Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5 DAFTAR ISI Halaman Judul i Pernyataan Isu Prioritas Daerah. ii Kata Pengantar iii Daftar Isi. iv Daftar Tabel v Daftar Gambar vii Daftar Lampiran. ix Bab I Pendahuluan Latar Belakang Profil Daerah Kabupaten Kulon Progo Perumusan Isu Prioritas Tujuan Ruang Lingkup Penulisan 4 Bab II Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang Belum Menerapkan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Maraknya Kegiatan Penambangan di Kawasan Perbukitan Menoreh Pembangunan Mega Proyek dan Pengembangan KIS Kondisi Topografis dan Geografis Kulon Progo yang Rawan Bencana Longsor di Daerah Utara dan Banjir di Daerah Selatan. 14 Bab III Analisi Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah Tataguna Lahan Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Usaha Pemanfaatan Lahan Kualitas Lahan Lahan Kritis Kualitas Air Kualitas Air Sungai Kualitas Air Tanah Kualitas Air Laut Kualitas Air Waduk, Situ, dan Embung Upaya Penyelesaian Permasalahan Pencemaran Air Kualitas Udara Analisa Parameter yang Memenuhi Baku Mutu Udara Ambien Analisa Parameter Kebisingan di Sekitar Jalan yang Melebihi Baku Mutu Udara Ambien Risiko Bencana Bencana Alam Bencana Sosial Perkotaan Kependudukan Kesehatan Timbunan Sampah 89 Bab IV Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Kelembagaan 102 Bab V Penutup 109 Daftar Pustaka. 111 Lampiran. 113 iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.2 Luas Hutan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tabel 3.3 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tahun Tabel 3.4 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Tahun Tabel 3.5 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.6 Jenis Pemanfaatan Lahan di Tabel 3.7 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun Tabel 3.8 Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.9 Hasil Uji Parameter Warna Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.10 Hasil Uji Parameter Kekeruhan Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.11 Hasil Uji Parameter TSS Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.12 Hasil Uji Parameter Temperatur Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.13 Hasil Uji Parameter ph Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.14 Hasil Uji Parameter Salinitas Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.15 Hasil Uji Parameter DO Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.16 Hasil Uji Parameter BOD Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.17 Hasil Uji Parameter Amoniak Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.18 Hasil Uji Parameter Nitrat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.19 Hasil Uji Parameter Fosfat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.20 Hasil Uji Parameter Sulfida Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.21 Hasil Uji Parameter Fenol Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.22 Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.23 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL). 62 Tabel 3.24 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di.. 63 Tabel 3.25 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo 64 Tabel 3.26 Tingkat Kebisingan Rata-rata (dba) di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.27 Perubahan Penambahan Ruas Jalan 72 v

7 Tabel 3.28 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ( 0 C) Tabel 3.29 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.30 Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian di.. 76 Tabel 3.31 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.32 Jumlah Penduduk Kota Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.33 Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan Di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.34 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.35 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 3.36 TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 4.1 Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 4.2 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup 101 Tabel 4.3 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Tabel 4.4 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Tabel 4.5 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Kantor Lingkungan Hidup. 103 Tabel 4.6 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Kesehatan Tabel 4.7 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Pekerjaan Umum Tabel 4.8 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 105 Tabel 4.9 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Perhubungan 105 Komunikasi dan Informasi Daerah Tabel 4.10 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Sekretariat Daerah Tabel 4.11 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Pertanian dan Kehutanan 106 Tabel 4.12 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan 106 Tabel 4.13 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo Tahun Tabel 4.14 Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut Tingkat Pendidikan vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kawasan Bekas Penambangan Mangan di Kabupaten Kulon Progo.. 9 Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Geologi (Tanah Longsor) Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun Gambar 2.3 Peta Rawan Bencana Banjir Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun Gambar 3.1 Peta Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW Tahun Gambar 3.2 Hutan Mangrove Wana Tirta, Pasir Mendit, Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo Gambar 3.3 Peta Kawasan Budidaya Berdasarkan RTRW Tahun Gambar 3.4 Persentase Luas Lahan Kritis di dalam dan Luar Kawasan Hutan Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Gambar 3.5 Penanaman Bibit Pohon di Sekitar Waduk Sermo oleh Instansi, Masyarakat, dan TNI AD Gambar 3.6 Pengambilan Sampel di Aliran Sungai Serang Kabupaten Kulon Progo Tahun Gambar 3.7 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Timbal Tahun Gambat 3.8 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Mangan Tahun Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Seng Tahun Gambar 3.10 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fluorida Tahun Gambar 3.11 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Nitrit Tahun Gambar 3.12 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Tahun Gambar 3.13 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Total Coliform Tahun Gambar 3.14 Waduk Sermo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Gambar 3.15 Pengambilan Sampel Kualitas Udara di Depan Pasar Bendungan. 65 Gambar 3.16 Pengambilan Sampel Kualitas Udara di Pertigaan Temon Gambar 3.17 Pengambilan sampel kualitas udara di Pertigaan Brosot Gambar 3.18 Konsentrasi SO 2 Tahun Gambar 3.19 Konsentrasi CO Tahun Gambar 3.20 Konsentrasi NO 2 Tahun Gambar 3.21 Konsentrasi O 3 Tahun Gambar 3.22 Konsentrasi TSP Tahun Gamabr 3.23 Banjir di Dusun Girigondo Desa Kaligintung Tanggal 18 Juni Gambar 3.24 Tim dari BPBD Meninjau Lokasi Banjir Gambar 3.25 Pohon Tumbang di Lokasi Bencana Banjir Gambar 3.26 Tanah Longsor Terjadi di Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo tanggal 24 September Gambar 3.27 Bantuan BPBD Kepada Korban Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo Tahun Gambar 3.28 Peta Rawan Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo Gambar 3.29 Peta Rawan Bencana Banjir di Kabupaten Kulon Progo Gambar 3.30 Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun di Kabupten Kulon Progo 83 Gambar 3.31 Diagram Persentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di.. 85 vii

9 Gambar 3.32 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo Tahun Gambar 3.33 Persentase Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo Tahun Gambar 4.1 Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Kulon Progo Tahun Gambar 4.2 Cetak Sawah Baru di Kecamatan Sentolo, Pengasih, dan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo.. 94 Gambar 4.3 Embung Kleco (Kawasan Buah 20 hektar, Buah Durian dan Kelengkeng) 96 Gambar 4.4 Embung Tonogoro Banjaroya (Kawasan Durian Menoreh 20 hektar).. 96 Gambar 4.5 Peresmian Wadukmini Dan Launching Sentra Pemberdayaan Tani di Kabupaten Kulon Progo.. 96 Gambar 4.6 Aktivitas Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah 99 viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya. 113 Tabel 2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel 3 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status. 115 Tabel 4 Luas Lahan Kritis Di dalam dan Luar Kawasan Hutan 116 Tabel 5 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air. 116 Tabel 6 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering. 117 Tabel 7 Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah Tabel 8 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Tabel 9 Luas dan Kerusakan Padang Lamun. 120 Tabel 10 Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang 121 Tabel 11 Luas Perubahan Penggunaan Lahan. 121 Tabel 12 Jenis Pemanfaatan Lahan. 122 Tabel 13 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tabel 14 Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi. 123 Tabel 15 Kondisi Sungai. 123 Tabel 16 Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung Tabel 17 Kualitas Air Sungai Tabel 17A Kualitas Air Sungai Tabel 17B Kualitas Air Sungai Tabel 18 Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung 128 Tabel 19 Kualitas Air Sumur Tabel 20 Kualitas Air Laut Tabel 21 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Tabel 22 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Tabel 23 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar 137 Tabel 24 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Tingkatan Pendidikan 138 Tabel 25 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk 139 Tabel 26 Jumlah Rumah Tangga Miskin 139 Tabel 27 Volume Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber Pencemaran 140 Tabel 28 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan 142 Tabel 29 Kualitas Air Hujan 142 Tabel 30 Kualitas Udara Ambien 143 Tabel 30A Kualitas Udara Ambien 144 Tabel 30T Kualitas Udara Ambien 144 Tabel 31 Penggunaan Bahan Bakar. 145 Tabel 32 Penjualan Kendaraan Bermotor 146 Tabel 33 Perubahan Penambahan Ruas Jalan. 146 Tabel 34 Dokumen Izin Lingkungan Tabel 35 Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B Tabel 36 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) Tabel 37 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian 155 Tabel 38 Bencana Kekeringan, Luas, dan Kerugian 155 Tabel 39 Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian Tabel 40 Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian ix

11 Tabel 41 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan. 157 Tabel 42 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari Tabel 43 Kegiatan Fisik Lainnya oleh Instansi 158 Tabel 44 Status Pengaduan Masyarakat Tabel 45 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup 159 Tabel 46 Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup Tabel 47 Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat Tabel 48 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 161 Tabel 49 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Tabel 50 Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 51 Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang Telah Mengikuti Diklat Tabel 52 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku 163 Tabel 53 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan. 164 Tabel 54 Data Bank Sampah, KSM dan KPSM di Kabupaten Kulon Progo Tahun x

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan mulai ramai diperbincangkan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia pada tanggal 15 Juni Di Indonesia tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dari diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal Mei Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk) (Humairah, 2011). Pertumbuhan manusia erat kaitannya dengan pembangunan. Semakin besar pertumbuhan manusia, maka semakin besar adanya pembangunan. Pembangunan yang tidak memperhatikan masalah lingkungan hidup tentu akan berdampak pada aspek sumber daya alam itu sendiri. Setiap wilayah memiliki karakteristik lingkungan hidup yang berbeda, baik dari sisi sumber daya alam yang tersedia maupun cara masyarakatnya untuk mengelola lingkungan itu sendiri, seperti halnya dengan Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo memiliki keragaman konfigurasi fisik lingkungan yang dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu: pegunungan, dataran dan pesisir. Selain menjadi modal bagi pembangunan daerah, karakteristik fisik wilayah juga menyimpan kerentanan terhadap kerusakan lingkungan sebagai akibat pengelolaan yang tidak optimal yang akan berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan. Masalah daya dukung fisik wilayah dapat berupa konflik pemanfaatan ruang sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan. Permasalahan pemanfaatan ruang terjadi di kawasan pegunungan, kawasan dataran dan kawasan pesisir. Pada kawasan pegunungan permasalahan pemanfaatan ruang berupa penggunaan lahan yang kurang memperhatikan fungsi kawasan lindung terutama pada daerah resapan air dan kawasan genangan waduk yang akan memperkecil pasokan air permukaan maupun air tanah di musim kemarau. Selain itu, pada kawasan pegunungan juga terjadi kegiatan penambangan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Pada kawasan dataran terjadi kecenderungan konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian 1

13 (pembangunan fisik bangunan) yang menyebabkan gangguan pada prasarana pertanian (rusaknya saluran air), rusaknya sumberdaya alam dan berkurangya lahan produktif pertanian. Pada kawasan pesisir, rencana pemanfaatan ruang mempunyai potensi kerusakan ekosistem apabila pemanfaatan ruang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada di Kabupaten Kulon Progo tersebut menjadi landasan perumusan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup Daerah Kabupaten Kulon Progo. 1.2 Profil Daerah Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo adalah salah satu dari 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Kulon Progo memiliki batas administrasi yaitu sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa dan 1 kelurahan, serta 918 pedukuhan. Kabupaten Kulon Progo dengan ibu kota Wates memiliki luas wilayah sebesar ,512 hektar (586,28 km²). Luas wilayah ini belum termasuk luas laut yang menjadi kewenangan kabupaten, yaitu seluas hektar (158,72 km 2 ). Bila dilihat dari posisi geostrategic, Kabupaten Kulon Progo yang terletak di bagian barat DIY dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, merupakan pintu gerbang Daerah Istimewa Yogyakarta yang menghubungkan DIY dengan pusat-pusat ekonomi dan pemerintahan yang terletak di bagian barat serta utara Pulau Jawa. Selain itu posisi Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia juga dapat menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan negara tetangga yang terletak di bagian selatan Indonesia seperti Australia. Posisi geostrategic Kabupaten Kulon Progo tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perkembangan wilayah kabupaten maupun perkembangan wilayah DIY. Kabupaten Kulon Progo terletak diantara 110 o 1' 37" o 16' 26" Bujur Timur dan 7 o 38' 42" - 7 o 59' 03" Lintang Selatan, dengan memiliki topografi yang bervariasi di ketinggian antara meter diatas permukaan air laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo (40,11 persen) masuk dalam wilayah dengan 2

14 kemiringan lereng <2 0. Sedangkan luas wilayah yang masuk dalam kemiringan lereng >40 0 adalah seluas 18,73persen. Secara umum, Kabupaten Kulon Progo terbagi menjadi 3 wilayah meliputi : 1. Wilayah utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara meter diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. 2. Wilayah tengah, merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara meter diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih dan sebagian Lendah. Wilayah ini memiliki lereng dengan kemiringan antara 2 15%, tergolong berombak dan bergelombang, merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan. 3. Wilayah selatan, merupakan dataran rendah dengan ketinggian meter diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Wilayah ini memiliki kemiringan lahan antara 0 2%, serta memiliki wilayah pantai sepanjang 24,9 km. 1.3 Perumusan Isu Prioritas Perumusan isu prioritas dilakukan oleh pemangku kebijakan daerah Kabupaten Kulon Progo dengan pendekatan PSR (Pressure State and Response). Langkah-langkah dalam penyusunan isu prioritas dilakukan dengan cara: 1. Mereview kembali draf rumusan dari isu prioritas. 2. Membandingkan catatan antar pemangku kebijakan. 3. Merumuskan isu prioritas berdasarkan pendekatan PSR Berikut isu prioritas yang menjadi kesepakatan antar pemangku kebijakan daerah Kabupaten Kulon Progo: 1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. 2. Maraknya kegiatan penambangan di kawasan perbukitan Menoreh. 3. Pembangunan Mega Proyek (Bandara, Penambangan Pasir Besi, Jalur Jalan Lintas Selatan/JJLS, Pelabuhan) dan Pengembangan Kawasan Industri Sentolo (KIS) yang mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan keberlanjutan fungsi ekologi-sosial daerah terdampak. 3

15 4. Kondisi topografis dan geografis Kulon Progo yang rawan bencana longsor di daerah utara dan banjir di daerah selatan. 1.4 Tujuan Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup Daerah Kabupaten Kulon Progo bertujuan untuk: 1. memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo. 2. memberikan gambaran yang nyata kepada masyarakat tentang kondisi lingkungan hidup di daerahnya, dengan harapan masyarakat memiliki kemudahan untuk merencanakan dan memperhatikan pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya. 3. mengukur perkembangan dan kemajuan lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo. 1.5 Ruang Lingkup Penulisan Penulisan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup Daerah Kabupaten Kulon Progo akan difokuskan pada pemasalahan: 1. Isu-isu prioritas lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Kulon Progo 2. Permasalahan tataguna lahan, kualitas air, kualitas udara, risiko bencana, perkembangan perkotaan di Kabupaten Kulon Progo. 3. Inovasi daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo. 4

16 BAB II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Isu prioritas lingkungan hidup daerah Kabupaten Kulon Progo disusun berdasarkan kesepakatan antar pemangku kebijakan dengan memperhatikan pendekatan PSR (Pressure State and Response). Pressure yaitu tekanan yang terjadi terhadap lingkungan di Kabupaten Kulon Progo akibat dari kegiatan manusia. State atau kondisi pengelolaan lingkungan yaitu keadaan pengelolaan lingkungan sebagai pengaruh dari kegiatan yang dilakukan pada lingkungan dilihat dari kondisi pengelolaan pada ruang terbuka hijau, hutan kota, air permukaan, air tanah, udara, dan pesisir yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Response yaitu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dampak tekanan dan kondisi lingkungan dilihat dari peran serta masyarakat dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa isu lingkungan hidup yang menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Namun demikian ada empat isu yang menjadi prioritas pemerintah Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2016 yaitu: 2.1 Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang belum menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Secara geografis Kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara berupa dataran tinggi/perbukitan Menoreh, bagian tengah berupa perbukitan, dan bagian selatan berupa dataran rendah sampai dengan laut. Oleh karena itu, Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi alam yang melimpah mulai dari potensi alam di perbukitan, di dataran rendah, maupun potensi di pesisir dan laut. Disamping itu Kulon Progo juga dilewati tiga sungai besar, yaitu Sungai Progo, Sungai Serang dan Sungai Bogowonto serta terdapat Waduk Sermo. Berbagai hasil tambang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo mulai dari bahan galian C batu andesit, batu marmer, pasir besi, dan mangan. Potensi alam lainnya dibidang pertanian, kehutanan dan perikanan. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut tentu akan membawa banyak manfaat bagi kesejahteraan masyarakat Kulon Progo. Namun yang menjadi masalah yaitu pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya alam memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup Kabupaten Kulon Progo, baik bidang pertambangan, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Efek 5

17 negatif yang timbul yaitu adanya pencemaran lingkungan berupa pencemaran air dan tanah, bahkan kerusakan lahan. Dengan kata lain, pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Kabupaten Kulon Progo masih belum memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan pemanfaatan lingkungan hidup dan kelestarian lingkungannya agar kualitas lingkungan tetap terjaga. Kelestarian lingkungan yang tidak dijaga, akan menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang, bahkan akan hilang. Sebagaimana tencantum dalam SDGs (Sustainable Depelopment Goals) poin 14 dan 15 yang berbunyi: Goals 14 Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan. Goals 15 Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati. Upaya pemerintah dalam menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Kulon Progo tahun bahwa sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal utama dalam pembangunan daerah dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Kondisi lingkungan yang tertata rapi, indah, sehat, memberikan suasana nyaman bagi masyarakat dan menarik bagi wisatawan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Kulon Progo yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin, sumber daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan daerah. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan. Dalam RPJP juga tertuang tentang peraturan pemanfaatan sumber daya alam baik sumber daya alam terbarukan maupun sumber daya alam tidak 6

18 terbarukan. Pemanfaatan sumber daya alam terbarukan disebutkan bahwa sumber daya alam terbarukan, baik di darat dan di laut, harus dikelola dan dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang. Pengelolaan sumber daya alam terbarukan yang sudah berada dalam kondisi kritis diarahkan pada upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya dukungnya yang selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan kemampuannya sebagai modal bagi pembangunan yang berkelanjutan. Hasil atau pendapatan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam terbarukan diinvestasikan kembali guna menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Di samping itu, pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan energi. Pemanfaatan sumber daya alam tidak terbarukan seperti bahan tambang dan mineral diarahkan untuk tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan sebagai masukan untuk proses produksi yang dapat menghasilkan nilai tambah yang optimal bagi daerah. Selain itu, sumber daya alam tak terbarukan pemanfaatannya harus seefisien mungkin dan menerapkan strategi memperbesar cadangan dan diarahkan untuk mendukung proses produksi. Hasil atau pendapatan yang diperoleh dari kelompok sumber daya alam tersebut diarahkan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif, seperti energi yang memanfaatkan seperti biomassa, biogas, mikrohidro, energi matahari, arus laut, tenaga angin yang ramah lingkungan. Pengembangan sumber-sumber energi alternatif itu disesuaikan dengan kondisi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Di samping itu, pengembangan energi juga mempertimbangkan harga energi yang memperhitungkan biaya produksi, menginternalisasikan biaya lingkungan, serta mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat. Dengan demikian, pembangunan energi terus diarahkan kepada keragaman energi dan konservasi energi dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengembangan energi juga dilaksanakan dengan 7

19 memperhatikan komposisi penggunaan energi (diversifikasi) yang optimal bagi setiap jenis energi. 2.2 Maraknya kegiatan penambangan di kawasan perbukitan Menoreh Perbukitan Menoreh terletak di ujung utara pegunungan Kulon Progo di sebelah barat perbatasan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Perbukitan menoreh memiliki berbagai fungsi, antara lain fungsi hidrologis, fungsi geologis, fungsi biologis dan ekologis, serta fungsi ekonomis. Secara hidrologis bukit menoreh sebagai zona tangkapan air hujan. Secara geologis, proses-proses karstifikasi menghasilkan bentukan-bentukan alam yang sangat unik dan menjadi bagian dari kekayaan fenomena geologis. Secara biologis dan ekologis, Perbukitan Menoreh sebagai tempat tinggal dan perkembangbiakan hewan, seperti kupu-kupu, burung, kelelawar dan hewan reptil. Secara ekonomis, masyarakat yang tinggal di Perbukitan Menoreh memanfaatkan untuk berkebun, bertani, dan beternak. Keindahan Perbukitan Menoreh saat ini banyak objek wisata yang ditawarkan di Kulon Progo antara lain perkebunan teh, panorama air terjun, dan panorama alam lainnya. Selain fungsi-fungsi tersebut, Perbukitan Menoreh juga kaya akan hasil tambang mulai dari marmer merah, andesit, dan mangan. Menurut catatan sejarah, penambangan mangan di perbukitan Menoreh sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda sekitar tahun Penambangan ini menyisakan berbagai catatan sejarah bagi masyarakat sekitar yang tidak dapat terlupakan. Berbagai peninggalan aktivitas penambangan sampai saat ini masih terlihat seperti terowongan vertikal dan terowongan lainnya yang mulai tertutup oleh tanah. 8

20 Gambar 2.1 Kawasan Bekas Penambangan Mangan di Kabupaten Kulon Progo Sumber: Beberapa penambangan yang dilakukan di Perbukitan Menoreh saat ini seperti penambangan marmer merah, mangan dan andesit. Penambangan tersebut dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Maraknya penambangan membawa dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan tersebut berawal dari penebangan-penebangan vegetasi penutup untuk mendukung aktivitas penambangan. Akibat dari aktivitas penebangan-penebangan vegetasi tersebut bukit menjadi gundul. Permasalahan timbul jika tidak ada reklamasi bukit setelah aktivitas penambangan selesai. Penggundulan yang terjadi di bukit tersebut mengakibatkan tidak mampunya wilayah tersebut untuk menangkap air hujan. Masalah lain yang ditimbulkan yaitu menurunnya produktivitas tanah, terjadinya 9

21 erosi atau memicu terjadinya tanah longsor dan terganggunya habitat flora dan fauna. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara sudah diatur mengenai perizinan usaha pertambangan, pelaksanaan penambangan, hingga pemantauan penambangan. Maksud disusunnya Peraturan Daerah ini adalah untuk menjamin agar pemanfaatan potensi mineral dan batubara dapat dilaksanakan berdasarkan pada azas manfaat, keadilan dan keseimbangan, partisipatif, transparan, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan melalui kegiatan pengaturan, pembinaan, pengawasan, penertiban, dan pengendalian. Bagi perusahaan yang wajib melakukan reklamasi, hal tersebut diatur dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 42 Tahun 2011 tentang Reklamasi Tambang. Dalam pasal 10 disebutkan bahwa: Perusahaan wajib mengangkat seorang petugas untuk memimpin langsung masing-masing pelaksanaan reklamasi. Selanjutnya dalam pasal 11 disebutkan: Pelaksanaan Reklamasi wajib dilakukan sesuai rencana reklamasi yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9. Adanya Peraturan Bupati membuktikan bahwa pemerintah Kabupaten Kulon Progo memperhatikan kelestarian sumber daya alam, khususnya kegiatan pertambangan. Dalam hal ini kegiatan pertambangan berpotensi rnengubah bentang alam, sehingga diperlukan upaya untuk menjamin pemanfaatan lahan di wilayah bekas kegiatan pertambangan agar berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. 2.3 Pembangunan Mega Proyek (Bandara, Penambangan Pasir Besi, Jalur Jalan Lintas Selatan/JJLS, dan Pelabuhan) dan Pengembangan Kawasan Industri Sentolo (KIS) yang mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan keberlanjutan fungsi ekologi-sosial daerah terdampak. Pembangunan daerah dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang bertujuan untuk mengelola potensi sumberdaya sumberdaya yang ada dan bersama-sama membangun serta meningkatkan perekonomian daerah. Pembangunan daerah harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan potensi sumberdaya yang tersedia. Pembangunan daerah meliputi aspek kehidupan masyarakat dengan pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya 10

22 manusia, dan pemanfaatan potensi sumberdaya yang sesuai dengan peraturan pemerintah. Pembangunan daerah dengan mendirikan infrastruktur fisik dan pembangunan gedung-gedung baru membutuhkan tempat/lahan yang disesuaikan dengan perencanaan daerah. Adanya pembangunan infrastruktur fisik menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun. Pembangunan Mega Proyek yang telah berjalan di Kabupaten Kulon Progo dipastikan berpengaruh pada laju alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun yang semakin tinggi dan akan berdampak pada kelanjutan fungsi ekologi-sosial daerah setempat. Terdapat empat mega proyek yang sedang berlangsung di Kabupaten Kulon Progo meliputi pembangunan Bandara Internasional di Kecamatan Temon, penambangan pasir besi berada di Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Galur, JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan) sepanjang 122,9 kilometer, serta Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kecamatan Temon. Alih fungsi lahan atau konversi lahan yang terjadi karena pembangunan mega proyek di Kabupaten Kulon Progo memiliki luas area masingmasing proyek berkisar seluas 45,34 hektar dari pembangunan Bandara Internasional, 16,5 hektar dari Pelabuhan Tanjung Adikarto, dan Jalur Jalan Lintas Selatan dengan panjang 122,9 kilometer. Sedangkan penambangan pasir besi setiap pelaksana projek melakukan upaya dalam pelestarian lingkungan pada area bekas tambang. Pelaksanaan Reklamasi Pilot Project Tambang Pasir Besi PT. Jogja Magaza Iron (JMI) di Desa Karangwuni Kabupaten Kulon Progo dilakukan dengan penutupan kembali lahan bekas tambang (Back Filling), melakukan pertemuan sosialisasi dan musyawarah kegiatan reklamasi, pembangunan infrastruktur pertanian antara lain gubuk, sumur pantek, perpipaan dan paranet untuk penahan angin dan sekaligus sebagai pembatas lahan, pengolahan lahan dan penyuburan tanah, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pengelolaan lingkungan fisik, biologi dan sosial termasuk program pengembangan masyarakat telah berjalan sesuai dengan arahan yang tertuang dalam Dokumen Amdal. Selain pembangunan mega proyek, Pengembangan Kawasan Industri Sentolo juga mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan mempengaruhi fungsi ekologi-sosial daerah terdampak. Kecamatan Sentolo terdiri dari 8 desa, 84 Pedukuhan, 116 RW dan 360 RT. Luas wilayah Kecamatan Sentolo adalah 11

23 5.252,0907 hektar. Berdasarkan kondisi fisik wilayahnya, wilayah Kecamatan Sentolo merupakan kawasan dengan keadaan kontur tanah datar sampai dengan berombak 45 persen. Berdasarkan peta pola ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun , Kecamatan Sentolo termasuk dalam kawasan pertanian/perkebunan, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan pertambangan (pasir batu dan batu gamping) ( Salah satunya ditetapkan sebagai Kawasan Industri Sentolo atau KIS yang diperuntukkan sebagai kawasan industri besar. Ditetapkannya Kecamatan Sentolo sebagai kawasan industri merupakan peluang yang sangat besar bagi perkembangan Sentolo dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan dengan berdirinya perusahaan-perusahaan akan banyak menyerap tenaga kerja lokal yang pada akhirnya terjadi peningkatan perekonomian masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Selain Kecamatan Sentolo, ada satu kecamatan yang masuk dalam KIS yaitu Kecamatan Lendah. Selain itu kawasan industri lain yang tertuang dalam RTRW yaitu Kawasan Industri Temon. Hal tersebut dijelaskan dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut: 1. Kawasan strategis dalam bidang pertumbuhan ekonomi : a. Kawasan Industri Sentolo dengan luas kurang lebih (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh enam) hektar, meliputi Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Lendah. b. Kawasan Industri Temon di Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar; dan c. Kawasan peruntukan industri berada di Kecamatan Nanggulan. 2. Kawasan Industri Sentolo, meliputi : a. Desa Banguncipto, Desa Sentolo, Desa Sukoreno, Desa Salamrejo, dan Desa Tuksono berada di Kecamatan Sentolo; dan b. Desa Ngentakrejo dan Desa Gulurejo berada di Kecamatan Lendah. Pengembangan kawasan industri akan menguntungkan dari sisi ekonomi, namun berdampak negatif bagi lingkungan hidup, seperti terjadi pencemaran air, udara dan tanah. Industri pada umumnya membuang limbah cair langsung ke badan air, seperti: laut, sungai, atau danau tanpa melalui tahap pengolahan terlebih dahulu. 12

24 Limbah cair industri merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Setiap industri yang menghasilkan limbah cair wajib melakukan pengolahan air limbah agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah sehingga saat dibuang tidak mencemari lingkungan. Limbah yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Beberapa alasan pengusaha membuang limbah tanpa diolah terlebih dulu antara lain mahalnya biaya pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), biaya operasional, dan perawatan IPAL yang rumit dan kompleks. Lingkungan mempunyai daya tampung limbah yang terbatas. Ketika limbah yang dibuang tidak melebihi ambang batas, lingkungan masih dapat menguraikannya sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Namun jika ambang batas tersebut terlampaui, maka lingkungan tidak dapat menetralisir semua limbah yang ada sehingga timbul masalah pencemaran dan degradasi kondisi lingkungan. Pencemaran udara pada umumnya keluar dari cerobong pabrik. Efek dari pencemaran udara terhadap kesehatan yaitu timbulnya gangguan pada saluran pernafasan. Pencemaran udara lebih berdampak secara luas, karena pergerakan asap yang dikeluarkan oleh cerobong pabrik lebih cepat. Oleh karena itu, pencemaran udara lebih sulit penanganannya. Namun untuk meminimalisir setiap perusahaan harus mengolah emisi gas buang terlebih dahulu agar ramah terhadap lingkungan. Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri, limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Dampak dari pencemaran tanah yaitu menurunnya produktivitas tanah, mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah. Untuk mencegah permasalahan lingkungan hidup, maka setiap perusahaan wajib melakukan AMDAL atau penyusunan dokumen lingkungan hidup yang lain. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam paragraf 5 Pasal 22 disebutkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Jika perusahaan tersebut tidak 13

25 taat terhadap dokumen lingkungan, maka ada sanksi administratif yang tertuang dalam Pasal 72 ayat 2, sanksi administratif terdiri atas: 1. teguran tertulis; 2. paksaan pemerintah; 3. pembekuan izin lingkungan; atau 4. pencabutan izin lingkungan. Pengembangan Kawasan Industri Sentolo, selanjutnya akan dibangun rusunawa. Rusunawa tersebut sebagai salah satu pengembangan infrastruktur yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menyediakan tempat tinggal bagi pekerja. Tidak hanya pemerintah yang menyediakan tempat tinggal untuk pekerja, masyarakat sekitar KIS juga menyediakan tempat tinggal untuk disewakan. Kemudian masalah yang muncul yaitu adanya kepadatan penduduk dan daya dukung lingkungan semakin menurun. Oleh karena itu, sebelum kepadatan penduduk terlalu tinggi perlu ada perencanaan pengelolaan lingkungan di kawasan tersebut. Tidak hanya mengacu pada perusahaan yang berdiri, namun mengacu pula pada kawasan tempat tinggal pekerja dan penduduk setempat. Karena saat ini Amdal diberlakukan pada masing-masing perusahaan, tidak ada Amdal yang mengatur pada keseluruhan kawasan industri. 2.4 Kondisi topografis dan geografis Kulon Progo yang rawan bencana longsor di daerah utara dan banjir di daerah selatan. Kabupaten Kulon Progo memiliki kondisi topografis dan kondisi geografis yang rawan terhadap bencana longsor. Kondisi bagian utara Kabupaten Kulon Progo merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 sampai dengan 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah bagian utara Kabupaten Kulon Progo yang memiliki kondisi perbukitan merupakan kawasan yang rentan terhadap bencana tanah longsor. Kondisi bagian selatan Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 100 meter di atas permukaan air laut yang meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah dengan kemiringan lereng 0 sampai dengan 2%. Bagian selatan Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, dan apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir. 14

26 Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo, tahun 2016 telah terjadi bencana tanah longsor di enam kecamatan yaitu Kecamatan Lendah, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan dan Kecamatan Samigaluh. Bencana banjir di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 tercatat seluas 520 hektar ditiga kecamatan, yaitu Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Lendah. Penyebab terjadinya bencana tanah longsor dan banjir di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah intensitas curah hujan yang tinggi. Pada tahun 2016 rata-rata curah hujan Kabupaten Kulon Progo mencapai angka lebih dari 200 mm, dimana pada bulan November mencapai kisaran tertinggi yaitu 552 mm. Gambar 2.2 Peta Rawan Bencana Geologi (Tanah Longsor) Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun

27 Gambar 2.3 Peta Rawan Bencana Banjir Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam mengatasi bencana tanah longsor dan banjir. Pada bencana tanah longsor, BPBD bekerja sama dengan TNI dan polisi untuk memantau lokasi bencana dan memberikan penanganan darurat dalam mengatasi lokasi tanah longsor seperti mengevakuasi, membersihkan area bencana, dan mendirikan posko untuk masyarakat/korban bencana. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi banjir di area persawahan adalah dengan memfasilitasi pompa air kepada petani agar dapat mengurangi tinggi genangan air dengan cara menyedot dan membuang ke aliran sungai. Banjir yang melanda perumahan warga di atasi dengan melakukan evakuasi menggunakan perahu karet, mendirikan posko pengungsian, memberikan logistik serta pelayanan kesehatan untuk korban banjir. Untuk mencegah terjadinya banjir pihak pemerintah melakukan perbaikan drainase saat air sudah surut. 16

28 BAB III ANALISIS PRESSURRE, STATE, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 3.1 Tataguna Lahan Tataguna lahan atau land use merupakan pengaturan/suatu upaya perencanaan penggunaan lahan yang memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya untuk pembagian wilayah terhadap fungsi-fungsi tertentu. Perencanaan tataguna lahan pada suatu wilayah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, kemudian dalam cakupan kabupaten disebut sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten atau RTRWK Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) tutupan lahan dibedakan menjadi empat yaitu tutupan lahan vegetasi, tutupan lahan area terbangun, tutupan lahan tanah terbuka, dan tutupan lahan badan air. Sedangkan berdasarkan nama kawasan dibedakan menjadi dua yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. 17

29 1. Kawasan Lindung Gambar 3.1 Peta Kawasan Lindung Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun Kawasan lindung yaitu wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung dibagi menjadi lima kawasan yaitu kawasan lindung terhadap kawasan dibawahnya; kawasan perlindungan setempat; kawasan suaka margasatwa; kawasan rawan bencana; dan kawasan lindung geologi. a.) Kawasan Lindung Terhadap Kawasan Bawahnya Kawasan lindung terhadap kawasan bawahnya dibagi menjadi dua yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun , dilihat dari tutupan lahannya, luas kawasan lindung Kabupaten Kulon Progo terhadap kawasan dibawahnya sebesar ,710 hektar, dengan luas hutan lindung 278,577 hektar dan kawasan resapan air ,133 hektar. 18

30 Rencana Pengendalian fungsi kawasan lindung berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo dengan strategi sebagai berikut: a. melaksanakan pengawasan dan pemantauan kawasan konservasi dan hutan lindung; b. mengembangkan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung; c. memulihkan fungsi kawasan lindung; d. mengoptimalkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air serta aspek sosial ekonomi; e. melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; dan f. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami. Kawasan hutan lindung berada di seluruh kawasan hutan negara dengan luas 278,577 hektar, meliputi: a. Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan b. Desa Karangsari dan Desa Sendangsari berada di Kecamatan Pengasih. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa kawasan resapan air ,133 hektar, meliputi: a. Tempat cekungan air tanah pada daerah tubuh Pegunungan Menoreh; b. Hutan konservasi di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap; dan c. Waduk Sermo di Kecamatan Kokap dan Bendung Sapon di Kecamatan Lendah. b.) Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Perlindungan Setempat adalah kawasan yang memberi perlindungan kepada tempatnya sendiri. Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Kulon Progo meliputi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar waduk dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan perkotaan. Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan Sekitar Waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk yang mempunyai manfaat penting 19

31 untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk. Luas kawasan perlindungan setempat yaitu 2.903,081 hektar dengan kawasan sempadan pantai 513,508 hektar, kawasan sempadan sungai 2.047,732 hektar, dan kawasan sekitar danau atau waduk 341,841 hektar. Rencana pengembangan daerah pantai menurut RTRW Kabupaten Kulon Progo yaitu meningkatkan dan mendayaguna kawasan pantai yang bersinergi dengan kelestarian ekosistem dengan strategi meliputi: a. mengembangkan kawasan pertanian, pariwisata, pertambangan, industri bahari serta perdagangan dan jasa; b. memulihkan kawasan yang semula kawasan penambangan; c. memanfaatkan energi ramah lingkungan; d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung; dan e. melestarikan ekosistem pantai. Kawasan sempadan pantai berada di sepanjang Pantai Samudera Hindia dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, meliputi: a. Kecamatan Temon; b. Kecamatan Wates; c. Kecamatan Panjatan; dan d. Kecamatan Galur. Adapun dalam bidang pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi daerah sempadan pantai ditetapkan sebagai kawasan strategis, meliputi: a. Kawasan pertambangan pasir besi di wilayah pantai yaitu Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Galur. b. Kawasan pembangkit listrik tenaga angin dan gelombang laut di pantai selatan. Kemudian dalam bidang pengembangan pesisir dan pengelolaan hasil laut difokuskan pada Pantai Trisik, Pantai Karangwuni, Pantai Glagah, dan Pantai Congot. Saat ini daerah pantai juga dikembangkan untuk kawasan hutan mangrove yang berada di dua lokasi yaitu Jangkaran Kecamatan Temon dan Banaran Kecamatan Galur. Berikut luasan tutupan mangrove yang ada di Kabupaten Kulon Progo: 20

32 Tabel 3.1 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Lokasi Luas Lokasi Persentase Kerapatan (Ha) tutupan (%) (pohon/ha) 1. Jangkaran, Temon Banaran, Galur Total Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Kulon Progo, 2016 Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi, seperti tempat budidaya ikan dan habitat air payau, mengurangi abrasi air laut, dan melindungi dari bencana tsunami. Fungsi lain dari hutan mangrove sebagai objek wisata yang dapat memberikan nilai ekonomis untuk masyarakat setempat maupun pemerintah. Keindahan hutan mangrove dapat dijadikan tempat rekresi alam untuk wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Gambar 3.2 Hutan Mangrove Wana Tirta, Pasir Mendit, Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo Kawasan sempadan sungai sebagaimana meliputi Sungai Progo, Sungai Serang, dan Sungai Bogowonto serta anak-anak sungainya dengan luas kurang lebih 2047,732 hektar. Kawasan sekitar waduk berada di daratan sepanjang tepian Waduk Sermo di sebagian Kecamatan Kokap dengan luas 341,841 hektar. RTH kawasan perkotaan ditetapkan dengan luas kurang lebih hektar atau paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas keseluruhan kawasan perkotaan berada di seluruh ibukota kecamatan, meliputi : Perkotaan Wates; Perkotaan Temon; Perkotaan Panjatan; Perkotaan Brosot; Perkotaan Lendah; Perkotaan Kokap; Perkotaan Sentolo; Perkotaan Girimulyo; Perkotaan Nanggulan; Perkotaan Samigaluh; dan Perkotaan Kalibawang. 21

33 c.) Kawasan Suaka Alam Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang memiliki ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan keutuhan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terbagi menjadi dua, yaitu kawasan Suaka Margasatwa dan kawasan Cagar Alam. Kawasan Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai kekhasan/keunikan keanekaragaman satwa liar, dalam kelangsungan suaka margasatwa memerlukan upaya perlindungan dan pembinaan terhadap populasi dan habitatnya. Selain kawasan Suaka Margasatwa Kabupaten Kulon Progo juga memiliki Kawasan Cagar Budaya. Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Luas suaka alam sebesar hektar yang di dalamnya terdapat suaka margasatwa. Kawasan suaka margasatwa berada di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap. Kawasan suaka alam di Kabupaten Kulon Progo dalam pelestarian alamnya meliputi: a. taman wisata alam tracking dan hashing berada di Kali Biru Desa Hargowilis Kecamatan Kokap, Gunung Kelir, dan Tamanan Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo; b. taman wisata alam tracking, hashing, layang gantung, panorama, dan agrowisata teh berada di Suroloyo Pegunungan Menoreh Kecamatan Samigaluh; dan c. pemandian alam, di Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih; dan Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Kulon Progo, meliputi: a. Makam Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Kalibawang; b. Kawasan Sendangsono berada di Kecamatan Kalibawang; c. Gereja Santa Maria Lourdes Promasan berada di Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang; 22

34 d. Puncak Perbukitan Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh; e. Gua alam Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo; f. Makam keluarga Paku Alam Girigondo berada di Kecamatan Temon; g. Jembatan Duwet berada di Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang; h. Perumahan pabrik gula Sewu Galur berada di Desa Karangsewu Kecamatan Galur; i. Rumah TB. Simatupang berada di Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh; j. Rumah H. Djamal berada di Desa Sentolo Kecamatan Sentolo. d.) Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Kawasan rawan bencana terdiri dari Kawasan Rawan Tanah Longsor, Kawasan Rawan Gelombang Pasang, dan Kawasan Rawan Banjir. Luas kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Kulon Progo adalah hektar dan Kawasan Rawan Banjir sebesar 1.764,495 hektar. Kawasan rawan bencana yang ada pada RTRW Kabupaten Kulon Progo adalah kawasan rawan bencana yang terdiri atas: a. kawasan rawan banjir; b. kawasan rawan bahaya kekeringan; dan c. kawasan rawan bencana angin topan. Kawasan rawan banjir ada di wilayah bagian Selatan Timur, meliputi Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; Kecamatan Galur; dan Kecamatan Lendah. Kawasan rawan bahaya kekeringan dan kawasan rawan angin topan berada di seluruh kecamatan. e.) Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi di Kabupaten Kulon Progo, meliputi: a. kawasan sekitar mata air; b. kawasan rawan bencana alam geologi; dan c. cekungan air tanah. 23

35 Kawasan sekitar mata air meliputi sumber mata air Clereng dan Tuk Mudal Anjir berada di Kecamatan Pengasih; Tuk Mudal dan Tuk Gua Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo; Tuk Grembul berada di Kecamatan Kalibawang; dan Tuk Gua Upas dan mata air Sekepyar berada di Kecamatan Samigaluh; dan Kayangan berada di Kecamatan Girimulyo. Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas kawasan rawan letusan gunung berapi; kawasan rawan gempa bumi; kawasan rawan gerakan tanah; dan kawasan rawan tsunami. Kawasan rawan letusan gunung berapi berada di seluruh kecamatan. Kawasan rawan gempa bumi berada di seluruh kecamatan. Kawasan rawan gerakan tanah berada di deretan Perbukitan Menoreh, meliputi Kecamatan Kokap; Kecamatan Sentolo; Kecamatan Pengasih; Kecamatan Nanggulan; Kecamatan Girimulyo; Kecamatan Kalibawang; dan Kecamatan Samigaluh. Kawasan rawan tsunami, meliputi Kecamatan Temon; Kecamatan Wates; Kecamatan Panjatan; dan Kecamatan Galur. Cekungan air tanah berupa cekungan air tanah Wates di Kecamatan Wates. 2. Kawasan Budidaya Gambar 3.3 Peta Kawasan Budidaya Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun

36 Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya di Kabupaten Kulon Progo, terdiri atas: a.) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun , Arahan peruntukan Hutan Produksi adalah hutan produksi terbatas yang berada di Desa Hargomulyo dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap dengan luas 601,6 hektar dan ditetapkan sebagai kawasan penyangga. b.) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat Arahan peruntukan Hutan Rakyat pada Kabupaten Kulon Progo berdasarkan rencana pola ruang tahun meliputi: Tabel 3.2 Luas Hutan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo No Nama Kecamatan Luas (Ha) 1. Wates Galur Nanggulan Lendah Panjatan Temon 794,25 7. Sentolo Pengasih Kalibawang 1.855, Girimulyo 3.095,5 11. Samigaluh Kokap Sumber: Lembar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo Tahun , 2016 c.) Kawasan Peruntukan Pertanian Arahan penetapan kawasan pertanian berdasarkan rencana pola ruang Kabupaten Kulon Progo tahun terdiri dari beberapa macam kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, dan kawasan agropolitan. Penetapan kawasan pertanian tanaman pangan terdiri atas kawasan peruntukan pertanian lahan basah dengan luas kurang lebih hektar meliputi semua kecamatan di Kabupaten Kulon Progo kecuali Kecamatan Kokap serta kawasan peruntukan pertanian lahan kering dengan luas kurang 25

37 lebih hektar tersebar di seluruh kecamatan. Penetapan kawasan peruntukan pertanian holtikultura tersebar di seluruh kecamatan. Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas komoditas kakao, kopi, kelapa, cengkeh, tembakau, nilam, lada, teh, gebang, dan jambu mete. Komoditas kakau diarahkan pada Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Pengasih, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas kopi diarahkan pada Kecamatan Pengasih, Kokap, Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas kelapa diarahkan pada seluruh kecamatan; Komoditas cengkeh diarahkan pada Kecamatan Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas tembakau diarahkan pada Kecamatan Sentolo dan Pengasih; Komoditas nilam diarahkan pada Kecamatan Giimulyo dan Samigaluh; Komoditas lada diarahkan pada Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh; Komoditas teh diarahkan pada Kecamatan Girimulyo dan Kecamatan Samigaluh; Komoditas gebang diarahkan pada Kecamatan Sentolo, Pengasih dan Nanggulan; Komoditas jambu mete diarahkan pada Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Sentolo dan Nanggulan. Penetapan kawasan peruntukan peternakan terdiri atas Peternakan besar dengan komoditas sapi, kuda dan kerbau, Peternakan kecil dengan komoditas kambing, domba, babi dan kelinci, Peternakan unggas dengan komoditas ayam, itik, dan puyuh. Semua jenis peternakan tersebar di seluruh kecamatan. Pengembangan kawasan agropolitan, terdiri atas pengembangan kawasan agropolitan Kalibawang dengan desa pusat pengembangan berada di Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang serta pengembangan kawasan agropolitan Temon dengan desa pusat pengembangan berada di Desa Jangkaran Kecamatan Temon. d.) Kawasan Peruntukan Perikanan Arahan penetapan kawasan perikanan berdasarkan rencana pola ruang Kabupaten Kulon Progo tahun adalah kawasan peruntukan perikanan tangkap, kawasan peruntukan perikanan budidaya, kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Kawasan peruntukan perikanan tangkap berada di wilayah pantai sepanjang 24,9 kilometer sampai 26

38 dengan 4 mil laut ke Samudera Hindia, meliputi Kecamatan Wates, Panjatan dan Galur. Kawasan peruntukan perikanan budidaya meliputi budidaya perikanan darat tersebar di seluruh kecamatan dan budidaya perikanan air payau, meliputi Kecamatan Temon, Wates, dan Galur. Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan meliputi industri pengolahan tepung ikan di Desa Glagah Kecamatan Temon, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pasar induk perikanan di sekitar Kompleks Perdagangan Gawok Kecamatan Wates. Terdapat 4 TPI di kabupaten Kulon Progo, masing-masing TPI tersebut adalah TPI di pelabuhan pendaratan ikan Tanjung Adikarta Desa Karangwuni Kecamatan Wates, TPI Congot di Desa Jangkaran Kecamatan Temon, TPI Bugel di Kecamatan Panjatan dan TPI Trisik di Desa Banaran Kecamatan Galur. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan perikanan di Kabupaten Kulon Progo meliputi Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Adikarta di Desa Karangwuni Kecamatan Wates dan sebagian Desa Glagah Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 83 (delapan puluh tiga) hektar serta PPI Bugel, PPI Sindutan, dan PPI Congot berada di Kecamatan Temon. Kawasan Minapolitan dengan luas kurang lebih (tujuh ribu seratus enam puluh) hektar, meliputi pusat perikanan budidaya dan tangkap di Kecamatan Wates dan pusat perikanan budidaya di Kecamatan Nanggulan. e.) Kawasan Peruntukan Pertambangan Terdapat tiga jenis kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun Ketiga jenis kawasan peruntukan pertambangan tersebut adalah kawasan peruntukan pertambangan mineral, kawasan peruntukan pertambangan batubara, dan kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas bumi. Kawasan peruntukan pertambangan mineral terdiri atas mineral logam serta mineral bukan logam dan batuan. Mineral logam meliputi mineral logam emas, barit, dan galena di Kecamatan Kokap yang berada di Desa Kalirejo, Hargotirto, Hargowilis, Hargorejo dan Hargomulyo, mineral logam mangan yang berada di Desa Kalirejo, Desa Hargowilis, dan Desa Hargorejo Kecamatan Kokap; Desa 27

39 Jatimulyo, Desa Giripurwo, Desa Pendoworejo, dan Desa Purwosari berada di Kecamatan Girimulyo; Desa Karangsari, Desa Sendangsari, Desa Sidomulyo, dan Desa Pengasih berada di Kecamatan Pengasih; Desa Banyuroto dan Desa Donomulyo berada di Kecamatan Nanggulan; Desa Purwoharjo, Desa Sidoharjo, Desa Gerbosari, Desa Pagerharjo, Desa Ngargosari, Desa Pagerharjo, Desa Banjarsari, dan Desa Kebonharjo berada di Kecamatan Samigaluh; dan Desa Banjararum, Desa Banjarasri, dan Desa Banjaroyo berada di Kecamatan Kalibawang serta mineral logam pasir besi yang berada di Desa Jangkaran, Desa Sindutan, Desa Palihan, dan Desa Glagah Kecamatan Temon; Desa Karangwuni Kecamatan Wates; Desa Garongan, Desa Pleret, dan Desa Bugel berada di Kecamatan Panjatan; dan Desa Karangsewu, Desa Banaran, Desa Nomporejo, dan Desa Kranggan berada di Kecamatan Galur. Mineral bukan logam dan batuan terdiri atas pasir kuarsa, phospat, gipsum, kaolin/tanah liat, batu gamping, trass, marmer, batu setengah mulia dan fosil kayu, andesit, bentonit, pasir dan batu, serta tanah urug. Kawasan peruntukan pertambangan batubara meliputi Desa Kembang dan Desa Banyuroto berada di Kecamatan Nanggulan dan Desa Pendoworejo Kecamatan Girimulyo. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas bumi meliputi seluruh kecamatan. f.) Kawasan Peruntukan Industri Arahan penetapan kawasan peruntukan industri dalam Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun terdiri atas industri besar dan industri kecil. Industri besar meliputi Kawasan Industri Sentolo dengan luas kurang lebih (empat ribu tujuh ratus sembilan puluh enam) hektar yang berada di Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Lendah, Kawasan Industri Temon di Kecamatan Temon dengan luas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar, dan Kawasan peruntukan industri berada di Kecamatan Nanggulan. Industri kecil dan mikro tersebar di seluruh kecamatan, meliputi industri pengolahan pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri logam dan jasa, dan industri kerajinan. 28

40 g.) Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasarkan Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun , arahan kawasan peruntukan pariwisata Kabupaten Kulon Progo meliputi kawasan peruntukan pariwisata alam, kawasan peruntukan pariwisata budaya, dan kawasan peruntukan pariwisata buatan. Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi Pantai Glagah berada di Kecamatan Temon, Pantai Trisik berada di Kecamatan Galur, Pantai Congot berada di Kecamatan Temon, Pantai Bugel berada di Kecamatan Panjatan, Puncak Suroloyo berada di Kecamatan Samigaluh, Goa Kiskendo berada di Kecamatan Girimulyo, Gunung Kuncir berada di Kecamatan Samigaluh, Gunung Kelir berada di Kecamatan Girimulyo, Goa Sumitro berada di Kecamatan Girimulyo, Goa Sriti berada di Kecamatan Samigaluh, Goa Lanang Wedok berada di Kecamatan Pengasih, Goa Kebon berada di Kecamatan Panjatan, Gunung Lanang berada di Kecamatan Temon, Goa Banyu Sumurup di Kecamatan Samigaluh, dan Arung Jeram di Sungai Progo. Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi Makam Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Kalibawang, Goa Maria Sendangsono berada di Kecamatan Kalibawang, Monumen Nyi Ageng Serang berada di Kecamatan Wates, Makam Keluarga Pakualaman Girigondo berada di Kecamatan Temon, Petilasan Linggo Manik berada di Kecamatan Samigaluh, Petilasan Ki Jaragil berada di Kecamatan Samigaluh, Makam Pangeran Aris Langu berada di Kecamatan Kalibawang, Makam Kyai Krapyak berada di Kecamatan Kalibawang, Petilasan Demang Abang berada di Kecamatan Kalibawang, dan Makam Kyai Paku Jati berada di Kecamatan Pengasih. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi Waduk Sermo berada di Kecamatan Kokap, Pemandian Clereng berada di Kecamatan Pengasih, Taman Wisata Ancol berada di Kecamatan Kalibawang, Jembatan Bantar berada di Kecamatan Sentolo, Jembatan Duwet berada di Kecamatan Kalibawang, wisata agro meliputi Kecamatan Temon, Galur, Panjatan, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh, wisata desa kerajinan, meliputi Kecamatan Galur, Lendah, Nanggulan, Kalibawang dan Sentolo. 29

41 h.) Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Permukiman dibagi dua yakni Kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan Kawasan peruntukan permukiman perdesaan. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi Perkotaan Temon, Panjatan, Brosot, Lendah, Sentolo, Kokap, Nanggulan, Girimulyo, Kalibawang, Dekso dan Samigaluh. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan meliputi Desa Glagah Kecamatan Temon, Desa Panjatan Kecamatan Panjatan, Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu berada di Kecamatan Galur, Desa Sentolo Kecamatan Sentolo, Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap, Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan, Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo, Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang dan Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh. Pemanfaatan kawasan peruntukan permukiman berada di seluruh kecamatan, terdiri atas pengembangan permukiman swadaya, kawasan permukiman siap bangun, permukiman baru. Pengembangan permukiman khusus, terdiri atas permukiman nelayan berada di Kecamatan Wates, permukiman transmigrasi lokal berada di Kecamatan Panjatan dan Galur. i.) Kawasan Peruntukan Lainnya Arahan penetapan kawasan peruntukan lainnya dalam Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah kawasan peruntukan perdagangan dan jasa serta kawasan pertahanan dan keamanan. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa meliputi Kecamatan Temon, Wates dan Sentolo. Kawasan pertahanan dan keamanan meliputi Satuan Radar Militer berada di Desa Jangkaran Kecamatan Temon, Detasemen 2 Satuan Brigade Mobil Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kecamatan Sentolo, Markas polisi perairan (pos polisi laut) berada di Desa Glagah Kecamatan Temon, Pos TNI Angkatan Laut berada di Desa Karangwuni Kecamatan Wates, Markas Komando Distrik Militer berada di Desa Triharjo Kecamatan Wates, Markas Komando Rayon Militer tersebar di seluruh kecamatan, Markas Kepolisian Resor berada di Desa Kedungsari Kecamatan Pengasih, Markas Kepolisian Sektor tersebar di seluruh kecamatan, dan Lapangan tembak Sentolo berada di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo. 30

42 3.1.2 Usaha Pemanfaatan Lahan Menurut penggunaan lahan utama, lahan terdiri dari non pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan, hutan, dan badan air. Adapun di Kabupaten Kulon Progo penggunaan lahan utama dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tahun 2016 Luas Lahan (Ha) No. Kecamatan Non Lahan Badan Sawah Perkebunan Hutan Pertanian Kering Air Total 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Luas penggunaan lahan utama di Kabupaten Kulon Progo terbesar yaitu untuk non pertanian. Luasan terbesar di Kecamatan Kokap dan luasan terkecil di Kecamatan Nanggulan. Sebaliknya pada penggunaan lahan sawah Kecamatan Kokap memiliki luasan terkecil, sedangkan luasan terbesar di Kecamatan Nanggulan. Selanjutnya pada lahan kering dengan luasan terbesar berasa di Kecamatan Samigaluh, Kalibawang dan Girimulyo. Penggunaan lahan perkebunan terbesar yaitu di Kecamatan Girimulyo yaitu berupa perkebunan teh. Penggunaan lahan hutan ada di semua kecamatan, namun luasan terbesar di Kecamatan Kokap dan Girimulyo. Secara terperinci fungsi dan status hutan di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut ini: 31

43 Tabel 3.4 Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Tahun 2016 No. Fungsi Hutan Luas (Ha) A. Berdasarkan Fungsi Hutan 1. Hutan Produksi 601,5 2. Hutan Lindung 249,40 3. Taman Nasional 0 4. Taman Wisata Alam 0 5. Taman Buru 0 6. Cagar Alam 0 7. Suaka Margasatwa 181,5 8. Taman Hutan Raya 0 B. Berdasarkan Status Hutan 1. Hutan Negara (Kawasan Hutan) 0 2. Hutan Hak/Hutan Rakyat Hutan Kota 9,3 5. Taman Hutan Raya 0 6. Taman Keanekaragaman Hayati 0 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Berdasarkan fungsinya, hutan di Kabupaten Kulon Progo terdiri dari hutan produksi, hutan lindung, dan suaka margasatwa dengan luasan terbesar berupa hutan produksi seluas 601,5 hektar. Hutan berdasarkan statusnya dibagi menjadi dua, yaitu hutan hak/hutan rakyat dan hutan kota. Luas hutan rakyat adalah hektar dan hutan kota seluas 9,3 hektar. Perubahan penggunaan lahan mencerminkan laju pembangunan suatu daerah. Di Kabupaten Kulon Progo, perubahan penggunaan lahan terbesar yaitu lahan pertanian menjadi lahan permukiman. Luas perubahan penggunaan lahan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.5 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Luas (Ha) Jenis Lama Baru Penggunaan (2015) (2016) Sumber Perubahan 1. Pemukiman ,71 2. Industri Perkebunan Pertambangan 139,65 103, Sawah Pertanian Lahan Kering 7. Perikanan 177,94 132,6 Pengembangan bandara internasional Daerah Istimewa Yogyakarta 8. Lainnya 0 0 Sumber : Data dari berbagai sumber, 2016 Keterangan : Luas pertambangan berdasarkan UKL-UPL : nol (0) berarti tidak terdapat data 32

44 Selain permukiman (29,71 hektar), pengembangan bandara juga mempengaruhi adanya perubahan lahan. Pada tabel diatas disebutkan bahwa ada perubahan lahan dari perikanan menjadi bandara kurang lebih 45,34 hektar. Luas lahan perkebunan tidak mengalami perubahan. Lahan sawah dan pertanian lahan kering juga tidak mengalami perubahan secara signifikan. Berdasarkan dokumen UKL-UPL terjadi penurunan luas lahan pertambangan sebesar 36,2295 hektar, hal ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan pertambangan yang tidak mendasarkan pada aspek lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus pada bidang pertambangan. Jenis pemanfaatan lahan di Kabupaten Kulon Progo meliputi empat bidang, yaitu tambang, perkebunan, pertanian, dan pemanfaatan hutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Jenis Pemanfaatan Lahan di No. Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (Ha) Keterangan 1. Tambang 134, Perkebunan Pertanian Pemanfaatan Hutan Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Kegiatan pertambangan dilakukan oleh sembilan perusahaan yang memiliki izin, dengan skala menengah. Luas areal penambangan yaitu 134,1205 hektar. Adapun nama-nama perusahaan yang mengelola hasil tambang sebagai berikut: 33

45 Tabel 3.7 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun 2016 Luas Ijin Luas Produksi Jenis Bahan Nama Usaha No. Areal (Ton/ Galian Perusahaan Penambangan (Ha) Tahun) (Ha) Pertambangan dan pengolahan batu andesit Pertambangan dan pengolahan batu andesit Penambangan sirtu PT. Jago Jaya Cemerlang PT. Bumi Kalimasada Pertambangan PT.Gunung Sejahtera 19 19, ,77 29, ,5 9, Temom 4. Pengolahan/pemu CV. Putra rnian batu andesit Diafan 0,3605 0, Pertambangan PT. Agung Baru dan pengolahan Cemerlang batu andesit Penambangan tanah urug CV. Cahaya Penambangan dan PT. Pasir Alam pengolahan pasir Sejahtera dan batu 4,8 4, Penambangan CV. Bedjoe pasir dan batu Oetomo sungai progo 4,99 4, Penambangan dan CV. Handika pengolahan Karya batuan andesit Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Pertambangan terbesar di Kabupaten Kulon Progo yaitu pertambangan andesit yang dikelola oleh lima perusahaan dengan memproduksi ton pertahun. Kemudian disusul dengan pertambangan pasir dan batu, serta sirtu. Komoditas perkebunan di Kabupaten Kulon Progo meliputi cengkeh, kakao, tebu, kelapa, dan kopi. Pada tahun 2016 produksi masing-masing komoditas adalah kwintal, kwintal, kwintal, kwintal, dan kwintal. Pada sektor pertanian khususnya sub sektor hortikultura komoditas utama yaitu cabe besar, bawang merah, dan melon dengan produksi mencapai kwintal, kwintal, dan kwintal. Pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh masyarakat melalui penanaman berbagai jenis kayu, seperti jati, mahoni, sonokeling, akasia, sengon, dan rimba lain. Produksi kayu secara keseluruhan pada tahun 2016 mencapai m3. Dalam hal ini penebangan kayu masih 34

46 dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah pelestarian dengan memperhatikan perhitungan etat tebang. Produksi kayu yang merupakan tujuan ekonomi dapat dilaksanakan tanpa mengesampingkan tujuan konservasi. Etat tebang diartikan sebagai volume penebangan kayu yang masih diperkenankan untuk pengelolaan hutan secara lestari. Perhitungan etat tebang Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah ,06 m3. Dengan produksi kayu sebesar m3 (dibawah etat tebang), dapat dikatakan bahwa pengelolaan hutan di Kabupaten Kulon Progo dilaksanakan secara lestari Kualitas Lahan Pengukuran kualitas lahan dilakukan di Kecamatan Lendah dengan mengambil 10 titik. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta ada tujuh parameter yang diukur yaitu Berat Isi, Porositas total, Derajat Pelulusan Air, ph, Daya Hantar Listrik (DHL), Redoks, dan jumlah Mikroba. Berdasarkan tujuh parameter tersebut terdapat parameter yang melebihi ambang kualitas tanah yaitu Derajat Pelulusan Air. Derajat Pelulusan Air atau permeabilitas merupakan kemampuan media porus tanah untuk meloloskan zat cair baik secara leteral maupun vertikal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 baku mutu Derajat Pelulusan Air yaitu < 0,7 cm/jam dan > 8,0 cm/jam. Sedangkan pada hasil uji menunjukkan 8 titik dari 10 titik pengujian kualitas lahan memiliki nilai lebih dari baku mutu. Lahan di Kabupaten Kulon Progo memiliki kemampuan tanah yang rendah dalam meloloskan zat cair secara leteral maupun vertikal. Faktor yang mempengaruhi derajat pelulusan air adalah berat isi dan porositas suatu tanah. Tanah dengan nilai berat isi tanah yang tinggi dan tingkat porositas tanah yang rendah derajat pelulusan airnya akan semakin rendah Lahan Kritis Lahan kritis merupakan lahan yang sangat tandus dan gundul dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah, sehingga tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Lahan ini masih dapat dikelola walaupun produktifitasnya rendah. Luas lahan kritis di dalam maupun di luar kawasan hutan di Kabupaten Kulon Progo 35

47 sebesar 4.908,69 hektar. Luas lahan kritis tahun 2016 menurun dibanding tahun 2015 sebesar 5.107,52 hektar. Kecamatan yang memiliki lahan kritis terbesar yaitu Kecamatan Temon sebesar 15 persen, disusul Kecamatan Galur sebesar 14 persen dan Kecamatan Panjatan sebesar 13 persen. Lahan kritis di wilayah Kecamatan Temon, Kecamatan Galur dan Kecamatan Panjatan sebagian besar berlokasi di lahan pantai di mana kekritisan lahannya terutama dilihat dari parameter kondisi tutupan vegetasi yang ada. LAHAN KRITIS Samigaluh 9% Nanggulan 2% Kalibawang 12% Temon 15% Wates 6% Girimulyo 9% Kokap 3% Pengasih 5% Sentolo 9% Lendah 3% Galur 14% Panjatan 13% Gambar 3.4 Persentase Luas Lahan Kritis di dalam dan Luar Kawasan Hutan Per Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Lahan kritis terjadi karena beberapa faktor. Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis antara lain: 1. Kekeringan, 2. Genangan air yang terus menerus seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa menyebabkan tanahnya bersifat asam, 3. Erosi tanah atau longsor, 4. Pengelolaan tanah yang tidak memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan, 5. Masuknya material yang bertahan lama ke lahan pertanian karena tidak dapat diuraikan oleh bakteri, seperti plastic, 6. Pencemaran zat pencemar, seperti pestisida dan limbah pabrik. 36

48 Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah berupaya dalam pengelolaan lahan kritis yang ditandai dengan menurunnya luas lahan kritis. Upaya tersebut adalah melalui kegiatan penanaman (vegetatif) dan pembuatan bangunan sipil teknis untuk konservasi lahan dan air. Namun demikian upaya-upaya konservasi dan rehabilitasi lahan perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Jika lahan kritis tetap dibiarkan atau tidak ada perlakuan perbaikan maka akan mengancam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Rehabilitasi hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem kehidupan tetap terjaga. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan Reboisasi, Penghijauan, Pemeliharaan Pengayaan Tanaman atau Penerapan Teknik Konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis. Kegiatan penghijauan yang telah dilakukan oleh Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.8 Realisasi Kegiatan Penghijauan di Penghijauan Realisasi Reboisasi Realisasi Luas Jumlah Luas No. Kecamatan Target Target Jumlah Realisasi Pohon Realisasi (Ha) (Ha) Pohon (Ha) (batang) (Ha) (Batang) 1. Wates 0,96 0, Panjatan 1,11 1, Galur 3,14 3, Sentolo 2,21 2, Pengasih 22,54 22, Kokap 60,95 60, Nanggulan 0,05 0, Girimulyo 48,26 48, Samigaluh 25,41 25, Kalibawang 26,78 26, Total 191,41 191, Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Pada tahun 2016 dilakukan penghijauan dengan menanam pohon yang berlokasi di sepuluh kecamatan. Beberapa manfaat kegiatan penghijauan di daerah dataran tinggi antara lain memulihkan produktivitas tanah pada lahan kritis, memperluas lahan serapan air hujan, dan meminimalisir terjadinya longsor. 37

49 Gambar 3.5 Penanaman Bibit Pohon di Sekitar Waduk Sermo oleh Instansi, Masyarakat, dan TNI AD 3.2 Kualitas Air Kualitas air menjadi bagian bagian yang penting dalam isu pengembangan sumberdaya air. Kualitas air mencakup keadaan fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Chay Asdak, 2014:497). Wilayah Kabupaten Kulon Progo menjadi bagian dari beberapa wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS yang melewati wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah DAS Bogowonto, DAS Serang dan DAS Progo. DAS Progo merupakan DAS yang paling luas, yaitu meliputi ,774 hektar atau 53,16 persen dari luas Kabupaten Kulon Progo yang sekaligus mengindikasikan sebagai DAS yang paling banyak mensuplai air, baik itu ke dalam bentuk air permukaan maupun air tanah. Luas DAS Serang lebih kecil, namun tetap saja kontribusinya terhadap sumber air di wilayah Kabupaten Kulon Progo sangat penting, karena luasannya mencakup ,86 hektar atau 41,20 persen dari total luas Kabupaten Kulon Progo. DAS Bogowonto hanya mencakup 3.310,878 hektar atau 5,65 persen saja, selain itu keluaran dari air yang masuk ke DAS Bogowonto ini berada diluar wilayah Kabupaten Kulon Progo Kualitas Air Sungai Kabupaten Kulon Progo memiliki 19 sungai yang mengalir di wilayah perkotaan dan perdesaan. Sumber utama air irigasi persawahan masyarakat di Kabupaten Kulon Progo adalah Sungai Progo dan Sungai Serang. Sungai terpanjang yaitu Sungai Progo dengan panjang 56,70 km. Pemanfaatan lain dari 38

50 Sungai Progo yaitu aktivitas penambangan pasir. Sungai Serang juga merupakan sungai besar yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Sebagai salah satu upaya pengendalian pencemaran air sungai, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo melakukan pemantauan kualitas air sungai terutama Sungai Serang, karena sungai tersebut melintas di wilayah perkotaan Wates dan rawan terkena pencemaran lingkungan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Serang yang berada di Kabupaten Kulon Progo mulai dari hulu sampai hilirnya dan memiliki panjang sungai utama 23,16 km. Pola Alirannya bersifat dendritik. Ketinggian tempat di DAS Serang bervariasi dengan rentang antara 0 m 811 m dpal. Kerapatan aliran di DAS Serang sebesar 0,002, hal ini menunjukkan bahwa DAS Serang rawan terhadap penggenangan. Pengukuran kualitas air Sungai Serang pada tahun 2016 dilakukan tiga kali pemantauan yaitu pada bulan Juli, September dan Oktober. Adapun titik sungai ada dilima titik yaitu lokasi 1 Sungai Serang (Pekik Jamal Bojong IX Panjatan), lokasi 2 Sungai Serang (Jembatan Durungan Wates), lokasi 3 Sungai Serang (Pendem Sidomulyo Pengasih), lokasi 4 Sungai Serang (Kamal Karangsari Pengasih),lokasi 5 Sungai Serang (Kedung Galih Pengasih). Pengukuran kualitas air sungai didasarkan pada Peraturan Gubernur DIY No 20 Tau Mutu Air di Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 3.6 Pengambilan Sampel di Aliran Sungai Serang 39

51 Parameter Fisika Pada parameter fisika, salah satu unsur yang diukur yaitu suhu air sungai. Suhu air dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah melampaui ambang batas (terlalu hangat atau terlalu dingin) bagi kehidupan flora dan fauna akuatis tersebut (Chay Asdak, 2014:507). Pada bulan Juli 2016 suhu berkisar 25,1 o C sampai 26 o C. Pada bulan September suhu udara meningkat antara 28,2 o C sampai 28,6 o C, sedangkan pada bulan Oktober 2016 suhu semakin meningkat antara 28 o C sampai 29,7 o C. suhu air tersebut dianggap masih dalam ambang batas normal atau sesuai dengan baku mutu yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur DIY Parameter Kimia Parameter kimia meliputi ph, Oksigen terlarut (DO), BOD, COD, NO2, NO3, Amoniak, Sulfat, Klorin bebas, Fenol, Deterjen, dan Sianida. 1. ph (Derajat Keasaman) ph air dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air. Pada pemantauan terlihat bahwa pada semua titik dan periode menunjukkan ph air sungai sesuai dengan baku mutu. Pada bulan Juli ph air mencapai 8, sedangkan pada bulan September dan Oktober ph air semakin netral yaitu 7. Hal ini disebabkan perbedaan curah hujan. Pada musim kemarau atau bulan Juli ph air semakin tinggi dengan debit air yang lebih kecil, sedangkan pada musim hujan (September, Oktober) ph air kearah netral. 2. TDS (Total Dissolve Solid) TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik zat organik maupun nonorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. Pemantauan kualitas air sungai menunjukkan bahwa nilai TDS sesuai dengan baku mutu atau masih tergolong normal yaitu dengan nilai TDS tertinggi 303 mg/l pada bulan Juli dan nilai terendah sebesar 134 mg/l pada bulan Oktober. Tinggi rendahnya nilai TDS masih dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan. 3. TSS (Total Suspended Solid) TSS (Total Suspended Solid) yaitu zat padat tersuspensi dimana sampel disaring dengan kertas filter, filter yang mengandung zat tersuspensi dikeringkan pada suhu 105 o C selama 2 jam. Material tersuspensi mempunyai efek yang kurang 40

52 baik terhadap kualitas badan air karena dapat menyebabkan menurunnya kejernihan dan dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk melihat dan menangkap makanan serta menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air. Nilai TSS pada bulan Juli dan September tergolong normal atau sesuai dengan baku mutu, namun pada bulan Oktober pada titik 1 dan 2 memiliki TSS yang tinggi atau melebihi baku mutu yaitu sebesar 91 mg/l. Artinya kekeruhan air sangat tinggi, sehingga sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam air. 4. BOD (Biochemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand) yaitu angka indeks oksigen yang diperlukan oleh bahan pencemar yang dapat terurai di dalam suatu sistem perairan selama berlangsungnya proses dekomposisi aerobik atau dengan kata lain BOD dapat diartikan sebagai angka indeks untuk tolok ukur kekuatan (tingkat) pencemar dari limbah yang berada dalam suatu sistem perairan (Chay Asdak, 2014:502). Pada hasil uji menunjukkan nilai BOD kualitas air sungai Serang sesuai dengan baku mutu tau tergolong baik yaitu kurang dari 3 mg/l. 5. COD (Chemical Oxygen Demand) COD (Chemical Oxygen Demand) dimanfaatkan untuk menentukan status muatan oksigen di dalam air. Pada pengamatan tiga periode menunjukkan bahwa nilai COD diatas nilai baku mutu yaitu diatas 25 mg/l. Nilai COD tertinggi pada bulan September sebesar 86,94 mg/l, artinya kandungan oksigen dalam air sangat kecil. 6. Nitrit dan Nitrat Nitrat (NO3) merupakan bentuk nitrogen yang berperan sebagai nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen mudah larut dalam air dan memiliki sifat lebih stabil. Pada dasarnya, nitrat merupakan sumber utama nitrogen dalam perairan. Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) yang terbentuk dalam anaerob. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Pada hasil uji didapatkan kandungan Nitrat pada semua periode sesuai dengan baku mutu yaitu dibawah 10 mg/l. Nilai Nitrit pada periode Juli sesuai dengan baku mutu atau dibawah 0,06 mg/l. Pada periode September nilai nitrit 41

53 pada tiga lokasi diatas baku mutu dengan nilai tertinggi 1,704 mg/l. Pada periode Oktober nilai nitrit pada semua lokasi pengambilan sampel diatas baku mutu dengan nilai terbesar 0,283 mg/l. Artinya pada bulan September dan bulan Oktober mengalami kenaikan pencemaran limbah. 7. Klorin Bebas Berdasarkan hasil uji, unsur klorin bebas pada air sungai masih tergolong aman, karena masih dibawah baku mutu. Artinya kandungan klorin bebas masih dalam batas normal. 8. Fenol Sama halnya dengan klorin bebas, kandungan fenol pada semua periode masih tergolong aman atau masih dibawah baku mutu. 9. Detergen Detergen merupakan salah satu limbah domestik terbesar. Pada hasil uji bulan Juli kandungan detergen pada air sungai masih dibawah baku mutu. Namun pada hasil uji bulan September dan Oktober kandungan detergen diatas baku mutu air. 10. Sianida Kandungan sianida pada hasil uji bulan Juli, September dan Oktober masih tergolong aman atau masih dibawah baku mutu air yaitu dibawah 0,02 mg/l. 11. H2S Kandungan H2S pada hasil uji semua periode menunjukkan diatas baku mutu air yaitu diatas 0,002 mg/l Parameter Biologi Parameter biologi meliputi Bakteri Koli Tinja (Fecal Coli) dan Total Coli. Kandungan Fecal Coli pada semua periode memiliki nilai diatas baku mutu yaitu diatas 1000 ml. Kandungan Total Coli pada pengambilan sampel bulan Juli dan Oktober menunjukkan lebih tinggi dari baku mutu, sedangkan pada bulan September menunjukkan kandungan total coli di bawah baku mutu. Secara garis besar dapat disimpulkan kualitas air Sungai Serang di Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan kualitas. Penyebab terbesarnya adanya pencemaran limbah baik limbah industri maupun limbah domestik. Hal ini 42

54 ditunjukkan oleh hasil uji dari beberapa parameter yang memiliki nilai diatas baku mutu air sungai Kualitas Air Tanah Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut air tanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di bumi ini lebih dari 97 persen terdiri atas air tanah. Oleh karena itu, peranan air tanah untuk kehidupan manusia sangatlah penting (Chay Asdak, 2014:244). Permasalahan air tanah dibagi menjadi permasalahan kualitas dan kuantitas atau pasokan air tanah. Permasalahan pencemaran air tanah pertama dirasakan dari sumur-sumur penduduk, khususnya yang tinggal dekat dengan kawasan industri atau dekat dengan limbah industri. Permasalahan kuantitas air tanah sering terjadi pada musim kemarau, baik daerah karst maupun daerah pesisir. Pada pengamatan kualitas air tanah dilakukan pengambilan sampel pada 25 titik. Pada pengukuran kualitas air tanah yang tidak memenuhi baku mutu yaitu timbal, mangan, seng, fluorida, nitrit, fecal coliform, dan total coliform. Pengukuran parameter didasarkan pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Unsur timbal dalam air tanah dianggap aman jika kadarnya masih dibawah baku mutu. Sebaliknya jika kandungan timbal diatas baku mutu maka dianggap berbahaya, khususnya bagi tubuh manusia. Sumber pencemaran timbal sangat beragam, seperti kaca, keramik, baterai, plastik, bahkan pipa air minum. Berdasarkan hasil pengambilan sampel, 53 persen mengandung timbal diatas baku mutu, sedangkan 47 persen dibawah baku mutu. Timbal 53% 47% Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu Gambar 3.7 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Timbal Tahun

55 Persentase sampel pada hasil uji parameter timbal menunjukkan kandungan timbal yang tidak sesuai dengan baku mutu sebesar 53 persen. Adapun lokasi pengambilan sampel berada pada sentra tahu, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan industri Sungchang. Hal ini menunjukkan bahwa sumur penduduk yang dekat dengan industri dan tempat pembuangan sampah akhir berpotensi besar tercemar oleh timbal. Mangan dapat ditemukan secara alami dalam air tanah dan air permukaan. Pada umumnya mangan terbentuk bersamaan dengan zat besi. Namun aktivitas manusia juga menjadi penyebab kontaminasi mangan di suatu daerah. Konsentrasi mangan yang tinggi dapat mengubah warna air menjadi hitam. Konsentrasi mangan yang tinggi tentu berbahaya bagi kesehatan penduduk yang tendampak. Berikut disajikan persentase sampel pada hasil uji parameter mangan: Mangan 7% Sesuai Baku Mutu 93% Tidak Sesuai Baku Mutu Gambar 3.8 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Mangan Tahun 2016 Gambar diatas menunjukkan bahwa 93 persen sampel mengandung mangan yang tidak sesuai dengan baku mutu. Hanya 7 persen yang sesuai dengan baku mutu. Angka tersebut tentu menjadi perhatian khusus, karena 93 persen sampel mengandung mangan yang tidak sesuai dengan baku mutu yang akan memberikan efek terhadap kesehatan penduduk yang mengkonsumsi air sumur tersebut. Seng (Zn) dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk proses metabolisme. Kebutuhan seng sangat bervariasi, namun kecukupan seng yang dianjurkan adalah 15 mg/hari. Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kandungan seng dalam sumber air minum tidak lebih dari 0,05 mg/l. 44

56 Seng 7% Sesuai Baku Mutu 93% Tidak Sesuai Baku Mutu Gambar 3.9 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Seng Tahun 2016 Gambar di atas menunjukkan bahwa 7 persen sumur mengandung seng di atas baku mutu, sedangkan 93 persen masih sesuai dengan baku mutu. Fluorida adalah salah satu mineral yang dapat mencegah kerusakan gigi, namun efek negatif kelebihan fluorida jika kandungan fluorida tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh akan merusak organ tubuh manusia. Fluorida 28% 72% Sesuai Baku Mutu Tidak sesuai Baku Mutu Gambar 3.10 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fluorida Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji sampel dihasilkan 28 persen mengandung fluorida yang idak sesuai dengan baku mutu, sedangkan 72 persen masih sesuai dengan baku mutu. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah. Selain itu nitrit juga dapat bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen. 45

57 Nitrit 16% Sesuai Baku Mutu 84% Tidak Sesuai Baku Mutu Gambar 3.11 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Nitrit Tahun 2016 Hasil uji sampel menunjukkan 16 persen mengandung nitrit yang tidak sesuai dengan baku mutu, sedangkan sampel yang sesuai dengan baku mutu sebesar 84 persen. Hal ini menunjukkan 84 persen pada uji sampel masih tergolong baik. Fecal coliform umumnya digunakan sebagai indikator untuk pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga (Chay Asdak, 2014:506). Contoh dari fecal coliform yaitu kotoran manusia dan hewan. Berdasarkan hasil uji 52 persen mengandung fecal coliform melebihi baku mutu. Fecal Coliform 52% 48% Sesuai Baku Mutu Tidak sesuai Baku Mutu Gambar 3.12 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Fecal Coliform Tahun 2016 Total coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman tidaknya air dikonsumsi. Hasil uji sampel menunjukkan 56 persen terkandung total coliform yang tidak sesuai dengan baku mutu. 46

58 Total Coliform 56% 44% Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu Gambar 3.13 Persentase Sampel Pada Hasil Uji Parameter Total Coliform Tahun Kualitas Air Laut Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Kulon Progo adalah hektar (158,72 km 2 ) dan mempunyai panjang pantai/pesisir yang membujur dari barat (muara Sungai Bogowonto) ke timur (muara Sungai Progo) sekitar 24,9 km dan lebar sekitar 1,5 km dibatasi Jalan Daendels. Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten Kulon Progo telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak udang, pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata alam. Seperti halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di Kulon Progo terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan pariwisata menyebabkan pencemaran dari sampah, juga kerusakan ekosistem akibat penambangan dan pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak menggunakan pupuk dan pestisida serta pengambilan air tanah berlebihan juga menyebabkan degradasi lingkungan pesisir. Pengukuran kualitas air laut dilakukan di tiga pantai yaitu Pantai Glagah, Pantai Trisik, dan Pantai Congot. Untuk Pantai Glagah dilakukan dua kali pengambilan sampel, sehingga ada empat titik pengambilan sampel. Pengukuran kualitas air laut menggunakan tiga parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi. Namun demikian pada pengukuran kualitas air laut tahun 2016 hanya menggunakan dua parameter yaitu parameter fisika dan kimia. Parameter fisika 47

59 meliputi warna, bau, kekeruhan, TSS, dan temperatur. Parameter kimia meliputi ph, salinitas, DO, BOD, amonia, nitrat, fosfat, sulfida, dan fenol. 1. Warna Kekeruhan air laut menyebabkan penetrasi sinar matahari lemah dan tidak bisa mencapai kedalaman, hanya mencapai meter saja. Sedangkan pada air yang jernih, sinar matahari dapat menembus hingga kedalaman 200 meter. Warna air laut yang jernih ini merupakan lingkungan yang baik bagi terumbu karang dan coral untuk berkembangbiak. Warna dinyatakan dalam Pt-Co dengan nilai ambang batas sebesar 30 Pt-Co. Tabel 3.9 Hasil Uji Parameter Warna Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Warna (Mt) Baku Mutu (Pt-Co) 1. Pantai Trisik , Pantai Glagah , Pantai Glagah , Pantai Congot , Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Tabel 3.9 menunjukkan parameter warna dibawah baku mutu, artinya air dalam keadaan jernih sehingga sinar matahari dapat menembus air dan makhluk hidup dapat berkembangbiak dengan baik. 2. Bau Bau merupakan salah satu parameter fisik kualitas air laut. Adanya pencemaran pada air laut akan menimbulkan bau yang menyengat. Artinya air tersebut tidak baik untuk perkembangbiakan ikan maupun makluk hidup lain. Hasil uji menunjukkan air laut tidak berbau artinya air laut dalam keadaan baik dan cocok untuk perkembangbiakan ikan. 3. Kekeruhan Kekeruhan atau turbiditas merupakan kandungan bahan organik maupun anorganik yang terdapat di perairan dan berpengaruh terhadap proses kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan turunnya kandungan oksigen. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam perairan menjadi terbatas karena kekeruhan yang tinggi, sehingga 48

60 tumbuhan/phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk dapat menghasilkan oksigen. Tabel 3.10 Hasil Uji Parameter Kekeruhan Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Baku Mutu No. Nama Lokasi (NTU) Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Kekeruhan (NTU) 1. Pantai Trisik , Pantai Glagah , Pantai Glagah , Pantai Congot ,07 5 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Kekeruhan air laut di Pantai Glagah dan Pantai Congot melebihi baku mutu. Keruhnya air laut pada pantai menunjukkan bahwa kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) di daerah hulu kurang baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya erosi yang kemungkinan disebabkan tutupan pohon yang kurang memadai, pengambilan pasir yang intensif atau adanya sampah di aliran sungai. Sebaliknya untuk Pantai Trisik dan Pantai Glagah pada pengamatan pertama kekeruhan dibawah baku mutu. Hal tersebut dikarenakan pengamatan dilakukan pada musim kemarau dan kondisi DAS dalam keadaan baik. 4. TSS TSS atau Total Suspended Solid air laut adalah kandungan zat padat yang tersuspensi dalam air laut, dapat berupa pasir, lumpur, tanah maupun logam berat atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi ataupu komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel anorganik. Hasil uji TSS pada kualitas air laut di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.11 Hasil Uji Parameter TSS Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) TSS (mg/l) Baku Mutu (mg/l) 1. Pantai Trisik , Pantai Glagah , Pantai Glagah , Pantai Congot ,3 20 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY,

61 Berdasarkan data dalam tabel di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS air laut di Pantai Glagah dan Pantai Congot Kulon Progo telah melebihi baku mutu. Tingginya nilai TSS pada Pantai Glagah dan Pantai Congot dimungkinkan karena aktivitas wisata pada kedua pantai tersebut. Selain itu kadungan TSS tinggi kemungkinan berasal dari muara sungai Serang yang banyak membawa material terlarut dari daerah hulu. 5. Temperatur Berikut hasil uji temperatur pada kualitas air laut di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016: Tabel 3.12 Hasil Uji Parameter Temperatur Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Temperatur(ºC) 1. Pantai Trisik ,7 2. Pantai Glagah ,4 3. Pantai Glagah ,1 4. Pantai Congot ,2 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Temperatur air laut terpantau pada dua periode yang menunjukkan hasil sekitar 26 C. Pada pengamatan empat lokasi menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan pengamatan dengan rentang waktu yang tidak terlalu jauh. Temperatur terendah di Pantai Glagah yaitu 26,1 C, sedangkan temperatur tertinggi di Pantai Trisik yaitu 26,7 C. Tingginya temperatur air laut sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari temperatur relatif masih rendah antara C, sedangkan pada siang hari temperatur mengalami kenaikan menjadi C. Selain intensitas matahari, besarnya temperatur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, biasanya bila terjadi hujan maka temperatur air laut akan turun. Hasil pengukuran temperatur tersebut masih berada dalam batas normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan temperatur yang signifikan. Pengaruh temperatur air laut terhadap lingkungan laut antara lain jumlah oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan binatang laut. Pada temperatur normal maka kehidupan dan proses-proses kimia juga akan berlangsung 50

62 normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan temperatur sebesar 10 C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat. 6. Derajat Keasaman (ph) Nilai ph menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air dianggap asam jika nilai ph kurang dari 7 dan dianggap basa jika lebih dari 7. Baku Mutu ph untuk laut bahari berkisar antara 7 8,5, di luar nilai itu berarti air laut mengalami pencemaran. Berikut hasil uji ph kualitas air laut di Kabupaten Kulon Progo: Tabel 3.13 Hasil Uji Parameter ph Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) ph Baku Mutu 1. Pantai Trisik ,99 7 8,5 2. Pantai Glagah ,05 7 8,5 3. Pantai Glagah ,01 7 8,5 4. Pantai Congot ,95 7 8,5 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Berdasarkan hasil uji Kadar ph, air laut di Pantai Trisik, Plantai Glagah, dan Pantai Congot masih sesuai dengan baku mutu. Artinya kondisi air laut baik untuk kehidupan makhluk hidup. 7. Salinitas Salinitas merupakan kadar garam yang terkandung dalam air laut. Berikut hasil uji salinitas air laut yang ada di Kabupaten Kulon Progo: Tabel 3.14 Hasil Uji Parameter Salinitas Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Salinitas ( ) Baku Mutu 1. Pantai Trisik ,5 Alami 2. Pantai Glagah ,8 Alami 3. Pantai Glagah Alami 4. Pantai Congot Alami Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Hasil pengukuran salinitas air laut di Kulon Progo tahun 2015 adalah 44, sedangkan pada tahun 2016 salinitas tertinggi 37. Tidak ada batas maksimal salinitas yang ditentukan, sehingga semua masih dalam batas alami perairan. 51

63 Keberadaan garam-garaman di laut mempengaruhi sifat fisik air laut, seperti densitas, titik beku, temperatur, daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.semakin tinggi salinitas maka daya hantar listrik semakin tinggi demikian juga tekanan osmosisnya. Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh tiga faktor, yaitu penguapan, curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara. Semakin besar tingkat penguapan air laut, maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Di daerah tropis seperti Indonesia, salinitas air di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibat tingginya curah hujan. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka salinitas semakin rendah, demikian pula sebaliknya, karena sungai membawa air tawar yang bersifat mengencerkan salinitas air laut. 8. DO (Dissolved Oxygen) DO (dissolved oxygen) atau Oksigen terlarut disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Tabel 3.15 Hasil Uji Parameter DO Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) DO (mg/l) Baku Mutu 1. Pantai Trisik ,07 >5 2. Pantai Glagah ,97 >5 3. Pantai Glagah ,25 >5 4. Pantai Congot ,15 >5 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Kadar DO tahun 2015 di Pantai Glagah adalah 9,76 mg/l, sedangkan pada tahun 2016 di Pantai Glagah kadar DO tertinggi 6,25 mg/l dengan baku mutu minimal 5 mg/l (melebihi baku mutu). Hal ini menandakan bahwa kandungan oksigen pada air laut di Pantai Glagah cenderung menurun, salah satu faktor penyebabnya adalah adanya pencemaran air laut. Kandungan DO tertinggi ada di Pantai Congot sebesar 7,15 mg/l, namun angka tersebut masih jauh dibandingkan kandungan DO pada tahun Tingginya kadar DO dipengaruhi oleh beberapa 52

64 faktor, antara lain pergerakan air di permukaan air, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan atmosfer dan presentase oksigen di sekelilingnya. 9. BOD (Biochemical Oxygen Demand) BOD atau Biochemical Oxygen Demand merupakan suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. BOD dapat diartikan sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Tabel 3.16 Hasil Uji Parameter BOD Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) BOD5 (mg/l) Baku Mutu 1. Pantai Trisik , Pantai Glagah , Pantai Glagah , Pantai Congot ,58 10 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Konsentrasi BOD air laut di Pantai Glagah Kulon Progo tahun 2015 adalah 2,04 mg/l, berbeda dengan tahun 2016 konsentrasi BOD hanya 0,43 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa BOD air laut masih berada di bawah ambang batas (10 mg/l). Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran di perairan. Konsentrasi BOD air laut di Pantai Glagah Kulon Progo tahun 2015 adalah 2,04 mg/l, berbeda dengan tahun 2016 konsentrasi BOD hanya 0,43 mg/l yang menunjukkan bahwa BOD air laut masih berada di bawah ambang batas (10 mg/l). Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran di perairan. 53

65 10. Amoniak Kulon Progo: Berikut hasil uji kandungan amoniak pada kualitas air laut di Kabupaten Tabel 3.17 Hasil Uji Parameter Amoniak Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Amoniak Total (mg/l) Baku Mutu 1. Pantai Trisik , Pantai Glagah , Pantai Glagah , Pantai Congot , Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Hasil pengukuran kadar amoniak air laut adalah 0,0094 mg/l. Untuk laut wisata bahari tidak diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak berasal limbah domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandi/wc atau kegiatan pertanian di daerah pesisir. Saat ini lahan pantai banyak yang digunakan untuk pertanian lahan pantai yang membutuhkan banyak pupuk karena unsur hara di daerah pasir pantai sangat minim. Akibat pemupukan yang intensif dan cukup banyak tersebut menyebabkan tingginya amoniak yang meresap ke dalam tanah. 11. Nitrat Progo: Berikut kandungan nitrat yang ada pada air laut di Kabupaten Kulon Tabel 3.18 Hasil Uji Parameter Nitrat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) NO3N (mg/l) Baku Mutu 1. Pantai Trisik ,066 0, Pantai Glagah ,066 0, Pantai Glagah ,066 0, Pantai Congot ,066 0,008 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Berdasarkan data pengukuran kadar Nitrat air laut menunjukkan bahwa kadar Nitrat telah melampaui baku mutu yang diperkenankan (0,008 mg/l), yaitu 0,066 mg/l. Tingginya kadar nitrat kemungkinan berasal dari kegiatan restoran yang banyak terdapat di tepian pantai yang mengalirkan limbahnya ke laut atau 54

66 berasal dari kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida, dari limbah yang dibawa oleh air sungai. Nitrat dalam keadaan anaerob akan membentuk Ammonia yang kemudian bereaksi dengan air membentuk ammonium yang bersifat racun terhadap ikan. Reaksi dalam pembentukan ammonium akan bertambah intensitasnya pada ph tinggi. 12. Fosfat Adanya fosfat di perairan laut wilayah pesisir sebagian besar berasal dari sungai. Sungai membawa sampah yang terhanyut maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga sumber fosfat di muara sungai lebih besar dari sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa terionisasi, antara lain dalam bentuk ion H2PO4 -, HPO4 2-, dan PO4 3-. Fosfat diabsorbsi oleh fitoplankton dan selanjutnya masuk dalam rantai makanan. Tabel 3.19 Hasil Uji Parameter Fosfat Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) PO4-P (mg/l) Baku Mutu 1. Pantai Trisik ,02 0, Pantai Glagah ,02 0, Pantai Glagah ,02 0, Pantai Congot ,327 0,015 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kadar fosfat air laut adalah 0,02 mg/l, sedangkan tahun 2015 sebesar 0,03 mg/l. Kadar tersebut telah melampaui baku mutu (0,015 mg/l) yang diperkenankan. Kadar fosfat air laut yang tinggi akan menyebabkan ledakan fitoplankton dan berkurangnya oksigen, yang akhirnya menyebabkan kematian ikan secara massal. Kondisi optimum untuk pertumbuhan plankton adalah pada kadar fosfat antara 0,27 5,51 mg/l, sehingga air laut di Kulon Progo sangat kondusif untuk pertumbuhan fitoplankton. Kadar fosfat akan semakin tinggi pada perairan yang lebih dalam dan sifatnya relatif konstan, kemudian akan mengendap di dasar laut. 13. Sulfida Sifat senyawa sulfida sangat berbahaya karena akan menyebabkan kematian ikan pada konsentrasi 0,4 mg/l terhadap ikan salmon, dan 4 mg/l terhadap jenis ikan lainnya. Toksisitas sulfida dapat mengalami penurunan jika ph 55

67 air laut meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya, jika ph turun dan suhu meningkat maka toksisitas sulfida akan bertambah. Tabel 3.20 Hasil Uji Parameter Sulfida Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Sulfida (H2s) (mg/l) Baku Mutu 1. Pantai Trisik , Pantai Glagah , Pantai Glagah , Pantai Congot ,017 0 Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Konsentrasi sulfida air laut di Pantai Glagah Kulon Progo tahun 2015 yang dipantau adalah 0,016 mg/l sedangkan tahun 2016 yaitu 0,11 mg/l dan 0,027 mg/l dimana ambang batas yang diperkenankan di dalam air laut ini adalah 0 mg/l. Sedangkan pada Pantai Trisik dan Pantai Congot yaitu 0,007 mg/l dan 0,017 mg/l. Banyaknya kandungan sulfida tersebut masih dianggap normal karena belum mencapai 0,4 mg/l yang mengakibatkan kematian ikan. Namun demikian kenaikan kandungan sulfida pada tahun 2016 perlu diwaspadai karena kenaikan kandungan sulfida dapat mengancam kehidupan ikan laut. 14. Fenol Senyawa Fenol tidak diperbolehkan dalam perairan wisata laut bahari atau ambang batas 0 mg/l. Kadar fenol air laut Pantai Glagah tahun 2015 sebesar 0,0316 mg/l, artinya melebihi baku mutu. Sedangkan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: 56

68 Tabel 3.21 Hasil Uji Parameter Fenol Pada Kualitas Air Laut di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Fenol (mg/l) Baku Mutu 1. Pantai Trisik <0, Pantai Glagah <0, Pantai Glagah <0, Pantai Congot <0, Sumber: Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan fenol sebesar <0,0001 mg/l artinya masih diatas baku mutu. Namun demikian ada penurunan kandungan fenol dari tahun 2015 ke tahun Di lautan senyawa fenol dalam kadar rendah dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak bersifat toksik. Kehidupan bakteri biodegradasi ini tergantung pada kualitas lingkungan yang baik, maka faktor-faktor fisik dan kimia perairan turut menentukan dapat tidaknya terjadi proses biodegradasi. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan bakteri pendegradasi fenol adalah konsentrasi BOD, COD, DO, Salinitas, suhu dan ph air laut Kualitas Air Waduk, Situ, dan Embung Kabupaten Kulon Progo memiliki satu waduk dan beberapa embung yang difungsikan sebagai penampung air guna memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar. Berikut beberapa daftar rincian waduk dan embung yang ada di Kabupaten Kulon Progo: 57

69 Tabel 3.22 Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Volume No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) (m3) Danau 1. Tidak Ada 0 0 Waduk 1. Waduk Sermo Situ 1. Tidak Ada 0 0 Embung 1. Embung Tangkisan I Embung Tangkisan II Embung Ngroto 0, Embung Kayangan 0, Embung Dawetan 0, Embung Penggung 1, Embung Blubuk 0, Embung Bogor Embung Batur Embung Kalibuko I dan Plampang Embung Kedungromo Embung Weden Embung Cikli Embung Sambeng Embung Bibis Embung Jurug Embung Samigaluh Embung Kleco Embung Tonogoro Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Keterangan : Tidak ada Danau dan Situ di Kabupaten Kulon Progo Waduk terbesar di Kabupaten Kulon Progo adalah Waduk Sermo dengan luas 157 hektar dan berkapasitas sebesar 25 juta m 3. Untuk melindungi fungsi dari Waduk Sermo, maka ditetapkan Kawasan Perlindungan Waduk yang berada di sebagian Kecamatan Kokap, meliputi daratan sepanjang tepian Waduk Sermo yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk antara m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. 58

70 Gambar 3.14 Waduk Sermo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Kebijakan pemanfaatan Kawasan Perlindungan Waduk diarahkan pada: 1. Pengembangan usaha konservasi di sekitar waduk dan DAS dari sungai-sungai yang mengalir ke waduk untuk mendukung kelestarian fungsi waduk dan kondisi fisik sekitamya; 2. Pengendalian pemanfaatan waduk agar kualitas dan kuantitas air tidak menurun; dan 3. Pengamanan daerah hulu sungai. Keberadaan Waduk Sermo memberikan banyak manfaat khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah sekitar waduk seperti pemanfaatan saluran irigasi untuk mengairi lahan pertanian yang ada di sekitarnya. Pengembangan budidaya buah-buahan lokal seperti durian dan budidaya ikan air tawar oleh masyarakat sekitar dengan sistem keramba, sehingga menjadi mata pencaharian baru untuk warga yang menjadi nilai ekonomis. Pemanfaatan lain dari Waduk Sermo yaitu sebagai objek wisata dengan memanfaatkan panorama sekitar waduk. Untuk mendukung hal tersebut telah dibangun fasilitas-fasilitas untuk mendukung kegiatan wisata. Adanya pemanfatan-pemanfaatan tersebut, maka diperlukan adanya upaya pengendalian kualitas air waduk dengan cara mengawasi usaha dan kegiatan yang kemungkinan membuang air limbahnya ke waduk maupun ke sungai yang mengalir 59

71 ke waduk. Karena waduk sermo juga diperuntukkan untuk air baku air minum PDAM Kulon Progo, maka salah satu upaya untuk mengetahui kualitas air waduk, adalah melalui pengukuran kualitas air waduk. Pengukuran kualitas air waduk di Waduk Sermo dilakukan sebanyak lima kali pengambilan sampel dengan parameter temperatur, ph, TDS, NO2, NO3, detergen, dan total coliform. Temperatur air waduk berdasarkan hasil uji berkisar 26,1 29,8 0 C, yang mana terperatur tersebut masih tergolong normal. ph air waduk berkisar 7,3 sampai 7,9, hasil tersebut menunjukkan ph air waduk masih dibawah baku mutu air yang ditetapkan. Nilai TDS air waduk berkisar 128 sampai 529 mg/l yang menunjukkan bahwa kualitas air masih dibawah baku mutu. Sama halnya dengan nilai NO2 sebesar 0,0028 mg/l yang menunjukkan masih dibawah baku mutu. Kemudian nilai NO3 sebesar 0,02mg/L masih dibawah nilai baku mutu. Nilai detergen sebesar 0,0708 µg/l masih dibawah baku mutu. Total coliform terbesar yaitu 1400 per 1000ml pada pengambilan sampel 30 November Nilai tersebut masih berada dibawah baku mutu. Kesimpulan dari pengukuran kualitas air waduk menunjukkan bahwa air Waduk Sermo tergolong baik dan masih layak untuk air baku air minum PDAM Kulon Progo Upaya Penyelesaian Permasalahan Pencemaran Air Dalam penyelesaian permasalahan sumberdaya air diperlukan pemahaman secara menyeluruh antara daerah hulu dan daerah hilir. Akan tetapi yang menjadi permasalahan, tidak semua DAS di Kabupaten Kulon Progo terdapat pada lingkup satu Kabupaten, seperti halnya Sungai Progo yang melewati beberapa kabupaten, di mana tiap kabupaten memiliki kebijakan tersendiri. Adapun yang dapat diminimalisir yaitu adanya pencemaran limbah. Limbah merupakan sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair maupun padat. Salah satu penyebab dari pencemaran air yaitu adanya limbah, baik limbah industri maupun limbah domestik. Oleh karena itu, perlu adanya penataan keruangan yang diperuntukan untuk kawasan industri kaupun kawasan permukiman. Selain itu, perlu adanya pengawasan terkait pengelolaan limbah dari kegiatan industri dan perbaikan pengelolaan limbah domestik. 60

72 Berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah, penetapan baku mutu air limbah dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu industri, pelayanan kesehatan dan pariwisata. Pada lampiran tabel 27 terlihat bahwa sumber pencemar limbah cair dan padat di Kabupaten Kulon Progo berasal dari terminal, stasiun, industri, wisata pantai, wisata alam dan budaya, hotel melati, dan rumah sakit. Berdasarkan data yang ada terlihat bahwa sumber pencemar tertinggi yaitu rumah sakit. Rumah sakit menghasilkan limbah padat, limbah cair, limbah B3 padat, dan limbah B3 cair. Selain itu kegiatan wisata juga menghasilkan banyak limbah yang akan mengancam kelestarian alam, khususnya wisata pantai. Berdasarkan data terlihat bahwa pencemaran terbesar yaitu di Pantai Glagah. Penyebab lain adanya pencemaran yaitu ketidaktaatan perusahaan/ pemrakarsa melaksanakan ketentuan dokumen lingkungan, khususnya pada pencemaran limbah cair. Berdasarkan hasil pengawasan izin lingkungan dari Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, pada tahun 2016 dari 25 perusahaan/pemrakarsa yang melaksanakan dokumen lingkungan hanya ada satu perusahaan yang taat melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungannya. Selebihnya sejumlah 24 perusahaan/ pemrakarsa tidak melaksanakan ketentuan yang tertulis dalam dokumen lingkungan. Pengawasan oleh Kantor Lingkungan Hidup terhadap perusahaan pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: 61

73 Tabel 3.23 Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Perusahaan/Pemrakarssa Waktu (tgl/bln/thn) Hasil Pengawasan 1. Klinik Permata Aisyiyah Sewugalur 26 Januari 2016 Tidak taat 2. Klinik Permata Hijau 27 Januari 2016 Tidak taat 3. Puskesmas Galur II 27 Januari 2016 Tidak taat 4. BP dan RB Asy Syifaa Paramedika 25 Februari 2016 Tidak taat 5. Puskesmas Panjatan II 25 Februari 2016 Tidak taat 6. BP dan RB Aisyiyah Panjatan 25 Februari 2016 Tidak taat 7. RSU Kharisma Paramedika 3 Maret 2016 Tidak taat 8. RSUD Wates 3 Maret 2016 Taat 9. Klinik Laras Hati 23 Maret 2016 Tidak taat 10. Klinik Alesha 23 Maret 2016 Tidak taat 11. RS Rizki Amalia Temon 4 April 2016 Tidak taat 12. PT Kurnia Bhumi Pertiwi 4 April 2016 Tidak taat 13. RS Santo Yusup Boro 13 April 2016 Tidak taat 14. RS Rizki Amalia Brosot 16 Juni 2016 Tidak taat 15. Klinik Biruny Medika 24 Maret 2016 Tidak taat 16. UPTD Puskesmas Temon I 24 Maret 2016 Tidak taat 17. PT Shung Chang 12 Oktober 2016 Tidak taat 18. RS Rizki Amalia Temon 12 Oktober 2016 Tidak taat 19. RS Pura Raharja Medika 20 Oktober 2016 Tidak taat 20. RS Santo Yusup Boro 1 November 2016 Tidak taat 21. RS PKU Muhammadyah Nanggulan 1 November 2016 Tidak taat 22. PT. Aneka Sinendo 17 November 2016 Tidak taat 23. RSUD Nyi Ageng Serang 17 November 2016 Tidak taat 24. CV. Karya Hidup Sentosa 7 Desember 2016 Tidak taat 25. PT. Selo Adikarto 7 Desember 2016 Tidak taat Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Selain limbah, pembuangan kotoran manusia (jamban) juga berpengaruh terhadap sanitasi lingkungan. Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Beberapa penyakit yang disebarkan oleh tinja manusia antara lain: disentri, kolera, bermacam-macam cacing (cacing gelang, kremi dan sebagainya). Oleh karena itu, pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Berikut jumlah rumah tangga dan fasilitas buang air besar di Kabupaten Kulon Progo: 62

74 Tabel 3.24 Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di No. Kecamatan Tempat Buang Air Besar ( Rumah Tangga) Jumlah Tidak KK Sendiri Bersama Umum Ada 1. Temon (unit) Wates (unit) Panjatan Galur Lendah Sentolo kk Pengasih kk Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh (unit) Kalibawang Total Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Berdasarkan data diatas terlihat bahwa jumlah pembuangan air besar dengan status sendiri meningkat drastis dibanding tahun 2015 ( RT). Masyarakat mulai sadar akan pentingnya sanitasi yang baik dan salah satunya adalah membuat jamban sehat. Masyarakat Kulon Progo secara mandiri mengelola sanitasi di desanya dengan program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM). Dengan adanya program SBM pemerintah sangat terbantu dalam hal pembangunan sanitasi yang baik, dan dengan sendirinya masyarakat sadar akan sanitasi yang sehat. Permasalahan utama yang timbul dalam penurunan kualitas air meliputi sanitasi lingkungan, kesehatan publik, dan pasokan air minum (Chay Asdak, 2014: 530). Dengan demikian permasalahan kualitas air erat kaitannya dengan sumber air minum. Sumber air minum merupakan kelas tertinggi atau kelas satu dalam klasifikasi mutu air dan sumber utama kebutuhan manusia. Jika sumber air minum sudah tercemar, maka akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Berikut disajikan sumber air minum yang ada di Kabupaten Kulon Progo. 63

75 Tabel 3.25 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Per Kecamatan di No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Lainnya Kemasan (Pamsimas) 1 Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Sumber: PDAM Kabupaten Kulon Progo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel di atas menunjukkan bahwa sumber air minum terbesar berasal dari sumur. Berdasarkan hasil uji pada sampel pengukuran kualitas air sumur, ada tujuh parameter yang melebihi baku mutu. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan pencemaran air. Pelaksanaan pengelolaan limbah tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun peran serta masyarakat sangat diperlukan. Dalam Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Pasal 17 disebutkan bahwa masyarakat berhak berpartisipasi dalam melakukan pengawasan air limbah, selanjutnya ayat berikutnya menyebutkan partisipasi masyarakat dilakukan dengan cara menyampaikan laporan kepada Pemerintah Daerah apabila menemukan adanya indikasi pencemaran lingkungan serta memberikan saran dan masukan kepada organisasi perangkat daerah yang menjalankan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Dugaan pencemaran yang dilaporkan oleh masyarakat pada tahun 2016 tercatat ada tiga pengaduan, yaitu dugaan pencemaran kegiatan peternakan ayam di Desa Jatirejo Kecamtan Lendah, dugaan pencemaran kegiatan peternakan sapi di Gebang II Plumbon Temon, dan dugaan pencemaran oleh usaha batik di Desa Ngentakrejo Lendah. Ketiga pengaduan tersebut dalam status ditindaklanjuti. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada upaya dari masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi permasalahan pencemaran (lihat lampiran tabel 44). 64

76 3.3 Kualitas Udara Udara merupakan salah satu sumberdaya alam non hayati yang di dalam ekosistem merupakan lingkungan fisik yang mempunyai hubungan timbal balik dengan makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, tumbuhan maupun mikroba. Makhluk hidup termasuk manusia pun memerlukan udara yang bersih dan sehat, dan tidak terganggu oleh pencemaran yang tidak membuat nyaman. Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui kualitas udara adalah pelakukan pemantauan kualitas udara Analisa Parameter yang Memenuhi Baku Mutu Udara Ambien Pemantauan kualitas udara ambien tahun 2016 dilakukan di lima lokasi, yaitu di : Lokasi 1 : Pro Liman Karangnongko Jl. Khudori Wates Kulon Progo Lokasi 2 : Perempatan Pasar Wates Jl. Diponegoro, Wates, Kulon Progo Lokasi 3 : Pertigaan Sindutan, Temon, Kulon Progo Lokasi 4 : Depan Pasar Bendungan Jl. KH Wahid Hasyim, Wates, Kulon Progo Lokasi 5 : Pertigaan Brosot, Galur (Tugu Brosot), Brosot, Kulon Progo Gambar 3.15 Pengambilan Sampel Kualitas Udara di Depan Pasar Bendungan 65

77 Gambar 3.16 Pengambilan Sampel Kualitas Udara di Pertigaan Temon Gambar 3.17 Pengambilan sampel kualitas udara di Pertigaan Brosot Pemantauan dilakukan dua periode yaitu Bulan Maret dan Bulan Oktober. Parameter yang dipantau adalah Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Ozon (O3), dan Total Suspended Particulates (TSP). Sulfur Dioksida merupakan gas berbau yang dapat menyebabkan iritasi pernafasan terjadi akibat pembakaran batubara, bahan bakar minyak, dan bahan bakar fosil lainnya yang mengandung sulfur. Selain itu dapat berasal dari sumber 66

78 µg/nm3 alami seperti gunung berapi. Karbon Monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan beracun yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar fosil. Nitrogen Dioksida adalah gas yang menyebabkan gangguan pernafasan dalam kadar tinggi, terjadi akibat pembakaran pada kendaraan bermotor dan juga mesin berbagai industri. O3 atau disebut sebagai ozon permukaan. Sedangkan TSP atau Total Suspended Particulates adalah konsentrasi debu. Berdasarkan hasil analisis parameter-parameter tersebut di atas dan dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Udara Ambien Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang tertuang dalam Lampiran Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 153 Tahun 2002 menunjukkan bahwa kualitas udara ambien tergolong aman atau masih dibawah baku mutu yang ditetapkan. 1.) Parameter Sulfur Dioksida (SO2) SO2 atau Sulfur dioksida memiliki karakteristik bau yang tajam. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan sulfur dioksida. SO2 memiliki dampak sangat kecil bagi kesehatan namun yang dikawatirkan adalah dengan tingginya sulfur dioksida di udara maka dimungkinkan peluang untuk bereaksi dengan air (H2O) yang bisa menghasilkan H2SO4 di udara yang biasa disebut hujan asam yang bersifat merusak. Dari hasil pemantauan kualitas udara dengan 5 lokasi dapat diketahui bahwa konsentrasi SO2 pada semua lokasi berada di bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 900 ug/m. 150 Konsentrasi SO2 : Baku Mutu Maret Oktober Gambar 3.18 Konsentrasi SO2 Tahun

79 µg/nm3 2.) Parameter Karbon Monoksida (CO) CO atau Karbon monoksida adalah senyawa yang tidak memiliki bau dan tidak memiliki rasa. CO berbentuk gas yang tidak berwarna apabila pada suhu udara normal. CO bersumber dari emisi gas buang kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara di 5 lokasi (1-5) ternyata kandungan CO atau Karbon monoksida di semua titik pengukuran masih di bawah Baku Mutu Udara Ambien yang dipersyaratkan yaitu ug/m3 dengan waktu pengukuran 1 jam. CO atau Karbon Monoksida apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut masuk dalam peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Keadaan ini menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian apabila kadar CO yang masuk dalam peredaran darah dalam jumlah yang besar Konsentrasi CO : Baku Mutu Maret Oktober Gambar 3.19 Konsentrasi CO Tahun ) Parameter Nitrogen Dioksida (NO2) Nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Pembentukan NO2 merupakan reaksi antara Nitrogen dan Oksigen diudara sehingga membentuk NO yang bereaksi lebih 68

80 µg/nm3 lanjut dengan banyak oksigen membentuk NO2 (Nitrogen dioksida). Dampak polusi NO2 terhadap manusia yaitu pada konsentrasi ug/m3 bila terpapar pada manusia beberapa menit saja dapat menyebabkan peradangan paru-paru. Pada konsentrasi ug/m3 dapat menyebabkan gangguan bronchili (cabang broonchus). Pada konsentrasi lebih dari 500 ug/m3 dapat membunuh orang yang terpapar dalam waktu 2 10 hari. Tempat-tempat yang padat lalu lintas kendaraan bermotor, diperkirakan kandungan polutan NO2 lebih tinggi dibandingkan tempat yang sepi lalu lintas kendaraan bermotor. Dari hasil pemantauan di 5 lokasi dengan waktu pengukuran 1 jam menunjukan hasil Kosentrasi NO2 masih berada di bawah baku mutu. Konsentrasi NO2 : Baku Mutu Maret Oktober Gambar 3.20 Konsentrasi NO2 Tahun ) Parameter Ozon (O3) O 3 nama simbol dari Ozon adalah komponen atmosfer yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar, yang akan mengoksidasi komponen-komponen yang tidak segera dapat dioksidasi oleh gas oksigen. Pengaruh oksidan fotokimia antara lain dapat mengakibatkan kerusakan pada tenunan tanaman. Komponen fotokimia yang paling merusak tanaman adalah Ozon. Pengaruh ozon yang dapat terlihat langsung pada tanaman adalah terjadinya pemucatan karena kematian sel-sel pada permukaan daun, dimana daun yang lebih tua lebih sensitif terhadap kerusakan tersebut. 69

81 µg/nm3 Sedangkan pengaruh oksidan fotokimia terhadap manusia antara lain apabila masuk ke dalam tubuh sebagian bagian dari udara dan pada konsentrasi subletat dapat mengganggu proses pernafasan normal. Selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Dari hasil pemantauan di 5 lokasi pemantauan titik 1-5 ternyata kandungan Ozon (O3) semua lokasi masih dibawah Baku Mutu yang dipersyaratkan (235 ug/m 3 ) Konsentrasi O3 : Baku Mutu Maret Oktober Gambar 3.21 Konsentrasi O3 Tahun ) Parameter Total Suspended Particulates (TSP) Total Suspended Particulates atau total partikel melayang sedang adalah kosentrasi debu yang berada di udara. TSP tidak dapat terhirup ke dalam paru, tetapi hanya sampai pada bagian saluran pernapasan atas. Dari hasil pemantauan di 5 lokasi pemantauan titik 1-5 ternyata kandungan TSP semua lokasi masih dibawah Baku Mutu yang dipersyaratkan (230 ug/m 3 ). 70

82 µg/nm3 Konsentrasi TSP : Baku Mutu Maret Oktober Gambar 3.22 Konsentrasi TSP Tahun Analisa Parameter Kebisingan di Sekitar Jalan yang Melebihi Baku Mutu Udara Ambien tabel berikut: Tingkat kebisingan rata-rata di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 3.26 Tingkat Kebisingan Rata-rata (dba) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Nama Lokasi Konsentrasi db (A) Baku Mutu Maret Oktober db(a) 1. Pro Liman Karangnongko Jl. Khudori, Wates, Kulon Progo 66,3 67, Perempatan Pasar Wates Jl. Diponegoro, Wates, Kulon Progo 68,5 68, Pertigaan Sindutan, Temon, Kulon Progo 63,1 68, Depan Pasar Bendungan Jl. KH Wahid Hasyim, Wates, Kulon Progo 63,2 70,2* Pertigaan Brosot, Galur (Tugu Brosot), Brosot, Kulon Progo 72,6* 70,8* 70 Sumber : Badan Lingkungan Hidup DIY, 2016 Keterangan : Baku Mutu Udara Ambient Daerah di Prop. DIY No. 153 tahun 2002 * : Melebihi Baku Mutu Tingkat kebisingan tertinggi yaitu diatas baku mutu terletak di depan Pasar Bendungan pada pengamatan bulan Oktober dan pertigaan Brosot, Galur (Tugu Brosot) di bulan Maret dan Oktober. Tingginya tingkat kebisingan karena kepadatan jumlah kendaraan pada kedua lokasi tersebut. Sumber pencemaran udara salah satunya yaitu penggunaan bahan bakar. Semakin tinggi tingkat penggunaan bahan bakar, maka semakin tinggi tingkat 71

83 pencemaran. Penggunaan bahan bakar berasal dari kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, dan kendaraan bermotor. Kegiatan industri harus memperhatikan aspek lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran udara. Emisi gas dari kegiatan industri harus diolah terlebih dahulu supaya gas yang dibuang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Penggunaan bahan bakar kedua yaitu kegiatan rumah tangga. Penggunaan bahan bakar seperti penggunaan kayu bakar menjadi sumber penceran udara. Oleh karena itu, perlu adanya pengurangan penggunaan bahan bakar kayu untuk mengurangi pencemaran udara. Penggunaan bahan bakar ketiga yaitu kendaraan. Kendaraan bermotor menjadi masalah utama terkait pencemaran udara, khususnya di daerah perkotaan. Pencemaran udara berdampak buruk terhadap daya dukung lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Seiring bertambahnya kendaraan bermotor, maka pembangunan jalan terus dilakukan. Baik pembangunan jalan baru maupun perbaikan kualitas jalan. Berikut data perubahan penambahan ruas jalan di Kabupaten Kulon Progo: Tabel 3.27 Perubahan Penambahan Ruas Jalan di Kabupaten Kulon Progo No. Jenis Jalan Panjang Jalan (km) Jalan Tol 2. Jalan Kelas I 3. Jalan Kelas II 4. Jalan Kelas IIIA 5. Jalan Kelas IIIB 6. Jalan Kelas IIIC 667,75 667,75 647,8 Keterangan : Kabupaten Kulon Progo belum memiliki Jalan Tol Jalan yang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progoa adalah Jalan Kelas IIIC dan Jalan Non Kelas Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Selain pencemaran udara, suhu udara merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kualitas udara di suatu wilayah, khususnya di perkotaan. Tabel 3.28 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ( 0 C) No Nama dan Lokasi Stasiun Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ( 0 C) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1. Stasiun Geofisika Yogyakarta 27,5 26,6 26,8 27,3 27,2 26,4 26,5 26,2 26,8 26,7 26,3 26,5 Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Mlati,

84 Rata-rata suhu bulanan pada Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 adalah berkisar antara 26 sampai 27 derajat celsius. Hal tersebut menunjukan bahwa keadaan suhu di Kabupaten Kulon Progo dalam keadaan normal. Hal tersebut di dukung dengan hasil pengujian kualitas udara yang menunjukkan semua parameter kualitas udara dibawah baku mutu. Sehingga dapat disimpulkan, kualitas udara di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 tergolong baik. Sedangkan pada parameter kebisingan terdapat dua titik yang menunjukkan diatas baku mutu karena padatnya jumlah kendaraan. 3.4 Risiko Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007). Selanjutnya dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan pengertian risiko bencana, yaitu potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Berdasarkan pengertian bencana dan risiko bencana, maka bencana dapat dibedakan menjadi bencana alam, non alam, dan bencana sosial. Sedangkan yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo yaitu bencana alam dan bencana sosial. Adapun data risiko bencana dapat dilihat pada uraian berikut ini: Bencana Alam Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UURI Nomor 24 Tahun 2007). Berikut diuraikan bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo tahun 2016: Pada tahun 2016 terjadi dua bencana alam di Kabupaten Kulon Progo yaitu bencana banjir dan tanah longsor. Bencana banjir terjadi di tiga kecamatan, yaitu 73

85 Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, dan Kecamatan Lendah. Total area yang terendam seluas 520 ha, dengan kerugian mencapai Rp ,-. kecamatan yang memiliki dampak terbesar yaitu Kecamatan Lendah. Berikut disajikan tabel perkiraan luasan area terendam pada jenis bencana alam banjir. Tabel 3.29 Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No Kecamatan Total Area Jumlah Korban Perkiraan Terendam Mengungsi Meninggal Kerugian (Rp.) (Ha) 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2016 Ketiga kecamatan yang terkena banjir merupakan kecamatan yang masuk dalam zona rawan bencana banjir, tertuang dalam RTRWK meliputi Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur, dan Kecamatan Lendah. Gambar 3.23 Banjir di Dusun Girigondo Desa Kaligintung Tanggal 18 Juni 2016 Penanganan bencana banjir dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama dengan Dinas Kesehatan dengan memberikan bantuan berupa perahu karet, pompa air, bantuan logistik, serta makanan. Dinas 74

86 kesehatan juga memperhatikan sanitasi air yang digunakan warga pasca banjir. Dinas kesehatan melakukan kaporisasi pada air yang tercemar. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya wabah penyakit. Gambar 3.24 Tim dari BPBD Meninjau Lokasi Banjir Gambar 3.25 Pohon Tumbang di Lokasi Bencana Banjir Selanjutnya bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulon progo yaitu tanah longsor. Tanah longsor terjadi di enam kecamatan, yaitu Kecamatan Lendah, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan dan Kecamatan Samigaluh. Perkiraan kerugian dari tanah longsor pada tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: 75

87 Tabel 3.30 Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian di No. Kecamatan Jenis Bencana Jumlah Korban Meninggal (jiwa) Perkiraan Kerugian (Rp.) 1 Temon Tanah Longsor Wates Tanah Longsor Panjatan Tanah Longsor Galur Tanah Longsor Lendah Tanah Longsor Sentolo Tanah Longsor Pengasih Tanah Longsor Kokap Tanah Longsor Girimulyo Tanah Longsor Nanggulan Tanah Longsor Samigaluh Tanah Longsor Kalibawang Tanah Longsor 0 0 Total Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2016 Bencana alam tanah longsor tahun 2016 diperkirakan mengakibatkan kerugian sebesar 510 juta rupiah dan satu korban meninggal dunia. Kondisi paling parah terjadi di Kecamatan Samigaluh dengan kerugian terbesar yaitu 304 juta rupiah. Menurut RTRWK kecamatan yang termasuk dalam zona bencana longsor yaitu Kecamatan Pengasih, Kecamatan Kokap, Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Samigaluh. Berdasarkan kejadian bencana tanah longsor di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2016 maka Kecamatan Lendah dan Kecamatan Sentolo belum menjadi kawasan zona bencana longsor pada RTRW sehingga perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan penanggulangan bencana tanah longsor. Gambar 3.26 Tanah Longsor Terjadi di Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo Tanggal 24 September

88 Pada bencana tanah longsor, pemerintah khususnya BPBD bersama Dinas Kesehatan berkoordinasi melakukan bantuan dan pelayanan kesehatan bagi korban dan masyarakat yang mengungsi. Bantuan berupa logistik, makanan dan obatobatan. Gambar 3.27 Bantuan Pihak BPBD Kepada Korban Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Kulon Progo terjadi hampir setiap tahun. Oleh karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyusun peta kawasan bencana banjir dan tanah longsor. Pemetaan tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat maupun pemerintah setempat. Selain pembuatan peta rawan bencana, BPBD melakukan mitigasi bencana dengan penyuluhan dan simulasi kepada masyarakat yang bertujuan untuk bersiapsiaga terhadap bencana alam. 77

89 Gambar 3.28 Peta Rawan Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo 78

90 Gambar 3.29 Peta Rawan Bencana Banjir di Kabupaten Kulon Progo Bencana Sosial Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Berikut beberapa konflik sosial terkait lingkungan hidup yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo. 1. Permasalahan adanya penolakan warga Banaran Galur terhadap rencana usaha/kegiatan penambangan pasir sungai progo oleh PT. Pasir Alam Sejahtera. Permasalahan tersebut ditindaklanjuti dengan dilakukan pengawasan terhadap PT Pasir Alam Sejahtera kemudian diakukan pembinaan. Setelahnya dilakukan mediasi untuk mendapatkan kesepakatan antara warga dengan PT. Alam Sejahtera. Untuk menghindari konfik terjadi kembali dan agar pihak PT. Pasir Alam Sejahtera patuh terhadap kesepakatan dalam memperbaiki usaha penambangan, maka dilakukan pengawasan setiap satu tahun sebanyak 2 kali dengan bekerja sama dengan BLH DIY. 79

91 2. Aduan warga desa Tuksono Sentolo Kulon Progo terkait adanya kebisingan yang bersumber dari usaha/kegiatan pabrik alat pertanian atas nama CV. Karya Hidup Sentosa. Aduan dari masyarakat yang melapor ke Kantor Lingkungan Hidup tersebut ditindaklanjuti dengan dilakukan pengawasan terhadap pada pabrik alat pertanian yang kemudian diakukan pembinaan pembinaan. Setelahnya dilakukan mediasi untuk mendapatkan kesepakatan antara warga dengan CV. Karya Hidup Sentosa. Dari pihak CV Karya Hidup Sentosa berjanji untuk meakukan perbaikan sistem pabrik untuk mengurangi dampak pencemaran udara yang berupa kebisingan, pihak CV. Karya Hidup Sentosa juga berjanji untuk memberikan CSR kepada masyakarat sekitar yang terkena dampak dari pabrik yang didirikan oleh CV. Karya Hidup Sentosa. Untuk menghindari konfik dan aduan masyarakat serta agar pihak CV. Karya Hidup Sentosa patuh terhadap kesepakatan dalam memperbaiki usahanya, maka dilakukan pengawasan setiap satu tahun sebanyak 2 kali dengan bekerja sama dengan BLH DIY. 3. Aduan warga Pleret Panjatan terkait adanya pencemaran udara berupa asap hasil dari operasional pabrik arang briket PT Kurnia Bumi Pertiwi. Aduan dari warga tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan cara dilakukan pengawasan ke pabrik arang briket milik PT. Kurnia Bumi Pertiwi dan dilakukan pembinaan terhadap pabrik arang briket. Setelahnya dilakukan mediasi untuk mendapatkan kesepakatan antara PT Kurnia Bumi Pertiwi dengan warga sekitar yang terkena dampak. Untuk menghindari konfik kembali dan adanya aduan dari warga kembali serta agar pihak PT. Kurnia Bumi Pertiwi patuh terhadap kesepakatan dalam memperbaiki usaha/kegiatan pabrik arang briket, maka dilakukan pengawasan setiap satu tahun sebanyak 2 kali dengan bekerja sama dengan BLH DIY. 3.5 Perkotaan Berdasarkan RTRW Kabupaten Kulon Progo disebutkan bahwa definisi kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan 80

92 kegiatan ekonomi. Sedangkan Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kecamatan yang diperuntukkan untuk permukiman perkotaan yaitu Perkotaan Temon, Perkotaan Panjatan, Perkotaan Brosot, Perkotaan Lendah, Perkotaan Sentolo, Perkotaan Kokap, Perkotaan Nanggulan, Perkotaan Girimulyo, Perkotaan Kalibawang, Perkotaan Dekso, dan Perkotaan Samigaluh. Sedangkan desa yang diperuntukkan untuk permukiman pedesaan yaitu: 1. Desa Glagah Kecamatan Temon; 2. Desa Panjatan Kecamatan Panjatan; 3. Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu berada di Kecamatan Galur; 4. Desa Sentolo Kecamatan Sentolo; 5. Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap; 6. Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan; 7. Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo; 8. Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang; dan 9. Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh. Perkembangan perkotaan tidak pernah lepas dari permasalahan kependudukan yaitu permasalahan ekonomi dan sosial, kemudian nantinya berimplikasi kepada permasalahan lingkungan fisik, seperti pencemaran air, udara, kerusakan lahan, dan timbunan sampah. Permasalahan terkait perkembangan perkotaan di Kabupaten Kulon Progo antara lain : 1. Sektor Permukiman a. Makin pesatnya pertumbuhan permukiman baru dengan kelengkapan sarana prasarana pemukiman yang kurang memadai dan dapat menyebabkan kekumuhan baru. b. Makin maraknya RTLH dan semakin meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan pemukiman yang layak hini. 81

93 2. Sektor Sarana Prasarana (Jalan Lingkungan, Drainase, Sanitasi, Sampah, Proteksi kebakaran) a. Permukiman kumuh muncul disebabkan oleh terjadinya bencana banjir dan rob. b. Kurangnya pengembangan perumahan yang memadai. c. Kurangnya infrastruktur permukiman yang memadai. Adanya permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Kulon Progo juga merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian. Luas permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Kulon Progo adalah 293,79 Ha. Berdasarkan SK Bupati No 224/A/2016 luasan tersebut tersebar di 14 titik lokasi yang meliputi 10 Desa/Kelurahan di 5 Kecamatan. Untuk menangani hal tersebut maka disusun Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Pemukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) yang difokuskan pada penanganan permukiman kumuh di perkotaan. RP2KPKP di Kabupaten Kulon Progo memfokuskan pada penanganan limbah, pembangunan septik tank, dan pembangunan rumah layak huni, dengan harapan dapat menciptakan permukiman perkotaan yang bersih, indah, dan sehat Kependudukan Kependudukan merupakan subjek pembangunan yang perlu diperhatikan. Data-data kependudukan dapat dijadikan dasar sebagai pedoman penentu kebijakan suatu daerah. Data kependudukan tidak dapat terlepas dari laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, dan rasio jenis kelamin. Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam proses pembangunan suatu wilayah. Jumlah penduduk yang tinggi akan menjadi beban berat bagi pertumbuhan wilayah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tentu harus disertai kualitas penduduk yang baik pula. Namun jika jumlah penduduk tinggi dengan kualitas penduduk yang rendah, maka beban pemerintah akan semakin berat dalam menjalankan pembangunannya. Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan registrasi pada tahun 2016 sebesar jiwa meningkat dibanding tahun 2015 sebesar jiwa. Keadaan 82

94 kependudukan di Kabupaten Kulon Progo selama empat tahun terakhir berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut: Laki-laki Perempuan Gambar 3.30 Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun di Kabupten Kulon Progo Perkembangan jumlah penduduk dari tahun 2013 sampai 2016 terus meningkat, dilihat dari jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Kulon Progo harus diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia dan lapangan pekerjaan. Pertumbuhan penduduk tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.31 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Kecamatan Luas Jumlah Pertumbuhan Kepadatan (km 2 ) Penduduk Penduduk (%) Penduduk (jiwa/km 2 ) 1 Temon 36, ,83 799,81 2 Wates , ,00 3 Panjatan 44, ,34 874,70 4 Galur 32, , ,61 5 Lendah 35, , ,07 6 Sentolo 52, ,8 953,92 7 Pengasih 61, ,4 834,58 8 Kokap 73, ,73 495,11 9 Girimulyo 54, ,98 459,31 10 Nanggulan 39, ,71 775,21 11 Samigaluh 52, ,03 542,69 12 Kalibawang 69, ,64 448,51 Jumlah 586, ,1 759,52 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo,

95 Pertumbuhan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Wates yaitu 3,28 persen dengan kepadatan penduduk 1537 jiwa/km 2. Kecamatan Wates merupakan ibukota kabupaten Kabupaten Kulon Progo yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat ekonomi di Kabupaten Kulon Progo sehingga wajar jika Kecamatan Wates memiliki kepadatan penduduk tertinggi. Selanjutnya kepadatan penduduk tertinggi ke dua dan ke tiga yaitu Kecamatan Lendah dan Galur. Kecamatan Kalibawang dan Kecamatan Girimulyo memiliki kepadatan penduduk terendah. Jumlah penduduk kota di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.32 Jumlah Penduduk Kota Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Total 1. Wates Wates Giripeni Bendungan Triharjo Pengasih Pengasih Karangsari Margosari Sendangsari Kedungsari Total Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2016 Keterangan : Hasil Proyeksi Penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk kota mencapai jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa dan penduduk perempuan sebesar jiwa. Jika dipersentase jumlah penduduk kota di Kabupaten Kulon Progo sebesar 17 persen dari seluruh jumlah penduduk. Oleh karena itu, penduduk Kabupaten Kulon Progo mayoritas adalah penduduk desa. Jika melihat jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin tahun 2016, dapat dihitung sex ratio Kabupaten Kulon Progo. Jumlah penduduk laki-laki yaitu jiwa, jumlah penduduk perempuan jiwa, maka nilai sex ratio yaitu 99, artinya 99 laki-laki per 100 perempuan. Jika melihat dari persentase jumlah lakilaki dan perempuan dapat dikatakan seimbang, seperti terlihat pada gambar berikut: 84

96 50% 50% Laki-laki Perempuan Gambar 3.31 Diagram Persentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Salah satu permasalahan kependudukan yang sering kita jumpai yaitu kemiskinan. Kemiskinan bukan masalah baru, namun sudah ada sejak masa penjajahan sampai saat ini kemiskinan masih menjadi masalah yang belum teratasi. Di negara berkembang kemiskinan menjadi masalah utama yang harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang tergolong miskin. Oleh karena itu, kemiskinan menjadi masalah dunia yang harus diperhatikan. Sama halnya dengan Kabupaten Kulon Progo, jumlah rumah tangga miskin sebanyak Rumah Tangga Miskin (RTM). Berikut data jumlah RTM per kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo: Tabel 3.33 Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan Di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Kecamatan Jumlah Rumah Jumlah Rumah Tangga Tangga Miskin 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Sumber : Jumlah Rumah Tangga - Proyeksi Data Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Kulon Progo, 2016 Jumlah Rumah Tangga Miskin Data Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo,

97 Berdasarkan data di atas kita dapat melihat jumlah rumah tangga miskin sebesar RTM. Kecamatan yang memiliki persentase RTM terbesar yaitu Kecamatan Kokap, disusul Kecamatan Kalibawang. Besarnya jumlah RTM, mewajibkan pemerintah harus lebih giat lagi untuk menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo, sebagaimana tercantum dalam RPJPD yaitu mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan diantaranya meningkatkan pembangunan wilayah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat dan wilayah yang tertinggal; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran; menyediakan akses yang sama terhadap berbagai pelayanan sosial dan sarana prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek. Upaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan menurut Bank Dunia ada tiga cara, yaitu mempercepat pertumbuhan ekonomi, peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin, dan perlindungan bagi si miskin ( diakses pada tanggal 10 Mei 2011). Pertama, mempercepat pertumbuhan ekonomi. Penduduk miskin tidak dapat dikurangi tanpa adanya percepatan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan dan bermanfaat bagi orang miskin. Menurut data SUSENAS pada periode jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 47,97 juta pada tahun Sedangkan setelah krisis ekonomi, jumlah penduduk miskin menurun dikarenakan membaiknya stabilitas ekonomi, yaitu dari 38,70 juta pada tahun 2000 menjadi 35,10 juta pada tahun Kedua, peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin. Pelayanan bagi masyarakat miskin di Indonesia dirasakan masih kurang dan perlu adanya pemerataan pembangunan dan menjaga kualitas pelayanan yang diberikan sehingga dapat dirasakan manfaatnya. Ketiga, perlindungan bagi si miskin. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Jika terjadi perubahan sedikit saja dalam tingkat harga dan pendapatan mereka berada dalam kemiskinan. 86

98 Jiwa Pendidikan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi adanya permasalahan kependudukan. Tidak hanya secara kuantitas, namun kualitas sumber daya manusia harus ditiingkatkan. Salah satu tujuan dari RPJPD Kabupaten Kulon Progo yaitu terwujudnya masyarakat Kulon Progo yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, salah satu upaya dengan meningkatkan pendidikan. Berikut grafik jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Kulon Progo: 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Tidak/B elum Sekola h SD SLTP SLTA Diplom a S1 S2 S3 Laki-laki 39,690 48,348 36,125 63,250 3,957 8, Perempuan 44,466 54,314 34,409 54,155 5,274 8, Laki-laki Perempuan Gambar 3.32 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, 2016 Pada tahun 2015, jumlah penduduk menurut pendidikan didominasi berpendidikan dasar (SD dan SLTP/Sederajat) orang (49,15 persen) dan berpendidikan menengah (SLTA/sederajat) orang (25,70 persen). Selanjutnya berpendidikan tinggi (Diploma/Strata I/Pasca Sarjana) sebesar orang (5.99 persen). Berbeda dengan tahun 2016 persentase tertinggi yaitu jenjang SLTA (29,19 persen), kemudian SD (25,52 persen), dan jumlah tidak atau belum sekolah (20,92 persen). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada gambar berikut: 87

99 Diploma 2% S1 4% S2 S3 0% Tidak/Belum Sekolah 21% SLTA 29% SD 26% SLTP 18% Tidak/Belum Sekolah SD SLTP SLTA Diploma S1 S2 S3 Gambar 3.33 Persentase Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo Tahun Kesehatan Kesehatan merupakan hak semua manusia, kesehatan juga sebagai salah satu indikator kesejahteraan penduduk. Untuk meningkatkan produktivitas penduduk, yang dilakukan yaitu meningkatkan kesehatan penduduknya. Dengan Penduduk yang sehat maka pekerjaan akan optimal dengan hasil yang baik. Saat ini ada dua beban yang dialami pemerintah untuk mengatasi penyakit di Indonesia, khususnya di Kabupaten Kulon Progo yaitu penyakit degeneratif dan penyakit karena lingkungan. Penyakit degeneratif yaitu penyakit karena gen atau keturunan atau pola hidup, seperti diabetes mellitus. Sedangkan penyakit karena kondisi lingkungan yaitu lingkungan fisik yang kurang baik (adanya pencemaran atau kawasan slum) maupun kondisi makanan yang kurang sehat salah satu contohnya seperi diare. Berikut beberapa jenis penyakit utama yang diderita penduduk di Kabupaten Kulon Progo: 88

100 Tabel 3.34 Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita 1. Hipertensi Diare Diabetes Mellitus Pneumonia Tifus Perut Klinis Demam Dengue Diare Berdarah Influensa Tersangka TBC Paru Campak 166 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Hipertensi dan diare merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Kulon Progo. Penyebab dari hipertensi yaitu dari pola hidup, sedangkan diare yaitu pengelolaan lingkungan kurang baik. Pada tahun 2016 penderita hipertensi mengalami keenaikan dibandingkan tahun Pada tahun 2015, penyakit hipertensi terdapat pada peringkat kedua namun tahun ini hipertensi menempati peringkat pertama. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat maka perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan individu dan upaya kesehatan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu, terintegrasi, menyeluruh, dan berkesinambungan. Salah satu upaya pemerintah yaitu dengan menyediakan fasilitas umum yang diharapkan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya. Dalam upaya ini tidak hanya pemerintah setempat yang bertindak, namun harus ada upaya bersama dengan pemerintah pusat dan masyarakat setempat Timbunan Sampah Permasalahan perkotaan yang sering timbul yaitu masalah sampah. Ketidakseimbangan antara produksi sampah dengan pengelolaan sampah, maka akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat. Berikut jumlah timbunan sampah di Kabupaten Kulon Progo pada tiap kecamatan Tahun 2016: 89

101 Tabel 3.35 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Kecamatan Jumah Penduduk Timbulan Sampah (ton) 1 Temon ,5 2 Wates ,7 3 Panjatan Galur ,9 5 Lendah ,8 6 Sentolo ,1 7 Pengasih ,5 8 Kokap ,2 9 Girimulyo ,1 10 Nanggulan ,1 11 Samigaluh ,3 12 Kalibawang ,2 Total ,3 Sumber : Dinas Pekerjaaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Keterangan : Asumsi timbulan sampah = jumlah penduduk dikali 0,36 kg Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa produksi sampah di Kabupaten Kulon Progo tiap harinya mencapai 160,3 ton dengan produksi terbesar yaitu daerah perkotaan dan daerah padat penduduk seperti Kecamatan Wates, Sentolo dan Pengasih. Banyaknya produksi sampah tersebut, hanya 33 persen sampah yang dapat diolah. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik hanya dilakukan pengepresan. Program Pengembangan kinerja persampahan dilakukan untuk meningkatkan daya tampung tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah sementara yang dilayani adalah di sentra-sentra permukiman di wilayah Kota Wates dan di pasar-pasar negeri yang tersebar di dua belas kecamatan. Dengan berubahnya paradigma pengelolaan sampah dari pengangkutan sampah ke TPA menjadi penanganan sampah pada sumbernya, maka sampah diolah dahulu. dipilah dibantu oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada TPST 3R dan sisanya baru di angkut ke TPA. Tentunya dengan semakin sedikit sampah yang diangkut ke TPA artinya semakin banyak sampah yang diolah oleh KSM dengan demikian pemberdayaan masyarakat melalui KSM optimal. Data TPA dan TPST 3R adalah sebagai berikut : 90

102 Tabel 3.36 TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 No. Jenis Prasarana Lokasi Luasan (m 2 ) 1. TPA 3R Banyuroto Banyuroto.Nanggulan TPST 3R Sampurno Asih Tobanan. Pengasih TPST 3R Melati Beji. Wates TPST 3R Asri Mulyo Bendungan. Wates TPST 3R Asri Sentolo Lor Sumber : DPU Kabupaten Kulon Progo, 2015 Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Ada yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. namun masih ada juga masyarakat yang membakar sampah dan membuang ke sungai. Pada tahun 2012 di Kabupaten Kulon Progo telah terbentuk wadah komunikasi dan kerjasama dalam hal pengelolaan sampah yaitu Jejaring pengelola Sampah mandiri (JPSM) Merti Bawono Asri dan pada tahun 2015 juga telah tumbuh dan berkembang dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat selain TPST 3R yaitu dengan Bank Sampah. Tentu sistem ini sangat membantu untuk mengurangi perilaku membakar dan membuang sampah di sungai. Data bank sampah di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada lampiran. 91

103 BAB IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 4.1 Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan masalah lingkungan yang spesifik, demikian juga setiap usaha dan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu, pemerintah Kulon Progo membuat beberapa inovasi tentang pengelolaan lingkungan hidup yang bermanfaat bagi kemajuan ekonomi masyarakat, namun tetap mengedepankan aspek lingkungan. Beberapa inovasi tersebut antara lain: PELESTARIAN VARIETAS UNGGUL LOKAL Inovasi Pengelolaan Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo CETAK SAWAH BARU PEMBANGUNAN EMBUNG INDIKASI GEOGRAFIS Gambar 4.1 Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Beberapa inovasi daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup lebih lengkapnya dapat dilihat pada uraian berikut ini: Pelestarian Varietas Unggul Lokal Pelestarian Varietas Unggul Lokal merupakan upaya pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam hayati, dalam hal ini merupakan pengelolaan dan pelestarian plasma nutfah. Beberapa kegiatan yang merupakan pengelolaan dan pelestarian plasma nutfah yang dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo adalah: 92

104 1. Pelestarian Padi Unggul Lokal Melati Menoreh Terkait dengan komitmen Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan dalam rangka perlindungan komoditas unggulan asli Kulon Progo, telah dirintis penanaman padi galur Melati Menoreh (Menor) yang merupakan plasma Nutfah asli Kabupaten Kulon Progo. Penanaman dilaksanakan di Dusun Ngipikrejo II Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang. Beberapa keunggulan dari padi galur Melati Menoreh antara lain : a. Potensi produksi relatif tinggi (sekitar 8,24 ton/ha GKP). b. Secara agroklimat cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Kulon Progo. c. Nasi enak, pulen dan wangi. Galur Melati Menoreh ini diharapkan dapat menjadi varietas unggul Nasional setelah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Pemurnian, b. Uji observasi, c. Uji ketahanan terhadap hama dan penyakit, d. Uji mutu hasil, e. Penyusunan diskripsi sementara dari padi Melati menoreh, f. Penemuan keunggulan-keunggulan (BUSS = Baru, Unik, Seragam, Stabil) dan perbedaan dengan varietas lain yang sudah dilepas, g. Pengusulan sebagai varietas unggul nasional lokal Kulon Progo. Dengan menekankan pada beberapa keunggulan yang ada, padi galur Melati menoreh ini diharapkan mampu bersaing di pasar dan mendapatkan premium price sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi lebih terhadap pendapatan petani. 2. Bawang Merah Lokal Srikayangan Bawang Merah Lokal Srikayangan dikembangkan di Desa Srikayangan Kecamatan Sentolo, dengan keunggulan sebagai berikut: a. Memiliki bobot umbi lebih berat dibanding varietas lainnya. b. Memiliki umur relative lebih pendek disbanding varietas lainnya. c. Memiliki jumlah umbi / rumpun lebih banyak disbanding varietas lainnya. d. Warna lebih cerah dibanding varietas lainnya. e. Lebih tahan dari serangan OPT. 93

105 Ditinjau dari aspek pengelolaan lingkungan, pelestarian dan perlindungan plasma nutfah (biodiversitas) merupakan salah satu komponen jasa pendukung ekosistem. Adanya peningkatan dalam hal jasa pendukung ekosistem akan meningkatkan daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup Cetak Sawah Baru Cetak sawah baru dikembangkan dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan sebagai salah satu upaya untuk mengganti alih fungsi lahan pertanian. Pada tahun 2016, di Kabupaten Kulon Progo telah dilaksanakan cetak sawah seluas 70 hektar dengan lokasi sebagai berikut: 1. Kecamatan Sentolo seluas 12 hektar, 2. Kecamatan Pengasih seluas 19 hektar, 3. Kecamatan Nanggulan seluas 39 hektar. Nanggulan 39 ha Pengasih 19 ha Sentolo 12 ha Gambar 4.2 Cetak Sawah Baru di Kecamatan Sentolo, Pengasih dan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Cetak sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan, dari lahan kering ke lahan pertanian. Sehingga produktivitas lahan dapat optimalkan dan bernilai ekonomis. Program tersebut sesuai dengan tujuan dari SDGs salah satunya mengurangi adanya penggurunan, karena lahan kering yang dibiarkan maka sema produktivitasnya semakin menurun atau tandus Pembangunan Embung Pembangunan embung (waduk mini) dilaksanakan melalui prinsip pemanfaatan/ panen air hujan (rain water harvesting) dengan menggunakan teknologi Geo membrane. Pembangunan waduk ini dimaksudkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air irigasi di kawasan perbukitan khusunya untuk pengembangan kawasan komoditas buah-buahan. Waduk berfungsi sebagai 94

106 penampung air hujan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kekurangan air pada saat musim kemarau. Pembangunan waduk mini beserta jaringan distribusi airnya berlokasi di Desa Banjaroyo Kecamatan Kalibawang dengan kapasitas tampung air sebanyak m3 dan di Desa Giripurwo Kecamatan Girimulyo dengan kapasitas tampung air sebanyak m3. Keunggulan pembangunan waduk mini dengan menggunakan teknologi geo membrane antara lain : 1. Biaya pembangunan lebih efisien dan perawatan lebih murah dibanding menggunakan konstruksi. 2. Lebih efektif untuk kontur di perbukitan karena Geo membrane bersifat elastis dan bisa menyesuaikan dengan kontur tanah. 3. Tahan terhadap ultraviolet dan tidak mudah pecah. 4. Tahan cuaca panas maupun dingin karena lapisan Geo membrane berbahan dasar HDPE (High Density Poly Ethylene). 5. Umur ekonomis relatif panjang yaitu selama 20 tahun. Selain sebagai infrastruktur pendukung pengembangan kawasan buahbuahan, kawasan waduk mini ke depannya juga diharapkan sebagai salah satu obyek kunjungan wisata yang dikemas sebagai wisata agro. Waduk mini juga dapat dimanfaatkan sebagai pendukung pengembangan kegiatan budidaya perikanan darat sehingga akan dapat memberikan multiplayer effect dan nilai tambah bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Pembangunan embung (waduk mini) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan air yang pada akhirnya akan meningkatkan jasa ekosistem air dan berdampak pada peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 95

107 Gambar 4.3 Embung Kleco (Kawasan Buah 20 hektar, Buah Durian dan Kelengkeng) Gambar 4.4 Embung Tonogoro Banjaroya (Kawasan Durian Menoreh 20 hektar) Gambar 4.5 Peresmian Wadukmini dan Launching Sentra Pemberdayaan Tani di Kabupaten Kulon Progo 96

108 4.1.4 Indikasi Geografis Hak Indikasi Geografis (IG) dikembangkan dalam rangka meningkatkan daya saing, menjaga kualitas dan upaya perlindungan produk. Inovasi tersebut berupa Pemberian Hak Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM RI kepada Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Gula Kelapa Kulon Progo. Manfaat dari Sertifikasi Indikasi Geografis Gula Kelapa adalah sebagai berikut : 1. Melindungi produk atas spesifikasi yang dimiliki karena faktor lingkungan dan perlakuan manusia dengan pemberian sertifikat HAKI. 2. Melindungi konsumen terhadap produk yang beredar di pasaran. 3. Meningkatkan produksi dan perbaikan mutu produk. 4. Melindungi produsen dan sebagai upaya pencegahan atas persaingan usaha. 5. Memberi nilai tambah bagi produk dan sebagai alat pemasaran. 6. Sebagai standar produk baku. 7. Upaya penyebaran pendapatan bagi produsen lokal dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi industri local. 8. Memperkuat komunitas lokal dan memelihara kearifan budaya sehingga mengangkat perekonomian kawasan perlindungan IG. 9. Berperan dalam peningkatan ekonomi pihak-pihak terkait (penderes, pendamping, koperasi) sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya penurunan angka kemiskinan. 10. Berperan dalam perlindungan lingkungan hidup karena menerapkan prinsipprinsip budidaya tanaman kelapa yang ramah lingkungan. Pemberian HAKI mencerminkan bahwa pemerintah mendukung adanya produk yang ramah terhadap lingkungan. Selain itu, program Hak Indikasi Geografis bernilai positif baik dari sisi ekonomis dan lingkungan karena produktivitas erat kaitannya dengan pencemaran. Dari sisi ekonomi, masyarakat dapat memaksimalkan kreativitasnya untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomis. Sedangkan dari sisi lingkungan, lingkungan akan tetap terjaga tanpa adanya pencemaran. 97

109 4.2 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 70, mengamanatkan bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta masyarakat dapat berupa pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan atau penyampaian informasi dan atau laporan. Semua itu dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan, menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat, menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial, mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo memberikan kesempatan seluasluasnya kepada seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, melalui beberapa kegiatan antara lain : 1. Evaluasi pengelolaan lingkungan hidup Evaluasi ini dilakukan setiap tahun dengan sasaran masyarakat terutama untuk masyarakat sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup/adiwiyata); masyarakat pondok pesantren (evaluasi pondok pesantren berwawasan lingkungan hidup); kelompok masyarakat/kelompok tani/tokoh masyarakat/lsm, dan lain-lain (evaluasi kalpataru, kehati award, kampung hijau, dan kampung iklim). 2. Penyuluhan Lingkungan Pemerintah kabupaten bekerjasama dengan PPEJ, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah DIY, TP PKK, maupun Kementerian Agama untuk menyelenggarakan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan melibatkan masyarakat di wilayah Kabupaten Kulon Progo. 98

110 3. Pengembangan Jejaring Pengelola Sampah Mandiri Jejaring Pengelola Sampah Mandiri Kabupaten Kulon Progo Merti Bawono Asri telah mengembangkan kegiatan maupun keanggotaannya untuk selalu aktif dalam upaya pengelolaan sampah di Kabupaten Kulon Progo. Gambar 4.6 Aktivitas Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Untuk lebih jelasnya agenda kegiatan yang diinisiasi masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut: 99

111 Tabel 4.1 Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Waktu Instansi Kelompok No. Nama Kegiatan Penyuluhan Penyelenggara Sasaran (Bulan/tahun) Sosialisasi tentang Bank Sampah Sosialisasi Bank Sampah Sosialisasi Perda PPLH Sosialisasi Kalpataru Sosialisasi Perda Habitat Alami Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah KLH Kab KP KKN UGM BLH DIY dan KLH Kab KP BLH DIY dan KLH Kab KP BLH DIY dan KLH Kab KP Dislautkan DIY KLH Kab KP KLH Kab KP KLH Kab KP KLH Kab KP KLH Kab KP Pemdes Gerbosari, Samigaluh Pemdes Purwosari, Girimulyo Pemdes Ngargosari, Samigaluh Masyarakat Bandung, Donomulyo, Nanggulan Masyarakat Desa Hargorejo, Kokap Instansi, pengusaha instansi, masyarakat instansi, masyarakat masyarakat Desa Jangkaran, Temon Masyarakat Selo Timur, Hargorejo, Kokap Masyarakat Krengseng, Hargorejo, Kokap Masyarakat Taruban Kulon, Tuksono, Sentolo sekolah-sekolah di Kota Wates Warga SD N Prembulan, SD N Brosot dan SD N Kalimenur Masyarakat Gerbosari, Samigaluh Masyarakat Purwosari, Girimulyo Pemdes Ngargosari, Samigaluh Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Jumat, 15 Januari 2016 Selasa, 8 Maret 2016 Kamis, 10 Maret 2016 Selasa, 15 maret 2016 Rabu, 16 Maret 2016 Rabu, 16 Maret 2016 Kamis, 12 Mei 2016 Jumat, 13 Mei 2016 Rabu, 25 Mei 2016 Rabu, 21 September 2016 Kamis, 22 September 2016 Rabu, 28 September 2016 Rabu, 14 September 2016 Kamis, 8 Desember

112 Selain masyarakat dan instansi terkait, dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo juga melibatkan pihak swasta/dunia usaha, antara lain : 1. Penghijauan/konservasi pesisir, berupa penanaman vegetasi pantai terutama mangrove di wilayah Jangkaran, Temon. 2. Penghijauan/konservasi lahan kritis. Dengan adanya kerjasama antara pihak pemerintah daerah, masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha maupun LSM diharapkan seluruh program dan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo dapat terlaksana dengan baik. Berikut Nama LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup: Tabel 4.2 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup No. Nama LSM Akta Pendirian Alamat 1. Lembaga Pelestarian Tanggal 16 Maret 2013 No Pasir Mendit, Hutan Mangrove "Wana 32 Jangkaran Tirta" 2. Damar Tanggal 23 April 1998 No. 50 Triharjo, Wates 3. JPSM "Merti Bawono Asri" Wates 4. Forum Wates Ijo lan Resik Wates 5. Komunitas Hijau "Lembah Menoreh Hijau" Wates Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo,

113 4.3 Kelembagaan Produk Hukum Beberapa produk hukum yang dibentuk terkait isu lingkungan di sebagai berikut: Tabel 4.3 Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Kulon Progo No. Jenis Produk Hukum Nomor Tahun Tentang 1. Peraturan Daerah Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Peraturan Daerah Pengelolaan Air Limbah Domestik 3. Peraturan Daerah Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batunbara 4. Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok 5. Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga 6. Peraturan Daerah Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, 7. Peraturan Bupati Kedudukan Susunan Organisasi, Fungsi dan Tugas serta Tata Kerja pada Kantor Lingkungan Hidup 8. Peraturan Bupati Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok 9. Peraturan Bupati Pedoman Penerbitan Izin Lingkungan 10. Peraturan Bupati Reklamasi Tambang 11. Peraturan Bupati Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Ada enam Peraturan Daerah dan lima Peraturan Bupati Kulon Progo yang mengatur tentang lingkungan hidup. Produk hukum ini diharapkan dapat mengatur secara maksimal tentang tugas dan peran Kantor Lingkungan Hidup, serta dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. 102

114 4.3.2 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten Kulon Progo untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pengelola lingkungan hidup daerah, tahun 2016 murni berasal dari APBD. Besarnya anggaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 1. APBD Sumber Anggaran Peruntukan Anggaran Kantor Lingkungan Hidup Jumlah Anggaran Tahun Sebelumnya (Rp) Jumlah Anggaran Tahun Berjalan (Rp) APBN Bantuan Luar Negeri 0 0 Total Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Kemudian anggaran APBD berdasarkan masing-masing SKPD adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Kantor Lingkungan Hidup No. Uraian Anggaran 1. Pemantauan Kualitas Lingkungan Pengkajian dampak lingkungan Pengembangan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup Pembangunan biodigester biogas limbah Penanganan kasus lingkungan hidup Pengawasan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber sumber air Pembangunan ruang terbuka hijau Pemberdayaan masyakarat dalam perlindungan dan konservasi SDA Belanja Administrasi umum Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo,

115 Tabel 4.6 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Kesehatan No. Uraian Anggaran 1. Penyehatan sanitasi lingkungan Pengembangan kawasan sehat Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 4.7 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Pekerjaan Umum No. Uraian Anggaran 1. Pembangunan fasilitas lingkungan rusunawa Penyusunan tata bangunan dan lingkungan Penyediaan prasarana sarana dan utilitas (PSU) lingkungan perumahan dan perukiman Pemeliharan saluran drainase dan gorong-gorong Pembangunan rehabiitasi dan pemeliharan Bantaran dan tanggul Rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi Pelayanan persampahan dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan Pemeliharaan kebersihan kota Peningkatan prasarana dan sarana persampahan Pengembangan kota Pembangunan taman kota Pemeliharan ruang terbuka hijau Penyediaan sarana sanitasi dasar Penyediaan sarana air bersih Pembangunan embung dan penampung air lainnya Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo,

116 Tabel 4.8 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah No. Uraian Anggaran 1. Penyusunan perencanaan tata ruang Pengendalian pemanfaatan ruang Monitoring dan evaluasi pembangunan sumber daya air Penyusunan perencanaan percepatan pembangunan sanitasi pemukiman Penyusunan masterplan RTH perkotaan Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 4.9 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 No. Uraian Anggaran 1. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor Pembangunan fasilitas lalulintas angkutan jalan Pembangunan dan pemasangan APILL Pengelolaan terminal Pemeliharaan terminal Pemeliharaan sub terminal Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 4.10 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Sekretariat Daerah No. Uraian Anggaran Pengelolaan batas wilayah kabupaten dan pembakuan nama geografis Monev dan perumusan kebijakan bidang pertambangan, energi, dan lingkungan hidup Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo,

117 Tabel 4.11 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Pertanian dan Kehutanan No. Uraian Anggaran 1. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan Pengembangan pengujian dan pengendalian peredaran hasil hutan Konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan Penyelenggaraan pembibitan tanaman pangan dan hortikultura Penyelenggaraan pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan Peningkatan produksi tanaman dan perkebunan Peningkatan produksi buah-buahan dan tanaman hias Peningkatan produksi tanaman serealia Peningkatan produksi tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian Peningkatan produksi sayur-sayuran dan tanaman obat Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan Penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan Penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura Pengembangan sarana dan prasarana tanaman pangan Pengembangan sarana dan prasarana hortikultura Pengembangan sarana dan prasarana perkebunan Penetapan lahan pertanian berkelanjutan Jumah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 4.12 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan No. Uraian Anggaran 1. Pengembangan bibit ikan unggul Pembinaan dan pengembangan perikanan Pengembangan sarana dan prasarana perikanan budiidaya Pengembangan ternak besar Pengembangan ternak kecil dan unggas Perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya perikanan Jumah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo,

118 Tabel 4.13 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup dari Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan No. Uraian Anggaran 1. Pengembangan kawasan rumah pangan lestari Informasi dan publikasi pertanian perikanan dan kehutanan Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, Institusi Pengelola Lingkungan Hidup Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor : 16 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, maka organisasi dan lembaga pengelola lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo adalah Kantor Lingkungan Hidup (KLH). Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Kulon Progo mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Kantor; 2. Sub. Bagian Tata Usaha; 3. Seksi Pengembangan Kapasitas; 4. Seksi Pengawasan dan Pengendalian; 5. Seksi Pemantauan dan Pemulihan; 6. Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu. Jumlah pegawai yang dimiliki oleh Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo sejumlah 18 orang dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4.14 Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup menurut Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Doktor (S3) Master (S2) Sarjana (S1) Diploma (D3/D4) SLTA Jumlah Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo,

119 Sumber daya manusia yang dimiliki Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo memang terbatas, namun tetap dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai institusi pengelola lingkungan hidup daerah dengan baik. Secara kuantitas terbatas, tetapi secara kualitas sumber daya manusia terus ditingkatkan, dengan mengikuti diklat teknis yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup DIY, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta pihak lain yang terkait. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo juga belum memiliki pejabat fungsional tertentu meskipun sudah ada personil yang mengikuti diklat PPLHD sejumlah 3 (tiga) personil dan juga PPNS Daerah. Dengan semakin meningkatnya permasalahan bidang lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo, diharapkan kelembagaan pengelola lingkungan hidup daerah terus ditingkatkan statusnya demikian juga dengan kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya. 108

120 BAB V PENUTUP Isu prioritas lingkungan hidup digunakan untuk menentukan urutan prioritas dalam memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Isu prioritas lingkungan hidup daerah Kabupaten Kulon Progo disusun berdasarkan kesepakatan antar pemangku kebijakan dengan memperhatikan pendekatan PSR (Pressure State and Response). Kabupaten Kulon Progo menentukan empat isu lingkungan hidup yang menjadi prioritas pemerintah Kabupaten Kulon Progo pada tahun Keempat isu prioritas tersebut adalah pemanfaatan sumber daya alam yang belum menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan; maraknya kegiatan penambangan di kawasan perbukitan Menoreh; pembangunan mega proyek (bandara, penambangan pasir besi, JJLS, dan pelabuhan) dan Pengembangan Kawasan Industri Sentolo yang mempengaruhi laju alih fungsi lahan dan keberlanjutan fungsi ekologi-sosial daerah terdampak; kondisi topografis dan geografis Kulon Progo yang rawan bencana tanah longsor di daerah utara dan banjir di daerah selatan. Kondisi lingkungan hidup Kabupaten Kulon Progo diuraikan pada lima bagian yaitu tataguna lahan, kualitas air, kualitas udara, resiko bencana, dan perkotaan. Tataguna lahan di wilayah Kabupaten Kulon Progo disesuaikan dengan kondisi lahan dan diatur dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kulon Progo yang dominan adalah peruntukan pertanian, peruntukan kawasan industri dan peruntukan pertambangan. Kualitas air terdiri dari kualitas air sungai, kualitas air tanah, kualitas air laut serta kualitas air waduk, situ, dan embung. Kualitas air sungai di Kabupaten Kulon Progo di ukur berdasarkan tiga parameter yaitu parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologi. Pemantauan kualitas air sungai dilakukan di Sungai Serang, karena sungai tersebut melintas di wilayah perkotaan Wates dan rawan terkena pencemaran lingkungan. Pengujian dilakukan tiga periode dalam tahun Hasil pengujian menunjukan bahwa H2S merupakan kosentrasi terbesar pada semua periode pengujian yang menunjukkan diatas baku mutu yaitu diatas 0,002 mg/l. 109

121 Selain itu yang melebihi baku mutu pada pengujian kualitas air Sungai Serang adalah Fecal coliform, Total coliform, COD, NO2, Detergen, TTS dan DO. Kualitas air tanah pada Kabupaten Kulon Progo berdasarkan pemantauan yang dilakukan pada 25 titik menunjukan hasil bahwa kandungan mangan memiliki nilai terbesar yaitu 93% telah melebihi baku mutu. Kualitas air laut pada Kabupaten Kulon Progo masih berada pada kondisi normal dan seluruh parameter pencemaran air laut di Kabupaten Kulon Progo tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan. Kualitas air waduk, situ, dan embung berdasarkan pengujian kualitas air yang dilakukan di Waduk Sermo menunjukan bahwa Waduk Sermo tergolong baik dan masih layak untuk air baku air minum PDAM Kulon Progo. Kualitas udara pada Kabupaten Kulon Progo tahun 2016 masih dalam keadaan normal. Seluruh parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas udara berada di bawah baku mutu kecuali parameter kebisingan. Tingkat kebisingan yang diatas baku mutu terletak di depan Pasar Bendungan pada pengamatan bulan Oktober dan pertigaan Brosot, Galur (Tugu Brosot) di bulan Maret dan Oktober. Pada Tahun 2016 telah terjadi bencana tanah longsor dan banjir di Kabupaten Kulon Progo. Penyebab terjadinya bencana tanah longsor dan banjir dikarenakan tingginya curah hujan yang terjadi pada tahun Bencana tanah longsor banyak terjadi di wilayah bagian utara dikarenakan wilayah tersebut merupakan daerah perbukitan. Sedangkan banjir terjadi di wilayah bagian selatan yang memiliki ketinggian antara meter di atas permukaan air laut. Jumlah penduduk di Kabupaten Kulon Progo terus mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin memiliki perbandingan 50:50. Permasalahan perkotaan yang ada di Kabupaten Kulon Progo yaitu kepadatan penduduk, kemiskinan, munculnya permukiman kumuh, dan permasalahan sampah. Inovasi-inovasi daerah Kabupaten Kulon Progo dikembangkan untuk melaksanakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Pemerintah dalam menjalakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juga di bantu masyarakat yang ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Kulon progo. 110

122 DAFTAR PUSTAKA Bank Dunia Mengurangi Kemiskinan. Diakses pada tanggal 10 Mei 2011, dari n/ / / /reducingpoverty.pdf Chay, Asdak Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Humairah Isu Lingkungan. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016, dari Keputusan Gubernur. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 153 Tahun 2002 Tentang Baku Mutu Udara Ambien Daerah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003 Nomor 34 Seri : E. Sekretaris Daerah. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo Diakses pada tanggal 3 April 2016, dari Peraturan Bupati Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 42 Tahun 2011 Tentang Reklamasi Tambang. Berita Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 Nomor 42. Sekretaris Daerah. Kabupaten Kulon Progo. Peraturan Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 9 Tahun 2007 Seri E. Sekretaris Daerah. Kabupaten Kulon Progo. Peraturan Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 Nomor 1. Sekretaris Daerah. Kabupaten Kulon Progo. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Nomor 7. Sekretaris Daerah. Daerah Istimewa Yogyakarta. Peraturan Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2014 Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batunbara. Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 Nomor 4. Sekretaris Daerah. Kabupaten Kulon Progo. Peraturan Gubernur. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No 20 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekretaris Daerah. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66. Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Republik Indonesia. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167. Menteri Negara Sekretaris Negara. Republik Indonesia. 111

123 Data Primer: Data Primer Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta. Data Primer Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Dinas Kesehatan Kab Kulon Progo. Data Primer Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo. Data Primer Jumlah Rumah Tangga Miskin. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data Primer PDAM Kabupaten Kulon Progo. 112

124 LAMPIRAN

125 Tabel-1 : Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Kawasan I. Kawasan Lindung Luas Kawasan (Ha) Vegetasi Tutupan Lahan (Ha) Area Tanah Terbangun Terbuka Badan Air A. Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya 1. Kawasan Hutan Lindung 278, ,526 7,091 0, Kawasan Bergambut 3. Kawasan Resapan Air , , ,544 11,969 Jumlah , , ,635 12,930 B. Kawasan Perlindungan Setempat 1. Sempadan Pantai 513, ,943 0, ,926 1, Sempadan Sungai 2.047, , ,753 27, , Kawasan Sekitar Danau 341, ,69 16, ,070 atau Waduk 4. Ruang Terbuka Hijau Jumlah 2.903, , , , ,934 Kawasan Suaka Alam, C. Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 1. Kawasan Suaka Alam 107,379 83,173 5,476 15,309 3,42 2. Kawasan Suaka Laut dan Perairan Lainnya 3. Suaka Margasatwa dan 887, ,961 54,716 0,745 Suaka Margasatwa Laut 4. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut 5. Kawasan Pantai Berhutan Bakau Taman Nasional dan Taman Nasional Laut 7. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut 8. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Jumlah 994,816 D. Kawasan Rawan Bencana 1. Kawasan Rawan Tanah , ,041 43,967 Longsor 2. Kawasan Rawan Gelombang Pasang 3. Kawasan Rawan Banjir 1.764, , ,284 17,799 Jumlah 9.765, , ,325 61,766 E. Kawasan Lindung Geologi 1. Kawasan Cagar Alam Geologi i. Kawasan Keunikan Batuan dan Fosil ii. Kawasan Keunikan Bentang Alam iii. Kawasan Keunikan Proses Geologi Jumlah Lampiran Data DIKPLHD 113

126 2. 3. Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan i. Letusan Gunung Berapi Kawasan Rawan ii. Gempa Bumi Kawasan Rawan iii. Gerakan Tanah Kawasan yang iv. Terletak di Zona Patahan Aktif Kawasan Rawan v. Tsunami Kawasan Rawan vi. Abrasi vii Kawasan Rawan. Gas Beracun Jumlah Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah Kawasan Imbuhan i. Air Tanah Sempadan Mata ii , ,041 43, ,069 15, ,27 91, , Air Jumlah Jumlah 9.232, F. Kawasan Lindung Lainnya 1. Cagar Biosfer Ramsar Taman Buru Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah 5. Kawasan pengungsian Satwa 6. Terumbu Karang Kawasan Koridor bagi Jenis Satwa atau Biota Laut yang Dilindungi Jumlah Jumlah Total Kawasan Lindung , II. Kawasan Budidaya Jumlah Total Kawasan Budidaya Keterangan : Berdasarkan Perda Kabupaten Kulon Progo Nomor : 1 Tahun 2002 tentang RTRW Kabupaten Kulon Progo Tahun (nol) : Tidak tersedia data Sumber : Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 114

127 Tabel-2 : Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 Luas Lahan (Ha) No. Kecamatan Non Lahan Badan Sawah Perkebunan Hutan Pertanian Kering Air Total 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Keterangan : - Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel-3 : Luas Hutan Berdasarkan Fungsi dan Status Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Fungsi Hutan Luas (Ha) A. Berdasarkan Fungsi Hutan 1. Hutan Produksi 601,5 2. Hutan Lindung 249,40 3. Taman Nasional 0 4. Taman Wisata Alam 0 5. Taman Buru 0 6. Cagar Alam 0 7. Suaka Margasatwa 181,5 8. Taman Hutan Raya 0 B. Berdasarkan Status Hutan 1. Hutan Negara (Kawasan Hutan) 0 2. Hutan Hak/Hutan Rakyat Hutan Kota 9, Taman Hutan Raya 0 6. Taman Keanekaragaman Hayati 0 Keterangan : Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 115

128 Tabel-4 : Luas Lahan Kritis Di dalam dan Luar Kawasan Hutan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) Jumlah Total (Ha) 1. Temon 729, ,87 2. Wates 285, ,98 3. Panjatan 646, ,17 4. Galur 680, ,12 5. Lendah 163, ,74 6. Sentolo 450, ,50 7. Pengasih 238, ,74 8. Kokap 165, ,76 9. Girimulyo 445, , Nanggulan 99, , Samigaluh 430, , Kalibawang 572, ,62 Total 4.908, ,69 Keterangan : Data yang tersedia adalah data lahan kritis, kolom kosong artinya tidak ada kriteria lahan yang sangat kritis di Kabupaten Kulon Progo. Lahan Kritis di Kabupaten Kulon Progo berada di Luar Kawasan Hutan Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel-5 : Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air Kabupaten : Kulon Progo Lokasi : Sidomulyo Pengasih Tahun Data : 2016 No. Tebal Tanah Ambang Kritis Erosi (PP 150/2000) (mm/10 tahun) Besaran erosi (mm/10 tahun) Status Melebihi/Tidak 1. < 20 cm 0,2-1, < 50 cm 1,3 - < 4 2 Tidak < 100 cm 4,0 - < 9, cm 9, > 150 cm > 12 0 Keterangan : nol (0) berarti tidak dilakukan pengukuran Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 116

129 Tabel-6 : Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Kabupaten : Kulon Progo Lokasi : Lendah Tahun Data : 2016 No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil Status 150/2000) Pengamatan Melebihi/Tidak 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,94 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 21,14 Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 cm/jam 0,997 Melebihi 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,87 Tidak 8. Daya Hantar Listrik /DHL > 4,0 ms/cm Tidak 9. Redoks < 200 mv 88 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil Status 150/2000) Pengamatan Melebihi/Tidak 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,18 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 50,42 Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 1,416 Melebihi cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,41 Tidak 8. Daya Hantar Listrik 466 Tidak > 4,0 ms/cm /DHL 9. Redoks < 200 mv 67 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil Status 150/2000) Pengamatan Melebihi/Tidak 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,66 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 19,02 Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 0,137 Melebihi cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,58 Tidak 8. Daya Hantar Listrik 419 Tidak > 4,0 ms/cm /DHL 9. Redoks < 200 mv 65 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil Status 150/2000) Pengamatan Melebihi/Tidak 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 Lampiran Data DIKPLHD 117

130 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,76 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 24,14 Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 0,052 Melebihi cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,26 Tidak 8. Daya Hantar Tidak > 4,0 ms/cm Listrik/DHL 9. Redoks < 200 mv 53 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil 150/2000) Pengamatan 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,73 Tidak Status Melebihi/Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 31,07 Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 0,078 Melebihi cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,77 Tidak 8. Daya Hantar 900 Tidak > 4,0 ms/cm Listrik/DHL 9. Redoks < 200 mv 84 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil 150/2000) Pengamatan 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,68 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 20,38 Tidak Status Melebihi/Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 7,795 Melebihi cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 6,89 Tidak 8. Daya Hantar Tidak > 4,0 ms/cm Listrik/DHL 9. Redoks < 200 mv 34 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil 150/2000) Pengamatan 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 Komposisi Fraksi Status Melebihi/Tidak 3. < 18 % koloid; 0 Berat Isi > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Porositas Total > 1,4 g/cm 3 2,01 Tidak 5. Derajat Pelulusan air < 30 % ; > 70 % 16,94 Tidak < 0,7 cm/jam; > 8,0 0,083 Tidak 6. ph (H2O) 1 : 2,5 cm/jam 7. Daya Hantar 7,72 Tidak < 4,5 ; > 8,5 Listrik/DHL 8. Redoks > 4,0 ms/cm 942 Tidak 9. Jumlah Mikroba < 200 mv 77 Tidak Lampiran Data DIKPLHD 118

131 10. Ketebalan Solum < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil Status 150/2000) Pengamatan Melebihi/Tidak 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 2,06 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 10,04 Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 27,499 Melebihi cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,83 Tidak 8. Daya Hantar 744 Tidak > 4,0 ms/cm Listrik/DHL 9. Redoks < 200 mv 93 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil 150/2000) Pengamatan 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,97 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 16,88 Tidak Status Melebihi/Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 0,051 Tidak cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,97 Tidak 8. Daya Hantar 836 Tidak > 4,0 ms/cm Listrik/DHL 9. Redoks < 200 mv 93 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak No. Parameter Ambang Kritis (PP Hasil 150/2000) Pengamatan 1. Ketebalan Solum < 20 cm 0 2. Kebatuan Permukaan > 40 % 0 3. Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 0 > 80 % pasir kuarsitik 0 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,84 Tidak 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 23,33 Tidak Status Melebihi/Tidak 6. Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 0,109 Melebihi cm/jam 7. ph (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 7,69 Tidak 8. Daya Hantar 999,5 Tidak > 4,0 ms/cm Listrik/DHL 9. Redoks < 200 mv 76 Tidak 10. Jumlah Mikroba < 10 2 cfu/g tanah Tidak Keterangan : Data pemantauan tahun 2016 di Kecamatan Lendah Ada 10 lokasi pemantauan (urut dari atas kebawah, lokasi 1-10) Sumber : BLH DIY, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 119

132 Tabel-7 : Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No Parameter Subsidensi Gambut di atas pasir kuarsa Kedalaman Lapisan Berpirit dari permukaan tanah Kedalaman Air Tanah Ambang Kritis (PP 150/2000) > 35 cm/tahun untuk ketebalan gambut 3 m atau 10% / 5 tahun untuk ketebalan gambut < 3 m < 25 cm dengan ph 2,5 Hasil Pengamatan Melebihi/ Tidak > 25 cm 0 0 dangkal Keterangan : Tidak ada lahan basah (gambut) di Kabupaten Kulon Progo Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel-8 : Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Lokasi Luas Lokasi (Ha) Persentase tutupan (%) Kerapatan (pohon/ha) 1. Jangkaran, Temon Banaran, Galur Total Keterangan : - Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian Setda Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel-9 : Luas dan Kerusakan Padang Lamun Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Luas (Ha) Persentase Area Kerusakan (%) 1. Temon Wates Panjatan Galur 0 0 Total 0 0 Keterangan : Tidak terdapat Padang Lamun di Kabupaten Kulon Progo (Nama Kecamatan yang mempunyai wilayah Laut) Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 120

133 Tabel-10 : Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Luas Sangat Sedang Rusak Baik (%) Tutupan (Ha) Baik (%) (%) (%) 1. Temon Wates Panjatan Galur Total Keterangan : Tidak terdapat Terumbu Karang di Kabupaten Kulon Progo (Nama Kecamatan yang mempunyai wilayah Laut) Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 11 : Luas Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Lama Baru Sumber Perubahan 1. Pemukiman ,71 2. Industri Perkebunan Pertambangan 139,65 134, Sawah Pertanian Lahan Kering 7. Perikanan 177,94 132,6 Pengembangan bandara internasional Daerah Istimewa Yogyakarta 8. Lainnya (sebutkan) 0 0 Keterangan : Luas pertambangan berdasarkan Ijin Lingkungan 2015 (Lama) dan 2016 (Baru) nol (0) berarti tidak terdapat data Sumber : Bappeda, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kab. Kulon Progo,2016 Lampiran Data DIKPLHD 121

134 Tabel 12 : Jenis Pemanfaatan Lahan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Jenis Pemanfaatan Lahan Jumlah Luas (Ha) Keterangan 1. Tambang 134, Perkebunan Pertanian Pemanfaatan Hutan Keterangan : Pertambangan berdasarkan Ijin Lingkungan Tahun 2016 Tidak diketahui jumlah dan tidak ada pengelompokkan berdasarkan skala usaha Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 13 : Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No Jenis Bahan Galian Pertambangan dan pengolahan batu andesit Pertambangan dan pengolahan batu andesit 3. Penambangan sirtu Nama Perusahaan PT. Jago Jaya Cemerlang PT. Bumi Kalimasada Pertambangan PT.Gunung Sejahtera Temom Luas Ijin Usaha Penambangan (Ha) Luas Areal (Ha) Produksi (Ton/ Tahun) 19 19, ,77 29, ,5 9, Pengolahan/pemurnia n batu andesit 5. Pertambangan dan PT. Agung Baru pengolahan batu Cemerlang andesit 6. Penambangan tanah urug 7. Penambangan dan PT. Pasir Alam pengolahan pasir dan Sejahtera batu 8. Penambangan pasir CV. Bedjoe dan batu sungai Oetomo progo 9. Penambangan dan CV. Handika pengolahan batuan Karya andesit Keterangan : Data berdasarkan Ijin Lingkungan tahun 2016 Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 CV. Putra Diafan 0,3605 0, CV. Cahaya ,8 4, ,99 4, Lampiran Data DIKPLHD 122

135 Tabel 14 : Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 Penghijauan Realisasi Reboisasi Luas Jumlah Luas Realisasi No. Kecamatan Target Target Realisasi Pohon Realisasi Jumlah Pohon (Ha) (Ha) (Ha) (batang) (Ha) (Batang) 1. Wates 0,05 0, Wates dan Pengasih 0,11 0, Samigaluh 0,13 0, Total 0,29 0, Keterangan : nol (0) tidak diketahui data Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 15 : Kondisi Sungai Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Panjang Lebar (m) Kedalaman Debit (m3/dtk) Sungai (km) Permukaan Dasar (m) Mak Min 1. Progo 56, Serang 23, Ngrancah 9, Gede 11, Nagung 10, Seling 7, Pening 7, Sidatan 3, Sari 3, Bogem 2, Kopat 1, Papah 21, Tinalah 6, Kamal/Sudu 11, Salak 5, Dungong 5, Klegung 6, Rewo 19. Jembangan 8, Banyu Meneng 5, Keterangan : (0) tidak tersedia data Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 123

136 Tabel 16 : Kondisi Danau/Waduk/Situ/Embung Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) Volume (m3) Danau 1. Tidak Ada 0 0 Waduk 1. Waduk Sermo Situ 1. Tidak Ada 0 0 Embung 1. Embung Tangkisan I Embung Tangkisan II Embung Ngroto 0, Embung Kayangan 0, Embung Dawetan 0, Embung Penggung 1, Embung Blubuk 0, Embung Bogor Embung Batur Embung Kalibuko I dan Plampang Embung Kedungromo Embung Weden Embung Cikli Embung Sambeng Embung Bibis Embung Jurug Embung Samigaluh Embung Kleco Embung Tonogoro Keterangan : Tidak ada Danau dan Situ di Kabupaten Kulon Progo Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 124

137 Tabel 17 : Kualitas Air Sungai Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No Parameter Satuan Data Sungai Nama Lokasi : Sungai Serang Koordinat : Keterangan dibawah Waktu Pemantauan : 20 Juli 2016 FISIKA Lokasi Sampling Temperatur ºC 25,6 25,2 25,7 26,0 25,1 Baku Mutu ±3 derajat Celcius terhadap suhu udara 2. Residu Terlarut mg/ L Residu mg/l 0 Tersuspensi KIMIA ANORGANIK 4. ph 8,19 7,84 8,37 8,13 8,3 6-8,5 5. DHL mg/l 6. TDS mg/l , TSS mg/l DO mg/l 6,98 7,39 7,76 7,58 7,45 minimal 5 9. BOD mg/l < 0,86 < 0,86 < 0,86 < 0,86 < 0, COD mg/l 29,52* 20,16 23,52 20,99 10, NO2 mg/l 0,01 0,022 0,006 0,018 0,009 0, NO3 mg/l 2,017 1,041 1,541 1,955 2, NH3 mg/l 14. Klorin bebas mg/l < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 15. T-P mg/l 16. Fenol µg/l < 2 < 2 < 2 < 2 < Minyak dan Lemak µg/l 18. Detergen µg/l Fecal coliform jmlh/ * ml 1130* 29000* 9900* Total coliform jmlh/ * ml 6800* 38000* 9900* Sianida mg/l < 0,006 < 0,006 < 0,006 < 0,006 < 0,006 0, H2S mg/l 0,006 0,047 0,037 < 0,001 0,019 0,002 Keterangan : Batas maksimum yang diperbolehkan sesuai Standar Baku Mutu Air Peraturan Gubernur DIY No. 20 Th 2008 tentang Baku Mutu Air di Propinsi DIY (Kelas II) * : Melebihi Baku Mutu lokasi 1 : Sungai Serang (Pekik Jamal Bojong IX Panjatan) 2 : Sungai Serang (Jembatan Durungan Wates) 3 : Sungai Serang (Pendem Sidomulyo Pengasih) 4 : Sungai Serang (Kamal Karangsari Pengasih) 5 : Sungai Serang (Kedung Galih Pengasih) Sumber : BLH DIY, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 125

138 Tabel 17.A : Kualitas Air Sungai Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No Parameter Satuan Lokasi Sampling Nama Lokasi : Sungai Serang Data Koordinat : Keterangan dibawah Sungai Waktu Pemantauan : 16 September 2016 FISIKA 1. Temperatur ºC 28,6 28,2 28,5 28,4 28,4 Baku Mutu ±3 derajat Celcius terhadap suhu udara 2. Residu Terlarut mg/ L Residu Tersuspensi mg/l KIMIA ANORGANIK 4. ph 7,33 7,11 7,14 7,1 7,09 6-8,5 5. DHL mg/l 6. TDS mg/l TSS mg/l 15, DO mg/l 7,77 7,9 8,35 8,22 7,99 minimal 5 9. BOD mg/l 1,12 < 0,86 < 0,86 < 0,86 < 0, COD mg/l 21,4 86,94* 33,44* 12,04 10, NO2 mg/l 0,116 0,200* 0,015 1,704* 0,300* 0, NO3 mg/l 0,082 0,066 0,033 0,098 0, NH3 mg/l 14. Klorin bebas mg/l < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 15. T-P mg/l 16. Fenol µg/l < 2 < 2 <2 < 2 < Minyak dan Lemak µg/l 18. Detergen µg/l * 221* Fecal coliform jmlh/1 000 ml * * 3800* Total coliform jmlh/1 000 ml * Sianida mg/l < 0,006 < 0,006 < 0,006 < 0,006 < 0,006 0, H2S mg/l 0,060* 0,023* 0,018* 0,022* 0,020* 0,002 Keterangan : Batas maksimum yang diperbolehkan sesuai Standar Baku Mutu Air Peraturan Gubernur DIY No. 20 Th 2008 tentang Baku Mutu Air di Propinsi DIY (Kelas II) * : Melebihi Baku Mutu lokasi 1 : Sungai Serang (Pekik Jamal Bojong IX Panjatan) 2 : Sungai Serang (Jembatan Durungan Wates) 3 : Sungai Serang (Pendem Sidomulyo Pengasih) 4 : Sungai Serang (Kamal Karangsari Pengasih) 5 : Sungai Serang (Kedung Galih Pengasih) Sumber : BLH DIY, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 126

139 Tabel 17.B : Kualitas Air Sungai Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 Lokasi Sampling No Parameter Satuan Nama Lokasi : Sungai Serang Data Koordinat : Keterangan dibawah Sungai Waktu Pemantauan : 12 Oktober 2016 FISIKA 1. Temperatur ºC 29,7 28,1 28,0 28,0 28,1 Baku Mutu ±3 derajat Celcius terhadap suhu udara 2. Residu Terlarut mg/ L Residu mg/l Tersuspensi KIMIA ANORGANIK 4. ph 7,46 7,63 7,82 7,52 7,61 6-8,5 5. DHL mg/l 6. TDS mg/l TSS mg/l 91* DO mg/l 4,85* 5,1 5,3 5,1 5,1 minimal 5 9. BOD mg/l < 0,86 < 0,86 < 0,86 < 0,86 < 0, COD mg/l 69,44* 86,80* 3,47 3,47 < 3, NO2 mg/l 0,176* 0,146* 0,084* 0,283* 0,158* 0, NO3 mg/l 1,386 1,286 0,868 0, NH3 mg/l 14. Klorin bebas mg/l < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 15. T-P mg/l 16. Fenol µg/l < 2 < 2 < 2 < 2 < Minyak dan Lemak µg/l 18. Detergen µg/l * * Fecal coliform jmlh/ ml * * Total coliform jmlh/ * 00 ml * * Sianida mg/l 0,007 0,008 0,007 0,006 < 0,006 0, H2S mg/l 0,053* 0,055* 0,050* 0,019* 0,074* 0,002 Keterangan : Batas maksimum yang diperbolehkan sesuai Standar Baku Mutu Air Peraturan Gubernur DIY No. 20 Th 2008 tentang Baku Mutu Air di Propinsi DIY (Kelas II) * : Melebihi Baku Mutu lokasi 1 : Sungai Serang (Pekik Jamal Bojong IX Panjatan) 2 : Sungai Serang (Jembatan Durungan Wates) 3 : Sungai Serang (Pendem Sidomulyo Pengasih) 4 : Sungai Serang (Kamal Karangsari Pengasih) 5 : Sungai Serang (Kedung Galih Pengasih) Sumber : BLH DIY, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 127

140 Tabel 18 : Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama 1. Waduk a. Waduk Sermo Waktu Sampling (tgl/th/ bulan) Tempe ratur (ºC) Residu terlarut (mg/l) 16-Feb-16 27, Mei-16 28,5 0 Residu tersuspen si (mg/l) 0 0 ph 7,3 7,8 DHL (mg/l) TDS (mg/l) TSS (mg/l) DO (mg/l) BOD (mg/l) COD (mg/l) 0 NO2 (mg/l) NO3 (mg/l) NH3 (mg/l) , Sep-16 29, , , Nov , Nov-16 26, , ,0028 0,02 0 Lanjutan No. 1. Waduk Nama Waktu Sampling (tgl/th/ bulan) Klorin bebas (mg/l) T-P (mg/l) Fenol (µg/l) a. Waduk Sermo 16-Feb Minyak dan Lemak(µg/L) Detergen (µg/l) 0 0 Fecal coliform (jml/1000ml) 24-Mei Total coliform (jmlh/100ml) 06-Sep Sianida (mg/l) H2S (mg/l) Nov Nov , Keterangan : Kulon Progo tidak memiliki Danau dan Situ Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 128

141 Tabel-19 : Kualitas Air Sumur Kabupaten : Kulon Progo Tahun : 2016 No. Lokasi Sumur Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Temperatur (ºC) Residu terlarut (mg/l) Residu tersuspensi (mg/l) ph BOD (mg/l) COD (mg/l) DO (mg/l) Total Fosfat sbg P (mg/l) NO3 sbg N (mg/l) 1. Ibu Sujirah, TPA Ringinardi Kulon ,4 0,042 Progo 2. Pak Jimah, TPA Ringinardi Kulon ,6 0,348 Progo 3. SM 3 Kokap, Pti Emas Kokap ,6 0,289 Kulon Progo 4. Bu Ngasiyem, Utara Pengolahan ,4 0,289 Emas Kulonprogo 5. Ibu Sugiharti, Utara Pengolahan ,3 0,436 Emas Kulonprogo 6. Pak Purwoko, Utara PT ,6 0,78 ShungChang 7. Ibu Sujihartati Medelu, Utara PT ,7 0,163 Shungcang 8. Sumur Pantau 1 TPA, TPA ,997 Banyuroto, Kulonprogo 9. Pak Harjoyono, Tawang, ,546 Banyuroto, TPA Banyuroto 10. Embung TPA Banyuroto, TPA ,503 Banyuroto 11. Bp. Sudarmadji, 30 m Barat Batik ,1 1,685 Bu Menik. 12. Bp Muhammad, Sebelah Batik Bu ,4 1,546 Menik 13. Bu Wakitri, Timur Batik Bu Dirjo ,2 4, Pak Isman Wunardiyo, Sentra Tahu ,2 5,929 Srandakan 15. Bu Wiji, Timur Industri tahu Pak ,839 Ngadimin, Sentra Tahu Srandakan Lampiran Data DIKPLHD 129

142 Pak Rahmat, RT 026, RW 011, Terban, Pengasih, Kulonprogo Pak Ramlan, RT 26, RW 10, Terban, Pengasih, Kulonprogo Pak Bowo RT 025, RW 010, Terban, Pengasih, Kulonprogo Pak Wasono, RT 25, RW 10, Terban, Pengasih, Kulonprogo Pak Sarjono, RT 003, Beji, Wates, Kulonprogo Pak Susanto, dusun Sekawan, Panjatan, Kulonprogo Pak Darminto, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Barman, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Yoga, Mendiro, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Purnomo, Mendiro, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo ,2 2,67 29, ,3 1,896 28, ,4 4,652 28, ,4 3, ,5 1, ,1 3, ,9 2, ,9 0, ,1 1, ,3 2,408 Lanjutan No. Lokasi Sumur NH3-N Arsen Kobalt Barium Selenum Boron (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) Kadmium (mg/l) 1. Ibu Sujirah, TPA Ringinardi Kulon Progo <0, Pak Jimah, TPA Ringinardi Kulon Progo <0, SM 3 Kokap, Pti Emas Kokap Kulon Progo <0, Bu Ngasiyem, Utara Pengolahan Emas <0,0008 Kulonprogo 5. Ibu Sugiharti, Utara Pengolahan Emas <0,0008 Kulonprogo 6. Pak Purwoko, Utara PT ShungChang <0, Ibu Sujihartati Medelu, Utara PT. Shungcang <0, Sumur Pantau 1 TPA, TPA Banyuroto, <0,0008 Kulonprogo Lampiran Data DIKPLHD 130

143 9. Pak Harjoyono, Tawang, Banyuroto, TPA <0,0008 Banyuroto 10. Embung TPA Banyuroto, TPA Banyuroto <0, Bp. Sudarmadji, 30 m Barat Batik Bu Menik. <0, Bp Muhammad, Sebelah Batik Bu Menik <0, Bu Wakitri, Timur Batik Bu Dirjo <0, Pak Isman Wunardiyo, Sentra Tahu <0,0008 Srandakan 15. Bu Wiji, Timur Industri tahu Pak Ngadimin, <0,0008 Sentra Tahu Srandakan 16. Pak Rahmat, RT 026, RW 011, Terban, - Pengasih, Kulonprogo 17. Pak Ramlan, RT 26, RW 10, Terban, - Pengasih, Kulonprogo 18. Pak Bowo RT 025, RW 010, Terban, - Pengasih, Kulonprogo 19. Pak Wasono, RT 25, RW 10, Terban, - Pengasih, Kulonprogo 20. Pak Sarjono, RT 003, Beji, Wates, - Kulonprogo 21. Pak Susanto, dusun Sekawan, Panjatan, - Kulonprogo 22. Pak Darminto, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Barman, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Yoga, Mendiro, Gulurejo, Lendah, - Kulonprogo 25. Pak Purnomo, Mendiro, Gulurejo, Lendah, - Kulonprogo Lampiran Data DIKPLHD 131

144 Lanjutan No. Lokasi Sumur Khrom VI Tembaga Besi Timbal Mangan Air raksa Seng Khlorida (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) 1. Ibu Sujirah, TPA Ringinardi Kulon 0,011 0,054 0,0268 0,041 0, ,99 Progo 2. Pak Jimah, TPA Ringinardi Kulon Progo 0,011 0,06 0,0339 <0,002 0, ,99 3. SM 3 Kokap, Pti Emas Kokap Kulon 0,013 0,063 0,0312 0,114 0, ,49 Progo 4. Bu Ngasiyem, Utara Pengolahan Emas 0,015 0,093 0,0396 0,095 0,0966 7,49 Kulonprogo 5. Ibu Sugiharti, Utara Pengolahan Emas 0,019 0,089 0,0347 0,152 0,0877 7,99 Kulonprogo 6. Pak Purwoko, Utara PT ShungChang 0,026 0,166 0,0203 0,442 0, ,48 7. Ibu Sujihartati Medelu, Utara PT. 0,023 0,279 0,203 0,876 0,1766 7,49 Shungcang 8. Sumur Pantau 1 TPA, TPA Banyuroto, 0,031 0,238 0,0264 0,257 0, Kulonprogo 9. Pak Harjoyono, Tawang, Banyuroto, 0,03 0,094 0,0378 0,115 0, ,49 TPA Banyuroto 10. Embung TPA Banyuroto, TPA 0,024 0,158 0,0369 0,231 0, ,49 Banyuroto 11. Bp. Sudarmadji, 30 m Barat Batik Bu 0,016 0,0266 0,354 0, ,49 <0,003 Menik. 12. Bp Muhammad, Sebelah Batik Bu Menik 0,016 0,112 0,0187 0,423 0, , Bu Wakitri, Timur Batik Bu Dirjo 0,011 0,105 0,0191 0,126 0, , Pak Isman Wunardiyo, Sentra Tahu 0,008 0,296 0,0253 0,434 0, ,98 Srandakan 15. Bu Wiji, Timur Industri tahu Pak 0,011 0,093 0,0322 0,188 0, ,49 Ngadimin, Sentra Tahu Srandakan 16. Pak Rahmat, RT 026, RW 011, Terban, 0,043 0,078-0,112-30,91 Pengasih, Kulonprogo 17. Pak Ramlan, RT 26, RW 10, Terban, 0,01 0,066-0,25-92,35 Pengasih, Kulonprogo Lampiran Data DIKPLHD 132

145 Pak Bowo RT 025, RW 010, Terban, Pengasih, Kulonprogo Pak Wasono, RT 25, RW 10, Terban, Pengasih, Kulonprogo Pak Sarjono, RT 003, Beji, Wates, Kulonprogo Pak Susanto, dusun Sekawan, Panjatan, Kulonprogo Pak Darminto, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Barman, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Yoga, Mendiro, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo Pak Purnomo, Mendiro, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo 0,007 0,061-0,076-20,48 0,017 0,091-0,04-35,94 0,04 0,634-0,274-8,5 0,014 0,047-0,102-23,54 0,012 0,058-0,095-21,63 0,015 0,048-0,81-23,92 0,011 0,047-0,09-17,61 0,011 0,048-0,052-17,04 Lanjutan No. Lokasi Sumur Lampiran Data DIKPLHD Sianida (mg/l) Fluorida (mg/l) Nitrit sebagai N (mg/l) Sulfat (mg/l) Khlorin Bebas (mg/l) Belerang sebagai H2S (mg/l) Fecal Coliform (jml/100ml) Total Coliform (jml/100ml) 1. Ibu Sujirah, TPA Ringinardi Kulon Progo <0,006 0,339 0,001 10, Pak Jimah, TPA Ringinardi Kulon Progo <0,006 0,356 <0,001 11, SM 3 Kokap, Pti Emas Kokap Kulon Progo <0,006 0,248 <0, , Bu Ngasiyem, Utara Pengolahan Emas <0,006 0,252 <0, , Kulonprogo 5. Ibu Sugiharti, Utara Pengolahan Emas <0,006 0,875 0, , >1898 Kulonprogo 6. Pak Purwoko, Utara PT ShungChang <0,006 0,249 0,795 56,365 >1898 > Ibu Sujihartati Medelu, Utara PT. <0,006 0,236 0,048 30,333 >1898 >1898 Shungcang 8. Sumur Pantau 1 TPA, TPA Banyuroto, <0,006 0,272 0,318 50, >1898 Kulonprogo 9. Pak Harjoyono, Tawang, Banyuroto, TPA <0,006 0,277 0,127 42,764 >1898 >1898 Banyuroto Gross-A Gross-B 133

146 10. Embung TPA Banyuroto, TPA Banyuroto <0,006 0,304 0,779 15, Bp. Sudarmadji, 30 m Barat Batik Bu <0,006 0,39 0,826 53, >1898 Menik. 12. Bp Muhammad, Sebelah Batik Bu Menik <0,006 0,329 0,02 109, > Bu Wakitri, Timur Batik Bu Dirjo <0,006 0,327 0,012 66, Pak Isman Wunardiyo, Sentra Tahu <0,006 0,193 0,023 49, >1898 Srandakan 15. Bu Wiji, Timur Industri tahu Pak <0,006 0,183 0,034 72,643 >1898 >1898 Ngadimin, Sentra Tahu Srandakan 16. Pak Rahmat, RT 026, RW 011, Terban, <0,006 0,593 0,007 31, >1898 Pengasih, Kulonprogo 17. Pak Ramlan, RT 26, RW 10, Terban, <0,006 0,767 0, , >1898 Pengasih, Kulonprogo 18. Pak Bowo RT 025, RW 010, Terban, <0,006 0,767 0,002 49,516 >1898 >1898 Pengasih, Kulonprogo 19. Pak Wasono, RT 25, RW 10, Terban, <0,006 0,678 0,005 87, Pengasih, Kulonprogo 20. Pak Sarjono, RT 003, Beji, Wates, <0,006 0,459 0,092 6,928 >1898 >1898 Kulonprogo 21. Pak Susanto, dusun Sekawan, Panjatan, <0,006 0,419 0,096 45, Kulonprogo 22. Pak Darminto, Gulurejo, Lendah, <0,006 0,35 0,006 56, Kulonprogo 23. Pak Barman, Gulurejo, Lendah, <0,006 0,334 0,005 48, >1898 Kulonprogo 24. Pak Yoga, Mendiro, Gulurejo, Lendah, <0,006 0,388 0,005 48, Kulonprogo 25. Pak Purnomo, Mendiro, Gulurejo, Lendah, <0,006 0,265 0,004 48, >1898 Kulonprogo Keterangan : Kolom kosong berarti tidak dilakukan pengujian Sumber : BLH DIY, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 134

147 Tabel-20 : Kualitas Air Laut Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) Lokasi Sampling Warna (Mt) 1. Pantai Trisik , Pantai Glagah ,82 3. Pantai Glagah , Pantai Congot ,437 Bau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Tak berbau Kecerahan (M) Kekeruhan (NTU) TSS (mg/l) Sampah Lapisan Temperatur Minyak (ºC) ph Salinitas (â ) DO (mg/l) BOD5 (mg/l COD (mg/l) Amonia Total (mg/l) 1,6 18,3 26,7 7,99 5,5 7,07 0,23 0,0094 1,03 7,4 26,4 8,05 5,8 5,97 0,24 0, ,56 28,9 26,1 8, ,25 0,43 0, ,07 29,3 26,2 7, ,15 0,58 0,0094 Lanjutan No. Nama Lokasi Waktu Sampling (tgl/th/bulan) NO2- N(mg/L) NO3N (mg/l) PO4-P (mg/l) Sianida (CN-) (mg/l) Sulfida (H2s) (mg/l) Klor (mg/l) Minyak Bumi (mg/l Fenol (mg/l) 1. Pantai Trisik ,066 0,02 0,007 <0, Pantai Glagah ,066 0,02 0,011 <0, Pantai Glagah ,066 0,02 0,027 <0, Pantai Congot ,066 0,327 0,017 <0,0001 Keterangan : Pantai Glagah dilakukan dua (2) kali pemeriksaan kolom kosong berarti tidak dilakukan pengujian Sumber : BLH DIY, 2016 Pestisida (mg/l) PCB (mg/l) Lampiran Data DIKPLHD 135

148 Tabel 21 : Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama dan Lokasi Stasiun Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1. Temon Wates ,3 230,2 147,8 59,2 377,7 45,9 43,5 314,6 272, Panjatan , Galur Lendah ,5 74, , , Sentolo Pengasih , , Kokap Girimulyo , , , , Nanggulan Samigaluh ,5 547, Kalibawang ,5 315, ,5 216,5 Rata - rata Keterangan : Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 136

149 Tabel 22 : Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya (Pamsimas) 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Keterangan : Sumber : PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 23 : Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 Tempat Buang Air Besar ( Rumah Tangga) Jumlah No. Kecamatan KK Tidak Sendiri Bersama Umum Ada 1. Temon (unit) Wates (unit) Panjatan Galur Lendah Sentolo kk Pengasih kk Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh (unit) Kalibawang Total Keterangan : Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 137

150 Tabel-24 : Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Menurut Tingkatan Pendidikan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Tidak Sekolah/Belum Sekolah SD SLTP SLTA Diploma S1 S2 S3 L P L P L P L P L P L P L P L P 1 Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah Keterangan : - Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 138

151 Tabel 25 : Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita 1. Hipertensi Diare Diabetes Mellitus Pneumonia Tifus Perut Klinis Demam Dengue Diare Berdarah Influensa Tersangka TBC Paru Campak 166 Keterangan : Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 26 : Jumlah Rumah Tangga Miskin Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Jumlah Rumah Tangga Miskin 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Keterangan : Sumber : Jumlah Rumah Tangga - Proyeksi Data Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Kulon Progo, 2016 Jumlah Rumah Tangga Miskin Data Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 139

152 Tabel 27 : Volume Limbah Padat dan Cair berdasarkan Sumber Pencemaran Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. 1. a. Bergerak : Sumber Pencemar Type/Jenis/ Klarifikasi Lampiran Data DIKPLHD Luas (Ha) Volume Limbah Padat (m3/hari) 1. Terminal Wates Terminal 0,79 1,5 2. Sub Terminal Brosot Terminal 0,07 0,5 3. Sub Terminal Sentolo Terminal 0, Sub Terminal Kenteng Terminal 0, Sub terminal Jagalan Terminal 0,10 1,5 6. Sub Jangkaran Terminal 0,10 0,5 7. Stasiun Kereta Api Wates Stasiun 1 2. b. Tidak Bergerak 1. PT. Putra Patria Adikarta Industri 2. PT. Suncang Indonesia Industri 3. Batik Farrras Industri 4. Batik Sembung Industri 5. Batik Yoga Industri 6. Batik Darminto Industri 7. Batik Estin Industri 8. Industri Mie dan Bihun Giripeni Wates 9. Industri Biskuit dan Roti Giripeni Wates Industri Industri 10. Pantai Glagah Wisata Pantai 45 2, Pantai Trisik Wisata Pantai 23,4 0, Waduk Sermo Wisata Alam 15,7 0, Pantai Congot Wisata Pantai 0, Goa Kiskendo Wisata Alam 0,5 0, Puncak Suroloyo Wisata Alam 0,18 0, Dewi Nglinggo Wisata Alam dan budaya 0, DewiSidoarjo Wisata Alam dan budaya 0, Dewi Jatimulyo Wisata Alam dan budaya 0, Dewi Purwosari Wisata Alam dan budaya 0, Dewi Banjarasri Wisata Alam dan budaya 0, Dewi Banjaroyo Wisata Alam dan budaya 1, Dewi Kalibiru Wisata Alam dan budaya 3, Dewi Sermo Wisata Alam dan budaya 24. Dewi Sidorejo Wisata Alam dan budaya 0, Volume Limbah Cair (m3/hari) Volume Limbah B3 Padat (m3/hari) Volume Limbah B3 Cair (m3/hari) 140

153 25. Dewi Purwoharjo Wisata Alam dan budaya 0, Prima Hotel Melati 0, Padan wangi Hotel Melati 1, Puspita 1 Hotel Melati 0, Virgo Hotel Melati 0,84 30 Nuansa Indah Hotel Melati 0,6 31. Primitif Hotel Melati 0,9 32. Gitta Hotel Melati 1, K & G Clasic Hotel Melati 0,9 34. Lintang Sagoro Hotel Melati 0, Guest Hause Hotel Melati 0, Laras Asri Hotel Melati 0, Gitta 2 Hotel Melati 1, Pandan sari Hotel Melati 1, Puspita 2 Hotel Melati 1, Jago Hotel Melati 0,6 41. Glaind Pinnk Hotel Melati 0,6 42. Happy Hotel Melati 0, Sederhana Hotel Melati 1,8 44. Jogya Ijo Hotel Melati 1,2 45. Kembang Lombok Hotel Melati 0, Citra Hotel Melati 0,6 47. Wisma Palma Hotel Melati 0,3 48. Wisma Trio Hotel Melati 0,9 49. Lorong Primitif Hotel Melati 0, Lintas Segoro Hotel Melati 0, Goes Hause Hotel Melati 0, Anugerah1 Hotel Melati 2,4 53. Anugerah2 Hotel Melati 1, Cotage Wisata Alam Hotel Melati 0, Homsty Monggang Hotel Melati 0, Sertani Cotage Hotel Melati 0, Lentera Kasih Hotel Melati 0, Hotel King Hotel Melati 1,8 59. Wisma Sermo Hotel Melati 1, RSUD Wates Rumah Sakit 7,5492 2,36 0,128 50, RSUD Nyi Ageng Serang Rumah Sakit 1,5 0,013 7,167 0,003 0, RS Kharisma Paramedika Rumah Sakit 0, RS PKU Muh Nanggulan Rumah Sakit 0,43 0,0002 0,004 0,002 0, RS St. Yusuf Boro Rumah Sakit 65. RS Rizki Amalia Rumah Sakit 0,39 2,55 2,99 0, RS Pura Raharja Rumah Sakit 0,0008 0, RS Rizki Amalia Medika Rumah Sakit Keterangan : Kolom kosong berarti tidak ada data Sumber : Dinas Perhubungan dan Kominfo, Dinas Perindang dan ESDM, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 141

154 Tabel 28 : Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 Nama dan Suhu Udara Rata-Rata Bulanan ( No 0 C) Lokasi Stasiun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Stasiun Geofisika 1. 27,5 26,6 26,8 27,3 27,2 26,4 26,5 26,2 26,8 26,7 26,3 26,5 Yogyakarta Keterangan : Sumber : BMKG Stasiun Klimatologi Mlati, 2016 Tabel 29 : Kualitas Air Hujan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Parameter Satuan Waktu Pemantauan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1. ph 7,2 7,6 7,6 7,4 7,5 7,5 7, ,5 7,3 2. DHL mg/l , , , SO 4 mg/l 4. NO 3 mg/l 5. Cr mg/l 6. NH 4 mg/l 7. Na mg/l 8. Ca Mg 2+ mg/l Keterangan : Kolom kosong berarti tidak dilakukan pengujian Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 142

155 Tabel 30 : Kualitas Udara Ambien Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Parameter Satuan Lama Lokasi Baku Pengukuran Mutu 1. SO2 µg/nm3 1 jam 50,89 74,5 82,23 91,9 135, CO µg/nm3 1 jam 762,28 853,27 520,95 559,7 816, NO2 µg/nm3 1 jam 46,66 25,48 22,13 22,35 50, O3 µg/nm3 1 jam 3,05 3,56 2,62 2,44 2, HC µg/nm3 6. PM10 µg/nm3 7. PM2.5 µg/nm3 8. TSP µg/nm3 24 jam 215,2 183,77 82,58 165,71 140, Pb µg/nm3 10. Dustfall µg/nm3 11. Total Fluorides sebagai F µg/nm3 12. Fluor Index µg/nm3 13. Khlorine & Khlorine Dioksida µg/nm3 14. Sulphat Index µg/nm3 Keterangan : Baku mutu NO2, SO2, Ox, CO dan Partikel berdasarkan Baku Mutu Udara Ambien Daerah di Prop. DIY No. 153 tahun 2002 tanda (0) nol paramater tidak diukur Lokasi 1 : Pro Liman Karangnongko Jl. Khudori Wates Kulon Progo 2 : Perempatan Pasar Wates Jl. Diponegoro, Wates, Kulon Progo 3 : Pertigaan Sindutan, Temon, Kulon Progo 4 : Depan Pasar Bendungan Jl. KH Wahid Hasyim, Wates, Kulon Progo 5 : Pertigaan Brosot, Galur (Tugu Brosot), Brosot, Kulon Progo Waktu Pemantauan : Maret 2016 Sumber : BLH DIY, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 143

156 Tabel 30.A : Kualitas Udara Ambien Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Parameter Satuan Lama Lokasi Baku Pengukuran Mutu 1. SO2 µg/nm3 1 jam 44,63 41,34 54,05 79,14 109, CO µg/nm3 1 jam 1258,21 856,91 854,94 952,15 998, NO2 µg/nm3 1 jam 27,88 24,55 28,61 35,48 40, O3 µg/nm3 1 jam 8,15 5,95 9,5 9,17 5, HC µg/nm3 6. PM10 µg/nm3 7. PM2.5 µg/nm3 8. TSP µg/nm3 24 jam 218,08 203,92 106,44 173,54 161, Pb µg/nm3 10. Dustfall µg/nm3 11. Total Fluorides sebagai F µg/nm3 12. Fluor Index µg/nm3 13. Khlorine & Khlorine µg/nm3 Dioksida 14. Sulphat Index µg/nm3 Keterangan : Baku mutu NO2, SO2, Ox, CO dan Partikel berdasarkan Baku Mutu Udara Ambien Daerah di Prop. DIY No. 153 tahun 2002 tanda (0) nol paramater tidak diukur Lokasi 1 : Pro Liman Karangnongko Jl. Khudori Wates Kulon Progo 2 : Perempatan Pasar Wates Jl. Diponegoro, Wates, Kulon Progo 3 : Pertigaan Sindutan, Temon, Kulon Progo 4 : Depan Pasar Bendungan Jl. KH Wahid Hasyim, Wates, Kulon Progo 5 : Pertigaan Brosot, Galur (Tugu Brosot), Brosot, Kulon Progo Waktu Pemantauan : Oktober 2016 Sumber : BLH DIY, 2016 Tabel 30(T) : Kualitas Udara Ambien Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Lokasi Konsentrasi db (A) Maret Oktober Pro Liman Karangnongko Jl. Khudori, Wates, 1. Kulon Progo 66,3 67,2 70 Perempatan Pasar Wates Jl. Diponegoro, Wates, 2. Kulon Progo 68,5 68, Pertigaan Sindutan, Temon, Kulon Progo 63,1 68,4 70 Depan Pasar Bendungan Jl. KH Wahid Hasyim, 4. Wates, Kulon Progo 63,2 70,2* 70 Baku Mutu db(a Pertigaan Brosot, Galur (Tugu Brosot), Brosot, Kulon Progo 72,6* 70,8* Keterangan : Baku Mutu Udara Ambien Daerah di Prop. DIY No. 153 tahun 2002 * : Melebihi Baku Mutu Sumber : BLH DIY, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 144

157 Tabel 31 : Penggunaan Bahan Bakar Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Penggunaan Minyak Bakar Minyak Diesel Minyak Tanah Gas Batubara LPG Briket A. Industri 1. Kimia dasar Mesin dan logam dasar Industri Kecil Aneka Industri B. Rumah Tangga C. Kendaraan 1. Mobil Beban Penumpang Pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua Lanjutan No. Penggunaan Kayu Bakar Biomassa Bensin Solar A. Industri 1. Kimia dasar Mesin dan logam dasar Industri Kecil Aneka Industri B. Rumah Tangga C. Kendaraan 1. Mobil Beban Penumpang Pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua Keterangan : 0 (nol) = tidak ada data Sumber : Dinas Perindag dan ESDM Kabupaten Kulon Progo, 2015 Lampiran Data DIKPLHD 145

158 Tabel 32 : Penjualan Kendaraan Bermotor Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No Jenis Kendaraan Jumlah Unit Bermotor Mobil Beban Penumpang pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua Jumlah Keterangan : 0 = data tidak tersedia Sumber : Samsat/KPPD Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 33 : Perubahan Penambahan Ruas Jalan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Jenis Jalan Panjang Jalan (km) Jalan Tol 2. Jalan Kelas I 3. Jalan Kelas II 4. Jalan Kelas IIIA 5. Jalan Kelas IIIB 6. Jalan Kelas IIIC 667,75 667,75 647,8 Keterangan : Kabupaten Kulon Progo belum memiliki Jalan Tol Jalan yang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progoa adalah Jalan Kelas IIIC dan Jalan Non Kelas Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 146

159 Tabel 34 : Dokumen Izin Lingkungan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Jenis Dokumen Kegiatan Pemrakarsa 1. UKL-UPL Pertambangan dan Pengolahan Batu Andesit PT. Jago Jaya Cemerlang 2. UKL-UPL Pembangunan Pemukiman Warga Terdampak Bandara (Desa Janten) BPMPDPKB KP 3. UKL-UPL Pembangunan Pemukiman Warga Terdampak Bandara (Desa Kebonrejo) BPMPDPKB KP 4. UKL-UPL Pembangunan Pemukiman Warga Terdampak Bandara (Desa Palihan) BPMPDPKB KP 5. UKL-UPL Pembangunan Pemukiman Warga Terdampak Bandara (Desa Glagah) BPMPDPKB KP 6. UKL-UPL Pembangunan Pemukiman Warga Terdampak Bandara (Desa Sindutan) BPMPDPKB KP 7. UKL-UPL Pertambangan dan Pengolahan Batu Andesit PT. Bumi Kalimasada Pertambangan 8. UKL-UPL Pembangunan Embung Talunombo DPU KP 9. UKL-UPL Pembangunan Embung Ngruno DPU KP 10. UKL-UPL Pembangunan Pasar Bendungan Disperindag dan ESDM KP 11. UKL-UPL Pertambangan Pasir dan Batu Sungai Progo CV. Bedjoe Oetomo 12. UKL-UPL Pertambangan dan Pengolahan Batu Andesit CV. Handika Karya 13. UKL-UPL Pabrik Triplek dan Plywood Ndandung Sopo Nyono 14. UKL-UPL Pabrik Arang Briket PT. Truva Pasifik 15. UKL-UPL Pembangunan Menara Telekomunikasi PT. Tower Bersama 16. UKL-UPL Industri Jamu dan Obat Tradisional PT Anugerah Jempol Abadi 17. UKL-UPL Pembangunan Embung Batur DPU KP 18. UKL-UPL Pembangunan dan Operasional Menara PT Inti Bangun Sejahtera, Telekomunikasi Tbk. 19. UKL-UPL Pembangunan Panti Werdha Laki-laki Yayasan Brayat Pinuji 20. UKL-UPL Pembangunan Padeokan Pelatihan Pendidikan CV. Property Plus Indonesia 21. UKL-UPL Pembangunan dan Operasional Menara PT Inti Bangun Sejahtera, Telekomunikasi Tbk. 22. UKL-UPL Pembangunan Rusunawa DPU KP 23. UKL-UPL Pembangunan pasar hewan Pengasih Dinas Perindag ESDM 24. UKL-UPL Pengolahan/pemurnian batu andesit CV. Putra Diafan 25. UKL-UPL Pembangunan perumahan ndalem Giripeni PT. Biva Karya Jaya 26. UKL-UPL Pertambangan dan Pengolahan Batu Andesit PT. Agung Baru Cemerlang 27. UKL-UPL Pembangunan Perumahan Griya Ploso Asri PT. Parahyangan Abadi Land (Paraland) 28. UKL-UPL Perubahan dokumen-penambangan dan pengolahan batu andesit CV. Tri Karya 29. UKL-UPL Rehabilitasi Jembatan Duwet Dinas Kebudayaan KP 30. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan (Klinik Pratama) Klinik Pratama Rawat Inap Siti Chotijah 31. UKL-UPL Pembangunan Kampus Universitas Janabadra Yayasan Perguruan Tinggi Yogyakarta Kampus KP Janabadra 32. UKL-UPL Pertambangan dan Pengolahan Pasir dan Batu PT. Pasir Alam Sejahtera 33. UKL-UPL - CV. Bintang Kasatriyan Yogyakarta 34. UKL-UPL Penanaman dan Pengolahan Obat PT. Naturindo Fresh Lampiran Data DIKPLHD 147

160 35. UKL-UPL Menara Telekomunikasi 36. UKL-UPL Menara Telekomunikasi 37. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan 38. UKL-UPL Pembangunan Perumahan Griya Nadhifa Giripeni 39. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Lampiran Data DIKPLHD PT. Daya Mitra Telekomunikasi PT. Daya Mitra Telekomunikasi Klinik Umum dan Rumah Bersalin Citra Paramedika PT. Citra Madina Klinik Pratama Bhayangkara Polres Kulon Progo 40. UKL-UPL Penambangan Tanah Urug CV. Cahaya 41. UKL-UPL Penambangan dan Pengolahan Batu Andesit PT. Agung Baru Cemerlang 42. UKL-UPL Pelayanan Kesehatan Klinik Pratama Aisyiah Panjatan 43. SPPL Kantor Perdagangan Umum dan Perdagangan Jasa Pengadaan Barang CV. Menoreh Selo Kencono 44. SPPL Lembaga Kursus dan Pelatihan LKP Dzaky Salama 45. SPPL Perdagangan LPG Pangkalan LPG Sukismiyati 46. SPPL Kantor Perdagangan Barang CV. Utama Karya Mandiri 47. SPPL Kantor Pertambangan PT. Adikarta Putra Nusantara 48. SPPL Toko Besi dan Bangunan TB. Sinar Lestari 49. SPPL Peternakan Ayam Pedaging Kuwirun 50. SPPL Salon Skin Care For Mom & Baby (Jasa) Shinta Beauty Center 51. SPPL Kantor Jasa Kostruksi dan Pengadaan Barang CV. Sinar Daun 52. SPPL Toko Kelontong Feni Riandari 53. SPPL Kantor Perdagangan Umum CV. Daya Sakti Mandiri 54. SPPL Kantor Pengadaan Barang dan Jasa CV. Puspa Indah 55. SPPL Kantor Pertambangan CV. Watu Berkah Abadi 56. SPPL Kantor Pertambangan CV. Ladang Berkah Abadi 57. SPPL Kantor PT. Marga Yasa Bhakti 58. SPPL Kantor Jasa Kostruksi CV. Tumpu Harapan 59. SPPL Kantor Pertambangan CV. Bumi Selo Sakti 60. SPPL Jasa Konstruksi PT. Bintang Tiga Creasindo 61. SPPL Usaha Perdagangan Pupuk Wakimin 62. SPPL Warung Makan Dapur Semar 63. SPPL Perdangan Barang dan Jasa CV. Global Agro Nus 64. SPPL Pertokoan Toko Prasojo 65. SPPL Apotik CV. Khudori Cemerlang 66. SPPL Kantor Jasa Konstruksi Bintang Rafi Raya 67. SPPL Pengolahan Gula Semut PT. Mega Inovasi Organik 68. SPPL Kolam Ikan Lele (Budidaya) CV. Ijo Royo-royo Losembi 69. SPPL Pengadaan Bibit dan Penjualan CV. Putra Merpati Persada 70. SPPL Kantor Pertambangan PT. Berkah Agung Lumintu 71. SPPL Kantor Bank PT. BRI Kantor Unit Jangkaran 72. SPPL Jual Beli Hasil Bumi Lima Saudara 73. SPPL Perdagangan BBM (Jasa transportasi pengangkut BBM) PT. Maharani Dewata Energi 74. SPPL Jual Beli Emas Toko Mas Ismoyo 75. SPPL Jasa Pelayanan Kesehatan Ika Nurlaila (Bidan Praktek Mandiri) 76. SPPL Perdagangan Hasil Bumi UD. Sedya Mulya 77. SPPL Kios Penyalur Pupuk Putra Tani 148

161 78. SPPL Jasa Loundry Q-Chex Loundry 79. SPPL Kantor Perusahaan CV. Al Jaya Buana 80. SPPL Kantor Jasa Konstruksi dan Pengadaan CV. Dinda Karya 81. SPPL Bidan Praktek Mandiri Lampiran Data DIKPLHD Lasmini (Bidan Praktek Mandiri) 82. SPPL Toko Kelontong Toko Esia 83. SPPL Dagang Eceran Toko Mas Hartono Wiyono 84. SPPL Dagang Hasil Bumi Tondo Sejahtera 85. SPPL Rumah Makan/catering Tondo Sejahtera 86. SPPL Pengolahan gula Semut Jatigiri Syafitri 87. SPPL Kantor Perusahaan CV. Sarana Baja Perjuangan 88. SPPL Toko Makanan dan Minuman Ringan Toko Langgeng Abadi 89. SPPL Suplier Hewan Ternak, Pakan, Bibit Pertanian CV. Azzahra 90. SPPL Toko Kelontong Saijo 91. SPPL Toko Alat-alat Pertanian Graha Teknik Nusantara 92. SPPL Pengadaan Barang dan Jasa CV. Prima Lista 93. SPPL Pelayanan Kesehatan Klinik Pratama Bhakti Kridha Husada 94. SPPL Perdagangan dan Jasa CV. Baja Ringan Jaya 95. SPPL Perdagangan Toko Siti Daryati 96. SPPL Pembangunan Jembatan Rt.05/03 Pedukuhan II Gotakan Panjatan 97. SPPL Kantor Pengadaan Barang dan Jasa Nanik Suem 98. SPPL Jual Beli Kayu Glondong Makmur Jaya 99. SPPL Jasa Fisoterapi Praktek Fisioterapi Nuria Setyawati 100. SPPL Kantor Pengadaan Barang dan Jasa PT. Agung Sinar Mukti 101. SPPL Levelansir UD. Dimas Jaya 102. SPPL Apotik dan Klinik CV. Khudori Cemerlang 103. SPPL Pengolahan Limbah Organik Menjadi Pupuk Greenfarm Organic Lifestyle 104. SPPL Jasa Perjalanan Ticketing PT. Surya Prima Makmur 105. SPPL Perdagangan Daging Ayam dan Telur Sido Muncul 106. SPPL Industri Barang Anyaman Tukiyo Handycraft 107. SPPL Kantor Pengadaan Barang dan Jasa CV. Panguri Pan 108. SPPL Jual Beli Mobil Toko HS Motor 109. SPPL Kantor Pertambangan CV. Surya Dharma 110. SPPL Jasa Konsultan Teknik CV. Cahaya Teknik 111. SPPL Konstruksi dan Perdagangan Umum CV. Lexinacons 112. SPPL Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi CV. KUS 113. SPPL Perdangan Gas PT. Putra Pertam Jaya 114. SPPL Manufaktur dan Perdagangan Umum CV. Lexina Tech 115. SPPL Pertokoan Modern Tomira Proliman 116. SPPL Pertokoan Modern Tomira Bangeran 117. SPPL Perajin Tempe UD. Alim 118. SPPL Toko Modern KSU Mitra Prima Daya 119. SPPL Toko Modern KSU Binangun Prima 120. SPPL Toko Modern BMT. Chairi Makmur 121. SPPL Jasa Pelayanan Kesehatan Bidan Praktek Widyaningsih 122. SPPL Toko Modern KSU Tomira Trijata 123. SPPL Perdagangan Material Gypsum Toko Cinta Gypsum 124. SPPL Minimarket Toko Diponegoro 125. SPPL Minimarket Toko Khudori 126. SPPL Minimarket CV. Anugrah 149

162 127. SPPL Kios Pupuk Sarana Pertanian Kios Parimanggal 128. SPPL - CV. Putra Hutama 129. SPPL - Harapan Sejahtera 130. SPPL Minimarket KSU Koppaneka 131. SPPL Kios Penyalur Pupuk Kios Parimanunggal 132. SPPL Klinik Pratama Tukidja 133. SPPL Perbankan PT. Bank Woori Saudara 134. SPPL Kantor Pertambangan Lampiran Data DIKPLHD Indonesia CV. Cakrawala Gerindang Sejahtera 135. SPPL Kantor Pertambangan CV. Sahabat Sejahtera Group 136. SPPL Perdagangan Toko Grosir Romi Alit 137. SPPL Perdagangan Toko Grosir Arida Sholehah 138. SPPL Kontraktor dan Perdagangan CV. Binangun Karya 139. SPPL Kios Perdagangan Damai 140. SPPL Apotek CV. Brosot Indah Makmur 141. SPPL Klinik Pratama Rawat Jalan CV. Khudori Cemerlang 142. SPPL Jasa STNK CV. Putra Trans Yogyakarta 143. SPPL Fotocopy dan Alat Kantor Lalita 144. SPPL Rumah Potong Ayam RPA Sempulur 145. SPPL Apotek Clereng Farma 146. SPPL Biro Perjalanan Wisata CV. Bangun Kerta Wisata 147. SPPL Toko Kelontong CV. Bangun Kerta Wisata 148. SPPL Perdagangan Barang Elektronik Toko Maya 149. SPPL Jasa STNK, Jasa Transportasi dan Toko Pakaian CV. Putra Trans Yogyakarta 150. SPPL Toko Kelontong Putra Kiro 151. SPPL Perbankan PT. Bank BPD DIY Capem Temon 152. SPPL Toko Bahan Bangunan Mahesa 153. SPPL Pengecer Pupuk Maju Makmur 154. SPPL Retail Kacamata Optik Wates Baru 155. SPPL Jasa Konstruksi PT. Puri Sekar Tanjung 156. SPPL Konveksi Abiyu Apparel 157. SPPL TPS 3 R KSM Alam Lestari 158. SPPL Toko Kelontong Toko Joko 159. SPPL Dagang Barang Elektronik Toko Putra Maya 160. SPPL Perdagangan Material Bangunan TB Agung Barokah 161. SPPL Leveransir CV. Batu Lintang 162. SPPL Toko Kelontong dan Fotocopy Toko dan FC Adi jaya 163. SPPL Kantor Pertambangan PT. Rahadi Suar Sinergi 164. SPPL Toko Bahan Bangunan CV. Etson Mandiri 165. SPPL Distributor Ban CV. Etson Mandiri 166. SPPL Kantor dan Toko Koperasi KSU Gumregah Karto Raharjo 167. SPPL Toko Roti dan Kue Bika Ambon Larizo 168. SPPL PAUD Gedung TK Al Hidayah Kradenan 169. SPPL Perdagangan Umum, Jasa konstruksi dan jasa persewaan tenda CV. Kalimosodo 170. SPPL Pembangunan Kios Sutimah 171. SPPL Toko Modern Tomira Harapan 172. SPPL Toko Modern Tomira Gangsar 150

163 173. SPPL Jasa Konstruksi CV. Aji Lestari 174. SPPL Koprasi Simpan Pinjam KSU Vania Salsabila 175. SPPL Perdagangan dan Jasa CV. Innovasindo 176. SPPL Jasa Paket, Tour And Travel CV. Maharani 177. SPPL Jasa Periklanan dan EO CV. Binangun Promosindo 178. SPPL Toko Modern Minimarket Alfamart 179. SPPL Perdagangan Pakan, Peralatan, Obat-oabatan dan Vaksin Unggas PT. Adijaya Wahana Satwa 180. SPPL Peternakan Kambing CV. Tiga Putra Mandiri 181. SPPL Perdagangan Ritel Omah Bayi 182. SPPL Pengadaan Barang dan Jasa CV.Maju Mulyo 183. SPPL Pembangunan Gudang Gudang Ali 184. SPPL Toko Kelontong Toko Nakar 185. SPPL Jasa Konstruksi dan Pengadaan Barang CV. Ming 186. SPPL Apotek Apotik Davin Farma 187. SPPL Jasa Persewaan Kendaraan Bermotor Akar Transport 188. SPPL Agen LPG 3 Kg PT. Pilar Baru Kinara Gas 189. SPPL Dagang Sandal dan Sepatu Pw. Junior 190. SPPL Jasa Boga dan Cattering De Athems Resto 191. SPPL Toko Bahan Bangunan TB Muda Jaya 192. SPPL Furniture UD Sukses Jaya 193. SPPL Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi CV. Cipta Indah Asri 194. SPPL Cetak Batu Bata Merah dan Batako IKM Subur Manunggal 195. SPPL Yayasan PA Mambaul Hisam 196. SPPL Perbankan PT. BPR Syariah Mitra Amal Mulia 197. SPPL Toko Bahan Bangunan CV. Surya Dharma 198. SPPL Minimarket Toko Jasmine 199. SPPL Perdagangan Material CV. Delima Utama Jaya 200. SPPL Budidaya Jamur Tiram Julira Jamur 201. SPPL Jasa Transportasi PT. Fortuna Abel Jastrans 202 SPPL Pelayanan Kesehatan Dokter Praktek Mandiri dr. A Yatiman 203. SPPL Kantor dan Depo Leveransir Pasir PT. Gadar Utama 204. SPPL Dagang Kelapa Reda Atmo Saputro 205. SPPL Penjualan dan Jasa Sahabat 206. SPPL Toko Bahan Bangunan UD. Widayat 207. SPPL Jasa Transportasi Persewaan dan Wisata CV. New Gamma 208. SPPL Dagang Kelapa Pedukuhan 8 Beran Bugel 209. SPPL Toko Besi dan Bahan Bangunan TB Wijaya 210. SPPL Kantor Perdagangan Aluminium dan Karet CV. Tusan 211. SPPL Perdagangan Hasil Bumi (Kayu) UD. Kusuma Jati 212. SPPL Apotek Apotek Bangkit Jaya Farma 213. SPPL Toko Obat/Apotek Toko Obat Menoreh 214. SPPL Jasa Transportasi PT. Sari Dele 215. SPPL Pengadaan Barang material CV. Kharobak 216. SPPL Pengecer Pupuk Tani Makmur 217. SPPL Kios Saprotan Mitra Yani 218. SPPL Toko Emas Bu Kadi Mas 219. SPPL Toko Modern CV. Dzaki Persada Global 220. SPPL Pengadaan Barang CV. Pilar Mulia Sejahtera 221. SPPL Pengadaan Barang Material Bangunan CV. Mandiri Jaya Teknik Lampiran Data DIKPLHD 151

164 222. SPPL Jasa Konsultasi Perdagangan Umum Industri dan Jasa Transportasi CV. Barometer Utama 223. SPPL Toko Endah Wulandari Toko Kain 224. SPPL Perdagangan Gypsum Anugrah Gypsum 225. SPPL Digital Printing/Jasa Pembuatan Billboard Papa nama CV. Mita-Mita Mandiri 226. SPPL Pendidikan MTS Negeri Wates 227. SPPL Kost-kostan Kost Ardinah 228. SPPL Ayam Potong Kemitraan GBU/Ayam Potong 229. SPPL Pelayanan Kesehatan BPM Ngatiyem 230. SPPL Pengembang Perumahan PT. Papan Cemerlang 231. SPPL Perdagangan Umum Industri jasa Boga Jasa Konstruksi CV. Lestari Berkah Sejahtera 232. SPPL Perdagangan Umum Toko Suwandi 233. SPPL Perdagangan Umum dan Jasa CV. Ananta Jaya 234. SPPL Kontraktor CV. Sangsaka 235. SPPL Dagang Hasil Bumi Pedagang Kelapa dan Melon 236. SPPL Ayam Potong Umi/Ayam Broiler 237. SPPL Jasa LKM Insan Mandiri 238. SPPL Kantor Pemasaran dan Industri Buis Beton Batu Nisan/Prasasti CV. Candi Jaya 239. SPPL Jasa Guest House Glagah 240. SPPL Perdagangan Jasa CV. Duta Satya Mandiri 241. SPPL Lembaga Keuangan Perbankan Syariah PT. BPRS Barokah Dana Sejahtera 242. SPPL Pengembang Perumahan PT. Gelora Persada Mandiri 243. SPPL Rehab Sarana Pengendali Banjir Serang dan Anak Sungai (Kali Tangkisan) BBWS Serayu Opak 244. SPPL Rehab Sarana Pengendali Banjir Serang dan Anak Sungai (Kali Nagung) BBWS Serayu Opak 245. SPPL Rehab Sarana Pengendali Banjir Serang dan Anak Sungai (Kali Peni) BBWS Serayu Opak 246. SPPL Jasa CV. Solusi Ilmu 247. SPPL Perdagangan Jasa PT. Tri Daya Prima Satya 248. SPPL Perdagangan Jasa PT. Tri Dharma Prima Sarya 249. SPPL Perumahan PT. Papan Cemerlang 250. SPPL Jasa Persewaan Mobil PT. Sonde Mitra Utama 251. SPPL Jasa Persewaan Mobil PT. Azka Arjuna Mitra Utama 252. SPPL Jasa Pariwisata PT. Adikarya Binangun Utama 253. SPPL Toko Modern PT. Sumber Alfaia Trijaya Tbk SPPL Pengecer Pupuk Tani Makmur 255. SPPL Penggemukan Sapi Peternakan Sapi KPH Tjondrokusumo 256. SPPL Kantor Pertambangan dan Perdagangan Umum CV. Ladang Berkah Abadi 257. SPPL Kantor Pertambangan dan Perdagangan Umum CV. Watu Berkah Abadi 258. SPPL Kantor Pertambangan dan Transportasi Berkah Cahaya Abadi 259. SPPL Air Isi Ulang Tirta Qita 260. SPPL Pemotongan Ayam Sari Ayam 261. SPPL Perdagangan Tirta Qita Lampiran Data DIKPLHD 152

165 262. SPPL Apotek Apotek Azzam Farma 263. SPPL Perdagangan Umum CV. Hesa Sejahtera 264. SPPL Apotek Apotek Anugrah Jaya 265. SPPL Peternakan Puyuh Plasma Kemitraan/Wardi Kusnanto 266. SPPL Peternakan Puyuh Plasma Kemitraan/Sukiswo 267. SPPL Peternakan Puyuh Plasma Kemitraan/ Hartadi 268. SPPL Toko dan Fotocopy CV. SM 269. SPPL Ternak Puyuh Saliman 270. SPPL Ternak Puyuh Ratmo Nugroho 271. SPPL Warung Makan Mbah Cempluk Made Wijaya 272. SPPL Perdagangan Monas Ali 273. SPPL Ternak Puyuh Plasma Kemitraan/Paryanto 274. SPPL Perdagangan Material CV. Sumber Alam Sejahtera 275. SPPL Pembangunan Permukiman BPMPDPKB 276. SPPL Ternak Ayam Broiler Umi/Ayam Broiler Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 35 : Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Perusahaan 1. RSU Rizki Amalia Medika 2. RSU Rizki Amalia Medika 3. PT Shung Chang Indonesia 4. RS Pura Raharja Medika 5. PT. Putra Patria Adikarsa 6. RSUD Wates 7. RSU Kharisma Paramedika 8. RSU PKU Muhammadyah Nanggulan Jenis Kegiatan/Usaha Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Produksi Rambut Palsu/Wig Pelayanan Kesehatan Pelintingan Rokok Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Jenis Izin Penyimpanan Sementara Penyimpanan Sementara Penyimpanan Sementara Penyimpanan Sementara Penyimpanan Sementara Penyimpanan Sementara Penyimpanan Sementara Penyimpanan Sementara Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Nomor SK SK Bupati No.343/C/2016 Tg. 27 Oktober 2016 SK Bupati No.343/C/2016 Tg. 27 Oktober 2016 SK Bupati No.51/A/2016 Tg. 11 Januari 2016 SK Bupati No.54/A/2016 Tg. 11 Januari 2016 SK Bupati No.53/A/2016 Tg. 11 Januari 2016 SK Bupati No.52/A/2016 Tg. 11 Januari 2016 SK Bupati No.237/A/2015 Tg. 10 Juni 2015 SK Bupati No.236/A/2015 Tg. 10 Juni 2015 Lampiran Data DIKPLHD 153

166 Tabel-36 : Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat Pernyataan.Pengelolaan Lingkungan (SPPL) Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Perusahaan/Pemrakarssa Waktu (tgl/bln/thn) Hasil Pengawasan 1. Klinik Permata Aisyiyah Sewugalur 26 Januari 2016 Tidak taat 2. Klinik Permata Hijau 27 Januari 2016 Tidak taat 3. Puskesmas Galur II 27 Januari 2016 Tidak taat 4. BP dan RB Asy Syifaa Paramedika 25 Februari 2016 Tidak taat 5. Puskesmas Panjatan II 25 Februari 2016 Tidak taat 6. BP dan RB Aisyiyah Panjatan 25 Februari 2016 Tidak taat 7. RSU Kharisma Paramedika 3 Maret 2016 Tidak taat 8. RSUD Wates 3 Maret 2016 Taat 9. Klinik Laras Hati 23 Maret 2016 Tidak taat 10. Klinik Alesha 23 Maret 2016 Tidak taat 11. RS Rizki Amalia Temon 4 April 2016 Tidak taat 12. PT Kurnia Bhumi Pertiwi 4 April 2016 Tidak taat 13. RS Santo Yusup Boro 13 April 2016 Tidak taat 14. RS Rizki Amalia Brosot 16 Juni 2016 Tidak taat 15. Klinik Biruny Medika 24 Maret 2016 Tidak taat 16. UPTD Puskesmas Temon I 24 Maret 2016 Tidak taat 17. PT Shung Chang 12 Oktober 2016 Tidak taat 18. RS Rizki Amalia Temon 12 Oktober 2016 Tidak taat 19. RS Pura Raharja Medika 20 Oktober 2016 Tidak taat 20. RS Santo Yusup Boro 1 November 2016 Tidak taat 21. RS PKU Muhammadyah Nanggulan 1 November 2016 Tidak taat 22. PT. Aneka Sinendo 17 November 2016 Tidak taat 23. RSUD Nyi Ageng Serang 17 November 2016 Tidak taat 24. CV. Karya Hidup Sentosa 7 Desember 2016 Tidak taat 25. PT. Selo Adikarto 7 Desember 2016 Tidak taat Keterangan : - Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 154

167 Tabel 37 : Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Total Area Terendam (Ha) Mengungsi Jumlah Korban Meninggal Perkiraan Kerugian (Rp.) 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Total Keterangan : - Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 38 : Bencana Kekeringan, Luas, dan Kerugian Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Total Area Perkiraan Kerugian (Ha) (Rp) 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang 0 0 Total 0 0 Keterangan : tidak ada bencana kekeringan Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 155

168 Tabel 39 : Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Perkiraan Luas Hutan/ Lahan Terbakar (Ha) Perkiraan Kerugian (Rp.) 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang 0 0 Total 0 0 Keterangan : tidak ada bencana kebakaran Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 40 : Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, Kerugian Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Jenis Bencana Jumlah Korban Meninggal (jiwa) Perkiraan Kerugian (Rp.) 1. Temon Tanah Longsor Wates Tanah Longsor Panjatan Tanah Longsor Galur Tanah Longsor Lendah Tanah Longsor Sentolo Tanah Longsor Pengasih Tanah Longsor Kokap Tanah Longsor Girimulyo Tanah Longsor Nanggulan Tanah Longsor Samigaluh Tanah Longsor Kalibawang Tanah Longsor 0 0 Total Keterangan : Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 156

169 Tabel 41 : Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 1. Temon 36, ,83 799,81 2. Wates , ,00 3. Panjatan 44, ,34 874,70 4. Galur 32, , ,61 5. Lendah 35, , ,07 6. Sentolo 52, ,8 953,92 7. Pengasih 61, ,4 834,58 8. Kokap 73, ,73 495,11 9. Girimulyo 54, ,98 459, Nanggulan 39, ,71 775, Samigaluh 52, ,03 542, Kalibawang 69, ,64 448,51 Jumlah 586, ,1 759,52 Keterangan : Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 42 : Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Kecamatan Jumah Penduduk Timbulan Sampah (ton) 1. Temon ,5 2. Wates ,7 3. Panjatan Galur ,9 5. Lendah ,8 6. Sentolo ,1 7. Pengasih ,5 8. Kokap ,2 9. Girimulyo ,1 10. Nanggulan ,1 11. Samigaluh ,3 12. Kalibawang ,2 Total ,3 Keterangan : Asumsi timbulan sampah = jumlah penduduk dikali 0,36 kg Sumber : Dinas Pekerjaaan Umum Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 157

170 Tabel 43 : Kegiatan Fisik Lainnya oleh Instansi Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1. Penanaman bibit pohon penghijauan BBVet Giripeni, Wates Kodim, Instansi di Kulon Progo 2. Penanaman Mangrove Pantai Trisik, Galur LKM Wanatirta, masyarakat 3. Penanaman Mangrove Jangkaran, Temon Instansi dan masyarakat 4. Pelepasan Tukik Pantai Trisik, Galur KLH, saka kalpataru 5. Pelepasan Tukik Pasir Mendit, Temon Instansi dan masyarakat 6. Penanaman Bibit Pohon Greenbelt waduk Sermo Instansi dan masyarakat Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 44 : Status Pengaduan Masyarakat Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Masalah Yang Diadukan Proses Pengaduan 1. Dugaan pencemaran lingkungan akibat usaha kegiatan peternakan ayam di Desa Jatirejo Lendah Ditindaklanjuti 2. Dugaan pencemaran lingkungan akibat usaha kegiatan peternakan sapi di Gebang II Plumbon Temon Ditindaklanjuti 3. Dugaan pencemaran lingkungan akibat usaha kegiatan batik di Desa Ngentakrejo Lendah Ditindaklanjuti 4. Aduan penolakan warga Banaran terhadap IUP-OP PT. Pasir Alam Sejahtera kegiatan pertambangan dan pengolahan pasir sungai Progo Ditindaklanjuti Desa Banaran Galur 5. Aduan penolakan warga terhadap rencana penambangan pasir sungai Progo an. Sukardi di Desa Banaran Galur Ditindaklanjuti 6. Dugaan pencemaran lingkungan akibat usaha kegiatan PT. Karya Hidup Sentosadi Desa Tuksnono Sentolo Ditindaklanjuti 7. Dugaan kerusakan lingkungan terganggunya mata air akibat usaha kegiatan penambangan batu andesit CV. Elita Pengasih Ditindaklanjuti Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 158

171 Tabel 45 : Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan Hidup Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama LSM Akta Pendirian Alamat 1. Lembaga Pelestarian Hutan Mangrove "Wana Tirta" Tanggal 16 Maret 2013 No 32 Pasir Mendit, Jangkaran 2. Damar Tanggal 23 April 1998 No. 50 Triharjo, Wates 3. JPSM "Merti Bawono Asri" Wates 4. Forum Wates Ijo lan Resik Wates 5. Komunitas Hijau "Lembah Menoreh Hijau" Wates Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel-46. Penerima Penghargaan Lingkungan Hidup Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Orang Pemberi Tahun Nama Penghargaan /Kelompok/Organisasi Penghargaan Penghargaan 1. SDN Temon Adiwiyata Nasional Menteri Lingkungan Hidup dan 2016 Kehutanan RI 2. MAN 2 Wates Adiwiyata Nasional Gubernur DIY Kalpataru Kategori KTH. WanaTirta, Pasir Penyelemat Mendit, Jangkaran, Temon Lingkungan Gubernur DIY Sdr, Saparbe, Kayugede, Kalpataru Katogeri Gubernur DIY Gerbosari, Samigaluh Ir. Saptono Tanjung, Ngestiharjo, Wates Dusun Banyunganti, Jatimulyo, Girimulyo Bpk. Anom Sucondoro,Beteng, Jatimulyo, Girimulyo Bank Sampah Flamboyan, Sebokarang, Triharjo, Wates Bank Sampah Uwuh Harjo, Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang Perintis Lingkungan Kalpataru Kategori Pembina Lingkungan Kampung Hijau Kehati Kategori Citra Lestari Kehati Bank Sampah Kategori Pemula Bank Sampah Kategori Pemula 9. Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Gubernur DIY 2016 Gubernur DIY 2016 Gubernur DIY 2016 Gubernur DIY 2016 Gubernur DIY 2016 Lampiran Data DIKPLHD 159

172 Tabel 47 : Kegiatan/Program Yang Diinisiasi Masyarakat Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Nama Kegiatan Instansi Penyelenggara Kelompok Sasaran 1. Sosialisasi tentang Masyarakat Abndung, KLH Kab KP Bank Sampah Donomulyo, Nanggulan 2. Sosialisasi Bank Masyarakat Desa KKN UGM Sampah Hargorejo, Kokap 3. Sosialisasi Perda BLH DIY dan PPLH KLH Kab KP Instansi, pengusaha 4. Sosialisasi BLH DIY dan Kalpataru KLH Kab KP instansi, masyarakat 5. Sosialisasi Perda BLH DIY dan Habitat Alami KLH Kab KP instansi, masyarakat 6. Sosialisasi masyarakat Desa pengelolaan Dislautkan DIY Jangkaran, Temon sampah 7. Sosialisasi Masyarakat Selo Timur, pengelolaan KLH Kab KP Hargorejo, Kokap sampah 8. Sosialisasi Masyarakat Krengseng, pengelolaan KLH Kab KP Hargorejo, Kokap sampah 9. Sosialisasi Masyarakat Taruban pengelolaan KLH Kab KP Kulon, Tuksono, Sentolo sampah 10. Sosialisasi sekolah-sekolah di Kota pengelolaan KLH Kab KP Wates sampah Sosialisasi Warga SD N Prembulan, 11. pengelolaan KLH Kab KP SD N Brosot dan SD N sampah Kalimenur 12. Sosialisasi Pemdes Masyarakat Gerbosari, pengelolaan Gerbosari, Samigaluh sampah Samigaluh 13. Sosialisasi Pemdes Masyarakat Purwosari, pengelolaan Purwosari, Girimulyo sampah Girimulyo 14. Sosialisasi Pemdes Pemdes Ngargosari, pengelolaan Ngargosari, Samigaluh sampah Samigaluh Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Waktu Penyuluhan (Bulan/tahun) Jumat, 15 Januari 2016 Selasa, 08 Maret 2016 Kamis, 10 Maret 2016 Selasa, 15 Maret 2016 Rabu, 16 Maret 2016 Rabu, 16 Maret 2016 Kamis, 12 Mei 2016 Jumat, 13 Mei 2016 Rabu, 25 Mei 2016 Rabu, 21 September 2016 Kamis, 22 September 2016 Rabu, 28 September 2016 Rabu, 14 September 2016 Kamis, 08 Desember 2016 Lampiran Data DIKPLHD 160

173 Tabel 48 : Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Jenis Produk Hukum Nomor Tahun Tentang 1. Peraturan Daerah Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Peraturan Daerah Pengelolaan Air Limbah Domestik 3. Peraturan Daerah Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batunbara 4. Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok 5. Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga 6. Peraturan Daerah Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, 7. Peraturan Bupati Kedudukan Susunan Organisasi, Fungsi dan Tugas serta Tata Kerja pada Kantor Lingkungan Hidup 8. Peraturan Bupati Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok 9. Peraturan Bupati Pedoman Penerbitan Izin Lingkungan 10. Peraturan Bupati Reklamasi Tambang 11. Peraturan Bupati Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 49 : Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Jumlah Anggaran Jumlah Sumber Peruntukan Anggaran Tahun Sebelumnya Anggaran Tahun Anggaran (Rp) Berjalan (Rp) 1. APBD Kantor Lingkungan Hidup APBN o 0 3. Bantuan Luar Negeri 0 0 Total Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 161

174 Tabel 50 : Jumlah Personil Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Doktor (S3) Master (S2) Sarjana (S1) Diploma (D3/D4) SLTA Jumlah Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Tabel 51 : Jumlah Staf Fungsional Bidang Lingkungan dan Staf yang Telah Mengikuti Diklat Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 Staf Fungsional Staf Yang Sudah Diklat No. Nama Instansi Jabatan Fungsional Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan 1. KLH PPLHD KLH PPNS Keterangan : Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 162

175 Tabel 52 : Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.135, , , , ,97 a. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 884,90 997, , , ,93 i. Tanaman Pangan 269,98 292,98 295,97 299,78 350,21 ii. Tanaman Hortikultura 227,12 279,26 339,15 335,24 361,09 iii. Tanaman Perkebunan 116,43 128,76 142,45 156,70 155,20 iv. Peternakan 251,04 275,01 300,35 332,45 363,69 v. Jasa Pertanian dan Perburuan 20,33 21,96 23,22 26,70 27,74 b. Kehutanan dan Penebangan Kayu 198,62 196,04 202,14 212,59 233,68 c. Perikanan 51,78 61,67 70,34 79,20 88,36 2. Pertambangan dan Penggalian 88,65 93,04 98,94 101,82 109,89 3. Industri Pengolahan 708,16 692,12 780,59 870,62 918,05 4. Pengadaan Listrik dan Gas 4,41 4,39 4,19 4,29 4,47 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,98 8,34 9,01 10,01 10,52 6. Konstruksi 462,25 509,53 561,70 597,70 651,78 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 702,92 788,52 843,41 913,41 993,19 8. Transportasi dan Pergudangan 496,00 510,23 547,29 593,00 636,39 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 193,24 214,34 242,86 267,89 296, Informasi dan Komunikasi 305,49 323,84 342,99 364,48 382, Jasa Keuangan dan Asuransi 140,57 161,62 205,58 228,91 255, Real Estate 186,57 199,34 213,83 233,58 256, Jasa Perusahaan 16,90 17,73 18,11 20,30 22,11 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 422,24 483,95 548,40 615,52 684, Jasa Pendidikan 330,04 344,81 369,07 409,07 461, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 78,05 86,28 92,25 100,50 112, Jasa lainnya 221,48 222,82 237,74 260,50 286,47 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.500, , , , ,30 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS 5.500, , , , ,30 Keterangan : Format menggunakan 17 kategori dengan perhitungan tahun dasar 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 163

176 Tabel 53 : Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No. Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.047, , , , ,12 a. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 806,98 867,22 890,44 873,91 889,58 i. Tanaman Pangan 241,14 254,68 256,06 257,61 267,89 ii. Tanaman Hortikultura 207,06 241,04 256,33 226,65 227,59 iii. Tanaman Perkebunan 106,42 108,03 113,51 114,27 109,85 iv. Peternakan 233,01 243,66 244,47 253,61 261,91 v. Jasa Pertanian dan Perburuan 19,35 19,81 20,08 21,77 22,33 b. Kehutanan dan Penebangan Kayu 193,20 185,15 185,73 188,68 193,14 c. Perikanan 47,50 51,94 55,19 57,57 60,40 2. Pertambangan dan Penggalian 83,10 86,18 90,14 91,49 91,99 3. Industri Pengolahan 676,19 648,52 696,31 754,50 776,91 4. Pengadaan Listrik dan Gas 4,87 5,37 5,71 5,84 5,83 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,83 8,15 8,24 8,34 8,52 6. Konstruksi 439,16 464,30 483,86 508,86 531,26 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 660,92 718,88 757,22 796,72 849,66 8. Transportasi dan Pergudangan 482,03 486,87 502,39 512,69 531,19 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 185,32 194,96 209,36 219,37 231, Informasi dan Komunikasi 307,49 331,73 352,12 378,09 398, Jasa Keuangan dan Asuransi 133,00 139,06 157,99 175,75 189, Real Estate 182,50 194,17 202,87 213,56 226, Jasa Perusahaan 16,96 17,62 18,33 19,56 20, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 407,38 438,67 461,08 488,81 513,34 Wajib 15. Jasa Pendidikan 318,98 339,60 353,04 378,04 405, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 73,71 79,98 84,99 91,00 97, Jasa lainnya 219,01 216,79 226,65 240,00 259,24 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.246, , , , ,57 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS 5.246, , , , ,57 Keterangan : Format menggunakan 17 kategori dengan perhitungan tahun dasar 2010 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 164

177 Tambahan Tabel Tabel 54 : Data Bank Sampah, KSM dan KPSM di Kabupaten : Kulon Progo Tahun Data : 2016 No Nama Dusun Desa 1 Ngudi resik Mejing Banjararum 2 Bumi Arum Lestari Sayangan 3 Arum Berseri Kagongan 4 Kuncup Asri Kepiton Banjarasri 5 Banjar Lestari banjaran Banjaroya 6 Uwuh Harjo Ngrajun Banjarharjo 7 Resik manfaat Tulangan 34/14 Ngargosari 8 Pulung sari Tegalsari 9 Lestari Pucung 10 rejeki Nguntukuntuk 11 sumber rejeki Ngaran III Banjarsari 12 Sido Asri Pengos Gerbosari 13 Legowo Dukuh 14 Tinalah Asri Pagutan Purwoharjo 15 Ngudi resik Kalirejo Lor Pagerharjo 16 Sulur Permai Sulur Sidoharjo 17 Pulung Rejeki Pundak Lor Kembang 18 Rizki Mulia Ngrojo 19 Sekar Sekawan Pundak Tegal 20 Sapu Jagad Donomulyo 21 Pelopor Kebersihan Cepitan Wijimulyo 22 Tanjung berkah Tanjunggunung tanjungharjo 23 Sadidu 29 Wonosidi Lor RW 29 Wates 24 Maju Sehati Wonosidi Lor RW 30, Mekar Melati Durungan RT 45 RW 21 Mawar Mekar Durungan RT 45 RW Flamboyan Sebokarang RT 86 RW Migunani Kedungdowo RW Sehat Gadingan 29 Berkah kuncen RT 05 RW 03 Bendungan 30 Sehat Sideman Giripeni 31 Berkah Conegaran Triharjo 32 Teratai Putih Graulan RT 03 RW Melati Kembang margosari 34 Skansa /PIK R - KKPL SMKN 1 Pengasih Pengasih 35 Karya Muda Kepek Lampiran Data DIKPLHD 165

178 36 Barokah RT 24/11 Sidomulyo 37 Gemah Ripah RT 23/11 Nabin 38 Widodaren Parakan 39 Kompak Kutogiri 40 Obika Karangasem 41 Bakung Asri Cemetuk Kedungsari 42 Hijau Daun Klegen Sendangsari 43 Mugi Makmur Garang Tawangsari 44 Ngudi Resik Kopok Kulon 45 Uwuh Mulyo Segajih Hargotirto 46 Berkah Tirto 47 Sido Mulyo Sambeng Hargorejo 48 Sarwo Guno Selo timur 49 Alam Lestari Ngaseman 50 Ngudi Rejeki Tegalrejo Hargowilis 51 Ngudi Makmur Bibis 52 Giri Uwuh Klepu 53 Bina Sejahtera Depok XI Depok 54 Mekar Mandiri Depok VIII 55 Guyub Rukun Depok IV 56 Mbangun Lestari Kanoman III Kanoman 57 Suka Maju Tayuban I Tayuban 58 Migunani Bangeran 35/16 Bumirejo 59 Mapan Bonosoro 40/18 60 Ngugemi Kepek Jatirejo 61 Resik Geden RT 40 Sidorejo 62 uwuh Berkah Tubin RT Wijaya Kusuma Karangwuluh Kidul Karangwuluh 64 Sekar Mandiri Plumbon Plumbon 65 Asri Lestari Salam 3 66 QT.A Panginan Sindutan 67 Mestiti Nagung Kedundang 68 Melati 2 Kledekan Jangkaran 69 Bunda Mandiri Banyunganti Kidul Kaliagung 70 Limbah Mulya Ngrandu 71 Harapan Makmur Banyunganti Lor 72 Tambah Rejeki Gedangan Sentolo 73 Dadi Migunani Gedangan 74 Berokah Wora-wari Sukoreno 75 Rahayu Banggan 76 Utama Jonggrangan Jatimulyo 77 Pemuda Jonggrangan RT Wanita Jonggrangan RT Menoreh Sukomoyo Rt 12 Lampiran Data DIKPLHD 166

179 80 Mekar Asri Sukomoyo Rt Sekar Arum Kujon Lor Kranggan DATA KSM 1 KSM Sampurna Asih Tobanan Pengasih 2 KSM Melati Beji Wates 3 KSM Asri Mulyo Bendungan Bendungan 4 KSM Amrih Resik Ngestiharjo 5 KSM Sampah Rejo Mulyo Triharjo 6 KSM Giri Sehat Giripeni 7 KSM Asri Sentolo Sentolo 8 KSM Kranggan Sehat Kranggan DATA KPSM 1 KPSM Sapu Jagad Kriyanan Wates 2 KPSM Kreatif Mandiri Driyan 3 KPSM Sumber Waras Beji RT 08/04 4 KPSM Ngudi Makmur Beji, RT 07/04 5 KPSM Berhias Wetan Pasar Ramelan 6 KPSM Jembatan Putih Wonosidi Kidul 7 KPSM Beringin Ringinardi Karangsari 8 KPSM Menara Jogahan Temon Wetan 9 KPSM Ngrojo Ngrojo Kembang 10 KPSM Perintis Ped. I Panjatan Panjatan 11 KPSM Ijo Resik Ped III. Panjatan 12 KPSM Galuh Asri Jetis Gerbosari 13 KPSM Makmur I Wahyuharjo Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2016 Lampiran Data DIKPLHD 167

180

RINGKASAN EKSEKUTIF. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Pendahuluan

RINGKASAN EKSEKUTIF. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Pendahuluan RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Pendahuluan Permasalahan lingkungan mulai ramai diperbincangkan dan diperhatikan sejak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. PROFIL KABUPATEN KULON PROGO Berdasarkan website resmi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo (www.kulonprogo.go.id), profil daerah Kabupaten Kulon Progo yaitu: 1. Kondisi

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur

Lebih terperinci

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Penataan Ruang; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 10 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di Barat dan Utara, Samudra

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG 105 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2012 2032 I. UMUM Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU, BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kulon Progo 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah a. Visi Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 disebutkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.12,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul. Perlindungan, pengelolaan, lingkungan hidup. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI -157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 63TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan garis pantai yang panjang menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR : 38 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG GUNUNG CIREMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang : a. bahwa Gunung Ciremai sebagai kawasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Bentukan kawasan yang

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO III.1 Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta Lokasi studi perancangan Sekolah Luar Biasa Tipe G/A-B direncanakan berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tinjauan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tanah dan air dalam wilayah

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BITUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci