pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain) dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain) dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan"

Transkripsi

1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain) dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi (Dwi,2007:53). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU Nomor 20 Tahun 2003). Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses dalam kehidupan manusia yang melalui lembaga pendidikan mewujudkan pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta bertujuan untuk mengembangkan potensi anak. Biologi menurut Champbell (2010:1) adalah salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Menurut Bambang (2011:131) biologi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan keterampilan proses sains yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup. Pemahaman konsep sebagai wujud dari produk keilmuan biologi, dapat diawali dengan adanya penyelidikan dengan cara khusus seperti yang dijelaskan Sudjoko (2001:2) bahwa proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus yang sering disebut sebagai proses/metode ilmiah. 1

2 Pembelajaran menurut Nazarudin (2007:163) adalah suatu peristiwa atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreativitas. Pembelajaran menurut BSNP (2006:30) merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman bermakna. Singkatnya, pembelajaran adalah suatu proses belajar yang sudah direncanakan dan mengharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya. Pembelajaran biologi (sains/ipa) dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013 pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/ipa pada pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran. Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan tematik untuk kelas I-III. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak secara terus menerus hanya teori saja namun juga membentuk sikap dan perilaku ilmiah serta mengembangkan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan. Seperti 2

3 yang dijelaskan oleh Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains meliputi proses/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Proses untuk memperoleh pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Tuntutan pembelajaran IPA secara inkuiri ini sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Isi pada jenjang Sekolah Dasar(BNSP,2006:161) sebagai berikut Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah Telah dipaparkan dengan jelas bahwa dalam pembelajaran IPA yang sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri. Inkuiri merupakan proses yang ditempuh siswa (mencari/menyelidiki) untuk menemukan dan memecahkan masalah yang diberikan guru agar peserta didik terbiasa bersikap ilmiah sehingga pelajaran terasa lebih bermakna (Ika, 2014:5). Pembelajaran inkuiri melibatkan proses ilmiah serta menuntut guru dan peserta didik dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA secara inkuiri menuntut peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini memang harus dikuasai terlebih dahulu oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan proses ilmiah berkaitan dengan pembelajaran sains. Keterampilan dalam hal ini 3

4 adalah keterampilan untuk memecahkan suatu masalah/persoalan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sains dengan menggunakan proses/ metode ilmiah. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan proses sains. Adanya tuntutan dari kurikulum untuk menerapkan keterampilan proses sains pada pembelajaran di jenjang sekolah dasar teretera dalamlampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk jenjang SD/MI/SDLB/Paket A yang berisi agar siswa dapat menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di sekitar. Hal ini jelas menuntut siswa agar mampu menguasai keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains menurut Bryce et. al. (1990:3) terdiri dari keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan memroses (process skills), serta keterampilan melakukan investigasi secara terintegrasi.keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan (a) mengamati, (b) mengumpulkan data, (c) melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e) mengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: (a) menginferensi, dan (b) menyeleksi berbagai cara/prosedur. Keterampilan melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: (a) merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi, dan (c) melaporkan hasil investigasi. Tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung (kuantifikasi), 4

5 meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19) Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Sesuai dengan penjelasan Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains berupa proses ilmiah/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Perolehan produk ilmiah yang berupa gejala/fakta diiringi dengan pengembangan dan pembentukan sikap ilmiah yang terdiri dari sikap jujur, obyektif serta sikap lain yang dapat dikembangkan adalah sikap kreatif. Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan uraian diatas jelas menegaskan bahwa dalam tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yangkreatif. Sejalan dengan hal tersebut sesuai yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang mengatakan bahwa Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang 5

6 pendidikan dasar dimaksudkan untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan menerapkan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Penjelasan tersebut semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) jenjang Sekolah Dasar bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah kritis serta kreatif. Kurikulum pada tingkat Sekolah Dasar (SD) menekankan penggunaan keterampilan proses terutama dalampembelajaran sains/ipa. Hal ini menjadikan siswa dan guru dalam melakukan proses pembelajaran diharapkan untuk menerapkan keterampilan proses sains yang menjadi tuntutan kompetensi keterampilan yang juga bertujuan untuk membiasakan peserta didik untuk berpikir secara ilmiah. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Karakteristik Peserta didik di tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan masa kanak-kanak akhir, menurut Piaget (Rita,2008:106) anak yang tergolong pada masa operasi konkret dapat berpikir logis terhadap objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan. Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas memahami dan memecahkan masalah, anak sudah lebih mampu berpikir. 6

7 Subyek pada penelitian ini adalah siswa ditingkat sekolah dasar kelas V yang pada umumnya berusia antara 6-11 tahun. Usia tersebut tergolong dalam tahap operasional konkret dimana anak sudah lebih mampu bepikir. Hal ini merupakan kesempatan emas yang memungkinkan guru dalam pembelajaran di kelas untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir anak baik berpikir konvergen maupun divergen. Keadaan di sekolah lebih banyak mengembangkan kemampuan berpikir konvergen yakni kemampuan berpikir yang menuntut siswa hanya fokus terhadap satu jawaban benar, di sekolah contohnya seperti Ujian Akhir Sekolah sedangkan untuk perkembangan berpikir divergen dirasa masih kurang dalam pelaksaaannya di sekolah. Kemampuan berpikir divergen lebih menekankan siswa untuk dapat mempunyai alternatif jawaban benar. Jika keduanya berkembang secara bersamaan dan seimbang maka akan lebih baik lagi. Kemampuan berpikir konvergen dan divergen sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar dapat membentuk kreativitas anak. Salah satu dasar untuk memilih kelas V sebagai subyek penelitian antara lain karena siswa kelas V dalam hal ini belum disibukkan ataupun belum fokus oleh Ujian Nasional dan jika dibandingkan dengan dengan kelas-kelas rendah lainnya dilihat dari segi kemampuan daya tangkap dalam menyerap pertanyaan yang ada pada soal-soal kemampuan berpikir divergen dalam hal ini cenderung lebih mampu, paham dan berpengalaman serta pengetahuannya lebih banyak. Proses pembelajaran disekolah memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan 7

8 perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP Nomor 19 Tahun 2005). Kreativitas penting karena itu diperlukan untuk membentuk serta mengembangkan potensi-potensi anak. Sementara itu, indikator dari kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (Utami,2012:9). Awal untuk terbentuknya kreativitas perlu adanya penguasaan terhadap kemampuan berpikir divergen. Jika seseorang telah dapat menguasai kemampuan berpikir divergen dengan baik maka dari berbagai alternatif jawaban benar tersebut, seseorang akan lebih mudah menemukan gagasan baru yang beda dengan yang lain, benar, orisinil dan unik. Kaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, melihat berdasarkan fakta bahwa lebih dominan mengembangkan kemampuan berpikir konvergen, maka pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan menjelaskan bahwa dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenarannya multi dimensi.berarti dalam pembelajaran guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk dapat berpikir lebih luas dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari satu. Guru dapat melakukan pertanyaan yang bersifat terbuka agar dapat menggiring anak untuk mengajukan banyak pendapat dan jawaban benar sehingga mendorong anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen. Kaitan dengan penelitian ini, selain dari segi proses pembelajaran faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir divergen dan kreativitas peserta didik antara lain adalah faktor luar seperti 8

9 gender, IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, pekerjaan orang tua, dan kefavoritan sekolah. Agar dapat mengetahui dan menyelidiki apakah faktor-faktor tersebut berkaitan dan berhubungan ataupun mempengaruhi terhadap kemampuan berpikir divergen peserta didik maka dilakukan suatu penelitian payung oleh Bambang Subali dkk taun Anak payung penelitian tersebut antara lain meneliti keterkaitan antara variabel IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, dengan kemampuan berpikir divergen. Penelitian ini fokus pada kefavoritan sekolah sebagai variabel bebas dan profesi orang tua sebagai variabel penganggu. Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergen dengan kefavoritan sekolah perlu diselidiki karena tingkat kefavoritan sekolah salah satu indikatornya berkaitan dengan prestasi siswa di sekolah tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ratna (2005:2) bahwa indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Kefavoritan sekolah dalam hal ini mengacu pada sekolah unggul dan sekolah efektif. Menurut Aischa (2010: 97) lulusan sekolah unggulan lebih baik dari sekolah non unggulan. Berdasarkan pernyataan tersebut asumsi awal dari penelitian ini adalah kefavoritan sekolah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir divergen siswa karena sekolah favorit cenderung siswanya berprestasi. 9

10 Hasil penelitian Carolina (2015:160) menunjukkan jika kefavoritan sekolah berkaitan dengan mutu sekolah maka. Kategori kefavoritan sekolah tidak lepas kaitannya dengan peran dan pandangan masyarakat ataupun orang tua terhadap sekolah tersebut. Adanya anggapan tingkat kefavoritan sekolah mempengaruhi pertimbangan orang tua dalam memilih sekolah. Selain itu, peran dan tugas orang tua dalam mendidik anaknya sangat penting, baik dari segi motivasi belajar yang berkaitan langsung dengan membimbing anaknya maupun dari segi pembiayaan sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan orang tua. Hasil penelitian Azwar (2014:58) menunjukkan bahwa anak dengan orang tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak dibandingkan anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru. Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai sampel penelitian antara lain karena Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar yang terdiri dari banyak sekolah yang memiliki banyak prestasi, diantaranya seperti yang dikemukanan Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 dan 2014 bahwa rata-rata UAS di sekolah dasar di kota Yogyakarta menempati peringkat pertama kemudian disusul Kebupaten Sleman dan Kulonprogo. Hal ini yang menjadi menarik untuk diteliti apakah prestasi siswa di Kota Yogyakarta tinggi dan kaitannya dengan kemampuan berpikir divergen siswa. Sejauh ini belum ada informasi mengenai penelitian kemampuan berpikir divergen siswa sekolah dasar di Kota Yogyakarta kaitannya dengan tingkat kefavoritan sekolah, oleh karena itu penelitian tentang kemampuan berpikir divergen siswa pada tingkat sekolah dasar di Kota Yogyakarta ditinjau 10

11 berdasarkan kefavoritan sekolah perlu dilakukan serta kaitannya dengan pekerjaan orang tua. B. Identifikasi Masalah Meninjau dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan antara lain adalah: 1. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan kualitas sekolah yang dapat dilihat berdasarkan prestasi yang sudah dicapai oleh siswa.. Biasanya erat dikaitkan dengan prestasi akademik yang menyangkut nilai yang diperoleh ataupun dicapai oleh siswa. Ujian Nasional (UN) merupakan slah satu kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik. Nilai UN penting karena merupakan penentu lulusan peserta didik dari suatu tingkat pendidikan. Hal ini sekolah berperan dalam pembelajaran terutama dalam mengembangkan berpikir divergen. Apakah kefavoritan sekolah yang dilihat dari prestasi berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) mempengaruhi kemampuan berpikir divergen siswa? 2. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan pandangan masyarakat. Kualitas sekolah dapat dilihat berdasarkan segi fasilitas dan sarana prasarana yang diberikan sekolah untuk menunjang proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang optimal dengan didukung fasilitas dan sarana prasarana yang mumpuni akan mendukung perkembangan kemampuan berpikir divergen siswa. Adakah perbedaan kemampuan berpikir divergen siswa kaitannya dengan 11

12 kefavoritan sekolah yang dilihat berdasarkan fasilitas dan sarana prasarana yang ada di sekolah? 3. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan motivasi belajar merupakan hal dan tugas penting orang tua dalam mendidik dan membimbing anaknya belajar di rumah. Kepedulian terhadap pendidikan anak dan motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar anak sehingga pengetahuan dan kemampuan berpikirpun bertambah. Apakah kemampuan berpikir divergen berkaitan dengan motivasi belajar dari orang tua? 4. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan pekerjaan orang tua. Pekerjaan orang tua dapat berkaitan dengan biaya, latar belakang pendidikan, peran orang tua dalam membimbing anaknya belajar di rumah, lama membimbing dan penguasaan materi. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting. Adakah perbedaan kemampuan berpikir divergen siswa ditinjau dari pekerjaan orang tua? C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, pada penelitian ini akan berfokus pada kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah. Aspek pekerjaan orang tua sebagai variabel pengganggu yang dianalisisketerakitannya dan beberapa variabel lain yang kemungkinan terkait dalam penelitian ini tidak di kontrol secara ketat. 12

13 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dipaparkan, masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota Yogyakarta? 2. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta berkaitan dengan tingkat kefavoritan sekolah? 3. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah berkaitan dengan profesi orang tua? E. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui 1. Kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek Biologi siswa sekolah dasar kelas V di kota Yogyakarta 2. Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergenketerampilan proses sains aspek biologi anak sekolah dasar kelas V di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah 3. Keterkaitan antara kefavoritan sekolah terhadap kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek biologi siswa 13

14 kelas V SD di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan profesi orang tua. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Departemen Pendidikan Nasional (Depiknas) a. Sebagai informasi dan pengetahuan serta gambaran keadaan empiris kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains dalam mata pelajaran IPA SD khusunya di Kota Yogyakarta b. Dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan terkait pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan berpikir divergen siswa sekolah dasar khususnya mata pelajaran IPA/Sains di Kota Yogyakarta. 2. Bagi guru (IPA/Sains maupun Tematik) a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan agar dapat memotivasi guru untuk mengembangkan pembelajaran dengan mengutamakan proses sains melalui berbegai persoalan IPA/Sains. b. Memberikan informasi serta pertimbangan terhadap pembelajaran sains/ipa pada siswa sekolah dasar yang hendaknya mengembangkan pola berpikir divergen dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka dan menekankan sains sebagai proses dilandasi sikap ilmiah 3. Bagi peneliti 14

15 a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kependidikan. b. Mengetahui gambaran tingkat berpikir divergenketerampilan proses sains aspek biologi siswa sekolah dasar kelas v di kota Yogyakarta. G. Definisi Operasional 1. Kemampuan Berpikir Divergen Pola berpikir divergen adalah suatu penguasaan pola berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban/gagasan dalam memecahkan suatu masalah/persoalan (Utami,1985:51) 2. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains aspek biologi dalam mata pelajaran IPA SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah langkah ilmiah terstruktur terkait dengan permasalahan ilmiah. Digolongkan menjadi keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan mengolah/memroses (proses skills). Keterampilan dasar (basic skills) yang meliputi: (a) keterampilan melakukan pengamatan, (b) keterampilan merekam sata/informasi, (c) keterampilan mengikuti instruksi, (d) keterampilan mengklasifikasi, (e) keterampilan melakukan pengukuran, (f) keterampilan melakukan manipulasi gerakan, dan (g) keterampilan mengimplementasikan prosedur/teknik/penggunaan peralatan dan keterampilan mengolah/memproses (prosess skills) yang meliputi : (a) keterampilan menginferensi, (b) keterampilan membuat prediksi, dan (c) keterampilan menyeleksi prosedur (Bambang, 2013:11-12). Keterampilan 15

16 proses sains yang dimaksud berupa ide/gagasan dan pemikiran kognitif yang mendasari kerja ilmiah siswa. 3. Kefavoritan Sekolah Menurut Ratna (2005:2) indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Penelitian ini meneliti hubungan keterkaitan antara Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains dengan kefavoritan sekolah yang dilihat dari nilai Ujian Nasional lulusan sekolah tersebut. 4. Profesi Orang Tua Profesi orang tua dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yakni orang tua yang berprofesi sebagai guru/dosen dan yang berprofesi selain guru/dosen. Perihal ini akan dilihat keterkaitan antara KBDKPS dengan profesi orang tua. Variabel ini sebagai variabel penganggu yang dikaji keterkaitannya dengan kefavoritan sekolah. 16

data berupa data rata-rata nilai Ujian Nasional sebagai data kefavoritan sekolah dilakukan pada bulan Oktober-November 2015.

data berupa data rata-rata nilai Ujian Nasional sebagai data kefavoritan sekolah dilakukan pada bulan Oktober-November 2015. BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Penelitian ini terintegrasi dalam penelitian Bambang Subali dkk tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU tentang Pendidikan Nasional yang sudah ditetapkan pada Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan adalah hal yang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi zaman globalisasi saat ini dengan persaingan yang semakin ketat, penguasaan sains dan teknologi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Untuk maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. Dunia pendidikan dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan 1.1 Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip yang telah dipahami tersebut dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip yang telah dipahami tersebut dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran tidak sekedar memahami konsep dan prinsip, akan tetapi menjadikan siswa memiliki kemampuan untuk menerapkan konsep dan prinsip yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan sumber daya manusia berkualitas dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas utuk mengisi pembangunan di negara kita ini. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi segala bidang. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya yang dimiliki oleh setiap individu. Melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terobosan baru dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif dalam meningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan di abad 21 menuntut seorang individu untuk memiliki kemampuan berkompetensi yang sangat tinggi. Persaingan yang terjadi dilapangan

Lebih terperinci

Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah. bidang (pengetahuan) itu. Secara jelas dipaparkan bahwa Ilmu mempunyai

Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah. bidang (pengetahuan) itu. Secara jelas dipaparkan bahwa Ilmu mempunyai BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Sains/IPA dan Biologi Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), baik itu di dalam maupun di luar ruang kelas. Dalam KBM seorang pendidik akan selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh aset pokok yang ada di dalamnya. Aset pokok tersebut berupa sumber daya. Sumber daya manusia merupakan penggerak pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan suatu wadah untuk membangun generasi penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal paling penting untuk menunjang kemajuan bangsa di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi

Lebih terperinci

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional

BAB I. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter akhir-akhir ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya persaingan dunia yang semakin ketat mengharuskan perbaikan kualitas sistem pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun. Perbaikan sistem pendidikan tak lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang menjadikan seseorang mengerti atas suatu hal yang mana sebelumnya seseorang tersebut belum mengerti. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia diwajibkan untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Di sekolah, guru dan peserta didik memegang peranan penting dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan seseorang akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutma innah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutma innah, 2013 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN JENJANG KELAS

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN JENJANG KELAS 60 Jurnal Pendidikan Biologi Vol 5 No 1 Tahun 2016 KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN JENJANG KELAS DIVERGENT THINKING OF SCIENCE PROCESS SKILL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam diri peserta didik. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Regulasi utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia adalah Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan sebuah perubahan-perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan dewasa ini menuntut penyesuaian dalam segala faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70). BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sitem pendidikan nasional mempunyai peran amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait dengan aturan-aturan kehidupan maupun pengembangan sarana kehidupan. Maka dari itu, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai panduan penyelenggaraan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma masyarakat terhadap pendidikan yang semakin kuat mengarah pada pendidikan sebagai investasi kini telah mengkondisikan semua sektor pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga Negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga Negara yang berkualitas. Manusia berkualitas berarti manusia yang mampu berpikir kritis, logis, kreatif

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yaitu :Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. UU RI No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yaitu :Pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang sekolah lanjutan formal setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). SMK memiliki tujuan umum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan alam. Ruang lingkup IPA berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi majunya sumber daya manusia, agar terbentuk generasi generasi masa depan yang lebih baik. Proses pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting, sebab maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikan. Siapa pun yang mendapat pendidikan yang baik akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi dirinya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci