BAB I PENDAHULUAN. satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang sangat berharga, bukan saja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang sangat berharga, bukan saja"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan tradisi lisan yang tersebar pada tiap-tiap daerah. Tradisi lisan sebagai kekayaan budaya bangsa tersebut merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang sangat berharga, bukan saja menyimpan nilai-nilai budaya dari suatu masyarakat tradisional, melainkan juga bisa menjadi akar budaya dari suatu masyarakat baru. Dalam arti, tradisi lisan bisa menjadi sumber bagi suatu penciptaan budaya baru (Esten, 1999:105). Usaha pelestarian tradisi lisan sebagai kekayaan budaya bangsa perlu dilaksanakan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak tradisi lisan di Indonesia yang telah hilang karena tidak dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya dan tidak sempat pula didokumentasikan. Padahal, hilangnya suatu tradisi lisan tersebut sesungguhnya merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Walaupun ada tradisi lisan yang telah hilang, namun masih banyak tradisi lisan yang bertahan dan mengalami perubahan sesuai dengan dinamika masyarakat pemiliknya. Dari banyak tradisi lisan yang masih hidup, sebagian kecil telah diselamatkan dalam bentuk rekaman tape recorder, transkripsi, dan rekaman video (audio-visual). Pada negara-negara yang sudah maju, tradisi lisan dicatat dan kemudian disebarkan lewat media cetak dalam bentuk buku (Rosidi, 1995: ). Diantara tradisi lisan yang masih bertahan, salah satunya ada dalam kebudayaan Minangkabau. Menurut Anwar (1995: ), budayaminangkabau 16

2 pada dasarnya adalah budaya lisan. Bahasa yang diucapkan, seperti ajaran, nasihat, perbincangan, rundingan, bahkan hukum dan peraturan, terdapat dalam bahasa lisan. Budaya Minangkabau juga terlihat kekuatannya pada saat dilakukan secara lisan, namun hal itu sangat berpengaruh terhadap ragam dan gaya bahasa yang digunakan. Bahkan, ragam tradisi lisan ini juga terlihat dalam komunikasi sehari-hari. Hal tersebut juga dinyatakan oleh (Navis, 1984:231) bahwa dalam percakapan sehari-hari orang Minangkabau lazim menggunakan ungkapan. Kebiasaan menggunakan ungkapan dalam percakapan bertolak dari landasan sosial dan struktur kekerabatan yang berkaitan sehingga menyebabkan setiap orang saling menyegani. Tradisi lisan ini merupakan suatu kebiasaan yang mengakar dengan kuat dalam suatu kelompok masyarakat di Minangkabau. Pola komunikasi yang dibangun adalah komunikasi lisan, yaitu suatu perilaku komunikasi yang mengandalkan kemampuan berbicara dan menyimak atau mendengarkan. Pada umumnya, tradisi lisan tersebut dianggap sebagai milik kolektif suatu kelompok masyarakat. Dikatakan milik kolektif karena tradisi tersebut tidak jelas siapa yang menciptakannya (anonim) sehingga timbul anggapan bahwa tradisi tersebut dihasilkan secara kolektif oleh masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, dinamika tradisi lisan tersebut lahir, hidup dan berkembang mengikuti dinamika kolektif masyarakat yang bersangkutan (Suryadi, 1993: 21) Lanjut Suryadi menjelaskan bahwa, salah satu hasil dari tradisi lisan adalah sastra lisan. Sastra lisan tersebut dapat berupa cerita rakyat, ungkapanungkapan tradisional, dan lain-lain. Penyampaian cerita pada sastra lisan dapat dilakukan dengan cara berdendang (berkesenian, seni suara) dan diiringi oleh 17

