KOMPOSISI TEPUNG KOMPOSIT (PATI GANYONG TERIGU) DAN PENAMBAHAN PUREE WORTEL PADA HASIL JADI PASTA GANYONG (Canna edulis Kerr) FUSILLI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPOSISI TEPUNG KOMPOSIT (PATI GANYONG TERIGU) DAN PENAMBAHAN PUREE WORTEL PADA HASIL JADI PASTA GANYONG (Canna edulis Kerr) FUSILLI"

Transkripsi

1 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: KOMPOSISI TEPUNG KOMPOSIT (PATI GANYONG TERIGU) DAN PENAMBAHAN PUREE WORTEL PADA HASIL JADI PASTA GANYONG (Canna edulis Kerr) FUSILLI Nefiantari Nur Muliawanti 1, Arita Puspitorini 2 Jurusan PKK FT Universitas Negeri Surabaya, Kampus Ketintang, Surabaya aritarini@gmail.com Abstrak. Pasta ganyong fusilli merupakan hasil modifikasi pasta yang dibuat dengan komposisi tepung komposit (pati ganyong terigu) dan penambahan puree wortel. Tujuan penelitian untuk mengetahui 1) pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong terigu) 2) pengaruh jumlah puree wortel 3) pengaruh interaksi keduanya terhadap mutu organoleptik pasta ganyong fusilli (dalam keadaan kering: kerapuhan, bentuk, warna dan aroma, serta dalam keadaan direbus: kekenyalan, bentuk, warna dan aroma). Penelitian ini adalah eksperimen dengan desain pola faktor ganda (2x3). Pengumpulan data menggunakan metode observasi melalui uji organoleptik, dengan panelis terlatih sebanyak 10 orang dan panelis semi terlatih sebanyak 30 orang. Analisis data dengan uji anava ganda dan uji kimia untuk kandungan gizi. Hasil penelitian menunjukkan komposisi tepung komposit tidak berpengaruh pada kerapuhan, bentuk, warna dan aroma pasta ganyong fusilli kering. Komposisi tepung komposit tidak berpengaruh pada kekenyalan, bentuk, warna dan aroma pasta ganyong fusilli rebus. Jumlah puree wortel berpengaruh pada bentuk, warna dan aroma pasta ganyong fusilli kering serta berpengaruh pada kekenyalan, bentuk, warna, aroma pasta rebus. Interaksi keduanya berpengaruh pada warna dan aroma pasta ganyong fusilli kering dan warna pada pasta ganyong fusilli rebús. Pasta ganyong fusilli kering terbaik dari tepung komposit (pati ganyong terigu) 60:40 dengan penambahan puree wortel 25%. Kata kunci: tepung komposit, puree wortel, pasta ganyong fusilli Abstract. Canna fusilli pasta is a modification of a paste made by the composition of flour wheat starch composite (canna starch-wheat flour) and the addition of pureed carrots. The purpose of this study is to determine 1) the influence of the composition of composite flour (canna starch-wheat flour) 2) influence the amount of pureed carrots 3) interaction of both on the quality of organoleptic cana fusilli pasta (in a dry state: fragility, shape, color and flavor, as well as in boiled: resilience, shape, color and aroma). The study was experimental design with multiple factor pattern (2x3). Data collection using observation methods through the sensory test, with trained panelist as many as 10 people and semi-trained panelist as many as 30 people. Data were analyzed by Anova, chemical test for obtaining nutrition content. The results showed the composition of composite flour did not influence on the organoleptic quality of fragility, shape, color and aroma on fusilli canna pasta in a dry state. The composition of composite flour influence on to elasticity, shape, color and aroma on canna fusilli pasta after boiling. Amount of puree carrots influence on shape, color and aroma fusilli canna pasta in a dry state and influence on resilience, shape, color and aroma in a state after boiling. Interaction of both the composition of composite flour and the amount of pureed carrots affect the organoleptic quality color and fragrance on dry fusilli pasta canna and affect of color in canna fusilli pasta after boiling. The best quality of dry fusilli pasta canna made from the composition of composite flour (canna starch-flour) 60:40 with the addition of 25% carrot puree. Keywords: Composite flour, carrot puree, fusilli canna pasta 27

2 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: PENDAHULUAN Pati ganyong merupakan pati yang dihasilkan dari umbi ganyong. Ganyong (Canna edulis kerr) adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat dan sudah sepatutnya dikembangkan menjadi berbagai jenis makanan olahan. Pati ganyong dapat diolah menjadi pasta dengan cara mensubtitusi bahan pembentuk pada pasta. Pasta diartikan sebagai suatu adonan yang dibuat dari tepung terigu dan air yang dibentuk dengan berbagai variasi. Pasta dibuat dari tepung terigu, akan tetapi dengan fakta yang ada bahwa pasta dapat pula dibuat dari subtitusi pati ganyong dan disebut sebagai pasta ganyong. Pasta ganyong merupakan makanan olahan yang terbuat dari pati ganyong terigu, minyak, air, telur dan garam. Pasta bermacam-macam bentuk maupun jenisnya, akan tetapi bentuk pasta harus disesuaikan dengan formula yang digunakan. Salah satu bentuk pasta adalah bentuk spiral dan dinamakan fusilli. Bentuk fusilli digunakan dalam pembuatan pasta ganyong agar tidak mudah rapuh dan tidak melengkung saat dikeringkan. Kandungan gizi pasta ganyong ditingkatkan dengan menambahkan puree wortel kedalamnya karena puree wortel banyak mengandung pro vitamin A yang sangat baik untuk kesehatan mata, khususnya pada anak-anak agar terhindar dari buta senja dan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Wortel merupakan salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman sayur-sayuran yang potensial dan multi guna bagi pelayanan kesehatan masyarakat didunia. Wortel termasuk kelompok tanaman sayuran umbi, oleh karenanya sejak semula kehadiran dan pengembangan wortel di Indonesia terutama tertuju untuk memenuhi kebutuhan pangan sayur. Namun, dengan demikian dengan perkembangan teknologi pangan serta semakin pesatnya bidang kesehatan, kini wortel telah dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan pewarna makanan maupun makanan kecil (snack). Menurut hasil penelitian National Cancer Institute (1991), wortel mengandung senyawa betakaroten. Zat ini dapat mencegah bensopiren penyebab kanker paru-paru. Kandungan karoten (pro-vitamin A) pada umbi wortel dapat mencegah penyakit rabun senja (buta ayam). Sedangkan kandungan gizi umbi wortel dan kalori per100g bahan segar yaitu: energi 42,00 kal, protein 1,20g, lemak 0,30g, karbohidrat 9,30g, kalsium 39,00mg, fosfor 37,00mg, besi 0,80mg, natrium 32,00 mg, serat 0,90g, abu 0,80g, vitamin A 12,000,00 SI, vitamin B1 0,06mg, vitamin B2 0,04mg, vitamin C 6,00mg, niasin 0,60mg, dan air 88,20g (Anonymous dalam Rukmana, 1995: 16). Penelitian ini mengaji tentang pasta ganyong dengan menambahkan puree wortel. Bahan yang digunakan dalam pembuatan pasta ganyong fusilli terdiri dari pati ganyong, terigu, telur, minyak, garam dan puree wortel yang banyak mengandung berbagai kandungan gizi terutama vitamin A sehingga akan memiliki sifat organoleptik yang bisa diterima masyarakat, meliputi dalam keadaan kering (kerapuhan, bentuk, warna, aroma) dan setelah direbus (kekenyalan, bentuk, warna, aroma) serta uji kimia untuk mengetahui kandungan gizi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, abu, kadar air, beta-karoten dan serat yang terdapat pada pasta ganyong fusilli. METODE Bahan yang digunakan adalah pati ganyong, terigu, puree wortel, garam, minyak, dan telur. Alat yang digunakan yaitu timbangan, baskom, panci, sendok, gelas ukur, gilingan pasta, parutan dan nampan. Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Penelitian pasta ganyong fusilli dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dilakukan di Laboratorium Baking and Catering Course (BCC) Jurusan PKK FT Unesa dan uji kimia di Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Perlakuan yang diterapkan adalah perlakuan ganda, yaitu komposisi tepung komposit (pati ganyong terigu). Variabel terikat adalah mutu organolepik meliputi kerapuhan, bentuk, warna, aroma (dalam keadaan kering) dan kekenyalan, bentuk, warna, aro- 26

3 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: ma (setelah direbus). Alur pembuatan pasta ganyong fusili disajikan Gambar 1. Penimbangan bahan Pati ganyong, tepung terigu dan puree wortel Minyak, telur, air, dan garam komposisi pati ganyong:terigu 50:50 dan jumlah penambahan puree wortel 35%. Rata-rata kerapuhan tertinggi diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 50:50 dan jumlah penambahan puree wortel 25%. Data hasil mutu organoleptik terhadap kerapuhan pasta ganyong fusilli disajikan pada Gambar 2. Pengulian Penggilingan Pencetakan Adonan siap cetak Pasta ganyong fusilli PASTA GANYONG FUSILLI Gambar 1. Alur Pembuatan Pasta Ganyong Fusili Pengumpulan data mutu organoleptik menggunakan lembar observasi berupa angket. Uji organoleptik yang dilakukan oleh panelis terlatih sebanyak 10 orang dan panelis semi terlatih sebanyak 30 orang. Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan zat gizi dalam pasta ganyong fusilli yang meliputi beta-karoten, kandungan air, protein, lemak, abu, kadar serat dan karbohidrat. Teknik analisis data mutu organoleptik menggunakan analisis varian ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengeringan Mutu Organoleptik Pasta ganyong Fusilli Kering. Kerapuhan. Hasil penilaian panelis terhadap kerapuhan pasta ganyong fusilli dalam keadaan kering diperoleh rata-rata terendah 2,81 (sangat rapuh) dan dengan rata-rata tertinggi 3,26 (tidak rapuh). Ratarata kerapuhan terendah diperoleh dari Gambar 2. Mutu Organoleptik Kerapuhan Pasta Ganyong Fusili Hasil uji anava ganda pada jumlah penambahan puree wortel tidak berpengaruh terhadap kerapuhan pasta ganyong fusilli yang ditunjukkan pada F hitung sebesar 2,772 dengan signifikan 0,065 lebih besar dari 5% sehingga tidak ada pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap pasta ganyong fusilli yang ditunjukkan pada F hitung 1,919 dengan signifikan 0,167 lebih besar dari 5% sehingga dikatakan tidak ada pengaruh antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap kerapuhan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara proporsi tepung komposit (pati ganyongterigu) dan penambahan puree wortel terhadap kerapuhan pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 1,990 dengan signifikan 0,139 lebih besar dari 5% sehingga tidak ada pengaruh interaksi antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan penambahan puree terhadap kerapuhan pasta ganyong fusilli kering. Bentuk. Penilaian panelis terhadap bentuk pasta ganyong fusilli dalam keadaan kering diperoleh rata-rata terendah 3,20 (tidak spiral dan tidak utuh) dan rata-rata tertinggi 3,61 (spiral dan utuh). Rata-rata terendah diperoleh dari komposisi pati ganyong: terigu 50:50 dan 60:40 dengan penambahan jumlah puree wortel 35%. Rata-rata ter- 27

4 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: tinggi diperoleh pada komposisi pati ganyong:terigu 60:40 dan penambahan jumlah puree wortel 25%. Data hasil penilaian panelis terhadap bentuk pasta ganyong fusilli dalam keadaan kering dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 4. Mutu organoleptik warna Pasta Ganyong Fusili Gambar 3. Mutu organoleptik bentuk Pasta Ganyong Fusili Ada pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap bentuk pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 3,689 dengan signifikan 0,026 lebih kecil dari 5% sehingga terdapat pengaruh penambahan jumlah puree wortel terhadap bentuk. Tidak ada pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap bentuk pas-ta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 0,10 dengan signifikan 0,922 lebih besar dari 5% sehingga ini artinya tidak ada pengaruh antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap bentuk. Analisis anava ganda menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara proporsi tepung komposit (pati ganyongterigu) dan penambahan jumlah puree wortel terhadap bentuk pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 0,067 dengan signifikan 0,935 lebih besar dari 5% sehingga tidak ada pengaruh interaksi antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan penambahan jumlah puree wortel terhadap bentuk pasta ganyong fusilli kering. Rata-rata terendah diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 60:40 dan jumlah penam-bahan puree wortel 15%. Rata-rata tertinggi diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 50:50 dan jumlah penambahan puree wortel 35%. Analisis data menunjukkan ada pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 38,970 dengan signifikan 0,000 lebih kecil dari 5% yang artinya terdapat pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap warna. Tidak ada pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap aroma pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 0,384 dengan signifikan 0,536 lebih besar dari 5%. Hasil análisis juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan penambahan puree wortel terhadap warna pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 0,799 dengan signifikan 0,451 lebih besar 5%. Aroma. Penilaian panelis terhadap aroma pasta ganyong fusilli keadaan kering diperoleh rata-rata terendah 2,8 (sangat beraroma ganyong dan wortel) dan rata-rata tertinggi 3,2 (tidak beraroma ganyong dan wortel). Data penilaian aroma disajikan pada Gambar 5. Warna. Penilaian panelis terhadap warna pasta ganyong fusilli dalam keadaan kering diperoleh rata-rata terendah 1,80 (tidak oranye kekuningan atau putih) dan rata-rata tertinggi 3,12 (oranye kekuningan). Data hasil penilaian panelis terhadap warna pasta ganyong fusilli kering disajikan pada Gambar 4. 28

5 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 50:50 dan jumlah penambahan puree wortel 25%. Data hasil penilaian panelis terhadap kekenyalan pasta ganyong fusilli disajikan pada Gambar 6. Gambar 5. Mutu organoleptik warna Pasta Ganyong Fusili Rata-rata terendah diperoleh dari komposisi pati ganyong: terigu 60:40 dan jumlah penambahan puree wortel 35%. Ratarata tertinggi diperoleh dari komposisi pati ganyong:tepung 60:40 dan jumlah penambahan puree wortel 15%. Terdapat pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 5,354 dengan signifikan 0,005 lebih kecil dari 5% yang artinya terdapat pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap aroma. Tidak ada pengaruh kom-posisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap aroma pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 0,691 dengan signifikan 0,407 lebih besar dari 5% atau tidak ada pengaruh antara komposisi tepung komposit (pati ganyong terigu) terhadap aro-ma. Analisis anava juga menunjukkan bah-wa ada pengaruh interaksi antara tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah penambahan puree wortel terhadap aroma pasta ganyong fusilli kering ditunjukkan pada F hitung 4,154 dengan signifikan 0,017 lebih kecil 5% yaitu ada pengaruh interaksi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan penambahan puree wortel terhadap aroma pasta ganyong fusilli kering. Hasil Uji Organoleptik Pasta ganyong Fusilli Kering Kekenyalan. Hasil penilaian panelis terhadap kekenyalan pasta ganyong fusilli dalam keadaan setelah di rebus diperoleh rata-rata terendah 2,40 (sangat tidak kenyal) dan rata-rata tertinggi 3,00 (kenyal). Ratarata terendah diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 50:50 dan jumlah penambahan puree wortel 35%. Rata-rata tertinggi Gambar 6.Mutu organoleptik kekenyalan Pasta Ganyong Fusili setelah direbus Ada pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 4,990 dengan signifikan 0,008 lebih kecil dari 5% atau terdapat pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap kekenyalan. Tidak ada pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap kekenyalan pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 0,846 dengan signifikan 0,359 lebih besar dari 5% atau tidak ada pengaruh antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap kekenyalan. Analisis anava menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah penambahan puree wortel terhadap kekenyalan pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 1,604 dengan signifikan 0,203 lebih besar dari 5% atau tidak terdapat pengaruh in-teraksi antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah penam-bahan puree wortel terhadap kekenyalan pasta ganyong fusilli setelah direbus. Bentuk. Hasil penilaian panelis terhadap bentuk pasta ganyong fusilli dalam keadaan setelah di rebus diperoleh rata-rata terendah 2,40 (tidak spiral dan tidak utuh atau hancur) dan rata-rata tertinggi 3,40 (spiral dan utuh). Rata-rata terendah diperoleh dari komposisi pati ganyong : terigu 60:40 dan 29

6 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: jumlah penambahan puree wortel 35%. Rata-rata tertinggi diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 60:40 dan jumlah puree 15%. Data hasil penilaian panelis terhadap bentuk pasta ganyong fusilli setelah direbus disajikan pada Gambar 7. pati ganyong:terigu 60:40 dan jumlah penambahan puree wortel 15%. Data hasil penilaian panelis terhadap warna pasta ganyong fusilli setelah direbus disajikan pada Gambar 8. Gambar 7. Mutu organoleptik bentuk Pasta Ganyong Fusili setelah direbus Ada pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 30,559 dengan signifikan 0,000 lebih kecil dari 5% yang artinya terdapat pengaruh jumlah puree wortel terhadap bentuk pasta ganyong fusilli setelah direbus. Tidak ada pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 0,370 dengan signifikan 0,543 lebih besar dari 5% yang artinya tidak ada pengaruh antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap bentuk pasta ganyong fusilli setelah direbus. Hasil analisis anava menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara proporsi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah penambahan puree wortel terhadap bentuk pasta ganyong fusilli setelah direbus diperoleh F hitung 0,212 dengan signifikan 0,809 lebih besar dari 5% artinya tidak ada pengaruh interaksi antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan penambahan puree wortel terhadap bentuk pasta ganyong fusilli setelah direbus. Warna. Hasil penilaian panelis terhadap aroma pasta ganyong fusilli dalam keadaan setelah di rebus diperoleh rata-rata terendah 1,90 (tidak oranye kekuningan atau putih) dan rata-rata tertinggi 2,80 (oranye kekuningan). Rata-rata terendah diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 60:40 dan jumlah penambahan puree wortel 25%. Rata-rata tertinggi diperoleh dari komposisi Gambar 8. Mutu organoleptik warna Pasta Ganyong Fusili setelah direbus Ada pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 10,702 dengan signifikan 0,000 lebih kecil dari 5% yang artinya sangat pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap warna pasta ganyong fusilli setelah direbus. Tidak ada pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 0,032 dengan signifikan 0,858 lebih besar dari 5% yang artinya tidak ada pengaruh antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap warna pasta ganyong fusilli setelah direbus. Analisis anava menunjukkan bahwa ada pengaruh interaksi antara proporsi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah puree wortel terhadap warna pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 7,750 dengan signifikan 0,001 lebih kecil dari 5%, sehingga terdapat pengaruh interaksi antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah penambahan puree wortel terhadap warna pasta ganyong setelah direbus. Aroma. Hasil penilaian panelis terhadap aroma pasta ganyong fusilli dalam keadaan setelah di rebus diperoleh rata-rata terendah 2,90 (sangat bereroma ganyong dan wortel) dan rata-rata tertinggi 3,80 (tidak beraroma ganyong dan wortel). Rata-rata terendah diperoleh pada komposisi pati ganyong: terigu 60:40 dan jumlah penambahan puree wortel 35%. Penambahan jumlah puree 30

7 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: wortel tertinggi diperoleh dari komposisi pati ganyong:terigu 50:50 dan jumlah penambahan puree 15%. Data hasil penilaian panelis terhadap aroma pasta ganyong fusilli setelah direbus disajikan pada Gambar 9. di bawah ini. Gambar 9. Mutu organoleptik aroma Pasta Ganyong Fusili setelah direbus Terdapat pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 14,891 dengan signifikan 0,000 lebih kecil dari 5% yang artinya sangat pengaruh jumlah penambahan puree wortel terhadap aroma pasta ganyong fusilli setelah direbus. Tidak ada pengaruh komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap pasta ganyong fusilli setelah direbus ditunjukkan pada F hitung 0,142 dengan signifikan 0,707 lebih besar dari 5% artinya tidak ada pengaruh antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) terhadap aroma pasta ganyong fusilli setelah direbus. Analisis anava menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara proporsi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah penambahan puree wortel terhadap aroma pasta ganyong fusilli ditunjukkan pada F hitung 0,009 dengan signifikan 0,991 lebih besar dari 5% artinya tidak terdapat pengaruh interaksi antara komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah penambahan puree wortel terhadap aroma pasta ganyong setelah direbus. Kandungan Gizi Pasta Ganyong Fusili Uji kimia dilakukan pada pasta ganyong fusilli kering dari komposisi tepung komposit (pati ganyong terigu) 50:50 dengan penambahan puree wortel 25%. Penentuan ini karena produk sampel tersebut memiliki nilai penerimaan tertinggi dari panelis melalui uji organoleptik yang meliputi kerapuhan, bentuk, warna dan aroma dalam keadaan kering. Uji kimia yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui betakaroten, serat, kadar air, protein, lemak, karbohidrat dan abu pada pasta ganyong fusilli. Hasil uji kimia dapat dilihat Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Gizi Pasta Ganyong Fusilli Tepung Komposit (50:50) dan Puree Wortel 25% Parameter Hasil Protein (g) 3,77 Lemak (g) 6,20 Air (g) 11,95 Abu (g) 1,36 Karbohidrat (g) 76,72 B-karoten (mg/g) B-karoten (S.I) 36, ,33 Selanjutnya hasil uji kimia pada produk sampel komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) 60:40 dengan penambahan puree wortel 25% memberikan hasil seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Gizi Pasta Ganyong Fusilli Tepung Komposit (60:40) dan Puree Wortel 25% No Parameter Jumlah 1. Beta-karoten (mg/l) Beta-karoten (µg/100g) Beta-karoten 2495, , ,447 (S.I/100g) 2. Selulosa (mg/l) 2163, Kadar Air (g) 1,566 Jumlah beta karoten yang tinggi pada hasil jadi pasta ganyong fusilli ,4667 S.I karena beta karoten tidak rusak pada saat pengolahan pasta ganyong fusilli. Menurut Winarno (2004: 121) vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam dan alkali. Hal ini sesuai dengan hasil jadi pasta ganyong fusilli bahwa beta-karoten tidak rusak pada saat pengolahan maupun pengeringan pasta ganyong fusilli. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) 31

8 Jurnal Gastronomi, Vol. 1, No. 1, Juni 2017: komposisi tepung komposit (pati ganyongterigu) tidak berpengaruh terhadap mutu organoleptik kerapuhan, bentuk, warna dan aroma pada pasta ganyong fusilli dalam keadaan kering. Komposisi tepung komposit (pati ganyong terigu) tidak berpengaruh terhadap mutu organoleptik kekenyalan, bentuk, warna dan aroma pada pasta ganyong fusilli setelah direbus, 2) jumlah puree wortel terhadap mutu organoleptik berpengaruh terhadap bentuk, warna dan aroma pasta ganyong fusilli dalam keadaan kering akan tetapi tidak berpengaruh pada kerapuhan. Jumlah puree berpengaruh pada kekenyalan, bentuk, warna dan aroma dalam keadaan setelah direbus, 3) interaksi keduanya komposisi tepung komposit (pati ganyong-terigu) dan jumlah puree wortel) berpengaruh terhadap mutu organoleptik warna dan aroma pada pasta ganyong fusilli kering, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap kerapuhan dan bentuk. Interaksi keduanya berpengaruh terhadap mutu organoleptik warna pada pasta ganyong fusilli dalam keadaan setelah direbus, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap kekenyalan, bentuk dan aroma. Saran. Saran yang dapat disampaikan setelah melakukan penelitian adalah perlunya penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan pasta ganyong fusilli, serta sosialisasi pada masyarakat atau industri karena pasta ganyong fusilli terbukti dapat meningkatkan kandungan gizi terutama vitamin A. DAFTAR PUSTAKA Carolina, Linda Pasta. P.T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Deman, John Kimia Makanan. Terjemahan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: ITB. Estiasih, Teti & Ahmadi, Kgs Teknologi Pengolahan Pangan. Malang: PT Bumi Aksara. Harvey Lang, Jenifer Larousse Gastronomique I-R. New York: Crown Publisher, Inc. Koeswara, Sutrisno Produk Pasta, Beraneka Bentuk Dan Rupa. (Online) com/ pasta_ reff.html diakses Pangesti, dkk Optimalisasi Produksi Pati Ganyong Pada Pembuatan Pasta Kering dan Instan Serta Hasil Olahannya menuju Ketahanan Pangan Nasional. Surabaya: Lembaga Penelitian UNESA. Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 32

e-journal Boga, Volume 4, No 2, Edisi Yudisium Periode Juni 2015, hal ABSTRACT

e-journal Boga, Volume 4, No 2, Edisi Yudisium Periode Juni 2015, hal ABSTRACT e-journal Boga, Volume 4, No 2, Edisi Yudisium Periode Juni 2015, hal 18 26 PENGARUH PENAMBAHAN PUREE WORTEL (Daucus carota L) DAN SUBTITUSI TEPUNG MOCAF (Modified Cassava Flour) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK

Lebih terperinci

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA Zuraidah Nasution, Tiarlince Bakkara, Mincu Manalu Abstrak Dalam upaya penanggulangan masalah gizi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PATI GANYONG (Canna Edulis) PADA PEMBUATAN MIE SEGAR SEBAGAI UPAYA PENGANEKARAGAMAN PANGAN NON BERAS

PEMANFAATAN PATI GANYONG (Canna Edulis) PADA PEMBUATAN MIE SEGAR SEBAGAI UPAYA PENGANEKARAGAMAN PANGAN NON BERAS Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.1, No.1, November 2009 1 PEMANFAATAN PATI GANYONG (Canna Edulis) PADA PEMBUATAN MIE SEGAR SEBAGAI UPAYA PENGANEKARAGAMAN PANGAN NON BERAS Lucia Tri Pangesthi 1 Abstrak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Pangan sebagai sumber gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air)

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESTI TRISNANINGSIH A 420 100 128 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PUREE DAUN KELOR DAN BUBUK DAUN KELOR TERHADAP HASIL JADI MIE KERING MOCAF

PENGARUH PENAMBAHAN PUREE DAUN KELOR DAN BUBUK DAUN KELOR TERHADAP HASIL JADI MIE KERING MOCAF PENGARUH PENAMBAHAN PUREE DAUN KELOR DAN BUBUK DAUN KELOR TERHADAP HASIL JADI MIE KERING MOCAF Hilda Mega Maulida Program Studi S-1 Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Hilda_Mega@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TERIGU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN PENAMBAHAN TEPUNG FORMULA TEMPE TERHADAP HASIL JADI FLAKE

PENGARUH PROPORSI TERIGU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN PENAMBAHAN TEPUNG FORMULA TEMPE TERHADAP HASIL JADI FLAKE PENGARUH PROPORSI TERIGU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN PENAMBAHAN TEPUNG FORMULA TEMPE TERHADAP HASIL JADI FLAKE Mia Widasari Program Studi S-1Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA ii PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah SI Gizi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT Hardiyanti, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 123-128 123 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES Hardiyanti¹), Kadirman²), Muh. Rais 3 ) 1

Lebih terperinci

Pengaruh Subtitusi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) Dan Penambahan Puree Wortel (Daucus carota L) Terhadap Sifat Organoleptik Kue Serabi Solo

Pengaruh Subtitusi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) Dan Penambahan Puree Wortel (Daucus carota L) Terhadap Sifat Organoleptik Kue Serabi Solo e-journal Boga, Volume 5, o. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 79-87 Pengaruh Subtitusi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) Dan Penambahan Puree Wortel (Daucus carota L) Terhadap Sifat Organoleptik

Lebih terperinci

Pengaruh Substitusi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) dan Penambahan Puree Wortel (Daucus Carota L) Terhadap Sifat Organoleptik Choux Paste

Pengaruh Substitusi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) dan Penambahan Puree Wortel (Daucus Carota L) Terhadap Sifat Organoleptik Choux Paste e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 229-238 Pengaruh Substitusi Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) dan Penambahan Puree Wortel (Daucus Carota L) Terhadap Sifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gembili Menurut Nur Richana (2012), gembili diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh- tumbuhan) Divisio : Magnoliophyta ( tumbuhan berbiji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

SIFAT ORGANOLEPTIK CHIPS JAGUNG KEJU DENGAN PERBEDAAN PROPORSI TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG BERAS

SIFAT ORGANOLEPTIK CHIPS JAGUNG KEJU DENGAN PERBEDAAN PROPORSI TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG BERAS SIAT ORGANOLEPTIK CIPS JAGUNG KEJU DENGAN PERBEDAAN PROPORSI TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG BERAS Dwi Margareta dan Suhartiningsih Jurusan PKK T Universitas Negeri Surabaya, Kampus Ketintang, Surabaya Email:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMBUATAN MI KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM DRY NOODLE MAKING BY CHICKEN METATARSAL MEAL ADDITION ABSTRACT

PEMBUATAN MI KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM DRY NOODLE MAKING BY CHICKEN METATARSAL MEAL ADDITION ABSTRACT Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2011 103 PEMBUATAN MI KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG CEKER AYAM DRY NOODLE MAKING BY CHICKEN METATARSAL MEAL ADDITION N Novidahlia 1a,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN Oleh Josua naibaho 1), Ira sari 2), Suparmi 2) Email: chuajion@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCEJ 2 (2) (2013) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG KUNING SEBAGAI SUMBER VITAMIN A TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK

Lebih terperinci

e-journal Boga. Volume 03 Nomor 02. Yudisium Mei Tahun Hal. 1-8

e-journal Boga. Volume 03 Nomor 02. Yudisium Mei Tahun Hal. 1-8 e-journal Boga. Volume Nomor 2. Yudisium Mei Tahun 214. Hal. 1-8 PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN BAHAN PERASA KEJU TERHADAP TINGKAT KESUKAAN TORTILLA Enik Novitasari Program Studi S1Pendidikan Tata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan penanganan pascapanen yang serius

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG TERHADAP KUALITAS CAKE GANYONG WORTEL

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG TERHADAP KUALITAS CAKE GANYONG WORTEL PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG TERHADAP KUALITAS CAKE GANYONG WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusunoleh : ULFAH WIDIA FITRIANI A 420 090 004 PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS Acceptability test and nutrient compositon of rice with the addition of pumpkin and sweet corn Hadiah Kurnia Putri

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA) SEBAGAI SUMBER KAROTEN DALAM PEMBUATAN MIE BASAH

PEMANFAATAN TEPUNG LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA) SEBAGAI SUMBER KAROTEN DALAM PEMBUATAN MIE BASAH PEMANFAATAN TEPUNG LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA) SEBAGAI SUMBER KAROTEN DALAM PEMBUATAN MIE BASAH A.A.M. Dewi Anggreni, I Made Sudha Pranawa, Dan I G. A. Lani Triani Jurusan Teknologi Industri Pertanian,

Lebih terperinci

UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI MI BASAH YANG DIMODIFIKASI DENGAN TEMPE DAN WORTEL (Daucus carota L.) Gizi Kesehatan Masyarakat

UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI MI BASAH YANG DIMODIFIKASI DENGAN TEMPE DAN WORTEL (Daucus carota L.) Gizi Kesehatan Masyarakat UJI DAYA TERIMA DAN NILAI GIZI MI BASAH YANG DIMODIFIKASI DENGAN TEMPE DAN WORTEL (Daucus carota L.) Yohana Tetty Gultom 1, Albiner Siagian 2, Zulhaida Lubis 3 1 Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat masih sedikit memanfaatkan labu kuning sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum mengetahui kandungan gizi yang terdapat

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCE 1 (1) (2012) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce STUDI KOMPARASI PEMBUATAN KERUPUK KEPALA UDANG DENGAN COMPOSITE FLOUR (Pati Ganyong dan Tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan primer bagi manusia, di Indonesia sendiri tersedia berbagai macam makanan yang salah satunya yaitu bakso.bakso adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

Kajian Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, dan Kadar Betakaroten Cilok dengan Variasi Pencampuran Tepung Wortel (Daucus carrota)

Kajian Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, dan Kadar Betakaroten Cilok dengan Variasi Pencampuran Tepung Wortel (Daucus carrota) Tiarapuri, Hubungan Antara Asupan Kalsium dan Status Amenore... Kajian Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, dan Kadar Betakaroten Cilok dengan Variasi Tepung Wortel (Daucus carrota) Khoirunnisa 1, Waluyo 2,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) i KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) SKRIPSI Oleh: JULIARDO ESTEFAN PURBA 120305048/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI TIGA VARIETAS TEPUNG UBI JALAR DAN TERIGU TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TERIMA MI KERING

PENGARUH MODIFIKASI TIGA VARIETAS TEPUNG UBI JALAR DAN TERIGU TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TERIMA MI KERING PENGARUH MODIFIKASI TIGA VARIETAS TEPUNG UBI JALAR DAN TERIGU TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TERIMA MI KERING Ni Wayan Sukerti,Damiati, Cok. Istri Raka Marsiti, NDMS.Adnyawati Jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon. Hindun Tristya Zumrotin. 1211105021. Pengaruh Perbandingan Puree Labu Kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan Tapioka Terhadap Karakteristik Bika Ambon. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. I Made Sugitha,

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM SKRIPSI Oleh: FORIANUS WARUWU 090305025/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.35% per tahun, sehingga setiap tahun

Lebih terperinci

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI Oleh: RIRIS MARITO SIMATUPANG 100305017/ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya

Lebih terperinci

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI OLEH : BOSVIN ABDALLA TAMBUNAN 100305047 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG JALI ( Coix lacryma-jobi L.), DAN PENAMBAHAN PUREE LABU KUNING (Cucurbita) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK KUE SEMPRONG

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG JALI ( Coix lacryma-jobi L.), DAN PENAMBAHAN PUREE LABU KUNING (Cucurbita) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK KUE SEMPRONG e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 11-16 PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG JALI ( Coix lacryma-jobi L.), DAN PENAMBAHAN PUREE LABU KUNING (Cucurbita) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan 14 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian Penelitian substitusi tepung suweg terhadap mie kering ditinjau dari daya putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh menjalar di dalam tanah dan menghasilkan umbi. Ubi jalar dapat di tanam pada lahan yang kurang subur, dengan catatan tanah tersebut

Lebih terperinci

MUTU ORGANOLEPTIKDAN KADAR PROTEIN MIE BASAH YANG DISUBTITUSI DENGAN AMPAS TAHU

MUTU ORGANOLEPTIKDAN KADAR PROTEIN MIE BASAH YANG DISUBTITUSI DENGAN AMPAS TAHU Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 MUTU ORGANOLEPTIKDAN KADAR PROTEIN MIE BASAH YANG DISUBTITUSI DENGAN AMPAS TAHU Irma Eva Yani, Menda Fitri Handayani, Zulkifli (Politeknik Kesehatan Kemenkes

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PEMANFAATAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crauts) DAN KEDELAI (Glycine max) UNTUK MENINGKATKAN KANDUNGAN GIZI DARI KWETIAU KERING THE USE OF CASSAVA LEAF (Manihot esculenta Crauts) AND SOYBEAN (Glycine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang dengan gejala awal kurang dapat melihat pada malam hari (rabun senja).

Lebih terperinci

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle. PEMANFAATAN TEPUNG KULIT SINGKONG DALAM PEMBUATAN MI SAGU INSTAN Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle. Ucok Wandi Siagian (0606113340) Usman Pato and Vonny Setiaries Johan

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN 250

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DAN 250 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG MOCA (MODIIED CASSAVA LOUR) DAN 250 Pengaruh Substitusi Tepung Mocaf (Modified Cassava lour) Dan Penambahan Puree Wortel (Daucus Carrota L) Terhadap Mutu Organoleptik Pancake

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI Oleh : INDARTY WIJIANTI 0533010013 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survey yang dilakukan Kementerian PPN pada pertengahan tahun 2013, masih ditemukan lebih dari 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. Anak kurang gizi dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI OLEH: FELICIA DEVITA WIJAYA 6103007041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DAN SIPUT SAWAH (Pila ampullaceal ) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK KERUPUK

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DAN SIPUT SAWAH (Pila ampullaceal ) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK KERUPUK e-journal boga, Volume 03, Nomor 3, edisi yudisium periode oktober tahun 2014, hal 161-170 PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DAN SIPUT SAWAH (Pila ampullaceal ) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK KERUPUK Nadifatul

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCE 1 (1) (2012) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH KOMPOSIT TEPUNG KIMPUL DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP KUALITAS COOKIES SEMPRIT Prihatiningrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Singkong (Manihot utillisima) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis

Lebih terperinci

VARIASI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK MIE TEPUNG PISANG

VARIASI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK MIE TEPUNG PISANG VARIASI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK MIE TEPUNG PISANG INGREDIENTS COMPOSITION VARIATION AGAINST ORGANOLEPTIC QUALITY OF BANANA FLOUR NOODLES 1) Dewi Siti Rahayu 1, Siska Apriyani 2,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belalang kayu adalah serangga herbivora berwarna coklat yang termasuk ordo Orthoptera. Belalang kayu banyak ditemui pada pohon turi, ketela, jati, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG PATI GARUT (Maranta Arundinacea L) PADA DAYA KEMBANG DAN DAYA TERIMA DONAT NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG PATI GARUT (Maranta Arundinacea L) PADA DAYA KEMBANG DAN DAYA TERIMA DONAT NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG PATI GARUT (Maranta Arundinacea L) PADA DAYA KEMBANG DAN DAYA TERIMA DONAT NASKAH PUBLIKASI Oleh : DENNY FITRIA APRIYANI J 300 101 003 PROGRAM STUDI D III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan bahan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi bahan makanan yang

Lebih terperinci

e-journal Boga, Volume 4, No 1, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal

e-journal Boga, Volume 4, No 1, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal e-journal Boga, Volume 4, No 1, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 167-176 PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KOMPOSIT (TEPUNG SUWEG DAN TEPUNG KACANG HIJAU) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK MIEKERING

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG

PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG APRILIA S.K.Y. SIMAMORA 080305018 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. Hal tersebut ditunjukkan oleh konsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN TAPIOKA DAN JUMLAH SODIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU KERUPUK SKRIPSI

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN TAPIOKA DAN JUMLAH SODIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU KERUPUK SKRIPSI PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN TAPIOKA DAN JUMLAH SODIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU KERUPUK SKRIPSI Oleh: SRI EFRIYANTI HARAHAP 080305026/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI ILMU DAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI OLEH: ERLINDA ANDRIANI L. 6103006067 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan tetapi sering dikonsumsi sebagai snack atau makanan selingan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan tetapi sering dikonsumsi sebagai snack atau makanan selingan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gizi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia pembuatan roti pada umumnya terbuat dari bahan dasar tepung terigu. Roti bukan makanan pokok masyarakat Indonesia, akan tetapi sering dikonsumsi sebagai

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Program studi pendidikan biologi Disusun oleh: Arif Rachmad Hakim A420100085 PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah industri kuliner atau makanan. Salah satu makanan yang sedang digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda Chemical Properties and Palatability of Chicken Nugget Using Difference Type and Concentration of

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG SUKUN DENGAN JENIS PENSTABIL TERHADAP MUTU COOKIES SUKUN SKRIPSI. Oleh:

PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG SUKUN DENGAN JENIS PENSTABIL TERHADAP MUTU COOKIES SUKUN SKRIPSI. Oleh: PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG SUKUN DENGAN JENIS PENSTABIL TERHADAP MUTU COOKIES SUKUN SKRIPSI Oleh: KURNIA ANGELINA KRISTIANI SITOHANG 100305049 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (7-9 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

Lebih terperinci

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN THE FORMULATION OF DESICCATED COCONUT BISCUITS BY ROASTING AND WITHOUT ROASTING Yanti Meldasari Lubis 1*), Satriana

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

Flake LABU KUNING (cucurbita moschata) DENGAN KADAR VITAMIN A TINGGI (Pumpkin (cucurbita moschata) flake with high-vitamin a content)

Flake LABU KUNING (cucurbita moschata) DENGAN KADAR VITAMIN A TINGGI (Pumpkin (cucurbita moschata) flake with high-vitamin a content) Flake LABU KUNING (cucurbita moschata) DENGAN KADAR VITAMIN A TINGGI (Pumpkin (cucurbita moschata) flake with high-vitamin a content) Latifah, Titi Susilowati and Tri Rini Erlia Department of Food Technology

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap kandungan gizinya, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh : PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI Oleh : PRAPTI AKHIRININGSIH NPM : 0533010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi

Lebih terperinci

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal 125-129 125 PENGARUH PROPORSI DAGING IKAN PATIN (Pangasius hypophtalmus) DAN PENAMBAHAN BAYAM (Amaranthus spp) TERHADAP TINGKAT KESUKAAN NUGGET

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci