BAB III KERAJAAN BANGGAI SEBELUM KEDATANGAN KOLONIAL BELANDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERAJAAN BANGGAI SEBELUM KEDATANGAN KOLONIAL BELANDA"

Transkripsi

1 BAB III KERAJAAN BANGGAI SEBELUM KEDATANGAN KOLONIAL BELANDA 3.1 Sejarah Kerajaan-Kerajaan Banggai Sebelum kerajaan Banggai melebarkan sayabnya kewilahyah lain perlu di ketahui bahwa : Daerah kerajaan Banggai yang sekarang ini dalam sejarahnya dahulu kala terdiri dari 2 (dua) kerajaan besar yaitu : 1. Kerajaan Banggai : Asal mula wilahyahnya ialah seluruh wilahyah Banggai kepulauan. 2. Kerajaan Tompotika : Adalah satu-satunya kerajaan yang letaknya di sekitar Bualemo sekarang ini. Dari dua kerajaan besar di atas kerajaan Banggai dan kerajaan Tompotika yang terdapat di daerah kabupaten Banggai maka dapat diuraikan dari tahun berapa kedua kerajaan tersebut berdiri, siapa saja raja yang pertama memimpin sampai yang terakhir memimpin, dan bagaimana sistem pemerintahannya. I. Sejarah Kerajaan Banggai (Banggai Kepulauan) Untuk lebih memahami sejarah kerajaan Banggai maka sebelumnya kita harus mengenal sejarah Tano Bolukan, sebelum nama kerajaan Banggai yang berada di kabupaten Banggai Kepulauan menurut Machmud HK, di kerajaan Banggai pada saat itu sudah ada empat kerajaan kecil yaitu Bobulau, Singgolok, Katapean, dan Kokini. Ke-empat raja ini di sebut Basalo Sangkap atau empat lembaga tinggi di kerajaan Banggai, dan kemudian ke-empat kerajaan kecil tersebut, atau yang disebut Basalo Sangkap itu di satukan oleh seorang pangeran dari Jawa (penyebar agama Islam di kerajaan Banggai) yang bernama Adi Cokro (Mbumbu Doi Jawa), 1

2 atau di Banggai dikenal Adi Soko. Menyatukan ke-empat kerajan tersebut menjadi kerajaan Tano Bolukan. Sebelum nama kerajaan Tano Bolukan berubah menjadi nama kerajaan Banggai pada saat itu, di Banggai di awali dengan pelantikan raja pertama kerajaan Banggai yaitu (Maulana Prins Mandapar). Maulana Prins Mandapar adalah seoarang anak dari pangeran di Jawa Adi Cokro merupakan hasil perkawinan dari putri Kastella bangsawan Ternate dan keturunan bangsa Portugis. a. Berdirinya Kerajaan Banggai Kerajaan Banggai berdiri sejak dilantiknya raja pertama Maulana Prins Mandapar pada tahun 1571 sampai pada tahun Kerajaan Banggai pada saat itu sudah terorganisir secara keseluruhan, Tahun 1601 Maulana Prins Mandapar meninggal dunia dan kursi kerajaan di lanjutkan oleh putra pertama raja Mandapar yaitu Mumbu Doi Kintom, dan ibunya ialah putri Banggai. Raja Maulana Prins Mandapar hanya memimpin kerajaan Banggai selama tiga puluh tahun lamanya. Maulana Prins Mandapar memerintah di kerajaan Banggai dengan di dampingi oleh seorang ulama sekretarisnya dari Sumatra yang terampil dan bijaksana bernama Tengku Hasan Alam yang biasanya orang-orang kerajaan Banggai menamakan beliau Tanduwalang. Rajaraja yang Memerintah di Kerajaan Banggai dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Maulana Prins Mandapar (Mumbu doi Godong) Tahun M 2. Mumbu doi Kintom Tahun Mumbu doi Benteng Tahun Mumbu doi Balantak Mulang Tahun Mumbu doi kota Tahun