3 musik tradisional seperti rebab, kecapi, puput, bansi, talempong, dan lain-lain. Selain dengan cara berdendang, sastra lisan ini juga dapat disampaikan dalam bentuk seni teater (randai). Penataan dan penggunaan bahasa dengan sedemikian rupa merupakan salah satu kunci utama keberhasilan bersastra lisan tersebut, misalnya dengan cara berpantun, berperibahasa, bermantera, berpepatah petitih, dan lain-lain. Adapun bentuk dari sastra lisan, seperti (1) pepatah-petitih (suatu kalimat atau ungkapan yang mengandung pengertian yang dalam, luas, tepat, halus, dan kiasan), (2) pantun (puisi yang banyak jumlahnya dan sering diucapkan dalam berbagai kesempatan), (3) mantra (puisi tertua dalam sastra Minangkabau dan berbagai bahasa daerah lainnya), (4) pasambahan (merupakan pembicaraan dua pihak, dialog antara si pangka 1 dan si alek 2 untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan hormat), (5) prosa liris atau kaba 3. Bentuk-bentuk sastra lisan semacam itu juga merupakan produk masyarakat tradisional Minangkabau (Esten, 1999:106) Menurut Sibarani (2012:11) tradisi lisan tentu tidak hanya menyangkut kelisanan belaka seperti tuturan yang dibedakan dengan tulisan, tetapi sebuah kelisanan yang memiliki bentuk berpola, hidup sebagai pengetahuan bersama sebuah komunitas, diturunkan secara turun-temurundengan berbagai versi. Lebih lanjut Pundentia (dalam Sibarani, 2012:11) menyebutkan tradisi lisan tidak sekedar penuturan, melainkan konsep pewarisan sebuah budaya dan bagian dari diri manusia sendiri sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, membicarakan 1 Si pangka adalah tuan rumah 2 Si alek adalah tamu 3 Kaba adalah cerita prosa berirama, berbentuk narasi (kisah) dan tergolong cerita panjang, sama dengan pantun 18

4 tradisi lisan masyarakat Minangkabau juga langsung berhadapan dengan nilainilai dan aturan-aturan yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun oleh suatu masyarakat tersebut. Mengingat fungsinya dalam masyarakat, tradisi lisan Minangkabau dari segi keberadaannya dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, ragam tradisi lisan yang terancam punah karena perkembangan dari masyarakat hingga kehilangan fungsi dan perannya. Kedua,ragam tradisi lisan yang bertahan dari kepunahan dengan jalan melakukan penyesuaian dan perkembangan sehingga mendapat sambutan dari masyarakatnya. Ketiga, ragam tradisi lisan yang tidak mengalami perubahan sama sekali karena berkaitan dengan upacara adat, seperti pantun adat 4 dan pasambahan 5,yang biasa ditemukan dalam upacara perhelatan, kematian, dan penyambutan tamu (Amir, 1990:25). Salah satu tradisi lisan di Minangkabau yang belum terdokumentasi secara baik adalah tradisibatombe, Menurut buku profil Budaya dan Pariwisata Kabupaten Solok Selatan, hasil kerjasama Bapedda Solsel dan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisi Padang (dalam Koran Haluan, 2013:6), Batombe merupakan salah satu tradisi lisan yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, yaitu di Nagari Abai, Solok Selatan. Arti dari kata Batombe itu sendiri yaitu sejenis pantun, dengan kata lain Batombe merupakan tradisi berbalas pantun yang dimainkan oleh dua orang yang saling berbalas pantun, biasanya tradisi Batombe dilakukan dengan berpasangan dan berkelompok. 4 Pantun adat adalah pantun yang penuh pesan bermakna atas adat istiadat yang dijunjung 5 Pasambahan adalahsalah satu acara adat di Minangkabau berbentuk pidato, dapat juga disebut dengan pidato adat. Di dalam pasambahan ini digunakan bahasa halus berkualitas tinggi yang sarat dengan perumpamaan dan nilai-nilai budaya 19

5 Tradisi lisan Batombe yang dimainkan oleh masyarakat Kanagarian Abai memiliki kontribusi positif terhadap masyarakatnya. Bagi masyarakat pendukungnya, tradisi lisan Batombe megandung nilai, makna, dan fungsi tersendiri dalam kehidupan. Nilai Batombe mengandung nilai-nilai budaya, sosial dan nilai moral. Makna Batombe, misalnya bertema percintaan, ratapan, dan nasehat, serta berfungsi di masyarakat untuk mengekpresikan perasaan dan sikap penutur, misalnya mengekpresikan perasaan cinta/kasih sayang, rasa senang/bahagia, kesedihan, nasehat/mendidik, dan juga hiburan. Sejalan dengan hal itu (Tim Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1980:66) menyebutkan, tradisi lisan adalah pantun yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain secara lisan. Orang yang berpantun pada dasarnya ingin menyampaikan pesan, amanat, dan pendidikan yang dapat bermanfaat bagi perkembangan watak dan kepribadian para pendengarnya. Dapat dipahami bahwa setiap masyarakat yang mendengarkan Batombe tidak hanya terhibur dengan isi pantunnya tetapi juga memperoleh pendidikan langsung, terutama melalui amanat dan pesan-pesan dari pantun yang disampaikannya. Selain itu, tradisi lisan Batombe juga sebagai ajang pencarian jodoh bagi pemain Batombe itu sendiri. Selama tradisi itu masih berfungsi dalam masyarakat pendukungnya, maka selama itu pula tradisi akan terus bertahan dalam masyarakatnya. Pada masa lalu, tradisi lisan Batombe di Nagari Abai, berfungsi sebagai penyemangat bagi orangorang yang mengambil kayu di hutan untuk membangun rumah gadang pertama di Abai. Namun kini Batombe mengalami perubahan makna. Maklum semenjak tahun 60-an, sudah tidak ada lagi pembangunan rumah gadang di daerah ini. Kendati begitu tradisi Batombe tetap dilestarikan, namun dipakai untuk hiburan 20

6 pada pesta perkawinan dan upacara-upacara adat lainnya. Dalam penyelenggaraannya minimal memotong seekor kabau (kerbau). Dan adapun sekarang ini,batombe sudah menjadi suguhan khas kesenian lokal untuk para wisatawan yang berkunjung ke Nagari Abai. (Koran haluan, 2013:6) Pada saat memainkan tradisi lisan Batombe, kalau pemain laki-laki melantunkan pantunnya, maka pemain perempuan mendengarkan dan memikirkan kira-kira jawaban apa yang nantinya mereka persiapkan. Untuk menemukan jawaban yang mereka pikirkan, persiapan dapat dibantu formula 6. Formula dapat membantu pemain Batombe dalam membawakan karyanya. Seorang pemain Batombe dalam membawakan karyanya tidaklah menghafal namun mengingat sebagian besar formula. Lord (dalam Sibarani, 2012:8) menyatakan bahwa pemain-pemain itu tidak menghafalkan pantunnya lewat naskah atau tulisan tetapi setiap penyair tradisional membawakan ceritanya dengan menciptakan kembali secara spontan dan memakai sejumlah unsur bahasa (kata, kata majemuk, frasa) yang siap tersedia baginya untuk dipakai. Batombetersebut tumbuh dan berkembang di daerah Abai, pantun Batombe tersebut menggunakan gaya bahasa atau dialeg daerah itu sendiri, dilihat dari segi isinya maupun cara penyampaian yang khas, juga merupakan visualisasi atau penjelmaan dari sejarah hidup dan kehidupan masyarakat di daerah Abai itu sendiri. Senada dengan pendapat Clifford Geertz (dalam Saifuddin, 2005:288) yang mengemukakan suatu defenisi tipe kebudayaan sebagai berikut: (1) suatu sisitem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan 6 Formula adalah menetapkan bentuk kata-kata atau simbol untuk digunakan, dalam arti luas yaitu bunyi, kata, atau peristiwa yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan 21

7 persaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian; (2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik, yang melalui bentuk-bentuk simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik bagi pengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi; dan (4) oleh karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi. Menurut Littlejohn (2009:53) Perkembangan pola pikir manusia merupakan sebuah bentuk perkembangan yang mendasari terbentuknya suatu pemahaman yang merujuk pada terbentuknya sebuah makna. Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi dalam berbahasa. Sulitnya menafsirkan pantun Batombe terletak pada watak bahasa yang digunakan yang sangat samar dan susah dipahami. Orang harus memahami konteks sosial dan budaya pantun tersebut secara keseluruhan untuk menafsirkan pantun tertentu, dan orang perlu tahu apakah arti pantun itu secara umum. Pantun Batombe sangat pekat dengan berbagai perlambangan dan metafora. Baik perempuan maupun laki-laki dilambangkan dengan berbagai jenis burung/unggas, benda langit dan jenis-jenis logam mulia dan jenis-jenis kain.metafora 7 dan makna konotatif 8 adalah suatu keharusan dalam pantun Minangkabau Suryadi (dalam Koran harian Padang Ekspres, 2010:7) 7 metafora adalah suatu peletakan kedua dari makna asalnya, yaitu makna yang bukan mengunakan kata dalam arti sesungguhnya, melainkan sebagai kiasan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. 8 Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran 22

8 Berdasarkan hal-hal diatas itulah tradisi lisan Batombe yang terdapat di Nagari Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab Solok Selatan, Sumatera Barat tersebut perlu untuk di teliti. Halini dilakukan untuk dapat menjelaskan hal-hal penting dan untuk mengetahui segala sesuatu mengenai bentuk pertunjukan Batombe tersebut. Diantaranya untuk mengetahui makna dan arti dari isi pantun pada tradisi lisan Batombe yang terdapat di Kenagarian Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab. Solok Selatan, Sumatera Barat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya makapermasalahan yang dapat diajukan adalah Apa makna dan arti dari isi pantun dalam tradisi lisan Batombe tersebut?. Penelitian ini akan dipermudah dengan perumusanmasalah yang bertujuan untuk mendapatkan fokus objek kajian dan sekaligus juga sebagai pembatas bagi permasalahan yang diteliti agar tidak meluas. Rumusanmasalah ini diuraikan ke dalam 2 (dua) pertanyaan penelitian yaitu : 1. Bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi lisan Batombe saat ini 2. Apa makna dan arti dari isi pantun yang disampaikan pemain dalam tradisi lisan Batombe 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana tradisi lisan Batombe tersebut dilaksanakan, selain itu juga untuk mengetahui makna dan arti isi pantun dari tradisi lisan Batombe dan melihat perubahan apa yang terjadi dalam tradisi lisan Batombeyang terdapat di Nagari Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab. Solok Selatan, Sumatera Barat. 23

9 1.4 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kanagarian Abai, Kec. Sangir Batang Hari, Kab. Solok Selatan, Sumatra Barat. Hal ini didasari karena di daerah tersebut terdapat tradisi lisan batombe. 1.5 Kajian Pustaka Tradisi yaitu berasal dari kata traditium yang berarti segala sesuatu yangdiwarisi dari masa lalu (Murgiyanto, 2004:2). Selain itu, menurut Finnegan (dalam La Sudu 2012:8) tradisi merupakan istilah umum yang biasa digunakan dalam ujaran keseharian dan juga istilah yang digunakan oleh antropolog, peneliti folklor, dan sejarahwan lisan. Ada perbedaan-perbedaan makna mengenai tradisi itu sendiri, misalnya dimaknai sebagai kebudayaan, sebagai keseluruhan; berbagai cara melakukan sesuatu berdasar cara yang telah ditentukan; proses pewarisan praktik, ide atau nilai; produk yang diwariskan; dan sesuatu dengan konotasi lampau. Sesuatu yang disebut dengan tradisi pada umumnya menjadi kepemilikan keseluruhan komunitas dibanding individu atau kelompok tertentu. Tradisi tidak ditulis dan merupakan pemarkah identitas kelompok. Menurut Sibarani (2012:123) tradisi lisan adalah kegiatan budaya tradisional suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dengan media lisan dari satu generasi ke generasi lain baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan (verbal) maupun tradisi lain yang bukan lisan (non-verbal). Selanjutnya Hoed (dalam sudu 2012:8) mendefenisikan tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan dan adat istiadat yang secara turun temurun disampaikan secara lisan. 24

