KEPUTUSAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR : 13 TAHUN 2000 TENTANG KENDARAAN ANGKUTAN ALTERNATIF (RODA DUA/OJEK) DALAM KABUPATEN TANAH DATAR

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR : 13 TAHUN 2000 TENTANG KENDARAAN ANGKUTAN ALTERNATIF (RODA DUA/OJEK) DALAM KABUPATEN TANAH DATAR"

Ivan Sasmita
6 tahun lalu
Tontonan:

1 KEPUTUSAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR : 13 TAHUN 2000 TENTANG KENDARAAN ANGKUTAN ALTERNATIF (RODA DUA/OJEK) DALAM KABUPATEN TANAH DATAR Menimbang : a. bahwa kendaraan roda dua sebagai kendaraan alternatif dalam kenyataannya sangat dibutuhkan dan berkembang di tengah masyarakat namun belum diatur dalam peraturan perundang-undangan; b. bahwa untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum dan tercapainya tertib pelayanan dan angkutan umum perlu mengatur angkutan kendaraan angkutan alternatif (roda dua/ojek) dalam Kabupaten Tanah Datar; c. bahwa sambil menunggu pengaturannya dkm Peraturan Daerah perlu mengaturnya melalui Keputusan Bupati Tanah Datar; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor : 25); 2. Undang-undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980, Tambahan Lembaran Negara Nomor : 3186); 3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor : 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor : 3410); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor : 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor : 3839); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah;

2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Tingkat II; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi; 9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 84 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan; 10. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 1995 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I sumatera Barat dalam Bidang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan kepada Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Datar sebagai Daerah Percontohan; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tanah Datar Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lalu-lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II Tanah Datar; 12. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2000 tentang Retribusi Parkir di tepi jalan umum; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 3 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Trayek; 14. Keputusan Bupati Tanah Datar Nomor 17 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Daerah; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KENDARAAN ANGKUTAN ALTERNATIF (RODA DUA/OJEK) DALAM KABUPATEN TANAH DATAR B A B I KETENTUAN UMUM

3 Pasal 1 Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tanah Datar; 2. Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar; 3. Bupati adalah Bupati Tanah Datar; 4. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selanjutnya disingkat dengan DLLAJ adalah Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten Tanah Datar; 5. Kendaraan Angkutan Roda Dua yang selanutnya disebut Ojek adalah Kendaraan Roda Dua yang memenuhi persyaratan tertentu digunakan untuk angkutan orang sebagai angkutan alternatif; 6. Jalur adalah Lintasan Kendaraan Angkutan Roda Dua untuk Pelayanan Jasa Angkutan Orang dari Pemangkalan ke Lokasi tujuan secara terjadwal atau tidak terjadwal dalam Daerah; 7. Pemangkalan adalah suatu lokasi tertentu ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat menaikkan penumpang kendaraan angkutan roda dua dalam Daerah; 8. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perizinan dan pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 9. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan atau keterangan dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan, kewajiban perizinan berdasarkan peraturan perundang-undangan; 10. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh PPNS, yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dalam bidang perizinan. B A B II PERSYARATAN OJEK Pasal 2 1. Setiap Ojek yang beroperasi dalam Daerah wajib memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 2. Persyaratan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) antara lain : a. Fisik kendaraan berupa kendaraan standar yang layak jalan;

4 b. Pengendara yang trampil dan memahami rambu lalu lintas yang dibuktikan dengan kepemilikan Surat Izin Mengemudi; c. Memiliki Uniform dan tanda khusus yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang; d. Memiliki Izin Operasional yang dikeluarkan oleh Bupati; 3. Ketentuan lain sesuai dengan Peraturan Lalu Lintas. BAB III PEMANGKALAN DAN JALUR OJEK Pasal 3 1. Lokasi pemangkalan ojek dalam Daerah ditetapkan sebagai berikut : a. Simpang Kantor Lurah Piliang; b. Simpang Bukit Sangok; c. Simpang Tigo Tumpuk; d. Simpang Cubadak; e. Simpang Balai Labuah Atas; f. Simpang Bukit Gombak; g. Simpang Koto Baranjak; h. Simpang Rice Miling; i. Simpang Batu Batikam. 2. Lokasi Pemangkalan Ojek lainnya ditetapkan oleh Bupati dengan ketentuan sebagai berikut : a. Tempatnya memungkinkn dijadikan untuk tempat mangkal dari segi aspek keselamatan ketertiban dalam berlalu lintas. b. Tempat mangkal tersebut ditempatkan di pangkal jalur yang akan dilalui ojek yang bersangkutan; c. Jalur yang akan dilewati yang belum dilayani oleh angkutan umum.

5 3. Pengendara ojek dilarang menaikkan penumpang dan atau mangkal selain selain pada lokasi pemangkalan. Pasal 4 1. Jalur Ojek dalam Daerah ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk Kota Batusangkar dan sekitarnya pada jalur yang tidak dilayani oleh angkutan kota dan angkutan kendaraan tak bermotor (bendi); b. Untuk luar Kota Batusangkar dan sekitarnya pada jalur yang tidak dilayani oleh angkutan pedesaan; 2. Pada malam hari mulai jam WIB sampai dengan WIB ojek boleh menaikkan penumpang dalam kota Batusangkar pada lokasi sebagai berikut : a. Simpang Toko Gemilang (eks Apotik Pelita) depan Toko Pertiwi; b. Simpang Lantai Baru; c. Simpang BPD; d. Simpang Jati arah Malana; e. Simpang Kampung Baru; f. Simpang Telkom. B A B IV KETENTUAN PERIZINAN Pasal 5 1. Setiap ojek beroperasi dalam Daerah wajib mengurus Izin Operasional yang diterbitkan oleh Bupati; 2. Ojek yang tidak memiliki Izin Operasional dilarang beroperasi dalam Daerah; 3. Pemilik ojek mengajukan permohonan Izin Operasional secara tertulis kepada Bupati, dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. Foto copy KTP yang sah; b. Foto copy STNK yang sah;

6 c. Foto copy SIM yang sah; d. Surat pernyataan akan mematuhi seluruh peraturan dan ketentuan tentang ojek yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah dan Ketua Organisasi. 4. Izin Operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku selama 6 bulan dan setelahnya dapat diperpanjang. B A B V KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 6 Pengendara Ojek mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Mematuhi seluruh Peraturan Lalu Lintas; b. Menjaga dan bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan penumpang; c. Menaikkan penumpang pada pemangkalan yang ditetapkan; d. Mengantarkan penumpang sampai ke tempat tujuan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan pada BAB III; e. Membayar Retribusi Parkir di tempat pemangkalan; f. Memiliki identitas khusus sebagai tanda pengenal; g. Memakai helm dan menyediakan helm yang memenuhi standar bagi penumpang. Pasal 7 Pengendara dan Pemilik Ojek dilarang : a. Menaikkan dan menurunkan penumpang dalam Kota Batusangkar dan sekitarnya pada siang hari mulai jam WIB sampai dengan jam WIB; b. Memacu kandaraan dalam kecepatan tinggi (melebihi 40 Km/jam). B A B VI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 8

7 Bupati atau pejabat yang ditunjuk berwenang melaksanakan pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini. B A B VII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 9 Disamping tindakan pidana, pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 dan Pasal 7 dapat diberikan sanksi administrasi dan pencabutan Izin Operasional. B A B VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemrintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana di bidang perizinan. 2. Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perizinan; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perizinan; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pancatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

8 f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perizinan; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perizinan menurut yang dapat dipertanggungjawabkan; 3. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. B A B IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar. Ditetapkan di Batusangkar Pada tanggal 21 Agustus 2000 BUPATI TANAH DATAR, Mewakili Dto. Drs. SULTANI WIRMAN Pembina Tk. INIP

9 Diundangkan di Batu Sangkar Pada tanggal Agustus 2000 An SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Asisten Administrasi Dto. EDITIAWARMAN,SE Pembina NIP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2000 NOMOR : 4 SERI D.

dokumen-dokumen yang mirip

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG JARINGAN LINTAS ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,