3 6. Mumbu doi Bacan Abu Kasim Tahun Mumbu doi Mendono Tahun Mumbu doi Padangko Tahun Mumbu doi Dinadat Raja Mandaria Tahun Mumbu doi Galela Raja Atondeng Tahun Mumbu Tenebak Raja Laota Tahun Mumbu doi Pawu Raja Taja Tahun Mumbu doi Bugis Raja Agama Tahun Mumbu doi Jere Raja Tatu Tonga Tahun Raja Soak Tahun Raja Nurdin Tahun Raja H. Abdulazis Tahun Raja H. Abdurracman Tahun Raja Awaluddin Tahun Raja Nurdin Daud (Simbolis sebelum raja dimakamkan masih anak-anak) 21. Raja H.S.A. Amir Tahun Pada waktu raja Awaludin wafat pada akhir tahun 1940, sudah menjadi aturan atau adat, bahwa sebelum raja di makamkan, sudah harus ada penggantinya maka Basalo Sangkap (Dewan Kerajaan) dengan persetujuan komisi empat, mengangkat dan melantik Nurdin Daud yang pada waktu itu masih anak-anak dan masih berumur 10 tahun. Pengangkatan dan pelantikan tersebut disaksikan oleh tuan V.DE. Mors. Asisten Residen Posso yang kebetulan ada di Banggai untuk menghadiri rapat kerja kerajaan Banggai. Dan pada tanggal 1 Maret 1941 diangkatlah H.S.A. Amir menjadi Raja yang ke Machmud HK. Op.cit. H

4 b. Sistem Pemerintahan Kerajaan Banggai Dalam suatu pemerintahan yang berada di kerajaan Banggai atau yang mengepalai kerajaan di pegang langsung oleh raja atau Tomundo atau Tuutuu. Raja di pilih dan di angkat oleh Dewan Kerajaan Basalo Sangkap langsung dari keturunan atau sekurang-kurangnya ada ikatan hubungan keluarga dengan raja dengan memperhatikan kecakapan dan kesanggupan untuk memimpin. Adapun raja atau Dewan Kerajaan (Basalo Sangkap) yaitu terdiri dari : 1. Raja Singgolok atau Basalo Gong-gong. 2. Raja Katapean atau Basalo Monsongan. 3. Raja Boobulau atau Raja Dodung. 4. Raja Kokini atau Basalo Tano Bonunungan. Dimana raja juga di bantu oleh komisi empat, komisi empat ini terdiri dari : 1. Jogugu. 2. Mayor Ngofa. 3. Kapitan Laut. 4. Hukum Tua. Mereka serta pembantu-pembantunya di pilih dan di angkat langsung oleh raja dengan memperhatikan kecakapan dan kesanggupan untuk memangku jabatan tersebut dengan persetujuan basalo sangkap. Mereka masing-masing mempunyai staf inti seperti : 1. Jogugu mempunyai staf -Kapitan Keye -Kapitan Lonas -Kapitan Kota 2. Mayor Ngofa mempunyai staf -Letnan Ngofa -Kapitan Parang 4

5 -Letnan Dua 3. Kapitan Laut mempunyai staf -Syah Bandar -Bea Cukai 4. Hukum Tua mempunyai staf -Mahkamah -Pengadilan Selain dari staf tersebut di atas mereka juga mempunyai wilayah yang mereka pegang yaitu : Jogugu Mayor Ngofa Kapitan Laut Hokum Tua : Banggai dan Labobo Bangkurung dan sekitarnya. : Teluk Tomini. : Dari Batui sampai ke Balantak. : Seluruh Pulau Peling dalam seperti : Selain dari komisi empat tersebut di atas, maka raja mempunyai pula staf pribadi urusan 1. Bagian Pemerintahan -Gimalaha Sadaha-Seseba -Panabela Buyu -Mian Tu Liang -Mian Tu Baasaan -Panabela Tololak -Mian Tu Palabatu 2. Urusan Rumah Tangga -Genti. -Jeufana. Maka dalam struktur atau bagan berbentuk sebagai berikut : BASALO SANGKAP KOKINI BABOLAU KATAPEAN SINGGOLOK 5

6 RAJA JOGUGU MAYOR NGOFA KAPITAN LAUT HUKUM TUA Keye - Let. Ngofa - Syahbandar - Mahkamah - Kap. Lonas - Kap. Perang - Bea Cukai - Pengadilan - Kap. Kota - Let. Dua 2 - Kap. Sehubungan dengan struktur pemerintahan tersebut di atas, di bidang agama Islam pun giat di pelajari dan disebarluaskan oleh sekretarisnya Tengku Hasan Alam sehingga agama tersebut dianut oleh masyarakat, teristimewa masyarakat pantai sehingga pemerintahan pun bersemboyan : Adat bersendi syara syara bersendi adat artinya menandakan budaya rakyat Banggai yang sopan santun, berbudi luhur, ramah tama, dan bersahaja. Adapun yang mengapalai urusan agama Islam disebut Kale atau Gadhi. Kale atau Gadhi dibantu oleh beberapa iman diantaranya : - Imam Sohi - Imam Gong-gong - Imam Tano Bonunungan - Imam Monsongan - Imam Dodung Imam dibantu oleh beberapa Hatibi atau Khatib yaitu : - Hatibi Baginsa - Hatibi Gong-gong - Hatibi Tano Bonunungan - Hatibi Monsongan 2 Machmud HK. Op.cit. H

7 - Hatibi Dodung Hatibi-Khatib dibantu oleh beberapa Mojim Muazzim antara lain : - Mojim Tano Bonunungan - Mojim Gong-gong - Mojim Dodung - Mojim Monsongan Maka dalam bagan atau struktur ia berbentuk sebagai barikut : GADHI KALE IMAM SOHI IMAM T. BONUNUNGAN IMAM DODUNG IMAM MONSONGAN IMAM GONG-GONG HATIBI BAGINSA HATIBI T. BONUNUNGAN HATIBI DODUNG HATIBI MONSONGAN HATIBI GONG-GONG MOJIM T. BONUNUNGAN MOJIM DODUNG MOJIM MONSONGAN MOJIM GONG-GONG Itul ah sedikit gambaran tentang bagan atau struktur sistem pemerintahan beserta kepemimpinan keagamaan di Tano Bolukan atau di kerajaan Banggai. 3 II. Sejarah Kerajaan Tompotika (Bualemo sekarang ini) Sebelum Ternate menguasai Banggai sejak tahun , Gowa sejak tahun dan kembali ke Ternate sejak tahun , di daerah ini terdapat beberapa kerajaan. Di Banggai Darat terdapat kerajaan Tompotika (di kecamatan Bualemo sekarang). J.J. Dormeier 3 Machmud HK, op.cit., H

8 dalam bukunya Banggaishe Adatrecht (Hukum Adat Banggai), 1947, halaman 23 menggambarkan bagaimana akhir kerajaan Tompotika. Pemimpin akhir Tompotika ialah raja Logani, gugur dalam suatu pertempuran di Tompotika melawan pasukan gabungan Ternate, Banggai, Gorontalo dan Limboto. Sementara itu, Tompotika dahulu merupakan salah satu kerajaan di daerah luwuk Banggai, Basama seharusnya disebut Masama, diambil dari istilah lainsama yang artinya burung elang. Kelompok masyarakat itu berada di Taugi dan Tangeban dan mengunakan bahasa andio (yang sakti). Di atas sudah digambarkan bagaimana akhir kerajaan Tompotika. Sebelum mendirikan kerajaan Tompotika di daerah Luwuk Banggai, para leluhur orang-orang Masama datang dari luar daerah Luwuk Banggai yaitu dari Luwu, Sulawesi Selatan. Selanjutnya, di Tilamuta, kawasan Gorontalo, di namakan Boalemo, maka di kawasan Kepala Burung (Vogelkop menurut istilah orang-orang Belanda) di daerah Luwuk Banggai disebut Bualemo. Ada perbedaan sebutan, yaitu istilah Boalemo di Tilamuta, kawasan Gorontalo, memakai hurup O, sedangkan istilah Bualemo di kawasan Kepala Burung di daerah Luwuk Banggai menggunakan huruf U. Akan tetapi, arti sebenarnya sama saja karena orang-orang Bualemo di daerah Luwuk Banggai pada umumnya berasal dari keturunan orangorang Boalemo dahulu dan orang-orang Boalemo sekarang, dari Tilamuta, kawasan Gorontalo. Orang-orang Bualemo sudah lama berada di daerah Luwuk Banggai, hanya saja kita tidak mengetahui kapan mereka tiba di daerah Luwuk Banggai baik secara kelompok maupun secara perorangan. 4 a. Berdirinya Kerajaan Tompotika Sejarah Bualemo atau yang di kenal dengan kerajaan Tompotika berdiri pada tahun Dari seorang tua Timbi Hajarrati. Alkisah bahwa gunung yang bernama gunung Tambutika pada 4 H.S. Padeatu. Op.cit. H.17,19,21. 8

9 permulaan zaman menyerupai sebuah pulau yang terapung-apung di lautan raya maka dengan kehendak dan kekuasan Allah SWT, terjadilah puncak itu suatu cahaya yang terbayang-bayang itu menyebut namanya Sambutika. Selanjutnya, pada saat itu kerajaan Tompotika dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sayergadi dan Sitti Rawe mereka dua bersaudara Sayergadi (Laki- Laki) sedangkan Sitti Rawe (Perempuan) mereka tinggal di kota besar dan kota kecil (Ota Daa dan Ota Kiki). Tiada berapa lamanya mereka mengendalikan kerejaan disitu maka keduanya membuat tempat mereka beribadah yang bernama (Masigi) yang artinya Mesjid atau tempat Beribadah, dan menyuruh membut tiang bendera di muka tempat mereka jadi tanda kesucian dan tanda kemuliaan tempat mereka serta tanda kebesaran dan ketinggian kerajaan pada masa itu, dan juga menyuruh membuat sebuah kolam untuk mereka mengambil air sembahyang. 5 Selanjutnya, menurut E. Gobe (1928) dalam bukunya yang berjudul Een Loinangsch Verhal (cerita-cerita dari suku Loinang), mengatakan bahwa pada tahun sekitar 1417 persekutuan Loinang Timur sudah terbentuk dan membentuk sebuah kerajaan dengan nama Tompotika, raja pertama bernama La Logani, kedua adiknya perempuan bernama ratu Mapang, wilayah kerajaan ini meliputi pengunugan yang mereka namakan Tompotika, (Tumpu Potinggi Mianu kita :Tuhan Meninggikan Derajat Manusia). Keturunan raja La Logani disebut Miannu Balayan, yang tersebar dari gunung Tompotika, gunung Pinuntunuan, gunung Kau Totolu, atau penulis Barat dikenal dengan suku La Inang Barat. Sedangkan, anak-anak La Logani, Mangamben, Lakauta, menelusuri gunung Tompotika mengembangkan kerajaan Tompotika dan sampailah di desa Bulakan, dan Lingketeng, serta Tambunan, Baloha, Pakoan, Kintom, Mendono, Tangkaian, Lontio. Anaknya sula, Maiya dan Moitom, mengembangkan wilahyah kekuasaan sampai ke Balantak, Lamala, Masama, dan Bualemo, sedangkan adiknya Mapang 5 Ishak Bakua, Sejarah Terbentuknya Desa Bualemo. 9

10 yang menikah di Lolantang mendapat anak Mangamben, menjadi pemimpin di Kaleke, Mangkin Piala, Luwok, dengan gelar Mianu Tutui, (Yang Benar, Yang Nyata). 6 Hasil penelitian dari Dr. Albert C Kruyt, De To Loinang van Celebes (1930), mereka dimasukkan dalam kelompok Bangsa Loinang Timur, yang masih asli, kutu no tano artinya, asli orang pedalaman belum migrasi dan asimilasi dari luar juga mereka menamakan Gelar pemimpinnya, yaitu Mianu Tutui (yang nyata, yang benar). Hidup sekitar tahun , sebelum dihancurkan oleh pasukan Tobelo dan Gorontalo, Buol terhadap kerajaan mereka, Tompotika. Penyebaran Loinang, kemudian terjadi setelah runtuhnya kerajaan Tompotika (1570), rajanya La Logani gugur dalam pertempuran itu, dan anak-anaknya Mangamben, Tongkoi, Lakauta, serta keluarga dan rakyat Tompotika yang masih setia meninggalkan Tompotika menuju arah Barat daan Selatan di Banggai darat, yang ke arah Barat. anak La Logani mianu tutui Tongkoi (Lingketeng, Tambunan, Baloa, Simpang dan Lakauta (Pakohan, Kintom, Padang), dan yang ke arah Selatan mianu tutui Mangamben.(Kintom, Mondonun, Keleke). Sedangkan yang ke arah Balantak dan Masama, anak-anak La Logani, Maiyaya, Sula, Moitom, oleh Albert Cruyt disebut Loinang Barat, yang sudah bercampur, asimilasi dengan penduduk lainnya, namun pemimpinnya masih menggunakan predikat mianu tutui Bosanyo Mangamben, Tongkoi, Lakauta, Maiyaya, Sula, Moitom. 7 b. Raja-Raja yang Memerintah di Kerajaan Tompotika Setalah raja Sayergadi dan Sitti Rawe memimpin kerajaan Tompotika pada saat itu, maka raja-raja yang memimpin di kerajaan Tompotika yaitu Mapang dan Lologani, putri dari raja pertama Sayergadi raja yang pertama memimpin kerajaan Tompotika. 6 Haryanto Djalumang. Op.cit. H Haryanto Djalumang. Loinang (Bangsa Kutu No Tano).Di Poskan Oleh Anonim. 22:12. Data di Unduh pada tanggal 25 juni

11 Adapun Bosanyo-bosanyo (Raja) Tompotika-Balantak di perintah oleh keturunnya yang memimpin kerajaan Tompotika yaitu sebagai berikut : 1. Laanang Tahun Sulla Tahun Moitom-Putra dari raja Lologani Tahun Malombae-Wanita Tahun Bodel Tahun Nursing-tiga kali merangkap Tahun Tatu Ereng Tahun Dado-yang menangkap Laginda Tahun Jalal Saida Tahun Aboe Hadjim Tahun Halida Nursin Tahun Ince Umar Tahun Adapun, susunan raja yang saya cantumkan di atas saya dapatkan dari hasil wawancara dengan tokoh adat kabupaten Banggai Musahar Yasano pada hari senin 23 april c. Sistem Pemerintahan Kerajaan Tompotika Pada masa pemerintahan kerajaan Tompotika, sistem yang ada di kerajaan Tompotika sama seperti dengan sistem yang ada pada masa kerajaan Banggai yaitu yang mengepalai kerajaan di pegang langsung oleh Bosanyo atau Raja. Namun pada masa pemerintahan kerajaan Tompotika struktur yang mengatur jalannya pemerintahan atau yang mengepalai bidang-bidang seperti agama dan keamanan itu belum ada dan tidak di ketahui bagaimana jalannya suatu 11

12 pemerintahan kerajaan, Tompotika merupakan suatu kerajaan yang tertua dari kerajaan Banggai. Karena kerajaan Tompotika berdiri pada tahun 1570 pada saat itu rajanya bernama Laanang dan berakhir pada tahun 1920 di mana raja yang memimpin kerajaan Tompotika bernama Ince Umar. keruntuhan kerajaan Tompotika berlangsung oleh karena kerajaan Tompotika di kuasai oleh kerajaan Banggai atas kekalahan raja yang memerintah pada saat itu. 3.2 Masuknya Islam di Kerejaan Banggai Kedatangan agama Islam merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, tapi juga yang paling tidak jelas. Tampaknya, para pedangang muslim sudah ada di sebagain wilahyah Indonesia selama beberapa abad sebelum Islam menjadi agama yang mapan dalam masyarakat-masyarakat lokal. Agama Islam pertama kalinya datang ke wilahyah nusantara ini pertama-tama di daerah Jawa dan menyusul di daerah-daerah lainnya di Nusantara. Menurut, Tome Pires sejarawan Portugis dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental menunjukan dirinya sebagai pengamat yang tajam, yang deskripsi-deskripsinya jauh lebih hebat dari pada deskripsi penulis Portugis lainnya. Mengtakan bahwa di zamannya itu sebagian besar raja-raja yang ada Nusantara sudah beragama Islam, akan tetapi masih tetap ada daerah-daerah atau negeri yang belum menganut agama Isalam di Nusantara. 8 Penyebaran agama Islam di lakukan di daerah-daerah pesisir pantai para pedangangpedangang muslim dari Gujarat (Persia) dan para pedangang tersebut menikah dengan masyarakat setempat dan terjadilah percampuran kepercayaan pada saat itu. Selanjutnya di Indonesia bagian timur agama Islam tiba dan berkembang di kepulaun rempah-rempah Maluku Indonesia Timur. Para pedangang muslim dari Jawa dan Melayu menetap di pesisir Banda, tetapi tidak ada seorang raja pun disana, dan daerah pedalaman masih di huni oleh penduduk nonmuslim. Ternate, Tidore, dan Bacan mempunyai raja-raja muslim. Penguasa- 8 M.C. Ricklefs,2001. Sejarah Indonesia Moderen Cet.1, Penerbit Serambi Ilmu Semesta. H.,34,37. 12

13 penguasa Tidore dan Bacan memekai gelar Raja, tetapi penguasa Ternate telah menggunakan gelar Sultan, dan raja Tidore bernama Arab, al-mansur. 9 Selanjutnya, di kerajaan Banggai agama Islam pertama kali masuk dan di sebarkan oleh seorang Pangeran penyebar agama Islam dari kerajaan Cerebon yang bernama Adi Cokro (Mbumbu Doi Jawa) atau di Banggai dikenal Adi Soko pada tahun 1580 M. Namun sebelum beliau pergi ke Banggai, Adi Cokro pernah tinggal di kerajaan Ternate dan sempat kawin dengan seorang bangsawan bernama Castella berketurunan Portugis, dari perkawinan ini Adi Cokro memperoleh seorang putra Maulana Prins Mandapar. Jadi agama Islam pertama kali masuk di kerajaan Banggai pada tahun 1580 M. Setelah Pangeran penyebar agama Islam kembali ke pulau Jawa, maka penyebaran agama islam di lakukan oleh putra Adi Cokro yaitu raja pertama kerajaan Banggai (Maulana Prins Mandapar) dengan di dampingi oleh seorang ulama atau sekretarisnya yang berasal dari Sumatera yang terampil dan bijaksana yang bernama (Tengku Hasan Alam) yang kalau orang-orang kerajaan Banggai menamakan beliau (Tanduwalang). 10 Adapun yang melanjutkan penyebaran agama Islam di kerajaan Banggai setelah Tengku Hasan Alam adalah raja kerajaan Banggai yang yang ke-15 yaitu raja Agama atau Mumbu doi Bugis ( ). Raja Agama pernah melawan kekuasaan sultan Ternate, tetapi tidak dapat membendung serangan tentara sultan Ternate, Tobelo, kemudian raja agama meninggalkan Banggai atas pertimbangan, raja Agama sendiri, kapitan Togian Laparage, dan Bosanyo Tatu Yasin (mata Mea) Mendono diatur keberangkatan raja ke sultan Bone, melalui Buton, dengan di kawal oleh Punggawa Uwa Labia dengan perahunya 5 ton, alkisah, sampailah ke tujuan, sultan Bone menerima baik kedatangan raja Agama, dan selanjutnya raja Agama tidak kembali lagi ke Banggai sampai akhir hayatnya, sehingga ia mendapat gelar (raja Agama Mumbu doi Bugis) dan 9 M.C. Ricklefs. Op.cit. H Machmud HK. Op.cit

14 keturunannya yang terakhir dari raja Agama adalah yang memegang pemerintahan kerajaan Banggai bernama Mayor Ngopa Djakaria Nurdin Agama, dan agama Islam terus di sebarkan oleh anaknya tersebut raja Banggai yang ke Haryanto Djalumang. Op.cit.H.19 14

BAB I PENGANTAR. Secara historis nama Banggai dahulunya bernama Kerajaan Tano Bolukan yang artinya

BAB I PENGANTAR. Secara historis nama Banggai dahulunya bernama Kerajaan Tano Bolukan yang artinya BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Secara historis nama Banggai dahulunya bernama Kerajaan Tano Bolukan yang artinya tempat pelantikan raja atau tempat meluruskan. Tano Bolukan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 Disusun Oleh : Kelompok 5 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 LATAR BELAKANG TOKOH PEMIMPIN KRONOLOGIS PETA KONSEP PERLAWANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa pangkat-pangkat militer efektif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

Hukum Islam di Indonesia. Lena Hanifah, SH, LLM

Hukum Islam di Indonesia. Lena Hanifah, SH, LLM Hukum Islam di Indonesia Lena Hanifah, SH, LLM Ada 3 aliran pendapat : 1. Islam agama yang sempurna, lengkap dengan pengaturan segala aspek kehidupan termasuk dalam bernegara. Dalam bernegara harus memakai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC Untung Suropati Untung Suropati lahir di Bali pada tahun 1660. Ia hidup pada masa Amangkurat II yang pernah memberikan restu kepadanya untuk menaklukan pasuruan. Menurut Babad Tanah Jawi, semasa kecil,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia 1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia Diperkirakan pengaruh Islam masuk ke Indonesia lebih awal daripada yang diduga banyak orang. Orang-orang gujaat lebih awal menerima pengaruh Islam dan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR WILLEM ISKANDAR Willem Iskandar adalah penulis terkenal dari Sumatra Utara, Indonesia. Ia menulis puisi dan buku-buku sekolah. Ia tertarik untuk mengajar dan belajar. Ia adalah seorang Sumatra pertama

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para

BAB VI KESIMPULAN. Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para 223 BAB VI KESIMPULAN Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para bangsawan, raja dan pemuka agama yang dianggap menjadi ancaman bagi VOC disingkirkan dengan cara ini. Lokasi awal

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

2013, No.20 2 di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi

2013, No.20 2 di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan otonomi No.20, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Wilayah. Pembentukan. Kabupaten Banggai Laut. Provinsi Sulawesi Tengah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV KERAJAAN BANGGAI DI ERA KOLONIAL BELANDA

BAB IV KERAJAAN BANGGAI DI ERA KOLONIAL BELANDA BAB IV KERAJAAN BANGGAI DI ERA KOLONIAL BELANDA 4.1 Masuknya VOC di Kerajaan Banggai Rezim Maulana Prins Mandapar berakhir pada tahun 1601 M. Setahun kemudian, para pedagang Belanda mendirikan Vereeniging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah selalu menampilkan dimensi ruang dan waktu, setiap peristiwa selalu mengandung tiga unsur pelaku,

Lebih terperinci

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia PROSES MASUK DAN BERKEMBANG NYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Pada akhir abad ke-13, pengaruh Islam dari Timur Tengah berkembang pesat di Nusantara.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Proses. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain runtunan perubahan ( peristiwa ), perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 alinea ke-4 telah di sebutkan;

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 alinea ke-4 telah di sebutkan; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 alinea ke-4 telah di sebutkan; melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi

Lebih terperinci

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh)

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Pengertian Teks Sejarah Teks Sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan

Lebih terperinci

Sikap Kepahlawanan dan

Sikap Kepahlawanan dan Bab 6 Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme Pernahkah kamu menonton film tentang peperangan? Bagaimana usaha para prajurit untuk memperjuangkan sebuah kemenangan? Mereka tentu berusaha keras dan rela berkorban

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN PARA PESERTA MUSABAQAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Lisan Semester VI Dosen Prof.Dr.H.Edi.S.Ekadjati Oleh : Fandy Hutari HIC 02005 JURUSAN ILMU SEJARAH

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 8 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu yang berada di Wilayah Pesisir Timur Pulau Sumatra. Sebelum terbentuknya Langkat dahulunya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1953 TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA KONSTITUANTE DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1953 TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA KONSTITUANTE DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1953 TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA KONSTITUANTE DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk pemilihan anggota

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA AKUNTANSI-II/A

LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA AKUNTANSI-II/A LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA 4516013031 AKUNTANSI-II/A PRODI AKUNTANS1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR TA 2016/2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ASAL MULA DESA TALAKBROTO

ASAL MULA DESA TALAKBROTO ASAL MULA DESA TALAKBROTO Pada suatu hari datanglah seorang wanita bernama Mbok Nyai (yang menurut penuturan masyarakat memang namanya adalah Mbok Nyai didapat dari para pengikutnya jika memanggilnya dan

Lebih terperinci

I. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a,b,c atau d di depan jawaban yang paling benar!

I. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a,b,c atau d di depan jawaban yang paling benar! Standar Kompetensi : Kemampuan memahami: (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya, dan kegiatan ekonomi di Indonesia; (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Buddha, Islam, sampai masa kemerdekaan;

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 6/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN NOMOR 6/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN NOMOR 6/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 berimbas dengan kesultanan-kesultanan di Sumatera Timur. Pada tanggal

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SatuanPendidikan : Madrasah Aliyah (Prog Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.125, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Acara Kenegaraan. Protokoler. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua

Mam MAKALAH ISLAM. Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua Mam MAKALAH ISLAM Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua 30, Januari 2014 Makalah Islam Melacak Jejak-jejak Islam di Tanah Papua Sigit Kamseno (Redaktur bimasislam.kemenag.go.id dan kontributor di beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA - DESA DI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA - DESA DI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA - DESA DI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1946 TENTANG SUSUNAN DAN PEMILIHAN ANGGOTA KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1946 TENTANG SUSUNAN DAN PEMILIHAN ANGGOTA KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1946 TENTANG SUSUNAN DAN PEMILIHAN ANGGOTA KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: perlu diadakan Pembaharuan Komite Nasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Anggota kelompok 3: 1. Ananda Thalia 2. Budiman Akbar 3. Farrel Affieto 4. Hidayati Nur Trianti Strategi Perlawanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia secara tegas dalam Pembukaan UUD NKRI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia secara tegas dalam Pembukaan UUD NKRI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia secara tegas dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 mencita citakan menjadi bangsa yang bisa melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini wanita menjadi topik pembicaraan yang penting, terlebih setelah munculnya gerakan emansipasi wanita dengan pandangan yang berbeda-beda. Masalah ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL TOMINI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menghormati kedudukan para Pejabat Negara,

Lebih terperinci

Di hari berikutnya Nyai Maisarah bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semua santri memperhatikan Aisyah sehingga membuatnya malu.

Di hari berikutnya Nyai Maisarah bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semua santri memperhatikan Aisyah sehingga membuatnya malu. Di hari berikutnya Nyai Maisarah bercerita tentang Sayyidah Aisyah ra. Semua santri memperhatikan Aisyah sehingga membuatnya malu. Nyai Maisarah pun sesekali tersenyum pada Aisyah. Meski seorang wanita,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1953 TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA KONSTITUANTE DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1953 TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA KONSTITUANTE DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1953 TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA KONSTITUANTE DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk pemilihan anggota Konstituante dan agnggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

Ummu Sulaim Ar-Rumaishah

Ummu Sulaim Ar-Rumaishah Ummu Sulaim Ar-Rumaishah Nama dan nasabnya Para ulama sejarah berbeda pendapat perihal nama beliau, ada yang mengatakan namanya adalah Ar-Rumaishah, ada yang mengatakan Sahlah, ada yang mengatakan Unaifah

Lebih terperinci

LEGENDA PULAU HALIMUN

LEGENDA PULAU HALIMUN LEGENDA PULAU HALIMUN Oleh : Faisal Batennie *) Pulau Laut sungguh beruntung karena telah dianugerahi memiliki keindahan alam yang menajubkan; gugusan pulau yang elok diatas hamparan laut biru Selat Makkasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA Pada abad 15 di Eropa telah berkembang dua super power maritim dari Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal

Lebih terperinci

dalam bahasa Ngaju berarti orang melayu. Bandarmasih artinya desa olah masih masih menyebut kerajaan Bandarmasih dengan lafal Belanda Bandzermash

dalam bahasa Ngaju berarti orang melayu. Bandarmasih artinya desa olah masih masih menyebut kerajaan Bandarmasih dengan lafal Belanda Bandzermash Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kota Banjarmasin Nama kota Banjarmasin berasal dari istilah Bandar dan Masih. Disebut demikian, karena patihnya bernama Patih Masih, atau Patih Ola Masih dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

Mengingat: Pasal-pasal 35, 56,.57, 58, 61, 135, 136 dan 89 Undang-undang Dasar Sementara; MEMUTUSKAN:

Mengingat: Pasal-pasal 35, 56,.57, 58, 61, 135, 136 dan 89 Undang-undang Dasar Sementara; MEMUTUSKAN: Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 7 TAHUN 1953 (7/1953) Tanggal: 4 APRIL 1953 (JAKARTA) Sumber: LN 1953/29 Tentang: PEMILIHAN ANGGOTA KONSTITUANTE DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Syiah meyakini adanya dua belas imam yang menjadi penerus. kenabian. Bagi syiah, masalah imamah sudah tidak bisa ditawar lagi,

Syiah meyakini adanya dua belas imam yang menjadi penerus. kenabian. Bagi syiah, masalah imamah sudah tidak bisa ditawar lagi, Lisensi Dokumen: Seluruh artikel, makalah, dan e-book yang terdapat di www.hakekat.com boleh untuk digunakan dan disebarluaskan dengan syarat tidak untuk tujuan komersial dan harus mencantumkan www.hakekat.com

Lebih terperinci

ASAL MULA NAMA PANTARAN

ASAL MULA NAMA PANTARAN ASAL MULA NAMA PANTARAN Suatu daearah di kaki Lereng Gunung Merbabu sebelah timur tanahnya berbukit-bukit serta hawanya dingin. Tanahnya yang gembur sehingga subur tanaman yang ada terbentang luas menyelimuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Aceh yang dahulu pernah menjadi sebuah negara tangguh di dunia kini menjadi sebuah provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. Ia berkedudukan di ujung barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Rabu, 13 November :09 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 13 November :29

Ditulis oleh Administrator Rabu, 13 November :09 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 13 November :29 Berbicara banda neira tentu tidak terlepas dari pala komoditas inilah yang banyak dicari para pedagang dari seluruh dunia hingga abad 18 M.biji pala pada saat itu harganya sangat mahal sehingga ada ungkapan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 1948 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN PEMILIHAN ANGGAUTA-ANGGAUTANYA. PRESIDEN, Menimbang Mengingat : bahwa telah tiba saatnya untuk menyusun Dewan Perwakilan Rakyat seperti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1946 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1946 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1946 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan pembaharuan susunan Komite Nasional Pusat. Mengingat:

Lebih terperinci