10 Lord (dalam sudu 2012:8) memberikan batasan tradisi lisan sebagai sesuatu yang dituturkan dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa unsur melisankan bagi penutur dan unsur mendengarkan bagi penerima menjadi kata kuncinya. Roger Tol dan Pudentia (dalam sudu 2012:8) mengemukakan bahwa tradisi lisan tidak hanya mencakup cerita rakyat, mitos, legenda dan dongeng, tetapi juga mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya,misalnya kearifan lokal, sistem nilai, pengetahuan tradisional, sejarah, hukum adat, pengobatan, sistem kepercayaan dan religi, astrologi, dan berbagai hal seni. Batombe termasuk salah satu cakupan tradisi lisan yang berbentuk puisi rakyat yang dapat dituturkan atau disampaikan secara lisan.tradisi lisan dalam masyarakat pasti memiliki wujud. Selanjutnya Sibarani (2012:48-49) mengemukakan wujud tradisi lisan itu dapat berupa: 1) tradisi berkesusastraan lisan seperti tradisi menggunakan bahasa rakyat,tradisi penyebutan ungkapan tradisional, tradisi pertanyaan tradisional atauteka-teki, berpuisi rakyat, melantunkan nyanyian rakyat, dan menabalkangelar bangsawan; 2) tradisi pertunjukan dan permainan rakyat seperti kepercayaan rakyat,teater rakyat, permainan rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara atauritual, dan pesta rakyat; 3) tradisi teknologi tradisional seperti arsitektur rakyat, ukiran rakyat,pembuatan pupuk tradisional, kerajinan tangan rakyat, keterampilanjahitan pakaian, keterampilan perhiasan adat, pengolahan makanan danminuman rakyat, dan peramuan obat-obatan tradisional; 25

11 4) tradisi pelambangan atau simbolisasi seperti tradisi gerak isyarattradisonal, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat; dan 5) tradisi musik rakyat seperti tradisi mempertunjukkan permainan gendang,seruling, dan alat-alat musik lainnya. Apa itu tradisi Batombe? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, telah dijelaskan bahwa Batombe tersebut merupakan kesenian tradisi lisan berbalas pantun. Menurut buku profil Budaya dan Pariwisata Kabupaten Solok Selatan, hasil kerjasama Bapedda Solok Selatan dan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisi Padang (dalam Koran Haluan 2013:6) Batombe adalah salah satu bentuk kesastraan Minangkabau yang dimiliki oleh masyarakat Abai. Batombe ini adalah sejenis pantun yang berfungsi sebagai sebuah ungkapan rasa dan perasaan hati yang memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Abai. Dengan kata lain, Batombe merupakan tradisi lisan berbalas pantun antara pria dan perempuan yang sudah menjadi budaya Minangkabau. Batombe yaitu tradisi lisan berbalas pantun, memurut Djamaris (2001:18) pantun merupakan bentuk tradisi lisan yang paling sering digunakan dalam tradisi minangkabau, pantun dalam masyarkat Minangkabau biasanya disebut puisi Minangkabau, Pantun merupakan bentuk puisi tradisional Indonesia yang paling tua. Tiap bait (kuplet) pantun biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak abab. Umumnya tiap baris terdiri dari 4-8 kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun. Lebih lanjut Djamaris(dalam ensiklopedia Indonesia) di jelaskan bahwa pantun adalah puisi rakyat yang paling tua dan paling umum di Indonesia. Pantun 26

12 merupakan bentuk sastra rakyat yang tidak tertulis. Isi pantun biasanya berkaitan dengan perasaan rindu dendam, kesedihan, gurauan, pengajaran, norma-norma, dan lain-lain. Pantun mempunyai bait yang terdiri dari empat baris atau lebih (sampai dua belas baris) dengan delapan sampai dua belas suku kata pada tiap-tiap barisnya. Baris pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris kedua dengan baris keempat. Bagian pertama pantun (baris pertama dan kedua) disebut dengan sampiran dan bagian kedua (baris ketiga dan keempat) disebut dengan bagian isi. Pembeda antara pantun Minangkabau dengan pantun dalam pandangan yang umum dapat kita lihat dari ciri-ciri pantun Minangkabau menurut (Navis, 1984:235) yaitu ciri pertama, sebuah pantun dapat dikatakan sebagai pantun Minangkabau jika pantun tersebut lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Minangkabau. Keberadaan pantun tersebut terletak dalam koridor dari, oleh, dan untuk masyarakat Minangkabau. Dengan pantun tersebut, masyarakat Minangkabau menyatakan pikiran dan perasaannya, serta membangun komunikasi antara sesamanya. Dengan cara tersebut pula, seseorang akan pengetahui maksud dan kehendak lawan bicaranya, sehigga terjadilah perilaku komunikasi yang diinginkan. Navis juga menjelaskan bahwa pantun termasuk salah satu bentuk tradisi lisan yang terpenting bagi masyarakat Minangkabau. Pantun sering menjadi buah bibir, bunga kabar, dan hiasan dalam berpidato (pasambahan). tradisi lisan berupa pantun sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Minangkabau. Pada umumnya masyarakat Minangkabau mengenal dan dapat berpantun, terutama masyarakat yang belum kuat pengaruh budaya lain, atau masyarakat yang kuat mempertahankan adat istiadatnya. Bagi masyarakat yang seperti itu, pantun merupakan bagian dari hidup mereka. Pantun telah 27

13 mendarah daging bagi mereka. Akan terasa aneh atau cando (janggal) apabila mereka tidak mengenal dan memahami pesan yang terdapat dalam sebuah pantun. Kedua, sebuah pantun dapat dikatakan sebagai pantun Minangkabau jika bahasa yang digunakan adalah bahasa Minangkabau. Dan yang ketiga, sebuah pantun dapat dikatakan sebagai pantun Minangkabau jika benda-benda, peristiwaperistiwa, lokasi, dan lain-lain yang dikemukakan dalam bagian sampiran atau bagian isi pantun diambil atau berasal dari alam Minangkabau, atau sesuatu yang bernuansa Minangkabau. Metafor-metafor yang dipakai tersebut pada umumnya sudah dikenal dengan baik dan sangat familiar dengan orang Minangkabau. Mereka tidak akan mengambil sesuatu perlambang yang tidak mereka ketahui atau yang bukan berasal dari alam mereka. Pengambilan metafor yang demikian akan memudahkan mereka memahami kandungan isi pantun. Melalui pemahaman tersebut, akan dapat diketahui maksud dan tujuan sebuah pantun, sehingga komunikasi yang diinginkan dapat diwujudkan. Keempat, Pantun Minangkabau diyakini oleh masyarakat Minangkabau sebagai miliknya, milik bersama sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Rasa kepemilikan ini disebabkan oleh karena pantun dan berpantun merupakan sesuatu yang telah mentadisi bagi mereka (tradisi lisan). Tradisi lisan tersebut selalu mereka pertahankan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pantun Minangkabau bukan milik orang per orang, akan tetapi merupakan milik kolektif masyarakat Minangkabau atau milik bersama, pantun terdapat pada hampir setiap perilaku berbahasa, baik pada penggunaan bahasa dalam hal 28

14 berkesenian (rabab 9, batombe 10, randai 11, selawat dulang 12, saluang 13, dan lainlain), pasambahan(pidato adat), maupun dalam perilaku berbahasa sehari-hari. Dari penjelasan Navis sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pantun dalam tradisi lisan Batombeadalah pantun Minangkabau yang berasal dari tradisi lisan masyarakat abai, kec. Sangir Batang Hari kab. Solok Selatan dan dijadikan tradisi milik bersama, bahasa yang digunakan dalam tradisi Batombe yaitu bahasa asli Minangkabau dan bahasa asli masyarakat abai itu sendiri, dalam isi pantunnyabatombe menggunakan metafora atau penyimbolan dari benda-benda, peristiwa, lokasi yang terdapat di alam Minangkabau. Di dalam memainkan tradisi lisan Batombe, Seorang pemain Batombe dalam membawakan karyanya tersebut tidaklah menghafal namun mengingat sebagian besar formula. (Teeuw, 1994: 4) mengatakan bahwa tuturan lisan seorang pemain Batombe dengan menciptakankembali tuturan tersebut yang akan dibawakannya dengan secara spontan tanpa menghafal setiap bait pantun yang akan dibawakannya. Sehingga masing-masing pemain Batombe memiliki gaya dan ciri khas dalam pertunjukannya. Dengan demikian, setiap pemain tradisi lisan Batombe jarang ada penghafalan, tetapi faktor ingatan manusia amatbereperan dalam hal tersebut. Formula menurut Sweeney (dalam sudu 2001:11) dimaksudkan dalam arti luas yaitubunyi, kata, atau peristiwa yang digunakan untuk mengungkapkan 9 Rabab adalah alat musik gesek tradisional khas Minangkabau, bentuknya seperti biola 10 Batombe adalah tradisi kesenian berbalas pantun 11 Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu. 12 Selawat dulang adalah tradisi lisan Minangkabau, pertunjukkan dua orang membacakan hafalan teks diiringi tabuhan dulang atau gendang lebar terbuat dari kulit sapi 13 Saluang adalah alat music tiup tradisi khas Minangkabau, bentuknya seperti seruling 29

15 gagasan.senada dengan hal itu, Achadiati (dalam sudu 2001:11) mengatakan bahwa formula merupakan alat yang membantu orang untuk menemukan kembalipikiran yang tersimpan dalam ingatan, diantaranya rima, paralelisme, aliterasi,ansonasi, strukutur-struktur tetap yang digunakan dalam tradisi lisan. Formula memiliki fungsi yang penting bagi pemain Batombe dalammembawakan karyanya. Tuloli (1994: 21) memaparkan fungsi formula adalah (1)mempermudah daya ingat tukang cerita terhadap garis besar cerita yang akandirakit menjadi cerita yang utuh pada saat penampilan atau yang disebut skemacerita, (2) mempermudah pencerita untuk menyusun baris-barisyang sama polanya dalam waktu yang singkat pada saat bercerita, (3)memperindah cara penceritaan karena irama akan teratur oleh adanya perulanganformula-formula pada pola-pola baris yang sama, dan (4) pencerita melahirkanarti atau makna cerita secara tepat dalam baris. Formula yang digunakan dalam isi pantun Batombe mengandung metafora, setiap metafora diungkapkan melalui simbol-simbol yang terdapat dalam isi pantun Batombe. Hal-hal tersebut diungkapkan dalam simbol-simbol tertentu, tiap simbol mengandung makna yang bertujuan mengekspresikan perasaan-perasaan, suasana hati dari pemain Batombe. Sebagai mana penjelasan tersebut diungkapkan oleh Clifford Geertz (dalam Saifuddin 2005:288) dengan definisi kebudayaan sebagai: (1) suatu sistem keteraturan dari makna dan simbolsimbol, yang dengan makna dan simbol tersebut individu-individu mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka; (2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik, yang melalui bentuk-bentuk 30

16 simbolik tersebut manusia berkomunikasi, memantapkan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai dan bersikap terhadap kehidupan; (3) suatu peralatan simbolik bagi pengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi; dan (4) oleh karena kebudayaan adalah suatu sistem simbol, maka proses kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan, dan diinterpretasi. Menurut Saifuddin (2005: ) Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara, atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Bentuk primer dari simbolisasi oleh manusia adalah melalui bahasa. Tetapi manusia juga berkomunikasi dengan menggunakan tanda dan simbol dalam lukisan, tarian, musik, arsitektur, mimik wajah, gerak-gerik, postur tubuh, perhiasan, pakaian, ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas, tata ruang, pemilikan barang, dan banyak lagi lainnya. Manusia dapat memberikan makna kepada setiap kejadian tindakan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran, gagasan dan emosi. Kajiankeilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan konstruksi makna yang terkandung dalam simbol tersebut dinamakan dengan Semiotik. Menurut Littlejohn (2009:53) teori semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimanatanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisidi luar tanda-tanda atau simbol itu sendiri.semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah simbol atau menafsirkanmakna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan.konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologistertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di manasimbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting 31

17 untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yangterbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah simbol. Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukanmakna dalam suatu tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,konvensi-konvensi yang memungkinkan simbol-simbol tersebut mempunyai arti. Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. maksud pembicara; 2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan 4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana, 2001: 132). 1.6.Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang didasarkan pada datadata yang diperoleh di lapangan. Sebelum terjun ke lapangan, peneliti terlebih dahulu dibekali dengan seperangkat teori yang berkaitan dengan objek supaya kendala di lapangan tidak mempengaruhi terhadap hasil yang didapatkan. Penelitian dilakukan dengan dilengkapi handycame, recorder, dan wawancara dengan penonton, baik yang terlibat langsung dalam pertunjukan maupun yang tidak. Hal ini dilakukan supaya data yang didapat betul-betul akurat dan hidup. 32

18 Pertunjukan dan perekaman dilakukan secara alami, baik terhadap pemain, penonton maupun orang-orang yang paham dengan tradisi kesenian Batombe. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana pertunjukan tersebut dilakukan dengan apa adanya. Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode etnografi, teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini mengambil objek tradisi kesenian Batombeyang dilaksanakan di Kenagarian Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan, karena tradisi lisan Batombe lahir, tumbuh dan berkembang di daerah tersebut. Wawancara dilakukan setelah pertunjukan usai atau ketika narasumber dalam waktu luang. Selain itu peneliti juga mewancarai tokoh adat dan orang yang mengerti tentang Batombe. Penentuan informan didasarkan atas pengetahuan dan pengalamannya terhadap pertunjukan Batombe. Para informan tersebut terdiri atas pemain Batombe, penontonyang diwawancarai adalah yang sudah sering, jarang, atau belum sama sekali menonton pertunjukan Batombe.Penonton akan memberikan suasana tertentu dalam pertunjukan. Tanggapan juga diminta kepada niniak mamak 14, cadiak pandai 15, tokoh agama, dan pejabat pemerintah setempat tentang pengetahuannya terhadap pertunjukan Batombe. Setelah data terkumpul, dilakukan transkripsi dan analisis. Data ditranskipsikan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan konteks masyarakat pendukungnya. Setelah itu baru data dianalisis dengan 14 Niniak mamak adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang dituakan. Bisa juga disebut penghulu adat 15 Cadiak pandai adalah pemimpin masyarakat yang memiliki pengetahuan dan wawasan ynag luas serta pemikiranyang dapat mencari jalan keluar dari setiap masalah yang sedang dihadapimasyarakat Minangkabau 33

19 menggunakan pendekatan simbolik untuk melihat makna, nilai-nilai, pesan dan amanat yang terkandung dalam pantun Batombe itu sendiri. 34

BAB I PENDAHULUAN. dengan unsur rasa, salah satunya adalah kesenian. Kesenian merupakan bahasa komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan unsur rasa, salah satunya adalah kesenian. Kesenian merupakan bahasa komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan umumnya merupakan kebanggaan setiap bangsa di dunia, dan merupakan cerminan kepribadian atau identitas suatu bangsa. Salah satu bentuk kebudayaan yang terkait

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa oleh masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau merupakan kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif artinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum karya seni sebagai bagian dari ungkapan budaya, terbuka untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum karya seni sebagai bagian dari ungkapan budaya, terbuka untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Secara umum karya seni sebagai bagian dari ungkapan budaya, terbuka untuk direinterpretasikan dan direkonstruksi nilai-nilainya. Namun aspek yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra juga merupakan wujud dari kebudayaan suatu bangsa dan salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional MEDIA TRADISIONAL A. Pengertian Media Tradisional Dongeng adalah salah satu media tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato adalah gambar atau simbol pada kulit yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Dulu, orang-orang menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2002:740) atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sangat aktif digunakan hingga saat sekarang. Penggunaan dendang dalam

BAB V PENUTUP. sangat aktif digunakan hingga saat sekarang. Penggunaan dendang dalam BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dendang merupakan bentuk kesenian tradisi Minangkabau yang masih sangat aktif digunakan hingga saat sekarang. Penggunaan dendang dalam pertunjukannya biasanya diiring oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada pihak lain terwujud dalam kegiatan berbahasa. Di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab kesatu dari lima bab penulisan tesis ini akan dimulai dengan pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di Nusantara memilliki beragam bentuk tradisi yang khas. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, media komunikasi tradisional cenderung banyak yang terlupakan dibandingkan dengan media teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Liza Oktasari. Pengantar

Liza Oktasari. Pengantar Pertunjukkan Batombe... PERTUNJUKAN BATOMBE: DESKRIPSI SINGKAT Liza Oktasari Abstract This article describes batombe of Nagari Abai Sangir Solok Selatan Sumatera Barat. Batombe is a performance which shows

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 440 BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Simpulan dalam penelitian ini berkenaan dengan 7 hal, yaitu: (1) pencipta dihubungkan dengan proses penciptaan gambang rancag, (2) teks dikaitkaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lagu merupakan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing di dalamnya. Termasuk Indonesia yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya dengan ciri khas masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah kabupaten dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek. Model pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan folklor modern. Pendekatan folklor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci