MEMBANGUN PERDAMAIAN MELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL DAN BASIS KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBANGUN PERDAMAIAN MELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL DAN BASIS KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI"

Transkripsi

1 MEMBANGUN PERDAMAIAN MELALUI PENGUATAN MODAL SOSIAL DAN BASIS KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI Mauled Moelyono 1 Abstrak: Tulisan ini berusaha menjelaskan peran penguatan modal sosial dan basis kesejahteraan sosial ekonomi dalam mewujudkan kedamaian. Upaya membangun perdamaian merupakan aksi kolektif yang melibatkan banyak aktor. Aksi ini akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai sukses jika terdapat kekuatan yang saling menghubungkan dan menyangganya. Dalam konteks ini, kekuatan penghubung itu akan sangat ditentukan oleh seberapa jauh dan berkualitas upaya memperkuat modal sosial dilakukan, sedangkan kekuatan penyangganya akan sangat ditentukan oleh seberapa kuat basis kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat mampu diwujudkan. Kata Kunci: perdamaian, modal sosial, dan kesejahteraan sosial ekonomi. A. Pendahuluan Perdamaian, dari perspektif kebahasaan memiliki arti yang amat berbeda dengan kedamaian. Kedamaian adalah suatu keadaan damai yang ditandai oleh situasi dimana setiap warga masyarakat, baik secara individual maupun kelompok, dapat melakukan interaksi dan transaksi sosial secara harmonis tanpa adanya tekanan atau kekerasan dari pihak manapun. Sedangkan perdamaian adalah proses untuk mewujudkan kedamaian itu sendiri. Dalam perspektif sosiologi ekonomi, upaya mewujudkan kedamaian itu hanya dapat dicapai jikalau peran sosial ekonomi produktif masyarakat dapat dioptimalkan dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dapat dipenuhi, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia akan makanan, perumahan, 1 Dosen tetap Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako.

2 2 pendidikan dan kesehatan. Dalam konteks ini, kedamaian (sosial) dipandang sebagai assets atau property yang terbentuk dari kondisi dimana kebutuhankebutuhan dasar individu dapat dipenuhi; harga diri manusia, termasuk partisipasi sosial dalam berbagai kehidupan masyarakat yang hakiki, dapat diwujudkan. Dengan demikian, inti dari kata kedamaian atau damai dalam perspektif ini merujuk pada makna harmoni yang mengandung dua ungsur utama, yaitu aman dan bebas. Pengertian aman dan bebas tidak hanya dalam arti aman atau bebas dari segala gangguan dan ketakutan yang bersifat destruktif, seperti aman dari serangan pihak lain, akan tetapi: (1) aman atau bebas dari kemiskinan, seperti kelaparan, kebodohan, ketergantungan; dan (2) aman atau bebas menentukan pilihan-pilihan (choices), seperti bebas berbicara, berkarya, dan mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan sosial budaya. Keadaan tersebut merupakan resultante dari tumbuh dan bekerjanya unsur-unsur modal sosial masyarakat, yaitu rasa saling percaya, norma yang disepakati dan ditaati, serta wujudnya jaringan sosial yang kuat. Edi Suharto (2007) menegaskan dari perspektif pekerjaan sosial, bahwa kedamaian merupakan konsep yang cair yang tidak dapat diisolasikan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Ada beberapa prasyarat yang diperlukan untuk membangun kedamaian sosial: (1) terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat; (2) berkembangnya modal manusia dan modal sosial yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi

3 3 sosial antarkelompok; (3) tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial; (4) adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan; (5) adanya kohesifitas antarkelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling menghargai perbedaan antarbudaya dan kepercayaan; (6) terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembagalembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial; dan (7) adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antarsesama mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya. Upaya membangun perdamaian merupakan aksi kolektif yang melibatkan banyak aktor (stakeholder). Aksi ini akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai sukses jikalau ada kekuatan yang saling menghubungkan dan menyangganya. Dalam hal ini, kekuatan yang saling menghubungkan itu akan sangat ditentukan oleh seberapa jauh dan berkualitas upaya memperkuat modal sosial dilakukan, sedangkan kekuatan penyangganya akan sangat ditentukan oleh seberapa kuat basis kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat mampu diwujudkan. B. Modal Sosial: sebuah kesadaran baru

4 4 Pengalaman Indonesia berpuluh tahun melaksanakan pembangunan, senantiasa diwarnai oleh praktik-praktik pembangunan yang syarat dengan pergolakan dan perlawanan rakyat. Praktik-praktik pembangunan itu semakin tidak peka terhadap konflik, dan tidak lagi berjalan pada koridor hakekatnya, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, melainkan dalam banyak kasus pembangunan justeru menjadi sumber konflik dan sumber kesengsaraan rakyat. Akhir-akhir ini kehidupan masyarakat sedang mengalami proses peralihan (transition) dan proses perubahan (transformation) secara multidimensional, yaitu dari masyarakat dengan rasa saling percayamempercayai tinggi (hight trust society) ke arah kehidupan masyarakat dengan rasa saling percaya-mempercayai rendah (low trust society). Pilar kehidupan rasa saling percaya-mempercayai yang awalnya demikian kokoh mengakar dalam kehidupan masyarakat, kini sudah mulai menjauh dari kehidupan masyarakat 2. Pilar kehidupan baru yang saat ini lebih menguat di masyarakat adalah rasa saling tidak percaya (distrust ) 3. Kehidupan masyarakat saat ini benar-benar sedang digerus dan digerogoti oleh arus reformasi dan demokratisasi yang demikian dahsyat, yang 2 Francis Fukuyama dalam bukunya Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity (1995) membagi masyarakat dalam relasi vertikal maupun horizontal menjadi dua; yakni masyarakat dengan kepercayaan tensi tinggi (high trust society) dan masyarakat dengan kepercayaan tensi rendah (low trust society). Dalam perspektif ini, kondidi masyarakat Sulawesi Tengah, tampaknya terus bergerak dari tatanan masyarakat berkepercayaan tinggi (hight trust society) menuju kepercayaan rendah (low trust society), kemudian ke masyarakat sulit percaya (zero trust society) dan berakhir pada kehidupan masyarakat yang saling tidak percaya (distrust society). Fenomena menguatnya distrust society ini antara lain ditandai oleh meningkatnya upaya-upaya pemaksaan keinginan dari sekelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat yang lain, konflik kekuasaan, konflik bernuansa suku, agama ras dan golongan (SARA), macetnya dialog antarelite, antarmasyarakat, dan masih banyak lagi. 3 Banyak contoh sebagai bukti hilangnya rasa saling percaya itu, seperti kepercayaan masyarakat luar dan para investor asing kepada daerah kita, ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah daerah, elite politik, serta para pemimpin di daerah ini. Tentu saja yang paling menyedihkan adalah krisis kepercayaan internal, yakni antara masyarakat terhadap pemerintah daerah, elite, maupun para pemimpin daerah.

5 5 terkadang tidak lagi berciri ke Indonesiaan, dan krisis kepercayaan secara perlahan-lahan telah melanda hampir ke segala lini dan dimensi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Implikasi dari transisi kehidupan masyarakat tersebut akan menyulitkan upaya membangun perdamaian, terutama karena: (1) terciptanya ketidakpercayaan masyarakat yang tinggi terhadap pemerintah daerah; (2) terciptanya kondisi ketidakpastian yang tinggi dalam praktik-praktik penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik; (3) terciptanya ketidakpercayaan masyarakat yang tinggi terhadap praktik-praktik penegakan hukum; dan (4) munculnya semangat lokalisme dan sparatisme daerah yang berlebihan. Seiring dengan berlangsungnya proses peralihan (transition) dan perubahan (transformation) dalam kehidupan masyarakat tersebut, kini muncul dan tumbuh kesadaran baru akan pentingnya memperkuat modal sosial 4. Hal ini bukan hanya sebagai respons terhadap praktik-praktik pembangunan yang tidak peka terhadap konflik dan bias pembangunan pada aspek ekonomi, 4 Walaupun istilah modal sosial itu sejak Tahun 1916 telah mulai dikenal, ketika Lyda Hudson Hanifan menulis The Rural School Community Center (Cohen & Prusak, 2001) untuk sebuah diskusi membangun pusat pembelajaran masyarakat, namun kesadaran akan pentingnya modal sosial itu muncul baru sekitar 40 tahun setelah diakuinya peran modal manusia di samping modal fisik dalam pembangunan ekonomi, bahwa hubungan sosial (social relationship) dalam bentuk jaringan kerja (networks) berkontribusi penting dalam keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan ekonomi, baik pada tataran makro maupun tataran mikro (Solow, 2000). Konsep modal sosial itu kemudian mendapat perhatian yang lebih serius dalam ilmu sosiologi dan ekonomi, setelah Bourdieu (1986), Coleman (1988, 1990), dan Putnam (1993) secara tajam menyoroti modal sosial dan memberikan kerangka teoretisnya. Kemudian, oleh para teoritisi (ekonomi kelembagaan), para profesional pembangunan, dan para pemimpin NGO yang tergabung dalam agen-agen pembangunan internasional, khususnya dalam kelompok kerja Bank Dunia, konsep modal sosial ini dikembangkan untuk berbagai kepentingan proyek pembangunan di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia.

