanian 5(1), 2012: Deciyanto Soetopo PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG LADA MENGHADAPI ISU PEMBATASAN RESIDU PESTISIDA 1) Deciyanto Soetopo Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jalan Tentara Pelajar No. 1, Bogor 16111, Telp. (0251) , ; Faks. (0251) Diajukan: 27 Oktober 2011; Disetujui: 24 Januari 2012 ABSTRAK Lampong Black Pepper dan Muntok White Pepper merupakan dua trademark unggulan ekspor lada Indonesia yang sudah dikenal sejak zaman Belanda. Komoditas ini setiap tahun mampu menghasilkan devisa negara sekitar satu triliun rupiah. Namun, daya saing produk ekspor pertanian sangat bergantung pada penanganan negara produsen terhadap isu pasar internasional, seperti batas maksimum residu pestisida pada produk ekspor pertanian. Penanganan isu tersebut berkaitan dengan pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida kimiawi. Pengelolaan terhadap penggerek batang lada (PBL) Lophobaris piperis Marsh. merupakan salah satu yang menjadi perhatian karena tingginya intensitas dan luasnya serangan hama PBL, dan masih adanya ketergantungan petani terhadap penggunaan insektisida. Teknologi pengendalian PBL untuk menekan penggunaan insektisida kimiawi telah dikembangkan, meliputi penggunaan varietas toleran serta pengendalian secara mekanis dan fisik, kultur teknis, hayati, dan pengendalian secara kimiawi yang ramah lingkungan. Penerapan teknologi berbasis pada aras pengambilan keputusan, meliputi pola fluktuasi populasi hama, ambang kendali hama, dan sistem kepakaran pengendalian PBL dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dampak positif tidak langsung dari pengendalian PBL dengan basis tersebut, baik dari sisi kesehatan maupun lingkungan, merupakan indikator keberlanjutan. Hal ini tercermin pada terpeliharanya flora dan fauna pada ekosistem pertanaman lada, termasuk musuh alami hama, dan terhindarnya konsumen dan produsen lada dari bahaya penggunaan insektisida. Teknologi pengendalian PBL harus secara konsisten disertai dengan: (1) pemantauan dan penekanan penggunaan insektisida; (2) pemanfaatan aras pengambilan keputusan; (3) penerapan PHT; dan (4) secara terus-menerus menyampaikan pemahaman pengendalian hama PBL yang ramah lingkungan kepada pihak terkait. Kata kunci: Lada, Lophobaris piperis, pengendalian hama terpadu, batas maksimum residu ABSTRACT Pepper Stemborer Control Facing an Issue of Maximum Residue Limits of Pesticide Lampong Black Pepper and Muntok White Pepper had been famous trademark of Indonesian pepper since Dutch colonial era. These product exports gained approximately US$100 million/year. However, 1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 6 September 2010 di Bogor.

2 Pengendalian hama penggerek batang lada competitiveness of the products depends on how to face the actual issue in the international market, such as maximum residue limits (MRLs) of pesticide on agricultural export products which are related with pest and disease control by chemical pesticides. Pepper stemborer (Lophobaris piperis Marsh.) control obtained attention due to its high intensity and broad infestation in Indonesia pepper plantation, as well as high frequency of insecticide use to control pest by farmers. Technology for stemborer control has already been developed to fullfill consumers need, those are tolerant variety, mechanical and physical control, cultivation, biocontrol, and ecofriendly treatment of chemical insecticide. The implementations are based on control treatment determination system, include pepper stemborer fluctuation population model, pepper stemborer control threshold, and system of expert pepper stemborer control, directed by integrated pest management (IPM) approach. Indirectly benefit of the pepper stemborer control technologies will affect good pepper ecosystem (flora and fauna) and community health (producers and consumers) as sustainable indicators. The technologies should be implemented consistently by (1) monitoring and reducing insecticide use; (2) using system of control treatment determination; (3) IPM implementation and (4) continuously giving ecofriendly pepper stemborer control direction to every people to whom related with. Keywords: Pepper, Lophobaris piperis, integrated pest management, maximum residue limits PENDAHULUAN Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan komoditas ekspor tradisional yang 95% ditanam dengan sistem perkebunan rakyat, dengan total area lebih dari ha. Sentra utama produksi lada meliputi Lampung, Bangka, dan Kalimantan Timur (Deptan 2008). Lampong Black Pepper dan Muntok White Pepper merupakan dua trademark unggulan lada Indonesia. Komoditas ini menghasilkan devisa negara sekitar US$100 juta/tahun. Sebagai penghasil lada dunia, Indonesia pada Perang Dunia II menduduki peringkat pertama, tetapi saat ini tersaingi oleh Vietnam, negara produsen baru yang produksi ladanya dua kali produksi Indonesia (IPC 2008). Permasalahan yang dihadapi usaha tani lada di Indonesia cukup klasik, terutama rendahnya produktivitas, besarnya kehilangan hasil karena hama dan penyakit, serta pendapatan yang tidak menentu karena harga lada yang sangat fluktuatif. Kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit diperkirakan antara 20-50% dari total hasil lada setiap tahun (Rothschild 1968; Kalshoven 1981). Upaya pengendalian hama dan penyakit lada perlu mendapat perhatian, terutama oleh para pengemban kepentingan, karena petani masih mengandalkan pestisida kimiawi. Petani harus diberi keyakinan bahwa pestisida kimia bukan satu-satunya sarana produksi untuk menekan risiko kehilangan hasil, apalagi harga pestisida kimia semakin mahal. Hama dan penyakit utama tanaman lada di Indonesia yaitu penggerek batang lada (Lophobaris piperis Marsh.), pengisap buah (Dasynus piperis China), perusak bunga (Diconocoris hewetti Dist), penyakit busuk pangkal batang (Phytophthora capsici), penyakit kuning, dan penyakit velvet. Penggerek batang lada (PBL) dikenal sebagai hama yang memiliki daerah serangan yang luas dan dapat menyebabkan kematian tanaman (Deciyanto 1983; Deciyanto dan Suprapto 1996a; Ditjenbun 2005). Makalah ini menguraikan hasil penelitian pengendalian dan pengembangan aras keputusan pengendalian PBL, dengan harapan dapat

3 34 Deciyanto Soetopo ikut memberikan kontribusi dalam menghadapi isu pembatasan residu pestisida pada produk lada. STATUS HAMA PBL DAN ISU PEMBATASAN RESIDU PESTISIDA Pemahaman tentang hama PBL dan residu pestisida diperlukan dalam pengendalian yang ramah lingkungan. Penelitian terhadap PBL dimulai oleh peneliti Belanda yang melakukan deskripsi dan mempelajari bioekologi dan perilaku PBL (Marshall 1927; van der Vecht 1940; Kalshoven 1981). Hama PBL tergolong ke dalam ordo Coleoptera. Siklus hidup hama ini dimulai dari stadia telur, larva, pupa, dan dewasa. Serangga dewasa mudah dikenali karena memiliki alat pada mulutnya yang memanjang seperti belalai. Larvanya hidup dalam jaringan batang tanaman. Telur PBL biasanya diletakkan pada batas ruas tanaman atau pada bekas pangkasan batang atau cabang lada. Serangga ini mampu melengkapi siklus hidupnya pada potongan batang atau cabang tanaman lada (Deciyanto et al. 1993; Taufiq et al. 1997). Berbagai stadium PBL selalu dijumpai di lapangan dengan proporsi yang berbeda. Serangan larva umumnya terjadi pada awal musim hujan dan populasi hama sangat rendah pada musim kemarau (Deciyanto dan Suprapto 1996a). Hama ini hidup dan berkembang sangat baik pada pertanaman lada yang ditanam dengan menggunakan tanaman penegak yang percabangannya jarang dipangkas (Asnawi et al. 1988). PBL umumnya menyerang spesies tanaman dari keluarga Piperaceae, seperti lada, sirih, dan cabai jawa. Kerusakan Akibat Serangan PBL Hama PBL terdapat hampir di seluruh daerah lada di Indonesia, dengan serangan tertinggi di Kalimantan Timur dan Lampung (Deciyanto 1983; Deciyanto dan Suprapto 1996a; Ditjenbun 2005), dan juga di Serawak, Malaysia (Kueh 1979). PBL dapat menyerang tanaman sejak di pembibitan hingga tanaman produktif. Serangga dewasa makan dan merusak bunga, buah, batang, dan daun muda. Larva menggerek batang dan cabang, yang menyebabkan kematian tanaman di bagian atas gerekan. Serangan larva pada satu batang utama dapat mengakibatkan kehilangan hasil 43%, sedangkan serangan lanjut pada batang utama menyebabkan kematian tanaman (Deciyanto et al. 1986). Isu Pembatasan Residu Pestisida Bahaya residu pestisida pada bahan pangan, termasuk lada, semakin menjadi perhatian dunia. Terlebih lada merupakan bagian penting dari menu sebagian masakan di dunia. Residu pestisida bersifat toksik dan dapat berakumulasi dalam jaringan organ tubuh manusia, sehingga konsentrasinya pada tingkat tertentu pada bahan pangan dapat berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Oreopoulou et al. 2009). Komisi Kesehatan dan Perlindungan Konsumen Eropa pada tahun 2005 telah menerbitkan peraturan batas maksimum residu pestisida pada berbagai produk pertanian, yang diberlakukan pada tahun 2008 (European Commission 2008). Peraturan tersebut hingga kini terus menjadi isu dalam berbagai pertemuan lada internasional (Jahn 1995; IPC 1996; Paulus 2005).

4 Pengendalian hama penggerek batang lada Perhatian Indonesia terhadap bahaya pestisida tercermin dari terbitnya Inpres No. 7/1973 tentang Peraturan Perizinan Penggunaan, Pendistribusian, dan Penyimpanan Pestisida untuk Pertanian dan Kesehatan. Selain itu, Inpres No. 3/1986 juga melarang peredaran 57 jenis pestisida kimiawi. Pada tahun 1976 pemerintah meluncurkan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada komoditas pertanian, meskipun pada lada baru diterapkan pada tahun 1998 (Deciyanto et al. 1998, 1999a; Trisawa dan Laba 2005). Dalam mengantisipasi isu pembatasan residu pestisida, Badan Litbang Pertanian telah melakukan pemantauan status residu insektisida pada produk lada di Bangka (Deciyanto et al. 1999a, 2000; Wiratno 2008). Petani lada di Bangka umumnya membudidayakan lada secara intensif dengan input tinggi dan menggunakan penegak mati, seperti di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Di Bangka, 86% petani lada secara rutin menggunakan insektisida kimiawi untuk mengendalikan hama utama, 92% melakukannya dengan cara menyemprot, tetapi 77% petani kurang memahami bahaya insektisida (Wiratno 2008). Terdapat enam bahan aktif insektisida yang beredar di Bangka, yaitu benomil, karbofuran, fention, fenitrotion, permetrin, dan deltametrin. Namun, sejauh ini hasil laboratorium tidak mengindikasikan adanya residu insektisida pada produk lada yang melebihi batas ambang standar FAO (Sivadasan 1999). TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PBL Komponen teknologi pengendalian PBL yang tersedia saat ini adalah: (1) penggunaan varietas toleran; (2) pengendalian secara mekanis dan fisik; (3) kultur teknis; (4) pengendalian secara hayati; dan (5) pengendalian secara kimiawi (Mustika et al. 1997; Deciyanto 2005; Trisawa dan Laba 2005). Pengendalian dengan Varietas Toleran Melalui seleksi telah diperoleh varietas lada toleran PBL, yakni Natar-1 yang juga berproduktivitas tinggi (Deciyanto et al. 1984; Deciyanto 1992). Varietas ini secara genetis mampu bertahan dari serangan hama tanpa melewati batas ambang ekonomi. Natar 1 telah banyak ditanam petani di daerah pengembangan lada yang mengalami serangan berat PBL, seperti Kabupaten Lampung Utara. Bahkan varietas ini juga telah diuji untuk mengendalikan serangan PBL di Malaysia (Anuar 1993). Pengendalian secara Mekanis dan Fisik Berdasarkan perilaku dan biologi hama, pengendalian PBL dapat dilakukan dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman lada terserang larva. Potongan tersebut harus dibakar agar larva tidak mampu menyelesaikan siklus hidupnya (Deciyanto 2005). Selain itu, serangga PBL dewasa dapat dengan mudah ditangkap dan dibunuh karena perilakunya yang seolah-olah mati ketika terganggu. Secara tradisional, pengasapan pada pertanaman lada juga dipercaya mampu mencegah serangan PBL. Teknik ini layak terus dikembangkan sebagai kearifan lokal. Pelaksanaan pengendalian secara mekanis dan fisik relatif mudah, dan dapat

5 36 Deciyanto Soetopo dilakukan bersamaan dengan aktivitas pemeliharaan tanaman. Pengendalian secara Budi Daya Pengaturan kultur teknis yang secara tidak langsung berperan dalam pengendalian hama PBL adalah pemangkasan tanaman penegak lada untuk memperoleh 75% intensitas cahaya. Cara ini selain dapat mengoptimalkan produksi lada, juga berpengaruh negatif bagi kehidupan serangga PBL dewasa yang tidak menyukai sinar matahari langsung (Asnawi et al. 1988; Taufiq et al. 1997). Pemangkasan bunga lada pada masa pertumbuhan vegetatif dan panen serentak yang dapat mengurangi ketersediaan makanan bagi hama, juga merupakan tindakan budi daya yang penting dalam pengendalian PBL. Demikian juga pemupukan berimbang, selain meningkatkan kesehatan tanaman juga dapat mempercepat penyembuhan kembali tanaman yang terserang hama. Pengendalian secara Hayati Beberapa musuh alami parasitoid larva PBL telah diidentifikasi, yakni Spathius piperis, Euderus sp., Dinarmus coimbatorensis, dan Eupelmus curculionis (Asnawi et al. 1988; Deciyanto 1992). Pada kondisi umum di lapangan, musuh alami tersebut mampu menekan populasi PBL hingga 37% (Deciyanto dan Suprapto 1992, 1996b; Trisawa et al. 2005). Pengembangan berbagai teknik konservasi parasitoid diharapkan mampu meningkatkan peran musuh alami dalam pengendalian PBL. Teknik yang telah dikembangkan adalah dengan cara penyiangan terbatas, penanaman tanaman penutup tanah Arachis pentoi, serta sistem tanam campuran lada-kopi (Suprapto 2000; Laba dan Trisawa 2006). Pada kebun lada yang ditanami A. pentoi, tingkat parasitisasi S. piperis pada larva PBL berkisar antara 25-50% (Suprapto dan Kasim 1989; Suprapto 2000; Laba et al. 2004). A. pentoi juga memiliki multifungsi dan sudah banyak dikembangkan di Lampung Utara dan Kalimantan Barat. Sementara itu, sistem tanam campuran lada-kopi mampu meningkatkan populasi parasitoid hama lada sampai 40% (Suprapto dan Kasim 1989; Laba dan Trisawa 2006). Ketersediaan nektar dari bunga A. pentoi dan tanaman kopi di sekitar pertanaman lada dapat membantu keberadaan, perkembangan populasi, dan aktivitas parasitoid PBL. Penggunaan teknik konservasi tersebut secara sendiri maupun kombinasi diharapkan dapat meningkatkan keseimbangan hayati pada ekosistem pertanaman lada, sehingga serangan PBL dapat terkendali secara alamiah dan optimal tanpa pestisida. Hal ini tentu akan lebih efektif apabila dipadukan dengan teknik lain yang mendukung, seperti pemangkasan tanaman penegak lada. Musuh alami PBL yang lain adalah laba-laba predator, yang sarang jaringnya mampu menutupi permukaan kanopi dan melindungi buah dan bunga lada dari serangan serangga dewasa PBL (Hanafi 1993; Deciyanto et al. 1995). Oleh karena itu, upaya menekan penggunaan insektisida dapat dilakukan dengan memelihara peran dan keberadaan musuh alami PBL. Penggunaan jamur sebagai pengendali hama lada juga telah diteliti (Suprapto et al. 1991; Deciyanto et al. 1999b). Jamur yang paling potensial sebagai pengendali PBL adalah Beauveria bassiana. Aplikasinya pada kepadatan konidia 10 8 /ml

6 Pengendalian hama penggerek batang lada menyebabkan kematian PBLdewasa sampai 50%. Formulasi B. bassiana yang lebih efektif dan efisien untuk pengendalian PBL di lapangan sedang dikembangkan. Peluang pengembangan lebih lanjut sangat terbuka, karena tersedianya koleksi isolat B. bassiana yang memadai di berbagai balai penelitian di lingkup Badan Litbang Pertanian. Pengendalian hama dengan jamur sangat prospektif pada ekosistem perkebunan, mengingat ekosistem ini sangat stabil (Lacey et al. 2001). Pengendalian dengan Insektisida Penggunaan insektisida kimiawi untuk mengendalikan PBL merupakan langkah terakhir. Apabila insektisida terpaksa diperlukan, diharapkan lebih mengutamakan pemanfaatan bahan aktif alami, seperti ekstrak biji mimba, bengkuang, dan akar tuba (Deciyanto 1989). Ekstrak bengkuang 20 g/100 l dan ekstrak biji mimba 5% efektif terhadap imago PBL (Rumbaina dan Martono 1988; Deciyanto 1994). Beberapa bahan insektisida alami seperti akar tuba banyak terdapat di Bangka, Lampung, dan Kalimantan Barat (Wiratno 2008), tetapi penggunaannya masih terbatas. Jika pengendalian PBL secara kimiawi terpaksa menjadi pilihan, hendaknya dilakukan secara bijak dengan memanfaatkan informasi pola fluktuasi populasi dan ambang kendali PBL (Deciyanto 1989; Jahn 1995). Pilihan jenis insektisida kimiawi yang tepat juga harus memerhatikan cara kerja dan lamanya efek residu (Deciyanto dan Wiratno 1990; Deciyanto dan Siswanto 1994). Aplikasi bahan kimia secara terbatas untuk mencegah peletakan telur PBL juga dapat dilakukan melalui pengolesan pada luka bekas pangkasan tanaman. Penutupan luka pangkasan dengan ter dapat menekan serangan PBL sampai 65%, sedangkan pengolesan luka pangkasan dengan insektisida mampu menekan serangan 6-18% (Suprapto dan Martono 1989). ARAS KEPUTUSAN PENGENDALIAN DAN INDIKATOR KEBERLANJUTAN Aras Keputusan Pengendalian Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian PBL telah dikembangkan tiga aras keputusan, yakni: (1) penetapan pola fluktuasi populasi sebagai dasar aplikasi komponen teknologi pengendalian, yang terdiri atas penggunaan varietas toleran, teknik mekanis/fisik, perlakuan budi daya, dan insektisida; (2) penetapan ambang kendali sebagai dasar pelaksanaan pengendalian; dan (3) sistem kepakaran sebagai dasar penetapan waktu dan cara pengendalian (Deciyanto et al. 1986; Deciyanto 1989, 2005). Pola fluktuasi populasi PBL menggambarkan tingkat proporsi setiap stadia PBL setiap bulan dalam setahun. Teknik pengendalian yang tepat dapat ditetapkan atas dasar tingkat proporsi stadia yang menjadi prioritas untuk dikendalikan pada saat tersebut (Deciyanto 1989). Misalnya, apabila sangat diperlukan, insektisida butiran hanya digunakan pada saat proporsi stadia larva PBL tinggi, yaitu di Bangka pada bulan November dan Maret, yang tercatat sebagai awal dan akhir musim hujan. Penyemprotan insektisida atau aplikasi jamur sebaiknya hanya dilakukan pada saat proporsi serangga dewasa PBL tinggi, yakni antara Desember-Januari. Penggunaan varietas toleran, pengenda-

7 38 Deciyanto Soetopo lian secara budi daya, dan konservasi musuh alami dapat diterapkan pada pertanaman lada sepanjang tahun. Kombinasi berbagai teknik yang kompatibel diharapkan mampu mengendalikan PBL secara optimal. Ambang kendali sebagai acuan waktu pengendalian PBL secara kimiawi ditetapkan apabila ditemukan lebih dari dua cabang buah sekunder terserang larva PBL atau ditemukan lebih dari dua serangga dewasa PBL (Deciyanto et al. 1986). Hasil penelitian menunjukkan, serangan larva pada lebih dari dua cabang buah sekunder akan diikuti oleh serangan pada satu batang utama, yang dapat menimbulkan kerusakan tanaman 44%. Pada kondisi demikian, pada satu tanaman produktif umumnya ditemukan lebih dari dua serangga dewasa PBL. Sistem kepakaran hama adalah sistem yang digunakan sebagai alat untuk memadukan antara kualifikasi kondisi pertanaman, lingkungan, dan hama dengan komponen teknik pengendalian hama (Norton 1991). Sistem ini dikembangkan untuk memudahkan pihak yang berkepentingan dalam menetapkan teknik pengendalian yang diperlukan (Deciyanto 2005). Pada tanaman lada dengan sistem pertanaman ekstensif, dengan ciri input rendah, teknik pengendalian PBL yang mutlak diperlukan adalah pengaturan budi daya, pengendalian secara hayati, dan penggunaan varietas toleran. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) PHT identik dengan pendekatan ekologi secara komprehensif untuk mengendalikan hama dan penyakit pertanian, yang programnya telah ditetapkan melalui Inpres No. 3/1986 dan Peraturan Pemerintah No. 12/1992. Pendekatan ini ditujukan untuk mendorong perhatian masyarakat terhadap kualitas lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Melalui PHT, petani diharapkan mampu menjadi pakar di bidangnya dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan usaha taninya (Deciyanto et al. 2000). Pembelajaran dari PHT meliputi cara praktis pengendalian hama yang tidak merusak agroekosistem. Hal ini bermanfaat bagi upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, peningkatan sosial-ekonomi lada, peningkatan partisipasi petani melalui pembelajaran lapangan, peningkatan pengelolaan agribisnis, dan menghindari residu pestisida pada produk lada (Ditjenbun 2005). Pada periode , target pemerintah dalam pelaksanaan PHT lada meliputi: (1) petani peserta sekolah lapang di provinsi utama penghasil lada, yakni Bangka dan Lampung; (2) pekerja lapang; (3) 20 pelatihan bagi petugas; (4) pelatihan petani oleh petani; dan (5) promosi kebijakan (Ditjenbun 2005). Namun, efektivitas dan implementasi program ini belum maksimal seperti yang diharapkan (Deciyanto et al. 1999a). Indikator Keberlanjutan Pengendalian PBL Pengendalian hama tanpa insektisida kimiawi merupakan usaha mengendalikan populasi dan serangan hama, dengan sasaran menekan kehilangan hasil sekaligus mengedepankan aspek ekologi dan sosial-ekonomi petani. Dalam hal ini, produk pertanian dengan label ekologi menjadi sangat penting (Untung dan

8 Pengendalian hama penggerek batang lada Sudomo 1997). Karena itu, rendahnya populasi PBL dan tingkat kerusakan akibat serangan PBL, kecilnya kehilangan hasil, tidak adanya tingkat residu insektisida yang melebihi ambang batas ketetapan FAO, tidak ditemukannya penolakan ekspor produk karena kandungan residu insektisida, akan menjadi indikator penting keberlanjutan pengendalian hama PBL (Wikipedia 2010). Dampak positif tidak langsung dari pengendalian PBL berbasis indikator tersebut, baik dari segi lingkungan, kesehatan maupun ekonomi, dapat menjadi ukuran keberlanjutan (Untung dan Sudomo 1997). Hal ini dapat tercermin dari terpeliharanya flora dan fauna dalam ekosistem lada, termasuk parasitoid, predator, dan mikroba bermanfaat, serta terhindarnya masyarakat dari bahaya akibat penggunaan insektisida (Deciyanto 2005; Laba dan Trisawa 2006). ARAH DAN STRATEGI PENGENDALIAN PBL Mengacu pada status hama PBL dan residu pestisida, teknologi pengendalian, aras keputusan pengendalian, dan indikator keberlanjutan, sudah saatnya menentukan arah dan strategi pengendalian hama untuk mempertahankan daya saing produk lada Indonesia di pasar dunia. Arah Pengendalian Pengendalian hama yang tidak menimbulkan residu kimiawi pada produk merupakan bagian dari proses penting yang harus menjadi prioritas dalam menghadapi pembatasan residu pestisida. Komponen utama teknologi pengendalian hama PBL secara berkelanjutan harus diarahkan pada penggunaan varietas tahan hama PBL dan pengendalian secara hayati. Dengan kemajuan teknologi saat ini, walaupun terdapat keterbatasan sumber genetik pada tanaman lada di Indonesia, tetap terbuka kemungkinan pengembangan varietas tahan yang lebih dari sekedar toleran melalui bioteknologi. Strategi Pengendalian Pengendalian PBL terkait dengan isu pembatasan residu pestisida sebagai bagian dari pengelolaan hama terpadu memerlukan strategi: (1) pendekatan holistik dalam kerangka kesatuan ekosistem; (2) pemanfaatan dan pengintegrasian mekanisme alami dalam proses produksi; (3) perpaduan berbagai teknologi pengendalian; (4) peningkatan keragaman hayati dalam ekosistem; (5) penekanan penggunaan bahan kimia berbahaya; (6) peningkatan sumber daya manusia dan dukungan kelembagaan; (7) penerapan prinsip kemitraan yang bertanggung jawab; dan (8) dukungan penelitian dan pengembangan spesifik lokasi dan agroekosistem (Deciyanto et al. 2000). Penerapan pengendalian PBL memerlukan konsistensi implementasi yang meliputi: (1) pemantauan dan penekanan penggunaan pestisida kimiawi pada area pertanaman lada; (2) pemanfaatan aras pengambilan keputusan; dan (3) penerapan PHT (Norton 1991). Strategi yang tidak kalah penting adalah secara terus-menerus memasyarakatkan pemahaman tentang pentingnya implementasi pengendalian hama yang ramah lingkungan kepada semua pihak yang berkepentingan, terutama dalam menghadapi pembatasan residu pestisida pada produk pertanian.

9 40 Deciyanto Soetopo KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Berbagai teknologi pengendalian PBL berwawasan lingkungan telah dihasilkan melalui penelitian, meliputi penggunaan varietas toleran, pengendalian secara mekanis dan fisik, perlakuan budi daya, pengendalian hayati, dan pengendalian dengan insektisida. Implementasi teknik pengendalian PBL yang optimal sangat dimungkinkan melalui aras pengambilan keputusan yang telah diformulasikan berdasarkan pola fluktuasi populasi, ambang kendali, dan sistem kepakaran PBL. Program PHT pada tanaman lada, termasuk PBL, yang telah dicoba diimplementasikan pemerintah pada tahun di Lampung perlu terus ditingkatkan. Implikasi Kebijakan Kebijakan pemerintah yang konsisten dalam program pengendalian hama lada ramah lingkungan dapat meningkatkan kepedulian petani lada terhadap lingkungan dan kesehatan konsumen, meningkatkan kepercayaan dunia terhadap produk lada Indonesia yang memiliki ecolabeling, dan menjaga brand image dan daya saing lada Indonesia di pasar dunia. Percepatan penerapan PHT untuk pengendalian PBL dalam skala luas di tingkat petani dapat dilakukan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) PBL. Dukungan pemerintah dalam memfasilitasi pelaksanaan SL-PHT PBL sangat diperlukan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dapat menjadi ujung tombak Badan Litbang Pertanian di daerah bersama Dinas Perkebunan setempat. DAFTAR PUSTAKA Anuar, A.M Study on the relative suitability of selected pepper varieties as host for the pepper weevil, Lophobaris piperis MRSHL. p In M.Y. Ibrahim, C.F.J. Bong, and I.B. Ipor (Ed.). The Pepper Industry: Problems and prospects. Universiti Pertanian Malaysia, Bintulu Campus, Serawak, Malaysia. Asnawi, Z., P. Wahid, dan E. Karmawati Pengaruh jenis tiang panjat terhadap populasi hama utama lada. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri 13(3-4): Deciyanto, S Penyebaran kumbang moncong lada (Lophobaris piperis Marsh.) di Lampung. hlm Prosiding Kongres Entomologi II. Perhimpunan Entomologi Indonesia, Jakarta. Deciyanto, S., S. Sosromarsono, S. Wardoyo, dan Sugiharso Preferensi makan dan peneluran serta biologi Lophobaris piperis pada tiga varietas lada. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri 9(50): Deciyanto, S., M. Iskandar, dan A. Munaan Preferensi larva penggerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) dan kehilangan hasil pada tanaman lada. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Entomologi Perkebunan Indonesia, Medan, April Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Medan. Deciyanto, S Pengendalian hama utama lada secara terpadu di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8(3): Deciyanto, S. dan Wiratno Efikasi dan pengaruh residu insektisida endosulfan, permethrin dan fenitrothion

10 Pengendalian hama penggerek batang lada terhadap serangga dewasa Lophobaris piperis Marsh. Bulletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 5(2): Deciyanto, S Kemungkinan pemanfaatan varietas dan musuh alami pada pengendalian hama lada. Simposium Pengendalian Hama Terpadu, Sukamandi, 3-4 September Perhimpunan Entomologi Indonesia, Bandung. Deciyanto, S. and Suprapto Research progress on important insect pest of black pepper in Indonesia. p Proceeding of International Workshop on Pepper Diseases, Lampung, 3-5 December Research Institute for Spice and Medicinal Crops, Bogor. Deciyanto, S., I.M. Trisawa, dan T. Handayani Pengaruh diameter dan panjang potongan batang lada terhadap biologi penggerek batang lada (Lophobaris piperis Marsh., Curculionidae, Coleoptera). Bulletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 8(1): Deciyanto, S Studi kemungkinan biji mimba (Azadirachta indica) sebagai insektisida dan bahan repelent untuk penggerek batang lada (Lophobaris piperis Marsh.). Prosiding Simposium VIII Bahan Obat Tradisional, Bogor, November Deciyanto, S. dan Siswanto Toksisitas methidation dan fenthion terhadap serangga dewasa penggerek batang lada. Bulletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 9(2): Deciyanto, S., Wiratno, and Z. Asnawi Preliminary study on the existence of spider web on black pepper and its role. J. Spice Med. Crops Res. 3(2): Deciyanto, S. dan Suprapto. 1996a. Hama penggerek batang lada dan cara pengendaliannya. hlm Dalam Monograf Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Deciyanto, S. and Suprapto. 1996b. Natural enemies of pepper pest in Indonesia and its research progress. Peppertech Meeting, Sarawak, Malaysia, 24 July International Pepper Community. Deciyanto, S., P. Wahid, D. Manohara, and A. Dhalimi Adoption of a good agricultural practice to prevent contamination on pepper: An Indonesian experience. Int. Pepper News Bull. 22(3-4): Deciyanto, S., C. Indrawanto, dan I W. Laba. 1999a. Dampak pestisida terhadap musuh alami dan analisa residu pada pertanaman dan produk lada. Laporan Teknis Kegiatan Penelitian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 1998/1999. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Deciyanto, S., I.M. Trisawa, dan T.E. Wahyono. 1999b. Viabilitas spora serta pengaruh konsentrasi dan umur biakan spora Beauveria bassiana terhadap kematian Lophobaris piperis Marsh. Lokakarya dan Seminar Nasional Pengendalian Hayati, Yogyakarta, Juli Deciyanto, S., A. Dhalimi, and Siswanto Pesticide residue on black pepper, present status and strategy to solve its problem in Indonesia. Pepper News 25(2-3): Deciyanto, S Expert system for pepper stemborer control. J. Pepper Ind. Focus Pepper 2(2):

11 42 Deciyanto Soetopo Deptan (Departemen Pertanian) Statistik Pertanian. Deptan, Jakarta. 303 hlm. Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan) Laporan Luas Serangan Hama dan Penyakit pada Triwulan Pertama. Ditjenbun, Jakarta. European Commission Implementation of Reg. (EC) No. 396/2005 of Maximum Residue Level of Pesticide. Health and Consumer Protection, Directorate General of European Commision. 14 pp. Hanafi, S Spiders on Piper nigrum L. in the Pepper Industry, Problems and Prospects. University Pertanian Malaysia, Bintulu Campus, Serawak, Malaysia. p IPC (International Pepper Community) Increasing competitiveness of the pepper industry through improving quality. Report of the 21 st Peppertech Meeting, Kuching, Sarawak, Malaysia, 22 July IPC (International Pepper Community) Statistics of Black Pepper by Country (prodexarea): Area, production, export, import of black pepper. IPC, Jakarta. Jahn, K.G Pepper Quality Requirements Today and Tomorrow. Studies in Trade and Investment Towards A More Vibrant Pepper Economy, United Nations, Economic and Social Commission for Asia and Pacific. p Kalshoven, L.G..E The Pest of Crops in Indonesia. Rev. & Trans. by P.A. van der Laan. Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta. 701 pp. Kueh, T.K Pests, Diseases and Disorders of Black Pepper in Sarawak. Department of Agriculture, Sarawak, Kuching. 68 pp. Laba, I W., D. Kilin, W.R. Atmadja, I.M. Trisawa, T. Djuwarsa, D. Manohara, dan Ahyar Pengaruh penutup tanah Arachis pentoi terhadap musuh alami hama utama lada. Laporan Hasil Penelitian Proyek PHT Perkebunan, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. 15 hlm. Laba, I W. dan I.M. Trisawa Pengelolaan ekosistem untuk pengendalian hama lada. Perspektif 5(2): Lacey, L.A., R. Frutos, H.K. Kaya, and P. Vails Insect pathogen as biological control agents: Do they have future. Biol. Control 21: Marshall, G.A.K New injurious Curculionidae (Col.). Bull. Entomol. Res. 17(3): Mustika, I., D. Manohara, dan S. Deciyanto Pedoman Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Lada. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor. hlm Norton, G.A Decision tools for pest management Philosophy, concepts and technique. p Progress Report of Rice Integrated Pest Management Network. Swiss Development Cooperation (SDC) and International Rice Research Institute. Oreopoulou, V., D. Lembesi, C. Dimakou, T. Tsironi, S. Paulin, R. Lake, John-Erik Haugen, C. von Holst, and M. Thomas Food Quality and Safety Issues in the Priority Areas within MoniQA. Quality Assurance and Safety of Crops & Foods. Blackwel Publishing Ltd. Paulus, A Pepper and Pepper Research in Serawak. Agricultural Research Centre, Semongok, Malaysia. 6 pp.

12 Pengendalian hama penggerek batang lada Rothschild, G.H.L Notes on Diconocoris hewetti (Dist.) (Tingidae), a pest of pepper in Sarawak (Malaysian Borneo). Bull. Entomol. Res. 58(1): Rumbaina, D. dan Martono Uji efikasi biji bengkuang (Pachyrrhizus erosus Urb.) terhadap hama penggerek batang lada. Sub-Balittro, Natar. Sivadasan, C.R Pesticide residue in food. Int. Pepper News Bull. 26(3-4): Suprapto dan Martono Populasi hama alami penggerek batang pada tanaman lada. Bulletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 4(1): 6-1. Suprapto dan R. Kasim Pengendalian secara biologi penggerek batang dan penyakit busuk pangkal batang lada. Seminar Bulanan, Juli Sub- Balittro, Natar. Suprapto, R. Kasim, D. Rumbaina, dan Martono Uji efikasi cendawan Beauveria spp. terhadap penggerek batang (Lophobaris piperis Marsh.). Seminar Bulanan, April Sub- Balittro, Natar. Suprapto Manfaat penggunaan Arachis pintoi terhadap perkembangan musuh alami organisme pengganggu utama tanaman lada. hlm Makalah Workshop Nasional Pengendalian Hayati OPT Tanaman Perkebunan, Bogor, Februari Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Natar. Taufiq, E., S. Deciyanto, dan A. Alwi Pengaruh jenis makanan dan intensitas cahaya terhadap perkembangan penggerek batang lada. hlm Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia, Tantangan Entomologi pada Abad XXI. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor, Bogor. Trisawa, I.M. dan I W. Laba Hama utama tanaman lada dan pengendaliannya. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat 17(2): Trisawa, I.M., I W. Laba, dan W.R. Atmadja Arthropoda yang berasosiasi pada ekosistem tanaman lada. Jurnal Entomologi Indonesia 2(1): Untung, K. dan M. Sudomo Pengelolaan serangga secara berkelanjutan. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi Pengelolaan Serangga secara Berkelanjutan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Juni Perhimpunan Entomologi Indonesia, Bandung. 397 hlm. van der Vecht, J De Kleine Pepersnuitkever (Lophobaris piperis Marsh.). Landbouw 16(6): Wikipedia The Free Encyclopedia. En.wikipedia. org/wiki/environmental indicators. Last modified 31 January. enviromental indicator. Wiratno Effectiveness and Safety of Botanical Pesticides Applied in Black Pepper (Piper nigrum) Plantations. Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor op gezag van de rector magnificus van Wageningen Universiteit. 126 pp.

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati.

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati. Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur Beauveria bassiana Oleh ;Umiati.SP Hama merupakan salah satu kendala produksi lada di Indonesia.

Lebih terperinci

MANFAAT PENGGUNAAN ARACHIS PINTOI TERHADAP PEKEMBANGAN MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG (LOPHOBARIS PIPERIS MASH) DALAM BUDIDAYA LADA

MANFAAT PENGGUNAAN ARACHIS PINTOI TERHADAP PEKEMBANGAN MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG (LOPHOBARIS PIPERIS MASH) DALAM BUDIDAYA LADA MANFAAT PENGGUNAAN ARACHIS PINTOI TERHADAP PEKEMBANGAN MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG (LOPHOBARIS PIPERIS MASH) DALAM BUDIDAYA LADA SUROSO DAN HERY.S Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Jl.

Lebih terperinci

HAMA UTAMA TANAMAN LADA DAN PENGENDALIANNYA

HAMA UTAMA TANAMAN LADA DAN PENGENDALIANNYA HAMA UTAMA TANAMAN LADA DAN PENGENDALIANNYA Iwa Mara Trisawa dan I Wayan Laba Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Hama utama tanaman lada di Indonesia adalah penggerek batang, Lophobaris piperis

Lebih terperinci

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada

Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada I W. LABA DAN I.M. TRISAWA Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Indonesian Institute of Medicinal Crops and Aromatic Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor. Sebagai salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi, tanaman lada dijadikan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumber daya alam dan kondisi sosial budaya yang mendukung serta luas areal kakao yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN

KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Haryono KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG Oleh Syahnen dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan Balai Besar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT) OVERVIEW : PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT) Oleh Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fak. Pertanian Univ. Brawijaya Apakah PHT itu itu?? Hakekat PHT PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir

Lebih terperinci

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun

Lebih terperinci

Ambang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida

Ambang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida Ambang Ekonomi Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Latar belakang Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida >90% tidak memenuhi target hama pencemaran

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia. Komoditi tersebut dihasilkan oleh 60 negara dan memberikan

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN HAMA PENGHISAP DAUN-KEPIK Diconocoris sp. ( Diconocoris hewetti ) PADA TANAMAN LADA

HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN HAMA PENGHISAP DAUN-KEPIK Diconocoris sp. ( Diconocoris hewetti ) PADA TANAMAN LADA HAMA PENYAKIT PENTING TANAMAN HAMA PENGHISAP DAUN-KEPIK Diconocoris sp. ( Diconocoris hewetti ) PADA TANAMAN LADA OLEH : NAMA : IKA NURSA ADAH NIM : 115040213111009 KELAS PRODI : H : AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang mempunyai peran dan sumbangan besar bagi penduduk dunia. Di Indonesia, tanaman kedelai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010). PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian agro ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman dengan lingkungan tumbuhnya. Agro ekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu

Lebih terperinci

Benih lada (Piper nigrum L)

Benih lada (Piper nigrum L) Standar Nasional Indonesia Benih lada (Piper nigrum L) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI Teknik/cara pengendalian yang dapat digunakan dalam pengelolaan banyak ragamnya. Ada beberapa cara yang dipadukan dalam suatu koordinasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian merupakan sektor yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada Ada empat pendekatan dalam kegiatan pengendalian hayati yaitu introduksi, augmentasi, manipulasi lingkungan dan konservasi (Parella

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI KEPIK RENDA, Diconocoris hewetti (Dist) (HEMIPTERA : TINGIDAE) DAN KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN LADA

HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI KEPIK RENDA, Diconocoris hewetti (Dist) (HEMIPTERA : TINGIDAE) DAN KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN LADA I WAYAN LABA, et al. : Hubungan antara kerapatan populasi kepik renda Diconocoris hewetti (Dist) (Hemiptera ; Tingidae) dan kehilangan hasil HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI KEPIK RENDA, Diconocoris

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3586 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 12) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN

PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam budidaya tanaman perkebunan, perlindungan tanaman merupakan kegiatan yang penting, karena menjadi jaminan (assurance) bagi terkendalinya

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

HAMA UTAMA PADA PEMBIBITAN LADA DAN PENGENDALIANNYA

HAMA UTAMA PADA PEMBIBITAN LADA DAN PENGENDALIANNYA HAMA UTAMA PADA PEMBIBITAN LADA DAN PENGENDALIANNYA Rismayani, Rohimatun dan I Wayan Laba Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jalan Tentara Pelajar No.

Lebih terperinci

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA Amini Kanthi Rahayu, SP POPT Ahli Pertama Latar Belakang Berbagai hama serangga banyak yang menyerang tanaman kelapa, diantaranya kumbang badak Oryctes

Lebih terperinci

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. OLEH: Syahnen, Yenni Asmar dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU TUGAS Oleh RINI SULISTIANI 087001021 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 8 1. Pendahuluan Pengendalian hama

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia. Meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai peranan penting dalam industri

Lebih terperinci

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1995 (6/1995) Tanggal : 28 PEBRUARI 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/12; TLN NO. 3586

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) A. Pendahuluan Konsepsi Integrated Pest Control atau Pengendalian Hama Terpadu (PHT) mulai diperkenalkan pada tahun 1959 yang bertujuan agar

Lebih terperinci

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data tiga tahun terakhir pada Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia menunjukkan bahwa terjadi penurunan

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS Eva L. Baideng Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sam Ratulangi Email : eva.baideng@yahoo.co.id;eva.baideng@unsrat.ac.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia. Biji kakao menjadi komoditas andalan perkebunan yang memperoleh prioritas untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian

Lebih terperinci

HAMA Helopeltis spp. PADA JAMBU METE DAN PENGENDALIANNYA

HAMA Helopeltis spp. PADA JAMBU METE DAN PENGENDALIANNYA HAMA Helopeltis spp. PADA JAMBU METE DAN PENGENDALIANNYA Elna Karmawati dan Tri Lestari Mardiningsih Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Helopeltis spp. merupakan hama yang paling dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak mengizinkan berbagai halangan bisa muncul yang menyebabkan tanaman itu tidak tumbuh subur, walaupun

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI I. PENDAHULUAN Kabupaten Bantul mencanangkan sasaran : (1). Padi, luas tanam 32.879 ha, luas panen 31.060 ha, produktivitas 65,43 ku/ha GKG, produksi 203.174 ton, ( 2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen kakao terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan bertambahnya luas perkebunan kakao. Menurut Karmawati, Mahmud, Syakir, Munarso,

Lebih terperinci

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA

Lebih terperinci

TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA)

TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA) Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA) ZAINUDIN DAN

Lebih terperinci

Pengembangan Penangkaran Bibit Lada di Kelompok Tani Desa Sukamarga, Lampung Utara

Pengembangan Penangkaran Bibit Lada di Kelompok Tani Desa Sukamarga, Lampung Utara Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 11 (2): 104-111 ISSN 1410-5020 Pengembangan Penangkaran Bibit Lada di Kelompok Tani Desa Sukamarga, Lampung Utara Development of Pepper Propagation in Farmers Group

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian hama terpadu (PHT),

Dalam sistem pengendalian hama terpadu (PHT), PEMANFATAN JAMUR PATOGEN SERANGGA DALAM PENANGGULANGAN Helopeltis antonii DAN AKIBAT SERANGANNYA PADA TANAMAN JAMBU METE Tri Eko Wahyono 1 Dalam sistem pengendalian hama terpadu (PHT), pengenalan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

Pengendalian Terpadu Pengisap Buah Lada Dasynus piperis China PENDAHULUAN

Pengendalian Terpadu Pengisap Buah Lada Dasynus piperis China PENDAHULUAN PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor lada hitam maupun putih yang utama. Lada memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai bahan baku

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) I. PENDAHULUAN Diantara penyebab rendahnya produktivitas kakao di Indonesia adalah serangan organisme

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PENERAPAN DAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI LADA DI PROVINSI BANGKA BELITUNG

ANALISIS TINGKAT PENERAPAN DAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI LADA DI PROVINSI BANGKA BELITUNG ANALISIS TINGKAT PENERAPAN DAN MANFAAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI LADA DI PROVINSI BANGKA BELITUNG Oleh: Adang Agustian dan Budiman Hutabarat Peneliti Pada Pusat Analisis

Lebih terperinci

Prospek Pengembangan Pertanian Organik di Yogyakarta

Prospek Pengembangan Pertanian Organik di Yogyakarta Prospek Pengembangan Pertanian Organik di Yogyakarta Oleh: Heri Akhmadi, S.P., M.A. Staf Pengajar Prodi Agribisnis UMY Disampaikan Pada Hari Rabu, 9 Agustus 2017 Dalam Acara Penyuluhan Pentingnya Pertanian

Lebih terperinci

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman: 225-230 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai

Lebih terperinci