6 6 melainkan karena adanya keinginan bersama masyarakat untuk menata kembali kedamaian yang sudah sekian lama porak poranda. Bias pembangunan yang terlalu menitikberatkan pada aspek ekonomi, tidak hanya menciptakan kesenjangan sosial akan tetapi juga berimplikasi luas terhadap perubahan gaya hidup masyarakat menjadi lebih konsumtif, materialistik dan individualistik dengan persaingan ekonomi yang makin tidak sehat. Kondisi ini berakibat makin renggang dan lemahnya hubungan, kepedulian dan solidaritas sosial serta menurunnya kepercayaan antarsesama warga masyarakat. Realitas kehidupan yang demikian itu pada gilirannya justeru akan menjauhkan masyarakat dari kedamaian dan mendekatkannya pada kehancuran 5. Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa, untuk menciptakan dan memelihara kedamaian, perlu memperkuat dan meningkatkan modal sosial masyarakat dengan basis kehidupan sosial ekonomi yang kuat dan kokoh di masyarakat. C. Perdamaian dan Modal Sosial 5 Konflik Poso, merupakan bukti nyata dari adanya kesenjangan sosial sebagai akibat bias pembangunan yang lebih menitikberatkan pembangunan ekonomi dan mengabaikan pentingnya pembangunan bidang sosial budaya. Eskalasi konflik tersebut bahkan meluas menjadi tragedi kemanusiaan yang amat memprihatinkan. Dampak berantai dari konflik tersebut, tidak hanya menghilangkan harta benda dan korban jiwa, melainkan juga hilangnya mata pencaharian, semangat dan harapan hidup, dan trauma psikologis bagi masyarakat korban konflik, terutama pengungsi dan keluarga korban, termasuk anak-anaknya. Sebuah pengorbanan yang sangat besar namun sulit dihitung berapa nilainya.

7 7 Perdamaian adalah proses untuk mewujudkan kedamaian. Dalam proses itu, diperlukan alat penghubung yang efektif yaitu modal sosial masyarakat dan alat penyangga yang kuat, yaitu basis kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang kokoh. Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang bagaimana upaya memperkuat modal sosial itu dilakukan, maka berikut ini dikemukakan beberapa pandangan penting tentang modal sosial. Dari literatur standar tentang modal sosial diketahui bahwa definisi modal sosial sangat variatif. Menurut Moelyono (2005), definisi modal sosial, terbentang luas dari mulai pengertiannya sebagai energi sosial, keterikatan sosial, spirit komunitas, kebajikan kewargaan (civic virtue), jaringan komunitas, ozon sosial (social ozone), persahabatan yang luas, kehidupan komunitas, jaringan formal dan informal, kehidupan kebertetanggaan, hingga kepada fungsinya sebagai perekat sosial (social glue), dan pelumas (lubricant) jaringan sosial serta pengubung aktor dan sumberdaya sosial. Sejauh literartur yang bisa dieksplorasi, tidak ditemukan definisi tunggal tentang modal sosial. Hampir semua definisi modal sosial memasukkan unsur struktur, relasi, percaya dan saling mempercayai (trust and trustness) dan norma-norma. Berdasarkan substansi, sumber, dan efeknya, definisi kerja modal sosial dapat dirumuskan sebagai kehendak baik (goodwill) yang ada pada individu atau kelompok. Sumbernya berada dalam struktur dan isi dari hubungan sosial para aktor. Efeknya mengalir dari informasi, pengaruh, dan solidaritas para aktor. Definisi kerja ini meliputi hubungan internal dan eksternal yang

8 8 memungkinkan modal sosial dapat dihubungkan, baik antarindividu maupun antarkelompok. Dari segi sifat dan kegunaannya, modal sosial merupakan perantara dan sekaligus sebagai peluang yang memungkinkan setiap individu atau anggota-anggota dalam organisasi dapat saling berinteraksi melakukan transaksi atau pertukaran melalui jaringan sosial. Secara umum pandangan tentang modal sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama 6 yang diwakili oleh berbagai teori dinamika kelompok, menekankan pada jaringan sosial (social networks) dan melihat modal sosial sebagai suatu kelompok yang memiliki ciri kohesivitas yang tinggi. Sedangkan pendapat kelompok kedua 7 diwakili oleh kelompok teori kepribadian lebih menekankan pada karakteristik yang tertambat (embedded) pada diri individu yang terlibat dalam interaksi sosial, dan melihat bahwa munculnya suatu kelompok kerja yang kohesif baru akan terjadi 6 Pandangan kelompok pertama yang antara lain diwakili oleh Brehm dan Rahn (1997:999); Pennar (1997:154); Woolcock (1998:153); Cohen dan Prusak (2001:3); Partha Dasgupta and Ismail Seragelsdin, 2000:3), lebih menekankan pada aspek jaringan hubungan sosial yang terikat oleh kepemilikan informasi, rasa percaya, saling memahami, kesamaan nilai, dan saling mendukung. Menurut pandangan kelompok ini modal sosial akan semakin kuat apabila sebuah komunitas atau organisasi memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik secara internal komunitas, atau hubungan kerjasama yang bersifat antarkomunitas atau antarorganisasi. Jaringan kerjasama yang sinergis merupakan modal sosial yang akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan bersama. 7 Pandangan kelompok kedua yang antara lain diwakili oleh Fukuyama (1995:10); Schwartz (1994:111); Bowles dan Gintis (2000:2), lebih menekankan modal sosial sebagai sesuatu sifat yang melekat pada diri individu, berupa tata nilai kehidupan dan aturan yang dianut dan dijalankan oleh individu dalam memfasilitasi kerjasama. Konsep ini mengandung beberapa aspek nilai yang oleh Schwartz (1994) dinyatakan sebagai nilai-nilai universalism tentang pemahaman terhadap orang lain, apresiasi, toleransi serta pro-teksi terhadap manusia dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, nilai-nilai kebajikan tentang pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan orang lain, nilai-nilai tradisi yang mengandung penghargaan, komitmen dan penerimaan terhadap tradisi dan gagasan budaya tradisional, nilai-nilai konformitas (conformity) yang terkait dengan pengekangan diri terhadap dorongan dan tindakan yang merugikan orang lain, serta nilai-nilai keamanan yang mengandung keselamatan, keharmonisan, kestabilan masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain dan memperlakukan diri sendiri. Dengan demikian, konsep modal sosial pada dasarnya bersumber dari rasa percaya pada setiap pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.

9 9 manakala individu memiliki sifat kepribadian tertentu yang mendukung interaksi sosial. Dengan demikian, setiap aksi dan interaksi sosial, khususnya aksi-aksi kolektif untuk membangun perdamaian sebagaimana dimaksud dalam modal sosial selalu dilandasi oleh rasa saling percaya-mempercayai. Implementasinya, modal sosial selalu berproses melalui relasi dan proses itu tertambat dalam struktur sosial dan terikat oleh norma-norma tertentu, baik yang bersifat formal ataupun informal. Melalui proses itulah unsur kepercayaan akan dibutuhkan dan diuji, dan dalam proses itu pulalah harapan dan keyakinan dapat dipastikan. Semakin aksi-aksi kolektif perdamaian itu mencerminkan kepentingan yang saling menguntungkan bagi para aktor yang terlibat, maka semakin pasti harapan akan hasilnya. Disamping segi-segi positif modal sosial sebagaimana diuraikan di atas, tentunya banyak pula segi-segi negatif modal sosial (the downside of social capital) yang perlu diperhatikan. Misalnya, munculnya fanatisme kelompok yang mendeskreditkan kelompok lain adalah refleksi dari sisi negatif modal sosial 8. Oleh karena itu, setiap upaya yang diorientasikan untuk penguatan dan pengembangan modal sosial harusnya dilandasi oleh niat yang baik dan tulus serta moral dan etika yang tinggi. D. Upaya Memperkuat Modal Sosial dan Basis Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat 8 Kecenderungan umum di Indonesia sejak diberlakukannya undang-undang otonomi daerah tampaknya juga menunjukkan kecenderungan seperti itu. Penelitian yang dilakukan oleh Gargiulo dan Bernassi (1999) menunjukkan solidaritas yang kuat di sebuah kelompok menimbulkan sikap diskriminatif pada kelompok yang lain.

10 10 Upaya efektif membangun perdamaian dapat ditempuh dengan memperkuat modal sosial masyarakat melalui unsur-unsur utamanya, yaitu rasa saling percaya-mempercayai, norma yang disepakati dan ditaati, serta relasi sosial. Secara umum ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh dalam memperkuat modal sosial: Pertama, memperluas dan memperbanyak ragam jaringan sosial (structural social capital). Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat memperluas salah satu unsur utama modal sosial, yaitu relasi sosial. Dengan relasi sosial yang makin luas berarti kepemilikan modal sosial secara kolektif oleh para aktor yang terlibat dalam jaringan sosial menjadi semakin luas dan kuat. Konkritnya, upaya memperkuat mosal sosial melalui unsur ini dapat ditempuh dengan membangun jaringan sosial dengan struktur, sistem dan mekanisme kerja yang akomodatif serta aktor yang kompeten dan terpercaya, melalui: pembangunan pusat jaringan informasi; penciptaan akses informasi pasar; pendidikan multikulturalisme; perencanaan pembangunan partisipatif; organisasi kemasyarakat-an; olah raga dan kepemudaan; serta investasi sosial. Kedua, meningkatkan intensitas komunikasi dan interaksi sosial (relational social capital) pada keseluruhan jaringan sosial yang sudah ada. Pendekatan ini ditempuh untuk memperkuat unsur-unsur utama modal sosial, terutama rasa saling percaya-mempercayai antarwarga masyarakat dan ketaatan kepada norma-norma yang sudah disepakati. Dalam proses membangun perdamaian, rasa saling percaya mempercayai itu tidak mudah untuk diciptakan. Karena, selain diperlukan upaya komunikasi dan interaksi sosial yang intensif juga memerlukan proses yang panjang, dan yang lebih penting lagi adalah adanya wahana yang

11 11 berfungsi sebagai pengikat (bonding) dan sekaligus penghubung (bridging) dalam proses perdamaian 9. Kedua fungsi tersebut, baik fungsi pengikat maupun fungsi penghubung melekat pada modal sosial, dimana fungsi pengikat dalam proses perdamaian lebih menekankan pada aspek hubungan antaraktor dalam kelompok yang sama, khususnya keeratan hubungan secara kolektif yang dapat memudahkan proses perdamaian. Fungsi ini biasanya dilihat sebagai perwujudan dari karakteristik internal aktor secara kolektif, baik dalam tataran organisasi maupun masyarakat. Keberhasilan dari fungsi ini terletak pada keharmonisan dan solidaritas dari hubungan internal antarindividu dan antarkelompok dalam komunitas 10 yang sama. Sedangkan fungsi penghubung dalam proses perdamaian lebih dilihat sebagai sukses individu atau kelompok yang berbeda-beda dalam aksi kolektifnya menciptakan kedamaian. Perspektif ini beranggapan bahwa keberhasilan dari proses perdamaian dilihat sebagai aksi kerjasama antar individu dan kelompok dalam komunitas yang berbeda-beda. Keberhasilan dari proses ini sangat ditentukan oleh seberapa kuat fungsi penghubung tersebut dapat tercipta dalam aksi kolektif menciptakan kedamaian. 9 Masyarakat yang memiliki rasa saling percaya-mempercayai tinggi berpotensi untuk membentuk kelompok terorganisasi. Kelompok yang terorganisasi atau yang oleh sosiolog Ferdinand Tonies disebut gesellschaft, perlu dipahami bahwa mereka itu bukan hanya sekadar kerumunan orang, tetapi mereka adalah orang-orang yang memiliki visi, yaitu masyarakat yang berorientasi pada nilai kebajikan umum atau social virtue atau yang dalam Al Quran didebut sebagai al khair dengan misi utamanya menegakkan kebenaran atau amar makruf dan mencegah timbulnya hal yang buruk atau nahi mungkar, dan memiliki tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan, keberhasilan, atau kemenangan yang disebut al falah (Al Baqarah: 104). 10 Komunitas (community) dimaksudkan sebagai satuan kehidupan (sosial ekonomi) yang mendiami sebuah wilayah yang terbatas luasnya, dapat berupa kampung, desa, atau satuan organisasi. Anggota-anggota nya memiliki perasaan-perasaan, perhatian-perhatian, kesadaran akan kebersamaan, tujuan-tujuan hidup yang sama dan terfokus pada komunitas tersebut sebagai acuan jatidirnya, menjadi landasan berbagai kegiatan tolong menolong dan solidaritas sosial yang dibedakan dari jatidiri yang dimiliki oleh komunitas-komunitas lainnya yang ada di sekeliling komunitas tersebut.

12 12 Dengan demikian, keberhasilan itu terletak pada adanya kesadaran untuk menunjukkan partisipasi aktif dan kontribusi optimal dari masingmasing aktor (stakeholder) yang terlibat. Demikian halnya dengan norma yang disepakati dan ditaati sebagai unsur utama modal sosial, juga sangat penting dalam mendukung keberhasilan proses perdamaian. Bahkan, ketaatan terhadap norma-norma itu menjadi prasyarat mutlak. Tanpa adanya kesadaran bersama dari para aktor yang terlibat dalam proses perdamaian untuk mentaati norma-norma itu, kedamaian menjadi sulit untuk dicapai. Bahkan, akan muncul keadaan anomaly di mana setiap aktor yang terlibat cenderung berbuat sesuai dengan kemauan sendiri tanpa merasa ada ikatan dengan aktor yang lain, baik dari kelompok yang sama atau dari kelompok yang berbeda. Karenanya, norma-norma itu harus ditaati dengan sanksi yang jelas dan efektif. Ketga, meningkatkan kualitas komunikasi dan interaksi sosial (cognitive sosial capital) pada keseluruhan jaringan sosial yang sudah ada. Melalui pendekatan ini, semua bentuk interaksi dan komunikasi telah terbangun sedemikian rupa sehingga semua unsur-unsur utama modal sosial diharapkan kualitasnya akan semakin meningkat. Sedangkan dari sisi penguatan basis kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dirancang melalui regulasi sosial ekonomi yang bertumpu pada pilar-pilar yang membentuk proses pembangunan sosial ekonomi menjadi lebih berkualitas dan berkeadilan; berpijak pada aspek-aspek distribusional yang berimplikasi terhadap distribusi peluang berusaha dan peluang

13 13 memperoleh pendapatan yang lebih adil, memperbesar kapasitas masyarakat melalui peningkatan kepemilikan asset-aset produktif, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi; beroperasi pada kerangka kerja institusional pemerintahan yang amanah (good governance), yaitu adanya kerangka kerja regulasi yang efektif dan efisien, berfungsinya birokrasi secara efektif, bekerjanya institusi yang transparan dan bertanggungjawab dalam menjamin adil dan tegaknya hukum, partisipasi sosial serta terwujudnya kebebasan masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi; inovatif dalam memaksimumkan pengembangan potensi sumberdaya lokal dan efisien dalam penggunaannya; dan berpihak kepada rakyat, yaitu sebuah perencanaan pembangunan social ekonomi yang dirancang dan diimplementasikan secara partisipatif dengan melibatkan sebanyak mungkin para pelaku ekonomi rakyat. Tujuannya jelas, yaitu untuk memberi penguatan dan pengembangan kapasitas serta pemberdayaan social ekonomi rakyat, terutama kelompok masyarakat yang tingkat kesejahteraannnya secara sosial ekonomi rendah. Secara operasional, regulasi sosial ekonomi tersebut dijabarkan melalui serangkaian rencana aksi yang dipusatkan pada prioritas penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat berupa: penyediaan dan perluasan akses pangan; perluasan akses layanan kesehatan; perluasan akses layanan pendidikan; peningkatan kesempatan kerja dan berusaha; perluasan akses layanan perumahan; penyediaan air bersih dan aman, serta sanitasi; perluasan akses partisipasi; peningkatan keadilan dan kesetaraan jender.

14 14 E. Penutup Sebagai penutup, berikut ini dikemukakan beberapa kesimpulan penting: 1. Perdamaian adalah proses untuk mewujudkan kedamaian. Dalam proses itu, diperlukan alat penghubung yang efektif yaitu modal sosial masyarakat dan alat penyangga yang kuat, yaitu basis kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang kokoh. 2. Kedamaian adalah suatu keadaan damai yang ditandai oleh situasi dimana setiap warga masyarakat, baik secara individual maupun kelompok, dapat melakukan interaksi dan transaksi sosial ekonomi secara harmonis dengan penuh rasa aman dan bebas, tanpa adanya tekanan atau kekerasan dari pihak manapun. Atau, kedamaian itu merupakan resultante dari tumbuh dan bekerjanya unsur-unsur modal sosial masyarakat, yaitu rasa saling percaya, norma yang disepakati dan ditaati, serta wujudnya jaringan sosial yang solid yang tumbuh di atas basis kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang kuat. 3. Upaya membangun perdamaian merupakan aksi kolektif yang melibatkan banyak aktor (stakeholder). Aksi ini akan dapat berjalan dengan baik dan mencapai sukses jikalau ada kekuatan yang saling menghubungkan dan menyangganya. Kekuatan itu dapat diciptakan dan digerakkan melalui upaya penguatan modal sosial. Dengan demikian, kunci utama keberhasilan membangun perdamaian akan sangat

15 15 ditentukan oleh seberapa jauh dan berkualitas upaya memperkuat modal sosial masyarakat dilakukan. 4. Upaya efektif memperkuat modal sosial masyarakat dapat dilakukan dengan memperkuat unsur-unsur utama modal sosialnya, yaitu rasa saling percaya-mempercayai, norma yang disepakati dan ditaati, serta relasi sosial melalui tiga pendekatan: pertama, memperluas dan memperbanyak ragam jaringan sosial (structural social capital ); kedua, meningkatkan intensitas komunikasi dan interaksi sosial (relational social capital); dan ketga, meningkatkan kualitas komunikasi dan interaksi sosial (cognitive sosial capital) pada keseluruhan jaringan sosial yang sudah ada. Daftar Rujukan Bourdieu, Pierre, The forms of capital, in John G. Richardson, ed., Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education. New York: Green-wood Press, pp Brehm, J., & W. Rahn Individual-level evidence for the causes and cones-quences of social capital. American Journal of Political Science, 41: Cohen, D. & L. Prusak, In Good Company. How social capital makes organ-izations work, Boston, MA: Harvard Business School Press xiii pages.

16 16 Coleman, James S., Social Capital in the Creation of Human Capital, American Journal of Sociology 94: S95 - S120. Coleman, James S., Foundations of Social Theory. Cambridge, Mass: Harvard University Press. Dasgupta, Partha. & Ismail Serageldin., Social Capital: A Multifaceted Perspective, The World Bank, Washington D.C. Fukuyama, F Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity. New York: The Free Press. Edi Suharto, Modal Kedamaian Sosial dan Resolusi Konflik: Perspektif Pekerjaan Sosial, (online), ( diakses ). Moelyono, Mauled, Elaborasi Peran Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Ekonomi Bisnis. Tahun 10, Nomor 1, April Pennar, K., The Ties that Lead to Prosperity: The Economic Value of Social Bonds is Only Beginning to be Measured. Business Week. December 15: Putnam, Robert The Prosperous Community: Social Capital and Public Life. The American Prospect, 13 (Spring 1993): Solow, Robert M., Notes on Social Capital and Economic Performance. Dalam Dasgupta, Partha (Eds). Social Capital A Multifaceted Perspective. (hlm. 6-10) Washington D. C: The International Bank for Reconstruction and Development /The World Bank. Woolcock, M., Social Capital and economic development: Toward a theorical synthesis and policy framework. Theory and Society, 27:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Modal Sosial Konsep modal sosial juga muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial 2.1.1 Pengertian Modal Sosial Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Lebih terperinci

dipersyaratkan untuk terselenggaranya tata kelola pemerintahan secara efektif dan efisien serta mampu mendorong terciptanya daya saing daerah pada tin

dipersyaratkan untuk terselenggaranya tata kelola pemerintahan secara efektif dan efisien serta mampu mendorong terciptanya daya saing daerah pada tin BAB IV VISI, MISI, NILAI DASAR DAN STRATEGI A. V i S i RPJMD Tahun 2009-2014 Kabupaten Polewali Mandar merupakan penjabaran dari naskah visi, misi dan program prioritas pembangunan Bupati dan Wakil Bupati

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 MISI 1 Menigkatkan kerukunan keharmonisan kehidupan masyarakan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia XVIII Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat (3) Bab I, Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, menegaskan kembali: Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Artinya, Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. POLITIK HUKUM BAB I TENTANG PERSPEKTIF POLITIK HUKUM OLEH: Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. Politik Hukum Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan, serta memastikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan

Lebih terperinci

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB)

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB) Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB) Menuju Dialog Pembangunan untuk Perdamaian 1 Proses PPB: Tinjauan (1) Prakarsa bersama Pemerintah Indonesia, UNDP dan Pemerintah Inggris (DFiD). Dilaksanakan

Lebih terperinci

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Visi Pemerintah 2014-2019 adalah : Terwujudnya Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Perumusan dan penjelasan terhadap visi di maksud, menghasilkan pokok-pokok visi yang diterjemahkan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI Untuk menyelenggarakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang, perlu dikembangkan suatu kredo atau arahan bagi penyelenggaraan sistem pembangunan agar

Lebih terperinci

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya BAB V PENUTUP Kehadiran social media sebagai media komunikasi telah memberikan warna baru dalam dinamika praktik komunikasi korporat. Proses komunikasi yang bersifat egaliter, langsung, dan dialogis mendorong

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009) ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN -62- BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2005-2025 4.1. Visi Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi Kabupaten Bangkalan sampai saat ini, isuisu strategis dan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2 PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN 2010 2014 1 Ignatius Mulyono 2 1. Misi mewujudkan Indonesia Aman dan Damai didasarkan pada permasalahan bahwa Indonesia masih rawan dengan konflik.

Lebih terperinci

KAJI ULANG KONSEP MODAL SOSIAL DALAM MASYARAKAT PLURALIS

KAJI ULANG KONSEP MODAL SOSIAL DALAM MASYARAKAT PLURALIS KAJI ULANG KONSEP MODAL SOSIAL DALAM MASYARAKAT PLURALIS Nina Zulida Situmorang Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Jakarta Email: ninasitumorang@yahoo.com Abstrak Indonesia memiliki lebih kurang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

MODAL SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN. Oleh. Anyualatha Haridison 1

MODAL SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN. Oleh. Anyualatha Haridison 1 35 MODAL SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN Oleh. Anyualatha Haridison 1 ABSTRAK Tulisan ini ingin mengeksplorasi konsepsi modal sosial dalam pembangunan, baik itu sumber, bentuk dan implikasi modal sosial bagi

Lebih terperinci

Publikasi Statistik Modal Sosial 2014, 2016

Publikasi Statistik Modal Sosial 2014, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Publikasi Statistik Modal Sosial 2014, 2016 ABSTRAKSI Pembangunan merupakan proses transformasi jangka panjang untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Selama ini, modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

BAB IV RELASI ANTAR KOMUNITAS DAN ORGANISASI LUAR

BAB IV RELASI ANTAR KOMUNITAS DAN ORGANISASI LUAR BAB IV RELASI ANTAR KOMUNITAS DAN ORGANISASI LUAR 4.1. Pendahuluan Studi kapital sosial ini bertitik tolak pada asumsi yang saling terkait, yaitu bahwa kapital sosial bukan suatu keberadaan yang berdiri

Lebih terperinci

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

BABV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BABV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BABV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Memajukan Kesejahteraan Umum merupakan amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, alinea IV, yang harus diupayakan secara optimal terwujud dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran otentik Kabupaten Rejang Labong dalam 5 (lima) tahun mendatang pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD

Lebih terperinci

Modul ke: MASYARAKAT MADANI. Mengetahui masyarakat madani serta karakteristiknya. Fakultas FAKULTAS KURNIAWATI, SHI, MH.

Modul ke: MASYARAKAT MADANI. Mengetahui masyarakat madani serta karakteristiknya. Fakultas FAKULTAS KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: 11 RINA Fakultas FAKULTAS MASYARAKAT MADANI Mengetahui masyarakat madani serta karakteristiknya KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi Pengertian Masyarakat madani adalah suatu masyarakat atau institusi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN 2014 2018 TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG A. PENDAHULUAN Dalam UURI No. 12/2012 tentang Perguruan

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI

BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI A. DASAR FILOSOFIS Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah memerlukan satu filosofi pembangunan yang memiliki cakrawala yang luas dan mampu menjadi pedoman bagi daerah untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Kelompok Sosial Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri namun di dalam proses kehidupan selanjutnya, manusia membutuhkan manusia

Lebih terperinci

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2 PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Materi ke 2 Program pascasarjana ITATS PRINSIP DASAR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pertama, pemerataan dan keadilan sosial. Harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital)

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital) PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL Modal Sosial (Social Capital) Apa yang dimaksud dengan Modal Sosial dan apa relevansinya dengan Pembangunan? Modal yang dibutuhkan dalam proses pembangunan: Modal Sumber

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; OPENING REMARKS by: H.E. Dr. Marzuki Alie Speaker of the Indonesian House of Representatives Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; Yang kami hormati, Para Delegasi

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1.Visi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 menyebutkan bahwa visi merupakan

Lebih terperinci

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Seminar DEMOKRASI UNTUK

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh berbagai ilmu berupa pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR Padang, (29/08/2017) BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR TAP MPR Nomor VI Tahun 2002 merekomendasikan kepada Presiden untuk membangun kultur birokrasi ( budaya kerja ) yang transparan, akuntabel, bersih,

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara tepat, modal sosial akan melahirkan serangkaian nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara tepat, modal sosial akan melahirkan serangkaian nilai-nilai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal sosial merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan sosial dipandang sebagai faktor yang

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE

POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE A. Definisi dan Pengertian Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan konsep yang kini sangat populer di Indonesia. Pembicaraan tentang good governance tidak

Lebih terperinci

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud

Lebih terperinci

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia Dipresentasikan pada The Indonesian Forum seri 3 The Indonesian Institute. Kamis, 3 Maret 2011 Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia Ir.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan

Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160906163356-21-156465/problem-papua-dan-rapuhnya-relasi-kebangsaan/ Arie Ruhyanto, CNN Indonesia Kamis, 15/09/2016 08:24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi perpustakaan umum dalam menciptakan modal sosial di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Potensi perpustakaan umum dalam menciptakan modal sosial di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perpustakaan umum dalam menciptakan modal sosial di seluruh lapisan masyarakat didukung oleh prinsip dasar yang dimilikinya, yaitu keterbukaan, tidak diskriminatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu provinsi yang besar, Sumatera Utara dengan ibukota Medan sedang bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci